referat jambi
Post on 28-Oct-2015
38 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Ansietas merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak
menyenangkan, tidak menentu, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya
kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-
gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik.1
Menurut Diagnostic and Statistic Manual for Mental Disorder 4th Edition
(DSM-IV) yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh adalah suatu keadaan
ketakutan atau kecemasan yang berlebih-lebihan, dan menetap sekurang-
kurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas disertai
oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi
sosial, pekerjaan, dan fungsi-fungsi lainnya. Sedangkan menurut International
Classification of Disease 10th edition (ICD-10) gangguan ini merupakan bentuk
kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan menetap selama beberapa minggu atau
bulan yang ditandai oleh adanya kecemasan tentang masa depan, ketegangan
motorik, dan aktivitas otonomik yang berlebihan.1,2,3
Ansietas adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak
dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala fisiologis, sedangkan pada
gangguan ansietas terkandung unsur penderita yang bermakna dan gangguan
fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut. Gangguan ansietas dapat
ditandai hanya dengan rasa cemas, atau dapat juga memperlihatkan gejala lain
seperti fobia atau obsesif dan kecemasan muncul bila gejala utama tersebut
dilawan.2,3
Ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan saraf
otonom (SSO). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang
sering merupakan satu fungsi emosi.3
1
Pada keadaan tertentu justru ansietas ini menjadi pendorong untuk
kemajuan. Ansietas ini dinamakan ansietas normal. Ansietas normal diistilahkan
dengan cemas atau kecemasan biasa. Perbedaan antara ansietas normal dan
patologik terletak pada kualitasnya. Dari seluruh pasien-pasien ansietas maka
faktor yang terpenting adalah kegelisahan yang terus-menerus, serta beratnya
gejala.4,5,6
Kecemasan berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian
intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Menurut Alkinson, Ketakutan adalah
merasa gentar atau tidak berani terhadap suatu objek yang konkrit, misalnya: takut
akan harimau, polisi, sedangkan kecemasan merupakan emosi yang tidak
menyenangkan yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran,
kepribadian dan rasa takut yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang
berbeda-beda7,8
Ansietas cukup banyak didapatkan diberbagai kelompok penduduk.
Ansietas akan mempengaruhi fungsi sosial penderitanya, terutama pada pasien
dengan tingkat pendidikan tinggi, dimana terjadinya penurunan penampilan.
Sedangkan pada kelompok pasien dengan tingkat pendidikan rendah gangguan
fisik akibat ansietas merupakan alasan utama mereka mencari pengobatan.8
Pengobatan ansietas ialah menggunakan sedatif, atau obat-obat yang
secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif. Antiansietas yg terutama
adalah golongan benzodiazepin.
BAB II2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anti Ansietas
Obat anti ansietas adalah sekelompok psikofarmaka yang dapat
mengurangi atau menghilangkan gejala cemas.9 Pengobatan ansietas ialah
menggunakan sedatif, atau obat-obat yang secara umum memiliki sifat yang
sama dengan sedatif.10 Adapun jenis obat anti ansietas ditinjau dari jenis
gangguan cemas, sebagai berikut :13
Tabel 1. Efikasi pengobatan gangguan cemas
Gangguan Cemas
Menyeluruh
Gangguan Cemas Sosial
PanikGangguan
Cemas Post Trauma
First line
BenzodiazepinesBuspirone SSRIsVenlafaxineTrazodoneTCAs
Benzodiazepines SSRIBupropion-SRMAOIs
BenzodiazepinesSSRIVenlafaxineMAOIsTCAs
SSRIsTCAsMAOIsVenlafaxineLamotrigine
Second line
NefazodoneMirtazapine
VenlafaxineNefazodoneGabapentin
MirtazepineNefazodoneMirtazepineNefazodoneClonazepam + sertralineBuspirone+BenzodiazepineValproic AcidGabapentineTiagabinePagoclone
VenlafaxineLamotrigineValproateNefazodoneMirtazapineClonidine
Tidak Efektif
-TCAsBuspironePindolol +SSRI
TrazodoneBupropion
-
Tidak AdaData
MAOIsBupropion
TrazodoneMirtazapine
DuloxetineBupropion
Diambil dari : Essentials of Psychiatry
Tabel 2. Sediaan anti ansietas
3
No Nama Generik
Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran
1. Diazepam Lovium (Pharos) Tab. 2-5 mg Oral = 10-30 mg/hari 2-3 x sehari
< 10 kg/bb = 5 mg> 10 kg/bb = 20 mg
Mentalium (Soho) Tab. 2-5-10 mgStesolid (Alpharma) Tab. 2-5 mg
Ampul 10 mg/2 ccRectal tube5 mg/2,5 cc10 mg/2,5 cc
Vaseline (Sanbe) Tab. 2-5 mg
Valium (Roche) Tab. 2-5 mgAmpul 10 mg/2 cc
2. Chlordiazepoxide
Cetabrium (Soho) Drg. 5-10 mg 15-30 mg/hari2-3 x sehari
Tensinyl (Medicham) Cap. 5 mg3. Lorazepam Ativan (Wyeth) Tab. 10 mg 2-3 x 1
mg/hRenaquil (Fahrenheit) Tab. 1 mgMerlopam (Mersifarma) Tab. 0,5-2 mg
4. Clobazam Frisium (Aventis-Ph) Tab. 10 mg 2-3 x 10 mg/hClobazam-DM (Dexa
Medica)Tab. 10 mg
5. Bromazepam Lexotan (Roche) Tab. 1,5-3-6 mg 3 x 1,5 mg/h
6. Alprazolam Xanax (Plizer-Pharmacia) Tab. 0,25-0,5-1 mg 3 x 0,25-0,5 mg/hAlganax (Guardian-Ph) Tab. 0,25-0,5-1 mg
Calmlet (Sunthi-Sepuri) Tab. 0,25-0,5-1 mgFeprax (Ferron) Tab. 0,25-0,5-1 mgFrixitas (Novell) Tab. 0,25-0,5-1 mgAlviz (Pharos) Tab. 0,25-0,5-1 mgZyprax (Kalbe Farma) Tab. 0,25-0,5-1 mg
7. Sulpiride Dogmatil (Soho) Cap. 50 mg 100-200 mg/h
8. Buspirone Buspar (Bristol-Myers) Tab. 10 mg 15-30 mg/hTran-Q (Guardian-Ph) Tab. 10 mg
Xiety (Lapi) Tab. 10 mg9. Hydroxyzine Iterax (UCB Pharma) Caplet 25 mg 3 x 25
mg/hDiambil dari : Penggunaan Klinis Obat Psikotropika
Untuk mencapai pengobatan optimal dibutuhkan pendekatan
psikofarmaka, pendekatan psikofarmaka adalah dengan obat-obatan anxiolitik
yang meliputi tranquilizer minor baik golongan benzodiazepin maupun non 4
benzodiazepin, hipnotik, antidepresan trisiklik, monoamin inhibitor (MAOI),
dan specific serotonine reuptake inhibitor (SSRI).14
2.2. Indikasi Penggunaan
Penggunaan anti ansietas untuk menangani kasus gangguan cemas
memiliki beberapa indikasi, sebagai berikut :10,14
1. Sindrom anxietas
Butir-butir diagnostik sindrom anxietas:
Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik
terhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsikan sebagai ancaman,
perasaan ini menyebabkan individu tidak dapat beristirahat
dengan tenang.
2. Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut:
a. Ketegangan motorik:
1) Kedutan otot atau rasa gemetar
2) Otot tegang/kaku/pegel/linu
3) Tidak bisa diam
4) Mudah menjadi lelah
b. Hiperaktif motorik:
1) Napas pendek/ terasa berat
2) Jantung berdebar-debar
3) Telapak tangan basah-dingin
4) Mulut kering
5) Kepala pusing/rasa melayang
6) Mual, mencret, perut tak enak
7) Muka panas/ badan menggigil
8) Buang air kecil lebih sering
9) Sukar menelan/ rasa tersumbat
c. Kewaspadaan yang berlebihan dan penangkapan berkurang:
1) Perasaan jadi peka
2) Mudah terkejut
3) Sulit konsentrasi pikiran
5
4) Sukar tidur
5) Mudah tersinggung
3. Hendaya dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam
gejala; penurunan kemampuan bekerja, hubungan sosial, dan
melakukan kegiatan rutin.
Pada penelitian yang dilakukan di New Hampshire, Massachusetts,
Rhode Island menunjukkan bahwa hanya separuh dari pasien dengan
gangguan kecemasan yang menerima penanganan, baik oleh dokter umum
maupun psikiatri. Diantara pasien tersebut, 60,4% mendapat golongan SSRI,
34,5% mendapat benzodiazepine, 11,7% menerima antidepresan trisiklik,
14,7%, 3% mendapat trazadon, dan 3% mendapatkan buspiron. Obat
psikotropika lebih sering diberikan oleh psikiatri ketimbang dokter umum,
dimana pada pasien dengan gejala yang lebih berat dan skor GAF lebih kecil
atau dengan depresi yang menonjol lebih sering mendapatkan terapi. Pasien
yang tidak menerima farmakoterapi untuk gangguan kecemasannya biasanya
disebabkan karena memang tidak direkomendasikan oleh dokter yang
merawat (38,7%) atau karena pasien sendiri tidak percaya pada obat
gangguan jiwa (37%). 3
2.3. Obat-Obat Anti Anxietas
2.3.1. Benzodiazepin
Benzodiazepin bekerja pada reseptor GABA. Terdapat dua
jenis reseptor GABA, yaitu GABAA dan GABAB. Reseptor
GABAA (reseptor kanal ion klorida kompleks) terdiri atas lima sub
unit yaitu α1, α2, β1, β2 dan γ2. Benzodiazepin berikatan langsung pada
sisi spesifik subunit γ2, sehingga pengikatan ini menyebabkan
pembukaan kanal klorida, memungkinkan masuknya ion klorida ke
dalam sel menyebabkan peningkatan potensial elektrik sepanjang
membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi.9,10
Efek yg ditimbulkan benzodiazepin merupakan hasil kerja
golongan ini pada SSP dengan efek utama berupa sedasi, hipnosis,
pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan
6
antikonvulsan. Sedangkan efek perifernya adalah vasodilatasi
koroner(pada pemberian IV) dan blokade neuromuskular (pada
pemberian dosis tinggi).10
Tabel 3. Obat benzodiazepin, nama dagang, dan dosis terapi14
Gol. Benzodiazepine Nama Dagang Dosis Terapi (mg)
Chlordiazepoxide Diazepam Lorazepam Bromazepam Chlorazepate Clobazam Alprazolam Clonazepam
LibriumValiumAtivan
LexotanTranxeneFrisiumXanaxRivotril
15 -1004 - 802 - 102 - 18
1520 - 300,75 – 40,75 - 8
Diambil dari : Cermin Dunia Kedokteran 135, 2002
Berbagai efek yang menyerupai benzodiazepin:11
Agonis penuh adalah senyawa yang sepenuhnya serupa efek
benzodiazepine, misalnya: diazepam.
Agonis parsial adalah efek senyawa yang menghasilkan efek
maksimum yang kurang kuat dibandingkan dibandingkan diazepam
Inverse agonis adlaah senyawa yang menghasilkan kebalikan dari
efek diazepam pada saat tidak adanya senyawa yang mirip
benzodiazepin
Antagonis melalui persaingan ikatannya dengan reseptor
benzodiazepine, misalnya: flumazenil
Benzodiazepin diabsorpsi secara sempurna, kecuali
klorazepat (klorazepat baru diabsorpsi sempurna setelah
didekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil diazepam
(nordazepam).10
Benzodiazepin dan metabolitnya terikat pada protein plasma
(albumin) dengan kekuatan berkisar dari 70% (alprazolam) hingga
99% (diazepam) bergantung dengan sifat lipofiliknya. Kadar pada
CSF sama dengan kadar obat bebas dalam plasma. Vd (volume of
distribution) benzodiazepin besar. Pada pemberian IV atau per oral,
ambilan benzodiazepin ke otak dan organ dengan perfusi tinggi 7
lainnya sangat cepat dibandingkan pada organ dengan perfusi rendah
(seperti otot dan lemak). Benzodiazepin dapat melewati sawar uri dan
disekresi ke dalam ASI.10,11
Metabolisme benzodiazepin di hati melalui kelompok enzim
CYP3A4 dan CYP2C19. Yang menghambat CYP3A4 a.l. eritromisin,
klaritromisin, ritonavir, itrakonazol, ketokonazol, nefazodon dan sari
buah grapefruit. Benzodiazepin tertentu seperti oksazepam langsung
dikonjugasi tanpa dimetabolisme sitokrom P. Secara garis besar,
metabolisme benzodiazepin terbagi dalam tiga tahap: desalkilasi,
hidroksilasi, dan konjugasi.11,12
Metabolisme di hati menghasilkan metabolit aktif yang
memiliki waktu paruh lebih panjang dibanding parent drug. Misalnya
diazepam (t1/220-80 jam) setelah dimetabolisme menjadi N-desmetil
dengan waktu paruh eliminasi 200 jam.
Golongan benzodizepin menurut lama kerjanya dibagi dalam 4
golongan:9
- Senyawa yang bekerja sangat cepat
- Senyawa bekerja cepat, t1/2 kurang dari 6 jam: triazolam, zolpidem,
zolpiklon
- Senyawa yang bekerja sedang, t1/2 antara 6-24 jam: estazolam,
temazepam
- Senyawa yang bekerja dengan t1/2 lebih dari 24 jam: flurazepam,
diazepam, quazepam.
Ekskresi metabolit benzodiazepin bersifat larut air melalui
ginjal Pada dosis hipnotik kadar puncak menimbulkan efek samping,
antara lain kepala ringan, malas, tidak bermotivasi, lamban,
inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan fungsi mental dan
psikomotor, gangguan koordinasi berfikir, bingung, disartria, amnesia
anterogard. Interaksi dengan etanol (alkohol) menimbulkan efek
depresi yang berat.10,11
8
Efek samping lain yang lebih umum berupa lemas, sakit
kepala, pandangan kabur, vertigo, mual/muntah, diare, nyeri
epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada dan inkontinensia. Penggunaan
kronik benzodiazepin memiliki risiko terjadinya ketergantungan dan
penyalahgunaan. Untuk menghindari efek tersebut disarankan
pemberian obat tidak lebih dari 3 minggu. Gejala putus obat berupa
insomnia dan ansietas. Pada penghentian penggunaan secara tiba-tiba,
dapat timbul disforia, mudah tersinggung, berkeringat, mimpi buruk,
tremor, anoreksi serta pusing kepala. Oleh karena itu penghentian
penggunaan obat sebaiknya secara bertahap.9,11
2.4.2. Non Benzodiazepin
2.4.2.1. Buspiron
Berbeda dengan benzodiazepin, buspiron tidak
memperlihatkan aktivitas GABAergik dan antikonvulsan.
buspiron merupakan antagonis selektif reseptor serotonin
postsinaps 5-HT1A di hipokampus; potensi antagonis
dopaminergiknya rendah sehingga risiko menimbulkan efek
samping ekstrapiramidal pada dosis pengobatan ansietas
kecil.9
Studi klinik menunjukkan buspiron merupakan
antiansietas efektif yang efek sedatifnya relatif ringan. Risiko
timbulnya toleransi dan ketergantungan kecil. Obat ini tidak
efektif pada panic disorder. Efek antiansietas baru timbul
pada penggunaan 10-15 hari (bukan untuk penggunaan akut).
Tidak ada toleransi silang dengan benzodiazepin sehingga
kedua obat tidak dapat saling menggantikan.11
Buspiron diabsorpsi secara cepat pada pemberian
peroral namun mengalami metabolisme lintas pertama secara
ekstensif, yaitu melalui proses hidroksilasi dan dealkilasi.
Bioavailabilitas 5% dan ikatan protein 95%. Waktu paruh
eliminasi buspiron adalah 2-4 jam, dan disfungsi hati dapat
9
memperlambatnya. Rifampin (penginduksi sitokrom P450)
menurunkan waktu paruh buspiron, sedangkan inhibitor
CYP3A4 meningkatkan kadar plasmanya. buspiron
diekskresikan melalui urine dan feses.11
Buspiron hanya menyebabkan sedikit gangguan
psikomotor dibanding benzodiazepin. Efek samping berupa
takikardi, palpitasi, nervousness, keluhan gastrointestinal,
parastesia dan miosis. Pada pasien yang menerima MAO
inhibitor dapat terjadi peningkatan tekanan darah.10
Pemilihan antiansietas didasarkan pada pengalaman
klinik, berat ringannya penyakit serta tujuan khusus
pengobatan. Sebaiknya dimulai dengan obat paling efektif
dengan sedikit efek samping. Dosis harus disesuaikan dengan
kebutuhan pasien dan diberikan sebagai regimen terputus.
Seringkali sindrom ansietas diikuti gejalan depresi,
pada generalized anxiety disorder antiansietas kerap
digunakan bersama antidepresan golongan SSRI.11,12
2.4.2.2. Asam Valproat
Asam valproat selain sebagai antiepilepsi juga
menunjukkan efek antimania. Efikasinya pada minggu
pertama pengobatan seperti litium, tetapi asam valproat
ternyata efektif untuk pasien yang gagal dengan terapi litium.
Valproat menyebabkan hiperpolarisasi potensial istirahat
membran neuron akibat peningkatan daya konduksi membran
untuk kalium.12
Pemberian valproat peroral cepat diabsorpsi dan
kadar maksimal serum tercapai setelah 1-3 jam. Bersifat asam
dan diikat protein sebesar 90%. Vd 10,5L/70 kg .Masa paruh
8-10 jam, kadar darah stabil setelah 48 jam terapi. Keceptana
klirens 0,5-2,1 L/jam, kira-kira 70% dari dosis valproat
diekskresi di urin dalam 24 jam.12
10
Efek samping tersering adalah: mual. Efek pada SSP
berupa kantuk, ataksia, tremor. Toksisitas valproat berupa
ganggan saluran cerna, sistem saraf, hati, ruam kulit, dan
alopesia.12
2.4.2.3. Antidepresan Trisiklik (TCA)
Mekanisme kerja TCA adalah menghambat ambilan
neurotransmiter, norepinefrin dan serotonin neuron masuk ke
terminal saraf pra sinaps, dengan menghambat jalan utama
pengeluaran neurotransmiter , TCA akan meningkatkan
konsentrasi monoamin dalam celah sinaps, menimbulkan
efek antidepresan.10
Efek TCA adalah meningkatkan pikiran,
memperbaiki kewaspadaan mental, meningkatkan aktifitas
fisik, mengurangi angka kesakitan pada depresi.9,10
Efek timbul memerlukan waktu 2 minggu atau lebih.
Indikasi untuk Depresi, gangguan panik, dan dapat digunakan
untuk mengontrol ngompol bagi anak diatas 6 tahun.10
Obat golongan ini mengurangi seluruh gangguan
cemas, terutama obsesif-kompulsif. Obat golongan ini tidak
direkomendasikan sebagai terapi lini utama karena efek
samping berupa efek kolinergik, gangguan jantung, dan
menyebabkan kematian dengan penggunaan berlebihan.
Contoh obat golongan ini adalah imioramine, nortyptaline, an
clomipramine.12
2.4.2.4. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors
Mekanisme kerjanya sama seperti TCA tetapi lebih
selektif menghambat ambilan neurotransmitter serotonin
dibanding yang lain (dopamin).
Indikasi SSRI Untuk depresi (lebih unggul dari golongan
TCA), penderita Bulimia nevrosa, anoreksia nevrosa,
11
gangguan panik, nyeri neuropati diabetik, dan sindrom
premenstrual.11,12
Ada lima jenis obat golongan SSRIs yang dapat
berperan sebagai anti ansietas, yaitu citalopram, escitalopram,
paroxetine, sertraline, dan venlafaxine. Paroxetine digunakan
terutama untuk gangguan panik. SSRIs memiliki tingkat
keamanan yang lebih baik dibandingkan dengan golongan
trisiklik. Hal ini disebabkan karena efek antikolinergik yang
lebih rendah dan tidak menyebabkan kematian jika terjadi
overdosis. Efek samping obat yang sering muncul adalah
nausea, sakit kepala, disfungsi seksual. Penggunaan pada
anak-anak perlu perhatian khusus, karena dapat menyebabkan
agitasi dan impulsive suicidal.11,12
2.4.2.5. Monoamine Oxidase Inhibitors
Monoamin oksidase adalah suatu enzim mitokondria
yang ditemukan dalam jaringan saraf dan jaringan lain,
seperti usus dan hati. Dalam neuron, MAO berfungsi sebagai
katup penyelamat (menonaktifkan neurotransmiter monoamin
( NE, dopamin, serotonin).
Mekanisme kerja MAOI dengan cara menginaktifasi
monoamin (NE,serotonin,dopamin) yang keluar dari vesikel
sehingga monoamin dalam neuron berkurang, serta
menghambat inaktivasi monoamin oleh MAO, sehingga
monoamin tetap aktif dan berdifusi kedalam ruang sinaps.11
Indikasi MAOI, yaitu depresi pada pasien yang
tidak responsif atau alergi oleh antidepresan trisiklik, a
nsietas hebat, aktivitas psikomotorik lemah, pengobatan
fobia, dan depresi atipikal (pikiran labil, menolak kebenaran,
gangguan napsu makan).12
2.4.2.6. Adrenegic Receptor Antagonist
12
Obat yang termasuk golongan ini adalah propanolol
dan atenolol, yang memiliki aksi menekan gejala somatik dari
cemas dan panik. Obat ini tidak terlalu berpengaruh pada
gangguan cemas kronis.15
2.5. Efek Samping Anti Ansietas Secara Umum14
Efek samping obat anti ansietas dapat berupa :
- Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif berkurang).
- Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll)
Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika,
oleh karena “at therapeutic dose they have low re-inforcing properties”.
Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang
masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat singat.14
Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala putus
obat (rebound phenomena). Pasien menjadi iritabel, bingun, gelisah,
insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, dan konvulsi.14
Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar obat dalam plasma. Untuk
obat Benzodiazepine dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala
putu obat dibangdingkan dengan obat Benzodiazepine dengan waktu paruh
panjang (misalnya : Clobazam sangat minimal dalam menimbulkan gejala
putus obat).14
Ketergantungan relatif lebih sering terjadi pada individu dengan
riwayat peminum alkohol, penyalahgunaan obat (drug abusers) atau unstable
personalities. Oleh karena itu, obat Benzodiazepine tidak dianjurkan
diberikan pada pasien tersebut.14
Untuk mengurangi risiko ketergantungan obat, maksimum lama
pmeberian 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.14
2.6. Cara Penggunaan Anti Ansietas14
13
Golongan Benzodiazepine sebagai obat anti ansietas mempunyai ratio
terapeutik lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan
toksisitas yang rendah, dibandingkan dengan meprobamate atau
phenobarbital. Disamping itu phenobarbital menginduksi ensim mikrosomal
di hepar, sedangkan golongan benzodiazepine tidak.14
Golongan benzodiazepine merupakan “drug of choice” dari semua
obat yang mempunyi efek anti ansietas, disebabkan spesifisitas, potensi, dan
keamanannya.
Spektrum klinis benzodiazepine meliputi efek anti ansietas,
antikonvulsan, anti-insomnia, premedikasi tindakan operatif :
Diazepam/Chlordiazepoxide: “broadspectrum”
Nitrazepam/Flurazepam : dosis anti ansietas dan anti
insomnia berdekatan (non dose-related), lebih efektif sebagai
anti-insomia.
Midazolam : onset cepat dan kerja singkat, sesuai
kebutuhan untuk premedikasi tindakan operatif.
Bromazepam, Lorazepam, Clobazam : dosis anti-anxietas
dan anti-insomnia berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai
anti-anxietas.
Pengaturan dosis penggunaan anti asietas :
- “Steady state” (keadaan dengan jumlah obat yang masuk ke dalam
badan sama dengan jumlah obat yang keluar dari badan) dicapai
setelah 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari (half life = < 24 jam).
“onset of action” cepat dan langsung memberikan efek.
- Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai
“steady state”.
- Pengaturan dosis tidak perlu seperti neurolpetika dan antidepresan.
- Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) naikkan dosis setiap 3-
5 hari sampai mencapai dosis optimal dipertahankan 2-3
minggu diturunkan 1/8 x setiap 2-4 minggu dosis minimal
yang masih efektif (maintenance dose) bila kambuh dinaikkan
14
lagi dan bila tetap efektif pertahankan 4-8 minggu tapering
off.
Lama pemberian anti ansietas :
- Pada sindrom anxietas yang disebabkan faktor situasi eksternal,
pemberian obat tidak lebih dari 1-3 bulan.
- Pemberian yang sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila sindrom
anxietas dapat diramalkan waktu datangnya dan hanya pada situasi
tertentu (anticipatory anxiety), serta terjadinya tidak sering.
- Penghentian selalu secara bertahap (stepwise) agar tidak
menimbulkan gejala lepas obat (withdrawal symptoms).
BAB III
SIMPULAN
Ansietas merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan
saraf otonom (SSO). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik
yang sering merupakan satu fungsi emosi. Pengobatan ansietas ialah
menggunakan sedatif, atau obat-obat yang secara umum memiliki sifat yang sama
dengan sedatif. Antiansietas yg terutama adalah golongan benzodiazepin.
15
Untuk mencapai pengobatan optimal dibutuhkan pendekatan
psikofarmaka, pendekatan psikofarmaka adalah dengan obat-obatan anxiolitik
yang meliputi tranquilizer minor baik golongan Benzodiazepin maupun non
Benzodiazepin, Antidepresan Trisiklik, Monoamin Oxidase Inhibitor (MAOI),
Adrenegic Receptor Antagonist, Asam Valproat, dan Specific Serotonine
Reuptake Inhibitor (SSRI).
Golongan benzodiazepine merupakan “drug of choice” dari semua obat
yang mempunyi efek anti ansietas, disebabkan spesifisitas, potensi, dan
keamanannya. Untuk mencapai pengobatan yang rasional perlu diperhatikan
indikasi, lama pemberian, cara pemberian, dosis, dan efek samping dari
penggunaan anti ansietas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H.I, Saddock B.J, Grebb J.A. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara, Jakarta.1997;1-62.
2. Wibisono S. Simposium Anxietas Konsep Diagnosis dan Terapi Mutakhir. Jakarta. 1990; 1-10.
3. Maramis W.F, Nerosa. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press, Surabaya. 2004; 250-262.
16
4. Departemen Kesehatan R.I.. Gangguan Anxietas. DirektoratKesehatan Jiwa Masyarakat , Direktorat Jenderal Bina KesehatanMasyarakat.2007; 98-102.
5. Sadock B.J, Sadock V.A. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 10th
edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2007; 579- 633.
6. Setyonegoro K.R, Iskandar Y. Anxietas. Yayasan Drama Usada, Jakarta. 1980; 2-4.
7. Stahl S.M. Essential Psychopharmacology Neuroscientific Basis and Practical Applications. 2nd edition. Cambridge University Press. 2002; 300.
8. Iskandar Y. Stres, Anxietas dan Penampilan. Yayasan Dharma Graha, Jakarta. 1984; 1-10.
9. Katzung B, Masters S, Trevor A. Basic and Clinical Pharmacology. 10th
ed. USA, The McGraw-Hill Companies.2006.
10. Syarif A et.al. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
11. Granger, P. et al. Modulation of The Gamma-Aminobutyric Acid Type a Receptor by The Antiepileptic Drugs Carbamazepine and Phenytoin. Mol. Pharmacol. 47. 1995; 1189–1196.
12. Gelder, M., Mayou, R. and Geddes, J.. Psychiatry. 3rd ed. New York: Oxford. 2005; 250.
13. Kay J and Allan Tasman. Essentials of Psychiatry. Wiley, USA. 2006; 984.
14. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropika. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya, Jakarta, 2007; 36-42.
15. Sadock B.J, Sadock V.A. Pocket Handbook of Clinical Psychiatry Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 4th edition. Lippincott Williams & Wilkins. 2005; 390- 440.
17
top related