satuan layanan bimbingan dan...
Post on 03-Feb-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
L
A
M
P
I
R
A
N
Satuan Layanan Bimbingan dan Konseling
1. Topik :”Meningkatkan kemandirian belajar siswa.”
2. Bidang Bimbingan : Pribadi dan belajar
3. Jenis Layanan : Konseling kelompok behavioral
4 . Fungsi Bimbingan : Pengentasan dan Pemahaman
5. Tujuan layanan :
Membantu konseli mengusahakan perilaku yang
dikehendaki di luar situasi konseling dan memelihara
perilaku yang dikehendaki sesudah berakhirnya konseling
kelompok behavioral
Konseli dapat memodifikasi dan mengembangkan perilaku
baru
6 . Sasaran Layanan : Siswa kelas VIII H (BN,FT,TF,HT,LW,RT,RD,VL)
7. Uraian Kegiatan :
1. Tahap Pembentukan
- Menerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih atas
kehadiran dan kesediaan anggota kelompok melaksanakan
kegiatan.
- Berdoa secara bersama, sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
- Menjelaskan pengertian konseling kelompok behavioral
(disesuaikan dengan kegiatan apa yang direncanakan).
- Menjelaskan tujuan konseling kelompok (behavioral)
- Menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok behavioral
Menjelaskan asas-asas bimbingan dan konseling yaitu asas
kerahasiaan, kesukarelaan, kegiatan, keterbukaan, kenormatifan.
- Perkenalan pada setiap anggota kelompok.
2. Tahap peralihan
- Konselor mendorong dan memotivasi konseli untuk mengikuti
kegiatan konseling kelompok tersebut dengan baik, berupaya
mengkondisikan situasi pelaksanaan layanan supaya kondusif.
- Konselor memberikan kesempatan kepada anggota kelompok
dengan melakukan pembagian tugas dan kontrak terhadap layanan
yang akan dilaksanakan, sehingga peran masing-masing anggota
kelompok mengerti dengan tugasnya masing-masing.
3. Tahap kegiatan
- Setiap anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi yang
perlu mendapat bantuan kelompok untuk pengentasannya.
- Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan
dientaskan pertama, kedua, ketiga, dst.
- Klien (anggota kelompok yang masalahnya dibahas) memberikan
gambaran yang lebih rinci mengenai masalah yang dialaminya.
- Seluruh anggota kelompok aktif membahas masalah klien melalui
berbagai cara, seperti : bertanya, menjelaskan, mengkritisi,
memberi contoh, mengemukakan pengalaman pribadi,
menyarankan.
- Klien setiap kali diberi kesempatan untuk merespon apa-apa yang
ditampilkan oleh rekan-rekan anggota kelompok.
4. Tahap pengakiran
- Mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri
- Pemimpin kelompok dan anggota kelompok mengemukakan kesan
dan hasil-hasil kegiatan.
- Membahas kegiatan lanjutan
- Mengemukakan pesan dan harapan
- Doa penutup
5. Tempat : Ruang BK
6. Waktu : 1X60 menit
7. Tanggal : 28 Maret 2012, 30 Maret 2012, 3 April
2012 , 5 April 2012, 9 April 2012, 10 April 2012, 11 April 2012, 12 April
2012, 14 April 2012, 16 April 2012
8. Pihak yang disertakan :
9. Penyelenggara : Praktikan
10. Rencana penilaian :
Penilaian proses : Saat konseling berlangsung, anggota
kelompok terlihat mengemukakan masalah yang sebenarnya dan
prosesnya berjalan lancar.
Penilaian hasil : Anggota kelompok dapat membantu
masalah temannya yang sedang dibahas dan bisa mecarikan jalan yang
terbaik.
11. Tindak Lanjut : Observasi dan mengadakan layanan
lanjutan apabila siswa yang bersangkutan belum bisa
berhasil menyelesaikan masalahnya.
Mengetahui Salatiga, 22 Maret 2012
Guru Bk Peneliti
Musthofiyatun BA Yoga Tri Atmoko
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL.
KELAS : VIII H
TANGGAL : 28 Maret 2012
WAKTU : 09.30-10.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT)
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari (RD)
8) Valentino Lardo (VL)
SESI I
Ko : “ Assalamualaikum Wr Wb, Selamat pagi, semuanya…”
(Semua Ki ) : “ Waalaikumsalam Wr Wb, Selamat pagi mas…”
Ko : “ Bagaimana kabar kalian hari ini?”
(Semua Ki) : “ Baik…”
Ko : “ Sebelumnya saya mengucapkan terimakasih kalian bersedia
berkumpul pagi hari ini diruangan ini.”
VL : “ Mas, mau tanya kita dikumpulkan ditempat ini untuk apa sich?”
Ko : “ Nach kita berkumpul ditempat ini untuk melakukan kegiatan
konseling kelompok. Ada yang tahu tidak apa itu konseling
kelompok?”
(Semua Ki) : “ tidak tahu mas….”
BN : “ kegiatan kayak gimana to itu mas?”
Ko : “Kalian pasti penasaran kan? Tenang saja nanti akan mas jelaskan
apa itu konseling kelompok akan tetapi sebelum kita memulai
konseling kelompok lebih baik kita berdoa terlebih dahulu.” Nach,
siapa yang mau pimpin doa?”
FT : RD aja mbak…
Ko : ya sudah, RD tolong pimpin doa ya..!”
RD : “Marilah kita berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing, berdoa dimulai…. Berdoa selesai. Amien .”
Ko : “ Terimakasih RD. oiya kita tadi belum kenalan ya?” kata pepatah
tak sayang karna tak kenal, eh kebalik ya tak kenal maka tak
sayang kenal, biar kalian sayang ma mase ini hehe, saya akan
memperkenalkan diri.. nama Yoga Tri Atmoko, panggil saja mas
Yoga alamat asal saya dari Bawen, saya mahasiswa UKSW yang
sedang melakukan penelitian skripsi di SMP N 1 Bawen. Sekarang
biar saya juga sayang sama kalian sekarang kalian
memperkenalkan diri ya, mulai dari sebelah kanan saya..”
(Semua) : “ nama saya BN alamat karang jati, nama saya RD alamat merak
mati, nama saya FT alamat babadan, nama saya TF alamat lemah
abang, nama saya HT alamat glodogan, nama saya NW alamat
ambarawa, nama saya VL alamat di lemah ireng, nama saya RT
alamat di bergas.
Ko : “Ok… terima kasih untuk perkenalannya. Nah, sebelum kita
memulai konseling kelompok ini, saya akan menjelaskan terlebih
dahulu mengenai apa itu konseling kelompok. Konseling kelompok
adalah suatu upaya/proses layanan bimbingan konseling yang
menggunakan dinamika kelompok sebagai media kegiatannya
untuk membantu memecahkan permasalahan yang dialami konseli
yaitu kalian. Dinamika kelompok yaitu kalian semua yang
melakukan konseling kelompok agar dapat menyelesaikan masalah
yang sedang kalian hadapi secara kelompok. Tiap anggota dalam
kelompok mengekplorasi masalah dan perasaan-perasaannya dan
dengan bantuan konselor berusaha untuk mengubah sikap dan
nilai-nilai sehingga konseli memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam mengembangkan diri dan situasi pendidikannya. Di dalam
konseling kelompok ini kalian akan mengemukakan masalah
kemandirian belajar yang sedang kalian hadapi. Kalian juga berhak
memberikan masukan atau sharing kepada teman untuk membantu
teman kalian yang sedang menghadapi masalah. Jadi tujuan dari
konseling kelompok ini adalah membantu menyelesaikan masalah
yang dihadapi anggota dalam kelompok. Bagaimana, jelas atau
belum?
HT :”Emm…mas. Aku mau tanya, kalau yang akan kita ceritakan kan
masalah pribadi gimana mas? Eee…maksud saya, kita kan gak
ingin masalah kita diketahui oleh orang banyak. Terus
gimana?”(sambil memandang ke semua teman-teman).
TF&RT : ”Iya …mas kalau kayak gitu gimana?” kita kan malu mas kalau
begitu…
Ko :”Oh…ya, begini adik-adik. Dalam konseling kelompok itu ada
beberapa asas yang harus ditaati. Salah satunya adalah asas
kerahasian. Jadi sebelum memulai konseling kelompok, diantara
anggota kelompok harus punya komitmen untuk tidak
membocorkan masalah yang akan dibahas dalam konseling
kelompok ini. Bagaimana apakah kalian punya komitmen untuk
tidak membocorkan masalah apa pun yang akan kita bahas dalam
bimbingan kelompok ini?” jadi kita tidak perlu takut untuk
bercerita masalah kalian nanti karena dalam konseling kelompok
kita akan menjaga rahasia antara kelompok karena kita berasaskan
kerahasiaan dan juga keterbukaan serta kesukarelaan jadi kalian
diharapkan mau terbuka menceritakan masalah kalian tanpa
paksaan ya.sanggup tidak???
Semua :”Ya…sanggup……”
BN :”Kalau bocor berarti kita delapan anggota ini mas yang patut
dicurigai..he..he..”(sambil senyum-senyum dan malu-malu).
NW :”Mas, terus caranya kita mengungkapkan masalah gimana?”
Ko :” Jadi begini adik-adik, setiap anggota diharapkan
mengungkapkan satu masalah yang sedang dihadapinya. Terserah
nanti mau dimulai dari sebelah mana, kiri atau kanan atau dari
tengah. Untuk kemudian kita akan secara bersama-sama
memprioritaskan masalah mana yang harus segera ditangani atau
diselesaikan. Semua permasalahan yang sudah diungkapkan akan
dibahas secara bergantian sesuai dengan kesepakatan kita. Jadi
dalam satu sesi kita bisa saja hanya membahas satu masalah bisa
juga dua masalah. Bagaimana, jelas adik-adik?”
Semua :”Jelas…!!!”
Ko : “Baiklah…terima kasih adik-adik atas semangatnya, semua sudah
memperkenalkan diri. Sebelum kita memulai konseling kelompok
ini, bagaimana kalau kita sedikit adakan permainan?”
NW :”Wah…setuju…setuju…!! Biar gak tegang mas
Ko :” Yang lainnya gimana setuju tidak?”
Semua :” setuju mas..!”
Ko :” Nach permainannya kita akan menyanyikan lagu lingkaran kecil
lingkaran besar dan diperagakan terbalik jadi kalau lingkaran kecil
diperagakan lingkaran besar dan kalau lingkaran besar diperagakan
lingkaran kecil kalau ada yang salah memperagakan nanti ada
hukuman dari yang memperagakan benar bagaimana? Sudah
jelas?”
Semua : “ Jelas…!”
Ko : “ Baiklah kita akan memulai pada hitungan ketiga satu..dua..tiga..
Semua : “ Lingkaran kecil.. lingkaran kecil.. lingkaran besar.. dikasih
lubang.. dikasih lubang.. jadi lingkaran besar.. lingkaran
besar..lingkaran besar.. lingkara kecil..
HT,TF,NW : “ mas, BN salah mas,tadi lingkaran besar diperagake lingkaran
besar haruse kan kecil dikasih hukuman apa mas..”
BN : “ enggak yow, aku gak salah Cuma agak keliru sedikit hehehe…
Semua : “ Alah, alasan tuch mas…! Dikasih hukuman nyanyi bintang
kecil tapi huruf vokalnya diganti O semua mas hhahaha…
Ko : “ ayo gimana BN bisa tidak?”
BN : “ Aach enteng itu mas ( dan akhirnya BN menyelesaikan
hukumannya) “
Ko : “ Ok terimakasih BN..”
Ko : “Dalam konseling nanti kita ada kontrak waktu yang berarti
kesepakatan waktu dalam kita membahas suatu permasalahan.
Saya akan menawarkan kalau kegiatan kita berjalan selama 9 sesi
dan setiap sesi berdurasi 60 menit. Bagaimana? ”
Semua : “ sembarang mas, manut kita mas”
Ko : “ Ok, kita telah sepakat bahwa kita akan lakukan 9 sesi dan
dengan durasi waktu 60 menit per sesinya. Ok karena waktu kita
sudah habis untuk sementara waktu kita sampai di sini dan kita
lanjutkan besok tanggal 30 Maret 2012.”
Semua : “ Ok mas”
Ko : “ Baiklah sebelum kegiatan konseling kelompok ini kita akhiri
marilah kita berdoa terlebih dahulu. Berdoa dimulai….. berdoa
selesai.. samapai bertemu besuk ya.”
(kegiatan diakhiri dengan bersalaman)
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL.
KELAS : VIII H
TANGGAL : 30 Maret 2012
WAKTU : 09.30-10.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT )
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari ( RD)
8) Valentino Lardo ( VL)
SESI II
(Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan
salam dan doa. Dan juga anggota kelompok diajak untuk melakukan permainan
telur, ulat, kepompong, kupu-kupu.)
Ko : “Baiklah, jika di pertemuan pertama kita telah membicarakan
mengenai apa itu konseling kelompok, tujuan dan manfaatnya.
Maka sekarang kita akan melakukan konseling kelompok. Apakah
kalian semua sudah siap? Are you ready??”
Ki : “ Yes, Im ready mas.. (serempak)
Ko : “ Saya akan menjelaskan pelaksanaan konseling kelompok,
pertama kita satu Persatu mengungkapkan permasalahan kalian
satu persatu dan kita sepakati masalah siapa yang akan dibahas
terlebih dahulu jangan kuatir karena semuanya akan mendapat
giliran membahas masalah kalian masing-masing, diharapkan
kalian nantinya berpartisipasi dalam pemberian alternative
pemecahan masalah bagi teman-teman kalian. Bagaimana bisa
dimengerti?”
Ki : “iya mas”
Ko : ”Baiklah…saya mengingatkan lagi, kita akan membahas masalah
yang kalian ungkapkan nanti secara bergantian. Tapi kalian juga
harus aktif ketika membantu menyelesaikan salah satu masalah
dari teman kalian. Jadi semua yang ada disini boleh menanggapi
dan memberikan masukan dalam memecahkan masalah.”
Semua : ” Baik..mas ”
Ko : “Karena kalian sudah siap kita mulai saja. Silahkan masing-
masing dari kalian dapat menyebutkan permasalahan kalian secara
bergantian.”
BN : “ saya takut mengajukkan pendapat saat pelajaran berlangsung
mas.”
FT : “ kalau saya sulit belajar sendiri, jika tidak ada yang membantu
saya belajar.”
TF : “ hem, saya mau belajar kalau disuruh sama orangtua mas, kalau
tidak disuruh belajar sama orangtua, biasanya saya malah nonton tv
sampai mengantuk jadi tidak belajar.”
HT : “Saya tidak berani mengajukan pertanyaan jika kurang paham terhadap
materi pelajaran mas.”
NW : “ saya sering merasa rendah diri jika mempunyai pendapat yang
berbeda dengan teman mas waktu membahas pelajaran.”
RT : “ saya sering mencontek pekerjaan rumah (PR) pada teman.”
RD : “ saya lebih suka mengobrol dibandingkan mendengarkan guru
menerangkan mas.”
VL : “ saya cepat minder jika mendengarkan materi pelajaran yang
saya anggap sulit mas.”
Ko : “Terima kasih ya kalian bersedia mengungkapkan beberapa
persoalan yang mengganggu kalian. Dan kita akan membahas
persoalan tersebut satu persatu. Sebelumnya siapa yang ingin
masalahnya kita bahas lebih dahulu?”
VL : “ Berhubung teman-teman masih pada malu-malu, saya bersedia
masalah saya dibahas terlebih dahulu mas.”
Ko : “Baiklah kalau begitu kita bisa mengawali dengan pengungkapan
lebih jauh lagi permasalahan dari VL. Silahkan VL ceritakan lebih
lanjut persoalan kamu.”
VL : “ Begini mas, saya itu langsung minder jika guru menjelaskan
materi yang menurut saya sulit mas, saya jadi merasa takut tidak
bisa mengerjakan tugas yang berkaitan dengan materi itu mas.”
Ko : “ Apakah disemua mata pelajaran kamu merasa begitu ketika ada
pelajaran yang kamu anggap sulit?”
VL : “ iya mas.”
Ko : “ Ok, siapa diantara kalian yang mau bertanya atau menanggapi
permasalahan yang sedang dialami oleh VL?”
BN : “ ketika kamu merasa minder tidak bisa menguasai pelajaran
tersebut, tindakan apa yang selanjutnya kamu lakukan?”
VL : “ saya kadang malah mencoret-coret kertas atau menggambar dan
tidak mendengarkan materi tersebut.”
RT : “ kalau kamu tidak bisa menguasai materi tersebut, kok kamu
malah tidak mendengarkan guru menerangkan?”
VL : “ saya merasa percuma mendengarkan guru, toh akhirnya saya
tetap tidak bisa mengerjakan.”
TF : “ kenapa kamu berkata seperti itu, kan kamu juga belum
mencobanyakan?”
VL : “ tapi saya merasa tidak akan bisa mengerjakannya. Walaupun
saya belum mencoba mempelajarinya.”
TF : “ Apa salahnya kalau kamu mencoba mendengarkan dan
mengerjakan, masak belum maju berperang sudah mengaku kalah,
seperti yang menemukan bolam lampu pun mereka berkali-kali
gagal tapi tetap percaya diri dan akhirnya impiannya tercapai kan?”
VL : “ iya juga sih, saya setuju dengan pendapat TF.”
Ko : “Baiklah sekarang kita coba menggunakan pendekatan
behavioristik dengan teknik asertif yang bertujuan untuk
mendorong kita agar dapat bersikap percaya diri terhadap
kemampuan yang kita punyai.”
VL : ““Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan sih, Mas?”
Ko : “Begini VL, saya akan mengajak kamu untuk melakukan role
playing (bermain peran). Tujuan dari permainan ini adalah untuk
melatih kamu agar dapat melatih ketegasan. Kamu diminta untuk
berperan sebagai diri sendiri yakni sebagai orang percayadiri yang
mampu mengerjakan pelajaran yang kamu anggap sulit. VL
sebagai siswa yang minder dalam pelajaran sulit. Sedangkan TF
sebagai guru yang mengajar pelajaran yang kamu anggap sulit.
Kemudian ungkaplah segala emosi, perasaan yang mengganjal di
hatimu. Bagaiamana sudah siap untuk meluapkan segala perasaan
di hatimu?”
VL : “ baiklah kalau begitu tapi sebenarnya saya merasa takut sih.”
FT : “ kamu harus percaya terhadap kemampuan yang kamu miliki,
tidak ada hal yang tidak bisa jika kamu mau berusaha.”
VL : “ Ok teman, saya akan mencobanya.”
RD : “ VL, kamu pasti bisa mengerjakan pelajaran itu, kalau tidak
dicoba mana kita tahu iya ga?”
VL : “ iya saya akan mencobanya.”
Ko : “ Bagaimana apakah kamu merasa bisa mengerjakan pelajaran
yang kamu anggap sulit itu?”
VL : “Ya, Insya Allah mas.”
RD : “Apakah kamu mampu berjanji untuk berani mencoba
mengerjakan pelajaran yang kamu anggap sulit itu?”
VL : “Iya. Saya akan berjanji untuk mencoba mengerjakan pelajaran
yang saya anggap sulit. Saya akan berjanji bahwa saya sanggup
dan mampu untuk mencoba dan terus mencoba.”
Ko : “Apakah kamu bisa benar-benar tidak minder dalam mengerjakan
pelajaran yang kamu anggap sulit itu setelah proses konseling
selesai?”
VL : ““Iya. Saya yakin pasti bisa.”
Ko : “Sebelum kita mempraktikkan bermain peran, saya akan
mengajak kalian untuk bernyanyi. Apakah kalian setuju?”
Ki : “ Setuju mas.”
(konselor dan konseli bernyanyi.)
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain
peran, konseli sebagai siswa yang minder tidak bisa mengerjakan pelajaran yang
sulit sedangkan konseli lain sebagai guru yang mengajar pelajaran yang sulit.
Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mendengarkan penjelasan materi
dan mencoba mengerjakan materi yang konseli anggap sulit.
Ko : “Bagaimana perasaan kamu saat melakukan bermain peran?”
VL : ““Perasaan saya saat melakukan bermain peran, saya
menikmatinya Mas. Dengan bermain peran saya dapat melatih saya
untuk berani dan percaya diri mengerjakan pelajaran yang selama
ini saya anggap sulit.”
Ko : “ Terus, bagaimana nich kesan kamu setelah kita melakukan
bermain peran?”
VL : “ Kesan saya saat bermain peran saya senang karena saya ternyata
mampu mengerjakan pelajaran yang selama ini saya hindari karena
saya naggap sulit mas.”
BN : “ Apakah kamu terbantu dengan adanya bermain peran ini VL?”
VL : “ iya saya sangat terbantu dengan adanya bermain peran ini.”
FT : “ kira-kira manfaat apa yang dapat kamu petik dalam bermain
peran ini?”
VL : “ saya mengetahui bahwa saya mampu mengerjakan pelajaran
yang saya anggap sulit, selama saya mau berusaha.”
Ko : “ Nah, kalau kita ingin masalah kita selesai kita harus berusaha
menyelesaikannya dan mempunyai komitmen. Bagaimana VL apa
kamu sudah dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah kamu?”
VL : “ Saya sudah memutuskan untuk akan melakukannya Mas.
Semoga masalah saya dapat terselesaikan Mas.”
Ko : “ Baguslah kalau begitu, semoga kamu berhasil dan tetap
semangat.”
VL : “ Iya mas, terimakasih banyak.”
Ko : “ Sebelum kita akhiri pada pertemuan kali ini, sesi berikutnya
akan dilanjutkan pada tanggal 3 April 2012. Apakah kalian
setuju?”
Ki : “ Setuju Mas”
Ko : “ Baiklah kalau begitu, kita akhiri sesi ini dengan berdoa menurut
agama dan kepercayaannya masinf-masing. Berdoa dimulai…..
selesai. Sampai bertemu lagi.
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL.
KELAS : VIII H
TANGGAL : 3 April 2012
WAKTU : 09.30-10.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT )
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari ( RD)
8) Valentino Lardo ( VL)
SESI III
(Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan
salam dan doa.)
Ko : “ Nach, jika di pertemuan yang lalu kita telah membantu
permasalahan VL. Maka sekarang kita akan bantu satu
permasalahan dari kalian.”
TF : “ Selanjutnya masalah siapa mas yang akan kita bahas?”
Ko : “ Begini saja, saya tawarkan kepada kalian siapa yang mau
masalahnya dibahas pada sesi ini?”
BN : “ Masalah saya saja mas.”
Ko : “ Baiklah kalau begitu kita langsung saja mempersilahkan BN
untuk menceritakan masalah yang dihadapinya. Silahkan BN.”
BN : “ Baik mas, begini saya mempunyai masalah takut mengajukan
pendapat saat pelajaran berlangsung. Padahal saya ingin sekali
mengajukan pendapat mas, tapi ya takut sekali dan akhirnya tidak
jadi.”
Ko : “ Apa yang menyebabkan kamu takut mengajukkan pendapatmu
BN?”
BN : “ Saya takut karena ketika saya berbicara pendapat saya jadi
melantur kemana-mana mas. Makanya dari itu saya jadi tidak
berani mengajukan pendapat lagi.”
Ko : “ Silahkan bagi teman-teman yang lain untuk menanggapi
permasalahan yang dialami BN.”
RT : “ Lha kok bisa BN pendapatmu jadi melantur kemana-mana?
BN : “ Itu dikarenakan saya gugup, jadi apa yang sudah saya pikirkan
pendapat saya tidak bisa saya utarakan dengan biasa.”
HT : “ Hal apa yang sudah kamu lakukan untuk mengatasi masalah mu
tersebut?”
BN : “ Saya pernah menghapal sebelum mengajukkan pendapat.”
HT : “ Apa usaha yang kamu lakukan berhasil?”
BN : “ GATOT alias gagal total, karena yang saya hafalkan langsung
lenyap kalah dengan rasa gugup saya.”
VL : “ Lha terus ketika yang kamu hafalkan lenyap, akhirnya kamu
bilang apa tentang pendapatmu?”
BN : “ Ya, saya hanya diam saja dan waktu yang diberikan untuk
mengajukan pendapat habis.”
HT : “ Kenapa kamu sampai segugup itu?”
BN : “ Karena saya takut pendapat saya salah dan tidak diterima.”
HT : “ Kenapa kamu berpikiran seperti itu?”
BN : “ Saya takut kalau pendapat saya salah dan nanti tidak diterima.”
NW : “ Lho, namanya juga pendapat wajar saja jika diterima maupun
tidak, lagian tidak ada pendapat yang salah Cuma mungkin kurang
sesuai saja, karena setiap orang kan mempunyai sudut pandang
yang berbeda. Jadi tidak usah takut pendapatmu salah.”
BN : “ Saya setuju dengan yang dikatakan NW mas.”
Ko : “Baiklah sekarang kita coba menggunakan pendekatan
behavioristik dengan teknik asertif yang bertujuan untuk
mendorong kita agar dapat bersikap lebih percaya diri dalam
mengutarakan pendapat.”
BN : “Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan, Mas?”
Ko : “ Begini BN, saya akan mengajak kamu untuk melakukan role
playing (bermain peran). Tujuan dari permainan ini adalah untuk
melatih kamu agar dapat melatih kepercayaan diri kamu. Kamu
diminta untuk berperan sebagai diri sendiri yakni sebagai orang
yang mampu mengutarakan pendapat kepada guru. NW sebagai
guru yang mendengarkan BN mengutarakan pendapat. Kemudian
ungkaplah segala emosi, perasaan yang mengganjal di hatimu.
Bagaiamana sudah siap untuk meluapkan segala perasaan di
hatimu?”
BN : “Baiklah Mas…..Sebenarnya saya takut untuk berbicara seperti
itu Mas?”
Ko : “ Tenang saja, coba kamu keluarkan segala perasaan yang ingin
kamu sampaikan dalam mengutarakan pendapatmu.”
BN : “ Baiklah mas, akan saya coba sebisa saya.”
VL : “Kamu pasti bisa. Kamu mampu mengeluarkan segala perasaan
emosi yang ada di hati kamu. Perasaan yang kamu alami tapi tidak
mampu kamu ungkapkan.”
BN : “Saya akan coba untuk melakukannya.”
RD : “ Apakah kamu beneran bisa mengatakan pendapat kamu kepada
guru dihadapan teman-temanmu?”
BN : “ Iya, Insya Allah saya bisa melakukannya.”
Ko : “ Apakah kamu bisa berjanji mengatakan bahwa tidak akan gugup
dalam mengajukkan pendapat.”
BN : “ Iya, saya berjanji akan percaya diri mengutarakan pendapat
saya.”
NW : “Apakah kamu bisa benar-benar mengucapkan pendapat kamu?”
BN : “Iya. Saya yakin pasti bisa untuk mengutarakan pendapat saya
tanpa rasa takut.”
Ko : “ Sebelum kita mempraktikkan bermain peran, saya akan
mengajak kalian untuk bermain game. Telor, ayam kecil, ayam
besar.. Apakah kalian setuju?”
Ki : “ Setuju sekali mas”
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain
peran, konseli sebagai siswa yang akan mengutarakan pendapat kepada guru.
sedangkan konseli lain berperan sebagai guru yang mendengarkan pendapat
konseli BN. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan niatnya
dengan tegas untuk mengutarakan pendapatnya.
Ko : “Bagaimana perasaan kamu saat melakukan bermain peran?”
BN : “Perasaan saya saat melakukan bermain peran, saya
menikmatinya Mas. Dengan bermain peran saya dapat melatih diri
saya untuk berani mengatakan dengan tegas pendapat saya sendiri.”
Ko : “Bagaimana kesan kamu saat bermain peran?”
BN : “Kesan saya saat bermain peran saya mampu mengutarakan
pendapat saya didepan kelas dan didepan guru.”
FT : “Apakah kamu terbantu dengan adanya bermain peran?”
BN : “Sangat terbantu sekali dengan adanya bermain peran.”
HT : “Manfaat apakah yang dapat kamu petik setelah kamu melakukan
bermain peran?”
BN : “Saya mampu memahami kemampuan dan cara berfikir saya
dalam mengutarakan pendapat saya sendiri.”
Ko : “Kalau kita ingin masalah kita selesai kita harus berusaha
menyelesaikannya dan mempunyai komitmen. Bagaimana BN apa
kamu sudah dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah kamu?”
BN : “Saya sudah memutuskan untuk akan melakukannya Mas.
Semoga masalah saya dapat terselesaikan Mas.”
Ko : “Baguslah kalau begitu. Semoga kamu berhasil. ya”
BN : “Iya Mas. Terima kasih.”
Ko : “ Sebelum kita akhiri pada pertemuan kali ini, sesi berikutnya
akan dilanjutkan pada tanggal 5 April 2012. Apakah kalian
setuju?”
Ki : “ Setuju Mas”
Ko : “OK. Kalau kalian setuju maka pada sesi ini kita tutup dengan
berdoa.”
(Kegiatan kelompok diakhiri denga kesan-kesan)
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL..
KELAS : VIII C
TANGGAL : 5 April 2012
WAKTU : 09.30-10.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT )
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari ( RD)
8) Valentino Lardo ( VL)
SESI IV
(Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan
salam dan doa.)
Ko : “ Bagaimana kabar kalian semua?”
Ki : “ Alhamdulillah sehat mas.”
Ko : “ Baiklah, kita akan lanjutkan konseling kelompok kita. Apakah
kalian sudah siap?”
Ki : “ Siap mas..”
Ko : “Baiklah sebelum kita melanjutkan untuk ke pembahasan masalah
selanjutnya, mari kita melihat dulu kondisi VL yang beberapa sesi
sebelumnya telah kita bahas. Silahkan VL bisa mengungkapkan
perkembangannya setelah mengikuti konseling kelompok.”
VL : “ Saya sudah mencoba ketika ada pelajaran yang saya anggap
sulit saya masih mendengarkan dan mengerjakannya. Walaupun
awalnya masih sulit tapi sedikit demi sedikit saya sudah tidak
minder lagi ketika ada pelajaran yang saya anggap sulit.”
Ko : “Setelah kamu melakukan semua itu apa perubahannya terhadap
diri kamu?”
VL : “Saya bisa dan mampu bersikap lebih percaya diri dalam
mengerjakan tugas dan pelajaran yang diberikan guru baik itu
mudah maupun sulit mas.”
Ko : “ Wah, dari apa yang telah kamu katakan, nampaknya kamu
sudah lebih baik dari kemarin.”
VL : “Iya Mas. Dan saya akan terus berusaha untuk tetap melakukan
tindakan yang sudah saya utarakan tadi. Karena saya merasa hal
tersebut sangat membantu saya.”
Ko : “Baiklah sebelum ke masalah selanjutnya, apakah VL masih ingin
mengungkapakan sesuatu?”
VL : “Saya rasa tidak ada Mas.”
Ko : “ Ok, kalau begitu. Mas mempersilahnya untuk selanjutnya yang
akan mengungkapkan permasalahan yang dihadapi. Silahkan
jangan sungkan-sungkan.”
FT : “ Masalah saya saja mas.”
Ko : “ Baiklah FT silahkan untuk menceritakan permasalahan yang
kamu hadapi.”
FT : “ Terimakasih teman-teman atas kesempatan yang diberikan. Saya
mempunyai permasalahan sulit untuk belajar sendiri tanpa ada
yang membantu belajar mas. Jadi harus ada yang mendampingi
saya dalam belajar saya baru bisa belajar, kalau tidak ada, pelajaran
saya tidak bisa masuk dan saya tidak bisa konsentrasi.”
Ko : “ Apakah sebelum-sebelumnya selalu ada yang menemani kamu
belajar?”
FT : “ Iya mas, biasanya gantian mas, kadang bapak, ibu sama kakak
saya mas.”
Ko : “ Baiklah, silahkan bagi teman yang lain untuk bertanya dan
mengutarakan pendapatnya.”
HT : “ Lha terus bagaimana kalau seumpaman tiba-tiba mereka ada
urusan dan tidak bisa mendampingimu belajar?”
FT : “ Itu juga sudah pernah terjadi, jadi saya dikamar tidak belajar
apa-apa Cuma tiduran saja akhirnya.”
TF : “ Kenapa kamu jadi tidak bisa belajar ketika tidak ada yang
mendampingimu?”
FT : “ Mungkin itu terjadi karena sudah kebiasaan, biasanya saya
belajarnya karena mereka memberi tebakkan pada saya.”
RT : “ Sampai kapan kamu menunggu mereka selalu
mendampingimu?”
FT : “ Saya tidak tahu sampai kapan saya bingung harus bagaimana?”
NW : “ Selama ini usaha apa yang sudah kamu lakukan untuk
menghentikan kebiasaan belajar kamu yang harus didampingi
keluarga?”
FT : “ Selama ini saya belum melakukan usaha apa-apa.”
NW : “ hal ini terjadi sejak kapan?”
FT : “ Sejak dari SD sampai sekarang.”
RD : “ Bagaimana kalau ketika kamu belajar, kamu membuat tebakkan
bagi dirimu sendiri tapi secara acak.”
FT : “ Bagaimana caranya?”
RD : “ Begini jadi kan kita punya LKS kan, soal-soal yang ada di LKS
atau di buku paket bisa kamu tulis disecarik kertas dan kamu lipat
seperti arisan begitu. Setelah kamu selesai belajar, kamu kocok dan
keluarkan satu persatu soalnya dan kamu jawab. Bagaimana?”
FT : “ Iya, saya tertarik dengan usul dari RD. saya setuju dengan cara
belajar yang menarik seperti itu. Jadi walaupun tidak ada yang
memberi tebakkan, saya sendiri bisa memberi tebakkan untuk diri
saya sendiri.”
Ko : “Baiklah sekarang kita coba menggunakan pendekatan
behavioristik dengan teknik asertif yang bertujuan untuk
mendorong kita agar dapat bersikap madiri dalam belajar tanpa
harus ada bantuan dari orang lain ataupun keluarga.”
FT : “Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan, Mas?”
Ko : “ Begini FT, saya akan mengajak kamu untuk melakukan role
playing (bermain peran). Tujuan dari permainan ini adalah untuk
melatih kamu agar dapat melatih kemandirian dalam kamu belajar.
Kamu diminta untuk berperan sebagai diri sendiri yakni sebagai
orang yang mampu belajar sendiri tanpa ada yang harus
mendampingi. FT sebagai siswa yang akhirnya bisa belajar
mandiri. Sedangkan VL dan RD sebagai orangtua yang mengawasi
anaknya belajar. Kemudian praktekan apa yang tadi kita sudah
bahas sebelelumnya. Praktekkan dengan segala kemampuanmu.
Bagaiamana sudah siap untuk mempraktekkannya?”
FT : “Baiklah…..Sebenarnya saya takut, saya tidak bisa mandiri
seperti itu?”
Ko : “ Tidak apa-apa disini kita belajar sedikit demi sedikit.”
FT : “Baiklah saya akan coba.”
RT : “ Kamu pasti bisa. Kamu pasti mampu mempraktekkannya.”
FT : “ Ok, Saya akan melakukannya.”
NW : “Bagaimana apa sekarang kamu bisa belajar sendiri?”
FT : “Ya, Insya Allah.”
HT : “Apakah kamu bisa melakukannya seterusnya tanpa bergantung
pada orangtua dan saudara?”
FT : “ Iya saya bisa.”
Ko : “ Apakah kamu mampu berjanji untuk selalu memprakekkan
ketika kamu belajar dirumah?”
FT : “Iya. Saya aka berjanji untuk belajar mandiri. Saya akan berjanji
bahwa saya sanggup dan mampu untuk berperilaku mandiri dalam
belajar sehari-hari.”
Ko : “ Apakah kamu benar-benar bisa mempraktekkannya meskipun
konseling ini telah selesai?”
FT : “Iya. Saya yakin pasti bisa. Saya sudah tidak ingin bergantung
ketika saya harus melaksanakan kewajiban saya yaitu belajar.”
Ko : “Sebelum kita mempraktikkan bermain peran, saya akan
mengajak kalian untuk bernyanyi. Apakah kalian setuju?”
Ki : “Setuju Mas. Tapi kita nyanyi apa?”
Ko : “ Kita menyanyi naik-naik kepuncak gunung tapi dibuat setengah
bahasa Indonesia, setengah bahasa jawa. Bagaimana sanggup
tidak?”
Ki : “ Sanggup mas.”
(konselor dan konseli bernyanyi.)
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain
peran, konseli sebagai siswa yang tidak bisa mandiri dalam belajar dan harus
didampingi orangtua untuk belajar. Sedangkan kedua konseli lain sebagai
Orangtua yang mendampingi belajar. Kedua siswa yang sebagai orangtua awalnya
mendampingi dengan memberikan tebakkan tapi setelah itu hanya diam saja.
Tetapi di dalam bermain peran, konseli yang awalnya tidak mandiri mulai
membuat tebakkan dari kertas sesuai dengan materi yang dipelajarinya dan dapat
melakukannya dengan baik tanpa harus dibandtu oleh kedua orangtuanya. diajak
oleh kedua temannya untuk membolos.
Ko : “Bagaimana perasaan kamu saat melakukan bermain peran?”
FT : “Perasaan saya saat melakukan bermain peran, saya
menikmatinya Mas. Dengan bermain peran saya dapat melatih diri
saya untuk lebih mandiri dalam belajar dan mampu belajar tanpa
harus didampingi siapapun juga.”
Ko : “ Bagaimana kesan kamu saat bermain peran?”
FT : “Kesan saya saat bermain peran saya sadar bahwa mampu belajar
mandiri yang selama ini tidak bisa saya lakukan, saya senang
sekali.”
NW : “ Apakah kamu terbantu dengan adanya bermain peran ini?”
FT : “Sangat terbantu sekali dengan adanya bermain peran.”
RT : “Manfaat apakah yang dapat kamu petik setelah kamu melakukan
bermain peran?”
FT : “Saya mampu mengetahui kekurangan yang ada pada diri saya
yaitu saya tidak mampu mandiri dalam belajar.”
Ko : “Kalau kita ingin masalah kita selesai kita harus berusaha
menyelesaikannya dan mempunyai komitmen. Bagaimana FT apa
kamu sudah dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah kamu?”
FT : “Saya sudah membuat keputusan untuk akan melakukannya Mas.
Semoga masalah saya dapat terselesaikan Mas.”
Ko : “ Baguslah kalau begitu. Semoga kamu berhasil.”
FT : “Iya Mas. Terima kasih.”
Ko : “ Sebelum kita akhiri pada pertemuan kali ini, sesi berikutnya
akan dilanjutkan pada tanggal 9 April 2012. Apakah kalian
setuju?”
Ki : “ Setuju Mas.”
Ko : “ Ok, kalau kalian tidak ada yang keberatan maka pada sesi ini
kita tutup dengan berdoa. Berdoa dimulai…. Selesai”
Ko : “ Sampai jumpa di pertemuan selanjutnya.”
(setelah itu kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa)
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL.
KELAS : VIII H
TANGGAL : 9 April 2012
WAKTU : 09.30-10.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT )
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari ( RD)
8) Valentino Lardo ( VL)
SESI V
(Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan
salam dan doa.)
Ko : “ Kita bertemu lagi, bagaimana kabar kalian?”
Ki : “ Baik mas.”
Ko : “ Alhamdulillah ya sesuatu hehe..”
Ko : “ Baiklah, kita akan lanjutkan konseling kelompok kita. Apakah
kalian sudah siap?”
Ki : “ Siap mas.”
Ko : “Baiklah sebelum kita melanjutkan untuk ke pembahasan masalah
selanjutnya, mari kita melihat dulu kondisi BN yang beberapa sesi
sebelumnya telah kita bahas. Silahkan BN bisa mengungkapkan
perkembangannya setelah mengikuti konseling kelompok.”
BN : “Saya sudah mencoba mengajukkan pendapat saya mas pada
waktu pelajaran berlangsung. Awalnya ya masih takut-takut
sedikit, tapi sekarang sudah lumayan lancer mas.”
Ko : “ Hebat sekali, dari apa yang telah kamu katakan, nampaknya
kamu sudah lebih baik dari kemarin.”
BN : “Iya Mas terimakasih. Dan saya akan berusaha untuk tetap
melakukan tindakan yang tadi yang sudah saya utarakan tadi.
Karena saya merasa hal tersebut sangat membantu saya.”
Ko : “ Baguslah kalau begitu, sebelum kita kemasalah yang berikutnya,
apakah BN masih ingin mengungkapakan sesuatu?”
BN : “ Tidak ada mas, bisa dilanjutkan.”
Ko : “ Nah kalau begitu, kita memberikan kesempatan bagi yang
belum mengutarakan permasalahannya silahkan.”
TF : “ Saya mau mengutarakan permasalahan saya mas.”
Ko : “ Ok, TF silahkan dan kita akan mendengarkanya.”
TF : “ Saya mempunyai masalah yakni, saya baru mau melakukan
belajar kalau sudah disuruh orangtua, kadang orangtua sampai
marah-marah dahulu baru saya mau belajar mas. Itu permasalahan
saya. Terimakasih.”
Ko : “ Baik, terimaksih TF sudah bersedia bercerita tentang
permasalahannya. Baiklah terbuka kesempatan bagi siapa yang
mau bertanya menanggapi maupun memberikan masukan.”
BN : “ saya mau Tanya, semisal ada pekerjaan rumah apa kamu tidak
mengerjakan kalau tidak disuruh orantuamu?”
TF : “ Iya, pernah saya dihukum karena lupa mengerjakan pekerjaan
rumah.”
FT : “ Terus selanjutnya apa kamu belajar dan mengerjakan tugas?”
TF : “ Tidak, kalau tidak disuruh belajar saya diam saja, pura-pura
tidak ingat dan mendengarkan musik sampai tertidur.”
HT : “ Apakah orangtuamu tidak marah kamu melakukan seperti itu?”
TF : “ Ya marah sih, terutama ibu pasti akan mengomel.”
NW : “ Kalau ayah kamu bagaimana? Apa tidak marah?”
TF : “ Ya marah juga tapi kalau ayah marahnya cuma sebentar dan
habis itu lupa tidak marah-marah lagi.”
RT : “ Kenapa kamu melakukan itu, maksudnya belajar harus disuruh
dahulu?”
TF : “ Saya merasa belajar setiap hari disekolah sudah cukup, jadi buat
apa belajar dirumah lagi.”
Ko : “ Bagaimana ketika ada kegiatan Mid semester ataupun
Semesteran? Apakah harus menunggu orangtua menyuruh baru
kamu belajar?”
TF : “ Iya mas, kemarin waktu mid semester saya diam saya dan tidak
ada yang tahu mid semester, dan sedang sibuk semua tidak ada
yang menyuruh saya belajar, mid semester saya hasilnya dapat nilai
4 dech.”
Ko : “ Apakah kamu tidak merasa sayang mendapatkan nilai sepert
itu? Padahal sebenarnya kamu bisa lebih dari itu?”
TF : “ Ya saya sedih mas, saya telah mengecewakan mereka.”
VL : “ Apa kamu masih mau tetap seperti itu?”
TF : “ TIdak, saya ingin merubahnya.”
NW : “ Terus kamu telah berusaha melakukan apa untuk merubahnya?”
TF : “ Saya juga tidak tahu, saya belum melakukan apa-apa.”
HT : “ Kenapa kamu tidak membuat jadwal belajarmu sendiri saja?
Misalnya setiap hari kamu belajar berapa jam misalnya 1jam untuk
mengerjakan pekerjaan rumah, 1jam untuk membaca pelajaran
yang akan dipelajari besuk. Kamu bisa atur waktunya sesuai
kebutuhan mu mulai jam berapa dan selesai jam berapa.
Bagaimana?”
TF : “ Iya, saya setuju dengan yang diutarakan HT Mas.”
Ko : “Baiklah sekarang kita coba menggunakan pendekatan
behavioristik yang bertujuan untuk mendorong kita agar dapat
mempunyai kesadaran dalam belajar tanpa harus disuruh oleh
orangtua dan bertanggungjawab melaksanakan jadwal yang telah
dibuat.”
TF : “Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan, Mas?”
Ko : “ Begini TF, disini kamu bersama-sama dengan kita menyusun
jadwal untuk kamu belajar sendiri dirumah tanpa kamu harus
menunggu disuruh oleh orangtuamu. Jadi jika sudah waktu belajar
kamu mempunyai komitmen untuk belajar bagaimana apa sudah
mengerti?”
TF : “ Iya mas, saya mengerti. Tapi saya merasa itu akan sulit saya
lakukan.”
Ko : “ Jangan khawatir disini kita semua belajar, jadi lakukan sedikit
perubahan dan akan merubah kebiasaanmu. Jika kamu disiplin
melakukan jadwalmu maka kamu tidak merasa terbebani.”
TF : “ Iya mas, karena belajar adalah kewajiban saya. Saya akan
berusaha melakukannya mas.”
RT : “ Kita disini semua mendukungmu, kamu pasti bisa
melakukannya TF.”
TF : “ Terimakasih teman, saya akan berusaha melakukannya.”
Ko : “ Nah, sebelum kita membuat jadwal bersama-sama untuk TF,
kita akan melakukan permainan supaya lebih bersemangat.
Bagaimana setuju semuanya?”
Ki : “ Setuju mas.”
(konselor dan konseli melakukan permainan panjang dan lebar, jika panjang
dipergakan lebar dan lebar diperagakan panjang.)
Pada kesempatan ini, konseli dibantu teman-teman dan konselor menyusun jadwal
belajar yang harus dilaksanakan konseli setiap harinya. Tanpa harus menunggu
orangtua menyuruhnya belajar. Dalam penyusunan jadwal belajar konseli sangat
bersemangat dan antusias serta mengutarakan niatnya dengan tegas akan
melaksanakan jadwal yang telah disusun bersama-sama ini.
Ko : “ Bagaimana perasaan kamu TF saat menyusun jadwal
belajarmu?”
TF : “ Saya senang sekali mas, dengan menyusun jadwal belajar jadi
saya tahu yang akan saya lakukan ketika belajar dan bersemangat
untuk belajar tanpa disuruh orangtua saya.”
Ko : “Bagaimana kesan kamu saat melakukan konseling kelompok
dengan pendekatan behavioral ini?”
TF : “ Kesan saya saat melakukan konseling kelompok dengan
pendekatan behavioral ini saya jadi mempunyai kesadaran untuk
belajar demi kebaikan saya sendiri tanpa orangtua menyuruh saya.”
FT : “Apakah kamu terbantu dengan penyusunan jadwal belajarmu
ini?”
TF : “ Jelas saya sangat terbantu sekali, saya belum pernah terpikir
sampai diadakan kegiatan ini.”
Ko : “Manfaat apakah yang dapat kamu petik setelah kamu melakukan
kegiatan konseling kelompok dengan pendekatan behavioral ini?”
TF : “ Saya mampu mengetahui kekurangan pada diri saya yaitu
kurangnya kesadaran akan belajar sendiri dan mengatur waktu
yang sesuai untuk belajar mas.”
Ko : “Kalau kita ingin masalah kita selesai kita harus berusaha
menyelesaikannya dan mempunyai komitmen. Bagaimana TF apa
kamu sudah dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah kamu?”
TF : “Saya sudah memutuskan untuk rutin melakukannya Mas.
Semoga saya cepat menyesuaikan diri dan terbiasa dengan jadwal
belajar saya dan masalah saya dapat terselesaikan Mas.”
Ko : “Baguslah kalau begitu. Semoga kamu berhasil.”
TF : “ Siap mas, Terimakasih.”
Ko : “Sebelum kita akhiri pada pertemuan kali ini, sesi berikutnya akan
dilanjutkan pada tanggal 10 April 2012. Apakah kalian setuju?”
Ki : “ Setuju mas.”
Ko : “OK. Kalau kalian setuju maka pada sesi ini kita tutup dengan
berdoa.”
(setelah itu kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa)
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL.
KELAS : VIII H
TANGGAL : 10 April 2012
WAKTU : 09.30-10.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT )
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari ( RD)
8) Valentino Lardo ( VL)
SESI VI
(Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan
salam dan doa.)
Ko : “Kita akan lanjutkan konseling kelompok kita. Apakah kalian
sudah siap?”
Ki : “ Siap Mas.”
Ko : “Baiklah sebelum kita melanjutkan untuk ke pembahasan masalah
selanjutnya, mari kita melihat dulu kondisi FT yang beberapa sesi
sebelumnya telah kita bahas. Silahkan FT bisa mengungkapkan
perkembangannya setelah mengikuti konseling kelompok.”
FT : “Saya sudah mencoba belajar sendiri dengan kocokan kertas
tebakan mas dan hasilnya saya tidak perlu harus didampingi waktu
belajar. Saya sudah bisa belajar sendiri mas.”
Ko : “Setelah kamu melakukan semua itu apa perubahannya terhadap
diri kamu?”
FT : “Saya bisa dan mampu bersikap mandiri dalam belajar mas, tanpa
harus bergantung pada keluarga untuk menemani saya belajar.”
Ko : “ Wah..Wah.. Dari apa yang telah kamu katakan, nampaknya
kamu sudah lebih baik dari kemarin.”
FT : “Iya Mas. Dan saya akan berusaha untuk tetap melakukan
tindakan yang tadi yang sudah saya utarakan tadi. Karena saya
merasa hal tersebut sangat membantu saya.”
Ko : “ Baiklah sebelum kita melanjutkan ke masalah selanjutnya, apa
masih ada yang mau FT katakana?”
FT : “Saya rasa tidak ada Mas.”
Ko : “ Baiklah kalau begitu, kita akan go ke masalah selanjutnya. Kira-
kira siapa yang mau mengutarakan masalah pada hari ini?”
HT : “ Saya mas, Saya mau mengutarakan masalah saya hari ini.”
Ko : “ Ok HT silahkan mengutarakan masalahmu kita akan
mendengarkan.”
HT : “Saya tidak berani mengajukan pertanyaan jika kurang paham terhadap
materi pelajaran mas. Ketika ada yang tidak paham biasanya saya
hanya diam saja mas, saya ingin berani mengutarakan pertanyaan
ketika ada yang saya tidak paham mas, sehingga saya bisa
menguasai pelajaran tersebut. Begitu masalah saya mas.”
Ko : “ Apakah setiap kali tidak paham, kamu hanya diam HT? Tidak
pernahkah bertanya satu kali pun?”
HT : “ Iya mas.”
Ko : “ Apa yang kamu lakukan supaya paham padahal kamu tidak
bertanya?”
HT : “ Kadang saya bertanya pada teman setelah pelajaran selesai tapi
kadang juga tidak bertanya pada siapa-siapa mas.”
Ko : “ Bagaimana perasaan kamu ketika kamu tidak paham dan tidak
bertanya pada bapak atau ibu guru?”
HT : “ Ya saya menyesal Mas, karena akhirnya saya tidak paham akan
pelajaran tersebut.”
Ko : “ Ayo, bagi teman-teman yang lain yang mau bertanya atau
memberi masukan dan pendapat?”
NW : “ Usaha apa yang telah kamu lakukan untuk memberanikan diri
bertanya ketika kamu tidak paham?”
HT : “ Ehm.. Belum ada, karena setiap kali mau bertanya saya keringat
dingin dan akhirnya tidak berani.”
RT : “ Sampai kapan kamu mau seperti ini terus?”
HT : “ Saya ingin berubah secepat mungkin akan tetapi saya tidak tahu
harus bagaimana.”
RD : “ Kenapa kamu tidak bersikap percaya diri dan bertanya saja
kepada guru ketika kamu tidak paham?”
HT : “ Tapi saya takut untuk mencobanya.”
VL : “ Jangan takut untuk mencoba bertanya, guru pasti akan
menerangkan ketika kamu bertanya.”
HT : “ Tapi saya malu nanti saya dikira bodoh karena tidak paham.”
RT : “ Kita kan belajar dari tidak tahu menjadi tahu, jadi tidak masalah
kalau kamu tidak paham, kalau sudah paham semuanya buat apa
sekolah iya tidak, kan dari sekolah kita belajar dari yang tidak
paham menjadi paham.”
HT : “ Iya saya rasa benar juga pendapat RT, saya setuju dengan
pendapatnya RT.”
Ko : “Baiklah sekarang kita coba menggunakan pendekatan
behavioristik dengan teknik asertif yang bertujuan untuk
mendorong kita agar dapat bersikap berani dan mampu
mengajukkan pertanyaan ketika tidak paham.
HT : “Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan, Mas?”
Ko : “Begini HT, saya akan mengajak kamu untuk melakukan role
playing (bermain peran). Tujuan dari permainan ini adalah untuk
melatih kamu agar dapat melatih keberanian. Kamu diminta untuk
berperan sebagai diri sendiri yakni sebagai orang yang mampu
berperilaku berani dalam mengajukan pertanyaan jika kurang
paham. HT sebagai siswa yang kurang paham pada suatu pelajaran.
Sedangkan RT sebagai Guru yang mengajar HT. Kemudian
ungkaplah segala emosi, perasaan yang mengganjal di hatimu.
Bagaiamana sudah siap untuk meluapkan segala perasaan di
hatimu?”
RM : “ Baiklah, tapi sebenarnya saya tidak berani tidak bisa ngomong
seperti itu.”
Ko : “ Tidak apa-apa tidak usah takut, Coba kamu keluarkan segala
perasaan yang ingin kamu sampaikan kepada guru bahwa kamu
kurang paham dengan materi yang disampaikan.”
HT : “Baiklah saya akan coba.”
NW : ““Kamu pasti bisa. Kamu mampu mengeluarkan segala perasaan
emosi yang ada di hati kamu. Perasaan yang kamu alami tapi tidak
mampu kamu ungkapkan.”
HT : “Saya akan coba untuk melakukannya.”
BN : “Bagaimana apa sekarang kamu bisa bertanya kepada guru jika
ada yang tidak jelas?”
HT : “Ya, Insya Allah.”
Ko : “Apakah kamu mampu berjanji untuk mengucapkan untuk berani
bertanya jika tidak paham kepada guru?”
HT : “Iya. Saya akan berjanji untuk bertanya apabila ada materi
pelajaran yang saya tidak paham. Saya akan berjanji bahwa saya
sanggup dan mampu untuk berperilaku berani dalam bertanya.”
RD : “Apakah kamu bisa benar-benar mengajukan pertanyaan jika ada
yang kurang jelas pada suatu materi pelajaran setelah proses
konseling selesai?”
HT : “Iya. Saya yakin pasti bisa.”
Ko : “Sebelum kita mempraktikkan bermain peran, saya akan
mengajak kalian untuk bernyanyi. Apakah kalian setuju?”
Ki : “Setuju Mas.”
(konselor dan konseli bernyanyi.)
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain
peran, konseli sebagai siswa yang tidak paham akan materi pelajaran yang telah
diajarkan. sedangkan konseli lain sebagai guru yang mengajar pelajaran. Tetapi di
dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan pertanyaan dengan berani
tentang suatu materi yang konseli belum jelas.
Ko : “Bagaimana perasaan kamu saat melakukan bermain peran?”
HT : “Perasaan saya saat melakukan bermain peran, saya
menikmatinya Mas. Dengan bermain peran saya dapat melatih saya
untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani mengajukkan
pertanyaan yang saya tidak mengerti.”
Ko : “Bagaimana kesan kamu saat bermain peran?”
HT : “Kesan saya saat bermain peran saya mampu mengutarakan
pertanyaan saya untuk lebih memahami materi yang saya tidak
mengerti.”
RT : “Apakah kamu terbantu dengan adanya bermain peran?”
HT : “Sangat terbantu sekali dengan adanya bermain peran.”
FT : “Manfaat apakah yang dapat kamu petik setelah kamu melakukan
bermain peran?”
HT : “Saya mampu mengetahui kekurangan yang ada pada diri saya
yaitu saya tidak berani mengungkapan pertanyaan kepada guru
ketika ada materi pelajaran yang saya tidak mengerti dan saya
menjadi lebih tenang dalam mengajukkan pertanyaan.”
Ko : “Kalau kita ingin masalah kita selesai kita harus berusaha
menyelesaikannya dan mempunyai komitmen. Bagaimana HT apa
kamu sudah dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah kamu?”
HT : “Saya sudah memutuskan untuk akan melakukannya Mas.
Semoga masalah saya dapat terselesaikan Mas.”
Ko : “Baguslah kalau begitu. Semoga kamu sukses menyelesaikan
masalahmu.”
HT : “Iya Mas. Terima kasih.”
Ko : “Sebelum kita akhiri pada pertemuan kali ini, sesi berikutnya akan
dilanjutkan pada tanggal 11 April 2012. Apakah kalian setuju?”
Ki : “ Setuju Mas.”
Ko : “ Ok baiklah kalau kalian setuju, kita akan tutup kegiatan
konseling kelompok ini dengan berdoa menurut agama dan
kepercayaannya masing-masing. Berdoa mulai…. Selesai.”
(setelah itu kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa)
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL.
KELAS : VIII H
TANGGAL : 11 April 2012
WAKTU : 09.30-10.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT )
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari ( RD)
8) Valentino Lardo ( VL)
SESI VII
(Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan
salam dan doa.)
Ko : “ Kita akan lanjutkan konseling kelompok kita. Apakah kalian
sudah siap?”
Ki : “ Siap Mas….”
Ko : “ Baiklah sebelum kita melanjutkan untuk ke pembahasan
masalah selanjutnya, mari kita melihat dulu kondisi TF yang
beberapa sesi sebelumnya telah kita bahas. Silahkan TF bisa
mengungkapkan perkembangannya setelah mengikuti konseling
kelompok.”
TF : “ Saya sudah mencoba menerapkan jadwal belajar saya dan saya
sudah melaksanakanya walaupun masih belum terbiasa tapi saya
bertekad akan terus mencoba agar saya bisa menjadi mandiri dalam
belajar mas.”
Ko : “ Setelah kamu melakukan semua itu apa perubahannya terhadap
diri kamu?”
TF : “ Saya bisa dan mampu bersikap mandiri dengan belajar sesuai
jadwal walaupun orangtua tidak menyuruh saya untuk belajar saya
bisa belajar sendiri dan orangtua bangga atas yang saya lakukan
Mas.”
Ko : “ Dari apa yang telah kamu katakan, nampaknya kamu sudah
lebih baik dari kemarin.”
TF : “ Iya Mas. Dan saya akan berusaha untuk tetap melakukan
tindakan yang tadi yang sudah saya utarakan tadi. Karena saya
merasa hal tersebut sangat membantu saya.”
Ko : “Baik baguslah kalau begitu, sebelum ke masalah selanjutnya,
apakah TF masih ingin mengungkapkan sesuatu?”
TF : “Saya rasa tidak ada Mas.”
Ko : “ Baiklah kalau begitu, kita akan lanjut ke masalah selanjutnya.
Yang belum mengungkapkan masalah masih ada NW, RT dan RD.
Ayo siapa yang mau mengungkapkan masalahnya lebih dulu?”
NW : “ Kalau begitu, saya saja dulu Mas.”
Ko : “ OK sip, silahkan NW menceritakan permasalahan yang sedang
kamu alami saat ini.”
NW : “ Masalah saya itu, saya merasa rendah diri mas apabila pendapat
saya itu berbeda dengan pendapat teman-teman.
Ko : “ Dengan kata lain kamu tidak percaya diri dengan pendapatmu
begitu?”
NW : “ Iya Mas, betul begitu.”
Ko : “ Ayo teman-teman silahkan memberi masukan, pendapat dan
menanggapi permasalahan yang di alami NW.”
VL : “ Kenapa kamu kok tidak percaya diri dengan pendapatmu
sendiri?”
NW : “ Saya takut kalau pendapat saya dianggap aneh oleh teman-
teman dan pendapat saya itu salah saya takut seperti itu.”
RD : “ Tapi apa semua pendapat mu itu salah?”
NW : “ Ya, kadang malah benar pendapat saya dibandingkan pendapat
teman sih.”
BN : “ Lha terus kenapa kamu malah tidak percaya diri dengan
pendapatmu sendiri?”
NW : “ Saya merasa kalau pendapat saya berbeda dengan teman-teman
saya tidak mendapat dukung dan tidak bisa masuk dalam kelompok
teman-teman yang lain.”
TF : “ Tapi kenyataannya apa terjadi?”
NW : “ Saya tidak tahu, karena saya selalu menyeragamkan pendapat
saya sama dengan teman yang lainnya.”
FT : “ Kau sudah pernah melakukan usaha apa untuk percaya diri
terhadap pendapatmu?”
NW : “ Saya belum melakukan apa-apa karena tidak tahu apa yang
harus saya lakukan.”
RD : “ Apa kamu tidak menyesal jika ternyata malah pendapatmu yang
benar dari pendapat teman-teman yang kamu ikuti pendapatnya?”
NW : “ Ya sejujurnya saya merasa menyesal, kenapa saya tidak
memakai pendapat saya ketika itu malah memakai pendapat orang
lain begitu.”
BN : “ Sampai kapan, kamu mau seperti ini terus?”
NW : “Saya juga tidak tahu.”
FT : “ Sampai kapan kamu mau bersikap tidak percaya diri terhadap
pendapatmu ini? Padahal pendapatmu sering sekali benar tapi
malah kamu menyia-nyiakan kemampuanmu itu. Kalau tidak kita
coba mana kita tahu kan hasilnya. Kan pengalaman adalah guru
yang paling berharga.”
NW : “ Iya saya setuju dengan yang dikatakan FT.”
Ko : “ Baiklah sekarang kita coba menggunakan pendekatan
behavioristik dengan teknik asertif yang bertujuan untuk
mendorong kita agar dapat bersikap percaya diri dan mampu
memegang teguh pendapat diri sendiri apapun itu hasilnya.”
NW : “ Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan, Mas?”
Ko : “ Begini NW, saya akan mengajak kamu untuk melakukan role
playing (bermain peran). Tujuan dari permainan ini adalah untuk
melatih kamu agar dapat melatih kepercayaandiri kamu. Kamu
diminta untuk berperan sebagai diri sendiri yakni sebagai orang
yang mampu memegang teguh pendapatmu dan tidak ikut-ikutan
pendapat teman lain. NW sebagai siswa yang mempunyai pendapat
berbeda dengan teman lainnya. Sedangkan VL dan FT sebagai
siswa yang pendapatnya berlawanan dengan pendapat NW.
Kemudian ungkaplah segala emosi, perasaan yang mengganjal di
hatimu. Bagaiamana sudah siap untuk meluapkan segala perasaan
di hatimu?”
NW : “Baiklah…..Sebenarnya saya takut, saya tidak bisa
mempertahakan pendapat seperti itu?”
Ko : “ Coba kamu pertahankan pendapat mu, percayalah bahwa
pendapatmu itu bagus dan tidak ada yang salah dengan pendapatmu
itu.”
NW : “Baiklah saya akan coba.”
TF : “Kamu pasti bisa. Kamu mampu mengeluarkan segala perasaan
emosi yang ada di hati kamu. Perasaan yang kamu alami tapi tidak
mampu kamu ungkapkan jangan sampai kamu menyesal seperti
dulu lagi.”
NW : “Saya akan coba untuk melakukannya.”
HT : “ Apa kamu benar bisa mempertahankan pendapatmu walaupun
itu berbeda dengan pendapat teman yang lain?”
NW : “ Ya saya bisa, Insya Allah.”
Ko : “Apakah kamu mampu berjanji untuk tetap berada pada pendapt
mu sendiri tanpa menyamakan pendapatmu pada teman setelah
kegiatan konseling kelompok ini berakhir?”
NW : “Iya. Saya akan berjanji untuk tetap pada pendapat saya dan tidak
ikut-ikutan pendapat teman-teman lain. Saya akan percaya diri
dengan apapun pendapat saya.”
RT : “ Apakah kamu benar-benar yakin bisa melakukkannya?”
NW : “ Saya yakin, saya bisa melakukannya karena kalau tidak saya
coba saya tidak tahu bagaimana hasilnya.”
Ko : “ Ok kalau begitu, Sebelum kita mempraktikkan bermain peran,
saya akan mengajak kalian untuk melakukan permainan.
Permainannya mempergakan bentuk buah yang akan saya sebutkan
nanti, missal jeruk bulat diperagakan ya, Apakah kalian setuju?”
Ki : “ Setuju Mas.”
(konselor dan konseli melakukan permainan.)
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain
peran, konseli sebagai siswa yang mempunyai pendapat yang berbeda dengan
teman-temannya. sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang mempunyai
pendapat yang hampir sama. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu
mempertahankan pendapatnya dan tidak tergoda untuk mengikuti pendapat
teman-temannya.
Ko : “Bagaimana perasaan kamu saat melakukan bermain peran?”
NW : “Perasaan saya saat melakukan bermain peran, saya
menikmatinya Mas. Dengan bermain peran saya dapat melatih saya
untuk berani mempertahankan pendapat saya, saya merasa bangga
dengan pendapat saya sendiri, padahal saya dulu rendah diri
dengan pendapat saya.
Ko : “Bagaimana kesan kamu saat bermain peran?”
NW : “Kesan saya saat bermain peran saya bangga sekali mampu
mempertahankan pendapat saya sendiri Mas.”
RD : “Apakah kamu terbantu dengan adanya bermain peran?”
NW : “Sangat terbantu sekali dengan adanya bermain peran.”
BN : “Manfaat apakah yang dapat kamu petik setelah kamu melakukan
bermain peran?”
NW : “Saya mampu mengetahui kekurangan yang ada pada diri saya
yaitu saya tidak percaya diri terhadap pendapat saya sendiri
padahal belum tentu pendapat saya itu buruk.”
Ko : “Nach terbukti kan kalau kita ingin masalah kita selesai kita harus
berusaha menyelesaikannya dan mempunyai komitmen.
Bagaimana NW apa kamu sudah dapat mengambil keputusan untuk
menyelesaikan masalah kamu?”
NW : “Saya sudah memutuskan untuk akan melakukannya Mas.
Semoga masalah saya dapat terselesaikan Mas.”
Ko : “Baguslah kalau begitu. Semoga kamu berhasil.”
NW : “ Terimakasih Mas atas bantuannya.”
Ko : “Sebelum kita akhiri pada pertemuan kali ini, sesi berikutnya akan
dilanjutkan pada tanggal 12 April 2012. Apakah kalian setuju?”
Ki : “Setuju Mas.”
Ko : “OK. Kalau kalian setuju maka pada sesi ini kita tutup dengan
berdoa.”
(setelah itu kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa)
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL.
KELAS : VIII H
TANGGAL : 12 April 2012
WAKTU : 09.30-10.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT )
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari ( RD)
8) Valentino Lardo ( VL)
SESI VIII
(Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan
salam dan doa.)
Ko : “ Kita akan lanjutkan konseling kelompok kita. Apakah kalian
sudah siap?”
Ki : “ Siap Mas….”
Ko : “ Baiklah sebelum kita melanjutkan untuk ke pembahasan
masalah selanjutnya, mari kita melihat dulu kondisi HT yang
beberapa sesi sebelumnya telah kita bahas. Silahkan HT bisa
mengungkapkan perkembangannya setelah mengikuti konseling
kelompok.”
HT : “ Saya sudah mencoba mengutarakan pertanyaan kepada guru
ketika ada beberapa materi yang saya tidak mengerti Mas, awalnya
masih takut dan gugup tapi saya akan tetap berusaha melakukannya
karena saya jadi bisa memahami materi secara keseluruhan
menyenangkan sekali.”
Ko : “Setelah kamu melakukan semua itu apa perubahannya terhadap
diri kamu?”
HT : “Saya bisa dan mampu bertanya dengan mantap tanpa ragu-ragu,
takut, maupun minder Mas. Saya juga bisa memahami materi
dengan sepenuhnya, yang dulu ka nada yang paham ada yang tidak
paham.
Ko : “Dari apa yang telah kamu katakan, nampaknya kamu sudah lebih
baik dari kemarin.”
HT : “ Iya Mas. Dan saya akan berusaha untuk tetap melakukan
tindakan yang tadi yang sudah saya utarakan tadi. Karena saya
merasa hal tersebut sangat membantu saya.”
Ko : “ Bagus sekali semangatmu, Baiklah sebelum ke masalah
selanjutnya, apakah HT masih ingin mengungkapakan seseuatu?”
HT : “Saya rasa tidak ada Mas.”
Ko : “Baiklah kalau begitu, kita akan lanjut ke masalah selanjutnya.
Yang belum mengungkapkan masalah masih ada RT dan RD. Ayo
siapa yang mau mengungkapkan masalahnya lebih dulu?”
RD : “ Saya dulu ya Mas, yang mengungkapkan masalah.”
Ko : “ Baiklah silahkan dimulai jangan ragu-ragu.”
RD : “ Saya mempunyai permasalahan, saya lebih suka kalau diajak
teman mengobrol daripada mendengarkan guru menerangkan
Mas.”
Ko : “ Mengapa seperti itu?”
RD : “ Saya merasa ketika guru menerangkan lama dan berbelit-belit.
Jadi saya malas untuk memperhatikannya.”
Ko : “ Apakah ini sering kamu lakukan di semua mata pelajaran atau
hanya mata pelajaran tertentu?”
RD : “ Biasanya disemua mata pelajaran yang kebanyakan
menerangkan Mas, kalau seperti Olah raga, seni rupa, dan TIK saya
semangat Mas, karena semuanya praktek, tapi kalau teori malas
memperhatikan saya Mas.”
Ko : “Ok, siapa diantara kalian yang mau bertanya atau menanggapi
permasalahan yang sedang dialami oleh RD silahkan?”
VL : “ Apa kamu tidak merasa sayang karena dengan kamu mengobrol
kamu kan tidak paham yang diajarkan oleh guru.”
RD : “ Ehm, iya juga sich, tapi kan nanti bisa dipelajari lagi dirumah
kalau tidak paham.”
FT : “ Tapi kan beda belajar sendiri dengan diterangkan guru, lebih
mudah diterangkan guru dari pada harus belajar satu persatu.”
RD : “ Benar juga yang dikatakan VL dan FT. Tapi walaupun awalnya
mendengarkan tapi lama kelamaan mengobrol juga dengan teman.”
RT : “ Memangnya apa asiknya sih mengobrol waktu pelajaran sedang
berlangsung.”
RD : “ ya pokoknya asik aja sih.”
RT : “ Kan sama aja seperti kita mengobrol waktu istirahat kan?”
RD : “ Iya ya..”
HT : “ Lagian apa tidak dimarahi guru kalau ketahuan mengobrol
didalam kelas kan?”
RD : “ ya dimarahi, saya juga pernah sampai disuruh keluar dari kelas
gara-gara mengobrol waktu pelajaran. Juga dilempar kapur, bu. Ida
juga pernah ngambek dan tidak mau mengajar.”
HT : “ Nah, itu. Selain kamu juga yang rugi tidak mendapat ilmu
malah mendapat hukuman. Kan kasihan orangtuamu yang
membayar uang sekolahmu setiap bulan, kalau kamu tidak serius
belajar, sia-sia saja mereka bekerja untuk membiayaimu.”
TF : “ Dan juga kalau kamu tidak mendengarkan waktu guru
menerangkan, yang susah juga kamu. Karena biasanya yang
diterangkan guru yang kebanyakan keluar dalam ulangan, tes, mid,
dan semesteran. Kalau kamu tidak mendengarkan apa nanti kamu
bisa mengerjakan?”
RD : “ Iya betul juga yang dikatakan HT dan TF saya setuju dengan
masukan yang mereka berikan.”
NW : “ Lha terus mau sampai kapan mau seperti ini terus kamu?”
RD : “ Tidak tahu……
NW : “ Kalau tidak muncul niatan dari dalam hatimu untuk merubah
kebiasaan mengobrol mu itu akan susah.”
RD : “ Iya saya setuju dengan NW dan saya ingin merubah kebiasaan
buruk saya mengobrol waktu pelajaran.”
Ko : “Baiklah karena ada keinginan dari diri RD untuk merubah
kebiasaa buruknya, sekarang kita coba menggunakan pendekatan
behavioristik dengan teknik asertif yang bertujuan untuk
mendorong kita agar dapat merubah kebiasaan buruk dan bahkan
menghilangkannya.”
RD : “Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan, Mas?”
Ko : “Begini RD, saya akan mengajak kamu untuk melakukan role
playing (bermain peran). Tujuan dari permainan ini adalah untuk
melatih kamu agar dapat melatih kedisiplinan. Kamu diminta untuk
berperan sebagai diri sendiri yakni sebagai orang yang mampu
berperilaku disiplin pada waktu proses belajar mengajar. RD
sebagai siswa yang disiplin. Sedangkan HT dan NW sebagai siswa
yang mengajak RD mengobrol. Kemudian ungkaplah segala emosi,
perasaan yang mengganjal di hatimu. Bagaiamana sudah siap
untuk meluapkan segala perasaan di hatimu?”
RD : “Baiklah…..Sebenarnya saya takut, saya tidak bisa ngomong
seperti itu?”
Ko : “Coba kamu keluarkan segala perasaan yang ingin kamu
sampaikan kepada teman kamu yang mau mengajak kamu
mengobrol.”
RD : “Baiklah saya akan coba.”
BN : “Kamu pasti bisa. Kamu mampu mengeluarkan segala perasaan
emosi yang ada di hati kamu. Perasaan yang kamu alami tapi tidak
mampu kamu ungkapkan.”
RD : “Saya akan coba untuk melakukannya.”
RT : “Bagaimana apa sekarang kamu bisa mengatakan kepada teman
kamu?”
RD : “Ya, Insya Allah.”
FT : “Apakah kamu bisa berperilaku tegas meluapkan semua perasaan
kamu dan keinginan kamu untuk tidak mengobrol lagi?”
RD : “Iya. Saya bisa.”
Ko : “Apakah kamu mampu berjanji untuk mengucapkan untuk tidak
mengobrol lagi pda saat pelajaran sedang berlangsung?”
RD : “Iya. Saya aka berjanji untuk mengucapkan untuk tidak
mengobrol lagi pada waktu sedang pelajaran. Saya akan berjanji
bahwa saya sanggup dan mampu untuk berperilaku disiplin dan
tegas terhadap teman yang mengajak untuk mengobrol lagi.”
TF : “Apakah kamu bisa benar-benar mengucapkan untuk tidak
mengobrol disaat jam pelajaran setelah proses konseling selesai?”
RD : “Iya. Saya yakin pasti bisa. Saya sudah tidak akan mengobrol
pada waktu jam pelajaran lagi meskipun jika ada teman yang
mengajak saya untuk mengobrol.”
Ko : “Sebelum kita mempraktikkan bermain peran, saya akan
mengajak kalian untuk bernyanyi. Apakah kalian setuju?”
Ki : “Setuju Mas.”
(konselor dan konseli bernyanyi bersama.)
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain
peran, konseli sebagai siswa yang diajak mengobrol waktu pelajaran sedangkan
kedua konseli lain sebagai siswa yang mengajak mengobrol. Tetapi di dalam
bermain peran, konseli mampu mengutarakan niatnya dengan tegas untuk
mengobrol waktu pelajaran lagi kepada teman-temannya.
Ko : “Bagaimana perasaan kamu saat melakukan bermain peran?”
RD : “Perasaan saya saat melakukan bermain peran, saya
menikmatinya Mas. Dengan bermain peran saya dapat melatih saya
untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani menolak ajakan
teman untuk mengobrol pada waktu jam pelajaran.”
Ko : “Bagaimana kesan kamu saat bermain peran?”
RD : “Kesan saya saat bermain peran saya mampu mengutarakan niat
saya untuk tidak mengobrol pada waktu jam pelajaran lagi kepada
teman-teman saya.”
VL : “Apakah kamu terbantu dengan adanya bermain peran?”
RD : “Sangat terbantu sekali dengan adanya bermain peran.”
HT : “Manfaat apakah yang dapat kamu petik setelah kamu melakukan
bermain peran?”
RD : “Saya mampu mengetahui kekurangan yang ada pada diri saya
yaitu saya tidak mampu mengungkapan menolak ajakan teman
untuk mengobrol pada waktu jam pelajaran sedang berlangsung.”
Ko : “Kalau kita ingin masalah kita selesai kita harus berusaha
menyelesaikannya dan mempunyai komitmen. Bagaimana RD apa
kamu sudah dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah kamu?”
RD : “Saya sudah memutuskan untuk akan melakukannya Mas.
Semoga masalah saya dapat terselesaikan Mas.”
Ko : “Baguslah kalau begitu. Semoga kamu berhasil.”
RD : “Iya Mas.”
Ko : “Sebelum kita akhiri pada pertemuan kali ini, sesi berikutnya
akan dilanjutkan pada tanggal 14 April 2012. Apakah kalian
setuju?”
Ki : “Setuju Mas.”
Ko : “OK. Kalau kalian setuju maka pada sesi ini kita tutup dengan
berdoa.”
(setelah itu kegiatan kelompok diakhiri dengan kesan-kesan dan doa)
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL..
KELAS : VIII H
TANGGAL : 14 April 2012
WAKTU : 09.30-10.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT )
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari ( RD)
8) Valentino Lardo ( VL)
SESI IX
(Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan
salam dan doa.)
Ko : “ Kita akan lanjutkan konseling kelompok kita. Apakah kalian
sudah siap?”
Ki : “ Siap Mas….”
Ko : “Baiklah sebelum kita melanjutkan untuk ke pembahasan masalah
selanjutnya, mari kita melihat dulu kondisi NW yang beberapa sesi
sebelumnya telah kita bahas. Silahkan NW bisa mengungkapkan
perkembangannya setelah mengikuti konseling kelompok.”
NW : “Saya sudah mencoba untuk tetap mempertahankan pendapat saya
meskipun bertentangan dengan teman, pada awalnya masih tidak
percaya diri dengan pendapat saya tapi saya akan terus mencoba
Mas untuk tetap berpegang pada pendapat saya.”
Ko : “Setelah kamu melakukan semua itu apa perubahannya terhadap
diri kamu?”
NW : “Saya bisa dan mampu bersikap percaya diri dengan pendapat
saya sendiri. Walaupun nanti konsekuensinya pendapat saya
kurang benar tapi saya sudah puas karena sedikit dei sedikit saya
mempunyai kepercayaan diri terhadap pendapat saya.”
Ko : “ Dari apa yang telah kamu katakan, nampaknya kamu sudah
lebih baik dari kemarin.”
NW : “Iya Mas. Dan saya akan berusaha untuk tetap melakukan
tindakan yang tadi yang sudah saya utarakan tadi. Karena saya
merasa hal tersebut sangat membantu saya.”
Ko : “Baiklah sebelum ke masalah yang terakhir yaitu masalah RT,
apakah NW masih ingin mengungkapkan sesuatu?”
NW : “Saya rasa tidak ada Mas.”
Ko : “ karena NW sudah selesai menceritakan perkembangannya,
sekarang kita lanjut lagi ke perkembangan RD yang beberapa hari
yang lalu telah mendapatkan solusi dari permasalahannya.
Bagaimana perkembangan kamu RD?”
RD : “Setelah mengikuti konseling pada pertemuan yang lalu, saya
mulai mencoba untuk melakukan sikap tegas saya Mas. Saya tidak
merasa khawatir kalau nantinya saya akan ditinggal oleh teman-
temannya karena tidak mau diajak mengobrol waktu jam pelajaran
lagi.”
Ko : “Bagus kalau begitu dan sekarang komitmen kamu selanjutnya
bagaimana?”
RD : “Saya akan terus mencoba untuk melakukan keputusan yang lalu,
karena saya yakin semua itu ada prosesnya. Jadi kalau itu rutin
saya lakukan pasti hasilnya akan lebih baik Mas.”
Ko : “Baguslah kalau begitu. Sebelum kita melanjutkan konseling
kelompok kali ini, mungkin masih ada yang ingin disampaikan dari
RD?”
RD : “Saya rasa sudah cukup Mas.”
Ko : “Sekarang kita ke RT. Silahkan RT untuk mengungkapkan apa
yang akan kamu ceritakan.”
RT : “Terima kasih atas kesempatannya Mas. Jadi permasalahannya
yaitu saya selalu mengumpulkan tugas tidak tepat waktu. Padahal
sebenarnya saya sudah mengerjakan tugasnya Mas, tapi ada teman
satu geng saya yang malas mengerjakan tugas, jadi kalau dia belum
mengerjakan tugas teman-teman satu gengnya tidak boleh ada yang
mengumpulkan tugas begitu Mas terimakasih.”
Ko : “ Apa setiap kali temanmu itu tidak mengerjakan tugas kamu jadi
tidak mengumpulkan tugas?
RT : “Iya Mas. Saya disuruh menunggu oleh teman-teman satu geng
saya. Sebenarnya saya tidak suka Mas.”
Ko : “Kenapa kamu tidak mencoba untuk menolaknya?”
RT : “Saya sudah pernah mencobanya. Tetapi saya sulit untuk
melakukannya karena teman-teman yang melarang saya
mengumpulkan tugas selalu memaksa Mas.”
Ko : “Ayo, bagi teman-teman yang lain yang mau bertanya atau
memberi masukan dan pendapat?”
BN : “Hal apa yang sudah kamu lakukan untuk mengatasi masalahmu
tersebut?”
RT : “Saya sudah pernah mencoba untuk berbohong kepada teman
saya bilang belum mengumpulkan tugas padahal sudah saya
kumpulkan dan akhirnya ketahuan teman-teman satu geng saya
memarahi saya.”
VL : “Kenapa kamu tidak mengatakan secara tegas kalau kamu tidak
mau diajak menunda mengumpulkan tugas lagi?”
RT : “Saya takut bilang seperti itu. Saya takut kalau saya dikatakan
tidak setia kawan karena tidak mau menunggu teman mengerjakan
tugas.”
HT : “ Tugas kan kewajiban masing-masing siswa yang harus
dikerjakan tepat waktu. Jika kamu menunggu temanmu yang malas
mengerjakan tugas itu, tugas mu kan terlambat apa kamu tidak
kecewa?”
RT : “ Saya sangat kecewa, karena jika tugas terlambat nilainya pun
dipotong selain itu dimarahi guru lagi, padahal sebenarnya saya
sudah selesai mengerjakan tugas jauh-jauh hari.”
FT : “ Kenapa kamu tidak bersikap tega untuk menolak menuruti
temanmu yang mala situ. Jika teman mu melakukan hal yang tidak
baik sebaiknya kita menegur bukan malah memanjakannya dengan
mengikuti semua kemauannya.”
RD : “ Iya, dengan kamu bersikap tegas maka kamu dapat menghargai
diri sendiri. Dengan harapan orang lain juga akan menghargai
dirimu.”
RT : “Saya setuju dengan apa yang dikatakan oleh FT dan RD.”
Ko : “Baiklah sekarang kita coba menggunakan pendekatan
behavioristik dengan teknik asertif yang bertujuan untuk
mendorong kita agar dapat bersikap tegas dan mampu
mengungkapkan segala perasaan untuk mengatakan “tidak”.”
RT : “Baiklah, tapi apa yang harus saya lakukan, Mas?”
Ko : “Begini RT, saya akan mengajak kamu untuk melakukan role
playing (bermain peran). Tujuan dari permainan ini adalah untuk
melatih kamu agar dapat melatih ketegasan. Kamu diminta untuk
berperan sebagai diri sendiri yakni sebagai orang yang mampu
berperilaku tegas dalam mengambil keputusan. VL sebagai siswa
yang malas mengerjakan tugas. Sedangkan RD dan NW sebagai
siswa yang memaksa RT untuk tidak mengumpulkan tugas.
Kemudian ungkaplah segala emosi, perasaan yang mengganjal di
hatimu. Bagaiamana sudah siap untuk meluapkan segala perasaan
di hatimu?”
RT : “Baiklah Mas…..Sebenarnya saya takut untuk berbicara seperti
itu?”
Ko : “Coba kamu keluarkan segala perasaan yang ingin kamu
sampaikan kepada teman kamu yang mau mengajak tidak
mengumpulkan tugas tepat waktu.”
RT : “Baiklah saya akan coba.”
BN : “Kamu pasti bisa. Kamu mampu mengeluarkan segala perasaan
emosi yang ada di hati kamu. Perasaan yang kamu alami tapi tidak
mampu kamu ungkapkan.”
RT : “Saya akan coba untuk melakukannya.”
BN : “Apakah kamu bisa mengatakan hal itu kepada teman kamu?”
RT : “Ya, Insya Allah.”
FT : “Apakah kamu bisa berperilaku tegas meluapkan semua perasaan
kamu dan keinginan kamu untuk tidak mengumpulkan tugas
terlambat lagi?”
RT : “Iya. Saya bisa.”
Ko : “Apakah kamu mampu berjanji untuk mengucapkan untuk tidak
mengumpulkan tugas terlambat lagi?”
RT : “Iya. Saya akan berjanji untuk mengucapkan untuk tidak
mengumpulkan tugas terlambat lagi. Saya akan berjanji bahwa saya
sanggup dan mampu untuk berperilaku tegas terhadap teman yang
mengajak untuk menunda pengumpulan tugas lagi.”
TF : “Apakah kamu bisa benar-benar mengucapkan untuk tidak
mengumpulkan tugas terlambat lagi setelah proses konseling
selesai?”
RT : “Iya. Saya yakin pasti bisa.”
Ko : “Sebelum kita mempraktikkan bermain peran, saya akan
mengajak kalian untuk bernyanyi. Kita menyanyi topi saya budar
dengan gerakan tapi ketika kata topi yang dipegang dada yang
berarti saya, tetapi ketika kata saya yang dipegang kepala bagaiman
apakah kalian setuju?”
Ki : “Setuju Mas.”
(konselor dan konseli bernyanyi.)
Pada kesempatan ini, konseli melakukan bermain peran. Dimana dalam bermain
peran, konseli sebagai siswa yang dipaksa mengumpulkan tugas terlambat
sedangkan kedua konseli lain sebagai siswa yang memaksa mengumpulkan tugas
terlambat. Tetapi di dalam bermain peran, konseli mampu mengutarakan niatnya
dengan tegas untuk tidak mau lagi mengumpulkan tugas terlambat kepada teman-
temannya.
Ko : “Bagaimana perasaan kamu saat melakukan bermain peran?”
RT : “Perasaan saya saat melakukan bermain peran, saya
menikmatinya Mas. Dengan bermain peran saya dapat melatih saya
untuk berani mengatakan dengan tegas dan berani menolak ajakan
teman untuk mengumpulkan tugas terlambat.”
Ko : “Bagaimana kesan kamu saat bermain peran?”
RT : “Kesan saya saat bermain peran saya mampu mengutarakan niat
saya untuk tidak mau mengumpulkan tugas terlambat lagi kepada
teman-teman saya.”
HT : “Apakah kamu terbantu dengan adanya bermain peran?”
RT : “Sangat terbantu sekali dengan adanya bermain peran.”
NW : “Manfaat apakah yang dapat kamu petik setelah kamu melakukan
bermain peran?”
RT ; “Saya mampu memahami kesalahan pada diri saya kalau saya
tidak berani menolak ajakan teman untuk mengumpulkas tugas
terlambat .”
Ko : “Kalau kita ingin masalah kita selesai kita harus berusaha
menyelesaikannya dan mempunyai komitmen. Bagaimana RT apa
kamu sudah dapat mengambil keputusan untuk menyelesaikan
masalah kamu?”
RT : “Saya sudah memutuskan untuk akan melakukannya Mas.
Semoga masalah saya dapat terselesaikan Mas.”
Ko : “Baguslah kalau begitu. Semoga kamu berhasil.”
RT : “Iya Mas. Terima kasih banyak.”
Ko : “Sebelum kita akhiri pada pertemuan kali ini, sesi berikutnya akan
dilanjutkan pada tanggal 16 April 2012. Apakah kalian setuju?”
Ki : “Setuju Mas.”
Ko : “OK. Kalau kalian setuju maka pada sesi ini kita tutup dengan
berdoa.”
(Kegiatan kelompok diakhiri denga kesan-kesan)
VERBATIM KONSELING KELOMPOK
IDENTITAS
KONSELOR : Yoga Tri Atmoko
KONSELI :BN, FT, TF, HT, NW, RT,
RD, VL.
KELAS : VIII H
TANGGAL : 16 April 2012
WAKTU : 08.30-09.30 WIB
TEMPAT : RUANG BK
( Ko ) : Konselor
( Ki ) : Konseli
1) Brgita Nike (BN)
2) Fifin Triana (FT )
3) Francisca (TF )
4) Hasana Titus (HT )
5) Lucia Wulan (NW)
6) Ratna Tiyas (RT)
7) Ratnasari ( RD)
8) Valentino Lardo ( VL)
SESI X
(Konselor bertindak pemimpin kelompok, membuka pertemuan memberikan
salam dan doa. Dan juga anggota kelompok diajak untuk melakukan bernyanyi.)
Ko : ““Sekarang kita akan mengakhiri kegiatan ini pada hari ini dan ini
sekaligus pertemuan yang terakhir. Saya merasa senang dan bangga
dapat bersama dengan kalian dalam konseling kelompok yang telah
kita lakukan dari sesi pertama sampai saat ini. Sebelum kita tutup,
silahkan kalian satu persatu bisa mengungkapkan kesan-kesan
dalam mengikuti konseling kelompok dari awal sampai akhir. Bisa
langsung di mulai dari sebelah kanan saya.”
BN : “Selain menambah pengalaman dan permasalahan saya dapat
terbantu, saya juga merasa bisa belajar membantu orang lain dan
berkomunikasi dalam suasana kelompok.”
Ko : “ Terimakasih BN, yang selanjutnya.”
FT : “Kurang lebih sama dengan BN masalah saya dapat terbantu dan
menambah pengalaman. Selain itu masalah-masalah saya dapat
dipecahkan di sini dan belajar membantu orang lain.”
Ko : “ Syukurlah kalau begitu FT, selanjutnya.”
TF : “Saya juga merasa senang Mas, karena dengan kegiatan ini
masalah saya dapat terbantu dan dapat menjadi pengalaman bagi
saya.”
Ko : “ Terimakasih saya juga senang mendengarnya TF. Yang
berikutnya.”
HT : “ Saya senang Mas, selain masalah saya terbantu saya juga
tambah akrab dengan teman-teman dalam kelompok.”
Ko : “ Baguslah kalau begitu HT, berikutnya.”
NW : “ Saya juga gembira Mas, masalah saya teratasi, tambah banyak
teman dan bisa membantu teman member masukan juga.”
Ko : “ Wah, terimakasih NW. Selanjutnya.”
RT : “ Saya senang Mas, wawasan saya jadi bertambah luas bisa saling
bantu membantu sesama teman yang mempunyai masalah.”
Ko : “ Bagus sekali RT, yang berikutnya.”
VL : “ Kesan saya mengikuti kegiatan konseling kelompok ini,
menurut saya sangat menarik, tidak membosankan saya senang
mengikuti kegiatan ini.”
Ko : “ Syukur Alhamdulillah saya senang sekali VL, yang selanjutnya
dan yang terakhir.”
RD : “ Setelah saya mengikuti konseling kelompok dari awal sampai
akhir kesan saya menyenangkan sekali disini ada permainan yang
unik dan lucu, saya senang masalah saya selesai, saya juga senang
bisa membantu menyelesaikan masalah teman-teman juga.”
Ko : “ Terimakasih RD. Sekali lagi saya berterima kasih atas
partisipasi kalian dalam konseling kelompok pada saat ini. Kiranya
ini dapat kita jadi sebagai sebuah pengalaman serta wawasan yang
sangat berarti dalam kehidupan kita.”
Ki : “Iya Mas.”
Ko : “Mari kita akhiri konseling kelompok pada saat ini dengan
berdoa. Mari kita berdoa menurut kepercayaan kita masing-masing.
Berdoa mulai, ………Selesai.”
(Kegiatan diakhiri dengan bersalam-salaman)
LAPORAN PELAKSANAAN DAN EVALUASI SATUAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik Permasalahan : Kemandirian Belajar
B. Spesifikasi
1. Bidang bimbingan : Pribadi dan belajar
2. Jenis layanan : Konseling Kelompok Behavioral
3. Fungsi layanan : Pengentasan dan Pemahaman
4. Sasaran layanan : BN, FT, TF, HT, NW, RT, RD, VL.
C. Pelaksanaan Layanan
1. Waktu/tanggal : 28 Maret-16 April 2012
2. Tempat : Ruang BK
3. Deskripsi dan komentar tentang pelaksanaan layanan
Kegiatan ini dimulai dengan berdoa, selanjutnya konselor
menjelaskan tentang pengertian konseling kelompok behavioral, cara
pelaksanaannya dan azaz dalam konseling kelompok behavioral.
Kegiatan ini dilanjutkan dengan perkenalan dan disambung dengan
permainan. Selanjutnya konselor memberi satu contoh permasalahan
yang dapat dibahas dalam konseling kelompok behavioral dan
dilajutkan dengan meminta setiap anggota untuk mengungkapkan
permasalahannya. Setelah proses konseling kelompok selesai konselor
meminta setiap anggota untuk mengungkapkan hasil yang diperoleh
setelah mengikuti konseling kelompok behavioral. Setiap sesi akhir
dalam konseling kelompok behavioral diakhiri dengan berdoa
bersama.
D. Evaluasi (penilaian)
1. Penilaian Proses
Penilaian dilakukan ketika kegiatan berlangsung. Ketika penulis
menjelaskan mereka terlihat serius mendengarkan. Ketika penulis
meminta mereka untuk berdiskusi, mereka aktif bertukar pendapat satu
sama lain.
2. Penilaian Hasil
Kegiatan ini berjalan dengan baik, siswa terlihat ada motivasi
antusias dalam mengikuti kegiatan yang ada. Anggota kelompok aktif
dalam mengikuti konseling kelompok behavioral ini.
E. Analisi hasil Penelitian
Penilaian yang dilakukan yaitu dengan observasi ketika anggota
melaksanakan konseling kelompok behavioral. Dari hasil observasi
anggota kelompok melakukan konseling kelompok behavioral dengan
baik. Setelah selesai konseling kelompok, konselor dan anggota kelompok
melakukan evaluasi. Siswa mengatakan kalau siswa sudah mulai
menerapkan hasil dari kegiatan konseling kelompok behavioral.
F. Tindak Lanjut : -
Mengetahui Salatiga, 21 April 2012
Guru Bk Peneliti
Musthofiyatun BA Yoga Tri Atmoko
top related