statistik daerah kota yogyakarta 2013
Post on 19-Feb-2018
221 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
1/42
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
2/42
STATISTIK DAERAH
KOTA YOGYAKARTA
2013
BADAN PUSAT STATISTIK
KOTA YOGYAKARTA
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
3/42
STATISTIK DAERAH
KOTA YOGYAKARTA
2013ISSN : 0215.2479
No Publikasi : 34710.13.24
Katalog BPS : 1102001.3471
Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm
Jumlah Halaman : 44 halaman
Naskah/Penyunting : Anda Triyanto, SSI. MSI.
Gambar Kulit : Anda Triyanto, SSI. MSI
Diterbitkan oleh : BPS Kota Yogyakarta
Dicetak oleh : CV. Kreasi Utama
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
4/42
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta telah menyelesaikan penerbitan
buku Statistik Daerah. Penerbitan buku Statistik Daerah dimaksudkan
untuk melengkapi ragam publikasi statistik di daerah diantaranya
Yogyakarta Dalam Angka (YDA) yang telah terbit secara rutin dalam
memotret kondisi daerah. Buku ini menyajikan indikator-indikator terpilih
yang dapat menggambarkan secara ringkas namun menyeluruh tentang
kondisi kota Yogyakarta dalam bentuk analisis sederhana dan dengan
tampilan yang lebih menarik.
Melalui publikasi ini dapat dicermati secara berkesinambungan pelaksanaan pembangunan
seluruh sektor dan gerak perubahannya khususnya di kota Yogyakarta. Dengan demikian, data
yang tersaji dapat digunakan sebagai informasi dasar bagi seluruh lapisan masyarakat dan
diharapkan dapat ikut berperan serta untuk memantapkan perencanaan, evaluasi, dan
pengendalian pembangunan yang terpadu serta berkelanjutan sebagai upaya mendukung
otonomi daerah.
Akhirnya, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih setinggi-tingginya kepada semua
pihak yang telah berpartisipasi hingga terbitnya buku ini. Tanggapan dan saran sangat
diharapkan untuk menambah kesempurnaan penerbitan di masa-masa yang akan datang.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa meridhoi usaha kita dan memberikan kemudahan
kepada kita semua dalam mengupayakan hasil yang lebih baik.
Yogyakarta, September 2013BADAN PUSAT STATISTIK
Kota YogyakartaKepala,
Ir. Arina Yuliati
NIP. 19620731 198703 2 001
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
5/42
Hal
SAMBUTAN iii
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
Bab 1 Geografi dan Iklim 1
Bab 2 Sejarah Singkat Yogyakarta 2
Bab 3 Pemerintahan 6
Bab 4 Penduduk 8
Bab 5 Ketenagakerjaan 11
Bab 6 Pendidikan 12
Bab 7 Kesehatan 13
Bab 8 Perumahan 14
Bab 9 Pembangunan Manusia 15
Bab10 Pertanian 16
Bab 11 Energi Listrik dan Air 19
Hal
Bab 12 Industri Pengolahan 20
Bab 13 Kemahalan Konstruksi 21
Bab 14 Hotel dan Pariwisata 22
Bab 15 Transportasi dan Komunikasi 24
Bab 16 Perbankan dan Investasi 26
Bab 17 Harga-harga 27
Bab 18 Pengeluaran Penduduk 28
Bab 19 Perdagangan 29
Bab 20 Pendapatan Regional 30
Bab 21 Perbandingan Regional 31
Bab 22 PDRB Kecamatan 32
Bab 23 PDRB Penggunaan 33
Bab 24 ICOR 35
DAFTAR ISI
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
6/42
Kota Yogyakarta terletak antara
110o2419"-110o2853" Bujur Timur dan antara
07o4926"-07o1524" Lintang Selatan, dengan luas
sekitar 32,5 Km2 atau 1,02 % dari luas wilayah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jarak
terjauh dari Utara ke Selatan kurang lebih 7,5
Km dan dari Barat ke Timur kurang lebih 5,6
Km.Kota Yogyakarta yang terletak di daerah
dataran lereng aliran gunung Merapi memiliki
kemiringan lahan yang relatif datar (antara 0 - 2
%) dan berada pada ketinggian rata-rata 114
meter dari permukaan air laut (dpa). Sebagian
wilayah dengan luas 1.657 hektar terletak pada
ketinggian kurang dari 100 meter dan sisanya
(1.593 hektar) berada pada ketinggian antara 100
199 meter dpa. Sebagian besar jenis tanahnya
adalah regosol.
Terdapat 3 sungai yang mengalir dari arah
Utara ke Selatan yaitu : Sungai Gajahwong yang
mengalir di bagian timur kota, Sungai Code di
bagian tengah dan Sungai Winongo di bagian
barat kota.
Secara umum, rata-rata curah hujan tertinggi
selama tahun 2011 terjadi pada bulan Januari,
yaitu sebanyak 351,3 mm dan terendah terjadi
pada bulan Juni (1,5 mm). Rata-rata hari hujan
per bulan adalah 114,8 hari. Kelembaban udara
rata-rata cukup tinggi, tertinggi terjadi pada bulan
April sebesar 85,0 persen dan terendah pada
bulan Oktober sebesar 70,9 persen. Tekanan
udara rata-rata 995,32 mb dan suhu udara rata-
rata 25,9o C.
Peta Yogyakarta
1Luas wilayah Yogyakarta sebesar 1,02 persen dari total IuasProvinsi DI Yogyakarta, mengalami hari hujan sebanyak 114hari pada tahun 2011 dengan tingkat kelembaban udara tara
70 persen sampai dengan 85 persen.
Geografi danIklim
Selama empat bulan Yogyakarta diguyu r hujan
Uraian Satuan 2012
Luas km2 32,5
Kecepatan Angin knot 4,1
Kelembaban % 80,2
Jumlah hari hujan hari 114,2
Tekanan Udara mb 1014,1
Suhu Udara oC 27,0
Ketinggian dpa 114
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
7/42
2Sejarah SingkatBerdirinya Pemerintahan
Yogyakarta
Kota Yogyakarta didirikan pada tahun
1755, bersamaan dengan dibangunnya Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono I di Bekas Hutan Bering,
suatu kawasan diantara Sungai Winongo dan
Sungai Code dimana lokasi tersebut nampak
srtategis menurut segi pertahanan keamanan
pada waktu itu.
Pemerintah Kotamadya Yogyakarta baru
dibentuk sejak tanggal 7 Juni 1947 dimana
saat berdirinya disebut sebagai Kota Praja.
Berbeda dengan kota lainnya, dijaman
penjajahan Belanda kota Yogyakarta memang
belum pernah menjadi kota otonom. Jadi kota
Yogyakarta belum pernah memiliki
pemerintahan tersendiri. Kota Praja
Yogyakarta yang lahir dengan ditetapkannya
Undang-undang Nomor 17 Tahun 1947 yag
membentuk kota Yogyakarta sebagai Haminte
Kota atau Kota Otonom. Undang-undang
tersebut merupakan produk perundang-
undangan di jaman kemerdekaan tertanggal 7
Juni 1947. Kotamadya Yogyakarta yang
dikenal sebagai kota perjuangan itu, bukan
dilahirkan oleh penjajahan, melainkan
dilahirkan pada masa kemerdekaan, bahkan
lahir pada saat perjuangan nasional, ketika
bagsa Indonesia sedang menegakkan
kedaulatan negara setelah Proklamasi 17
Agustus 1945.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
8/42
2
Sesudah Proklamasi Kemerdekaan tangga 17
Agusutus 1945 Sri Sultan Hamengku Buwono IX
maupun Sri Paduka Paku Alam VIII menerima
piagam pengangkatan menjadi Gubernur dn Wakil
Gubernur Propinsi DIY dari Presiden Republik
Indonesia, maka pada tanggal 5 September 1945,
beliau mengeluarkan amanatnya yang pertama
yang menyatakan, bahwa daerah Kasultanan dan
daerah Pakualaman merupakan Daerah Istimewa
dan menjadi bagian dari Republik Indonesia
menurut pasal 18 UUD 1945 dan atas keadaan
Daerah Is t imewa Yogyakarta be l iau
bertanggungjawab langsung kepada Presiden
Republik Iindonesia. Selanjutnya pada tanggal 30
Oktober 1945 beliau mengeluarkan amanatnya
yang kedua yang menyatakan, bahwa
pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa
Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam
VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia.
Kota Yogyakarta, baik yang menjadi bagian
dari Kasultanan maupun menjadi bagian dari
Pakualaman telah dapat dibentuk satu DPR Kota
dan Dewan pemerintahan Kota yang dipimpin oleh
Kedua Bupati Kota Kasultanan dan Pakualaman ,
akan tetapi kota Yogyakarta belum menjadi Kota
Praja atau Kota Otonom, sebab kekuasaan
otonom yang meliputi bidang pemerintahan masih
tetap di Pemerintahan Daerah Istimewa
Yogyakarta.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
9/42
2
Secara Yuridis formal Kota Yogyakarta pada
tanggal 7 Juni 1947 telah sah menjadi Kota
Otonom yang telah dibentuk berdasarkan
Undang-undang Persngkst Pemerintahan
sudah ada seperti: DPRD, Walikota,
wewenangnya telah jelas dan APBD
pertamanya juga telah dilampirkan pada
Undang-undang pembentukan tersebut.
Hanya penyerahan wewnang dari Daerah
Istimewa Yogyakarta kepada Kota Praja
Yogyakarta yang menjadi haknya menurutUndang-undang belum dilaksanakan.
Jika kita melihat keluarnya Undang-
undang Pembentukan Haminte Kota
Yogyakarta pada tangga 7 Juni 1947, maka
kota Yogyakarta dibentuk sebagai Kota Praja
sebelum clash I. Akan tetapi jika kita melihat
penyerahan wewenang itu secara riil dari
Daerah Istimewa Yogyakarta kepada Kota
Praja Yogyakarta baru terjadi dalam tahun
1951, maka untuk melaksanakan penyerahanwewenang otonomi tersebut disebabkan
terjadinya clash I dan clash II setelah
keluarnya Undang-undang Nomor 17 Tahun
1947, selain itu juga disebabkan oleh
berbagai hal diantaranya; pertama
membentuk Kota Yogyakarta sebagai kota
otonomi harus melalui Undang-undang ,
kedua, dengan terbentuknya Kota
Yogyakarta, maka akan merupakan bagian
yang terpisah dari daerah Kasultanan dan
Pakualaman serta memiliki otonomi sendiri.
Nampaknya dalam pembentukan
Haminte kota Yogyakarta kurang
memperhatikan hal tersebut. Sebab pada
tanggal 7 Juni 1947 itu status Daerah
Istimewa Yogyakarta belum diatur dengan
Undang-undang oleh pemerintah pusat
sesuai dengan pasal 18 UUD1945, padahal
kota Yogyakarta lebih dahulu dibentuk oleh
Pemerintah Pusat sebagai Haminte Kota
dengan Undang-undang.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
10/42
2
Ini akan berakibat bahwa pemerintah
Daerah Istimewa Yogyakarta akan
kehilangan kekuasaan dan pengawasan
terhadap pemerintah Haminte Kota
Yogyakarta. Sehubungan dengan hal itu
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta
belum bersedia menyerahkan sebagian
wewenangnya, sebelum status Daerah
Istimewa Yogyakarta ditentukan, makaHaminte Kota Yogyakarta tetap menjadi
bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta
dan tetap mempunyai wewenang untuk
mengawasi jalannya Pemerintahan
Haminte Kota Yogyakarta.
Masalah itu bisa diatasi setelah
dikeluarkan Undang-undang Nomor 22
Tahun 1948 yang mengatur tentang Pokok
-pokok Pemerintahan Daerah di seluruh
wilayah dan berdasarkan Undang-undang
Pokok Pemerintahan Daerah tersebut
dikeluarkan Undang-undang Pembentukan
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor: 3
jo.19 tanggal 15 Agustus 1950 dan
bersamaan dengan itu dikeluarkan Undang
-undang Nomor 16 Tahun 1950 yang
merubah Undang-undang Nomor 17 Tahun
1947, dengan demikian Daerah Istimewa
Yogyakarta maupun Kota Pradja
Yogyakarta sama-sama ditetapkan sebagai
Daerah Otonom berdasarkan Undang-
undang Pokok Pemerintahan Daerah
Nomor 22 Tahun 1948, Daerah Istimewa
Yogyakarta sebagai Daerah Tingkat I dan
Kota Praja Yogyakarta sebagai Daerah
Tingkat II sekaligus menjadi bagian dari
Daerah Istimewa Yogyakarta.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
11/42
3
Jumlah Pegawai Menurut
Jumlah WilayahAdministrasi di Yogyakarta
Tidak seperti kabupaten/kota lain, sejak
otonomi daerah diberlakukan pada tahun 2001,
jumlah wilayah administrasi di Yogyakarta tidak
mengalami perubahan baik yang diakibatkan
pemekaran maupun penggabungan. Jumlah
kecamatan sebanyak 14 kecamatan.
Sementara itu, jumlah kelurahan di kota
Yogyakarta sebanyak 45 kelurahan, 615 rukunwarga (RW) dan 2529 rukun tetangga (RT).
Banyaknya keputusan politik pada tahun
2012 secara total mencapai 135 keputusan
atau mengalami kenaikan 48,4 persen.
Keputusan politik terbanyak terkait dengan
kebijakan anggaran yaitu mencapai 45
keputusan lebih banyak dibandingkan dengan
tahun sebelumnya sebanyak 17 keputusan.
Keputusan DPRD juga mengalami kenaikan
dari sebanyak 20 keputusan pada tahun 2011
menjadi sebanyak 31 keputusan pada tahun
2012. Untuk keputusan kegiatan panitia
musyawarah juga mengalami kenaikan hingga
mencapai 24 keputusan pada tahun 2012.
Jumlah pegawai negeri sipil di lingkungan
Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2011
tercatat 9.641 orang, yang terdiri dari 87,78
persen pegawai pemerintah daerah dan 12,22
persen pegawai pemerintah pusat.
Berdasarkan golongan kepangkatan, di Kota
Yogyakarta terdapat pegawai negeri sipil
daerah golongan I sebanyak 3,15 persen,
golongan II mencapai 20,41 persen, golongan
III sebanyak 44,97 persen dan sisanya
golongan IV sebanyak 31,46 persen.
PemerintahanYogyakarta lebih aman dari gejolak perubahan
wi layah admin istrasi
Pemekaran wilayah terjadi baik di t ingkat propins i maupun kabupaten/kota. Namun dem ikian
Kota Yogy akarta termasuk salah satu daerah tingkat dua sejak diberlakukannya otonom i
daerah pada 2001, t idak terjadi p emekaran/penggabungan wilayah adm inistrasi.
Wilayah
Administrasi2011 2012 2013
Kecamatan 14 14 14
Kelurahan 45 45 45
Rukun Warga 614 614 615
Rukun
Tetangga2 524 2 524 2 529
Jenis Kelamin 2010 2011 2012
1 2 3 4
Laki-laki 4 917 4 689 4 860
Perempuan 5 046 4 952 5 056
Jumlah 9 963 9 641 9 916
0 10 20 30 40 50
Perda
Keptsn DPRD
Pansus
Keg Panitia
Pan. Anggaran
Kpts.Pimp
2012
2011
2010
Banyaknya Keputusan DPRD KotaYogyakarta 2010 2013
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
12/42
3
Anggaran PendapatanBelanja Daerah
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di
kota Yogyakarta mengalami penurunan dari
9963 orang pada tahun 2010 menjadi
sebanyak 9916 orang pada tahun 2012.
Demikian juga halnya untuk PNS di
lingkungan internal pemerintah kota
Yogyakarta mengalami penurunan dari 8463
orang pada tahun 2011 menjadi 8026 orang
pada tahun 2012. Dilihat berdasarkan rasiopegawai pemkot menurut jenis kelamin,
jumlah pegawai laki-laki sebanyak 88,14
persen yang berarti jumlah pegawai laki-laki
labih sedikit dibanding perempuan.
Keseimbangan ini terjadi baik pegawai
dilingkungan pemerintah kota Yogyakarta
maupun di luar pemerintah kota Yogyakarta.
Pada tahun 2012 telah terjadi peningkatan
kualitas tingkat pendidikan para PNS,
ditandai dengan semakin berkurangnya
jumlah pegawai yang berpendidikan SMA ke
bawah, sementara jumlah pegawai yang
berpendidikan tinggi (diploma ke atas)
semakin bertambah. Data tahun 2012
menunjukkan bahwa sekitar 46,20% PNS di
Yogyakarta berpendidikan D4/sarjana,
sementara masih ada 5,36 % di antara
mereka yang berpendidikan SD dan SMP.
Untuk membiayai pembangunan,
pemerintah kota Yogyakarta pada tahun 2012
menghabiskan anggaran sekitar 1023 milyar
rupiah seperti yang tercatat pada realisasi
APBD Yogyakarta. Sedangkan dari total
penerimaan APBD sebesar 1158 milyar, PAD
menyumbang sebesar 339 milyar atau sekitar
27%, dan sebagian besar penerimaan
bersumber dari dana DAU mencapai 536
milyar sekitar 42%.
Kon tr ibusi PAD terhadap APBD meningkat
Peningkatan APBD Kota Yogy akarta selama periode
2009-2011 di ikut i p eningk atan k ontr ibu si PAD secara
signi f ik an. APBD ditop ang oleh PAD seki tar 24% sementara
kon tr ibus i DAU terhadap APBD mencapai 46%.
Pemerintahan
SD
2,16%
SLTP
3,20%
SMA
24,74%
Diploma
19,41%
D4/S1
46,20%
S 2
4,29%
S 3
0,01%
Jumlah PNS MenurutTingkat Pendidikan, 2012
Anggaran 2010 2011 2012
Realisasi Penerimaan APBD (Milyar Rp)
Pendapatan 815,49 951,68 1158,13
Pembiayaan 636,62 857,09 95,48
Realisasi Pengeluaran APBD (Milyar Rp)
Belanja 839,87 932,02 1023,95
Pembiayaan 0,76 0,56 5,36
DAU (Milyar Rp) 395,44 436,13 536,47
PAD (Milyar Rp) 179,42 228,87 338,84
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
13/42
Distribusi Persentase Penduduk KecamatanKota Yogyakarta, 2010
Piramida PendudukYogyakarta, 2012Berdasarkan hasil pengolahan akhir
Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk
kota Yogyakarta adalah 388.627 orang yang
terdiri dari 189.137 laki-laki dan 199.490
perempuan. Dari jumlah tersebut, secara
kewilayahan terkonsentrasi di dua kecamatan
besar yaitu Umbulharjo sebanyak 76.743
orang dan kecamatan Gondokusuman
sebanyak 45.293 orang. SedangkanKecamatan Ngampilan, Gondomanan, dan
Pakualaman merupakan tiga kecamatan
urutan terbawah yang memiliki penduduk
paling sedikit masing-masing berjumlah
16.320 orang, 13.029 orang, dan 9.316
orang.
Secara umum jumlah penduduk
perempuan lebih banyak dibandingkanjumlah penduduk laki-laki. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih
kecil dari 100. Perbandingan laki-laki dan
perempuan atau sex ratio di kota Yogya
mencapai angka 94,81. Diantara 14
kecamatan di kota Yogyakarta terdapat satu
kecamatan yaitu Wirobarajan memiliki sex
ratio sebesar 102,48.
Dengan luas wilayah 32,5 Km2, rata-rata
kepadatan penduduk kota Yogyakarta adalah
sebesar 11.957 jiwa perkilometer persegi.
Kecamatan dengan tingkat kepadatan
penduduk paling tinggi adalah Ngampilan
yaitu sebanyak 19.902 jiwa/km2, sedangkan
yang memiliki kepadatan penduduk paling
rendah yaitu Umbulharjo mencapai 9.451
jiwa/km2.
4Penduduk Perubahan arah perkembangan p endudu k yang
Keberhasilan kota Yogyakarta dalam menurunkan laju
pertumbuhan penduduk selama beberapa tahun kebelakang terancam dengan adanya kenaikan lajupertumbuhan penduduk di provinsi DI Yogyakarta padatahun-tahun terakhir.
-45 -30 -15 0 15 30 45
0 - 4
5 - 9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 - 69
70 - 74
75 +
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
14/42
Laju Pertumbuhan Penduduk Kecamatandi Kota Yogyakarta, 2000 - 2010
Kepadatan Penduduk Menurut KecamatanKota Yogyakarta, 2010
Dengan jumlah penduduk hasil Sensus
Penduduk tahun 2000 sebesar 396.711 jiwa,
maka jumlah penduduk pada tahun 2010
justru mengalami pertumbuhan negatif yaitu
sebesar -0,22 persen pertahun selama
kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Jika
dilihat per kecamatan, laju pertumbuhan
penduduk tertinggi terjadi di kecamatan
Kotagede yakni sebesar 1,10 persen.Sedangkan untuk laju pertumbuhan paling
rendah terjadi di kecamatan Pakualaman
yaitu sebesar -1,28 persen pertahun.
Kecamatan Umbulharjo yang mempunyai
jumlah penduduk terbesar berjalan linier
dengan laju pertumbuhanya yaitu 1,02
persen per tahun.
4Penduduk
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
15/42
Sex Ratio PendudukKota Yogyakarta, 2010
Jumlah Penduduk Menurut Kecamatandan Jenis Kelamin di Yogyakarta, 2012
Sex ratio penduduk kota Yogyakarta
hasil Sensus Penduduk 2012 sebesar 94,51
yang berarti jumlah penduduk laki-laki lima
persen lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah penduduk perempuan. Sex ratio
terbesar adalah kecamatan Wirobrajan
yakni sebesar 102,48 yang berarti jumlah
penduduk laki-laki dua persen lebih banyak
d iband ingkan dengan pendudukperempuan. Sedangkan sex ratio paling
kecil berada di kecamatan Ngampilan yakni
sebesar 87,16.
Jumlah Penduduk Yogyakarta Th 2012
394.012 jiwa
SEX RATIO = 94,51
4Penduduk
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Mantrijeron 15.389 16.306 31.695
Kraton 8.370 9.191 17.561
Mergangsan 14.445 15.003 29.448
Umbulharjo 37.922 40.909 78.831
Kotagede 15.948 16.104 32.052
Gondokusuman 22.022 23.504 45.526
Danurejan 9.061 9.372 18.433
Pakualaman 4.541 4.825 9.366
Gondomanan 6.123 6.974 13.097
Ngampilan 7.633 8.769 16.402
Wirobrajan 12.635 12.334 24.969
Gedongtengen 8.215 9.058 17.273
Jetis 11.504 12.066 23.570
Tegalrejo 17.637 18.152 35.789
YOGYAKARTA 191.445 202.567 394.012
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
16/42
Sasaran utama pembangunan di bidang
ketenagakerjaan adalah terciptanya lapangan
kerja baru dengan jumlah dan kualitas yang
memadai sehingga dapat menyerap angkatan
kerja yang memasuki pasar kerja.
Keterlibatan penduduk dalam kegiatan
ekonomi diukur dengan jumlah penduduk
yang masuk dalam pasar kerja (bekerja atau
mencari kerja) yang biasanya disebut sebagai
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
Kesempatan kerja memberikan gambaran
besarnya tingkat penyerapan tenaga kerja.
Keterlibatan penduduk usia 15 tahun ke atas
dalam kegiatan ekonomi di kota Yogyakarta
pada tahun 2012 mencapai 66,97 persen
atau mengalami penurunan dibandingkan
dengan tahun 2011 yang mencapai 68,26
persen.
Pada tahun 2012, di kota Yogyakarta
kelompok lapangan usaha services
(perdagangan, angkutan, dan jasa) sangat
dominan dalam menyerap tenaga kerja. Lebih
dari 80 persen tenaga kerja yang bekerja
terserap pada kelompok lapangan usaha ini.
Sementara peringkat kedua dalam
penyerapan tenaga kerja terjadi pada
kelompok lapangan usaha manufacture
(industri, listrik, gas, air, dan konstruksi) yang
mencapai 15,32 persen dan sisanya sekita
0,37 persen berkerja di sektor pertanian.
Beberapa Indikator KetenagakerjaanYogyakarta
Tingkat Pengangguran Terbuka
5Ketenagakerjaan
Kesemp atan ker ja di Yogy akarta terus
meningkat .
Tingkat kesempatan kerja di Yogy akarta mengalami fluktuasi selama
perio de 2010-2012. Pors i terbesar yang menj adi pil ihan m asyarakat
Yogyakarta adalah lapangan kerja sektor services yaitu perd agangan,
angk utan, dan jasa pada tahun 2012 mencap ai 84,30 persen .
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
17/42
6Pendidikan Penduduk Yogyaka r ta menye lesa i kan jen jangpendidik an kelas 2 SLTA
Rata-rata lama sekolah di kota Yogy akarta terl ihat cuk up
tinggi yaitu hanya s ekitar 11 tahun. Art iny a, secara rata-rata
pendud uk Yogyakarta menyelesaikan jenjang pendidikan
pal ing tingg i sampai dengan kelas 2 SMA
Beberapa Indikator PendidikanKota Yogyakarta
Jumlah Sekolah, Guru, dan Murid2012 / 2013
Penduduk laki-laki di kota Yogyakarta
seperti juga di daerah lain memiliki
kemampuan baca tulis lebih tinggi di banding
penduduk perempuan. Dibandingkan
kabupaten lainnya di provinsi DI Yogyakarta,
ternyata penduduk Yogyakarta bersekolah
lebih lama. Indikator ini ditunjukkan dengan
tingkat pendidikan cukup tinggi yaitu untuklaki-laki mencapai 62,31 persen sedangkan
untuk perempuan mencapai 57,41 persen
yang memiliki ijazah SLTA atau lebih tinggi.
Secara umum, angka melek huruf di kota
Yogyakarta pada tahun 2012 mencapai 98,04
persen atau mengalami sedikit penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya sebesar
97,38 persen. Sementara penduduk laki-laki
mempunyai tingkat kemampuan membaca
dan menulis lebih tinggi dibandingkan dengan
perempuan. Tercatat angka melek huruf laki-
laki mencapai 99,34 persen sedangkan
perempuan mencapai angka sebesar 96,83
persen.
Capaian di bidang pendidikan terkait erat
dengan ketersediaan fasilitas pendidikan.
Pada jenjang pendidikan SD untuk tahun
ajaran 2012/2013 seorang guru di kota
Yogyakarta rata-rata mengajar 16 murid SD.
Semakin tinggi jenjang pendidikan maka
beban seorang guru semakin sedikit, untuk
jenjang pendidikan SLTP rata-rata seorang
guru mengajar 13 murid dan di jenjang SLTA
beban seorang guru mengajar 9 murid.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
18/42
7Kesehatan
Beberapa Indikator KesehatanKota Yogyakarta
Persentase Jumlah KeluargaMenurut Tingkat Kesejahteraan, 2012
Ketersediaan sarana kesehatan dan
tenaga kesehatan sangat penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
kepada masyarakat. Pada tahun 2012
jumlah dokter praktek di Kota Yogyakarta
masih menggunakan informasi tahun
sebelumnya, yaitu dari 1.458 orang pada
tahun 2010 menjadi 1.581 orang pada tahun
2012. Hal ini tidak diimbangi dengan jumlahapotek/toko obat dari 152 pada tahun 2010
menjadi 158 toko pada tahun 2011 dan turun
menjadi 155 toko pada tahun 2012.
Untuk menekan pertumbuhan penduduk
pemerintah daerah mencanangkan program
Keluarga Berencana (KB). Respon
masyarakat terhadap program tersebut
cukup positif. Hal ini terlihat dari tingginya
jumlah penduduk yang aktif menjadiakseptor. Pada tahun 2012 jumlah akseptor
tercatat 34737 orang atau 72,07 persen dari
pasangan usia subur (PUS) yang terdapat di
Kota Yogyakarta. yaitu sebanyak 47.399
pasang. Sedangkan alat kontrasepsi yang
banyak digunakan warga masyarakat
Yogyakarta adalah STK (30,39 persen).
Sedangkan persentase keluarga
menurut tingkat kesejahteraan di kotaYogyakarta pada tahun 2012, tercatat
sebanyak 8,50 persen termasuk kategori
keluarga pra sejahtera. Untuk kategori
keluarga sejahtera (KS 1) mencapai 23,38
persen, keluarga sejahtera (KS 2) mencapai
20,72 persen, keluarga sejahtera (KS 3)
mencapai 38,70 persen dan sisanya KS 3
plus mencapai 8,71 persen.
Dokter sebagai penolong kelahiran utama.
Sebagian besar pros es kelahiran di Yogyakarta
mengandalkan tenaga medis k husus nya dok ter ,
sementara kelah i ran yang d i to long d ukun
persentasenya semakin menurun .
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
19/42
8Perumahan Sebagian besar pendudu k di kota Yogyakarta masihmengggu nakan sum ur sebagai sumb er ai r minum.
Tahun 2012 sebanyak 48 persen lebih m asyarakat
Yogyakarta menjadikan sumur sebagai sum ber air
minum mereka, dan seki tar 9 persen m enggunakan
air ledin g.
Selain sandang dan pangan, papan juga
merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia. Rumah tidak hanya berfungsi
sebagai tempat berlindung tetapi lebih
banyak digunakan sebagai tempat tinggal.
Bahkan terkadang rumah sudah menjadi
bagian dari gaya hidup dan simbol status
dari pemiliknya. Oleh karenanya aspek
kesehatan, kenyamanan dan kelengkapanfasilitasnya perlu diperhatikan karena
menggambarkan tingkat kesejahteraan
penghuninya.
S a l a h s a t u i n d i k a t o r y a n g
menggambarkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat yaitu penggunaan air minum
sehari-hari. Semakin rendah kualitas
penggunaan air minum rumah tangga maka
salah satu faktor penunjang kesejahteraan
masyarakat belum terpenuhi. Pada tahun
2012, penggunaan sumber air minum
terbesar masyarakat kota Yogyakarta masih
berasal dari sumur yaitu mencapai 48,58
persen. Sedangkan air ledeng pada tahun
2012mencapai 9,06persen atau mengalami
penurunan dari tahun 2011 yaitu sebesar
9,06 persen. Indikator lainnya adalah jarak
sumber air minum ke tempat penampungan
kotoran. Semakin dekat sumber air minum
dengan penampungan kotoran akan
berpengaruh terhadap kualitas air untuk
keperluan rumah tanggan. Pada tahun 2012,
sebanyak 70,27 persen rumah tangga jarak
penampungan kotoran dengan sumber air
minum lebih dari 10 meter, dan hanya 21,59
persen yang berjarak kurang dari 10 meter.
Persentase rumah tangga menurutSumber Air Minum, 2009 - 2012
Jarak Sumber Air Minum ke tempatPenampungan Kotoran, 2012
< 10 m
21,59%
10 m
70,27%
tt
8,14%
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
20/42
9Perumahan
Indeks Pembangunan ManusiaYogyakarta dan DI Yogyakarta,
Tahun 2006 - 2012
Keterbandingan Indeks Pembagunan ManusiaKab/Kota di DI Yogyakarta,
Tahun 2011 - 2012
Kemajuan pembangunan manusiasecara umum dapat ditunjukkan denganmelihat perkembangan indeks pembangunanmanusia (IPM) yang mencerminkan capaiankemajuan di bidang pendidikan, kesehatandan ekonomi. Dengan melihat perkembanganangka IPM sejak tahun 2006 sampai dengan2012, kemajuan yang dicapai kota Yogyakartadalam pembangunan manusia cukupsignifikan. Angka IPM kota Yogyakarta
mengalami peningkatan cukup berarti dari77,8 pada tahun 2006 menjadi 80,24 padatahun 2012. Sedangkan di tingkat Provinsi,angka IPM pada tahun 2006 mencapai angkasebesar 73,7 menjadi 76,8 pada tahun 2012.
Dibandingkan dengan kabupaten lain di
DI Yogyakarta, Kota Yogyakarta mempunyai
angka IPM relatif lebih tinggi. Tercatat pada
tahun 2012, IPM kabupaten Sleman mencapaiangka 80,24, kabupaten Bantul sebesar
75,58, kabupaten Kulonprogo sebesar 75,33
dan kabupaten Gunung Kidul sebesar 71,11.
Indeks pembangunan manusia kota
Yogyakarta selama kurun waktu satu tahun
terakhir telah mengalami kenaikan dari 79,89
pada tahun 2011 menjadi 80,24 pada tahun
2012.
Sedangkan perkembangan PDRB per
kapita sejak tahun 2006 hingga tahun 2012
mengalami kenaikan cukup signifikan. Pada
tahun 2006 PDRB perkapita Yogyakarta
mencapai angka 20,78 juta rupiah per tahun,
sedangkan pada tahun 2012 menigkat
menjadi 36,36 juta rupiah per tahun.
Tingkat kemiskin an di kot a Yogyakarta
masih t inggi
Dibandingkan d engan angka kemisk inan n asional yang
menc apai seki tar 17 persen, t ingk at kemisk inan Yogy akarta
terb i lang cuku p rendah. Persentase penduduk misk in di
Yogyakarta pada tahun 2011 berkisar lebih dar i 10 persen.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
21/42
Penggunaan lahan dibedakan menjadi
lahan sawah dan lahan bukan sawah. Lahan
bukan sawah meliputi lahan untuk bangunan
dan sekitarnya, tegal/kebun, ladang/huma,
padang rumput, tambak, kolam/tebat/
empang, lahan yang sementara tidak
diusahakan, lahan untuk tanaman kayu-
kayuan dan perkebunan negara/swasta.
Pada tahun 2012 luas penggunaan lahan
di Kota Yogyakarta tercatat 3.250 hektar,
terdiri dari 76 hektar lahan sawah dan 3.174
hektar lahan bukan sawah. Data tanaman
pangan meliputi tanaman padi, palawija dan
buah-buahan. Luas panen tanaman padi
sawah pada tahun 2012 mencapai 169 hektar
dengan produksi 112,98 ton gabah.Dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
produksi padi sawah mengalami penurunan
sekitar 14,03 persen. Hal ini terjadi karena
adanya pengaruh musim sehingga
menghasilkan luas panen yang lebih rendah
dibanding tahun sebelumnya.
Produksi palawija yang terdiri dari
kacang tanah dan jagung pada tahun 2012
masing-masing adalah 1 ton dan 19 ton.
Dibandingkan dengan tahun 2011, produksi
jagung mengalami penurunan cukup
signifikan. Produktivitas tanaman kacang
tanah menempati angka paling tinggi yaitu
mencapai 10 kwintal per hektar. Untuk
komoditas jagung mempunyai produktivitas
mencapai 633 kwintal per hektar.
10 PertanianPertumbuhan p rodu ksi padi ber ja lan l in ier
Sebagai kota budaya dan pendidikan,
pertumbuhan produksi tanaman pangan di
Yogyakarta kurang begitu menggembirakan.
Produktivitas Tanaman Pangan (Kwintal/Ha), 2012
Beberapa Indikator Tanaman Pangan
Uraian Satuan 2010 2011 2012
Padi
Luaspanen
( ha ) 215,0 218,0 169,0
Produksi ( ton ) 1 319,0 1 304,0 1 121,0
Jagung
Luaspanen
( ha ) - 4,0 3,0
Produksi ( ton ) - 68,0 19,0
Kacang tanah
Luaspanen
( 000ha)
1,0 1,0 1,0
Produksi(000ton)
1,0 1,0 1,0
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
22/42
Berdasarkan angka sementara hasil
pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013,
jumlah usaha pertanian di kota 2.481 seban-
yak 2.477 dikelola oleh rumah tangga, se-
banyak 2 dikelola oleh perusahaan pertanian
berbadan hukum dan sebanyak 2 dikelola
oleh selain rumah tangga dan perusahaan
berbadan hukum.
Umbulharjo, Kotagede, dan Mantrijeron
merupakan tiga kecamatan dengan urutan
teratas yang mempunyai jumlah rumah
tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu
masing-masing 584 rumah tangga, 358
rumah tangga, dan 330 rumah tangga.
Sedangkan kecamatan Pakualaman dan
Gondomanan merupakan wilayah yang palingsedikit jumlah rumah tangga usaha
pertaniannya, yaitu sebanyak 12 rumah
tangga.
Sementara itu jumlah perusahaan
pertanian berbadan hukum dan usaha
pertanian selain perusahaan dan rumah
tangga di kota Yogyakarta untuk perusahaan
sebanyak 2 unit dan lainnya 2 unit. Jumlahperusahaan pertanian berbadan hukum
berlokasi di kecamatan umbulharjo yaitu
sebanyak 1 perusahaan dan kecamatan
Mantrijeron 1 perusahaan. Sedangkan jumlah
perusahaan tidak berbadan hukum atau
bukan usaha rumah tangga usaha pertanian
terdapat di kecamatan Mergangsan dan
kecamatan Kotagede masing-masing 1 unit.
10SensusPertanian 2013Sukses Sensus Pertanian 2013
Potensi rumah tangga pertanian di kota
Yogyakarta berada di kecamatan Umbulharjo,
Kotagede, dan Mantrijeron
Gambaran Umum Usaha
Pertanian di
Kota Yogyakarta
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
23/42
Berdasarkan angka sementara hasil
pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013,
jumlah rumah tangga usaha pertanian di kota
Yogyakarta mengalami penurunan sebanyak
4.309 rumah tangga dari 6.786 rumah tangga
pada tahun 2003 menjadi 2.477 rumah
tangga pada tahun 2013, yang berarti
menurun sebesar 6,35 persen per tahun.
Penurunan terbesar terjadi di kecamatan
Mergangsan dan penurunan terendah terjadidi kecamatan Ngampilan, yaitu masing-
masing sebesar 89,2 persen dan - 35,6
persen selama sepuluh tahun. Sementara
kecamatan Gondomanan, Mantrijeron, dan
Umbulharjo mengalami kenaikan masing-
masing 1.200 persen, 15,4 persen, dan 5,8
persen/
Pelaksanaan Pendataan Sapi Potong,
Sapi Perah, dan Kerbau (PSPK) 2011 yang
dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia
mulai 1-30 Juni 2011, mencatat populasi sapi
dan kerbau kondisi 1 Juni 2011. Populasi sapi
dan kerbau hasil PSPK di Kota Yogyakrta
mencapai 367 ekor. Sementara itu, dari hasil
sensus pertanian 2013, populasi sapi dan
kerbau mencapai 279 ekor.
Berdasarkan hasil sensus pertanian
2013 apabila dirinci menurut wilayah, ke-
camatan yang memiliki sapi dan kerbau pal-
ing banyak adalah kecamatan Kotagede den-
gan jumlah populasi sebanyak 100 ekor, ke-
mudian kecamatan Umbulharjo (78 ekor), dan
kecamatan Tegalrejo (49 ekor). Sedangkan
kecamatan yang tidak memiliki sapi dan ker-
bau adalah kecamatan Gondokusuman, Da-
nurejan, Pakualaman, Gondomanan, Ge-
dongtengen, dan Jetis.
10 SensusPertanianSukses Sensus Pertanian 2013
Rumah tangga pertanian mengalami penurunan
dari 6786 menjadi 2477 atau turun sebesar 6,35
persen pertahun.
Perbandingan Jumlah Sapi-KerbauDi Yogyakarta, Tahun 2011 - 2013
Jumlah Rumah Tangga Pertanian danPerusahaan Pertanian di Yogyakarta
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
24/42
11Energi Listrik
dan Air
Persediaan energi l istr ik dan air di Yog yakarta
relat i f aman
Energi listrik terjual di Yogyakarta lebih banyak digunakan
untuk keperluan rumah tangga dan kepentingan bisnis, dan
sebagian kecilnya digunakan untuk industri.
Energi Listrik Terjual di Yogyakarta (MWh)
Energi Listrik Terjual Menurut Pelanggandi Yogyakarta, 2012
Jumlah pelanggan listrik PLN di Kota
Yogyakarta pada tahun 2012 tercatat
103.582 pelanggan atau mengalami
peningkatan mencapai 2,97 persen
dibandingkan dengan keadaan tahun
sebelumnya yaitu mencapai 100.585
pelanggan. Sedangkan untuk jumlah energi
listrik terjual dari tahun ke tahun terusmengalami peningkatan. Pada tahun 2010
mencapai 399,4 MWh dan meningkat
menjadi 477,4 MWh pada tahun 2011 dan
mengingkat menjadi 495,9 MWh pada tahun
2012. Energi listrik di Yogyakarta mayoritas
masih digunakan oleh pelanggan
rumahtangga dengan jumlah pemakaian
181,58 MWh atau 36,61 persen dari total
pemakaian.
Berdasarkan data dari PDAM Tirtamarta,
produksi air minum pada tahun 2012
mencapai 17,54 juta m3 atau naik 4,59
persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Volume air yang disalurkan mencapai 8,79
juta m2 atau 50,15 persen dari total produksi.
Jumlah pelanggan pada tahun 2012 tercatat33.675 pelanggan dan sebagian besar
adalah kelompok pelanggan non niaga yang
terdiri dari rumahtangga dan instansi
pemerintah. Kelompok pelanggan non niaga
berjumlah 31.445 pelanggan atau 93,37
persen dari total pelanggan, dengan rincian
30.349 pelanggan rumahtangga dan 1.096
instansi pemerintah.
63,58
181,58178,18
29,40
25,6717,55
Distribusi listrik
( MWh)
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
25/42
12 IndustriPengolahanProdukt iv i tas peker ja sektor in dustr i di Yogy akarta
cenderung membaik
Trend produktivitas pekerja industri yang diukur dengan
nilai tambah per pekerja di Yogyakarta selama kurun waktu
2009-2011 cenderung meningkat, hingga pada tahun 2012
mencapai angka sebesar 28,18 juta rupiah per pekerja .
Sektor Industri PengolahanKota Yogyakarta
Industri dibedakan atas industri besar,
sedang, kecil dan rumahtangga. Informasi
mengenai industri kecil diperoleh dari Dinas
Perekonomian Kota Yogyakarta. Pada tahun
2012 jumlah industri kecil tercatat 6.565 unit
dengan jumlah tenaga kerja 34.560 orang dan
nilai investasi sebesar Rp. 170,7 milyar rupiah.
Dibandingkan dengan tahun 2011 jumlah
usahanya tidak banyak mengalami
perubahan. Jumlah tenaga kerja yang
terserap mengalami penurunan 0,03 persen
dan nilai investasinya naik 0,005 persen.
Industri kecil yang paling banyak adalah
industri pengolahan hasil pertanian dan
kehutanan.Industri besar adalah industri dengan
jumlah tenaga kerja 100 orang atau lebih dan
industri sedang adalah industri dengan jumlah
tenaga kerja antara 20-99 orang. Perusahaan
industri besar dan sedang di Kota Yogyakarta
pada tahun 2012 sebanyak 81 perusahaan
dengan 11.773 tenaga kerja. Dibandingkan
dengan tahun 2011 jumlah perusahaan
industri besar dan sedang mengalami
penurunan sebesar 4,7 persen. Penyerapan
tenaga kerja industri besar/sedang terbesar
berada pada klasifikasi industri kulit (kode 19)
sebesar 17 persen, klasifikasi industri barang
dari logam (kode28/29) sebesar 17 persen;
sektor makanan, minuman/tembakau (kode
15/16) mencapai 17 persen; dilanjutkan
dengan sedangkan klasifikasi 36/37 atau
furniture mencapai 14 persen.
Produktivitas tenaga kerja didefinisikan sebagai besarnya nilai tambah yang
tercipta dibagi dengan jumlah pekerja
Persentase Tenaga KerjaIndustri Besar/Sedang
Kode 15/16=makanan,minuman/tembakau; 17=tekstil;18=pakaian jadi; 19=kulit; 20=kayu; 22=penerbitan;
24/25=kimia/karet; 26=bhn galianbkn logam; 28/29=brg drlogam; 33=alat kedokteran; 36=furniture
Indikator Industri 2010 2011 2012
Agro Industri 6 616 6 650 6 646
Besar danSedang
81 85 81
Kecil 6 535 6 565 6 565
Tenaga Kerja 43 105 40 513 46 333
Besar dan
Sedang8 635 5 943 11 773
Kecil 34 470 34 570 34 560
Investasi Industri
Kecil169,9 170,7 170,7
(Milyar)
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
26/42
13KemahalanKonstruksiTingkat Kemahalan Konstruk si di Yog yakarta
semakin melambun g.
Ukuran kemahalan konstruksi yang terus meningkat
menggambarkan bahwa rata-rata harga bahan bangunan di
Yogyakarta meningkat lebih cepat dibandingkan dengan
kabupaten lain di Provinsi DI Yogyakarta.
Indeks Kemahalan KonstruksiKab-Kota di DI Yogyakarta, Tahun 2011
Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK)
merupakan angka indeks yang dapat
menggambarkan perbandingan tingkat
kemahalan harga bahan bangunan/konstruksi
(TKK) suatu kabupaten/kota terhadap TKK
kota Balikpapan yang dipilih sebagai acuan.
Perbedaan model penyajian IKK 2009 dan
IKK 2011 menyebabkan angka tersebut tidak
dapat diperbandingkan secara langsung.
Indeks Kemahalan Konstruksi kota
Yogyakarta tahun 2011 berada pada angka
80,75 persen. Hal ini bisa diartikan bahwa
harga barang-barang konstruksi di
Yogyakarta relatif lebih rendah 19,25 persen
dibandingkan dengan harga-harga konstruksi
sejenis di Balikpapan. Demikian juga di
Gunung Kidul, harga barang-barang
konstruksi lebih murah 14,99 persen
dibandingkan dengan harga-harga di
Balikpapan. Namun demikian diantara
kabupaten/kota di DI Yogyakarta, harga-
harga kebutuhan konstruksi di Yogyakarta
relatif paling murah. Tercatat IKK di Bantul
mencapai 82,61 persen, Kulonprogo sebesar
81,75 persen, dan Sleman sebesar 83,04
persen.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
27/42
14HotelPariwisata
Sampai dengan tahun 2012 jumlah hotel
dan penginapan yang ada di wilayah kota
Yogyakarta tercatat sebanyak 397 buah yakni
terdiri dari 37 hotel berbintang dan 360 hotel
non bintang. Jumlah hotel yang terbanyak
terletak di wilayah kecamatan Gedongtengen
yakni sebanyak 134 hotel.
Produktivitas suatu hotel/akomodasidapat diukur dari tingkat penghunian kamar.
Faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat
penghunian kamar hotel adalah banyaknya
kunjungan wisatawan baik wisatawan
mancanegara maupun dalam negeri yang
menginap di hotel. Semakin banyak jumlah
wisatawan yang datang diharapkan jumlah
tamu yang menginap di hotel semakin
meningkat pula.
Pada tahun 2012 tingkat penghunian
kamar di kota Yogyakarta secara keseluruhan
mencapai 51,22 persen yang berarti bahwa
rata-rata dari seluruh kamar yang dipakai
setiap malam mencapai 51,22 persen. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya
Tingkat Penghunian Kamar mengalami
peningkatan yakni sebesar 11,13 persen.
Tingkat penghunian kamar tertinggi terjadi
pada bulan Desember yaitu sebesar 58,07
persen dan terendah pada bulan Agustus
dengan tingkat penghunian kamar sebesar
40,19 persen. Secara umum tingkat hunian
kamar hotel berbintang mencapai 57,49
persen, sementara hotel non bintang
mencapai 34,15 persen.
Indikator Hotel dan PariwisataKota Yogyakarta
Jumlah Wisatawan dan Lama MenginapKota Yogyakarta
Hotel berbintang lebih dip i l ih untuk m enginap
dibanding h otel t idak berbintang
Meskipun jumlah kamar hotel berbintang sekitar sepertiga
dari total kamar hotel non berbintang, namun tingkat hunian
kamar hotel berbintang lebih tinggi dibandingkan hotel non
berbintang atau sekitar 57,49 persen berbanding 34,2 persen.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
28/42
14HotelPariwisata
Jumlah Wisatawan dan Lamanya Menginap
di Yogyakarta
Sebagai ibukota Daerah Istimewa
Yogyakarta, Kota Yogyakarta memiliki daya
tarik tersendiri bagi wisatawan baik domestik
maupun mancanegara. Keberadaan kraton
Yogyakarta yang masih kental sarat dengan
budaya jawa, di tengah-tengah kehidupan
masyarakat moderen merupakan salah satu
keunikan yang mampu menarik minat
wisatawan untuk berkunjung di kotaYogyakarta. Pusat perbelanjaan pasar
tradisional seperti Pasar Beringharjo dan
selaras panjang jalan Malioboro pada
umumnya juga menjadi sasaran utama bagi
wisatawan yang ingin membeli berbagai
kerajinan. Di samping itu terdapat juga
tempat yang menyajikan makanan khas
Kota Yogyakarta seperti Gudeg, Bakpia
Pathuk, dan Yangko. Bagi wisatawan yang
ingin mengetahui sejarah di kota Yogyakarta
terdapat beberapa museum diantaranya
Museum Sono Budoyo, Vredeburg, dan
Sasmita loka.
Pada tahun 2012 jumlah wisatawan
yang berkunjung di Kraton mencapai
sebanyak 686.282 pengunjung meningkat
bila dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 587.041 pengunjung. Jumlah
pengunjung kraton paling banyak terjadi
pada bulan Juli dimana terdapat hari liburan
sekolah. Jumlah pengunjung Tamansari di
tahun 2012 mencapai 227,483 pengunjung
sedangkan jumlah pengunjung Sitihinggil
mencapai sebesar 444.306 wisatawan.
Museum kereta kraton yang menyimpan
koleksi beberapa kereta kraton, di tahun
2012 ini telah dikunjungi oleh 37.817
wisatawan.
TAHUN 2010 2011 2012
% Jml Tamu yg menginap
Wisatawan Mancanegara 8,99 9,19 7,95
Wisatawan Nusantara 91,01 90,81 92,05
Rata-rata Lama Menginap
(mlm)
Wisatawan Mancanegara 2,25 2,05 2,15
Wisatawan Nusantara 1,54 1,63 1,54
Jumlah Pengunjung Menurut
Lokasi Wisata, Tahun 20102012
di Kota Yogyakarta
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
29/42
15TransportasiKomunikasi
Tersedianya prasarana/infrastruktur yang
memadai merupakan salah satu modal dasar
untuk meningkatkan kegiatan masyarakat
suatu daerah, baik untuk kegiatan yang
si fatnya sosial maupun kegiatan
perekonomian. Salah satu prasarana/
infrastruktur yang pokok adalah jalan. Makin
meningkatnya usaha pembangunan menuntutpula peningkatan pembangunan jalan untuk
memudahkan mobilitas penduduk dan
memperlancar perdagangan antar daerah.
Panjang jalan di seluruh wilayah Kota
Yogyakarta pada tahun 2012 mencapai
248,09 km. Panjang jalan dalam kondisi baik
mengalami kenaikan dari 99,44 km menjadi
111,43 km atau mengalami kenaikan
mencapai 12,06 persen. Sedangkan jalan
dengan kondisi rusak mengalami penurunan
dari sepanjang 44,44 km menjadi 36,93 km
atau mengalami penurunan mencapai 8,68
persen.
Untuk memenuhi transportasi darat,
tersedia dua jenis kendaraan angkutan daratutama yaitu kendaraan bermotor dan kereta
api. Pada tahun 2012 jumlah kendaraan
mobil penumpang mencapai 7.610 unit atau
mengalami kenaikan mencapai 3,55 persen
dari jumlah kendaraan pada tahun
sebelumnya. Kendaraan truk dan bus pada
tahun 2012 juga mengalami kenaikan masing
-masing mencapai 6,09 persen dan 5,58persen.
Panjang Jalan dan Jumlah Kendaraan BermotorKota Yogyakarta
Kondis i jalan di Yogy akarta sebagian besar
dalam keadaan baik dan sedang
Jalan paling panjang di Yogyakarta memiliki kelas tiga
dan paling sering dilalui oleh moda kendaraan roda
dua yang mencapai 77 persen jumlah kendaraan.
Indikator 2010 2011 2012
Panjang Jalan (km)
Baik 99,4 4 99,4 4 111,4 3
Sedang 104,2 2 108,2 1 99,7 3
Rusak 44,4 3 40,4 4 36,9 3Rusak Berat 0 0 0
Jum lah Kendaraan wajib uj i (unit)
Mobil Penumpang 7 114 7 349 7 610
Pick Up 2 210 2 275 2 334
Truk 193 197 209
Bus 1 126 1 164 1 229
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
30/42
15TransportasiKomunikasi
Angkutan kereta api yang ada di Kota
Yogyakarta meliputi angkutan untuk
penumpang dan barang, yang terdiri dari
dua stasiun yaitu stasiun Tugu yang khusus
diperuntukkan bagi pemberangkatan
penumpang kereta bisnis dan eksekutif,
dan stasiun Lempuyangan yang
diperuntukan bagi pemberangkatan
penumpang kereta ekonomi serta barang.
Lalu lintas surat pos dan giro selama
kurun waktu 2012 mencapai 10,85 juta surat
yang dikirim melalui kantor pos yang ada di
wilayah kota Yogyakarta. Dibandingkan
dengan tahun sebelumnya jumlah surat
yang dikirim mengalami penurunan
mencapai 6,93 persen.
Sarana komunikasi radio merupakan
sarana komunikasi elektronik massal yang
sampai saat ini masih banyak digemari
masyarakat. Jumlah stasiun radio swasta di
wilayah Kota Yogyakarta pada tahun 2012
mencapai 11 stasiun. Stasiun-stasiun
tersebut tersebar di wilayah kecamatan Kota
Yo g y a k a r t a d e n g a n Ke c a m a t a n
Umbulharjo , Kotagede, dan Pakualaman
yang menjadi wilayah konsentrasi stasiun
radio swasta.
Surat Pos yang dikirim di Kantor Pos dan GiroBesar Yogyakarta
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
31/42
16Perbankan danInvestasi
Posisi Kredit Mikro, Kecil, MenengahMenurut Jenis Penggunaan
Proporsi Kredit Mikro, Kecil dan MenengahMenurut Sektor Ekonomi, 2012
Sejak tahun 2008 hingga 2012,
penyerapan terbesar dari kredit mikro, kecil,
dan menengah yang diberikan bank umum
dan BPR di kota Yogyakarta berasal dari
sektor perdagangan. Angka pada tahun 2012
menunjukkan besaran mencapai 3615 milyar
rupiah atau sekitar 46 persen. Sektor
ekonomi yang menempati urutan kedua
dalam penyerapan besaran kredit bankumum dan BPR adalah sektor Keuangan,
sewa dan jasa perusahaan yaitu mencapai
2129 milyar rupiah atau berkisar 27 persen
dari keseluruhan kredit mikro di Yogyakarta.
Sedangkan sektor perindustrian mampu
menyerap kredit mencapai 905 milyar rupiah
atau berkisar 11persen dari total kredit mikro,
kecil dan menengah. Sektor jasa-jasa dengan
besaran angka kredit mencapai 797 milyar
rupiah menempati urutan berikutnya yaitu
berkisar 10persen dari total kredit.
Menurut jenis penggunaannya posisi kredit
mikro, kecil, dan menengah yang diberikan
bank umum dan BPR di kota Yogyakarta,
sejak tahun 2008 hingga 2012 terbanyak
digunakan untuk konsumsi. Pada tahun 2012
jenis penggunaan untuk konsumsi mencapai
5811 milyar rupiah atau mencapai 41,45
persen dari total kredit yang diberikan.
Sedangkan yang digunakan untuk modal
kerja pada tahun 2012 mencapai 5717 milyar
rupiah meningkat sebesar 1077 milyar rupiah
dari tahun 2011 atau berkisar 23,2 persen.
Dan selebihnya digunakan untuk investasi,
pada tahun 2011 mencapai 1898 milyar
rupiah menjadi 2490 milyar rupiah di tahun
2012 atau meningkat sebesar 31,2 persen.
Sektor Perdagangan m enyerap besaran kredi t
mikro , keci l , dan menengah
Selama kurun waktu 2008-2012 kredit mikro, kecil,
dan menengah di Yogyakarta lebih banyak digunakan
untuk konsumsi.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
32/42
17Harga-harga
IHK Beberapa Kota di Sekitar Yogyakarta
Laju inflasi Yogyakarta, 2009 - 2013
Indeks harga konsumen yang sering
digunakan sebagai indikator kenaikan harga-
harga terlihat meningkat dari tahun ke tahun
di beberapa kota terpilih di Yogyakarta dan
sekitarnya. Diantara kota sekitar Yogyakarta,
kenaikan IHK tertinggi terjadi di Surakarta
yang meningkat dari 124,45 pada tahun 2012
menjadi 135,24 pada tahun 2013. KenaikanIHK yang tinggi juga terlihat di Kota
Semarang dari 134,29 tahun 2012 menjadi
145,11 tahun 2013 atau mengalami inflasi
sebesar 8,45 persen.
Kebijakan pemerintah menaikkan harga
BBM sekitar bulan Juni 2013, berdampak
langsung terhadap naiknya harga harga pada
bulan Juli 2013. Tingkat inflasi di Yogyakarta
tercatat meningkat secara drastis dari 4,31
persen pada tahun 2012 menjadi 6,81 persen
pada tahun 2013 (sampai dengan bulan
Agustus 2012).
Dari tahun 2009 hingga 2013, ada
kecenderungan berulang yaitu terjadinya
inflasi yang cukup tinggi pada pertengahan
tahun. Pada tahun 2009, inflasi tertinggi
terjadi pada bulan September yaitu sebesar0,80 persen. Sedangkan pada tahun 2010
inflasi cukup tinggi terjadi pada bulan Juli
yaitu mencapai 1,40 persen. Sedangkan
pada tahun 2011, angka inflasi tertinggi
terjadi pada bulan Juli 2011 yaitu mencapai
angka sebesar 0,90 persen. Sampai
September 2013, Inflasi tertinggi pada tahun
ini terjadi pada bulan Juli 2012 yaitu sebesar2,58 persen.
Laju inf lasi Yogy akarta lebih terkendal i
Inflasi Yogyakarta mencapai angka yang tinggi pada
tahun 2009 mencapai 0,80 persen. Akan tetapi pada bulan
bulan berikutnya inflasi semakin terkendali. Inflasi
tertinggi pada tahun 2013 tercatat mencapai 2,58 persen.
Indikator 2011 2012 2013
Kota Semarang 128,08 134,29 145,11
Kota Surakarta 120,98 124,45 135,24
Kota Purwokerto 128,01 134,06 144,75
Kota Yogyakarta 130,11 135,72 144,58
Kota Tegal 130,23 134,27 142,35
Kota Kediri 128,65 134,62 144,87
Kota Madiun 133,50 138,18 148,55
Kota Surabaya 129,36 135,04 144,22
Keterangan: Tahun 2013 s/d bulan Agustus 2013
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
33/42
18 PengeluaranPenduduk
Salah sa tu ind ika tor t ingkat
kesejahteraan masyarakat adalah ukuran
pengeluaran rumah tangga yang dalam hal ini
terbagi menjadi dua golongan pengeluaran
yaitu pengeluaran untuk makanan dan bukan
makanan. Semakin tinggi pendapatan
masyarakat akan berdampak pada porsi
pengeluaran yang bergeser dari pengeluaran
untuk makanan menjadi pengeluaran untukbukan makanan (Engel, 1875).
Proporsi pengeluaran non makanan
masyarakat kota Yogyakarta pada tahun
2008-2012 menunjukkan kecenderungan
meningkat. Terlihat bahwa pada tahun 2008
proporsi pengeluaran non makanan sebagian
besar masyarakat kota Yogyakarta mencapai
57,93 persen dan selebihnya sebesar 42,07
persen digunakan untuk pengeluaran non
makanan. Sedangkan pada tahun 2012
proporsi pengeluaran untuk non makanan
sudah mencapai 60,79 persen dan
selebihnya 39,21 persen digunakan untuk
pengeluaran non makanan.
Pada kelompok pengeluaran untuk
makanan, masyarakat kota Yogyakarta pada
tahun 2012 mengeluarkan porsi terbesar
adalah untuk makanan dan minuman jadi
yaitu sebesar 21,13 persen. Persentase
pengeluaran terbesar kedua yaitu untuk ikan,
daging, telur dan susu yaitu mencapai angka
5,96 persen. Sedangkan untuk pengeluaran
non makanan, masyarakat kota Yogyakarta
mengeluarkan porsi terbesar adalah untuk
perumahan yaitu mencapai 25,75 persen.
Kemudian dilanjutkan untuk keperluan barang
jasa mencapai sekitar 22,89 persen.
Pola pengeluaran m akanan masy arakat
Yogyakarta terus mening kat
Tingkat pendapatan penduduk yang didekati dengan ukuran
pengeluaran khususnya untuk makanan menunjukkan
adanya peningkatan dari tahun ke tahun.
Pengeluaran Makanan dan Non MakananDi Kota Yogyakarta, 20082012
Persentase pengeluaran per kapita (Rp/bulan)
Di Kota Yogyakarta, 2012
2012 (%)
MAKANAN 39,21
1 Padi-padian 3,9
2 Ikan, daging, telur, susu 5,96
3 Sayur-sayuran 1,73
4 Buah-buahan 2,32
5 Kacang-kacangan 0,786 Minyak dan lemak lain 0,97
7 Mie instan, makaroni 2,42
8 Makanan dan minuman jadi 21,13
BUKAN MAKANAN 60,79
1 Perumahan 25,75
2 Barang dan Jasa 22,89
3 Pakaian 2,07
4 Barang Tahan lama 7,77
5 Pajak dan asuransi 1,56
6 Keperluan pesta 0,75
Komposisi
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
34/42
19Perdagangan
Ekspor komoditas bukan migas Kota
Yogyakarta pada tahun 2012 mengalami
peningkatan dibandingkan ekspor tahun
sebelumnya, yaitu dari 117,68juta US $ di
tahun 2011 menjadi 120,74 juta US$.
Sebagian besar ekspor Kota Yogyakarta
berasal dari industri kerajinan meubel yang
pada umumnya memiliki ciri khas dari suatu
daerah sehingga sulit untuk ditiru dan
menjadikan komoditas tersebut dapat
bersaing di pasar Amerika maupun Eropa.
Komoditas mebel kayu memiliki kontribusi
terbesar dengan nilai total ekspor mencapai
95,82 juta US $ atau 79,36 persen dari total
ekspor Kota Yogyakarta. Kontribusi terbesar
kedua dimiliki oleh komoditas atsiri dengan
nilai 12,11 juta US $ atau mencapai 10,03
persen, dan komoditas teh menempati urutan
ketiga dengan nilai ekspor mencapai 2,10jutaUS $ atau 1,74 persen.
Kebutuhan dasar manusia akan pangan,
terutama pada makanan pokok yaitu beras
menjadi perhatian pemerintah, untuk itu
pemerintah selalu menjaga ketersediaannya.
Ketersediaan pangan yang diidentikkan
dengan ketersedian beras selama kurun
waktu tahun 2012 dapat dikatakan cukup,
bahkan melebihi kebutuhan yang dikonsumsi
masyarakat Kota Yogyakarta.Persediaan beras pada gudang dolog
terutama ditujukan untuk menjaga tingkat
harga konsumen maupun produsen. Total
penyaluran beras pada tahun 2012 mencapai
56,41 ton dan total pengadaan mencapai
70,84 ton, sedangkan persedian beras pada
akhir bulan Desember tahun 2012 mencapai
18,41 ton. Jumlah penyaluran beras terbesar
yang dilakukan oleh Dolog yaitu terjadi padabulan Juli 2012 yang mencapai 10,53 ton.
Ket idakseimbangan Ekspor dan Impor
di Yogyakarta
Nilai impor Yogyakarta jauh melebihi nilai ekspornya.
Perbedaan antara iekspor dan impor tampaknya
cenderung semakin besar dari tahun ke tahun.
Beberapa Indikator Sektor Perdagangan
Harga Beras dan Penyaluran
0
15
30
45
60
75
90
105
120
135
2008 2009 2010 2011 2012
29,9520,94 21,06
117,68 120,74
Impor (cif ) juta US$
Ekspor (fob) juta US$
20
40
60
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PenyaluranBeras
41,88
49,49
54,6458,33
69,20
76,16
83,74
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
35/42
20 PendapatanRegional
PDRB sebagai ukuran produktifitas
mencerminkan seluruh nilai barang dan jasa
yang dihasilkan oleh suatu wilayah dalam satu
tahun. Kota Yogyakarta sebagai salah satu
Kabupaten/kota di Provinsi DI Yogyakarta
pada menduduki peringkat ke dua di
bandingkan empat kabupaten lainnya dan
juga dibandingkan kabupaten/kota di sekitar
provinsi DI Yogyakarta.Sementara pendapatan perkapita yang
mencerminkan tingkat produktifitas tiap
penduduk menunjukkan bahwa penduduk kota
Yogyakarta lebih produktif dibandingkan
dengan empat kabupaten lainnya di provinsi
DI. Yogyakarta. Bahkan dibandingkan dengan
kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah
menduduki peringkat ke empat setelah
Cilacap, Kudus dan Kota Semarang.
Selama 10 tahun terakhir, PDRB kota
Yogyakarta naik dua kali lipat seiring dengan
naiknya pendapatan per kapita masyarakat
kota Yogyakarta. Pada tahun 2012 PDRB per
kapita kota Yogyakarta telah menunjukkan
besaran 36,4 juta rupiah per tahun jauh di atas
rata-rata pendapatan per kapita penduduk DI
Yogyakarta pada tahun 2012 menunjukkan
angka 16,28 juta per tahun.
Secara umum pertumbuhan ekonomi kota
Yogyakarta menunjukkan kecenderungan
moderat dan berada pada kisaran di atas
pertumbuhan ekonomi DI Yogyakarta.
Berbeda dengan distribusi PDRB nasional,
dominasi sektor perdagangan, hotel, dan
restoran sebesar 24 persen juga menjadi ciri
khas perekonomian kota Yogyakarta disusul
oleh sektor jasa-jasa kemudian sektor
keuangan pada peringkat berikutnya.
8 Tahun terakhir pendapatan per kapi ta
pendu duk Yog yakarta naik dua kal i lipat
Tingkat produktifitas nilai tambah barang dan Jasa
yang dihasilkan di Yogyakarta menduduki peringkat ke
dua di provinsi DI Yogyakarta
Perkembangan PDRB Yogyakarta
Distribusi PDRB Menurut SektorDi Yogyakarta, 2012
INDIKATOR 2010 2011 2012
PDRB ADHK(2000=100)(Milyar Rp)
5505,9 5816,6 6151,7
PDRB ADHB (Milyar Rp) 11777,6 12962,4 14327,6
PDRB/ Kapita ADHK (Ribu Rp) 14177,2 14893,1 15612,9
PDRB/ Kapita ADHB (Ribu Rp) 30326,0 33189,9 36363,3
Pertumbuhan Ekonomi (%) 4,98 5,64 5,76
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
36/42
21PerbandinganRegional
Perbandingan antar kabupaten/kota di
propinsi DI Yogyakarta untuk beberapa
indikator terpilih memperlihatkan variasi yang
cukup besar. Dilihat berdasarkan perbedaan
PDRB per kapita, terlihat ketimpangan yang
sangat tinggi. PDRB Total Atas Dasar harga
Berlaku tertinggi tercatat di Yogyakarta yang
mencapai 36,4 juta rupiah pada tahun 2012.Angka ini berkisar hampir empat kali lipat
dibandingkan angka Kulonprogo yang
mencapai 10,6 juta rupiah pertahun.
Sedangkan dibandingkan dengan kabupaten
Sleman tercatat mencapai angka PDRB
berlaku sebesar 14,97 juta rupiah. PDRB
perkapita atas dasar harga konstan di
Yogyakarta pada tahun 2012 mencapai
angka 14,32 juta rupiah pertahun.
PDRB per kapi ta Yogyakarta hampir mendekati
rata-rata Nasion al
Tiga kota di Jawa Tengah dengan PDRB per kapita di
atas kota Yogyakarta adalah Cilacap, Kudus, dan kota
Semarang.
Perbandingan PDRBProvinsi DI Yogyakarta
PDRB per KapitaAtas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan
Kota Yogyakarta, 2007 - 2012
10.000
15.000
20.000
25.000
30.000
35.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
12.190,315.612,9
21.947,4
36.363,3
ADHK
ADHB
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
37/42
22PDRBKecamatan
Pada tahun 2012 kecamatan Umbulharjomampu menciptakan nilai tambah brutosebesar 3,26 milyar rupiah dan menjadipenyumbang terbesar PDRB kota Yogyakarta.Kecamatan ini memberikan kontribusi sebesar22,78 persen dan yang menjadi sektor
andalannya adalah industri pengolahan, jasa-jasa, bangunan, angkutan dan komunikasi.Penyumbang kedua dalah kecamatan
Gondokusuman sebesar 17,07 persen dansektor andalannya adalah perdagangan , hotelrestoran, dan jasa-jasa. Selanjutnya adalahkecamatan Danurejan dengan jumlahpenduduk 18,443 jiwa mampu menyumbangkontribusi ekonomi sebesar 9,19 persen.
Gambaran tentang pola dan strukturpetumbuhan Ekonomi masing-masingkecamatan di Kota Yogyakarta dapat diketahuidengan menggunakan analisis TipologiKlassen. Pada dasarnya Tipologi Klassen
membagi daerah berdasarkan dua indikatorutama, yaitu pertumbuhan ekonomi danpendapatan perkapita daerah. Melalui analisisini diperoleh empat karakteristik pola danstruktur pertumbuhan ekonomi yangberbeda, yaitu:I. daerah cepat maju dan cepat tumbuhyaitu
Gondokusuman, Danurejan dan Jetis yangmempunyai pertumbuhan ekonomi danpendapatan perkapita yang lebih tinggi
dibanding dengan rata-rata Kota Yogyakarta ;II Daerah maju tapi tertekan, yaitu memiliki
pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkatpertumbuhan ekonominya lebih rendah; IIIDaerah berkembang cepat, yaitu Kraton,
Mergangsan, Kotagede dengan pertumbuhantinggi, tetapi tingkat pendapatan perkapita lebihrendah; IV Daerah relatif tertinggal adalahMantrijeron, Pakualaman, Wirobrajan, Kraton,Nagmpilan, dan Kotagede yang memilikipertumbuhan ekonomi dan pendapatanperkapita
PDRB Kecamatan di YogyakartaAtas dasar harga berlaku, 2012
Penyumb ang terbesar terhadap ekon om i
Yogyakarta adalah Umbulh ar jo, Gond oku sum an
dan Danurejan.
Umbulharjo dan Danurejan merupakan kec. maju dan
cepat tumbuh, sedangkan Mantrijeton, Pakualaman
dan Gedongtengen merupakan kec. tertinggal.
Klasifikasi Kecamatan di YogyakartaMenurut Tipologi Klassen, 2012
1 Mantrijeron 8 Pakual aman
2 Kraton 9 Gondomanan
3 Mergangsan 10 Ngampilan
4 Umbulharjo 11 Wirobrajan
5 Kotagede 12 Gedongtengen
6 Gondokusuman 13 Jetis
7 Danurejan 14 Tegalrejo
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
38/42
23PDRBPenggunaan
Tingkat pertumbuhan riil PMTB kota
Yogyakarta tahun 2012 sebesar 4,63 persen,
lebih lambat 0,37 poin bila dibandingkan
dengan pertumbuhan tahun sebelumnya.
Salah satu indikator yang menggambarkan
hubungan antara PDRB dengan PMTB
adalah Incremental Capital Output Ratio
(ICOR).ICOR merupakan indikator yangmenunjukkan tingkat laju pertumbuhan
ekonomi relatif akibat adanya investasi.
Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi
terjadinya inefisiensi dalam penggunaan
investasi.
Nilai PDRB yang dihasilkan di wilayah
kota Yogyakarta sebesar 12,96 triliun rupiah
pada harga berlaku, dimana sekitar 75,00
persen diantaranya digunakan untuk
keperluan komponen permintaan akhir,
25,00 persen digunakan untuk pembentukan
modal tetap bruto.
Selama 2007 2012 persentase
komponen permintaan akhir terus meningkat.
Hal ini menunjukan perekonomian Kota
Yogyakarta masih didominasi untuk
konsumsi, terutama untuk konsumsirumahtangga dan konsumsi pemerintah.
Komponen investasi yang dalam hal ini
dicerminkan oleh besarnya pembentukan
Modal Tetap Bruto juga mengalami
peningkatan yang berarti.
Persentase Konsumsi Rumah TanggaAtas dasar harga berlaku, 2007 - 2012
Persentase Pembentukan Modal Tetap BrutoAtas dasar harga berlaku, 2007 - 2012
Bahagian terbesar dar i PDRB kota Yogy akarta
d igunakan untuk pemenuhan konsum si rumah
tangga dan pemerintah
39 persen dari PDRB digunakan untuk konsumsi sumah
tangga dan 30 persen untuk konsumsi pemerintah, sekitar 25
persen dialokasikan untuk PMTB
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
39/42
23PDRBPenggunaan
Pada tahun 2012 pengeluaran konsumsi
lembaga non profit mencapai 5,52 persen dari
total PDRB atau sebesar 791,03 milyar rupiah.
Meskipun nilai pengeluaran kelompok ini
paling kecil diantara seluruh kelompok
pengeluaran yang ada, namun dari tahun ke
tahun kontribusinya cenderung meningkat.
Pada tahun 2012 pertumbuhan kelompok ini
mencapai 8,93 persen. Namun sebesar
apapun pertumbuhan kelompok ini kurang
cukup berarti karena peranannya terhadap
total penggunaan PDRB relatif kecil.
Pada tahun 2012 pengeluaran
konsumsi pemerintah mencapai 4,38 triliun
rupiah atau sebesar 30,56 persen dari total
PDRB. Bila dibandingkan dengan keadaan
pada tahun sebelumnya mengalami
peningkatan sebesar 5,73 persen.
Seiring dengan perkembangan yang
ada, dari tahun ke tahun pengeluaran
konsumsi pemerintah cenderung meningkat.
Besarnya realisasi penggunaan APBD
merupakan salah satu indikator yang dapat
digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan
pengeluaran konsumsi pemerintah. Selama
lima tahun terakhir andil konsumsi pemerintah
terhadap tota l PDRB mengalami
kecenderungan meningkat dari 29,11 persen
pada tahun 2008 menjadi sebesar 30,56persen tahun 2012.
Persentase Pengeluaran Konsumsi LembagaSwasta / Nirlaba, 2007 - 2012
Persentase Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,2007 - 2012
Kon tr ibus i lemb aga sw asta / nir laba dan sektor
pemerintah terus mengalami pening katan
Konsumsi lembaga swasta meningkat dari 3,41 persen
menjadi 5,29 persen, sedangkan konsumsi pemerintah
dari 27,29 persen menjadi 30,36 persen
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
40/42
24ICOR
Yogyakarta
Selama lima tahun terakhir, rata-rata
pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta
mencapai 5,19 persen. Hampir semua sektor
ekonomi mengalami pertumbuhan positif,
kecuali sektor Pertanian. Sektor yang
mempunyai rata-rata pertumbuhan ekonomi
tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan
dan komunikasi tumbuh sebesar 6,87 persen.Kemudian diikuti sektor keuangan, real
estate dan jasa perusahaan 6,35 persen;
sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 5,59 persen; sektor bangunan
sebesar 4,03, sektor jasa-jasa sebesar 4,64
persen dan sektor listrik, gas dan air bersih
sebesar 3,43 persen. Sedangkan tiga sektor
lainnya tumbuh relatif lambat, dengan rata-
rata pertumbuhan ekonomi terendah terjadi
pada sektor pertanian mencapai -3,52
persen, sektor penggalian rata-rata tumbuh
sebesar 1,31 persen dan sektor listrik, gas
dan air bersih tumbuh mencapai 2,14 persen.
Pada periode 20082012, rata-rata porsi
pengeluaran konsumsi rumah tangga per
tahun di Kota Yogyakarta mencapai 39,42
persen dari total PDRB. Meskipun demikianperanan pengeluaran konsumsi rumah
tangga pada tahun 2012 mengalami
penurunan, yaitu dari 39,67 persen pada
tahun 2010 menjadi sebesar 39,28 persen di
tahun 2011. Komponen terbesar kedua
adalah pengeluaran konsumsi pemerintah,
tercatat secara rata-rata selama periode 2008
- 2012 sebesar 30,04 persen.
Rata-rata Pertumbuhan EkonomiMenurut Penggunaan, Tahun 2008 - 2012 (%)
Rata-rata Pertumbuhan EkonomiMenurut Sektor, Tahun 2008 - 2012 (%)
ICOR merupakan indikator yang menunjukkan tingkat
laju pertumbuhan ekonomi relatif akibat adanya
investasi. Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi
terjadinya inefisiensi dalam penggunaan investasi.
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
41/42
Pada tahun 2014, untu k m encapai
pertumb uhan ekonomi sebesar 5,0 persen di
Yogyakarta dibutu hkan inv estasi mencapai 3,89
tr i lyun rupiah.24 ICORYogyakarta
Dengan koefisien ICOR tersebut, pada
tabel berikut disajikan kebutuhan investasi
untuk beberapa skenario pertumbuhan
ekonomi. Sebagai ilustrasi untuk skenario
pertumbuhan ekonomi 5,00 persen maka
diperlukan investasi sebesar 3,89 trilyun
rupiah pada tahun 2014. Skenario
pertumbuhan 5,75 persen diperlukan
investasi sebesar 4,55 triliun rupiah pada
tahun yang sama. Kebutuhan investasi
tersebut tentu saja bukan menjadi tanggung
jawab Pemerintah Kota Yogyakarta sendiri.
Oleh karena itu, pemerintah kota Yogyakarta
perlu menciptakan iklim investasi yang
kondusif untuk swasta dan rumah tangga
baik dari dalam maupun luar kota serta luar
negeri.
Investasi dan Skenario Pertumbuhan KotaYogyakarta, Tahun 2014
ICOR Sektoral Kota YogyaMetode Standar Lag 0, Pendekatan
Investasi=PMTB, 2010 - 2012
Sektor/Subsektor 2010 2011 2012
1. Pertanian 3,18 2,78 2,68
2. Pertambangan & Penggalian 1,98 1,36 1,76
3. Industri Pengolahan 3,45 3,13 3,17
4. Listrik, Gas & Air Bersih 10,87 7,45 6,90
5. Konstruksi 4,46 3,15 3,16
6. Perdag., Hotel & Restoran 3,29 2,53 2,41
7. Pengangkutan & Komunikasi 8,04 6,14 5,91
8. Keuangan, Real Estat & JasaPerusahaan 4,50 3,58 3,69
9. Jasa-Jasa 3,20 2,66 2,96
PDRB 4,37 3,85 3,74
-
7/23/2019 Statistik Daerah Kota Yogyakarta 2013
42/42
top related