studi komparasi kompetensi pengelolaan · pdf fileskripsi dengan judul “studi komparasi...
Post on 05-Feb-2018
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
STUDI KOMPARASI KOMPETENSI PENGELOLAAN
KEUANGAN RUMAH TANGGA, STATUS SOSIAL
EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS TIONGHOA DAN ETNIS
JAWA DI KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi
Disusun oleh:
Olivia
NIM: 121324004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk :
Dewi Kwan Im dan Buddha Maitreya
Papa Ong Tek Phiaw (Alm) dan mama Lo Jun Lan
Papa Acong dan Ibu Farida
Cece Moifa dan koko Ahiung
Keluarga Besar Pendidikan Ekonomi 2012
Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Siap tidak siap harus siap dan hadapi segala sesuatu dengan
ketenangan dan kesabaran
(Penulis)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
STUDI KOMPARASI KOMPETENSI PENGELOLAAN KEUANGAN
RUMAH TANGGA, STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS
TIONGHOA DAN ETNIS JAWA DI KAMPUNG KETANDAN
YOGYAKARTA TAHUN 2016
Olivia
Universitas Sanata Dharma
2016
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, gaya hidup etnis
Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta dan (2) menguji dan
menganalisis perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status
sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung
Ketandan Yogyakarta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif. Populasi penelitian
ini adalah 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah tangga etnis
Jawa Yogyakarta. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh.
Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan kuesioner. Uji
validitas dan reliabilitas digunakan pada variabel kompetensi pengelolaan
keuangan rumah tangga dan gaya hidup. Analisis data menggunakan Mann Whitney
Test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kompetensi pengelolaan
keuangan rumah tangga ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di
Kampung Ketandan cukup baik; (2) tingkat pendidikan ibu rumah tangga etnis
Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan tergolong tinggi; sebagian besar
ibu rumah tangga etnis Tionghoa bekerja sebagai wirausaha sedangkan ibu rumah
tangga etnis Jawa bekerja sebagai karyawan swasta; tingkat pendapatan ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan tergolong tinggi; (3)
gaya hidup ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan
sama-sama tergolong mewah; (4) tidak ada perbedaan kompetensi pengelolaan
keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa; (5) tidak ada
perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan antara etnis
Tionghoa dan etnis Jawa, tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari
jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, tidak ada perbedaan status
sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa; dan
(6) ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Kata kunci: kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial
ekonomi, dan gaya hidup.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
COMPARATIVE STUDY OF HOUSEHOLD FINANCIAL MANAGEMENT
COMPETENCIES, SOCIAL ECONOMIC STATUS, LIFE STYLE OF
CHINESENE ETHNIC AND JAVANESE ETHNIC IN KETANDAN VILLAGE
YOGYAKARTA 2016
Olivia
Sanata Dharma University 2016
This research aims to: (1) describe the household financial management
competencies, social economic status, lifestyle Chinesene ethnic and Javanese
ethnic in Ketandan village Yogyakarta and (2) test and analyze the difference in
household financial management competencies, social economic status, and
lifestyle among Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village Yogyakarta
2016. This study is a comparative quantitative research. The population were 18
housewives of full blooded Chinese and 17 housewives of JavaneseYogyakarta. The
sampling technique was saturated sampling technique. The data were collected by
interviews, observation, documentation, and questionnaires. Test validity and
reliability were applied on variables household financial management
competencies, and lifestyle. Data analysis was the Mann Whitney test.
The results show that: (1) household financial management competencies
housewife of Chinese ethnic and Javanese ethnic in Ketandan village is quite well;
(2) the level of education of housewives of Chinese ethnic and Javanese ethnic in
Ketandan village belongs to high category; most of Chinese ethnic housewives
worked as housewives whilst entrepreneurs Javanese ethnic work as private
employees; the income level of housewife of Chinese ethnic and Javanese ethnic in
Ketandan village belongs to high category; (3) housewife lifestyle of Chinese ethnic
and javanese ethnic in Ketandan village equally belongs to the luxurious; (4) there
is no difference in household financial management competencies among the
Chinese ethnic and Javanese ethnic; (5) there is no difference perceived from social
economic status of the level of education among the Chinese ethnic and Javanese
ethnic, there is no difference perceived from social economic status of the type of
work among Chinese ethnic and Javanese ethnic, there is no difference perceived
from social economic status income between Chinese ethnic and Javanese ethnic;
and (6) there is a difference in lifestyle between Chinese ethnic and Javanese ethnic.
Keywords: household financial management competencies, social economic status,
and lifestyle.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat,
kasih dan karunia-Nya yang tidak pernah putus sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul “STUDI KOMPARASI
KOMPETENSI PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH TANGGA,
STATUS SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP ETNIS TIONGHOA DAN
ETNIS JAWA DI KAMPUNG KETANDAN YOGYAKARTA TAHUN 2016”.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana pendidikan, program studi Pendidikan Ekonomi, bidang
keahlian khusus Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penulisan skripsi ini dari awal penyusunan hingga akhir, tidak
sedikit pihak yang turut terlibat. Untuk itu perkenankanlah penulis dengan tulus
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk dukungan, bimbingan dan
bantuan yang tidak terhingga kepada:
1. Dewi Kwan Im dan Buddha Maitreya yang selalu menyertai setiap langkah
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata
Dharma yang memberikan kesempatan pada penulis untuk memperoleh
pendidikan terbaik selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
4. Ibu Dra. C. Wigati Retno Astuti, M.Si., M.Ed. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
5. Bapak Dr. C. Teguh Dalyono, M.S. selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing dan meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dalam
memberikan bimbingan dan semangat.
6. Ibu Kurnia Martikasari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah
membantu peneliti dalam menyempurnakan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
HALAMAN MOTTO v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi
PERSETUJUAN PUBLIKASI vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
KATA PENGANTAR x
DAFTAR ISI xii
DAFTAR TABEL xvi
DAFTAR GAMBAR xviii
DAFTAR LAMPIRAN xix
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Batasan Masalah 4
C. Rumusan Masalah 7
D. Tujuan Penelitian 7
E. Manfaat Penelitian 8
F. Variabel dan Definisi Operasional 9
BAB II LANDASAN TEORI 14
A. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga 14
A.1. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Etnis Tionghoa 18
A.2. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Etnis Jawa 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
B. Tingkat Pendidikan 19
1. Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa 19
2. Tingkat Pendidikan Etnis Jawa 20
C. Jenis Pekerjaan 20
C.1. Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa 21
C.2. Jenis Pekerjaan Etnis Jawa 22
D. Pendapatan 22
1. Pendapatan Etnis Tionghoa 22
2. Pendapatan Etnis Jawa 23
E. Gaya Hidup 24
1. Gaya Hidup Etnis Tionghoa 24
2. Gaya Hidup Etnis Jawa 24
F. Etnis 25
1. Etnis Tionghoa 25
2. Etnis Jawa 26
G. Beberapa Aspek Ke-Tionghoa-an Yogyakarta 28
H. Ibu Rumah Tangga 31
I. Penelitian Terdahulu 33
J. Kerangka Berpikir 35
K. Hipotesis 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40
A. Jenis Penelitian 40
B. Tempat dan Waktu Penelitian 40
1. Tempat Penelitian 40
2. Waktu Penelitian 40
C. Subjek dan Objek Penelitian 41
1. Subjek Penelitian 41
2. Objek Penelitian 41
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 41
1. Populasi 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Sampel 42
3. Teknik Pengambilan Sampel 42
E. Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran 43
1. Variabel Penelitian 43
a. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga 43
b. Status Sosial Ekonomi 46
c. Gaya Hidup 48
2. Cara Pengukuran 52
F. Data yang dicari 53
1. Data Primer 53
2. Data Sekunder 53
G. Teknik Pengumpulan Data 54
1. Wawancara 54
2. Observasi 54
3. Dokumentasi 54
4. Kuesioner 55
H. Pengujian Instrumen Penelitian 55
1. Uji Validitas 56
2. Uji Reliabilitas 57
3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Instrumen 58
I. Teknik Analisis Data 60
1. Analisis Deskriptif 60
2. Analisis Data 64
a. Pengujian Prasyarat Analisis 64
1) Uji Normalitas 64
b. Pengujian Hipotesis 65
1) Uji Mann-Whitney Test 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 67
A. Deskripsi Lokasi 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Lokasi Kampung Ketandan 67
2. Keadaan Jalan 68
3. Keadaan Rumah 69
4. Keadaan Ekonomi 70
5. Keadaan Sosial dan Budaya 72
B. Deskripsi Responden 73
1. Agama 73
2. Usia 73
C. Deskripsi Variabel 74
1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga Responden 74
2. Status Sosial Ekonomi Responden 76
3. Gaya Hidup Responden 80
D. Analisis Data 81
1. Pengujian Prasyarat 81
a. Uji Normalitas 81
2. Uji Hipotesis 84
a. Analisis Mann Whitney Test 84
E. Pembahasan 92
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN
SARAN 108
A. Kesimpulan 108
B. Keterbatasan 110
C. Saran 111
DAFTAR PUSTAKA 114
LAMPIRAN 116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Penelitian Terdahulu 33
Tabel III.1. Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi
Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga 46
Tabel III.2. Kategori Tingkat Pendidikan 47
Tabel III.3. Kode Jenis Pekerjaan 47
Tabel III.4. Kategori Pendapatan 48
Tabel III.5. Kisi-Kisi Kuesioner Status Sosial Ekonomi 48
Tabel III.6. Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Hidup 52
Tabel III.7. Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi
Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga 58
Tabel III.8. Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup 59
Tabel III.9. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi
Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga dan
Gaya Hidup 60
Tabel III.10. Interval Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga 61
Tabel III.11. Kategori Tingkat Pendidikan 62
Tabel III.12. Kode Jenis Pekerjaan 62
Tabel III.13. Kategori Pendapatan 63
Tabel III.14. Interval Gaya Hidup 63
Tabel IV.1. Agama Responden 73
Tabel IV.2. Usia Responden 73
Tabel IV.3. Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi
Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa 74
Tabel IV.4. Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi
Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa 75
Tabel IV.5. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Etnis Tionghoa 77
Tabel IV.6. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan
Etnis Jawa 77
Tabel IV.7. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan
Etnis Tionghoa 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel IV.8. Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan
Etnis Jawa 78
Tabel IV.9. Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Tionghoa 79
Tabel IV.10. Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Jawa 79
Tabel IV.11. Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup
Etnis Tionghoa 80
Tabel IV.12. Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup
Etnis Jawa 81
Tabel IV.13. Hasil Uji Normalitas Etnis Tionghoa 82
Tabel IV.14. Hasil Uji Normalitas Etnis Jawa 83
Tabel IV.15. Deskriptif Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa 84
Tabel IV.16. Hasil Uji Mann Whitney Kompetensi Pengelolaan
Keuangan Rumah Tangga 85
Tabel IV.17. Deskriptif Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa
dan Etnis Jawa 86
Tabel IV.18. Hasil Uji Mann Whitney Tingkat Pendidikan 86
Tabel IV.19. Deskriptif Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa
dan Etnis Jawa 87
Tabel IV.20. Hasil Uji Mann Whitney Jenis Pekerjaan 88
Tabel IV.21. Deskriptif Pendapatan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa 89
Tabel IV.22. Hasil Uji Mann Whitney Pendapatan 89
Tabel IV.23. Deskriptif Gaya Hidup Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa 90
Tabel IV.24. Hasil Uji Mann Whitney Gaya Hidup 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner 116
Lampiran 2. Data Penelitian 122
Lampiran 3. Uji Validitas dan Reliabilitas 128
Lampiran 4. Deskriptif 131
Lampiran 5. Uji Prasyarat 135
Lampiran 6. Uji Hipotesis 137
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian 141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia memiliki penduduk dengan berbagai suku bangsa. Menurut
data sensus BPS (Badan Pusat Statistika) tahun 2010, terdapat 1.340 suku
bangsa di Indonesia. Suku bangsa dapat disebut juga sebagai kelompok etnis.
Suku bangsa atau kelompok etnis di Indonesia meliputi suku bangsa asli
Indonesia dan suku bangsa yang berasal dari luar Indonesia. Salah satu etnis
terbesar di Indonesia adalah etnis Jawa. Etnis Jawa merupakan etnis asli dari
Indonesia yang berpusat di pulau Jawa. Data dari Badan Pusat Statistika
menunjukkan bahwa tahun 2013, jumlah etnis Jawa di Indonesia mencapai
40,05%. Selanjutnya etnis yang berasal dari luar Indonesia dan telah menjadi
warga negara Indonesia diantaranya etnis Tionghoa. Data dari Badan Pusat
Statistika menunjukkan bahwa jumlah etnis Tionghoa di Indonesia pada tahun
2010 mencapai 3,7% dan sebagian besar menempati pulau Jawa, dengan suku
terbanyak yaitu suku Hokkien.
Etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang ada di Yogyakarta saling hidup
berdampingan dan saling melengkapi satu sama lain. Hal ini terbukti dengan
adanya beberapa perkampungan pecinan yang ada di Yogyakarta. Salah satu
kampung pecinan yang menjadi saksi sejarah dimulainya kesuksesan pedagang
Tionghoa di Yogyakarta adalah Kampung Ketandan. Kampung Ketandan juga
merupakan saksi terjadinya akulturasi budaya Tionghoa, budaya Keraton, dan
budaya masyarakat Yogyakarta. Kampung Ketandan berada di kawasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Malioboro, pusat kota Yogyakarta. Meskipun Kampung Ketandan merupakan
kampung pecinan yang di dominasi oleh etnis Tionghoa, namun ada juga
penduduk pribumi yang bermukim di kampung ini yaitu penduduk etnis Jawa.
Etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan memiliki
hubungan yang baik dan saling hidup berdampingan. Akan tetapi, masyarakat
sekitar menganggap bahwa dalam perekonomian antara etnis Tionghoa dan
etnis Jawa memiliki berbagai perbedaan dalam keberhasilan ekonominya.
Menurut Nasikun (1984: 31), masyarakat Tionghoa memiliki kedudukan yang
lebih tinggi dibandingkan masyarakat pribumi. Perbedaan tersebut dilihat dari
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masing-masing etnis yang
meliputi pengelolaan keuangan untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan juga
investasi.
Dalam sebuah rumah tangga yang berperan penting dalam mengelola
keuangan rumah tangga adalah istri. Hal ini didukung dengan hasil survei OJK
(Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun 2010 diperoleh data bahwa 51%
pengelolaan keuangan rumah tangga dilakukan oleh istri atau ibu rumah tangga.
Oleh karena itu, adanya perbedaan kompetensi dalam mengelola keuangan
rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa dikarenakan adanya
perbedaan cara mengelola keuangan rumah tangga yang dilihat dari tindakan
atau perilaku dalam mengatur pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan oleh
ibu rumah tangga.
Menurut Salim (2008: 13), etnis Tionghoa sangat jeli dalam mengelola
keuangannya, dimana setiap pendapatan dan pengeluaran selalu dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
pencatatan. Sedangkan untuk etnis Jawa, berdasarkan berita harian Kompas (4
Maret 2016), masih banyak etnis Jawa yang belum cakap dan terampil dalam
mengelola keuangan. Hal ini dikarenakan etnis Jawa tidak rutin dalam
melakukan pencatatan pendapatan dan pengeluarannya.
Selain adanya perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah
tangga, ada juga perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis
Jawa yang menyebabkan adanya perbedaan dalam keberhasilan ekonomi.
Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 19), etnis Tionghoa lebih mementingkan
keterampilan dalam memasuki dunia kerja sehingga mereka tidak
mementingkan tingkat pendidikan yang tinggi, sedangkan etnis Jawa lebih
mementingkan tingkat pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu, untuk jenis
pekerjaan, etnis Tionghoa lebih memilih berwirausaha dengan keterampilan
yang dimilikinya, sedangkan untuk etnis Jawa lebih memilih bekerja pada
badan instansi tertentu yang memerlukan tingkat pendidikan tertentu. Selain itu,
pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga terdapat perbedaan. Hal
ini dikarenakan jenis pekerjaan yang dimiliki oleh etnis Tionghoa adalah
wirausaha yang tidak dibatasi oleh tempat, ruang, dan waktu, berbeda dengan
etnis Jawa yang bekerja pada instansi tertentu yang dibatasi oleh tempat, ruang,
dan waktu.
Selain adanya perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan, ada juga perbedaan gaya hidup
dari kedua etnis yang menyebabkan adanya perbedaan keberhasilan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
ekonomi. Menurut Oei (2010: 131), orang Tionghoa tidak berani untuk
menaikkan gaya hidup mereka jika kondisi ekonomi mereka belum lebih dari
mencukupi. Sedangkan menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), orang Jawa
cenderung menggunakan penghasilan mereka untuk kebutuhan sehari-hari
tanpa mementingkan kelangsungan hidup mereka. Oleh karena itu, hal
tersebutlah yang menyebabkan adanya anggapan masyarakat umum bahwa
dalam perekonomian etnis Tionghoa memiliki kedudukan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan etnis Jawa.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul studi komparasi kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup
antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas ditemukan fakta-fakta yang
mengarah pada batasan masalah penelitian, yang bertujuan untuk memperjelas
permasalahan yang ingin diteliti agar lebih terfokus dengan inti pada penelitian.
Peneliti memfokuskan variabel yang ingin diteliti, yaitu Kompetensi
Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga, Status Sosial Ekonomi, dan Gaya
Hidup Antara Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa.
Variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dalam
penelitian ini berfokus pada tindakan atau perilaku etnis Tionghoa dan etnis
Jawa dalam mengelola keuangan, seperti pembuatan rencana keuangan,
pembuatan rincian kebutuhan, dan pembuatan pos-pos pengeluaran. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sampel dalam penelitian ini juga berfokus pada etnis Tionghoa totok dan etnis
Jawa Yogyakarta.
Dipilihnya etnis Tionghoa totok dikarenakan etnis Tionghoa ini masih
mengikuti budaya leluhur Tionghoa, seperti masih merayakannya hari Cap Go
Meh, hari Kue Cang, dan hari Kue Bulan. Berbeda dengan etnis Tionghoa
peranakan yang sudah tidak mengikuti budaya leluhur Tionghoa. Sedangkan
dipilihnya etnis Jawa Yogyakarta dikarenakan etnis Jawa tersebut merupakan
masyarakat pribumi asli dari tempat penelitian.
Penelitian ini akan dilakukan di Kampung Ketandan, Kelurahan
Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta yang merupakan kawasan
pecinan. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan, yang
meliputi:
1. Kampung Ketandan merupakan sebuah kampung yang berada di pusat
perekonomian kota Yogyakarta.
2. Berdasarkan penelitian pendahuluan ditemukan fakta bahwa, masyarakat di
Kampung Ketandan menganggap bahwa etnis Tionghoa dan etnis Jawa
memiliki perbedaan kelas sosial, yaitu etnis Tionghoa memiliki kelas sosial
yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa. Padahal etnis Jawa
merupakan masyarakat pribumi asli yang seharusnya lebih menguasai
perekonomian di Kampung Ketandan. Anggapan bahwa etnis Tionghoa
memiliki Kelas sosial yang lebih tinggi dikarenakan etnis Tionghoa
memiliki usaha sendiri dan banyak mempekerjakan masyarakat sekitar di
dalam usahanya. Berbeda dengan etnis Jawa, yang rata-rata hanya bekerja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
sebagai karyawan saja, walaupun ada yang memiliki usaha sendiri akan
tetapi jumlahnya sangat sedikit. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian perbandingan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa
yang dilihat dari kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status
sosial ekonomi, dan juga gaya hidup untuk membuktikan apakah benar etnis
Tionghoa memiliki kelas sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan etnis
Jawa.
3. Keluarga di Kampung Ketandan merupakan tipe keluarga klasik atau
tradisional. Tipe keluarga tradisional di Kampung Ketandan meliputi tipe
keluarga yang suami bekerja mencari nafkah dan istri yang mengurus rumah
tangga, namun ada beberapa rumah tangga yang suami dan istri sama-sama
bekerja sebagai kesepakatan dari perkawinannya. Walaupun seorang istri
ikut bekerja, akan tetapi perannya dalam mengurus rumah tangga tidak
dapat dihindari. Mengurus rumah tangga bukan sekedar menjaga kebersihan
rumah, akan tetapi juga mengurus setiap kebutuhan anggota rumah tangga.
Maka ibu rumah tangga di Kampung Ketandan memegang peranan yang
sangat penting dalam sebuah rumah tangga, yaitu sebagai pengelola. Salah
satu tugas rutin seorang ibu rumah tangga adalah mempersiapkan kebutuhan
pokok setiap anggota keluarganya yaitu makanan dan minuman setiap
harinya. Oleh karena itu, yang berperan penting dalam mengatur
penghasilan suami maupun penghasilan dari dirinya sendiri adalah seorang
istri atau ibu rumah tangga. Maka dalam penelitian ini untuk mengetahui
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan, peneliti menggunakan ibu
rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa sebagai responden.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masyarakat di
Kampung Ketandan Yogyakarta ?
2. Bagaimana status sosial ekonomi masyarakat di Kampung Ketandan
Yogyakarta ?
3. Bagaimana gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta ?
4. Apakah ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga
antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta ?
5. Apakah ada perbedaan status sosial ekonomi antara etnis Tionghoa dan etnis
Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta ?
6. Apakah ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di
Kampung Ketandan Yogyakarta ?
D. Tujuan Penelitian
Dengan melihat rumusan masalah di atas peneliti mengadakan
penelitian dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga
masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta.
2. Untuk mendeskripsikan status sosial ekonomi masyarakat di Kampung
Ketandan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Untuk mendeskripsikan gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan
Yogyakarta.
4. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan kompetensi pengelolaan
keuangan rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung
Ketandan Yogyakarta.
5. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan status sosial ekonomi antara
etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.
6. Untuk menguji dan menganalisis perbedaan gaya hidup antara etnis
Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis.
1. Bagi Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
menambah informasi bagi etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung
Ketandan Yogyakarta agar dapat meningkatkan kompetensi pengelolaan
keuangan rumah tangganya, serta penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai status sosial ekonomi dan gaya hidup
antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
referensi tambahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
etnis Tionghoa dan etnis Jawa, serta menambah referensi kepustakaan di
Universitas Sanata Dharma.
3. Bagi Penulis
Penelitian kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status
sosial ekonomi, dan gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa memberikan
wawasan kepada peneliti tentang bagaimana etnis Tionghoa dan etnis Jawa
mengelola keuangan rumah tangganya, serta status sosial ekonomi dan gaya
hidup yang dimiliki oleh etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah suatu atribut dari orang atau objek yang
mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut
(Sugiyono, 2012: 38). Variabel dan definisi operasional dalam penelitian ini
adalah:
1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah
kemampuan ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan rumah tangga
yang dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan,
membuat rincian kebutuhan, membuat pos-pos pengeluaran, melakukan
pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan, melakukan
pemenuhan kebutuhan dengan berhutang atau tunai, mengalokasikan
pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan
konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan pertimbangan
tujuan, jangka waktu, dan produknya, yang bertujuan agar kebutuhan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tangga baik bulanan maupun tahunan dapat terpenuhi. Indikator variabel
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga meliputi:
1) Pengelolaan keuangan adalah kegiatan ibu rumah tangga yang dilihat
dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan, rincian
kebutuhan dan pos-pos pengeluaran, serta melakukan pencatatan
penghasilan, penggunaan penghasilan tahunan, dan melakukan
pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang atau tunai, agar
kebutuhan pokok maupun tidak pokok rumah tangga dapat terpenuhi.
2) Investasi adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah
tangga yang disisihkan untuk sebuah usaha, guna dapat membeli
barang-barang modal dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu,
dan produknya yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dan
dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang.
3) Tabungan adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu rumah
tangga yang dialokasikan sebelum melakukan kegiatan konsumsi dan
disimpan pada rekening tabungan bank atau dirumah, agar dapat
memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang, serta merupakan
bagian dari sisa pos pengeluaran rutin yang disimpan pada dompet
tertentu yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan untuk memenuhi
kebutuhan yang tidak terduga.
Skala pengukuran yang digunakan pada variabel kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga adalah ordinal, yaitu kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga tinggi, sedang, dan rendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah posisi atau kedudukan ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang dilihat dari tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, dan pendapatan. Status sosial ekonomi dalam penelitian ini
meliputi:
a. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal akhir yang
berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Skala pengukuran yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi
yang dilihat dari tingkat pendidikan adalah ordinal, yaitu tingkat
pendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
b. Jenis Pekerjaan adalah aktivitas ibu rumah tangga yang sifatnya tetap
yang dilakukan guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan rumah tangga. Skala pengukuran yang digunakan pada
variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis pekerjaan adalah
nominal.
c. Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh oleh ibu rumah
tangga selama satu bulan. Skala pengukuran yang digunakan pada
variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan adalah
ordinal, yaitu pendapatan tinggi, sedang, dan rendah
3. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah kebiasaan hidup ibu rumah tangga dalam
mengalokasikan uang dan waktunya yang dilihat dari pola konsumsi, gaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
berpakaian, dan pola rekreasi yang menjadi pembeda antara etnis Tionghoa
dan etnis Jawa. Indikator variabel gaya hidup meliputi:
a. Pola konsumsi adalah kebiasaan pemenuhan kebutuhan dasar yang
dilakukan oleh ibu rumah tangga pada barang-barang yang dikonsumsi,
yaitu makanan dan minuman. Dalam penelitian ini pola konsumsi
difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengkonsumsi
makanan dan minuman bermerek internasional, mengkonsumsi
makanan dan minuman di restoran dengan tarif yang mahal,
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengikuti iklan, dan
berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan dalam satu bulan.
b. Gaya berpakaian adalah karakteristik penampilan ibu rumah tangga
yang dilihat dari mode pakaian, merek pakaian, harga pakaian, dan
kualitas pakaian. Dalam penelitian ini gaya berpakaian difokuskan pada
frekuensi atau tingkat seberapa sering menggunakan pakaian yang
mengikuti mode pakaian terbaru dan melakukan pertimbangan kualitas
pakaian, merek pakaian, serta harga pakaian sebelum membelinya
dalam satu bulan.
c. Pola rekreasi adalah kegiatan ibu rumah tangga mengisi waktu luang
bersama keluarga dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu dan
mengeluarkan sejumlah biaya tertentu, guna merelaksasikan diri dari
aktivitas rutin. Dalam penelitian ini pola rekreasi difokuskan pada
frekuensi atau tingkat seberapa sering mengisi waktu luang dengan
berekreasi dan pergi berekreasi ke tempat dengan tarif yang mahal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dalam satu bulan, serta seberapa sering berliburan ke luar kota saat
liburan panjang dalam satu tahun.
Skala pengukuran yang digunakan pada variabel gaya hidup adalah
ordinal, yaitu gaya hidup mewah dan gaya hidup sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Menurut Gilarso (2004: 65), kehidupan modern saat ini begitu banyak
godaan untuk hidup mewah, sehingga seringkali penghasilan yang diterima
menjadi masalah karena selalu kurang dan pengeluaran juga menjadi masalah
karena selalu bertambah terus. Oleh karena itu, salah satu tantangan yang
dihadapi oleh sebuah rumah tangga adalah bagaimana mendayagunakan
semaksimal mungkin setiap rupiah yang dimiliki sedemikian rupa sehingga
sebuah rumah tangga akan tahu persis berapa uang yang dimiliki, dari mana
didapatkan dan dipakai untuk apa saja, dan juga mampu menyisihkannya
sebagian untuk ditabung tanpa terlibat dalam hutang yang tidak produktif.
Sebuah keluarga yang memiliki penghasilan besar belum tentu dapat
dikatakan sebagai keluarga yang makmur, karena besar kecilnya penghasilan
itu sangat relatif dan tidak dapat dipakai sebagai ukuran yang pasti untuk
makmur atau tidaknya suatu keluarga. Tidak makmurnya sebuah keluarga dapat
terjadi apabila penghasilan yang diterima oleh sebuah keluarga besar, akan
tetapi masih berhutang sana-sini dan sebaliknya sebuah keluarga akan makmur
walaupun memiliki penghasilan yang kecil tetapi cukup dan tidak memiliki
hutang. Oleh karena itu, salah satu kegiatan yang harus dijalankan oleh sebuah
rumah tangga agar dapat mencapai kesejahteraan atau makmur adalah dengan
melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Apabila sebuah
keluarga tidak dapat mengendalikan pengelolaan keuangannya secara realistis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dan juga terencana maka keluarga tersebut dapat dikatakan sebagai keluarga
yang ekonominya belum dewasa dan mudah terjebak hutang.
Pengelolaan keuangan yang baik dan benar dilakukan pada saat awal
pendapatan diterima. Pendapatan tersebut terlebih dahulu dialokasikan untuk
tabungan, kemudian untuk cicilan dan yang terakhir adalah alokasi untuk
belanja kebutuhan rumah tangga. Setiap kebutuhan rumah tangga dalam satu
bulan perlu diberi ruang pemisah menggunakan amplop atau dompet khusus
yang bertujuan agar dana tersebut digunakan sesuai dengan yang sudah
dianggarkan. Maka, sebelum memisahkan anggaran tersebut, ibu rumah tangga
terlebih dahulu harus mengetahui pos-pos pengeluaran wajib dalam keuangan
keluarga.
Menurut Zuhri dan Akbar (2015: 69), pos-pos tersebut meliputi:
1. Pos Pengeluaran Rutin
Pos pengeluaran rutin merupakan pos untuk pemenuhan kebutuhan
hidup sehari-hari seperti makanan, biaya listrik dan air, biaya komunikasi
(pulsa telepon dan internet), ongkos transportasi, biaya pendidikan anak,
dan uang jajan anak. Alokasi untuk pos ini adalah yang paling tinggi,
meskipun yang paling tinggi akan tetapi besaran kebutuhan masih dapat
diatur. Alokasi untuk pos ini adalah 40%.
2. Pos Kewajiban Finansial (Cicilan)
Pos kewajiban finansial seperti cicilan rumah, cicilan kendaraan,
cicilan barang elektronik, dan cicilan lainnya. Pos ini harus diprioritaskan
dan nominalnya tidak dapat diutak-atik. Pastikan total pengeluaran dari pos
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
ini tidak lebih dari 20%, karena jika melebihi akan mengganggu arus kas
rumah tangga. Alokasi untuk pos ini adalah 20%.
3. Pos Gaya Hidup
Cermat mengelola keuangan bukan berarti tidak boleh
menggunakan uang untuk bersenang-senang. Jalan-jalan bersama keluarga,
nonton bioskop, makan-makanan favorit, dan memanjakan diri di salon
adalah beberapa contoh pengeluaran untuk pos gaya hidup. Pos ini
disarankan tidak dianggarkan melebihi 10% dari pendapatan yang diterima
setiap bulannya. Apabila membutuhkan anggaran yang lebih besar dalam
pos ini, misalnya untuk pembelian barang bermerek maka dapat mengurangi
penggunaan pos gaya hidup selama beberapa waktu. Hal ini bertujuan agar
tidak mengganggu arus kas dan pos pengeluaran lainnya. Alokasi untuk pos
ini adalah 10%.
4. Pos Investasi
Pos ini sangat penting karena menyangkut masa depan keluarga.
Investasi dapat berupa peralatan, deposito, logam mulia, tabungan
pendidikan anak, sampai dengan persiapan dana pensiun. Biasanya pos ini
membutuhkan pertimbangan dan bahkan campur tangan penuh dari suami.
Alokasi untuk pos ini adalah 10%.
5. Pos Asuransi
Salah satu kesalahan dalam manajemen finansial keluarga adalah
kepala keluarga yang tidak memiliki asuransi jiwa. Setiap kepala keluarga
harus memiliki asuransi jiwa dan sebaiknya membeli produk asuransi saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
kepala keluarga dalam keadaan sehat. Sedangkan bagi anak-anak, yang
terbaik adalah memiliki asuransi kesehatan untuk berjaga-jaga ketika anak
sakit. Alokasi untuk pos ini adalah 10%.
6. Pos Dana Darurat
Fungsi utama pos ini adalah digunakan pada saat kondisi darurat,
seperti saat terkena musibah bencana alam, kehilangan pekerjaan (PHK),
usaha bangkrut, dan lain sebagainya. Untuk keamanan finansial keluarga,
besaran minimum pos ini adalah 3-6 bulan biaya hidup. Alokasi untuk pos
ini adalah 5%.
7. Pos Sosial
Pos ini sering dilupakan dan tidak diperhatikan, padahal pos ini
sangat penting dan harus dipenuhi terlebih dahulu setelah mendapatkan
pendapatan. Yang termasuk dalam pos ini adalah uang santunan bagi yang
membutuhkan seperti sedekah atau zakat, biaya arisan keluarga, sumbangan
acara pernikahan, kado ulang tahun teman anak-anak, dan juga membantu
kerabat atau teman yang sedang kesulitan. Alokasi untuk pos ini adalah 5%.
Selain memperhatikan pengeluaran selama satu bulan, pengeluaran
yang hanya dilakukan setahun sekali, seperti pembayaran PBB, STNK, dan
pengeluaran hari raya juga harus diperhatikan. Usahakan pengeluaran
tahunan menggunakan penghasilan yang diterima secara tahunan (bonus
dan THR) agar pengeluaran bulanan tidak terganggu. Apabila ternyata
pengeluaran tahunan lebih besar dari penghasilannya, maka perlu untuk
menyisihkan sebagian dana dari penghasilan bulanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Hal yang perlu diperhatikan juga agar kondisi pengelolaan keuangan
rumah tangga dapat berjalan dengan baik adalah dengan menghindari
hutang, karena dampak dari hutang sangatlah besar yaitu melakukan
pembayaran yang lebih besar dari hutang yang dilakukan, nantinya akan
mengacaukan rencana keuangan rumah tangga.
A.1. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa
Menurut Salim (2008: 13), etnis Tionghoa dalam melakukan
pengelolaan keuangan sangat memperhitungkan keseimbangan antara arus
uang keluar dan arus uang masuk. Hal tersebut sangat penting karena
merupakan landasan untuk mencapai kebebasan finansial. Oleh karena itu,
etnis Tionghoa sangat jeli dalam menentukan untuk apa uang hasil kerja
kerasnya. Etnis Tionghoa memiliki sifat yang cenderung berhemat dalam
melakukan pengeluaran. Materi seperti mobil dan rumah mewah tidak
membuat mereka merasa nyaman secara finansial, tetapi jumlah rekening yang
banyak yang membuat mereka merasa nyaman (Malau, 2014). Menurut Salim
(2008: 13), untuk mengatur agar keseimbangan antara arus uang masuk dan
arus uang keluar tercapai, etnis Tionghoa selalu membuat catatan pengeluaran
dan pemasukan. Dalam mencatat arus uang masuk dan arus uang keluar, antara
satu keluarga dengan keluarga yang lain memiliki cara yang berbeda-beda.
A.2. Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa
Masih banyak warga Jawa dalam hal pengelolaan keuangan dapat
dikatakan belum cakap atau belum terampil dalam mengelola keuangan
terutama untuk kebutuhan jangka panjang (Kompas, 4 Maret 2016). Menurut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Yek dalam Ruslestari (2015: 19), orang Jawa cenderung menggunakan
penghasilannya untuk kebutuhan hidup mereka tanpa memikirkan
kelangsungan hidup. Hal tersebut dilihat dari jarangnya melakukan pencatatan
keuangan, sehingga terkadang mereka tidak mengetahui berapa jumlah uang
yang dikeluarkan dalam satu bulan. Karena tidak melakukan pencatatan
keuangan inilah yang membuat mereka menjadi sulit mengontrol dan mengatur
keuangan sehingga hidup akan menjadi lebih boros dan tidak terencana.
B. Tingkat Pendidikan
1. Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa
Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), pola pendidikan yang
ditanamkan oleh orang tua etnis Tionghoa kepada anak-anaknya cenderung
menjadikan anak-anak mereka untuk menjadi seorang pedagang atau
pebisnis. Hal ini diawali dari masa pemerintahan orde baru yang berusaha
untuk menghilangkan hak-hak etnis Tionghoa sebagai bagian dari bangsa
Indonesia. Sebelum memasuki era reformasi 1998, masyarakat etnis
Tionghoa merupakan kaum minoritas di Indonesia dan sangat dikawal ketat
oleh pemerintah. Masyarakat dari kalangan etnis Tionghoa hanya
dibenarkan untuk berwirausaha dan hanya itu satu-satunya pekerjaan yang
diberikan pemerintah. Masyarakat etnis Tionghoa tidak boleh masuk dalam
tubuh pemerintahan dan mereka harus bertahan hidup dengan berdagang
atau berbisnis. Kondisi itu mempengaruhi tingkat pendidikan masyarakat
etnis Tionghoa. Para orang tua pesimis menyekolahkan anaknya hingga
selesai di tingkat SMA atau perguruan tinggi. Mereka sudah dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
memastikan pekerjaan yang bisa dilakukan anaknya hanyalah berbisnis.
Oleh karena itu, sejak kecil anak-anak etnis Tionghoa sudah dididik untuk
berdagang. Mereka diajar berhitung sejak kecil dan membantu usaha
keluarga.
2. Tingkat Pendidikan Etnis Jawa
Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), Bagi orang Jawa
pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting yang dapat merubah
kehidupan mereka. Mereka menganggap bahwa dengan tingkat pendidikan
yang tinggi, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan yang layak dengan
pendapatan yang tinggi pula sehingga mereka akan memperoleh masa depan
yang baik. Oleh karena itu, orang tua etnis Jawa cenderung menyekolahkan
anaknya sampai ke jenjang yang lebih tinggi.
C. Jenis Pekerjaan
Menurut Spillanne dalam Kristanti (1999: 37), pekerjaan digolongkan
menjadi 9 golongan dan disesuaikan dari pekerjaan terendah sampai tertinggi
yang meliputi:
1. Golongan A, meliputi meninggal dunia, pensiun, tidak pernah mempunyai
pekerjaan tetap.
2. Golongan B, meliputi buruh nelayan, buruh tani, buruh penebang kayu.
3. Golongan C, meliputi buruh tidak tetap, petani penyewa, tukang penarik
becak.
4. Golongan D, meliputi pembantu, penjual keliling, tukang cuci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
5. Golongan E, meliputi artis seniman, buruh tetap, montir, pandai besi,
penjahit, penjaga toko, sopir bus, tukang kayu, tukang listrik, tukang mesin.
6. Golongan F, meliputi pemilik colt, penggarap tanah, pegawai keamanan,
mandor, pedagang, pegawai kantor, petani pemilik tanah, peternak, tuan
tanah, pegawai sipil ABRI, pemilik toko.
7. Golongan G, meliputi ABRI, pegawai badan hukum, manajer perusahaan
kecil, supervisor, kepala bagian, pamong praja, pegawai negeri (Gol Ia-Ib).
8. Golongan H, meliputi guru SLTP/SLTA, juru rawat, pegawai negeri (Gol
IIa-IIb), kepala sekolah, pekerja sosial, perwira ABRI, kontraktor,
wartawan.
9. Golongan I, meliputi ahli hukum, manajer perusahaan, ahli ilmu tanah,
apoteker, arsitek, dokter, dosen/guru besar, gubernur, kepala kantor pusat,
menteri, peneliti, pengarang, penerbang, bupati, kontraktor besar, pegawai
negeri (Gol IIIa ke atas).
C.1. Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa
Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 18), etnis Tionghoa lebih
memilih pekerjaan wirausaha, karena mereka memandang bahwa menjadi
pengusaha akan lebih berpeluang sukses daripada menjadi karyawan. Selain
itu, berdagang tidak dibatasi oleh ruang, waktu, dan tempat. Kegiatan
perdagangan menyediakan ruang yang luas bagi seseorang untuk
mengembangkan kemampuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
C.2. Jenis Pekerjaan Etnis Jawa
Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), etnis Jawa bekerja disegala
bidang, terutama administrasi negara dan kemiliteran yang memang
didominasi oleh orang Jawa. Selain itu, mereka juga bekerja pada sektor
pelayanan umum, pertukangan, perdagangan, pertanian, dan perkebunan.
Sektor pertanian dan perkebunan merupakan salah satu yang paling menonjol
dibandingkan pekerjaan yang lain.
D. Pendapatan
1. Pendapatan Etnis Tionghoa
Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), etnis Tionghoa dikenal
sebagai etnis yang berpenghasilan tinggi karena mereka berani
menggunakan penghasilan mereka untuk berinvestasi demi kelangsungan
hidup mereka. Selain itu, salah satu kunci keberhasilan keuangan etnis
Tionghoa adalah mereka senantiasa menabung sebanyak 50% dari total
pendapatan yang dimiliki setiap bulannya. Etnis Tionghoa percaya bahwa
dengan menabung setengah dari seluruh pendapatan yang diterima dapat
menjamin kelangsungan hidup di masa depan. Memakai uang sesuai
kebutuhan serta sikap enggan berfoya-foya menjadikan etnis Tionghoa
selalu terjaga keuangannya. Mereka sebisa mungkin akan mengatur
keuangan agar uang yang ada tidak terbuang sia-sia.
Menurut Seng dalam Farhani (2014: 2), kerja keras merupakan kunci
keberhasilan etnis Tionghoa. Kemauan bekerja dari bawah membuat
mereka lebih menghargai uang. Etnis Tionghoa tidak hanya gemar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
menabung tetapi juga berinvestasi baik itu properti, saham, atau obligasi.
Jika tabungan dianggap sebagai bentuk persediaan untuk kebutuhan
mendesak, maka investasi akan digunakan untuk menjamin hidup mereka
di masa mendatang. Mereka selalu menggunakan uang yang mereka miliki
untuk membeli sesuatu yang di masa depan akan mendapatkan keuntungan
yang berlipat ganda. Etnis Tionghoa percaya bahwa dengan cerdas
memanfaatkan uang kelak keuntungan yang besar akan datang.
2. Pendapatan Etnis Jawa
Menurut Habib dalam Kusumawardhani (2014: 2), dari segi
pendapatan etnis Jawa dapat dikatakan memiliki pendapatan yang cukup
tinggi. Hal ini dikarenakan kebanyakan etnis Jawa memiliki golongan
pekerjaan yang berpenghasilan cukup tinggi, seperti manajer perusahaan,
administrasi negara, dan kemiliteran, walaupun pendapatan yang diterima
menggunakan sistem gajian. Maka dapat disimpulkan, dengan pendidikan
yang tinggi seseorang akan dapat memperoleh kesempatan yang lebih luas
untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai pendapatan yang
lebih besar. Sebaliknya, seseorang yang memiliki pendidikan rendah
biasanya cenderung memiliki jenis pekerjaan yang kurang baik, serta
memiliki pendapatan yang kecil. Perbedaan karakteristik inilah yang
membuat setiap rumah tangga memiliki kesempatan dan kedudukan yang
berbeda-beda di masyarakat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
E. Gaya Hidup
1. Gaya Hidup Etnis Tionghoa
Menurut Oei (2010: 131), orang Tionghoa tidak berani untuk
menaikkan gaya hidup mereka apabila kondisi ekonomi mereka belum lebih
dari mencukupi, akan tetapi mereka akan menaikkan gaya hidup mereka jika
kondisi ekonomi mereka lebih dari mencukupi. Oleh karena itu, banyaknya
etnis Tionghoa yang memiliki gaya hidup yang tidak konsumtif dikarenakan
etnis Tionghoa cenderung menggunakan uangnya untuk sesuatu hal yang
dapat membawa keuntungan lebih bagi hidupnya seperti melakukan
investasi.
2. Gaya Hidup Etnis Jawa
Menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 20), etnis Jawa akan
menggunakan penghasilannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup
mereka tanpa memikirkan kelangsungan hidupnya, terutama bagi mereka
yang bekerja di badan instansi tertentu. Namun, ada juga etnis Jawa yang
menggunakan penghasilannya dengan secukupnya. Oleh karena itu, etnis
Jawa yang menggunakan penghasilannya hanya untuk kebutuhan dapat
dikatakan memiliki gaya hidup yang konsumtif, sedangkan bagi etnis Jawa
yang menggunakan penghasilannya dengan secukupnya dapat dikatakan
memiliki gaya hidup yang tidak konsumtif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
F. Etnis
Setiap daerah yang ada di Indonesia bukan hanya di huni oleh
masyarakat pribumi akan tetapi juga dihuni oleh masyarakat pendatang,
sehingga Indonesia memiliki berbagai macam masyarakat dengan berbagai
etnis yang berbeda-beda. Menurut Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005:9),
etnis adalah kelompok sosial atau kesatuan hidup manusia yang mempunyai
sistem interaksi, sistem norma yang mengatur interaksi tersebut, adanya
kontinuitas dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya serta
memiliki sistem kepemimpinan sendiri.
Menurut Soekanto dalam Liliweri (2005: 10), etnis adalah hal-hal yang
berkaitan dengan suku bangsa dan ras. Perbedaan Etnis dalam kehidupan sehari-
hari dapat dibedakan melalui norma, perilaku, bahasa, dan beberapa
karakteristik lainnya.
1. Etnis Tionghoa
Etnis Tionghoa merupakan etnis keturunan Tiongkok yang masuk
ke Indonesia melalui perdagangan. Etnis Tionghoa juga merupakan kaum
minoritas di Indonesia. Menurut Gondomono (2002: 5), etnis Tionghoa di
Indonesia adalah etnis Tionghoa yang merupakan keturunan dari wilayah
Tiongkok Tenggara. Menurut Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005: 46),
golongan etnis Tionghoa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a. Tionghoa Totok
Tionghoa totok adalah etnis Tionghoa yang masih merupakan
keturunan asli dari Tiongkok, yang ayah dan ibunya berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Tiongkok. Bahasa yang digunakan oleh Tionghoa totok adalah bahasa
mandarin. Pendidikan keluarga Tionghoa totok lebih mengikuti
pendidikan budaya leluhur.
b. Tionghoa Peranakan.
Tionghoa peranakan adalah etnis Tionghoa yang merupakan
hasil perkawinan antara Tionghoa totok dengan masyarakat pribumi.
Bahasa yang digunakan oleh Tionghoa peranakan adalah bahasa daerah
tempat mereka tinggal. Kehidupan sehari-hari tionghoa peranakan lebih
terbuka dan mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Walaupun
Tionghoa peranakan merupakan campuran dari masyarakat pribumi,
akan tetapi biasanya mereka tetap masih mengikuti budaya leluhur
mereka dari Tiongkok.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
etnis Tionghoa di Indonesia terbagi menjadi dua golongan, yaitu Tionghoa
totok dan Tionghoa peranakan. Walaupun etnis Tionghoa memiliki dua
golongan, akan tetapi mereka tetap masih menjunjung tinggi kebudayaan
leluhur mereka dimanapun mereka tinggal.
2. Etnis Jawa
Etnis Jawa merupakan etnis asli Indonesia yang berpusat di pulau
Jawa. Selain bermukim di pulau Jawa, etnis Jawa juga bermukim di daerah
Indonesia lainnya. Etnis Jawa yang bermukim di luar pulau Jawa, mereka
disebut sebagai orang Jawa. Menurut Yana (2012), orang Jawa adalah orang
yang bahasa ibunya menggunakan bahasa Jawa dan merupakan penduduk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
asli bagian tengah dan timur pulau Jawa. Etnis Jawa merupakan etnis yang
menjunjung tinggi nilai-nilai dan kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat dalam Liliweri (2005: 99), masyarakat
Jawa dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Golongan Orang Biasa dan Pekerja Kasar
Golongan ini kebanyakan hidup di kampung-kampung dan
bekerja pada bidang usaha pertanian, buruh, pegawai rendah, dan
pedagang kecil.
b. Golongan Pedagang atau Saudagar
Golongan ini biasanya hidup secara berkelompok dan
melaksanakan bidang usaha perdagangan pada sektor-sektor yang
belum banyak dimasuki oleh tengkulak. Golongan ini biasanya bergerak
di usaha pertanian, usaha kerajinan, dan alat-alat rumah tangga.
c. Golongan Pegawai Negeri atau Priyayi
Golongan ini merupakan golongan dengan kelas sosial paling
tinggi di Jawa. golongan ini dibagi menjadi dua, yaitu pegawai
pemerintahan dan kaum bangsawan. Golongan bangsawan merupakan
golongan dengan status sosial yang tinggi, karena mereka merupakan
keturunan raja beserta kerabatnya.
Menurut Haryono (1993: 102), walaupun etnis Jawa memiliki tiga
golongan, akan tetapi pada dasarnya kehidupan sehari-hari dan sifat-sifat
mereka boleh dikatakan hampir sama. Hal ini dikarenakan etnis Jawa
memiliki tradisi dan akar budaya yang sama. Induk kebudayaan Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
terletak pada tiga unsur, yaitu Raja, Tapa, dan Kekuasaan. Etnis Jawa juga
memiliki prinsip hidup, yaitu rukun, hormat, dan toleransi.
G. Beberapa Aspek Ke-Tionghoa-an Yogyakarta
Dari aspek ekonomi, secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi
ekonomi masyarakat Tionghoa di Yogyakarta tidak jauh berbeda dari ekonomi
masyarakat pribumi. Penguasaan ekonomi diantara kedua kelompok tampak
seimbang dalam arti banyak pengusaha pribumi yang memiliki bidang usaha
dan skala usaha yang tidak kalah besar atau berada pada level yang hampir
sama. Data dari Deperindag sejak tahun 1995 – 1998, menunjukan bahwa
pengusaha pribumi, baik perusahaan besar, menengah maupun kecil, jumlahnya
jauh lebih banyak dibandingkan milik pengusaha Tionghoa. Akan tetapi,
kesenjangan antara kedua kelompok masyarakat ini relatif tidak terlampau
besar. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengusaha pribumi lebih banyak
terjun dalam bisnis batik, hotel, kerajinan perak, pom bensin, jasa pariwisata,
transportasi, kerajinan, dan cinderamata. Sedangkan pengusaha Tionghoa lebih
mendominasi dalam bisnis mobil, motor, bengkel dan onderdil, barang
elektronik, emas, pabrik tekstil, toko besar dan bangunan, serta foto.
Walaupun adanya semacam pengelompokkan usaha berdasarkan bidang
usaha, boleh jadi menghindarkan terjadinya persaingan secara langsung antara
pengusaha pribumi dan pengusaha Tionghoa. Hubungan antara distributor
Tionghoa dengan subdistributornya yang pribumi pada kenyataannya adalah
sebuah kemitraan dari pada kompetisi. Kerja sama dalam bentuk lain dapat
dilihat misalnya disepanjang pertokoan di Malioboro, beberapa toko milik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
orang Tionghoa memperbolehkan pedagang kaki lima untuk berjualan di emper
tokonya secara bersamaan dengan jam buka usahanya. Kerja sama itu, juga
merupakan pelindung bagi pemilik toko Tionghoa, karena bisa dekat dengan
para preman.
Dari segi kebudayaan, masyarakat Tionghoa di Yogyakarta tidak terikat
secara ketat pada suatu adat istiadat maupun rasa identitas bersama. Mereka
memiliki orientasi kultural yang beragam. Unsur yang memberikan identitas
hanya terbatas pada penampilan fisik, seperti kulit kuning langsat atau mata
sipit. Secara kultural ke-Tionghoan mereka boleh dikatakan sudah pudar,
kecuali dua buah kelenteng dan rumah makan “Tio Ciu” yang merupakan sisa
identitas lama. Bahasa yang digunakan juga bukan lagi bahasa Tionghoa,
setidaknya dalam ruang publik dan bahkan mayoritas mereka sudah tidak
menguasai lagi. Dalam sehari-hari mereka lebih banyak berbicara bahasa Jawa
atau bahasa Indonesia. Demikian pula dalam kehidupan agama, selain
Khonghucu, banyak juga di antara mereka yang menganut agama lainnya
seperti Kristen, Katolik, Buddha, atau Islam. Selain itu, meskipun tidak banyak
jumlahnya, banyak di antara mereka yang umumnya berasal dari kelas
menengah-bawah yang menjadi anggota perkumpulan-perkumpulan aliran
kebatinan atau kejawen yang cukup banyak di Yogyakarta.
Dari segi kedekatan dan apresiasi terhadap budaya Jawa, orang
Tionghoa Yogyakarta dapat dikatakan mencapai tingkat yang cukup tinggi,
tidak sedikit dari mereka yang menggemari kesenian tradisional seperti wayang
kulit, wayang orang, ketoprak, dan gamelan. Bahkan di kota Yogyakarta pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
terbentuk satu perkumpulan wayang orang dan dua buah perkumpulan
ketoprak, yang mana para pemainnya terdiri dari etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
selain itu, sebuah keluarga kaya dari masyarakat Tionghoa, yang juga mendapat
gelar bangsawan, membangun sebuah museum kain batik (Jawa) yang mungkin
satu-satunya di Indonesia.
Secara umum, menurut Nasikun dalam Susanto (2003: 84), dapat
dikatakan bahwa etnis Tionghoa di Yogyakarta mempunyai gaya hidup “low
profile”. Setidaknya sejauh yang diamati, hal itu dapat dilihat dari rumah, mobil,
busana, pilihan hiburan atau kegiatan untuk mengisi waktu luang. Dalam hal
ini, etnis Tionghoa Yogyakarta sendiri membedakan dirinya dari etnis Tionghoa
di kota-kota besar lain, yang menurut mereka lebih “high profile”. Bila ada etnis
Tionghoa yang demikian, mereka akan menilai “itu pasti bukan orang Tionghoa
Yogyakarta Asli”. Menurut mereka etnis Tionghoa Yogyakarta Asli itu “lebih
tahu diri” dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial kultural Yogyakarta.
Sikap low profile tersebut, menyebabkan masyarakat Tionghoa mampu
membangun interaksi yang baik dengan masyarakat lainnya. Sebagai contoh,
dalam beberapa kasus ditemukan orang Tionghoa yang dipercaya menjadi ketua
atau pengurus RT atau RW di lingkungan yang mayoritas pribumi.
Berdasarkan usia dan generasi, etnis Tionghoa dibagi menjadi dua, yaitu
generasi muda dan generasi tua. Generasi tua berusia 40 tahun ke atas. Generasi
tua memiliki pengalaman hidup yang panjang sebagai orang Indonesia dan
Yogyakarta. Oleh karena itu, dari segi riwayat pendidikan, generasi tua banyak
diantaranya yang mendapatkan pendidikan di sekolah Tionghoa dengan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
diskriminasi. Sedangkan untuk generasi muda berusia di bawah 40 tahun.
Generasi muda umumnya hidup di masa pembangunan. Oleh karena itu,
generasi muda sudah mendapatkan pendidikan yang ditawarkan oleh
pemerintah Indonesia tanpa adanya diskriminasi, stereotip, dan bahkan tragedi
yang dialami oleh etnis Tionghoa generasi tua.
H. Ibu Rumah Tangga
Sebuah rumah tangga harus memiliki seseorang yang dapat mengatur
dan bertanggung jawab atas pekerjaan rumah tangga. Tugas ini biasanya
dijalankan oleh seorang ibu rumah tangga. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, ibu rumah tangga dapat diartikan sebagai seorang wanita yang
mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Maka
seorang ibu rumah tangga memiliki berbagai macam peran dalam sebuah
keluarga. Menurut Baqhir (2003: 64) peran penting ibu rumah tangga dalam
keluarga adalah:
1. Ibu Sebagai Manajer
Ibu rumah tangga harus mampu mengintegrasikan berbagai macam
karakter, berbagai macam keadaan atau kondisi anggota keluarganya ke
dalam satu tujuan rumah tangga.
2. Ibu Sebagai Guru
Seorang ibu rumah tangga harus mampu mendidik anak-anaknya,
mengajarkan sesuatu yang baru, melatih, membimbing, mengarahkan, serta
memberikan penilaian baik atau buruk berupa penghargaan maupun
hukuman yang mendidik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3. Ibu Sebagai Juru Masak
Ibu rumah tangga harus pandai berkreasi dalam menghasilkan
menu-menu yang dapat diterima semua anggota keluarga, baik menu
sarapan, makan siang, maupun makan malam.
4. Ibu Sebagai Akuntan
Ibu rumah tangga harus mampu mengelola APBK (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Keluarga) dengan sebaik-baiknya, bagaimana
mengatur pengeluaran belanja bulanan dari mulai membayar listrik, telepon,
kebutuhan anak sekolah, dan kebutuhan lainnya yang tak terduga. Peran ibu
rumah tangga juga sebagai seseorang yang mampu membantu
perekonomian keluarga dengan tidak melupakan tugasnya sebagai seorang
ibu.
5. Ibu sebagai Desain Interior
Ibu rumah tangga harus mampu menciptakan atau menata berbagai
perabotan yang ada di rumahnya untuk menciptakan suasana baru, tidak
membosankan anggota keluarganya. Sehingga rumah nyaman untuk
ditempati oleh keluarga.
6. Ibu Sebagai Dokter
Seorang ibu harus mampu mengupayakan kesembuhan dan menjaga
anggota keluarga dari berbagai hal yang mengancam kesehatan. Berbagai
macam cara dilakukan untuk menjaga anggota keluarganya tetap dalam
keadaan sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan yang
dimaksud dengan ibu rumah tangga adalah seorang wanita yang sudah
menikah dan memiliki tanggung jawab atas rumah tangganya agar
sejahterah. Maka seorang ibu rumah tangga memiliki sejumlah peran, yaitu
sebagai manajer, guru, juru masak, akuntan, desain interior, dan dokter.
I. Penelitian Terdahulu
Tabel II.1
Penelitian Terdahulu No. Judul
Penelitian
(Tahun)
Metode dan
Alat Analisis
Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
1. Pengelolaan
Keuangan
Keluarga
Pedagang Etnis
Cina
Dwi Suhartini
dan Jefta
Ardhian
Renanta
(2007)
Metode
kualitatif
Analisis
interaktif
(interactive
model of
analysis)
1. Untuk
mengetahui
manajemen
pengelolaan
keuangan
dalam keluarga,
meliputi
pemasukan dan
pengeluaran
keuangan
dalam keluarga.
2. Untuk
mengetahui
sistem
pencatatan
keuangan yang
digunakan
dalam keluarga.
3. Untuk
mengetahui
proses
penyusunan
anggaran
keuangan
keluarga.
1. Keluarga Etnis
Cina selalu
membuat catatan
pengeluaran dan
pemasukan, dalam
mencatat arus
masuk dan keluar
uang terdapat cara
yang berbeda-
beda antara satu
keluarga dengan
yang lain.
2. Cara pencatatan
keuangan keluarga
pedagang Etnis
Cina di Kya-Kya
Kembang Jepun
selain ikut
melibatkan istri,
perlibatan anak
dalam pencatatan
keuangan keluarga
terjadi pada
beberapa
keluarga.
3. Penyusunan
anggaran dimulai
dengan membuat
anggaran
pengeluaran
harian selama satu
bulan, dalam
menyusun
anggaran ini
seluruh anggota
keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
No. Judul
Penelitian
(Tahun)
Metode dan
Alat Analisis
Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
melakukan
pembicaraan
terlebih dahulu
2. Pengaruh Status
Sosial Ekonomi
Orang Tua,
Pendidikan
Pengelolaan
Keuangan
Keluarga, dan
Pembelajaran di
Perguruan
Tinggi terhadap
Literasi
Finansial
Mahasiswa
Irin Widayati
(2014)
Penelitian
eksplanatori
(explanatory
research)
Analisis jalur
dan analisis
regresi
dengan uji
selisih mutlak
1. Untuk
mengkaji
pengaruh
langsung
maupun tak
langsung status
sosial ekonomi
orang tua,
pendidikan
pengelolaan
keuangan
keluarga, dan
pembelajaran di
perguruan
tinggi terhadap
literasi
finansial.
1. Status sosial
ekonomi orang tua
tidak mempunyai
pengaruh
langsung positif
signifikan
terhadap literasi
finansial aspek
kognitif dan tidak
mempunyai
pengaruh
langsung positif
signifikan
terhadap literasi
finansial aspek
sikap.
2. Pendidikan
pengelolaan
keuangan keluarga
mempunyai
pengaruh
langsung positif
signifikan
terhadap literasi
finansial aspek
kognitif dan juga
mempunyai
pengaruh
langsung positif
signifikan
terhadap literasi
finansial aspek
sikap.
3. Pembelajaran di
perguruan tinggi
mempunyai
pengaruh
langsung positif
signifikan
terhadap literasi
finansial aspek
kognitif dan juga
mempunyai
pengaruh
langsung positif
signifikan
terhadap literasi
finansial aspek
sikap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
No. Judul
Penelitian
(Tahun)
Metode dan
Alat Analisis
Tujuan Penelitian Hasil Penelitian
3. Pengaruh
Pendidikan
Keuangan di
Keluarga, Sosial
Ekonomi Orang
Tua,
Pengetahuan
Keuangan,
Kecerdasan
Spiritual, dan
Teman Sebaya
terhadap
Manajemen
Keuangan
Pribadi
Mahasiswa S1
Pendidikan
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Negeri Surabaya
Chusnul
Chotimah dan
Suci Rohayati
Penelitian
kuantitatif
Uji regresi
linier
berganda
dengan
berbantuan
SPSS versi 20
for Windows
1. Untuk
mengetahui
pengaruh
pendidikan
keuangan di
keluarga, sosial
ekonomi orang
tua,
pengetahuan
keuangan,
kecerdasan
spiritual, dan
teman sebaya
terhadap
manajemen
keuangan
pribadi
mahasiswa S1
Pendidikan
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi
Universitas
Negeri
Surabaya baik
secara simultan
maupun parsial.
1. Pendidikan
keuangan di
keluarga, sosial
ekonomi orang
tua, pengetahuan
keuangan,
kecerdasan
spiritual, dan
teman sebaya
secara simultan
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
manajemen
keuangan pribadi
mahasiswa.
2. Pendidikan
keuangan di
keluarga,
pengetahuan
keuangan, dan
teman sebaya
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
manajemen
keuangan pribadi.
3. Sosial ekonomi
orang tua dan
kecerdasan
spiritual tidak
mempunyai
pengaruh
signifikan
terhadap
manajemen
keuangan pribadi.
J. Kerangka Berpikir
Etnis merupakan penggolongan seseorang berdasarkan kepercayaan,
nilai, kebiasaan, adat istiadat, norma, bahasa, sejarah, dan hubungan
kekerabatan. Etnis dalam penelitian ini adalah etnis Tionghoa totok dan etnis
Jawa Yogyakarta asli yang bermukim di Kampung Ketandan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Kampung Ketandan terletak dipusat perekonomian kota Yogyakarta, kampung
ini dipengaruhi oleh dua etnis yang menjadi pelaku dalam kegiatan ekonomi,
etnis tersebut adalah etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Etnis Tionghoa dan etnis
Jawa di Kampung Ketandan sering dianggap oleh etnis lainnya memiliki
perbedaan dalam keberhasilan ekonomi, hal ini dilihat dari banyaknya usaha
yang dijalankan oleh etnis Tionghoa sepanjang jalan Kampung Ketandan,
dibandingkan dengan etnis Jawa yang lebih banyak bekerja sebagai karyawan.
Perbedaan keberhasilan ekonomi antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa dianggap
memiliki perbedaan dalam kompetensi mengelola keuangan rumah tangga, baik
untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang.
Selain dianggap memiliki perbedaan dalam kompetensi mengelola
keuangan rumah tangga, etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga sering dianggap
memiliki status sosial ekonomi yang berbeda yang menyebabkan adanya
perbedaan keberhasilan ekonomi. Perbedaan ini dilihat dari tingkat pendidikan
yang menurut Yek dalam Ruslestari (2015: 19), etnis Tionghoa lebih
mementingkan keterampilan dalam memasuki dunia kerja dari pada tingkat
pendidikan yang tinggi, sedangkan etnis Jawa lebih mementingkan tingkat
pendidikan yang tinggi. Oleh karena itu, etnis Tionghoa lebih memilih jenis
pekerjaan wirausaha, sedangkan untuk etnis Jawa lebih memilih jenis pekerjaan
karyawan swasta. Begitu juga dengan pendapatan, etnis Tionghoa lebih
memiliki pendapatan yang tinggi di bandingkan dengan etnis Jawa. Hal ini
dikarenakan jenis pekerjaan etnis Tionghoa tidak dibatasi oleh ruang, tempat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
dan waktu, sedangkan untuk etnis Jawa jenis pekerjaannya dibatasi oleh ruang,
tempat, dan waktu.
Selain dianggap memiliki perbedaan kompetensi dalam mengelola
keuangan rumah tangga dan juga status sosial ekonomi, etnis Tionghoa dan
etnis Jawa juga sering dianggap memiliki perbedaan gaya hidup yang
menyebabkan adanya perbedaan keberhasilan dalam ekonomi. Etnis Tionghoa
akan memiliki gaya hidup yang sederhana apabila kondisi ekonomi mereka
belum lebih dari mencukupi dan etnis Tionghoa akan memiliki gaya hidup yang
mewah apabila kondisi ekonomi mereka lebih dari mencukupi. Berbeda dengan
etnis Jawa yang selalu mementingkan kebutuhan mereka saat itu juga tanpa
memikirkan kondisi ekonomi mereka dalam keadaan yang baik atau tidak.
Mewah atau sederhananya gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa dapat
dilihat dari konsumsi makanan dan minuman, pakaian yang dikenakan dan juga
liburan yang dilakukan. Oleh karena itu, Penelitian ini dilakukan guna
mengetahui bagaimana kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status
sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di
Kampung Ketandan yang dianggap masyarakat memiliki perbedaan.
Setelah keseluruhan data telah didapatkan, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan perbandingan atas hasil yang telah didapatkan, untuk melihat
apakah benar anggapan masyarakat bahwa etnis Tionghoa dan etnis Jawa
memiliki perbedaan dalam kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga,
status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan
pendapatan, serta gaya hidup. Dari penjelasan yang telah dilakukan di atas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
maka dapat dibuat kerangka berpikir yang terkait dengan penelitian ini,
kerangka berpikir tersebut sebagai berikut:
Gambar II.1. Bagan Kerangka Pikir
K. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan landasan teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan jawaban sementara melalui hipotesis,
sebagai berikut:
1. Ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antara
etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.
2. Status Sosial Ekonomi (Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, dan
Pendapatan).
Etnis
Etnis Tionghoa Etnis Jawa
Kompetensi
Pengelolaan
Keuangan
Rumah
Tangga
Status
Sosial
Ekonomi
Gaya
Hidup
Kompetensi
Pengelolaan
Keuangan
Rumah
Tangga
Status
Sosial
Ekonomi
Gaya
Hidup
Perbedaan Kompetensi
Pengelolaan Keuangan Rumah
Tangga, Status Sosial Ekonomi,
Gaya Hidup Etnis Tionghoa
dan Etnis Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
a. Ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan
antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan
Yogyakarta.
b. Ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antara
etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.
c. Ada perbedaam status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan antara
etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta.
3. Ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di
Kampung Ketandan Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bersifat
komparatif. Menurut Sugiyono (2012: 14), jenis penelitian kuantitatif adalah
penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan, sedangkan komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat
membandingkan. Maka penelitian ini mencoba mengungkap perbandingan
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan
gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kampung Ketandan, Kelurahan
Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Yogyakarta. Alasan dipilihnya lokasi
ini, dikarenakan Kampung Ketandan merupakan sebuah kampung yang
berada di pusat perekonomian kota Yogyakarta dan Kampung Ketandan
juga merupakan kampung Pecinan yang menjadi cagar budaya kota
Yogyakarta. Selain itu, berdasarkan penelitian pendahuluan ditemukan
fakta bahwa masyarakat di Kampung Ketandan selain dihuni oleh etnis
Tionghoa juga dihuni oleh etnis Jawa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti (Arikunto, 2006: 145). Subjek penelitian ini adalah ibu rumah
tangga etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah suatu atribut dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 38). Objek
penelitian ini adalah kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga,
status sosial ekonomi, dan gaya hidup dari etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Menurut Arikunto (2006: 130), populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 32 ibu rumah tangga etnis
Tionghoa dan 24 ibu rumah tangga etnis Jawa, jumlah ibu rumah tangga
etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan sehingga secara
keseluruhan berjumlah 56 ibu rumah tangga.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu rumah tangga etnis
Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta. Dipilihnya etnis Tionghoa totok
dikarenakan etnis Tionghoa ini masih mengikuti budaya leluhur Tionghoa,
seperti masih merayakannya hari Cap Go Meh, hari Kue Cang, dan hari Kue
Bulan. Sedangkan dipilihnya etnis Jawa Yogyakarta dikarenakan etnis Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
tersebut merupakan masyarakat pribumi asli dari tempat penelitian. Oleh
karena itu, jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 35 ibu rumah tangga
yang terdiri dari 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah
tangga etnis Jawa Yogyakarta.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2012: 81), sampel adalah bagian dari jumlah
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sedangkan menurut
Arikunto (2006:174), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang
diteliti. Untuk menentukan besarnya sampel, menurut Arikunto (2006: 174),
apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya adalah penelitian populasi. Maka dalam penelitian ini peneliti
mengambil sampel seluruhnya yang berjumlah 35 ibu rumah tangga, yang
terdiri dari 18 ibu rumah tangga etnis Tionghoa totok dan 17 ibu rumah
tangga etnis Jawa Yogyakarta.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik
Sampling Jenuh. Sampling Jenuh adalah teknik pengambilan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2012: 96).
Hal ini dilakukan karena jumlah populasi dalam penelitian ini relatif kecil,
yaitu masing-masing etnis kurang dari 30 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
E. Variabel Penelitian dan Cara Pengukuran
1. Variabel Penelitian
a. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga adalah
kemampuan ibu rumah tangga dalam mengelola keuangan rumah tangga
yang dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan,
membuat rincian kebutuhan, membuat pos-pos pengeluaran, melakukan
pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan, melakukan
pemenuhan kebutuhan dengan berhutang atau tunai, mengalokasikan
pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan
konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan pertimbangan
tujuan, jangka waktu, dan produknya, yang bertujuan agar kebutuhan
rumah tangga baik bulanan maupun tahunan dapat terpenuhi. Indikator
variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga meliputi:
1) Pengelolaan keuangan adalah kegiatan ibu rumah tangga yang
dilihat dari tindakan atau perilakunya membuat rencana keuangan,
rincian kebutuhan dan pos-pos pengeluaran, serta melakukan
pencatatan penghasilan, penggunaan penghasilan tahunan, dan
melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang
atau tunai, agar kebutuhan pokok maupun tidak pokok rumah tangga
dapat terpenuhi.
2) Investasi adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu
rumah tangga yang disisihkan untuk sebuah usaha, guna dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
membeli barang-barang modal dengan mempertimbangkan tujuan,
jangka waktu, dan produknya yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka
panjang.
3) Tabungan adalah bagian dari penghasilan yang diterima oleh ibu
rumah tangga yang dialokasikan sebelum melakukan kegiatan
konsumsi dan disimpan pada rekening tabungan bank atau dirumah,
agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga jangka panjang, serta
merupakan bagian dari sisa pos pengeluaran rutin yang disimpan
pada dompet tertentu yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terduga.
Skala pengukuran yang digunakan pada variabel kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga adalah ordinal, yang dikategorikan
kedalam tiga kategori, yaitu:
1) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Tinggi
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga tinggi
dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan
etnis Jawa yang selalu membuat perencanaan keuangan, rincian
kebutuhan, pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan
penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran
tahunan, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung
sebelum melakukan kegiatan konsumsi, menentukan investasi yang
tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
produknya, serta tidak pernah melakukan pemenuhan kebutuhan
rumah tangga dengan berhutang. Artinya, ibu rumah tangga etnis
Tionghoa dan etnis Jawa yang berada di kategori ini selalu rutin
mengelola keuangannya.
2) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Sedang
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga sedang
dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan
etnis Jawa tidak rutin dalam membuat perencanaan keuangan,
rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan
penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran
tahunan, masih melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga
dengan berhutang, mengalokasikan pendapatan untuk menabung,
menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi, dan menentukan
investasi yang tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka
waktu, dan produknya. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa
dan etnis Jawa yang berada di kategori ini tidak rutin dalam
mengelola keuangannya.
3) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Rendah
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga rendah
dalam penelitian ini berarti ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan
etnis Jawa yang tidak pernah membuat perencanaan keuangan,
rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan
penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pengeluaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
tahunan, mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung
sebelum melakukan kegiatan konsumsi, menentukan investasi yang
tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan
produknya, serta selalu melakukan pemenuhan kebutuhan rumah
tangga dengan berhutang. Artinya, ibu rumah tangga etnis Tionghoa
dan etnis Jawa yang berada di kategori ini sama sekali tidak pernah
mengelola keuangannya.
Tabel III.1
Kisi-Kisi Kuesioner Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga
Variabel Indikator No. Soal Kuesioner
Kompetensi
Pengelolaan
Keuangan
Rumah
Tangga
a. Pengelolaan
Keuangan
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,
13,14,15,16
b. Tabungan 17,18,19
c. Investasi 20
b. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi adalah posisi atau kedudukan ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang dilihat dari segi tingkat
pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan. Status sosial ekonomi
dalam penelitian ini meliputi:
1) Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal akhir yang
berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis
Jawa. Tingkat pendidikan dalam penelitian ini, meliputi: SD dan
SMP, SMA/SMK, serta Diploma dan Sarjana. Skala pengukuran
yang digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari
tingkat pendidikan adalah ordinal, yaitu dasar, menengah, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
tinggi. Oleh karena itu, tingkat pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh ibu rumah tangga dikelompokkan dan diberi kategori
sebagai berikut:
Tabel III.2
Kategori Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Kategori
SD/SMP Dasar
SMA/SMK Menengah
Diploma dan Sarjana Tinggi
2) Jenis Pekerjaan adalah aktivitas ibu rumah tangga yang sifatnya
tetap yang dilakukan guna mendapatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Skala pengukuran yang
digunakan pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis
pekerjaan adalah nominal. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini ada
4 jenis pekerjaan sesuai dengan hasil kuesioner yang didapatkan,
kemudian diberi kode sebagai berikut:
Tabel III.3
Kode Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Kode
Tidak memiliki pekerjaan 1
Karyawan swasta 2
Wirausaha 3
Pegawai negeri 4
3) Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh oleh ibu rumah
tangga selama satu bulan. Untuk melihat tinggi atau rendahnya
pendapatan yang diterima, penelitian ini mengacu pada pendapatan
minimum (UMK) yang telah berlaku di kota Yogyakarta tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
2016, yaitu Rp 1.452.400,00. Skala pengukuran yang digunakan
pada variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan
adalah ordinal. Maka diperoleh pengukuran dengan
mengklasifikasikan kategori sebagai berikut:
Tabel III.4
Kategori Pendapatan
Pendapatan Kategori
< Rp 1.452.399,00 Rendah
Rp 1.452.400,00 – Rp 3.452.399,00 Sedang
> Rp 3.452.400,00 Tinggi
Tabel III.5
Kisi-Kisi Kuesioner Status Sosial Ekonomi
c. Gaya hidup
Gaya hidup adalah kebiasaan hidup ibu rumah tangga dalam
mengalokasikan uang dan waktunya yang dilihat dari pola konsumsi,
gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang menjadi pembeda antara etnis
Tionghoa dan etnis Jawa. Indikator variabel gaya hidup meliputi:
1) Pola konsumsi adalah kebiasaan pemenuhan kebutuhan dasar yang
dilakukan oleh ibu rumah tangga pada barang-barang yang
dikonsumsi, yaitu makanan dan minuman. Dalam penelitian ini,
pola konsumsi difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa
sering mengkonsumsi makanan dan minuman bermerek
internasional, mengkonsumsi makanan dan minuman di restoran
Variabel Indikator No. Soal Kuesioner
Status
Sosial
Ekonomi
a. Tingkat pendidikan 1
b. Pekerjaan 2
c. Pendapatan 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dengan tarif yang mahal, mengkonsumsi makanan dan minuman
yang mengikuti iklan, dan berbelanja makanan dan minuman di
pusat pertokoan dalam satu bulan.
2) Gaya berpakaian adalah karakteristik penampilan dari ibu rumah
tangga yang dilihat dari mode pakaian, merek pakaian, harga
pakaian, dan kualitas pakaian. Dalam penelitian ini, gaya berpakaian
difokuskan pada frekuensi atau tingkat seberapa sering
menggunakan pakaian yang mengikuti mode pakaian terbaru dan
melakukan pertimbangan kualitas pakaian, merek pakaian, serta
harga pakaian sebelum membelinya dalam satu bulan.
3) Pola rekreasi adalah kegiatan ibu rumah tangga mengisi waktu luang
bersama keluarga dengan mengunjungi tempat-tempat tertentu dan
mengeluarkan sejumlah biaya tertentu, guna merelaksasikan diri
dari aktivitas rutin. Dalam penelitian ini, pola rekreasi difokuskan
pada frekuensi atau tingkat seberapa sering mengisi waktu luang
dengan berekreasi dan pergi berekreasi ke tempat dengan tarif yang
mahal dalam satu bulan, serta seberapa sering berliburan ke luar kota
saat liburan panjang dalam satu tahun.
Untuk mengetahui frekuensi pola konsumsi, gaya berpakaian,
dan pola rekreasi, maka pertanyaan tersebut diukur menggunakan skala
rating scale dengan pilihan selalu apabila ≥ 3 kali, sering 3 kali, kadang-
kadang 2 – 1 kali, dan tidak pernah 0 kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Skala pengukuran yang digunakan pada variabel gaya hidup
adalah ordinal, yang dikategorikan kedalam dua kategori, yaitu:
1) Gaya Hidup Mewah
Gaya hidup mewah dalam penelitian ini berarti ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki frekuensi pola
konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang tinggi, yaitu ≥ 3
kali. Ibu rumah tangga yang berada dikategori ini juga dapat
dikatakan memiliki gaya hidup yang boros. Oleh karena itu ibu
rumah tangga yang berada dikategori ini memiliki kriteria sebagai
berikut:
a) Pola konsumsi makanan dan minuman yang selalu bermerek
internasional, dengan tarif yang mahal, dan mengikuti iklan
(televisi dan majalah), serta melakukan kegiatan berbelanja
makanan dan minuman di pusat pertokoan (hypermart,
superindo, dan carefour) ≥ 3 kali dalam sebulan.
b) Gaya berpakaian yang selalu mengikuti mode pakaian terbaru,
melakukan pertimbangan kualitas pakaian dan merek pakaian,
serta tidak pernah melakukan pertimbangan harga pakaian
sebelum membeli ≥ 3 kali dalam sebulan.
c) Pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama keluarga,
yang selalu dilakukan pada waktu luang, dengan tarif yang
mahal ≥ 3 kali dalam sebulan dan juga berlibur ke luar kota saat
liburan panjang ≥ 3 kali dalam setahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
2) Gaya Hidup Sederhana
Gaya hidup sederhana dalam penelitian ini berarti ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki frekuensi pola
konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi yang sedang, yaitu ≤
3 kali. Ibu rumah tangga yang berada dikategori ini juga dapat
dikatakan memiliki gaya hidup yang tidak boros. Oleh karena itu,
ibu rumah tangga yang berada dikategori ini memiliki kriteria
sebagai berikut:
a) Pola konsumsi makanan dan minuman yang hanya kadang-
kadang saja bermerek internasional, dengan tarif yang mahal,
dan mengikuti iklan (televisi dan majalah), serta kadang-kadang
juga melakukan kegiatan berbelanja makanan dan minuman di
pusat pertokoan (hypermart, superindo, dan carefour) ≤ 3 kali
dalam sebulan.
b) Gaya berpakaian yang hanya kadang-kadang saja mengikuti
mode pakaian terbaru, melakukan pertimbangan kualitas
pakaian dan merek pakaian, serta kadang-kadang juga
melakukan pertimbangan harga pakaian sebelum membeli ≤ 3
kali dalam sebulan.
c) Pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama keluarga
yang hanya kadang-kadang saja dilakukan pada waktu luang,
dengan tarif yang mahal ≤ 3 kali dalam sebulan dan juga kadang-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
kadang saja berlibur ke luar kota saat liburan panjang ≤ 3 kali
dalam setahun.
Tabel III.6
Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Hidup
Variabel Indikator No. Soal Kuesioner
Gaya Hidup a. Pola Konsumsi 1,2,3,4
b. Gaya Berpakaian 5,6,7,8
c. Pola Rekreasi 9,10,11
2. Cara Pengukuran
Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah rating scale.
Dalam skala model rating scale, tidak hanya mengukur terhadap sikap saja
tetapi untuk mengukur persepsi responden terhadap fenomena lainnya,
seperti skala untuk mengukur status sosial ekonomi, kelembagaan,
pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain-lainnya (Sugiyono,
2012: 98).
Rating scale dalam penelitian ini menggunakan skala penilaian
kategori. Untuk variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga
dan gaya hidup mempergunakan empat alternatif jawaban : “selalu”,
“sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”. Skor jawaban yang
mempunyai nilai antara 1 sampai 4 digunakan untuk pertanyaan bersifat
negatif dan skor jawaban yang mempunyai nilai antara 4 sampai 1
digunakan untuk pertanyaan bersifat positif.
Untuk variabel status sosial ekonomi, yang dilihat dari tingkat
pendidikan mempergunakan tiga alternatif jawaban : “SD/SMP”,
“SMA/SMK dan Diploma”, serta “Sarjana” memiliki kategori dasar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
menengah, dan tinggi, sedangkan untuk status sosial ekonomi dilihat dari
pendapatan mempergunakan tiga alternatif jawaban : “< Rp. 1.452.399,00”,
“Rp. 1.452.400,00 – Rp. 3.452.399,00”, dan “> Rp. 3.452.400,00” memiliki
kategori rendah, sedang, dan tinggi.
F. Data yang dicari
Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, maka data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini meliputi:
1. Data primer
Menurut Sugiyono (2012: 137), data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data tersebut
meliputi:
a. Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, yang meliputi
pengelolaan keuangan, tabungan, dan investasi.
b. Status sosial ekonomi, yang meliputi tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, dan pendapatan.
c. Gaya hidup, yang meliputi pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola
rekreasi.
2. Data sekunder
Menurut Sugiyono (2012: 137), data sekunder adalah sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen. Data tersebut meliputi data jumlah rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, kondisi fisik
Kampung Ketandan, keadaan geografis Kampung Ketandan, keadaan sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dan budaya masyarakat Kampung ketandan, dan perekonomian masyarakat
Kampung Ketandan.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk mencari informasi awal sebelum
melakukan penelitian lebih lanjut. Informasi awal tersebut berupa kondisi
perekonomian dan sosial budaya masyarakat Kampung Ketandan.
Wawancara tersebut ditunjukan kepada ketua RW 05 Kampung Ketandan.
Selain untuk mencari informasi awal, teknik pengumpulan data tersebut
juga digunakan untuk mencari data-data yang relevan lainnya pada saat
bertemu dengan sampel dari penelitian ini. Hal tersebut bertujuan untuk
menjaga keakuratan data yang diperoleh.
2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang berkenaan
dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dalam penelitian ini
digunakan untuk mencari data yang berhubungan dengan kondisi fisik
Kampung Ketandan.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan suatu cara pengumpulan data yang
diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
tersimpan. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dokumentasi
berupa data kependudukan, dan letak geografis.
4. Kuesioner
Tujuan dari teknik pengumpulan data dengan kuesioner adalah
untuk mencari data primer. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang
ditunjukkan kepada ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di
Kampung Ketandan. Pertanyaan tersebut berkaitan dengan kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup.
Tipe kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup.
Kuesioner tertutup merupakan pertanyaan-pertanyaan dengan alternatif
jawaban yang telah disediakan, sehingga responden hanya memilih jawaban
yang telah disediakan.
H. Pengujian Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif. Oleh
karena itu, setiap penyusunan instrumen dalam penelitian harus
memperhitungkan beberapa pertimbangan seperti apa yang hendak diukurnya,
apakah data yang terkumpul relevan dengan sifat atau karakteristik yang
dikehendaki, dan sejauhmana perbedaan skor yang diperoleh menggambarkan
karakteristik yang akan diukur. Maka, sebelum pengumpulan data yang
sesungguhnya angket atau kuesioner yang akan digunakan harus di uji coba
terlebih dahulu. Uji coba tersebut meliputi uji validitas dan uji reliabilitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Uji validitas dan reliabilitas biasanya digunakan untuk mengevaluasi
item-item pertanyaan yang mengukur konstrak atau faktor penelitian dalam
suatu kuesioner. Konstrak adalah variabel penelitian yang tidak bisa diukur
secara langsung sehingga nilainya diukur melalui indikator-indikatornya. Maka
untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas tidak dapat digunakan untuk
semua kuesioner. Kuesioner yang dapat di uji validitas dan reliabilitasnya
adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tentang variabel yang tidak langsung menjelaskan, sehingga
diperlukan beberapa pertanyaan berdasarkan indikatornya. Dalam penelitian
ini, variabel yang dapat di uji validitas dan reliabilitasnya adalah variabel
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup. Sedangkan
untuk kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh data
tentang variabel yang langsung bisa di identifikasi, seperti pendidikan dan
pekerjaan tidak dapat di uji validitas dan reliabilitasnya. Maka dalam penelitian
ini variabel yang tidak dapat di uji validitas dan reliabilitasnya adalah variabel
status sosial ekonomi.
Dalam penelitian ini, peneliti langsung menguji kuesionernya dengan
sampel lengkap sesuai penelitian yang mana item-item pertanyaan yang tidak
lolos pengujian validitas dan reliabilitas langsung di hapus.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut
benar-benar mengukur apa yang diukur. Validitas menyangkut akurasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
instrument. Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi
Product Moment.
𝑟𝑥𝑦 = 𝑛 ∑ 𝑥𝑦 − (∑ 𝑥) (∑ 𝑦)
√[𝑛 ∑ 𝑥2 − (∑ 𝑥)2][𝑛 ∑ 𝑦2 − (∑ 𝑦)2]
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi
N = jumlah responden
∑X = jumlah skor X
∑Y = jumlah skor Y
∑XY = hasil kali skor X dan Y setiap responden
(∑X)2 = kuadrat jumlah skor X
(∑Y)2 = kuadrat jumlah skor Y
Hasil perhitungan rxy dibandingkan dengan r tabel pada taraf nyata
(α) 5% dengan kriteria kelayakan sebagai berikut:
a. rxy > rtabel berarti valid
b. rxy < rtabel berarti tidak valid
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah pengukuran yang digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji
reliabilitas digunakan untuk melihat keandalan kuesioner dalam sebuah
penelitian. Dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach:
𝑟11 = ⌊𝑘
𝑘 − 1⌋ ⌈1
∑𝛼𝑏2
𝛼12 ⌉
Keterangan:
r11 = reliabilitas
K = banyaknya butir soal
∑𝛼𝑏2 = jumlah varian butir soal
𝛼12 = varians soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Sebuah kuesioner dikatakan reliabel atau tidak dengan melihat
besarnya nilai alpha, dengan cara membandingkan nilai rhitung dan rtabel.
Kuesioner dikatakan reliabel apabila rhitung ≥ rtabel, sedangkan kuesioner
dinyatakan tidak reliabel apabila rhitung ≤ rtabel. Adapun kriterianya:
a. rhitung > 0,6 berarti reliabel
b. rhitung < 0,6 berarti tidak reliabel
3. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
a. Pengujian Validitas
Pengujian validitas instrumen dilakukan pada instrumen yang
mengukur kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya
hidup. Instrumen berupa kuesioner yang diisi oleh responden dengan N
= 35, α = 5%, dengan df = N – 2 (df = 35 – 2 = 33), sehingga diperoleh
nilai r tabel sebesar 0,344. Jadi, koefisien Corrected Item-Total
Correlation untuk etnis Tionghoa harus lebih besar dari 0,344 agar
suatu item dinyatakan valid. Hasil uji validitas dilaporkan dalam tabel
berikut:
Tabel III.7
Hasil Uji Validitas Variabel Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga No.
Item
r hitung r tabel Kesimpulan
1 0,674 0,344 Valid
2 0,639 0,344 Valid
3 0,655 0,344 Valid
4 0,649 0,344 Valid
5 0,451 0,344 Valid
6 0,622 0,344 Valid
7 0,299 0,344 Tidak Valid
8 0,572 0,344 Valid
9 0,738 0,344 Valid
10 0,653 0,344 Valid
11 0,575 0,344 Valid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
No.
Item
r hitung r tabel Kesimpulan
12 0,448 0,344 Valid
13 0,758 0,344 Valid
14 0,644 0,344 Valid
15 0,617 0,344 Valid
16 0,611 0,344 Valid
17 0,650 0,344 Valid
18 0,748 0,344 Valid
19 0,573 0,344 Valid
20 0,808 0,344 Valid
Sumber: data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel III.7 hasil uji validitas instrumen variabel
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga menunjukkan bahwa
terdapat satu item pertanyaan yang memiliki r hitung lebih kecil dari r
tabel, yaitu item pertanyaan nomor tujuh. Maka, perlakuan untuk item
pertanyaan yang tidak valid tersebut adalah langsung dibuang.
Tabel III.8
Hasil Uji Validitas Variabel Gaya Hidup No.
Item
r hitung r tabel Kesimpulan
1 0,658 0,344 Valid
2 0,550 0,344 Valid
3 0,567 0,344 Valid
4 0,694 0,344 Valid
5 0,626 0,344 Valid
6 0,710 0,344 Valid
7 0,601 0,344 Valid
8 0,717 0,344 Valid
9 0,576 0,344 Valid
10 0,642 0,344 Valid
11 0,483 0,344 Valid
Sumber: data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel III.8 hasil uji validitas instrumen variabel
gaya hidup menunjukkan bahwa semua item pertanyaan memiliki r
hitung lebih besar dari r tabel, yaitu 0,344. Maka dapat disimpulkan
bahwa semua item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
variabel gaya hidup adalah valid.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
b. Pengujian Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen menggunakan rumus koefisien
Cronbach Alpha. Hasil uji reliabilitas Cronbach Alpha yang didapat
untuk masing-masing variabel ditujukan dalam tabel berikut:
Tabel III.9
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga dan Gaya Hidup
Variabel Nilai Cronbach’s Alpha Kesimpulan
Kompetensi
Pengelolaan
Keuangan Rumah
Tangga
0,853 Reliabel
Gaya Hidup 0,905 Reliabel
Sumber: data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel hasil uji reliabilitas variabel kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga dan gaya hidup di atas, dapat
dilihat bahwa koefisien Cronbach’s Alpha di atas 0,60. Maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah reliabel.
I. Teknik Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Untuk membuat generalisasi pada analisis data terhadap 18
responden etnis Tionghoa dan 17 responden etnis Jawa yang meliputi
variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial
ekonomi, dan gaya hidup menggunakan analisis deskriptif.
Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan suatu data
yang akan dibuat, baik sendiri maupun secara berkelompok dengan tujuan
untuk membuat gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki atau
diteliti.
Untuk mengetahui pengkategorian variabel kompetensi pengelolaan
keuangan rumah tangga dan gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa,
dapat ditujukan dengan menggunakan rumus interval di bawah ini:
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑟𝑒𝑎𝑙 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑎𝑙
𝑘𝑎𝑡𝑒𝑔𝑜𝑟𝑖
a. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Variabel kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga
memiliki 19 item pertanyaan dengan skala 4 pilihan, maka dapat
diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai berikut:
Nilai tertinggi = 19 item x 4 = 76
Nilai terendah = 19 item x 1 = 19
Sedangkan untuk nilai interval kelas dapat diperoleh sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =76 − 19
3= 19
Maka, nilai interval kelas variabel kompetensi pengelolaan
keuangan rumah tangga adalah 20. Berikut tabel interval kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga:
Tabel III.10
Interval Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Interval Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga
19 – 37 Rendah
38 – 56 Sedang
57 – 76 Tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
b. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi dapat dilihat dari tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, dan pendapatan.
1) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini, meliputi: SD dan
SMP, SMA/SMK, serta Diploma dan Sarjana. Skala pengukuran
tingkat pendidikan adalah ordinal. Berikut tabel kategori tingkat
pendidikan:
Tabel III.11
Kategori Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Kategori
SD/SMP Dasar
SMA/SMK Menengah
Diploma dan Sarjana Tinggi
2) Jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan dalam penelitian ini meliputi tidak bekerja,
karyawan swasta, wirausaha, dan pegawai negeri. Penetapan jenis
pekerjaan dalam penelitian ini berdasarkan hasil kuesioner yang di
dapatkan. Skala pengukuran jenis pekerjaan adalah nominal. Berikut
tabel kode jenis pekerjaan:
Tabel III.12
Kode Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Kode
Tidak memiliki pekerjaan 1
Karyawan swasta 2
Wirausaha 3
Pegawai negeri 4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3) Pendapatan
Pendapatan dalam penelitian ini mengacu pada pendapatan
minimum (UMK) yang telah berlaku di kota Yogyakarta tahun
2016, yaitu Rp 1.452.400,00. Skala pengukuran pendapatan adalah
ordinal. Berikut tabel kategori pendapatan:
Tabel III.13
Kategori Pendapatan
Pendapatan Kategori
< dari Rp 1.452.399,00 Rendah
Rp 1.452.400,00 – Rp 3.452.399,00 Sedang
> dari Rp 3.452.400,00 Tinggi
c. Variabel Gaya Hidup
Variabel gaya hidup memiliki 11 item pertanyaan dengan skala
4 pilihan, maka dapat diperoleh nilai tertinggi dan nilai terendah sebagai
berikut:
Nilai tertinggi = 11 item x 4 = 44
Nilai terendah = 11 item x 1 = 11
Sedangkan untuk nilai interval kelas dapat diperoleh sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =44 − 11
2= 16,5
Maka, nilai interval kelas variabel gaya hidup adalah 16,5.
Berikut tabel interval gaya hidup:
Tabel III.14
Interval Gaya Hidup
Interval Gaya Hidup
27,5 – 44 Mewah
11 – 27,4 Sederhana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Analisis Data
a. Pengujian Prasayarat Analisis
1) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data
masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji
normalitas digunakan untuk mengukur data berskala ordinal,
interval, ataupun rasio. Uji normalitas dilakukan sebelum peneliti
melakukan uji hipotesis. Dengan melihat hasil dari uji normalitas,
peneliti dapat mengambil keputusan mengenai rumus apa yang tepat
untuk digunakan dalam menguji hipotesis.
Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji
Kolmogorov-Smirnov. Uji Kolmogorov-Smirnov memusatkan pada
penyimpangan (deviasi terbesar). Harga Fo (Xi) – SN terbesar
dinamakan deviasi maksimum. Rumus uji Kolmogorov-Smirnov
sebagai berikut:
𝐷 = 𝑀𝑎𝑥 𝐹0 𝑋𝑖 − 𝑆𝑁 (𝑋𝑖)
Keterangan:
Fo Xi = fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn Xi = distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
D = deviasi maksimum
Pengambilan keputusan berdasarkan hasil uji Kolmogorov-
Smirnov sebagai berikut:
a) Jika nilai asymp.sig < taraf nyata (0,05), maka distribusi data
variabel penelitian dinyatakan tidak normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
b) Jika nilai asymp.sig > taraf nyata (0,05), maka distribusi data
variabel penelitian dinyatakan normal.
b. Pengujian Hipotesis
1) Uji Mann-Whitney Test
Uji Mann-Whitney Test merupakan statistika non
parametrik. Menurut Santoso (2015: 4), statistika non parametrik
digunakan untuk menganalisis data yang berskala nominal dan
ordinal dari populasi yang bebas distribusi (tidak harus berdistribusi
normal). Uji Mann-Whitney Test juga merupakan alternatif bagi uji-
t. Uji Mann-Whitney Test digunakan untuk membandingkan dua
populasi yang berasal dari populasi yang berbeda. Uji Mann-
Whitney Test dapat digunakan untuk membandingkan dua sampel
yang memiliki perbedaan jumlah data dan memiliki ukuran sampel
berbeda. Asumsi yang dilakukan dalam uji Mann-Whitney Test
adalah:
a) Uji Mann-Whitney Test Mengasumsikan bahwa sampel yang
berhasil dari populasi adalah acak.
b) Pada uji Mann-Whitney Test sampel bersifat independen atau
berdiri sendiri.
c) Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal.
Untuk menghitung nilai statistik uji Mann-Whitney Test,
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
𝑈 = 𝑛1𝑛2 +𝑛2(𝑛2 + 1)
2− ∑ 𝑅2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Keterangan:
U = nilai Uji Mann-Whitney Test
n1 = banyaknya anggota sampel 1
n2 = banyaknya anggota sampel 2
R2 = ranking ukuran sampel
Hipotesis:
a) Ho diterima jika nilai sig.2-tailed ≥ alpha
b) Ho ditolak jika nilai sig.2-tailed ≤ alpha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi
1. Lokasi Kampung Ketandan
Kampung Ketandan adalah salah satu kampung pecinan di wilayah
Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta.
Kampung Ketandan terletak di kawasan Malioboro, pusat kota Yogyakarta.
Tepatnya berada di sisi timur Malioboro. Jarak antara kampung dengan
pusat pemerintah kecamatan 1 Km. Jarak dengan pusat pemerintahan kota
3 Km. Jarak dengan ibu kota provinsi 1 Km. Kampung Ketandan memiliki
batas wilayah, sebagai berikut:
a. Batas Timur, yaitu Jalan Mayor Suryotomo.
b. Batas Selatan, yaitu Jalan Lor Pasar.
c. Batas Barat, yaitu Jalan Ahmad yani.
d. Batas Utara, yaitu Jalan Suryatmajan.
Luas keseluruhan Kampung Ketandan adalah 6,07 ha. Seluruh tanah
yang ada di kampung ini di pergunakan untuk pemukiman penduduk tanpa
usaha dan pemukiman penduduk dengan usaha atau yang disebut ruko atau
rumah toko. Kampung Ketandan terbagi menjadi tiga RW, yaitu RW 04, 05,
dan 06. Masing-masing RW memiliki tiga RT, yaitu RW 04 terdiri dari RT
15, 16, dan 17. RW 05 terdiri dari RT 18, 19, dan 20. RW 06 terdiri dari RT
21, 22, dan 23. RW 04 berada di jalan Ketandan Lor. RW 05 berada di jalan
Ketandan Wetan. Sedangkan untuk RW 06 berada di jalan Ketandan Kulon.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2. Keadaan Jalan
Jalan utama yang ada di Kampung Ketandan relatif luas, yaitu
sekitar 6 m, sehingga jalan masuk untuk menuju ke toko-toko yang ada di
Kampung Ketandan dapat berpapasan untuk dua mobil. Jalan utama
tersebut sudah di aspal. Akan tetapi, di pinggiran jalan utama Kampung
Ketandan selalu digunakan untuk lahan parkir, baik untuk parkiran umum
maupun untuk parkiran pemilik toko. Hal ini disebabkan karena Kampung
Ketandan tidak memiliki lahan parkir untuk umum dan rata-rata pemilik
rumah toko tidak memiliki teras atau garasi, sehingga bagi pemilik yang
memiliki mobil harus parkir di tepi jalan utama Kampung Ketandan.
Berbeda dengan jalan utamanya, gang-gang yang ada di Kampung
Ketandan relatif sempit, yaitu sekitar 1,5 m. Bahkan jalan masuk ke rumah-
rumah yang berada di tengah, jalannya lebih sempit dan berliku-liku,
sehingga untuk berpapasan dua motor tidak bisa. Jalan yang ada di gang-
gang Kampung Ketandan rata-rata sudah disemen, akan tetapi masih ada
jalan yang berupa tanah. Jalan yang ada di gang-gang Kampung Ketandan
juga digunakan oleh anak-anak sebagai tempat untuk bermain. Hal ini
disebabkan karena rumah yang ada di gang-gang Kampung Ketandan tidak
memiliki teras, sehingga setiap sore jalan tersebut sudah dipenuhi oleh anak-
anak yang bermain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
2. Keadaan Rumah
Arsitektur bangunan di kawasan Kampung Ketandan yang berada di
jalan utama masih banyak yang didominasi dengan nuansa tempo dulu.
Rumah-rumah di kawasan ini kebanyakan dibangun menghadap ke jalan,
memanjang ke belakang, dan digunakan sebagai toko oleh para pemiliknya
yang kemudian disebut sebagai rumah toko atau ruko. Sehingga rumah-
rumah di Kampung Ketandan yang berada di jalan utama untuk ruangan
depan mereka gunakan untuk kepentingan perdagangan, ruangan bagian
tengah sebagai kamar tidur, ruangan bagian belakang untuk dapur dan
kamar mandi. Lantai atas untuk kamar dan gudang barang-barang dagangan.
Rumah-rumah yang berada di jalan utama Kampung Ketandan umunya
cukup luas dan sangat terjaga kebersihannya. Hal ini dapat dilihat di bagian
depan rumah yang tidak terdapat sampah yang berserakan.
Model ruko Kampung Ketandan masih banyak yang bercorak
arsitektur campuran; yakni China, Indiesch, dan tradisional Jawa. Corak
arsitektur China dapat dilihat dari model bumbungannya yang termasuk
kategori Ngang San. Dipadukan dengan model atap pelana (Jawa), ragam
hias (stilisasi bunga, binatang, dan huruf-huruf China). Selain rumah
bernuansa tempo dulu, rumah di Kampung Ketandan yang berada di jalan
utama juga sudah banyak yang mengikuti arus modernisasi. Hal ini
dikarenakan tuntutan eksistensi masing-masing pemilik bangunan dan
bangunan berarsitektur Tionghoa yang sudah rapuh, sehingga perlu
direnovasi. Dilihat dari tipologinya, di Kampung Ketandan ada beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
tipe rumah yang terdapat di jalan utama, antara lain: rumah satu lantai,
rumah dua lantai tanpa teras, serta rumah dua lantai dengan teras dan
berpagar.
Berdasarkan pengamatan untuk rumah yang ada di gang-gang
Kampung Ketandan umumnya relatif sempit dan juga digunakan untuk
membuka usaha kecil-kecilan yang terdapat di dalam rumah. Pada
umumnya rumah tersebut memiliki dua lantai dan masing-masing lantai
hanya memiliki satu kamar saja, sehingga rumah yang ada di gang-gang
Kampung Ketandan umumnya hanya memiliki dua kamar saja. Sehingga
rumah tangga yang memiliki jumlah anggota keluarga yang banyak harus
tidur bersama yang terdiri dari orang tua, anak, dan anggota keluarga yang
lainnya. Keadaan rumah yang berada di gang-gang Kampung Ketandan juga
kurang terjaga kebersihannya, seperti banyaknya hewan peliharaan yang
terdapat di depan rumah (ayam, burung, dan anjing) berdekatan dengan
sumur dan juga banyaknya sampah plastik yang terdapat di sekitar rumah.
Hal inilah yang membuat rumah di gang-gang Kampung Ketandan terkesan
kumuh. Bangunan rumah yang ada di gang-gang Kampung Ketandan
sebagian besar juga masih ada yang berdinding kayu.
3. Keadaan Ekonomi
Dalam penelitian ini didapati bahwa masyarakat Kampung
Ketandan memiliki taraf kehidupan yang cenderung mapan. Hal ini terlihat
dari profesi masyarakat yang rata-rata berprofesi sebagai pedagang emas
dan permata, toko kelontong, toko herbal, kuliner, dan juga berbagai toko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
penyedia kebutuhan pokok lainnya. Walaupun ada beberapa masyarakatnya
yang berprofesi sebagai karyawan swasta, PNS, maupun dokter. Profesi
sebagai pedagang emas dan permata di Kampung Ketandan didominasi oleh
etnis Tionghoa, pedagang kelontongan (kebutuhan pokok) didominasi oleh
etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Sedangkan untuk profesi lainnya dilakukan
oleh berbagai etnis, seperti etnis Padang.
Pemenuhan kebutuhan hidup rumah tangga di Kampung Ketandan
dapat dilakukan oleh kepala keluarga seorang atau dibantu oleh istri. Akan
tetapi untuk pemenuhan kebutuhan hidup seperti kebutuhan pokok dan
pendidikan anak yang masih duduk di sekolah dasar, menengah, dan atas,
serta memiliki jumlah anak yang sedikit, yaitu kurang dari 3 anak sebagian
besar cukup dipenuhi oleh hasil kerja dari kepala keluarga. Hal ini
dibuktikan dari hasil penelitian berupa wawancara yang menyatakan bahwa
ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang hanya berprofesi
sebagai ibu rumah tangga atau tidak memiliki pekerjaan karena mereka
memiliki jumlah anak yang sedikit, masih kecil, dan duduk di sekolah dasar,
menengah, dan atas. Sedangkan untuk keluarga yang istrinya ikut
membantu dalam pemenuhan kebutuhan hidup, hal ini dikarenakan
keluarga tersebut memiliki anak yang sedang berada di perguruan tinggi,
memiliki jumlah anak yang banyak, dan karena sang istri sendiri ingin ikut
bekerja, yaitu menjadi wanita karir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4. Keadaan Sosial dan Budaya
Jumlah penduduk di Kampung Ketandan berjumlah 224 penduduk.
Berdasarkan hasil pendataan yang dilakukan oleh ketua RW terdapat 135
penduduk etnis Tionghoa, yang meliputi etnis Tionghoa totok dan
peranakan. Sedangkan untuk etnis Jawa terdapat 89 penduduk, yang
meliputi etnis Jawa Yogyakarta dan etnis Jawa Banjarnegara. Penduduk di
Kampung Ketandan juga memeluk agama yang beraneka ragam, yang
meliputi agama islam, buddha, kristen, dan katolik. Etnis Tionghoa di
Kampung Ketandan rata-rata memeluk agama katolik, sedangkan untuk
etnis Jawa rata-rata memeluk agama islam.
Pada umumnya warga dalam satu RW saling mengenal satu sama
lain dan memiliki hubungan yang baik, walaupun dengan RW yang berbeda
warga di Kampung Ketandan tetap saling mengenal dan memiliki hubungan
yang baik, baik yang Tionghoa, Jawa, dan etnis lainnya. Hal ini dibuktikan
pada saat peneliti melakukan pencarian rumah responden dengan sangat
mudah. Tingginya tingkat saling mengenal satu sama lain dan memiliki
hubungan yang baik ini dikarenakan rumah mereka saling berdekatan, etnis
Tionghoa yang sudah seperti etnis Jawa, yaitu etnis Tionghoa yang sudah
tidak bisa lagi berbahasa Tionghoa melainkan bisa berbahasa Jawa, dan
adanya berbagai acara yang diadakan di Kampung Ketandan, seperti acara
tahun baru Imlek (Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta) yang bukan hanya
menampilkan kebudayaan Tionghoa, melainkan juga kebudayaan Jawa,
seperti pertunjukan wacinwa (wayang cina jawa) yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
pertunjukan wayang hasil akulturasi budaya Tionghoa dan budaya Jawa.
Maka setiap kali diadakannya acara tahun baru Imlek (Pekan Budaya
Tionghoa Yogyakarta) bukan hanya dimeriahkan dan dipersiapkan oleh
etnis Tionghoa saja, melainkan juga etnis lainnya yang tinggal di Kampung
Ketandan juga ikut mempersiapkan dan ikut memeriahkannya.
B. Deskripsi Responden
1. Agama
Tabel IV.1
Agama Responden
No Agama Tionghoa Jawa
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 Islam - 0% 8 47,06%
2 Buddha 3 16,67% - 0%
3 Kristen 6 33,33% 2 11,76%
4 Katolik 9 50,00% 7 41,18%
Total 18 100% 17 100%
Sumber : data primer, 2016
Berdasarkan Tabel IV.1 Agama Responden, etnis Tionghoa banyak
yang beragama katolik dengan jumlah 9 responden atau 50,00%. Sedangkan
untuk etnis Jawa, banyak yang beragama islam dengan jumlah 8 responden
atau 47,06%.
2. Usia
Tabel IV.2
Usia Responden
No Usia Tionghoa Jawa
Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 20 – 30 - 0% 1 5,88%
2 31 – 40 15 83,33% 11 64,71%
3 41 – 50 2 11,11% 3 17,65%
4 51 – 60 1 5,56% 2 11,76%
Total 18 100% 17 100%
Sumber : data primer, 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Berdasarkan Tabel IV.2 Usia Responden, etnis Tionghoa banyak
yang memiliki usia antara 31 – 40 tahun dengan jumlah 15 responden atau
83,33%, begitu juga dengan etnis Jawa banyak yang memiliki usia antara
31 – 40 tahun dengan jumlah 11 responden atau 64,71%.
C. Deskripsi Variabel
Data statistika dalam penelitian ini merupakan non-parametrik yang
terdiri atas data nominal dan ordinal. Oleh karena itu, untuk pengukuran
statistika deskriptif dalam penelitian ini menggunakan modus sebagai
pengukuran pusat datanya, yaitu menggunakan nilai yang sering muncul dalam
kelompok data.
1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Responden
Hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer SPSS
Versi 16, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan penilaian variabel
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel IV.3
Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga Etnis Tionghoa
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid RENDAH 3 16.7 16.7 16.7
SEDANG 13 72.2 72.2 88.9
TINGGI 2 11.1 11.1 100.0
Total 18 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Tionghoa banyak yang
memiliki kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga yang sedang
dengan jumlah 14 responden atau 77,8%. Maka dapat disimpulkan, masih
banyak responden etnis Tionghoa yang belum rutin dalam mengelola
keuangan rumah tangga, yang meliputi pembuatan rencana keuangan,
pembuatan rincian kebutuhan, pembuatan pos-pos pengeluaran, melakukan
pencatatan penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk
pembayaran pengeluaran tahunan (pengeluaran hari raya, STNK dan PBB),
melakukan pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang,
mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum
melakukan kegiatan konsumsi, dan melakukan penentuan investasi yang
tepat dengan mempertimbangkan tujuan, jangka waktu, dan produknya.
Tabel IV.4
Distribusi Frekuensi Kategori Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga Etnis Jawa
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid RENDAH 2 11.8 11.8 11.8
SEDANG 12 70.6 70.6 82.4
TINGGI 3 17.6 17.6 100.0
Total 17 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang
memiliki kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga yang sedang
dengan jumlah 12 responden atau 70,6%. Maka dapat disimpulkan, masih
banyak etnis Jawa yang belum rutin dalam mengelola keuangan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
tangganya, yang meliputi pembuatan rencana keuangan, pembuatan rincian
kebutuhan, pembuatan pos-pos pengeluaran, melakukan pencatatan
penghasilan, menggunakan penghasilan tahunan untuk pembayaran
pengeluaran tahunan (pengeluaran hari raya, STNK dan PBB), melakukan
pemenuhan kebutuhan rumah tangga dengan berhutang, mengalokasikan
pendapatan untuk menabung, menabung sebelum melakukan kegiatan
konsumsi, dan menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan
tujuan, jangka waktu, dan produknya.
2. Status Sosial Ekonomi Responden
Hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer SPSS
Versi 16, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan penilaian variabel
status sosial ekonomi, yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
dan pendapatan dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
a. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal akhir yang
berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Tingkat pendidikan dalam penelitian ini, meliputi: SD dan SMP,
SMA/SMK, serta Diploma dan Sarjana dengan kategori dasar,
menengah, dan tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel IV.5
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid DASAR 5 27.8 27.8 27.8
MENENGAH 5 27.8 27.8 55.6
TINGGI 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Tionghoa banyak
yang memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu diploma dan sarjana
dengan jumlah 8 responden atau 44,4%.
Tabel IV.6
Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Etnis Jawa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid DASAR 3 17.6 17.6 17.6
MENENGAH 5 29.4 29.4 47.1
TINGGI 9 52.9 52.9 100.0
Total 17 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang
memiliki tingkat pendidikan tinggi, yaitu diploma dan sarjana dengan
jumlah 9 responden atau 52,9%.
b. Jenis Pekerjaan
Jenis Pekerjaan adalah aktivitas ibu rumah tangga yang sifatnya
tetap yang dilakukan guna mendapatkan penghasilan untuk memenuhi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kebutuhan rumah tangga. Jenis pekerjaan dalam penelitian ini meliputi:
tidak bekerja, karyawan swasta, wirausaha, dan pegawai negeri.
Tabel IV.7
Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid TIDAK BEKERJA 4 22.2 22.2 22.2
KARYAWAN SWASTA 2 11.1 11.1 33.3
WIRAUSAHA 12 66.7 66.7 100.0
Total 18 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Tionghoa banyak
yang memiliki jenis pekerjaan wirausaha dengan jumlah 12 responden
atau 66,7%.
Tabel IV.8
Distribusi Frekuensi Jenis Pekerjaan Etnis Jawa
Frequency Percent
Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid TIDAK BEKERJA 2 11.8 11.8 11.8
KARYAWAN SWASTA 11 64.7 64.7 76.5
WIRAUSAHA 3 17.6 17.6 94.1
PEGAWAI NEGERI 1 5.9 5.9 100.0
Total 17 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang
memiliki jenis pekerjaan karyawan swasta dengan jumlah 11 responden
atau 64,7%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
c. Pendapatan
Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh oleh ibu
rumah tangga selama satu bulan. Pendapatan dalam penelitian ini
mengacu pada pendapatan minimum (UMK) yang telah berlaku di kota
Yogyakarta tahun 2016, yaitu Rp 1.452.400,00.
Tabel IV.9
Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Tionghoa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 4 22.2 22.2 22.2
SEDANG 10 55.6 55.6 77.8
TINGGI 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Tionghoa banyak
yang memiliki pendapatan yang berada dikategori sedang, yaitu Rp
1.452.400,00 - Rp 3.452.399,00 dengan jumlah 10 orang atau 55,6%.
Tabel IV.10
Distribusi Frekuensi Pendapatan Etnis Jawa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 2 11.8 11.8 11.8
SEDANG 11 64.7 64.7 76.5
TINGGI 4 23.5 23.5 100.0
Total 17 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang
memiliki pendapatan yang berada di kategori sedang, yaitu Rp
1.452.400,00 – Rp 3.452.399,00 dengan jumlah 11 orang atau 64,7%.
3. Gaya Hidup Responden
Hasil perhitungan yang dilakukan dengan bantuan komputer SPSS
Versi 16, menunjukkan bahwa distribusi frekuensi dan penilaian variabel
gaya hidup dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:
Tabel IV.11
Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup Etnis Tionghoa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid MEWAH 18 100.0 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel di atas, seluruh responden etnis Tionghoa
memiliki gaya hidup yang mewah dengan jumlah 18 responden atau
100,0%. Maka dapat disimpulkan, seluruh responden etnis Tionghoa
memiliki frekuensi pola konsumsi dan gaya berpakaian ≥ 3 kali dalam
sebulan, serta memiliki frekuensi pola rekreasi yang meliputi kegiatan
rekreasi bersama keluarga, yang dilakukan pada waktu luang, dengan tarif
yang mahal ≥ 3 kali dalam sebulan dan juga berlibur keluar kota saat liburan
panjang ≥ 3 kali dalam setahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel IV.12
Distribusi Frekuensi Kategori Gaya Hidup Etnis Jawa
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SEDERHANA 4 23.5 23.5 23.5
MEWAH 13 76.5 76.5 100.0
Total 17 100.0 100.0
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan tabel di atas, responden etnis Jawa banyak yang
memiliki gaya hidup yang mewah dengan jumlah 13 responden atau 76,5%.
Maka dapat disimpulkan, responden etnis Jawa banyak yang memiliki
frekuensi pola konsumsi dan gaya berpakaian ≥ 3 kali dalam sebulan, serta
memiliki frekuensi pola rekreasi yang meliputi kegiatan rekreasi bersama
keluarga, yang dilakukan pada waktu luang, dengan tarif yang mahal ≥ 3
kali dalam sebulan dan juga berlibur keluar kota saat liburan panjang ≥ 3
kali dalam setahun.
D. Analisis Data
1. Pengujian Prasyarat
a. Uji Normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk melihat apakah sebaran
data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas
hanya digunakan untuk mengukur data yang berskala ordinal. Oleh
karena itu, uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan pada variabel
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, gaya hidup, status
sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan. Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
normalitas dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorof-smirnov
dengan tingkat kepercayaan 5% atau 0,05. Jika signifikansi > 0,05 maka
memiliki data residual yang berdistribusi normal.
Berikut ini tabel hasil One Sample Kolmogrof-Smirnov Test:
Tabel IV.13
Hasil Uji Normalitas Etnis Tionghoa
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TINGKAT_PENDIDIKAN PENDAPATAN KPK GH
N 18 18 18 18
Normal Parametersa Mean 2.1667 2.0000 45.1111 35.6667
Std. Deviation .85749 .68599 7.65344 4.20084
Most Extreme Differences Absolute .279 .278 .129 .166
Positive .191 .278 .125 .166
Negative -.279 -.278 -.129 -.159
Kolmogorov-Smirnov Z 1.183 1.179 .547 .704
Asymp. Sig. (2-tailed) .122 .124 .926 .704
a. Test distribution is Normal.
Sumber : data primer, diolah 2016
Dari hasil olah data diperoleh nilai signifikansi Asymp. Sig (2-
tailed) untuk etnis Tionghoa pada variabel kompetensi pengelolaan
keuangan rumah tangga sebesar 0,926, variabel gaya hidup sebesar
0,704, variabel status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan
sebesar 0,122, dan status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan
sebesar 0,124. Apabila dibandingkan dengan signifikansi > 0,05, maka
dapat disimpulkan bahwa residual data berdistribusi normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tabel IV.14
Hasil Uji Normalitas Etnis Jawa
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TINGKAT_PENDIDIKAN PENDAPATAN KPK GH
N 17 17 17 17
Normal Parametersa Mean 2.3529 2.1176 47.5294 32.4118
Std. Deviation .78591 .60025 9.31476 4.67786
Most Extreme Differences Absolute .324 .342 .202 .256
Positive .205 .342 .202 .114
Negative -.324 -.305 -.092 -.256
Kolmogorov-Smirnov Z 1.337 1.412 .833 1.055
Asymp. Sig. (2-tailed) .056 .037 .492 .215
a. Test distribution is Normal.
Sumber : data primer, diolah 2016
Dari hasil olah data diperoleh nilai signifikansi Asymp. Sig (2-
tailed) untuk etnis Jawa pada variabel kompetensi pengelolaan keuangan
rumah tangga sebesar 0,492, variabel gaya hidup sebesar 0,215, variabel
status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan sebesar 0,056,
dan status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan sebesar 0,037.
Apabila dibandingkan dengan signifikansi > 0,05, maka dapat
disimpulkan bahwa residual data ada yang berdistribusi tidak normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas etnis Tionghoa dan etnis Jawa
terdapat residual data yang berdistribusi tidak normal, yaitu pada variabel
status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan untuk etnis Jawa sebesar
0,037 yang nilai signifikansi < 0,05. Oleh karena itu, analisis selanjutnya
menggunakan analisis non parametrik, yaitu uji Mann Whitney Test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Mann Whitney Test
Uji Mann-Whitney Test merupakan statistika non-parametrik.
Statistika non-parametrik digunakan untuk menganalisis data yang
berskala nominal dan ordinal dari populasi yang bebas distribusi (tidak
harus berdistribusi normal). Analisis Mann Whitney Test juga
merupakan alternatif bagi uji-t. Analisis ini digunakan untuk
membandingkan dua sampel bebas dan dapat digunakan untuk
membandingkan dua sampel yang memiliki perbedaan jumlah data. Uji
Mann Whitney Test juga digunakan bila datanya berskala ordinal.
1) Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa
dan Etnis Jawa
Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.15
Deskriptif Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga
Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
KPK TIONGHOA 18 17.17 309.00
JAWA 17 18.88 321.00
Total 35
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan data kompetensi pengelolaan keuangan rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat
dilihat pada tabel di atas Mean Rank kompetensi pengelolaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
keuangan rumah tangga etnis Tionghoa (17,17) lebih kecil dari pada
Mean Rank etnis Jawa (18,88).
Tabel IV.18
Hasil Uji Mann Whitney Kompetensi Pengelolaan Keuangan
Rumah Tangga
KPK
Mann-Whitney U 138.000
Wilcoxon W 309.000
Z -.624
Asymp. Sig. (2-tailed) .533
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .636a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 = tidak terdapat perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan
rumah tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa
Ha = ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah
tangga antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha
(0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05).
Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa,
menunjukkan bahwa sig. 2 tailed sebesar 0,533 > 0,05 maka H0
diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga antar etnis
Tionghoa dan etnis Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
2) Status sosial ekonomi etnis Tionghoa dan etnis Jawa
a) Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Tingkat Pendidikan
Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.17
Deskriptif Tingkat Pendidikan Etnis Tionghoa dan Etnis
Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
TINGKAT_PENDIDIKAN TIONGHOA 18 17.00 306.00
JAWA 17 19.06 324.00
Total 35
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan data tingkat pendidikan etnis Tionghoa dan
etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di
atas Mean Rank tingkat pendidikan etnis Tionghoa (17,00) lebih
kecil dari pada Mean Rank etnis Jawa (19,06).
Tabel IV.18
Hasil Uji Mann Whitney Tingkat Pendidikan
TINGKAT_PENDIDIKAN
Mann-Whitney U 135.000
Wilcoxon W 306.000
Z -.644
Asymp. Sig. (2-tailed) .520
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .568a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 = tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari
tingkat pendidikan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Ha = ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat
pendidikan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed >
alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed <
alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel
status sosial ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa sig.
2 tailed sebesar 0,520 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan status sosial
ekonomi dilihat dari tingkat pendidikan etnis Tionghoa dan etnis
Jawa.
b) Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Jenis Pekerjaan
Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.19
Deskriptif Jenis Pekerjaan Etnis Tionghoa dan Etnis
Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
JENIS_PEKERJAAN TIONGHOA 18 20.22 364.00
JAWA 17 15.65 266.00
Total 35
Sumber : data primer, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Berdasarkan data jenis pekerjaan etnis Tionghoa dan
etnis Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di
atas Mean Rank jenis pekerjaan etnis Tionghoa (20,22) lebih
besar dari pada Mean Rank etnis Jawa (15,65).
Tabel IV.20
Hasil Uji Mann Whitney Jenis Pekerjaan
JENIS_PEKERJAAN
Mann-Whitney U 113.000
Wilcoxon W 266.000
Z -1.419
Asymp. Sig. (2-tailed) .156
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .195a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 = tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat
dari jenis pekerjaan antar etnis Tionghoa dan etnis
Jawa.
Ha = ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis
pekerjaan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed >
alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed <
alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel
status sosial ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
sig. 2 tailed sebesar 0,156 > 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan status sosial
ekonomi dilihat dari jenis pekerjaan antar etnis Tionghoa dan
etnis Jawa.
c) Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Pendapatan
Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.21
Deskriptif Pendapatan Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
PENDAPATAN TIONGHOA 18 17.22 310.00
JAWA 17 18.82 320.00
Total 35
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan data pendapatan etnis Tionghoa dan etnis
Jawa di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean
Rank pendapatan etnis Tionghoa (17,22) lebih kecil dari pada
Mean Rank etnis Jawa (18,82).
Tabel IV.22
Hasil Uji Mann Whitney Pendapatan Ibu Rumah Tangga
PENDAPATAN
Mann-Whitney U 139.000
Wilcoxon W 310.000
Z -.527
Asymp. Sig. (2-tailed) .598
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .660a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 = tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat
dari pendapatan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Ha = ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari
pendapatan antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed >
alpha (0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed <
alpha (0,05). Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel
status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan etnis Tionghoa dan
etnis Jawa, menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar 0,598
> 0,05 maka H0 diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan
antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
3) Gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa
Berikut ini tabel hasil uji Mann Whitney Test:
Tabel IV.23
Deskriptif Gaya Hidup Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
GH TIONGHOA 18 20.00 360.00
JAWA 17 15.88 270.00
Total 35
Sumber : data primer, diolah 2016
Berdasarkan data gaya hidup etnis Tionghoa dan etnis Jawa
di Kampung Ketandan, dapat dilihat pada tabel di atas Mean Rank
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
gaya hidup etnis Tionghoa (20,00) lebih besar dari pada Mean Rank
etnis Jawa (15,88).
Tabel IV.24
Hasil Uji Mann Whitney Gaya Hidup
GH
Mann-Whitney U 117.000
Wilcoxon W 270.000
Z -2.155
Asymp. Sig. (2-tailed) .031
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .245a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
Sumber : data primer, diolah 2016
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 = tidak terdapat perbedaan gaya hidup antar etnis Tionghoa
dan etnis Jawa.
Ha = ada perbedaan gaya hidup antar etnis Tionghoa dan etnis
Jawa.
Kriteria bahwa H0 diterima adalah nilai sig. 2 tailed > alpha
(0,05). Sedangkan Ha diterima jika nilai sig. 2 tailed < alpha (0,05).
Dari hasil uji Mann Whitney Test pada variabel gaya hidup etnis
Tionghoa dan etnis Jawa, menunjukkan bahwa sig. 2 tailed sebesar
0,031 < 0,05 maka Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan gaya hidup antar etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
E. Pembahasan
1. Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Masyarakat di
Kampung Ketandan Yogyakarta
Kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga masyarakat di
Kampung Ketandan, yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan
etnis Jawa sudah cukup baik. Hal ini dapat di lihat dari pembuatan rencana
keuangan, rincian kebutuhan, dan pembuatan pos-pos pengeluaran. Dalam
hal pembuatan rencana keuangan, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa
maupun etnis Jawa sering membuat perencanaan keuangan untuk tujuan
jangka pendek maupun jangka panjang, dan mereka juga sering membuat
pos-pos pengeluaran baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka
panjang, seperti biaya hidup sehari-hari dan kebutuhan jangka panjang,
seperti tabungan, asuransi, dan investasi.
Ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa juga sering
melakukan pencatatan berupa penghasilan yang diterimanya setiap bulan.
Dengan pencatatan ini, mereka dapat mengetahui besarnya biaya yang akan
di keluarkan baik untuk kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang.
Begitu juga dalam hal penggunaan penghasilan tahunan, baik ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa menggunakan penghasilan yang
diterima oleh mereka pada saat hari raya atau Tunjangan Hari Raya (THR)
untuk berbagai keperluan seperti pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan
(PBB), pengeluaran saat hari raya, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Terkait dengan hal pemenuhan kebutuhan, baik ibu rumah tangga
etnis Tionghoa maupun etnis Jawa tidak terlepas dari pinjaman atau hutang
yang diberikan oleh orang lain. Akan tetapi, mereka tidak selalu berhutang
dalam hal pemenuhan kebutuhan mereka. Mereka berhutang hanya pada
saat keadaan mendesak saja. Dalam hal investasi, baik ibu rumah tangga
etnis Tionghoa dan etnis Jawa sering memilih dan menentukan investasi
yang tepat dengan berbagai pertimbangan seperti tujuan, jangka waktu, dan
produk dari investasi tersebut, sehingga kebutuhan rumah tangga dapat
terpenuhi.
Ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga
mengalokasikan pendapatan yang diterimanya untuk menabung yang
dilakukannya sebelum melakukan kegiatan konsumsi. Hal ini bertujuan
agar tujuan jangka panjang dapat terpenuhi.
Walaupun ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa
melakukan pengelolaan keuangan rumah tangga, akan tetapi pengelolaan
keuangan rumah tangga tersebut tidak rutin dilakukan. Hal ini dikarenakan
penghasilan yang diterima oleh etnis Tionghoa maupun etnis Jawa hanya
cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Penghasilan sebulan cukup untuk
kebutuhan pokok sebulan saja. Hal inilah yang menyebabkan ibu rumah
tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa tidak membuat perencanaan
keuangan secara rutin untuk jangka pendek maupun jangka panjang, seperti
untuk kebutuhan sehari-hari, tabungan, investasi, dan lain-lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
2. Status Sosial Ekonomi Masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta
a. Status Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Ketandan Yang Dilihat
dari Tingkat Pendidikan
Salah satu hal yang mempengaruhi status sosial ekonomi
masyarakat yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis
Jawa adalah tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan adalah faktor
pendorong perubahan status sosial ibu rumah tangga di lingkungan
masyarakat sekitar maupun masyarakat luas. Secara geografis,
Kampung Ketandan tepat berada di kota Yogyakarta, sehingga untuk
mengakses pendidikan, masyarakat Kampung Ketandan memiliki
kemudahan untuk mendapatkan pendidikan.
Tingkat pendidikan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis
Jawa sebagian besar sudah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.
Banyaknya ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di
Kampung Ketandan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi
dikarenakan ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa melihat
bahwa pendidikan adalah suatu kebutuhan.
Bagi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dengan memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi, maka mereka akan lebih menguasai segala
macam jenis pekerjaan. Terutama jenis pekerjaan yang dimiliki oleh
mereka adalah wirausaha. Dalam jenis pekerjaan tersebut peran mereka
adalah sebagai pemimpin yang harus mengerti segala sesuatu hal.
Sedangkan untuk ibu rumah tangga etnis Jawa dengan memiliki tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
pendidikan yang tinggi, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan
yang layak, serta pendapatan yang tinggi pula.
Ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa yang memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi juga lebih dihargai di lingkungan
Kampung Ketandan, dikarenakan mereka memiliki pengetahuan yang
lebih luas dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang tidak memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi.
b. Status Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Ketandan Dilihat dari
Jenis Pekerjaan
Berbagai kegiatan dilakukan oleh masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Jenis pekerjaan akan menentukan pendapatan
yang diterimanya agar dapat memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu,
seseorang yang memiliki jenis pekerjaan yang baik, akan memiliki
status sosial ekonomi yang baik juga.
Berdasarkan hasil penelitian, jenis pekerjaan ibu rumah tangga
etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan memiliki jenis
pekerjaan yang berbeda, yaitu ibu rumah tangga etnis Tionghoa
memiliki jenis pekerjaan wirausaha, sedangkan untuk etnis Jawa
memiliki jenis pekerjaan karyawan swasta. Adanya perbedaan jenis
pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan
biasanya didasarkan pada kemampuan atau keahlian yang dimiliki oleh
masing-masing etnis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada etnis
Tionghoa, alasan mereka lebih memilih berwirausaha dikarenakan jenis
pekerjaan tersebut lebih santai dan tidak adanya atasan atau pimpinan
yang akan memerintah mereka, serta dengan berwirausaha mereka
bukan hanya terpaku pada satu jenis pekerjaan saja akan tetapi dapat
melakukan segala macam jenis pekerjaan yang mereka inginkan dan
yang memiliki peluang atau keuntungan yang besar. Sedangkan untuk
etnis Jawa, berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, mereka lebih
memilih menjadi karyawan dibandingkan dengan berwirausaha
dikarenakan mereka tidak memiliki modal untuk membuka usaha dan
juga mereka tidak berani mengambil risiko karena besar kecilnya jumlah
pendapatan yang diterima dari berwirausaha tidak menentu, berbeda
jika mereka menjadi karyawan yang penghasilannya sudah menentu
setiap bulannya.
c. Status Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Ketandan Dilihat dari
Pendapatan
Status seseorang di masyarakat dapat dilihat dari berbagai
indikator sesuai dengan persepsi masyarakat setempat tentang sesuatu
hal yang membuat seseorang dipandang lebih tinggi dari pada yang lain,
seperti kekayaan, jabatan, ataupun pendidikan. Pada umumnya,
indikator yang mudah dilihat guna mengukur status sosial ekonomi
seseorang dalam struktur sosial masyarakat adalah aspek ekonomi, yaitu
pendapatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Pendapatan masyarakat di Kampung Ketandan yang meliputi
ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa ada yang tinggi, sedang,
dan rendah. Tinggi, sedang, dan rendahnya pendapatan yang diterima
oleh ibu rumah tangga di Kampung Ketandan di pengaruhi oleh jenis
pekerjaan mereka. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar ibu
rumah tangga di Kampung Ketandan rata-rata berpendapatan sedang
Rp. 1.452.400,00 – Rp. 3.452.399,00. Hal ini dikarenakan jumlah
anggota keluarga dalam satu rumah tangga hanya terdiri dari suami,
istri, dan 2 – 3 orang anak, sehingga mereka tidak berkeinginan untuk
mencari penghasilan tambahan. Besarnya pendapatan yang diterima
oleh ibu rumah tangga di lingkungan masyarakat Kampung Ketandan
juga tidak serta merta memberikan predikat orang tersebut mendapat
penghormatan lebih tinggi dari pada orang yang secara ekonomi masuk
kategori kelas menengah ke bawah.
3. Gaya Hidup Masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta
Masyarakat di Kampung Ketandan, yang meliputi ibu rumah tangga
etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki gaya hidup yang mewah. Hal ini
dikarenakan adanya faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Etnis
Tionghoa di Kampung Ketandan sudah lama hidup berdampingan dengan
etnis Jawa, sehingga menyebabkan mereka memiliki gaya hidup yang sama
yaitu gaya hidup yang mewah.
Gaya hidup mewah tersebut dapat dilihat dari pola konsumsi yang
meliputi frekuensi atau tingkat seberapa sering para ibu rumah tangga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
mengkonsumsi makanan dan minuman bermerek internasional,
mengkonsumsi makanan dan minuman di restoran dengan tarif yang mahal,
mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengikuti iklan, dan
berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan dalam satu bulan.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan kepada ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa, terlihat bahwa baik ibu rumah tangga
etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sering mengkonsumsi makanan dan
minuman bermerek internasional di restoran dengan tarif yang mahal,
seperti hoka-hoka bento, JCO, Pizza Hut, Sushi Tei, dan lain-lain. Selain
itu, mereka juga sering berbelanja makanan dan minuman di pusat
pertokoan, seperti carefour, hypermart, Giant, dan lain-lain.
Selain dilihat dari pola konsumsi, gaya hidup mewah ibu rumah
tangga juga dapat dilihat dari gaya berpakaian, yang meliputi frekuensi atau
tingkat seberapa sering menggunakan pakaian yang mengikuti mode
pakaian terbaru dan melakukan pertimbangan kualitas pakaian, merek
pakaian, serta harga pakaian sebelum membelinya dalam satu bulan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu rumah tangga
etnis Tionghoa dan etnis Jawa, terlihat bahwa, baik ibu rumah tangga etnis
Tionghoa maupun etnis Jawa sering menggunakan pakaian dengan mode
terbaru. Mereka sering membeli pakaian yang sedang up to date. Selain itu,
mereka juga selalu mempertimbangkan kualitas, merek dan harga dari
pakaian yang mereka beli. Mereka lebih menyukai pakaian yang bermerek
dikarenakan pakaian dengan merek yang cukup terkenal mempunyai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
kualitas yang bagus seperti tahan lama atau awet, serta warnanya tidak
mudah luntur, dan lain-lain yang pada akhirnya merek dan kualitas tersebut
mempengaruhi tingkat harga dari pakaian yang mereka beli atau konsumsi.
Selanjutnya, gaya hidup mewah dari ibu rumah tangga juga dapat
dilihat dari pola rekreasi, yang meliputi frekuensi atau tingkat seberapa
sering mengisi waktu luang dengan berekreasi dan pergi berekreasi ke
tempat dengan tarif yang mahal dalam satu bulan, serta seberapa sering
berlibur ke luar kota saat liburan panjang dalam satu tahun. Berdasarkan
hasil wawancara yang dilakukan kepada ibu rumah tangga etnis Tionghoa
dan etnis Jawa, mereka sering pergi berekreasi seperti ke luar kota maupun
ke luar negeri, seperti Bali, Bogor, Singapura, dan Malaysia dan dengan tarif
yang cukup mahal seperti Waterbom Bali, Universal Studio, dan Menara
Kembar Petronas.
4. Perbedaan Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga antar Etnis
Tionghoa dan Etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar
0,533. Nilai tersebut lebih besar dari pada nilai alpha 0,05 yang digunakan,
sehingga H0 diterima (0,533 > 0,05). Maka dapat disimpulkan tidak terdapat
perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga (pengelolaan
keuangan, tabungan, dan investasi) antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Tidak adanya perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah
tangga baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa
dikarenakan mereka sama-sama tidak rutin dalam melakukan pengelolaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
keuangan rumah tangganya yang berupa pembuatan rencana keuangan,
rincian kebutuhan, pos-pos pengeluaran, mencatat penghasilan baik bulanan
maupun tahunan, dan masih melakukan pemenuhan kebutuhan dengan
berhutang. Sedangkan untuk tabungan dan investasi, baik ibu rumah tangga
etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga sama-sama tidak rutin dalam
mengalokasikan pendapatan untuk menabung, menabung sebelum
melakukan kegiatan konsumsi, dan juga tidak selalu menentukan investasi
yang tepat dengan mempertimbagkan tujuan dan jangka waktunya.
Etnis Tionghoa dan etnis Jawa sama-sama tidak rutin dalam
melakukan perencanaan keuangan rumah tangga. Hal ini terlihat dari
jarangnya kedua etnis tersebut dalam membuat perencanaan keuangan
jangka pendek maupun jangka panjang. Perencanaan keuangan jangka
pendek seperti biaya kebutuhan sehari-hari, bulananan, dan lain-lain.
Sedangkan untuk perencanaan kebutuhan untuk jangka panjang seperti
tabungan, asuransi, dan investasi. Selain itu, etnis Tionghoa dan etnis Jawa
juga sama-sama tidak rutin dalam melakukan pencatatan penghasilan, baik
bulanan maupun tahunan. Hal ini dikarenakan penghasilan yang diterima
biasanya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja. Penghasilan
sebulan cukup untuk kebutuhan pokok sebulan saja.
Etnis Tionghoa dan etnis Jawa dalam hal pemenuhan kebutuhan
seringkali juga masih berhutang. Hal ini biasanya terjadi pada keadaan yang
mendesak seperti sakit yang membutuhkan biaya yang banyak. Selain itu,
etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga tidak rutin dalam mengalokasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
pendapatan untuk menabung. Hal ini juga terkait dengan besarnya
pendapatan atau penghasilan yang mereka terima. Pendapatan yang mereka
terima tersebut terkadang tidak cukup untuk kebutuhan sehari-hari,
sehingga mereka tidak memiliki uang yang lebih untuk dialokasikan ke
tabungan dan investasi. Padahal menurut Gilarso (2004: 65), besar kecilnya
pendapatan bukanlah suatu alasan yang tepat bagi seseorang untuk tidak
melakukan pengelolaan keuangan, melainkan keinginan seseorang untuk
mencapai ekonomi yang sehat, yaitu walaupun memiliki penghasilan yang
kecil namun tidak memiliki hutang.
5. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Antar Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di
Kampung Ketandan Yogyakarta
a. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Tingkat Pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar
0,520. Nilai tersebut lebih besar dari nilai alpha 0,05 yang digunakan,
sehingga H0 diterima (0,520 > 0,05). Maka dapat disimpulkan tidak
terdapat perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat
pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Tidak terdapat perbedaan tingkat pendidikan antara ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa dikarenakan baik ibu rumah
tangga etnis Tionghoa maupun etnis Jawa sama-sama memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi, serta responden etnis Tionghoa dalam
penelitian ini sebagian besar berusia di bawah 40 tahun. Sehingga saat
responden menempuh pendidikan tidak adanya lagi diskriminasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
terhadap etnis Tionghoa, yang pada awalnya etnis Tionghoa tidak diberi
kebebasan untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi
pada saat pemerintahan Soeharto. Akan tetapi, pada tahun 1967
pemerintahan Soeharto telah memberikan kebebasan kepada etnis
Tionghoa untuk menempuh pendidikan sampai ke jenjang yang lebih
tinggi dengan syarat pelarangan sekolah-sekolah Tionghoa dan
menganjurkan anak-anak etnis Tionghoa untuk masuk ke sekolah umum
negeri atau swasta.
Kebebasan etnis Tionghoa untuk menempuh pendidikan sampai
ke jenjang yang lebih tinggi tanpa adanya diskriminasi inilah yang
menyebabkan etnis Tionghoa memiliki tingkat pendidikan setara
dengan etnis Jawa. Hal ini dikarenakan etnis Tionghoa bebas untuk
menempuh pendidikan setinggi mungkin.
Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto (2004: 97), bahwa etnis
Tionghoa dibagi menjadi dua, yaitu generasi muda dan generasi tua.
Generasi tua, yaitu yang memiliki usia 40 tahun ke atas banyak
diantaranya yang mendapatkan pendidikan di sekolah Tionghoa dengan
adanya diskriminasi, sedangkan untuk generasi muda, yaitu yang
memiliki usia di bawah 40 tahun sudah mendapatkan pendidikan yang
ditawarkan oleh pemerintah Indonesia tanpa adanya diskriminasi,
stereotip, dan bahkan tragedi yang dialami oleh etnis Tionghoa generasi
tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
b. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Jenis Pekerjaan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar
0,156. Nilai tersebut lebih besar dari pada nilai alpha 0,05 yang
digunakan sehingga H0 diterima (0,156 > 0,05). Maka dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat
dari jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Tidak ada perbedaan jenis pekerjaan antara etnis Tionghoa dan
etnis Jawa dikarenakan sebagian besar ibu rumah tangga yang menjadi
responden, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa berada
pada golongan pekerjaan yang sama, yaitu untuk ibu rumah tangga etnis
Tionghoa memiliki pekerjaan wirausaha atau pedagang, sedangkan
untuk etnis Jawa memiliki pekerjaan sebagai karyawan swasta atau
pegawai kantoran. Sehingga, baik ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan
etnis Jawa walaupun memiliki jenis pekerjaan yang berbeda akan tetapi
berada pada golongan atau level yang sama, yaitu berada pada lingkup
jabatan yang hampir setara atau tidak terlalu jauh berbeda yang sama-
sama bergerak di bidang swasta.
Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto (2004: 83), Secara
umum dapat dikatakan bahwa masyarakat pribumi memiliki bidang
ekonomi yang berbeda dengan Tionghoa. Akan tetapi, kesenjangan
antara kedua kelompok masyarakat yaitu pribumi dan Tionghoa relatif
tidak terlampau besar karena walaupun memiliki bidang ekonomi yang
berbeda akan tetapi masih berada pada level yang hampir sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
c. Perbedaan Status Sosial Ekonomi Dilihat dari Pendapatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2 tailed sebesar
0,598. Nilai tersebut lebih besar dari pada nilai alpha 0,05 yang
digunakan sehingga H0 diterima (0,598 > 0,05). Maka dapat
disimpulkan tidak terdapat perbedaan status sosial ekonomi yang dilihat
dari pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Tidak adanya perbedaan pendapatan antara etnis Tionghoa dan
etnis Jawa dalam penelitian ini dikarenakan sebagian besar ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa memiliki golongan pekerjaan yang
sama, sehingga pendapatan yang diterima antara ibu rumah tangga etnis
Tionghoa dan etnis Jawa tidak jauh berbeda, yaitu sama-sama berada di
kategori sedang.
Hal ini sejalan dengan pendapat Susanto (2004: 80), secara
umum dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi masyarakat Tionghoa di
Yogyakarta tidak jauh berbeda dari ekonomi masyarakat pribumi, hal
ini dikarenakan adanya penguasaan ekonomi diantara kedua kelompok
tampak seimbang dalam arti banyak masyarakat pribumi yang memiliki
bidang ekonomi yang tidak jauh berbeda dengan Tionghoa.
Tidak adanya perbedaan pendapatan antara etnis Tionghoa dan
etnis Jawa juga dikarenakan jumlah anggota keluarga dalam satu rumah
tangga baik rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa hanya meliputi
suami, istri, dan 2 – 3 orang anak. Oleh karena itu, hal tesebutlah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
menyebabkan tidak adanya perbedaan pendapatan antara etnis Tionghoa
dan etnis Jawa.
6. Perbedaan Gaya Hidup Antara Etnis Tionghoa dan Etnis Jawa di
Kampung Ketandan Yogyakarta
Hasil penelitian menunjukkan mean rank gaya hidup etnis Tionghoa
20,00 dan mean rank gaya hidup etnis Jawa 15,88. Berdasarkan mean rank
gaya hidup dari kedua etnis tersebut dapat disimpulkan adanya perbedaan
rata-rata, yaitu mean rank etnis Tionghoa lebih besar dari pada mean rank
etnis Jawa. Perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa
tersebut dibuktikan dengan analisis uji statistik Mann Whitney Test pada
taraf signifikan 0,05 (5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai sig. 2
tailed sebesar 0,031. Nilai tersebut lebih kecil dari pada nilai alpha 0,05
yang digunakan sehingga Ha diterima (0,031 < 0,05). Maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan gaya hidup (pola konsumsi, gaya
berpakaian, dan pola rekreasi) antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
Terdapat perbedaan pola konsumsi antara etnis Tionghoa dan etnis
dikarenakan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman, etnis Tionghoa
sangat royal atau mudah untuk mengeluarkan uang tanpa memperhitungkan
berapapun harga yang harus dibayar untuk mengkonsumsi makanan dan
minuman tersebut. Sedangkan etnis Jawa, dalam hal mengkonsumsi
makanan dan minuman tidak begitu royal, terutama untuk makanan dan
minuman yang memiliki harga yang mahal. Hal ini dikarenakan mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
memiliki prinsip bahwa makanan hanya untuk membuat perut menjadi
kenyang, sehingga tidak perlu makanan dan minuman yang mahal.
Etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga memiliki perbedaan gaya
berpakaian. Etnis Tionghoa cenderung memilih pakaian dengan merek yang
cukup terkenal atau bermerek. Hal ini dikarenakan, dalam hal pemilihan
pakaian, etnis Tionghoa memiliki prinsip tidak hanya nyaman tetapi juga
tahan lama. Hal inilah yang membuat gaya hidup mereka cenderung high
profile. Sedangkan etnis Jawa, dalam hal gaya berpakaian, mereka lebih
mengutamakan kenyamanan, sehingga tidak perlu pakaian dengan merek
yang mahal. Oleh karena itu, etnis Jawa cenderung low profile.
Etnis Tionghoa dan etnis Jawa juga memiliki perbedaan dalam hal
pola rekerasi. Etnis Tionghoa cenderung memilih liburan ke luar negeri
sehingga membutuhkan biaya yang cukup besar. Sedangkan etnis Jawa
biasanya memilih untuk berlibur disekitaran pulau Jawa saja yang tidak
membutuhkan biaya yang besar.
Terdapat perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa
dalam penelitian ini juga dikarenakan ibu rumah tangga etnis Tionghoa
yang ada di Kampung Ketandan rata-rata bukanlah penduduk Tionghoa asli
Yogyakarta. Ibu rumah tangga etnis Tionghoa di Kampung Ketandan rata-
rata berasal dari Semarang dan Surabaya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Nasikun, dkk (2000: 28), yang
menyatakan bahwa etnis Tionghoa di Yogyakarta mempunyai gaya hidup
“low profile”. Setidaknya sejauh yang diamati, hal itu dapat dilihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
rumah, mobil, busana, pilihan hiburan atau kegiatan untuk mengisi waktu
luang. Dalam hal ini, etnis Tionghoa Yogyakarta sendiri membedakan
dirinya dari etnis Tionghoa di kota-kota besar lain, yang menurut mereka
lebih “high profile”. Bila ada etnis Tionghoa yang demikian, mereka akan
menilai “itu pasti bukan orang Tionghoa Yogyakarta Asli”. Menurut mereka
etnis Tionghoa Yogyakarta Asli itu “lebih tahu diri” dalam beradaptasi
dengan lingkungan sosial kultural Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
BAB V
KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan ini merupakan hasil dari penelitian mengenai kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung
Ketandan Yogyakarta. Berikut kesimpulan penelitian ini:
1. Kompetensi pengelolaan keuangan keuangan rumah tangga masyarakat
Kampung Ketandan yang meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan
etnis Jawa sudah cukup baik.
2. Status sosial ekonomi masyarakat di Kampung Ketandan Yogyakarta yang
meliputi ibu rumah tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
a. Status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan sebagian
besar ibu rumah tangga sudah memiliki tingkat pendidikan yang tinggi,
yaitu Diploma dan Sarjana.
b. Status sosial ekonomi yang dilihat dari jenis pekerjaan rata-rata ibu
rumah tangga etnis Tionghoa memiliki jenis pekerjaan wirausaha dan
ibu rumah tangga etnis Jawa memiliki jenis pekerjaan karyawan swasta.
c. Status sosial ekonomi yang dilihat dari pendapatan rata-rata ibu rumah
tangga berpendapatan sedang, yaitu Rp 1.452.400,00 – Rp
3.452.399,00.
3. Gaya hidup masyarakat di Kampung Ketandan yang meliputi ibu rumah
tangga etnis Tionghoa dan etnis Jawa banyak yang berada dikategori
mewah. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
banyaknya ibu rumah tangga yang memiliki tingkat frekuensi yang tinggi
untuk pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi dengan tarif yang
mahal.
4. Tidak ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga
antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta
(Sig. 0,533 > 0,05).
5. Perbedaan status sosial ekonomi etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung
Ketandan Yogyakarta.
a. Status Sosial Ekonomi Dilihat Dari Tingkat Pendidikan
1) Tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari tingkat
pendidikan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung
Ketandan Yogyakarta (Sig. 0,520 > 0,05).
b. Status Sosial Ekonomi Dilihat Dari Jenis Pekerjaan
1) Tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari jenis
pekerjaan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung
Ketandan Yogyakarta (Sig. 0,156 > 0,05).
c. Status Sosial Ekonomi Dilihat Dari Pendapatan
1) Tidak ada perbedaan status sosial ekonomi dilihat dari pendapatan
antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan
Yogyakarta (Sig. 0,598 > 0,05).
6. Ada perbedaan gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa di
Kampung Ketandan Yogyakarta (Sig. 0,031 < 0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
B. Keterbatasan
Dalam penelitian ini tidak dapat dihindari berbagai kelemahan yang
dihadapi peneliti dalam mencari data penelitian, yaitu:
1. Responden banyak yang enggan memberikan informasi mengenai data yang
diteliti karena takut akan kebocoran data informasi yang mereka berikan
sehingga hasil yang diperoleh kurang memberikan gambaran yang relevan.
2. Sulitnya menentukan sampel etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa
Yogyakarta asli, dikarenakan data yang diberikan oleh masing-masing RT
belum menunjukkan bahwa etnis Tionghoa dan etnis Jawa tersebut adalah
etnis Tionghoa totok dan etnis Jawa Yogyakarta asli. Sehingga peneliti
harus menyebar kuesioner dan melakukan wawancara kepada seluruh etnis
Tionghoa dan etnis Jawa yang belum tentu merupakan sampel dari
penelitian ini.
3. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
komparasi, yang mana jenis penelitian ini hanya membandingkan
kompetensi pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan
gaya hidup antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa, sehingga penelitian ini
tidak melihat hubungan atau faktor yang mempengaruhi kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup
antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Dengan demikian, solusi atau saran
yang diberikan dalam penelitian ini hanya terbatas pada peningkatan
pengelolaan keuangan rumah tangga saja tanpa melihat bagaimana cara
meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan rumah tangga tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat disarankan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini menunjukkan masih banyak ibu rumah tangga etnis
Tionghoa dan etnis Jawa belum rutin dalam mengelola keuangan rumah
tangga mereka, sehingga para ibu rumah tangga belum memiliki tabungan
yang cukup dan masih melakukan pemenuhan kebutuhan dengan berhutang.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan agar ibu rumah tangga etnis
Tionghoa dan etnis Jawa lebih rutin dalam mengelola keuangan rumah
tangga mereka agar mereka memiliki tabungan yang cukup dan dapat
memenuhi kebutuhan baik pokok maupun tidak pokok dengan tidak
berhutang.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan gaya hidup antara etnis
Tionghoa dan etnis Jawa. Hal tersebut dikarenakan gaya hidup etnis
Tionghoa yang cenderung mewah sehingga pola konsumsi, gaya
berpakaian, dan pola rekreasi etnis Tionghoa selalu membutuhkan biaya
yang cukup tinggi. Oleh karena itu, sebaiknya etnis Tionghoa harus lebih
memperhatikan pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi mereka
agar tidak selalu membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Hal ini
dikarenakan walaupun mengeluarkan biaya yang cukup tinggi akan tetapi
kualitas yang didapatkan belum tentu baik, terutama pada pola konsumsi
dan gaya berpakaian. Dengan memperhatikan kembali pola konsumsi, gaya
berpakaian, dan pola rekreasi etnis Tionghoa juga dapat meningkatkan
tabungan dan investasi mereka untuk masa depan. Sedangkan untuk etnis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Jawa, pemenuhan pola konsumsi, gaya berpakaian, dan pola rekreasi tidak
harus selalu memperhatikan biaya yang rendah, melainkan juga harus
memperhatikan kualitasnya terutama untuk pola konsumsi dan gaya
berpakaian.
3. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya sekedar untuk
mengetahui apakah ada perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan
rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup antara etnis Tionghoa
dan etnis Jawa, sehingga teknik analisis data yang digunakan sifatnya tidak
memberikan solusi kepada subjek penelitian. Maka, untuk peneliti
selanjutnya sebaiknya menggunakan jenis penelitian dan teknik analisis
yang berbeda, sehingga dapat memberikan solusi kepada subjek penelitian,
seperti jenis penelitian eksplanatif dengan teknik analisis regresi linear
berganda yang melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga, status sosial ekonomi, dan gaya hidup
antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kompetensi
pengelolaan keuangan rumah tangga dan status sosial ekonomi yang dilihat
dari tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan pendapatan antara etnis
Tionghoa dan etnis Jawa di Kampung Ketandan Yogyakarta. Oleh karena
itu, bagi peneliti selanjutnya dapat melaksanakan penelitian serupa dengan
menggunakan lokasi yang berbeda agar diperoleh hasil penelitian yang
menunjukkan adanya perbedaan kompetensi pengelolaan keuangan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
tangga dan status sosial ekonomi yang dilihat dari tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, dan pendapatan antara etnis Tionghoa dan etnis Jawa.
5. Saran untuk peneliti selanjutnya, penelitian ini belum sempurna mengingat
sampel dalam penelitian ini hanya berjumlah 35 ibu rumah tangga dan
instrumen dari penelitian ini juga belum maksimal. Oleh karena itu, bagi
peneliti selanjutnya dapat melaksanakan penelitian serupa dengan
menambah jumlah sampel dan memaksimalkan kembali instrumen
penelitian agar diperoleh hasil penelitian yang lebih maksimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qarasi, Baqhir Syarif. 2003. Seni Mendidik Islami. Jakarta: Pustaka Zahra.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Chotimah, Chusnul, dan Suci Rohayati. “Pengaruh Pendidikan Keuangan di
Keluarga, Sosial Ekonomi Orang Tua, Pengetahuan Keuangan, Kecerdasan
Spiritual, dan Teman Sebaya Terhadap Manajemen Keuangan Pribadi
Mahasiswa S1 Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Surabaya”. Jurnal Pendidikan Akuntansi. Vol. 3, No. 2. November 2015.
Damanik, Carolin. 2016. Warga Jawa Belum Cakap Kelola Keuangan. Diunduh 30
Maret 2016. Tersedia: http://regional.kompas.com.
Farhani, Sri. 2014. Pemaknaan Chinese Work Value Karyawan Pribumi Di
Perusahaan Kepemilikan Etnis Tionghoa Di Bandung. Skripsi. Universitas
Pendidikan Indonesia.
Gilarso, T. 2004. Pengatar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius.
Gondomono. 2002. Pelangi Cina-Indonesia, Intisari. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Haryono, P. 1993. Kultur Cina dan Jawa Pemahaman Menuju Asimilasi Kultur.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Ika, Ardiani S. 2011. “Personality Traits Sebagai Penentu Perencanaan Keuangan
Keluarga (Suatu Kajian Pustaka)”. Jurnal Pengembangan Humaniora. Vol. 11,
No. 2. Agustus 2011.
Kristanti, Rini. 1999. Analisis Gaya Hidup Remaja Putri Ditinjau Dari Status
Sosial Ekonomi Kleuarga. Skripsi tidak diterbitkan. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta.
Kusumawardhani, Dinda Ayu. 2014. Komunikasi Antara Etnis Tionghoa Dengan
Jawa Dalam Menciptakan Kerukunan Bermasyarakat. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Liliweri, A. 2005. Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat
Mulkikultural. Yogyakarta: LKIS.
Malau, Ita. 2014. Tips Sukses Berbisnis Ala Orang Tionghoa. Diunduh 30 Maret
2016. Tersedia: http://www.rtv.co.id.
MH, Yana. 2012. Falsafah dan Pandangan Hidup Orang Jawa. Yogyakarta:
Bintang Cemerlang.
Nasikun. 1984. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Oei, Istijanto. 2008. Rahasia Sukses Toko Tionghoa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Rafian. 2013. Masyarakat Modern dan Kebudayaannya. Diunduh 6 Mei 2016.
Tersedia: http://Shindohjourney.wordpress.com.
Ruslestari, Dian Arum. Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak. Skripsi.
Universitas Jember.
Salim, Joko. 2010. Jejak Investasi Orang Tionghoa. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Santoso, Singgih. Menguasai Statistika Non Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: CV.
Alfabeta.
Suhartini, Dwi dan Jefta Ardhian Renata. “Pengelolaan Keuangan
Keluarga Pedagang Etnis Cina”. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis. Vol. 7,
No. 2. September 2007.
Susanto, Budi. 2004. Identitas dan Postkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius
Widayati, Irin. “Pengaruh Sosial Ekonomi Orang Tua, Pendidikan, Pengelolaan
Keuangan Keluarga, dan Pembelajaran di Perguruan Tinggi Terhadap Literasi
Finansial Mahasiswa”. Jurnal Pendidikan Humaniora. Vol. 2, No 2. Juni 2014.
Zuhri, Nikmatullah dan Rahmatullah Akbar. 2015. Ibu Menteri Keuangan
Keluarga. Solo: Matagraf.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 1
KUESIONER
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Petunjuk:
1. Jawablah pertanyaan dengan keadaan anda yang sebenarnya.
2. Bila pertanyaan berbentuk isian, maka isilah titik-titik dengan huruf
3. Bila pertanyaan bentuk jawabannya adalah kotak, berilah tanda √ (centang)
4. Bila pertanyaan berbentuk pilihan, anda dapat menjawab dengan memberi
tandan silang (X) pada alternatif jawaban.
Identitas Responden :
1. Nama Ibu :
2. Etnis/Suku :
Jawa
Tionghoa
3. Usia :
4. Agama :
Bagian I : Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga.
1. Apakah Anda membuat rencana keuangan selama satu bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2. Apakah Anda membuat rencana keuangan jangka panjang dengan berinvestasi
(emas dan properti) ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Apakah Anda membuat rincian kebutuhan selama satu bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Apakah Anda membuat pos pengeluaran rutin (makanan, minuman, biaya
listrik, air, biaya komunikasi, transportasi, dan lain - lain) selama satu bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
5. Apakah Anda menggunakan amplop khusus atau dompet untuk memisahkan
pengeluaran rutin setiap hari selama satu bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Apakah Anda membuat pos pengeluaran kewajiban finansial atau cicilan
(cicilan kendaraan, barang elektronik, dan lain-lain) selama satu bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
7. Apakah Anda membuat pos pengeluaran gaya hidup (jalan-jalan bersama
keluarga, nonton bioskop, makan di restoran favorit, dan pergi ke salon) selama
satu bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8. Apakah Anda mengurangi penggunaan pos pegeluaran gaya hidup selama
beberapa waktu untuk membeli barang-barang bermerek ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Apakah Anda membuat pos pengeluaran investasi (Deposito, emas, tabungan
pendidikan anak, dan lain-lain) selama satu bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Apakah Anda membuat pos pengeluaran asuransi (asuransi jiwa untuk kepala
keluarga dan asuransi kesehatan untuk anggota keluarga) selama satu bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
11. Apakah Anda membuat pos pengeluaran dana darurat (musibah bencana alam,
kehilangan pekerjaan atau PHK, usaha bangkrut, dan lain-lain) selama satu
bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
12. Apakah Anda membuat pos pengeluaran sosial (sedekah, zakat, biaya arisan
keluarga, sumbangan acara pernikahan, kado ulang tahun, dan membantu teman
atau kerabat yang sedang kesulitan) selama satu bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
13. Apakah Anda melakukan pencatatan penghasilan selama satu bulan (gaji atau
upah) dan selama satu tahun (bonus atau THR) ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
14. Apakah Anda membuat rencana keuangan untuk pengeluaran tahunan (PBB,
STNK, dan pengeluaran hari raya) ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
15. Apakah Anda menggunakan penghasilan tahunan (bonus atau THR) untuk
pembayaran pengeluaran tahunan (pengeluaran hari raya, STNK, PBB) ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
16. Apakah Anda berhutang agar dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
17. Apakah Anda mengalokasikan pendapatan minimal 10% untuk menabung
setiap bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
18. Apakah Anda menabung sebelum melakukan kegiatan konsumsi selama satu
bulan ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
19. Apakah Anda menabung sisa pengeluaran rutin di dompet tertentu ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
20. Apakah Anda menentukan investasi yang tepat dengan mempertimbangkan
tujuan, jangka waktu, dan produk investasi ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
Bagian II : Status Sosial Ekonomi.
1. Tingkat pendidikan formal yang berhasil ditempuh oleh ibu rumah tangga ?
a. SD dan SMP
b. SMA/SMK
c. Diploma dan Sarjana
2. Pekerjaan ibu rumah tangga ?
a. Tidak bekerja
b. Karyawan swasta
c. Wirausaha
d. Pegawai negeri
e. Lain-lain (sebutkan)
3. Pendapatan ibu rumah tangga selama satu bulan ?
a. < Rp. 1.452.399,00
b. Rp. 1.452.400,00 – Rp. 3.452.399,00
c. > Rp. 3.452.400,00
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Bagian III : Gaya Hidup.
1. Apakah Anda mengkonsumsi jenis makanan dan minuman bermerek
internasional seperti Pizza hut, Mc Donal, Starbucks, dan makanan serta
minuman lainnya ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
2. Apakah Anda melakukan konsumsi makanan dan minuman di restoran
dengan tarif yang mahal ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
3. Apakah konsumsi makanan dan minuman Anda mengikuti iklan di televisi,
majalah, dan sebagainya ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
4. Apakah Anda berbelanja makanan dan minuman di pusat pertokoan
(hypermart, superindo, carefour) ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
5. Apakah Anda mengikuti mode pakaian terbaru ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
6. Apakah Anda melakukan pertimbangan kualitas pakaian sebelum membeli
?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
7. Apakah Anda melakukan pertimbangan merek sebelum membeli pakaian ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
8. Apakah Anda melakukan pertimbangan harga sebelum membeli pakaian ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
9. Apakah Anda mengisi waktu luang bersama keluarga dengan berekreasi ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
10. Apakah Anda dan keluarga melakukan kegiatan rekreasi ketempat dengan
tarif yang mahal ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
11. Apakah Anda bersama keluarga berlibur ke luar kota saat liburan panjang ?
a. Selalu
b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Tidak pernah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 2
DATA PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Tionghoa
No Pengelolaan Keuangan Tabungan Investasi
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 3 2 3 3 2 3 4 2 3 4 2 3 2 3 2 4 4 3 2 2 56
2 2 2 2 3 3 2 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 47
3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 49
4 2 1 2 3 2 3 4 2 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 2 2 51
5 2 1 2 3 2 2 4 2 3 3 1 2 2 2 2 4 3 3 2 3 48
6 2 1 2 3 2 3 4 2 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 1 2 45
7 2 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 31
8 3 2 3 3 2 2 4 2 2 3 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 51
9 3 1 2 3 2 3 3 1 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 46
10 3 2 3 3 2 3 3 2 2 4 2 3 2 2 2 4 3 3 2 2 52
11 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 45
12 2 1 2 3 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 3 2 2 1 1 37
13 2 2 2 3 2 3 3 1 3 3 2 3 2 2 1 4 3 2 1 2 46
14 1 1 1 3 2 2 4 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 46
15 2 1 1 3 2 2 4 1 2 2 1 3 2 2 1 3 3 2 1 2 40
16 4 1 3 4 3 4 4 3 2 2 2 3 3 4 2 4 3 3 3 4 61
17 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 2 3 3 4 3 4 4 3 2 3 63
18 3 2 3 3 3 4 4 2 3 4 2 3 2 4 2 4 4 3 2 2 59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Kompetensi Pengelolaan Keuangan Rumah Tangga Etnis Jawa
No Pengelolaan Keuangan Tabungan Investasi
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 1 4 1 1 2 2 41
2 2 1 2 3 4 2 2 2 2 4 2 2 3 3 2 4 3 2 2 1 48
3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 4 3 3 2 2 48
4 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 2 3 2 49
5 1 1 2 3 3 2 1 2 1 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 1 42
6 2 2 2 3 4 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 4 3 2 2 1 48
7 2 2 3 3 4 2 2 2 3 4 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 51
8 2 1 2 3 4 2 2 2 1 4 2 2 2 2 2 4 4 2 3 2 48
9 3 2 2 3 4 3 2 2 3 4 2 2 2 2 2 4 4 3 3 2 54
10 2 2 3 3 4 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 51
11 4 3 4 4 3 3 2 2 4 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 4 65
12 3 2 3 3 3 2 1 2 2 1 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 45
13 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 1 2 2 1 38
14 3 2 3 3 4 2 2 2 4 4 2 2 3 4 4 4 3 3 4 4 62
15 3 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 42
16 4 4 4 4 4 3 2 3 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 71
17 2 1 3 3 2 2 1 1 1 1 2 2 1 3 2 3 1 1 1 1 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Status Sosial Ekonomi Etnis Tionghoa
No Responden TP JP PD
1 2 3
1 3 1 1
2 2 1 1
3 3 3 3
4 3 1 1
5 1 3 2
6 1 3 2
7 1 3 2
8 3 3 2
9 1 3 3
10 3 3 2
11 3 1 1
12 2 3 2
13 2 3 2
14 1 3 3
15 2 3 2
16 3 2 2
17 3 3 3
18 2 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Status Sosial Ekonomi Etnis Jawa
No Responden TP JP PD
1 2 3
1 2 2 3
2 3 2 2
3 3 1 1
4 3 2 2
5 3 2 2
6 2 1 1
7 1 2 2
8 2 3 3
9 3 2 2
10 3 3 3
11 3 3 3
12 2 2 2
13 1 2 2
14 3 4 2
15 2 2 2
16 3 2 2
17 1 2 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
No
Responden
Gaya Hidup Etnis Tionghoa
Total Kategori Pola Konsumsi Gaya Berpakaian Pola Rekreasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 39 2
2 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 35 2
3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 39 2
4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 40 2
5 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 36 2
6 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 38 2
7 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 43 2
8 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 37 2
9 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 38 2
10 3 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 34 2
11 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 38 2
12 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 2 35 2
13 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 36 2
14 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 2 38 2
15 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 29 2
16 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 29 2
17 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 1 29 2
18 3 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 29 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
No
Responden
Gaya Hidup Etnis Jawa
Total Kategori Pola Konsumsi Gaya Berpakaian Pola Rekreasi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 3 3 3 2 3 3 2 2 2 3 1 27 1
2 3 3 4 2 4 4 2 4 3 3 3 35 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 33 2
4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 34 2
5 3 3 3 2 3 3 4 3 2 4 3 33 2
6 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 3 34 2
7 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 39 2
8 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 37 2
9 3 3 3 3 4 4 3 3 2 3 3 34 2
10 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3 33 2
11 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 27 1
12 3 3 2 3 4 3 3 3 4 4 3 35 2
13 3 3 3 3 4 2 3 2 2 3 3 31 2
14 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 23 1
15 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 24 1
16 2 3 3 2 4 3 3 4 3 3 3 33 2
17 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 3 39 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 3
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VALIDITAS KOMPETENSI
PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH
TANGGA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
VALIDITAS GAYA HIDUP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
VARIABEL KOMPETENSI PENGELOLAAN KEUANGAN RUMAH
TANGGA
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.905 20
VARIABEL GAYA HIDUP
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.853 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 4
UJI DESKRIPTIF
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
ETNIS TIONGHOA
K_KPK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 3 16.7 16.7 16.7
SEDANG 13 72.2 72.2 88.9
TINGGI 2 11.1 11.1 100.0
Total 18 100.0 100.0
K_GH
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid MEWAH 18 100.0 100.0 100.0
PENDAPATAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 4 22.2 22.2 22.2
SEDANG 10 55.6 55.6 77.8
TINGGI 4 22.2 22.2 100.0
Total 18 100.0 100.0
JENIS_PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TIDAK BEKERJA 4 22.2 22.2 22.2
KARYAWAN SWASTA 2 11.1 11.1 33.3
WIRAUSAHA 12 66.7 66.7 100.0
Total 18 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
TINGKAT_PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid DASAR 5 27.8 27.8 27.8
MENENGAH 5 27.8 27.8 55.6
TINGGI 8 44.4 44.4 100.0
Total 18 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
ETNIS JAWA
K_KPK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 2 11.8 11.8 11.8
SEDANG 12 70.6 70.6 82.4
TINGGI 3 17.6 17.6 100.0
Total 17 100.0 100.0
K_GH
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SEDERHANA 4 23.5 23.5 23.5
MEWAH 13 76.5 76.5 100.0
Total 17 100.0 100.0
TINGKAT_PENDIDIKAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid DASAR 3 17.6 17.6 17.6
MENENGAH 5 29.4 29.4 47.1
TINGGI 9 52.9 52.9 100.0
Total 17 100.0 100.0
PENDAPATAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RENDAH 2 11.8 11.8 11.8
SEDANG 11 64.7 64.7 76.5
TINGGI 4 23.5 23.5 100.0
Total 17 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
JENIS_PEKERJAAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid TIDAK BEKERJA 2 11.8 11.8 11.8
KARYAWAN SWASTA 11 64.7 64.7 76.5
WIRAUSAHA 3 17.6 17.6 94.1
PEGAWAI NEGERI 1 5.9 5.9 100.0
Total 17 100.0 100.0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 5
UJI PRASYARAT
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Etnis Tionghoa
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TINGKAT_PEND
IDIKAN PENDAPATAN KPK GH
N 18 18 18 18
Normal Parametersa Mean 2.1667 2.0000 45.1111 35.6667
Std. Deviation .85749 .68599 7.65344 4.20084
Most Extreme Differences Absolute .279 .278 .129 .166
Positive .191 .278 .125 .166
Negative -.279 -.278 -.129 -.159
Kolmogorov-Smirnov Z 1.183 1.179 .547 .704
Asymp. Sig. (2-tailed) .122 .124 .926 .704
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Etnis Jawa
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
TINGKAT_PEND
IDIKAN PENDAPATAN KPK GH
N 17 17 17 17
Normal Parametersa Mean 2.3529 2.1176 47.5294 32.4118
Std. Deviation .78591 .60025 9.31476 4.67786
Most Extreme Differences Absolute .324 .342 .202 .256
Positive .205 .342 .202 .114
Negative -.324 -.305 -.092 -.256
Kolmogorov-Smirnov Z 1.337 1.412 .833 1.055
Asymp. Sig. (2-tailed) .056 .037 .492 .215
a. Test distribution is Normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 6
UJI HIPOTESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Ranks
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
KPK TIONGHOA 18 17.17 309.00
JAWA 17 18.88 321.00
Total 35
Test Statisticsb
KPK
Mann-Whitney U 138.000
Wilcoxon W 309.000
Z -.624
Asymp. Sig. (2-tailed) .533
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .636a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
Ranks
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
GH TIONGHOA 18 20.00 360.00
JAWA 17 15.88 270.00
Total 35
Test Statisticsb
GH
Mann-Whitney U 117.000
Wilcoxon W 270.000
Z -2.155
Asymp. Sig. (2-tailed) .031
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .245a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Ranks
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
TINGKAT_PENDIDIKAN TIONGHOA 18 17.00 306.00
JAWA 17 19.06 324.00
Total 35
Test Statisticsb
TINGKAT_PENDIDIKAN
Mann-Whitney U 135.000
Wilcoxon W 306.000
Z -.644
Asymp. Sig. (2-tailed) .520
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .568a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
Ranks
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
PENDAPATAN TIONGHOA 18 17.22 310.00
JAWA 17 18.82 320.00
Total 35
Test Statisticsb
PENDAPATAN
Mann-Whitney U 139.000
Wilcoxon W 310.000
Z -.527
Asymp. Sig. (2-tailed) .598
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .660a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Ranks
ETNIS N Mean Rank Sum of Ranks
JENIS_PEKERJAAN TIONGHOA 18 20.22 364.00
JAWA 17 15.65 266.00
Total 35
Test Statisticsb
JENIS_PEKERJAAN
Mann-Whitney U 113.000
Wilcoxon W 266.000
Z -1.419
Asymp. Sig. (2-tailed) .156
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .195a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: ETNIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN 7
SURAT IJIN PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related