tinea korporis et kruris print
Post on 29-Dec-2015
60 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TINEA KORPORIS ET KRURIS
Tinea korporis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur
superfisial golongan dermatofita, menyerang daerah kulit tak berambut pada
wajah, badan, lengan, dan tungkai. Tinea kruris adalah infeksi jamur dermatofita
daerah sela paha, perineum dan sekitarnya. 1 Meskipun banyak dermatofita dapat
menyebabkan tinea korporis, namun yang lebih umum menyebabkan tinea
korporis adalah T. Rubrum, T. Mentagrophytes, M. Canis dan T. tonsurans.
Sedangkan tinea kruris paling sering disebabkan oleh T. Rubrum dan
Epidermophyton Flocossum.2
Tinea korporis dan kruris banyak diderita oleh semua umur, terutama
lebih sering menyerang orang dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang
mengerti kebersihan dan banyak bekerja di tempat panas, yang banyak berkeringat
serta kelembaban kulit yang lebih tinggi. Lebih sering menyerang pria daripada
wanita. Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah tropis dan insiden
meningkat pada kelembapan udara yang tinggi. 1
Tinea korporis memiliki banyak varian gambaran klinis, dapat berupa
lesi anular dengan skala berupa eritematosa pada seluruh bagian tepi, tepi dari lesi
sering berupa vesikular dengan bagian tengan lesi bersisik namun dapat juga
menunujukkan bagian tengah lesi yang bersih. Lesi bisa juga menjadi serpiginosa
dan anular (seperti gambaran “ring-worm). 2 Keluhan utama berupa gatal terutama
jika berkeringat, keluhan tambahan dapat berupa makula hiperpigmentasi dengan
tepi yang lebih aktif. Oleh karena gatal dan digaruk lesi akan semakin luas,
terutama pada daerah kulityang lembap.1 Sedangkan tinea kruris keluhan
penderita berupa rasa gatal hebat pada daerah kruris (lipat paha), lipat perineum,
bokong dan dapat ke genitalia, ruam kulit dapat berbatas tegas, eritematosa dan
bersisik, semakin hebat jika banyak berkeringat. 1
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis,
serta pemeriksaan tambahan berupa permeriksaan mikologik.
1
Berikut ini adalah laporan kasus seorang pria yang didiagnosis dengan
tinea corporis et kruris.
LAPORAN KASUS
Seorang laki-laki berumur 54 tahun datang ke poli kulit kelamin RSUD Syekh
Yusuf dengan keluhan gatal disertai kemerahan di daerah lengan dan bokong.
Keluhan ini dirasakan kurang lebih 1 bulan. Keluhan gatal pasien diawali di
daerah bokong, selangkangan lalu menyebar di daerah lengan, pasien sering
menggaruk daerah yang gatal tersebut. Pasien mengatakan rasa gatal bertambah
saat pasien berkeringat. Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami keluhan yang
sama, pasien pernah berobat ke puskesmas namun pasien mengatakan tidak ada
perubahan dari pengobatan yang diberikan dari puskesmas,pasien juga tidak
mengingat obat yang telah digunakannya. Tidak ada keluhan yang sama dalam
keluarga. Pada pemeriksaan fisis ditemukan efloresensi pada lengan,tungkai dan
bokong didapatkan makula hiperpigmentasi berbatas tegas dengan tepi terdapat
papul eritematosa, terdapat pula skuama dan likenifikasi akibat garukan. Pasien
diberikan ketokonazole.
Gambar 1 : Lesi berbatas tegas pada Tinea kruris daerah gluteus.
2
Gambar 2 : lesi berbatas tegas di daerah lengan.
Gambar 3 : Batas lesi sampai lengan tidak terdapat daerah tangan
3
Gambar 4 : lesi pada daerah tungkai.
DISKUSI
Diagnosis tinea korporis et kruris ini ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan pemeriksaan fisis. Pada anamnesis didapatkan keluhan utama berupa gatal
disertai kemerahan di daerah lengan dan bokong.Keluhan gatal pasien diawali di
daerah bokong, lalu menyebar di daerah lengan, pasien sering menggaruk daerah
yang gatal tersebut. Pasien mengatakan rasa gatal bertambah saat pasien
berkeringat Pada pemeriksaan fisis ditemukan efloresensi pada lengan,tungkai dan
bokong didapatkan makula hiperpigmentasi berbatas tegas dengan tepi terdapat
papul eritematosa, terdapat pula skuama dan likenifikasi akibat garukan.
Hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisis sesuai dengan kepustakaan
yang menyebutkan bahwa gejala klinis pada penyakit tinea korporis et kruris yaitu
pada tinea korporis terdapat lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas
eritema, skuama, kadang-kadang dengan vesikel dan papul di tepi, daerah
tengahnya biasanya bersih ( tanda peradangan lebih jelas pada daerah tepi) kadang
juga dijumpai erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya
merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit juga
dapat terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik., karena beberapa
lesi kulit yang menjadi satu. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi
hilang selanjutnya hanya meninggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi dan
skuamasi saja. Kelainan ini dapat terjadi bersama dengan tinea kruris.3 Pada tinea
4
kruris, lesi dapat asimetri atau bilateral. Khas lesi berbatas jelas dengan tepi dapat
berupa papul dan vesikel eritematosa dan meninggi, berskuama dan kering.4
Untuk menetapkan diagnosis, selain gambaran klinis diperlukan juga
pemeriksaan mikroskopis yang bertujuan untuk melihat elemen-elemen jamur dari
materi keratin yang terinfeksi. Bahan dapat diambil dari kerokan kulit kemudian
diberi larutan KOH 20%, dimana jika hasil positif terlihat hifa diantara material
keratin sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat- sekat atau sperti butir-butir
yang bersambung menyerupai kalung maupun spora berderet (artrospora) pada
kelainan kulit lama dan atau sudah diobati.4
Dianosis banding dari tinea korporis yaitu Pitiriasis rosea dan
Neurodermatitis sirkumskripta. 1
1. Pitiriasis rosea
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya belum diketahui,
dimulai dengan sebuah lesi inisial (herald patch), umumnya di badan,
solitar, bebrbentuk oval dan anular diameter kira-kira 3 cm. Ruam
berbentuk eirtema dan skuama halus di pinggir. Kemudian disusul
oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan, lengan dan paha atas yang
tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan menyembuh dalam waktu 3-
8 minggu. Sebagian penderita mengeluh gatal ringan. 5
Gambar 5 : Pitiriasis rosea
5
2. Neurodermatitis sirkumskripta
Nama lain dari neurodermatitis sirkumskripta adalah liken simpleks
kronis, yaitu berupa peradangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip,
ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit lebih menonjol
(likenifikiasi) , akibat garuka atau gosokan yang berulamg-ulang
karena berbagai rangsangan pruritogenik. Penderita mengeluh gatal
sekali, lesi biasanya tunggal, awalnya berupa plak eritematosam
sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang,
bagian tengah berskuama dan menebal, lienifikasi dan ekskoriasi,
sekitarnya hiperpigmentasi, batas kulit normal tidak jelas. Gambaran
klinis dipengaruhi juga oleh lokasi dan lamanya lesi. 6
Gambar 6: Neurodermatitis sirkumskripta daerah ekstremitas bawah
6
Diagnosis banding untuk tinea kruris adalah Kandidosis intertriginosa
erytrasma dan psoriasis.
1. Kandidosis intertriginosa dapat mengenai terutama bagian ketiak,
bwah payudara, bagian pusar, lipat bokong,selangkangan dan sela
antar jari keluhan gatal yang hebat,kadang-kadang disertai rasa
panas seperti terbakar, lesi pada penyakit yang akut mula-mula kecil
berupa bercak yang berbatas tegas kemudian meluas dan dikelilingi
oleh lesi satelit.7
Gambar 8: kandidiasis di sela paha
2. E ry t r a sma , ya i t u penyak i t bak t e r i k ron ik pada
s t r a t um ko rneum yang disebabkan oleh Corynebacterium
minitussismum, ditandai lesi berupa eritema dan skuama halus
terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Gejala klinis
lesi berukuran sebesar milier sampai plakat. Lesi eritroskuamosa,
berskuama halus kadang terlihat merah kecoklatan. Variasi ini
rupanya bergantung pada area lesi dan warna kulit penderita.
Tempat predileksi kadang di daerah intertriginosa lain
terutama pada penderita gemuk. Perluasan lesi terlihat pada
7
pinggir yang eritematosa dan serpiginose. Lesi tidak menimbul dan
tidak terlihat vesikulasi. Efloresensi yang sama berupa eritema dan
skuama pada seluruh lesi merupakan tanda khas dari eritrasma.
Skuama kering yang halus menutupi lesi dan padaperabaan
terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi
terlihat berfloresensi merah membara (coral red). 8
Gambar 9: erytrasma pada daerah lipatan paha
Pengobatan pada tinea korporis et kruris menghilangkan faktor
predisposisi penting, misalnya mengusahakan daerah lesiselalu kering dan memakai
baju yang menyerap keringat.
A. T e r a p i t o p i k a l 9
Terapi ini direkomendasikan untuk infeksi lokal karena dermatofit
biasanya hidup pada jaringan. Terapi topikal harus diberikan pada
lesi dan setidaknya 2 cm di luar daerah ini sekali atau dua kali sehari
selama minimal 2 minggu, tergantung pada agen yang digunakan,
azoles topikal dan allylamines menunjukkanangka perbaikan klinis
yang tinggi. Agen-agen ini menghambat sintesis ergosterol, sterol .9
8
Golongan azole (misalnya, ekonazol, ketoconazol, clotrimazol,
miconazol, oxiconazol, sulconazol, sertaconazol) menghambat enzim
lanosterol 14-alpha-demethylase, enzim P-450-dependent sitokrom
yang mengubah lanosterol ke ergosterol. Penghambatan ini hasil
enzim dalam membran sel jamur tidak stabil dan menyebabkan
kebocoran membran. dermatofita melemah tidak dapat mereproduksi
dan secara perlahan termatikan oleh aksi fungistatik. Nitrat
Sertaconazole adalah salah satu azoles topikal terbaru. Memiliki
kemampuan fungisida dan anti-inflamasi dan digunakan sebagai agen
spektrum luas. Ini mungkin memiliki efek waduk dan karena itu
adalah pilihan yang baik untuk pasien patuh. Pada sebuah penelitian
tahun 2006 melaporkan bahwa obat ini memiliki fungsi sebagai anti
pruritus. 9
Allylamin (misalnya, naftifin, terbinafin) dan benzylamin terkait
butenafine menghambat epoxidase squalene, yang mengubah
squalene ke ergosterol. Penghambatan enzim ini menyebabkan
squalene, zat racun bagi sel-sel jamur, menumpuk intraseluler dan
menyebabkan kematian sel yang cepat. Allylamin mengikat secara
efektif ke stratum korneum karena sifat lipofilik mereka. Mereka juga
menembus jauh ke dalam folikel rambut.9
B. Terapi Sistemik
Pedoman yang dikeluarkan oleh American academic of Dermatology
menyatakan bahwa obat anti jamur (OAJ) sistemik dapat digunakan pada
kasus hiperkeratosis terutama pada telapak tangan dan kaki, lesi yang
luas, infeksi kronis, pasien imunokompramais, atau pasien yang tidak
responsif maupun intoleran terhadap OAJ topikal.4
1. Griseofulvin
9
Griseovulfin merupakan antibiotik dengan aktivitas jamur spektrum
sempit yang dihasilkan oleh Penicillium griseovulfin. Efek
pengobatan dicapai dengan mengagnggu atau menghambat sintesis
asam nukleat dan khitin. Griseovulfin reguler diberikan dengan dosis
1g/hari bagi orang dewasa dan 10 mg/kgBB/hari bagi anak-anak.
Tinea korporis dan kruris biasanya berespon dengan dosis tersebut
dan diobati selama 2-4 minggu.
2. Ketokonazole
Mempunyai afinitas yang tinggi terhadap keratin, konsentrasinya
dalam plasma hampir sama dengan konsentrasi pada kulit. Dosis awal
yang direkomendasikan 200mg/hari, bila tidak berespon dosis dapat
ditingkatkan menjadi 400 mg/hari. Anak umur diatas 2 tahun
direkomendasikan dosis 3,3-6,6 mg/kgBB. Pengobatan dilanjutkan
sampai gambaran klinis menghilang dan pemeriksaan laboratorium
negatif.
3. Itrakonazole
Spektrum aktivitas itrakonazol meliputi dermatofit, yeast, jamur
dimorphic dan moduls. Meskipun aktif terhadap berbagai jamur
dermatofit, berdasarkan penelitian in vitro keaktifan tersebut rendah
dibanding dengan terbinafin, tetapi menunjukkan aktivitas lebih besar
terhadap yeast. Dosis 100/hari selama 7-15 hari.
4. Flukonazole
Terhadap jamur dermatofitdengan dosis 150 mg setiap minggu
selama 2-3 minggu.
Prognosis dari penyakit ini baik dengan diagnosis dan terapi yang
tepat asalkan kelembapan dan kebersihan selalu dijaga.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. 2th ed. Jakarta: EGC;
2004. p. 28-29
2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ.
2008. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. Mc Graw
Hill:New York. P.1814-1816
3. Unandar Budimuja. Mikosis. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed.5 Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010. P.92-95
4. Amiruddin M.Dali. Tinea Glabrosa.In : Amiruddin M.Dali,editors. Ilmu
Penyakit Kulit.: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar: 2003 Hal : 27-38
5. Adhi Juanda. Pitiriasis rosea. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. ed.5 Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010. Hal.197
6. Sri Adi Sularsito, Suria Djuanda. Neurodermatitis Sirkumskripta. In:
Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. ed.5 Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2010.
Hal.147-14
7. Kuswadji . Kandidosis intertriginosa. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,
editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.5 Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2010. Hal.107-108.
8. Unandar Budimuja . Eritrasma. Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors.
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.5 Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2010. Hal.334-335
9. Jack L Lesher Jr, MD , Antifungal agents. Online journal. Jan 24, 2012,
available from http://emedicine.medscape.com/article/1091473-treatment
diakses pada tanggal 7 November 2012.
11
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN
KASUS
NOVEMBER
2012
TINEA KORPORIS ET KRURIS
OLEH :
Rosnita Makmur
10542 0045 08
PEMBIMBING :
dr. Helena Kendengan, Sp.KK
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012
12
13
top related