tinjauan kebijakan moneter - desember 2008 filemeski demikian searah dengan upaya yang dilakukan ....
Post on 16-May-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
1
Tinjauan Kebijakan MoneterDesember 2008
Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan
oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada
setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni, Agustus, September,
November, dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai
media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan
penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi
moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian
Indonesia serta respon kebijakan moneter Bank Indonesia yang
dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara
triwulanan pada setiap bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Secara
rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini
mengenai inflasi, nilai tukar dan kondisi moneter selama bulan
laporan, serta keputusan respon kebijakan moneter yang ditempuh
Bank Indonesia.
Dewan Gubernur
Boediono Gubernur
Miranda S. Goeltom Deputi Gubernur Senior
Hartadi A. Sarwono Deputi Gubernur
Siti Ch. Fadjrijah Deputi Gubernur
S. Budi Rochadi Deputi Gubernur
Muliaman D. Hadad Deputi Gubernur
Adhayadi Mitroatmodjo Deputi Gubernur
Budi Mulya Deputi Gubernur
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
2
Daftar Isi
I. Statement Kebijakan Moneter .....................................................3
II. Perkembangan dan Kebijakan Moneter ......................................6
Inflasi ................................................................................................6
Nilai Tukar Rupiah .............................................................................7
Kebijakan Moneter ...........................................................................9
Strategi Kebijakan ..........................................................................9
Suku Bunga .................................................................................11
Dana, Kredit, dan Uang Beredar ..................................................12
Pasar Modal .................................................................................14
Kondisi Perbankan .......................................................................16
III. Respon Kebijakan Moneter .........................................................17
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
3
I. Statement KebIjaKan MoneTeR
Tekanan inflasi di Indonesia pada November 2008 mulai mereda. Hal
ini sejalan dengan mulai melambatnya perekonomian domestik sebagai
dampak dari melemahnya perekonomian global dan menurunnya harga-
harga komoditas internasional. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan
bahwa tekanan inflasi 2009 akan menurun dan cenderung berada pada
kisaran batas bawah 6,5%-7,5%. Bank Indonesia memandang bahwa
dampak krisis global pada melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik
mulai tampak pada kuartal III-2008 dan akan semakin terlihat pada
tahun 2009. Sementara itu, krisis keuangan global juga telah berdampak
pada kinerja di sektor keuangan Indonesia seperti yang ditunjukkan
oleh meningkatnya yield SUN, anjloknya harga saham, dan melemahnya
nilai tukar. Menyikapi perkembangan tersebut, Dewan Gubernur Bank
Indonesia memandang perlu untuk menempuh kebijakan moneter yang
mampu menjaga keseimbangan antara upaya menjaga gairah di sektor
dunia usaha dan mengurangi kerentanan di pasar keuangan dengan tetap
menjaga stabilitas makroekonomi jangka panjang.
Bank Indonesia senantiasa mencermati berbagai gejolak yang terjadi di
pasar keuangan global serta dampaknya pada perekonomian Indonesia.
Fenomena global yang saat ini dirasakan adalah terjadinya sebuah proses
deleveraging yang mengakibatkan keketatan likuiditas global sehingga
mendorong perpindahan portfolio investor termasuk dari Indonesia.
Repricing yang dilakukan oleh investor seiring dengan meningkatnya
persepsi risiko semakin mendorong aliran modal keluar (capital outflows)
dari emerging market. Bursa saham regional mencatat penurunan indeks
harga yang cukup tajam, pasar obligasi di sebagian negara kawasan
mencatat peningkatan yield. Derasnya aliran keluar modal asing pada
akhirnya mendorong tekanan pada hampir semua mata uang dunia.
Dampak dari proses tersebut adalah tekanan pada nilai tukar Rupiah.
Selama bulan November 2008, nilai tukar secara rata-rata mencatat
pelemahan sebesar 13,8%, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya
sebesar 6,5%. Depresiasi yang terjadi disertai dengan peningkatan
volatilitas, yang terutama dipicu oleh sentimen negatif pasar (market
confidence), di tengah kondisi pasokan valas di dalam negeri yang
semakin terbatas. Tekanan juga dirasakan pada Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Meski demikian searah dengan upaya yang dilakukan
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
4
oleh Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengantisipasi krisis lebih
lanjut, pelemahan IHSG dapat tertahan. Secara bulanan, IHSG melemah
hanya sebesar 1,2% dan ditutup pada posisi 1241 atau lebih rendah
dibandingkan pelemahan bulan sebelumnya sebesar 31,4%.
Di sisi lain, tekanan inflasi mulai dirasakan mereda. Perkembangan
eksternal dan permintaan dalam negeri yang melemah telah menyebabkan
berkurangnya tekanan inflasi di dalam negeri. Kelompok harga makanan
yang bergejolak (volatile food) mencatat penurunan laju inflasi yang
besar dibandingkan bulan sebelumnya. Hal ini terkait dengan masih
berlanjutnya penurunan harga komoditas internasional. Deflasi juga terjadi
pada kelompok harga barang yang ditentukan pemerintah (administered
price). Meski mereda, Bank Indonesia mencermati masih adanya potensi
tekanan di sisi inflasi inti, terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah.
Meski demikian, tekanan tersebut masih dapat dikompensasi sebagian
oleh penurunan harga komoditas internasional. Dengan perkembangan
tersebut, inflasi IHK selama bulan November 2008 tercatat sebesar 0,12%
(mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,45%
Di tengah berbagai gejolak tersebut, kondisi perbankan Indonesia secara
fundamental masih dapat terjaga. Indikator-indikator utama perbankan
menunjukkan ketahanan yang tetap baik dan mantap, seperti tercermin
berbagai indikator utama perbankan seperti CAR dan NPL. Sementara itu,
kondisi likuiditas perbankan yang sempat mengalami keketatan, sudah
mulai longgar kembali. Namun, perbankan terlihat mulai berhati-hati
dalam menyalurkan kredit seiring dengan meningkatnya risiko ke depan
sebagai dampak dari melemahnya perekonomian di sektor riil.
Ke depan, gejolak eksternal diprakirakan akan memengaruhi kinerja
perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi di triwulan IV-2008
diprakirakan mulai menurun walaupun secara keseluruhan tahun 2008
masih dapat mencatat sekitar 6.1% dan akan semakin melemah di tahun
2009. Pelemahan ekonomi global yang lebih dalam, termasuk kontraksi
ekonomi yang akan terjadi di berbagai, diprakirakan akan mendorong
pelemahan kinerja ekspor secara signifikan. Tekanan terhadap ekspor
bertambah berat terutama ketika penurunan harga komoditas di pasar
internasional masih terus berlanjut hingga tahun mendatang. Di sisi
domestik, menurunnya pendapatan dari ekspor serta tersendatnya sumber
pembiayaan perbankan diprakirakan akan menyebabkan pelemahan
daya beli masyarakat. Penyaluran kredit konsumsi diprakirakan menurun
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
5
akibat meningkatnya persepsi risiko debitur, disamping kecenderungan
perbankan menjaga likuiditas yang relatif tinggi di tengah ketidakpastian.
Sementara itu, inflasi IHK selama 2009 diprakirakan mendekati batas
bawah kisaran proyeksi 6,5-7,5% (yoy). Tekanan inflasi ke depan
diperkirakan menurun. Berkurangnya tekanan terhadap inflasi didukung
oleh kondisi permintaan domestik yang melambat secara signifikan,
serta prakiraan harga komoditas internasional yang masih mengalami
penurunan. Prakiraan harga dunia tersebut diprakirakan akan mengurangi
dampak negatif dari nilai tukar Rupiah yang diperkirakan akan melemah
di tahun 2009, sehingga imported inflation diprakirakan tidak memberi
tekanan yang signifikan pada laju inflasi.
Dengan berbagai perkembangan tersebut, dalam tataran kebijakan,
Bank Indonesia akan menjaga keseimbangan antara upaya mencegah
semakin melambatnya perekonomian riil dengan tetap berorientasi pada
pencapaian sasaran inflasi jangka menengah dan panjang. Untuk itu,
Bank Indonesia dalam keputusan Dewan Gubernur BI pada 4 Desember
2008 menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 9,25%. Penurunan
BI Rate ini diharapkan dapat menjaga gairah perekonomian domestik di
tengah melesunya perekonomian global. Di sektor riil, penurunan suku
bunga diperlukan untuk mendorong kepercayaan dunia usaha terhadap
perekonomian Indonesia yang sangat dibutuhkan untuk mengurangi
tingkat pengangguran. Di sektor keuangan, penurunan BI Rate ini juga
akan mengurangi kerentanan yang ada sehingga mengurangi risiko di
sektor ini.
Selain itu, kebijakan tersebut akan tetap diikuti oleh pemanfaatan piranti
moneter lain secara optimal, seperti intervensi di pasar valas untuk
meminimalkan volatilitas nilai tukar rupiah. Bank Indonesia akan terus
menerus mencermati dan memonitor perkembangan ekonomi global
dan akan melakukan penyesuaian kebijakan apabila diperlukan dalam
tujuan menjaga kestabilan ekonomi dan pencapaian sasaran inflasi jangka
menengah panjang.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
6
II. Perkembangan dan kebIjakan moneterPerekonomian Indonesia semakin merasakan dampak rambatan dari krisis perekonomian global selama November 2008. Namun, tekanan inflasi pada bulan November 2008 cenderung menurun. Secara bulanan maupun tahunan, inflasi November 2008 tercatat lebih
rendah dibandingkan bulan sebelumnya yaitu sebesar 0,12% (mtm) dan
11,68% (yoy). Penurunan inflasi tersebut terutama didorong oleh mulai
melemahnya perekonomian yang mendorong turunnya tekanan dari
sisi permintaan dan menurunnya harga komoditas internasional yang
menurunkan inflasi kelompok volatile food dan kelompok administered
price. Di sisi nilai tukar, pada November 2008 rupiah mengalami tekanan
depresiasi yang cukup kuat akibat berlanjutnya gejolak di pasar keuangan
global. Tingkat suku bunga deposito dan suku bunga kredit yang masih
relatif tinggi di tengah-tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global
berimplikasi pada penurunan akselerasi pertumbuhan kredit. Di pasar
saham, IHSG masih mengalami tekanan sejalan dengan koreksi pasar
saham global, pelemahan nilai tukar, serta kejatuhan harga komoditas
internasional. Sebaliknya, di pasar SUN, yield SUN terus membaik setelah
mengalami penurunan yang cukup signifikan.
InflasiLaju inflasi pada November 2008 yang rendah mengindikasikan bahwa penurunan tekanan inflasi akan terus berlanjut ke depan. Laju inflasi November 2008 secara bulanan menurun menjadi 0,12% dari
0,45% dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sementara itu secara
tahunan, tekanan inflasi November 2008 mencapai 11,68% menurun
dibandingkan dengan Oktober 2008 sebesar 11,77% (Grafik 2.1). Dengan
perkembangan tersebut, inflasi ytd s.d Oktober 2008 mencapai 11,1%.
Dilihat dari sumbangannya, inflasi IHK terutama bersumber dari kelompok
Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau yakni sebesar 0,18%
(Grafik 2.2). Peningkatan harga beberapa komoditas pada kelompok
Makanan Jadi terutama terjadi pada subkelompok Tembakau dan
Minuman beralkohol. Di sisi lain, kelompok Bahan Makanan dan kelompok
Transportasi dan Komunikasi memberikan sumbangan deflasi untuk yang
pertama kalinya sepanjang tahun 2008.
����
������������
���� ���� ����
���
��
�
��
��
��
� � � � � �� � � � � � �� � � � � � ��
���
�����
Grafik 2.1 IHK
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
7
Grafik 2.2 Inflasi dan Sumbangan Inflasi per Kelompok (November 2008. m-t-m)
berlanjutnya penurunan harga komoditas internasional dan terjaganya pasokan bahan pangan menyebabkan inflasi volatile food menurun. Penurunan laju volatile food tersebut terutama
disebabkan oleh penurunan harga minyak goreng terkait dengan
penurunan harga CPO internasional dan ketersediaan pasokan pangan
yang mampu menahan kenaikan harga. Tercatat hanya komoditas
bawang merah dan cabe merah yang menunjukkan kenaikan. Sementara
itu, harga daging-dagingan dan ikan relatif menurun yang diperkirakan
akibat menurunnya permintaan. Di sisi lain, harga beras relatif stabil yang
didukung oleh produksi beras nasional dan pengadaan beras Bulog yang
cukup baik. Stok beras per 28 November 2008 mencapai 3,070. juta ton
yang merupakan stok tertinggi sejak tahun 2005.
Turunnya harga bensin non-subsidi menyebabkan inflasi administered price lebih rendah dibanding bulan sebelumnya. Adanya kebijakan penurunan harga Pertamax dan Pertamax Plus
mengakibatkan komoditas bensin memberikan sumbangan deflasi pada
kelompok administered price. Selain itu, kembali terjaganya pasokan
minyak tanah dan LPG menyebabkan komoditas bahan bakar turut
memberikan sumbangan deflasi. Di sisi lain, tekanan inflasi administered
price terutama disebabkan oleh peningkatan harga komoditas rokok.
Namun, pada perkembangan selanjutnya dampak kenaikan harga rokok
mampu diredam oleh penurunan harga bensin non-subsidi.
Bank Indonesia mencermati kecenderungan masih tingginya inflasi inti pada bulan November 2008. Meningkatnya inflasi inti terutama terkait dengan dampak depresiasi nilai tukar serta ekspektasi inflasi ke depan yang masih relatif tinggi (Grafik 2.3 dan 2.4). Meski demikian,
tekanan tersebut masih dapat dikompensasi sebagian oleh penurunan
harga komoditas internasional. Tekanan imported inflation cenderung menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas internasional (Grafik 2.5). Rendahnya harga komoditas internasional telah berdampak pada penurunan harga komoditas terkait di dalam negeri sebagaimana tercermin pada penurunan harga minyak goreng akibat penurunan harga CPO.
nilai Tukar Rupiahbelum stabilnya pasar keuangan global dan meningkatnya perilaku menghindari risiko (risk aversion) terhadap aset emerging market
Grafik 2.3 Nilai Tukar dan Inflasi Negara Mitra Dagang
���������������������������������������
����������������������������������������
�����
����������������
�����
���
��
��
�
�
��
��
��
�
�
�
�
�
�
���� ���� ���� ���� ����� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��
Grafik 2.4 Ekspektasi Harga Konsumen
������
���
���
���
���
���
���
���
���
���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � �
������������������
�
����
����
����
�����
�����
����
����
����
����
����
����
�����
�����
����
���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����������������������������
�������������
�����������������������������������������
��������������������������������������������
�������
���������
����������������������������������
������������������������������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
8
menyebabkan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan yang cukup tajam pada November 2008. Secara rata-rata, rupiah melemah 13,8%
dari Rp9.998,- menjadi Rp11.594,- per USD (Grafik 2.6). Sedangkan
di akhir periode laporan, rupiah ditutup pada level Rp12.025,- per
USD atau melemah 8,7% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Pergerakan rupiah selama November 2008 pun cukup fluktuatif dengan
tingkat volatilitas bulanan yang meningkat dibandingkan dengan bulan
sebelumnya (Grafik 2.7).
Pergerakan rupiah sejalan dengan mata uang regional yang tertekan akibat ancaman resesi ekonomi global (Grafik 2.8). Pesimisme terhadap ekonomi global yang ditunjukkan oleh lembaga-
lembaga internasional melalui koreksi prediksi pertumbuhan ekonomi
global ke depan semakin menambah pesimisme para pelaku pasar.
Investor menilai prospek penempatan dana di aset Emerging Market
menurun dan memilih mengalihkan dananya ke aset yang lebih aman
yakni US Treasury (perilaku menghindari risiko - risk aversion). Hal itu
sejalan dengan memburuknya indikator risiko yang tercermin pada
melebarnya EMBIG Spread (Emerging Market Bond Index Global).
EMBIG Spread merupakan spread antara yield US Treasury dan komposit
dari yield negara-negara Emerging Market. Di samping itu, penurunan
harga komoditas internasional dan ekspektasi penurunan profit turut
memberikan tekanan terhadap bursa saham global yang pada akhirnya
memberikan tekanan terhadap mata uang regional (Grafik 2.9).
Dari sisi fundamental domestik, masih terdapat faktor risiko seiring dengan ekspektasi terhadap kinerja neraca pembayaran. Ekonomi
global khususnya AS yang telah berada dalam resesi serta menurunnya
harga komoditas internasional dikhawatirkan akan memengaruhi
kinerja ekspor sehingga diperkirakan akan memengaruhi kinerja neraca
pembayaran. Indikator risiko sebagaimana tercermin pada yield spread
antara global bond Indonesia dan obligasi pemerintah Amerika (US
T-Note) menunjukkan peningkatan (Grafik 2.10). Sementara itu ekspektasi
depresiasi masih kuat seperti tercermin pada peningkatan indikator premi
swap (Grafik 2.11). Di sisi lain, indikator Credit Default Swap (CDS) yang
mencerminkan kemampuan Pemerintah untuk membayar surat utangnya
bergerak stabil.
Tingginya imbal hasil rupiah masih belum dapat menutupi tingginya risiko. Meski selisih suku bunga Dalam Negeri dan Luar Negeri
(Uncovered Interest Rate Parity - UIP) masih lebih tinggi dibandingkan
Grafik 2.6 Rata-rata Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.7 Volatilitas Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.5 Inflasi IHPB Impor, IHK, dan Komoditas Impor
������������������
�����
���
����������������������������������������
����
����������������
���� ���� ���� ���� ����� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��� � � � � ��
������
����������������
�����������������������������������
���������������������������������������������
�����
�����
�����������
����������
���� ����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����
����
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����
����
����
����
�������������������������������������������������������������
����
����
����
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
������
����
����
����
����
����
�����
�����
���� ����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
����
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
9
Grafik 2.8 Pergerakan Mata Uang Dunia dan Regional
negara kawasan (Grafik 2.12), namun tingginya faktor risiko membuat
selisih suku bunga Covered Interest Rate Parity (CIP) menjadi negatif
(Grafik 2.13). Namun demikian, angka CIP Indonesia masih lebih baik
dibandingkan dengan Filipina dan Korea
Kebijakan Moneter
Strategi KebijakanPada bulan november 2008, Rapat Dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan bI Rate pada tingkat 9,5%. Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi
menyeluruh terhadap perkembangan ekonomi dan keuangan, baik dalam
negeri maupun luar negeri, serta arah perkembangan laju inflasi. Dalam
menghadapi gejolak keuangan global yang berlanjut dan perlambatan
ekonomi dunia yang makin nyata, Bank Indonesia memandang penting
untuk menjaga kebijakan moneter yang tepat, sehingga dapat mencapai
keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya menjaga
stabilitas moneter. Meskipun tekanan inflasi di dalam negeri mulai mereda,
Bank Indonesia pada waktu itu masih perlu mencermati beberapa faktor
risiko serta tekanan inflasi yang masih akan timbul hingga akhir tahun 2008.
Di bidang nilai tukar, bank Indonesia senantiasa melakukan kebijakan stabilisasi rupiah yang diarahkan pada upaya menghindari gejolak nilai tukar yang terlalu tajam. Selain itu, dalam
rangka menjaga keseimbangan permintaan dan pasokan di pasar valuta
asing, mengurangi tekanan yang berlebihan terhadap nilai tukar rupiah,
dan meminimalkan tujuan pembelian valuta asing yang bersifat spekulatif,
Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan mengenai pembelian valuta asing
terhadap Rupiah kepada bank. Ketentuan ini bukan merupakan kebijakan
kontrol devisa atau kontrol kapital (capital control) yang membatasi arus
modal lintas negara, namun hanya sebatas mengatur tata cara perolehan
devisa melalui bank dengan memenuhi persyaratan tertentu, tanpa
membatasi kebebasan pelaku ekonomi atas penggunaan devisa yang telah
dimiliki. Melalui ketentuan ini, pelaku ekonomi selain bank, yaitu nasabah
individu, badan hukum Indonesia dan pihak asing, dapat dengan bebas
melakukan pembelian valuta asing, baik melalui transaksi spot, forward,
maupun transaksi derivatif. Namun, untuk pembelian valuta asing yang
jumlahnya melebihi USD100.000 (seratus ribu dollar Amerika Serikat) per
Grafik 2.9 Apresiasi/Depresiasi Nilai Tukar pada November 2008
Grafik 2.10 Yield Spread Government Bond RI dan AS
���
���
���
���
���
���
���
���
�
���������
����������
������ ������ ����� ����� ���� ���� ����
����
����
������
�����
�����
�����
�����
�����
����
�����
�����
�����
������
�����
�����
�����
�������������������������������������������������������������
������� ������������������
������ �
�����
����
����
����
����
�����
������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�����������
������
������
������
������
������
������
�����
�����
������
���
���
���
������
���
���
����������������
���������
����������������������������������������������������������������
������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
��� ������ ��� ���
���������
���
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
10
bulan dapat dilakukan sepanjang memiliki underlying transaksi. Khusus
bagi nasabah individu dan badan hukum Indonesia, dipersyaratkan untuk
menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Khusus untuk pihak
asing, hanya berlaku untuk transaksi spot. Kebijakan ini juga dimaksudkan
untuk menunjang upaya memperkuat kehati-hatian bagi bank melalui
penerapan prinsip mengenal nasabah (Know Your Customer Principle/
KYC), sehingga transaksi valuta asing yang dilakukan oleh nasabah bank,
baik individu dan badan hukum Indonesia maupun pihak asing, memiliki
tujuan penggunaan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan serta
bermanfaat bagi sektor riil.
Dalam upaya mengantisipasi dampak krisis keuangan global yang
berpotensi membahayakan stabilitas sistem keuangan dan perekonomian
nasional, bank Indonesia menyempurnakan ketentuan fasilitas likuiditas bank umum, yaitu Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum
(FLI), Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum (FPJP), dan
Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi Bank Umum (FPD). Terbitnya peraturan
tersebut juga melengkapi mekanisme Jaring Pengaman Sistem Keuangan
(JPSK) sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) No.4 Tahun 2008 tentang JPSK. Ketentuan
Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) mengatur pemberian fasilitas untuk
mengatasi kekurangan likuiditas akibat kesenjangan antara arus dana
masuk dan arus dana keluar. Pemberian fasilitas ini kepada bank ditujukan
untuk memperlancar operasi sistem pembayaran dengan didukung agunan
likuid dan bernilai tinggi. Penyempurnaan ketentuan Fasilitas Pendanaan
Jangka Pendek (FPJP) memberikan akses yang lebih luas kepada perbankan
untuk memperoleh pendanaan dengan jangka waktu yang lebih panjang
dari FLI. Sementara itu Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) diberikan kepada
bank yang mengalami kesulitan likuiditas tetapi masih memenuhi tingkat
solvabilitas tertentu yang ditetapkan Bank Indonesia, serta berdampak
sistemik. Berbeda dengan FLI dan FPJP, pemberian FPD harus didasarkan
pada keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), yang
keanggotaannya terdiri dari Menteri Keuangan sebagai Ketua merangkap
Anggota dan Gubernur Bank Indonesia sebagai Anggota.
Selain itu, Bank Indonesia tetap akan mengoptimalkan piranti lain
dalam melaksanakan kebijakan moneter. Hal tersebut dibarengi dengan
terus melakukan koordinasi dengan Pemerintah dalam mencermati
perkembangan dan prospek perekonomian global, regional dan domestik
untuk mengamankan stabilitas ekonomi jangka menengah.
Grafik 2.12 Perbandingan UIP Beberapa Negara
Grafik 2.13 Perbandingan CIP Beberapa Negara
Grafik 2.11 Premi Swap Berbagai Tenor
�
�������������������������
���� ������� ���
��������� ������������������ ����������
����
����
����
����
���
���
������������������������� ������������ ������������������ ������������
�
��������
�����
��������
���������
����
����
���
���
���
���
���
����
������������������������������������
���� ����
����
����
��������
��������
����
����
�
��������������������������������������
���������������������������������
���� ����
��������������
��������
������������������
�������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
11
Suku BungaTidak berubahnya level bI Rate tercermin pada pergerakan suku bunga PUab o/n yang stabil disekitar bI Rate. Rata-rata
tertimbang harian suku bunga PUAB O/N pagi dan sore tercatat menurun
mencerminkan jumlah likuiditas di tenor O/N yang memadai. Meskipun
sempat melebar pada pertengahan bulan akibat sentimen negatif terkait
kasus Bank Century, rata-rata suku bunga PUAB O/N pada November
2008 stabil di kisaran 9,29-10,09%. Berdasarkan pelaku transaksi di PUAB,
transaksi pinjam lebih didominasi oleh bank asing. Namun, selama periode
laporan bank swasta, bank campuran maupun BPD juga sempat muncul
sebagai peminjam terbesar di PUAB.
Kenaikan bI Rate pada oktober 2008 masih terus ditransmisikan oleh suku bunga deposito. Bahkan setelah dipertahankannya level BI
Rate pada November 2008, peningkatan suku bunga deposito masih terus
berlangsung yang mengindikasikan segmentasi pasar perbankan. Rata-
rata suku bunga deposito (counter rate) untuk tenor 1 bulan naik menjadi
8,51% dari 7,74% di bulan sebelumnya (Tabel 2.1). Kuatnya respon
perbankan tersebut terutama dilakukan oleh kelompok Bank Campuran,
dan diikuti oleh kelompok Bank Persero.”
Sementara itu, suku bunga kredit mengalami peningkatan dengan magnitude yang lebih besar (Grafik 2.14). Pada Oktober 2008, rata-
rata tertimbang suku bunga kredit modal kerja (KMK) melonjak sebesar
74bps menjadi 14,67% dari 13,93% pada bulan sebelumnya. Peningkatan
suku bunga KMK tersebut terutama disumbang oleh kelompok Bank
Asing dan Campuran. Selain suku bunga KMK, rata-rata suku bunga kredit
investasi (KI) juga meningkat signifikan sebesar 56bps menjadi 13,88%
dari 13,32% pada bulan sebelumnya. Kenaikan suku bunga KI terutama
dikontribusi oleh kelompok Bank Asing dan Campuran dan Bank Umum
Swasta Nasional.
Grafik 2.14 Perkembangan Berbagai Suku Bunga
�
�����
������������
���� ���� ���� ����� � � � ������ � ������ � �������
�����������������������
�����������������������������
���������������������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
12
Dana, Kredit, dan Uang BeredarSeiring dengan meningkatnya suku bunga deposito, pertumbuhan dana terus mengalami peningkatan (Grafik 2.15). Pada Oktober
2008, DPK tumbuh sebesar 18,0%, meningkat dari bulan sebelumnya
yang tumbuh sebesar 14,3%. Kondisi tersebut dikontribusi oleh seluruh
komponen, terutama deposito tenor 1 bulan. Penyumbang utama dari
naiknya pertumbuhan deposito adalah kelompok perorangan dan Badan
Usaha Milik Swasta (BUMS). Sementara itu, pada komponen tabungan,
terjadi perlambatan pada kelompok perseorangan. Hal ini diindikasi akibat
lebih menariknya suku bunga deposito dibandingkan dengan suku bunga
tabungan.
Di sisi lain, pertumbuhan kredit relatif masih tinggi meski ke depan mulai menunjukkan kecenderungan menurun (Grafik 2.16). Apabila
diperhitungkan pengaruh pelemahan nilai tukar, pertumbuhan kredit
justru mulai melambat. Kredit dalam rupiah tumbuh lebih rendah sebesar
36,9% dari bulan sebelumnya sebesar 37,4% (yoy). Begitupula dengan
kredit dalam valuta asing (US$) yang tumbuh melambat menjadi sebesar
19,7% dari bulan sebelumnya sebesar 28,6% (yoy). Pada Oktober 2008,
perlambatan kredit valas terjadi pada kredit modal kerja diikuti dengan
kredit investasi. Sementara itu, kredit konsumsi mengalami pertumbuhan
negatif yang cukup signifikan. Secara sektoral, perlambatan kredit valas
terutama terjadi pada sektor pertanian dan lain-lain.
Tabel 2.1Perkembangan berbagai Suku bunga
Suku bunga (%)
BI Rate 8,00 8,00 8,00 8,00 8,25 8,5 8,75 9,00 9,25 9,50 9,50
Penjaminan Deposito 8,25 8,00 8,00 8,00 8,25 8,25 8,25 8,75 8,75 10,00 10,00
Dep 1 bulan (Weighted Average) 7,07 6,95 6,88 6,86 6,98 7,19 7,51 8,04 9,26 10,14 n,a
Dep 1 bulan (Counter Rate) 6,97 6,9 6,84 6,85 6,84 7,01 7,18 7,42 7,74 7,74 8,51
Base Lending Rate 13,14 12,92 12,83 12,75 12,77 12,8 12,95 13,21 13,26 13,26 14,07
Kredit Modal Kerja (KMK) 12,99 12,96 12,88 12,93 12,92 12,99 13,14 13,42 13,93 14,67 n,a
Kredit Investasi (KI) 12,81 12,71 12,59 12,47 12,36 12,51 12,61 12,86 13,32 13,38 n,a
Kredit Konsumsi (KK) 16,04 15,96 15,83 15,74 15,67 15,71 15,73 15,78 15,87 16,05 n,a
2008
jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep okt nov
Grafik 2.16 Perkembangan Dana vs Kredit
���������� ������������������������������
��
��������������������
�
�
��
��
��
��
��
���� ���� ���� ���������������� ��������������� ��� ��������������� ��� ��������� ���
���������������������������������������������������������
Grafik 2.15 Perkembangan Dana vs Kredit
������ �����������
��
��
��
��
��
��
��
��
��
���
���
���
����
����
����
����
���� ���� ���� ������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�������������������������������������������������������������������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
13
Tanpa memperhitungkan pelemahan nilai tukar, likuiditas perekonomian (M1 dan M2) tumbuh melambat bahkan lebih rendah dari rata-rata dalam 7 tahun terakhir. Pada Oktober 2008,
M1 tumbuh sebesar 13,6%, lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar
19,6%. Lebih rendahnya pertumbuhan M1 dibandingkan dengan bulan
sebelumnya tersebut lebih disebabkan oleh faktor musiman seiring dengan
menurunnya uang kartal setelah Lebaran. Sebaliknya, M2 tumbuh sebesar
17,3%, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 16,89%. Meningkatnya
pertumbuhan M2 pada Oktober 2008 lebih disebabkan oleh pelemahan
nilai tukar yang cukup tajam. Tanpa memperhitungkan pelemahan nilai
tukar, M2 pada Oktober 2008 hanya tumbuh sebesar 15,13%. Secara
riil1, pertumbuhan M1 dan M2 rupiah menjadi masing-masing sebesar
1,8% dan 4,3% (Grafik 2.17), melemah tajam dari bulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 7,4% dan 4,7%. Hal tersebut sejalan dengan hilangnya
faktor musiman hari raya di tengah inflasi yang menurun.
Perkembangan M1 yang mengalami perlambatan berpengaruh positif pada inflasi. Pertumbuhan M1 telah memasuki fase penurunan
yang mencerminkan menurunnya risiko tekanan inflasi dari sisi permintaan
ke depan. Selain itu, indikator excess money2 juga mengindikasikan bahwa
inflasi saat ini telah mencapai titik puncaknya dengan prospek yang
cenderung membaik. Namun, berbagai hal tersebut tetap perlu dicermati
lebih lanjut terutama dalam formulasi kebijakan.
Pengganda uang M2 meningkat pesat (Grafik 2.18). Pada Oktober
2008, pengganda uang (money multiplier) M2 bergerak naik, khususnya
akibat kontraksi base money dari penurunan Giro Wajib Minimum (GWM).
Apabila faktor GWM dikeluarkan, pengganda uang M2 masih meningkat
dengan magnitude yang lebih rendah. Naiknya pengganda uang juga
disumbang oleh menurunnya permintaan uang kartal setelah Lebaran.
Berdasarkan komponennya, perlambatan pertumbuhan M2 bersumber
dari tabungan dan simpanan valas. Pada bulan laporan, simpanan valas
mengalami koreksi, meskipun dalam valuta rupiah masih meningkat akibat
pelemahan nilai tukar. Sedangkan uang giral dan deposito masih tercatat
akseleratif. Kondisi di uang giral terjadi seiring dengan masih tingginya
pertumbuhan kredit, sementara di deposito dikontribusi oleh semakin
kompetitifnya suku bunga yang diberikan bank.
1 Dihitung terhadap inflasi aktual.2 Terminologi excess money didekati dengan mengurangkan antara pertumbuhan nominal M1
dengan pertumbuhan riil konsumsi swasta. Mengindikasikan pemanfaatan M1 semata-mata hanya untuk memenuhi pengeluaran ekonomi dalam bentuk konsumsi rumah tangga, selebihnya berpo-tensi inflatoir.
Grafik 2.17 Pertumbuhan Riil M1 dan M2
������
�������������
��������������
���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���������������������������������������������������������
������� ������������� �������
Grafik 2.18 Perkembangan Angka Pengganda Uang
����������
���
���
���
���
���
���
���
���
���
���� ���� ���� ����� � � � � �� � � � � � �� � � � � � �� � � � � �
�
�
�
�
�
��
��
��
����������������������������
����������������������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
14
Pasar modalKinerja IHSG masih dipengaruhi oleh kondisi pasar keuangan global. Pecahnya bubble pasar keuangan global dan meningkatnya risiko
kredit memicu terjadinya ketetatan likuiditas di pasar-pasar keuangan
yang merambat ke negara-negara berkembang. Saham-saham perbankan
Amerika Serikat (AS), antara lain Citigroup, kembali berjatuhan. Indeks
saham Dow Jones mendekati level 7500, yang merupakan level terendah
sejak 2002. Dari sisi domestik, relatif stabilnya kondisi makro yang terindikasi
dari masih tingginya pertumbuhan ekonomi di Triwulan III-2008 belum
mampu menahan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari
gejolak di sisi eksternal. Kapitalisasi pasar juga mengalami penurunan
secara signifikan sebesar Rp201 triliun menjadi Rp940,9 triliun pada
akhir November 2008. Pada pekan terakhir November 2008 kondisi IHSG
kembali positif dan mengalami pembalikan arah didorong oleh berbagai
faktor, antara lain dilaksanakannya berbagai upaya yang dilakukan oleh
Pemerintah dan Bank Indonesia untuk mengantisipasi krisis lebih lanjut serta
membaiknya kondisi global. Dengan demikian, secara bulanan IHSG hanya
melemah sebesar 1,2% (mtm) dan ditutup pada posisi 1.241 (Grafik 2.19).
Kejatuhan IHSG lebih dalam tertahan oleh beberapa faktor kebijakan. Demi terciptanya perdagangan yang wajar dan efisien, BEI
kembali melakukan beberapa modifikasi sistem perdagangannya. Beberapa
kebijakan baru tersebut di antaranya penyesuaian harga di pasar tunai
dengan pasar reguler pada 24 November 2008, serta mulai mewajibkan
pelaporan transaksi repo3 saham. Penyesuaian tersebut diperlukan karena
melebarnya perbedaan signifikan antara harga pasar tunai4 dan harga
pasar reguler yang berpotensi menimbulkan ketidakwajaran dalam
perdagangan saham. Selain itu, BEI masih konsisten dalam menerapkan
larangan shortselling5, asymetric auto-rejection6, dan suspensi
perdagangan untuk beberapa saham tertentu. Pelonggaran autorejection
batas atas bahkan mampu menahan koreksi IHSG lebih dalam. Namun,
relatif kecilnya kapitalisasi saham yang mengalami peningkatan di atas
10% menyebabkan koreksi IHSG tidak terhindarkan. Sementara rencana
buyback oleh BUMN masih belum seperti yang diharapkan, kerena
minimnya realisasi tersebut.
3 Per November 2008, Repo saham mencapai Rp2 Triliun.4 Pasar tunai menggunakan mekanisme perdagangan continuous auction.5 Pelarangan short selling selama Oktober 2008 ini bertujuan untuk mengurangi spekulasi jual perdagangan di tengah momentum penurunan harga6 Selama Oktober, terdapat sekitar 52 perusahaan yang terkena auto rejection batas bawah. Dalam perkembangan selanjutnya, BEI menerapkan asymetric auto rejection (batas atas 20% dan batas bawah 10%) dan mengeluarkan BUMI dalam daftar efek yang diperkenankan transaksi margin.
Grafik 2.19 IHSG dan Nilai Tukar
���� �����������������
�
���
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
������
������
������
������
������
������� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
����
�������������������������
�����������������
������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
15
���������������������������
�������������������
���
���
���
���
�����
�����
�
�
�
�
�
��
��
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
���������������������������������������������
Dari sisi investor asing tercatat masih membukukan net beli di pasar saham. Net beli asing per November 2008 adalah sebesar Rp180 miliar/
hari (Grafik 2.20). Searah dengan kondisi tersebut, proporsi kepemilikan
asing berdasar KSEI pada November 2008 kembali naik menjadi sebesar
66,1% dari posisi Oktober 2008 yang hanya sebesar 64,1%. Meskipun
demikian, kapitalisasi asing secara nominal turun tipis dari Rp405 triliun
menjadi Rp404 triliun.
Kinerja Pasar SUn mulai membaik ditandai dengan penurunan tipis yield SUn secara bulanan. Secara rata-rata, yield SUN untuk
seluruh tenor mencapai 15,17% pada posisi akhir November 2008 atau
turun tipis sebesar 15 bps dari posisi akhir Oktober 2008 (Grafik 2.21).
Penurunan yield SUN tidak lepas dari kebijakan pembelian SUN oleh
Bank Indonesia dan kondisi pasar SUN yang masih kompetitif. Meskipun
pembelian SUN yang dilakukan oleh Bank Indonesia relatif kecil, namun
hal tersebut mampu memberikan sinyal yang memadai terhadap intensi
Bank Sentral membantu kinerja SUN. Di samping itu, kondisi pasar SUN
yang relatif kompetitif tercermin dari yield SUN 10 tahun yang lebih tinggi
dibandingkan asset domestik lainnya seperti earning yield saham, deposito
dan SBI. Masih positifnya interest rate differential antara yield SUN 10
tahun dan US Government Bond 10 tahun serta perbandingan riil interest
rate terhadap inflasi juga turut menunjukkan bahwa SUN berada dalam
kondisi yang kompetitif.
Meskipun kondisi SUn sudah relatif membaik, namun gejolak pasar keuangan yang masih berlanjut menyebabkan asing melepas kepemilikannya pada SUn. Penurunan kepemilikan SUN oleh asing
mencapai Rp4,4 triliun selama November 2008 dengan porsi terbesar
terjadi di lembaga keuangan asing. Di kelompok pelaku pasar domestik,
posisi kepemilikan SUN oleh asuransi dan dana pensiun relatif tidak
berubah. Selain penurunan kepemilikan SUN oleh asing, volume dan
frekuensi perdagangan SUN juga mengalami penurunan (Grafik 2.22).
Rata-rata perdagangan SUN pada November 2008 mencapai Rp3,2 triliun,
lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai Rp4,4 triliun.”
Searah dengan penurunan kinerja underlying asset, Reksadana juga mengalami tekanan. Laporan Bapepam di Oktober 2008, NAB reksadana
mencapai Rp73,3 Triliun. Namun, kondisi reksadana masih relatif terjaga
antara lain disebabkan oleh keberadaan reksadana terproteksi sehingga
tekanan dari sisi redemption menjadi relatif minimal.
Grafik 2.20 Net Beli Asing Saham
�����������
�����������������
����
�����
�����
�����
�����
���
�
�
�
�
�
�
����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
�����
������������������
�����������������������
Grafik 2.21 Pergerakan Yield SUN
Grafik 2.22 Volume dan Frekuensi Perdagangan SUN
���
��
��
��
��
��
��
���� ��� ���
����
��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���
�������������������������������������������������������������������������������������������������������
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
16
Kondisi PerbankanKinerja sektor perbankan pada Oktober 2008 secara umum tetap
mantap. Indikator-indikator utama seperti CAR, NPL dan NII perbankan
menunjukkan ketahanan dalam menghadapi gejolak pasar. Posisi kredit
masih mengalami peningkatan mencapai Rp1.343,5 triliun atau tumbuh
sebesar 37,1%. Total aset juga mengalami peningkatan mencapai
Rp2.235 triliun atau tumbuh sebesar 20% (yoy). Indikator lainnya turut
menggambarkan perkembangan yang stabil. Rasio kredit bermasalah (Non
Performing Loan - NPL) pada Oktober 2008 tercatat sebesar 3,9% (gross)
dan 1,6% (net). Net Interest Income (NII) meningkat signifikan menjadi
Rp10,6 triliun dari Rp9,3 triliun pada bulan sebelumnya. Sementara itu,
rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio - CAR) dan Return On
Asset (ROA) relatif stabil dari bulan sebelumnya sebesar 16% dan 2,7%.
Tabel 2.2Kondisi Umum Perbankan
Indikator Utama
Total Aset (T Rp) 1.862,7 1.895,0 1.986,5 1.940,3 1.940,7 1.944,7 1.949,3 1.972,5 2.040,9 2.057,1 2.066,6 2.122,6 2.235,0DPK (T Rp) 1.419,4 1.437,5 1.510,7 1.471,2 1.474,5 1.466,2 1.481,8 1.505,6 1.553,4 1.532,9 1.528,1 1.601,4 1.674,2Kredit (T Rp) 980,1 1.004,6 1.045,7 1.031,1 1.045,9 1.080,1 1.103,1 1.137,7 1.190,0 1.210,9 1.246,6 1.287,4 1.343,5LDR (%) 69,0 69,9 69,2 70,1 70,9 73,7 74,4 75,6 76,6 79,0 81,6 80,4 80,2NPLs Gross (%) 5,6 5,4 4,6 4,8 4,8 4,3 4,4 4,3 4,1 4,0 3,9 3,9 3,9NPLs Net (%) 2,5 2,3 1,9 2,0 2,1 1,8 1,8 1,8 1,7 1,6 1,4 1,4 1,4CAR (%) 19,8 19,5 19,3 20,1 19,2 18,6 18,4 17,1 16,4 16,2 16,0 16,5 16,0NIM (%) 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
2007 2008
okt nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep okt
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
17
III. ReSPon KebIjaKan MoneTeR
Setelah melakukan evaluasi yang menyeluruh terhadap perkembangan
dan prospek ekonomi dan keuangan, baik domestik maupun global,
Rapat dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada 4 Desember 2008 memutuskan untuk menurunkan bI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 9,25%. Bank Indonesia memandang bahwa dampak
krisis keuangan terhadap perekonomian global semakin nyata, seperti
terlihat pada perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia 2009 yang merosot
dari 3,0% ke 2,2 %, yang juga mulai terlihat pengaruhnya pada
perekonomian nasional. Penurunan harga minyak dan berbagai komoditi
telah mengurangi tekanan inflasi di dalam negeri sebagaimana tercermin
pada inflasi bulanan yang terus menurun. Laju inflasi bulan November
2008 tercatat terendah dibandingkan dengan bulan yang sama pada
tahun-tahun sebelumnya. Penurunan tekanan inflasi ini diprakirakan akan
terus berlanjut pada tahun 2009. Proyeksi inflasi 2009 sebesar 6,5%-
7,5% diperkirakan akan tercapai dan bahkan terbuka kemungkinan untuk
mendekati batas bawah. Di sisi nilai tukar, Bank Indonesia juga senantiasa
berada di pasar untuk mengawal perkembangan nilai tukar melalui
kebijakan stabilisasi di pasar valas guna mengurangi volatilitas rupiah.
Dengan mempertimbangkan perkembangan perekonomian domestik
tersebut, keputusan untuk menurunkan BI Rate ke level 9,25%
diharapkan dapat menjaga gairah di sektor usaha di tengah melesunya
perekonomian global, dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.
Untuk mengatasi permasalahan segmentasi di Pasar Uang Antar Bank
(PUAB), Bank Indonesia juga memutuskan penurunan tingkat bunga
fasilitas pinjaman harian (overnight) perbankan melalui transaksi repo dari
BI Rate plus 100 bps menjadi BI Rate plus 50 bps, sekaligus menyesuaikan
FASBI Rate dari semula BI Rate minus 100 bps menjadi BI Rate minus
50 bps. Selain itu, Bank Indonesia akan terus mengamankan stabilitas
ekonomi melalui koordinasi dengan Pemerintah untuk mencermati
perkembangan perekonomian global, regional dan domestik.
Tinjauan Kebijakan Moneter - Desember 2008
18
* angka sementara * angka BPS berdasarkan tahun dasar 2000 1) minggu terakhir 2) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia. kecuali data pasar modal (BAPEPAM). IHK. ekspor/impor dan PDB dari BPS
Indikator Terkini
SeKToR KeUanGan
H a R G a
SeKToR eKSTeRnaL
InDIKaToR KUaRTaLan
SUKU bUnGa & SaHaMSuku bunga SBI 1 bln 1)
Suku bunga SBI 3 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2)
JIBOR satu minggu 2)
IHSG Indeks 3)
beSaRan MoneTeR (miliar Rp)base Money M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D)Broad Money (M2 = C+D+T) Uang kuasi (T) Uang kuasi (Rupiah) Deposito Tabungan Deposito (Valas) M2 - Rupiah
Tagihan pada Dunia UsahaKredit-bank Umum
Inflasi bulanan (%. mtm)Inflasi tahunan (%. yoy)
Rp/USD (akhir periode. nilai tengah)Ekspor Barang Non migas (f.o.b. juta USD) 4) Impor Barang Non migas (c & f. juta USD) 4) Net International Reserve (juta USD)
Pertumbuhan PDB (%. yoy) Konsumsi Investasi Perubahan Stok Ekspor ImporIncremental Capital Output Ratio (ICOR,%)Posisi Pinjaman Luar Negeri (juta USD)
8,25 8,25 8,25 8,00 8,00 7,93 7,96 7,99 8,31 8,73 9,23 9,28 9,71 10,98 7,83 7,83 7,83 7,83 7,83 8,01 8,04 8,04 8,44 9,20 9,75 9,74 9,91 11,16 7,13 7,16 7,18 7,19 7,07 6,95 6,88 6,86 6,98 7,19 7,51 8,04 9,26 - 7,44 7,41 7,40 7,42 7,40 7,36 7,26 7,23 7,34 7,49 7,82 8,40 9,45 - 6,56 5,95 6,95 5,77 6,57 7,57 7,99 7,87 8,05 8,46 8,97 9,29 9,69 10,27 2.359.206 2.643.487 2.688.332 2.745.826 2.627.251 2.721.944 2.447.299 2.304.516 2.444.349 2.349.105 2.304.508 2.165.943 1.832.507 1.256.704
310.265 313.499 311.172 379.582 332.437 322.001 325.044 324.186 333.995 349.649 346.594 343.630 392.136 307.460 411.281 414.996 424.435 460.842 420.298 411.327 419.746 427.028 438.544 466.708 458.379 452.445 491.729 - 160.327 156.955 161.272 183.419 166.950 165.633 164.995 171.049 177.886 189.453 188.938 191.866 223.166 191.021 250.954 258.041 263.163 277.423 253.348 245.694 254.751 255.979 260.658 277.255 269.441 260.579 268.563 - 1.512.756 1.530.145 1.556.200 1.643.203 1.588.962 1.596.090 1.586.795 1.608.874 1.636.383 1.699.480 1.679.020 1.675.430 1.768.250 - 1.101.475 1.115.149 1.131.765 1.182.361 1.168.664 1.184.763 1.167.049 1.181.846 1.197.839 1.232.772 1.220.641 1.222.985 1.276.521 - 884.063 896.515 913.037 966.454 950.688 950.840 940.225 954.472 963.208 982.017 965.924 972.949 1.033.846 - 511.003 514.110 520.837 533.376 531.336 531.242 523.520 532.425 536.484 543.174 531.898 544.976 594.839 - 373.060 382.405 392.200 433.078 419.352 419.598 416.705 422.047 426.724 438.843 434.026 427.974 439.008 - 217.412 218.634 218.728 215.907 217.976 233.923 226.824 227.374 234.631 250.755 254.717 250.036 242.674 - 1.295.344 1.311.511 1.337.472 1.427.296 1.370.986 1.362.167 1.359.971 1.381.500 1.401.752 1.448.725 1.424.303 1.425.394 1.525.501 - 962.153 984.837 1.009.712 1.040.996 1.026.218 1.040.616 1.075.500 1.102.596 1.137.143 1.189.100 1.206.458 1.246.282 1.286.682 - 907.260 930.152 953.259 995.111 980.261 995.323 1.029.172 1.054.747 1.089.268 1.142.120 1.159.983 1.198.991 1.239.501 -
0,80 0,79 0,18 1,10 1,77 0,65 0,95 0,57 1,41 2,46 1,37 0,51 0,97 0,45 6,95 6,88 6,71 6,59 7,36 7,40 8,17 8,96 10,38 11,03 11,90 11,85 12,14 11,77
9.137 9.103 9.376 9.419 9.291 9.051 9.217 9.234 9.318 9.225 9.118 9.153 9.378 10.995 7.561 8.125 7.916 8.434 8.957 8.356 9.091 8.572 9.589 9.719 9.468 - - - 5.853 6.015 6.799 5.856 7.826 7.419 7.980 8.983 8.362 8.474 9.305 - - - 48,30 48,90 48,84 50,98 49,06 48,93 50,27 50,21 48,98 50,22 51,53 52,17 57,11 50,58
6,32 6,44 6,11 5,47 5,53 6,67 15,61 13,05 11,99 169,20 169,38 -34,98 15,46 15,93 14,33 17,77 16,73 11,92 3,7 3,6 3,5 145.519 146.226 147.070
2007
Sep okt nov Des jan Feb Mar apr Mei jun jul ags Sep okt
2008
Tw.I Tw.II Tw.III
2008
top related