tinjauan pedagogik pengaruh faktor kecerdasan frans
Post on 12-Jul-2015
52 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan,
Kreativitasdan Potensi Diri terhadap Keberhasilan
dalam Memimpin
By Prof. Nyoman Dantes
Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan, Kreativitas
dan Potensi Diri terhadap Keberhasilan dalam Memimpin
Oleh : Nyoman Dantes
1. Pendahuluan
Ciri utama abad milinium ini adalah terjadinya globalisasi pada setiap aspek kehidupan. Kita
hidup pada masa berlangsungnya banyak perubahan yang mempercepat globalisasi, informasiyang kian menggunung, dominasi sains dan teknologi yang terus bertumbuh, dan benturan
berbagai kultur. Globalisasi mengandung arti terjadinya keterbukaan, kesejagatan, dimana batas-
batas negara tidak lagi menjadi penting. Dalam kaitan dengan itu, terjadi kehidupan yang penuh
dengan persaingan karena dunia telah menjadi sangat kompetitif. Salah satu yang menjadi trend dan merupakan ciri globalisasi adalah adanya keterbukaan, jaminan mutu dan persamaan hak.
Dalam konteks kepemimpinan, hal itu tentunya berarti dimensi penghargaan, pengakuan dan
keadilan pada setiap individu berhak mendapat prioritas yang setinggi-tingginya tanpamemandang bangsa, ras, latar belakang ekonomi, maupun jenis kelamin. Kepemimpinan yang
dapat memberikan kenyamanan, perasaan aman, kesejahtraan moriil dan materiil akan
berdampak langsung pada kesejahtraan hidupnya. Hal tersebut merupakan dimensi aksiologi
kepemimpinan. Maka dari itu diperlukan dasar pemahaman yang kuat dan dasar yang kokoh bagipemimpin atas nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri. Sentuhan dengan pendekatan kemanusiaan
akan dapat merupakan wahana transpormasi budaya, dan proses itu sendiri adalah budayaintingeble,merupakan social culture, dan juga merupakan dan mendukung culture system. Dalamkaitannya dengan itu pemimpin dituntut berperan sebagai agen pengembang dan pembentuk
budaya kerja organisasi.
Bila kita analisis pengalaman sejarah bangsa kita, pasang surutnya perkembangan bangsa kita,
diperlukan usaha yang sangat serius untuk menata kehidupan bangsa dalam berbagai aspek.
Menata kehidupan bangsa dalam berbagai aspeknya termasuk pendidikan adalah hal yang
sangat mendesak untuk dilakukan, walaupun hal itu diketahui sulit. Pada hakekatnya proses
penataan kembali itu diperlukan, karena hadirnya sejumlah perubahan, yang beberapadiantaranya sangat fundamental dan tidak pernah diramalkan sebelumnya. Dunia bergerak ke
masa depan dengan dinamis, dan dalam proses itu banyak nilai masa lalu yang tidak tepat lagidengan konteks perkembangan jaman. Hal ini disebabkan karena memang perubahan
perkembangan masyarakat; dari masyarakat pedesaan menjadi masyarakat perkotaan, dari
masyarakat agraris ke masyarakat industri dan jasa, dari tipologi masyarakat tradisional menujumasyarakat modern, juga berkembang dari masyarakat paternalistik ke masyarakat demokratis.
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
Hal ini dapat menyebabkan sebagian masyarakat mengalami disorientasi nilai. Dalam tingkat
tertentu hal tersebut juga mempengaruhi dunia pendidikan kita.
Sebagai masyarakat yang sebagian besar cenderung dalam tipologi tradisional, terkait dengan
perubahan jaman tersebut, untuk bisa hidup harmonis dan bahagia dalam lingkungan dunia baru
(global) ini, diperlukan hadirnya Neotradisional Norm yaitu nilai-nilai baru yang berakar padanilai-nilai tradisional (asli) dan dalam perkembangan dan perubahan nilai dapat disebut dengandynamic integrated norm yaitu suatu perubahan nilai yang dianut masyarakat tetapi masihbersumber dan terintegrasi dengan nilai aslinya yang bisa berupa nilai-nilai luhur bangsa yang
merupakan puncak-puncak nilai bangsa, maupun berupa nilai yang bersumber dari kearifan
lokal (local geneus). Semua ini mewarnai perilaku kehidupan masyarakat dan ini juga mewarnaiperilaku mereka dalam melakukan kegiatan-kegiatan profesional maupun dalam dunia kerja
industri. Pola-pola manajemen (pengelolaan) sumber daya pun harus dapat mengantisipasi hal
tersebut.
Bila kita kaji beberapa referensi dalam kaitan dengan hal di atas, tampak jelas penggambaran
adanya perubahan zaman yang sangat pesat. Seperti Nisbet (1997) telah menyodorkan sepuluhmegatrent global yang akan terjadi ke depan yang terkenal dengan megatrent global melenium
yang meliputi boom ekonomi global, renaisan dalam seni, sosialisme pasar bebas, gaya hidup
global dan nasionalisme kultural, swastanisasi, kebangkitan tepi pasifik, dasawarsa
kepemimpinan wanita, abad biologi, kebangkitan agama milinium, dan kejayaan individu, danini akan mempengaruhi perilaku masyarakat dalam berinteraksi, yang pada gilirannya akan
mewarnai bagaimana pola kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang manager untuk
mengelola para sumber daya yang dipimpin.. Sedangkan Rowan Gibson (1997) menyatakan tiga
hal sehubungan dengan kehidupan ke depan yaitu : pertama, the road stop here ; yang esensinyamenyatakan bahwa masa depan nanti akan sangat berbeda dari masa lalu, dan karenanya
diperlukan pemahaman yang tepat tentang masa depan itu. Kedua, new time call for new
organizations, yang pada esensinya menyatakan bahwa dengan tantangan yang berbedadiperlukan bentuk organisasi/ institusi yang berbeda dan kepemimpinan yang berbeda dengan
ciri efisiensi yang tinggi, dan kecepatan bergerak. Ketiga, where do we go next; yang esensinya
menyatakan bahwa, dengan berbagai perubahan yang terjadi, setiap organisasi, institusi,
pemimpin, perlu merumuskan arah yang tepat yang ingin dituju. Peter Senge (2004) jugamengemukakan bahwa akan terjadi ke depan ini perubahan dari detail comlplexety ke dinamic
complexity yang nantinya akan membuat interpolasi menjadi sulit. Perubahan terjadi akan
sangat mendadak dan tidak menentu. Sedangkan Rossabeth Moss Kanter (1994) menyatakanmasa depan akan didominasi oleh nilai-nilai dan pemikiran cosmopolitan dan setiap pelakunya
disetiap bidang termasuk bidang pendidikan dan kepemimpinan dalam pendidikan dituntut
memiliki 4C yaitu : Concept, Competence, Conection, dan Confidance. Maka dari itu kedepan
diperlukan pendidikan yang, di samping menguasai sains dan teknologi yang tinggi, harusdidasarkan pada dasar pemahaman dan penguasaan nilai dan moral kemanusiaan yang kokoh.
Maka dari itu kepemimpinan yang diharapkan diterapkan dalam perubahan jaman yang begitu
cepat adalah kepemimpinan yang mampu menggerakkan inner power yang dimiliki oleh sumberdaya yang dipimpin antara lain yaitu faktor kecerdasan, kreativitas, pengelolaan diri, dan faktor-
faktor aktivitas kepemimpinan.
1. Faktor Kecerdasan
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
Kecerdasan pada hakikatnya merupakan potensi dasar yang dimiliki manusia, sehingga
kecerdasan merupakan faktor internal yang dimiliki manusia yang akan mempengaruhi berbagaikeputusan kognitif maupun nonkognitif yang diambil seseorang. Bersamaan dengan pesatnya
perkembangan ilmu psikologis saat ini, penelitian-penelitian dan pengembangan teoretik
mengenai kecerdasan makin bervariasi. Asumsi-asumsi hipotetik tentang kecerdasan pun makin
berkembang pula. Semenjak dikemukakannya asumsi teoretik tentang kecerdasan mutiple olehGardner, muncul asumsi teoretik tentang berbagai kecerdasan seperti, kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual, kecerdasan sosial, kecerdasan relegius muncul mengiringi konsep teoretik
tentang kecerdasan inteligen yang telah lama menguasai konsep kecerdasan yang meyakinibahwa sangat signifikan pengaruhnya terhadap perilaku-perilaku kognitif maupun kognitif
seseorang.
Dengan berbasis studi yang dilakukan oleh para psikologi dan ahli pendidikan menemukan
kecerdasan inteligen (IQ), berpengaruh secara signifikan sebesar antara 16-24 % terhadap
keberhasilan seseorang yang terkait dengan perilaku kognitif (akademik). Ini artinya makintinggi inteligensi seseorang akan makin besar pengaruhnya terhadap kesuksesan menempuh
pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan akademik. Dalam kaitannya dengan tugas-tugasseseorang pimpinan khususnya dalam lembaga-lembaga formal faktor inteligensi ini pastiberpangaruh secara signifikan. Seseorang pimpinan tidak boleh lebih bego dari yang dipimpin,karena hal ini menyangkut otorita personal seseorang ynag dapat mempengaruhi persepsi bagi
yang dipimpin. Studi lain yang menarik tentang inteligensi ini adalah terbentuknya kualitas
inteligensi itu dipengaruhi oleh minimal tiga faktor yaitu, genetis, pengalaman menantang, dangizi. Genetis adalah terkait dengan faktor keturunan dari pasangan suami istri, yang diyakini
mengikuti hukum variasi heriditer. Sedangkan pengalaman menantang dimaksudkan adalah
pengalaman-pengalaman masa kecil (0-5 tahun untuk tahap pertama; dan sampai 16 tahun untuk
tahap kedua) yang dialami seseorang yang signifikan membentuk pertumbuhan sel-sel pada otak kecil; serta gizi sudah jelas satu hal yang memberi dukungan pertumbuhan biologis tersebut.
Dengan munculnya berbagai kenyataan di lapangan bahwa seseorang memiliki keunggulan di
bidang kecerdasan yang berbeda, terus muncul teori mutiple inteligensi dari Gardner, yang
meyakini bahwa terdapat berbagai kecerdasan yang terdiri dari aspek arithmetik, bahasa,
kenestitik dan sebagainya. Sudah tentunya hal ini akan sangat berguna dan berhasil guna bagisemua orang bila seseorang diberikan tugas sesuai dengan aspek kecerdasannya.
Selanjutnya dengan diyakininya teori tentang belahan otak kiri (yang menyangkut memori
tentang kecerdasan kognitif) dan belahan otak kanan yang menyimpan tentang kecerdasan
emosional, nilai etika dsb), muncul studi-studi tentang kecerdasan emosional, spiritual, relegius
dan sebagainya. Malah kecerdasan-kecerdasan ini sangat mempengaruhi kesuksesan seseorang
dalam mengelola pekerjaan-pekerjaan yang mengkoordinasikan berbagai interaksi SDM.Kecerdasan ini diperkirakan berpengaruh sukses sekitar 60 % bagi seseorang dalam menangani
pekerjaan-pekerjaan akademik. Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan bagi seseorang pemimpin sangatlah perlu adanya.
1. Faktor Kreativitas
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
Kreativitas merupakan realisasi dari akumulasi proses psikis, eksperience science, dan teknology.
Berkembangnya suatu kreativitas adalah untuk mencari berbagai kemudahan dalam hidup dankehidupan di samping sifat explorer dari karakteristik manusia. Kreativitas sangat penting, tidak
hanya bagi kehidupan modern akan tetapi berlaku dalam setiap kehidupan yang memiliki
kemauan dan upaya untuk mengembangkan diri. Supaya timbul kemauan dan upaya
pengembangan diri, seseorang memerlukan dorongan, pemikiran dan prilaku yang kreatif.
Rhodes membedakan kreativitas ke dalam dimensi person, process, product, dan press, (dalamSupriadi, 1994:7). Definisi kreativitas yang menekankan pada dimensi persons, sejalan dengan
ungkapan Guilford yang menyatakan bahwa “Creativity refers to the abilities that are
characteristics of creative people” (Supriadi, 1994:7). Definisi yang menekankan segi proses,yang dikemukakan oleh Munandar (1977:25) sebagai berikut, “Creativity is a process that manifest itself in fluency, in flexibility aqs well in originalty of thinking” . Disisi lain Hurlock
(1978:68) mengungkapkan bahwa kreativitas bukanlah hasil (produk), akan tetapi merupakan
proses yang mempunyai tujuan, mendatangkan keuntungan baik bagi individu yangbersangkutan maupun kelompok sosialnya, mengarah kepenciptaan yang baru, berbeda dan unik,
dapat berupa bentuk imajinasi yang dikendalikan menjurus kebeberapa bentuk imajinasi yangdikendalikan ke beberapa bentuk prestasi, serta merupakan suatu cara berpikir. Karenakreativitas timbul dari pemikiran divergen. Namun kemampuan mencipta tergantung pula padaperolehan pengetahuan yang diterima. Menurut Semiawan, dkk (1997:52) kreativitas sebagai
peroses merupakan hal yang lebih essensial dan perlu ditanamkan pada individu sejak dini
dengan menyibukkan diri dengan cara kreatif. Misalnya dalam proses bermain, dengan adanyagagasan atau unsur-unsur pikiran, akan menjadi keasikan yang menyenangkan dan penuh
tantangan bagi individu yang kreatif. Dengan kata lain, kreativitas dalam hal ini merupakan
proses berpikir yang mengarah kepada suatu usaha untuk menemukan hubungan baru,
mendapatkan jawaban, metode atau cara baru dalam memecahkan masalah. Memiliki individu-individu kreatif atau memimpin individu-individu kreatif dengan kepemimpinan yang
humanistik akan memacu produktivitas baik secara kualitas maupun kuantitas. Atau, dari sisimanajer, memiliki manajer yang kreatif akan dapat mengoptimalkan sumber daya yang adauntuk mencapai hasil yang optimal.
Ditinjau dari segi produk, kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yangbaru, yang pada umumnya bersifat original atau unik. Secara lebih rinci Munandar (1992:46),
menjelaskan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan
data, informasi atau unsur-unsur yang ada sehingga menemukan banyak kemungkinan jawabanterhadap suatu masalah dengan menekankan pada kuantitas, ketepat-gunaan, dan keragaman
jawaban. Kreativitas yang dimaksud adalah kreatif dan konvergen. Kreativitas adalah karya yang
merupakan hasil dari pemikiran dan gagasan. Ada rangkaian proses yang panjang dan harus
digarap terlebih dahulu sebelum suatu gagasan menjadi suatu karya. Rangkaian tersebut antaralain meliputi fiksasi (pengikatan dan pemantapan) dan formula gagasan, penyusunan rencana,
program dan tindakan, dan akhirnya tindakan nyata yang harus dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah disusun untuk mewujudkan gagasan tersebut (Soesarsono Wyandi, 1988:60).
Dimensi press (tekanan/dorongan) adalah kondisi yang dapat mendorong atau menghambat
seseorang untuk bertindak kreatif. Dorongan atau hambatan tersebut dapat berasal dari luar, yaitulingkungan keluarga, sekolah atau masyarakat, maupun dari dalam individu itu sendiri. Jika
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
kedua kondisi ini menguntungkan atau menunjang yakni adanya dari seseorang (individu) untuk
melibatkan diri secara kreatif, dan ia mendapatkan kesempatan maka lebih menguntungkanindividu tersebut bertindak secara kreatif.
Definisi lain mengenai kreativitas, diungkapkan oleh Amien (1980), yang mengatakan bahwa
kreativitas merupakan pola berpikir atau ide yang spontan atau imajinatif yang mencirikan hasilartistik, penemuan-penemuan alamiah, dan penciptaan-penciptaan secara mekanik. Labih lanjut
dijelaskan bahwa kreativitas meliputi sesuatu yang baru atau sama sekali baru bagi dunia ilmiahatau relatif baru bagi individunya. Dari segi sifat, para individu kreatif umunya bersifat
merangsang diri sendiri, bebas, sensitif, berorientasi kepada sasaran dan mampu menggerakkan
upaya mereka sendiri. Mereka juga bebas terbuka dan fleksibel secara emosional dibandingkandengan orang-orang yang kurang kreatif. Pemikiran bertingkat ganda mereka dapat bersifat pada
kesegaran dan kecendrungan yang kuat untuk melihat rimba tetapi bukan setiap pohon (Dale
Timpe, 1982:24).
Dengan demikian dapat dilihat bahwa kreativitas mengandung arti dan mempunyai tahapan yang
diawali dengan suatu pemikiran atau ide yang kreatif, kemudian melakukan kegiatan kreatif sehingga tercipta hasil kreatif. Jadi kreativitas merupakan kamampuan seseorang melahirkansesuatu yang baru, dan bahkan menciptakan situasi yang baru, yang dapat diduga berpengaruh
pada situasi lingkungan (yang dalam hal ini dapat berarti lingkungan kerja).
Dalam kaitan dengan itu, ciri-ciri kreativitas pada umumnya dapat dijadikan sebagai tolak ukur
untuk menentukan kemampuan kreatif dari seseorang. Manurut Guilford (dalam Dedi Supriadi,
1994:55) ciri-ciri kreativitas seseorang dapat dilihat dari aspek berpikir, dan aspek doronganatau motivasi. Aspek berpikir kreatif ditunjukkan oleh sifat-sifat kelancaran (fluency),
kelenturan (flexcibility), keaslian (originality), dan penguraian (elaboration). Aspek dorongan
atau motivasi ditunjukkan oleh sifat-sifat karakter, seperti percaya diri, tidak konvensional, dan
aspirasi keindahan. Terkait dengan hal ini, Baban Sarbana dan Dina Diana (2002:69)mengemukakan, menjadi kreatif adalah melihat hal yang sama seperti orang lain, tetapi berpikir
tentang sesuatu yang berbeda dan menjadi kreatif adalah membawa kepada suatu yang baru
sebelumnya tidak ada.
Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan. Ciri-cirinya
antara lain: (1) Word fluency, yakni kemampuan untuk menghasilkan kata-kata yang dalamkaitan ini dimaksudkan seseorang yang dapat menhasilkan (menggunakan kalimat/kata-kata)
yang bermakna dan lancar dalam berkomunikasi. Seorang pemimpin yang dapat memilih dan
menggunakan kalimat (kata-kata) yang tepat dalam berinteraksi dengan yang dipimpin akan
dapat menghasilkan produk yang diharapkan secara optimal, (2) Associational fluency, yaitu
kemampuan untuk menghasilkan sejumlah kata-kata yang mengandung beberapa macamhubungan, dapat terbentuk sebuah ide, pemberian judul atau memberikan arti yang serupa. Selain
itu dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir secara analog atau kebalikannya. (3) Expressional fluency, adalah kemapuan untuk menyusun kata-kata terorganisasi, seperti dalam
bentuk ungkapan-ungkapan atau kalimat-kalimat. Dengan kata lain merupakan kelancaran dalam
mengekpresikan pikiran-pikiran, ide-ide atau pemecahan masalah dalam bentuk kata-kata ataukalimat. (4) Ideational fluency, merupakan kemampuan untuk menghasilkan sejumlah ide-ide
dengan cepat yang sesuai dengan kegunaan yang diminta. Beberapa jenis tes mengenai ideational
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
fluency, kecepatan lebih penting dari kualitas. Ide yang dihasilkan dapat berbentuk simpel atau
kompleks, dapat berupa pemberian judul baik untuk gambar maupun cerita, atau dapat pulaberupa ungkapan-ungkapan dalam kalimat pendek yang merupakan kesatuan hasil
pemikiran. Kelenturan (flexibility) yaitu kemampuan untuk mengemukakan bermacam-
macam pemecahan atau pendakatan terhadap masalah. Hal-hal yang termasuk dalam ciri-ciri ini
adalah: (1) Spontaneous flexibility yakni kemampuan atau kecenderungan untuk menghasilkanbermacam-macam variasi dari ide-ide yang bebas dari hambatan atau keterpaksaan. Spontaneous
flexibility dapat dikatakan pula sebagai keluwesan dalam mengadakan pendekatan terhadap
masalah. Artinya, bila melalui pendekatan yang satu tidak mendapatkan hasil yang diharapkan,maka dengan segera akan menggantikannya dengan cara pendekatan yang lain. Seseorang yang
memiliki kemampuan Spontaneous flexibility rendah, akan terlihat kaku dalam memberikan ide
atau pendapatnya. Ia akan cenderung untuk bertahan pada satu atau beberapa pada pemikiranyang sempit saja. Namun demikian orang tersebut masih mempunyai kemungkinan untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapi meskipun tidak melakukannya secara spontan. (2) Adaptive flexibility, merupakan penyesuaian yang fleksibel dalam menghadapi masalah sampai diperoleh
hasil pemecahannya. Mengenai hal ini, seseorang akan gagal untuk menyelesaikan masalah bilaia tidak mampu untuk bertindak fleksibel dalam menyesuaikan diri dengan masalah yang sedang
dihadapi.
Orisinalitas adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara yang asli dan
tidak klise. Dapat pula diartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang luarbiasa, jarang ditemui dan unik. Seseorang dikatakan memiliki gagasan yang orisinal apabila ia
memilki gagasan-gagasan yang tidak pernah dimiliki orang lain. Gagasan-gagasan itu punya
kelas tersendiri dan orang yang punya gagasan semacam itu harus mempercayai dirinya dan
gagasannya. Orang yang mampu melahirkan permikiran-pemikiran orisinal harus memiliki rasapercaya diri yang kuat (dan tetap rendah hati) karena mereka cenderung untuk berpikir yang
berlawanan dengan pikiran-pikiran yang konvensional. Akibatnya gagasan mereka lebih besarkemungkinannya untuk menerima komentar negatif bertubi-tubi. Terkait dengan hal ini Willams(dalam Utami Munandar, 1992:89), mengemukakan tentang prilaku yang didasarkan pada
berfikir orisinal seperti: memikirkan masalah-masalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan
oleh orang lain, mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha untuk memikirkan cara-carayang baru, memilih asimetri dalam menggambarkan atau membuat desain, memiliki cara
berpikir yang lain dari yang lain dan mencari pendekatan yang baru dari yang stereotif.
Elaborasi adalah kemampuan untuk menguraikan sesuatu yang terinci, yakni merupakan
kreativitas untuk merangkai sebuah ide atau jawaban-jawaban simpel agar menjadi lebih
mendetail. Elaborasi ini dapat dikembangkan dengan cara memberi latihan kepada subyek untuk
memberikan informasi tambahan, atau komunikasi verbal.
Williams (dalam Utami Munandar, 1992:90), mengemukakan kemampuan mengelaborasi
sebagai berikut: (a) mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, (b)menambahkan atau merinci detil-detil dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi
lebih menarik. Selanjutnya dikemukakan bahwa prilaku subyek yang mempunyai ketrampilan
mengelaborasi sebagai berikut: (a) mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban ataupemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci, (b) mengembangkan
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
atau memperkaya gagasan orang lain, (c) mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah
yang ditempuh, (d) mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas denganpenampilan yang kosong atau sederhana.
Berdasarkan analisis Guilford (dalam Tedjasutisna, 1999:26) menyebutkan ada lima faktor sifat
yang menjadikan ciri kemampuan berpikir kreatif yaitu: (1) Kelancaran (fluency) adalahkemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, (2) keluwesan (fleksibility) adalah
kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan masalah, (3) keaslian(originality) adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara-cara asli, (4)
penguraian (elaborastion) merupakan kemampuan untuk menguraikan suatu secara lebih rinci,
(5) redefinition adalah kemampuan untuk meninjau suatu persoalan berdasarkan perspektif yangberbeda dengan apa yang sudah diketahui oleh orang banyak.
Pakar lain yakni Moore menyebutkan empat macam ciri utama dari kreativitas yang pada
dasarnya masih senada dengan pendapat Guilford di atas. Ciri tersebut antara lain sensitivitasterhadap masalah ( problem sensitivity), kelancaran ide (idea fluency), kelenturan pemikiran (idea
flexibility), dan keaslian pemikiran atau idea originality.
Sensitivitas terhadap masalah ( problem sensitivity) adalah kemampuan utau kepekaan seseorang
untuk melihat masalah. Artinya orang yang kreatif memiliki kepekaan yang lebih tinggi dalam
melihat masalah, situasi, dan tantangan sehingga dapat merumuskan masalah, dan mengajukanpertanyaan-pertanyaan yang benar untuk menganalisis dam merumuskan masalah tersebut.
Kelancaran ide (idea fluency) merupakan kemampuan untuk menciptakan ide-ide sebagai
alternative pemecahan masalah. Namun untuk menghasilkan ide-ide, diperlukan adanya
pengetahuan luas dan mendalam. Bagi orang kreatif, ia akan mampu melihat masalah dari
berbagai macam sudut pandang, serta menciptakan alternatif pemecahannya dari berbagai sudut
pandang pula.
Kelenturan pemikiran (idea flexibility) menunjuk kepada kemampuan mengubah ide (pemikiran),meninggalkan suatu kerangka berpikir untuk kerangka berpikir lain untuk mengganti
pendekatan satu dengan pendekatan lainnya. Hal ini berarti orang yang kreatif tidak akan terlalu
terikat pada pemecahan masalah yang sudah lazim digunakan, akan tetapi ia akan selalu berusahamenemukan alternatif baru yang lebih efektif.
Keaslian pemikiran (idea originality) yaitu kemampuan menciptakan pemikiran atau ide-ideyang asli dari dirinya. Oleh karena itu orang yang kreatif akan mampu menciptakan
ide/pemikiran dalam bentuk baru, imajinatif, dan orisinal sehingga dapat menjangkau di luar
pemikiran orang biasa, atau dapat berpikir unik melampui cara-cara yang lazim digunakan.
Terkait dengan hal di atas potensi kreativitas yang dimiliki oleh seseorang pemimpin akan
member warna yang kental dalam kepemimpinannya, yang pada gilirannya akan mempengaruhui
budaya organisasi dan prestasi yang dicapai oleh anggotanya.
1. Potensi Diri
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
Filosofis strategi pengelolaan potensi diri dilandasi pada suatu pandangan bahwa, setiap insan
manusia memiliki potensi diri dan potensi pengelolaan diri, untuk berkembang dalam hidup.Potensi tersebut adalah aspek-aspek psikologis yang ada dalam diri setiap individu (baik yang
kognitif maupun nonkognitif), yang siap untuk berkembang manakala mendapat kondisi yang
diperoleh dalam pengalaman di lingkungannya. Aspek-aspek psikologis ini jika mendapat
sentuhan secara ilmiah dan sistematis dapat dipastikan dapat berkembang optimal dan terwujuddalam diri setiap individu secara lebih bermakna. Sentuhan psikologis yang sistematis
menjadikan semua aspek psikologis itu terukur dan dapat dijadikan pedoman untuk membantu
memberi layanan kepada setiap individu. Pengelolaan potensi diri sebagai suatu strategisebenarnya dapat digolongkan masih relatif baru dalam dunia managemen, karena baru muncul
pada tahun 1970. Pengembangan strategi pengelolaan diri ini berawal dari tradisi managemenbehavioral kontemporer setelah kaum behavioral memperhatikan pentingnya peranan kognisiterhadap terjadinya perubahan perilaku dan memberikan apresiasi terhadap kekuatan self
directed behavior ( Shelton,1976).
Strategi pengelolaan potensi diri pada mulanya dikembangkan oleh Williams dan Long (dalam
Corey, 1982). Pada awal perkembanganya strategi pengelolaan diri belum memiliki istilah yangmantap karena belum ada kesepakatan dari para pelopornya sehingga masih bervariasi istilahyang digunakan. Beberapa pelopor dan pengembang selanjutnya menggunakan istilahpengelolaan diri secara berbeda, seperti Meinchenbaum menggunakan istilah self – instruction,
Mahoney dan Thorensen menggunakan istilah self – control, sedangkan Watson dan Tarp
memakai istilah self – direction (Mahoney & Arnkoff, 1978 ; Krumbolt & Saphiro, 1979). Sangatbervariasinya istilah yang digunakan itu sempat menimbulkan kebingungan dan kekaburan
terminologis. Hanya saja, para pakar pengembang tersebut sepakat bahwa pada intinya menunjuk
kepada strategi pengubahan dan pengembangan perilaku yang sangat menekankan pada
kemampuan individu untuk melakukannya sendiri dengan seminimal mungkin arahan dariinstruktur.
Meskipun pada awalnya masih bervariasi istilah yang digunakan, tetapi pada perkembangan-
perkembangan selanjutnya terjadi kesepakatan untuk menggunakan istilah pengelolaan diri.
Demikian pula Yates (1985) menggunakan istilah pengelolaan diri dengan alasan (1)
pengelolaan diri lebih menunjuk pada pelaksanaan dan penanganan kehidupan seseorang denganmenggunakan suatu keterampilan yang dipelajari, dan (2) pengelolaan diri juga dapat
menghindarkan konsep inhibisi dan pengendalian dari luar yang sering kali dikaitkan denga
konsep kontrol dan regulasi.
Anggapan dasar pengelolaan potensi diri sebagai suatu strategi cognitive – behavioral, adalah
memandang setiap manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan positif maupun negatif.
Segenap perilaku manusia itu merupakan hasil dari proses belajar dalam merespon berbagaistimulus dari lingkungannya. Namun pengelolaan diri menentang keras pandangan behavioral
radikal yang mengatakan bahwa manusia itu sepenuhnya dibentuk dan ditentukan oleh
lingkungan. Yates (1985) secara tegas menyatakan bahwa pengelolaan diri bukanlah suatupendekatan yang sepenuhnya deterministik dan mekanistik yang menyingkirkan potensi diri
individu untuk membuat pilihan dan keputusan. Lebih lanjut dikatakan bahwa dalam proses
belajar untuk menghasilkan perilaku itu aspek kognitif juga memiliki peranan penting terutamadalam mempertimbangkan, menentukan pilihan, dan mengambil keputusan perilakunya. Atas
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
dasar itu pula pengelolaan diri memberikan posisi yang terbaik terhadap proses kognitif dan self
– regulated – behavior, dan berguna sebagai strategi pengelolaan sumber daya manusia.
Berdasarkan pandangan tentang hakekat manusia serta perilakunya itu, maka pengelolaan diri
bertujuan untuk membantu individu agar dapat mengubah perilaku negatifnya dan
mengembangkan perilaku positifnya dengan jalan mengamati diri sendiri, mencatat perilaku-perilaku tertentu serta interaksinya dengan peristiwa-peristiwa lingkungannya, menata kembali
lingkungan sebagai anteseden atas respon tertentu, dan menghadirkan diri untuk menentukansendiri stimulus positif yang mengikuti sebagai konsekuensi atas respon yang diinginkan, yang
pada gilirannya akan bermuara pada peningkatan motivasi berprestasi yang bersangkutan.
Sintaks yang dapat ditempuh dalam melakukan pengelolaan potensi diri subyek adalah sbb : (a)Keterlibatan (engagement); keterlibatan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
(interaksi) yang ditujukan untuk memfokuskan perhatian peserta (subyek) agar mereka siap
untuk terlibat aktif dalam proses kegiatan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap keterlibatan,antara lain melalui pemberian sosialisasi-sosialisasi program, mengkaitkan pengalaman yang
telah dimiliki peserta (pengetahuan awal peserta) dengan tujuan program yang ingin dicapai,pembangkitan-pembangkitan kemampuan yang telah dimiliki peserta, dsb-nya; (b) Eksplorasi,
eksplorasi merupakan kegiatan dimana peserta diberikan informasi (dan/atau mencari informasi)
yang perlu secara luas dan dalam tentang program yang akan dilakukan. Eksplorasi dilakukan
berdasarkan panduan atau langkah-langkah pemandu yang telah disiapkan dengan memanfaatkanberaneka sumber yang tersedia. Beragam pendekatan seperti otoriter, kolegial sampai yang
demokratis dapat digunakan. (c) Elaborasi; merupakan kegiatan anggota untuk menyampaikan
hasil eksplorasi yang telah dilakukan secara lebih teliti, cermat dan rinci. Elaborasi dilakukan
dalam bentuk penyajian hasil kerja individual atau kelompok. Dalam kegiatan elaborasi, pesertamemberikan komentar dan pertanyaan yang bersifat konstruktif terhadap pemikiran/hasil kerja
yang disampaikan oleh temannya. (d) Konfirmasi; konfirmasi merupakan kegiatan interaktif
antara pemimpin sebagai fasilitator dengan anggota /peserta untuk memberikan umpan balik.Dalam kegiatan ini, pimpinan dapat memanfaatkan berbagai sumber acuan untuk memberikan
konfirmasi /penjelasan/klarifikasi. Dari kegiatan ini diharapkan dapat menyukseskan kegiatan
yang muncul dari program yang akan dilakukan.
1. Kepemimpinan dan aktivitasnya
Kepemimpinan Kepala Sekolah maupun Pengawas pada hakikatnya menyangkut
pengelolaan/manajemen yang terkait dengan akademik dan managerial. Manajemen akademik
menyangkut pengelolaan proses pembelajaran, kualitas tenaga pendidik yang mengelola
pembelajaran. Inti dari proses pembelajaran, yang merupakan proses interaksi manusiawi,
khususnya antara peserta didik (siswa) dan pendidik (guru) berkaiatan dengan suatu pengalamantertentu, yang penuh dengan ketidakpastian. Hal ini dikarenakan dalam interaksi tersebut terkait
secara kompleks berbagai aspek dalam diri pribadi yang terlibat dalam proses interaksi, baik darisisi siswa maupun dari sisi guru, dan tidak semua aspek tersebut dapat dikendalikan guru secara
langsung. Dari sisi siswa interaksi memberikan jaminan bahwa proses akan berjalan dan dapat
menghasilkan out put yang diharapkan manakala siswa memiliki minat, motivasi dan kemamuanuntuk belajar. Teori pendidikan mengemukakan bahwa apabila siswa terlibat aktif dalam proses
belajar mengajar maka out put dari proses belajar mengajar akan berkualitas. Teori belajar ini
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
melahirkan pendekatan dan metoda mengajar yang dikenal dengan istilah student active
learning.
Dari sisi guru, proses belajar akan menjamin out put yang berkualitas apabila di samping guru
menguasai materi yang akan disampaikan, menguasai metoda penyampaian, memiliki
kemampuan menjalin hubungan yang akrab dengan siswa serta memiliki kemampuan untuk menjadikan dirinya menarik bagi siswa. Di samping kemampuan guru harus memiliki kemauan
untuk mengabdikan dirinya bagi perkembangan peserta didik. Dengan kemampuan dan kemauanini maka proses belajar akan menjadi menarik, menyenangkan, mengasyikan, mencerdaskan dan
membangkitkan.
Sejalan dengan pemikiran diatas, maka upaya peningkatan kualitas out put pendidikian harus
melewati peningkatan kualitas proses belajar mengajar. Banyak kajian untuk menjelaskan
proses belajar mengajar yang berkualitas, bagaimana dan faktor-faktor apa yang
mempengaruhinya. Wallstern dalam penelitian yang dilakukan berkaitan dengan peningkatan mutu lulusan lewat implementasi school based management menyimpulkan bahwa, peningkatan
mutu out put pendidikan harus meningkatkan terlebih dahulu kualitas proses belajar mengajar.Pada gilirannya kualitas proses belajar mengajar bisa meningkat apabila dapat diujudkan duafaktor yang mempengaruhinya. Pertama adanya partisipasi seluruh warga sekolah dan kedua
muncul kultur akademik yang melahirkan sekolah sebagai learning community atau learning
school. Partisipasi seluruh warga sekolah mulai dari guru dan siswa terutama, kepala sekolah,seluruh staf sekolah dan orang tua siswa akan melahirkan suasana sekolah yang mendukung
peningkatan mutu. Kondisi ini amat diperlukan bagi guru dan siswa untuk bekerja keras guna
mencapai prestasi setinggi mungkin, sehingga muncul semangat why not the best , khususnya di
kalangan siswa. Tanpa ada usaha dan kerja keras terutama dari guru dan siswa kualitas out puttidak mungkin lahir.
Prasyarat kedua, sekolah menjadi a learning community atau a learning school merupakankondisi di mana sekolah menjadi tempat bagi semua orang untuk belajar. Tidak hanya siswa
yang belajar, tetapi siapapun warga sekolah, kepala sekolah, staf administrasi dan guru adalah
juga belajar. Jadi bagi guru mengajar siswa juga merupakan proses belajar bagi guru itu sendiri.Dengan demikian guru melaksanakan life long education, belajar sepanjang hayat masih
dikandung badan. Kondisi ini akan menghasilkan kualitas dan kemampuan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar akan terus meningkat. Tanpa guru terus belajar tidak akan ada innovasi dalam proses belajar mengajar, tanpa innovasi tersebut pendidikan akan biasa-
biasa saja. Dan,lebih dari itu tanpa guru terus belajar kerja guru akan out of dated , tertelan
zaman.
Menurut Wohlsetter dalam bukunya, Successful SBM: A Lesson for restructuring urban school, semua intervensi untuk meningkatkan mutu pendidikan, harus ditujukan untuk meningkatkan
mutu proses belajar mengajar lewat intervening variabel, yakni partisipasi seluruh warga sekolahdan pengembangan a learning school. Intervensi yang diperlukan mencakup antara lain
peningkatan sarana prasarana, peningkatan kualitas kepala sekolah, relokasi guru,
peningkatan anggaran sekolah, dan peningkatan kemampuan guru.
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
Teori lain, yang disebut teori empat faktor, menjelaskan bahwa kualitas lulusan secara langsung
ditentukan oleh kualitas pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi dinamis antara guru dan siswa berkaitan dengan materi tertentu. Kualitas pembelajaran sangat tergantung pada
kesiapan dan motivasi siswa di satu sisi dan di sisi lain ditentukan oleh kemampuan dan
kemauan guru. Interaksi yang sering disebut proses belajar mengajar (PBM) atau sekarang ini
disebut dengan pembelajaran, pada giliran berikutnya ditentukan secara langsung oleh empatfaktor, yakni, kultur sekolah, manajemen, kepemimpinan dan infrastruktur sekolah yang ada.
Dalam kaitan dengan mutu guru, tepatnya kualitas professional guru, muncul permasalahan
serius. Bagaimana kualitas guru dewasa ini? Apa upaya yang harus dilakukan untuk
meningkatkan mutu guru? Bagaimana melakukannya atau bagaimana strategi untuk meningkatkan kualitas profesional guru? Jawaban dari pertanyaan tersebut merupakan
gambaran betapa perlunya kebijakan dan pedoman peningkatan kemampuan professional guru
perlu untuk dirumuskan dan diimplementasikan secara sistematis dan berkesinambungan.
Kualitas guru sangat ditentukan oleh kualitas lulusan lembaga pendidikan guru. Namun,
sampai saat ini di kalangan masyarakat masih memiliki keraguan akan kemampuan LPTK dalammenghasilkan guru yang berkualitas. Hal ini dikarenakan begitu dalam jurang variasi perbedaan
kualitas diantara LPTK itu sendiri. Salah satu contoh adalah bagaimana rendahnya kualitas
guru yang diangkat sebagai CPNS tahun 2004. Para CPNS dari berbagai LPTK dan untuk
berbagai jenjang sekolah serta berbagai mata pelajaran ketika dites dengan soal-soal pengetahuanyang relevan dengan tugas pokoknya, hasilnya sangat memprihatinkan. Begitu rendah
kemampuan lulusan LPTK. Kondisi yang sedemikian ini menjadi upaya pengembangan
kemampuan profesional guru menjadi lebih penting dan sekaligus lebih berat. Program
peningkatan kemampuan profesional guru secara sistematis dan berkesinambungan merupakansuatu langkah yang paling strategis untuk meningkatkan kualitas guru dalam rangka
meningkatkan kualitas siswa.
1). Ciri kerja guru
Untuk meningkatkan kemampuan profesional guru perlu difahami bagaimana karakteristik kerja
guru itu. Semua faham bagaimana kerja guru, tetapi barangkali tidak sempat mencermati
sesungguhnya apa dan bagaimana karakteristik kerja guru itu. Kebijakan untuk meningkatkan
kualitas professional guru seharusnya juga bertumpu dari pemahamanan akan karakteristik kerja guru tersebut. Karakteristik kerja guru antara lain adalah (a) waktu guru habis di ruang-
ruang kelas, (b) sifat kerja guru non-kolaboratif, (c) kontak akademik antar guru terbatas, (d)
kontak antar guru lebih banyak bersifat non-akademik, (e) kerja guru tidak pernah mendapatkan
umpan balik, (f) apresiasi dan penghargaan masyarakaat terhadap guru rendah, dan, (g) tidak
memiliki kekuatan politik.
Memahami karakteristik tersebut maka peningkatan profesional guru harus dapat
meningkatkan kualitas interaksi akademik khususnya diantara para guru sendiri, sembari
meningkatkan kemampuan mereka bekerjasama dalam suatu tim, dan dapat menciptakan suatu
sistem dimana guru mendapatkan umpan balik yang amat diperlukan dalam proses peningkatan kemampuan profesional guru. Berlandaskan pemikiran ini, maka thesis peningkatan mutu out
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
put sekolah sebagaimana dikemukakan diatas dapat direvisi dan diadopsi untuk peningkatan
kemampuan profesional guru.
Meningkatnya
kemampuan professional guru merupakan dependent variable yang secara langsung ditentukan
oleh dua variable yang merupakan intervening variable yakni; a) keberadan guru yang aktif danpartisipatif dalam kehidupan sekolah; dan, b) guru menjadikan dirinya sebagai a learning
person. Semua intervensi untuk meningkatkan kemampuamn profesoional guru merupakanextrageneous variable yang pengaruhnya terhadap kualitas profesional guru senantiasa harus
melewati kedua variable tersebut. Extrageneous variable yang diperlukan sebagai intervensi
sudah barang tentu termasuk kebijakan untuk meningkatan kesejahteraan guru, meningkatkankondisi kerja guru dan pemberian kesempatan bagi para guru untuk memiliki kesempatan
mengikuti in-service training dan berbagai bentuk interaksi akademik yang lain. Dan yang paling
penting dilaksanakan adalah guru senior melakukan observasi guru ketika sedang mengajar, dan
kemudian mendiskusikan, dan memberikan umpan balik kepada guru yang bersangkutan.Tehnik ini paling manjur sekaligus paling murah dalam meningkatkan mutu guru
Dewasa ini dunia berubah dengan cepat sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi yang amat pesat. Perubahan yang amat cepat ini juga menuntut perubahan di dunia
pendidikan yang cepat pula, agar pendidikan tetap bisa berperan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sebagai lembaga yang salah satu tugasnya mempersiapkan tenaga kerja maka duniapendidikan harus memahami bahwa telah terjadi perubahan yang amat cepat dalam tenaga kerja
khususnya dan dunai ekonomi pada umumnya. Tenaga kerja telah dan akan terus bergeser ke
arah knowledge worker , yakni tenaga kerja yang bertumpu pada penguasaan teknologi untuk
mengolah data, tidak lagi pada otot dan pisik. Untuk itu pada diri peserta didik tidak hanya perludikembangkan penguasaan ilmu dan teknologi tetapi juga sistem dan bentuk baru ilmu
pengetahuan yang menekankan pada sedikit pengetahuan tetapi dapat men-generate data,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan dapat mengeneralisir dalam konteks yang lebih luas.Dengan kata lain akan terjadi perubahan dalam proses pembelajaran. Sekolah atau guru yang
tidak ingin tertinggal oleh perubahan harus dapat belajar dan mengembangkan proses
pembelajaran yang lebih cepat dari perubahan itu sendiri. Untuk itulah diperlukan lahirnya a
learning school dan a learning teacher .
GAMBAR POLA KAUSALITAS PENINGKATAN
KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
A learning school adalah suatu sekolah yang memiliki kapasitas untuk melakukan pembelajaran
yang menciptakan transformasi menuju innovasi. Sekolah ini memiliki ciri utama: a) seluruh
warga sekolah, apapun posisinya: siswa, guru, kepala sekolah, staf administrasi, melakukan
kegiatan belajar; b) belajar adalah menyenangkan, mengasyikan dan mencerdaskan; c) belajar
apapun juga sepanjang apa yang dipelajari memiliki nilai-nilai kebaikan; d) tujuan pembelajarandi sekolah tidak sekedar peserta didik menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan
peserta didik mampu hidup dan menghidupkan ; e) guru senantiasa menjadi CAVE worker(Consistence Added Value Everywhere); dan, f) kemajuan sekolah ditentukan oleh apa yang
dilakukan guru, khususnya.
A Learning teacher adalah seorang guru yang memiliki ciri: a) Memandang siswa sebagai
seseorang yang perlu dilayani, bukannya bahan mentah yang harus diolah; b) memandang
sekolah sebagai suatu proses yang memiliki berbagai perbedaan sehingga tidak dapatdiperlakukan secara seragam sebagaimana suatu pabrik; c) memahami bahwa guru bukan satu-
satunya sumber ilmu pengetahuan; d) memahami proses belajar mengajar sebagai suatu interaksi
manusiawi yang penuh dengan ketidakpastian; e) menyadari semakin rendah jenjang pendidikansemakin dibutuhkan peran guru sebagai pengganti ortu; f) menyadari bahwa tugas guru mencakup dimensi akademik melaksanakan proses belajar mengajar dan dimensi non akademis,
mencakup membangun moral siswa, kepemimpinan dan organisasi; dan, g) menyadari bahwa
belajar sepanjang hayat merupakan keharusan mutlak untuk dilakukan oleh setiap guru.
Di samping itu, ke depan peran guru semakin kompleks karena yang harus dilakukan tidak sajamentrasfer pengetahuan dan ketrampilan tetapi jauh lebih dari itu, yakni mengembangkan peserta
didik secara utuh, sehingga mampu hidup dan menghidupkan. UNESCO memberikan resep
untuk ini dengan empat tugas guru: learning how to learn, learning how to do, learning how to
be dan learning how to live together, sebagaimana dapat dilihat gambar berikut ini.
GAMBAR PARADIGMA MENGAJAR UNESCO
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
Sebagaimana dilihat pada paradigma baru mengajar UNESCO, maka arah learning how to learn
adalah menjadikan siswa menjadi individu yang memiliki semangat, kemauan dan kemampuan
untuk terus belajar, atau menjadi learning person. how to do adalah mendidik peserta didik untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sepanjang kehidupannya. Untuk ini
kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki. Kreativitas ini perlu diiringi dengan
kemampuan untuk menserasikan kehidupan dengan lingkungannya, sehingga kehidupan menjadikreatif dan serasi. Learning how to be adalah kemampuan untuk menjadi diri sendiri yang
bertumpukan pada integritasnya. Terakhir how to live together adalah kemampuan untuk hidup
bersama dengan segala perbedaan yang ada. Salah satu syarat utama yang harus dimiliki adalahkesadaran akan keharusan adanya saling ketergantungan dalam menjalani kehidupan ini. Oleh
karena itu, saling memahami, toleransi, dan kerjasama merupakan fondasi dalam kehidupan
bermasyarakat.
Paradigma UNESCO ini memerlukan perubahan perilaku mengajar pada diri setiap guru.Perubahan ini mencakup lima aspek sebagaimana berikut. Pertama kesadaran moral, berupa
jawaban atas pertanyaan diri mengapa dan untuk apa saya mengajar ini? Apakah sekedar untuk mendapatkan gaji?
Kedua adalah memahami perubahan yang ada. Hidup dan kehidupan berubah dan terus akan
berubah. Apa yang perlu berubah pada diri sendiri dan pada diri peserta didik agar mampu
menguasai perubahan? Apa yang perlu dipersiapkan bagi peserta didik?
Ketiga, hidup dan kehidupan sudah ditakdirkan memiliki saling ketergantungan. Oleh karena itu
kerjasama merupakan salah satu kemampuan mutlak yang harus dimiliki oleh para peserta didik.
Apa yang perlu dipersiapkan pada diri peserta didik? Bagaimana kemampuan bekerjasama inidapat ditumbuhkan pada diri peserta didik? Bagaimana cara yang harus dilakukan?
Keempat, menguasai ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Ilmu pengetahuan terus berkembangdan semakin lama perkembangan semakin cepat. Informasi dan pengetahuan akan mengguyur
deras warga masyarakat, termasuk guru dan peserta didik. Bagaimana guru bisa tidak
ketinggalan perkembangan ilmu pengetahuan? Apa kemampuan yang harus diberikan kepada
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
peserta didik agar mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan? Bagaimana
melaksanakannya?
Terakhir, kemampuan untuk menjadikan peserta didik kreatif. Apa tehnik untuk
mengembangkan kreativitas pada diri peserta didik? Bagaimana melakukannya?
Apabila guru dapat memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut di atas, maka guru memilikikemampuan, kesiapan dan kemauan untuk melaksanakan proses belajar mengajar, dan ini
merupakan modal dasar bagi guru untuk dapat mewujudkan proses pembelajaran yang menarik,
menyenangkan dan mencerdaskan, sehingga dapat hidup dan menghidupkan.
2). Taksonomi peningkatan kemampuan professional
Melihat dan memahami dimensi sekolah yang kompleks dan tugas kepala sekolah (sebagai tugas
tamabahan) dan guru yang sedemikian rumit lagi berat, maka guru tidak saja memerlukan
pendidikan untuk persiapan jadi guru atau pre-service, melainkan juga perlu pengembangan
kemampuan profesionalitas mereka setelah jadi guru atau in-service training. Upayapeningkatan kemampuan professional guru dapat dideskripsikan sebagaimana gambar berikut.
Gambar diatas menunjukan bahwa pembinaan guru memiliki dua dimensi: dimensi arah
pembinaan yang dapat dilihat sebagai individu dan sebagai kelompok. Dimensi kedua adalah
materi pembinaan yang bisa disajikan dalam bentuk pengetahuan/teknologi yang berkaitan
dengan proses belajar menagajar atau metodologi pengajaran dan ilmu pengetahuan/teknologinon-pengajaran, terutama organisasi, kepemimpinan dan manajemen.
Kemampuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan pedagogik jelas udah banyak difahami,
namun tidak demikian dengan kemampuan non-pedagogik, yakni kemampuan yang tidak
berkaitan langsung dengan PBM. Sesunggunya, kemampuan non-metodologi pengajaran iniamat diperlukan oleh guru, karena guru juga memerlukan kemampuan memimpin, kemampuan
berdialog dan negosiasi, serta mempengaruhi orang lain, kemampuan untuk merancang,
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
melakukan, dan mengorganisir perubahan; dan, kemampuan untuk melakukan secara aktif
terlibat dalam peningkatan mutu sekolah.
3). Dimensi kegiatan
Kegiatan peningkatan kualitas profesional guru juga dapat dilihat dari dimensi sifat kegiatan.Terdapat dua bentuk kegiatan peningkatan kualitas profesional guru: a) kegiatan berlangsungdi sekolah, dan b) kegiatan berlangsung di luar sekolah. Kegiatan yang berlangsung di sekolah
adalah kegiatan yang diperuntukan bagi para guru di suatu sekolah. Kegiatan ini antara lain bisa
berupa in-house training, observasi proses pembelajaran oleh guru senior, melaksanakan
penelitian tindakan kelas. Sedangkan kegiatan di luar sekolah merupakan kegiatan yang diikutioleh para guru yang berasal dari dua sekolah atau lebih. Bisa saja kegiatan tersebut dilaksnakan
di suatu sekolah, tetapi kegiatan ini bukanlah in-hous training. Kegiatan ini antara lain bisa
berupa kerjasama antar sekolah dalam peningkatan mutu, kegiatan MGMP suatu kecamatan,
daerah, propinsi atau nasional, pelatihan terpusat, studi banding, mengikuti seminar atauworkshop di suatu tempat. Dimensi kegiatan ini dikaitkan dengan taksonomi kemampuan
profesional guru, sehingga akan dapat diidentifikasi sesuai dengan tujuan dan tempat kegiatan.
Dari identifikasi tersebut akan diketemukan betapa banyak variasi kegiatan yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan kualitas profesional guru sesuai dengan kondisi dan kebutuhan guru
sendiri. One size for all policy harus ditinggalkan dalam peningkatan kemampuan profesional
guru.
4). Model peningkatan kemampuan professional
Model menunjukan apa dan bagaimana serta modus kegiatan peningkatan kemampuanprofessional guru dilaksanakan. Paling tidak terdapat 6 model:
Program Individual
Training
Interaksi Tatap Muka
Keterlibatan Dalam Kegiatan
Observasi-Assessment
Inquiry-Action Research
Program Individual merupakan kegiatan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru
yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru sendiri dengan bimbingan atau pengawasan atau
persetujuan dari fihak lain, seperti kepala sekolah, pengawas, orang tua siswa, komite sekolah
ataupun tim tertentu. Dengan asumsi bahwa guru memiliki semangat dan motivasi untuk meningkatkan kemampuan sendiri, model ini sangat efektif, karena apa yang dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan riil yang diperlukan. Apa yang dilakukan merupakan upaya untuk
mengatasi kekurangan yang dirasakan guru sendiri. Model ini sering disebut juga dengan sains
model, dimana guru sendiri mempelajari dari suatu referensi sesuai dengan kebutuhannya, danlangsung secara bertahap mencobakannya. Memang dalam pengalaman mencoba tersebut secara
sepiral akan terjadi peningkatan kualitas.
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
Pelaksanaan program individual mencakup pentahapan sebagai berikut: (1) identifikasi
kelemahan yang dimiliki atau minat yang ingin dipelajari; (2) rencana kegiatan yang akandilaksanakan sesuai dengan kelemahan atau minatnya; (3) mengkaji referensi yang sesuai untuk
mengatasi kelemahan yang dirasakan, (4) persetujuan dari fihak lain atau atasan untuk
mencobakan dalam skop kecil-dan nantinya dalam skop kelas; (5) pelaksanaan kegiatan; dan,
(6)evaluasi sejauh mana tujuan dapat dicapai.
Bentuk kegiatan Individual program bervariasi. Yang paling sederhana adalah guru membacabuku atau artikel yang relevan untuk dikuasai. Bentuk lain yang lebih kompleks adalah guru
merancang untuk mengembangkan sesuatu konsep yang diperlukan dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Misalnya, merancang comprehensive course (Proses pembelajaran yangkomprehensif).
Model In-Service Training; merupakan model yang sudah diketahui umum dan dianggap identik
dengan untuk meningkatkan kemampuan individu guru itu sendiri. Dalam kaitan dengan materimodel ini dapat dibedakan dua bentuk training. Pertama training jangka pendek, yakni suatu
training yang memiliki tujuan khusus dan diselenggarakan dalam waktu yang relatif pendek.Training kelompok ini banyak dilaksanakan untuk peningkatan kemampuan guru, terutamauntuk menguasai hal-hal yang baru. Kedua, training jangka panjang dimana materi training lebih
bersifat dan berbobot akademik dan dalam tempo yang relatif panjang. Sebagai contoh kelompok
ini adalah program penyetaran guru dengan ijazah SPG ke program D2, guru dengan berlatarbelakang D2 atau Sarjana Muda ke S1, dan sebagainya. Program ini di masa mendatang akan
berlangsung lebih massif berkaitan dengan program kualifikasi sebagai pelaksanaan amanat
UUG&D. Disamping dua kelompok, muncul secara kecil-kecilan, bentuk pertama tetapi
dikaitkan dengan bentuk kedua. Artinya, pelatihan untuk tujuan khusus dan dilaksanakan dalam jangka pendek, tetapi pelaksnaannya bekerjasama dengan peguruan tinggi, sehingga materi
pelatihan mendapatkan ekuivalensi dengan SKS.
Model In-Service Training atau pelatihan ini memiliki asumsi bahwa materi training merupakan
sesuatu yang cocok dengan persoalan yang dihadapi guru, jadi memang dibutuhkan oleh guru.
Dari keterlibatan guru dalam training, guru memiliki pengetahuan dan ketrampilan baru yanghaus dimiliki. Asumsi kedua, berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan baru yang dimiliki guru,
perilaku guru dalam mengajar juga berubah.
Model In-Service Training jangka pendek memiliki tahap-tahap yang mencakup:
a.Penentuan substansi materi yang akan disampaikan. Materi ini pada umumnya merupakan
sesuatu yang baru, yang berkaitan dengan perilaku guru dalam mengelola proses belajar
mengajar. Namun, terdapat juga pelatihan yang memiliki tujuan lebih umum untuk meningkatkan kemampuan guru sesuai dengan kebutuhan masa kini. Dalam tahap ini jugaditentukan sistem dan prosedur evaluasi bagi peserta, dan kadangkla juga bagi instruktur atau
nara sumber.
b. Penentuan, untuk siapa training diselenggarakan. Tahap ini adalah menentukan siapa peserta
pelatihan. Dalam kondisi dimana jumlah guru amat besar, perlu ditentukan spesifikasi khusus
dari jumlah yang besar itu.
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
c. Penentuan siapa master training dan instruktur. Master training adalah seseorang yang
berperan sebagai komandan pelatihan. Ia adalah seseorang yang menguasai apa dan kemana arahtraining, yang senantiasa memonitor jalannya training. Master training lah yang menentukan
perubahan-perubahan yang perlu dilakukan dalam training. Sedangkan, instruktur adalah
pemberi materi. Tidak jarang dalam training instruktur bukan berperan pemberi materi tetapi
penuntun dan pengarah jalannya sidang-sidang atau pemberian materi. Pemberi materi sendiridisebut nara sumber.
d. Pelaksanaan evaluasi. Pada tahap ini Master training dengan instruktur menentukan hasil
pelatihan. Siapa peserta yang dinyakatan lulus dan siapa tidak. dan bagaimana prestasi yang telah
mereka raih.
e. Pembinaan post-training. Tahap ini untuk mengetahui out come pelatihan, seberapa jauh ilmu
dan ketrampilan baru yang diperoleh dipergunakan dalam tugas-tugas mereka. Disamping itu,
pembinaan post-training ditujukan untuk menjalin jaringan pembinaan peserta sehingga adakelangsungan peningkatan mutu peserta. Tahap ini, jarang dilaksanakan dalam pelatihan-
pelatihan kita.
Model Interaksi Tatap Muka merupakan model peningkatan mutu kompetensi profesional guru
dimana terjadi interaksi tatap muka langsung diantara komponen yang terlibat dalam kegiatan,
khususnya antara peserta dan penatar. Dari definisi ini sudah barang tentu model trainingmerupakan salah satu bentuk model tatap muka ini. Tetapi model training juga dapat dilakukan
dengan tanpa tatap muka. Model tatap muka langsung ini bisa dalam bentuk seminar, studi focus
group, workshop, dan sebagainya.
Kegiatan yang dapat diidentifikasi masuk ke dalam model ini antara lain: a) kualifikasi
pendidikan S1 yang harus diperoleh guru; b) sertifikasi profesi yang harus dijalani guru; c)
program refreshing untuk mempersiapkan guru mengikuti uji sertifikasi; dan, d) programremidial bagi yang gagal uji sertifikasi.
Peserta pelatihan terebut sangat besar dan harus dilaksanakan secara bertahap. Agar kegiatan
tersebut di atas dapat dilaksanakan dengan baik maka harus disusun suatu pedoman yang jelas.
Seperti a) pedoman pelaksanaan kualifikasi, b) pedoman pelaksanaan sertifikasi, b) pedomanpelaksanaan remidial, dan, e) pedoman pelaksanaan refreshing.
Model tatap muka untuk meningkatkan kompetensi guru dapat melibatkan jumlah peserta yangcukup besar, efektif dan juga murah, serta tidak sulit untuk dilakukan. Secara umum langkah-
langkah yang harus dilakukan untuk melaksanakan model ini adalah:
1. Tetapkan secara deskriptif dan jelas kemampuan baru yang pelu dikuasai guru.
2. Evaluasi sarana guru untuk memperoleh kemampuan baru, apakah harus in-
service jangka panjang atau jangka penmdek.
3. Identifikasi sumber-sumber yang ada.4. Susun rancangan dan program kerja untuk melaksanakan in- service training yang
telah ditetapkan.
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
5. Identifikasi peserta, dan bagaimana menentukan jumlah peserta serta kuota untuk
daerah.6. Perencanaan undangan dan penempatan peserta.
7. Persiapan dan pelaksanaan M&E.
Model Melibatkan Guru Dalam Kegiatan merupakan kegiatan yang meningkatkan kemampuan profesional dengan melibatkan guru secara
langsung dalam berbagai kegiatan. Model ini dimaksudkan memberikan pengetahuan dankemampuan baru bagi guru yang akan diperoleh lewat praktik. Dalam bentuk yang paling
sederhana model ini diwujudkan dalam learning by doing, dan dalam bentuk yang kompleks
diwujudkan dalam bentuk Aksi Konstruksi atau rekayasa sosial dalam pembelajaran. Learning
by doing dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah:
1. Menentukan kemampuan yang akan dikembangkan.
2. Mengidentifikasi sumber yang ada.3. Menentukan design kegiatan.
4.
Menentukan peserta.5. Melaksanakan kegiatan.6. Melakukan M&E.
Aksi Konstruksi atau rekayasa sosial dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah:
1. Menentukan kemampuan yang akan dikembangkan.2. Mengevalusi dan mengidentifikasi permasalahan yang harus
dipecahkan.
3.
Mengidentifikasi sumber.4. Menentukan design dan skenario kegiatan.5. Menentukan peserta.
6. Melaksanakan kegiatan.
7. Melaksanakan M&E.
Model Observasi merupakan model peningkatan kompetensi profesional guru yang
menekankan pada umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar.Sebagaimana dikemukakan diatas, salah satu ciri kerja guru adalah tidak pernah ada umpan
balik atau feedback . Tanpa umpan balik peningkatan mutu dan kemampuan professional guru
amat lambat dan sulit. Oleh karena itu pula, banyak hasil penelitian menunjukan bahwa
pengalaman kerja guru tidak berkaitan dengan kemampuan guru. Dalam buku manajemen yangberjudul The One Minute Manager karya Blanchard and Johnson (1982) dikemukakan
bagaimana pentingnya umpan balik bagi peningkatan kemampuan kerja, dengan
mengemukakan “Feedback is the breakfast of champions“.
Pengembangan kemampuan profesional guru dengan model observasi merupakan salah satu cara
memberikan umpan balik bagi guru. Kepala sekolah dan juga pengawas memiliki tugas untuk melakukan observasi ketika guru sedang mengajar. Namun, karena beban tugas kepala sekolah
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
yang begitu berat, maka observasi jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan. Disamping itu,
observasi yang diperlukan adalah observasi yang serius dan detail, tidak sekedar observasiselintas. Pihak pengawas juga hampir tidak pernah melakukan observasi, karena tekanan
pengawas lebih banyak administratif dan juga waktu yang dimiliki pengawas untuk satu sekolah
amat terbatas.
Model observasi memiliki beberapa asumsi: a)adanya refleksi atau kajian apa yang telah
dilakukan memegang peran penting bagi suatu upaya peningkatan kemampuan profesional
guru; b) refleksi oleh diri sendiri dapat diperkuat dan disempurnakan oleh orang lain; c) baik
yang diobservasi dan yang melakukan observasi, akan memperoleh keuntungan; dan, d) guru
memanfaatkan umpan balik baik kritik dan saran, untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas kerjanya.
Pelaksanaan observasi dapat dilaksanakan dalam beberapa tahap:
1. Tahap awal observasi atau pre-observasi. Tahap ini observasi dilakukan secara umum, untuk
menentukan aspek apa yang harus amati secara mendalam dan menentukan metode observasiyang perlu dipergunakan.
2. Observasi, tahap untuk melakukan observasi dengan metode yang telah ditentukan danmencatat persoalan serius atau penting yang muncul. Observasi bisa dipusatkan pada fihak siswa
atau guru, atau keduanya. Pola-pola yang berlangsung dalam frekuensi tinggi perlu untuk direkam. Perilaku yang muncul dapat dikelompokan kedalam tiga kelompok: a) perilaku yangmendukung keberhasilan pengajaran, b) perilaku yang mengganggu pengajaran, dan, c) perilaku
yang bersifat netral tetapi banyak menyita waktu.
3. Tahap analisis data, dimana obrserver melakukan analisis hasil observasi. Data perlu untuk
dianalisis guna menghasilkan suatu gambaran yang utuh bagaimana guru telah melaksanakanproses belajar mengajar.
4. Tahap konfirmasi, dimana guru dan observer mendikusikan hasil pengamatan observer. Dari
tahap konfirmasi ini guru mendapatkan feedback bagaimana ia mengajar, dan jugamendiskusikan dengan observer perubahan dalam mengajar apa yang harus dilaksanakan, upaya
apa yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan apa yang baik dan mengurangi apa yang
kurang dalam melaksanakan pengajaran, serta merumuskan program untuk perbaikan itu.
Model Inquiry adalah kegiatan peningkatan kompetensi profesional guru yang menekan guru
untuk mencari permasalahan yang dihadapi kemudian mencari solusi yang dipraktikan dalam
kegiatan mengajar sehari-hari. Solusi dapat diperoleh lewat kajian buku, pengamatan lapangandan atau diskusi dengan kolega dan fihak yang terkait. Salah satu bentuk model Inquiry yang
paling banyak dan hampir dilaksanakan disemua negara adalah Class Room Action Research
(CAR). Dan, pelaksanaan CAR sudah terbukti berhasil meningkatkan kompetensi profesional
guru.
Pada umumnya langkah-langkah dalam melaksanakan Action Research atau Penelitian Tindakansebagai berikut:
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
1. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang dihadapi.
2. Melakukan kajian teori dan atau melakukan pengamatan lapangan
serta diskusi dengan fihak-fihak yang relevan.
3. Merencanakan program aktivitas untuk memecahkan masalah
tersebut.
4. Melaksanakan program dan aktivitas.
5. Melakukan evaluasi atas program yang dilaksanakan dalam rangka
memecahkan permasalahan.
6. Merevisi dan nyempurnakan program pemecahan masalah
berdasarkan atas hasil evaluasi.
7. Melaksanakan program kegiatan yang telah diperbaharui.
8. Melakukan evaluasi atas program yang dilaksanakan.
9. Melakukan kembali penyempurnaan program.10. Melaksanakan kembali program yang telah disempurnakan.
11. Merumuskan hasil dan menyusun laporan.
Model peningkatan kompetensi profesional guru ini dapat dikombinasikan dengan dimensi
materi dan sasaran peningkatan kemampuan guru sehingga memberikan gambaran lebih detail
bagaimana kegiatan peningkatan kemampuan profesional guru dilaksanakan. .
Implementasi peningkatan kemampuan profesional guru
Pembahasan terakhir dalam mengembangkan program kegiatan peningkatan kemampuan guru
adalah menentukan atau pembagian kerja siapa dan melaksanakan apa. Kalau diidentifikasi
terdapat lembaga yang memiliki tanggung jawab melaksanakan peningkatan kemampuan guru.Kalau disusun mulai lembaga yang paling langsung berhubungan dengan guru, dapat dilihat
sebagaimana daftar urutan berikut:
1. Sekolah (termasuk MGMP sekolah)
2. MGMP antar sekolah/PKG/kelompok sekolah
3. Kancam4. Dinas Kabupaten/kota
5. LPMP
6. Dinas Propinsi7. PPPG
8. Perguruan Tinggi
9. Lembaga dan Organisasi masyarakat.
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
Produktivitas Kepemimpinan
Produktivitas kerja erat kaitannya dengan efisiensi, efektivitas, dan kualitas kerja dan tidak
semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja sebanyak-banyaknya. Laeham dan Wexley
(1982:2), mengungkapkan bahwa : “produktivitas individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan
oleh individu tersebut dalam kerjanya. Dengan kata lain, produktivitas individu adalahbagaimana seseorang melaksanakan pekerjaannya atau unjuk kerjanya (job performance)”.
Sementara Tohardi menjelaskan bahwa, “produktivitas dapat diartikan sebagai perbandinganantara output (keluaran) dengan input (masukan)” (Tohardi, 2002:448). Kemudian Raviyanto
dkk (1988:75) yang mengutip Lmbaga Produktivitas Norwegia menyebutkan bahwa produktivitas adalahhubungan di antara jumlah produk yang, diproduksi dan jumlah sumber daya yang diperlukan
untuk memproduksi produk tersebut. Selanjutnya Rome Conference European Productivity
Agency tahun 1958 menyebutkan bahwa: (a) produktivitas adalah derajat efisiensi dan efektivitas
dari penggunaan elemen produksi; (b) produktivitas merupakan sikap mental , sikap mental yangselalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat
melakukan pekerjaan lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik daripadahari ini. Selanjutnya produktivitas berhubungan dengan sikap mental yang mementingkan usahayang terus menerus untuk menyesuaikan aktivitas ekonomi terhadap, kondisi yang berubah.Sementara menurut Dewan Produktivitas Nasional. Republik Indonesia Tahun 1983,
mencantumkan bahwa : (a) produktivitas mengandung pengertian sikap, mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus selalu lebih baik dari hari kemarin danhari esok harus lebih baik dari hari ini, (b) secara umum produktivitas mengandung pengertian
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang digunakan. (c)
Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi
menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitasmengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produksi
tidak selalu disebabkan oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat saja meningkatwalaupun produktivitasnya tetap atau menurun (dalam Tohardi, 2002:449).
Dilihat dari segi psikologi, produktivitas adalah suatu tingkah laku. Produktivitas menunjukkan
tingkah laku sebagai keluaran (output) dari suatu proses berbagai macam komponen kejiwaanyang melatarbelakanginya (Anoraga, 2001:50). Ini berarti, kalau berbicara tentang produktivitas
tidak lain daripada berbicara mengenai tingkah laku manusia atau individu, yaitu tingkah laku
produktivitasnya. Sedarmayanti mengutip formulasi National
Productivy Board (NPB) Singapore, dikatakan bahwa produktivitas adalah sikap, mental(attitude of Mind) yang mempunyai semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan.
Perwujudan sikap mental, dalam berbagai kegiatan antara lain sebagai berikut: (1) yangberkaitan dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan,
disiplin, upaya peribadi dan kerukunan kerja; (2) yang berkaitan dengan pekerjaan dapat
dilakukan melalui manajemen dan metode kerja yang lebih baik, penghematan beaya, ketepatanwaktu, dan sistem serta teknologi yang lebih baik (Sedarmayanti, 2001:57). Sedangkan
pengertian produktivitas dikaitkan dengan individu productive dikemukakan oleh Gilmore
(1974), Erich Fromm (1975) yang dikutip oleh Sedannavant (2001:79), berpendapat tentang individu produktif, yaitu: (1) tindakannya konstruktif, (2) percaya pada diri sendiri, (3)
5/12/2018 Tinjauan Pedagogik Pengaruh Faktor Kecerdasan Frans - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/tinjauan-pedagogik-pengaruh-faktor-kecerdasan-frans
bertanggung jawab, (4) memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan, (5) mempunyai pandangan ke
depan, (6) mampu mengatasi persoalan dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yangberubah-ubah, (7) mempunyai kontribusi positif terhadap lingkungannya (aktif, imaginative, dan
inovatif), dan (8) memiliki kekuatan untuk mewujudkan potensinya. Aspek-aspek inilah yang
semestinya dapat dimunculkan dalam organisasi, sehingga budaya organisasi tersebut akan
member kontribusi pada output maupun out come yang diharapkan. Demikian juga padaorganisasi sekolah, sangat diperlukan perilaku-perilaku yang positif untuk dapat memunculkan
kondusivitas, dan hal tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Dengan demikian,
produktivitas kerja yang dimaksud adalah suatu sikap mental dan tingkah laku guru untuk terusmenerus mengadakan peningkatan perbaikan menyangkut diri sendiri seperti peningkatan
pengetahun, keterampilan, disiplin, kerukunan kerja, dan yang berkaitan dengan pekerjaan
melalui peningkatan perbaikan manajemen dan metode kerja, penghematan biaya, ketepatanwaktu, dan sistem serta teknologi yang lebih baik. Dalam kaitan dengan itu indicator
produktivitas yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) tindakannya konstruktif, (2) percaya
pada diri sendiri, (3) bertanggung jawab, (4) memiliki rasa cinta terhadap pekerjaan, (5)
mempunyai pandangan ke depan, (6) mampu mengatasi persoalan dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan yang berubah-ubah, (7) mempunyai kontribusi positif terhadaplingkungannya (aktif, imaginative, dan inovatif), dan (8) memiliki kekuatan untuk mewujudkan
potensinya.
Download Tulisan
top related