transceiver audio wireless one point to multipoint untuk...
Post on 05-Feb-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
62
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
Transceiver Audio Wireless One Point to Multipoint untuk
Laboratorium Bahasa
Transceiver Audio Wireless One Point to Multipoint for Language
Laboratory
Sindie Vini Asyani, Tri Rahajoeningroem Jurusan Teknik Elektro, Universitas Komputer Indonesia
Jl. Dipatiukur 114-117, Bandung
Email : sindieasyani@gmail.com
Abstrak Pada penelitian ini dirancang sebuah sistem transceiver audio wireless one point to multipoint yaitu
perangkat yang dapat mengirim suara dari satu perangkat ke banyak perangkat. Perangkat yang dibuat
terdiri dari dua bagian yaitu instruktur dan pengguna, perangkat pengguna terdiri dari 3 buah pengguna. Alat
ini dirancang untuk dapat digunakan pada laboratorium bahasa, menggunakan komunikasi secara full duplex
yang artinya bahwa dua perangkat transceiver dapat berkomunikasi secara dua arah. Perangkat instruktur
yang dirancang dapat berkomunikasi dengan 1 pengguna, 2 pengguna dan semua pengguna. Pada saat
instruktur mengirim ke lebih dari 1 pengguna, pengguna hanya dapat menerima suara tanpa dapat mengirim
balik. Perangkat yang dirancang pada saat pemanggilan pada 1 pengguna, 2 pengguna dan 3 pengguna
berhasil dengan baik. Perangkat instruktur dapat berkomunikasi dengan semua pengguna secara privat dan
broadcast tebukti pada saat pengukuran sinyal suara oleh osiloskop, sinyal pengirim dan penerima yang
keluar pada osiloskop sama, artinya perangkat transceiver dapat mengirim dan menerima suara dengan baik.
Kata kunci : transceiver audio, one point to multipoint
Abstract In this research, we designed a system transceiver audio wireless one point to multipoint that is equipment
which is can transmitting audio from one equipment to many equipment. Equipment made one which is
consist 2 part is instructor and user, user equipment consist of 3 user. This equipment designed for use in
language laboratory, using communication full duplex which is meaning two equipment can communication
in two direction. Instructor equipment made one is can communication with 1 user, 2 user dan all user.
When instructor transmitted to more than 1 user, user just can receive voice without can transmitted back. This equipment designed while calling to 1 user,2 user and 3 user has been good. Instructor equipment can
communication with private and broadcast to all user proved when signal measuring with oscilloscope, same
transmitter signal and receiver signal output in oscilloscope, it’s meaning that transceiver equipment can
trasmitt and receive signal with good.
Keyword : transceiver audio, one point to multipoint
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah A.
Saat ini kemajuan teknologi berkembang
dengan pesat, berbagai macam teknologi praktis
banyak bermunculan di pasaran dunia. Dengan
menggunakan jaringan wireless dapat membuat
suatu produk tanpa menggunakan kabel dan satu
jaringan transmitter wireless dapat dipakai untuk
semua pengguna produk yang berkaitan. Wireless
network merupakan sekumpulan komputer yang
saling terhubung antara satu dengan lainnya
sehingga terbentuk sebuah jaringan komputer
dengan menggunakan media udara/gelombang
sebagai jalur lintas datanya. Salah satu produk
yang dapat menggunakan jaringan wireless adalah
headset, dengan memanfaatkan jaringan wireless
ini kita dapat menggunakan lebih dari dua
headset dengan satu jaringan sebagai server.
Pemakaian headset wireless ini akan membuat
nyaman pengguna daripada harus mendengarkan
lewat speaker yang terkadang suaranya tidak
jelas, selain itu pengguna akan merasa lebih
berkonsentrasi untuk mendengarkan perintah.
63
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
Kondisi laboratorium bahasa UNIKOM
sampai saat ini masih menggunakan speaker saat
belajar atau pada saat test TOEFL, dari inilah
maka didapatkan ide untuk mencoba membuat
alat ini dengan memanfaatkan media wireless
menggunakan radio frekuensi sebagai sumber
jaringan yang dapat digunakan oleh satu kelas
laboratorium bahasa yang pasti dipakai oleh lebih
dari dua orang. Radio frekuensi lebih mudah
digunakan untuk pengiriman suara dan dapat
dipakai untuk jangkauan yang sangat luas bila
dibandingkan dengan Bluetooth. Diharapkan
dengan dibuatnya alat ini dapat bermanfaat
khususnya untuk laboratorium bahasa UNIKOM
sendiri.
Tujuan B.
Tujuan penelitian ini adalah merancang
sistem audio wireless menggunakan transceiver
radio frekuensi dengan metode point to multipoint
yang dapat digunakan untuk laboratorium bahasa,
khususnya laboratorium bahasa UNIKOM yang
masih memakai speaker saat belajar dan test
TOEFL.
Batasan Masalah C.
Perancangan dan pembuatan alat ini memiliki
beberapa batasan masalah, di antaranya :
1. perancangan dan pembuatan rangkaian
elektronika sebagai penunjang sistem
transceiver audio wireless menggunakan
radio frekuensi.
2. jumlah instruktur = 1, jumlah pengguna = 3
3. perancangan transceiver audio wireless yang
dapat digunakan komunikasi dua arah antara
transceiver innstruktur dengan transceiver
pengguna
4. menggunakan modulasi FM dengan frekuensi
kerja 15,356 MHz.
II. LANDASAN TEORI
Laboratorium Bahasa UNIKOM A.
Tempat belajar khusus untuk Fakultas sastra,
dipakai oleh jurusan Sastra Inggris dan Sastra
Jepang yang terletak di kampus 1 lantai 1 ruangan
3. Memiliki luas ruangan kurang lebih 3x4 meter
Laboratorium bahasa umumnya digunakan untuk
pembelajaran mata kuliah listening untuk Sastra
Inggris dan mata kuliah chokai untuk Sastra
Jepang.
Gambar 1. Laboratorium bahasa UNIKOM
Transceiver audio B.
Transceiver berasal dari kata ‘transmitter’
yang berarti pengirim dan ‘receiver’ yang berarti
penerima. Audio adalah suara/bunyi yang
dihasilkan oleh getaran suatu benda. Agar dapat
tertangkap telinga manusia, getaran tersebut harus
cukup kuat yaitu minimal 20 kali per detik.
B.1. Transmitter
Transmitter adalah sebuah perangkat
komunikasi yang dapat menyalurkan sumber
informasi ke sistem komunikasi. Transmitter
wireless adalah Perangkat yang dirancang untuk
bertukar data tanpa menggunakan kabel
memerlukan dua komponen dasar, pemancar
nirkabel sekaligus penerima yang dipasangkan.
Pemancar wireless disiarkan menggunakan
frekuensi (RF) gelombang radio.
RF AMPLIFIERMIXERIF AMPLIFIERMODULATORAUDIO
AMPLIFIERSPEAKER
LOCAL OSCILATORCATU DAYA
Gambar 2. Blok diagram transmitter
B.2. Receiver
Receiver berfungsi untuk menerima sinyal
dari sistem transmisi dan menggabungkannya ke
dalam bentuk tertentu yang dapat ditangkap dan
digunakan oleh penerima.
RF
AMPLIFIERMIXER IF AMPLIFIER DEMODULATOR
AUDIO
AMPLIFIERSPEAKER
LOCAL OSCILATOR CATU DAYA
Gambar 3. Blok diagram receiver
64
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
Transceiver dapat dibagi menjadi dua kategori
yaitu full duplex dan half duplex. Half duplex
merupakan sebuah mode komunikasi dimana data
dapat ditransmisikan atau diterima secara dua
arah tapi tidak dapat secara bersama-sama.
Dalam komunikasi full duplex, dua pihak
yang saling berkomunikasi akan mengirimkan
informasi dan menerima informasi dalam waktu
yang sama, dan umumnya membutuhkan dua
jalur komunikasi.
Radio Frekuensi C.
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang
terjadi dalam kurun waktu satu detik. Rumus
frekuensi adalah jumlah getaran dibagi jumlah
detik waktu. Frekuensi memiliki satuan hertz
(Hz). Frekuensi terbagi dalam beberapa spektrum,
seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Spektrum Frekuensi
Nama Band Frekuensi Panjang
Gelombang
Very Low Frequency
(VLF)
3-30 kHz 100 km-10
km
Low Frequency (LF) 30-300
kHz
10 km-1 km
Medium Frequency
(MF)
300-
3000kHz
1 km-100 km
High Frequency (HF) 3-30 MHz 100 m-10 m
Very High Frequency
(VHF)
30-300
MHz
10 m-1 m
Ultra High Frequency
(UHF)
300-3000
MHz
1 m- 100 mm
Super High
Frequency (SHF)
3-30 GHz 100 mm-10
mm
Extremely High
Frequency (EHF)
30-300
GHz
10 mm-1 mm
Modulasi D.
Modulasi adalah proses pencampuran dua
sinyal menjadi satu sinyal. Biasanya sinyal yang
dicampur adalah sinyal berfrekuensi tinggi dan
sinyal berfrekuensi rendah. Dengan
memanfaatkan karakteristik masing-masing
sinyal, maka modulasi dapat digunakan untuk
mentransmisikan sinyal informasi pada daerah
yang luas atau jauh.
D.1. Amplitude Modulation (AM)
Amplitude Modulation (AM) adalah proses
menumpangkan sinyal informasi ke sinyal
pembawa (carrier) dengan sedemikian rupa
sehingga amplitudo gelombang pembawa berubah
sesuai dengan perubahan tegangan sinyal
informasi.
Gambar 4. Modulasi AM
D.2. Frequency Modulation (FM)
Frequency modulation didefinisikan sebagai
deviasi frekuensi sesaat sinyal pembawa (dari
frekuensi tak termodulasi) sesuai dengan
amplitudo sesaat sinyal pemodulasi.
Gambar 5. Modulasi FM
D.3. Phase Modulation (PM)
Modulasi ini menggunakan perbedaan sudut
(phase) dari sinyal analog untuk membedakan
kedua keadaan sinyal digital. Pada modulasi jenis
ini, amplitudo dan frekuensi dari sinyal analog
adalah tetap, yang berubah adalah phase sinyal
analognya.
Gambar 6. Modulasi PM
65
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
Metode One Point to Multipoint E.
Transmisi radio one point to multipoint dapat
berupa simplex, half duplex dan full duplex. Untuk
jaringan transceiver komunikasi yang digunakan
adalah komunikasi dua arah (full duplex).
Transmisi radio full duplex adalah komunikasi
yang banyak digunakan saat ini, dalam metode
one point to multipoint bagian instruktur dapat
mengirim dan menerima informasi dalam waktu
yang bersamaan, bagian instruktur dapat
mengirim informasi ke 3 pengguna sekaligus,
mengirim hanya ke 2 pengguna saja, dan
mengirim ke 1 pengguna saja dalam waktu
bersamaan. Contohnya adalah penyiaran radio
dari stasiun pemancar yang dihubungkan dengan
banyak radio penerima lainnya, telepon dimana
penggunanya dapa mengirim dan menerima
secara bersamaan.
Instruktur
Pengguna 1
Pengguna 2
Pengguna 3
Gambar 7. Metode One Point to Multipoint
Mikrokontroler F.
Mikrokontroler adalah suatu IC dengan
kepadatan yang sangat tinggi, dimana semua
bagian yang diperlukan umtuk suatu kontroler
yang sudah dikemas dalam satu keeping, biasanya
terdiri dari Central Processing Unit (CPU),
Random Access Memory (RAM),
EEPROM/EPROM/PROM/ROM, I/O (serial dan
parallel), timer dan interrupt controller.
Mikrokontroler digunakan dalam produk dan
alat yang dikendalikan secara automatis, seperti
sistem kontrol mesin, remote controls, mesin
kantor, peralatan rumah tangga, alat berat, dan
mainan. Dengan mengurangi ukuran, biaya, dan
konsumsi tenaga dibandingkan dengan mendesain
menggunakan mikroprosesor memori, dan alat
input output yang terpisah, kehadiran
mikrokontroler membuat kontrol elektrik untuk
berbagai proses menjadi lebih ekonomis.
ALU
(ARITHMETIC AND
LOGIC)
TIMER/COUNTERI/O
PORT
ACCUMULATOR
REGISTER
INTERNAL RAM
STACK POINTER
INTERNAL
ROM
I/O
PORT
INTERRUPT
CIRCUIT
CLOCK
CIRCUIT
PROGRAM COUNTER
Gambar 8. Blok Diagram Mikrokontroler
Uno Arduino G.
Uno Arduino adalah board berbasis
mikrokontroler pada ATmega328. Board ini
memiliki 14 digital input/output pin (dimana6 pin
dapat digunakan sebagai output PWM), 6 input
analog, 16 MHz osilator kristal, koneksi USB,
jack listrik tombol reset. Pin-pin ini berisi
semua yang diperlukan untuk mendukung
mikrokontroler, hanya terhubung ke komputer
dengan kabel USB atau sumber tegangan bisa
didapat dari adaptor AC-DC atau baterai
untuk menggunakannya.
Gambar 9. Board Uno Arduino
III. PERANCANGAN ALAT
A. Perancangan Sistem
Perancangan sistem ini terdiri dari beberapa
bagian, berikut ini adalah gambaran umum (blok
diagram) keseluruhan dari sistem transceiver
audio wireless yang akan dirancang. Transceiver
audio wireless terdiri dari 2 bagian yaitu, bagian
instruktur dan bagian pengguna.
66
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
A.1. Blok Diagram Sistem
Blok diagram terdapat dua bagian penting
dalam perancangan perangkat yang akan dibuat,
yaitu bagian instruktur dan pengguna.
1. Blok diagram sistem instruktur
Bagian instruktur berfungsi untuk
mengirimkan suara melalui mikrofon secara
full duplex yang dapat diterima oleh 3
pengguna secara bersamaan atau hanya pada
1 atau 2 pengguna saja. Bagian ini terdiri dari
5 saklar, 3 saklar yang berfungsi sebagai
saklar panggil dan 2 saklar sebagai on dan
off, dan 3 LED yang akan menyala apabila
ada panggilan dari pengguna.
PENGUAT
RF
LOW POWER
NARROW
BAND FM IF
PENGUAT IFDTMF
MIKROFON
MIKROKONT
ROLLER
TRANSCEIVER
LED 2
LED 3
LED 1
SAKLAR 2
SAKLAR 4
SAKLAR 3
SAKLAR 1
SPEAKER
SAKLAR 5
Gambar 10. Blok Diagram Sistem instruktur
2. Blok diagram sistem pengguna
Bagian pengguna terdiri dari 3 pengguna,
bagian pengguna hanya terdiri dari 1 tombol
panggil yang berfungsi untuk memanggil
bagian instruktur dan 1 LED yang akan
menyala apabila ada panggilan dari
instruktur.
PENGUAT
RF
LOW POWER
NARROW
BAND FM IF
PENGUAT IF
MIKROFON
DTMF
SWITCH
ANALOG
MIKROKONT
ROLLERSAKLAR
LED 1
TRANSCEIVER
Catatan : pengguna 2 dan 3
sama dengan pengguna 1
SPEAKER
Transceiver
pengguna 2Transceiver
pengguna 3
Gambar 11. Blok Diagram Sistem Pengguna
A.2. Cara Kerja Sistem
Cara kerja dari sistem perangkat ini adalah
dengan menyalakan tombol power pada perangkat
transceiver instruktur dan pengguna kemudian
setelah perangkat menyala headset dipasangkan
pada semua perangkat. Dalam perangkat bagian
instruktur terdapat 2 lubang jack audio untuk
mikrofon dan speaker pada headset dan untuk
menghubungkan dengan laptop/telepon genggam
untuk mengirimkan rekaman. Dengan
memasangkan headset pada perangkat, bagian
instruktur dan pengguna dapat berkomunikasi
secara full duplex. Pada bagian instruktur terdapat
3 saklar untuk memanggil pada masing-masing
pengguna. Kendali secara penuh berada pada
bagian instruktur, bagian ini dapat memutuskan
hubungan komunikasi. Saat rekaman sedang
diputar, komunikasi tidak dapat dilakukan. Saat
ada pengguna memanggil instruktur LED pada
perangkat akan menyala, untuk pengguna 1 yang
akan menyala adalah LED 1, untuk pengguna 2
maka LED 2 yang akan menyala, dst.
Bagian pengguna terdiri dari 3 buah, pada
masing-masing perangkat pengguna ini terdapat 1
tombol panggil untuk memanggil instruktur dan
bagian pengguna hanya dapat memanggil tanpa
dapat memutuskan komunikasi karena kendali
penuh ada pada induk, pada bagian pengguna
hanya dapat mendengarkan rekaman dan tidak
dapat mengirimkan rekaman. Sesama pengguna
tidak dapat saling memanggil untuk mencegah
terjadi kecurangan saat test atau ujian.
B. Perancangan Perangkat Lunak
(software)
Perancangan perangkat lunak dibahas
dengan menggunakan diagram alir (flowchart).
Spesifikasi fungsional perangkat lunak yang
dirancang harus dapat ditentukan melalui fungsi
masukan (input) dan keluaran (output) program.
Melalui deskripsi perangkat keras dapat diketahui
bahwa data input harus dimengerti dan akan
diproses oleh program yaitu, data yang berasal
dari rangkaian input.
Pada penelitian ini rancangan perangkat
lunak dimulai dengan pembuatan sebuah
flowchart seperti yang terlihat pada gambar
berikut. Flowchart ini dibagi menjadi 2 bagian,
yaitu bagian instruktur dan bagian pengguna.
B.1. Flowchart Instruktur
Flowchart bagian instruktur dapat dilihat pada
Gambar 12. Gambar 12 menunjukkan proses
kerja perangkat transceiver bagian instruktur,
dimulai dengan menekan saklar on pada
67
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
perangkat dan masukkan headset untuk dapat
berkomunikasi dengan pengguna, dalam flowchart
instruktur dapat mengirimkan rekaman yang akan
dikirim ke semua bagian pengguna.
Jika ada panggilan masuk dari pengguna
maka lampu LED pada perangkat akan menyala,
jika pengguna 1 yang memanggil maka lampu
LED 1 menyala, jika pengguna 2 yang memanggil
maka lampu LED 2 menyala, dan jika pengguna 3
yang memanggil maka lampu LED 3 yang
menyala. Jika bagian instruktur menerima
panggilan tersebut harus menekan saklar on pada
saklar dan berkomunikasi dengan pengguna,
untuk mengakhiri panggilan bagian instruktur
harus menekan saklar off dan jika bagian
instruktur tidak menerima panggilan maka
mikrokontroller akan kembali pada inisialisasi
modul RF.
Jika instruktur akan memanggil pengguna
tekan 3 saklar khusus untuk memanggil pengguna,
saat instruktur menekan tombol ini maka
pengguna akan otomatis menerima dan dapat
langsung berkomunikasi dengan instruktur. Untuk
mengakhiri panggilan tekan tombol off pada
saklar. Untuk mengakhiri rekaman yang
dikirimkan pada pengguna, bagian instruktur
harus mematikan perangkat dan tekan off pada
power perangkat.
B.2. Flowchart Pengguna
Flowchart bagian instruktur dapat dilihat pada
Gambar 13. Gambar 13 merupakan diagram alir
mikrokontroller pada sistem perangkat pengguna,
bagian pengguna dapat memanggil instruktur
dengan saklar untuk memanggil yang terdapat
pada masing-masing pengguna.
Untuk dapat memakai perangkat ini tekan tombol
on terlebih dahulu pada perangkat. Pengguna
dapat mendengarkan rekaman yang dikirim oleh
instruktur. Pada saat instruktur memanggil
pengguna maka secara otomatis pengguna
langsung terhubung dan dapat berkomunikasi
tanpa harus menekan tombol on terlebih dahulu.
Karena perangkat ini akan diimplementasikan
untuk laboratorium bahasa, untuk sesama
pengguna tidak dapat saling berkomunikasi, hal
ini untuk menghindari saling memberitahukan
jawaban. Koneksi atau komunikasi dapat
dimatikan hanya oleh bagian instruktur, karena
bagian instruktur yang berperan sebagai
pengendali.
Mulai
Menerima
Panggilan
Y
N
Komunikasi Dengan
Instruktur
Komunikasi diputus
Switch Off
Memanggil
Induk
Diterima
N
N
B
B
Y
Y
B
Inisialisasi
Switch
Gambar 13. Diagram Alir Utama Sistem
Transceiver Pengguna
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang proses
pengujian sistem yang meliputi pengukuran
parameter-parameter dari setiap komponen dalam
setiap blok sistem maupun sistem secara
keseluruhannya dan melakukan uji coba terhadap
alat yang dibuat yang diharapkan dapat berjalan
sesuai dengan perancangan pada bab sebelumnya.
A. Pengujian Catu Daya
Tujuan dari pengujian rangkaian catu daya
yang digunakan adalah untuk mengetahui kinerja
catu daya dalam mensuplai perangkat dan
mengetahui apakah catu daya yang digunakan
membebani perangkat transceiver khususnya
bagian instruktur. Pengujian dilakukan dengan
melakukan pengukuran besarnya tegangan
output dari catu daya yang digunakan, kemudian
dari input tegangan transceiver yang sudah diberi
tegangan dari catu daya.
68
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
Mulai
Inisialisasi
switch call,
modul RF
Terima
Panggilan?
Y
N
Komunikasi dengan pengguna
Akhiri komunikasi
Switch OFF
B
Ada panggilan?N
Y
Memanggil
semua
pengguna?
Y
N
N N
Y Y Y
Switch 1
ON ?
Switch 2
ON ?
Switch 3
ON ?
B
Memanggil
satu
pengguna?
Y
N
LED 1
Nyala?
LED 2
Nyala?
LED 3
Nyala?
N N
Komunikasi
Akhiri komunikasi
Switch OFF
Y Y Y
Hubungi
switch 1dan
2?
Hubungi
switch 2
dan 3?
Hubungi
switch 1
dan 3?
N
Memanggil dua
pengguna?
N
Y
Hubungi
switch 4?
Komunikasi
Akhiri komunikasi
Switch OFF
N
Y
B
N N
Komunikasi
Akhiri komunikasi
Switch OFF
Y Y Y
Hubungi
switch 1?
Hubungi
switch 2?
Hubungi
switch 3?
N
Pengguna
1
Pengguna
2
Pengguna
3
B
Y Y Y
N N N
N
Gambar 12. Diagram Alir Utama Sistem Transceiver Instruktur
69
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
Gambar 14. Pengukuran Tegangan Catu Daya
Gambar 14 menunjukkan keluaran tegangan
dari catu daya yang digunakan, tegangan yang
digunakan adalah 9 sampai dengan 12 volt.
Apabila setelah perangkat instruktur diberi
tegangan 9 volt tetapi keluaran yang diukur
kurang dari 9 volt maka catu daya membebani
perangkat. Hasil pengukuran tegangan output dari
perangkat instruktur dapat dilihat pada Gambar
15.
Gambar 15. Tegangan Output Perangkat
Instruktur
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa catu
daya yang digunakan tidak membebani rangkaian
baik untuk pemakaian sebentar maupun
pemakaian secara terus-menerus. Apabila
tegangan output yang dihasilkan berkurang lebih
dari 2 volt maka catu daya yang digunakan
membebani perangkat.
B. Pengukuran Perangkat Transceiver
Pengukuran perangkat transceiver bertujuan
untuk melihat apakah transceiver yang dirancang
sudah sesuai dengan kondisi yang diinginkan
yaitu perangkat dapat mengirim dan menerima
suara secara bersamaan. Untuk dapat mengetahui
hasil rancangan dapat diukur menggunakan
osiloskop dengan input mikrofon pada perangkat
instruktur dan output speaker pada perangkat
pengguna atau sebaliknya.
Pada saat instruktur mengirim suara maka
sinyal yang diterima oleh pengguna harus sama,
apabila sinyal suara yang dikirim berbeda maka
terdapat noise pada perangkat transceiver. Pada
saat jarak transceiver terlalu jauh sampai tidak
dapat menerima dan mengirim suara maka sinyal
yang dihasilkan adalah garis lurus dan frekuensi
tidak terbaca pada osiloskop.
Gambar 16 menunjukkan sinyal suara yang
diukur oleh osiloskop, sinyal yang berwarna
kuning adalah sinyal suara yang dikirim dari
perangkat instruktur dan sinyal yang berwarna
biru adalah sinyal yang diterima oleh perangkat
pengguna. Sinyal pengirim diukur dari input
mikrofon perangkat instruktur dan sinyal
penerima diukur dari output speaker perangkat
pengguna.
Gambar 16. Sinyal Perangkat Instruktur sebagai
Pengirim Suara dan Perangkat Pengguna sebagai
Penerima Suara Saat Jarak 20 cm.
Pada Gambar 16 menunjukkan sinyal suara
pengucapan huruf A dengan suara perlahan, sinyal
tersebut dikirim pada saat jarak perangkat 20 cm.
Sinyal yang dikirim perangkat instruktur sama
dengan sinyal yang diterima perangkat pengguna,
hal ini menunjukkan perangkat transceiver
instruktur dan pengguna sudah berhasil mengirim
suara dengan baik.
Gambar 17. Sinyal Perangkat Instruktur sebagai
Penerima Suara dan Perangkat Pengguna sebagai
Pengirim Suara Saat Jarak 20 cm.
Gambar 17 menunjukkan kebalikan dari
Gambar 16 yaitu perangkat instruktur sebagai
70
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
penerima dan pengguna sebagai pengirim. Sinyal
instruktur yang berwarna kuning dan sinyal
pengguna yang berwarna biru, sinyal pengirim
diukur dari input mikrofon perangkat pengguna
dan sinyal penerima diukur dari output speaker
perangkat instruktur. Sinyal pada Gambar 17 juga
adalah sinyal pengucapan huruf A dengan suara
perlahan pada jarak 20 cm.
Pada saat jarak antar perangkat transceiver
instruktur dan pengguna bertambah, akan ada
noise pada pengiriman suara pada kedua
perangkat. Proses pengiriman dengan jarak jauh
dapat dilihat pada Gambar 18, sinyal yang
berwarna kuning adalah sinyal suara yang dikirim
dari perangkat instruktur dan sinyal yang
berwarna biru adalah sinyal yang diterima oleh
perangkat pengguna.
Gambar 18. Sinyal Perangkat Instruktur
sebagai Pengirim Suara dan Perangkat Pengguna
sebagai Penerima Suara Saat Jarak 300 cm.
sinyal pada Gambar 18 menunjukkan sinyal
pengucapan huruf B dengan suara keras tanpa
jeda. Sinyal yang dikirim dan diterima memiliki
amplitudo yang berbeda dapat dilihat dari tinggi
sinyal, sinyal pada instruktur lebih pendek dari
sinyal yang diterima pengguna, hal ini terjadi
karena kurang kuatnya pemancar pada perangkat
instruktur.
Gambar 19. Sinyal Perangkat Instruktur
sebagai Penerima Suara dan Perangkat Pengguna
sebagai Pengirim Suara Saat Jarak 300 Cm.
Pada Gambar 19 sinyal instruktur yang
berwarna kuning dan sinyal pengguna yang
berwarna biru menunjukkan sinyal pengucapan
huruf B dengan suara kecil. Pada Gambar 19
dapat dilihat sinyal yang diterima instruktur tidak
sama dengan yang dikirim pengguna.
Gambar 20 menunjukkan sinyal pada saat
perangkat instruktur dan pengguna tidak dapat
saling mengirim dan menerima suara. Sinyal yang
dihasilkan berupa garis lurus, hal ini terjadi
karena jarak antara perangkat instruktur dan
pengguna terlalu jauh sehingga tidak dapat
terbaca oleh osiloskop.
Gambar 20. Sinyal Pada Jarak 430 cm
C. Pengujian Transceiver Instruktur
Pengujian transceiver instruktur dilakukan
untuk melihat apakah sistem yang dibuat sesuai
dengan yang ditulis dalam bab sebelumnya.
Pengujian transceiver instruktur terdiri dari
pemanggilan pada 1 pengguna, 2 pengguna dan 3
pengguna secara bersamaan.
C.1. Transceiver Instruktur Memanggil 1
Pengguna
Pengujian pada 1 pengguna adalah perangkat
instruktur memanggil dan berkomunikasi dengan
1 pengguna, baik pengguna 1, pengguna 2
maupun pengguna 3. Pertama headset
dipasangkan pada semua perangkat, untuk dapat
berkomunikasi pengujian dilakukan dengan cara
menekan saklar 1 untuk pengguna 1, saklar 2
untuk pengguna 2 dan saklar 3 untuk pengguna 3
disusul saklar on pada perangkat instruktur dan
pada perangkat pengguna LED akan menyala.
Untuk memutus komunikasi dilakukan dengan
cara menekan saklar 1 untuk pengguna 1, saklar 2
untuk pengguna 2 dan saklar 3 untuk pengguna 3
disusul saklar off dan LED pada pengguna akan
mati.
Pada Gambar 21 memperlihatkan saat
perangkat instruktur memanggil 1 pengguna yaitu
71
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
pengguna 1, saat perangkat instruktur memanggil
suatu pengguna maka LED pada perangkat
tersebut akan menyala.
Gambar 21. Instruktur Memanggil 1 Pengguna
C.2. Transceiver Instruktur Memanggil 2
Pengguna
Pengujian pada 2 pengguna adalah perangkat
instruktur memanggil 2 pengguna secara
bersamaan. Instruktur dapat berkomunikasi
dengan pengguna 1 dan 2, pengguna 1 dan 3 atau
pengguna 2 dan 3. Untuk dapat berkomunikasi
dengan pengguna 1 dan 2 pengujian dilakukan
dengan cara menekan saklar 1 lalu saklar on
kemudian menekan saklar 2 dan saklar on
berurutan.
Gambar 22. Instruktur Memanggil 2 Pengguna
Pada Gambar 22 memperlihatkan perangkat
instruktur memanggil 2 pengguna secara
bersamaan, dapat dilihat dari LED kedua
pengguna tersebut menyala, namun saat instruktur
memanggil 2 pengguna, pengguna hanya dapat
menerima suara tanpa dapat mengirim suara.
C.3. Transceiver Instruktur Memanggil 3
Pengguna
Pengujian pada 3 pengguna adalah perangkat
instruktur memanggil dan berkomunikasi dengan
3 pengguna secara bersamaan. Untuk dapat
berkomunikasi dengan semua pengguna pengujian
dilakukan dengan cara menekan saklar 1 dan
saklar on kemudian menekan saklar 2 dan saklar
on dan menekan saklar 3 dan switch on secara
berurutan. Saat semua LED pada pengguna
menyala maka instruktur dapat mengirim suara ke
semua pengguna secara bersamaan.
Gambar 23. Instruktur Memanggil Semua
Pengguna
Kondisi pada saat instruktur memanggil
semua pengguna sama dengan pada saat
memanggil 2 pengguna yaitu pengguna hanya
dapat menerima suara tanpa dapat mengirimnya.
D. Pengujian Transceiver Pengguna
Pengujian transceiver pengguna bertujuan
untuk melihat saat perangkat pengguna
memanggil instruktur, cara memanggil instruktur
adalah dengan menekan saklar yang ada pada
pengguna. Saat saklar ditekan lampu pada
perangkat instruktur akan menyala. Untuk
pengguna 1 maka saklar 1 yang akan menyala,
untuk pengguna 2 saklar 2 yang menyala dan
untuk pengguna 3 maka saklar 3 yang akan
menyala.
Gambar 24. Pengguna Memanggil Instruktur
Pada saat pengguna memanggil instruktur,
komunikasi dapat dilakukan apabila instruktur
menekan saklar on dan saat komunikasi berakhir,
komunikasi hanya dapat diputus oleh induk,
kendali penuh ada pada instruktur.
72
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
E. Pengujian Jarak Jangkau Komunikasi
Pengujian jarak bertujuan untuk mengetahui
berapa jarak maksimal yang dapat digunakan
untuk berkomunikasi antara instruktur dan
pengguna. Pada setiap transceiver, baik dalam
FM, AM maupun PM jarak sangat berpengaruh
dalam setiap pengiriman dan penerimaan.
Pengujian jarak antara perangkat transceiver
instruktur dan perangkat transceiver pengguna
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Tabel Jarak Komunikasi Antar
Transceiver
Jarak
(cm)
Kondisi suara Transceiver
LED 1
Pengguna
2
Pengguna
3
Penggun
a
10 Tanpa
Noise
Tanpa
Noise
Tanpa
Noise Nyala
40 Tanpa
Noise
Tanpa
Noise
Tanpa
Noise Nyala
70 Tanpa
Noise
Tanpa
Noise
Tanpa
Noise Nyala
100 Tanpa
Noise
Tanpa
Noise
Tanpa
Noise Nyala
130 Tanpa
Noise
Tanpa
Noise
Tanpa
Noise Nyala
160 Tanpa
Noise
Tanpa
Noise
Sedikit
Noise Nyala
190 Tanpa
Noise
Sedikit
Noise
Sedikit
Noise Nyala
220 Sedikit
Noise
Sedikit
Noise
Sedikit
Noise Nyala
250 Sedikit
Noise
Sedikit
Noise
Sedikit
Noise Nyala
280 Sedikit
Noise
Banyak
Noise
Banyak
Noise Nyala
310 Sedikit
Noise
Banyak
Noise
Banyak
Noise Nyala
340 Banyak
Noise
Banyak
Noise
Banyak
Noise Nyala
370 Banyak
Noise
Banyak
Noise
Banyak
Noise Nyala
400 Banyak
Noise
Banyak
Noise
Banyak
Noise Nyala
430 Mati Mati Mati Mati
Dari hasil pengujian yang dilakukan, maka
dapat dianalisis jarak maksimal dari transceiver
untuk berkomunikasi adalah 430 cm, saat
perangkat instruktur terhubung dengan 1
pengguna jarak komunikasi tanpa noise dapat
terdengar sampai jauh, tetapi saat terhubung
dengan lebih dari 1 pengguna jarak komunikasi
tanpa noise akan semakin dekat. semakin jauh
jarak perangkat instruktur dan pengguna suara
yang terdengar akan semakin bertambah noise
yang mengganggu. Saat perangkat istruktur
mengirim ke 1 pengguna pengiriman dapat
mencapai jarak lebih dari 400 cm. Perangkat akan
tetap dapat berkomunikasi meskipun berbeda
ruangan atau terhalang tembok, hal ini
dikarenakan perangkat memakai modulasi FM.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan analisis pada bab
sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan
yang berkaitan dengan hasil analisis tersebut,
diantaranya sebagai berikut.
1. Saat pengukuran sinyal suara oleh osiloskop,
sinyal pengirim dan penerima yang keluar
pada osiloskop sama, artinya perangkat
transceiver dapat mengirim dan menerima
suara dengan baik.
2. Catu daya yang digunakan sudah baik karena
tidak membebani perangkat instruktur.
3. Pemanggilan pada 1 pengguna, baik pengguna
1, pengguna 2, maupun pengguna 3 berhasil
dengan baik. Perangkat instruktur dapat
berkomunikasi dengan semua pengguna
secara privat.
4. Pada saat komunikasi dengan hanya 1
pengguna, komunikasi dilakukan secara full
duplex.
5. Pemanggilan pada 2 pengguna dan 3
pengguna dapat berjalan dengan baik.
Instruktur dapat berkomunikasi secara
broadcast.
6. Jarak antara perangkat instruktur dan
pengguna sangat berpengaruh dalam
pengiriman suara, semakin jauh jarak
perangkat maka akan semakin banyak noise.
B. Saran
Sistem yang dibuat dalam penelitian ini
masih terdapat kekurangannya. Untuk itu, penulis
akan memberikan saran bagi yang akan
mengembangkan penelitian ini. Adapun saran dari
penulis adalah sebagai berikut:
1. Pada penggunaan jumlah saklar diminimalisir
lagi agar saat penambahan jumlah pengguna
tidak terlalu banyak saklar.
73
TELEKONTRAN, VOL. 2, NO. 1, NOVEMBER 2014
2. Pada perancangan transceiver dikembangkan
lagi untuk menghilangkan noise pada saat
komunikasi dan pada saat jarak antar
perangkat bertambah.
DAFTAR PUSTAKA
[1] fahmizaleeits.wordpress.com
[2] marausna.wordpress.com [3] http://www.inzarsalfikar.com
[4] www.wikipedia.com
[5] www.datasheet.com [6] http://akatellaboratoriumtedantd.blogspot.com
[7] www.elib.unikom.ac.id
[8] Roberto. Tugas Akhir "FM Portable". Bandung : UNIKOM Bandung
[9] Library.binus.ac.id?/teori umum arduino/2011
top related