tugas pengolahan karet
Post on 06-Jul-2018
215 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
8/17/2019 TUGAS PENGOLAHAN KARET
1/8
TUGAS PENGOLAHAN KARET
MATA KULIAH TEKNOLOGI PENGOLAHAN
KOMODITI PERKEBUNAN HILIR
KARET KONVENSIONAL
WHITE CREPE & PALE CREPE
disusun oleh:
Nugroho Setya Budi (141710101024)
Dwi Hidayani (141710101033)
Nofal Ilham Putra (141710101036)
Syayyidah Faizatul I (141710101069)
Aisyah (141710101105)
KELOMPOK 2/THP C
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
MEI, 2016
-
8/17/2019 TUGAS PENGOLAHAN KARET
2/8
A. Pengertian White Crepe Dan Pale Crepe
White Crepe dan Pale Crepe merupakan salah satu jenis crepe yang
berwarna putih atau muda dan terdapat dua macam ketebalan yaitu tipis
dan tebal. (Penebar Swadaya, 2008). Crepe merupakan produk lain yang
dihasilkan dalam pengolahan karet alam konvensional. Bila menggunakan
bahan baku lateks, pelaksanaan pungutan lateks atau penyadapan di kebun
dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh crepe yang baik
kualitasnya (Safitri, 2010). Kandungan karet kering untuk krep (crepe)
adalah 93%, sedangkan kandungan air antara 0,3-0,9% (Najiha, 2007).
Gambar 1. White Crepe
Gambar 2. Pale Crepe
B.
Teknologi Pengolahan White Crepe Dan Pale Crepe
Prinsip pengolahan karet jenis crepe adalah mengubah lateks segar
dari kebun menjadi lembaran crepe melalui beberapa proses tahapan yaitu
penyaringan, pengenceran, pembekuan, peggilingan dan pengeringan.
Berikut merupakan tahapan pengolahan white crepe ataupun pale crepe:
a. Penyaringan dan pengenceran lateks kebun
Karet crepe dibuat dari lateks segar yang telah dikumpulkan dari
kebun terlebih dahulu disaring ditempat pengolahan. Penyaringan
-
8/17/2019 TUGAS PENGOLAHAN KARET
3/8
dilakukan bebeberapa kali untuk mendapatkan lateks yang baik dan bersih
sebgai bahan baku.sebelum dilakukan pengenceran dilakukan
pencampuran. Menurut Setyamidjaja (1993) percampuran harus dilakukan
lebih teliti dengan menggunakan tiga buah saringan. Busa atau buih-buih
yang timbul pada permukaan larutan segera dibuang. Pembuangan busa
yang kurang baik dapat menimbulkan garis-garis pada crepe kering. Pada
saat dilakukan pengenceran air yang digunakan KKK 20% .
b. Pembekuan Lateks
Lateks encer kemudian dibekukan dengan menggunakan Natrium
bisulfit. Menurut Setyamidjaja (1993) pembekuan (koagulasi) dilakukan
dalam bak koagulasi tetapi dapat juga dalam bak pencampuran. Karet
crepe yang dibekukan dalam tangki/bak koagulasi ditutup agar crepe tidak
tercampur kotoran. Untuk mencegah proses oksidasi yang menyebabkan
warna ungu pada crepe, ditambahkan air bersih atau larutan natrium
bisulfit 1% hingga airnya melebihi pemukaan lateks. Pemberian bisulfit
juga dapat menghindari atau mengurangi warna kuning pada lateks.
c.
Penggilingan
Lateks beku dengan ukuran yang besar kemudian dipotong potong
telebih dahulu agar mudah digiling. Lateks beku digiling dengan
menggunakan 3 samapi 4 gilingan crepe yang masing masing memiliki 2
roda. Setiap alat penggiling yang digunakan memiliki kecepatan yang
tidak sama. Selama berlangsungnya penggilingan air harus selalu tersedia.
Saat proses pengeringan karet crepe tidak dilakukan pengasapan karena
karet crepe harus berwarna putih. Berlangsungnya proses penggilingan
adalah sebagai berikut:
Koagulum dimasukkan kedalam gilingan pertama. Oleh gilingan
pertama koagulum ditekan sambil digilas menjadi lembaran yang koyak-
koyak, berlubang-lubang, dan masih belum rata ketebalannya. Lembaran-
lembaran ini kemudian dilipat dua dan digiling kembali pada gilingan
pertama.
-
8/17/2019 TUGAS PENGOLAHAN KARET
4/8
Setelah keluar dari gilingan pertama, lembaran dilipat dua lalu
dimasukkan ke gilingan tengah ke-1 atau tussenwerker 1. Lembaran yang
keluar dari gilingan tengah ke-1 sudah lebih tipis tetapi masih berlubang-
lubang. Lembaran ini terus dimasukkan dalam gilingan tengah ke-2 atau
tussenwerker 2 yang setelah rodanya lebih sempit.
Lembaran yang keluar dari gilingan tengah ke-2 digulung dengan
gulungan kayu atau bambu. Kemudian digiling pada gilingan akhir atau
finisher dengan tujuan untuk meratakan permukaan lembaran crepe
tersebut. Selama berlangsung proses pemggilingan lembaran-lembaran
crepe, rol gilingan harus selalu dibasahi dengan air. Maksud pemberian air
ini bukan saja sebagai pencuci serum yang keluar dari koagulum yang
digiling, tetapi juga untuk menghindari karet lengket pada rol dan untuk
mendinginkan rol tiap-tiap gilingan yang bekerja. Kebutuhan air pencuci
dan pendingin adalah 25 liter tiap kadar karet kering.
Crepe yang keluar dari gilingan akhir berupa lembaran yang
panjangnya 6-7 meter, lebar 40-45 cm, dan tebal 1-2 mm. Lembaran crepe
permukaannya tidak licin dan berpori-pori halus. Ketika keluar dari
gilingan akhir lembaran yang panjang digulung atau dilipat-lipat.
Gulungan-gulungan ini diletakkan tegak agar airnya menetes selama 1-2
jam. Sebelum lembaran-lembaran dibawa kerumah pengeringan biasanya
ditimbang dahulu untuk mengetahui berat basah crepe tersebut. Setelah
dikeringkan, bobotnya akan susut sekitar 12-20% (Setyamidjaja, 1993).
d. Pengeringan
Setelah penggilingan selesai, lembaran crepe digantung agar sisa-
sisa air menetes dan dibantu pengeringannya oleh angin (Tim Penulis
dalam Safitri, 2010). Bentuk dan konstruksi rumah pengeringan crepe
berbeda dengan rumah asap sheet. Karena crepe tidak diasap dan
lembaran-lembarannya panjang-panjang. Ukuran rumah pengeringan crepe
panjangnya 15 meter dengn lebar 7,5 meter serta tingginya dari lantai ke
atap 10 meter. Di dalam rumah pengeringan ini terdapat bilah-bilah
penggantungan yang dibuat dari bahan kayu jati. Tebal bilah adalah 4-5
-
8/17/2019 TUGAS PENGOLAHAN KARET
5/8
cm. Bilah-bilah yang terbuat dari kayu jati penggunaannya akan tahan
lama dan cukup kuat diinjak oleh pekerja yang menggantung-gantungkan
crepe yang akan dikeringan. Bagian atas bilah penggantungan ini
dibulatkan untuk menjaga agar permukaan crepe menjadi rata. Kerapatan
bilah-bilah diruangan pengeringan dengan panas buatan adalah 8-12 cm,
sedangkan pada rumah-rumah pengeringan alami (dengan udara biasa)
lebih jarang yaitu sekitar 15-20 cm (Setyamidjaja, 1993).
Cara pengeringan crepe ada dua macam yaitu dengan panas udara
biasa (pengeringan alami) dan dengan udara yang dipanaskan (pemanasan
buatan). Pada pengeringan secara alami, pengeringan memakan waktu
yang cukup lama yaitu sekitar satu bulan tergantung dari keadaan cuaca
atau iklim. Pada pengeringan dengan panas buatan suhu udara dalam
ruangan pengeringan yang dibutuhkan adalah sekitar 33-34°C. Setelah
mengalami pengeringan, lembaran-lembaran kreb umumnya telah
mencapai tingkat kering yang diharapkan. Tanda-tanda crepe yang tengah
kering adalah tidak terdapat bintik-bintik keputih-putihan dan bila dites
kadar airnya telah mencapai rata-rata 0,6% (0,35-1,00%) (Setyamidjaja,
1993).
e.
Sortasi
Crepe yang telah selesai dikeringkan di ruang pengeringan kemudian
diangkut ke ruang sortasi. Untu memudahkan sortasi, lembaran krep yang
panjang di gulung dengan bilah kayu. Ruangan sortasi harus kering dan
bersih, penerangan atau keadaan cahaya harus cukup, biasanya dengan
cahaya baur yang dapat diperoleh dengan melalui jendela-jendela kaca
susu. Noda-noda kotoran yang terdapat pada lembarang digunting dan
bekas guntingan dirapatkan kembali (Setyamidjaja, 1993).
Menurut Setyamidjaja (1993) beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam sortasi krep yaitu warna, noda-noda kotoran, tanda-tanda oksidasi,
dan belang-belang serta bintik-bintik atau garis-garis terutama White crepe
dan Pale crepe.
-
8/17/2019 TUGAS PENGOLAHAN KARET
6/8
C. Mutu White Crepe Dan Pale Crepe
Menurut Penulis PS (2008 ), standar mutu untuk kelas-kelas white
crepe dan pale crepe adalah sebagai berikut:
a.
White Crepe
- No 1 X Thin White Crepe
Karet harus kering, kokoh, warnanya merata dan benar-benar putih.
Jenis ini tidak menerima luntur, bau asam atau bau yang tidak enak, debu,
noda-noda, pasir atau benda-benda asing lain, minyak atau bintik-bintik
lain, dan bekas-bekas oksidasi atau panas. Contoh resmi internasional
untuk No 1 X Thin White Crepe tidak ada.
- No 1 Thin White Crepe
Karet harus kering, kokoh, dan berwarna putih. Luntur, bau asam
atau bau yang tidak enak, debu, noda-noda, pasir atau benda-benda asing
lain, minyak atau bintik-bintik lain, dan bekas-bekas oksidasi atau panas
juga tidak diperkenankan. Namun, Kelas No 1 Thin White Crepe toleran
terhadap perubahan warna asalkan sangat kecil.
b.
Pale Crepe
- No 1 X Thick Pale Crepe/ No 1 X Thin Pale Crepe
Karet harus kering, kokoh, pewarnaannya merata dan berwarna
muda. Luntur, bau asam atau bau yang tidak enak, debu, noda-noda, pasir
atau benda-benda asing lain, minyak atau bintik-bintik lain, dan bekas-
bekas oksidasi atau panas tidak diperbolehkan. No 1 X Thin Pale Crepe
tidak memiliki contoh resmi internasional.
-
No 1 Thick Pale Crepe/ No 1 Thin Pale Crepe
Karet harus kering, kokoh dan berwarna muda. Kelunturan pada
karet, bau asam atau bau yang tidak enak, debu, noda-noda, pasir atau
benda-benda asing lain, bekas-bekas oksidasi atau panas tidak
diperbolehkan. Toleransi diperkenankan untuk perubahan warna yang
sangat kecil.
-
8/17/2019 TUGAS PENGOLAHAN KARET
7/8
-
No 2 Thick Pale Crepe/ No 2 Thin Pale Crepe
Karet hars kering dan kokoh. Warnanya agak lebih tua sedikit dari
No 1 Thick Pale Crepe/ No 1 Thin Pale Crepe. Luntur, debu, noda-noda,
pasir atau benda-benda asing lain, minyak atau bintik-bintik lain, dan
bekas-bekas oksidasi atau panas tidak diperbolehkan. Namun, sedikit
perubahan warna masih diperkenankan . Begitu juga karet yang agak
belang-belang masih diperkenankan, asal tidak melebihi 10% dari bandela
yang diserahkan.
- No 3 Thick Pale Crepe/ No 3 Thin Pale Crepe
Karet harus kering, kokoh dan berwarna kekuning-kuningan.
Luntur, debu, noda-noda, pasir atau benda-benda asing lain, minyak atau
bintik-bintik lain, dan bekas-bekas oksidasi atau panas tidak
diperbolehkan. Perubahan warna menjadi lebih tua atau lebih muda dan
karet berbelang atau bergaris masih diperkenankan asal tidak melebihi
20% dari jumlah yang diserahkan.
D.
Aplikasi Penggunaan White Crepe Dan Pale Crepe
Berikut merupakan beberapa produk hilir dari white crepe maupun
pale crepe:
1. White Crepe
- Ban Sepeda Gunung
-
Sol Sepatu Bagian Bawah
- Zat Perekat pada Plester Pertolongan Pertama
-
Pita Perekat
-
Tutup Gabus Botol
- Dot Karet (Rubber Estate Organization, 2014).
2. Pale Crepe
- Sol Sepatu Canvas
- Sandal Karet
- Karet Gelang
-
8/17/2019 TUGAS PENGOLAHAN KARET
8/8
DAFTAR PUSTAKA
Penulis PS. 2008. Teknologi Pengolahan Karet . Jakarta: Penebar Swadaya.
Rubber Estate Organization. 2014. White Crepe Rubber . Bangkok:
Ministry Of Agriculture and Cooperative.
Safitri, K. 2010. Pengaruh Ekstrak Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Sebagai Penggumpal Lateks Terhadap Mutu Karet (Skripsi). Medan:
Sumatera Utara.
Setyamidjaja, D. 1993. Karet, Budidaya, dan Pengolahan. Yogyakarta:
Kanisius.
top related