uji efektivitas minyak atsiri buah pala sebagai … · 1 laporan penelitian unggulan udayana uji...
Post on 16-Aug-2019
263 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
LAPORAN PENELITIAN
UNGGULAN UDAYANA
UJI EFEKTIVITAS MINYAK ATSIRI BUAH PALA SEBAGAI ATRAKTAN DAN INSEKTISIDA NABATI LALAT BUAH (Bactrocera
dorsalis complex)
TIM PENELITI Prof. Ir. I Wayan Susila, MS (0029015408)
Prof. Dr. Ir. I Wayan Supartha MS (0030035703) Ir. I Ketut Sumiartha, M.Agr (0013125602)
Dibiayai dari Dana PNBP Universitas Udayana dengan Surat Perjanjian Penugasan Penelitian Nomor : 238-10/UN.14.2/PNL.01.03.00/2014, tanggal 14
Mei 2014
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA
2014
2
3
ii
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Hyang Widdhi Wasa
karena atas rahmat dan karuniaNya laporan penelitian dengan judul Uji Efektivitas Minyak Atsiri
Buah Pala (Myristica fragans Houtt) Sebagai Atraktan dan Insektisida Nabati Lalat Buah
(Bactrocera dorsalis Complex) dapat kami selesaikan sesuai dengan rencana.
Laporan ini merupakan hasil penelitian yang penulis laksanakan dengan Tim peneliti
yang berlangsung selama 7 bulan. Dalam melaksanakan penelitian ini berbagai sarana dan
fasilitas telah penulis dapatkan utamanya dari Fakultas Pertanian, Loboratorium Pengendalian
Hama dan Penyakit Terpadu, Laboratrorium. Forensik Poltabes Denpasar, Lembaga Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Udayana serta Direktorat Pendidikan Tinggi
kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana,
2. Kepala Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Fakultas Pertanian
Unud
3. Kepala Laboratorium Forensik Poltabes Denpasar
4. Ketua Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
5. Rektor Universitas Udayana
Atas bantuan pendanaan, fasilitas laboratorium, sarana dan dukungan moril sehingga penelitian
dan laporan ini dapat penulis selesaikan tepat waktu.
Penulis sangat menyadari bahwa hasil penelitian dan laporan ini masih belum sempurna
oleh karena itu sangat diperlukan perbaikan dan penelitian lanjutan. Untuk itu koreksi dan
masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya laporan hasil
penelitian ini.
Bukit-Jimbaran, Nopember 2014
Penulis
4
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………...i HALAM AN PENGESAHAN …………………………………………………………….. .ii PRAKATA…………………………………………………………………………………...iii DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iv RINGKASAN………………………………………………………………………………..v PENDAHULUAN…………………………………………………………………………....1
LATAR BELAKANG…………………………………………………………..….1 TUJUAN KHUSUS PENELITIAN……………………………………….……….2 URGENSI PENELITIAN ………………………………………………….…….. 2 LUARAN PENELITIAN…………………………………………………………..2
TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………………….……….3 LALAT BUAH …………………………………………………………….…….. 3 KLASIFIKASI ……………………………………………………………………3 BIOEKOLOGI …………………………………………………………………... 4 PENGENDALIAN DENGAN ATRAKTAN……………………………….…....5
METODE PENELITIAN …………………………………………………………………….6 TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ……………………………………….... 6 BAHAN DAN ALAT …………………………………………………………..….7 PELAKSANAAN PENELITIAN …………………………………………….…...7 PERBANYAKAN LALAT BUAH ……………………………………………….7 PEMBUATAN MINYAK ATSIRI BUAH PALA
MELALUI METODE KUKUS .…………………………………………………...7 IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA MINYAK ATSIRI BUAH PALA DENGAN METODE GC-MS……………………………………………....7 PENGUJIAN EFEK DAYA RACUN MINYAK ATSIRI BUAH PALA TERHADAP IMAGO LALAT BUAH ……………………………………………8 PENGUJIAN EFEK ATRAKSI MINYAK ATSIRI BUAH PALA TERHADAP PERILAKU IMAGO LALAT BUAH …………….………………..9 ANALISIS DATA… ………………………………………………………………9 HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………………………...10 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………………………………...14 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..16 LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………………………………...17
iv
5
Ringkasan Lalat buah (Diptera : Tephritidae) merupakan salah satu hama penting yang dapat menurunkan produksi buah-buahan dan sayur–sayuran di Indonesia. Kerusakan buah-buahan dan sayur-sayuran bisa mencapai 90-100% tanpa usaha pengendalian. Hal tersebut disebabkan karena imago meletakkan telur pada buah dengan ovipositornya. Selanjutnya telur-telur tersebut menetas menjadi larva dan larva inilah memakan daging buah yang pada akhirnya buah menjadi busuk sebelum masak.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan cara mengendalikan lalat buah (Bactrosera dorsalis complex) yang mudah, efektif dan aman bagi lingkungan dengan menggunakan minyak atsiri buah pala sebagai atraktan dan insektisida nabati. Penelitian berlangsung 2 tahun. Tahun pertama penelitian diawali dengan penyulingan buah pala untuk mendapatkan minyak atsiri. Minyak atsiri ini akan diuji efek atraksinya sebagai atraktan dan efek daya racunnya sebagai insektisida nabati terhadap imago lalat buah. Pada tahun yang sama akan dilanjutkan dengan analisis kandungan senyawa kimianya untuk mengetahui senyawa kimia yang mana berperan sebagai atraktan dan insektisida lalat buah. Tahun kedua dilanjutkan dengan uji konsentrasi untuk mendapatkan konsentrasi yang optimum sebagai atraktan lalat buah. Selain itu akan diuji juga sifat racun dan efektivitas daya racunnya sebagai racun kontak dan atau pernafasan terhadap kematian imago lalat buah.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu, Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Penelitian lapang dilakukan di wilayah Kodya Denpasar dari bulan Maret sampai Nopember 2014. Penelitian efek daya racun dan efek atraksi minyak atsiri buah pala terhadap imago lalat buah menggunakan rancangan acak kelompok dengan 3 perlakuan dan sepuluh ulangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri buah pala mengandung sejumlah senyawa kimia yang berberan sebagai atraktan dan insektisida (racun kontak dan racun pernafasan). Sebagai racun kontak minyak atsiri buah pala dapat membunuh serangga uji lebih cepat dibandingkan insektisida sintetis Matador, sebaliknya sebagai racun pernafasan daya bunuhnya lebih lambat dibandingkan insektisida sintetis Mefos. Sebagai atraktan imago lalat buah, minyak atsiri buah pala mengandung 8.33% Methyleugenol. Ada tiga jenis lalat buah yang tertarik pada atraktan minyak atsiri buah pala maupun petrogenol yaitu B. carambolae, B. papayae, dan B. umbrosa dan semuanya berjenis kelamin jantan Masa aktit minyak atsiri buah pala dan petrogenol di lapang sekitar 43 hari dengan rata-rata imago lalat buah tertangkap per hari 12,22 ekor dan 17,04 ekor
Kata kunci: insektisida nabati, atraktan, lalat buah
6
v I. PENDAHULUAN
II. Latar Belakang
Lalat buah (Diptera: Tephritidae) merupakan salah satu hama penting yang dapat
menurunkan produksi buah-buahan dan sayur–sayuran di dunia termasuk Indonesia. Kerusakan
buah disebabkan karena larva lalat buah memakan daging buah yang pada akhirnya buah
menjadi busuk sebelum masak. Serangan lalat buah umumnya terjadi pada buah menjelang
masak dan kehilangan hasil mencapai 90-100%, tergantung dari populasi lalat buah, lokasi,
varietas dan musim (Anonim, 2011). Kurang lebih 75 % dari tanaman buah dapat diserang oleh
lalat buah (Sutrisno,1991). Di India sekitar 50% tanaman Cucurbitaceae diserang oleh B.
cucurbitae (Singh dan Singh, 1998). Menurut Siwi dkk. (2006) di Indonesia ada 16 spesies lalat
buah yang dikatagorikan menjadi hama penting .
Sampai saat ini beberapa cara sudah dilakukan untuk mengendalikan lalat buah di
Indonesia, namun penggunaan pestisida masih dominan. Menurut Sosromarsono et al, 1988),
penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat merangsang timbulnya resistensi hama,
terbunuhnya musuh alami dan pencemaran terhadap lingkungan. Perlu dicarikan alternatif lain
untuk menghindarkan semakin parahnya permasalahan yang ditimbulkan akibat penggunaan
insektisida. Alternatif lain adalah pengendalian dengan pendekatan ekologi yakni pengendalian
hama terpadu (Smith dan van den Bosch, 1967, Untung, 1993).
Penggunaan zat penarik serangga yang disebut atraktan adalah salah satu komponen
pengendalian hama terpadu. Cara ini merupakan cara pengendalian yang sangat efektif, efisien
dan ramah lingkungan. Atraktan dari bahan sintetis disebut paraferomon karena respons yang
diberikan sama dengan feromon yang diproduksi oleh serangga. Contoh paraferomon adalah
trimedlure dan tert-butil 4 (dan 5)-kloro-2-metilsiklo-heksan-1-karboksilat (Alexander et al,
1962) Saat ini sudah diperjualbelikan atraktan sintetis lalat buah dengan nama dagang
Petrogenol, Leilla dan Revo. Selain atraktan sintetis, ada juga atraktan yang berasal dari
tanaman yaitu tanaman aromatik. Tanaman aromatik yakni tanaman yang mampu mengeluarkan
aroma yang menyebabkan lalat buah tertarik. Contohnya adalah tanaman selasih (Ocidium), pala
(Myristica fragans Houtt), dan lain-lain (Kardinan.-). Oleh karena itu perlu diuji ketertarikan
7
lalat buah terhadap minyak atsiri buah pala sebagai atraktan dan juga efek racunnya sebagai
sumber insektisida nabati.
1.2. Tujuan khusus Penelitian
1) Mengetahui senyawa kimia yang terkandung dalam minyak atsiri buah pala
2) Mengetahui sifat atraksi minyak atiri buah pala terhadap imago lalat buah
3) Mengetahui masa aktif minyak atseri buah pala sebagai atraktan di lapang
4) Mengetahui jenis spesies dan jenis kelamin lalat buah yang tertarik
5) Mengetahui sifat racun minyak atsiri buah pala yaitu kontak atau pernafasan atau kedua-
duanya
1.3. Urgensi Penelitian
Lalat buah merupakan salah satu faktor pembatas peningkatan produksi hortikultara (buah-
buahan dan sayuran) di dunia termasuk Indonesia. Beberapa teknologi pengendalian sudah digunakan
untuk mengendalikan lalat buah, namun pestisida sintetis masih dominan digunakan. Penggunaan
pestisida yang kurang bijaksana menyebabkan terbunuhnya musuh alami, timbulnya resisistensi hama,
resurjensi dan pencemaran terhadap lingkungan.
Penelitian ini sangat urgen dilakukan karena minyak atsiri buah pala belum ada yang meneliti
sebagai atraktan dan insesktida untuk lalat buah tersebut. Hasil penelitian ini akan menemukan jenis
atraktan dan insektisida lalat buah. Selain itu akan diketahui pula jenis senyawa kimia minyak atsiri buah
pala yang berperan sebagai dasar pembuatan atraktan dan insktisida botani, serta masa aktifnya, jenis
kelamin lalat buah yang mampu ditarik, dan jenis spesies lalat buah yang tertarik.
Berdasarkan informasi tersebut maka akan diperoleh teknologi pengendalian lalat buah yang
efektif, murah, mudah dilakukan, dan ramah lingkungan. Hasil penelitian ini akan dapat mengurangi
penggunaan pestisida sintetis di dalam mengendalikan lalat buah
1.4. Luaran Penelitian ini adalah :
1. Memperoleh atraktan dan insektisida nabati lalat buah
2. Publikasi Ilmiah pada Journal of ISSASS
3. Bahan Ajar
4. Usulan Hak Paten
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LALAT BUAH
2.1.2. Klasifikasi
Lalat buah (fruit flies) termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae, subfamili
Dacinae, tribe Dacini. Di dunia, kelompok Tephritidae berjumlah kurang lebih 4000 spesies dan
dikelompokkan ke dalam 500 genera. Jumlah tersebut termasuk yang terbesar di antara jenis lalat
Diptera yang secara ekonomi mempunyai arti penting. Secara morfologi tribe Dacini dibagi ke dalam
tiga genera, yaitu genus Bactrocera, Dacus, dan Monacrostichus (White et al., 1992 dalam Siwi dkk
., 2006). Famili Tephritidae mudah dikenal dari bentuk imago dengan ciri karakteristik pembuluh
sayap yang mempunyai pola indah beranekaragam. Lalat buah Tephritidae sering ditemui hinggap
pada daun atau bunga pada siang hari (Siwi dkk., 2006).
Di Asia, terdapat 160 genus Tephritidae dan yang termasuk tirbe Dacini kira-kira ada 180
spesies Bactrocera dan 30 spesies Dacus (Siwi dkk., 2006). Menurut Singh (2003) ada sekitar 400
spesies lalat buah dari genus Bactrocera menjadi hama penting pada tanaman buah dan sayuran
tersebar di Asia Tropik, Cina, Jepang, Micranesian, Pasifik Selatan, Hawai, dan Australia. Menurut
Hardy (1977) tribe Dacini kebanyakan dimasukan ke dalam subgenus: Bactrocera (Bactrocera),
Bactrocera (Strumeta), Bactrocera (Zeugodacus), genus Dacus, Anastrepha, Ceralitis dan Rhagotetis.
Genus Bactrocera merupakan spesies asli dari daerah tropika yang secara ekonomis merupakan jenis
lalat buah penting yang berasosiasi dengan berbagai buah buahan tropika, kecuali untuk sub genus
Bactrocera (Zeugodacus) inangnya berupa bunga hias dan buah dari family Cucurbitaceae. Genus
Dacus yang sebelumnya dinyatakan terdapat di daerah tropika kemudian setelah diidentifikasi ulang
ternyata merupakan spesies asli Afrika dan biasanya berasosiasi dengan bunga dan buah tumbuhan
Cucurbitaceae dan polong kacang-kacangan. (White et al. 1992 dalam Siwi dkk.,2006).
Di Indonesia bagian barat terdapat 90 spesies lalat buah yang termasuk jenis lokal
(indigenous), tetapi hanya delapan spesies termasuk hama penting yaitu Bactrocera (Bactrocera)
albistrigata (de Meijere), B. (B.) carambolae Drew dan Hancock, B. (B.) umbrosa (Fabricius), B. (Z.)
cucurbitae (Coquillett), B. (Z.) tau (Walker), dan Dacus (Callantra) longicornis (Wiedermann) (Orr,
2002). Hasil penelitian Muryati et al. (2004) di Sumatra Barat dan Riau ditemukan 43 spesies
9
Bactrocera yang telah teridentifikasi. Disumatera Selatan ditemukan 5 spesies sebagai hama penting
yaitu B. dorsalis, B. cucurbitae, B. albistrigatus, B. umbrosus dan B. caudatus (Balai Karantina Bom
Baru, 2003)
2.1.3. Bioekologi
Lalat buah betina meletakkan telurnya dengan alat peletak telur (ovipositor) dibawah kulit
buah. Lalat buah betina meletakkan telur berkisar 1- 10 butir pada buah dan dalam satu hari sampai
meletakkan 40 butir telur (Kardinan, 1998). Selanjutnya telur-telur tersebut menetas menjadi
larva dan larva inilah memakan daging buah yang pada akhirnya buah menjadi busuk sebelum
masak. Ferrar ( - ) menyatakan bahwa larva mengalami tiga instar yaitu instar I, II, dan III. Ke
tiga instar larva tersebut berlangsung di dalam buah. Setelah menjadi instar III, larva tersebut
berhenti makan dan meninggalkan buah dan jatuh ke bawah serta membentuk pupa di dalam
tanah. Lalat buah merupakan serangga yang polifag karena dapat hidup dari berbagai jenis tananam
inang. B. dorsalis terdapat pada berbagai tanaman buah, misalnya di China dan Jepang pada
Annona squamosa, apel (Malus pumila), Averrhoa carambola, pisang (Musa paradisiaca),
Capsicum, klausena Lansium, jambu biji (Psidium guajava), mangga (Mangifera indica), jeruk
(Citrus sinensis), pepaya (Carica papaya), persik (Prunus persica), plum (Prunus domestica),
Pyrus spp. dan tomat (Lycopersicon esculentum) (Clausen et al, 1965;. Koyama, 1989).
Menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2003) lebih dari 100 jenis
tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangan lalat buah. Lalat buah dapat hidup
didaerah tropis dan sub tropis (Hasyim et al, 2008). Menurut Singh (2003) ada sekitar 400
spesies lalat buah dari genus Bactrocera yang menjadi hama penting pada tanaman buah dan
sayuran yang tersebar diseluruh Asia Tropik, Cina, dan jepang, Hawai, Pasifik Selatan, Australia,
dan Micranesian. Di Indonesia ada 16 spesies lalat buah penting, lalat buah tersebut diantaranya:
Bactrocera (Bactrocera) dorsalis (Hendel), Bactrocera (Zeugodacus) emittens (Walker),
Bactrocera.(Bactrocera) albistrigata (de Meijere), Bactrocera {Zeugodacus) calumniata
(Hardy), Bactrocera {Zeugodacus) tau (WaIker), Bactrocera (Bactrocera) carambolae (Drew
dan Hancock), Bactrocera {Bactrocera) papayae (Drew dan Hancock), Bactrocera
{Zeugodacus) caudate (Fabricius), Bactrocera (Zeugodacus) cucurbitae (Coquillet), Bactrocera
(Bactrocera) curreyi Drew, Bactrocera (Bactrocera) curvifera (Walker), Bactrocera
(Buffadacus) megregori (Bezzi), Bactrocera {Bactrocera) papayae (Drew dan Hancock),
10
Bactrocera {Zeugodacus) persignata (Hering), Bactrocera {Zeugodacus) synnephes (Hendel),
Bactrocera {Zeugodacus) tau (WaIker), Bactrocera (Bactrocera) umbrosa (Fabricius), dan
Dacus (Callantra) longicornis (Wiedeman) (Siwi dkk., 2006).
Hasil Pemantauan Pusat Karantina Pertanian sejak tahun 1979/1980 menunjukkan saat ini
terdapat 66 spsies lalat buah tetapi baru beberapa diketahui tanaman inangnya seperti: B. dorsalis
menyerang berbagai jenis tanaman seperti belimbing, mangga, jeruk, jambu, pisang susu, pisang
raja sere, cabai merah, B. cucurbitae menyerang tanaman mentimun, melon, dan beberapa
tanaman dari famili Cucurbitaceae, B. umbrosus yang menyerang nangka dan beberapa tanaman
dari family Moraceae, B. caudatus menyerang beberapa tanaman dari family Cucurbitaceae.
Sasaran utama serangan lalat buah adalah belimbing manis, jambu air, jambu biji, mangga,
nangka, semangka, melon, cabai, jeruk (Deptan, 2002).
Kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan lalat buah mencapai 30-60% (Sauers &
Muller, 2005). Lalat buah telah diperkirakan merusak sekitar 17.000 hektar tanaman jeruk di
daerah Kabupaten Karo dan menyebabkan penurunan produksi perhektarnya mencapai 20 ton
dari sebelumnya 60 ton (Manik dan Bangun, 2004). Pada cabai merah persentase serangan
mencapai 13.15 %/200 m2 (Herlinda dkk.,2007).
Di alam lalat buah dikendalikan oleh musuh alaminya berupa parasitoid yaitu Bioteres sp.
Psyttalia fletcheri (Silvestri), P. fijiensis (Fullaway), dan Opius sp. (Warton, 1987). Herlinda dkk.
(2007) melaporkan ada empat parasitoid yang ditemukan di pertanaman cabai yaitu Psyttalia
fijiensis, P. incise, P. fletcheri, dan Opius sp. Dengan tingkat parasitisasi berturut-turut 8,1%,
25,06%, 9,31%, dan 1,23%.
2.1.4. Pengendalian dengan Atraktan
Telah banyak usaha yang dilakukan untuk mengatasi serangan lalat buah diantaranya
Membersihkan kebun dari buah yang terserang lalat buah, pembungkusan buah, teknik jantan
mandul (Sterile Insect Technique), umpan protein (Bait Application Technique ), penggunaan
parasitoid, penyemprotan dengan insektisida dan penggunaan atraktan.
Pengggunaan atraktan merupakan alternatif pengendalian yang mempunyai prospek
untuk dikembangkan di Indonesia. Menurut hasil penelitian Samad et al., (2001) penggunaan
perangkap metil eugenol pada tanaman cabai dapat menurunkan populasi lalat buah sampai 58%
dan mengurangi kerusakan sampai 29%. Menurut Muryati et al. (2004) ada 17 spesies
11
Bactrocera yang tertarik atraktan metil eugenol yaitu B. araceae, B. carambolae, B. dorsalis, B.
exornata, B. indonesiae, B. latilineola, B. muiri, B. nigrita, B. occipitalis, B. papaya, B.
platamus, B. raiensis, B. sulawesiae, B. thailandica, B. unimaculata, B. verbascifoliae, dan
spesies Anonym 2. Bila menggunakan Cue lure sebagai atraktan maka ada 19 spesies lalat buah
yang dominan tertangkap pada perangkap yaitu B. bifasciata, B. bogoriensis, B. calumniate, B.
cibodasae, B. cilifera, B. dubiosa, B.heinrichi, B. lateritaenia, B. malayensis, B. merapiensis, B.
neocognata, B. nigrotibialis, B. penecognata, B. persignata, B. scutellata, B. sembaliensis, B.
trifasciata, B. usitata, dan spesies Anonim 1. Sedangkan 19 spesies yang tertarik pada kedua
jenis atraktan (metil eugenol dan Cue lure ) yaitu B. albistrigata, B. caudate, B. cucurbitae, B.
fuscitibia, B. kinabalu, B. melastomatos, B. propinqua, B. tau dan B. umbrosa. Sedangkan
menurut Direktorat Perlindungan Hortikultura (2002) spesies lalat buah yang tertangkap adalah
B. cucurbitae, B. fraunfeldi, B. trivialis, B. neohumerralis.
Penggunaan atraktan alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan sedang dikembangkan
untuk mengendalikan lalat buah. Hasil penelitian Effendi dkk. (2010) tanaman cengkeh cukup
efektif sebagai sumber atraktan lalat buah. Tanaman pala (Myristica fragrans Houtt) diduga
mengandung minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai atraktan lalat buah. Sebagai tanaman
rempah-rempah, pala dapat menghasilkan minyak atsiri dan lemak khusus yang berasal dari biji
dan fuli. Biji pala menghasilkan 2 sampai 15% minyak atsiri dan 30 - 40 % lemak, sedangkan
fuli menghasilkan 7 - 18 % minyak atsiri dan 20 - 30 % lemak (fuli adalah arie yang berwarna
merah tua dan merupakan selaput jala yang membungkus biji) (Departemen Pertanian Bagian
Proyek Informasi Pertanian Irian Jaya, 1986). Minyak atsiri buah pala mengandung sekitar 20
jenis senyawa kimia diantaranya yang dominan adalah 34,6% sabinene, 19,0% α –pinene: 11,
3% β-pinene; 5,6% terpinen-4-ol; 3,7% limonene; 3,3% merysticin, dan lain-lain (Lawrence,
1990). Buah pala mengandung zat-zat minyak terbang (miristin, pinen, kampen (zat pembius),
dipenten, pinen, saprol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), glicelida (asam miristinat, asam oleat,
borneol, giraniol), protein, lemak, pati, gula, vitamin A, B1, dan C. Minyak tetap mengandung
Trimyristin (Pelawi, 2010)
III. METODE PENELITIAN
3.1.Tempat dan Waktu Penelitian
12
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2014. Penelitian
laboratorium akan dilaksanakan di laboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu,
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Penelitian lapangan
akan dilaksanakan di lima tempat di Kodya Denpasar.
3.2. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah pala, alkohol 90%, kapas, kertas label, dan buah yang terserang lalat buah.
Alat-alat yang digunakan adalah Mikroskop, botol plastik air mineral dengan diameter 8 cm dan panjang 23 cm, kawat aluminium, jarum suntik volume 3 cc, gelas ukur, kamera digital, alat destilasi, alat-alat tulis,, botol koleksi, dan kurungan pemeliharaan lalat buah.
3.3. Pelaksanaan Penelitian
3.3.11. Perbanyakkan Lalat Buah
Perbanyakkan lalat buah dilakukan dengan mengambil buah belimbing di lapang yang
terserang lalat buah. Buah-buah yang terserang di masukkan ke dalam kantong plastik dan
selanjutnya dibawa ke laboratorium. Di laboratorium buah-buah yang terserang dimasukkan
kedalam kurungan pemeliharaan yang di bawahnya berisi pasir setinggi 3 cm. Larva-larva yang
keluar dari buah terserang diharapkan membentuk pupa didalam pasir. Selanjutnya ditunggu
sampai muncul lalat dewasa yang cukup untuk pelaksanaan pengujian.
3.3.2. Pembuatan Minyak Atsiri Buah Pala Melalui Metode Destilasi Kukus.
Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat destilasi kukus.
Ketel yang digunakan berkasitas 50 kg. Buah pala yang terdiri dari biji, fuli dan daging buah
dipotong seragam dan dikeringkan 5-7 hari. Setelah kering dimasukkan ke dalam ketel yang
sudah berisi air setinggi 5 cm di bawah sarang. Selanjutnya ketel ditutup rapat-rapat kemudian
dipanaskan. Proses ini berjalan kurang lebih 24 jam. Minyak atsiri dan air dipisahkan corong
pemisah. Minyak atsiri hasil destilasi akan digunakan unuk pengujian-pungujian lebih lanjut.
3.3.3. Identifikasi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Buah Pala dengan Metode GC-MS
13
Tujuannya adalah untuk mengetahui komponen kimia yang terkandung dalam minyak
atsiri buah pala yang dapat berguna sebagai atraktan dan insektisida lalat buah. Identifikasi akan
dilakukan di laboratorium Forensik Polresta Denpasar.
3.3.4. Pengujian Efek Daya Racun Minyak Atsiri Buah Pala terhadap Imago Lalat Buah
Pengujian efek daya racun minyak atsiri buah pala terhadap imago lalat buah meliputi
dua hal yaitu sebagai racun kontak dan pernafasan.
Pengujian Minyak Atsiri Buah Pala sebagai Racun Kontak
Pengujian ini akan dilakukan dilaboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Program
Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, dengan tiga perlakuan yaitu
air mineral, minyak atsiri buah pala (konsentrasi 100%), dan insektisida sintetis Matador 25 EC
(Lamda Sihalotrin 25 g/l) (konsentrasi 5 %). Adapun caranya adalah tiga buah botol plastik air
mineral dengan ukuran diameter 6 cm dan panjang 23 cm (B1) untuk perlakuan air, (B2) untuk
perlakuan minyak atsiri buah pala 100%, dan (B3) untuk perlakuan insektisida sintetis Matador
25 EC (konsentrasi5%). Ke dalam masing-masing botol plastik(B1, B2 dan B3) dimasukkan 20
ekor imago lalat buah dan ke dalamnya disemprotkan dua kali semprotan air mineral untuk B1,
dua kali semprotan minyak atsiri buah pala 100% untuk B2, dan dua kali semprotan insektisida
sintetis Matador 25 EC (konsentrasi 5%) untuk B3. Semprotan air, minyak atsiri, dan insektisida
sintetis akan mengenai imago lalat buah sehingga terjadi kontak. Peubah yang diamati adalah
persentase kematian lalat buah dalam waktu 1 menit setelah aplikasi. Masing-masing perlakuan
akan diulang 10 kali dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok.
Pengujian Minyak Atsiri Buah Pala sebagai Racun Pernafasan
Pengujian ini akan dilakukan dilaboratorium Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu,
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana dengan tiga
perlakuan yaitu air, minyak atsiri buah pala (konsentrasi 100%), dan insektisida sintetis Maphos
(10 mg). Adapun caranya adalah tiga buah botol plastik air mineral dengan ukuran diameter 8 cm
dan panjang 32 cm dan bagian atasnya dipotong 7 cm dan potongan itu diletakkan terbalik
sebagai penutup. (B1) untuk perlakuan air, (B2) untuk perlakuan minyak atsiri buah pala 100%,
dan (B3) untuk perlakuan insektisida sintetis Maphos 10 mg. Ke dalam masing-masing botol
plastik (B1, B2 dan B3) dimasukkan 20 ekor imago lalat buah. Selanjutnya ke dalam botol
plastik (B1) dimasukkan botol plastik kecil dengan diameter 1,5 cm dengan panjang 5 cm yang
14
di dalamnya berisi kapas yang sudah ditetesi 1,5 cc air mineral, ke dalam botol (B2) dimasukkan
botol plastik kecil dengan diameter 1,5 cm dengan panjang 5 cm yang didalamnya berisi kapas
yang sudah ditetesi 1,5 cc minyak atsiri buah pala konsentrasi 100%, dan ke dalam botol B3
dimasukkan botol plastik keci dengan diameter 1,5 cm dengan panjang 5 cm l yang di dalamnya
berisi 10 mg insektisida sintetis Maphos 10 mg sebagai perlakuan. Pada perlakuan ini
dimaksudkan tidak terjadi kontak langsung imago lalat buah dengan air, minyak atsiri buah pala,
dan insektisida sintetis Maphos sebagai perlakuan. namun akan terjadi dampak fumigasi terhadap
imago lalat buah. Pengamatan dilakukan selang waktu 30 menit setelah aplikasi terhadap
persentase kematian imago lalat buah. Masing-masing perlakuan diulang 10 kali
3.3.5. Pengujian Efek Atraksi Minyak Atsiri Buah Pala Terhadap Perilaku Imago Lalat Buah
Penelitian ini akan dilakukan di lapang di lima lokasi diwilayah Kodya Denpasar yaitu
Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Utara, Denpasar Selatan, dan Denpasar bagian
Tengah. Pada masing-masing lokasi terdapat dua ulangan sehingga secara keseluruhan terdapat
10 ulangan. Sebagai perlakuannya adalah air, minyak atsiri buah pala konsentrasi 100%, dan
atrakatan sintetis lalat buah dengan nama dagang petrogenol. Adapun caranya adalah
menggunakan perangkap lalat buah yag terbuat dari botol plastik air mineral dengan ukuran
diameter 8 cm dan panjang 32 cm. Pada bagian ujungnya dipotong 7 cm dan diletakkan terbalik
sebagai penutup. Ke dalam perangkap I (B1) dimasukkan kapas yang sudah ditetesi 1,5 cc air
mineral, ke dalam perangkap II (B2) dimasukkan kapas yang sudah ditetesi 1,5 cc minyak atsiri
buah pala konsentrasi 100%, dan ke dalam perangkap III (B3) dimasukkan kapas yang ditetesi
1,5 cc atraktan sintetis petrogenol. Kapas-kapas yang ditetesi air, minyak atsiri buah pala, dan
petrogenol diletakkan menggantung pada bagian dalam masing-masing perangkap. Selanjutnya
ketiga perangkap digantungkan pada tanaman disatu lokasi dengan ketinggian kurang lebih 2
sampai 3 m diatas tanah. Jarak masing-masing perangkap kurang lebih 40-50 m. Pengujian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok.
3.3.6. Analisis Data
Data dianalisis secara tabulatif diskriptif yang disajikan dalam bentuk table dan gambar
histogram dan grafik. Berdasarkan table dan grafik tersebut dilakukan interpretasi sesuai
dengan keperlun.
15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kandungan senyawa kimia minyak atsiri buah pala
Hasil analisis kandungan senyawa kimia minyak atsiri buah pala dengan Metode GC-MS
tersaji pada Tabel 4.1. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa kandungan senyawa kimia minyak
atsiri buah pala yang paling tinggi adalah Methyleugenol yaitu 8,33%, selanjutnya diikuti
Myristicine (6,58), Methylisoeugenol (5,02%), Carene (3,33%), 1,2,3-trimethyl-5-(2-
propenyl)benzene (3,0%),Terpinolene (2,90%), Camphogen (2,18%), dan lain-lain. Menurut
Lawrence (1990) minyak atsiri buah pala mengandung sekitar 20 jenis senyawa kimia diantaranya
yang dominan adalah 34,6% sabinene, 19,0% α -pinene: 11, 3% β-pinene; 5,6% terpinen-4-ol;
3,7% limonene; 3,3% merysticin, dan lain-lain. Sedangkan Pelawi (2010) melaporkan bahwa
buah pala mengandung zat-zat minyak terbang (miristin, pinen, kampen (zat pembius), dipenten,
pinen, saprol, eugenol, iso-eugenol, alkohol), glicelida (asam miristinat, asam oleat, borneol,
giraniol), protein, lemak, pati, gula, vitamin A, B1, dan C.
Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Senyawa Kimia Minyak Atsiri Buah Pala dengan Metode GC-MS
No. Rumus molekul Senyawa kimia Komponen (%)
1 C10H16 Camphene 0,892 C10H16 (+)-4-Carene 3,333 C10H14 1-methyl-4-(1-methylethyl)benzene (Camphogen) 2,184 C10H16 1-methyl-4-(1-methylethylidene)cyclohexene
(Terpinolene) 2,91
5 C10H10O2 5-(1-propenyl)1,3-benzodioole 1,136 C15H24 α-cubebene 1,117 C11H14O2 1,2-dimethoxy-4-(2-propenyl)benzene (Methyleugenol) 8,338 C15H24 Caryophyllene 0,629 C11H14O2 1,2-dimethoxy-4-(1-propenyl)benzene
(Methylisoeugenol) 5,02
10 C11H12O3 4-methoxy-6-(2-propenyl)1,3-benzodioxole (Myristicine) 6,58
11 C12H16 1,2,3-trimethyl-5-(2-propenyl) benzene 3,04.2. Pengujian Efek Daya Racun Minyak Atsiri Buah Pala terhadap Imago Lalat Buah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri buah pala (MA) mempunyai sifat
racun kontak. Hal tersebut terbukti dari terjadinya kematian serangga uji (lalat buah) setelah
terjadi kontak dengan minyak atsiri buah pala. Untuk membunuh 100 persen serangga uji, minyak
atsiri buah pala memerlukan waktu 2 menit, pestisida sintetis matador memerlukan waktu 5
16
menit, sedangkan perlakuan air tidak dapat membunuh serangga uji (Gambar 1). Kematian
serangga uji lebih cepat pada perlakuan minyak atsiri buah pala dibandingkan dengan insektisida
sintetis matador dan air, hal tersebut mungkin disebabkan oleh konsentrasi minyak atsiri buah
pala terlalu tinggi atau minyak atsiri yang digunakan sebagai perlakuan masih murni atau belum
dicampur, atau mungkin juga akibat kombinasi senyawa kimia yang dikandungnya
Gambar 1. Waktu yang diperlukan oleh minyak atsiri buah pala, matador, dan air
untuk membunuh 100 persen serangga uji (lalat buah)
Minyak atsiri buah pala juga mempunyai efek kuat sebagai racun pernafasan, yaitu
mampu membunuh 100 persen serangga uji dalam waktu 270 menit. Sementara Mefos hanya
membutuhkan waktu 60 menit untuk membunuh 100 persen serangga uji tersebut, sedangkan
perlakuan air tidak menyebabkan kematian serangga uji (Gambar 2). Kematian serangga uji
mungkin disebabkan oleh senyawa-senyawa kimia yang mudah menguap yang terkandung di
dalam minyak atsiri. Menurut Pelawi (2010) buah pala mengandung zat-zat minyak terbang
seperti miristin, pinen, dan kampen (zat pembius),
0
20
40
60
80
100
120
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Persen
tase Kem
atian Im
ago (%
)
Waktu kematian (menit setelah Aplikasi
ChEfek Racun Kontak Minyak Atsiri Buah pala, Matador, dan air terhadap Persentase Kematian Imago
Matador 5%
M A 100%
Air mineral
17
Gambar 2. Waktu yang diperlukan oleh minyak atsiri buah pala, mefos, dan air
untuk membunuh 100 persen serangga uji (lalat buah)
4.2. Efek atraksi minyak atsiri buah pala terhadap imago lalat buah
Hasil peneltian mengenai efek atrakasi atau daya tarik minyak atsiri buah pala terhadap
imago lalat buah dapat dilihat pada Gambar 3. Sebanyak 7492 ekor lalat buah tertangkap pada
perangkap yang menggunakan atraktan petrogenol dan sebanyak 5377 ekor lalat buah tertangkap
pada perangkap yang menggunakan atraktan minyak atsiri buah pala (MA). Sedangkan
perangkap yang menggunakan air mineral sebagai atraktan tidak ada lalat buah yang tertangkap.
Adapun rata-rata lalat buah tertangkap per hari pada perangkap yang menggunakan atraktan
petrogenol adalah 17,02 ekor, pada perangkap yang menggunakan minyak atsiri buah pala (MA)
12,22 ekor dan pada perangkap yang menggunakan air nol (Gambar 4). Hasil identifikasi
menunjukkan bahwa ada tiga spesies lalat buah yang tertarik pada atraktan petrogenol maupun
atraktan minyak atsiri buah pala yaitu Bactrocera carambolae, B. papayae, dan B. umbrosa serta
dari ke tiga spesies itu semuanyan berjenis kelamin jantan (Gambar 5). Hal ini membuktikan
bahwa minyak atsiri buah pala mempunyai efek atraksi terhadap imago lalat buah atau mampu
menarik imago lalat buah. Hasil analisis kandungan kimia minyak atsiri buah pala menunjukkan
bahwa terdapat 8,33 persen Methyleugenol. Menurut Shelly (2001) bahwa lalat buah, Bactrocera
dorsalis jantan sangat tertarik pada Methyleugenol. Muryati et al. (2004) menyatakan bahwa
ada 17 spesies Bactrocera yang tertarik pada atraktan metil eugenol yaitu B. araceae, B.
carambolae, B. dorsalis, B. exornata, B. indonesiae, B. latilineola, B. muiri, B. nigrita, B.
0
20
40
60
80
100
120
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Persen
tase Kem
atian (%
)
Waktu Kematian (menit setelah aplikasi)
Efek Racun Pernafasan Minyak Atsiri ,Mefos, dan air terhadap Waktu Kematian Imago Lalat Buah
Mephos 10 mg
M A
AIR
occipital
B. verbas
Gamba
A
dan petro
buah yan
umbrosa
G
4.5. Masa
Jumlah lalat b
uah
tk
is, B. papay
scifoliae, dan
ar 3. Jumlah pada ma
Adapun komp
ogenol dapat
ng paling ting
Gambar 5. Je at
a aktif minya
02000400060008000
terperan
gkap
jumlah lalat b
uah
terperan
gkap
yae, B. plata
n spesies An
lalat buah teasing-masing
posisi jenis l
t dilihat pada
ggi adalah B
nis lalat lalatraktan miny
ak atseri bua
Jenis atraktan
01000200030004000500060007000
B.
mus, B. raie
nonym 2.
erperangkap g atraktan
lalat buah ya
a Gambar 5.
B. carambola
at buah yang yak atsiri bua
ah pala sebag
n
carambolae
jenis
ensis, B. sula
Gambar per h
ang tertarik p
Pada Gamb
ae, selanjutn
terperangkaah pala dan p
gai atraktan
B. papa
lalat buah yan
awesiae, B.
r 4. Rata-ratahari pada ma
pada atraktan
bar 5 dapat d
ya diikuti ol
ap pada perapetrogenol
imago lalat
05
101520
Jumlah lalat b
uah
terperan
gkap
yae B
ng terperangka
thailandica,
a lalat buah tasing-masing
n minyak ats
dilihat bahwa
leh B. papay
angkap denga
buah di lapa
Jenis atrakt
B. umbrosa
ap
, B. unimacu
terperangkapg atraktan
siri buah pal
a populasi la
yae dan B.
an
ang
tan
18
ulata,
p
la
alat
19
Hasil penelitian mengenai jumlah lalat buah yang terperangkap per hari dan masa aktif
atraktan di lapang dapat dilihat pada Gambar 6.
.
Gambar 6. Rata-rata lalat buah tertangkap perhari pada perangkap dengan atraktan Minyak atsiri buah pala (MA), Petrogenol, dan air
Pada Gambar 6 menunjukkan bahwa masa aktif minyak atseri buah pala sebagai
atraktan di lapang adalah 43 hari demikian juga masa akatif atraktan petrogenol, sedangkan
pada air adalah nol. Mengenai rata-rata tangakapan lalat buah pada perangkap sangat
berfluktuasi, baik pada perangkap dengan aktraktan minyak atsiri buah pala maupun pada
perangkap dengan atraktan petrogenol, sedangkan pada perangkap yang berisi air tidak ada
lalat buah terperangkap.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Dari pembahasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa minyak atsiri buah pala
mengandung sejumlah senyawa kimia yang berberan sebagai atraktan dan insektisida (racun
kontak dan racun pernafasan). Sebagai racun kontak minyak atsiri buah pala dapat membunuh
0
5
10
15
20
25
30
35
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43
Popu
lasi
waktu (hari)
MA
Petrogenol
Air
20
serangga uji lebih cepat dibandingkan insektisida sintetis Matador, sebaliknya sebagai racun
pernafasan daya bunuhnya lebih lambat dibandingkan insektisida sintetis Mefos. Sebagai
atraktan imago lalat buah, minyak atsiri buah pala mengandung 8.33% Methyleugenol. Ada tiga
jenis lalat buah yang tertarik pada atraktan minyak atsiri buah pala dan petrogenol di lapang
yaitu Bactrocera carambolae, B. papaya, dan B. umbrosa. Masa aktit minyak atsiri buah pala dan
petrogenol di lapang sekitar 43 hari dengan rata-rata imago lalat buah tertangkap per hari 12,22
ekor dan 17,04 ekor
SARAN
Perlu dilanjutkan penelitian ini untuk mengetahui senyawa-senyawa kimia mana dari
senyawa-senyawa kimia yang terkadung pada minyak atsiri buah pala bersifat sebagai racun
kontak dan pernafasan. Perlu juga diuji keefektifan beberapa konsentrasi minyak atsiri buah pala
sebagai atraktan.
21
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2011. Field Exercise Guide on Fruit Flies Integrated Pest Management for farmer’s field school and training of trainers courses on Fruit flies Integrated Pest Management
Area-wide Integrated Pest Management of Fruit Flies in South and Southeast Asia. 58 hal
Alexander, B.H., Beroza, T.A. Oda, L.F. Steiner, D.H. Miyashita, and W.C. MitChell. 1962. The
development of male melon fly attractants. J. Agric. and Food Chem. 10:270-276 Balai Karantina Boom Baru. 2003. Laporan Tahunan Pemantauan Lalat Buah di Sumatera
Selatan. Palembang. (Online) Clausen, C.P.; Clancy, D.W.; Chock, Q.C. (1965) Biological control of the oriental fruit fly
(Dacus dorsalis Hendel) and other fruit flies in Hawaii. United States Department of Agriculture, Technical Bulletin No. 1322, 102 pp
Effendi, T.A., R. Rani, dan S. Samad. 2010. Pengujian beberapa jenis tanaman sebagai sumber
atraktan lalat buah (Bactrocera spp.)(Diptera: Tephritidae) pada tanaman cabai (Capsicum annuum L.)
Ferrar, P. ( - ) Fruit Flies in Asia (especially Southeast Asia). Species, biology and
management. 20 hal. (Online) http://ipm.ait.asia/test/inception/IWS_DOCS/FRUIT%20FLIES%20IN%20ASIA%20paper-Paul-27%20Aug.%202010.pdf. Diakses 5 Pebruari 2014.
Herlinda, S., R. Mayasari, T. adam, Y. Pujiastuti, dan Y. Windusari. 2007. Populasi dan serangan
lalat buah Bactrocera dorsalis (Hendel) (Diptera: Tephritidae) serta potensi parasitoidnya pada pertanaman cabai (Capsicum annuum L.). Kongres Ilmu Pengetahuan Wilayah Indonesia Bagian Barat.
Hardy, D.E. 1997. The Fruitflies (Diptera: Tephritidae) Bordering Countries. Pacific Insects
Monograph. 31:1-353 (RAE 62:2962) Iwashi, O., T.S.S. Subazar, and S. Sastrodihardjo, 1996. Atractiveness of methyl eugenol to
fruitfly Bactrocera carambolae (Diptera: Tepritidae) in Indonesia. Ann. Entomol. Soc. Am. 89(5):653-660
Koyama, J. (1989) Pest status; south-east Asia and Japan. In: World Crop Pests 3(A). Fruit flies;
their biology, natural enemies and control (Ed. by Robinson, A.S.; Hooper, G.), pp. 63-66. Elsevier, Amsterdam, Netherlands
Lawrence, B.M., 1990. Comperative chemical composition of various nutmeg oils. Perfumer &
Flavorist. 15:66
22
Muryati, A. Hasyim, dan W. Jan de Kogel. 2004. Distribusi Spesies Lalat Buah di Sumatera
Barat dan Riau. Balai Penelitian Tanaman Buah Solok. Solok Shelly, E.T. (2001). Feeding on methyleugenol and Fagraea berteriana flowers icreases long-
range female attraction by males of the oriental fruit fly (Diptera: Tephritidae). Florida Entomologist. 84(4).
Singh,S. dan R.P. Singh. 1998. Neem (Azadirachta indica) seed kernel extracts and Azadirachtin
as oviposition deterrents the Melon fly (Bactrocera dorsalis). Department of Entomology, India Agricultural Research Institute New Delhi. India. P. 634-639
Sutrisno, S. 1991. Current fruit fly problems in Indonesia. In Kawasaki, O., K. Iwahashi, and
K.Y. Kaneshiko (Eds.) Procceding of international symposium on the biology and control of fruit flies. Okinawa-Japan 2-4 September. Hal.72-78
Siwi, S.S, P. Hidyat, dan Suputa. 2006. Taxonomi dan bioekologi lalat buah penting di Indonesia
(Diptera: Tephritidae). Kerjasama Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian dengan Departement of Agriculture, Fisheries and Forestry Australia.65 hal.
Warton, R. 1987. An Identification manual f or the North American Genera of the family
Braconidae (Hymenoptera). The Entomological Society of Washington. Sosromarsono, S., J. Soejitno, M. Amir, S. Sudarwohadi, dan Suhardi. 1988. Peranan pestisida
dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan. Makalah Simposium Penggunaan Pestisida Secara Bijaksana. Himpunan Perlindungan Tumbuhan Indonesia, Jakarta, 51 hal.
Untung, K. 1993. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Gajah Mada University Press. 273 hal.
23
Lampiran 1. Hasil Penelitian efek daya racun (Fumigasi ) Ulangan
Perlakuan Kematian lalat 30 menit setelah perlakuan 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
I Mefos 10 mg 17 20 M A 6 16 18 18 20
Air 0 II Mefos 10 mg 15 20
M A 1 13 15 16 20 Air 0 III Mefos 10 mg 14 20
M A 3 13 16 17 20 Air 0 IV Mefos 10 mg 10 20
M A 4 13 15 17 20 Air 0 V Mefos 10 mg 15 20
M A 2 10 16 19 20 Air 0 VI Mefos 10 mg 17 20
M A 5 31 16 19 20 Air 0 VII Mefos 10 mg 15 20
M A 3 5 16 18 20 Air 0 VIII Mefos 10 mg 17 20
M A 2 10 17 19 20 Air 0 IX Mefos 10 mg 16 20
M A 3 14 16 18 20 Air 0 X Mefos 10 mg 15 20 M A 1 13 16 19 20 Air 0
24
Keterangan: MA = Minyak Atsiri buah pal Mefos = Aluminium Phosphide 56% W/W
25
Lampiran 2. Hasil Penelitian efek daya racun (sebagai racun kontak) Ulangan
Perlakuan Kematian lalat (ekor) 1 menit setelah perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 180
I Matador 5% 18 20 M A 100% 20
Air mineral 0 II Matador 5% 17 20
M A 100% 20 Air mineral 0 III Matador 5% 18 20
M A 100% 20 Air mineral 0 IV Matador 5% 19 20
M A 100% 20 Air mineral 0 V Matador 5% 17 20
M A 100% 20 Air mineral 0 VI Matador 5% 17 20
M A 100% 20 Air mineral 0 VII Matador 5% 16 20
M A 100% 20 Air mineral 0 VIII Matador 5% 18 20
M A 100% 20 Air mineral 0 IX Matador 5% 18 20
M A 100% 20 Air mineral 0
X Matador 5% 19 20 M A 100% 20 Air mineral 0
26
Keterangan: Matador= Insektisida sintetis MA = Minyak Atsiri buah pala Lampiran 3. Jumlah lalat buah terperangkap pada perangkap yang menggunakan atraktan minyak atsiri buah pala (MA) Ulangan Pengamatan pada hari ke…………………setelah pemasangan perangkap
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 I 4 16 7 9 16 4 7 9 1 6 17 3 6 10 9 17 15 14 11 7 10 8 7II 12 15 13 12 12 17 26 13 17 9 6 25 25 38 36 33 46 10 14 13 6 17 6III 15 32 13 7 38 27 20 21 4 20 20 28 4 4 31 35 20 15 26 20 26 32 23IV 10 15 3 9 10 6 7 7 6 8 8 8 10 16 10 7 8 18 6 11 10 0 7V 45 43 14 4 8 27 10 20 61 5 15 13 5 45 43 14 4 8 27 10 20 61 5VI 20 6 7 12 4 5 3 5 15 13 9 22 25 13 14 19 13 11 14 21 15 9 14VII 12 6 19 26 16 11 16 36 20 16 8 29 10 12 14 18 16 15 8 5 18 15 8VIII 8 6 6 4 8 15 6 6 5 9 5 6 3 8 7 7 7 7 5 14 7 3 7IX 18 12 7 28 8 9 6 8 10 8 10 9 11 13 9 5 8 9 2 7 7 3 5X 39 22 16 10 25 17 16 15 10 9 12 15 9 22 35 38 24 34 35 35 24 19 17 Lanjutan Ulangan
Pengamatan pada hari ke…………………setelah pemasangan perangkap 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
I 6 8 1 10 8 9 14 1 7 6 4 5 12 7 4 2 2 0 1 0 0 0 II 12 10 4 9 10 9 12 9 7 4 8 5 4 3 2 1 3 2 1 0 0 0 III 14 27 15 5 34 27 4 7 4 5 18 14 16 14 12 11 16 8 4 0 1 0 IV 13 18 2 18 8 13 15 8 6 6 7 5 11 8 10 6 7 2 2 0 0 0
VVVVIX LUnIIIIVVVVIX LUnIIIIVVVV
V 15 1VI 19 1VII 19 2VIII 2 IX 4 X 17 2
Lampiran 4. JumUlangan 1 2I 4 1II 16 III 33 5IV 11 3V 3 VI 11 1VII 15 4VIII 2 IX 25 3X 31 4
Lanjutan Ulangan 24 2I 3 II 20 2III 29 3IV 23 2V 7 VI 2 1VII 37 2VIII 41 2
13 5 11 2014 11 10 1423 25 10 155 6 7 205 5 7 8
22 29 36 33
mlah lalat buah t
2 3 4 5 11 13 12 235 19 9 6
59 27 31 4934 24 15 438 4 8 12
11 18 7 349 43 50 368 5 9 15
30 16 17 1444 73 39 39
25 26 27 285 6 17 2
25 11 22 2130 52 20 1625 22 30 186 6 5 9
10 5 11 820 8 21 3421 16 32 9
0 15 27 34 11 18 195 11 33 100 6 8 28 6 13 113 20 26 26
terperangkap paPengama
6 7 8 3 4 15 16 11 8 109 29 8 213 14 29 142 12 9 253 11 8 66 14 21 355 26 10 164 15 20 419 53 20 40
Pengama8 29 30 312 8 13 31 11 20 126 24 25 128 15 5 219 8 10 28 7 16 124 36 40 229 7 10 6
14 5 123 22 131 15 33 7
10 1225 27 2
ada perangkap yatan pada hari ke
9 10 113 49 15 2
62 35 719 25 11 5
15 7 145 1016 13 121 13 228 17 3
atan pada hari ke32 33 348 65 8 3
14 1017 1510 15 19 12
38 34 23 5
12 4 1410 21 2239 9 125 2 48 10 8
26 31 24
yang menggunake…………………1 12 13 2 7 1
20 14 1676 60 5315 30 277 6 6
11 8 57 32 23
14 14 2029 26 4135 59 110
e…………………4 35 36 6 7 7
37 26 228 17 155 7 7
17 5 98 9 17
24 5 164 7 3
17 1119 119 16 23 26 4
26 18 1
kan atraktan pet…setelah pemasan
14 15 1614 720 18 310 46 239 53 23 88 11 1
22 29 27 7
45 36 186 27 3
…setelah pemasan37 38 3910 7
259 111 146 9
16 63 10
13 103 4
3 2 17 3 2
20 14 102 0 12 3 1
11 7 4
trogenol ngan perangkap 6 17 18 4 0 0
31 29 2228 16 4727 36 74 8 12
18 6 928 32 388 9 21
12 18 435 37 52
ngan perangkap 9 40 41 3 0 1
10 13 65 9 67 6 41 2 25 5 26 8 51 2 1
0 0 00 1 05 2 01 0 00 0 04 2 0
19 20 21 11 0 115 14 2249 25 3044 12 2012 9 2511 18 236 25 3029 19 154 23 13
19 28 38
42 43 44 1 0 02 1 05 2 11 1 01 0 01 0 04 0 10 0 0
27
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
22 23 1 7 52 19 280 35 250 0 225 1 52 6 100 38 175 22 193 24 538 16 17
45 46 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
28
IX 5 74 56 46 50 44 34 16 22 15 11 7 9 7 4 14 3 3 2 1 0 0 X 14 22 24 32 18 16 22 32 29 25 28 22 25 27 20 16 11 8 6 3 1 0
29
Lampiran Penggunaan dana No. Tanggal Kegiatan Pengeluaran Persentase
(%) 1 12 Mei 2014 Tim berdiskusi tentang perencanaan penelitian 2 15 Mei 2014 Membeli buah pala 120 kg 6.000.000,00 24,493 15 Mei 2014 Pembelian kurungan serangga untuk pembiakan serangga 5.000.000,00 20,414 16 Mei 2014 Membeli kawat untuk gantungan serangga 70.000,00 0,295 16 MEI
2014 Membeli insektisida sintetis Matador 17.500,00 0,07
6 18 Mei 2014 Pengambilan buah belingbing terserang lalat buah ke Lapang
250.000.,00 1,02
7 19 Mei 2014 Pengambilan buiah belimbing terserang lalat buah ke lapang
250.000,00 1,02
8 23 Mei 2014 Pengambilan buah belimbing terserang lalat buah ke lapang
250.000,00 1,02
9 23 Mei 2014 Penyulingan buah pala 750.000,00 3,0610 25 Mei 2014 Membeli bahan perangkap lalat buah 150.000,00 0,6111 25 Mei 2014 Membeli spuit 3 cc dan 5 cc (5 bh+ 6 bh) 15.000,00 0,0612 26 Mei 2014 Membeli sprayer (10 bh) 30.000,00 0,1213 26 Mei 2014 Membeli Tween 80 (0,5 l) 52.500,00 0,2114 27 Mei 2014 Membeli alcohol 70 % (2 btl) 22.000,00 0,0915 29 Mei 2014 Membeli sprayer (10 bh) 30.000,00 0,1216 29 Mei 2014 Membeli kapas 24.000,00 0,1017 29 Mei 2014 Pengujian Minyak Atsiri buah pala sebagai racun kontak -18 30 Mei 2014 Pengujian Insektisida sintetis sebagai racun kontak -19 1 Juni 2014 Pengambilan buah belimbing terserang lalat buah 250.000,00 1,0220 2 Juni 2014 Pengambilan buah belimbing terserang lalat buah 250.000,00 1,0221 10 Juni 2014 Pengujian insektisida sebagai racun pernafasan -22 11 Juni 2014 Pengujian Minyak atsiri buah pala sebagai racun
pernafasan -
30
23 12 Juni 2014 Membeli atrakatan sintetis (Petrogenol) (10 btl) 90.000,00 0,3724 13 Juni 2014 Pembuatan perangkap lalat buah -25 17 Juni 2014 Analisis kandungan kimia minyak Atsiri buah pala dengan
system GC-MS 1.250.000,00 5,10
26 18 Juni 2014 Pemasangan perangkap di wilayah denpasar (Denpasar Selatan, Barat, Utara, Timur, dan Tengah)
400.000,00 1,44
27 19 Juni 2014 Pengamatan dan pengambilan lalat buah yang terperangkap pada perangkap yang terpasang di wilayan Denpasar (6 orang)
150.000,00 0,61
28 20 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6129 21 juni 2014 sda 150.000,00 0,6130 22 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6131 23 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6132 24 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6133 25 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6134 26 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6135 27 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6136 28 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6137 29 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6138 30Juni 2014 sda 150.000,00 0,6139 1 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6140 2 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6141 3 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6142 4 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6143 5 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6144 6 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6145 7 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6146 8 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6147 9 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6148 10 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6149 11 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6150 12 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6151 13 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6152 14 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6153 15 juli 2014 sda 150.000,00 0,61
31
54 16 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6155 17 Juli 2014 sda 150.000,00 0,6156 14 Agustus
2014 Honor peneliti 5.000.000,00 20,41
57 18 juni 2014 sda 150.000,00 0,6158 19 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6159 20 Juni 2014 sda 150.000,00 0,6160 6 Nopember
2014 Biaya seminar di Tokyo University of Agriculture tgl 8-9 Nopember 2014
10.000.000,00 28,57
61 20 Nopember 2014
Biaya pembuatan laporan 50.000,00 0,01
Total 35.000.000,00 100
top related