anak rubella

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rubela merupakan virus RNA terselubung penyebab penyakit yang kadang-kadang disebut “campak 3 hari” atau “campak jerman”. Penyakit ini hampir terberantas dengan diproduksinya vaksi rubela hidup yang dilemahkan. Ini merupakan satu-satunya virus dimana vaksin telah dibuat terutama untuk memberantas akibat-akibat infeksi janin. Sebelum dilakukan vaksinasi rubela, pandemi rubela terjadi setiap 10-20 tahun. Pada tahun 1964-1965, terjadi wabah di Amerika Serikat yang menyebabkan lebih dari 12 juta kasus rubela dan sebagai tambahannya ada 20.000 bayi menderita sindroma rubela kongenital. Setelah dimulainya program imunisasi rubela secara nasional pada tahun 1969, 1

Upload: yogi-oktiandi

Post on 27-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

isi bab pediatrik

TRANSCRIPT

Page 1: Anak Rubella

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rubela merupakan virus RNA terselubung penyebab penyakit yang

kadang-kadang disebut “campak 3 hari” atau “campak jerman”. Penyakit ini

hampir terberantas dengan diproduksinya vaksi rubela hidup yang

dilemahkan. Ini merupakan satu-satunya virus dimana vaksin telah dibuat

terutama untuk memberantas akibat-akibat infeksi janin.

Sebelum dilakukan vaksinasi rubela, pandemi rubela terjadi setiap 10-20

tahun. Pada tahun 1964-1965, terjadi wabah di Amerika Serikat yang

menyebabkan lebih dari 12 juta kasus rubela dan sebagai tambahannya ada

20.000 bayi menderita sindroma rubela kongenital. Setelah dimulainya

program imunisasi rubela secara nasional pada tahun 1969, jumlah kasus

rubela menurun lebih dari 99%. Pada awal tahun 1990, ada peningkatan

sedang pada kasus rubela, termasuk sindroma rubela kongenital, karena

kegagalan dalam usaha mengimunisasi semua anak di Amerika Serikat.

Virus rubela dibedakan oleh kecenderungannya untuk menginfeksi janin.

Selama trisemester pertama kehamilan, infeksi primer rubela pada ibu

memiliki 80% kemungkinan penularan pada janin, dan kebanyakan janin

yang terinfeksi menderita fetopati rubela. Penularan dari ibu ke janin juga

1

Page 2: Anak Rubella

terjadi pada awal trisemester kedua (50%) dan tetap berlangsung selama

kehamilan.

Kebanyakan diagnosis dapat dilakukan semata-mata atas dasar tanda

klinis. Diagnosis dapat diperkuat dengan ditemukan antibodi IgM yang

spesifik terhadap virus rubela dari urin atau jaringan janin. Virus dapat

dikeluarkan melalui urin selama 1 tahun atau lebih. Diagnosis prenatal infeksi

rubela janin dapat dibuat dengan mengisolasi virus dari cairan amnion atau

dengan indentifikasi IgM yang spesifik terhadap rubela dalam darah tali

pusat.

Bayi dengan sindroma rubela spektrum komplit mempunyai prognosis

yang buruk, terutama bila penyakit terus memburuk selama masa bayi.

Prognosis jelas lebih baik pada penderita yang hanya mempunyai sedikit

stigmsta sindroma, kemungkinan pada mereka terinfeksi pada akhir

kehamilan. (Nelson, 2000)

2

Page 3: Anak Rubella

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Rubella adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai

dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak (rubeola)

ringan atau demam skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi

pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis posterior. Pada anak nyang lebih

tua dan dewasa, terutama wanita dewasa, infeksi kadang-kadang dapat berat,

dengan manifestasi keterlibatan sendi dan purpura.

Rubella pada awal masa kehamilan dapat menyebabkan anomali

kongenital berat. Sindrom rubella kongenital adalah penyakit menular aktif

dengan keterlibatan multisistem, spektrum ekspresi klinis luas, dan periode

infeksi aktif pascalahir dengan pelepasan virus yang lama. (Nelson, 2000)

B. Etiologi

Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung RNA pleomorfik, yang

sekarang didaftar pada famili Togaviride, genus Rubivirus. virus dapat

diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisikokimiawi virus ini sama

dengan anggota virus lainj dari famili tersebut, tetapi virus rubella secara

serologik berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada

3

Page 4: Anak Rubella

sekret nasofaring, darah, feses dan urin. Virus rubella hanya menjangkiti

manusia saja. (IDAI )

C. Epidemiologi

Manusia adalah satu-satunya hopses alamiah rubella, yang disebarkan oleh

droplet oral atau secara transplasenta melalui infeksi kongenital. Sebelum

pembentukan vaksin rubella pada tahun 1969, puncak insiden penyakit adalah

pada umur 5-14 tahun. Sekarang kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan

dewasa muda yang rentan. (Nelson, 2000)

Kelainan fetus mencapai 30% akibat infeksi rubella pada ibu hamil selama

minggu pertama kehamilan. Resiko kelainan pada fetus tertinggi (50-60%)

terjadi pada bulan pertama dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat

kehamilan ibu. Survei di Inggris (1970-1974) menunjukan insidens infeksi

fetus sebesar 53% dengan rubella klinis dan hanya 19% yang subklinis.

Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubella kongenital mengalami defek. (IDAI)

D. Patogenesis

Penularan terjadi melalui oral droplet, dari nasofaring, atau rute

pernafasan. Selanjutnya virus rubella memasuki darah. Namun terjadi erupsi

di kulit belum diketahui patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat

sebelum timbul erupsi di kulit. Di nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari

setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang lebih lama. Selain dari darah dan

4

Page 5: Anak Rubella

sekret nasofaring, virus rubella telah diisolasi dari kelenjar getah bening, urin,

cairan cerebrospinal, ASI, cairan sinovial dan paru.

Penularan dapat terjadi biasanya sejak 7 hari sebelum hingga 5 hari

sesudah timbulnya erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa

inkubasi, kemudian menurun dengan cepat, dan berlangsung hingga

menghilangnya erupsi. (IDAI)

E. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi

Masa inkubasi berkisar antara 14-21 hari. Dalam beberapa laporan lain

waktu inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17-21 hari.

Masa prodromal

Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang

disertai gejala dan tanda pada masa prodromal. Namun pada remaja dan

dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam

ringan, sakit kepala, nyeri tenggorokan, kemerahan pada konjungtiva, rinitis,

batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi

timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului erupsi di kulit 1-5

hari sebelumnya. Pada beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut

dapat menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20% perderita selama

masa prodromsl atau harin pertama erupsi, timbul suatu eksantema,

Forshheimer spot, yaitu makula atau petekia pada palatum molle, bisa saling

5

Page 6: Anak Rubella

merengkuh sampai seluruh permukaan faucia. Pembesaran kelenjar limfe bisa

timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar

suboksipital, postaurikuler dan servikal, dan disertai nyeri tekan.

Masa eksantema

Seperti pada rubeola, eksantema mulai retroaurikular atau pada muka dan

dengan cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-

mula berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat

meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbiliform. Pada hari kedua

eksantema di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke-4 di

anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubella terjadi tanpa eksantema.

Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi posteksantematik.

Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubella.

Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8

hari.

Pada penyakit rubella yang tidak mengalami penyulit sebagian besar

penderita sudah dapat bekerja seperti biasa pada hari ke-3. Sebagian kecil

penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata, rasa gatal selama

7-10 hari.

Rubella Kongenital

Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menimb ulkan infeksi pada janin

dengan kelainan teratogenis yang bergantung dari umur kehamilan. Pada

6

Page 7: Anak Rubella

waktu mengalami infeksi rubella sebagian ibu hamil (50%) tidak menunjukan

gejala atau tanda klinis. Meskipun demikian virus dapat menimbulkan infeksi

pada plasenta dan diteruskan ke janin, yang mana virus itu menyerang banyak

organ dan jaringan. Rubella pada ibu dapat menimbulkan berbagai

kemungkinan dijaninnya, yaitu : (1) non-infeksi, (2) infeksi tanpa kelainan

apapun, (3) infeksi dengan kelainan kongenital, (4) resorpsi embrio, (5)

abortus atau (6) kelahiran mati.

Bayi yang lahir dari ibu hamil yang menderita rubella pada trisemester

pertama bisa terkena sindroma rubella kongenital, yaitu trias anomali

kongenital pada mata (katarak, mikroftalmia, glaukoma, retinopati), telinga

(ketulian) dan defek jantung (stenosis arteri pulmonalis, patent ductus

arteriosus, ventricle septal defect). Kerusakan jantung dan mata terjadi karena

infeksi embrio yang berumur kurang dari 6 minggu, sedangkan ketulian dan

defek mental terjadi pada semua embrio yang berumur kira-kira 16 minggu.

Selain itu dapat terjadi kelainan susunan saraf pusat dan gigi. Manifestasi

lainnya adalah glaukoma, mikrosefali dan berbagai kelainan viseral.

Manifestasi umum rubella kongenital pada waktu lahir adalah retardasi

pertumbuhan dan psikomotorik. Antara 50-85% dari semua bayi beratnya

kurang dari 2500 gram, setelah lahir pertumbuhannya pun akan terhambat

(growth retardation). Angka kematian bayi dengan rubella kongenital pada

tahun pertama tinggi. Kematian dapat disebabkan karena gagal pertumbuhan,

kelainan jantung dan miokarditis, pneumonia, hepatitis, trombositopenia,

7

Page 8: Anak Rubella

blueberry muffin rash, limfopenia, classic ensefalitis atau defisiensi sistem

imun.

Kira-kira sepertiga bayi rubella kongenital akan mengalami katarak.

Katarak ini dapat bilateral atau unilateral dan sering kali sudah ada pada

waktu lahir. Biasanya juga terdapat retinopati dan mikroftalmia yang

biasanya unilateral. Pada 5% bayi rubella kongenital terdapat glaukoma.

Diagnosis dini sangat penting mencegah kebutaan.

Tanda yang paling umum rubella kongenital adalah tuli sensorineural,

paling sering bilateral tetapi kadang-kadang unilateral. Kadang-kadang satu-

satunya manifestasi infeksi kongenital adalah ketulian.

Kelainan neurologik pada bayi dengan rubella kongenital berupa

meningoensefalitis yang aktif pada waktu lahir. Manifestasinya antara lain

berupa fontanel anterior yang cembung, gelisah, hipotonia, kejang-kejang,

letargia, retraksi kepala dan opistotonus.

Pada rubella kongenital yang berat terjadi miokarditis yang sering

menyebabkan kematian janin. Kelainan struktur jantung yang paling sering

adalah paten duktus arteriosus, yang disusul stenosis arteria pulmonalis dan

stenosis katup pulmonal.

Kelainan lain yang mungkin terjadi diantaranya adalah osteomielitis,

malabsorbsi dan diabetes. Anomali kongenital lain dapat pula terjadi tetapi

8

Page 9: Anak Rubella

jarang dilaporkan, sehingga tidak dapat dipastikan apakah memang terjadi

karena rubella atau karena sebab lain. (IDAI)

F. Diagnosis Banding

Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupai

rubella adalah,

a. Penyakit virus : campak, roseola infantum, eritema mononukleosis

infeksiosa dan pityriasis rosea.

b. Penyakit bakteri: scarlet fever (skarlatina).

c. Erupsi obat : ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin

dan diuretik tiazid.

Bercak erupsi rubella yang berkonflues sulit dibedakan dari morbili,

kecuali bila ditemukan bercak koplik yang patognomonik untuk morbili.

Erupsi rubella cepat menghilang sedangkan erupsi morbili menetap lebih

lama.

Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna lebih

gelap diatasnya, perlu dibedakan dari scarlet fever. Tidak seperti scarlet fever,

pada rubella daerah perioral terkena.

Erupsi pada mononukleosis dapat menyerupai rubella derajat berat, namun

penyakit dimulai dengan diteroid atau plaut-vincent-like tonsilitis, demam

lebih tinggi, pembesaran kelenjar getah bening umum serta pembesaran hepar

dan limpa.

9

Page 10: Anak Rubella

Pada sifilis stadium dua ditemukan juga eksantema yang menyerupai

rubella, disertai pembesaran kelenjar getah bening umum. Kadang-kadang

perlu pemeriksaan serologik untuk sifilis.

Erupsi obat menyerupai rubella yang dapat disertai pembesaran kelenjar

getah bening disebabkan terutama oleh senyawa hidantion. Pada kasus yang

meragukan dapat dilakukan pemeriksaan hemogram dan serologi. (IDAI)

G. Diagnosis

Diagnosis klinis sering sekali sukar dibuat untuk seorang penderita oleh

karena tidak ada tanda atau gejala yang patognomik untuk rubella. Seperti

penyakit eksantem lainnya, diagnosis dapat dibuat dengan anmnesis yang

cermat. Rubella merupakan penyakit yang epidemi sehingga bila diselidiki

dengan cermat, dapat ditemukan kasus kontak atau kasus lain di dalam

lingkungan penderita. Sifat demam dapat membantu dalam menegakan

diagnosis, oleh karena demam pada rubella jarang sekali di atas 38,5˚C.

Pada infeksi yang tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi

eritema difus pada muka dan badan serta artralgia pada tangan penderita

dewasa merupakan petunjuk diagnosis rubella.

Perubahan hematologik hanya sedikit membantu penegakan diagnosis.

Peningkatan sel plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang

terdapat leukopenia pada awal penyakit yang dengan segera di ikuti

limfositosis relatif. Sering terjadi penurunan ringan jumlah trombosit.

10

Page 11: Anak Rubella

Diagnosis pasti ditegakan dengan pemeriksaan serologi yaitu adanya

peningkatan titer antibodi 4 kali pada haemaglutination inhibition test (HAIR)

atau ditemukannya antibodi IgM yang spesifik untuk rubella. Titer antibodi

mulai meningkat 24-48 jam setelah permulaan erupsi dan mencapai

puncaknya pada hari ke 6-12. Selain pada infeksi primer, antibodi IgM

spesifik rubella dapat ditemukan pula pada reinfeksi. Dalam hal ini adanya

antibodi IgM spesifik rubella harus di interprestasi dengan hati-hati. Suatu

penelitian telah menunjukkan bahwa telah terjadi reaktivitas spesifik terhadap

rubella dari sera yang dikoleksi, setelah terinfeksi virus lain.

Pada kehamilan, 1-2 minggu setelah timbulnya rash dapat dilakukan

pemeriksaan serologi IgM-immunoassay (dengan sampel berasal dari

tenggorokan atau urin) sebanyak dua kali dengan selang 1-2 minggu. Bila

didapatkan kenaikan titer sebanyak 4 kali, dapat dipertimbangkan terminasi

kehamilan. (Nelson, 2000 / IDAI)

Diagnosis Rubella Kongenital

Pada neonatus diagbnosis rubella intrauterin ditegakan bila ditemukan 2

dari 3 tanda klinis utama (ketulian, katarak dan / atau retinopati rubella, lesi

jantung kongenital), serta ada bukti virologik dan / atau serologik setelah

lahir, atau mempunyai bukti infeksi rubella maternal selama kehamilan.

Adanya antibodi IgM dan produksi antibodi terus-menerus merupakan

petunjuk infeksi kongenital. Pada bayi yang terinfeksi kongenital, IgM serum

spesifik rubella dapat dideteksi sejak lahir selama beberapa bulan. Virus dapat

11

Page 12: Anak Rubella

diisolasi dari sekret nasofaring, konjungtiva, urin, feses, dan cairan

serebrospinal. Ekskresi virus paling aktif 1-3 bulan sejak lahir dan 2-20%

bayi yang terinfeksi masih mengekskresi virus pada umur 1 tahun. Diagnosis

prenatal dapat dilakukan dengan RNA hybridization dari biopsi vilus korionik

dan kultur dari cairan amnion. (IDAI)

H. Komplikasi

Jarang terjadi pada anak. Pada remaja dan dewasa dapat terjadi artritis dan

artralgiadari sendi kecil tangan, kaki, lutut, dan bahu yang berupa

pembengkakan dan nyeri. Khususnya artralgia pada tangan timbul setelah

erupsi pada penderita dewasa, merupakan gejala klinis yang sangat

meyakinkan untuk rubella. Artritis dapat mengenai 30% serta 5% wanita.

Artritis biasanya hilang dalam 1 bulan. Ensefalitis dapat terjadi tetapi sangat

jarang (1:5000 kasus). Satu minggu setelah erupsi timbul dapat terjadi

purpura (purpura trombositopenik). Dapat pula terjadi epistaksis, perdarahan

gusi dan saluran cerna, hematuria serta ekimosis pada palatum dan periorbita.

Penyulit tersebut jarang berakibat fatal dan umumnya penderita sembuh

dalam 2 minggu. . (Nelson, 2000 dan IDAI)

I. Penatalaksanaan

Pencegahan

Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat

diberikan secara bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum

12

Page 13: Anak Rubella

(GIS) yang diberikan dengan dosis besar (0,25-0,50 mL/kg atau 0,12-0,20

mL/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan.

Sejak tahun 1979 vaksin virus hidup RA 27/3 (fibroblas paru embrional

manusia deretan WI-38) telah dugunakan hanya pada imunisasi aktif terhadap

rubella di Amerika Serikat. Vaksin RA 27/3 mempnyai banyak manfaat

melebihi ryubella lain yang dahulu digunakan karena menghasilkan antibodi

nasofaring dan berbagai variasi antibodi serum, membrikan proteksi yang

lebih baiokterhadap reinfeksi, dan sangat lebih menyerupai proteksi yang

diberikan oleh infeksi alamiah. Vaksin diberikan sebagai satu injeksi

subkutan. Vaksin ini berfungsi sebagai pencegahan adalah paling penting

untuk perlindungan janin.

Program vaksinasi rubella di Amerika Serikat mengharuskan untuk

imunisasi semua laki-laki dan wanita umur 12 dan 15 bulan serta pubertas

dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah efektif pada umur 12

bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan diberikan sebagai vaksin

campak-parotitis-rubella (measles-mumps-rubella/MMR). Imunisasi rubella

harus diberikan pada wanita pasca pubertas yang kemungkinan rentan pada

setiap kunjungan perawatan kesehatan.

Wanita hamil tidak boleh diberikan vaksin virus rubella hidup, tetapi

imunisasi yang tidak disengaja biasanya tidak harus merupakan alasan untuk

menghentikan kehamilan. Kontraindikasi lain meliputi status defisiensi imun,

13

Page 14: Anak Rubella

sakit demam berat, hipersensitivitas terhadap komponen-komponen vaksin,

dan terapi dengan antimetabolit, kortikosteroid, dan bahan seperti steroid.

Manifestasin klinis yang mungkin menyertai imunisasi rubella adalah

demam, limfadenopati khas, ruam, dan artritis serta artralgia. Dua terakhir ini

lebih sering terjadi pada anak wanita lebih tua dan wanita dewasa dan dapat

berakhir selama beberapa minggu.

Manajemen Wanita Hamil yang Terpajan pada atau sedang Mendapat

Rubella

Wanita hamil, terutama pada awal kehamilan tetapi juga selama masa

seluruh kehamilan, harus menghindari berpajanan dengan rubella tanpa

memandang riwayat penyakit selama masa anak atau riwayat imunisasi aktif.

Risiko cedera pada janin berkurang pada minggu ke 14 kehamilan.

Karena sekitar 80% wanita usia subur imun terhadap rubella sebagai

akibat infeksi alamiah atau imunisasi, status imun terhadap rubella dari

wanita yang mungkin menjadi hamil harus ditentukan.

Jika wanita hamil yang status imunnya tidak diketahui terpajan pada

rubella, uji antibodi harus dilakukan segera sebagai cara gawat darurat. Jika

ditentukan oleh imun, wanita tersebut harus diyakinkan kembali bahwa

kehamilan dapat dilanjutkan tanpa risiko tambahan. Jika wanita tersebut

ditemukan rentan dan absorbsi terapeutik tidak dapat diterima, atau tidak

tersedia padanya, imunisasi pasif dengan GIS, 20-30mL intramuskuler harus

14

Page 15: Anak Rubella

dicoba segera. Imunisasi aktif wanita hamil tidak dianjurkan. Jika rubella

kemudian berkembang pada stadium kehamilan yang mana dia merasa risiko

lebih besar daripada yang diinginkan untuk mengharapkan atau jika uji

antibodi serial menunjukan bahwa infeksi subklinis telah terjadi, aborsi dapat

dilakukan.

Reinfeksi. Insidens reinfeksi pada pemajanan individu yang secara

serologis imun pada virus liar adalah 3-10% pada mereka yang menunjukan

imunityas serologis tanpa riwayat imunisasi dan 14-18% pada mereka yang

dimunisasi dengan vaksin RA 27/3. Infeksi telah ditunjukan pada janin yang

telah mendapat vaksin rubella. Kaitan reinfeksi wanita hamil yang secara

serologis imun terhadap timbulnya malformasi kongenital tetap harus

ditentukan. (Nelson, 2000)

Pengobatan

Jika tidak ada komplikasi bakteri, pengobatan adalah somatis.

Adamantananim hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro

dalam menghambat stadium awal infeksi rubella pada sel yang dibiakan .

upaya untuk mengobati anak yang sedang menderita rubella konegnital obat

ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak dianjurkan pada wanita hamil,

penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinosin telah digunakan

dengan hasil yang terbatas. (IDAI, Farmakologi FKUI)

15

Page 16: Anak Rubella

J. Prognosis

Bayi dengan sindroma rubela spektrum komplit mempunyai prognosis

yang buruk, terutama bila penyakit terus memburuk selama masa bayi.

Prognosis jelas lebih baik pada penderita yang hanya mempunyai sedikit

stigmata sindroma, kemungkinan pada mereka terinfeksi pada akhir

kehamilan. (Nelson, 2000)

16

Page 17: Anak Rubella

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rubella yang sering dikenal dengan istilah campak Jerman atau campak 3

hari adalah sebuah infeksi yang menyerang terutama kulit dan kelenjar getah

bening. Penyakit ini disebabkan oleh virus rubella ( virus yang berbeda dari

virus yang menyebabkan campak), yang biasanya ditularkan melalui cairan

yang keluar dari hidung atau tenggorokan. Penyakit ini juga dapat ditularkan

melalui aliran darah seorang wanita yang sedang hamil kepada janin yang

dikandungnya Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir

mati, dan kelainan pada janin, yang terjadi jika infeksi rubella ini muncul

pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Infeksi rubella yang

terjadi pada usia kehamilan >12 minggu jarang menyebebkan kelainan. Jika

virus tersebut menyerang ibu dengan kehamilan di bawah 12 minggu,

terutama 8 minggu pertama, tingkat keparahan bawaan lebih tinggi

dibandingkan virus rubella masuk pada usia kehamilan lebih lanjut.

17

Page 18: Anak Rubella

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman , Kliegman, Arvin,. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Ed 15, EGC,

Jakarta, 2000.

2. Soedarmo S, Garna H, Dkk,. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis, Ed 2,

Badan Penerbit IDAI, Jakarta, 2002.

3. Syarif A, Dkk,. Farmakologi Dan Terapi, Ed 5, FKUI, jakarta, 2007.

18