analisa kestabilan lereng akibat variasi tinggi … · kelongsoran lereng, dan mekanik tanah...
TRANSCRIPT
ANALISA KESTABILAN LERENG AKIBAT VARIASI TINGGI MUKA AIR TANAH (LOKASI DESA KEMUNING
KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR)
DISUSUN OLEH :
ANDIKA ZAIN N 3107 100 536
YERRY KAHADITU F 3107 100 538
RUMUSAN MASALAHMasalah yang akan dikaji dalam penelitian ini mencangkup beberapa halsebagaimana berikut :
� Bagaimana pengaruh pembasahan terhadap perubahan kadar air (w) ,angkapori (e), dan derajat kejenuhan (Sr) dengan kepadatan dankadar air kondisiinitial lapangan.
� Bagaimana pengaruh perubahan kadar air akibat proses pembasahanterhadap tegangan air pori negatife (suction) dan parameter tegangan gesertanah (c).
� Bagaimana perubahan angka keamanan lereng (SF) akibat pembasahanpada berbagai kondisi kadar air yang berbeda.
� Bagaimana permodelan pada kelongsoran.
TUJUANTujuan dari penelitian ini adalah :
� Untuk mengetahui perubahan kadar air akibat pembasahan terhadap parameter fisik yaitu kadar air (w), angka pori (e), derajat kejenuhan (Sr) dari kondisi initialnya.
� Untuk mengetahui pengaruh pembasahan tanah terhadap perubahan tegangan air pori negatif (suction) dan tegangan geser (c) pada tanah .
� Untuk mengetahui proses pembasahan terhadap angka keamanan (SF) stabilitas tanah dasar dengan disertai simulasi model dengan bantuan program komputer.
� Untuk mengetahui permodelan kelongsoran yang terjadi akibat pengaruh pembasahan dengan bantuan GEO SLOPE.
BATASAN MASALAHUntuk mendapatkan hasil penelitian yang memadai, tinjauan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut :
� Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah undisturb yang diambil dari 4 titik didaerah lereng Desa Kemuning, Kab.Jember dengan pengambilan sampel tiap 2 meter sampai kedalaman 30 meter.
� Proses pembasahan dilakukan dengan cara menambahkan air kedalam benda uji, hingga kadar air benda uji menjadi ; Wi+25%(Wsat-Wi) , Wi+50%(Wsat-Wi) , Wi+75%(Wsat-Wi) , Wi+100%(Wsat-Wi) ,dan Wi adalah kadar air asli lapangan dan Wsat adalah kadar air kondisi jenuh.
� Dalam penelitian ini dipakai studi parametrik ,disertai studi analisis model dengan bantuan GEO SLOPE untuk mendapatkan gambaran perilaku kelongsoran .
� Kuat geser tanah diukur langsung menggunakan alat uji geser langsung (direct shear test) ,untuk pengukuran suction digunakan kertas whatman No.42.
MANFAAT PENELITIANHasil penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan gambaran tentang parameter fisik tanah, visualisasi kelongsoran lereng, dan mekanik tanah seperti angka pori, derajat kejenuhan, tegangan air pori negatif dan kekuatan geser pada tanah asli dan tanah yang telah dikondisikan pada berbagai variasi kadar air akibat dari proses pengulangan siklus pembasahan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
� PARTIKEL – PARTIKEL TANAH
� TANAH LANAU
� TANAH LEMPUNG
� KONSISTENSI TANAH
� TANAH TIDAK JENUH AIR
� PENGUKURAN SUCTION
� UJI GESER LANGSUNG
� PROSES PEMBASAHAN
� PEMPROGRAMAN GEO - SLOPE
PARTIKEL – PARTIKEL TANAHTanah memiliki berbagai ukuran butiran dan dikelompokkansebagai kerikil
(gravel), pasir (sand), lanau (silt), atau lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan pada tanah tersebut. Kerikil adalah kepingan-kepingan dari batuan yang kadang-kadang juga mengandung partikel-partikel mineralquartz, feldspar,dan mineral lainnya. Begitu pula dengan pasir, sebagian besar terdiri dari mineral quartz dan feldspar, serta mungkin juga terdapat mineral lainnya. Sedangkan lanau sebagian besar merupakan fraksi mikroskopis dari tanah yang terdiri dari butiran-butiran quartz yang sangat halus, dan sejumlah partikel berbentuk lempengan – lempengan pipih yang merupakan pecahan dari mineral mika. Dan berikutnya adalah lempung yang sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan submikroskopis yang berbentuk lempengan – lempengan pipih yang merupakan partikel dari mika, mineral-mineral lempung, dan mineral – mineral yang sangat halus lainnya. Selain itu lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran kurang dari 0,002 mm. Namun demikian, dibeberapa kasus, partikel berukuran antara 0,002 - 0,005 mm juga masih digolongkan sebagai partikel lempung. (Das, B.M, 1985)
TANAH LANAU� Menurut Bowles (1991), yang dikatakn tanah lanau adalahpartikel – partikel
mineral yang ukrannya berkisar antara maksimum 0,05 mm sampai 0,074 mm. Tanah lanau biasanya menunjukkan kohesi atau tarikan pertikel dan adhesi sertadapat juga kohesi semu. Umumnya kohesi pada tanah lanau disebakan oleh partikel– partikel lempung yang tersbar diseluruh massa tanah tersebut. Seringkali sejumlahkecil (5% - 8%) partikel lempungpun akan memberiakan karakteristik lempung yang berpengaruh pada lanau. Lanau pada umumnya bukan merupakan bahan pondasiyang baik, kecualai jika kering atau telah mengalami kompresi yang tiinggi sehinggamenjadi batuan sedimenter (batu lanau) tanah lanau biasanya lepas dan sangatkompresibel.
� (Mitcell, 1976), sama halnya dengan kerikil dan pasir, sebagian besar frakasi lanautersusun atas mineral bukan lempung
� Menurut Mitchell (1976), batuan beku yang merupakan smber material pembentuktanah, mengandung mineral feldspar (sekitar 60%), danpyroxenes beserta amphybolsekitar 17%. Selain feldspar dan amphybol, batuan beku juga mengandung quartz sekitar 12%, mika 4% dan mineral lainnya sekitar 8%.
� Berdasarkan klasifikasi AASHTO (American Association of Stage Highway and Transportstion Officials) dan USCS (Unified Soils Classificatin System), lanau danlempung tergolong kedalam material berbutir halus.
TANAH LEMPUNG
Lempung (Clay) sebagian besar teridiri dari partikel mikroskopis dan sub mikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas dengan mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan – lempengan pipih dan merupakan partikel – partikel dari mika, mineral –mineral lempung yang merupakan senyawa alumunium silikat yang kompleks dan mineral – mineral yang sangat halus lainnya. Lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran kurang dari 0,002 mm (=2 mikron). Namun dibeberapa kasus partikel berkuran 0,002 mm sampai 0,005 mm juga masih digolongkan sebagai partikel lempung. Disini tanah diklasifikasikan sebagai lempung (hanya berdasarkan pada ukuran partikelnya)tapi belum tentu tanah dengan ukuran partikel lempung tersebut juga mengandung mineral –mineral lempung (clay minerals). Dari segi mineral yang disebut tanah lem[ung (dan mineral lempung) adalah yang mempunyai partikel mineral – mineral tertentu yang menghasilkan sifat –sifat plastis pada tanah bila bercampur dengan air (Grim, 1953).
KONSISTENSI TANAH� Menurut Attenberg, jika kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air menjadi sangat
lembek seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang dikandung dalam tanah, tanah dapat dipisahkan menjadi 4 keadaan dasar, yaitu : padat, semipadat, plastis, dan cair. Menurut Attenberg (1911), kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan padat ke semi padat didefinisikan sebagai batas susut (shrinkage limit). Kadar air dimana transisi dari keadaan semipadat ke plastis dinamakan sebagai batas plastis (plastic limit). Dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan batas cair (liquid limit). Batas-batas ini dikenal dengan batas –batas Attenberg. (Das, B.M, 1985)
� Konsistensi lempung dan tanah kohesif lainnya biasanya dinyatakan dengan istilah lunak, sedang, kaku, atau keras. Ukuran kuantitatif konsistensi yang paling langsung adalah beban per satuan luas dimana contoh tanah bebas (unconfined) berbentuk silinder atau prismatik runtuh dalam uji pemampatan sederhana. Besaran ini dikenal sebagai kekuatan kompresif bebas(unconfined compressive strength) tanah. Nilai kekuatan kompresif yang berkaitan dengananeka derajat konsistensi, beserta identifikasi lapangannya dapat dilihat pada tabel 2.1 dantabel 2.2. Sedangkan nilai-nilai perkiraan daya dukung aman untuk tanah lempung dapat dilihat pada Tabel 2.3. (Terzaghi, K., dan R.B. Peck 1993)
Tabel 2.1. Konsistensi Lempung dalam Bentuk Kekuata n Kompresif Bebas
> 4Keras
2,0 - 4,0Sangat kaku
1,0 - 4,0Kaku
0,5 - 1,0Sedang
0,25-0,5Lunak
< 0,25Sangat lunak
(kg/cm2)Tanah Lempung
QuKonsistensi
(Terzaghi, K., dan R.B. Peck, 1993)
Tabel 2.2. Identifikasi di Lapangan Terhadap Konsistensi Tanah
Dapat digencet dengan kuku ibu jari.Sangat kaku
Tidak dapat diremas dengan jari, dapatdigencet dengan ibu jari.
Kaku
Dapat diremas dengan tekanan jari yang kuatSedang
Dapat diremas dengan mudah.Lunak
Meleleh diantara jari-jari tangan ketika diperasSangat lunak
Tanah LempungIdentifikasi di lapangan
Konsistensi
(Craig, R.F, 1987)
Tabel 2.3. Hubungan Nilai N, Konsistensi Tanah Lempung dan Kekuatan Kompresif Bebas
> 4< 30Keras
2,0 - 4,015 – 30Sangat kaku
1,0 - 4,08 – 15Kaku
0,5 - 1,04 – 8Menengah
0,25-0,52 – 4Lunak
< 0,25< 2Sangat lunak
(kg/cm2)Tanah Lempung
quNKonsistensi
(Terzaghi, K., dan R.B. Peck, 1993)
TANAH TIDAK JENUH AIR
Tanah di alam dapat dibagi menjadi dua kondisi, yakni tanahyang mengalamikondisi jenuh sempurna (fully saturated), dan tanah yang mengalami jenuh sebagian(partially saturated). Kondisi kejenuhan yang berbedaini dapat disebabkan olehadanya perbedaan fase didalam struktur partikel – partikelyang membentuk suatumassa tanah. Pada kondisi tanah jenuh sempurna, pori – pori tanah. Sedangkan padatanah yang jenuh sebagian, maka pori – pori tanah sebagianterisi fase udara dansebagian terisi fase air dan berat volume dan berat tiap fase sangat berguna untukmenggambarkan dan mengevaluasi sifat – sifat fisis dari tanah. Volume total tanahyang ditampilkan secara skematis dalam Gambar 2.1 adalahjumlah volume pori(Vv) dan volume bahan padat (Vs). Volume pori adalah jumlah dari volume gas (Va) dan volume air (Vw).
PEMBASAHANProses pembasahan (wetting) adalah suatu kondisidimana terjadi peningkatan kadar air di dalam pori-pori suatu massa tanah.
PEMPROGRAMAN GEO – SLOPE
� Parameter Input Data Program Geo-Slope
� Perhitungan dengan Program SLOPE/W
BAB IIIMETODOLOGI
Mulai
Persiapan Penelitian:1.Studi literatur2.Review penelitian terdahulu
Penelitian Lapangan(Sondir, Bor dalam , SPT sampai 30m)
Lokasi Penelitian : Desa Kemuning Jember1. Tanah sampai kedalaman 30m2. Sampel Undisturbed
Penelitian Laboratorium:Identifikasi prop indeks (Kadar air dan konsistensi, Volumetri-gravimetri, Pembagian butir); prop kuat geser (kohesi dan sudut geser tanah ).
Proses wetting
Mulai
Persiapan Penelitian:1.Studi literatur2.Review penelitian terdahulu
Penelitian Lapangan(Sondir, Bor dalam , SPT sampai 30m)
Lokasi Penelitian : Desa Kemuning Jember1. Tanah sampai kedalaman 30m2. Sampel Undisturbed
Penelitian Laboratorium:Identifikasi prop indeks (Kadar air dan konsistensi, Volumetri-gravimetri, Pembagian butir); prop kuat geser (kohesi dan sudut geser tanah ).
Proses Wetting
w = wi w = wi + 25%(wsat – wi) w = wi + 100% (wsat - wi)w = wi + 75% (wsat - wi)w = wi + 50% (wsat - wi)
Pengujian Prop. Indeks
Kadar air, derajat kejenuhan, berat volume, angka pori
Pengujian Prop. Kuat Geser
Kohesi dan sudut geser dalam
Pengukuran Kertas Filter
Tegangan air pori negatif
Kurva Hubungan Antara Kadar Air, Angka Pori,suction, Kohesi, Sudut Geser.
Analisis :1.Perilaku Tanah Pada Kedalaman 30m2.Penyusunan Laporan
KESIMPULAN
SELESAI
Input data kedalam program Geo – Slope dengan parameter berupa Berat volume, Kohesi, dan Sudut Geser dalam.
BAB IVHASIL PENELITIAN LABORATORIUM
1.4864.592.60842.9840.203Lapisan 15 ( 29.50-30.00 )
1.4858.722.42546.0920.217Lapisan 14 ( 27.50-28.00 )
1.4170.302.39145.9050.256Lapisan 13 ( 25.50-26.00 )
1.3963.832.37549.2610.14Lapisan 12 ( 23.50-24.00 )
1.3753.922.49256.2570.193Lapisan 11 ( 21.50-22.00 )
1.5740.622.52243.3080.144Lapisan 10 ( 19.50-20.00 )
1.5549.162.56446.9000.116Lapisan 9 ( 17.50-18.00 )
1.4941.482.56441.0480.301Lapisan 8 ( 15.50-16.00 )
1.5441.292.41350.4050.217Lapisan 7 ( 13.50-14.00 )
1.6040.982.34242.9840.235Lapisan 6 ( 11.50-12.00 )
1.5245.782.63745.2000.217Lapisan 5 ( 9.50-10.00 )
1.3956.271.87032.5380.242Lapisan 4 ( 7.50-8.00 )
1.4453.141.76847.6480.186Lapisan 3 ( 5.50-6.00 )
1.3854.981.86535.9050.336Lapisan 2 ( 3.50-4.00 )
1.3058.742.08640.6000.165Lapisan 1 ( 1.50-2.00 )
( gr/cc )( % )( º )( kg/cm2 )
γweΦC
KONDISI TANAH ASLIKEDALAMAN ( m )
Proses Pembasahan
1.4767.971.76926.8390.160
1.4765.661.73936.9070.170Lapisan 7 ( 27.50-28.00 )
1.4171.701.88933.8620.1301.4067.081.84334.2940.186Lapisan 6 ( 23.50-24.00 )
1.5257.961.62540.2650.0861.5643.811.32848.5930.165Lapisan 5 ( 19.50-20.00 )
1.4658.051.78332.1290.0981.4952.301.61745.7910.109Lapisan 4 ( 15.50-16.00 )
1.5853.811.27730.9220.1801.5849.531.21140.9580.210Lapisan 3 ( 11.50-12.00 )
1.4161.481.42125.0800.1961.2856.511.58429.4230.220Lapisan 2 ( 7.50-8.00 )
1.4378.592.17634.6830.1681.4077.772.24647.5180.189Lapisan 1 ( 3.50-4.00 )
( gr/cc )( % )( º )
( kg/cm2 )( gr/cc )( % )( º )
( kg/cm2 )
γweΦC
γweΦC
50%25%
KONDISI TANAH KONDISI TANAH KEDALAMAN ( m )
Proses Pembasahan
1.4978.321.90116.3310.120
1.4870.541.78525.0800.140Lapisan 7 ( 27.50-28.00 )
1.4585.122.03220.9570.1261.4375.661.92725.0800.144Lapisan 6 ( 23.50-24.00 )
1.5374.291.88226.8390.0911.5167.481.79927.0670.177Lapisan 5 ( 19.50-20.00 )
1.6062.521.60927.2940.0861.5461.261.67830.1140.221Lapisan 4 ( 15.50-16.00 )
1.5854.741.29129.2490.1001.5854.051.27730.1140.140Lapisan 3 ( 11.50-12.00 )
1.4765.621.39121.5040.0901.4464.091.40823.5570.158Lapisan 2 ( 7.50-8.00 )
1.5179.162.03632.5790.1001.4978.842.06433.4250.116Lapisan 1 ( 3.50-4.00 )
( gr/cc )( % )( º )
( kg/cm2 )( gr/cc )( % )( º )
( kg/cm2 )
γweΦC
γweΦC
100%75%
KONDISI TANAH KONDISI TANAH KEDALAMAN ( m )
BAB VPEMBAHASAN Hubungan Pembasahan Dengan Kadar Air
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
- 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Pembasahan (%)
Kad
ar A
ir (%
)
Kedalaman 3,5-4,0 m
Kedalaman 7,5-8,0 m
Kedalaman 11,5-12,0 m
Kedalaman 15,5-16,0 m
Kedalaman 19,5-20,0 m
Kedalaman 23,5-24,0 m
Kedalaman 27,5-28,0 m
Hubungan Pembasahan Dengan Derajat Kejenuhan (Sr)
50.00
75.00
100.00
125.00
- 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Pembasahan (%)
Der
ajat
Kej
enuh
an (S
r) Kedalaman 3,5-4,0 m
Kedalaman 7,5-8,0 m
Kedalaman 11,5-12,0 m
Kedalaman 15,5-16,0 m
Kedalaman 19,5-20,0 m
Kedalaman 23,5-24,0 m
Kedalaman 27,5-28,0 m
Hubungan Pembasahan Dengan Angka Pori (e)
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
- 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Pembasahan (%)
Ang
ka P
ori (
e)
Kedalaman 3,5-4,0 m
Kedalaman 7,5-8,0 m
Kedalaman 11,5-12,0 m
Kedalaman 15,5-16,0 m
Kedalaman 19,5-20,0 m
Kedalaman 23,5-24,0 m
Kedalaman 27,5-28,0 m
Hubungan Pembasahan Dengan Kohesi (c)
0.01
0.11
0.21
0.31
- 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Pembasahan (%)
Koh
esi (
c)
Kedalaman 3,5-4,0 m
Kedalaman 7,5-8,0 m
Kedalaman 11,5-12,0 m
Kedalaman 15,5-16,0 m
Kedalaman 19,5-20,0 m
Kedalaman 23,5-24,0 m
Kedalaman 27,5-28,0 m
Hubungan Pembasahan Dengan Sudut Geser Dalam (Ø)
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
- 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
Pembasahan (%)
Sud
ut G
eser
Dal
am (Ø
) Kedalaman 3,5-4,0 m
Kedalaman 7,5-8,0 m
Kedalaman 11,5-12,0 m
Kedalaman 15,5-16,0 m
Kedalaman 19,5-20,0 m
Kedalaman 23,5-24,0 m
Kedalaman 27,5-28,0 m
Permodelan Lereng
0.370
Jarak ( m )
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
Ele
vasi
( m
)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Kemiringan Lereng : 300
SF : 0.370
0.275
Jarak ( m )
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
Ele
vasi
( m
)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Kemiringan Lereng : 450
SF : 0.275
0.141
Jarak ( m )
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Ele
vasi (
m )
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Kemiringan Lereng : 600
SF : 0.141
0.122
Jarak ( m )
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Ele
vasi (
m )
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Kemiringan Lereng : 900
SF : 0.122
Hubungan SF dengan Kemiringan Lereng
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95
Kemiringan Lereng
Ang
ka K
eam
anan
Kondisi InitialPembasahan 25%Pembasahan 50%Pembasahan 75%Pembasahan 100%Kombinasi 1Kombinsai 2Kombinasi 3Kombinasi 4Kombinasi 5Kombinasi 6
AMAN
LONGSOR
Kesimpulan1. Dari proses pembasahan benda uji dilaboratorium diketahui bahwa parameter kadar air ( Wc ),
angka pori ( e ), dan derajat kejenuhan ( Sr ) nilainya cenderung meningkat .
2. Sedangkan untuk parameter tegangan air pori negatif ( suction ), tegangan kuat geser tanah ( c ), dan sudut geser dalam ( Ø ) nilainya cenderung menurun setelah dilakukannya proses pembasahan .
3. Dari simulasi permodelan lereng yang disertai proses pembasahan didapat angka keamanan ( SF ) yang berbeda.Hubungan kemiringan lereng dengan angka keamanan yang ditinjau sesuai dengan lapisan tanah di lapangan menunjukan kemiringan maksimum sebagai berikut :� Kondisi initial
Kemiringan lereng maksimum yang di ijinkan adalah 70º� Kondisi pembasahan 25 %
Kemiringan lereng maksimum yang di ijinkan adalah 57º� Kondisi pembasahan 50 %
Kemiringan lereng maksimum yang di ijinkan adalah 45º� Kondisi pembasahan 75 %
Kemiringan lereng maksimum yang di ijinkan adalah 42º� Kondisi 100 %
Terjadi kelongsoran lereng seutuhnya.� Kondisi kombinasi 6
Kemiringan lereng maksimum yang di ijinkan adalah 43º
Saran� Setelah pengambilan bahan uji dari lapangan sebaiknya
segera mungkin dilakukan pengujian parameter-parameter tanah di laboratorium agar kondisi tanah tidak berubah akibat faktor suhu yang berbeda.
� Pada proses pembasahan diperlukan ring besi yang berukuran sama dengan ukuran alat pengujian direct shear sebab jika menggunakan pipa PVC terlalu banyak perlakuan terhadap tanah.
� Mempelajari terlebih dahulu pemograman GEO-SLOPE sebelum mengoperasikan software ini.