analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk
TRANSCRIPT
Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 13–19
Jurnal Inovator
homepage: www.ojs.politeknikjambi.ac.id/inovator
* Corresponding Author:
E-mail: [email protected] (Daumi Rahmatika)
Analisa mesin pengiris tempe yang ergonomis untuk meningkatkan produktivitas umkm tempe dengan pendekatan antropometri
Daumi Rahmatika a, *, Novriantia, Hari Purnomoa
a Program Studi Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Jambi Jl. Patimura No 100 Kota Jambi, Indonesia
INFO ARTIKEL
Riwayat Artikel:
Diterima 14 April 2020
Diterima setelah direvisi 16 November 2020
Disetujui 19 November 2020
Abstract-As Small and Medium size enterprise (SME) still using manual and simple tools in their operation
as done by Bude Wagino SME which is located at Sungai Bahar, Batanghari. This SME specialized at making kripik Tempe (Tempe chips). Based on observation and interview at the SME, the workers complain that they experience over fatigue, back pain and sore muscle in their arms. The purpose of this research is to design ergonomic slicer tempe tools by using ENASE concept. This research using mixed method which using antropometri data such as height of sitting elbow, normal range, far reach, and grip width as quantitative method. As qualitative method used for interview the workers. The data of workers percentile will be used as based design of the tools.By using the tool will be expected to decrease the workers complain and can increase the productivity.
Kata kunci:
Mesin Pengiris Tempe
Antropometri
Ergonomis Intisari-Sebagian besar UMKM masih menggunakan peralatan yang sederhana dan manual dalam membuat
produknya, seperti yang dilakukan di UMKM Bude Wagino yang berlokasi di Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Batanghari. UMKM tersebut membuat usaha keripik tempe. Berdasarkan observasi dan wawancara ternyata pekerja mengalami kelelahan, sakit punggung dan lengan tangan yang pegal. Penelitian
ini bertujuan untuk merancang alat pengiris tempe yang ergonomis dengan menggunakan konsep ENASE. Penelitian menggunakan metode kombinasi yaitu kuantitatif dan kualitatif, metode kuantitatifnya adalah mengumpulkan data antropometri pekerja yang meliputi tinggi siku duduk (TSD), jangkauan normal (JN), jangkauan jauh (JJ) dan lebar genggaman (LG). Sedangkan data kualitatifnya adalah wawancara untuk menanyakan keluhan yang dirasakan pekerja. Berdasarkan data persentil pekerja akan dirancang mesin pengiris tempe yang sesuai dengan pengguna. Diharapkan hasil rancangan mesin pengiris tempe ini akan mengurangi keluhan yang dirasakan pekerja dan mampu meningkatkan produktivitas pekerja.
1. Pendahuluan
UMKM (Usaha mikro, kecil dan menengah) di Indonesia
ternyata mampu bertahan terhadap krisis ekonomi global, meskipun
masih menghadapi kendala terutama dalam inovasi produk dan jasa,
pengembangan sumber daya manusia, pemasaran, permodalan dan
pemanfaatan teknologi. Selain kendala tersebut, konsep kerja, cara
kerja yang masih sederhana dan dikerjakan secara
manual/tradisional, menggunakan alat-alat yang masih sederhana
ternyata berpengaruh terhadap proses produksi dan pada akhirnya
produktivitasnya kurang maksimal [1].
Berdasarkan hasil observasi pada usaha tempe
konvensional/manual di Kota Jambi, terdapat beberapa kelemahan
baik dalam peralatan dan produksi. Kelemahan tersebut antara lain:
hasil irisan tidak rata dan tidak rapi, ketebalan tidak konsisten,
kurang higines karena irisan tempe rentan terkena debu karena
dilakukan di bawah, tenaga yang dikeluarkan lebih besar. Selain itu
pekerja sering
menghadapi keluhan-keluhan, seperti kelelahan, sakit punggung,
lengan tangan yang pegal. Cara kerja pekerja dapat dilihat dalam
Gambar 1.
Salah satu UMKM pembuat kripik tempe adalah usaha kripik
tempe “Bude Wagino” yang berada di Kecamatan Sungai Bahar
Batanghari. Pada awal usahanya, pembuatan kripik tempe
berdasarkan pesanan. Seiring berjalannya waktu permintaan semakin
meningkat, tetapi terkendala dalam alat pengiris tempe yang masih
konvensial sehingga sering tidak terpenuhi permintaan konsumen.
Saat ini hanya mampu memproduksi tempe 3 kali dalam seminggu
dengan kemampuan 65 batang sekali produksi. Besarnya tempe
adalah 30cmx6cmx 3 cm. Dari 65 batang tempe bisa menghasilkan
2.340 lembar tempe atau sebanyak 26,5 kg kripik tempe. Lama
pengirisan dalam satu kali produksi adalah 5 sampai dengan 6 jam.
Sehingga produksinya kurang maksimal. Untuk itu dibutuhkan alat
pengiris tempe sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang memenuhi
syarat ergonomis dan memperhatikan konsep ENASE.
Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 14
ISSN 2615-5052 (Online)
Gambar 1. Proses pengirisan tempe manual
Konsep ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien) diperlukan
untuk peningkatan produktivitas tenaga kerja serta perbaikan mutu
produk. Penyelenggaraan ergonomic segera dilakukan dengan lebih baik
melalui penyesuaian mesin, alat dan perlengkapan kerja terhadap tenaga
kerja sehingga terjadi efisiensi kerja. Untuk itu diperlukan rancangan alat
pengiris tempe yang ergonomis dengan pendekatan antropometri yang
disesuaikan dengan postur tubuh pengguna, sehingga pekerja dapat
bekerja secara aman dan nyaman diharapkan keluhan yang dirasakan
dapat berkurang sehingga produktivitas meningkat.
1.1. Ergonomi, antropometri dan produktivitas
Istilah “Ergonomi” adalah berasal dari Bahasa Latin yaitu Ergon
(kerja) dan Nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai studi
tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan yang ditinjau secara
anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain atau
perancangan [2]. Antropometri menurut [2] adalah kumpulan data
numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia
ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk
penanganan masalah desain [2]. Menurut (Gasperzs, 2000) dalam [3]
Produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam
memproduksi output (barang-barang dan /atau jasa). Produktivitas yaitu
rasio antara output yang dapat diukur (tangible output) dan input yang
dapat diukur (tangible input) menurut [4].
Penelitian yang dilakukan oleh [5] dengan judul “Perancangan alat
Spinner Ergonomis” menggunakan data antropometri dimensi jangkauan
jauh dengan persentil 50, dan dimensi lebar genggaman dengan
menggunakan persentil 95, sehingga tercipta alat spinner ergonomis yang
memenuhi konsep ENASE, sehingga alat tersebut dapat meringankan
pekerjaan dan mampu meningkatkan produksi. [6] dalam penelitiannya
menjelaskan bahwa dengan digunakannya mesin pengirirs kripik tempe
ternyata proses pengirisan tempe menjadi lebih efektif, sehingga kapasitas
produksi meningkat, Kualitas produk menjadi lebih higenis. Dan hasil
irisan tempe menjadi seragam. Alat pengiris tempe yang sudah ada
mampu meningkatkan produksi, tetapi pembuatan alat pengiris tempe
yang dirancang sesuai dengan kebutuhan pengguna berdasarkan data
antropometri tenaga kerjanya masih belum banyak dilakukan. Untuk itu
dibuatlah alat pengiris tempe tersebut.
Alat pengiris tempe merupakan hasil inovasi dalam merancang alat
bekerja. Dalam perancangan alat pengiris tempe, data anthropometri
pekerja dibutuhkan untuk menentukan ukuran dan desainnya sehingga alat
pengiris tempe akan berfungsi dengan baik dan ergonomis, sehingga
mudah dioperasikan. Sehingga pekerja yang bekerja merasa enak,
nyaman, aman, sehat dan efektif, sehingga produktivitas pekerja
meningkat.
Rancangan alat pengiris tempe dibuat semi otomatis yang cara
kerjanya dioperasikan oleh seorang operator. Dimana proses kerjanya
menggunakan kinerja lengan tangan yang menggerakkan kotak berisi
tempe yang akan diiris. Kotak tersebut digerakkan sesuai alur rel yang
sudah dibuat dengan arah maju mundur sehingga terjadi proses pengirisan
tempe.
Alat pengiris tempe ini sebagian besar komponennya adalah barang
bekas, meskipun ada ada juga komponen yang baru seperti mesin jet
pump, sebagai motor penggerak utama mata pisau berbentuk piringan
sebagai media pengiris tempe.
1.2. Pengumpulan data Antropometri
Menurut [7] berikut dimensi-dimensi tubuh (antropometri) yang akan
digunakan untuk merancang alat:
1. Tinggi Suku Duduk(TSD)
Antropometri dinamis yang mengukur jarak vertical mulai dari
permukaan tempat duduk sampai ujung bawah siku. Posisi subyek
duduk tegak dengan lengan atas vertical di sisi badan dan lengan
bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah. Berguna
untuk menentukan tinggi siku pada posis normal.
2. Jangkauan Normal(JN)
Antropometri dinamis yang mengukur panjang lengan bawah yang
berputar pada bidang horizontal dengan siku tetap. Berguna
menentukan letak alat kerja dan menentukan posisi kerja normal
agar berada pada jangkauan optimum.
3. Jangkauan Jauh (JJ)
Antropometri dinamis yang mengukur panjang lengan yang berputar
pada bidangn horizontal dengan posisi lengan lururs ke depan.
Berguna untuk menentukan letak alat kerja dan menentukan posisi
kerja normal agar berada pada jangkauan optimum.
4. Lebar Genggaman(LG)
Ada 20 bagian telapak tangan yang digunakan untuk menentukan
lebar genggaman yaitu: panjang tangan yang diukur dari
pergelangan tangan sampai ujung jari, panjang telapak tangan yang
diukur dari pergelangan tangan sampai batas telapak tangan, panjang
ibu jari,panjang jari telunjuk,panjang jari tengah,panjang jari
manis,panjang jari kelingking, lebar ibu jari, tertutup rapat,tebal ibu
jari,lebar jari telunjuk, tebal jari telunjuk, lebar telapak tangan
diukur sampai ibu jari tertutup rapat, , lebar telapak tangan
(minimum), tebal telapak tangan, tebal telapak tangan yang diukur
sampai dengan ibu jari, diameter pegangan( maksimum), lebar
tangan maksimum yang diukur dari ujung ibu jarisampai dengan
ujung kelingking dalam keadaan terlentang.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif
kuantitatif [8]. Data Kualitatifnya adalah biodata pekerja dan melakukan
wawancara langsung kepada pekerja tentang keluhan yang dirasakan
Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 15
ISSN 2615-5052 (Online)
ketika menggunakan peralatan yang masih sederhana dan manual sebagai
sumber data primer. Data Kuantitatifnya adalah data antropometri
responden. Sedangkan sumber data sekunder yang berasal dari buku-buku
referensi yang berkaitan dengan penelitian, jurnal yang relevan, skripsi
dan dokumentasi.
Obyek penelitian adalah individu yang merupakan pekerja yang
bertindak sebagai responden yang berjumlah 4 orang, 3 orang laki-laki
dan 1 orang perempuan. Tempat penelitian berada pada UMKM “Bude
Wagino” yang berada di desa Marga Manunggal Jaya, Kec. Sungai Bahar,
Kabupaten Batanghari. Dalam perancangan alat, data antropometri yang
dibutuhkan data tentang ukuran tubuh yaitu tinggi siku duduk (TSD),
jangkauan normal (JN), jangkauan jauh (JJ), serta lebar genggaman (LG).
Setelah mencatat data tentang dimensi tubuh manusia berdasarkan
antropometri sehingga rancangan alat yang akan dibuat dapat digunakan
sesuai dengan karakter pengguna. Dalam pengumpulan data, responden
diambil data antropometri dalam posisi duduk nyaman, pada kursi dengan
tinggi 40 cm sd 45 cm, serta meja kerja dengan tinggi 60 cm. Selanjutnya
responden melakukan pengulangan sebanyak 5 kali. Sehingga jumlah total
data yang didapat sebanyak 20 data.Setelah melakukan studi pustaka dan
observasi, maka dilakukan identifikasi masalah yang dialami oleh pekerja
selama melakukan pekerjaan secara manual dan menggunakan alat yang
masih tradisional. Setelah mengetahui keluhan yang dirasakan, maka
dilakukan pengumpulan data antropometri pekerja meliputi tinggi siku
duduk, jangkauan normal dan jangkauan jauh, serta lebar genggaman.
Setelah itu dilakukan pengujian data antropometri. Setelah itu dilakukan
uji kecukupan data, dan uji keseragaman data. Sehingga didapatkan
perhitungan persentil sebagai ukuran perancangan alat. Kemudian alat
dirancang dan dibuat alat pengiris tempe yang semi otomatis.
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Gambar 2: Alur penelitian
2.1. Perancangan alat
Ada beberapa tahapan dalam perancangan alat pengiris tempe dimulai dari
pengumpulan data antropometri responden, pengujian data, pengolahan
data sehingga didapatkan ukuran alat sesuai dengan pengguna sehingga
tujuan penelitian tercapai.
2.2. Alat dan bahan
Dalam pembuatan alat pengiris tempe, bahan-bahan yang dibutuhkan
adalah rangka, motor listrik, pully V-belt, batang As
penggerak,klaker/bearing duduk, pisau,papan kayu,kotak tempe,tangkai
kotak tempe,penekan tempe,penyetel ketebalan,plat penutuppengaman
pisau.
Cara pengoperasian alat
1. Siapkan tempe yang sudah di potong sesuia dengan ukuran
2. Atur papan penyetel ketebalan
3. Letakkan tempe pada kotak wadah tempe
4. Nyalakan mesin pengiris tempe
5. Gerakkan kotak wadah tempe sesuia dengan arah rel
6. Selesai
2.3. Pengujian Data
a. Uji kecukupan data
Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data hasil
pengamatan dapat dianggap mencukupi. Penetapan berapa jumlah data
yang seharusnya dibutuhkan, terlebih dulu ditentukan derajat ketelitian (s)
yang menunjukkan penyimpangan maksimum hasil penelitian, dan tingkat
kepercayaan (k) yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan
ketelitian data anthropometri. Sedangkan rumus uji kecukupan data, yaitu:
𝑁′ = [𝑘/𝑠√(𝑁∑𝑥ᵢ2) − (∑𝑥ᵢ)²
∑𝑥ᵢ]
2
Keterangan : N= Jumlah data pengamatan sebenarnya
N’= Jumlah data secara teoritis
s= Derajat ketelitian (degree of accuracy)
k=Tingkat kepercayaan(level of confidence)
x= Nilai variabel
Data akan dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N’<N,
dengan kata lain jumlah data secara teoritis lebih kecil daripada jumlah
data pengamatan sebenarnya [9].
b. Uji keseragaman data
Kemudian dilanjutkan dengan Pengujian keseragaman data,
pengujian dilakukan untuk memisahkan data yang memiliki karakteristik
yang berbeda. Langkah-langkah dalam perhitungan keseragaman data
adalah:
Pertama yang dilakukan adalah menghitung besarnya rata-rata dari setiap
hasil pengamatan. Rumus yang digunakan dalam uji ini, yaitu:
𝑥 =∑𝑥ᵢ
𝑁
Kedua adalah menghitung standar deviasi dengan persamaan sebagai
berikut:
Perhitungan persentil
Merancang alat pengiris tempe ergonomis
Alat sesuai
Kesimpulan
Selesai
Identifikasi masalah yang akan diteliti
Pengumpulan data anthropometri
Pengujian data anthropometri
1. Data cukup
2. Data seragam
Mulai
Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 16
ISSN 2615-5052 (Online)
𝑆 = √∑(𝑥ᵢ − 𝑥 )²
𝑁 − 1
Ketiga menentukan batas kendali atas dan batas kendali bawah yang
digunakan sebagai pembatas dibuangnya data ektrim dengan
menggunakan persamaan ini:
𝐵𝐾𝐴 = 𝑥 + 𝑘℺
𝐵𝐾𝐵 = 𝑥 − 𝑘℺
Keterangan : x̄= rata-rata
℺ = standar deviasi atau simpangan baku
N = jumlah data
BKA = batas kendali atas
BKB = batas kendali bawah
K = koefisien indeks tingkat
kepercayaan (level of confidence)
Jika data berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah
maka data tersebut dihilangkan keseragaman data dapat diketahui
dengan menggunakan peta kendali x̄.
c. Perhitungan persentil
Perhitungan persentil untuk setiap dimensi yang diukur adalah:
P95 = 𝑥 + 1,645℺
P50 = 𝑥
P5 = 𝑥 - 1,645℺
Nilai ukuran tubuh biasa disajikan dalam tiga bentuk, yaitu:
1. Nilai persentil kecil, diambil persentil ke 5
2. Nilai persentil ke 50, sama dengan nilai rata-rata
3. Nilai persentil terbesar, diambil persentil ke 95.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1. Pengolahan data Atropometri
Data antropometri yang didapatkan dari hasil pengukuran dimensi
tubuh pekerja kemudian diolah dengan 3 tahap, yaitu tahap kecukupan
data, keseragaman data, dan melakukan perhitungan persentil.
a. Uji Kecukupan Data
Tabel 1: Uji Kecukupan Data
No Pengamatan N N’ Keterangan
1 Tinggi Siku Duduk(TSD) 20 0,55 Cukup
2 Jangkauan Normal(JN) 20 0,41 Cukup
3 Jangkauan Jauh(JJ) 20 1,93 Cukup
4 Lebar Genggaman(LG) 20 4,16 Cukup
Berdasarkan data pada Tabel 1, bahwa data dikatakan cukup, karena N’<N
untuk semua data antropometri yang diambil.
b. Uji Keseragaman Data
Tabel 2: Uji Keseragaman Data
No Pengamatan X̅ ∑ BKA BKB Keterang
an
1. Tinggi Siku
Duduk(TSD)
19,2 0,37 19,93 18,47 Seragam
2. Jangkauan Normal(JN) 35,57 0,59 36,74 34,39 Seragam
3. Jangkauan Jauh(JJ) 59,39 2,12 63,62 55,15 Seragam
4. Lebar Genggaman(LG) 8,57 0,45 9,47 7,67 Seragam
Berdasarkan Tabel 2 data dikatakan seragam karena data antropometri
berada dalam batas kendali sehingga data dikatakan seragam.
c. Persentil
Tabel 3: Hasil Persentil
No Dimensi P5 P50 P95 Keterangan
1 Tinggi Siku
Duduk(TSD)
18,60 19,2 19,8 Menggunakan P50 untuk
merancang Tinggi
pegangan yang melekat,
agar pengguna dengan
siku paling rendah dan
paling tinggi sama-sama
dapat menggunakan
tersebut dengan baik dan
dalam posisi nyaman
2 Jangkauan
Normal(JN)
34,6 45,57 36,53 Menggunakan P50,agar
pengguna dengan
jangkauan normal paling
besar dapat
mengoperasikan alat
pada ukuran normal.
Dengan posisi lengan
tangan pada posisi siku
tetap.
3 Jangkauan
Jauh(JJ)
55,90 59,39 62,87 Menggunakan P50, untuk
merancang jarak
jangkauan tangan paling
jauh saat mengoperasikan
alat dengan posisi lengan
lurus ke depan
4 Lebar
Genggaman(LG)
7,83 8,57 9,31 Persentil 95, agar
pengguna dengan lebar
genggaman paling lebar
tetap menggunakan alat
dengan baik,
mengoperasikan alat
dengan nyaman
Persentil yang diambil adalah persentil 50 supaya pengguna dengan nilai
paling rendah dan paling tinggi dapat menggunakan alat tersebut.
3.2. Perancangan Alat Pengiris Tempe
Dari hasil analisa yang telah dilakukan dengan berdasarkan uji data
antropometri dari responden, maka diperoleh ukuran rancangan alat
pengiris tempe untuk menggantikan pengirisan secara manual. Rancangan
alat ini dibuat dengan mengacu pada penelitian sejalan [10].
Tabel 4: Ukuran Rancangan alat pengiris tempe
No Dimensi
Alat
Pengiris
tempe
Centimeter Keterangan
1 Rangka Alat
Pengiris
Tempe
Tinggi =56,5
cm
Panjang= 45,5
cm
Lebar =44,5
cm
Rangka sebagai penopang
berdirinya seluruh komponen
pada alat pengiris. Rangka ini
tekstur yang keras dan kuat
sehingga mampu menopang
seluruh beban yang ada,
dengan ukuran utama
panjang 45,5 cm, lebar 44,5
cm, dan tinggi 56,5 cm.
2 Lebar
Pegangan
Pengiris
Tempe
8,87cm Menggunakan data lebar
genggaman responden
3 Tinggi
pegangan
alat pengiris
tempe dari
papan
pengiris
tempe
19,2 cm Diambil dari data Tinggi siku
duduk responden
4. Lebar
rangka
44,5 cm Diambil dari data Jangkauan
Normal(JN) 45,5 cm- 1cm
tebal besi
Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 17
ISSN 2615-5052 (Online)
Gambar 3: Rancangan Alat Pengiris Tempe
Tabel 5. Hasil perhitungan dari pengujian
Dimensi
anthropometri
Kecukupan data Keseragaman data Persentil
N 𝑁′ Ket 𝑥 𝑆 BKA BKB Ket P 5 P 50 P 95
Tinggi siku
duduk 20 0,55 Cukup 19,2 0,37 19,93 18,47 Seragam 18,60 19,2 19,80
Jangkauan
normal 20 0,41 Cukup 35,57 0,59 36,74 34,39 Seragam 34,60 35,57 36,53
Jangkauan
jauh 20 1,93 Cukup 59,39 2,12 63,62 55,15 Seragam 55,90 59,39 62,87
Lebar
genggaman 20 4,16 Cukup 8,57 0,45 9,47 7,67 Seragam 7,83 8,57 9,31
3.3. Interpretasi hasil
Data antropometri dari 4 responden dengan pengulangan sebanyak 5
kali sehingga data terpenuhi, sehingga data dapat digunakan sebagai dasar
perancngan alat pengiris tempe semi otomatis. Alat hasil rancangan yang
dibuat sudah memenuhi kebutuhan perancangan. Alat pengiris tempe
dikatakan ergonomis karena dibuat berdasarkan data antropometri
pekerja, sehingga alat mudah digunakan. Kemudian dilakukan pengujian
alat dengan uji coba pengirisan tempe. Alat ini beroperasi cukup baik
untuk hasil dapat dilihat pada gambar 4:
Gambar 4. Hasil irisan
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hasil pengirisan tempe lebih
rapi dan mempunyai ketebalan hampir sama dan ukuran sama. Sehingga
lebih renyah dan lebih menarik dari segi tampilannya.
Tabel 5: Data Perbandingan hasil pengirisan manual dan menggunakan alat
No Jumlah data
perbandingan Pengirisan manual
Pengirisan menggunakan
alat
1 Waktu pengirisan 11 detik / lembar 1,3 detik / lembar
2 Hasil irisan
12 lembar / potong 13 lembar / potong
3 Lembaran tempe 327 / jam 2.769 / jam
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa waktu pengirisan lebih
efisien, dari 11 detik perlembar menjadi 1,3 per lembar. Hasil irisan per
potong tempe bila dilakukan secara manual menghasilkan 12 lembar,
tetapi dengan menggunakan alat pengiris tempe bisa menghasilkan 13
lembar per potong. Dalam 1 jam hasil irisan tempe yang dihasilkan jika
dilakukan manual sebanyak 327 lembar, sebaliknya jika menggunakan
alat bisa menghasilkan 2.769 lembar. Sehingga sangat efisien dari segi
waktu pengirisan, sehingga produksinya meningkat hamper 8,467 kali.
Jika waktu pengirisan lebih efisien, diharapkan akan meningkatkan
produktivitasnya. Dari hasil rancangan sudah memenuhi konsep ENASE
[11], yaitu efektif dari segi waktu pengerjaan, nyaman karena alat
dirancang sesuai dengan kebutuhan pengguna, aman karena dirancang ada
alat pengaman terutama pisau irisnya, sehat karena keluhan berkurang,
efisien dari karena jumlah irisan lebih banyak. Selain itu alat pengiris
tempe yang dibuat telah memnuhi konsep ergonomic untuk keselamatan
kerja [12].
4. Simpulan
1. Perancangan alat pengiris tempe yang dibuat sudah menghasilkan
alat yang ergonomis sesuia kebutuhan penggunakarena berdasarkan
pendekatan antropometri.
2. Berdasarkan uji coba alat tersebut ternyata keluhan-keluhan yang
dirasakan pekerja berkurang sehingga memenuhi konsep ENASE.
3. Waktu pengirisan lebih singkat dan efisien, sehingga produksinya
meningkat. Produktivitas pekerja meningkat, dalam proses
produksi.
Meskipun demikian, masih perlu perbaikan dalam material yang
digunakan. Diharapkan dalam penelitian ke depan ada inovasi baik
dalam desain dan material yang sesuai dengan kebutuhan
pengguna.
Referensi
[1]. Sudaryanto dan Hanim, Anifatul, Evaluasi Kesiapan UKM
Menyongsong Pasar Bebas Asean (AFTA), Analisis
Perspektif dan Tinjauan Teoritis, Jurnal Ekonomi
Akuntansi dan Manajemen, Vol 1 N0 2, Desember 2002.
[2]. Nurmianto, E. Ergonomi Konsep Dasar dan Apilkasinya, Edisi
ke 2, Surabaya,Guna Widya. 2008.
[3]. Sukron, Amin dan Kholil, Muhammad, Pengantar teknik
Industri, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2014.
[4]. Sinulingga, Sukaria, Rekayasa Produktivitas, USU Press,
Medan, 2015.
[5]. Dewi,C, Diana, Perancangan alat Spinner Ergonomis ( studi
kasus PTBaasithu Floating Stroge ang Off loading
Petrostar),Jurnal Inovator,Vol 2,No,1(2019): 11-15.
Jurnal Inovator, Vol. 3, No.2 (2020) 14–19 18
ISSN 2615-5052 (Online)
[6]. Ibrohim, Hadi, Pramono dkk, Implementasi Mesin Pengiris
kripik Tempe untuk meningkatkan Produktivitas UMKM
Tempe, INAJET,Vol2, No1 September 2019.
[7]. Pnero,J.& Zelnik,M.. Pedoman Dimensi-dimensi Antropometri
yang Dibutuhkan Bagi Perancangan Kursi, Jakarta, PT. Gelora
Aksara Pratama/Erlangga. 2003.
[8]. Sugiyono, Metode Penelitia Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D. Jakarta, Alfabeta. 2011.
[9]. Wignjosoebroto,S.. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu,Teknik
Analisis untuk Peningkatan Produktivitas Kerja,
Surabaya, Guna Widya. 1995.
[10]. Sukadi dan Novarini, Rancang Bangun Mesin Perajang
Singkong Multi Pisau, Jurnal Inovator, vol.1,No.2(2018) 1-4.
[11]. Santoso, G..Ergonomi: Manusia, Peralatan dan Lingkungan,
Jakarta Prestasi Pustaka. 2004.
[12]. Tarwaka,dkk. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja
dan Produktivitas, Surakarta, UNIBA Press ,2004.