analisis biosorpsi zncl2 dengan menggunakan ...repository.ub.ac.id/12532/1/linda kirniati.pdfmikroba...

48
ANALISIS BIOSORPSI ZnCl 2 DENGAN MENGGUNAKAN STREAMER BIOFILM SKRIPSI Oleh: LINDA KIRNIATI NIM. 145080101111043 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2018

Upload: others

Post on 02-Feb-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • ANALISIS BIOSORPSI ZnCl2 DENGAN MENGGUNAKAN STREAMER BIOFILM

    SKRIPSI

    Oleh:

    LINDA KIRNIATI NIM. 145080101111043

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG 2018

  • ANALISIS BIOSORPSI ZnCl2 DENGAN MENGGUNAKAN STREAMER BIOFILM

    SKRIPSI

    Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan Di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

    Universitas Brawijaya

    Oleh:

    LINDA KIRNIATI NIM. 145080101111043

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

    FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG 2018

  • ii

  • iii

    IDENTITAS PENGUJI

    Judul : ANALISIS BIOSORPSI ZnCl2 DENGAN MENGGUNAKAN

    STREAMER BIOFILM Nama : Linda Kirniati

    NIM : 145080101111043

    Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

    PENGUJI PEMBIMBING

    Pembimbing : Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng. D.Sc

    PENGUJI BUKAN PEMBIMBING

    Dosen Penguji 1 : Ir. Kusriani, MP

    Dosen Penguji 2 : Dr. Ir. Mulyanto, M. Si

    Tanggal Ujian : 31 Mei 2018

  • iv

    PERNYATAAN ORISINALITAS

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Laporan Skripsi yang saya tulis ini

    benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya

    juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh

    orang lain kecuali yang tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

    pustaka.

    Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

    penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan

    tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

    Malang, 9 Mei 2018

    Mahasiswa

    Linda Kirniati

  • v

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Nama : Linda Kirniati

    NIM : 145080101111043

    Tempat/Tanggal Lahir : Pacitan, 31 Mei 1996

    Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan

    Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

    No. Tes Masuk P.T. : 4140592980

    Alamat : Rt 04, Rw 04 Dsn Bengkal Desa Tanjungsari Kecamatan

    Pacitan, Kabupaten Pacitan, JawaTimur

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Status : Belum Menikah

    Riwayat Pendidikan : 1. SDN Tanjungsari (2002-2008)

    2. SMPN 1 Pacitan (2008-2011)

    3. MAN Pacitan (2011-2014)

    4. Universitas Brawijaya (2014-2018)

  • vi

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis telah mendapatkan begitu banyak

    bantuan baik berupa materi, fisik maupun spiritual sehingga laporan ini bisa

    terselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW atas segala rahmat dan karunia-

    Nya.

    2. Kedua orang tua saya Sukirno dan Supiyah, kakak saya Landung Budiono

    dan adik saya Liza Indriani serta keluarga yang saya cintai selalu membantu,

    mendukung dan mendo’akan saya.

    3. Bapak Andi Kuriawan, S.Pi, M.Eng, D.Sc selaku dosen pembimbing yang

    telah sabar dalam membimbing, memberikan arahan dan motivasinya.

    4. Mbak Lutfi selaku asisten Bapak Andi yang selalu memberi arahan dan

    motivasi.

    5. Anak bimbingan Bapak Andi Kurniawan Team yang selalu membantu (Wiwit,

    Yulisda, Desi, Andi, Widi, Elham, Mutia, Yogita, dan Putri) serta teman– teman

    MSP 2014 yang selalu memberi dukungan semangat.

    6. Kos Sengkaling 3 Semprul (Dea dan Hanum) yang selalu memberikan

    semangat melalui masakannya.

    7. Satrio Bagas Wicaksono, Riris Widyastuti dan Azam Khoiruman sebagai

    penyemangat saya.

    8. Mbak Nur Chamida dan semua pihak dan orang-orang yang telah membantu

    dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

    9. Ibu Nurjannah, S.Si, Mphil, Ph.D yang telah membantu untuk analisa data.

  • vii

    RINGKASAN

    LINDA KIRNIATI. SKRIPSI tentang Analisis Biosorpsi ZnCl2 Menggunakan

    Streamer Biofilm ( di bawah bimbingan Andi kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc)

    Pencemaran lingkungan perairan oleh logam berat ZnCl2 semakin meningkat

    seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri. Sumber utama

    masuknya ZnCl2 ke dalam perairan berasal dari buangan limbah rumah tangga

    seperti korosi pipa air dan produk konsumer (misalnya formula detergen) yang tidak diperhatikan sarana pembuangannya. Pembuangan limbah terutama limbah logam

    berat ZnCl2 menjadi salah satu aktifitas yang memiliki dampak buruk bagi

    lingkungan perairan dan manusia. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan cara untuk mencegah pencemaran dengan melakukan pengelolaan limbah. Biosorpsi merupakan salah satu alternatif pengelolaan limbah yang memiliki keuntungan antara lain murah dan efisien tinggi. Salah satu adsorban yang banyak mendapat perhatian banyak pihak karena kehidupannya dapat ditemukan tersebar luas baik di lingkungan alam contohnya diperairan lotik adalah streamer biofilm. Tujuan dari

    penelitian ini adalah menganalisis karakteristik kinetik dari biosorpsi ZnCl2 oleh

    streamer biofilm dan menganalisis karakteristik adsorpsi isotherm dari biosorpsi

    ZnCl2 oleh streamer biofilm. Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

    secara teknis dalam pemanfaatan streamer biofilm sebagai biosorben ion logam

    berat ZnCl2 dalam perairan, menambah wawasan mengenai ion nutrien di dalam

    streamer biofilm dan peranan streamer biofilm di lingkungan perairan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

    dengan melakukan percobaan pada sistem yang sengaja dibuat. Sampel streamer biofilm diambil dari batu yang menempel diperaian lotik selokan depan gedung B Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hidrobiologi Divisi Lingkungan dan Bioteknologi Perairan,

    Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan pengukuran analisis kandungan ZnCl2

    dilaksanakan di Laboratorium Anorganik Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang. Tahapan pada penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu kinetik adsorpsi dengan perbedaan waktu yang terbagi atas 5, 15, 30, 60, 180 menit serta adsorpsi ishoterm dengan perbedaan konsentrasi yang berbeda 2.4, 9.4, 24.1, 120.9, 483.7 dan 967.4 mg/l.

    Hasil dari Penelitian ini didapatkan bahwa streamer biofilm mampu menyerap

    logam berat ZnCl2. Hal tersebut diketahui berdasarkan jumlah penyerapan logam

    ZnCl2 dengan meggunakan streamer biofilm menunjukkkan bahwa jumlah logam

    ZnCl2yang diserap oleh streamer biofilm pada waktu ke 5 - 180 menit cenderung

    konstan (± 2,35 mg/gram). Lebih lanjut pada pengaruh konsentrasi yang berbeda

    diketahui bahwa akumulasi penyerapan logam ZnCl2 pada perlakuan konsentrasi

    awal 2.41 mg/L sebesar 0.19 mg/g, pada perlakuan 9.39 mg/L sebesar 0.49 mg/g, pada perlakuan 24.10 mg/L sebesar 1.81 mg/g. Selanjutnya pada perlakuan 120.92

    mg/L; 483.69 mg/L; dan 967.37 mg/L masing - masing diperoleh akumulasi ZnCl2

  • viii

    pada streamer biofilm adalah sebesar 7.82 mg/g; 8.64 mg/g; dan 8.67 mg/g.

    Semakin besar konsentrasi awal maka penyerapan logam ZnCl2 oleh streamer

    biofilm juga meningkat. Hanya saja tingkat efektifitas penyerapan semakin menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi awal (79,79 menjadi 8,96 %).

    Berdasarkan penelitian didapatkan kesimpulan Penyerapan logam ZnCl2 dengan meggunakan streamer biofilm menunjukkkan bahwa jumlah logam ZnCl2 yang diserap oleh streamer biofilm pada waktu ke 5 - 180 menit cenderung konstan.

    Hal ini menunjukkan bahwa penyerapan logam ZnCl2 oleh streamer biofilm

    berlangsung dengan sangat cepat. Proses adsorpsi yang sangat cepat ini

    mengindikasikan kalau proses adsorpsi ZnCl2 oleh streamer biofilm berlangsung

    secara fisika – kimia. Model isotherm adsorpsi yang sesuai dalam penelitian ini

    adalah isotherm Langmuir yang mengindikasikan kalau ZnCl2 yang teradsorpsi ke

    streamer biofilm membantuk lapisan monolayer (lapisan tunggal). Adsorpsi monolayer terjadi karena adanya interaksi antara ZnCl2 dengan streamer biofilm

    saja tanpa ada interaksi antar ZnCl2.

  • ix

    KATA PENGANTAR

    Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas kelimpahan

    rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyajikan laporan skripsi yang berjudul

    “Analisis Biosorpsi ZnCl2 dengan Menggunakan Streamer Biofilm”. Tujuan

    dibuatnya laporan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar sarjana di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya,

    Malang.

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    membantu proses penyusunan laporan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa laporan

    skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik

    dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun agar tulisan ini dapat

    bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

    Malang, 9 Mei 2018

    Linda Kirniati

  • x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN SAMPUL ................................................................................................ i

    LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ ii

    IDENTITAS PENGUJI ............................................................................................. iii

    PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................................................. iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... v

    UCAPAN TERIMAKASIH ........................................................................................ vi

    RINGKASAN .......................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix

    DAFTAR ISI………………………………………………………………………………...x

    DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiiiv 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3 1.3 Tujuan ................................................................................................................. 3 1.4 Kegunaan ........................................................................................................... 3 1.5 Waktu dan Tempat .............................................................................................. 3 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pencemaran Logam Berat Pada Perairan ........................................................... 5

    2.1.1 Seng (ZnCl2) ........................................................................................ 6

    2.2 Biofilm ................................................................................................................. 7 2.2.1 Definisi Biofilm ...................................................................................... 7 2.2.2 Mekanisme Pembentukan Biofilm ......................................................... 7 2.3 Streamer Biofilm ..................................................................................... 9

    2.4 Biosorpsi ............................................................................................................. 9 2.5 Kinetik Adsorpsi ................................................................................................ 10

  • xi

    2.6 Adsorpsi Ishoterm ............................................................................................. 12

    3. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1 Materi penelitian................................................................................................ 12 3.2 Alat dan bahan .................................................................................................. 12 3.3 Metode penelitian .............................................................................................. 12 3.4 Analisis Data ..................................................................................................... 13 3.5 Tahapan Penelitian ........................................................................................... 14

    3.5.1 Pengambilan Sampel Streamer Biofilm .............................................. 14 3.5.2 Pencucian Streamer Biofilm ............................................................... 15 3.5.3 Menimbang Streamer Biofilm ............................................................. 15 3.5.4 Membuat Larutan Standart ................................................................. 16 3.5.5 Penentuan Kinetik Adsorpsi ............................................................... 16 3.5.6 Penentuan Adsorpsi Isotherm ............................................................ 18

    3.6 Analisis ZnCl2 ................................................................................................... 19

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Kinetik Adsorpsi ....................................................................... 23 4.2 Hasil Penelitian Adsorpsi Isoterm ...................................................................... 24 5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 28 5.2 Saran ........................................................................................................... 28

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 29

  • xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Keperluan streamer Biofilm . ......................................................................... 16

    2. Data Hasil Penelitian Adsorpsi Ishoterm ...................................................... 25

  • xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Proses Pembentukan Biofilm . ........................................................................... ..8

    2. Tahapan Kinetik Adsorpsi ................................................................................. 17

    3. Tahapan Adsorpsi Isotherm .............................................................................. 18

    4. Grafik Hasil Kinetik Adsorpsi ............................................................................. 23

    5. Kurva Distribusi Akumulasi ZnCl2 ..................................................................... 26

    6. Kurva Adsorpsi Isoterm Langmuir ..................................................................... 26

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Alat dan Bahan ............................................................................................ 32

    2. Takaran pembuatan larutan standart ZnCl2 ................................................. 33

    3. Hasil Penentuan Kinetik Adsorpsi Setiap Ulangan ....................................... 35

    4. Data Isotherm .............................................................................................. 36

    5. Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 37

  • 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pencemaran lingkungan oleh logam berat menjadi masalah yang cukup serius.

    Seiring dengan penggunaan logam berat dalam bidang industri yang semakin

    meningkat. Logam berat banyak digunakan karena sifatnya yang dapat

    menghantarkan listrik dan panas serta dapat membentuk logam paduan dengan

    logam lain (Raya, 1998). Efek logam berat dapat berpengaruh langsung hingga

    terakumulasi pada rantai makanan walaupun pada konsentrasi yang sangat rendah

    (Purwaningsih, 2009). Beberapa logam berat merupakan unsur yang seringkali

    menjadi polutan utama dalam pencemaran air dan dapat membahayakan kehidupan

    organisme salah satunya ZnCl2. Sumber utama pemasukan logam ZnCl2 ke dalam

    lingkungan berasal dari buangan limbah rumah tangga yang mengandung logam

    ZnCl2 seperti korosi pipa-pipa air dan produk-produk konsumer (misalnya formula

    detergen) yang tidak diperhatikan sarana pembuangannya (Nisa et al., 2013).

    Pada konsentrasi rendah logam ZnCl2 dibutuhkan oleh organisme hidup untuk

    pertumbuhan dan perkembangan, namun bila kadar meningkat, maka logam akan

    berubah menjadi racun. Ada dua mekanisme masuknya logam berat ke dalam tubuh

    makhluk hidup, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Mekanisme langsung

    salah satu contohnya kumulasi logam berat pada ikan dapat terjadi karena adanya

    kontak antara medium yang mengandung toksik dengan ikan. Kontak berlangsung

    dengan adanya pemindahan zat kimia dari lingkungan air ke dalam atau permukaan

    tubuh ikan, misalnya logam berat masuk melalui insang. Masuknya logam berat

    kedalam tubuh organisme perairan dengan tiga cara yaitu melalui makanan, insang,

  • 2

    dan difusi melalui permukaan kulit. Cara lain logam berat dapat masuk ke dalam

    tubuh organisme hidup adalah melalui rantai makanan (Yulaipi, 2013).

    Logam berat ZnCl2 yang masuk ke dalam perairan dapat berpengaruh terhadap

    biota yang ada di dalamnya hingga berdampak pada kehidupan manusia yang

    ketergantungannya terhadap lingkungan perairan sangat besar. Jika kondisi ini

    dibiarkan, ke depan akan memperburuk kondisi lingkungan, menurunkan kualitas

    lingkungan perairan akibat bahan cemaran seperti logam berat dan membahayakan

    kesehatan manusia akibat meningkatnya status pencemaran dan akumulasi logam

    berat pada biota perairan (Makkasau et al., 2011). Melihat kondisi lingkungan

    perairan buruk yang ditimbulkan maka diperlukan cara untuk mencegah terjadinya

    pencemaran air yaitu dengan melakukan pengelolaan limbah. Pengelolaan limbah

    dengan menggunakan metode yang relatif sederhana dan dapat menggunakan

    adsorben bahan alam dari sisa-sisa biomasa yang tidak terpakai sering dikenal

    dengan istilah adsorpsi. Pada penelitian ini, streamer biofilm digunakan sebagai

    adsorben ( Widiyatno et al., 2017).

    Biofilm hidup pada perairan yang mengalir seperti sungai dan parit sehingga

    tekanan yang diberikan akan membentuk seperti filamen-filamen biofilm yang sering

    dikenal dengan istilah streamer biofilm (Hall-Stoodley et al., 2004). Mikroba ini

    kehidupanya dapat ditemukan tersebar luas baik di lingkungan alam maupun sistem

    industri, hampir dimana saja di alam (Rusconi, 2011). Perairan lotik cenderung

    membentuk formasi biofilm streamer, sehingga logam berat sebagai bahan

    pencemar yang melewati perairan lotik akan berinteraksi langsung dengan streamer

    biofilm (Rusconi et al., 2010). Oleh karena itu, diperlukan penelitian yang

  • 3

    menggunakan streamer biofilm yang hidup di alam sebagai biosorben untuk

    biosorpsi logam berat ZnCl2 (seng).

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian sebelumnya maka dapat dirumuskan permasalahan yang

    menjadi fokus penelitian ini yaitu:

    a. Apakah streamer biofilm mampu menyerap ZnCl2?

    b. Berapa kemampuan streamer biofilm dalam pengakumulasian ZnCl2?

    c. Bagaimana karakteristik penyerapan ZnCl2 oleh streamer biofilm?

    1.3 Tujuan

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis:

    a. Untuk mengetahui kemampuan streamer biofilm dalam mengadsorpsi ZnCl2

    pada waktu yang berbeda dan konsentrasi yang berbeda.

    b. Untuk mengetahui karakteristik adsorpsi ZnCl2 oleh streamer biofilm .

    1.4 Kegunaan

    Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara teknis dalam

    pemanfaatan streamer biofilm sebagai biosorben ion logam berat ZnCl2 dalam

    perairan, menambah wawasan mengenai ion nutrien di dalam streamer biofilm dan

    peranan streamer biofilm di lingkungan perairan.

    1.5 Waktu dan Tempat

    Penelitian ini dilaksanakan pada Februari – April 2018 di Laboratorium

    Hidrobiologi Divisi Lingkungan dan Bioteknologi Perairan, Fakultas Perikanan dan

  • 4

    Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang. Pengukuran analisis kandungan ZnCl2

    dilaksanakan di Laboratorium Anorganik Jurusan Kimia Fakultas MIPA, Universitas

    Brawijaya, Malang.

  • 5

  • 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pencemaran Logam Berat Pada Perairan

    Salah satu persoalan yang dihadapi oleh industri adalah tanggung jawab

    terhadap lingkungan, hal ini berkaitan dengan limbah atau buangan yang dihasilkan

    oleh industri salah satunya ke lingkungan perairan. Menurut Hasrianti (2012),

    penyebab terjadinya pencemaran dapat berupa masuknya makhluk hidup, energi,

    atau komponen lain ke dalam air sehingga menyebabkan kualitas air tercemar.

    Menurut Fajar et al. (2003), zat pencemar yang disebabkan oleh komponen-

    komponen anorganik dan organik yang berasal dari kegiatan manusia seperti

    industri maupun buangan domestik di antaranya adalah berbagai logam berat

    berbahaya. Logam banyak digunakan dalam berbagai keperluan, karena diproduksi

    secara rutin dalam skala industri. Logam berat memberikan efek terhadap tubuh

    organisme baik secara langsung maupun tidak langsung dan dapat mengumpul di

    dalam tubuh organisme sebagai racun yang terakumulasi.

    Menurut Ismarti (2016), pencemaran logam berat di lingkungan dapat terjadi

    secara alami maupun karena aktivitas manusia. Proses alami antara lain siklus

    alamiah sehingga bebatuan gunung berapi bisa memberikan kontribusi ke

    lingkungan, udara, air, dan tanah. Kegiatan manusia dapat menambah polutan

    logam berat di alam melalui kegiatan industri, pertambangan, pembakaran bahan

    bakar, serta kegiatan domestik. Di Indonesia, kasus pencemaran logam berat

    cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi.

  • 6

    Menurut Widowati et al. (2008), penggunaan logam sebagai bahan baku

    berbagai jenis industri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi

    kesehatan manusia melalui dua jalur yaitu:

    1 Kegiatan industri akan menambah polutan logam dalam lingkungan udara, air,

    tanah dan makanan.

    2 Perubahan biokimia logam sebagai bahan baku berbagai jenis industri dapat

    memengaruhi kesehatan manusia.

    2.1 Seng (Zn)

    Logam berat Zn merupakan suatu logam berat bewarna putih keperakan dan

    dapat larut dalam air. Jika dilihat dari deretan volta, logam berat Zn berada pada

    sebelah kiri yang artinya merupakan logam berat yang mudah mengalami oksidasi

    (reduktor). Sumber logam berat Zn terbagi dua yaitu: (1) secara alamiah dapat

    berasal dari batu dan lumpur lahar, (2) berasal dari aktivitas manusia seperti: proses

    produksi elektroda, baterai kimia, dan juga dalam air buangan penambangan logam

    berat serta industri baja besi. Logam berat seng dimanfaatkan dalam produksi cat,

    bahan keramik, gelas, lampu, dan pestisida (Darmono, 1995).

    Konsentrasi logam berat Zn dalam perairan berada pada konsentasi yang

    tinggi, maka kemungkinan besar logam berat Zn dapat terakumulasi dalam tubuh

    biota air. Pada konsentrasi yang tinggi logam berat Zn dapat bersifat racun bagi

    mikroorganisme. Kadar Zn sebesar 0,015 ppm dapat menurunkan aktivitas

    fotosintesa tumbuhan perairan dan konsentrasi 0,02 ppm dapat menurunkan proses

    pertumbuhan fitoplankton (Clark, 1986).

  • 7

    2.2 Biofilm

    2.2.1 Definisi Biofilm

    Biofilm merupakan kumpulan sel mikroba yang bercampur di dalam matriks

    yang terbentuk dari polisakarida yang berada di permukaan dan tertutup. Biofilm

    dapat berkembang pada lingkungan yang mengandung bahan non seluler seperti

    mineral kristal, partikel korosi, partikel tanah liat dan lumpur, atau komponen darah.

    Perkembangan biofilm tergantung dari kondisi lingkungan biofilm tersebut (Donlan,

    2002).

    Biofilm atau biofilter adalah merupakan sekumpulan agregat dari

    mikroorganisme atau produk polimer ekstrasellular yang melekat pada permukaan

    padat atau padatan organik inert dalam lingkungan berair paling banyak dijumpai

    dalam keadaan agregat yang dapat membentuk biofilm daripada keadaan planktonik

    (bebas). Bakteri dalam keadaan planktonik bertindak sebagai suatu individu,

    sehingga tidak mampu bersaing untuk mendapatkan ruang, oksigen dan faktor

    lainnya. Hal ini menyebabkan bakteri dalam keadaan planktonik mempunyai tingkat

    kepadatan yang rendah. Dalam keadaaan agregat dan molekul bakteri mampu

    memperoleh nutrisi lebih banyak (Husin, 2008).

    2.2.2 Mekanisme Pembentukan Biofilm

    Pembentukan biofilm bakteri melalui 3 tahapan proses, yaitu tahap pelekatan

    bakteri pada permukaan padatan (attachment), kolonisasi, dan tahap pertumbuhan

    biofilm. Proses pembentukan biofilm bakteri (Ketut dan Nyoman, 2013).

  • 8

    Tahapan pembentukan biofilm dapat dilihat pada Gambar 1.

    Gambar 1. Proses Pembentukan Biofilm (Ketut dan Nyoman, 2013)

    Pada tahap pelekatan, bakteri mendekati permukaan melalui gaya elektrostatik

    maupun gaya fisika. Pada umumnya, ketersediaan nutrisi, suhu air dan laju alir

    cairan yang memadai serta karakteristik bakteri seperti adanya flagela dan

    permukaan sel yang terasosiasi dengan poplisakarida atau protein mempercepat

    proses pelekatan telah bakteri berasosiasi satu sama lainnya membentuk

    mikrokoloni. Beberapa dari sel bakteri terikat secara permanen pada permukaan

    material melalui pembentukan Extraselular Polymeric Substance (EPS) terdiri dari

    sejumlah besar protein, polisakarida, asam nukleat dan fosfolipid. EPS berfungsi

    sebagai penghubung antar permukaan sel dan menjadi inisiasi pada pembentukan

    biofilm. Terbentuknya biofilm sebagai strategi bagi mikroorganisme untuk

    mempertahankan populasinya karena adanya EPS mencegah difusi senyawa-

    senyawa toksik yang membahayakan serta mengatur pertumbuhan sel.

    Pembentukan biofilm dimulai dari beberapa bakteri yang hidup bebas (sel

    planktonik) melekat pada suatu permukaan. Kemudian memperbanyak diri dan

    membentuk satu lapisan tipis (monolayer) biofilm. Pada saat ini, pembelahan akan

    berhenti selama beberapa jam dan pada masa ini terjadi banyak sekali perubahan

  • 9

    pada sel planktonik, yang akan menghasilkan transisi sel planktonik menjadi sel

    dengan fenotip biofilm. Sel biofilm berbeda secara metabolik dan fisiologik dari sel

    planktoniknya (Gunardi, 2007).

    2.3 Streamer Biofilm

    Kumpulan filamen – filamen biofilm yang ditemukan pada lingkungan alam di

    mana pada aliran yang kuat mampu membentuk morfologi koloni bakteri yang

    menempel di permukaan struktur ini biasannya disebut sebagai streamer biofilm.

    Streamer biofilm cocok hidup di lingkungan yang ekstrim mulai dari mata air garam

    dingin di daerah artik hingga hidrotermal air panas dan air asam yang kaya akan

    logam. Agregat filament ini dapat mencapai dimensi maksroskopik dan sangat

    mempengaruhi ekosistem yang mengalir karena osilasinya dapat meningkatkan

    perangkap partikel dan transportasi nutrisi (Rusconi et al., 2011).

    Streamer biofilm sering digunakan untuk menjelaskan fenomena ketika sebuah

    matriks biofilm hidup pada perairan yang memiliki kecepatan arus yang kuat

    sehingga tekanan yang diberikan akan membentuk seperti filamen - filamen biofilm

    (Hall-Stoodley et al., 2004). Streamer biofilm diketahui hidupnya menempel.

    Streamer biofilm sering dianggap sebagai gangguan dalam sistem perpipaan air

    karena tumbuhnya streamer dapat mengganggu aliran arus dengan menyumbat

    saluran perpipaan (Drescher et al., 2013).

    2.4 Biosorpsi

    Biosorpsi dapat diartikan sebagai sistem sorbet misalnya atom, molekul, dan

    ion yang berinteraksi dengan biosorben yaitu permukaan padat dari matriks biologi

    yang mengakibatkan akumulasi antarmuka pada sorbet dan biosorben, karena itu

    terjadilah penurunan konsentrasi larutan sorbet (Gadd, 2008). Biosorpsi adalah

  • 10

    teknik yang dapat digunakan untuk menghilangkan polutan dari perairan, terutama

    yang tidak mudah terurai seperti logam dan pewarna. Berbagai biomaterial dikenal

    untuk mengikat polutan ini, termasuk bakteri, jamur, alga, dan limbah industri dan

    pertanian. Dalam ulasan ini, kemampuan biosorpsi biomassa bakteri terhadap zat

    warna dan ion logam ditekankan (Yun dan Vijayaraghavan, 2008).

    Biosorpsi, sel yang umumnya mampu menyerap logam pasif, disebabkan oleh

    sejumlah mekanisme fisikokimia yang berbeda, tergantung pada sejumlah faktor

    lingkungan eksternal serta pada jenis tempat pengikatan aktif tertentu yang

    bertanggung jawab untuk mengasingkan logam. Ciri penting biosorpsi adalah bahwa

    dia dapat bertanggung jawab untuk mengikat dan mengakumulasi spesies metalik

    bahkan ketika sel tidak lagi aktif secara metabolik, ketika ia mati. Sisa-sisa sel yang

    tersisa seperti dinding sel masih dapat mewakili “biosorben” yang kuat (Volesky,

    1990).

    2.5 Kinetik Adsorpsi

    Kinetika adsorpsi menyatakan adanya proses penyerapan suatu zat oleh

    adsorben dalam fungsi waktu. Adsorpsi terjadi pada permukaan padat karena

    adanya gaya tarik atom atau molekul pada permukaan zat padat. Molekul-molekul

    pada permukaan zat padat atau zat cair, mempunyai gaya tarik ke arah dalam,

    karena tidak ada gaya-gaya lain yang mengimbangi. Adanya gaya-gaya ini

    menyebabkan zat padat dan zat cair, mempunyai gaya adsorpsi. Adsorpsi berbeda

    dengan absorpsi. Pada absorpsi zat yang diserap masuk ke dalam absorben

    sedangkan pada adsorpsi zat yang diserap hanya terdapat pada permukaannya

    (Sukardjo, 1990).

  • 11

    Peristiwa adsorpsi yang terjadi jika berada pada permukaan dua fase yang

    bersih ditambahkan komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan sangat

    mempengaruhi sifat permukaan. Komponen yang ditambahkan adalah molekul yang

    teradsorpsi pada permukaan (dan karenanya dinamakan surface aktif). Jumlah zat

    yang terserap setiap berat adsorbens, tergantung konsentrasi dari zat terlarut.

    Namun demikian, bila adsorbens sudah jenuh konsentrasi tidak lagi berpengaruh.

    Adsorpsi dan desorpsi (pelepasan) merupakan kesetimbangan (Atkins, 1990).

    2.6 Adsorpsi Ishoterm

    Menurut Syauqiah et al. (2011), adsorpsi adalah reaksi eksoterm. Maka dari itu

    tingkat adsorpsi umumnya meningkat seiring dengan menurunnya suhu. Waktu

    kontak merupakan hal yang menentukan dalam proses adsorpsi. Gaya adsorpsi

    molekul dari suatu zat terlarut akan meningkat apabila waktu kontaknya dengan

    karbon aktif makin lama. Waktu kontak yang lama memungkinkan proses difusi dan

    penempelan molekul zat terlarut yang teradsorpsi berlangsung lebih baik.

    Penentuan penggunaan model isotherm adsorpsi yang sesuai untuk kedua

    jenis adsorben dapat diketahui dengan melihat koefisien determinasi (R) terbesar,

    namun data penelitian tidak memiliki kesesuaian dengan model Langmuir. Data

    percobaan memiliki tingkat kesesuaian terbaik dengan model isoterm Freundlich.

    Model isoterm Freundlich menunjukkan lapisan adsorbat yang terbentuk pada

    permukaan adsorben adalah multilayer. Hal tersebut berkaitan dengan ciri-ciri dari

    adsorpsi secara fisika dimana adsorpsi dapat terjadi pada banyak lapisan

    (multilayer) (Suryadarma et al , 2010).

  • 3. MATERI DAN METODE PENELITIAN

    3.1 Materi Penelitian

    Materi penelitian ini adalah biosorpsi ZnCl2 oleh streamer biofilm. Karakteristik

    biosorpsi dieksplorasi melalui analisis karakteristik kinetik adsorpsi dan adsorpsi

    isotherm. Karakteristik yang didapatkan digunakan untuk menganalisis penggunaan

    streamer biofilm dalam biosorpsi ZnCl2.

    3.2 Alat dan bahan

    Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ditunjukkan

    dalam Lampiran 1.

    3.3 Metode penelitian

    Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

    dengan mengggunakan dua perlakuan yaitu kinetik adsorpsi dan adsorpsi ishoterm

    sebanyak tiga ulangan. Eksperimen adalah sebagai suatu penelitian ilmiah dimana

    peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih variabel bebas dan melakukan

    pengamatan terhadap variabel-variabel terikat untuk menemukan variasi yang

    muncul bersamaan dengan manipulasi terhadap variabel bebas tersebut.

    Eksperimen sebagai suatu penelitian yang dengan sengaja peneliti melakukan

    manipulasi terhadap satu atau lebih variabel dengan suatu cara tertentu sehingga

    berpengaruh pada satu atau lebih variabel lain yang diukur. Lebih lanjut dijelaskan,

    variabel yang dimanipulasi disebut variabel bebas dan variabel yang akan dilihat

    pengaruhnya disebut variabel terikat.

    Eksperimen bertujuan untuk meneliti kemungkinan sebab akibat dengan

    mengenakan satu atau lebih kondisi perlakuan pada satu atau lebih kelompok

  • 13

    eksperimen dan membandingkan hasillnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol

    yang tidak diberi perlakuan (Setyanto, 2005). Metode penelitian eksperimen pada

    umumnya digunakan dalam penelitian yang bersifat laboratoris. Namun, bukan

    berarti bahwa pendekatan ini tidak dapat digunakan dalam penelitian sosial,

    termasuk penelitian pendidikan. Jadi, penelitian eksperimen yang mendasarkan

    pada paradigma positivistik pada awalnya memang banyak diterapkan pada

    penelitian ilmu-ilmu keras (hard-science), seperti biologi dan fisika, yang kemudian

    diadopsi untuk diterapkan pada bidang-bida`ng lain, termasuk bidang sosial dan

    pendidikan (Jaedun, 2011).

    3.4 Analisis Data

    Melihat hubungan antara (X dan Y) yang berbeda, maka dalam penelitian ini

    data yang diperoleh akan dilakukan pengujian menggunakan model regresi linier

    sederhana. Menurut Pratomo et al. 2015, analisis regresi adalah hubungan yang

    didapat dan dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik yang menyatakan

    hubungan fungsional antar variabel-variabel. Analisis regresi linier sederhana

    digunakan untuk mendapatkan hubungan matematis dalam bentuk suatu persamaan

    antara variabel tak bebas dengan variabel bebas tunggal. Regresi linier sederhana

    hanya memiliki satu perubahan regresi linier untuk populasi adalah

    Y= a + bx

    Dengan :

    Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

    X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

    a = Parameter intercept

    b = Parameter koefisien regresi variabel bebas

  • 14

    Persamaan model regresi sederhana yang memungkinkan bila pengaruh yang

    ada itu hanya dari independent variabel (variabel bebas) terhadap dependent

    variable (variabel tak bebas). Jadi harga b merupakan fungsi dari koefisien korelasi.

    Bila koefisien korelasi tinggi, maka harga b juga besar, sebaliknya bila koefisien

    korelasi negatif maka harga b juga negatif, dan sebaliknya bila koefisien korelasi

    positif maka harga b juga positif.

    3.5 Tahapan Penelitian

    3.5.1 Pengambilan Sampel Streamer Biofilm

    Pengambilan dan penyikatan (brushing) sampel streamer biofilm yang

    digunakan dalam penelitian ini merupakan streamer biofilm yang tumbuh alami di

    alam yaitu di perairan lotik di depan Gedung B Fakultas Perikanan dan Ilmu

    Kelautan, Universitas Brawijaya, Kota Malang. Adapun cara pengambilan sampel

    biofilm adalah sebagai berikut:

    - Pengambilan sampel dilakukan dengan memasukkan sikat ke perairan lotik

    lalu menggulungkan streamer biofilm agar tersangkut disikat.

    - Kemudian streamer biofilm dimasukkan ke dalam kontainer yang berisi

    akuades lalu ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam coolbox yang berisi es

    batu.

    - Sampel streamer biofilm yang didapat dari lapang kemudian dibawa ke

    Laboratorium Hidrobiologi Divisi Lingkungan dan Bioteknologi Perairan untuk

    dilakukan pencucian menggunakan sentrifuge untuk perlakuan penelitian

    selanjutnya.

  • 15

    3.5.2 Pencucian Streamer Biofilm

    Pencucian streamer biofilm dilakukan dengan menggunakan sentrifugasi yang

    fungsinya untuk memisahkan antara air dengan streamer biofilm sehingga

    mendapatkan supernathan. Adapun pencucian streamer biofilm adalah sebagai

    berikut:

    - Pertama sampel yang terdapat di kontainer diambil menggunakan mikropipet

    ukuran 1 ml sebanyak 2 kali.

    - Setelah itu sampel dikeluarkan ke dalam cuvet ukuran 2 ml lalu disentrifuge

    selama 3 menit.

    - Setelah disentrifuge akan terbentuk pelet biofilm, supernatant dipisahkan dari

    pelet streamer biofilm dan mengulangi pencucian sebanyak 3 kali, pelet

    streamer biofilm akan digunakan sebagai biosorben.

    - Pelet biofilm yang diperoleh kemudian ditimbang dengan timbangan analitik

    sesuai dengan kebutuhan penelitian.

    3.5.3 Menimbang Streamer Biofilm

    Pellet streamer biofilm akan digunakan sebagai biosorben ditimbang dengan

    menggunakan timbangan digital untuk mengetahui jumlah streamer biofilm yang

    akan dipakai. Adapun langkah menimbang streamer biofilm adalah sebagai berikut:

    - Mempersiapkan timbangan digital lalu dinyalakan, lalu masukkan alufo yang

    sudah digunting kotak kecil ke dalam timbangan digital lalu di zero.

    - Setelah itu pelet streamer biofilm diletakkan alufo untuk ditimbang sesuai yang

    diperlukan untuk penelitian.

  • 16

    Keperluan streamer biofilm yang akan dipakai disajikan pada tabel berikut.

    Tabel 1. Keperluan streamer biofilm.

    Metode Gram Jumlah set Ulangan Jumlah yang

    dibutuhkan (Gram)

    Kinetik 0,5 1 3 1,5

    Isoterm 0,25 7 3 5,25

    Total 6, 75

    3.5.4 Membuat Larutan Standart ZnCl2

    Pada penelitian ini, larutan standart ZnCl2 yang digunakan memiliki

    konsentrasi 2.4, 9.4, 24.1, 120.9, 483.7, 967.4 mg/l. Pembuatan larutan standart

    dilakukan dengan menimbang logam ZnCl2 (seng) lalu dimasukkan ke dalam

    erlenmeyer yang berisi akuades, kemudian dihomogenkan di atas magnetic stirrer.

    Takaran pembuatan larutan berdasarkan rumus perbandingan seperti yang

    ditunjukkan di Lampiran 2.

    3.5.5 Penentuan Kinetik Adsorpsi

    Penelitian kinetik adsorpsi ini bertujuan untuk menentukan tetapan laju yang

    didasarkan pada data pengaruh waktu terhadap jumlah logam ZnCl2 yang

    teradsorpsi oleh streamer biofilm. mengetahui kecepatan optimum bagi streamer

    biofilm untuk menjerap ZnCl2. Variasi waktu yang digunakan pada kinetik adsorpsi

    yakni (5, 15, 30, 60,180) untuk mengetahui kecepatan optimum penyerapan logam

    berat ZnCl2 oleh streamer biofilm. Kinetika adsorpsi merupakan salah satu aspek

    yang sering diteliti untuk mengevaluasi karakteristik dari adsorben yang dipakai

  • 17

    terutama dalam rehabilitasi lingkungan. Ada banyak model kinetika adsorpsi yang

    telah dikembangkan untuk dapat digunakan sebagai sarana memprediksi laju

    adsorpsi suatu adsorbat pada adsorben tertentu (Holle et al., 2013). Berdasarkan

    hasil kinetik ini, nantinya akan diketahui waktu optimum penyerapan ZnCl2 oleh

    streamer biofilm, dimana waktu digunakan untuk pengamatan selanjutnya yaitu pada

    pengamatan penyerapan logam berat ZnCl2 oleh biofilm dengan konsentrasi yang

    berbeda atau disebut adsorpsi isotherm. Prosedur dari penelitian ini dapat dilihat

    pada Gambar 1 di bawah ini.

    Gambar 2. Tahapan Kinetik Adsorpsi

    Menghomogenkan menggunakan magnetic stirrer

    Memasukkan 0,5 g biofilm

    Menunggu proses adsorpsi dengan rentang waktu yang berbeda

    5 menit 30 menit 15 menit 60 menit 180 menit

    Mengambil sub sampel sebanyak 4 ml pada setiap perlakuan

    Memasukkan sub sampel ke dalam cuvet

    Mensentrifuge sub sampel selama 3 menit

    Memisahkan biofilm dan supernatant

    Mengambil 2 ml supernatant dan ditambah akuades 2 ml

    (pengenceran) dan Menganalisis kandungan Zn dengan AAS

    Menyiapkan larutan logam ZnCl2 dengan konsentrasi 25 mg/l

    sebanyak 50 ml yang dimasukkan ke dalam erlenmeyer

  • 18

    3.5.6 Penentuan Adsorpsi Isotherm

    Penelitan adsorpsi isotherm dilakukan untuk mengetahui akumulasi logam

    berat Zn di streamer biofilm pada konsentrasi logam berat Zn yang berbeda

    konsentrasi 2.4, 9.4, 24.1, 120.9, 483.7, 967.4 (Gambar 2). Variasi konsentrasi yang

    diberikan pada adsorpsi isotherm ini digunakan untuk mengetahui krakteristik

    penyerapan logam berat ZnCl2 oleh streamer biofilm. Adapun tahapan dari

    pengamatan isotherm ini dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

    Gambar 3. Tahapan Adsorpsi Isotherm

    Menyiapkan erlenmeyer yang berisi 25 ml larutan ZnCl2 dengan

    konsentrasi yang berbeda

    2.4 mg/l 9.4 mg/l 24.1 mg/l 120.9 mg/l 483.7 mg/l 967.4mg/l

    Meletakkan di atas magnetic stirrer dan Memasukkan 0,25 g biofilm

    Menunggu proses adsorpsi dengan rentang waktu 5 menit

    Mengambil 4 ml dari setiap perlakuan dan dimasukkan ke dalam cuvet

    Mensentrifuge selama 3 menit memisahkan biofilm dan supernatant

    Mengambil 2 ml supernatant dan ditambah aquades 2 ml (pengenceran)

    Menganalisis kandungan ZnCl2 dengan AAS

  • 19

    3.6 Analisis ZnCl2

    Pengukuran logam ZnCl2 dilaksanakan di Laboratorium Anorganik Jurusan

    Kimia Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya Malang menggunakan Spektrofotomer

    Serapan Atom Shimadzu AA 6800. Adapun prosedure penggunaan AAS menurut

    (Soeharto, 2011) adalah:

    1. Mempersiapkan gas dan printer

    a. Cara membuka tabung Acetylena

    - Mikrometer dibuka penuh

    - Mikrometer dibuka, bila tekanan kurang dari 70 psi ganti tabung Acetylena

    baru.

    - Mikrometer diset sampai tekanan 10 – 15 psi

    b. Cara menyalakan kompresor:

    - Stiker dimasukkan ke stop kontak

    - Putar tombol ON

    - Kompresor secara otomatis mengatur tekanan antara 50-80 psi

    c. Cara membuka tabung N20, kalau diperlukan (pemeriksaan AL), prinsip sama

    dengan cara membuka (a). Tekanan mikrometer diatur antara 345-520 KPA

    d. Menyalakan printer

    2. Mempersiapkan alat AAS

    a. Menekan tombol POWER. Tunggu sampai di layar monitor terbaca tulisan

    “Perkin Elmer Model 3100”

  • 20

    b. Memasang lampu sesuai bahan yang akan diperiksa. Membaca spesifikasi

    lampu, khususnya mA-nya. Mencocokan arah socket lampu dengan

    lubangnya.

    c. Set panjang gelombang dengan mengatur putaran panjang gelombang,

    sesuaikan dengan jenis lampunya (ex: Zn=213,9).

    d. Set slit sesuai dengan bahan yang diperiksa. Lihat besaran slit pada buku

    petunjuk (ex :Zn, slit=0,7)

    e. Menekan Param Entry :

    Pada layar monitor akan timbul pertanyaan yang dijawab berurutan :

    - Lam current --- 15 (utk Zn) ----- enter

    - Interval time --- 0,1 atau 0,3 (utk serum Zn=0,5) ----

    enter

    - Replicate --- 3 atau 5

    - Cal --- 1 --- enter

    - Flame --- 1 --- enter

    - Std 1 --- sesuai larutan standard 1 (ex : 0,10 atau

    ditulis 10,00)

    - Std 2 --- idem

    - Std 3 --- idem

    - Std 4 --- idem, disebelah angka tekan enter

    - RSLP --- tak perlu diisi --- enter

    - SAS --- idem

    - Last sample positron --- idem

    - A sample recall positron --- idem

    - Lamp current muncul lagi berarti selesai memasukkan param entry.

  • 21

    f. Menekan tombol energy, usahakan grafik CTS dan EN di layar monitor

    semaksimal mungkin dengan cara :

    - Mengatur posisi lampu dengan memutar knop lampu 1, 3 dan memaju –

    mundurkan lampu

    - Mengatur panjang gelombang

    - Kalau grafik maks. tekan “gain“

    g. Menekan tombol “Cont“ (continue)

    h. Menyalakan api dengan cara:

    - Memutar know pengatur udara/gas

    - Menekan pemantik sampai api menyala

    - Perbandingan acetylene : udara = 2 : 4

    - Aspirate blanko

    - Menekan ”A/Z”

    i. Aspirate standard

    Mengatur maju-mundur, kalau perlu posisi rebuliser sampai absorpsi terbaca

    maksimal.

    j. AAS siap digunakan tomol ”Cont dimatikan”

    k. Pemeriksaan sample

    - Cara kerja 2a – f sama

    - Menekan tombol ”DATA”

    - Menyalakan api

    - Aspirate blanko

    - Menekan tombol ”A/Z

    - Aspirate Standard 1 – 4, lalu tekan tombol „CALIB“

  • 22

    - Aspirate sample 1,2,3 dst lalu tekan “READ” sampai semua sample selesai

    diperiksa.

    l. Cara mengatur posisi BURNER

    - Menekan tombol CONT

    - Menurunkan Burner semaksimal mungkin

    - Menekan “A/Z“

    - Menaikkan Burner sampai menunjuk nilai absorbsi tertentu

    - Menurunkan pelan-pelan samapi nilai 0

    - Mengatur maju-mundur posisi Burner sehingga celah burner persis di

    tengah sinar lampu ketoda (pakai kertas yang diberi garis tengah)

    - Menyalakan flame

    - Aspirate blanko

    - Menekan A/Z

    - Aspirate larutan standard

    - Mengatur maju-mundur sampai dengan absorbansi maksimal.

  • 23

    0.0

    1.0

    2.0

    3.0

    0 30 60 90 120 150 180

    Ra

    ta-R

    ata

    A

    ku

    mu

    lasi

    Zn

    o

    leh

    Str

    ea

    me

    r B

    iofi

    lm

    (mg

    /gra

    m)

    Waktu Kontak (menit)

    4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Hasil Penelitian Kinetik Adsorpsi

    Pada penelitian ini kinetik adsorpsi dilakukan dengan variasi waktu kontak 5,

    15, 30, 60, dan 180 menit dengan konsentrasi logam ZnCl2 25 ppm. Masing-masing

    percobaan dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan (triplo). Data hasil penelitian

    kinetik adsorpsi akumulasi ZnCl2 oleh streamer biofilm dapat dilihat pada Gambar 4

    di bawah ini:

    Gambar 4. Hasil Kinetik Adsorpsi ZnCl2 pada streamer biofilm

    Jumlah penyerapan logam ZnCl2 dengan meggunakan streamer biofilm

    menunjukkkan bahwa jumlah logam ZnCl2 yang diserap oleh streamer biofilm pada

    waktu ke 5 - 180 menit cenderung konstan (± 2,35 mg/gram). Hal ini menunjukkan

    bahwa penyerapan logam ZnCl2 oleh streamer biofilm berlangsung dengan sangat

    cepat. Proses adsorpsi yang sangat cepat ini mengindikasikan kalau proses

    adsorpsi ZnCl2 oleh streamer biofilm berlangsung secara fisika – kimia (Kurniawan

    et al., 2012).

  • 24

    Hasil ini menunjukkan tren yang sama dengan studi yang dilakukan oleh

    Kurniawan dan Yamamoto (2013) yang menunjukkan bahwa proses adsorpsi pada

    biofilm berlangsung sangat cepat, dimana jumlah adsorpsi yang tercapai hanya

    dalam 1 menit sama seperti yang teramati pada tahap atau waktu selanjutnya.

    Seperti yang dikatakan oleh (Sinaga et al., 2015) bahwa semakin lama waktu kontak

    maka semakin banyak adsorben yang akan berinteraksi dalam bertumbukkan

    dengan larutan ZnCl2 sehingga semakin besar adsorpsi yang terjadi. Seiring

    meningkatnya waktu kontak kemudian terjadi penyerapan yang relatif konstan pada

    perpanjangan waktu kontak berikutnya. Susilowati (2009) juga mengatakan bentuk

    kurva yang relatif mendatar memberikan informasi bahwa situs aktif permukaan

    biosorben telah jenuh dengan ion logam atau sistem telah mencapai kesetimbangan.

    Sehingga penambahan waktu kontak tidak akan memiliki pengaruh. Hasil kinetik

    adsorpsi mengindikasikan kalau waktu kontak optimum dalam penelitian ini adalah 5

    menit. Waktu optimum inilah yang digunakan pada pengamatan penyerapan logam

    berat ZnCl2 oleh biofilm dengan konsentrasi yang berbeda atau disebut adsorpsi

    isoterm.

    4.2 Hasil Penelitian Adsorpsi Isoterm

    Berdasarkan peneltian adsorpsi isotherm, variasi konsentrasi yang digunakan

    adalah 2.4 mg/L; 9.4 mg/L; 24.1 mg/L; 120.9 mg/L; 483.7 mg/L; 967.4 mg/. Masing–

    masing percobaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.

  • 25

    Hasil dari penelitian adsorpsi isoterm terhadap logam ZnCl2 dapat dilihat pada

    Tabel 2.

    Tabel 2. Data Hasil Penelitian Adsorpsi Ishoterm.

    Konsentrasi Awal

    Konsentrasi akhir Penyerapan Efisiensi Penyerapan

    (%) ZnCl2 (mg/l) ZnCl2 (mg/l) (mg/g)

    2.41 0.49 0.19 79.79 9.39 4.44 0.49 52.66

    24.10 6.03 1.81 75.00 120.92 42.73 7.82 64.66 483.69 397.31 8.64 17.86 967.37 880.70 8.67 8.96

    (Sumber. Data penelitian pribadi)

    Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa akumulasi penyerapan logam ZnCl2

    pada perlakuan konsentrasi awal 2.41 mg/L sebesar 0.19 mg/g, pada perlakuan 9.39

    mg/L sebesar 0.49 mg/g, pada perlakuan 24.10 mg/L sebesar 1.81 mg/g.

    Selanjutnya pada perlakuan 120.92 mg/L; 483.69 mg/L; dan 967.37 mg/L masing -

    masing diperoleh akumulasi ZnCl2 pada streamer biofilm adalah sebesar 7.82 mg/g;

    8.64 mg/g; dan 8.67 mg/g. Dilihat dari Tabel 2 di atas semakin besar konsentrasi

    awal maka penyerapan logam ZnCl2 oleh streamer biofilm juga meningkat. Hanya

    saja tingkat efektifitas penyerapan semakin menurun seiring dengan meningkatnya

    konsentrasi awal (79,79 menjadi 8,96 %).

    Seperti yang dikatakan Oleh Pohan dan Tjiptahadi (1987), bahwa proses

    adsorpsi dapat dipengaruhi beberapa faktor, antara lain konsentrasi adsorbat,

    temperatur, dan tegangan permukaan. Konsentrasi adsorbat yang semakin

    meningkat, menyebabkan terjadinya interaksi antara adsorben dengan adsorbat

  • 26

    menjadi lebih besar. Hal tersebut memungkinkan proses adsorpsi berlangsung lebih

    baik. Menurut Raj Singh et al., (1974) juga menyatakan bahwa jumlah adsorbat

    yang terserap pada adsorben meningkat secara linier dengan bertambahnya

    konsentrasi. Adapun kurva plot distribusi yang dapat digambarkan dapat dilihat pada

    Gambar 5.

    Gambar 5. Kurva Distribusi Akumulasi ZnCl2 oleh streamer biofilm

    Data pada Gambar 5 menunjukkan pola adsorpsi isoterm penyerapan logam

    ZnCl2 oleh streamer biofilm. Berdasarkan hasil di atas dapat dilihat bahwa akumulasi

    logam ZnCl2 pada streamer biofilm terus meningkat seiring dengan meningkatnya

    konsentrasi keseimbangan dan cenderung konstan setelah mencapai konsentrasi

    tinggi (lebih dari 400 ppm).

    Adapun kurva hasil perhitungan (Lampiran 5) dengan menggunakan model

    adsorpsi isoterm langmuir dapat dilihat pada Gambar 6.

    0

    2

    4

    6

    8

    10

    0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000Ab

    sorp

    si (

    mg/

    g)

    [Konsentrasi Keseimbangan]

  • 27

    y = 0.111x + 3.432 R² = 0.995

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    0 200 400 600 800 1000

    C/N

    (Konsentrasi Keseimbangan)

    Gambar 6. Kurva Adsorpsi Isoterm Langmuir

    Pembentukan plot C/N sumbu y dan konsentrasi keseimbangan (c) sebagai

    sumbu x akan menghasilkan garis lurus dengan slope menunjukkan 1/Nmax dan

    intercept sumbu y sebagai 1/(Nmax)b (Kurniawan et al., 2012). Gambar 6

    menunjukkkan model adsorpsi isotherm Langmuir yang menunjukkan persamaan

    yang diperoleh yaitu y= 0,111x + 3.432 yang apabila nilai x = 0 maka nilai y atau C/N

    sebesar 3.432. Nilai R² yang diperoleh dari hasil tersebut sebesar 0,995. Menurut

    (Walpole, 1995) X dan Y melalui sebuah bilangan yang disebut koefisien yang

    dilambangkan dengan R. Nilai R mengukur sejauh mana titik - titik mengerombol

    sekitar garis lurus, jika nilai r mendekati +1 atau -1 maka hubungan antara

    keduannya kuat dan dapat dikatakan terdapat korelasi di antara keduannya tetapi

    bila R mendekati mendekati 0, hubungan linier X dan Y sangat lemah atau mungkin

    tidak ada. Dari penjelasan di atas menunjukkan bahwa jenis isotherm adsorpsi yang

    sesuai dalam penelitian ini adalah isotherm Langmuir yang mempunyai lapisan

    monolayer (lapisan tunggal). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Apriliani

    (2010), yang mengatakan bahwa adsorpsi monolayer terjadi karena adanya ikatan

    kimia sehingga logam tersebut terikat pada permukaan adsorben.

  • 28

    5. KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    Berdasarkan penelitian yang didapatkan kesimpulan didapatkan sebagai

    berikut:

    - Penyerapan logam ZnCl2 dengan meggunakan streamer biofilm

    menunjukkkan bahwa jumlah logam ZnCl2 yang diserap oleh streamer biofilm

    pada waktu ke 5 - 180 menit cenderung konstan. Hal ini menunjukkan bahwa

    penyerapan logam ZnCl2 oleh streamer biofilm berlangsung dengan sangat

    cepat. Proses adsorpsi yang sangat cepat ini mengindikasikan kalau proses

    adsorpsi ZnCl2 oleh streamer biofilm berlangsung secara fisika – kimia.

    - Model isotherm adsorpsi yang sesuai dalam penelitian ini adalah isotherm

    Langmuir yang mengindikasikan kalau ZnCl2 yang teradsorpsi ke streamer

    biofilm membantuk lapisan monolayer (lapisan tunggal). Adsorpsi monolayer

    terjadi karena adanya interaksi antara ZnCl2 dengan streamer biofilm saja

    tanpa ada interaksi antar ZnCl2.

    5.2 Saran

    Saran yang dapat diberikan terkait dengan penelitian ini yaitu perlu adanya

    penelitian lebih lanjut terkait identifikasi bakteri yang membentuk streamer biofilm

    dan pengurangan waktu kontak dibawah 5 menit pada kinetik adsorpsi untuk

    mengetahui kontak minimal sehingga efisien dalam praktek penelitiannya.

    iofilm dengan air aquades

  • 29

    DAFTAR PUSTAKA

    Apriliani, A., 2010, Pemanfaatan Arang Ampas Tebu sebagai Adsorben Ion Logam Cd, Cr, Cu dan Pb dalam Air Limbah. Skripsi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

    Atkins, P.W., (1990), Kimia Fisika Edisi Keempat . Jakarta: Erlangga. Keenan , C.W., (1999). Kimia untuk Universitas .Jakarta: Erlangga. Staf Pengajar Kimia Fisik II., (2014). Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Palu:UNTAD-Press.

    [EPA] Environmental Protection Agency. 2005. Toxicological Review of Zinc and Compound. Washington (US) : Environmental Protection Agency.

    Clark, R.B. 1986. Marine Pollution. Oxford : Claredon Press.

    Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta : UI-Press.

    Donlan, R. M. 2002. Biofilms: Microbial Life on Surfaces. Emerging Infectious Diseases • Vol. 8, No. 9. Centers for Disease Control and Prevention, Atlanta, Georgia, USA.

    Drescher, K., Shenb, Y., Basslera, B. L. & Stone, a. H. A., 2013. Biofilm streamers cause catastrophic disruption of flow with consequences for environmental and medical systems. PNAS, 110(11), pp. 4345-4350.

    Fajar, M., Zul,A., Harry,A.2003. Penentuan Kadar Unsur Besi Kromium, Dan Alumunium Dalam Air Baku Dan Pada Pengolahan Air Bersih Di Tanjung Gading Dengan Metode Spektofotometri Serapan Atom. Jurnal Saintiaa Kimia Vol. 1(2).

    Fajri, N.E. 2001. Analisis Kandungan Logam Berat Hg, Cd dan Pb dalam Air Laut, Sedimen dan Tiram (Carassostrea cucull atta) di Perairan Pesisir Kecamatan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Thesis. Pasca Sarjana. IPB. Bogor. 62 pp.

    Gadd, G M. 2008. Biosorption : Critical Review of Scientific Rationale, Enviromental

    Importance and significance For Pollution Treatment. J Chem Thecnol Biotechnol 84 : 13-28.

    Gunardi, W. D. 2007. Peranan Biofilm Dalam Kaitannya Dengan Penyakit Infeksi. Staf Pengajar Bagian Mikrobiologi FK UKRIDA. Korespondensi Jakarta Barat.

    Hall-Stoodley, L., Costerton, J. W. & Stoodley, P., 2004. Bacterial biofilms: from the natural environment to infectious diseases. Nature Reviews, Volume 2, pp. 95-108.

    Hasrianti. 2012. Adsorpsi Ion Cd2+ dan Cr6+.Pada Limbah Cair Menggunakan Kulit Singkong. Thesis. Universitas Hasanudin Makassar.

    Husin, A. 2008. Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Biofiltrasi Anaerob dalam Reactor Fixed-Bed. (Tesis). Universitas Sumatera Utara Medan.

  • 30

    Holle, B.R, A.D Wuntu dan M.S.Sangi.2013. Kinetika Adsorpsi Gas Benzena Pada Karbon Aktif Tempurung Kelapa. Jurnal MIPA UNSRAT Online 2 (2) 100-104.

    Keenan, C.W, D.C Kleinfelter dan J.H Wood. 1990. Kimia Untuk Universitas. Jilid 2. Edisi keenam. Penerjemah : Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.

    Ismarti. 2016. Pencemaran Logam Berat Di Perairan Dan Efeknya Pada Kesehatan Manusia.

    Jaedun, A. 2011. Metode Penelitian Eksperimen. Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah Fakultas Teknik UNY. Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Ketut S. D Dan I. Nyoman S. 2013. Uji Coba Teknologi Biofilm Konsorsium Bakteri pada Reaktor Semianaerob- Aerob untuk Pengolahan Ar Limbah di Industri Pencelupan Tekstil Skala Rumah Tangga Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. Jurnal Sains dan Teknologi 2 (1) : 193-203.

    Kurniawan. Dan T. Yamamoto. 2013. Biofilm polymer for biosorption sciences 17:179-187.

    Makkasau, A., M. Sjahrul., N. Jalaluddin., dan I. Raya. 2011. Teknik Fitoremediasi Fitiplankton Suatu Alternatife Pemulihan Lingkungan Laut yang Tercemar Ion Logam Cd2+ dan Cr6+. Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 7(2): 155-168.

    Murtini, J.T.,yennie,Y., dan Ariyani, F. 2003c. Penelitian pencemaran logam berat di Selat Madura dan Selat Bali. Prosiding Seminar Nasional Perikanan Indonesia 2003. Sekolah Tinggi Perikanan. Jakarta. 1 : p. 83–93.

    Nisa, C. U. Irawati., dan Sunardi. 2013. Model Adsorpsi Timbal (Pb) dan Seng (Zn) dalam sistem air sedimen di waduk Riamkanan Kalimantan Selatan. Universitas Lambung Mangkurat. Konversi, Volume 2 No. 1.

    Pohan, H. G., dan B. Tjiptahadi. 1987. Pembuatan Desain/Prototipe Alat Pem-buatan Arang Aktif dan Studi Teknologi Ekonominya. BBPP IHP Proyek Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian IPB. Bogor.

    Pratomo, D. S Dan E. Z. Astuti. 2015. Analisis Regresi dan Korelasi antara Pengunjung dan Pembeli Terhadap nominal pembelian Di Indomaret Kedungmundu Semarang Dengan Metode Kuadrat Terkecil. Universitas Dian Nuswantoro. Semarang.

    Purwaningsih, D. 2009. Adsorpsi Multi Logam Ag(I), Pb(II), Cr(III), Cu(II) dan Ni(II) Pada Hibrida Etilendinadiamino- Silika dari Abu Sekam Padi. FMIPA UMY. Jurnal Penelitian Saintek, Vol. 14, No. 1.

    Raya, I., 1998, Studi Kinetika Adsorpsi Ion Logam Al(III) dan Cr (III) pada Adsorben chaetoceros calcitrans yang pada Silika Gel, Thesis, FMIPA UGM, Yogyakarta.

    Rusconi, R., Lecuyer, S., Guglielmini, L. & Stone, H. A., 2010. Laminar flow around

    corners triggers the formation of biofilm streamers. J. R. Soc. Interface, Volume 7, p. 1293–1299.

    Rusconi, R., Lecuyer,S., Nicolas, A., Guglielmini, Howard A & Stone., 2011. Secondary Flow as a Mechanism for the Formation of Biofilm Streamers. Biophysical Journal Volume 100(6), p. 1392–1399.

  • 31

    Setyanto, A. 2005. Memperkenalkan Kembali Metode Eksperimen dalam Kajian Komunikasi. Jurnal Ilmu Komunikasi. 3(1) : 37-48.

    Sinaga, R. S .; Purwonugroho, D; Darjiti, 2015, Adsorpi Seng (II) oleh Biomassa Azolla microphylla diesterifikasi dengan Asam Sitrat : Kajian Desorpsi Menggunakan Larutan HCl,Mahasiswa Kimia,1(1): 629-635.

    Singh, R., U. P. College, Varanasi, J. R. P. Gupta, and B. B. Prasad. 1974. Adsorption of Cationic Dyes by Activated Alumina. Journal, Vol. 41, A. No. 2, pp. 163.

    Soeharto, S. 2012. Intruksi Kerja Penggunaan AAS (Atomic Absorption Spektrometer). Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran. Universitas Brawijaya.

    Sukardjo,. (1990), Kimia Fisika. Jakarta: Bina Aksara.

    Susilawati, 2009,Studi Biosorpsi Ion Logam Cd (II) Oleh Biomassa Alga Hijau yang diimobilisasi pada Silika Gel,Universitas Indonesia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Depok, (Skripsi).

    Suryadarma P ,Muslich dan R.indri R.Hayuningtyas. 2010. Kinetic Of Isothermal Adsorption Of ß-Carotene From Crude Palm Oleinusing Bentonit. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

    Syauqiah, I. M. Amalia, H. A. Kartini. 2011. Analisis Variasi Waktu dan Kecepatan Pengaduk Pada Proses Adsorpsi Limbah Logam Berat dengan Arang Aktif. Info Teknik, Volume 12 No (1).

    Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Alih bahasa : Ir. Bambang Sumantri. Cetakan ke 3. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Widiyatno T., Teti Y dan Agus A. S. 2017. Adsorpsi Logam Berat (Pb) Dari Limbah Cair Dengan Adsorben Arang Bambu Aktif. Jurnal Teknologi Bahan Alam Vol. 1 No. 1. Surakarta.

    Widowati, W., Astiana S. Dan Raymond J. 2008. Efek Toksik Logam. Penerbit Andi. Yogyakarta

    Volesky, B. 1990. Biosorption Of Heavy Metals . Departement Of Chemical Engeneering McGill University Montreal ,Quebec , Canada. Hal 3-4.

    Yulaipi, S dan Aunurohim 2013. Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Hubungannya dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus). Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Jurnal SAINS dan Seni Pomits Vol. 2, No.2.

    Yun, S.Y dan K. Vijayaraghavan. 2008. Bacterial biosorbents and biosorption. Biotechnology Advances. 3 (26) : 266-291.

    https://www.sciencedirect.com/science/journal/07349750

    BAGIAN DEPAN.pdfBAB I.pdfBAB II.pdfBAB III.pdfBAB IV.pdfBAB V.pdfDAFTAR PUSTAKA.pdf