analisis buku mochtar lubis bicara lurus bagian 1
DESCRIPTION
Analisis Buku Mochtar Lubis Bicara Lurus bab 1-20TRANSCRIPT
T5/ Wawancara/ KB/ 2009 Nama: Citra Ananda
NPM:210111090004
I. Rangkuman dan Pembahasan
I.1 Setelah keluar dari tahanan: Mochtar Lubis akan menulis novel dan
beberapa buku
1.1.a Kronologis penangkapan Mochtar Lubis adalah ia ditangkap tanggal 4 febuari
1975 saat baru pulang dari bermain tenis. Namun, setelah hasil interogasi
pemeriksaan ternyata tidak terdapat kesalahan pada dirinya. Dalam
menghabiskan waktu selama berada di tempat tahanan Mochtar Lubis menjaga
kesehatan badan dengan berolahraga. Perbedaan penahanan ketika masa soekarno
dengan sekarang ini adalah dahulu ia benar-benar disekap di balik terali besi
sedangkan sekarang ia mendiami sebuah bungalow. Rencana Mochtar Lubis
setelah keluar dari penjara adalah menulis untuk surat kabar dan majalah apapun
dan terserah pada media-media apa yang mau menerima dan memuat tulisannya
1.1.b Jika dibandingkan dengan buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini sudah
memenuhi delapan persyaratan wawancara berita, yaitu mempunyai tujuan yang
jelas, efisien, menyenangkan, mengandalkan persiapan dan riset awal, melibatkan
khalayak, memunculkan spontanitas, pewawancara sebagai pengendali, dan
mengembangkan berita. Hal yang paling utama terpenuhi dari kedelapan syarat
tersebut adalah efisien. Wawancara ini berhasil mengungkapkan tujuan pokok
wawancara yaitu mengetahui kegiatan Mochtar Lubis setelah keluar dari penjara.
Tujuan ini berhasil dicapai dalam waktu yang ringkas, ditandai dengan
wawancara yang dilakukan tidak bertele-tele. Bila dilihat dari jenis wawancara,
menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini termasuk jenis wawancara
sosok pribadi (personal interview). Sedangkan menurut buku Penulisan Feature,
wawancara ini termasuk jenis wawancara perseorangan.
I.2 Menampilkan makna dari kehidupan dalam sastra
1.2.a Tanggal 15 Desember 1979 Yayasan Jaya Raya menyampaikan Hadiah Sastra
dengan penghargaan uang sebesar satu juta rupiah kepada Mochtar Lubis atas
novelnya yang berjudul Maut dan Cinta (1977). Menurut Mochtar Lubis bidang
berita adalah urusan wartawan, sedangkan makna kehidupan seharusnya menjadi
tugas sastrawan. Dalam menampilkan karya sastra konsep yang ditampilkan
adalah makna dari kehidupan. Semua makna dari kehidupan dan nilai-nilai
manusia mencoba mengajak pembaca untuk berfikir dan menentukan bagi
dirinya sendiri tentang makna hidupnya, dan tempatnya berdiri dalam kehidupan
ini. Menurut Mochtar Lubis, dngan membaca karya sastra akan timbul minat
pejabat di Indonesia untuk lebih memperhatikan nasib dan kehidupan rakyat
banyak. Ketika ditanyakan tentang kebebasan kreatif, Mochtar Lubis mengatakan
bahwa kebebasan kreatif masih ada di Indonesia. Namun, bisa saja terjadi
korsleting seperti penahanan Rendra. Menurut Mochtar Lubis, sebaiknya kita
jangan berputus asa untuk berjuang terus menerus agar kebebasan kreatif
terjamin dengan baik di seluruh tanah air kita.
1.2.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini termasuk jenis wawancara
sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku Jurnalistik Praktis,
wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam buku Jurnalistik
Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk memperoleh data tentang
diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Dalam hal ini, Mochtar Lubis dimintai
pendapat tentang masalah sastra Indonesia pada saat itu. Menurut buku
Jurnalistik Indonesia, wawancara ini sudah memenuhi delapan persyaratan
wawancara berita. Hal utama yang terpenuhi dari kedelapan syarat wawancara
berita adalah wawancara ini mengandalkan persiapan dan riset awal. Wawancara
ini juga mengembangkan logika. Pewawancara menggali fakta yang terjadi
dalam kesusastraan Indonesia pada saat itu, serta menggali pendapat Mochtar
Lubis mengenai hal tersebut. Dalam wawancara ini, pewawancara sering kali
mengemukakan pertanyaan terbuka. Menurut buku Jurnalistik Indonesia,
pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang menghendaki jawaban yang luas dan
bebas. Pertanyaan pewawancara yang sebagian besar menanyakan pendapat
Mochtar Lubis mengenai suatu hal, menandakan pertanyaan tersebut merupakan
pertanyaan terbuka.
I.3 Bebaskan wanita Indonesia dari sikap feodalisme
1.3.a Mochtar Lubis berpendapat bahwa organisasi istri-istri pegawai negeri sipil
maupun militer kurang menguntungkan perjuangan emansipasi wanita. Istri
petugas Negara belum menikmati hak-hak kebebasan.
1.3.b Bila dibandingkan dengan delapan syarat yang dijelaskan dalam buku Jurnalistik
Indonesia, wawancara ini mengandalkan syarat persiapan dan riset awal. Terlihat
sekali penguasaan pewawancara terhadap topik wanita Indonesia. Pewawancara
juga sangat mengenal struktur organisasi istri-istri pegawai negeri dan angkatan
bersenjata. Wawancara ini juga mengandalkan syarat mengembangkan logika,
seperti yang ada dalam buku Jurnalistik Indonesia. Pewawancara menggali fakta
dan opini Mochtar Lubis mengenai organisasi wanita yang masih memiliki jiwa
feodalisme.Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini banyak
memakai jenis pertanyaan hipotek terbuka. Pertanyaan hipotek terbuka hampir
sama gayanya dengan pertanyaan terbuka. Namun, pada jenis pertanyaan ini
penanya dapat membuat pertanyaan lebih luas dengan memberikan beberapa
keterangan untuk menyesuaikan dengan situasi wawancara. Dilihat dari jenis
wawancara, menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini termasuk jenis
wawancara sosok pribadi (personal interview). Sedangkan bila dilihat dari segi
tujuan wawancara, menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara merupakan
wawancara riset pendapat. Wawancara riset pendapat (the opinion research
interview)terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya
yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.
I.4 Penjara di Madiun Paling Enak
1.4.a Wawancara ini tentang kebebasan pers, kemungkinan Indonesia Raya terbit
kembali, dan seputar pengalaman Mochtar Lubis ditahan di Zaman Oede Lama.
Menurut Mochtar Lubis, pers harus bertanggung jawab kepada masyarakat dan
kebebasan pers berlaku sejauh pers tidak mengganggu ketertiban umum. Ketika
ditanyakan apakah Indonesia Raya akan terbit lagi, ia mengatakan doakan saja.
Mengenai suka duka dalam penjara, Mochtar Lubis bercerita bahwa penjara yang
paling enak adalah di Madiun. Karena disana terasa agak bebas dan dapat
bermain tenis dan berenang. Sedangkan penjara yang paling tidak enak adalah
Rumah Tahanan Militer di jalan Budi Utomo, Jakarta. Karena di sana ia
dicampur dengan tahanan kriminal yang diperlakukan jauh lebih buruk dari
dirinya.
1.4.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini mengandalkan syarat efisien.
Wawancara ini juga menimbulkan spontanitas. Hal ini terlihat dari jawaban
Mochtar Lubis yang mengatakan bahwa penjara yang paling enak adalah penjara
di Madiun. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, beberapa pertanyaan
dalam wawancara ini memakai jenis pertanyaan langsung. Dilihat dari jenis
wawancara, menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini termasuk jenis
wawancara sosok pribadi (personal interview).
I.5 Masyarakat Kita sedang Sakit
1.5.a Menurut Mochtar Lubis, penyakit pemerintahan kita yang paling parah adalah
“birokratis-it is”, biroktasi yang membengkak dan tidak berhati nurani, kurang
peka, dan kurang berorientasi pada kepentingan rakyat kecil yang tidak berdaya.
Ketika ditanya factor apa yang paling dominan sebagai penyebab penyakit itu
adalah factor hipokrisis alias kemunafikan.
1.5.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, jenis pertanyaan yang sering digunakan
adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang
menghendaki jawaban yang luas dan bebas. Hal ini ditandai dengan seringnya
penanya menanyakan pendapat Mochtar Lubis mengenai berbagai permasalahan
yang ada di Indonesia. Dilihat dari jenis wawancara, menurut buku Jurnalistik
Indonesia wawancara ini termasuk jenis wawancara sosok pribadi (personal
interview). Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, dari segi tujuan,
wawancara ini merupakan wawancara riset pendapat. Wawancara riset pendapat
(the opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk
mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan
pendapat narasumber. Wawancara ini juga mengandalkan syarat
mengembangkan logika, seperti yang ada dalam buku Jurnalistik Indonesia.
Pewawancara menggali fakta dan opini Mochtar Lubis tentang masalah-masalah
yang ada di Indonesia setelah 36 tahun merdeka.
I.6 Orang Indonesia Tak Suka Lagi Berpikir yang Berat-berat
1.6.a Mochtar Lubis mengatakan jangan sekali-kali meminta adanya menteri kesenian,
nanti penguasa mau mengatur kita semua lagi. Kalau seni nanti diatur, maka kita
akan punya seni yang tidak berjiwa.
1.6.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini mengandalkan syarat
mengembangkan logika. Pewawancara menggali fakta dan opini Mochtar Lubis
tentang masalah kebudayaan yang ada di tanah air. Selain itu, wawancara ini juga
memenuhi syarat mengandalkan persiapan dan riset awal. Hal ini tergambar dari
pertanyaan yang diberikan oleh pewawncara selalu dihubungkan dengan keadaan
yang berkembang di masyarakat. Dilihat dari jenis wawancara, menurut buku
Jurnalistik Indonesia wawancara ini termasuk jenis wawancara sosok pribadi
(personal interview). Sedangkan menurut buku Penulisan Feature, wawancara
ini termasuk jenis wawancara perseorangan. Wawancara perseorangan adalah
cara untuk mengeruk informasi guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap,
pengalaman dari seorang obyek atau narasumber. Pewawancara sering kali
mengemukakan pertanyaan terbuka dalam wawancara ini. Menurut buku
Jurnalistik Indonesia, pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang menghendaki
jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini biasanya ditandai dengan
pertanyaan yang menanyakan pendapat narasumber mengenai suatu hal.
Sedangkan, tujuan wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku
Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion research interview)
terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang
menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.
I.7 Dapat Mempengaruhi Sikap dan Pikiran serta Menggerakkan
Masyarakat
1.7.a Wawancara ini adalah wawancara Pikiran Rakyat dengan Mochtar Lubis tentang
masalah sastra. Menurut Mochtar Lubis, sebuah karya sastra dan seorang
sastrawan bisa mengubah masyarakat. Sejarah membuktikan bahwa sastra dapat
mempengaruhi sikap, pikiran, dan menggerakkan manusia atau masyarakat untuk
berbuat sesuatu. Tapi, sastra yang dapat menggerakkan orang berpikir dan
kemudian setelah berpikir berbuat sesuatu adalah sastra yang ada kaitan langsung
dengan kondisi manusia dan kondisi masyarakat. Dengan keyakinan ini Mochtar
Lubis membuat karya sastra agar dibaca oleh orang muda. Dapat dipastikan di
masa mendatang orang muda yang akan menjadi elite menggantikan yang tua-
tua. Sehingga Mochtar Lubis berharap orang muda yang membaca karya sastra
kemudian menjadi elite politik akan membawa perubahan dan penyegaran bagi
Indonesia.
1.7.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki
jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat
narasumber mengenai suatu hal. Dalam wawancara ini, pendapat yang
ditanyakan kepada Mochtar Lubis menyangkut masalah sastra. Jenis wawancara
yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah wawancara sosok
pribadi (personal interview). Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia,
wawancara ini sudah memenuhi delapan persyaratan wawancara berita.
Persyaratan yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah menimbulkan
spontanitas. Salah satu pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara membuat
Mochtar Lubis tertawa. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat.
Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion
research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa
sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.
I.8 Mochtar Lubis Berbicara tentang Dirinya dan Dunia Pendidikan
1.8.a Karya fiksi Mochtar Lubis tidak seratus persen merupakan imajinasi dirinya,
melainkan ada segi kehidupan nyata. Dalam menulis, Mochtar Lubis tidak
memiliki waktu khusus dalam menulis. Ketika ditanya tentang suksesi yang
tengah berlangsungn pada saat itu, Mochtar Lubis mengatakan bahwa diatur atau
tidak suksesi generasi tetap tak terelakkan. Generasi pengganti yang berkualitas
adalah yang mempunyai sikap mandiri, tidak membeo, dan mempunyai inisiatif.
Apapun bentuk pemimpin karbitan, dia tetap tak akan mampu menjawab
persoalan esensial yang dihadapi bangsa ini. Mochtar Lubis tidak merasa
memiliki hambatan ketika menulis. Ia menulis apa yang ia rasa harus ditulis.
Ketika ditanya tentang generasi muda pada masa itu, khususnya mahasiswa, ia
mengatakan kondisi mahasiswa sangat menyedihkan. Mereka tidak berperan
sebagaimana seharusnya mereka berperan. Menurut Mochtar Lubis, gejala
melempemnya mahasiswa atau pemuda ada kaitannya dengan mutu pendidikan
Indonesia yang memprihatinkan. Mochtar Lubis mengidamkan masyarakat yang
ideal, yaitu manusia baru yang siap menerima kemajuan teknologi.
1.8.b Dilihat dari segi tujuan, wawancara ini merupakan wawancara penegasan
kredibilitas narasumber. Menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara
penegasan kredibilitas narasumber (a well known personality interview)
dimaksudkan untuk menguji tingkat kesahihan (validitas) sebuah informasi yang
berkembang di masyarakat. Sedangkan jenis pertanyaan yang digunakan adalah
pertanyaan terbuka. Menurut buku Jurnalistik Indonesia, pertanyaan terbuka
menghendaki jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya,
menanyakan pendapat narasumber mengenai suatu hal. Jenis wawancara yang
dilakukan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi
(personal interview). Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini
sudah memenuhi delapan persyaratan wawancara berita. Persyaratan yang sangat
terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan logika. Mochtar Lubis
banyak ditanyakan tentang pendapatnya mengenai situasi terkini.
I.9 Wanita Indonesia Masih Terbelenggu
1.9.a Mochtar Lubis mengatakan bahwa sebagai laki-laki, ia sangat terpesona pada
kepribadian wanita Indonesia. Menurut Mochtar Lubis, ciri wanita Indonesia
yang paling menonjol adalah cirri kewanitaannya, yaitu kelembutan. Seorang
wanita Indonesia dididik supaya menjadi wanita–istri–ibu yang baik. Yang
mengabdi pada suami. Yang mengabdi pada keluarga. Mochtar juga mengatakan
ciri lain manusia Indonesia adalah kasih ibu dan kasih bapak. Namun sayangnya
di kota-kota besar tradisi tersebut sudah mulai rapuh. Ketika ditanya pendapat
tentang wanita pedesaan, Mochtar Lubis mengatakan bahwa ia kasihan melihat
wanita yang disuruh mengabdi kepada suami dan keluarga secara keterlaluan.
Idealnya, menurut Mochtar Lubis wanita Indonesia harus sama hak-haknya
dengan laki-laki.
1.9.b Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah
wawancara sosok pribadi (personal interview). Menurut buku Jurnalistik Praktis,
wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Wawancara pribadi adalah
wawancara untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran
Interviwee. Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan
dalam wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka
menghendaki jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya,
menanyakan pendapat narasumber mengenai suatu hal. Selain itu, wawancara ini
juga menggunakan jenis pertanyaan hipotek terbuka. Dalam buku Jurnalistik
Indonesia, pertanyaan hipotek terbuka hampir sama dengan pertanyaan terbuka.
Namun, pada pertanyaan hipotek terbuka, penanya dapat membuat pertanyaan
lebih luas dengan memberikan beberapa keterangan untuk menyesuaikan dengan
situasi wawancara. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini
mnggunakan salah satu syarat berita yaitu, mengembangkan logika. Wawancara
ini memaparkan tentang fakta serta opini Mochtar Lubis mengenai wanita
Indonesia. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku
Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion research interview)
terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang
menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.
I.10 Banyak Masalah Kebudayaan yang Perlu Dibenahi
1.10.a Wawancara ini adalah wawancara Mochtar Lubis dengan wartawan Suara
Pembaruan tentang perkembangan seni dan budaya di Indonesia. Ketika ditanya
tentang tanggung jawab Akademi Jakarta terhadap Dewan Kesenian Jakarta,
Mochtar Lubis mengatakan bahwa akademi menyusun anggota Dewan Kesenian
Jakarta yang baru. Selain itu, akademi juga member nasihat pada Dewan
Kesenian Jakarta terhadap pengembangan seni dan budaya. Ketika disinggung
tentang kegiatan kesenian di Taman Ismal Marzuki ang makin lesu, Mochtar
Lubis mengatakan kondisi TIM memang sudah harus diubah. Memancing
masyarakat dengan menguguhkan acara yang kurang bervariasi merupakan hal
yang sangat riskan. Masalah lain yang ada adalah biaya yang diberikan pada TIM
sejak dulu tak ernah naik, padahal nilai rupiah makin turun. Jika kualitas kegiatan
kesenian di TIM makin berkurang bisa dimaklumi. Perihal kongres kebudayaan,
Mochtar Lubis mengatakan ia menyambut baik adanya Kongres Kebudayaan.
Sebab, banyak masalah kebudayaan yang harus diselesaikan. Sedangkan
pandangan Mochtar Lubis terhadap jalan keluar kemelut kebudayaan adalah
dengan melaksanakan Demokrasi Pancasila secara konsekuen dan konsisten.
1.10.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki
jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat
narasumber mengenai suatu hal. Contoh dari pertanyaan ini adalah ketika
pewawancara menanyakan tentang kongres kebudayaan yang akan diadakan
tahun mendatang. Selain itu, wawancara ini juga menggunakan jenis pertanyaan
terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang diikuti dengan
arahan jawaban. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang sangat
membantu dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju dengan
pendapat atau pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Dilihat dari segi
tujuan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini merupakan
wawancara penegasan kredibilitas narasumber. wawancara ini dimaksudkan
untuk menguji tingkat kesahihan (validitas) sebuah informasi yang berkembang
di masyarakat. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, syarat berita yang
sangat terlihat dari wawancara ini adalah mempunyai tujuan yang jelas, efisien,
dan mengembangkan logika. Wawancara ini dapat memberikan informasi yang
diperlukan khalayak dengan segera. Selain itu, wawancara ini menggali fakta dan
opini Mochtar Lubis mengenai masalah kebudayaan yang perlu dibenahi. Jenis
wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah
wawancara sosok pribadi (personal interview). Sedangkan menurut buku
Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara perseorangan.
Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi guna penulisan
biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang obyek atau
narasumber.
I.11 Harus Ada Kekuatan Bersama untuk Memberantas Korupsi
1.11.a Wawancara ini adalah wawancara Mochtar Lubis dengan Suara Muhammadiyah
tentang korupsi di Indonesia. Ia mengatakan harus ada kekuatan bersama untuk
memberantas korupsi. Kekuatan bersama itu adalah dari masyarakat sendiri
bersama dengan birokrasi yang bersih, pers yang bebas dan para ulama. Menurut
Mochtar Lubispengawasan korupsi di Indonesia lemah. Sedangkan pers, jika ingin
dijadikan alat dalam pemberantasan korupsi harus bekerja sungguh-sungguh.
Harus independen, baru bias menghadapai segala tindakan korupsi. Pers harus
lebih berani menghadapi gejala-gejala korupsi. Ketika ditanya tentang hubungan
korupsi dngan budaya Mochtar Lubis mengatakan ada nilai budaya khusus yang
dominan dalam kekuasaan politik. Sikap budaya yang tidak mau konfrontasi.
Budaya keselarasan dalam diri, keselarasan antara jagad cilik dan jagad besar.
1.11.b Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah
wawancara sosok pribadi (personal interview). Menurut buku Jurnalistik Praktis,
wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Sedangkan menurut buku
Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara perseorangan.
Menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini menggunakan jenis pertanyaan
terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang sangat membantu
dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju dengan pendapat atau
pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Masih menurut buku Jurnalistik
Indonesia, wawancara ini memenuhi syarat melibatkan khalayak. Khalayak tidak
merasa asing dengan topik yang sedang dibicarakan. Tujuan dari wawancara ini
adalah untuk riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset
pendapat (the opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan
pendapat narasumber.
I.12 Pers yang Bebas Menguntungkan Pemerintah
1.12.a Berikut ini merupakan ringkasan wawancara Mochtar Lubis dengan Panji
Masyarakat sekitar masalah pers dalam rangka Hari Pers Nasional. Menurut
Mochtar Lubis pers Indonesia harus rasional, menjadi pengawal kepentingan
umum, harus punya idealisme, karena rakyat Indonesia masih dalam perjuangan
memperbaiki kehidupan sebagai manusia dan anggota masyarakat. Menurut
Mochtar Lubis sekarang pers Indonesia sudah tidak melihat idealismee lagi.
Tidak lagi punya kebranian untuk menegakkan idealism secara konsekuen.
Penyebabnya adalah adanya pematasan-pembatasan. Pers harus berani
mengemukakan tentang segala yang menjadi permasalahan masyarakat kita
secara mendalam. Bukan hanya gejala-gejalanya saja.
1.12.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki
jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat
narasumber mengenai suatu hal. Dalam wawancara ini, pendapat yang
ditanyakan kepada Mochtar Lubis menyangkut masalah pers di Indonesia. Jenis
wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah
wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku
Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam
buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk
memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Masih menurut
buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini sudah memenuhi delapan persyaratan
wawancara berita. Persyaratan yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah
mengandalkan persiapan dan riset awal. Pewawancara sangat memahami topik
yang ditanyakan. Pertanyaan yang ditanyakan selalu dihubungkan dengan issue
yang berkembang. riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia, dilihat
dari segi tujuan wawancara ini adalah Wawancara riset pendapat (the opinion
research interview).
I.13 Sastra sebagai Kritik Bangsa
1.13.a Ketika diwawancara oleh M. Nasrudin Anshoriy Ch tentang dunia kesusastraan,
Mochtar Lubis berpendapat bahwa sastra yang baik senantiasa mampu
mencerminkan watak dan mental sebuah masyarakat. Bagi Mochtar Lubis
hakikat manusia dalam dimensi kesusastraan begitu luas dan dipenuhi dengan
nilai-nilai yang begitu banyak. Sebagai manusia yang terjun ke dunia
kesusastraan kita harus senantiasa memperjuangkan kemanusiaan kita serta hak-
hak asasinya untuk tetap konsisten dengan prinsip dan sikap manusia secara
hakiki. Sebagai sastrawan, ekspresi merupakan suatu keharusan bagi Mochtar
Lubis. Ekspresi bisa muncul dalam bentuk protes sosial, bermakna kritik politik,
bias juga berupa analisis dampak lingkungan. Namun, karya sastra Mochtar
Lubis sama sekali tidak berdasarkan pertimbangan politik. Bagi Mochtar Lubis
sastra yang baik adalah sastra yang berguna bagi manusia dan berdiri sendiri.
Mochtar Lubis menegaskan bahwa satu-satunya kriteria bagi seorang sastrawan
adalah hati nuraninya sendiri. Menurut Mochtar Lubis nilai-nilai budaya yang
musti ditegakkan adalah etika baru yang berlandaskan demokrasi Pancasila
secara murni dan konsisten. Etika baru yang luas dan membebaskan. Etika baru
yang berwawasan kesadaran lingkungan. Etika baru yang mengarah pada
pengabdian kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
1.13.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki
jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat
narasumber mengenai suatu hal. Dalam wawancara ini, pendapat yang
ditanyakan kepada Mochtar Lubis mengenai sastra yang bermutu. Jenis
wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah
wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku
Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam
buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk
memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan
menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara
perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi
guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang
obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan
yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan logika.
Wawancara ini dimaksudkan untuk meggali fakta dan opini Mochtar Lubis
mengenai sastra yang bermutu. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset
pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the
opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat
narasumber.
I.14 Dari Soaal Teater, Sastra, dan Kritikus
1.14.a Berikut ini merupakan ringkasan wawancara Mochtar Lubis dengan harian
Singgalang (Padang) mengenai dunia teater, sastra, dan peranan kritikus sastra
dewasa ini. Bagi Mochtar Lubis untuk pandai mengembangkan penonton, kita
harus melakukan studi khalayak, sehingga kita dapat menyimpulkan siapa yang
merupakan potensi penonton. Ketika ditanya tentang sastra Indonesia yang masih
terpencil dan miskin, Mochtar Lubis mengatakan terpencil dalam arti bahwa
dibandingkan dengan Negara lain seperti Belanda, dan Rusia. Menurut Mochtar
Lubis pembaca sastra di Indonesia terutama generasi muda dan mahasiswa.
1.14.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki
jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat
narasumber mengenai suatu hal. Dalam wawancara ini, pendapat yang
ditanyakan kepada Mochtar Lubis mengenai dunia teater, sastra, dan peranan
kritikus sastra di Indonesia. Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku
Jurnalistik Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi (personal interview).
Sedangkan menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis
wawancara perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk
informasi guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari
seorang obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia,
persyaratan yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan
logika. Wawancara ini dimaksudkan untuk meggali fakta dan opini Mochtar
Lubis mengenai dunia teater, sastra, dan peranan kritikus sastra di Indonesia.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik
Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion research interview) terutama
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi
perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.
I.15 Seniman Harus Jadi Manusia Bebas
1.15.a Berikut ini ringkasan wawancara dengan Mochtar Lubis seputar situasi
perkembangan sastra dan kritik sastra Indonesia. Menanggapi pernyataan Sapardi
yang mengharapkan penulis yang dapat membawa pembaharuan do Horison,
Mochtar Lubis mengatakan pembaharuan yang dimaksud oleh Sapardi adalah
pembaharuan dari segi isi serta ide-ide yang terkandung dalam karya sastra dan
juga bentuk (struktur). Ketika ditanyakan tentang peranan kritikus sastra,
Mochtar Lubis mengatakan belum ada kritikus sastra yang baik di Indonesia. Hal
ini dilihat dari sering adannya polemik diantara mereka mengenai sastra
Indonesia. Masing-masing mau mempertahankan pandangannya sendiri yang
paling benar. Tetapi seorang kritikus yang pandai, mempunyai bakat besar,
mempunyai pengertian cukup baik mengenai masyarakat dan manusia, bias
melakukan pertimbangan buku yang jauh lebih menyeluruh dan jauh lebih
mengena daripada seorang ilmuan yang selalu berpegangan pada dalil-dalail
teori. Menurut Mochtar Lubis seorang pengarang tidak usah takut pada kritik.
Kalaupun ada kritik yang membantai tulisan kita, kita tidak boleh patah hati.
Malah, tidak perlu kita terima sepenuhnya. Seniman harus menjadi manusia
bebas. Sebagai seniman, anggaplah kritikus itu sebagai pembantu kita saja.
1.15.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia wawancara ini menggunakan jenis
pertanyaan hipotek terbuka. Dalam buku Jurnalistik Indonesia, pertanyaan
hipotek terbuka hampir sama dengan pertanyaan terbuka. Namun, pada
pertanyaan hipotek terbuka, penanya dapat membuat pertanyaan lebih luas
dengan memberikan beberapa keterangan untuk menyesuaikan dengan situasi
wawancara. Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik
Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga
menurut buku Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara
pribadi. Dalam buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara
untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Masih
menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan yang sangat terlihat dari
wawancara ini adalah mengembangkan logika. Wawancara ini dimaksudkan
untuk meggali fakta dan opini Mochtar Lubis seputar perkembangan sastra.
Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik
Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion research interview) terutama
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi
perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.
I.16 Pers Indonesia di Mata Mochtar Lubis
1.16.a Berikut ini adalah pandangan Mochtar Lubis mengenai kehidupan pers Indonesia
saat ini, yang dikaitkan dengan hangatnya Perang Teluk. Menurut Mochtar Lubis
kecenderungan pers Indonesia dalam perang teluk sangat tidak memuaskan. Pers
Indonesia masih ada yang berpihak pada yang berperang, yaitu pro Amerika atau
Irak. Padahal seharusnya para wartawan berpihak pada kebenaran. Menurut
Mochtar Lubis selama ini kebebasan pers dirasa belum cukup. Seharusnya pers
bertanggung jawab kepada hukum dan undang-undang negara, bukan kepada
pemerintah. Jika pers Indonesia, sebagai kontrol sosial mau maju, aturan
permainannya harus diperbaiki. Yang dianggap pelanggaran pers harus
diserahkan ke pengadilan, dan hakim yang memutuskan. Dan pembaca yang arif
yang banyak membaca laporan dari berbagai media massa pasti dapat
membandingkan objektivitas berita.
1.16.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini menggunakan jenis
pertanyaan terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang diikuti
dengan arahan jawaban. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang
sangat membantu dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju
dengan pendapat atau pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Jenis
wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah
wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku
Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam
buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk
memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan
menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara
perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi
guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang
obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan
yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan logika.
Wawancara ini dimaksudkan untuk menggali fakta dan opini Mochtar Lubis
seputar pers Indonesia. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat.
Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion
research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa
sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.
I.17 Kepala batu
1.17.a Berikut ini sebagian dari kehidupan Mochtar Lubis yang diungkapkan
berdasarkan wawancara Mochtar Lubis dengan Antyo Rentjoko dan Este Hadi
dari Jakarta Jakarta. Saat wawancara ini berlangsung Mochtar Lubis sedang
menulis roman sejarah bangsa Indonesia dan beberapa cerpen yang memaksanya
mencari banyak literatur tentang Indonesia. Sebagian besar literature tersebut ia
temukan di Belanda. Menurut Mochtar Lubis, Sejarah Indonesia yang ditulis
objektif hanyalah yang prakolonial. Mochtar Lubis mengatakan bahwa ia
mengagumi Mahatma Gandhi. Ia kagum dengan kesederhanaan Gandhi, juga
konsistensinya dalam menjalankan apa yang pernah diucapkannya. Mochtar
Lubis juga banyak membaca buku-buku karya Gandhi. Mengenai dunia sastra
Indonesia saat ini, Mochtar Lubis mangatakan bahwa selama 16 tahun terakhir
ini belum ada satu karya yang bisa menggoncangkan kita. Menurutnya kalau
sastra tidak bisa menggambarkan situasi sosial dan kemanusiaan sekelilingnya,
hanya akan menjadi sebuah sastra fantasia. Ia berharap mereka yang menulis
selalu bersedia mendalami permasalahan yang kita hadapi sebagai manusia dan
anggota masyarakat. Karya sastra yang ia anggap ideal adalah karya Ramadhan
K.H., Achdiyat Kartamihardja juga sajak-sajak W.S Rendra, Asrul Sani, Taufiq
Ismail, dan Sutardji. Menurut Moctar Lubis, lembaga-lembaga bahasa yang ada
terlalu dikuasai dan dipimpin oleh orang-orang yang terlalu berteori bahasa. Ia
mengatakan terjadi kemunduran pada kualitas Jurnalistik. Ketika ditanya tentang
alasannya selalu menentang rencana pembangunan PLTN, ia mengatakan
menurutnya teknologi PLTN masih merupakan teknologi yang belum aman.
Selain itu, belum ada pemecahan terhadap masalah sampah nuklir. Mochtar
Lubis juga menceritakan tentang pengalamannya selama dipenjara, ia
mengatakan selama ia dipenjara ia mendapat pelajaran dari seorang tahanan
serdadu jepang untuk membunuh orang hanya dengan tangan kosong, ia juga
diajari ilmu copet oleh seorang pemuda solo. Selain itu Mochtar Lubis juga
menceritakan tentang pengalamannya sewaktu bersekolah di Kayutaman, ia
berkata bahwa disana guru-gurunya adalah orang-orang nasionalis yang
berpendidikan tinggi Belanda. Disana diajarkan sejarah yang lain dari sejarah di
sekolah-sekolah Belanda. Setiap hari Sabtu dan Minggu ia habiskan untuk hobi
menulis, melukis atau berkebun. Yang paling membuatnya marah atau kesal
adalah apabila melihat orang lain didera dan disakiti didepan matanya.
1.17.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki
jawaban yang luas dan bebas. Selain itu juga terdapat beberapa pertanyaan
tertutup. Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang membatasi ruang gerak
penjawab. Jenis wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik
Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga
menurut buku Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara
pribadi. Dalam buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara
untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan
menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara
perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi
guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang
obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan
wawancara berita yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah
menyenangakan. Proses wawancara dilakukan bebas dari tekanan yang
merupakan ciri dari interogasi. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset
pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the
opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat
narasumber.
I.18 Jangan Berambisi Jadi Presiden
1.18.a Berikut ini adalah wawancara Moctar Lubis mengenai berbagai masalah.
Mochtar Lubis saat ini sedang menulis lima seri buku roman. Ia ingin melukiskan
apa yang terjadi pada manusia Indonesia sejak sebelum perang Eropa masuk ke
Asia Tenggara kemudian disusul orang Portugis, Belanda, Jepang, perang
kemerdekaan kita, sampai sekarang. Mochtar Lubis sangat peduli dengan
masalah kemanusiaan, dan itu yang ia perjuangkan. Menurut ochtar Lubis, pers
punya kewajiban untuk membangunkan kesadaran ke arah masa depan. Sebagai
orang Indonesia, ia merasa berkewajiban berada di Indonesia dan melakukan apa
yang bias ia lakukan. Minimal ia berharap bisa sumbangkan pikiran. Mochtar
Lubis berkata bahwa ia adalah seorang yang demokratis. Setiap minggu ada rapat
redaksi. Semua wartawan boleh mengkritik dirinya. Prinsip hidup Mochtar Lubis
selama ini adalah jangan merasa dengki kepada teman-teman yang sukses. Ketika
berbicara tentang Marxisme dan Sosialisme, ia mengatakan kurang setuju dengan
paham tersebut. Satu-satunya yang ia hargai adalah bahwa ada kelas masyarakat
miskin yang harus diperbaiki. Mochtar Lubis juga menceritakan tentang
kekagumannya terhadap Mahatma Gandhi. Ia berkata bahwa tak ada yang ia
sesali dalam hidup, tetapi belum merasa puas dengan apa yang ia kerjakan,
karena belum semuanya tercapai. Masih banyak yang harus diperjuangkan di
tanah air kita. Orang Indonesia banyak yang menjadi kuli orang asing di
tanahnya sendiri. Belum menjadi tuan dirumahnya sendiri. Sering kali
kepentingan rakyat dinomorduakan demi kepentingan penanam modal. Mochtar
Lubis tidak setuju jika manusia yang dikorbankan. Ia tidak lelah dan bosan
memperjuangkan hal semacam ini dan tidak akan berhenti sampai sampai napas
terakhir. Ia menyatakan jika semua orang tidak rakus, ia yakin bisa tercapai
kesejahteraan untuk masyarakat banyak.
1.18.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia jenis pertanyaan yang digunakan dalam
wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan terbuka menghendaki
jawaban yang luas dan bebas. Pertanyaan ini umumnya, menanyakan pendapat
narasumber mengenai suatu hal. Selain itu, wawancara ini juga menggunakan
jenis pertanyaan langsung. Pertanyaan langsung dimaksudkan untuknpertanyaan
yang menghendaki jawaban singkat. Jenis wawancara yang digunakan, menurut
buku Jurnalistik Indonesia, adalah wawancara sosok pribadi (personal
interview). Begitu juga menurut buku Jurnalistik Praktis, wawancara ini
termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam buku Jurnalistik Praktis, wawancara
pribadi adalah wawancara untuk memperoleh data tentang diri pribadi dan
pemikiran Interviwee. Sedangkan menurut buku Penulisan Feature, wawancara
ini termasuk jenis wawancara perseorangan. Wawancara perseorangan adalah
cara untuk mengeruk informasi guna penulisan biografi, profil, pandangan,
sikap, pengalaman dari seorang obyek atau narasumber. Masih menurut buku
Jurnalistik Indonesia, persyaratan yang sangat terlihat dari wawancara ini
adalah mengembangkan logika. Wawancara ini dimaksudkan untuk meggali
fakta dan opini Mochtar Lubis mengenai berbagai masalah. Tujuan dari
wawancara ini adalah untuk riset pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia
Wawancara riset pendapat (the opinion research interview) terutama dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui apa sebenarnya yang sedang menjadi
perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.
I.19 Ketiga Kontestan Tidaak Menarik
1.19.a Berikut ini adalah wawancara Mochtar Lubis tentang berbagai masalah yang
sedang aktual. Wawancara ini terjadi ketika Mochtar Lubis baru pulang dari luar
negeri. Menutut Mochtar Lubis, pelajaran yang paling berharga yang ia dapat
adalah tentang berhembusnya angin kebebasan manusia. Kembalinya Hak Asasi
Manusia pada posisi yang sebenarnya. Karena selama ini hak asasi manusia
menghadapi masalah. Sebuah negara yang merdeka tak berarti rakyatnya ikut
merdeka, sejak puluhan tahun lalu. Mochtar Lubis juga menceritakan pengaruh
ayah terhadap dirinya, ayahnya keras, sangat disiplin. Ia melarang Mochtar Lubis
bekerja dengan pemerintah Belanda. Ia menyuruh anak-anaknya bekerja di
bidang apa saja, asal cinta dengan pekerjaannya. Menurut Mochtar Lubis prospek
yayasan obor sebagai lembaga penerbitan sebenarnya bagus, tapi masih ada
hambatan. Salah satu hambatannya dalah pajak. Segala penerbitan buku harus
menggunakan pajak. Ketika pembicaraan beralih ke hobi, Mochtar mengatakan
ia memiliki hobi tenis, kungfu, berkebun dan melukis.
1.19.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini menggunakan jenis
pertanyaan terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang diikuti
dengan arahan jawaban. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang
sangat membantu dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju
dengan pendapat atau pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Jenis
wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah
wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku
Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam
buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk
memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan
menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara
perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi
guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang
obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan
wawancara berita yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah
menyenangakan. Proses wawancara dilakukan bebas dari tekanan yang
merupakan ciri dari interogasi. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset
pendapat. Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the
opinion research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apa sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat
narasumber.
I.20 Ibnu Sutowo Harus Mau Jadi Saksi
1.20.a Berikut ini wawancara Mochtar Lubis berkaitan dengan kasus sengketa harta
karun pertamina dengan nyomya Kartika Thahir di pengadilan Singapura.
Mochtar Lubis berkata bahwa ia mengikuti berita-berita persidangan harta
almarhum Haji Thahir itu. Namun ia heran, mengapa tidak dari dulu kasus ini
dibawa ke pengadilan. Ia menilai apa yang dilakukan pemerintah sudah
terlambat, terlambat dua pulub tahun. Mochtar Lubis juga mengatakan bahwa
komisi adalah bagian yang diterima pegawai, baik negri maupun swasta dari
supplier. Komisi tak pantas diambil oleh pegawai, karena sudah digaji.
Seharusnya kalau ada komisi harus dikembalikan kepada negara. Jadi komisi
sama dengan korupsi, dan sepertinya korupsi sudah membudaya hal itu sama
dengan fasilitas. Menurutnya korupsi harus dihapus mulai dari yang paling atas.
Birokrasi yang paling atas yang harus memberikan contoh. Dan harus dimulai
dari pemberian gaji yang layak, disamping itu atasan harus memberi contoh yang
betul. Mochtar Lubis menyatakan kini kontrol masyarakat terhadap korupsi
sudah lesu dan ia hampir tidak pernah melihat pers kita mengkritik korupsi.
Mungkin pers menganggap sudah tidak ada lagi korupsi, atau sudah menjadi
budaya.
1.20.b Menurut buku Jurnalistik Indonesia, wawancara ini menggunakan jenis
pertanyaan terpimpin. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang diikuti
dengan arahan jawaban. Pertanyaan terpimpin merupakan pertanyaan yang
sangat membantu dalam mengetahui sampai sejauh mana penjawab setuju
dengan pendapat atau pandangan penanya yang diajukan sebelumnya. Jenis
wawancara yang digunakan, menurut buku Jurnalistik Indonesia, adalah
wawancara sosok pribadi (personal interview). Begitu juga menurut buku
Jurnalistik Praktis, wawancara ini termasuk jenis wawancara pribadi. Dalam
buku Jurnalistik Praktis, wawancara pribadi adalah wawancara untuk
memperoleh data tentang diri pribadi dan pemikiran Interviwee. Sedangkan
menurut buku Penulisan Feature, wawancara ini termasuk jenis wawancara
perseorangan. Wawancara perseorangan adalah cara untuk mengeruk informasi
guna penulisan biografi, profil, pandangan, sikap, pengalaman dari seorang
obyek atau narasumber. Masih menurut buku Jurnalistik Indonesia, persyaratan
yang sangat terlihat dari wawancara ini adalah mengembangkan logika.
Wawancara ini dimaksudkan untuk menggali fakta dan opini Mochtar Lubis
seputar pers Indonesia. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk riset pendapat.
Menurut buku Jurnalistik Indonesia Wawancara riset pendapat (the opinion
research interview) terutama dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apa
sebenarnya yang sedang menjadi perhatian, pemikiran, dan pendapat narasumber.
II. Pertanyaan
Apakah pada masa sekarang ini masih ada Dewan Kesenian Jakarta?
Mengapa Indonesia Raya ditutup tahun 1974?
Apakah pada masa sekarang ini sudah ada kritikus sastra yang baik menurut ukuran
Mochtar Lubis?
Apakah pers sekarang sudah dapat dikatakan pers yang bebas?
Berapa kali Mochtar Lubis dipenjara?