analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian diare …

12
Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No. 1 Des 2018 – Mei 2019 57 ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE BALITA DI KELURAHAN KARYAJAYA KOTA PALEMBANG Rizcita Prilia Melvani 1 , Hilda Zulkifli 2 , Muhammad Faizal 3 1,2,3 Departemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan, Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya Email: [email protected] 1 , [email protected] 2 , [email protected] 3 ABSTRACT Diarrhea is a main problems in developing countries, and it was infected to toddlers including in Indonesia. Based on data of Palembang Health Department, Karya Jaya Village as the most toddlers infected by diarrhea. The objectives of this research, in order to analyse relationship between environmental sanitation facilities and mother’s habits towards the diarrhea impacts in Karya Jaya Village Palembang City. This research was conducted in August 2018. The population of this research is all the mothers who have toddlers in Karya Jaya Village, and has taken samples for 60 respondents by using proportional random sampling. This research using quantitative method in which using cross sectional design. Instruments of collecting data using observations, questionnaires, interviews, and multiple logistic regression data analysis. The results showed that there was a relationship between maternal education (p = 0.012), exclusive breastfeeding (p = 0.009), food and beverage sanitation hygiene (p = 0,000), to the incidence of toddler diarrhea. Keywords: Sanitation Hygiene, Maternal Education, Toddler Diarrhea, Karyajaya Village PENDAHULUAN Penyakit diare menjadi permasalahan utama di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Selain sebagai penyebab kematian, diare juga menjadi penyebab utama gizi kurang yang bisa menimbulkan kematian serta dapat menimbulkan kejadian luar biasa. Beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare disebabkan oleh bakteri melalui kontaminasi makanan dan minuman yang tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan penderita (Nugraheni, 2014). Selain itu, faktor yang paling dominan berkontribusi dalam penyakit diare adalah air, higiene sanitasi, jamban keluarga, dan air (Mulyani, 2015). Jarak sumber air minum, ketersediaan dan kepemilikan jamban menjadi faktor risiko penyebab diare. Diare berhubungan dengan sanitasi yang tidak memadai dan pola higiene yang buruk (Astuti, 2015). Anak adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

22 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No. 1 Des 2018 – Mei 2019 57

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE

BALITA DI KELURAHAN KARYAJAYA KOTA PALEMBANG

Rizcita Prilia Melvani1, Hilda Zulkifli2, Muhammad Faizal3 1,2,3Departemen Keselamatan Kesehatan Kerja dan Kesehatan Lingkungan,

Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

Email: [email protected], [email protected],

[email protected]

ABSTRACT

Diarrhea is a main problems in developing countries, and it was infected to

toddlers including in Indonesia. Based on data of Palembang Health Department,

Karya Jaya Village as the most toddlers infected by diarrhea. The objectives of this

research, in order to analyse relationship between environmental sanitation facilities

and mother’s habits towards the diarrhea impacts in Karya Jaya Village Palembang

City. This research was conducted in August 2018. The population of this research is all

the mothers who have toddlers in Karya Jaya Village, and has taken samples for 60

respondents by using proportional random sampling. This research using quantitative

method in which using cross sectional design. Instruments of collecting data using

observations, questionnaires, interviews, and multiple logistic regression data analysis.

The results showed that there was a relationship between maternal education (p =

0.012), exclusive breastfeeding (p = 0.009), food and beverage sanitation hygiene (p =

0,000), to the incidence of toddler diarrhea.

Keywords: Sanitation Hygiene, Maternal Education, Toddler Diarrhea, Karyajaya

Village

PENDAHULUAN

Penyakit diare menjadi

permasalahan utama di negara-negara

berkembang termasuk di Indonesia.

Selain sebagai penyebab kematian,

diare juga menjadi penyebab utama gizi

kurang yang bisa menimbulkan

kematian serta dapat menimbulkan

kejadian luar biasa. Beberapa faktor

yang menjadi penyebab timbulnya

penyakit diare disebabkan oleh bakteri

melalui kontaminasi makanan dan

minuman yang tercemar tinja dan atau

kontak langsung dengan penderita

(Nugraheni, 2014).

Selain itu, faktor yang paling

dominan berkontribusi dalam penyakit

diare adalah air, higiene sanitasi,

jamban keluarga, dan air (Mulyani,

2015). Jarak sumber air minum,

ketersediaan dan kepemilikan jamban

menjadi faktor risiko penyebab diare.

Diare berhubungan dengan sanitasi

yang tidak memadai dan pola higiene

yang buruk (Astuti, 2015).

Anak adalah investasi bangsa

karena mereka adalah generasi penerus

Page 2: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

58

bangsa. Kualitas bangsa di masa depan

ditentukan oleh kualitas anak-anak saat

ini. Gangguan kesehatan yang terjadi

pada masa anak-anak dapat

mempengaruhi proses tumbuh kembang

anak, khususnya jika gangguan tersebut

terjadi pada saluran pencernaan yang

mempunyai peranan penting dalam

penyerapan nutrisi yang diperlukan

untuk menunjang tumbuh kembang

anak. Salah satu gangguan pada saluran

pencernaan yang sering terjadi pada

anak balita adalah diare.

Penelitian yang dilakukan oleh

Ferllando (2014) di Puskesmas

Mangkang Kota Semarang mengenai

faktor risiko penyebab diare ditemukan

bahwa faktor lingkungan terkait

perilaku hidup masyarakat yang kurang

baik dan kondisi lingkungan yang buruk

menjadi penyebab seseorang mudah

terserang penyakit diare. Seiring dengan

hal ini, penelitian yang dilakukan oleh

Nurpauji (2015) di Puskesmas Lamper

Tengah Semarang mengenai sanitasi

lingkungan terkait penyakit diare pada

balita, ditemukan bahwa jenis sumber

air untuk minum dan perilaku ibu dalam

mengelola makanan dan minuman dapat

berpengaruh terhadap tingginya angka

diare pada balita.

Penggunaan air harus memenuhi

persyaratan fisik, kimia dan biologis.

Kualitas air secara bakteriologis tidak

boleh mengandung bakteri (Kemenkes

RI, 2015). Indikator mikroorganisme

pada air adalah bakteri coliform yang

umumnya ditemui pada usus manusia

dan hewan (Viessman and Hammer,

2005).

Beberapa sarana air yang biasa

digunakan dalam memperoleh air antara

lain Penampungan Air Hujan (PAH),

Perlindungan Mata Air (PMA), sumur

gali dan PDAM. Air dari sumber dapat

tercemar oleh berbagai aktifitas manusia

diantaranya cemaran dari septictank,

saluran limbah dan pembuangan

sampah (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh

Carrel (2011) di Bangladesh ditemukan

bahwa sarana air bersih memiliki

hubungan dengan kejadian diare,

dimana penyimpanan air dengan cara

yang tidak benar dapat menyebabkan air

terkontaminasi mikroba yang dapat

menyebabkan diare dan pasokan air

yang kurang juga menjadi penyebab

diare, sebab penggunaan air menjadi

terbatas. Penelitian lainnya yang

dilakukan oleh Gallas (2007) di

Meksiko dilaporkan bahwa

Page 3: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No. 1 Des 2018 – Mei 2019 59

mikroorganisme patogen penyebab

diare adalah bakteri coliform dan E.coli,

dimana kasus diare meningkat pada

musim libur karena peningkatan

paparan dari lingkungan dan

kontaminasi makanan.

Secara global setiap tahunnya ada

sekitar 2 miliar kasus diare dengan

angka kematian 1,5 juta per tahun.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2015, terjadi 18 kali KLB diare

yang tersebar di 11 provinsi, 18

kabupaten/kota, dengan jumlah

penderita 1.213 orang dan kematian 30

orang (CFR 2,47%). Angka kesakitan

nasional hasil Survei Morbiditas Diare

tahun 2015 yaitu sebesar 214/1.000

penduduk. Maka diperkirakan jumlah

penderita diare di fasilitas kesehatan

sebanyak 5.097.247 orang, sedangkan

jumlah penderita diare yang dilaporkan

ditangani di fasilitas kesehatan

sebanyak 4.017.861 orang atau 74,33%

(dengan target 100%) (Kemenkes RI,

2015). Sedangkan tahun 2016, perkiraan

diare di fasilitas kesehatan meningkat

sebanyak 6.897.463 orang dan diare

yang ditangani di fasilitas kesehatan

sebanyak 2.544.084 orang atau 36,9%

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Selain itu, penyakit diare sering

menyerang bayi dan balita, bila tidak

diatasi lebih lanjut diare akan

menyebabkan dehidrasi yang

mengakibatkan kematian. Diare menjadi

pembunuh nomor satu penyebab

kematian berdasarkan umur pada anak

balita atau kelompok umur 7-59 bulan

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Menurut Profil Kesehatan Kota

Palembang tahun 2015, diketahui

bahwa sepuluh penyakit terbanyak pada

kunjungan rawat jalan puskesmas Kota

Palembang didominasi penyakit infeksi

dan penyakit menular. Dari data kasus

diare, adanya peningkatan cakupan

penemuan diare dari tahun 2011

(76,19%), 2012 (94,27%), 2013

(150,54%), 2014 (155,72%), tetapi pada

tahun 2015 cakupan penemuan diare

sedikit menurun yaitu 110,53% (Dinas

Kesehatan Kota Palembang, 2015). Dan

kembali meningkat pada tahun 2016

sebesar 114,48% atau 38.721 kasus

diare dimana 57,2% terjadi pada balita

(Dinas Kesehatan Kota Palembang,

2016).

Di Kecamatan Kertapati, jumlah

kasus diare yang dilaporkan dari

puskesmas pada tahun 2016 yaitu

sebanyak 811 kasus dengan angka

insiden pada balita sebanyak 704 kasus

(57,7%). Dari tiga kelurahan yang ada

di Kecamatan Kertapati, Kelurahan

Page 4: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

60

Karya Jaya merupakan kelurahan yang

paling padat pemukimannya dan paling

banyak penduduknya dibandingkan

dengan Kelurahan Keramasan dan

Kertapati. Selain itu, masyarakat

Kelurahan Karya Jaya memiliki

cakupan rumah yang memenuhi syarat

rumah sehat baru mencapai 30,50%,

akses sanitasi layak di Kelurahan Karya

Jaya baru mencapai 43,71% dan akses

air minum layak baru mencapai 21,02%

(Puskesmas Karya Jaya, 2016).

Dengan memperhatikan data-data

tersebut, maka dilakukan penelitian

mengenai hubungan sarana sanitasi

lingkungan dan perilaku ibu terhadap

kejadian diare pada balita di Kelurahan

Karya Jaya Kota Palembang.

METODE PENELITIAN

Desain dan Sampel

Penelitian yang akan dilakukan

menggunakan metode kuantitatif,

dengan desain studi cross sectional.

Rancangan survey cross sectional

adalah suatu penelitian untuk

mempelajari dinamika kolerasi antara

faktor-faktor dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi, atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat (point time approach).

Besar sampel dihitung dengan

menggunakan rumus besar sampel

desain cross sectional menggunakan

rumus Lemeshow, yaitu :

n

n = 27,2

Jadi jumlah sampel yang

didapatkan adalah 27,2 dikalikan 2

menjadi 54,4 sampel.

Keterangan :

n : Jumlah Sampel

Z1-α/2 : Derivat baku alpha 5% = 1,96

Z1-β : Derivat baku beta kekuatan uji

95% = 1,64

P : Rata-rata proporsi ((P1 + P2)

:2 = 0,3)

P1 : Proporsi hubungan kondisi

sanitasi lingkungan yang tidak

memenuhi syarat terhadap

kejadian diare balita 50% (0,5)

(Kamila, 2013).

P2 : Proporsi hubungan kondisi

sanitasi lingkungan yang

memenuhi syarat terhadap

kejadian diare balita 10% (0,1)

(Kamila, 2013).

Dari rumus di atas didapatkan

sampel sebanyak 54,4 sampel, untuk

menghindari drop out dan missing data

maka akan dilakukan penambahan 10%.

Penggunaan drop out adalah untuk

mengantisipasi apabila terdapat data

sampel yang tidak sesuai atau tidak

terisi yang menyebabkan data sampel

dibuang, sehingga besar sampel menjadi

59,8 dibulatkan menjadi 60 sampel.

Page 5: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No. 1 Des 2018 – Mei 2019 61

Prosedur Penelitian

Pengumpulan data variabel bebas

dan terikat dengan menggunakan

kuesioner dan pengujian laboratorium.

Kuesioner terdiri atas biodata responden

terkait pendidikan ibu, pemberian ASI

Eksklusif, higiene sanitasi makanan dan

minuman, dan kejadian diare balita.

Kuesioner yang dibuat terlebih dahulu

divalidasi dan harus reliabel sebelum

dilakukan penelitian.

Analisis Data

Data dianalisis dan

diinterpretasikan untuk menguji

hipotesis yang diajukan dengan

menggunakan program komputer

univariat, bivariat dan multivariat.

Analisis univariat untuk memperoleh

gambaran masing-masing variabel

independen dan variabel dependen.

Data yang disajikan dalam bentuk tabel

frekuensi untuk mendapatkan gambaran

responden menurut karakteristik dalam

bentuk analisa univariat.

Analisis bivariat dalam penelitian

ini adalah menganalisis silang dua

variabel yaitu variabel independen

dengan variabel dependen. Analisis ini

dilakukan untuk melihat kemaknaan

hubungan independen dengan dependen

dengan menggunakan Uji Chi Square

(X2) dengan menggunakan α = 0,05 dan

95% Confidence Interval/CI (logika

dasar kepercayaan). Dasar pengambilan

keputusan penerimaan hipotesis

berdasarkan tingkat signifikan (nilai α)

sebesar 95%.

Analisis multivariate regresi

logistik ganda merupakan pendekatan

analisis statistik melalui model

matematik yang digunakan untuk

menjelaskan hubungan antara beberapa

variabel independen dan variabel

dependen yang biner (binary variable).

Model regresi logistik untuk

menghitung nilai OR (Odds Ratio) yang

merupakan perhitungan RR yang

indirect. Analisis regresi logistik ganda

digunakan untuk mengetahui variabel

yang dianggap terbaik untuk

memprediksi variabel dependen.

Tabel 1 Distribusi Frekuensi

Karakteristik Masyarakat

No Variabel n %

1. Tingkat Pendidikan

Ibu

Rendah

Tinggi

45

15

75

25

2. Pemberian ASI

Eksklusif

Tidak ASI Eksklusif

ASI Eksklusif

38

22

63,3

36,7

3. Higiene Sanitasi

Makanan dan

Minuman

Buruk

Baik

42

18

70

30

4 Kejadian Diare Balita

Diare

Tidak Diare

47

13

78,3

21,7

Jumlah 60 100%

Page 6: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

62

Analisis Bivariat

Tabel 2 Hubungan Pendidikan Ibu Dengan Kejadian Diare Balita

Pendidikan

Ibu

Keadian Diare Balita Total

N

% p-

value PR (95% CI) Diare

Tidak

Diare

n % n %

Rendah 39 86,7 6 13,3 45 100 0,012

1,625

(0,998-2,645) Tinggi 8 53,3 7 46,7 15 100

Menunjukkan jumlah responden

ibu yang memiliki pendidikan rendah

dan adanya kejadian diare balita adalah

86,7% sedangkan responden ibu yang

memiliki pendidikan tinggi dan adanya

kejadian diare balita adalah 53,3%.

Terdapat perbedaan dengan p value =

0,012 (𝛼= 0,05). Hasil statistik

menunjukkan bahwa variabel

pendidikan ibu memiliki hubungan

untuk mempengaruhi kejadian diare

balita. Hasil analisis juga diperoleh nilai

PR= 1,625 (95% CI: 0,998-2,645) yang

artinya prevalensi ibu yang

berpendidikan rendah untuk terjadinya

diare pada balita sebesar 1,625 kali

dibandingkan dengan ibu yang

berpendidikan tinggi untuk terjadinya

diare pada balita.

Menurut Notoatmodjo (2008),

tingkat pendidikan seseorang dapat

meningkatkan pengetahuannya tentang

kesehatan. Salah satu faktor yang

mempengaruhi pengetahuan seseorang

adalah tingkat pendidikan. Pendidikan

akan memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku

positif yang meningkat. Menurut

Nurpaudji (2015), orang yang memiliki

tingkat pendidikan lebih tinggi lebih

berorientasi pada tindakan preventif,

mengetahui lebih banyak tentang

masalah kesehatan dan memiliki status

kesehatan yang lebih baik.

Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh

Linda (2017), tentang hubungan tingkat

pendidikan ibu dengan kejadian diare

balita. Dari hasil penelitian yang telah

dilakukan diperoleh hasil bahwa ada

hubungan yang signifikan dengan

tingkat korelasi kuat antara tingkat

pendidikan ibu dengan perilaku

pencegahan diare pada balita, semakin

tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki

semakin baik pula perilaku pencegahan

diare.

Page 7: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No. 1 Des 2018 – Mei 2019 63

Tabel 3 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Diare Balita

ASI

Eksklusif

Keadian Diare Balita

N %

p-

value PR (95% CI) Diare Tidak Diare

n % n %

Tidak ASI

Eksklusif

3

4

89,

5 4 10,5 38 100

0,009 1,514

(1,052-2,180) ASI

Eksklusif

1

3

59,

1 9 40,9 22 100

Menunjukkan jumlah balita yang

tidak mendapatkan ASI Eksklusif dan

adanya kejadian diare adalah 89,5%

sedangkan balita yang mendapatkan

ASI Eksklusif dan adanya kejadian

diare adalah 59,1%. Terdapat perbedaan

dengan p value = 0,009 (𝛼= 0,05). Hasil

statistik menunjukkan bahwa variabel

pemberian ASI Eksklusif memiliki

hubungan untuk mempengaruhi

kejadian diare balita. Hasil analisis juga

diperoleh nilai PR= 1,514 (95% CI:

1,052-2,180) yang artinya prevalensi

balita yang tidak ASI Eksklusif untuk

terjadinya diare sebesar 1,514 kali

dibandingkan dengan balita yang ASI

Eksklusif untuk terjadinya diare.

Pola pemberian ASI merupakan

kebiasaan ibu menyusui berdasarkan

banyaknya seorang ibu menyusui

anaknya. Menyusui merupakan suatu

proses alamiah yang sangat diperlukan

oleh seorang anak karena air susu ibu

merupakan cairan hidup yang

mengandung zat protektif guna

meningkatkan kekebalan tubuh yang

akan melindungi anak dari berbagai

infeksi bakteri, virus, parasit, dan jamur

sehingga anak yang disusui oleh ibunya

secara penuh selama enak bulan (ASI

Eksklusif) lebih sehat dan lebih jarang

sakit dibandingkan dengan anak yang

tidak mendapatkan ASI Eksklusif. ASI

Eksklusif adalah perilaku ibu menyusui

bayinya sejak dini setelah persalinan

baik secara langsung maupun diperah

tanpa terjadwal, tidak diberi makanan

atau minuman lain kecuali obat atau

vitamin hingga bayi berusia 6 bulan

(Listiono, 2010).

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Apriyanti

(2009) menjelaskan adanya hubungan

yang signifikan antara pemberian ASI

Eksklusif dengan kejadian diare.

Penelitian yang dilakukan oleh Henny

(2014) juga menunjukkan bahwa

pemberian ASI Eksklusif berpengaruh

terhadap kejadian diare. Penelitian yang

dilakukan oleh Arifeen (2008) di Kota

Dhaka Bangladesh menunjukkan bahwa

bayi yang tidak memperoleh ASI

Page 8: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

64

Eksklusif berhubungan dengan

kematian akibat diare dengan resiko

3,94 kali lebih besar dibandingkan

dengan bayi yang memperoleh ASI

Eksklusif.

Tabel 4 Hubungan Higiene Sanitasi Makanan dan Minuman dengan Kejadian

Diare Balita

Higiene

Sanitasi

Makanan

dan

Minuman

Keadian Diare Balita Total

N

%

p-

valu

e

PR (95% CI) Diare Tidak Diare

n % n %

Buruk 40 95,2 2 4,8 42 100 0,00

2,449

(1,367-4,387) Baik 7 38,9 11 61,1 18 100

Menunjukkan higiene sanitasi

makanan dan minuman buruk dengan

adanya kejadian diare adalah 95,2%,

sedangkan higiene sanitasi makanan dan

minuman baik dengan adanya kejadian

diare adalah 38,9%. Terdapat perbedaan

dengan p value = 0,000 (𝛼= 0,05). Hasil

statistik menunjukkan bahwa variabel

higiene sanitasi makanan dan minuman

memiliki hubungan untuk

mempengaruhi kejadian diare balita.

Hasil analisis juga diperoleh nilai PR=

2,449 (95% CI: 1,367-4,387) yang

artinya prevalensi higiene sanitasi

makanan dan minuman buruk untuk

terjadinya diare sebesar 2,449 kali

dibandingkan dengan higiene sanitasi

makanan dan minuman baik untuk

terjadinya diare.

Higiene sanitasi makanan dan

minuman penting dilakukan untuk

mencegah terjadinya kontaminasi yang

dapat menimbulkan gangguan keehatan.

Bakteri adalah zat pencemar yang

terdapat pada makanan. Penularan dari

agen patogen dapat terjadi melalui

proses penanganan makanan minuman

meliputi peralatan, proses pencucian,

penyimpanan dan penyajian makanan.

Air harus dimasak sampai mendidih

sehingga mikroba patogen mati.

Makanan dimasak menggunakan panas

yang cukup sehingga matang dengan

sempurna sampai ke bagian dalamnya.

Suhu yang berbahaya adalah 10 – 60

derajat celcius, karena dapat

menyuburkan pertumbuhan

mikroorganisme. Pemasakan yang tidak

sempurna dapat menimbulkan penyakit.

Pemanasan ulang harus dilakukan

sempurna sehingga bagian dalam dari

masakan mecapai titik didih dan biarkan

selama 2 menit setelah mendidih

(Kementerian Kesehatan RI, 2010).

Rendahnya pendidikan dan

ketidakperdulian mengakibatkan

Page 9: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No. 1 Des 2018 – Mei 2019 65

kesalahan dalam penanganan dan

menyiapkan makanan dan minuman.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Hidayanti (2012), menyebutkan bahwa

adanya hubungan antara higiene sanitasi

makanan dan minuman terhadap

tingginya anga diare. Peralatan yang

digunakan untuk bahan makanan

dengan makanan jadi sebaiknya dipisah

untuk menghindari kontaminasi silang.

Tempat pengolahan makanan sebaiknya

di meja yang bebas dari kotoran dan

bukan dilantai, penanganan makanan di

tanah atau lantai dapat terkontaminasi

oleh kotoran atau debu dan mikroba

pathogen sehingga makanan tercemar.

Analisis Multivariat

Seleksi Bivariat

Tahap awal seleksi bivariat yaitu

pemilihan kandidiat multivariat yang

meliputi pendidikan ibu, pemberian ASI

Eksklusif, dan higiene sanitasi makanan

dan minuman. Jika analisa bivariat

menghasilkan p value < 0,25 maka

variabel tersebut masuk ke permodelan

multivariat. Hasil seleksi bivariat pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut.

Tabel 5 Hasil Seleksi Bivariat

Variabel p value

Pendidikan Ibu 0,010

Pemberian ASI

Eksklusif

0,010

Higiene Sanitasi

Makanan dan

Minuman

0,000

Permodelan Multivariat

Analisis multivariat dalam

penelitian ini menggunakan metode

ENTER. Metode ENTER adalah semua

variabel yang memiliki nilai p-value >

0,05 dikeluarkan secara bertahap,

sehingga kita membuat urutan variabel

yang mempunyai nilai p yang paling

besar untuk dikeluarkan terlebih dahulu

dari model pada proses regresi logistik.

Tahap selanjutnya yaitu melihat

perubahan nilai OR dengan

menggunakan rumus Perubahan OR =

(OR sebelum variabel terpilih

dikeluarkan – OR setelah variabel

terpilih dikeluarkan) dibagi OR setelah

variabel terpilih dikeluarkan dikali 100

%. Jika terdapat perubahan nilai OR

yang dihasilkan ≥ 10%, maka variabel

tersebut tetap berada didalam model,

karena merupakan variabel

confounding, namun bila perubahan

nilai OR yang dihasilkan ≤ 10%, maka

variabel tersebut harus dikeluarkan dari

Page 10: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

66

model karena bukan variabel

confounding.

Adapun tahapan proses regresi

logistik berganda dan perubahan nilai

OR disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 6 Model Akhir Regresi

Logistik Ganda

Variabel SE Sig Exp

(B)

95%

CI

Pendidikan

Ibu 0,97 0,394 2,304

0,339-

15,674

Pemberian

ASI

Eksklusif

0,93 0,115 4,388 0,699-

27,566

Higiene

Sanitasi

Makanan

dan

Minuman

0,95 0,003 16,55 2,525-

108,476

Berdasarkan tabel diatas adalah

model terakhir (analisis multivariat)

didapatkan nilai yang bermakna dengan

OR = 16,550 (95% CI: 2,525-108,476)

dengan nilai p = 0,003 pada variabel

higiene sanitasi makanan dan minuman

artinya dengan higiene sanitasi makanan

dan minuman yang buruk beresiko

untuk terjadinya diare pada balita

dibandingkan dengan responden yang

memiliki higiene sanitasi makanan dan

minuman yang baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian didapatkan

bahwa ada hubungan bermakna antara

pendidikan ibu, pemberian ASI

Eksklusif, dan hygiene sanitasi

makanan dan minuman terhadap

kejadian diare balita. Berdasarkan hasil

multivariat variabel pada penelitian ini,

variabel hygiene sanitasi makanan dan

minuman merupakan variabel paling

dominan yang mempengaruhi diare

balita.

Saran

1. Peningkatan upaya penyuluhan

kepada masyarakat terutama ibu

balita tentang pentingnya upaya

peningkatan gizi balita, perawatan

kesehatan dan pertumbuhan balita,

penggunaan air bersih yang

memenuhi syarat, penggunaan

jamban keluarga yang memenuhi

syarat, serta perilaku pencegahan

yang dapat menghindari balita dari

terkena diare.

2. Pelatihan petugas tentang tumbuh

kembang balita, peningkatan status

gizi serta metode pendidikan

kebersihan perorangan dan

kebersihan lingkungan.

3. Program kaporisasi pada sarana air

bersih yang digunakan penduduk.

Page 11: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

Jurnal JUMANTIK Vol. 4 No. 1 Des 2018 – Mei 2019 67

4. Kepada Dinas Kesehatan agar

melakukan pengawasan di berbagai

kelurahan di Kota Palembang

dalam menurunkan angka kejadian

diare pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi. 2010. Manajemen Penyakit

Berbasis Wilayah. Jurnal

Kesehatan Masyarakat

Nasional. Vol 3 (4): 12-21.

Apriyanti, 2009. Hubungan antara

Hygiene Makanan dengan

kejadian diare Pada penduduk

di kelurahan oesapa kecamatan

kelapa lima Kota kupang. Tesis

Universitas Nusa Cendana. Nusa

Tenggara Timur.

Arifeen, S., 2008. Exclusive

Breastfeeding Reduces Acute

Resporatory Infection and

Diarrhea Deaths Among Infants

in Dhaka Slums. Journal of The

American Academy of

Pediatrics. Vol. 108 (4): 32-45.

Astuti, I. P., 2015. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian

Diare di Wilayah Kerja

Puskesmas Tengal Angus

Kabupaten Tangerang. Jurnal

Kesehatan Lingkungan. Vol. 10

(XVIII): 89-103.

Carrel, 2011. Diarrheal disease risk in

rural Bangladesh decreases as

tubewell density increases: a

zero-inflated and geographically

weighted analysis. World

Journal of Environmental

Biosciences. Vol. 11 (4): 4-12.

Dinas Kesehatan Kota Palembang.

2015. Profil Kesehatan Kota

Palembang. Palembang.

________. 2016. Profil Kesehatan Kota

Palembang Tahun 2016.

Palembang.

Ferllando, H. T., 2014. Hubungan

Antara Sanitasi Lingkungan dan

Personal Higiene dengan

Kejadian Diare di Wilayah

Kerja Puskesmas Mangkang.

Artikel Ilmiah Universitas Dian

Nuswantoro Semarang.

Gallas, A. N., 2007. Etiology of acute

diarrhea in children and adults in

Tunis, Tunisia, with emphasison

diarrheagenic Escherichia coli:

prevalence, phenotyping, and

moleculer epidemiology.

American Journal Tropical

Medicine Higiene.

Henny, 2014. Hubungan Pemberian ASI

Eksklusif dengan Kejadian

Diare pada Anak Usia 12-24

Bulan di Puskesmas Terjun

Medan. Jurnal Ilmiah Kesehatan

Semarang. Vol. 2 (6): 30-45.

Hidayanti, R., 2012. Faktor Risiko

Diare di Kecamatan CIsarua,

Cigudeg dan Megamendung

Kabupaten Bogor. Jurnal

Kesehatan Lingkungan

Universitas Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. 2011. Buku Pedoman

Pengendalian Penyakit Diare.

Direktorat Jenderal

Pengendalian Penyakit &

Penyehatan Lingkungan.

Jakarta.

________. 2014. Situasi Diare di

Indonesia. Buletin Jendela, Data

dan Informasi Kesehatan.

Jakarta.

________. 2015. Profil Kesehatan

Indonesia 2015. Jakarta.

________. 2016. Profil Kesehatan

Indonesia 2016. Jakarta.

Page 12: ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE …

68

Kamila, L., 2013. Hubungan Praktek

Personal Higiene Ibu dan

Kondisi Sanitasi Lingkungan

Rumah dengan Kejadian Diare

pada Balita di Puskesmas

Kampung Dalam Kecamatan

Pontianak Timur. Jurnal

Kesehatan Lingkungan

Indonesia. Vol. 11 (2): 211-223.

Linda, A., 2017. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Diare pada

Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Harapan Baru

Kecamatan Loa Janan Ilir Kota

Samarinda. Kesmas Wigama

Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Vol 03 (02): 98-106

Listiono, 2010. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Kejadian

Diare di Wilayah Kerja

Puskesmas Lebakwangi

Kecamatan Cigudeg Kabupaten

Bogor. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas

Indonesia.

Mulyani, N. S., 2015. Faktor Risiko

Diare Akut pada Balita. Berita

Kedokteran Masyarakat. Vol 27

(1): 55-81.

Nugraheni, D., 2014. Hubungan

Kondisi Fasilitas Sanitasi Dasar

dan Personal Higiene dengan

Kejadian Diare di Kecamatan

Semarang Utara. Jurnal

Kesehatan Masyarakat. Vol.1

(2): 17-25.

Nurpauji, S. V., 2015. Hubungan Jenis

Sumber Air, Kualitas

Bakteriologis Air, Personal

Higiene Dengan Kejadian DIare

Pada Balita di Wilayah Kerja

Puskesmas Lamper Tengah

Semarang. Jurnal Kesehatan

Masyarakat FKM Undip Vol. 3

(2).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

892/ MENKES/ SK/VII/1999

tentang Persyaratan Rumah

Sehat. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

492/Menkes/PER/IV/2010

tentang Standar Baku Mutu

Kesehatan Lingkungan dan

Persyaratan Kesehatan Air

Untuk Keperluan Higiene

Sanitasi, Kolam Renang, Solus

Per Aqua, dan Pemandian

Umum. Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta.

Puskesmas Karya Jaya. 2016. Profil

Kesehatan Puskesmas Karya

Jaya.

Viessman, J. W. and Hammer, M. J.,

2005. Water supply and

pollution control. Person

Educational International.

World Health Organization. 2011.

Guidelines for drinking water

quality.