faktor yang berhubungan dengan penyakit diare
DESCRIPTION
skripsi diareTRANSCRIPT
FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PARTISIPASI KADER DALAM KEGIATAN POSYANDU
DI KELURAHAN GUBUG KECAMATAN GUBUG
KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2006
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
pada Universitas Negeri Semarang
Oleh
Atin Widiastuti
NIM. 6450403050
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2007
ii
ABSTRAK
Atin Widiastuti. 2006. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: I. dr. Oktia Woro KH, M.Kes, II. Arum Siwiendrayanti, SKM.
Kata Kunci: Partisipasi Kader dan Kegiatan Posyandu Permasalahan dalam penelitian ini adalah Faktor-Faktor apa sajakah yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kader posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan dengan jumlah kader 60 orang. Sampel yang diambil sejumlah 52 orang yang diperoleh dengan menggunakan teknik random sampling dengan cara undian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) angket dan 2) Lembar observasi rata-rata cakupan D/S. Data yang diperoleh dalam penelitian diolah dengan uji statistik fisher dengan α 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa p value dari beberapa faktor yang diteliti sebagai berikut: 1) Pengetahuan kader tentang posyandu ( p value=0,497), 2) Lama kerja kader (p value=0,057), 3) Jam kerja kader (p value=0,253), 4) Pemberian insentif (p value=0,378), 5) Jumlah kader (p value=0,051), 6)Ketersediaan alat dan bahan (p value=0,739), 7) Seleksi (p value=0,299), 8)Pembinaan kader (p value=0,178), 9) Frekuensi pertemuan kader (p value=1,000). Kesimpulannya p value lebih dari 0,05.
Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006. Beberapa saran berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah masih perlunya dilakukan pelatihan ulang kader dan diharapkan juga bagi kader yang belum lama menjadi kader posyandu agar dapat lebih meningkatkan keaktifannya dalam kegiatan posyandu sehingga kelangsungan kegiatan posyandu dapat terus dipertahankan.
iii
Abstract Atin Widiastuti. 2006. Factors that were related with the cadre’ s
participation in the posyandu's activities in the district Gubug the subdistrict Gubug the regency Grobogan in 2006. The final project of public health science program study, Faculty of physical education, Semarang State University. Advisor: I. dr. Oktia Woro KH, M.Kes, II. Arum Siwiendrayanti, SKM.
Key Word: The cadre’s participation and the posyandu's activities The problem in this research was any factor that was related with the cadre’s participation in the posyandu's activities in the district Gubug the subdistrict Gubug the regency Grobogan. This research aimed at knowing factors that were related with the cadre’s participation in the posyandu's activities in the district Gubug the subdistrict Gubug the regency Grobogan.
This kind of the research was the analytical survey with the cross sectional approach. The population in this research was the cadre’s whole posyandu in the district Gubug the subdistrict Gubug the regency Grobogan with the number of cadres 60 people. The sample that was taken by an amount 52 people who were accepted by using the technique random sampling by means of the lottery. The instrument that was used in this research was: 1) questionnaire and 2) sheets of average observation of D/S scope. The data that was accepted in the research was processed with the statistical test fisher with α 0.05.
Results of the research showed that p value from some factors that were researched as follows:1) a knowledge about posyandu's cadre ( p value=0.497), 2) How long the cadre worked (p value=0.057), 3) How many time the cadre worked (p value= 0.253), 4) to gift reward (p value=0.378), 5) a number of cadre (p value=0.051), 6) stock of tools and goods (p value=0.739), 7)The selection (p value=0.299), 8) Training in cadre (p value=0.178), 9) How many time the meeting was held to cadre (p value=1.000). The conclusion was p value is more than 0.05.
Results of the research and discussions could be concluded that there is no significant relationship between the factors and the cadre's participation in the posyandu's activities in the district Gubug the subdistrict Gubug the regency Grobogan in 2006. There suggestions of the research need to be done a training again and was hoped for also for the cadre who for a long time has not yet become the cadre posyandu so that more could increase his activity in the activity posyandu so as continuation of the activity posyandu could continue to be maintained.
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Pada hari : Senin
Tanggal : 4 Juni 2007
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris, Drs. Sutardji, M.S. Drs. Herry Koesyanto, M.S. NIP. 130523506 NIP. 131571549
Dewan Penguji, 1. Eram Tunggul Pawenang, SKM, M.Kes. (Ketua) NIP. 132303558 2. dr. Hj. Oktia Woro KH, M.Kes (Anggota) NIP. 131695159
3. Arum Siwiendrayanti, SKM (Anggota) NIP. 132308385
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S. Al Mujadilah:11).
2. Sumber kekuatan baru bukanlah uang yang berada dalam genggaman tangan
beberapa orang, namun informasi ditangan orang banyak (John Naisbitt).
3. Jadikan ketakutanmu sebagai bentuk keberanian, jadikan kebingunganmu
sebagai bentuk keingintahuan, jadikan kesendirianmu sebagai bentuk
kemandirian, jadikan keputusasaanmu sebagai bentuk kepasrahan dan jadikan
keterbatasanmu sebagai bentuk keyakinan (penulis).
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kepadaku
2. Ayah dan Ibuku tercinta
3. Sahabat terbaikku Tira
4. Almamaterku
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala
limpahan rahmat, taufiq dan hidayahNya sehingga laporan skripsi dengan judul”
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Kader dalam Kegiatan
Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun
2006“ ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat kelulusan
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.
Selama dalam proses penyusunan skripsi ini penulis menyadari sekali
hambatan-hambatan yang penulis hadapi, akan tetapi berkat bantuan dan
bimbingan dari semua pihak dan khususnya pihak-pihak terkait dalam
pelaksanaan penelitian di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak
Drs. Sutardji, M.S, atas izin penelitiannya.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Ibu
dr. Oktia Woro KH, M.Kes, atas dukungannya.
3. Pembimbing I Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Semarang, Ibu dr. Oktia Woro KH, M.Kes, yang telah membimbing,
memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
vii
4. Pembimbing II Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri
Semarang, Ibu Arum Siwiendrayanti, SKM, yang telah membimbing,
memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi.
5. Kepala Puskesmas Gubug I, Bapak dr. Nur Handoko, atas izin penelitiannya.
6. Kepala Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan, Ibu
Anissatul Qibthiyah, atas ijin penelitiannya.
7. Rekan-rekan angkatan 2003 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas
Negeri Semarang, terima kasih atas dukungan beserta doa kalian.
8. Tetanggaku: Ibu Rini, Ibu Ida, Ibu Siswanto, Bapak Yayas, terima kasih atas
bantuan yang telah diberikan.
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian ini.
Semoga bantuan dan kebaikannya mendapat pahala yang berlipat ganda dari
Allah SWT. Meski demikian, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi
ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangannya, hal ini disebabkan
keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.
Semarang, Juni 2007
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………....………………… i
ABSTRAK……………………………………………………………… ii
ABSTRACT............................................................................................. iii
PENGESAHAN……………………............…………………………... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………………... v
KATA PENGANTAR.............................................................................. vi
DAFTAR ISI............................................................................................. viii
DAFTAR TABEL..................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………............. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………….…… 4
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………….. 4
1.4 Manfaat Hasil Penelitian……………………………………………... 6
1.5 Keaslian Penelitian………….………………………………………... 7
1.6 Ruang Lingkup Penelitian…………………………………………..... 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Posyandu……………………………………………………………... 9
2.2 Kader Posyandu…………………………………………………….... 17
ix
2.3 Partisipasi kader dalam kegiatan
posyandu……………………………………………………………… 18
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
kader……………………………………………………...................... 19
2.5 Bentuk-bentuk partisipasi...................................................................... 21
2.6 Pelatihan kader...................................................................................... 21
2.7 Faktor-faktor yang berpengaruh pada kompleksitas dan motivasinya.. 22
2.8 Kerangka Teori...................................................................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep…………………………………………………....... 26
3.2 Hipotesis Penelitian………………………………………………........ 26
3.3 Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran…………......................... 27
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………................. 32
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian……………………………................. 32
3.6 Instrumen Penelitian…………………………………………….......... 34
3.7 Teknik Pengambilan
Data………………………………………............................................ 37
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis
Data……………………………………………..................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data......................................................................................... 41
4.2 Hasil Penelitian........................................................................................ 44
4.3 Pembahasan............................................................................................. 62
x
4.4 Hambatan dan Kelemahan Penelitian...................................................... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan.................................................................................................. 73
5.2 Saran........................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Cakupan Program Posyandu………………………………….... 12
2. Hasil Perhitungan Reliabilitas................................................................ 37
3. Karakteristik Responden Menurut Umur…………………………...... 42
4. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin………………........ 42
5. Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Terakhir…………….. 43
6. Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan………………………... 44
7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Kader
tentang Posyandu…………………………………………………… 45
8. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Lama Kerja Kader…………………………………………………… 46
9. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Jam Kerja Kader…………………………………………………….. 47
10. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Jumlah Kader………………………………………………………… 47
11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Ketersediaan Alat dan Bahan…………………………....................... 48
12. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Proses Seleksi………………………………………………………… 49
13. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Pemberian Insentif…………………………………………………… 50
xii
14. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Pembinaan Kader…………………………………………………….. 50
15. Distribusi Frekuensi Responden Menurut
Frekuensi Pertemuan Kader………………………………………….. 51
16. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Partisipasi Kader................ 52
17. Analisis Hubungan antara Pengetahuan Kader tentang Posyandu
dengan Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu………………. 53
18. Analisis Hubungan antara Lama Kerja Kader dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu…………………………………………. 54
19. Analisis Hubungan antara Jam Kerja Kader dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu……………………………………………. 55
20. Analisis Hubungan antara Jumlah Kader dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu…………………………………………… 56
21. Analisis Hubungan antara Ketersediaan Alat dan Bahan di Posyandu
dengan Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu………………… 57
22. Analisis Hubungan antara Seleksi dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu…………………………………………… 58
23. Analisis Hubungan antara Pemberian Insentif dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu…………………………………………… 59
24. Analisis Hubungan antara Pembinaan Kader dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu…………………………………………… 60
xiii
25. Analisis Hubungan antara Frekuensi Pertemuan Kader dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu…………………………………….. 61
26. Pedoman untuk Memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi.. 62
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka teori....................................................................................... 25
2. Kerangka Konsep................................................................................. 26
3. Peta Wilayah Kelurahan Gubug........................................................... 143
4. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian.................................................. 144
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Penentuan Besar Sampel Menurut Tabel Krecjie……………………. 75
2. Jadwal Posyandu Pada Saat Penelitian di Kelurahan
Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan................................... 76
3. Daftar Nama Responden di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006......................................................... 77
4. Lembar Angket (Uji Coba)..................................................................... 80
5. Data Perhitungan Validitas dan Reliabilitas........................................... 84
6. Lembar Angket (valid)............................................................................ 93
7. Laporan Data Cakupan D/S Kegiatan Posyandu ................................... 96
8. Lembar Observasi Data Rata-Rata Cakupan D/S
Selama 3 Bulan di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Tahun 2006............................................................................ 100
9. Data Primer Pengetahuan Kader Tentang Posyandu............................. 103
10. Data Primer Lama Kerja Kader dan Jam Kerja Kader............................ 106
11. Data Primer Jumlah Kader dan Ketersediaan Alat dan Bahan................ 109
12. Data Primer Seleksi dan Pemberian Insentif................................ 113
13. Data Primer Pembinaan Kader dan Frekuensi Pertemuan Kader............ 116
14. Distribusi Frekuensi Sebagai Keterangan dari Beberapa Item Soal
dalam Angket.......................................................................................... 119
xvi
15. Pedoman Penilaian Menggunakan Me Pada Variabel Bebas Tertentu
seperti Pengetahuan Kader Tentang Posyandu........................................ 122
16. Hasil Olah Data Primer............................................................................ 124
17. Surat Permohonan Ijin Penelitian............................................................ 139
18. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian....................................... 141
19. Daftar Nama Pembantu Penelitian.......................................................... 142
20. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian...................................................... 144
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sehat adalah suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan).
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 maka pembangunan
kesehatan di Indonesia khususnya Propinsi Jawa Tengah diselenggarakan dengan
tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya melalui
tercapainya visi “ Jawa Tengah Sehat 2010 Yang Mandiri Dan Bertumpu Pada
Potensi Daerah”.
Kegiatan Posyandu merupakan salah satu Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang
dilaksanakan oleh kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar.
Alasan posyandu didirikan yaitu agar posyandu dapat memberikan pelayanan
kesehatan khususnya dalam upaya pencegahan penyakit dan pelayanan keluarga
berencana. Selain itu dengan adanya kegiatan posyandu, diharapkan dapat
menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan
dan keluarga berencana. Keberhasilan kegiatan posyandu sangat bergantung pada
1
2
partisipasi secara aktif dari kader yang bertugas di posyandu dengan melibatkan
petugas puskesmas dan petugas BKKBN sebagai penyelenggara pelayanan
profesional untuk membimbing kader agar mampu memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat secara optimal
(Drs. Nasrul Effendy, 1998: 267-271).
Partisipasi kader dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor
masyarakat, faktor tokoh masyarakat dan faktor petugas puskesmas (DEPKES RI,
1989: 43). Ketiga faktor tersebut memiliki hubungan yang erat dalam memotivasi
kader agar dapat terus berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan posyandu
sehingga apabila salah satu faktor tidak ikut terlibat dalam kegiatan posyandu
maka kegiatan posyandu tidak dapat berjalan secara optimal.
Sejak tahun 1998, pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan kurang
memperhatikan posyandu. Menurut Profil Kesehatan Jawa Tengah tahun 2003,
pada tahun 2002 jumlah posyandu mengalami penurunan sebanyak 530 posyandu
dibandingkan tahun 2001 yaitu dari 46.275 menjadi 45.745. Demikian juga
dengan jumlah kader aktif yang pada tahun 2002 mengalami penurunan 46.652
kader dibandingkan dengan tahun 2001 yaitu dari 194.552 kader menjadi 147.900
kader.
Berdasarkan data laporan Puskesmas Gubug pada bulan Februari 2006
diketahui jumlah kader sebanyak 60 orang dan jumlah posyandu terdapat 12
posyandu namun yang lapor hanya 10 posyandu yang ada di Kelurahan Gubug
sedangkan data mengenai jumlah kader aktif belum ada dan dilihat dari tingkat
kemandirian posyandu, posyandu yang ada di Kelurahan Gubug termasuk dalam
3
posyandu tingkat madya yang memiliki kriteria yaitu pelaksanaan kegiatan
posyandu sudah dapat dilaksanakan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata
jumlah kader yang bertugas 5 orang, akan tetapi cakupan program utama seperti
KB, KIA, Gizi dan Imunisasi masih rendah yaitu kurang dari 50%.
Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa kegiatan posyandu di Kelurahan
Gubug dalam pelaksanaannya kurang mendapat perhatian secara optimal dari
petugas puskesmas. Meskipun kegiatan posyandu merupakan salah satu bentuk
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat dengan dana kegiatan berasal dari
swadaya masyarakat sendiri namun bila dari pihak Puskesmas tidak ada perhatian
terhadap kegiatan tersebut maka kegiatan posyandu pun tidak dapat berjalan
dengan baik, karena peranan petugas Puskesmas sangat diperlukan dalam
memotivasi dan membantu kader posyandu dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat termasuk didalamnya memberikan pelatihan kepada
kader posyandu agar kader posyandu dapat terus aktif berpartisipasi dalam
kegiatan Posyandu.
Selain itu dengan melihat tingkat posyandu di Kelurahan Gubug termasuk
dalam tingkat madya maka upaya petugas puskesmas dalam membimbing kader
untuk memotivasi masyarakat agar memanfaatkan posyandu sebagai salah satu
tempat pelayanan kesehatan dinilai masih perlu ditingkatkan agar cakupan
program utama sebagai salah satu indikator penentu tingkat kemandirian
posyandu dapat memenuhi target sehingga kegiatan posyandu akan dapat terus
dipertahankan kelestariannya dan dapat ditingkatkan kualitas kader posyandu
4
yang memiliki peran penting sebagai pelaksana kegiatan posyandu agar derajat
kesehatan di masyarakat dapat meningkat.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama semua pihak dalam pengefektifan
kembali peran posyandu ditengah masyarakat termasuk didalamnya yaitu
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader yang juga
berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan posyandu (Abdul Waid, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Kader dalam Kegiatan
Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan partisipasi kader
dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan.
5
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Untuk mengetahui hubungan pengetahuan kader tentang
posyandu dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di
Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
1.3.2.2 Untuk mengetahui hubungan lama kerja kader dengan partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan.
1.3.2.3 Untuk mengetahui hubungan jam kerja kader dengan partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan.
1.3.2.4 Untuk mengetahui hubungan pemberian insentif dengan
partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
1.3.2.5 Untuk mengetahui hubungan jumlah kader dengan partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan.
1.3.2.6 Untuk mengetahui hubungan ketersediaan alat dan bahan dengan
partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
1.3.2.7 Untuk mengetahui hubungan pembinaan kader dengan partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan.
6
1.3.2.8 Untuk mengetahui hubungan seleksi dengan partisipasi kader
dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan.
1.3.2.9 Untuk mengetahui hubungan frekuensi pertemuan kader dengan
partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1.4.1 Puskesmas
Memberikan gambaran mengenai beberapa faktor yang berhubungan
dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu yang dapat digunakan
sebagai tambahan informasi dalam usaha–usaha mengantisipasi terjadinya
pengunduran diri kader posyandu.
1.4.2 Kader posyandu
Memberikan gambaran dan informasi mengenai kader yang masih
berpartisipasi secara baik dan kurang berpartisipasi dalam kegiatan posyandu
yang pada akhirnya diharapkan dapat mengantisipasi penyebab kader tersebut
kurang berpartisipasi dalam kegiatan posyandu.
1.4.3 Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Menambah informasi hasil penelitian yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai acuan bagi peneliti lain.
7
1.4.4 Peneliti
Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang revitalisasi
posyandu yang terkait dengan peningkatan partisipasi kader posyandu.
1.5 Keaslian Penelitian
No. Judul Penelitian Nama
Peneliti
Tahun dan
Tempat
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Faktor-faktor
yang
berpengaruh
terhadap kader
dalam
penyuluhan di
meja 4 program
UPGK
Kun
Aristiati
1988, di
Kecamatan
Ngrampal
Kabupaten
Sragen
Pengetahuan kader
menunjukkan
hubungan positif
dengan penyuluhan di
meja 4
2. Studi uji
hubungan
beberapa faktor
kader dengan
kelangsungan
kader posyandu
Titik Emi
Mastuti
2003, di
Kecamatan
Panjatan
Kabupaten
Kulon
Progo
Yogyakarta
Ada hubungan
jenjang pelatihan,
proses pemilihan
menjadi kader dan
keikutsertaan dalam
organisasi lain dengan
kelangsungan kader
8
Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian
sebelumnya terletak pada variabel bebas dan variabel terikat serta tempat
penelitian.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
1.6.1 Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan.
1.6.2 Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober
tahun 2006.
1.6.3 Ruang Lingkup Materi
Materi yang akan diteliti berkaitan dengan faktor-faktor yang
berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di
Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan yang termasuk
dalam pemberdayaan masyarakat yang dipelajari pada bidang ilmu
Manajemen Kesehatan.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 POSYANDU
2.1.1 Pengertian Posyandu
Posyandu awalnya adalah sebuah organisasi pelayanan pencegahan
penyakit dan keluarga berencana bagi kalangan istri berusia subur dan
balita (gmikro, 2006).
Pengembangan selanjutnya, Posyandu dapat dibina menjadi suatu
forum komunikasi dan pelayanan dimasyarakat, antara sektor yang
memadukan kegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan
masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memecahkan masalahnya melalui alih teknologi (DEPKES RI,1986:11).
Kegiatan Posyandu adalah perwujudan dari peran serta masyarakat
dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan. Upaya masyarakat
untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan sudah dikenal sejak lama,
tetapi biasanya sudah dalam bentuk upaya yang bersifat perorangan atau
keluarga. Dalam kegiatan Posyandu, masyarakat mempunyai peran pokok
dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan, sedangkan peranan
petugas kesehatan adalah untuk membantu upaya yang pada dasarnya
merupakan kegiatan masyarakat sendiri (DEPKES RI,1989:1-2).
9
10
2.1.2 Sasaran Posyandu
Sasaran penduduk Posyandu adalah balita, Ibu hamil, Ibu menyusui,
dan Pasangan Usia Subur (PUS) (A. A. Gde. Muninjaya, 1999 :103).
2.1.3 Penyelenggaraan Posyandu
Posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut:
2.1.3.1 Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita
dan angka kelahiran.
2.1.3.2 Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera (NKKBS), sebagai salah satu upaya
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal
yang merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum dari
tujuan nasional.
2.1.3.3 Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan
lain yang menunjang sesuai dengan kebutuhan.
Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama
Kepala Desa dan LKMD (Seksi KB-Kes dan PKK) dengan bimbingan
Tim Pembina LKMD Tingkat Kecamatan (DEPKES RI,1986:11-12).
Mereka adalah warga masyarakat yang tidak mendapat imbalan berupa
gaji dari pemerintah, melainkan bekerja secara sukarela (DEPKES
RI,1989:3).
Kegiatan Posyandu diselenggarakan sekali dalam sebulan selama
kurang lebih 3 jam (Warta Posyandu, 1993/1994:1) pada tempat yang
11
mudah didatangi oleh masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri.
Dengan demikian kegiatan Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan
yang telah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RT atau
ditempat khusus yang dibangun masyarakat.
Pelaksanaan Kegiatan Posyandu terdiri dari 5 program utama yaitu
KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan Penanggulangan Diare yang dilakukan
dengan “Sistem Lima Meja” antara lain:
Meja I : Pendaftaran
Meja II : Penimbangan bayi dan balita
Meja III : Pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat)
Meja IV : Penyuluhan perorangan meliputi:
1. Mengenai balita berdasar hasil penimbangan
berat badannya naik atau tidak naik, diikuti dengan
pemberian makanan tambahan, oralit dan
vitamin A.
2. Terhadap Ibu hamil dengan resiko tinggi, diikuti
dengan pemberian tablet besi.
3. Terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari,
diikuti dengan pemberian kondom.
Meja V : Pelayanan oleh tenaga profesional meliputi
pelayanan KIA, Imunisasi, dan pengobatan serta pelayanan lain sesuai
dengan kebutuhan setempat (DEPKES RI, 1986:12).
12
2.1.4 Peranan Posyandu
Sejak tahun 1987 jumlah Posyandu di Indonesia mengalami
peningkatan hampir 3 kali lipat dibandingkan dengan tahun 1986 yaitu
sejumlah 185.660 Posyandu yang kemudian meningkat terus dari tahun ke
tahun. Hal serupa juga terjadi pada cakupan program Posyandu yang telah
dilaksanakan dengan hasil sebagai berikut
Tabel 1
Hasil Cakupan Program Posyandu
Pelayanan % Cakupan Program
Balita 74%
Imunisasi
DPT 1 61,9%
Polio 3 60,9%
TT2 Ibu hamil 22,4%
KB (Kontrasepsi Oral) 32,4%
Pemeriksaan Antenatal 11,2%
Sumber: Warta Posyandu Tahun 1993/1994
Namun meningkatnya jumlah Posyandu tersebut ternyata belum diikuti
dengan peningkatan kualitas kader dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu
sehingga perlu segera dilakukan revitalisasi Posyandu (Warta
Posyandu,1993/1994:2).
13
Revitalisasi Posyandu adalah upaya pemberdayaan Posyandu untuk
mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan
kesehatan Ibu dan anak (DEPKES RI,1999:17).
2.1.5 Kemandirian Posyandu
Tumbuh dan berkembangnya Posyandu telah membawa dampak yang
amat luas dan dapat digolongkan dalam 3 hal:
2.1.5.1 Berkembangnya Posyandu telah mendorong tumbuhnya
UKBM lainnya seperti POD (Pos Obat Desa), Polindes (Pondok
Bersalin Desa), Pos UKK (Upaya Kesehatan Kerja), UKGMD
(Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa), P2M-PKMD
(Pemberantasan Penyakit Menular dengan pendekatan PKMD),
DPKL (Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan), Dana sehat, dan
lain-lain.
2.1.5.2 Disisi lain, institusi Posyandu yang menguat membuat setiap
program bahkan dari sektor lain, beramai-ramai memanfaatkan
Posyandu sebagai “Entry Point” pelaksanaan programnya.
Penambahan program ini memang bertujuan untuk mengembangkan
Posyandu, tetapi tentu saja membawa konsekuensi dalam aspek
pembinaan.
2.1.5.3 Makin banyaknya jumlah Posyandu mendorong terjadinya
variasi tingkat perkembangan yang beragam. Ada sebagian Posyandu
telah mencapai tingkat perkembangan yang sangat maju, disisi lain
14
masih banyak Posyandu yang berjalan tersendat bahkan kemudian
tinggal papan nama.
Semua Posyandu didata tingkat pencapaiannya, baik dari segi
pengorganisasian maupun pencapaian programnya. Tujuannya adalah
melakukan kategorisasi atau stratifikasi Posyandu yang bisa
dikelompokkan menjadi 4 tingkat, yaitu berturut-turut dari terendah
sampai tertinggi sebagai berikut:
1) Posyandu Pratama (warna merah)
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang belum masih
mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya
terbatas.
Keadaan ini dinilai gawat, sehingga intervensinya adalah pelatihan
kader ulang. Artinya kader yang ada perlu ditambah dan dilakukan
pelatihan dasar lagi.
2) Posyandu Madya (warna kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader tugas 5 orang
atau lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan
Imunisasi) masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Ini berarti, kelestarian
kegiatan posyandu sudah baik tetapi masih rendah cakupannya.
3) Posyandu Purnama (warna hijau)
Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensinya
lebih dari 8 kali per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih,
15
dan cakupan 5 program utamanya (KB,KIA, Gizi dan Imunisasi) lebih dari
50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana
sehat yang masih sederhana.
4) Posyandu Mandiri (warna biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur,
cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat
telah menjangkau lebih dari 50% KK.
Indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu tingkat
kemandirian Posyandu, yaitu:
1. Frekuensi penimbangan per tahun
Seharusnya Posyandu menyelenggarakan kegiatan setiap bulan, jadi bila
teratur akan ada 12 kali penimbangan setiap tahun. Dalam kenyataannya, tidak
semua Posyandu dapat berfungsi setiap bulan, sehingga frekuensinya kurang
dari 12 kali setahun. Untuk ini diambil batasan 8 kali.
Posyandu yang frekuensi penimbangannya kurang dari 8 kali per tahun
dianggap masih rawan, sedangkan bila frekuensinya sudah 8 kali lebih
dianggap sudah cukup mapan.
2. Rata-rata jumlah kader tugas pada hari H Posyandu
Jumlah kader yang bertugas pada hari H Posyandu dapat dijadikan indikasi
lancar tidaknya Posyandu. Hari H merupakan puncak kegiatan Posyandu, oleh
karena itu banyaknya kader yang bertugas pada hari itu amat menentukan
kelancaran Posyandu.
16
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kegiatan di Posyandu bisa
tertangani dengan baik bila jumlah kader 5 orang atau lebih. Bila kurang dari 5
orang, biasanya kader kewalahan melayani sasaran yang datang ke Posyandu.
3. Cakupan D/S
Cakupan D/S dapat dijadikan sebagai tolok ukur peran serta masyarakat dan
aktivitas kader atau tokoh masyarakat dalam menggerakkan masyarakat
setempat untuk memanfaatkan Posyandu.
D/S dianggap baik bila dapat mencapai 50% atau lebih, sedangkan bila
kurang dari 50%, dapat dikatakan bahwa Posyandu ini belum mantap.
4. Cakupan Imunisasi
Cakupan Imunisasi dihitung secara kumulatif selama satu tahun. Cakupan
kumulatif dianggap baik bila mencapai 50% ke atas, sedangkan bila kurang
dari 50% dianggap posyandunya belum mantap.
5. Cakupan Ibu hamil
Cakupan Pemeriksaan Ibu hamil juga dihitung secara kumulatif selama satu
tahun. Batas mantap tidaknya Posyandu digunakan angka serupa yaitu 50%.
6. Cakupan KB
Cakupan peserta KB juga dihitung secara kumulatif selama satu tahun.
Pencapaian 50% keatas dikatakan mantap, sedangkan kurang dari 50% berarti
belum mantap (DEPKES RI,1997:48-51).
17
2.2 Kader Posyandu
2.2.1 Pengertian Kader Posyandu
Kader Posyandu adalah anggota masyarakat yang :
2.2.1.1 Dipilih dari dan oleh masyarakat setempat yang disetujui dan
dibina oleh LKMD.
2.2.1.2 Dalam melaksanakan kegiatan bertanggung jawab pada
masyarakat melalui LKMD.
2.2.1.3 Mau dan mampu bekerja secara sukarela.
2.2.1.4 Sebaiknya dapat membaca dan menulis huruf latin.
2.2.1.5 Masih mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat
disamping usahanya mencari nafkah (DEPKES RI, 1987:13).
2.2.2 Tugas Kader Posyandu
Kader bertugas untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatan bulanan di
posyandu dengan cara yaitu:
2.2.2.1 Sehari sebelumnya semua ibu hamil, ibu menyusui, ibu
balita, diberi informasi akan ada kegiatan di posyandu.
Jangan lupa mencatat sasaran kegiatan Posyandu.
2.2.2.2 Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan seperti
meja, dacin, sarung timbangan, Kartu Menuju Sehat,
Sistem Informasi Posyandu, oralit dan vitaminA. Bila ada
alat atau bahan yang belum tersedia, maka dapat meminjam
kepada petugas atau membuat sendiri.
18
2.2.2.3 Pembagian tugas diantara para kader, dibantu ibu-ibu yang
lain (DEPKES RI,1994:9-10).
2.3 Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu
Partisipasi Kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan
kelompok, masyarakat atau Pemerintah (DEPKES RI, 1989: 37).
Peran Kader secara umum yaitu melaksanakan kegiatan pelayanan
kesehatan bersama dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat sedangkan
peran kader secara khusus terdapat beberapa tahap yang meliputi:
a. Tahap Persiapan :
Memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dan bersama-
sama masyarakat merencanakan kegiatan pelayanan kesehatan ditingkat desa.
b. Tahap Pelaksanaan:
Melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu, mengelola kegiatan UKBM.
c. Tahap Pembinaan:
Menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan dasawisma untuk membahas
perkembangan program dan masalah yang dihadapi keluarga, melakukan
kunjungan ke rumah pada keluarga binaannya, membina kemampuan diri melalui
pertukaran pengalaman antar kader (Dinkes Propinsi Dati I Jateng, 1999: 5-6).
Partisipasi kader didalam suatu kegiatan posyandu dapat dibagi dalam
beberapa tingkat:
19
2.3.1 Pemakai atau pengguna
Pelaksanaan kegiatan Posyandu memerlukan alat-alat yang diperlukan
seperti dacin, sehingga dalam hal ini kader mempunyai hak untuk
menggunakan alat tersebut saat melakukan penimbangan balita.
2.3.2 Pelaksana
Pelaksanaan kegiatan Posyandu ada sebagian kader yang ikut membantu
dalam kegiatan Posyandu (seperti penimbangan) tetapi tidak bersedia ikut
dalam kegiatan lainnya, seperti pertemuan kegiatan Posyandu. Kader seperti
ini sudah berpartisipasi tetapi dalam tingkatan pelaksana.
2.3.3 Pengelola
Tingkat partisipasi yang dilakukan sudah lebih tinggi lagi karena yang
bersangkutan ikut aktif dalam berbagai kegiatan bukan hanya dalam
pelaksanaan tetapi juga hal-hal lain yang bersifat pengelolaan, seperti
merencanakan kegiatan, pencatatan dan pelaporan, pertemuan kader dan
sebagainya.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader
2.4.1 Faktor masyarakat pada umumnya
2.4.1.1 Manfaat kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang diselenggarakan memberikan manfaat yang
nyata dan jelas bagi kader maka kesediaan kader untuk berpartisipasi
menjadi lebih besar.
20
2.4.1.2 Adanya kesempatan untuk berperan serta
Kesediaan berpartisipasi juga dipengaruhi oleh adanya
kesempatan atau ajakan untuk berpartisipasi dan kader melihat bahwa
memang ada hal-hal yang berguna dalam kegiatan itu.
2.4.1.3 Memiliki keterampilan tertentu yang bisa disumbangkan
Jika kegiatan yang dilaksanakan membuktikan orang-orang
dengan memiliki ketrampilan tertentu, maka hal ini akan menarik bagi
orang-orang yang memiliki ketrampilan tersebut, untuk ikut
berpartisipasi.
2.4.1.4 Rasa memiliki
Rasa memiliki suatu kegiatan akan tumbuh jika sejak awal
kegiatan masyarakat sudah diikutsertakan. Jika rasa memiliki bisa
ditumbuhkan dengan baik, maka partisipasi kader dalam kegiatan di
desa akan dapat dilestarikan.
2.4.2 Faktor tokoh masyarakat
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa
tokoh-tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik
juga untuk berpartisipasi.
2.4.3 Faktor Petugas
Petugas yang memiliki sikap yang baik seperti akrab dengan
masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu
mendekati para tokoh masyarakat untuk berpartisipasi.
21
2.5 Bentuk-bentuk partisipasi
Bentuk partisipasi dapat dibedakan dalam:
2.5.1 Partisipasi karena terpaksa
Disini masyarakat berpartisipasi karena adanya ancaman atau sanksi.
2.5.2 Partisipasi karena imbalan
Disini partisipasi terjadi karena ada imbalan tertentu yang diberikan, baik
dalam bentuk imbalan materi atau imbalan kedudukan.
2.5.3 Partisipasi karena kesadaran
Ini adalah bentuk partisipasi yang diinginkan, karena disini kader
berpartisipasi atas dasar kesadaran (DEPKES RI,1989:37-43).
2.6 Pelatihan Kader
Pelatihan kader adalah salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka
persiapan alih teknologi kepada masyarakat. Namun dari kenyataan dan
pengalaman, didapat bahwa kesinambungan dan kelestarian kader dipengaruhi
oleh ada tidaknya pembinaan dari petugas.
Tugas-tugas kader agar dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka
pembinaan kader secara lintas sektor mutlak diperlukan. Adapun ruang lingkup
pembinaan tersebut mencakup:
1. Pembinaan Petugas
2. Pembinaan Kader
3. Pembinaan kegiatan Posyandu
Pembinaan dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang diperoleh dari
lapangan, apakah hasil supervisi, laporan kegiatan atau tindak lanjut dari suatu
22
pelatihan dan telah direncanakan dalam forum lintas sektor
(DEPKES RI,1994:6-8).
2.7 Faktor-faktor yang berpengaruh pada kompleksitas dan motivasinya
2.7.1 Umur
Umur mempunyai kaitan erat dengan tingkat kedewasaan seseorang yang
berarti kedewasaan teknis dalam arti ketrampilan melaksanakan tugas maupun
kedewasaan psikologis. Dikaitkan dengan tingkat kedewasaan teknis,
anggapan yang berlaku ialah bahwa makin lama seseorang bekerja,
kedewasaan teknisnya pun mestinya meningkat. Pengalaman seseorang
melaksanakan tugas tertentu secara terus menerus untuk waktu yang lama
biasanya meningkatkan kedewasaan teknisnya.
Asumsi yang sama berlaku untuk semua jenis pekerjaan karena salah satu
kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah kemampuannya belajar dari
pengalaman, terutama pengalaman yang berakhir pada kesalahan
(Sondang,2004:81). Lama kerja seorang kader juga dapat berpengaruh pada
partisipasinya dalam kegiatan posyandu dimana seorang kader harus
mempunyai pengalaman menjadi kader sekurangnya 60 bulan (Anies Irawati
dkk, 2001).
2.7.2 Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja merupakan sikap umum seseorang yang positif terhadap
kehidupan organisasionalnya. Salah satu faktor yang turut berperan dalam
mengukur tingkat kepuasan kerja seseorang yaitu penerapan sistem
23
penghargaan yang adil. Dalam kehidupan organisasional, masalah keadilan
sesungguhnya adalah masalah persepsi.
Secara sederhana dinyatakan bahwa biasanya seseorang akan merasa
diperlakukan secara tidak adil apabila perlakuan itu dilihatnya sebagai suatu
hal yang merugikan. Dalam kehidupan bekerja persepsi itu dikaitkan dengan
berbagai hal yaitu mengenai insentif dan jumlah jam kerja
(Sondang,2004:129-130).
Insentif adalah salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan
prestasi kerja (Mutiara,2002:88).
2.7.3 Kemampuan
Ditinjau dari teori motivasi dan aplikasinya, kemampuan dapat
digolongkan pada 2 jenis yaitu kemampuan fisik dan kemampuan intelektual
yang sangat berkaitan dengan tingkat pengetahuan seseorang.
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Overt Behavior) (Soekidjo Notoatmodjo,1997:127-129). Dari pengalaman
dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
Namun demikian perubahan pengetahuan belum merupakan jaminan
terjadinya perubahan perilaku pada orang dewasa.
Hal ini dapat dipahami karena orang dewasa sudah mempunyai
pengetahuan yang mungkin sudah mereka miliki bertahun-tahun sehingga
24
pengetahuan yang belum mereka yakini tersebut menjadi sulit diterima. Untuk
itu diperlukan usaha-usaha tersendiri agar kader meyakini pentingnya
pengetahuan dengan cara belajar mengajarnya sesuai dengan perubahan yang
dirasakan oleh kader dengan metode belajar mengajar yang tepat dan kadang-
kadang perubahan perilaku tersebut memerlukan dukungan material (Soekidjo
Notoatmodjo, 2003:50). Selain itu tingkat pengetahuan kader yang diberikan
oleh petugas kesehatan melalui penyuluhan juga akan tergantung pada media
yang digunakan (DEPKES RI, 1992: 67).
2.7.4 Proses Seleksi
Pada dasarnya proses seleksi merupakan usaha yang sistematik yang
dilakukan guna lebih menjamin bahwa mereka yang diterima menjadi anggota
organisasi adalah orang-orang yang dianggap paling tepat untuk dipekerjakan
(Sondang,2004:201).
Proses seleksi ini sangat berkaitan dengan motivasi kader dapat
berpartisipasi dalam kegiatan Posyandu itu terdapat 2 hal yaitu kesadaran
sendiri dan dipilih langsung oleh petugas kesehatan atau tokoh masyarakat.
25
2.8 Kerangka Teori
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka
teori sebagai berikut:
Skema dari modifikasi Blum dan Green
Sumber: Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan
(Soekidjo Notoatmodjo, 2003: 15)
Motivasi Kader
Partisipasi Kader
Predisposing Factor Pengetahuan kader Jumlah jam kerja Lama Kerja
Enabling Factor Dana Insentif Jumlah kader tiap posyandu Ketersediaan alat dan bahan
Reinforcing Factor Pembinaan Kader oleh petugas Pertemuan Kader Seleksi
Keberhasilan Kegiatan Posyandu
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Variabel Terikat
3.2 Hipotesa Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu
ada faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan
posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
1. Pengetahuan Kader
tentang posyandu 2. Lama kerja Kader 3. Jam Kerja Kader 4. Pemberian insentif 5. Jumlah kader 6. Ketersediaan alat dan
bahan 7. Pembinaan kader 8. Seleksi 9. Frekuensi pertemuan
kader
Partisipasi kader dalam kegiatan posyandu
26
27
3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran
Adapun definisi operasional variabel yang diteliti adalah sebagai berikut:
No. Variabel Definisi operasional Skala
1. Pengetahuan kader
tentang posyandu
Kemampuan kader dalam
mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan
posyandu meliputi:
1. Program posyandu
2. KMS
Cara pengukuran dilakukan
dengan mengisi angket.
Ordinal
Kategori:
Baik jika skor
≥ Me
Kurang jika
skor < Me
(Me = 11)
2. Lama kerja Kader Lamanya pengalaman kerja
minimal 5 tahun dan
meningkatnya keterampilan
seseorang bekerja menjadi
kader posyandu. Cara
pengukuran dilakukan dengan
mengisi angket.
Ordinal
Kategori:
Baik jika
skor ≥ Me
Kurang jika
skor < Me
(Me = 3)
28
3. Jam kerja kader Waktu penyelenggaraan
kegiatan posyandu oleh kader
yang meliputi:
1. Lama waktu
berlangsungnya
kegiatan posyandu
kurang lebih 3 jam
2. Lama waktu kegiatan
posyandu setiap
bulannya selalu sama
atau tidak
Cara pengukuran dilakukan
dengan mengisi angket.
Ordinal
Kategori:
Baik jika
skor ≥ Me
Kurang jika
skor < Me
(Me = 4)
4. Pemberian insentif Imbalan yang diberikan oleh
petugas puskesmas kepada
kader posyandu. Cara
pengukuran dilakukan dengan
mengisi angket.
Ordinal
Kategori:
1 Tidak diberi
insentif
2 diberi
insentif
29
5. Jumlah kader Banyaknya kader yang bertugas
pada masing-masing posyandu
minimal 5 orang dan rutinnya
kader hadir dalam kegiatan
posyandu setiap bulannya. Cara
pengukuran dilakukan dengan
mengisi angket.
Ordinal
Kategori:
Baik jika
skor ≥ Me
Kurang jika
skor < Me
(Me = 3)
6. Ketersediaan alat
dan bahan
Pemenuhan alat dan bahan yang
diperlukan dalam kegiatan
posyandu oleh kader posyandu
yang terdiri dari dacin beserta
sarung timbangan, timbangan
injak, KMS, Sistem Informasi
Posyandu berupa register
penimbangan, PMT, oralit,
Vitamin A dan tablet besi. Cara
pengukuran dilakukan dengan
mengisi angket.
Ordinal
Kategori:
1 Tidak
Mencukupi
jika terdapat <
8 alat dan
bahan
2 Mencukupi
jika terdapat 8
alat dan bahan
7. Pembinaan kader Upaya pemberian bimbingan
dan motivasi kepada kader oleh
petugas puskesmas dalam
peningkatan pelayanan
kesehatan di posyandu. Cara
Ordinal
Kategori:
1 Tidak diberi
pembinaan
2 Diberi
30
pengukuran dilakukan dengan
mengisi angket.
pembinaan
8. Seleksi Cara pemilihan seseorang
menjadi kader posyandu. Cara
pengukuran dilakukan dengan
mengisi angket.
Ordinal
Kategori:
1 Ditunjuk
2 Keinginan
sendiri
9. Frekuensi pertemuan
kader
Pelaksanaan kegiatan
pertemuan kader sebagai salah
satu penunjang kegiatan
posyandu yang meliputi:
1. Rutinnya pertemuan
kader diselenggarakan
setiap bulan
2. Kehadiran kader dalam
mengikuti pertemuan
kader selama 1 tahun
minimal 8 kali
Ordinal
Kategori:
Baik jika skor
≥ Me
Kurang jika
skor < Me
(Me = 3)
31
Cara pengukuran dilakukan
dengan mengisi angket.
10. Partisipasi kader
dalam kegiatan
posyandu
Partisipasi kader adalah
keaktifan kader dalam
memotivasi warga untuk datang
ke posyandu. Cara pengukuran
menggunakan lembar observasi
rata-rata cakupan D/S.
Ordinal
Kategori:
Baik jika rata-
rata cakupan
D/S ≥50%
Kurang jika
rata-rata
cakupan D/S
<50%
32
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode survai analitik
pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan
variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
Penelitian ini dalam penentuan kriteria dilakukan berdasarkan nilai rata-
rata. Rata-rata diperoleh dengan menjumlahkan skor nilai dari instrument,
kemudian dibagi dengan jumlah sampel.
nXi
Me ∑=
Keterangan:
Me= rata-rata
Xi = Skor nilai instrumen
n = jumlah sampel
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
3.5.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono,2002:55).
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kader posyandu di
Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan dengan jumlah
kader 60 orang.
33
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut(Sugiyono, 2002:56). Penentuan besarnya sampel diperoleh
dengan menggunakan tabel Krecjie ( dapat dilihat pada lampiran 1) yang
dalam melakukan perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%
(Sugiyono, 2002: 62-63) sehingga besar sampel dalam penelitian ini untuk
populasi sebanyak 60 orang yaitu 52 orang.
3.5.2.1 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu
teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana
semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama diberi kesempatan sama untuk dipilih menjadi anggota
sampel dengan cara undian yaitu seperti layaknya orang melaksanakan
undian (Cholid Narbuko,2004:111-112).
Adapun langkah-langkahnya adalah:
1. Menuliskan nama kader masing-masing pada selembar kertas kecil.
2. Menggulung setiap kertas kecil yang sudah bertuliskan nama
masing-masing kader.
3. Memasukkan gulungan-gulungan kertas tersebut dalam aqua gelas.
4. Mengocok baik-baik aqua gelas tersebut.
5. Mengambil satu persatu gulungan tersebut hingga didapatkan 52
nama responden sebagai sampel.
34
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Soekidjo, 2002:18). Instrumen penelitian yang akan di
gunakan yaitu:
1. Lembar angket berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan kader tentang posyandu, lama kerja kader, jam kerja kader,
pemberian insentif, jumlah kader, ketersediaan alat dan bahan, pembinaan
kader, proses seleksi, dan frekuensi pertemuan kader.
2. Lembar observasi rata-rata cakupan D/S digunakan untuk mengukur partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu dengan cara mengetahui rata-rata cakupan D/S
selama 3 bulan.
3.6.1 Uji Angket Sebagai Alat Ukur
Angket dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas
dan reliabilitas. Untuk itu angket tersebut harus dilakukan uji coba “ Trial” di
lapangan.
3.6.1.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Suharsimi Arikunto,
2002:144). Teknik uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji validitas internal dengan menggunakan analisis butir.
35
Rumus: ( )( )( ){ } ( ){ }2222 YYNXXN
YXXYNrxy∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Keterangan:
r xy = Koefisien korelasi antara x dan y
N = Jumlah responden
XY = Skor masing-masing pertanyaan dikali skor total
X = Item Pertanyaan
Y = Skor total
Uji validitas yang dilakukan terhadap 20 responden uji coba,
berdasarkan tabel nilai r product moment, taraf signifikan 5%, nilai r
tabel adalah 0,444.
Hasil dari 10 soal tentang pengetahuan, 2 soal lama kerja, 3 soal
tentang jam kerja, 3 soal tentang pemberian insentif, 2 soal tentang
jumlah kader, 3 soal tentang ketersediaan alat dan bahan, 2 soal tentang
pembinaaan kader, 2 soal tentang proses seleksi dan 3 soal tentang
frekuensi pertemuan kader diperoleh nilai korelasi pertanyaan dalam
angket yang tidak memenuhi taraf signifikan yaitu nomor soal 4, 6, 7, 10
dari pertanyaan tentang pengetahuan, nomor soal 14 dari pertanyaan
tentang jam kerja, nomor soal 21 dari pertanyaan tentang ketersediaan
alat dan bahan dan nomor soal 28 dari pertanyaan tentang frekuensi
pertemuan kader ( dibawah 0,444) sehingga dinyatakan tidak valid, soal
yang tidak valid dihilangkan.
36
3.6.1.2 Reliabilitas
Reliabilitas adalah sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik (Suharsimi Arikunto, 2002: 154).
Pengukuran reliabilitas menggunakan bantuan komputer dengan
rumus alpha. Untuk mengetahui reliabilitas dari angket sebagai alat ukur,
maka digunakan rumus alpha:
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
= ∑2
2
11 1)1( t
b
kkr
σσ
Keterangan:
r 11 = Reliabilitas Instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2∑ bσ = Jumlah varians butir
2tσ = Varians butir
37
Pengukuran reliabilitas terhadap 20 responden uji coba, didapatkan
hasil sebagai berikut:
Tabel 2
Hasil Perhitungan Reliabilitas
PERTANYAAN NILAI
RELIABILITAS
Pengetahuan Kader tentang Posyandu 0,623
Lama Kerja Kader 0,604
Jam Kerja Kader 0,629
Pemberian Insentif 0,889
Jumlah Kader 0,660
Ketersediaan Alat dan Bahan 0,476
Pembinaan Kader 0,569
Proses seleksi 0,516
Frekuensi Pertemuan Kader 0,497
Hasil pengukuran reliabilitas dengan 20 responden uji coba,
didapatkan bahwa r hitung > r tabel sehingga pengukuran dinyatakan
reliabel yang diperoleh dari r product moment dengan α 5% dan r tabel
0,444. Jadi semua item soal reliabel dan sudah dapat digunakan untuk
pengambilan data.
3.7 Teknik pengambilan data
Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer maupun data
sekunder. Data yang dikumpulkan adalah data primer meliputi identitas responden
38
(nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, pendidikan terakhir); pengetahuan;
lama kerja; jam kerja; pemberian insentif; jumlah kader; ketersediaan alat dan
bahan; pembinaan kader; proses seleksi; frekuensi pertemuan kader sedangkan
data sekunder berupa data monografi Kelurahan Gubug dan data daftar nama
kader yang ada di Kelurahan Gubug.
3.7.1 Pengambilan Data Primer
Metode yang digunakan dalam pengambilan data primer adalah
3.7.1.1 Metode angket
Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian
mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 112).
Pengumpulan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara mengedarkan angket yang telah disusun sedemikian rupa kemudian
angket langsung diisi oleh responden sendiri. Jenis pertanyaan yang ada
dalam angket adalah pertanyaan tertutup dan pilihan. Angket ini sebelum
disebarkan kepada sampel, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas
untuk dapat memenuhi kriteria.
3.7.1.2 Metode Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistemik gejala-gejala yang diselidiki
(Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2004: 70). Dalam penelitian ini
observasi yang dilakukan adalah dengan cara dokumentasi berupa
lembar observasi yaitu mencatat data cakupan D/S kegiatan posyandu
39
yang meliputi data sasaran balita dan data balita yang datang ke
posyandu selama tiga bulan yang kemudian diperoleh data rata-rata
cakupan D/S selama tiga bulan.
3.7.2 Pengambilan Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari puskesmas dan Kelurahan Gubug yang
berkaitan dengan keperluan penelitian.
3.8 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
3.8.1 Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian.
Kegiatan dalam proses pengolahan data meliputi:
1. Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh
para pengumpul data. Tujuan daripada editing adalah untuk mengurangi
kesalahan atau kekurangan yang ada didalam daftar pertanyaan yang sudah
diselesaikan sampai sejauh mungkin.
2. Koding
Koding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden
ke dalam kategori-kategori.
3. Tabulasi
Pekerjaan tabulasi adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-jawaban
yang sudah diberi kode kategori jawaban kemudian dimasukkan dalam tabel
(Cholid Narbuko,2004:154-155).
40
3.8.2 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan analitik dengan
menggunakan:
1. Analisis Univariat
Analisis Univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap
variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel seperti pengetahuan
kader tentang posyandu, lama kerja kader, jumlah kader, jam kerja kader,
frekuensi pertemuan kader, pemberian insentif, seleksi, pembinaan kader dan
ketersediaan alat dan bahan serta partisipasi kader dalam kegiatan posyandu.
2. Analisis Bivariat
Analisis Bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel yang diduga berhubungan. Variabel bebas dan variabel terikat yang
diteliti disesuaikan dalam skala ordinal sehingga pengujian statistiknya
menggunakan chi square dan apabila tidak memenuhi syarat chi square maka
menggunakan uji lainnya yaitu Fisher yang perhitungannya dilakukan dengan
bantuan komputer. Kriteria signifikan hasil uji statistik berdasarkan
probabilitas, adalah sebagai berikut:
Jika Probabilitas > 0,05 maka Ho diterima
Jika Probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
(Singgih Santoso, 2001: 238).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data
4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kelurahan Gubug merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah dengan luas
wilayah 4.019.000 Ha.
Kelurahan Gubug mempunyai batasan-batasan wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan Pranten dan Kelurahan Kedungwungu
Sebelah Selatan : Kelurahan Kunjeng, Kelurahan Kuwaron, dan Kelurahan
Rowosari
Sebelah Barat : Kecamatan Tegowanu
Sebelah Timur : Papanrejo
Berdasarkan data monografi Kelurahan Gubug pada bulan Juli sampai
dengan Desember tahun 2005, jumlah penduduk Kelurahan Gubug adalah
9.363 jiwa yang terdiri dari 4.588 jiwa laki-laki dan 4.775 jiwa perempuan.
Sebagian besar penduduk Kelurahan Gubug beragama islam yang berjumlah
7.515 jiwa dan sebagian besar penduduk Kelurahan Gubug bermata
pencaharian sebagai wiraswasta.
41
42
4.1.2 Karakteristik Responden
4.1.2.1 Umur dan Jenis Kelamin Responden
Responden dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik umur dan jenis kelamin yang dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 3
Karakteristik Responden Menurut Umur
Umur Frekuensi Prosentase
<20 tahun 1 1,9 %
20-30 tahun 8 15,4 %
>30 tahun 43 82,7 %
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2006
Tabel 4
Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
Perempuan 52 100%
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2006
Berdasarkan tabel 3 dan 4 dapat dilihat bahwa karakteristik
responden menurut umur, sebagian besar responden berumur lebih dari
30 tahun sebanyak 82,7% dan untuk responden yang berumur kurang
dari 20 tahun sebanyak 1,9% sedangkan karakteristik responden menurut
43
jenis kelamin secara keseluruhan responden berjenis kelamin
perempuan.
4.1.2.2 Pendidikan Terakhir Responden
Responden dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik menurut pendidikan terakhir yang dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 5
Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Terakhir
Pendidikan
Terakhir
Frekuensi Prosentase
SD 5 9,6 %
SLTP 19 36,5 %
SLTA 19 36,5 %
PT 9 17,3 %
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2006
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa karakteristik responden
menurut pendidikan terakhir sebanyak 36,5% responden tersebut
merupakan lulusan SLTP dan SLTA sedangkan responden yang tamat
SD sebanyak 9,6%.
4.1.2.3 Pekerjaan Responden
Responden dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan
karakteristik menurut pekerjaan yang dapat dilihat pada tabel berikut
44
Tabel 6
Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Prosentase
Pedagang 2 3,8 %
Swasta 8 15,4 %
PNS 7 13,5 %
Wiraswasta 4 7,7 %
Lain-Lain 31 59,6 %
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian Tahun 2006
Berdasarkan tabel 6 dapat dilihat bahwa karakteristik responden
menurut pekerjaan sebanyak 59,6% responden bermata pencaharian
sebagai ibu rumah tangga yang didalam tabel terdapat pada kelompok
lain-lain.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat dimaksudkan untuk menggambarkan hasil penelitian
yang diperoleh berupa prosentase dan disajikan dalam bentuk tabel. Analisis
Univariat dalam penelitian ini adalah variabel bebas yang meliputi
pengetahuan kader tentang posyandu, lama kerja kader, jam kerja kader,
jumlah kader, ketersediaan alat dan bahan, seleksi, pemberian insentif,
pembinaan kader dan frekuensi pertemuan kader serta variabel terikatnya yaitu
partisipasi kader dalam kegiatan posyandu.
45
4.2.1.1 Pengetahuan Kader tentang Posyandu
Pengetahuan kader tentang posyandu dikelompokkan menjadi 2
kriteria yaitu baik dan kurang. Hasil penelitian mengenai pengetahuan
kader tentang posyandu adalah sebagai berikut
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Kader
tentang Posyandu
Tingkat
pengetahuan
Frekuensi Prosentase
Kurang 20 38,5%
Baik 32 61,5%
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai pengetahuan
kader tentang posyandu menunjukkan bahwa sebanyak 32 responden
(61,5%) termasuk dalam kriteria baik dan sebanyak 20 responden
(38,5 %) termasuk dalam kriteria kurang.
4.2.1.2 Lama Kerja Kader
Lama kerja kader dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu baik dan
kurang. Hasil penelitian tentang lama kerja kader adalah sebagai berikut
46
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Lama Kerja Kader
Lama Kerja
kader
Frekuensi Prosentase
Kurang 5 9,6%
Baik 47 90,4%
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai lama kerja
kader bekerja di posyandu menunjukkan bahwa sebanyak 47 responden
(90,4%) termasuk dalam kriteria baik dan sebanyak 5 responden (9,6%)
termasuk dalam kriteria kurang.
4.2.1.3 Jam Kerja Kader
Jam kerja kader dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu baik dan
kurang. Hasil penelitian tentang jam kerja kader adalah sebagai berikut
47
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jam Kerja Kader
Jam Kerja
kader
Frekuensi Prosentase
Kurang 12 23,1%
Baik 40 76,9%
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai jam kerja
kader bekerja di posyandu menunjukkan bahwa sebanyak 40 responden
(76,9%) termasuk dalam kriteria baik dan sebanyak 12 responden
(23,1%) termasuk dalam kriteria kurang.
4.2.1.4 Jumlah Kader
Jumlah kader dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu baik dan
kurang. Hasil penelitian tentang jumlah kader adalah sebagai berikut
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jumlah Kader
Jumlah Kader Frekuensi Prosentase
Kurang 8 15,4%
Baik 44 84,6%
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
48
Berdasarkan tabel 10 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai jumlah kader
yang bekerja di posyandu menunjukkan bahwa sebanyak 44 responden
(84,6%) termasuk dalam kriteria baik dan sebanyak 8 responden (15,4%)
termasuk dalam kriteria kurang.
4.2.1.5 Ketersediaan Alat dan Bahan
Ketersediaan alat dan bahan dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu
mencukupi dan tidak mencukupi. Hasil penelitian tentang ketersediaan
alat dan bahan adalah sebagai berikut
Tabel 11
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Ketersediaan Alat dan
Bahan
Ketersediaan
Alat dan Bahan
Frekuensi Prosentase
Tidak
Mencukupi
21 40,4 %
Mencukupi 31 59,6 %
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
Berdasarkan tabel 11 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai ketersediaan
alat dan bahan di posyandu menunjukkan bahwa sebanyak 31 responden
49
(59,6%) termasuk dalam kriteria mencukupi dan sebanyak 21 responden
(40,4%) termasuk dalam kriteria tidak mencukupi.
4.2.1.6 Seleksi
Seleksi dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu keinginan sendiri
dan ditunjuk oleh petugas puskesmas atau ibu-ibu PKK. Hasil penelitian
tentang seleksi adalah sebagai berikut
Tabel 12
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Seleksi
Seleksi Frekuensi Prosentase
Ditunjuk 20 38,5%
Keinginan Sendiri 32 61,5%
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai seleksi
menunjukkan bahwa sebanyak 32 responden (61,5%) termasuk dalam
kriteria keinginan sendiri dan sebanyak 20 responden (38,5%) termasuk
dalam kriteria ditunjuk.
4.2.1.7 Pemberian Insentif
Pemberian insentif dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu diberi
insentif dan tidak diberi insentif. Hasil penelitian tentang pemberian
insentif adalah sebagai berikut
50
Tabel 13
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pemberian Insentif
Pemberian Insentif Frekuensi Prosentase
Tidak diberi Insentif 9 17,3 %
diberi Insentif 43 82,7 %
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
Berdasarkan tabel 13 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai pemberian
insentif menunjukkan bahwa sebanyak 43 responden (82,7%) termasuk
dalam kriteria diberi insentif dan sebanyak 9 responden (17,3%)
termasuk dalam kriteria tidak diberi insentif.
4.2.1.8 Pembinaan Kader
Pembinaan kader dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu diberi
pembinaan dan tidak diberi pembinaan. Hasil penelitian tentang
pembinaan kader adalah sebagai berikut
Tabel 14
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pembinaan Kader
Pembinaan Kader Frekuensi Prosentase
Tidak diberi pembinaan 8 15,4 %
Diberi pembinaan 44 84,6 %
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
51
Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai pembinaan
kader menunjukkan bahwa sebanyak 44 responden (84,6%) termasuk
dalam kriteria diberi pembinaan dan sebanyak 8 responden (15,4%)
termasuk dalam kriteria tidak diberi pembinaan.
4.2.1.9 Frekuensi Pertemuan Kader
Frekuensi pertemuan kader dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu
baik dan kurang. Hasil penelitian tentang frekuensi pertemuan kader
adalah sebagai berikut
Tabel 15
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Frekuensi Pertemuan
Kader
Frekuensi
Pertemuan Kader
Frekuensi Prosentase
Kurang 8 15,4%
Baik 44 84,6%
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai frekuensi
pertemuan kader menunjukkan bahwa sebanyak 44 responden (84,6%)
termasuk dalam kriteria baik dan sebanyak 8 responden (15,4%)
termasuk dalam kriteria kurang.
52
4.2.1.10 Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu
Partisipasi kader dikelompokkan menjadi 2 kriteria yaitu baik dan
kurang. Hasil penelitian tentang partisipasi kader adalah sebagai berikut
Tabel 16
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Partisipasi Kader dalam
Kegiatan Posyandu
Partisipasi Kader Frekuensi Prosentase
Kurang 11 21,2%
Baik 41 78,8%
Total 52 100 %
Sumber: Data Primer Penelitian tahun 2006
Berdasarkan tabel 16 dapat dilihat bahwa penelitian yang telah
dilakukan kepada 52 responden diperoleh hasil mengenai partisipasi
kader menunjukkan bahwa sebanyak 41 responden (78,8%) termasuk
dalam kriteria baik dan sebanyak 11 responden (21,2%) termasuk dalam
kriteria kurang.
4.2.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat dilakukan terhadap data hasil penelitian untuk menjawab
hipotesis penelitian yang telah disusun sebelumnya. Uji statistik yang
digunakan adalah dengan menggunakan uji Fisher. Hasil perhitungan dapat
disajikan dalam tabel berikut ini:
53
4.2.2.1 Hubungan antara Pengetahuan Kader tentang Posyandu dengan
Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Tabel 17
Analisis Hubungan antara Pengetahuan Kader tentang Posyandu
dengan Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu
Variabel Bebas Variabel Terikat
Partisipasi Kader
Kurang Baik
Tingkat
Pengetahuan
Kader tentang
posyandu
Frekuensi % Frekuensi %
p value
Kurang 3 15 17 85
Baik 8 25 24 75
0.497
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 17 dapat diketahui p value = 0,497 (p>0,05)
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan kader tentang posyandu dengan partisipasi kader
dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006 diterima.
54
4.2.2.2 Hubungan antara Lama Kerja Kader dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Tabel 18
Analisis Hubungan antara Lama Kerja Kader dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu
Variabel
Bebas
Variabel Terikat
Partisipasi Kader
Kurang Baik
Lama Kerja
Kader
Frekuensi % Frekuensi %
p value
Kurang 3 60 2 40
Baik 8 17 39 83
0.057
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 18 dapat diketahui p value = 0,057 (p>0,05)
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara lama kerja kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu
di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
diterima.
55
4.2.2.3 Hubungan antara Jam Kerja Kader dengan Partisipasi Kader dalam
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Tabel 19
Analisis Hubungan antara Jam Kerja Kader dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu
Variabel
Bebas
Variabel Terikat
Partisipasi Kader
Kurang Baik
Jam kerja
kader
Frekuensi % Frekuensi %
p value
Kurang 4 33.3 8 66.7
Baik 7 17.5 33 82.5
0.253
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui p value = 0,253 (p>0,05)
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara jam kerja kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu
di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
diterima.
56
4.2.2.4 Hubungan antara Jumlah Kader dengan Partisipasi Kader dalam
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Tabel 20
Analisis Hubungan antara Jumlah Kader dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu
Variabel
Bebas
Variabel Terikat
Partisipasi Kader
Kurang Baik
Jumlah
kader
Frekuensi % Frekuensi %
p value
Kurang 4 50 4 50
Baik 7 15.9 37 84.1
0.051
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui p value = 0,051 (p>0,05)
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara jumlah kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di
Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
diterima.
57
4.2.2.5 Hubungan antara Ketersediaan Alat dan Bahan dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Tabel 21
Analisis Hubungan antara Ketersediaan Alat dan Bahan dengan
Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu
Variabel
Bebas
Variabel Terikat
Partisipasi Kader
Kurang Baik
Ketersediaan
alat dan
bahan Frekuensi % Frekuensi %
p value
Tidak
mencukupi
5 23.8 16 76.2
Mencukupi 6 19.4 25 80.6
0.739
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui p value = 0,739 (p>0,05)
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara ketersediaan alat dan bahan dengan partisipasi kader dalam kegiatan
posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
Tahun 2006 diterima.
58
4.2.2.6 Hubungan antara Seleksi dengan Partisipasi Kader dalam Kegiatan
Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Tahun 2006
Tabel 22
Analisis Hubungan antara Seleksi dengan Partisipasi Kader dalam
Kegiatan Posyandu
Variabel
Bebas
Variabel Terikat
Partisipasi Kader
Kurang Baik
Seleksi
Frekuensi % Frekuensi %
p value
ditunjuk 6 30 14 70
Keinginan
Sendiri
5 15.6 27 84.4
0.299
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 22 dapat diketahui p value = 0,299 (p>0,05)
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara seleksi dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di
Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
diterima.
59
4.2.2.7 Hubungan antara Pemberian Insentif dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Tabel 23
Analisis Hubungan antara Pemberian Insentif dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu
Variabel
Bebas
Variabel Terikat
Partisipasi Kader
Kurang Baik
Pemberian
insentif
Frekuensi % Frekuensi %
p value
Tidak diberi
insentif
3 33.3 6 66.7
diberi
insentif
8 18.6 35 81.4
0.378
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 23 dapat diketahui p value = 0,378 (p>0,05)
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara pemberian insentif dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu
di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
diterima.
60
4.2.2.8 Hubungan antara Pembinaan Kader dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Tabel 24
Analisis Hubungan antara Pembinaan Kader dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu
Variabel Bebas Variabel Terikat
Partisipasi Kader
Kurang Baik
Pembinaan kader
Frekuensi % Frekuensi %
p value
Tidak diberi
pembinaan
0 0 8 100
diberi pembinaan 11 25 33 75
0.178
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 24 dapat diketahui p value = 0,178 (p>0,05)
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara pembinaan kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan
posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
Tahun 2006 diterima.
61
4.2.2.9 Hubungan antara Frekuensi Pertemuan Kader dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Tabel 25
Analisis Hubungan antara Frekuensi Pertemuan Kader dengan
Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu
Variabel
Bebas
Variabel Terikat
Partisipasi Kader
Kurang Baik
Frekuensi
pertemuan
kader Frekuensi % Frekuensi %
p value
Kurang 2 25 6 75
Baik 9 20.5 35 79.5
1.000
Sumber: Data Primer yang diolah
Berdasarkan tabel 25 dapat diketahui p value = 1,000 (p>0,05)
sehingga Ho yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara frekuensi pertemuan kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan
posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan
Tahun 2006 diterima.
62
Tabel 26
Pedoman untuk Memberikan Interprestasi terhadap Koefisien
Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat Kuat
(Sugiyono, 2002: 216)
4.3 Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
4.3.1 Gambaran partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan
Gubug
Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam
menjaga dan meningkatkan kesehatan, sedangkan peranan petugas kesehatan
adalah untuk membantu upaya yang pada dasarnya merupakan kegiatan
masyarakat sendiri (Depkes RI, 1989:1-2).
Berdasarkan dari penjelasan Kepala Puskesmas Gubug, kegiatan
posyandu yang ada di Kelurahan Gubug merupakan suatu kegiatan yang
berada di bawah naungan tim PKK (BKKBN) dan biasanya dari tim PKK
tersebut meminta bantuan kepada warga untuk bersedia menjadi kader
posyandu, akan tetapi dalam pelaksanaannya terdapat kesulitan dalam
63
mengajak warga untuk ikut berpartisipasi menjadi kader sehingga sebagian
besar warga yang menjadi kader posyandu di Kelurahan Gubug, masih dalam
hubungan satu keluarga atau kerabat dekat. Selain itu jika didalam masyarakat
terdapat permasalahan mngenai kesehatan Ibu dan anak atau penjelasan
berkaitan dengan posyandu maka tim PKK bersama kader dengan dibantu
oleh Kepala Kelurahan dan Petugas Puskesmas membahas masalah tersebut
dalam suatu rapat yang lebih dikenal oleh masyarakat yaitu pertemuan kader.
Pertemuan kader biasanya dilaksanakan setiap bulan pada tanggal 3 dan
sumber dana untuk pertemuan kader berasal dari swadaya masyarakat sendiri
sedangkan dari pihak puskesmas kadang-kadang juga memberikan subsidi
dana yang digunakan untuk pemberian insentif berupa uang sebesar
Rp. 4000,00 kepada masing-masing kader pada saat pelaksanaan posyandu.
4.3.2 Hubungan antara Pengetahuan Kader tentang Posyandu dengan
Partisipasi Kader dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang
(Overt Behavior) (Soekidjo,1997:127-129).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden tingkat pengetahuan tentang posyandu di Kelurahan Gubug
sebanyak 61,5% termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut dapat terjadi
karena responden sebagai kader posyandu sudah pernah mendapatkan
64
pelatihan dasar sebelumnya dari petugas puskesmas dalam pemberian
pelayanan kesehatan kepada masyarakat termasuk didalamnya mendapatkan
informasi mengenai cara pelaksanaan posyandu sehingga pengetahuan yang
responden miliki tidak berpengaruh dalam perubahan perilaku responden
untuk terus berpartisipasi dalam kegiatan posyandu, meskipun dari observasi
peneliti pelaksanaan kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug sebagian besar
belum memenuhi sistem 5 meja seperti yang disarankan oleh Departemen
Kesehatan RI namun hal tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap
partisipasi responden dalam kegiatan posyandu. Dengan demikian tidak ada
hubungan antara pengetahuan kader tentang posyandu dengan partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006.
4.3.3 Hubungan antara Lama Kerja Kader dengan Partisipasi Kader dalam
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Tahun 2006
Seseorang dalam bekerja akan lebih baik hasilnya bila seseorang
tersebut memiliki keterampilan dalam melaksanakan tugas dan keterampilan
seseorang dapat terlihat pada lamanya seseorang bekerja ( Sondang, 2004: 81).
Begitu juga dengan kader posyandu, semakin lama seseorang bekerja menjadi
kader posyandu maka keterampilan dalam melaksanakan tugas pada saat
kegiatan posyandu akan semakin meningkat sehingga nantinya partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu akan semakin baik. Dari hasil penelitian, lama
kerja sebagian besar responden termasuk dalam kategori baik, hal tersebut
65
terjadi karena lama bekerja kader sudah cukup lama yaitu sebanyak 55,8%
bekerja ≥ 5 tahun dengan disertai meningkatnya keterampilan responden
dalam pelaksanaan kegiatan posyandu. Selain itu faktor yang juga
mempengaruhi responden dalam bekerja cukup lama di posyandu karena
responden sudah ada rasa memiliki satu sama lain dan memahami akan
manfaat kegiatan posyandu yang menjadi tanggung jawab mereka sebagai
pelaksana kegiatan posyandu untuk membantu dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat didaerah setempat sehingga dengan demikian
tidak ada hubungan antara lama kerja kader dengan partisipasi kader dalam
kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Tahun 2006.
4.3.4 Hubungan antara Jam Kerja Kader dengan Partisipasi Kader dalam
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Tahun 2006
Kegiatan posyandu diselenggarakan sekali dalam sebulan selama kurang
lebih 3 jam (Warta Posyandu, 1993/1994:1). Sedangkan dari observasi peneliti
kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug sebagian besar dilaksanakan sebulan
sekali dan biasanya berlangsung 2 jam (≤ 3 jam) sebanyak 92,3% dan jam
kerja tersebut selalu rutin dilakukan setiap bulan pada saat kegiatan posyandu
berlangsung sehingga sebagian responden untuk jam kerja kader termasuk
dalam kategori baik sebanyak 76,5%. Namun kegiatan posyandu di Kelurahan
Gubug biasanya mengalami kemunduran waktu dari waktu yang sudah
disepakati bersama yaitu sore jam 15.30 atau pagi jam 09.00 karena
66
kesibukan masing-masing kader dan kadang kurangnya kesadaran masyarakat
untuk datang ke posyandu dengan tepat waktu sehingga biasanya kegiatan
posyandu baru dimulai sesudah setengah jam dari waktu pelaksanaan.
Meskipun demikian kemunduran waktu dan lama waktu kegiatan posyandu
berlangsung 2 jam tidak menjadikan suatu permasalahan yang berarti sehingga
tidak ada hubungan yang signifikan antara jam kerja kader dengan partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006.
4.3.5 Hubungan antara Jumlah Kader dengan Partisipasi Kader dalam
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Tahun 2006
Jumlah kader yang bertugas pada hari H Posyandu dapat dijadikan indikasi
lancar tidaknya Posyandu. Hari H merupakan puncak kegiatan Posyandu, oleh
karena itu banyaknya kader yang bertugas pada hari itu amat menentukan
kelancaran Posyandu. Dari pengalaman selama ini menunjukkan bahwa
kegiatan di Posyandu bisa tertangani dengan baik bila jumlah kader 5 orang
atau lebih. Bila kurang dari 5 orang, biasanya kader kewalahan melayani Ibu
berbalita yang datang ke Posyandu (Depkes RI, 1997: 50).
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden sebanyak 73,1%
menyebutkan bahwa jumlah kader pada masing-masing posyandu di Kelurahan
Gubug kurang dari 5 orang maka jika hal itu dilakukan secara rutin setiap bulan
maka akan berpengaruh pada tugas kader dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat yang tidak dapat bekerja secara optimal. Dengan
67
kurang optimalnya kader dalam bekerja karena jumlah kader kurang dari 5
orang maka hal ini juga dapat berpengaruh pada partisipasi kader dalam
kegiatan posyandu namun karena kegiatan posyandu merupakan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat sehingga rasa memiliki sangat terlihat dari warga
yang juga menimbangkan balita ikut serta membantu kader yang kewalahan
melayani ibu berbalita dalam kegiatan posyandu sehingga hal tersebut dapat
menyebabkan tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah kader dengan
partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006.
4.3.6 Hubungan antara Ketersediaan Alat dan Bahan dengan Partisipasi
Kader dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Salah satu tugas kader yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan di posyandu(DEPKES RI, 1994: 10). Berdasarkan hasil observasi,
alat dan bahan yang tersedia di posyandu Kelurahan Gubug antara lain dacin
beserta sarung timbangan, Sistem Informasi Posyandu berupa lembar register
penimbangan bayi, balita dan ibu hamil, vitamin A, PMT, KMS. Namun alat
seperti timbangan injak yang ada pada beberapa posyandu dilihat dari
kondisinya sudah tidak berfungsi dengan baik dan responden sebanyak 36,5%
menggunakan alat dan bahan seadanya jika ketersediaan alat dan bahan di
posyandu tidak mencukupi, tanpa adanya upaya dari mereka untuk
memperbaiki atau mengganti alat tersebut. Akan tetapi faktor tersebut tidak
menjadikan suatu hambatan bagi responden untuk dapat berpartisipasi dalam
68
kegiatan posyandu sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara
ketersediaan alat dan bahan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu
di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006.
4.3.7 Hubungan antara Seleksi dengan Partisipasi Kader dalam Kegiatan
Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Tahun 2006
Seleksi merupakan usaha yang sistematik yang dilakukan guna lebih
menjamin bahwa mereka yang diterima menjadi anggota organisasi adalah
orang-orang yang dianggap paling tepat untuk dipekerjakan
(Sondang,2004:201). Hal itu juga dilakukan pada pemilihan kader posyandu
di Kelurahan Gubug dan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
responden sebanyak 61,5% terpilih menjadi kader posyandu atas keinginan
sendiri dan hal itu menunjukkan kesadaran masyarakat untuk bersedia
menjadi kader posyandu sudah cukup baik sehingga responden dapat
melaksanakan tugasnya sebagai pelaksana kegiatan posyandu dengan
tanggung jawab dan hal tersebut tidak berpengaruh dengan partisipasi
responden dalam kegiatan posyandu.
4.3.8 Hubungan antara Pemberian Insentif dengan Partisipasi Kader dalam
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Tahun 2006
Insentif adalah salah satu jenis penghargaan yang dikaitkan dengan
prestasi kerja (Mutiara, 2002: 88).
69
Sebagian besar responden di Kelurahan Gubug sebanyak 82,7% dalam
melaksanakan kegiatan posyandu ada pemberian insentif sebesar
Rp. 1000-Rp.5000. Menurut penjelasan responden pada saat pengisian angket,
pemberian insentif yang diberikan oleh pihak puskesmas yaitu sebesar
Rp. 4000,00 namun insentif tersebut diberikan kepada kader tidak rutin setiap
bulan tetapi hanya kadang-kadang saja sebanyak 44,2%. Tetapi justru pada
saat pelaksanaan PIN, biasanya insentif yang diberikan oleh pihak puskesmas
kepada kader cukup besar. Dengan adanya hal tersebut tidak mempengaruhi
responden dalam melaksanakan tugas sebagai kader posyandu di Kelurahan
Gubug yang bekerja dengan tanpa mengharapkan imbalan sesuai dengan
pernyataan yang menyebutkan bahwa kader posyandu adalah anggota
masyarakat yang mau dan mampu bekerja secara sukarela
(DEPKES RI, 1987: 13).
4.3.9 Hubungan antara Pembinaan Kader dengan Partisipasi Kader dalam
Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten
Grobogan Tahun 2006
Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari peran serta masyarakat dalam
menjaga dan meningkatkan kesehatan sedangkan peranan petugas kesehatan
adalah untuk membantu upaya yang pada dasarnya merupakan kegiatan
masyarakat sendiri.(Depkes RI, 1989:1-2)
Peranan petugas puskesmas di Kelurahan Gubug dalam membantu
pelaksanaan kegiatan posyandu dilakukan dengan cara memberikan bantuan
berupa pembinaan kader yang menurut penjelasan responden saat pengisian
70
angket, pembinaan yang biasa responden terima yaitu pembinaan evaluasi
kegiatan posyandu berkaitan dengan masalah gizi pada balita yang
disampaikan pada saat pertemuan kader.
Sebagian besar responden di Kelurahan Gubug (84,6%) sudah mendapat
pembinaan dari petugas puskesmas dan pembinaan tersebut (63,5%)
dilaksanakan secara rutin setiap bulan sehingga hal itu juga dapat menjadi
salah satu penyebab tidak ada hubungan yang signifikan antara pembinaan
kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug
Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006.
4.3.10 Hubungan antara Frekuensi Pertemuan Kader dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006
Salah satu tingkat partisipasi kader dalam kegiatan posyandu yang
harus dilakukan oleh kader yaitu memiliki kemampuan sebagai pengelola
seperti mengadakan pertemuan kader(DEPKES RI, 1989: 39).
Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar responden di Kelurahan
Gubug (57,7%) telah mengikuti pertemuan kader sebanyak ≥ 8 kali namun ada
sebagian kecil responden yang pada saat pengisian angket menjelaskan bahwa
responden tersebut kadang beberapa kali tidak mengikuti pertemuan kader
karena adanya kesibukan lain seperti memasak dan meskipun mereka tidak
mengikuti pertemuan kader, responden tetap mendapatkan informasi dari
kader lain karena sebagian besar kader posyandu yang ada di Kelurahan
Gubug masih dalam hubungan satu keluarga. Dengan demikian tidak ada
71
hubungan yang signifikan antara frekuensi pertemuan kader dengan partisipasi
kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006.
4.4 Hambatan dan Kelemahan Penelitian
Selama proses pelaksanaan penelitian, peneliti menemui hambatan dan
kelemahan antara lain:
4.4.1 Hambatan
Hambatan yang biasa ditemui saat pelaksanaan penelitian selama 3 bulan
yaitu:
1. Masih adanya kader yang pada saat pengisian angket kurang jujur dalam
menjawab pertanyaan sehingga peneliti berusaha meminta kader untuk
dapat lebih bersikap terbuka dalam pengisian angket.
2. Pengisian angket pada saat selesai kegiatan posyandu tidak dapat
dilakukan pada semua kader yang bertugas karena ada kader yang tidak
hadir dalam kegiatan posyandu sehingga cara peneliti dalam menyebarkan
angket yaitu dengan mendatangi langsung rumah responden.
4.4.2 Kelemahan
Beberapa kelemahan dalam penelitian ini antara lain:
1. Masih adanya kader yang belum jelas mengenai cara pengisian angket
sehingga peneliti berusaha menjelaskan cara pengisian angket kepada
kader.
2. Masih ada kader yang tidak mau mengisi jawaban dari pertanyaan yang
seharusnya dijawab oleh kader yang kemudian peneliti berusaha untuk
72
tidak memaksa kader untuk menjawab sehingga dalam penentuan skor
untuk pertanyaan yang tidak diisi maka diberi skor 0.
3. Pengkategorian dalam penelitian ini menggunakan Mean (Me) atau rata-
rata yang menjadikan salah satu penyebab hasil penelitian ini tidak ada
hubungan antara faktor-faktor yang diteliti seperti pengetahuan kader
tentang posyandu, lama kerja kader, jam kerja kader, pemberian insentif,
jumlah kader, pembinaan kader, seleksi, ketersediaan alat dan bahan, dan
Frekuensi pertemuan kader dengan partisipasi kader dalam kegiatan
posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai faktor-faktor yang
berhubungan dengan partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di
Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006
maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara faktor-
faktor yang diteliti seperti pengetahuan kader tentang posyandu, lama kerja
kader, jam kerja kader, pemberian insentif, jumlah kader, pembinaan kader,
seleksi, ketersediaan alat dan bahan, dan Frekuensi pertemuan kader dengan
partisipasi kader dalam kegiatan posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan
Gubug Kabupaten Grobogan Tahun 2006.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa masih ada kader
yang tidak hadir dalam kegiatan posyandu yang dapat dilihat dari jumlah
kader (73,1%) kader yang bertugas pada saat posyandu masih kurang
dari 5 orang sehingga masih perlu dilakukan suatu upaya berupa
pelatihan ulang kader agar kader dapat terus berpartisipasi dengan selalu
rutin hadir dalam kegiatan posyandu.
5.2.2 Kader Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian mengenai lama kerja kader dapat
terlihat bahwa masih ada kader (44,2%) yang lama menjadi kader < 5
73
74
tahun sehingga dengan adanya pengalaman kerja kader yang masih
belum lama ini diharapkan agar kader tersebut dapat lebih meningkatkan
keaktifannya dalam kegiatan posyandu sehingga kelangsungan kegiatan
posyandu dapat terus dipertahankan.