analisis kelayakan ekonomi agroindustri...

21
ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA (Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang) THE ECONOMIC FEASIBILITY ANALYSIS OF CORN CHIPS AGROINDUSTRY TO DEVELOP THE INDUSTRY (A Case Study in Pandanwangi Sub-district, Blimbing District, Malang City). Oleh : VINDY OKTOVIANTINI HADI 0510443022-44 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS MALANG 2010

Upload: nguyentuyen

Post on 01-Feb-2018

250 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING

JAGUNG DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing,

Kotamadya Malang)

THE ECONOMIC FEASIBILITY ANALYSIS OF CORN CHIPS

AGROINDUSTRY TO DEVELOP THE INDUSTRY

(A Case Study in Pandanwangi Sub-district, Blimbing District, Malang

City).

Oleh :

VINDY OKTOVIANTINI HADI

0510443022-44

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS PERTANIAN

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

MALANG

2010

Page 2: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Agustus 2010

Vindy Oktoviantini Hadi

Nim : 0510443022-44

Page 3: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI JURNAL

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING

JAGUNG DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing,

Kotamadya Malang)

THE ECONOMIC FEASIBILITY ANALYSIS OF CORN CHIPS

AGROINDUSTRY TO DEVELOP THE INDUSTRY

(A Case Study in Pandanwangi Sub-district, Blimbing District, Malang

City).

Nama Mahasiswa : VINDY OKTOVIANTINI HADI

NIM : 0510443022 - 44

Jurusan : SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

Program Studi : AGRIBISNIS

Menyetujui : Dosen pembimbing

Tanggal Persetujuan :

Utama,

Prof. Dr. Ir. M. Muslich Mustadjab, MSc.

NIP. 19480807 197903 1 002

Pendamping,

Ir. Agustina Shinta H. W., MP

NIP : 19710821 200212 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian

Dr. Ir. Djoko Koestiono, MS

NIP. 19530715 198103 1 006

Page 4: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM

RANGKA PENGEMBANGAN USAHA

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

The Economic Feasibility Analysis of Corn Chips Agroindustry to Develop The Industry

(A Case Study in Pandanwangi Sub-district, Blimbing District, Malang City).

Vindy Oktoviantini Hadi1

M. Muslich Mustadjab2, Agustina Shinta HW

2

ABSTRACT

The objective of the study are to know which corn chips agroindustry can increase corn

chips entrepreneurs’ income In Pandanwangi Sub-district, Blimbing District, Malang City, East

Java using 7 corn chips entrepreneurs as respondents selected using census method. By using the

analysis of income, break-even point, added value and productivity of labor and machine

production to obtain the results of research that indicates that the corn chips feasible to be

developed. The result from the study can get conclusion that full production process is better to

develop the agroindustry than half production process because need low capital and produce high

income. Based on the result of analysis, suggestion that can be proposed are: (1) development of

full production process agroindustry can done by enlarge the product’s promotion so that the

product’s demand increase. (2) related to capital need magnitude, to develop full production

process need capitalization loan aid.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis sejauh mana agroindustri emping jagung

dapat meningkatkan pendapatan pengusaha agroindustri emping jagung sehingga dapat

dikembangkan. Penelitian dilakukan di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Belimbing,

Kotamadya Malang, Jawa Timur dengan menggunakan responden sebanyak 7 pengusaha

agroindustri yang dipilih dengan menggunakan metode sensus. Metode yang digunakan adalah

analisis pendapatan, BEP, nilai tambah dan produktivitas tenaga kerja serta mesin produksi. Hasil

penelitian diperoleh bahwa produksi jadi lebih baik untuk pengembangan usaha karena

membutuhkan modal yang lebih kecil dan menghasilkan pendapatan yang lebih besar. Atas dasar

hasil analisis diatas, saran yang dapat dikemukakan antara lain adalah : (1) Pengembangan

agroindustri proses produksi jadi dapat dilakukan dengan memperbesar usaha promosi produknya

sehingga permintaan terhadap produk tersebut meningkat. (2) Terkait dengan besarnya kebutuhan

modal, agar produksi jadi bisa berkembang diperlukan adanya bantuan pinjaman permodalan. Key words: Analisis kelayakan ekonomi, emping jagung.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Agroindustri merupakan suatu bentuk

keterpaduan antara sektor industri dan

pertanian yang diharapkan tidak saja

menciptakan kondisi yang saling

mendukung industri maju dengan pertanian

tangguh, tetapi juga memberikan efek ganda

tinggi melalui penciptaan lapangan kerja

baru, perbaikan distribusi pendapatan, nilai

tambah serta pembangunan pertanian yang

sangat luas. Menurut Satpem Bimas Jawa

Timur (1997) dalam (Tastra, 2003) Jawa

Timur mempunyai potensi untuk

pengembangan di bidang sektor

agroindustri, karena selain sebagai salah satu

lumbung pangan nasional, Jawa Timur

dikenal sebagai propinsi dengan sektor

industri yang berkembang cepat. Potensi

sumber daya pertanian di Jawa Timur

tersebar di seluruh wilayah Timur pulau

Jawa ini. Komoditas utama pertanian yang

potensial antara lain padi, jagung, kedelai,

buah-buahan dan sayur-sayuran. Dalam

rangka upaya peningkatan pendapatan petani

pengembangan agroindustri merupakan

alternatif yang dapat dilakukan.

Di Malang banyak berkembang

agroindustri dengan jenis olahan dan skala

usaha yang beragam, sehingga Malang

merupakan tempat tumbuhnya berbagai

macam bentuk agroindustri yang salah

satunya agroindustri emping jagung yang

ada di Kota Malang yang letaknya di

Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan

Belimbing, Kotamadya Malang.

Agroindustri ini mengolah bahan baku

jagung menjadi emping jagung. Menurut

Drs. Agus Satriyo, Kepala Bidang

Page 5: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

Perindustrian Dinas Koperasi Perindag

Kabupaten Malang “Produk unggulan

industri kecil menengah, Malang selain

pangan seperti tempe, emping melinjo, tiwul

(makanan dari singkong) dan makanan

kering, adalah emping jagung,” (Kholis,

2007).

Kelurahan Pandanwangi merupakan

sentra agroindustri emping jagung yang

sudah lama berdiri. Namun sekarang,

jumlah pengusaha emping jagung tersebut

semakin lama semakin berkurang. Hal ini

disebabkan karena pengembangan

perusahaan emping jagung menghadapi

banyak kendala diantaranya tingkat

pendidikan dan pendapatan yang rendah.

Dalam rangka upaya peningkatan

pendapatan, pengusaha agroindustri emping

jagung di Kelurahan Pandanwangi,

Kecamatan Belimbing, Kotamadya Malang

dirasa penting untuk mengkaji analisis

kelayakan ekonomi agroindustri emping

jagung tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Agroindustri emping jagung di

Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan

Belimbing, Kotamadya Malang ini terdiri

dari 2 jenis agroindustri yaitu agroindustri

dengan produksi ½ jadi dan agroindustri

dengan proses produksi jadi. Tenaga kerja

yang bekerja di agroindustri emping jagung

ini masih menggunakan tenaga kerja dari

dalam keluarga dan sebagian kecil

menggunakan tenaga kerja dari luar

keluarga. Modal yang terbatas dan

pendapatan yang semakin berkurang

mengakibatkan jumlah pengusaha emping

jagung tersebut menurun sehingga berakibat

pada pendapatan menurun.

Berdasarkan uraian diatas, secara umum

permasalahan penelitian ini dapat

dirumuskan yaitu “Sejauh mana

agroindustri emping jagung dapat

meningkatkan pendapatan pengusaha”.

Secara rinci permasalahan umum tersebut

dapat dijabarkan menjadi empat

permasalahan sebagai berikut:

1. Sejauh mana tingkat pendapatan yang

didapat oleh agroindustri emping jagung

pada produksi ½ jadi dibandingkan

dengan produksi jadi.

2. Seberapa besar produksi minimal yang

harus dihasilkan oleh pengusaha

agroindustri emping jagung pada

produksi ½ jadi dibandingkan produksi

jadi agar tidak mengalami kerugian.

3. Seberapa besar agroindustri emping

jagung dapat memberikan nilai tambah

pada produksi ½ jadi maupun produksi

jadi.

4. Berapakah besarnya produktivitas nilai

tenaga kerja dan mesin produksi dari

agroindustri emping jagung pada

produksi ½ jadi dibandingkan produksi

jadi.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pendapatan

agroindustri emping jagung dengan

proses produksi ½ jadi dan produksi

jadi

2. Menganalisis titik impas agroindustri

emping jagung dengan proses produksi

½ jadi dan produksi jadi.

3. Menganalisis besarnya nilai tambah dari

agroindustri emping jagung produksi ½

jadi dan produksi jadi.

4. Menganalisis produktivitas tenaga kerja

dan mesin produksi yang dipakai dalam

agroindustri emping jagung.

1.4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai informasi bagi pengusaha

emping jagung dalam upaya

peningkatan pendapatan dan dasar

pertimbangan dalam upaya untuk

perluasan usaha.

2. Sebagai tambahan informasi untuk

penelitian selanjutnya terutama dengan

masalah agroindustri emping jagung.

II. KERANGKA KONSEP

PENELITIAN

2.1. Kerangka Pemikiran

Secara skematis kerangka pemikiran

penelitian ini disajikan pada gambar 1

Page 6: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Ekonomi Agroindustri Emping Jagung

Dalam Rangka Pengembangan Usaha

2.2. Hipotesis

1. Agroindustri emping jagung produksi ½

jadi mempunyai pendapatan lebih kecil

dibandingkan produksi jadi

2. Produksi minimal yang harus dicapai

pada agroindusti emping jagung

produksi ½ jadi lebih besar

dibandingkan dengan produksi jadi

3. Agroindustri emping jagung produksi ½

jadi mempunyai nilai tambah lebih kecil

dibandingkan dengan produksi jadi

4. Agroindustri emping jagung produksi ½

jadi mempunyai produktivitas tenaga

kerja dan mesin produksi lebih besar

dibandingkan dengan produksi jadi

Proses Produksi

Agroindustri

Emping Jagung

Masukan untuk peningkatan

pendapatan

Pengembangan agroindustri emping jagung

1. Analisis Pendapatan

2. Analisis BEP

3. Analisis Nilai Tambah

4. Analisis Produktivitas tenaga kerja

dan mesin produksi

Potensi :

1. Bahan baku

mudah didapat

2. Meningkatkan

pendapatan

3. Penyerapan

tenaga kerja

1. Pendapatan lebih besar karena

kuantitas produksi besar

2. Produksi minimal yang harus dicapai

lebih besar karena kuantitas

produksinya lebih besar

3. Nilai tambah bahan baku lebih besar

4. Produktivitas tenaga kerja dan mesin

produksi lebih besar

1. Pendapatan lebih kecil karena kuantitas

produksi kecil

2. Produksi minimal yang harus dicapai

lebih kecil karena kuantitas produksinya

lebih kecil

3. Nilai tambah bahan baku lebih kecil

4. Produktivitas tenaga kerja dan mesin

produksi lebih kecil

Agroindustri

Kendala :

1. Modal terbatas

2. Tingkat

pendidikan

rendah

Produksi ½ Jadi Produksi Jadi

Page 7: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah

Penentuan daerah penelitian dilakukan

secara “purposive” atau sesuai tujuan di

Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan

Belimbing, Kotamadya Malang, Jawa Timur

dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut

merupakan salah satu daerah yang sebagian

besar penduduknya bekerja sebagai

pegusaha emping jagung

3.2. Metode Penentuan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah

mereka yang memproduksi emping jagung.

Penentuan responden dilakukan dengan

sensus yaitu pengambilan dari seluruh data

populasi yang ada di daerah penelitian.

Responden dikelompokkan menjadi dua

berdasarkan proses produksi yang dilakukan,

yaitu :

1. Agroindustri produksi ½ jadi sebanyak

4 agroindustri. Kelompok ini adalah

responden yang proses produksinya

dari bahan baku jagung diolah hingga

menjadi emping jagung yang belum

digoreng dan belum diberi bumbu.

2. Agroindustri produksi sampai jadi

sebanyak 3 agroindustri dengan usaha

yang proses produksinya dari bahan

baku jagung diolah hingga menjadi

emping jagung yang sudah digoreng

dan sudah diberi bumbu sehingga

sudah siap dimakan.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, jenis data yang

dikumpulkan adalah data primer dan data

sekunder. Teknik pengumpulan data primer

yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat untuk

mengumpulkan data atau informasi, baik

yang diketahui dan dialami seseorang atau

subyek yang diteliti maupun yang

tersembunyi jauh di dalam subyek

penelitian. Wawancara merupakan alat

untuk mendapatkan informasi dengan

bertanya langsung kepada responden

mengenai agroindustri emping jagung.

Wawancara pada penelitian ini yaitu dengan

cara memberikan kuisioner kepada

responden.

2. Observasi/ pengamatan langsung.

Cara ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengembangkan pemahaman menyeluruh

dan mendalam tentang kejadian nyata dalam

lokasi penelitian. Observasi yang dilakukan

yaitu mengamati proses pembuatan emping

jagung.

3. Metode Dokumentasi

Metode ini dilakukan dengan cara

pencatatan dokumen penting yang

berhubungan dengan penelitian dari

berbagai instansi terkait yaitu profil

kelurahan pandanwangi.

Pengumpulan data sekunder didapatkan

dari literatur, instansi terkait yaitu kantor

kelurahan Pandanwangi, dan pustaka-

pustaka ilmiah yaitu buku-buku penunjang

lain yang berhubungan dengan penelitian

dan melengkapi data primer yaitu tentang

agroindustri emping jagung dan analisis

ekonomi yang berkaitan dengan penelitian

ini. Data yang diperoleh yaitu berupa

monografi desa seperti jumlah penduduk,

umur penduduk, pendidikan penduduk, mata

pencaharian penduduk, dan luas wilayah

Kelurahan Pandanwangi.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menjawab tujuan penelitian ini,

digunakan metode analisis sebagai berikut :

3.4.1. Analisis pendapatan Agroindustri

Emping Jagung :

Tujuan ini dianalisis dengan

membandingkan pendapatan agroindustri

emping jagung produksi ½ jadi dan produksi

jadi. Pendapatan agroindustri emping jagung

adalah selisih antara penerimaan dan semua

biaya yang dikeluarkan oleh agroindustri

emping jagung, sehingga besarnya

pendapatan yang diperoleh agroindustri

emping jagung dapat dihitung dengan cara

sebagai berikut :

Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = pendapatan yang diterima oleh

pengusaha agroindustri emping jagung

(Rp)

TR = total penerimaan agroindustri emping

jagung (Rp)

TC = total biaya agroindustri emping jagung

(Rp)

3.4.2. Analisis Titik Impas / Break Even

Point Agroindustri Emping Jagung :

Tujuan ini dianalisis dengan

membandingkan pendapatan agroindustri

emping jagung produksi ½ jadi dan produksi

jadi. Analisis Titik Impas / Break Even

Page 8: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

Point memberikan informasi tentang

hubungan antara volume penjualan, biaya

dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh

pada level penjualan tertentu. Menurut

Riyanto (1997) dalam Shinta (2005), BEP

dapat dihitung dengan dua cara yaitu :

a. Atas dasar penjualan dalam unit

b. Atas dasar penjualan dalam rupiah

Keterangan :

P = Harga jual emping jagung per unit

(Rp)

Q = Jumlah produk emping jagung yang

dihasilkan

FC = Biaya Tetap pada saat penelitian (Rp)

VC = Biaya Variabel pada saat penelitian

(Rp)

TR = Total Penerimaan pengusaha

agroindustri emping jagung (Rp)

3.4.3. Analisis Nilai Tambah Agroindustri

Emping Jagung:

Tujuan ini dianalisis dengan

membandingkan nilai tambah agroindustri

emping jagung produksi ½ jadi dan produksi

jadi. Analisis nilai tambah dapat dijadikan

sebagai parameter untuk pengembangan

suatu agroindustri. Menurut Sudiono (2001)

digunakan anlalisis nilai tambah, secara

matematis nilai tambah dihitung dengan

rumus :

Nilai Tambah

Variabel Notasi

Bahan Baku (kg/hari) a

Harga Bahan Baku (Rp/kg) b

Hasil Produksi (unit/hari) c

Faktor Konversi c/a = h

Harga Produk Rata-Rata

(Rp/Unit)

d

Tenaga Kerja (HOK/Hari) e

Koefisien Tenaga Kerja e/a = i

Upah Rata-rata (Rp/HOK) f

Input Lain (Rp/Kg Bahan

Baku)

g

Nilai Produk (Rp/kg) h x d = j

Nilai Tambah (Rp/kg) j – g – b = k

Rasio Nilai Tambah k/j x 100% = L%

Imbalan Tenaga Kerja L x f = m

Bagian Tenaga Kerja m/k x 100% = n%

Keuntungan k – m = o

Tingkat Keuntungan o/k x 100% = p%

Sumber : Sudiono, 2001

Keterangan :

- Bahan Baku = bahan baku jagung yang

dibutuhkan dalam satu kali proses

produksi yaitu berupa pipilan jagung

(kg)

- Harga bahan baku = harga jagung pada

saat penelitian (Rp)

- Hasil produksi = jumlah produksi yang

dihasilkan yaitu berupa emping jagung

(unit)

- Faktor konversi = hasil pembagian antara

produksi emping jagung dengan bahan

baku berupa jagung

- Harga produk rata-rata = harga produk

jadi emping jagung (Rp)

- Tenaga kerja = pekerja yang terlibat

dalam proses produksi emping jagung

- Koefisien tenaga kerja = tenaga kerja

dibagi dengan bahan baku berupa pipilan

jagung

- Upah rata-rata = sejumlah uang yang

diterima oleh pekerja pada agroindustri

emping jagung

- Input lain = biaya pembelian bahan

penolong, bahan bakar, biaya kemasan,

dan biaya penyusutan peralatan yang

dikeluarkan dibagi dengan input bahan

baku yaitu jagung.

- Nilai produk = hasil perkalian antara

faktor konversi dengan harga produk

rata-rata emping jagung

- Nilai tambah = produksi dikurangi

dengan input bahan baku dan input

lainnya dihitung dengan satuan Rp/kg

- Rasio nilai tambah = nilai tambah yang

diterima oleh pengusaha emping jagung

dalam bentuk prosentase

- Imbalan tenaga kerja = hasil perkalian

antara rasio nilai tambah dengan upah

rata-rata yang diterima oleh pekerja

agroindustri emping jagung

- Keuntungan = nilai yang diterima

pengusaha emping jagung dari

pengelolaan agroindustri emping jagung

setelah dikurangi dengan seluruh biaya

yang dikeluarkan (Rp)

- Tingkat keuntungan = keuntungan yang

diterima oleh pengusaha emping jagung

dalam bentuk prosentase

3.4.4. Analisis Produktivitas Agroindustri

Emping Jagung:

Tujuan ini dianalisis dengan

membandingkan produktivitas agroindustri

emping jagung produksi ½ jadi dan produksi

Page 9: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

jadi. Analisis ini membandingkan antara

jumlah output emping jagung yang

dihasilkan dan keuntungan yang diterima

dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui

kemampuan tenaga kerja per orangnya untuk

menghasilkan emping jagung dan

keuntungan setiap proses produksi pada

kapasitas maksimalnya. Secara matematis

dapat digunakan rumus sebagai berikut :

a. Produktivitas Nilai Tenaga kerja

b. Produktivitas Mesin produksi

Keterangan :

- Jumlah produksi = jumlah produksi

yang dihasilkan oleh agroindustri emping

jagung produksi yaitu berupa emping

jagung (unit)

- Jumlah tenaga kerja = jumlah pekerja

yang terlibat dalam proses produksi

emping jagung

- Jumlah mesin produksi = jumlah mesin

produksi yang digunakan dalam proses

pembuatan emping jagung (unit)

- Keuntungan = nilai yang diterima

pengusaha emping jagung dari

pengelolaan agroindustri emping jagung

setelah dikurangi dengan seluruh biaya

yang dikeluarkan (Rp)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1. Kondisi Geografis

Kelurahan Pandanwangi merupakan

salah satu kelurahan yang berada di

Kecamatan Blimbing Kota Malang. Luas

wilayah Kelurahan Pandanwangi ini sebesar

3.586.000 m2. Jumlah penduduk di

Kelurahan Pandanwangi ini sebesar 24.472

jiwa dengan kepadatan penduduk 157

km/jiwa. Jarak Pusat Pemerintahan

Kelurahan dengan Kecamatan hanya 2 km

dan 7 km jarak Pusat Pemerintahan

Kelurahan dengan Kota. Secara geografis,

Kelurahan Pandanwangi berada di

ketinggian 444 meter dari permukaan laut

dengan suhu rata-rata 27˚C.

Adapun batas-batas wilayah Kelurahan

Pandanwangi adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Kelurahan Arjosari

2. Sebelah Timur : Kelurahan Mangliawan

Kabupaten Malang

3. Sebelah Selatan: Kelurahan Bunulrejo

4. Sebelah Barat : Kelurahan Blimbing dan

Kelurahan Purwodadi

Peta lokasi penelitian disajikan pada

lampiran 1.

4.1.2. Kondisi Demografis

1. Distribusi Penduduk Menurut Usia

Data distribusi jumlah penduduk

menurut usia disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Usia di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan

Blimbing Kota Malang, 2008.

Kelompok Umur Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

0-5

6-15

16-60

60 >

3.033

5.375

11.711

4.353

12,39

21,96

47,86

17,79

Jumlah 24.472 100,00

Sumber : Data monografi Kelurahan Pandanwangi (2008)

Tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk

Kelurahan Pandanwangi terdiri dari

tingkatan usia yang berbeda-beda. Sebagian

besar penduduk berada dalam tingkat

usia/kelompok umur 16-60 tahun. Dengan

melihat jumlah prosentase tersebut dapat

disimpukan bahwa jumlah usia produktif

lebih banyak dibandingkan dengan usia non

produktif yang artinya banyak tersedia

tenaga kerja.

2. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat

Pendidikan

Data distribusi penduduk Kelurahan

Pandanwangi berdasarkan tingkat

pendidikan disajikan pada Tabel 2.

Page 10: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

Tabel 2. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kelurahan Pandanwangi

Kecamatan Blimbing Kota Malang, 2008.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

7

Belum Sekolah

Tidak Tamat Sekolah Dasar

Tamat SD / Sederajat

Tamat SLTP / Sederajat

Tamat SMU / Sederajat

Tamat Akademi / Sederajat

Tamat Perguruan Tinggi / Sederajat

3.498

112

8.959

4.367

5.043

702

1.791

14,29

0,45

36,60

17,88

20,60

2,86

7,32

Jumlah Keseluruhan 24.472 100,00

Sumber : Data monografi Kelurahan Pandanwangi (2008)

Tabel 2 menunjukkan bahwa hingga

tahun 2008 sebagian besar penduduk

tamatan SD. Penduduk pada tingkat

pendidikan SMU dan SLTP juga cukup

banyak serta ada yang tamatan perguruan

tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa

penduduk Kelurahan Pandanwangi ini telah

memiliki kesadaran yang cukup tinggi akan

pentingnya pendidikan. Hal ini menjadi

salah satu potensi sumber daya yang dapat

mendukung peningkatan perekonomian dan

pengembangan usaha di daerah penelitian.

3. Distribusi Penduduk Menurut Mata

Pencaharian

Mata pencaharian penduduk Kelurahan

Pandanwangi cukup beragam baik yang

bekerja pada sektor pemerintahan maupun

swasta. Tabel 3 menunjukan mata

pencaharian penduduk terbesar adalah

sebagai buruh industri. Hal ini dapat

dipahami karena Kelurahan Pandanwangi

termasuk daerah perkotaan dimana

kesempatan kerja di luar pertanian lebih

luas.

Distribusi penduduk Kelurahan

Pandanwangi berdasarkan mata pencaharian

disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Pandanwangi

Kecamatan Blimbing Kota Malang, 2008

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Petani

- Petani Pemilik Tanah

- Petani Penggarap Tanah

- Buruh Tani

Pengusaha Sedang / Besar

Pengerajin / Industri Kecil

Buruh Industri

Buruh Bangunan

Pedagang

Pengangkutan

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Anggota TNI

Pensiunan PNS / TNI

35

47

189

24

62

5.117

1.002

132

1.633

419

274

225

0,38

0,51

2,06

0,26

0,68

55,88

10,94

1,44

17,83

4,57

2,99

2,46

Jumlah Keseluruhan 9.159 100,00

Sumber : Data monografi Kelurahan Pandanwangi (2008)

4.2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden memberikan

gambaran tentang kondisi responden dilihat

dari beberapa aspek yaitu usia, tingkat

pendidikan, dan lama usaha. Aspek-aspek

tersebut dapat mempengaruhi kinerja

pengembangan agroindustri emping jagung.

Responden penelitian ini adalah pengelola

emping jagung yang terbagi dalam dua

kegiatan produksi yaitu produksi ½ jadi dan

produksi jadi. Jumlah responden pengusaha

emping jagung sebanyak 7 orang responden,

yaitu 4 orang pengusaha emping jagung

untuk produksi ½ jadi dan 3 orang

pengusaha emping jagung untuk produksi

jadi.

Page 11: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

4.2.1. Distribusi Responden Berdasarkan

Usia

Distribusi responden berdasarkan tingkat

usia dalam penelitian ini disajikan pada

Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Usia Pengusaha Agroindustri Emping Jagung

Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang.

Usia Produksi ½ Jadi Produksi Jadi Jumlah

0-5 - - -

6-15 - - -

16-60 3 2 5

60> 1 1 2

Dari tabel 4 dapat disimpulkan bahwa

responden sebagian besar sudah termasuk

dalam kelompok usia antara 16-60 tahun

baik pada produksi ½ jadi maupun produksi

jadi. Sebanyak 3 responden pada produksi ½

jadi berada pada kelompok 16-60 tahun.

Sedangkan pada produksi jadi sebanyak 2

responden berada pada kelompok 16-60

tahun. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

responden dalam penelitian ini sudah dapat

mengambarkan populasi karena penduduk

Kelurahan Pandanwangi sebagian besar juga

berada pada kelompok usia antara 16-60

tahun (tabel 1).

4.2.2.Distribusi Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan

Distribusi responden berdasarkan tingkat

pendidikan dalam penelitian ini disajikan

pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pengusaha Agroindustri Emping

Jagung Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang.

Tingkat Pendidikan Produksi ½ Jadi Produksi Jadi Jumlah

SD 4 1 5

SLTP - - -

SMU - 1 1

PT - 1 1

Dari tabel 5 dapat disimpulkan bahwa

responden sebagian besar berpendidikan

tamat SD. Seperti juga pada distribusi

penduduk menurut tingkat pendidikan di

Kelurahan Pandanwangi, juga menunjukkan

sebagian besar penduduk di Kelurahan

Pandanwangi berpendidikan tamat SD.

Dengan demikian, responden dalam

penelitian ini sudah menggambarkan

populasi karena penduduk Kelurahan

Pandanwangi sebagian besar juga berada

pada kelompok berpendidikan tamat SD

(tabel 2).

4.2.3. Distribusi Responden

Berdasarkan Pekerjaan Utama

Distribusi responden berdasarkan

pekerjaan utama dalam penelitian ini

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Utama Pengusaha Agroindustri Emping

Jagung Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing Kota Malang.

No Jenis Pekerjaan Produksi ½ Jadi Produksi Jadi Jumlah

1 Petani - - -

2 Pengusaha 4 3 7

3 Pedagang - - -

4 Buruh Pabrik - - -

5 dll - - -

Dari Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa

semua responden berada dalam kelompok

jenis pekerjaan utamanya yaitu pengusaha,

baik pada produksi ½ jadi maupun produksi

jadi. Dengan demikian, responden dalam

penelitian ini sudah dapat menggambarkan

populasi karena penduduk Kelurahan

Pandanwangi juga terdapat kelompok

pengusaha industri kecil (tabel 3).

Page 12: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

4.3. Proses Pembuatan Emping Jagung

di Derah Penelitian

Di daerah penelitian dijumpai dua proses

produksi dalam agroindustri emping jagung,

yaitu proses produksi ½ jadi menghasilkan

produk krecekan dan proses produksi jadi

menghasilkan produk emping jagung. Secara

skematis alur proses produksi emping

jagung di daerah penelitian disajikan pada

gambar 2.

Gambar 2. Gambar Alur Proses Pembuatan Emping Jagung di Daerah Penelitian

Pada gambar 2. tampak bahwa terdapat 2

proses produksi yaitu A. proses produksi

produk ½ jadi dan B. produk jadi. Proses

produksi ½ jadi dimulai dari pemilihan

jagung sampai pengemasan produk ½ jadi,

yaitu dimulai dari no 1 (pemilihan jagung)

sampai no 8 (pengemasan krecekan).

Langkah-langkah pembuatan krecekan yaitu

sebagai berikut :

1. Pemilihan jagung. Dipilih jagung yang

bersih dan kondisinya baik yaitu

butiran jagung yang besar dan sehat

lalu jagung dipipil.

2. Perebusan dengan air kapur. Pipilan

jagung tersebut direbus dengan air

kapur ±3 jam. Proses perebusan dengan

kapur tersebut dimaksudkan untuk

menghancurkan kulit ari (kulit tipis

terbuat dari bahan sellulosa yang

menyelimuti biji jagung), sehingga

memudahkan penetrasi air dan panas

kedalam biji jagung. Proses tersebut

dianggap cukup apabila biji jagung

ketika dipegang jari tangan terasa licin

dan kulit ari hancur atau rusak.

3. Pencucian. Pipilan jagung dicuci

bersih untuk mengurangi residu air

kapur.

4. Perendaman. Biji jagung direndam air

bersih ± 12 jam sampai semalam.

Perendaman ini dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan penetrasi air

1. Pemilihan Jagung

2. Perebusan dengan air kapur

3. Pencucian

4. Perendaman

5. Pengukusan

6. Pemipihan

7. Penjemuran

B. Proses

Produksi Jadi

(Emping

Jagung)

A. Proses

Produksi ½

Jadi

(Krecekan)

8. Pengemasan (Krecekan) 9. Pemberian garam

12. Pengemasan (Emping Jagung)

10. Penggorengan

11. Pemberian bumbu

Page 13: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

kedalam biji jagung, sehingga

memudahkan proses pengukusan.

5. Pengukusan. dilakukan sekitar 1 jam.

6. Pemipihan. Jagung kukus yang masih

dalam keadaan panas langsung

dipipihkan atau digencet dengan mesin

penggiling atau pemipih.

7. Penjemuran, pipihan jagung tersebut

langsung di jemur diatas sesek dengan

bantuan sinar matahari. Dalam keadan

cuaca baik, biasanya pengeringan

emping jagung hanya membutuhkan 1-

2 hari saja. Tetapi jika musim sedang

jelek (musim penghujan), maka proses

penjemuran bisa memakan waktu

hingga 4 hari.

8. Pengemasan. untuk proses produksi ½

jadi, krecekan dikemas dan siap untuk

dipasarkan.

B. Proses produksi produk jadi :

Proses ini menghasilkan produk emping

jagung. Proses produksinya dimulai dari

pemilihan jagung sampai pemgemasan

emping jagung, yaitu dimulai dari no 1

(pemilihan jagung) sampai no 7

(penjemuran) lalu lanjut ke no 9

(pemberian garam) sampai no 12

(pengemasan emping jagung) . Langkah-

langkah pembuatan emping jagung yaitu

sebagai berikut :

9. Pemberian garam. Pemberian garam

ditaburkan secara merata ke emping

jagung yang belum jadi.

10. Penggorengan, dilakukan dengan

minyak goreng yang panas agar

emping jagung berkembang (mekar).

11. Pemberian bumbu. terdapat bermacam-

macam variasi bumbu yaitu pedas

manis, asin, balado, bawang, dan keju.

12. Pengemasan. Pengemesan

menggunakan plastik dengan ukuran 2

macam plastik yaitu ukuran 1 kg dan 5

kg.

Tenaga kerja mempunyai peran penting

dalam menjalankan usaha pada agroindustri

emping jagung di Kelurahan Pandanwangi

dikarenakan pada keseluruhan agroindustri

tidak hanya menggunakan peralatan mesin

melainkan proses produksi sangat bertumpu

pada tenaga manusia. Jumlah tenaga kerja

yang berperan dalam agroindustri emping

jagung di Kelurahan Pandanwangi berbeda

tiap agroindustri.

Pada agroindustri emping jagung ini

tenaga kerja berasal dari keluarga dan non

keluarga. Tenaga kerja yang berasal dari non

keluarga berasal dari tetangga sendiri dan

luar kelurahan yang masih berada di kota

Malang. Pada umumnya semua anggota

keluarga yang masih produktif terlibat dalam

proses pengolahan emping jagung. Jumlah

tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses

produksi berkisar antara 3 – 10 orang.

Dalam pembuatan emping jagung, dalam

satu kali proses produksi membutuhkan

waktu hingga 2-3 hari dan bahkan bisa lebih

tergantung cuaca. Pada hari pertama, tenaga

kerja bekerja dari proses perebusan,

pencucian dan perendaman. Pada hari kedua

pencucian, pengukusan, pemipihan dan

penjemuran. Proses penjemuran ini

tergantung cuaca. jika cuaca sedang hujan,

maka pekerjaan diliburkan sehingga tenaga

kerja tidak beraktivitas dan bahkan pulang.

Dan pada hari kedua proses pemasakan

hingga pemberian bumbu ini hanya

dilakukan oleh produksi jadi.

Sistem pengupahan yang diberikan

berbeda-beda yaitu ada yang perhari kerja

dan ada yang borongan. Pada sistem harian

tenaga kerja Rp.30.000 – Rp.35.000/hari.

Pembayaran upah tenaga kerja berbeda–

beda tiap individu, disesuaikan dengan

tingkat kesulitan pekerjaan yang dilakukan.

Pada sistem borongan didasarkan pada

kapasitas produksi yaitu Rp. 25.000/kw.

Jumlah jam kerja per hari untuk produksi ½

jadi 6-7 jam/hari dan produksi jadi 7-8 jam/

hari. Hal ini tergantung cuaca, jika cuaca

baik/ tidak hujan maka jam hari kerja penuh,

tetapi jika cuaca sedang buruk/hujan, maka

jam kerja berkurang bahkan sampai

diliburkan. Karena didalam proses

pembuatan emping jagung terdapat

penjemuran dengan bantuan matahari. Jika

hujan maka proses pembuatan emping

jagung juga ditunda. Untuk hari libur, dalam

satu minggu terdapat satu hari libur kerja.

Proses pembuatan emping jagung di

daerah penelitian ini sudah sesuai dengan

teori pada pustaka Tinjauan Taknis

Agroindustri Emping Jagung oleh Siswono,

2004. Untuk menjawab tujuan pada

penelitian ini, selanjutnya akan dibahas

hasil analisis pendapatan, BEP, Nilai

Tambah dan Produktivitas.

Page 14: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

4.4. Analisis Pendapatan Agroindustri

Emping jagung

Hasil analisis pendapatan agroindustri

emping jagung Kelurahan Pandanwangi

disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-Rata Pendapatan Agroindustri Emping Jagung

No Variabel

Produksi ½ jadi (Rp) Produksi jadi (Rp)

Per 1 kali proses

produksi

Per unit

(Kg)

Per 1 kali proses

produksi

Per unit

(Kg)

1 Jumlah Produksi 2.250 1 566 1

2 Penerimaan 8.325.000 3.700 6.233.333 11.000

3 Biaya Total 5.379.000 2.391 4.237.792 7.478

Total Pendapatan 2.946.000 1.309 1.995.541 3.522

Tabel 7 menunjukan bahwa rata-rata

pendapatan dalam satu kali proses produksi

yang diperoleh agroindustri emping jagung

pada produksi ½ jadi lebih besar

dibandingkan produksi jadi. Hal ini

dikarenakan proses produksi ½ jadi

mempunyai jumlah produksi yang lebih

besar dibandingkan dengan produksi jadi,

karena permintaan yang lebih besar. Proses

produksi ½ jadi hasil menghasilkan produk

krecekan sedangkan pada produksi jadi

hasilnya emping jagung. Permintaan

krecekan lebih besar dibanding emping

jagung. Namun jika dilihat dari pendapatan

per unit (Kg), agroindustri dengan proses

produksi jadi pendapatannya lebih besar

dibandingkan dengan produksi ½ jadi. Jika

dilihat pada daerah penelitian, Pendapatan

agroindustri emping jagung dengan proses

produksi ½ jadi memperoleh pendapatan

lebih tinggi dibandingkan dengan proses

produksi ½ jadi. Tetapi jika dilihat untuk

pengembangan usaha selanjutnya, pada

perhitungan analisis pendapatan per unit

(Kg) produksi jadi lebih menguntungkan

dibandingkan produksi ½ jadi. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa

agroindustri emping jagung pada produksi

jadi lebih menguntungkan dibandingkan

produksi ½ jadi. Hal ini diakibatkan karena

penerimaan untuk produksi jadi lebih tinggi.

Berikut ini adalah perhitungan penerimaan

agroindustri emping jagung di Kelurahan

Pandanwangi.

4.4.1. Penerimaan Agroindustri

Emping Jagung

Besarnya rata-rata penerimaan dalam

satu kali proses produksi agroindustri

emping jagung Kelurahan Pandanwangi

disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Penerimaan Dalam Satu Kali Proses Produksi Agroindustri Emping Jagung

No Penerimaan Produksi ½ Jadi (Rp) Produksi Jadi (Rp)

1 Jumlah Produksi 2.250 566

2 Harga Jual 3.700 11.000

Total Penerimaan 8.325.000 6.233.333

Tabel 8 menunjukkan bahwa besar

kecilnya penerimaan yang diperoleh dari

agroindustri emping jagung dipengaruhi oleh

besar kecilnya jumlah produksi emping

jagung dan harga jual emping jagung. Total

penerimaan pada produksi ½ jadi lebih besar

dibandingkan dengan produksi jadi. Hal ini

terjadi karena jumlah produksi yang

dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan

produksi jadi. Sehingga total penerimaan

yang dihasilkan oleh pengusaha emping

jagung juga lebih besar. Apabila jika dilihat

dari biaya produksinya, produksi ½ jadi

memerlukan biaya lebih tinggi karena

jumlah produksi yang dihasilkan juga lebih

tinggi. Berikut ini adalah perhitungan biaya

total produksi agroindustri emping jagung di

Kelurahan Pandanwangi.

Page 15: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

4.4.2. Biaya Total Produksi (Total

Cost) Agroindustri Emping

Jagung

Besarnya rata-rata total biaya per

satu kali proses produksi agroindustri

emping jagung Kelurahan Pandanwangi

disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya Total Dalam Satu Kali Proses Produksi Agroindustri Emping Jagung

No Jenis biaya Jumlah Biaya (Rp)

Produksi ½ Jadi Produksi Jadi

1 Biaya Variabel 5.308.000 4.210.033

2 Biaya tetap 71.000 27.758

Biaya Total 5.379.000 4.237.792

Biaya per unit (Kg)* 1.992 6.232

*Biaya per unit = Total biaya

Total produksi

Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata

biaya total dalam satu kali proses produksi

yang diperoleh agroindustri emping jagung

pada produksi ½ jadi lebih besar

dibandingkan dengan produksi jadi. Namun

jika dilihat dari biaya total per unit produk

(Kg), agroindustri dengan proses produksi

jadi biayanya lebih besar dibandingkan

dengan proses produksi ½ jadi. Hal ini

dikarenakan biaya variable yang dikeluarkan

lebih besar. Berikut ini adalah hasil

perhitungan biaya variabel dan biaya tetap

pada agroindustri emping jagung di daerah

penelitian, yaitu :

1. Biaya Variabel (Variable Cost)

Agroindustri Emping Jagung

Biaya variabel pada kedua agroindustri

emping jagung meliputi bahan baku, bahan

penolong, bahan bakar, dan tenaga kerja.

Besarnya rata-rata biaya variabel dalam satu

kali proses produksi agroindustri emping

jagung Kelurahan Pandanwangi disajikan

pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya Variabel Dalam Satu Kali Proses Produksi Agroindustri Emping Jagung.

No Biaya Variabel Produksi ½ Jadi (Rp) Produksi Jadi (Rp)

1 Bahan baku 4.320.000 1.088.000

2 Bahan Penolong 134.700 2.456.313

3 Bahan Bakar 280.800 70.720

4 Tenaga Kerja 572.500 595.000

Total Biaya Variabel 5.308.000 4.210.033

Biaya Variabel per unit

(Kg)* 1.966 6.191

*Total biaya variable per unit = Total biaya variabel

Total produksi

Tabel 10 menunjukkan bahwa pada

produksi ½ jadi jumlah rata-rata biaya

variabel lebih besar dibandingkan dengan

produksi jadi. Hal ini terjadi karena total

produksi pada produksi ½ jadi lebih besar.

Namun jika dilihat dari biaya per unit (kg),

biaya variabel produksi jadi lebih besar

dibandingkan dengan produksi ½ jadi. Hal

ini diakibatkan karena bahan penolong untuk

produksi jadi lebih tinggi. Berikut ini adalah

perhitungan biaya bahan penolong

agroindustri emping jagung di Kelurahan

Pandanwangi.

Bahan Penolong

Untuk bahan penolong pada produksi ½

jadi terdiri dari air kapur, serbuk gergaji,

kemasan, biaya listrik dan air. Sedangkan

bahan penolong pada produksi jadi ditambah

dengan bumbu dan minyak goreng.

Besarnya biaya variabel untuk masing-

masing produksi berbeda-beda tiap produksi

usaha tergantung dari kapasitas produksi dan

harga dari komponen biaya variabel tersebut.

Page 16: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

Besarnya rata-rata biaya penolong dalam

satu kali proses produksi agroindustri

emping jagung Kelurahan Pandanwangi

disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Biaya Penolong Dalam Satu Kali Proses Produksi Agroindustri Emping Jagung.

No Biaya Penolong Produksi ½ Jadi (Rp) Produksi Jadi (Rp)

1 Air kapur 16.200 4.080

2 Kemasan 103.500 26.067

3 Listrik+air (3hari) 15.000 15.000

4 Bumbu - 1.062.500

5 M.goreng - 1.348.667

Total Biaya Penolong 134.700 2.456.313

Tabel 11 menunjukkan bahwa total

biaya penolong produksi ½ jadi lebih kecil

dibandingkan dengan produksi jadi yaitu

pada produksi ½ jadi sebesar Rp. 134.700,-

dan pada produksi jadi Rp. 245.6313. Hal ini

terjadi karena pada proses produksi jadi

terdapat adanya tambahan biaya pada

produksi jadi yaitu bumbu dan minyak

goreng.

2. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Agroindustri Emping Jagung

Besarnya rata-rata biaya tetap dalam satu

kali proses produksi agroindustri emping

jagung Kelurahan Pandanwangi disajikan

pada Tabel 12.

Tabel 12. Biaya Tetap Dalam Satu Kali Proses Produksi Agroindustri Emping Jagung.

No Biaya Tetap Produksi ½ Jadi (Rp) Produksi Jadi (Rp)

1 Mesin penggiling 12656,25 3750

2 Mesin pencuci 6750 3000

3 Tungku 31,25 20,83

4 Drum 5729,17 1597,22

5 Drum stainless steel 3000 750

6 Sesek 41.667 15.741

7 Tempat rendaman 250 125

8 Timbangan 917 916

9 Telenan - 22

10 Blender - 225

11 Siller - 244

12 Wajan - 847

13 Pisau - 111

14 Sutil - 33

15 Kompor gas - 375

Total Biaya Tetap 71.000 27.759

Total Biaya

Tetap Per Unit (Kg)* 26 41

*Total biaya tetap per unit = Total biaya tetap

Total produksi

Tabel 12 menunjukkan besarnya biaya

tetap pada produksi ½ jadi lebih besar

daripada produksi jadi. Hal ini disebabkan

perbedaan penggunaan alat yang digunakan.

Pengeluaran biaya tetap terbesar baik pada

produksi ½ jadi dan produksi jadi terdapat

Page 17: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

pada sesek yaitu sebesar 41.666 untuk

produksi ½ jadi dan 15.740 produksi jadi.

Hal ini terjadi karena jumlah sesek yang

dibutuhkan sangat banyak dalam proses

pembuatan krecekan. Namun jika dilihat dari

biaya tetap per unit (kg), produksi jadi lebih

besar dibandingkan dengan produksi ½ jadi.

Hal ini dikarenakan tambahan alat yang

digunakan pada proses produksi jadi

sehingga terjadi tambahan biaya pada biaya

tetap. Untuk mengetahui produksi yang

dihasilkan agar pengusaha emping jagung

tidak rugi, maka digunakan analisis BEP

4.5. Analisis Break Event Point (BEP)

Agroindustri Emping jagung

Hasil analisis BEP (Break even Point)

agroindustri emping jagung Kelurahan

Pandanwangi disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Analisis BEP Dalam Satu Kali Proses Produksi Agroindustri Emping Jagung

No Variabel Produksi ½ Jadi Produksi Jadi

1 Harga Jual (Rp/Kg) (a) 3.700 11.000

2 Jumlah Produk (Kg/proses produksi) (b) 2.250 566.67

3 Biaya Variabel (Rp/proses produksi) (c) 5.308.000 4.210.033

4 Biaya Tetap (Rp/proses produksi) (d) 71.000 27.758

5 Total Penerimaan(Rp/proses produksi)(e) 8.325.000 6.233.333

196.742 86.098

53,17 7,83

Tabel 13 menunjukkan bahwa titik impas

agroindustri emping jagung pada produksi ½

jadi lebih besar dibandingkan dengan titik

impas agroindustri emping jagung pada

produksi jadi baik pada BEP rupiah maupun

BEP unit. Artinya Persyaratan produk

minimum untuk proses produksi ½ jadi lebih

tinggi dibandingkan dengan proses produksi

jadi. Kebutuhan modal untuk memproduksi

emping jagung pada produksi ½ jadi lebih

besar dibandingkan produksi jadi. Hal ini

terjadi karena jumlah produksi yang

dihasilkan oleh produksi ½ jadi lebih besar

sehingga nilai pembagi dalam rumus BEP

menjadi semakin kecil yang artinya BEP

menjadi semakin besar dengan

bertambahnya jumlah produksi.

BEP rupiah pada proses produksi ½ jadi

sebesar Rp. 196.742,-, dan BEP unit sebesar

53,17, artinya bahwa jika penerimaan yang

diperoleh sebesar Rp. 196.742,- dan unit

produksi yang dihasilkan sebesar 53,17

maka kondisi agroindustri proses produksi ½

jadi tidak mengalami kerugian maupun

keuntungan. Begitu juga pada produksi jadi,

BEP rupiah sebesar Rp. 86.098,- , dan BEP

unit sebesar 7,83 artinya bahwa jika

penerimaan yang diperoleh sebesar Rp.

86.098,- dan unit produksi yang dihasilkan

sebesar 7,83 maka kondisi agroindustri

proses produksi ½ jadi tidak mengalami

kerugian maupun keuntungan.

Agar pengusaha emping jagung tidak

mengalami kerugian maka tingkat produksi

pada produksi ½ jadi harus lebih besar dari

53,17 kg dan penerimaan yang didapatkan

juga harus lebih besar dari Rp. 196.742,- .

Sedangkan pada produksi jadi, tingkat

produksi harus lebih besar dari 7,83 kg dan

penerimaan yang didapatkan juga harus

lebih besar dari Rp. 86.098,- . Pada

kenyataan di lapang produksi yang

dihasilkan oleh pengusaha emping jagung

baik pada produksi ½ jadi maupun produksi

jadi berada diatas titik impas sehingga dapat

dikatakan produksi emping jagung di

Kelurahan Pandanwangi ini menghasilkan

keuntungan. Hasil analisis Break Even Point

sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu

Agroindustri emping jagung produksi ½ jadi

mempunyai Break Even Point lebih besar

dibandingkan dengan produksi jadi.

Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa usaha agroindustri emping jagung

dengan proses produksi ½ jadi agar tidak

mengalami kerugian dibutuhkan modal yang

lebih besar dibandingkan proses jadi. Untuk

mengetahui nilai tambah yang dihasilkan

pengusaha agroindustri emping jagung

emping jagung, maka digunakan analisis

Nilai Tambah.

Page 18: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

4.6. Analisis Nilai Tambah Agroindustri

Emping Jagung

Agroindustri emping jagung adalah

usaha pengolahan jagung menjadi emping

jagung yang diharapkan menciptakan nilai

tambah dan imbalan kerja. Hasil analisis

Nilai Tambah agroindustri emping jagung

Kelurahan Pandanwangi disajikan pada

Tabel 14.

Tabel 14. Rata-Rata nilai Tambah Dalam Satu Kali Proses Produksi Agroindustri Emping Jagung

No Variabel Produksi

½ Jadi Produksi Jadi

1 Output (kg/proses produksi) 2.250 566,67

2 Bahan baku (kg/proses produksi) 2.700 680

3 Tenaga kerja (HOK/proses produksi) 6,25 6

4 Konversi (1/2) 0,83 0.83

5 koefisien Tenaga Kerja (orang/kg) (3/2) 0,00225 0,00898

6 Harga Produk rata-rata (Rp/Kg) 3.700 11.000

7 Upah Rata-rata Tenaga Kerja (Rp/orang) 99.000 100.000

8 Harga Bahan Baku (Rp/Kg) 1.600 1.600

9 sumbangan Input Lain (Rp/kg Emping Jagung) 148,33 3.715

10 Nilai Produk (Rp/Kg) (4x6) 3.083,33 10.388,89

11 a. Nilai Tambah (Rp/Kg) (10-8-9) 1.335 5.073,89

b. Rasio Nilai tambah (11a/10 x 100%) 43,29 48,46

12 a. Imbalan Tenaga Kerja (Rp/Kg) (5x7) 215,62 884,72

b. Bagian Tenga Kerja (12a/11a x 100%) 16,15 18,41

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) (11a-12a) 1.119,37 4.189,17

b. Tingkat Keuntungan (13a/10 x 100%) 36,30 39,79

Tabel 14 menunjukkan bahwa tingkat

keuntungan pada produksi jadi lebih besar

daripada produksi ½ jadi. Hal ini

dikarenakan nilai tambah yang diberikan

oleh produk jadi lebih besar dibandingkan

dengan produksi ½ jadi. Nilai tambah pada

kedua proses produksi tersebut tergolong

tinggi karena rasio nilai tambah > dari 40 %.

Menurut Hubeis, rasio nilai tambah dapat

digolongkan menjadi 3 yakni dikatakan

rendah jika < 15%, sedang jika berkisar 15

% - 40 % dan tinggi jika > 40 %. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa agroindustri

emping jagung di Kelurahan Pandanwangi

layak untuk diusahakan. Hasil analisis nilai

tambah sesuai dengan hipotesis penelitian

yaitu Agroindustri emping jagung produksi

½ jadi mempunyai nilai tambah lebih kecil

dibandingkan dengan produksi jadi. Untuk

mengetahui produktivitas pengusaha

agroindustri emping jagung emping jagung,

maka digunakan analisis produktivitas

tenaga kerja dan mesin produksi.

4.7. Analisis Produktivitas Tenaga Kerja

dan Mesin Produksi Agroindustri

Emping Jagung

Di dalam penelitian ini analisis

produktivitas dibagi menjadi dua yaitu

produktivitas tenaga kerja dan produktivitas

mesin produksi.

5.7.1. Produktivitas Tenaga Kerja

Agroindustri Emping Jagung

Produktivitas tenaga kerja ditentukan

secara nilai. Hasil analisis produktivitas

tenaga kerja secara nilai agroindustri emping

jagung Kelurahan Pandanwangi disajikan

pada Tabel 15.

Page 19: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

Tabel 15. Produktivitas Tenaga Kerja Nilai Dalam Satu Kali Proses Produksi Agroindustri Emping

Jagung

No Produksi Emping Jagung

(per proses produksi) Produksi ½ Jadi Produksi Jadi

1 Nilai produksi 8.325.000 6.233.333

2 Tenaga Kerja 6,25 6

Produktivitas Tenaga Kerja 1.332.000 1.038.889

Tabel 15 menunjukkan bahwa

produktivitas tenaga kerja pada produksi ½

jadi lebih besar dibandingkan dengan

produksi jadi. Hal ini disebabkan nilai

produksi dipengaruhi jumlah produksi yang

dihasilkan. Pada produksi ½ jadi jumlah

produksi lebih besar karena permintaan

krecekan lebih besar dibandingkan

permintaan emping jagung. Hasil analisis

Produktivitas Tenaga Kerja sesuai dengan

hipotesis penelitian yaitu Agroindustri

emping jagung produksi ½ jadi mempunyai

Produktivitas tenaga kerja lebih besar

dibandingkan dengan produksi jadi.

5.7.2. Produktivitas Mesin Produksi

Agroindustri Emping Jagung

Hasil analisis produktivitas mesin

penggiling dan mesin pencuci agroindustri

emping jagung Kelurahan Pandanwangi

disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Produktivitas Mesin Penggiling dan Mesin Pencuci Dalam Satu Kali Proses Produksi

Agroindustri Emping Jagung

Mesin

Produksi

Produksi emping jagung

(per proses produksi)

Produksi ½

jadi

Produksi

Jadi

Penggiling

Bahan Baku (kg) 2700 680

Jumlah Mesin (unit) 6 2

Produktivitas mesin penggiling (a) 450 340

Pencuci

Bahan Baku (kg) 2700 680

Jumlah Mesin (unit) 3 1

Produktivitas mesin pencuci (b) 900 680

Produktivitas Mesin Produksi = (a+b)/2 675 510

Tabel 16 menunjukkan bahwa hasil

analisis produktivitas mesin produksi pada

produksi ½ jadi lebih besar dibandingkan

produksi jadi. Hal ini disebabkan jumlah

bahan baku yang digunakan pada proses

produksi ½ jadi lebih besar dibandingkan

dengan produksi jadi. Jumlah bahan baku

yang lebih besar ini dikarenakan permintaan

krecekan yang lebih besar dibandingkan

dengan permintaan emping jagung. Jumlah

mesin produksi juga ditentukan oleh

besarnya bahan baku yang diolah sehingga

jumlah mesin yang digunakan juga lebih

banyak. Dengan demikian produktivitas

mesin produksi pada proses produksi ½ jadi

lebih tinggi dibandingkan proses jadi. Hasil

analisis Produktivitas mesin produksi sesuai

dengan hipotesis penelitian yaitu

Agroindustri emping jagung produksi ½ jadi

mempunyai Produktivitas mesin produksi

lebih besar dibandingkan dengan produksi

jadi.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari

penelitian ini adalah sebagai berikut

1. Pendapatan agroindustri emping

jagung proses produksi ½ jadi lebih

tinggi dibandingkan proses jadi.

Tetapi jika dilihat pada perhitungan

analisis pendapatan per unit (Kg)

produksi jadi lebih menguntungkan

dibandingkan produksi ½ jadi.

2. Persyaratan produk minimum untuk

proses produksi ½ jadi lebih tinggi

dibandingkan dengan produksi jadi.

Ini artinya kebutuhan modal untuk

memproduksi emping jagung pada

produksi ½ jadi lebih besar

dibandingkan produksi jadi. Dengan

Page 20: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

demikian dapat disimpulkan bahwa

produksi jadi lebih baik untuk

pengembangan usaha karena

membutuhkan modal yang lebih

kecil dan menghasilkan pendapatan

yang lebih besar.

3. Agroindustri emping jagung dengan

proses produksi jadi memperoleh

nilai tambah yang lebih tinggi

dibandingkan dengan proses produksi

½ jadi.

4. Agroindustri emping jagung dengan

proses produksi ½ jadi memperoleh

produktivitas tenaga kerja dan

produktivitas mesin produksi lebih

tinggi dibandingkan dengan proses

produksi jadi.

6.2. Saran

1. Pengembangan agroindustri proses

produksi jadi dapat dilakukan

dengan memperbesar usaha promosi

produknya sehingga permintaan

terhadap produk tersebut meningkat.

2. Terkait dengan besarnya kebutuhan

modal, agar produksi jadi bisa

berkembang diperlukan adanya

bantuan pinjaman permodalan.

3. Untuk penelitian selanjutnya,

hendaknya peneliti lebih detail lagi

dalam menggali informasi dari

pengusaha emping jagung, sehingga

hasilnya bisa digunakan sebagai

bahan informasi bagi pengusaha

agroindustri emping jagung.

DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2008. Analisis Kelayakan Usaha.

http://elearning.gunadarma.ac.id/

at 22 Oktober 2008

Ali amir Bachri. 1999. Peranan agroindustri

Dalam Penyerapan Tenaga Kerja

dan Peningkatan Pendapatan

Masyarakat Di Kabupaten

Donggala Propinsi Sulawesi

Tengah. Habitat Volume 10 Nomor

106.

Anonymous. 2008. Dewan Jagung.

http://www.dewanjagung.org.htm

----------------.2008. Emping.

http://www.id.wikipedia.org

----------------.2008. Kota Malang.

http://www.id.wikipedia.org

----------------.2008. Portal Nasional

Republik Indonesia.

http://www.indonesia.go.id.htm

Antarno. 1991. Pengembangan mekanisasi

pertanian dalam rangka

mempertahankan swasembada

produksi beras sampai tahun 2000

di Jawa Timur. hlm. 1-11. Dalam

Kasno, A., K.H. Hendroatmodjo,

M. Dahlan, Sunardi, dan A.

Winarto (Ed). Risalah Hasil

Penelitian Tanaman Pangan Tahun

1991. Balai Penelitian Tanaman

Pangan Malang.

Baharsjah. 1992. Pengembangan dan

Pemanfaatan Teknologi bagi

Pedesaan dalam Rangka

Pengembangan Agroindustri dan

Agribisnis. Departemen Pertanian.

Jakarta.

Bambang dan Mewa dkk. 2005. Laporan

Akhir Analisis Pengembangan

Agroindustri Berbasis Pangan

Lokal Dalam Meningkatkan

Keanekaragaman Pangan dan

Pengembangan Ekonomi Pedesaan.

http://www.pse.litbang.deptan.go.id

.pdf

Dajan A., 1986. Pengantar Metode Statistik.

Jilid I. LP3ES. Jakarta.

Hicks, P. A. 1995. An Overview of Issues

and Strategies in The Development

of Food Processing Industries in

Asia and The Pacific, APO

Symposium, 28 September 5

Oktober. Tokyo.

Http://www.gib.or.id/isibuletin.php?&rberita

_no=616. Jurnal Pertanian Rakyat

at 29 Jan 2008

Hubeis, M. 1997. Menuju Industri Kecil

Profesional di Era Globalisasi

Melalui Pemberdayaan Manajemen

Indusrtri. Orasi Ilmiah Guru Besar

Tetap Ilmu Manajemen Industri.

Fakultas Teknologi Pertanian. IPB.

Bogor.

Kemal Prihatman. 2000. Tentang Budidaya

Pertanian Jagung. http://

www.warintek.ristek.go.id.pdf

Kholis, Dinul. 2008. Marning dan Emping

Jagung Usaha Turun -Temurun

http://www.ikm.depperin.go.id/Pub

likasiPromosi/KumpulanArtikel/tab

id/67/articleType/ArticleView/articl

eId/16/Marning-dan-Emping-

Page 21: ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI …shinta.lecture.ub.ac.id/files/2012/08/JURNAL-ANALISIS-KELAYAKAN... · ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI EMPING JAGUNG DALAM RANGKA

Vindy Oktoviantini Hadi-0510443022-Agribisnis

Analisis Kelayakan Ekonomi Dalam Rangka Pengembangan Usaha

(Studi Kasus di Kelurahan Pandanwangi, Kecamatan Blimbing, Kotamadya Malang)

Jagung-Usaha-Turun-

Temurun.aspx

Ludrud. 2009. Konsep Produktivitas dan

Penyempurnaan Sistem Kerja.

http://www.scribd.com/doc/167332

99/Konsep-Produktivitas. At 24

juni 2009

Lukminto, H. 1997. Strategi Industri

Pangan Menghadapi Pasar Global.

Majalah Pangan No. 33, Vol. IX.

Jakarta.

Nuhfil Hanani AR, Jabat TArik Ibrahim, dan

Mangku Purnomo. 2003.. Strategi

Pembangunan Pertanian. Sebuah

Pemikiran Baru. Lappera Pustaka

Utama. Yogyakarta.

Nur Richana dan Suarni. 2008. Teknologi

Pengolahan Jagung. Balai Besar

Penelitian dan Pengembangan

Pascapanen.

http://wwwbalitsereal.litbang.depta

n.go.id.pdf

Prawirokusumo, Soeharto. 1990. Ilmu Usaha

Tani. BPFE. Yogyakarta.

Pudjosumarto, Muljadi. 2002. Evaluasi

Proyek. Liberty. Yogyakarta.

Sastrowardoyo. S. 1993. Prioritas

Penanaman Modal Agroindustri.

Dalam Permodalan Agroindustri.

PPA CIDES UQ. Jakarta.

Shinta, Agustina. 2005. Diktat Ilmu Usaha

Tani. Jurusan Sosial Ekonomi

Fakultas Pertanian Universitas

Brawijaya. Malang.

Simatupang, P dan A. Purwoto. 1990.

Pengembangan Agro Industri

Sebagai Penggerak Pembangunan

Desa. Dalam P. Simatupang, E.

Pasandaran, F. Kasryno, dan A.

Zulham (Penyunting) Agro Industri

Faktor Penunjang Pembangunan

Pertanian Indonesia. Pusat

Penelitian Agro Ekonomi. Bogor,

pp. 1-20.

Siswono. 2004. Emping Jengkol dan Jagung.

http://www.gizi.net.htm

Soeharjo. 1991. Konsep dan Ruang Lingkup

Agroindustri (modul II). Dalam

Penataran Dosen Perguruan Tinggi

SwastanBidang Pertanian Program

Kajian Agribisnis. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Sofa, 2008. Analisis Kelayakan Usaha.

http://www.ittelkom.ac.id/library/

at 2 April 2008

Soekartawi. 1991. Agribisnis. Teori dan

aplikasinya. RAjawali. Jakarta.

---------------.2002. Analisis usaha Tani.

Penerbit UI-Press. Jakarta.

---------------.2001. Pengantar Agroindustri.

PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Soemarno. 2008. Pengembangan Industri-

Agrobisnis Yang Mempunyai

Potensi Di Jawa Timur.

Suarni dan I.GP. Sarasutha. 2002. Teknologi

pengolahan jagung untuk

meningkatkan nilai tambah dalam

pengembangan agroindustri.

Prosiding Seminar Nasional, BPTP

Sulawesi Tengah.

Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian.

UMM Pres. Malang.

Supriadi. 1997. Pengembangan Agroindustri

Pangan. Makalah Pra Widya Karya

Nasional Pangan dan Gizi.

Serpong.

Suryana, A. 2005. Arah, Strategi dan

Program Pembangunan Pertanian

2005-2009. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

Departemen Pertanian. Jakarta.

Tastra, I K. 2003. Strategi Penerapan

Alsintan Pascapanen Tanaman

Pangan Di Jawa Timur Dalam

Memasuki Afta 2003. Jurnal

Litbang Pertanian volume 22, 2003

Wibowo. R. dan Santoso. 1997. Industri

Pangan, Alternative Utama

Pendorong Keterkaitan Optimal

Industri Pertanian dan Pedesaan

dalam PJP II. Kumpulan Makalah

Seminar Industry Pertanian dan

Pedesaan Jatim. Jurusan Social

Ekonomi Fakultas Pertanian.

Unibraw Malang

Winardi.1974. Pengantar Metodologi

Research. Bandung