analisis kualitas produk seal air duct dengan …
TRANSCRIPT
1
ANALISIS KUALITAS PRODUK SEAL AIR DUCT DENGAN
MENGGUNAKAN METODE DMAIC (DEFINE, MEASURE,
ANALYZE, IMPROVE, CONTROL)
PADA PERUSAHAAN YANG MEMPRODUKSI KARET DI
CIKARANG BEKASI INDONESIA
Necolev Hidayat, ST, M,Eng
Universitas Mitra Karya
ABSTRAK
Perusahaan pada Plant 3 merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri
manufaktur, khususnya produksi seal karet seperti seal air duct. Selain tuntutan untuk
menghasilkan produk sesuai schedule, perusahaan juga dituntut untuk menjaga kualitas
produk dengan cara meminimalisir pembuatan produk reject. Dalam proses produksi
masih terdapat reject cukup banyak yang dihasilkan, jenis reject yang dihasilkan cukup
bervariasi. Selain tuntutan untuk menghasilkan produk sesuai schedule, perusahaan juga
dituntut untuk menjaga kualitas produk dengan cara meminimalisir pembuatan produk
reject. Reject produk merupakan salah satu item yang masuk dalam penilaian KPI (Key
Performance Indicator) di setiap departemennya. Reject menjadi bagian yang harus di
kendalikan oleh semua departemen, mulai dari departemen mixing sampai finishgood.
Tujuan dari penelitian ini guna mencari tahu penyumbang reject terbesar pada proses
extruder dan mengetahui penyebab terjadinya reject dengan menggunakan metode
DMAIC (Define, Metode, Analyze, Improve, Control) pada six sigma. Hasil dari
pengolahan data tersebut akan menghasilkan suatu usulan dan solusi perbaikan serta
proses control agar hasil dari perbaikan bisa meningkatkan kualitas produk dan
memberikan suatu keuntungan untuk perusahaan.
Kata kunci: Kualitas, Produksi, Extruder, Reject,Six Sigma, DMAIC
I.PENDAHULUAN
Di era persaingan industri yang semakin kompetitif, dunia industri baik sektor
manufaktur maupun jasa dituntut untuk mengembangkan mutu prosesnya. Setiap
perusahaan saling berkompetisi untuk memenangkan persaingan pangsa pasar.
2
Salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan adalah meningkatkan mutu
proses produksi maupun mutu produk yang dihasilkan.
Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan
yang serba cepat di segala bidang. Persaingan bukan hanya mengenai seberapa
tinggi tingkat produktivitas perusahaan dan seberapa rendahnya tingkat harga
produk maupun jasa, namun lebih pada kualitas produk atau jasa tersebut,
kenyamanan, kemudahan, serta ketepatan dan kecepatan waktu dalam
pencapaiannya. Persaingan ekonomi dunia usaha tersebu t menjadi semakin ketat
sehingga menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap
perubahan yang terjadi dalam aktivitas ekonomi dunia.
Sementara itu, untuk menjaga konsistensi kualitas produk dan jasa yang
dihasilkan dan sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar, perlu dilakukan
pengendalian kualitas (quality control) atas aktivitas proses yang dijalani. Dari
pengendalian kualitas yang berdasarkan inspeksi dengan penerimaan produk yang
memenuhi syarat dan penolakan yang tidak memenuhi syarat sehingga banyak
bahan, tenaga, dan waktu yang terbuang, muncul pemikiran untuk menciptakan
3
sistem yang dapat mencegah imbulnya masalah mengenai kualitas agar kesalahan
yang pernah terjadi tidak terulang lagi. Istilah Kualitas memang tidak terlepas dari
manajemen kualitas yang mempelajari setiap area dari manajemen operasi dari
perencanaan lini produk dan fasilitas, sampai penjadwalan dan memonitor hasil.
Plant 3 perusahaan ini bergerak di bidang industri manufaktur, khususnya
produksis seal karet seperti seal air duct . Selain tuntutan untuk menghasilkan
produk sesuai schedule, perusahaan juga dituntut untuk menjaga kualitas produk
dengan cara meminimalisir pembuatan produk reject. Reject produk merupakan
salah satu item yang masuk dalam penilaian KPI (Key Performance Indicator) di
setiap departemennya. Reject menjadi bagian yang harus di kendalikan oleh
semua departemen, mulai dari departemen mixing sampai finishgood.
1. Department Mixing : Departemen yang bertugas mengolah
bahan utama karet dan beberapa bahan kimia menjadi kompound
yang nanti nya akan di supply ke bagian produksi material.
2. Departemen Material : Departemen yang membuat material seal
yang berupa karet kompond.
3. Departemen Laboratorium : Departemen yang mengecheck
karet kompon dengan cara mooney test.
4. Departemen Extruder : Departemen yang memasak seal
karet setengah jadi, proses ini dilakukan dalam waktu yang telah
ditentukan sesuai dengan spesifikasi dan schedule produksi.
5. Departemen Final Inspection : Departemen ini menerima barang
jadi dari proses sebelumnya dan memeriksa barang sampai benar-
benar baik kualitasnya, kemudian barang bisa dikirim ke gudang.
6. Departement Finish Good : Departemen ini bertugas
menyimpan barang hasil produksi dalam jumlah dan rentang waktu
tertentu yang kemudian didistribusikan ke lokasi yang dituju
berdasarkan permintaan.
Pada proses produksi extruder tidak jarang menghasilkan reject yang
mengakibatkan jumlah produk yang mengalami reject setiap bulannya bervariasi.
4
Dalam hal ini maka sangat lah dibutuhkan suatu metode, dimana metode untuk
menjaga kestabilan kualitas. Six Sigma merupakan suatu sistem yang
komprehensif dan fleksibel untuk mencapai, memberi dukungan dan
memaksimalkan proses usaha, yang berfokus pada pemahaman akan kebutuhan
pelanggan dengan menggunakan fakta, data, dan analisis statistik serta terus
menerus memperhatikan pengaturan, perbaikan dan mengkaji ulang proses usaha.
Diamana Implementasi Six Sigma berokus pada proses, baik itu pada proses
produksi atau jasa. Apabila tercapai, maka Six Sigma akan dapat memastikan
bahwa keseluruhan proses produksi berjalan pada efisiensi yang optimal. Untuk
itu Six sigma paling tepat didefinisikan sebagai metode peningkatan proses bisnis
yang bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab
kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi,
meningkatkan produktifitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik,
mencapai tingkat pendayagunaan asset yang lebih tinggi, serta mendapatkan imbal
hasil atas investasi yang lebih baik dari segi produksi maupun pelayanan. Metode
ini disusun berdasarkan sebuah metodologi penyelesaian yang sederhana DMAIC,
yang merupakan singkatan dari define (merumuskan), measure (mengukur),
analyze (menganalisa), improve (meningkatkan/memperbaiki), dan control
(mengendalikan) yang menggabungkan bermacam-macam perangkat statistik
serta pendekatan perbaikan proses lainnya.
Dari data yang ada maka penelitian ini akan dilakukan untuk
mengendalikan dan melakukan perbaikan kualitas dengan menggunakan DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Improve, Control) pada six sigma.
Performansi (performance), keandalan (reliability), mudah dalam
penggunaan (easy of use), estetika (esthetic), dan sebagainya. Sedangkan definisi
strategic menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu
memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers).
Salah satu definisi kualitas yang sering digunakan yang mendefinisikan Quality is
conformance to requirement or specifications yang diartikan bahwa kualitas
adalah suatu kesesuaian untuk memenuhi persyaratan atau spesifikasi. Definisi
yang lebih umum dari kualitas adalah definisi yang dikemukakan yaitu Quality is
5
fitness for use dimana definisi ini menekankan pada poin penting yaitu pengendali
dibalik penentuan level kualitas yang harus dipenuhi oleh produk atau jasa yaitu
konsumen[4]. Akibatnya, apabila keinginan konsumen berubah maka kualitas yang
ditetapkan juga berubah. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa elemen
yang menentukan level dari kualitas produk atau jasa yang dinamakan
karakteristik kualitas.
Ada beberapa dimensi kualitas industri manufaktur dan jasa, Dimensi ini
digunakan untuk melihat dari sisi manakah kualitas itu dinilai. Tentu saja
perusahaan ada yang menggunakan salah satu dari sekian banyak dimensi kualitas
yang ada, namun ada kalanya yang membatasi hanya ada salah satu dimensi
6
tertentu. Yang dimaksud dimensi kualitas tersebut untuk industri manufaktur
meliputi :
a. Performance, yaitu kesesuaian produk dengan fungsi
utama produk sendiri atau karakteristik operasi dari suatu
produk.
b. Feature, yaitu ciri khas produk yang membedakan produk
dari produk lain yang merupakan karakteristik pelengkap
dan mampu menimbulkan kesan yang baik bagi
pelanggan.
c. Reliability, yaitu kepercayaan pelanggan terhadap produk
karena kehandalannya atau karena kemungkinan
kerusakan yang rendah.
d. Conformance, yaitu kesesuaian produk dengan syarat atau
ukuran tertentu atau sejauh mana karakteristik desain dan
operasi memenuhi standart yang telah ditetapkan.
e. Durability, yaitu tingkat ketahanan produk atau lama
umur produk.
f. Serviceability, yaitu kemudahan produk itu bila akan
diperbaiki atau kemudahan memperoleh komponen
produk tersebut.
g. Aesthetic, yaitu keindahan atau daya tarik produk tersebut.
Perception, yaitu fanatisme konsumen akan merk suatu produk
tertentu karena citra atau reputasi produk itu sendiri. Tiap produk mempunyai
sejumlah unsur yang bersama-sama menggambarkan kecocokan
penggunaannya. Parameter-parameter ini biasanya dinamakan cirri-ciri
kualitas. Ciri-ciri kualitas ada beberapa jenis :
a. Fisik, panjang, berat, kekentalan.
b. Indera, rasa, penampilan, dan warna.
c. Orientasi waktu, keandalan (dapat dipercaya), dapat
dipelihara, dan dapat dirawat.
7
Six Sigma adalah sebuah metoda pemecahan masalah yang terstruktur dan
sistematis menggunakan proses standard DMAIC (define, measure, analysis,
improve dan control) sebagai alur prosesnya. DMAIC merupakan proses untuk
peningkatan terus – menerus menuju target Six Sigma. DMAIC dilakukan secara
sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta (systematic, scientic and fact
based). Proses closed-loop ini (DMAIC) menghilangkan langkahlangkah proses
yang tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran-pengukuran baru dan
menerapkan teknologi untuk peningkatan kualiatas menuju target Six Sigma.
Six Sigma membantu untuk mengidentifikasi limbah tersembunyi dan
biaya, menghilangkan Cacat, meningkatkan margin keuntungan, kepuasan
pelanggan, kepuasan karyawan dan komitmen, dan memperluas bisnis . Metode
Six Sigma memiliki alat-alat yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi masalah
dan menyelesaikannya. Alat yang digunakan seperti pareto diagram, fishbone
diagram dan alat hitung statistik yang lain. Metoda pengukuran kualitas yang
tradisional adalah berdasarkan nilai rata-rata dari proses atau produk dan
deviasinya dari nilai target. Tetapi aktualnya pelanggan tidaklah menilai kualitas
produk atau servis dari nilai rata-rata. Pelanggan tidaklah pernah merasakan nilai
rata-rata. Tapi juga berdasarkan variasi setiap transaksi dalam proses atau dalam
pemakaian produk. Pengurangan variasi adalah tujuan dari Six Sigma. Pehitungan
produk cacat dalam Six Sigma dihitung dalam DMPO (reject per million
opportunites). DMPO artinya banyaknya kemungkinan kesalahan dalam
sepersejuta kemungkinan. Sebelum dan sesudah perbaikan dibandingkan dengan
cara pengukuran ini. Menggunakan tabel, jumlah prosentase cacat tersebut bisa
ditentukan level sigmanya.
Ada enam aspek yang perlu diperhatikan dalam penerapan konsep Six
Sigma dibidang manufactur:
1. Identifikasi karakteristik produk yang akan memuaskan
pelanggan (sesuai kebutuhan dan ekspektasi pelanggan).
2. Mengklasifikasikan karakteristik kualitas yang akan dianggap
sebagai CTQ (Critical to Quality).
8
3. Menentukan apakah setiap CTQ itu dapat dikendalikan melalui
pengendalian material, mesin, proses-proses kerja, dan lain-lain.
4. Menentukan batas maksimum toleransi untuk setiap CTQ sesuai
yang dinginkan pelanggan (menentukan nilai Upper
Specification Limit dan Lower Specification Limit dari setiap
CTQ).
5. Menentukan maksimum variasi proses untuk setiap CTQ
(menentukan nilai maksimum standart deviasi untuk setiap
CTQ).
6. Mengubah desain produk dan atau proses sedemikian rupa agar
mampu mencapai nilai target Six Sigma yang berarti memiliki
indeks kemampuan proses, Cp minimum sama dengan dua (Cp
≥ 2) atau 3,4 DPMO.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Six sigma merupakan suatu sistem yang komprehensif dan
fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan sukses bisnis.
Six Sigma secara unik dikendalikan oleh pemahaman yang kuat terhadap
kebutuhan pelanggan, pemakaian yang disiplin terhadap fakta, data, dan analisis
statistik, dan perhatian yang cermat untuk mengelola, memperbaiki, dan
menanamkan kembali proses bisnis. Didefinisikan secara luas sebagai 3,4 DPMO.
Didalam penerapan Six Sigma ada 5 langkah yang disebut DMAIC
(Define, Measure, Analyze, Improve, Control . Berikut perincian dari tahapan
DMAIC :
Gambar Siklus DMAIC
9
Pada Gambar menjelaskan bahwa tahap-tahap dari proses DMAIC dapat
mulai dari tahap Define (Identifikasi masalah), tahap Measure (Pengukuran),
tahap Analyze (Penganalisaan), tahap improve (Peningkatan) dan yang terakhir
tahap Control (Pengendalian).
Define adalah penetapan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six Sigma.
Langkah ini untuk mendefinisikan rencana-rencana tindakan yang harus dilakukan
untuk melaksanakan peningkatan dari setiap tahap proses bisnis kunci.
Tujuan dari langkah define pada pendekatan DMAIC adalah untuk
mengidentifikasi tahap untuk menentukan pokok permasalahan, tujuan penelitian,
dan lingkup pada proses. Dalam tahapan ini memerlukan pendefinisian terhadap
beberapa hal yang terkait dengan: Satu, kriteria pemilihan proyek. Dua,
mendifinisikan peranperan orang yang terlibat dalam proyek Six Sigma. Terdapat
beberapa orang atau kelompok dengan peran genetic serta gelar yang dipakai
dalam proyek Six Sigma, Tiga, mendefinisikan proses kunci beserta pelanggan
dari proyek Six Sigma. Empat, setiap proyek Six Sigma yang telah ditentukan,
haruslah mendefinisikan proses kunci, proses beserta interaksinya, serta
pelanggan yang terlibat dalam setiap proses. Dalam pengukuran ini menggunakan
metode SIPOC (Suppliers, Inputs, Processes, Outputs, Customers].
a. SIPOC Diagram
Diagram SIPOC adalah peta yang digunakan untuk menentukan
batasan proyek dengan cara mengidentifikasi proses yang sedang
dipelajari, input dan output proses tersebut serta pemasok dan
pelanggannya.
Supplier :Orang atau kelompok orang yang memberikan informasi kunci,
material atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu
proses terdiri dari beberapa subproses sebelumnya dapat
dianggap sebagai pemasok internal.
10
Input : Segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok (supplier) kepada
proses untuk menghasilkan output.
Process : Merupakan sekumpulan langkah yang mentransformasi dan
serta ideal menambah nilai kepada input (proses transformasi
nilai tambah kepada input). Suatu proses biasanya terdiri dari
beberapa subproses.
Output : Merupakan produk dari suatu proses, dalam industri
manufaktur, output dapat berupa barang setengah jadi
maupun barang jadi (final product). Termasuk didalam
output adalah informasi-informasi kunci dari proses.
Customer : Merupakan orang atau kelompok orang atau subproses yang
menerima output.
CTQ adalah atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena
berkaitan langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. CTQ
merupakan elemen dari suatu produk, proses, atau spesifikasi lain yang
berhubungan langsung kepada kepuasan pelanggan.
Dalam tahap ini diukur besaran penyimpangan yang mempengaruhi mutu
output (critical to quality/CTQ). Untuk mengetahui besarnya penyimpangan
yang terjadi harus dibandingkan dengan standar baku mutu perusahaan.
Dengan diketahuinya CTQ, kemudian bisa ditentukan berapa target yang
ingin dicapai dari proses atau produk yangv ingin diperbaiki. Baseline
kinerja dalam Six Sigma ditetapkan dengan menggunakan satuan
pengukuran DPMO (Reject per Million Opportunities) dan tingkat
kapabilitas Sigma (Sigma Level). Berikut penentuan nilai DPMO dan Sigma
Level[10]:
a. Menghitung Reject Per Opprotunities (DPO)
11
= ......................................................................
(2.1)
b. Menghitung DPMO
= 𝐷𝑃𝑂𝑥 1.000.000........................................................ (2.2)
c. Mengkonversi nilai DPMO ke nilai sigma berdasarkan table.
Tabel Level Sigma
Presentase yang
memenuhi spesifikasi DPMO
Level
Sigma Keterangan
31,0% 691462 1-sigma Sangat tidak kompetitif
69,29% 308538 2-sigma Rata-rata Industri
Indonesia 93,32% 66807 3-sigma
93,379% 6210 4-sigma Rata-rata Industri USA
99,977% 233 5-sigma
99,9997% 3,4 6-sigma Industri Kelas Dunia
Dalam proses analyze, adalah proses dimana dilakukan upaya-upaya
memahami alasan-alasan yang mengakibatkan masalah bisa terjadi (root
cause).Root cause ini berdasarkan hipotesa atau asumsi dugaan-dugaan
faktor-faktor penyebab terjadinya permasalahan. Faktor-faktor penyebab ini
kemudian diuji, dan ditentukan faktor-faktor penyebab yang paling
dominan. Karena dari sekian banyak faktor penyebab, pasti ada faktor yang
dominan sebagai sebab timbulnya suatu masalah. Tools Six Sigma yang
digunakan dalam tahap ini adalah:
Rating Severity dalam FMEA
Efek Ranking Kriteria
Berbahaya tanpa
ada peringatan 10
Dapat membahayakan operator (mesin atau
peralatan) tanpa adanya peringatan
Berbahaya dengan 9 Dapat membahayakan operator dengan peringatan
12
peringatan
Gangguan bersifat
mayor 8
Seluruh Komponen (100%) yang dihasilkan tidak
dapat digunakan (scrap)
Gangguan yang
signifikan 7
Seluruh Komponen (<100%) yang dihasilkan tidak
dapat digunakan (scrap)
Gangguan yang
bersifat sedang 6
Seluruh (100%) komponen yang dihasilkan perlu
dilakukan pengerjaan ulang secara off-line dan
diterima (rework)
Gangguan yang
bersifat sedang 5
Seluruh (<100%) komponen yang dihasilkan perlu
dilakukan pengerjaan ulang secara off-line dan
diterima (rework)
Gangguan yang
bersifat sedang
4
Seluruh (100%) komponen yang dihasilkan perlu
dilakukan pengerjaan ulang in-station sebelum
menuju proses selanjutnya
3
Seluruh (100%) komponen yang dihasilkan perlu
dilakukan pengerjaan ulang in-station sebelum
menuju proses selanjutnya
Gangguan bersifat
minor 2 Efek yang kecil pada proses, operasi atau operator
Tidak ada 1 Tanpa efek
II.METODE PENELITIAN
Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian
deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan
terhadap suatu masalah yang ada sekarang secara sistematis dan factual
berdasarkan data yang ada. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai
dengan bulan Agustus 2019, pada perusahaan yang berlokasi di Jl. Raya Setu No.
02 Mekarwangi, Cikarang Barat, Bekasi (17530) Indonesia. Metode pengolahan
13
MATERIAL LABORATORIUM
EXTRUDER
FINAL
INSPECTION
MIXING
FINISH
GOOD
data yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menganlisis data hasil defect
produk menggunakan metode DMAIC Six Sigma.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Perusahaan ini berlokasi di Bekasi, Jawa Barat berkecimpung dalam bisnis
karet Indonesia sejak tahun 1994 dengan tujuan memasarkan karet kompon dan
berbagai jenis produk karet lainnya yang bermutu baik dan dapat dibentuk sesuai
permintaan.
Seiring dengan berkembangannya potensi karet, prosfek karet Indonesia
dan persaingan dengan berbagai macam produk karet, bahkan hampir semua jenis
karet kompon sudah dapat di produksi untuk kebutuhan industri karet pabrik karet
ataupun pengguna karet untuk lokal karet Indonesia ataupun kebutuhan karet di
luar Indonesia. Plant 3 memiliki beberapa departemen yang mendukung jalannya
proses produksi. Berikut ilustrasi flow proses produksi pembuatan seal air duct:
Tabel. Jumlah Reject Produk Seal Air duct periode Juli-Desember 2019
14
No Periode Hasil Produksi
(pcs)
Total Reject
(pcs)
Presentase
(%)
1 Juli 156000 503 0.32%
2 Agustus 109000 1320 1.21%
3 September 135000 1300 0.96%
4 Oktober 165000 1050 0.64%
5 November 105000 1425 1.36%
6 Desember 150000 1250 0.83%
Rata-rata 136000 1141 0.88%
Six sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk memperbaiki
proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses (process
variances) sekaligus mengurangi reject produk dengan menggunakan statistik
problem solving tools secara intensif. Six Sigma terdiri dari tahapan yang disebut
DMAIC (define, measure, analyze, improve dan control).
Data Reject Seal Air Duct periode Juli-Desember 2019
No Jenis Reject Total Reject Presentase (%)
1 Diameter Under 2953 43%
2 Diameter Over 1480 22%
3 Pin Hole 1572 23%
4 Bubble 839 12%
Total 6844 100%
Dari tabel terlihat bahwa jenis reject terbanyak yaitu diameter under
sebesar 43 % dan jenis reject paling sedikit yaitu diamet bubble yaitu 12%. Dari
target yang ingin dicapai perusahaan, jumlah reject yan dihasilkan sudah
15
melebihi dari target yang ingin dicapai sehingga perlu dilakukan adanya
perbaikan dan pengendalian guna untuk mengurangi jumlah reject dan
menambah jumlah produk yang dihasilkan. Salah satu metode yang dapat
diterapkan untuk mengatasi permasalahan ini yaitu DMAIC (Define-Measure-
Analyze-Improve-Control).
Perhitungan Nilai Sigma
No. Periode
Hasil
Produksi
Total
reject CTQ DPO DPMO
Nilai
Sigma
(Pcs) (Pcs)
1 Juli 156000 503 1 0,003224 3.224 4,2
2 Agustus 109000 1320 1 0,012110 12.110 3,7
3 September 135000 1300 1 0,009629 9.629 3,9
16
4 Oktober 165000 1050 1 0,006363 6.363 4,0
5 November 105000 1425 1 0,013571 13.571 3,7
6 Desember 150000 1250 1 0,008333 8.333 3,9
Rata-rata 136000 1141 1 0,008871 8.870 3,9
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada proses produksi seal air
duct di Plant 3, maka dapat diambil uraian sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengumpulan data yang sudah dilakukan di lokasi penelitian
maka dapat diketahui terdapat 4 jenis reject yang terjadi pada proses
produksi seal air duct yaitu diameter under, diameter over, pin hole
(bolong), dan bubble (gelembung). Kemudian berdasarkan analisa
dengan diagram pareto diantara ke 4 jenis reject yang ada jenis reject
diameter under yang merupakan reject terbanyak dengan persentase
43%.
2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan metode six sigma
DMAIC dapat menurunkan reject terhadap produk seal air duct dari
periode Juli-Desember 2019 dengan presentase rata-rata 0.88% menjadi
0,18% dalam presentase rata-rata di periode Februari-Juli 2020.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas seal air duct diantaranya
adalah faktor manusia yang meliputi kurangnya kontrol dari operator
dalam pembuatan produk, faktor mesin yaitu tidak normalnya dies mesin
dan cooling bath yang digunakan dalam membuat produk, faktor metode
yaitu setting temperatur yang terlalu rendah dan setting speed yang
17
terlalu cepat. faktor material yang kurang baik kualitasnya saat
digunakan, dimana faktor mesin merupakan faktor utama penyabab
kegagalan / reject berdasarkan pengukuran metode FMEA.
4. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan usulan rekomendasi
perbaikan untuk mengurangi reject pada proses extruder yaitu, membuat
standarisasi setting temperatur dan speed mesin, memberikan
pengawasan lebih terhadap kualitas produk.
IV.KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada proses produksi seal air
duct di Plant 3, maka dapat diambil kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan pengumpulan data yang sudah dilakukan di lokasi
penelitian maka diameter under yang merupakan reject terbanyak
dengan persentase 43%.
2. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan usulan rekomendasi
perbaikan untuk mengurangi reject pada proses extruder yaitu, membuat
standarisasi setting temperatur dan speed mesin, memberikan
pengawasan lebih terhadap kualitas produk.
3. Meningkatkan maintenance dies mesin dan cooling bath pada proses
extruder agar tools mesin tidak cepat rusak dan proses produksi berjalan
efektif.
4. Membuat standarisasi setting temperatur dan speed mesin, sehingga
proses produksi berjalan efektif dan produk yang dihasilkan berkualitas
baik.
DAFTAR PUSTAKA
1) Assauri. S. 2004. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Press.
2) Caesaron, D. 2015. Penerapan Metode Six Sigma Dengan Pendekatan
DMAIC Pada Proses Handling Painted Body BMW X3 (Studi Kasus: PT.
Tjahja Sakti Motor). Jurnal PASTI Volume IX No 3, 248-256. Universitas
Bunda Mulia.
3) Chakrabortty, Kumar Tarun, Iraj Ahmed, 2013. Reducing Process Variability
By Using DMAIC Model. International Journal for Quality Research 7(1) 127–
140 ISSN 18006450.
4) Gaspersz, V. 2001. Total Quality Management. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
5) Gaspersz, V. 2002. Pedoman Implementasi Program Six Sigma. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
6) Gasperz, V. 2005. Total Quality Management. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
7) Kabir Enamul, Boby Mahbubul, Lutfi Mostafa, 2013. Productivity
Improvement by using Six-Sigma. International Journal of Engineering and
Technology. Volume 3 No. 12, December, 2013. ISSN 2049-3444.
8) Kholil, M dan Tri Pambudi. 2014. Implementasi lean six sigma dalam
peningkatan kualitas dengan mengurangi produk cacat NG drop di mesin final
test produk HL 4.8 di PT. Ssi. Jurnal PASTI Volume VIII No 1, 14 – 29.
Universitas Mercu Buana, Jakarta.
9) Kumar, S. 2014. Impact of Six-Sigma DMAIC approach on Manufacturing
Industries. International Journal of Engineering and Technology Vol. 3, Issue
5, May 2014 ISSN: 2319-8753.
10) Lauhmahfudz, M. 2014. Usulan penerapan metode six sigma pada
pengendalian kualitas sepatu all star tipe chuck taylor low cut di CV. Cikupa
inti rubber. Jurnal PASTI Volume VIII No 3, 399 – 410. Universitas Mercu
Buana, Jakarta.
11) Muhaemin, A. 2012. Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Metode
Six Sigma Pada Harian Tribun Timur. Makasar: Universitas Hasanuddin
12) Ramanan L, Kumar M, Ramanakumar Kpv, 2014. SIX SIGMA - DMAIC
Framework for Enhancing Quality in Engineering Educational Institutions.
International Journal of Business and Management Invention Volume 3 Issue
1 January 2014.
13) Rimantho, D. 2017. Penerapan Metode Six Sigma Pada Pengendalian
Kualitas Air Baku Pada Produksi Makanan. Jakarta: Universitas Pancasila.
14) Sindha, N dan Suthar Kinjal, 2017. Review on Implementation of Six Sigma
DMAIC Methodology in Manufacturing Industries. International Journal of
Science Technology & Engineering Volume 3 Issue 08 February 2017 ISSN
(online): 2349784X.
15) Susetyo, J. 2011. Aplikasi Six Sigma DMAIC dan Kaizen sebagai metode
pengendalian dan perbaikan Kualitas Produk. Yogyakarta: Institut Sains
&Teknologi AKPRIND.