analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan …digilib.unila.ac.id/59311/5/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI POTONG
PADA KELOMPOK TANI TERNAK LIMOUSIN DI DESA ASTOMULYO
KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
(Skripsi)
Oleh
ANNISA DWI MARTHA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI POTONG
PADA KELOMPOK TANI TERNAK LIMOUSIN DI DESA ASTOMULYO
KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Annisa Dwi Martha
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan peternak sapi, pendapatan
rumah tangga peternak sapi dan tingkat kesejahteraan peternak sapi anggota
Kelompok Ternak Limousin. Penelitian ini dilakukan secara sengaja pada Januari-
Februari 2019 di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung
Tengah, menggunakan metode survei. Ada 45 responden yang diambil dengan
menggunakan Simple Random Sampling. Data dianalisis secara kuantitatif dan
kualitatif dengan menggunakan analisis pendapatan (Revenue-Cost Ratio-R/C),
analisis pendapatan rumah tangga, dan tingkat kesejahteraan rumah tangga
peternak berdasarkan kriteria Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata peternak berdasarkan biaya tunai dan
total biaya sebesar Rp138.882.134,78 per tahun dan Rp132.405.206,29 per tahun.
Usaha ternak sapi layak dan menguntungkan karena memperoleh rasio
penerimaan dengan biaya tunai dan total biaya lebih dari satu (R/C>1) yaitu 1,44
dan 1,41. Usaha ternak sapi memberikan kontribusi terbesar pada pendapatan
rumah tangga sebesar 94,38%, sedangkan sisanya berasal dari kegiatan usahatani
(on farm), kegiatan yang masih ada kaitannya dengan pertanian (off farm), dan
kegiatan non pertanian (non farm). Berdasarkan kriteria BPS, 91,11% rumah
tangga peternak di Desa Astomulyo berada dalam kategori sejahtera.
Kata kunci: kesejahteraan rumah tangga, pendapatan, peternak
ABSTRACT
ANALYSIS OF INCOME AND HOUSEHOLD WELFARE OF ANIMAL
HUSBANDRY LIMOUSIN’S MEMBER IN ASTOMULYO VILLAGE
PUNGGUR SUB DISTRICT CENTRAL LAMPUNG REGENCY
By
Annisa Dwi Martha
This study aims to analyze the income of breeder income, breeder household
income, and welfare level of breeder the members of Limousin Livestock Group.
This research was carried out intentionally in January-February 2019 in
Astomulyo Village, Punggur Sub District, Central Lampung Regency, using a
survey method. There are 45 respondents taken by Simple Random Sampling
Method. Data are analyzed by quantitatively and qualitatively using income
analysis (Revenue-Cost Ratio-R/C), household income analysis, and breeder
welfare level based on the criteria of the Central Bereu of Statistics (BPS). The
results show that the average income of farmers based on cash costs and total
costs is Rp138,882,134.78 per year and Rp.132,405,206.29 per year. Cattle
business is feasible and profitable because the ratio of revenue to cash costs and a
total cost more than one (R/C> 1), namely 1.44 and 1.41. Cattle business gives the
biggest contribution to household income by 94.38%, while the rest comes from
on farm, off farm, and non-farm. Based on BPS criteria, 91.11% of breeder
households in Astomulyo Village are in the welfare category.
Keywords: breeder, household welfare, income
i
ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
RUMAH TANGGA PETERNAK SAPI POTONG
PADA KELOMPOK TANI TERNAK LIMOUSIN DI DESA ASTOMULYO
KECAMATAN PUNGGUR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Oleh
Annisa Dwi Martha
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii
Judul Skripsi : ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT
KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA
PETERNAK SAPI POTONG PADA KELOMPOK
TANI TERNAK LIMOUSIN DI DESA
ASTOMULYO KECAMATAN PUNGGUR
KABUPATEN LAMPUNG TENGAH
Nama Mahasiswa : Annisa Dwi Martha
No. Pokok Mahasiswa : 1514131049
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Pertanian
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. Lina Marlina, S.P., M.Si.
NIP 19611225 198703 1 005 NIP 19830323 200812 2 002
2. Ketua Jurusan Agribisnis
Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si.
NIP 19691003 199403 1 004
iii
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. ____________
Sekertaris : Lina Marlina, S.P., M.Si. ____________
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si. ____________
2. Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si.
NIP 19611020 198603 1 002
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 26 September 2019
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Metro tanggal 25 Juli 1997, sebagai anak kedua dari tiga
bersaudara yang merupakan puteri dari Bapak Ipda Admar, S.Pd dan Ibu Nelly Tri
Arriyani. Penulis telah menempuh pendidikan formal sebagai berikut : (1) TK
Bhayangkari Kota Metro yang diselesaikan pada tahun 2003, (2) SDS Xaverius
Kota Metro yang diselesaikan pada tahun 2009, (3) SMPN 1 Kota Metro yang
diselesaikan pada tahun 2012, (4) SMAN 1 Kota Metro yang diselesaikan pada
tahun 2015.
Penulis diterima di Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung
pada tahun 2015 melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi
Negeri (SNMPTN). Pada bulan Juli sampai dengan Agustus tahun 2018, penulis
melakukan Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat
(KKN-PPM) di Desa Banjar Negoro, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten
Tanggamus selama 34 hari dan penulis juga melakukan Praktik Umum (PU) di
PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dengan judul “Struktur Organisasi dan Pola
Komunikasi pada Departemen Humas di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang” selama
40 hari pada bulan Juli sampai dengan Agustus tahun 2019.
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi anggota bidang 3 (Minat,
Bakat, dan Kreatifitas) HIMASEPERTA periode 2016/2017, anggota
v
Kebendaharaan Umum BEM-U Universitas Lampung periode 2016/2017,
menjabat sebagai staff pengurus bidang kewirausahaan di DPW 1 POPMASEPI
periode 2018/2020, dan menjadi Duta Fakultas Pertanian Universitas Lampung
periode 2017/2018 dan 2018/2019. Selama masa perkuliahan, penulis pernah
mengikuti kegiatan POPMASEPI yaitu MUKERNAS di Pekan Baru, Riau pada
bulan Febuari tahun 2018 dan MUKERWIL DPW 1 di Palembang, Sumatera
Selatan pada bulan Febuari tahun 2019.
Penulis pernah menjadi asisten dosen untuk mata kuliah Usahatani pada semester
genap 2017/2018, asisten dosen mata kuliah Evaluasi Perencanaan Proyek dan
Tataniaga Pertanian pada semester ganjil 2018/2019, serta asisten dosen mata
kuliah Koperasi dan Pengantar Ilmu Ekonomi pada semster genap 2018/2019.
vi
SANWACANA
Bismillahirromanirrohim
Alhamdulillahirobbil ‘alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah
SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Peternak Sapi Potong Pada Kelompok Tani
Ternak Limousin di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung
Tengah”. Sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Baginda Muhammad
SAW, juga kepada keluarga dan para sahabatnya.
Penulis telah menerima banyak bantuan dalam penyelesaian skripsi ini dari awal
hingga akhir, terdapat banyak pihak yang telah memberikan sumbangsih, nasihat,
serta saran-saran yang membangun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
menguncapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Lampung sekaligus sebagai Dosen Penguji yang telah
memberikan kritik, nasehat, dan saran demi perbaikan skripsi serta motivasi
dan dukungannya selama kuliah dan dalam penulisan skripsi.
vii
3. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., dan Lina Marlina, S.P., M.Si. selaku pembimbing
pertama dan kedua yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu,
bimbingan, dukungan, dan semangat kepada penulis.
4. Dr. Ir. Kordiyana K. Rangga, M.S. selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan masukan, motivasi, dan bimbingan kepada penulis.
5. Mbak Iin, Mbak Tunjung, Mbak Vanes, Mas Bu, Mas Boim, dan seluruh
dosen serta karyawan Jurusan Agribisnis, Fakultas Pertanian, dan Universitas
Lampung atas semua ilmu dan bantuan yang telah diberikan selama penulis
menjadi mahasiswi di Universitas Lampung.
6. Sarjono dan Tono, selaku Ketua dan Sekertaris Kelompok Tani Ternak
Limousin. Terima kasih atas bimbingan, ilmu, kesabaran, dan rasa
kekeluargaan yang diberikan selama penulis melakukan penelitian.
7. Kedua orang tua tercinta, Ipda Admar S. Pd. dan Nelly Tri Arriyani yang
senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, motivasi, nasehat, serta
dukungan secara moril dan materi selama ini, serta saudaraku tercinta Arly
Pradhana S. AB dan Justia Tri Valentina yang telah memberikan dukungan
dalam penulisan skripsi ini.
8. Sahabat perkuliahan, Rabyatul Hadawiyah binti Umari. Terima kasih atas
perhatian, canda tawa, rasa kekeluargaan, motivasi, ilmu, serta pengalaman
yang terlah diberikan kepada penulis.
9. Teman dekat penulis, Serda Ade Yuliandra. Terima kasih atas motivasi,
dukungan, dan kasih sayang yang diberikan kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan di Agribisnis 2015 : Thomas S.P., Ana, Eci, Adit,
Arok S. P, , Azizah, Titis, Umi S.P., Mba Git, Desti, Dewi, Dian S.P, Aisy,
viii
Elsa S.P., Fitri, Vina S. P, Intan, Muti S.P, Putri, Reksi, Ria, Mba Na, Master,
Salim, Tiya S. P, Via, Jopi S. P, Nanda, Rama, Melda, Tegar S. P, Weni,
Nadya, Galuh, dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Terima kasih atas bantuan, ilmu, persaudaran, dan motivasi selama
ini.
11. Teman-teman satu bimbingan, Feren S.P., Aisy, Alfu, Dinda S.P., Luluk S.P.,
Puji S.P., Ayu S.P., Bagus S.P., Efti S.P., dan lain sebagainya yang
memberikan dukungan serta bantuan selama penulis menyelesaikan skripsi.
12. Sahabat-sahabat yang telah menemani masa remajaku sejak SMP : Luciana
Lorenza S. Ked, Intan Permata Sari S. Farm, Ummi Syarfina Janani, Yuliana
Putri, Diara Dwirivza, Elma Walida S. E, dan Putri Afridamayanti. Terima
kasih atas kasih sayang, dukungan, motivasi, dan pengalaman yang telah
diberikan kepada penulis.
13. Sahabat-sahabat pencitraan dan gunjingan tersayang : Diah Winarni, Muthia
Salasabila, dan Clara W. Pithaloka Terima kasih atas dukungan, semangat,
serta pengalaman yang telah diberikan semenjak kepada penulis.
14. Keluarga besar HIMASEPERTA beserta sahabat pengurus DPW 1
POPMASEPI dan seluruh keluarga POPMASEPI : Fathur, Oka, Nira, Debo,
Angga, Yudi, Bayu, Dila, Doni, Enji, Azizah, Aida, Almira, Amirul, Ari,
Bila, Indah, Angga, Dinda, Liza, Nikmah, Rani, dan lainnya yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu atas pengalaman, kasih sayang, rasa kekeluargaan
yang diberikan kepada penulis.
ix
15. Adik angkatan 2016 tersayang Tri Tarsita A, Susan, dll yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu atas kasih sayang dan dukungan yang diberikan kepada
penulis.
16. Sahabat KKN : Sri, Desma, Dinda, Nanda, Nidya, Peem, Bang Aziz, Bang
Rangga, Bang Arif, Bang Ibok, Bang Ricky, Bang Didi, Fergi, dan Bang
Rovy atas nasihat, dukungan, rasa kekeluargaan, dan canda tawa yang
diberikan kepada penulis.
17. Sahabat PU : Dwi, Belia, Sarah, Verina, Dewi, Cingcing, Oca, Adel, dan Yesi
atas kebersamaan, kekeluargaan, serta bantuan yang diberikan kepada
penulis.
18. Teman-teman Duta Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas kerjasama
dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
membantu penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.
Bandar Lampung, September 2019
Annisa Dwi Martha
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang dan Masalah .................................................................. 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 10
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................. 11
A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 11
1. Sapi ................................................................................................. 11
2. Teori Pendapatan ............................................................................ 15
3. Teori Biaya ...................................................................................... 20
4. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga ........................................... 23
B. Kajian Penelitian Terdahulu ................................................................. 26
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 33
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 37
A. Metode Penelitian .................................................................................. 37
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ................................................ 37
C. Lokasi Penelitian, Responden dan Waktu Penelitian ............................ 41
1. Lokasi Penelitian ................................................................................ 41
2. Responden .......................................................................................... 42
3. Waktu Penelitian ................................................................................ 43
D. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 43
E. Metode Analisis Data ............................................................................ 43
1. Metode Analisis Tujuan Pertama ..................................................... 44
2. Metode Analisis Tujuan Kedua ....................................................... 46
3. Metode Analisis Tujuan Ketiga ....................................................... 47
xi
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................. 52
A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah ..................................... 52
1. Keadaan Geografis .......................................................................... 52
2. Keadaan Demografis ........................................................................ 53
3. Keadaan Topografi .......................................................................... 53
4. Keadaan Iklim ................................................................................. 54
5. Potensi Wilayah .............................................................................. 55
B. Keadaan Umum Kecamatan Punggur ................................................... 56
1. Keadaan Geografis ........................................................................... 56
2. Keadaan Demografis ........................................................................ 57
3. Keadaan Iklim .................................................................................. 57
4. Potensi Wilayah ............................................................................... 58
5. Mata Pencaharian Penduduk ............................................................ 59
6. Infrastruktur ..................................................................................... 60
C. Keadaan Umum Desa Astomulyo ......................................................... 61
1. Keadaan Geografis ........................................................................... 61
2. Keadaan Demografis ........................................................................ 62
3. Keadaan Iklim .................................................................................. 63
4. Potensi Wilayah .............................................................................. 63
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 65
A. Karakteristik Responden ........................................................................ 65
1. Usia Responden ................................................................................. 65
2. Tingkat Pendidikan Responden ......................................................... 66
3. Jumlah Tanggungan Keluarga ........................................................... 67
4. Pengalaman Berusaha Ternak ............................................................ 69
5. Jumlah Kepemilikan Sapi .................................................................. 70
6. Pekerjaan Sampingan ......................................................................... 71
7. Sumber Modal Usaha Ternak ............................................................ 72
B. Keadaan Umum Kelompok Tani Ternak Limousin ............................... 73
1. Pola Kemitraan ................................................................................. 73
2. Pola Pinjaman .................................................................................. 74
3. Pola Mandiri ..................................................................................... 75
C. Kegiatan Usaha Ternak Sapi Potong ..................................................... 76
1. Pemberian Pakan .............................................................................. 76
2. Pemeliharaan Kandang .................................................................... 76
3. Pengendalian Penyakit dan Vaknsinisasi ......................................... 77
4. Pemasaran ........................................................................................ 77
D. Penggunaan Input Produksi Sapi Potong .............................................. 78
1. Penggunaaan Bakalan Sapi ............................................................. 78
2. Penggunaan Pakan............................................................................ 80
3. Penggunaan Vitamin ....................................................................... 83
xii
4. Penggunaan Obat-obatan.................................................................. 84
5. Pajak ................................................................................................ 85
6. Listrik .............................................................................................. 86
7. Bunga .............................................................................................. 86
8. Penggunaan dan Penyusutan Alat .................................................... 86
9. Curahan Tenaga Kerja ..................................................................... 88
10. Total Biaya Produksi ....................................................................... 89
E. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Peternak ...................................... 91
1. Pendapatan Usaha Ternak Sapi ........................................................ 91
2. Pendapatan On Farm di Luar Usaha Ternak Sapi............................ 96
3. Pendapatan Off Farm ....................................................................... 97
4. Pendapatan Non Farm ...................................................................... 98
5. Analisis Pendapatan Rumah Tangga ................................................ 99
F. Tingkat Kesejahteraan............................................................................ 101
1. Kependudukan .................................................................................. 102
2. Kesehatan dan Gizi........................................................................... 103
3. Pendidikan ....................................................................................... 104
4. Ketenagakerjaan .............................................................................. 105
5. Taraf dan Pola Konsumsi ................................................................ 106
6. Perumahan dan Lingkungan ............................................................ 107
7. Sosial dan Lain-lain ......................................................................... 108
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 112
A. Kesimpulan ........................................................................................... 112
B. Saran ..................................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 114
LAMPIRAN ....................................................................................................... 119
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perkembangan konsumsi daging di Indonesia pada tahun 2011-2015
(Per kapita/tahun) ........................................................................................ 3
2. Produksi daging sapi menurut provinsi tahun 2011-2017 ........................... 4
3. Jumlah populasi ternak sapi (ekor) di Provinsi Lampung pada tahun
2014-2016 .................................................................................................... 5
4. Populasi ternak besar dan ternak kecil menurut jenis ternak di Kecamatan
Punggur (ekor) pada tahun 2016.. ............................................................. .. 6
5. Kajian penelitian terdahulu .......................................................................... 28
6. Pengadaan indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik
Susenas (2014) disertai variabel, kelas, dan skor ........................................ 49
7. Sebaran penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian tahun 2016 ........... 59
8. Jumlah penduduk Desa Astomulyo menurut mata pencaharian tahun
2016 .............................................................................................................. 62
9. Jenis Penggunaan lahan Desa Astomulyo tahun 2016. ................................ 63
10. Sebaran responden berdasarkan usia............................................................ 66
11. Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan .................................... 67
12. Sebaran responden menurut jumlah tanggungan keluarga .......................... 68
13. Sebaran responden berdasarkan pengalaman usaha ternak.......................... 69
14. Jumlah kepemilikan sapi responden ............................................................ 70
15. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan sampingan ................................ 71
16. Sebaran peternak responden berdasarkan modal usaha ternak .................... 72
xiv
17. Biaya konsentrat dan pakan sapi selama satu tahun (periode). .................... 81
18. Biaya pembelian vitamin selama satu tahun (periode) ................................ 83
19. Biaya pembelian obat-obatan selama satu tahun (periode) .......................... 85
20. Jumlah penggunaan alat dan nilai penyusutan selama satu tahun
(periode) ....................................................................................................... 87
21. Jumlah penggunaan tenaga kerja peternak per tahun (periode) ................... 89
22. Total Biaya Produksi. ................................................................................... 90
23. Penerimaan dan pendapatan usaha peternak sapi responden ....................... 94
24. Pendapatan on farm usahatani padi peternak responden ............................ 97
25. Pendapatan off farm peternak responden ..................................................... 98
26. Pendapatan non farm peternak responden .................................................. 98
27. Pendapatan rumah tangga peternak ............................................................. 99
28. Skor perolehan untuk indikator kependudukan pada peternak
responden .................................................................................................... 102
29. Skor perolehan untuk indikator kesehatan dan gizi pada peternak
responden .................................................................................................... 103
30. Skor perolehan untuk indikator pendidikan pada peternak responden ....... 104
31. Skor perolehan untuk indikator ketenagakerjaan pada peternak
responden .................................................................................................... 105
32. Skor perolehan untuk indikator taraf dan pola konsumsi pada peternak
responden .................................................................................................... 106
33. Skor perolehan untuk indikator perumahan dan lingkungan pada peternak
responden .................................................................................................... 107
34. Skor perolehan untuk indikator sosial dan lain-lain pada peternak
responden .................................................................................................... 108
35. Tingkat kesejahteraan rumah tangga peternak responden .......................... 109
36. Identitas responden ...................................................................................... 120
37. Biaya bakalan dan jumlah penerimaan usaha ternak sapi potong. ............... 123
xv
38. Biaya pakan ................................................................................................. 125
39. Biaya konsentrat ........................................................................................... 128
40. Biaya vitamin dan obat-obatan. ................................................................... 130
41. Biaya penyusutan kandang dan peralatan .................................................... 136
42. Biaya tenaga kerja. ....................................................................................... 146
43. Biaya lain-lain .............................................................................................. 160
44. Total biaya .................................................................................................. 162
45. Analisis R/C ratio ........................................................................................ 166
46. Pendapatan on farm usaha ternak sapi potong. ............................................ 168
47. Pendapatan on farm (usahatani) peternak responden. .................................. 170
48. Pendapatan off farm peternak responden. .................................................... 172
49. Pendapatan non farm peternak responden ................................................... 174
50. Pendapatan rumah tangga peternak dan keluarga responden ...................... 176
51. Tingkat kesejahteraan ................................................................................. 179
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka penelitian analisis pendapatan dan tingkat kesejahteraan
rumah tangga peternak sapi potong pada Kelompok Tani Ternak
Limousin di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten Lampung
Tenga ........................................................................................................... 36
2. Struktur PDRB Kabupaten Lampung Tengah tahun 2017........................... 55
3. Peta wilayah administrasi Kecamatan Punggur ........................................... 56
4. Jumlah populasi ternak di Kecamatan Punggur .......................................... 58
5. Populasi hewan ternak di Desa Astomulyo.................................................. 64
6. Kontribusi biaya-biaya produksi terhadap biaya total ................................. 91
7. Kontribusi pendapatan rumah tangga peternak ............................................101
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Sektor pertanian di Indonesia menjadi salah satu sektor yang membantu
program pemerintah dalam upaya melakukan program pembangunan nasional
setelah sektor industri dan jasa. Sektor pertanian memiliki peranan penting
dalam meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja,
perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam
negeri, bahan baku industri dalam negeri, dan optimalisasi pengelolaan sumber
daya alam secara berkelanjutan. Sektor pertanian juga memiliki kontribusi
dalam meningkatkan perekonomian nasional. Hal ini dibuktikan dengan sektor
pertanian memiliki kontribusi terbesar kedua dalam Produk Domestik Bruto
(PDB) menurut lapangan usaha pada tahun 2013 yaitu sebesar 14,42% setelah
sektor industri pengolahan yaitu sebesar 23,69% (Badan Pusat Statistik,
2014b).
Sektor pertanian meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan, tanaman
perkebunan, kehutanan, perikanan, dan peternakan. Sub sektor-sub sektor
pertanian tersebut memiliki peranan dalam pencapaian visi pembangunan
pertanian Indonesia 2013-2015 yang dirumuskan sebagai berikut :
“Terwujudnya sistem pertanian-bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan
2
beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi dan sumber daya
hayati pertanian dan kelautan tropika”. Berdasarkan visi tersebut, sektor
pertanian menjadi penting karena sektor ini merupakan leading sektor untuk
ketahanan pangan yang dapat menjadi solusi dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan lingkungan dan sosial (Kementrian Pertanian, 2014). Salah satu
subsektor pertanian yang memiliki peranan penting dalam pembangunan
pertanian adalah sub sektor peternakan. Peternakan menjadi salah satu sektor
agribisnis yang cukup penting dikarenakan keberadaan sektor ini terkait dengan
ketersediaan bahan pangan hewani bagi masyarakat. Peningkatan pendapatan
masyarakat menyebabkan pola konsumsi bahan pangan hewani ini semakin
tinggi.
Penduduk Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan protein hewani
dengan cara mengkonsumsi daging, salah satunya adalah daging sapi. Daging
sapi merupakan sumber protein hewani yang mengandung zat besi dan seng
terbaik. Daging sapi yang berwarna merah mengandung zat besi yang lebih
tinggi, oleh sebab itu kandungan zat besi dan seng di dalam daging sapi lebih
banyak tiga kali lipat dibandingkan dengan daging ayam (Usmiati, 2010). Atas
kesadaran penduduk Indonesia akan pentingnya mengkonsumsi daging sapi
menyebabkan konsumsi daging sapi meningkat dibandingkan dengan daging
ayam. Hal ini didapat dilihat pada perkembangan konsumsi daging di Indonesia
per kapita per tahun pada 2011-2015 Tabel 1.
3
Tabel 1.Perkembangan konsumsi daging di Indonesia pada tahun 2011-2015
(Per kapita/tahun).
Tahun
Daging
Sapi
(kg)
Pertumb.
Konsumsi
Daging
Sapi (%)
Daging
Ayam
Ras/Broiler
(kg)
Pertumb.
Konsumsi
Daging
Ayam
Ras/Broiler
(%)
Daging
Ayam
Kampung
(kg)
Pertumb.
Konsumsi
Daging
Ayam
Kampung
(%)
2011 0,417 - 3,650 - 0,626 -
2012 0,365 -0,143 3,494 -0,045 0,521 -0,202
2013 0,261 -0,399 3,650 0,043 0,469 -0,111
2014 0,261 0 3,963 0,079 0,521 0,100
2015 0,417 0,374 4,794 0,173 0,626 0,168
Sumber : Ditjennak Keswan Kementrian Pertanian, 2016.
Berdasarkan Tabel 1, pertumbuhan konsumsi daging sapi lebih tinggi
dibandingkan dengan daging ayam ras/broiler dan daging ayam kampung.
Meningkatnya permintaan dan konsumsi daging sapi disebabkan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia yang berdampak pada meningkatnya pendapatan per
kapita penduduk (Setiyono dkk, 2007). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(2017), pendapatan nasional per kapita di Indonesia pada tahun 2016
meningkat sebesar 9,298 %, dimana peningkatan pendapatan nasional ini
dipengaruhi oleh perbaikan harga komoditas secara global dan adanya
perubahan kebijakan struktural pemerintah. Pendapatan per kapita yang terus
meningkat bisa menjadi salah satu alasan masyarakat untuk terus mememenuhi
kebutuhan protein hewani terutama dalam mengkonsumsi daging sapi.
Konsumsi daging sapi yang meningkat membuat pemerintah berupaya untuk
meningkatkan ketersediaan daging sapi di Indonesia agar permintaan
masyarakat akan daging sapi dapat terpenuhi. Produksi daging sapi dapat
dilihat pada Tabel 2.
4
Tabel 2. Produksi daging sapi menurut provinsi tahun 2011-2017.
Provinsi Produksi Daging Sapi menurut Provinsi (Ton)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Aceh 8.303 6.569 8.747 8.814 10.047 10.400 10.713
Sumatera Utara 18.299 24.547 18.437 22.656 23.407 25.571 26.862
Sumatera Barat 20.287 22.638 23.099 24.943 26.007 26.440 27.057
Riau 12.658 11.317 8.243 9.298 8.676 9.396 9.584
Jambi 6.515 6.507 4.386 4.329 4.654 4.386 4.479
Sumatera Selatan 13.601 14.649 14.496 15.281 16.689 17.878 18.196
Bengkulu 3.276 3.761 4.222 3.106 3.364 3.056 3.400
Lampung 10.064 9.833 14.099 13.074 12.336 12.609 13.150
Kep. Bangka Bel. 3.932 2.917 2.966 3.427 2.538 2.316 2.446
Kep. Riau 532 585 556 2.663 2.660 2668 2.746
DKI Jakarta 9.413 12.206 18.021 19.260 20.165 23.125 2.4258
Jawa Barat 78.476 74.312 71.881 67.073 75.477 73.318 75.124
Jawa Tengah 60.322 60.893 61.141 55.988 5.533 58.168 59.708
Di Yogyakarta 7.657 8.896 8.637 8.611 7.583 7.782 7.884
Jawa Timur 112.447 110.762 100.707 97.908 95.430 101.729 103.625
Banten 25.806 36.121 36.676 37.672 37.163 33.473 34.495
Bali 8.081 8.759 8.964 7.283 7.743 7.810 7.878
NTB 10.958 11.228 12.688 10.847 10.593 10.340 10.444
NTT 8.668 13.595 11.083 11.656 12.298 12.442 12.719
Kalimantan Barat 10.437 7.263 8.077 7.274 5.532 5.306 5.675
KalimantanTengah 3.116 4.154 4.277 3.844 4.061 4.295 4.368
Kalimantan Selatan 8.459 9.610 9.770 8.573 7.978 7.869 8.048
Kalimantan Timur 8.240 8.069 9.210 8.700 9.129 8.445 8.614
Kalimantan Utara - - - 675 613 630 661
Sulawesi Utara 4.446 4.501 4.565 4.587 3.610 3.431 3.450
Sulawesi Tengah 3.058 4.250 4.603 5.131 4.884 5.207 4.438
Sulawesi Selatan 11.026 12.725 14.518 17.214 19.365 18.451 1.9188
Sulawesi Tenggara 2.709 3.328 3.849 4.374 3.692 4.413 4.497
Gorontalo 3.985 4.347 3.617 2.460 3.006 3.392 3.392
Sulawesi Barat 3.917 3.053 2.911 1.988 2.792 2.853 2.666
Maluku 1.320 1.496 2.687 1.592 2.109 1.994 2.061
Maluku Utara 274 578 876 999 1.192 1.499 1.717
Papua Barat 2.316 2.533 4.077 3.658 3809 3.958 4.077
Papua 2.737 2.903 2.733 2.711 2.709 3.822 4.137
Indonesia 485.335 508.905 504.819 497.669 506.660 51.8484 531.757
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2018b
Berdasarkan Tabel 2, Provinsi Lampung merupakan provinsi kesepuluh yang
memproduksi daging sapi terbesar di Indonesia pada tahun 2015 dan 2016,
selain itu Provinsi Lampung juga menjadi daerah penghasil daging sapi
terbesar keempat di Pulau Sumatera sejak tahun 2013 hingga 2017 setelah
5
Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. Jumlah populasi ternak
sapi di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Jumlah populasi ternak sapi (ekor) di Provinsi Lampung pada tahun
2014-2016.
Wilayah Jumlah Populasi Ternak (Sapi)
2014 2015 2016
Lampung Barat 5.087 5.810 6.261
Tanggamus 4.516 6.145 6.265
Lampung Selatan 110.214 111.195 113.152
Lampung Timur 114.366 118.188 125.676
Lampung Tengah 205.986 260.054 260.569
Lampung Utara 25.764 28.017 28.437
Way Kanan 33.200 33.452 33.707
Tulang Bawang 18.959 18.902 19.084
Pesawaran 15.354 16.489 16.886
Pringsewu 10.691 10.807 10.906
Mesuji 10.650 8.886 8.537
Tulang Bawang Barat 15.878 17.393 17.917
Pesisir Barat 9.110 10.777 9.588
Bandar Lampung 2.103 1.785 1.504
Metro 5.949 6.098 7.223
Jumlah 587.827 653.998 665.712
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017.
Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa Kabupaten Lampung Tengah
merupakan daerah yang memiliki populasi ternak sapi terbesar. Hal ini
dikarenakan Kabupaten Lampung Tengah dipilih menjadi daerah yang
memiliki kegiatan pilot project atau percontohan percepatan sapi bunting
melalui program Upaya Khusus Percepatan Populasi Sapi dan Kerbau Bunting
(Upsus Siwab) di Sumatera karena daerah ini memiliki potensi sektor
peternakan yang besar. Program ini dilakukan untuk memenuhi permintaan
daging sapi di Indonesia yang setiap tahun terus meningkat sehingga impor
daging sapi yang dilakukan setiap tahun dapat dihentikan. Keberhasilan
6
Kabupaten Lampung Tengah dalam memproduksi daging sapi terbesar
dikarenakan peran peternak sapi dalam menyediakan kebutuhan berupa daging
sapi. Salah satu daerah yang memproduksi daging sapi terbesar berada di
Kecamatan Punggur. Populasi ternak di Kecamatan Punggur pada tahun 2016
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.Populasi ternak besar dan ternak kecil menurut jenis ternak di
Kecamatan Punggur (ekor) pada tahun 2016.
No Desa Sapi Kerbau Kambing Domba
1 Nunggal Rejo 124 6 324 92
2 Badran Sari 67 4 321 38
3 Sri Sawahan 113 6 142 87
4 Toto Katon 178 2 421 112
5 Tanggul Angin 189 19 321 87
6 Ngesti Rahayu 469 12 234 87
7 Mojopahit 236 28 254 65
8 Astomulyo 987 26 532 132
9 Sidomulyo 189 14 187 98
Jumlah 2.552 117 2.736 798
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2018a.
Berdasarkan Tabel 4, Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten
Lampung Tengah menjadi desa yang memiliki peternakan terbesar di
Kecamatan Punggur, baik ternak sapi, kerbau, kambing, ataupun domba. Pada
daerah ini terdapat kelompok tani ternak sapi yang bernama Kelompok Tani
Ternak Limousin. Banyak masyarakat khususnya petani peternak sapi yang
bergabung dengan Kelompok Tani Ternak Limousin dengan harapan dapat
menjalankan bisnis ternaknya dengan lancar sehingga dapat meningkatkan
pendapatan peternak untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hoddi, dkk (2011), usaha
7
peternakan sapi potong menguntungkan dengan rata-rata perolehan pendapatan
sebesar Rp 3.705.159/tahun sampai dengan Rp 9.140.727/tahun tergantung
jumlah sapi yang dipelihara. Selain itu penelitian yang dilakukan Qinayah
(2017), usaha ternak sapi di Kecamatan Tenete Riaja memperoleh pendapatan
rata-rata Rp 58.122.558 /tahun dengan skala kepemilikan rata-rata tujuh belas
ekor sapi.
Tingkat pendapatan akan berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan yang
diperoleh, dimana tingkat kesejahteraan rumah tangga peternak dapat dilihat
dari perolehan pendapatan dan pengeluaran yang dilakukan peternak tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agusta (2014), rumah tangga
peternak sapi potong yang sejahtera memiiki proporsi pengeluaran untuk bahan
non pangan sebesar 56,52 persen dibandingkan rumah tangga peternak yang
tidak sejahtera sebesar 23,78 persen. Hal ini membuktikan bahwa rumah tangga
peternak sapi yang tergolong sejahtera melakukan pengeluaran diluar konsumsi
pangan seperti untuk akses tempat wisata, biaya kesehatan, pendidikan, dan
melakukan simpanan yang lebih besar dibandingkan dengan rumah tangga
peternak yang tergolong tidak sejahtera.
B. Perumusan Masalah
Desa Astomulyo menjadi desa yang memiliki tingkat produksi daging sapi
yang tinggi dikarenakan banyaknya peternak sapi di desa ini. Rata-rata
penduduk di Desa Astomulyo menjadikan usahatani ternak sapi sebagai mata
pencaharian peternak selain usahatani. Kelembagaan yang baik merupakan
8
salah satu sarana penunjang usahatani ternak sapi. Desa Astomulyo memiliki
kelompok tani ternak sapi yang memiliki peranan penting dalam memproduksi
sapi dewasa yang bernama Kelompok Tani Ternak Limousin.
Kelompok Tani Ternak Limousin sudah berdiri sejak tahun1991 atau sudah
berjalan selama dua puluh delapan tahun. Terdapat tiga jenis pemeliharaan sapi
yang dilakukan dalam kelompok tani pada saat ini. Pertama adalah Pola
Kemitraan bekerjasama dengan PT Great Giant Livestock Company (PT
GGLC), Pola Pinjaman yang diberikan oleh Bank BNI kepada Kelompok
Peternak untuk modal, dan Pola Mandiri dimana peternak menggunakan sendiri
modal untuk mengembangkan ternaknya dari awal sampai dengan panen. Pada
Pola Kemitraan yang dijalankan di Kelompok Tani Ternak Limousin yaitu PT
GGLC menyediakan sapi yang masih anakan (sapi bakalan) untuk digemukkan,
beserta bahan pakan ternak berupa pakan konsentrat dan kulit buah nanas
dalam bentuk silase yang diperoleh dari limbah PT Great Giant Foods (PT
GGF) untuk selanjutnya akan diolah petani ternak untuk menjadi ransum.
Ketika bobot sapi sudah masuk dalam kreteria yang diinginkan oleh PT GGLC,
maka sapi tersebut akan dibeli kembali oleh PT GGLC.
Pra-survei yang telah dilakukan pada Kelompok Tani Limousin menunjukkan
bahwa banyak keuntungan yang diperoleh dengan bergabung dalam kelompok
tani. Peternak yang tergabung dalam kelompok tani mengatakan bahwa
keuntungan yang diperoleh dengan bergabung dalam kelompok tani, harga beli
input yang lebih rendah dan harga jual yang tinggi. Keuntungan tersebut
9
memungkinkan untuk mempengaruhi tingginya potensi produksi dan
pendapatan petani ternak anggota kelompok tani ternak.
Peternak tidak hanya memperoleh pendapatan melalui usaha ternak sapi saja,
namun peternak juga memiliki pendapatan dalam usaha ternak sapi (on farm)
seperti usahatani (singkong, nanas, dan lain-lain), usaha dari usahatani/usaha
ternak namun masih dalam lingkup bidang pertanian (off farm) seperti buruh
tani, pedagang hasil pertanian, dan lain-lain, serta pendapatan yang diperoleh
dari usaha di luar bidang pertanian (non farm) seperti Pegawai Negeri Sipil,
tukang ojek, dan lain sebagainya. Total dari seluruh pendapatan yang diperoleh
peternak menjadi pendapatan rumah tangga. Semakin tinggi pendapatan rumah
tangga yang diperoleh peternak maka semakin tinggi juga pengeluaran rumah
tangganya, dimana semakin besar penerimaan yang diperoleh dapat
mempengaruhi kesejahteraan rumah tangga peternak tersebut.
Menurut Gusti (2013), akses kebutuhan rumah tangga terhadap pengeluaran
bahan pangan dan bahan bukan pangan sangat bergantung pada tingkat
pendapatan, harga pangan, daya beli, proses distribusi, dan kondisi sosialnya.
Menurut Agusta (2014), kesejahteraan peternak erat kaitannya dengan
pendapatan rumah tangga, dimana kesejahteraan dapat dianalisis dengan
melihat taraf kehidupan petani sebagai individu rumah tangga melalui
pendekatan pendapatan yang terdiri dari pendapatan usaha ternak, pendapatan
non-usaha ternak dan pendapatan non pertanian.
Berdasarkan penjelasan di atas yang dapat dirumuskan permasalahan dalam
penelitian ini, yaitu:
10
1. Berapakah pendapatan usaha peternak sapi potong pada Kelompok Tani
Ternak Limousin.
2. Berapakah pendapatan rumah tangga peternak sapi potong pada Kelompok
Tani Ternak Limousin.
3. Bagaimanakah tingkat kesejahteraan keluarga peternak sapi potong pada
Kelompok Tani Ternak Limousin.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pendapatan usaha peternak sapi potong anggota Kelompok
Tani Ternak Limousin.
2. Menganalisis pendapatan rumah tangga peternak sapi potong anggota
Kelompok Tani Ternak Limousin.
3. Menganalisis tingkat kesejahteraan peternak sapi potong anggota
Kelompok Tani Ternak Limousin.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi :
1. Peternak untuk mengetahui perolehan tingkat pendapatan dan kesejahteraan
yang diperoleh anggota kelompok tani.
2. Pemerintah dalam melakukan program kerja yang dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan peternak.
3. Penelitian yang lain sebagai sumber informasi dan tambahan referensi
dalam penyusunan penelitian selanjutnya atau penelitian-penelitian sejenis.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Sapi
a. Karakteristik sapi secara umum
Pada awal mulanyanya sapi di identifikasi sebagai tiga spesies terpisah.
Berikut penjabaran tiga kelompok bangsa sapi.
1. Bos indicus
Merupakan bangsa sapi yang sekarang berkembang di India dan
sekarang mulai menyebar di berbagai negara seperti Asia Tenggara,
termasuk Indonesia.
2. Bos sondaicus
Merupakan golongan bangsa sapi yang berasal dari Indonesia, yang
keturunannya saat ini dikenal dengan jenis Sapi Bali, Sapi Madura,
Sapi Sumatra dan sapi lokal lainya.
3. Bos taurus
Merupakan bangsa sapi potong dan perah di Eropa yang pada
akhirnya menyebar ke berbagai berbagai dunia, seperti Amerika,
Australia dan Selandia Baru. Di Indonesia, keturunan Bon taurus
yang diternakkan adalah jenis sapi Aberden Angus, Hereford,
12
Shorthorn, Charolais, Simental, dan Limosin (Sudarmono dan
Sugeng, 2008).
Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga jenis bangsa sapi tersebut
dijadikan satu yaitu Bos primigenius dengan klasifikasi sapi menurut
Blackely dan Bade (1998) sebagai berikut :
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Subkelas : Eutheria
Ordo : Artiodactyla
Famili : Bovidae
Subfamili : Bovinae
Genus : Bos
Spesies : B.primigenius
Subspesies :B.p.tauru,B.p.indicus,B.p.javanicus
b. Sapi Limousin
Sapi Limousin merupakan jenis sapi keturunan Bos Taurus berasal dari
Perancis. Jenis sapi ini merupakan jenis sapi penghasil daging. Warna
tubuh cokelat muda hingga merah keemasan dimana Sapi Limousin ini
cepat dalam pertambahan bobot. Bobot sapi dewasa diatas 800 kg/ekor.
Keistimewaan sapi jenis ini adalah kenaikan bobot 1,5-2 kg/hari,
persentase karkas 50% (Purbowati, 2012).
Pertumbuhan Sapi Limousin cukup bagus dengan ciri-ciri umum yaitu
memiliki ukuran tubuh besar dan panjang bulu berwarna cokelat, dimana
pada bagian sekeliling mata dan kaki dari lutut ke bawah berwarna agak
terang, tanduk pada jantan tumbuh ke luar dan agak melengkung.Sapi
Limousin memiliki jumlah dagingnya pasti lebih banya dan kualitas
daging sapi limousine dinilai lebih bagus dan lezat untuk dijadikan
13
makanan. Sehingga tidak heran apabila jumlah permintaan akan daging
sapi limousin ini cukup tinggi dibandingkan dengan permintaan daging
sapi jenis lainnya. Selain itu, jenis sapi ini juga tahan terhadap penyakit
sehingga tidak perlu mengeluarkan banyak biaya dalam penanganannya.
c. Manajemen Kandang
Kandang menjadi hal penting dalam melakukan ternak sapi, hal ini
dikarenakan kandang menjadi tempat tinggal sapi terutama selama tahap
pertumbuhan guna penggemukan. Kandang harus dijaga kebersihannya
setiap hari agar sapi-sapi tersebut tetap sehat. Kandang harus memiliki
fungsi sebagai tempat sapi untuk berlindung dari cuaca panas ataupun
hujan, lantai pada kandang tidak boleh licin sehingga dapat mengurangi
resiko ternak terluka, harus memiliki tempat yang mudah dalam
pemberian makan dan minum serta dilakukannya pengawasan (Abidin,
2002).
Kandang harus harus diukur dengan kesesuaian ukuran tubuh sapi dan
jenis kandang yang digunakan. Umumnya kebutuhan luas kandang sapi
per ekor sekitar 1,5 x 2,5 meter, 1,5 x 2 meter atau 1 x 1,5 meter.
Terdapat dua jenis kandang, yaitu kandang kelompok dan kandang
individu.Apapun jenis kandang yang dibuat kandang kelompok atau
kandang individu peternak harus memenuhi kebutuhan luasan kandang
per ekor tersebut. Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan
yang ekonomis dan mudah diperoleh. Kandang harus ada drainase dan
14
saluran pembuangan limbah yang mudah dibersihkan (Fikar dan
Ruhyadi, 2010).
d. Manajemen Pakan dan Minum
Pakan merupakan faktor utama dalam keberhasilan usaha pengembangan
peternakan disamping faktor bibit dan tata laksana. Pakan bisa berupa
bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang
tidak diolah. Pakan harus mampu menyediakan hampir semua nutrien
yang diperlukan oleh tubuh ternak dalam suatu perbandingan yang serasi
sesuai dengan status faali. Pakan tidak perlu berlebihan bahkan harus
efisien sehingga dapat memberikan keuntungan. Terdapat empat hal
penting yang harus diperhatikan dalam menentukan kebutuhan zat
nutrien pada sapi potong, yaitu jenis kelamin (jantan atau betina), berat
badan, taraf pertumbuhan atau status fisiologis (pedet, sapihan, bunting
dan lain-lain) serta tingkat produksi (Umiyasih dan Anggraeny, 2007).
Pemberian pakan yaitu berupa rumput hijau yang sudah umum digunakan
oleh para peternak dalam memenuhi kebutuhan serat kasar. Rumput
mudah diperoleh, murah, dan mudah dikelola karena tumbuh liar tanpa
dibudidayakan, karena itu rumput lapang mempunyai kualitas yang
rendah untuk pakan ternak. Dengan pemberian pakan yang baik
diharapkan sapi dapat tumbuh dengan baik sehingga mengasilkan bobot
yang berat dan sapi juga tumbuh dalam keadaan sehat (Yulianto dan
Saparinto, 2011).
15
e. Manajemen Kesehatan
Pengendalian penyakit pada sapi potong dibagi menjadi dua yaitu
preventif, berupa tindakan pencegahan penyakit dengan upaya sanitasi dan
menjaga kebersihan ternak dan kuratif, berupa tindakan pengobatan
terhadap ternak yang terlanjur sudah terjangkit penyakit dan harus
dilakukan pengobatan agar tidak mempengaruhi produktivitasnya.
Pemberian vaksinasi secara teratur dapat menjaga kekebalan tubuh sapi
dan memberikan pakan yang berkualitas serta vitamin untuk menjaga daya
tahan tubuh sapi (Prihatman, 2000).
2. Teori Pendapatan
a. Pendapatan Usaha ternak
Menurut Adiana dan Karim (2014), pendapatan adalah jumlah penghasilan
riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk
memenuhi kebutuhan bersama maupun perorangan. Pendapatan usaha
ternak dapat didefinisikan menjadi selisih antara pendapatan kotor (output)
yang di dapatkan sebelum dikurangi dengan biaya-biaya dan biaya
produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim
produksi ternak. Menurut Gustiyana, H. (2004), pendapatan usahatani
dapat dibagi menjadi dua pengertian, yaitu (1) pendapatan kotor, yaitu
seluruh pendapatan yang diperoleh petani dalam usahatani selama satu
tahun yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan atau pertukaran hasil
produksi yang dinilai dalam rupiah berdasarkan harga per satuan berat
pada saat pemungutan hasil, dan (2) pendapatan bersih, yaitu seluruh
16
pendapatan yang diperoleh petani dalam satu tahun dikurangi dengan
biaya produksi selama proses produksi. Penerimaan dan biaya usahatani
menjadi dua unsur dalam pendapatan usahatani, dimana penerimaan
merupakan perkalian antara hasil produksi usahatani dikalikan dengan
harga jual.
Perhitungan pendapatan usaha ternak memiliki konsep/prinsip yang sama
dengan perhitungan pendapatan usahatani, hanya saja indikatornya yang
berbeda. Secara matematis untuk menghitung pendapatan usaha ternak
dapat ditulis sebagai berikut :
P= TR – TC = (Y. Py) – (Σ Xi.Pxi). .......................................................... (1)
Keterangan :
P = Pendapatan (Rp)
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total biaya (Rp)
Y = Hasil produksi (Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)
Hasil produksi dalam usaha ternak berupa daging sapi atau sapi utuh.
Perbedaan indikator usaha ternak dengan usahatani terletak pada faktor
produksinya yaitu berupa sapi bakalan, kandang, obat-obatan, vitamin,
pakan, dan lain-lain.
Keuntungan atau pendapatan usaha ternak dapat dianalisis dengan
menggunakan analisis R/C ratio untuk mengetahui apakah usaha ternak
tersebut menguntungkan atau tidak secara ekonomi dengan mengetahui
17
nisbah atau perbandingan antara penerimaan dengan biaya (Revenue Cost
Ratio). Secara matematik, nisbah perbandingan antara penerimaan dengan
biaya dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 2002) :
R/C = PT / BT ........................................................................................ (2)
Keterangan :
R/C = Nisbah penerimaan dan biaya
PT = Penerimaan Total (Rp)
BT = Biaya Total (Rp)
Kriteria pengambilan keputusan adalah :
a. Jika R/C > 1, maka usaha ternak mengalami keuntungan, karena
penerimaan lebih besar dari biaya.
b. Jika R/C < 1, maka usaha ternak mengalami kerugian, karena
penerimaan lebih kecil dari biaya.
c. Jika R/C = 1, maka usaha ternak mengalami kondisi impas, karena
penerimaansama dengan biaya.
b. Pendapatan Rumah Tangga
Menurut Muskananfola (2013), pendapatan rumah tangga yaitu sebagai
pendapatan anggota keluarga dari hasil perolehan yang didapat dari
sumber-sumber pendapatan meliputi gaji bagi anggota keluarga yang
bekerja sebagai buruh ataupun karyawan, pendapatan dari usaha anggota
keluarga, dan penghasilan lainnya yang diperoleh dari anggota rumah
tangga sebagai pendapatan rumah tangga.
18
Besar atau kecilnya pendapatan dapat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan
yang pekerja lakukan. Setiap rumah tangga memiliki kebiasaan dan
tingkah laku yang berbeda-beda. Hal ini ditentukan oleh jumlah
pendapatan, yaitu apabila penghasilan yang didapat tinggi, cenderung lebih
tinggi juga pengeluarannya, dan apabila suatu rumah tangga terpenuhi
kebutuhan pokoknya, maka akan muncul pula kebutuhan lainnya. Faktor
lainnya yang mempengaruhi perilaku rumah tangga adalah jumlah anggota
keluarga, kedudukan sosial, pengaruh lingkungan, gaya hidup, serta
kebiasaan atau selera.
Menurut Soekartawi (2002) perubahan tingkat pendapatan mempengaruhi
banyaknya barang yang akan dikonsumsi. Semakin tinggi pendapatan
yang ia peroleh maka semakin besar juga pola konsumsinya. Terkadang
masyarakat memiliki pendapatan nol sedangkan konsumsi tetap harus
dilaksanakan secara terus-menerus. Pada tingkat pendapatan rumah tangga
yang rendah, maka pengeluaran rumah tangganya lebih besar dari
pendapatannya. Sering kali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan,
maka barang yang dikonsumsi bukan hanya bertambah akan tetapi kualitas
barang yang diminta pun bertambah.
Pendapatan rumah tangga, khususnya petani merupakan keseluruhan dari
pendapatan dalam kegiatan pertanian dan pendapatan di luar pertanian.
Menurut Rahim dan Hastuti (2008), besarnya pengeluaran rumah tangga
petani untuk konsumsi dipengaruhi oleh besarnya pendapatan. Apabila
petani tersebut memperoleh pendapatan yang tinggi maka akan semakin
19
tinggi juga pengeluaran yang petani tersebut keluarkan untuk konsumsi
atau memenuhi kebutuhan sehari-harinya, dikarenakan petani tidak hanya
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papannya saja tetapi juga ingin
memuaskan kebutuhan tersiernya seperti membeli keperluan yang tidak
terlalu dibutuhkan.
Secara sistematis Rahim dan Astuti (2008) merumuskan pendapatan rumah
tangga petani diperoleh dari hasil penjumlahan pendapatan on farm, off
farm, dan non farm. Perolehan pendapatan rumah tangga peternak tidak
jauh beda dengan pendapatan rumah tangga petani hanya saja peternak
memperoleh pendapatan on farm diluar usaha ternak. Pendapatan rumah
tangga peternak sapi dapat diperoleh pada rumus sebagai berikut :
Prt = P1 + P2 + P3 + P4 ............................................................................ (6)
Keterangan :
Prt = Pendapatan rumah tangga (Rp)
P1 = Pendapatan utama dari on farm usaha ternak (Rp)
P2 = Pendapatan on farm usahatani (Rp)
P3 = Pendapatan off farm (Rp)
P4 = Pendapatan non farm (Rp)
Menurut Badan Pusat Statistik (2016) terdapat empat golongan yang
membedakan masing-masing jumlah pendapatan, yaitu :
1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata- rata
lebih dari Rp 6.000.000,00/bulan
2. Golongan pendapatan tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp
4.000.000,00 hingga Rp 6.000.000,00/bulan
3. Golongan pendapatan sedang, adalah jika pendapatan rata-rata antara
20
Rp 2.000.000,00 hingga Rp 4.000.000,00/bulan
4. Golongan pendapatan rendah, adalah jika pendapatan rata-rata Rp
2.000.000,00/bulan.
3. Teori Biaya
Biaya merupakan nilai dari seluruh sumberdaya yang digunakan untuk
memproduksi suatu barang. Biaya didalam usahatani diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) yang merupakan biaya dengan jumlah
relative tetap serta terus dikeluarkan tanpa melihat jumlah produksi yang
dihasilkan tersebut tinggi atau rendah dan biaya tidak tetap (variable cost)
yang merupakan kebalikan dari biaya tetap dikarenakan biaya variabel
merupakan biaya yang dikelaurkan tergantung pada besarnya tingkat produksi
(Soekartawi, 2006).
Perhitungan biaya tetap (fixed cost) atau biaya tidak tetap (variable cost)
adalah sebagai berikut :
𝐹𝐶 atau VC = ∑ 𝑋𝑖.𝑃x𝑖.𝑛,=1 ......................................................................... (4)
Keterangan :
FC = biaya tetap (Rp)
VC = biaya tidak tetap (Rp)
Xi = jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap/variabel
(unit)
Pxi = harga input (Rp)
n = macam input
21
Sedangkan, biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan dimana jumlah total biaya didapatkan dari seluruh jumlah biaya
tetap dan biaya tetap. Berikut perhitungan dari biaya total (total cost).
TC = FC + VC ................................................................................................ (5)
Keterangan :
TC = biaya total (Rp)
FC = biaya tetap (Rp)
VC = biaya tidak tetap (Rp)
Perhitungan biaya total dan biaya per unit dalam satu kali produksi secara
sistematis menurut Sugiarto, Herlambang, dan Brastoro (2007) adalah sebagai
berikut :
TC = TFC + TVC .........................................................................................(6)
AC = Q
TC…………………………………………………………………..(7)
AFC =Q
TFC .............................................................................................. . (8)
AVC =Q
TVC ................................................................................................(9)
Keterangan :
TC = Total biaya produksi (Rp)
TFC = Total biaya tetap (Rp)
TVC = Total biaya tidak tetap (Rp)
AC = Biaya total rata-rata (Rp/unit output)
AFC = Biaya tetap rata-rata (Rp/unit output)
AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp/unit output)
Q = Output (unit)
22
Jenis-jenis biaya yang digunakan untuk melakukan usahatani menurut
Soekartawi (2006) adalah sebagai berikut :
a. Lahan, merupakan nilai yang dikorbankan karena lahan pasti digunakan
dalam usaha.
b. Tenaga Kerja, terdiri dari tenaga kerja hewan, mesin dan manusia dimana
upahnya dibayar harian atau borongan.
c. Biaya peralatan dan bahan, terdiri dari biaya pembelian alat untuk sarana
produksi dan faktor produksi.
d. Biaya pinjaman, biaya berupa pinjaman untuk modal melakukan usaha
pada saat petani tidak memiliki modal usaha sendiri.
e. Biaya operasional, biaya yang digunakan untuk kebutuhan rutin selama
proses usahatani.
f. Biaya penyusutan, merupakan biaya dari penyusutan alat-alat, bangunan
dikarenakan memiliki umur ekonomis yang menentukan apakah masih
layak atau tidak.
g. Biaya tidak terduga, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kejadian
yang di luar rencana.
Biaya usaha ternak merupakan biaya yang dikeluarkan dalam melakukan
produksi ternak (sapi, ayam, kambing, dan lain-lain). Biaya yang dikeluarkan
dalam usaha ternak sapi, berupa biaya tetap dan biaya tidak tetap.
Berdasarkan pra survei yang peneliti lakukan, biaya tetap meliputi upah
tenaga kerja, penyusutan kandang, penyusutan peralatan. Biaya tidak tetap
pada usaha ternak sapi meliputi sapi bakalan, konsentrat, obat-obatan, dan
pakan. Usaha ternak sapi dapat dimulai dengan menggunakan biaya investasi
23
berupa pembuatan kandang dan peralatan kandang yaitu meliputi sekop,
selang, ember, sapu lidi, dan lain-lain. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Qinayah (2017), biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak
sapi meliputi biaya tetap seperti biaya penyusutan kandang, peralatan, dan
pajak serta biaya variabel yang meliputi biaya sapi bakalan, pakan, tenaga
kerja, vitamin, pembuatan kompos, dan listrik.
4. Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga
Tingkat kesejahteraan merupakan konsep yang digunakan untuk menyatakan
kualitas hidup suatu masyarakat atau individu di suatu wilayah pada satu
kurun waktu tertentu. Konsep kesejahteraan yang dimiliki bersifat relatif,
tergantung bagaimana penilaian masing-masing individu terhadap
kesejahteraan itu sendiri. Mosher (2002), menjelaskan bahwa kesejahteraan
petani dijelaskan dari beberapa aspek kesejahteraan rumah tangga yang
tergantung pada tingkat pendapatan petani. Pendapatan petani yang tidak
sesuai dengan pengeluaran rumah tangga akan mengakibatkan status taraf
hidup rumah tangga tersebut.
Tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2014a) adalah suatu
kondisi dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga
tersebut dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Dimensi kesejahteraan
rakyat disadari sangat luas dan kompleks, suatu taraf kesejahteraan rakyat
hanya dapat terlihat melalui suatu aspek tertentu. Oleh karena itu,
kesejahteraan rakyat dapat diamati dari berbagai aspek yang spesifik yaitu :
24
a. Kependudukan
Penduduk merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam
proses pembangunan, karena dengan kemampuannya penduduk dapat
mengelola sumber daya alam sehingga mampu memenuhi kebutuhan
hidup bagi diri dan keluarganya secara berkelanjutan. Jumlah yang besar
dapat menjadi potensi tetapi dapat pula menjadi beban dalam proses
pembangunan jika berkualitas rendah. Oleh sebab itu, dalam menangani
masalah kependudukan, pemerintah tidak saja mengarahkan pada upaya
pengendalian jumlah penduduk, tetapi juga melihat pada peningkatan
kualitas sumber daya manusianya.
b. Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi merupakan bagian dari indikator kesejahteraan
penduduk dalam hal kualitas fisik. Kesehatan dan gizi berguna untuk
melihat gambaran tentang kemajuan upaya peningkatan dan status
kesehatan masyarakat dapat dilihat dari penolong persalinan bayi,
ketersedian sarana kesehatan, dan jenis pengobatan yang dilakukan.
c. Pendidikan
Maju tidaknya suatu bangsa terletak pada kondisi tingkat pendidikan
masyarakatnya. Semakin tinggi pendidikan, maka semakin maju bangsa
tersebut. Pemerintah berharap tingkat pendidikan semakin membaik, dan
tentunya akan berdampak pada tingkat kesejahteraan penduduk.
25
d. Ketenagakerjaan
Ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek penting untuk menunjukan
kesejahteraan masyarakat dengan indikator keberhasilan pembangunan
ketenagakerjaan diantaranya adalah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) dan Tingkat Penggangguran Terbuka (TPT).
e. Taraf dan pola kosumsi atau pengeluaran rumah tangga
Pengeluaran rumah tangga juga merupakan salah satu indikator yang dapat
memberikan gambaran keadaan kesejahteraan penduduk. Semakin tinggi
pendapatan, maka porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran untuk
makanan ke pengeluaran bukan makanan. Pergeseraan pola pengeluaran
terjadi karena elastisitas permintaan terhadap makanan pada umumnya
rendah, sebaliknya elastisitas permintaan terhahap barang bukan makanan
pada umumnya tinggi.
f. Perumahan dan lingkungan
Manusia membutuhkan rumah disamping sebagai tempat tinggal untuk
berteduh atau berlindung dari hujan dan panas juga tempat berkumpul para
penghuni yang merupakan satu ikatan keluarga. Secara umum, kualitas
rumah tinggal menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga,
dimana kualitas tersebut ditentukan oleh fisik rumah tersebut. Berbagai
fasilitas yang mencerminkan kesejahteraan rumah tangga tersebut
diantaranya dapat dilihat dari luas lantai, sumber air minum, dan fasilitas
tempat buang air besar. Kualitas perumahan yang baik dan penggunaan
fasilitas yang memadai akan memberikan kenyamanan bagi penghuninya.
26
g. Sosial, dan lain-lain
Indikator sosial lainnya yang mencerminkan kesejahteraan adalah
persentase penduduk yang melakukan perjalanan wisata, persentase yang
menikmati informasi dan hiburan meliputi menonton televisi,
mendengarkan radio, membaca surat kabar, dan mengakses internet.
Selain itu, persentase rumah tanggga yang menguasai media informasi
seperti telepon, handphone, dan komputer, serta banyaknya rumah tangga
yang membeli beras murah/miskin (raskin) juga dapat dijadikan sebagai
indikator kesejahteraan.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Analisis Pendapatan Usaha dan Tingkat Kesejahteraan
Rumah Tangga sudah cukup banyak, namun ada beberapa penelitian tentang
analisis pendapatan usaha dan tingkat kesejahteraan dengan menggunakan
komoditas yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang terlebih dahulu
dilakukan, terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian terlebih dahulu
dengan penelitian ini, dimana penelitian ini memiliki tujuan yang sama yaitu
ingin melihat tingkat pendapatan dan tingkat kesejahteraannya. Persamaan
yang lainnya terletak pada metode analisis data yaitu menggunakan deskriptif
kualitatif, analisis pendapatan, dan analisis kesejahteraan.
Terdapat perbedaan yang dilakukan penelitian ini dengan penelitian yang telah
dilakukan terlebih dahulu, yaitu pada penelitian ini menganalisis tingkat
pendapatan peternak sapi anggota Kelompok Tani Ternak Limousin yang
27
memiliki pola kemitraan sehingga diduga memperoleh tingkat pendapatan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan peternak sapi yang tidak tergabung dalam
anggota kelompok tani ini. Selain itu, objek yang diteliti berbeda dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, pada penelitian ini objek yang
digunakan adalah peternakan sapi, sedangkan mayoritas penelitian tentang
tingkat pendapatan dan kesejahteraan menggunakan komoditas yang berasal
dari usahatani seperti komoditas padi, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
Metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti berbeda-beda. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Agusta, Lestari, dan Situmorang (2014) yang melakukan
analisis tingkat kesejahteraan rumah tangga peternak sapi potong anggota
koperasi peternakan di Pangalengan, alat analisis yang digunakan untuk tingkat
kesejahteraan yang digunakan adalah pendekatan pengeluaran rumah tangga.
Berbeda hal nya dengan penelitian yang dilakukan oleh Trigestianto dkk
(2013) di Kabupaten Purbalingga, alat analisis tingkat kesejahteraan yang
digunakan adalah melalui pendekatan nilai tukar pendapatan rumah tangga.
Kajian penelitian yang lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.
28
Tabel 5. Kajian penelitian terdahulu
No Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode
Analisis Data Kesimpulan Penelitian
1 Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong di Desa Mattirowalie
Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten
Barru (Qiyanah, 2017)
Mengetahui pendapatan
peternak sapi potong di Desa
Mattirowalie Kecamatan
Tanete Riaja Kabupaten
Barru
Analisis
pendapatan
Dilihat dari pendapatan per ekor dapat
diketahui bahwa semakin tinggi skala
usaha ternak sapi potong maka semakin
besar pendapatan per ekor yang didapatkan
2 Analisis Pendapatan Peternakan
Sapi Potong di Kecamatan Tanete
Rilau, Kabupaten Barru (Hoddi,
Rombe, Fahrul, 2011)
Mengetahui pendapatan
usaha peternak sapi potong di
Kecamatan Tanete Rilau
Kabupaten Barru
Analisis
pendapatan
Pendapatan peternak sapi potong yang ada
di Kecamatan Tanete Rilau
menguntungkan dengan rata-rata
pendapatan per tahun yang diperoleh
peternak pada stratum A dengan
kepemilikan sapi 7-10 ekor sebesar Rp.
3.705.159/Tahun, stratum B dengan
kepemilikan sapi 11-15 ekor sebesar Rp.
6.131.045/Tahun dan stratum C dengan
kepemilikan sapi 15 ekor ke atas sebesar
Rp. 9.140.727/Tahun
3 Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong Sistem Pemeliharaan
Intensif dan Konvensional di
Kabupaten Sleman Yogyakarta
(Sundari, Rejeki, Triatmaja, 2009)
Mengetahui perbandingan
tingkat pendapatan dan
kelayakan usaha peternak
sapi potong pada system
pemeliharaan intensif dengan
konvensional di Kabupaten
Sleman, Yogyakarta
Analisis
pendapatan
Pendapatan (laba) usaha peternak sapi
potong dengan sistem intensif sebesar Rp
36.943.964 / responden / tahun sedangkan
usaha sistem konvensional Rp
3.732.135,56/ responden / tahun.
Sedangkan laba / unit ternak / tahun
dengan sistem intensif sebesar Rp
4.617.995,55
29
Tabel 5. Lanjutan
No Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode
Analisis Data Kesimpulan Penelitian
4 Analisis Pendapatan Usaha Sapi
Potong Dengan Usaha Tani
Persawahan Padi Di Kabupaten
Situbondo (Murti dan Astuti, 2014)
1. Menganalisis besar
pendapatan rumah tangga
petani dan peternak pada
sistem integrasi sapi potong
rakyat di Kabupaten
Situbondo
2. Menentukan presentase
kontribusi usaha ternak sapi
potong terhadap pendapatan
sistem integrasi sapi potong
di Kabupaten Situbondo
Analisis
pendapatan
1. Pendapatan usaha ternak sapi potong
sebesar Rp. 132.522.500
2. Pendapatan usaha tani persawahan yang
efisien adalah sebesar Rp. 36.602.143,1
per hektar
3. Kontribusi usaha ternak sapi potong
terhadap pendapatan rumah tangga petani
dan peternak sistem integrasi adalah
sebesar 10% dan berpengaruh positif
terhadap pendapatan usaha.
5 Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong di Kecamatan Siempat
Nempuhulu Kabupaten Dairi
(Bancin, Hasnudin dan Budi, 2013)
Mengetahui perolehan
pendapatan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi
usaha ternak sapi potong
Analisis
pendapatan
dan analisis
linier berganda
Skala usaha dan tingkat pendidikan
peternak memberikan pengaruh positif
dalam meningkatkan pendapatan peternak
sedangkan umur peternak, lama beternak
dan jumlah tanggungan keluarga tidak
memberikan peningkatan pendapatan
peternak sapi potong di Kecamatan
Siempat Nempu Hulu, Kabupaten Dairi
6 Analisis Pendapatan Usaha
Peternak Sapi Potong Di
Kecamatan Weda Selatan
Kabupaten Halmahera Tengah
(Loing, Rorimpandey dan Kalangi,
Untuk mengetahui besarnya
pendapatan peternak sapi
potong berdasarkan lokasi
dataran tinggi dan dataran
rendah dan mengetahui
Data
kuantitatif
menggunakan
analisis regresi
linier berganda
1. Rata-rata pendapatan peternak di dataran
tinggi Rp 19.086.453 per tahun,
sedangkan di dataran rendah rata-rata
pendapatan peternak Rp 12.877.628 per
tahun.
Tabel 5. Lanjutan
30
No Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode
Analisis Data Kesimpulan Penelitian
2018) faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan
peternak sapi potong
2. Variabel stock sapi (nilai sapi akhir
tahun) berpengaruh terhadap pendapatan
sapi potong
7 Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong di Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat (Siregar, 2009)
Menganalisis pendapatan
usaha sapi potong di
Kecamatan Stabat Kabupaten
Langkat
Analisis
Pendapatan
Skala usaha (jumlah kepemilikan sapi)
berpengaruh nyata terhadap pendapatan
peternak dengan besar pendapatan Rp
6.212.121,33/tahun.
8 Analisis Tingkat Keuntungan Usaha
Penggemukan Sapi Potong Rakyat
di Kabupaten Wonogiri (Happyana,
2017)
1. Mengetahui besarnya
keuntungan yang diperoleh
peternak sapi potong dalam
usaha ternaknya
2. Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi
keuntungan peternak sapi
potong rakyat di Kabupaten
Wonogiri
Analisis
pendapatan
dan fungsi
keuntungan
dengan linier
berganda
1. Keuntungan (n) yang diperoleh tiap
peternak dalam satu kali masa
penggemukan ternak sapi potong sebesar
Rp.5.628.042,25 dan nilai R/C Ratio 1.16
menunjukkan bahwa usaha peternakan
sapi potong rakyat di Kabupaten
Wonogiri layak untuk diusahakan
2. Secara parsial variabel biaya pakan
konsentrat, biaya upah tenaga kerja dan
biaya sapi bakalan berpengaruh nyata
(P<0,05) terhadap tingkat keuntungan
usaha peternakan sapi potong rakyat.
Sedangkan untuk variabel biaya pakan
hijauan biaya obat tidak berpengaruh
nyata (P>0,5) terhadap tingkat
keuntungan usaha peternakan sapi
potong rakyat
Tabel 5. Lanjutan No Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode Kesimpulan Penelitian
31
Analisis Data
9 Analisis Tingkat Kesejahteraan
Peternak Sapi Potong Di Kabupaten
Purbalingga (Trigestianto, Nur, dan
Sugiarto, 2013)
1. Mengetahui tingkat
kesejahteraan
2. Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat
kesejahteraan peternak sapi
potong di Kabupaten
Purbalingga
Rumus Nilai
Tukar
Pendapatan
Rumah Tangga
peternak
(NTPRP)
1. Peternak sapi potong di Kabupaten
Purbalingga termasuk dalam kategori
kurang sejahtera dengan Nilai Tukar
Pendapatan Rumah Tangga Peternak
(NTPRP) < 1 51.42%.
2. Hasil analisis regresi terdapat hubungan
antara jumlah keluarga, dan jumlah
ternak yang dipelihara terhadap
kesejahteraan peternak sapi potong
dengan koefisien diperoleh sebesar
0,418 sehingga H1 dan hipotesisnya
dapat diterima. Tingkat pendidikan,
pekerjaan peternak dari hasil analisis
regresi tidak berpengaruh nyata terhadap
tingkat kesejahteraan.
10 Analisis Ekonomi Rumahtangga
Peternak Sapi Potong di
Kecamatan Damsol, Kabupaten
Donggala, Propinsi Sulawesi
Tengah (Hartono, 2009)
Menganalisis kondisi
ekonomi rumahtangga
peternak sapi potong rakyat
Analisis
deskriptif
dengan
tambahan data
kuantitatif
sederhana
1. Kondisi ekonomi rumahtangga dapat
disimpulkan bahwa pendapatan yang
diperoleh dari usaha peternakan antara
pola perbibitan dan pola penggemukan
dalam skala kecil tidak ada perbedaan
yang moderat.
2. Dalam hal pengggunaan tenaga kerja
dalam usaha ternak sapi potong dapat
disimpulkan bahwa pola perbibitan lebih
Tabel 5. Lanjutan
No Judul Penelitian, Peneliti, Tahun Tujuan Penelitian Metode
Analisis Data Kesimpulan Penelitian
32
banyak menyerap tenaga kerja keluarga
dibanding pola penggemukan.
3. Pengeluaran dalam ekonomi
rumahtangga usaha ternak sapi potong
baik pola perbibitan dan pola
penggemukan banyak digunakan untuk
membeli ternak yang harga relatif tinggi.
33
C. Kerangka Pemikiran
Usahatani ternak sapi merupakan usaha ternak terbesar di Desa Astomulyo.
Hal ini terlihat dari mayoritas petani ternak di Desa Astomulyo yang
menjadikan ternak sapi sebagai komoditas usahataninya.Tingkat produksi
ternak sapi Desa Astomulyo yang tinggi menjadikan pentingnya peran
kelompok tani guna mengoptimalkan produksi dan pendapatan dari usahatani
ternak sapi.
Banyak peternak sapi di desa ini yang ingin bergabung dalam kelompok tani
ternak dengan alasan ingin mengembangkan usahanya dalam hal memperluas
pemasaran hasil produksinya, selain itu juga masyarakat ingin memperoleh
lebih lanjur informasi tentang penelitian serta inovasi dari teknologi yang dari
hari kehari semakin maju. Kelompok tani ternak ini juga memililiki peran agar
peternak anggota kelompok tani ternak dapat bertukar pikiran dan pengalaman
dalam berusaha ternak sehingga memperluas pengetahuan dan pengalaman.
Diharapkan dengan adanya kelompok tani ini dapat meningkatkan pendapatan
peternak sehingga akan berdampak pada peningkatan kesejahteraannya.
Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini penting untuk dilakukan untuk
menganalisis tingkat pendapatan dan kesejahteraan peternak sapi yang
tergabung dalam Kelompok Tani Ternak Limousin. Analisis tingkat
pendapatan rumah tangga peternak sapi Kelompok Tani Ternak Limousin
diperoleh dari jumlah pendapatan dari usaha ternak sapi (on farm), usahatani di
luar ternak sapi (on farm), usaha di luar usaha ternak/usahatani (off farm), dan
usaha di luar pertanian (non farm). Pendapatan dari usaha ternak sapi diperoleh
34
dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi, dimana penerimaan
merupakan hasil dari jumlah produksi (output) dikali dengan harga produksi
dan biaya produksi berupa kandang, pakan, sapi bakalan, obat-obatan, listrik,
dan lain sebagainya.
Berdasarkan pra survei yang dilakukan, rata-rata peternak mengeluarkan biaya
meliputi biaya untuk pakan yaitu onggok dan kulit singkong sebanyak 20 kg
dengan harga Rp 200,00/kg dan konsentrat sebanyak 5 kg dengan harga Rp
2.200,00/kg untuk satu ekor sapi per harinya. Biaya obat-obatan yang
dikeluarkan peternak meliputi Vitamin B komplex Rp 60.000,00 untuk enam
sapi yang diberi setiap satu bulan sekali, obat cacing yang diberi setiap tiga
bulan sekali untuk dua puluh ekor sapi dengan harga Rp 150.000,00 ,dan obat
penyakit kulit invervet yang bisa digunakan untuk lima belas sapi dengan harga
Rp 225.000,00.
Pendapatan usahatani di luar ternak sapi merupakan pendapatan yang diperoleh
dari usahatani selain usaha ternak sapi tersebut, seperti usahatani nanas, padi,
singkong, dan lain-lain. Pendapatan di luar usaha ternak sapi/usahatani
diperoleh dari hasil peternak yang menjadi buruh tani, pedagang hasil
pertanian, pengelola hasil pertanian, dan sebagainya yang masih berhubungan
dengan bidang pertanian. Pendapatan di luar pertanian merupakan perolehan
pendapatan di luar lingkup pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang
baju, polisi, pengacara, dan lain-lain).
Pendapatan rumah tangga yang diperoleh dapat berpengaruh terhadap tingkat
kesejahteraan rumah tangga peternak sapi potong pada Kelompok Tani Ternak
35
Limousin. Hal ini dikarenakan semakin tinggi pendapatan maka semakin tinggi
juga konsumsi protein hewani yang dilakukannya, sehingga akan semakin
tinggi juga pengeluaran rumah tangga yang dikeluarkan untuk konsumsi
tersebut. Analisis tingkat kesejahteraan yang menggunakan analisis
kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2014a) yang memiliki indikator
kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, pola
konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, perumahan dan lingkungan, dan
sosial lainnya.
Indikator dalam pengukuran tingkat kesejahteraan oleh Badan Pusat Statistik
(2014a) memiliki hubungan dengan perolehan pendapatan peternak sapi,
misalnya pada indikator kependudukan yang membahas tentang tanggungan
keluarga, dimana semakin besar tanggungan keluarga maka semakin besar juga
pengeluaran rumah tangganya, maka dibutuhkan pendapatan yang lebih besar
untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga peternak tersebut, begitu pula
dengan indikator tingkat kesejahteraan lainnya yang berhubungan dengan
tingkat pendapatan. Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut diharapkan
dapat menjadi bahan koreksi dan rekomendasi bagi kelembagaan kelompok
tani ternak dan peternak anggota Kelompok Tani Ternak Limousin di Desa
Astomulyo guna mengoptimalkan tingkat pendapatan dan kesejahteraannya
Alur kerangka pemikiran Analisis Pendapatan Usaha dan Tingkat
Kesejahteraan Rumah Tangga Peternak Sapi Potong Pada Kelompok Tani
Ternak Limousin Di Desa Astomulyo Kecamatan Punggur Kabupaten
Lampung Tengah dapat dilihat pada Gambar 1.
36
Harga Harga
Produksi Input
Gambar 1. Kerangka pemikiran analisis pendapatan dan tingkat
kesejahteraan rumah tangga peternak sapi potong pada
Kelompok Tani Ternak Limousin Di Desa Astomulyo,
Kecamatan Punggur,Kabupaten Lampung Tengah.
Peternak sapi pada Kelompok Tani Ternak Limousin
Pendapatan Usaha ternak
Sapi (on farm)
Tingkat Kesejahteraan
Usaha ternak Sapi
(On farm)
Usahatani di luar
ternak sapi (On
farm)
(On farm)
Usaha di luar
pertanian
(Non farm)
Biaya Produksi :
1. Kandang
2. Sapi Bakalan
3. Pakan
4. Obat-obatan
5. Tenaga Kerja
6. Listrik
Penerimaan
Produksi
Input
Pendapatan
di luar
usaha
ternak sapi
(on farm)
Pendapatan
di luar
pertanian
(non farm)
Pendapatan Rumah Tangga
Usaha di luar usahatani
(Off farm)
Usaha
ternak/usahatani
(On farm)
Pendapatan
di luar
usahatani
(off farm)
Indikator menurut
BPS (2014a) :
1. Kependudukan
2. Kesehatan gizi
3. Pendidikan
4. Ketenagakerjaan
5. Pengeluaran RT
6. Perumahan
7. Sosial lainnya.
37
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Menurut
Sugiyono (2013), metode survei adalah penelitian yang dilakukan dengan
menggunakan angket sebagai penelitian yang dilakukan pada populasi besar
maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil
dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian relatif, distribusi, dan
hubungan antar variabel, sosiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat dan
karakter yang khas dari kasus atau kejadian suatu hal yang bersifat umum.
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian dan petunjuk yang
digunakan mengenai variabel yang akan diteliti untuk mendapatkan dan
menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian.
Usaha ternak sapi potong adalah kegiatan pembesaran atau penggemukan sapi
untuk mendapatkan manfaat dan hasil dengan tujuan mencari keuntungan
dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang
38
telah dikombinasikan secara optimal. Sapi yang dijual dalam usaha ternak sapi
potong dalam bentuk satuan (ekor).
Peternak adalah individu atau kelompok orang yang melakukan usaha guna
memenuhi kebutuhan sebagian atau secara keseluruhan hidupnya dalam bidang
peternakan.
Peternak sapi adalah individu atau sekelompok orang yang melakukan usaha
ternak sapi guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kelompok tani ternak sapi adalah kumpulan peternak sapi yang tumbuh
berdasarkan keakraban dan keserasian serta kesamaan kepentingan dalam
memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan
produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya yang memiliki tujuan
serta komoditi usaha yang sama.
Tingkat kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan seseorang
baik sosial material maupun spiritual yang disertai dengan rasa keselamatan,
kesusilaan, dan kententraman lahir dan batin sehingga dapat memenuhi
kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosialnya. Tingkat kesejahteraan masing-
masing keluarga diukur dengan menggunakan indikator Badan Pusat Statistik.
Kesejahteran menurut Badan Pusat Statistik (2014a) adalah tingkat
kesejahteraan yang diperoleh dari tujuh indikator yaitu kependudukan,
kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi,
perumahan dan lingkungan, serta sosial. Klasifikasi yang digunakan adalah
sejahtera dan belum sejahtera.
39
Bakalan sapi adalah anakan sapi yang dipelihara dan dibesarkan oleh peternak
budidaya sampai dengan berat tertentu yang diukur dan dibeli dalam satuan
ekor (ekor).
Input atau faktor produksi merupakan sumberdaya yang digunakan dalam
sebuah proses produksi meliputi biaya kandang, sapi bakalan, pakan, obat-
obatan, tenaga kerja, listrik, dan lain sebagainya yang diukur dalam satuan unit
(unit).
Output atau hasil produksi merupakan jumlah produksi yang dihasilkan dalam
melakukan proses produksi yang diukur dalam satuan unit (unit). Output yang
dihasilkan dalam usaha ternak penggemukan sapi adalah sapi dewasa dengan
bobot yang sudah sesuai dengan keinginan kriteria.
Periode usaha ternak adalah lama waktu yang dibutuhkan dalam melakukan
upaya penggemukkan sapi yang dihitung selama satu tahun (tahun)
Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan
lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dicampur
sebagai suplemen.
Pendapatan usaha ternak sapi (on farm) adalah penerimaan yang diperoleh
peternak sapi setelah dikurangi biaya produksi yang diukur dalam satuan
rupiah (Rp).
Penerimaan adalah sejumlah penghasilan yang diterima oleh peternak sapi
yang diperoleh dari hasil produksi dikalikan dengan harga yang berlaku (Rp).
40
Pendapatan rumah tangga peternak sapi adalah hasil penjumlahan dari
pendapatan usaha ternak sapi, usahatani di luar ternak sapi, dan di luar
pertanian yang dihasilkan oleh peternak sapi dan anggota keluarganya yang
diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Pengeluaran rumah tangga adalah seluruh biaya pengeluaran yang dikeluarkan
oleh seluruh anggota rumah tangga, yang meliputi pengeluaran pangan dan non
pangan yang diukur dengan satuan rupiah per tahun (Rp/th).
Pendapatan usahatani (on farm) adalah jumlah dari hasil perkalian antara total
produksi usahatani seperti nanas, padi, singkong, dll (selain dari usaha ternak
sapi) dengan harga produksi dikurangi biaya produksi usahatani yang
dikeluarkan yang diukur dalam satuan rupiah (Rp/th).
Pendapatan off farm adalah seluruh pendapatan keluarga peternak yang berasal
dari kegiatan sektor pertanian di luar usaha ternak seperti pendapatan dari hasil
usahatani nanas, singkong, padi, dan lain sebagainya yang diukur dalam satuan
rupiah per tahun (Rp/th).
Pendapatan non farm merupakan seluruh pendapatan keluarga peternak yang
berasal dari usaha di luar pertanian yang diukur dalam satuan rupiah per tahun
(Rp/th).
Harga jual sapi adalah nilai yang melekat pada sapi yang diterima oleh
peternak pada saat penjualan sapi, dimana peternak menjual sapinya diukur
dalam satuan berat (kg) yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
41
Biaya produksi per ekor ternak merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan
dalam proses produksi oleh peternak untuk memelihara sapi per ekor yang
dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya tunai usaha ternak sapi merupakan biaya yang langsung dikeluarkan
bersamaan dengan berlangsungnya proses budidaya ternak sapi meliputi biaya
bakalan sapi, pakan, vitamin dan obat-obatan, tenaga kerja luar keluarga, pajak,
bunga, dan listrik yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya diperhitungkan usaha ternak sapi merupakan biaya yang tidak
dibayarkan secara tidak langsung seperti biaya penyusutan dan tenaga kerja
dalam keluarga yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Biaya total usaha ternak sapi merupakan jumlah biaya tunai dan biaya yang
diperhitungkan dan dalam satuan rupiah (Rp).
Kotoran sapi adalah limbah hasil pencernaan sapi, dimana kotoran ini dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk yang dapat dijual dalam satuan (rit).
C. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Kelompok Tani Ternak Limousin yang berada
di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive).
Pertimbangan memilih lokasi ini karena Desa Astomulyo memiliki
kelompok tani ternak sapi yang telah berdiri selama dua puluh tujuh tahun
42
dengan jumlah anggota kelompok yang cukup besar. Sasaran dari penelitian
ini adalah untuk melihat tingkat pendapatan yang diperoleh peternak sapi
anggota Kelompok Tani Ternak Limousin yang nantinya akan berdampak
pada tingkat kesejahteraannya.
2. Responden
Berdasarkan kegiatan pra survei yang dilakukan pada bulan Oktober 2018,
diketahui bahwa jumlah populasi anggota Kelompok Tani Ternak Limousin
sebanyak 105 orang. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan metode acak sederhana (simple random sampling) dengan
pertimbangan bahwa responden di daerah penelitian cenderung
homogen/sama dalam hal penggunaan input atau outputnya. Penentuan
jumlah sampel mengacu pada Isaac dan Michael (1981) dalam Sugiarto dkk
(2003) dengan perhitungan sebagai berikut :
n =
22
22
ZNd
NZ
+ ...................................................................................... (10)
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah anggota dalam populasi (105)
Z = derajat kepercayaan (95%=1,960) = varian sampel (5%)
d = derajat penyimpangan (5%)
n = )05,0()96,1()05,0(105
)05,0()96,1(10522
2
+
n = 45 responden
43
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh
jumlah sampel sebanyak 45 peternak sapi anggota Kelompok Tani Ternak
Limousin.
3. Waktu Penelitian
Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2019.
Wawancara untuk penelitian dilakukan pada saat peternak sedang tidak
melakukan kegiatan usaha ternak (sedang beristirahat di sore hari).
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh melalui metode survei, yaitu wawancara
secara langsung kepada peternak sapi (responden) yang bersangkutan dengan
menggunakan daftar pertanyaan berupa kuesioner. Data sekunder diperoleh
dari Kementerian Pertanian Indonesia, Badan Pusat Statistik, kantor desa dan
instansi terkait lainnya. Selain itu, data juga diperoleh dari studi literatur dan
hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh suatu instansi dan lembaga
yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
E. Metode Analisis Data
Data yang didapat di lokasi penelitian diolah sesuai dengan kebutuhan dan
disajikan dalam bentuk tabulasi. Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif.
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan rumah
tangga peternak sapi, sedangkan analisis deskripstif kualitatif digunakan untuk
44
menggambarkan objek penelitian pada saat sekarang yaitu tingkat
kesejahteraan rumah tangga peternak sapi anggota Kelompok Tani Ternak Sapi
Limousin di Desa Astomulyo, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung
Tengah. Metode pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode
tabulasi dan komputasi.
Analisis Pendapatan digunakan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang
diperoleh peternak Kelompok Tani Ternak Limousin kemudian dihitung
perolehan pendapatan rumah tangganya yang nantinya dapat dilihat termasuk
golongan tingkat pendapatan menurut Badan Pusat Statistik (2016). Tingkat
kesejahteraan diukur dengan menggunakan metode menurut Badan Pusat
Statistik (BPS).
1. Metode Analisis Tujuan Pertama
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan pertama adalah
dengan menggunakan analisis pendapatan usaha ternak sapi dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
P= TR – TC =(Y. Py) – (Σ Xi.Pxi ). ..........................................................(11)
Keterangan :
P = Pendapatan (Rp)
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total biaya (Rp)
Y = Hasil produksi (Kg)
Py = Harga hasil produksi (Rp)
Xi = Faktor produksi (i = 1,2,3,….,n)
Pxi = Harga faktor produksi ke-i (Rp)
45
Selanjutnya untuk mengetahui usaha ternak menguntungkan atau tidak
secara ekonomi dapat dianalisis dengan menggunakan nisbah atau
perbandingan antara penerimaan dengan biaya R/C (Revenue Cost Ratio).
Secara matematis R/C dapat dituliskan :
R/C = PT / BT ...........................................................................................(12)
Keterangan :
R/C = nisbah penerimaan dan biaya
PT = penerimaan total (Rp)
BT = Biaya total (Rp)
Kriteria pengambilan keputusan untuk mengetahui apakah usaha ternak
menguntungkan atau tidak, terdapat tiga kemungkinan yang akan terjadi
yaitu:
a. Jika R/C > 1, maka usaha ternak mengalami keuntungan, karena
penerimaan lebih besar dari biaya.
b. Jika R/C < 1, maka usaha ternak mengalami kerugian, karena
penerimaan lebih kecil dari biaya.
c. Jika R/C = 1, maka usaha ternak yang dilakukan berada pada titik impas
atau penerimaan sama dengan biaya yang dikeluarkan.
Pada analisis dengan menggunakan nisbah atau perbandingan antara
penerimaan dengan biaya R/C (Revenue Cost Ratio) dapat dilihat nisbah
penerimaan terhadap biaya tunai dan biaya total (Soekartawi, 2006).
46
2. Metode Analisis Tujuan Kedua
Metode analisis yang digunakan untuk menjawab tujuan kedua adalah
dengan menggunakan analisis pendapatan rumah tangga. Pendapatan rumah
tangga peternak sapi Kelompok Tani Ternak Limousin dapat diperoleh
dengan menjumlahkan seluruh pendapatan usaha ternak sapinya dan
usahatani di luar ternak sapi (on farm), pendapatan di luar usahatani (off
farm) seperti pendapatan dari usahatani nanas, padi, singkong dan lain-lain,
dan pendapatan di luar pertanian (non farm) seperti pendapatan yang
diperoleh dari pekerjaan menjadi tukang ojek, PNS, pengusaha, tukang pijat,
pedagang, dan lain sebagainya. Berikut perhitungan pendapatan rumah
tangga peternak sapi pada Kelompok Tani Limousin menurut Rahim dan
Astuti (2008).
Prt = P1 + P2 + P3 + P4 .............................................................................(13)
Keterangan :
Prt = Pendapatan rumah tangga (Rp)
P1 = Pendapatan utama dari on farm usaha ternak (Rp)
P2 = Pendapatan on farm usahatani (Rp)
P3 = Pendapatan off farm (Rp)
P4 = Pendapatan non farm (Rp)
Setelah diketahui jumlah pendapatan rumah tangga peternak sapi, maka
dapat dilihat kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi terhadap
pendapatan rumah tangga dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
KP = %100xIt
Is…………………………………………………………(14)
47
Keterangan :
KP = Kontribusi pendapatan dari usaha ternak sapi (%)
Is = Pendapatan dari usaha ternak sapi (Rp)
It = Pendapatan total dari total rumah tangga (Rp)
Pendapatan rumah tangga yang diperoleh peternak dapat digolongkan
menjadi beberapa tingkatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2016) terdapat
empat golongan yang membedakan masing-masing jumlah pendapatan,
yaitu sebagai berikut :
1. Golongan pendapatan sangat tinggi, adalah jika pendapatan rata- rata
lebih dari Rp 6.000.000,00/bulan
2. Golongan pendapatan tinggi, adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp
4.000.000,00 hingga Rp 6.000.000,00/bulan
3. Golongan pendapatan sedang, adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp
2.000.000,00 hingga Rp 4.000.000,00/bulan
4. Golongan pendapatan rendah, adalah jika pendapatan rata-rata Rp
2.000.000,00/bulan.
3. Metode Analisis Tujuan Ketiga
Kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2014) adalah suatu kondisi
dimana seluruh kebutuhan jasmani dan rohani dari rumah tangga tersebut
dapat dipenuhi sesuai dengan tingkat hidup. Menurut Badan Pusat Statistik
indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan rumah tangga
dapat disesuaikan oleh informasi tentang kependudukan, kesehatan dan gizi,
pendidikan, ketenagakerjaan, pola konsumsi atau pengeluaran rumah
tangga, perumahan dan lingkungan, dan sosial lainnya.
48
Klasifikasi kesejahteraan yang digunakan terdiri dari dua klasifikasi, yaitu
rumah tangga dalam kategori sejahtera dan belum sejahtera. Masing-masing
klasifikasi ditentukan dengan cara mengurangkan jumlah skor tertinggi
dengan jumlah skor terendah. Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah
klasifikasi atau indikator yang digunakan. Kesejahteraan masyarakat
dikelompokan menjadi dua yaitu sejahtera dan belum sejahtera. Rumus
penentuan range skor adalah :
RS = JKl
SkRSkT − ................................................................................. (15)
Keterangan :
RS = Range skor
SkT = Skor tertinggi ( 7 x 3 = 21 )
SkR = Skor terendah ( 7x 1 = 7)
JKl = Jumlah klasifikasi yang digunakan
Hasil perhitungan berdasarkan rumus di atas diperoleh Range Skor (RS
sama dengan 51), sehingga dapat dilihat interval skor yang akan
menggambarkan tingkat kesejahteraan rumah tangga. Hubungan antara
interval skor dan tingkat kesejahteraan adalah sebagai berikut.
Skor antara 7 - 14 : Rumah tangga petani anggota belum sejahtera.
Skor antara 15 – 21 : Rumah tangga petani anggota kelompok tani sejahtera.
Untuk tiap-tiap indikator sendiri dapat diketahui tingkat kesejahteraan
masing-masing indikator di dalam keluarga apakah rendah, sedang atau
tinggi sesuai dengan skor masing-masing indikator tersebut. Jumlah skor
diperoleh dari informasi hasil skor mengenai kependudukan, kesehatan dan
49
gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan
lingkungan, serta sosial dan lain-lain. Setelah dilakukan penskoran,
kemudian dilihat interval skor dari dua katagori klasifikasi di atas yaitu
rumah tangga sejahtera dan belum sejahtera. Analisis tingkat kesejahteraan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6.Indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik
Susenas (2014) disertai variabel, kelas, dan skor.
No Indikator Kelas Skor
1 Kependudukan
A. Jumlah anggota keluarga yang ikut tinggal (orang) :
a. ≤ 4 (3) b. 5 (2) c. ≥ 5 (1)
B. Jumlah orang luar yang ikut tinggal (orang) :
a. ≤ 1 (3) b. 2 (2)c. ≥ 2 (1)
C. Berapa tanggungan dalam keluarga (orang) :
a. ≤ 4 (3) b. 5 (2) c. ≥ 5 (1)
D. Jumlah anggota keluarga laki-laki (orang) :
a. ≥ 5 (3) b. 4 (2) c. ≤ 3 (1)
E. Jumlah anggota keluarga perempuan (orang) :
a. ≥5 (3) b.4 (2) c. ≤ 3 (1)
Kesehatan dan gizi
A. Anggota keluarga mengalami keluhankesehatan :
a. tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1)
B. Keluhan kesehatan menurunkan aktivitas sehari-hari:
a. tidak (3) b. kadang-kadang (2) c. ya (1)
Baik
(12-15)
Cukup
(8-11)
Kurang
(4-7)
3
2
1
C. Keluarga setiap bulannya menyediakan dana untuk
kesehatan:
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak pernah (1)
D D. Sarana kesehatan yang biasa digunakan :
a. rumah sakit (3) b. puskesmas (2) c. posyandu (1)
E. Tenaga kesehatan yang biasa digunakankeluarga :
a. dokter (3) b. bidan (2) c. dukun (1)
F . Tempat persalinan bayi yang biasa digunakan:
a. bidan (3) b. dukun (2) c. rumah (1)
G. Tempat keluarga memperoleh obat :
a. puskesmas(3) b. dukun (2) c. warung (1)
H. Biaya berobat yang digunakan:
a. terjangkau (3) b. cukup terjangkau (2) c. sulit
terjangkau (1)
I. Jenis berobat yg dipilih oleh keluarga:
a.modern (3) b.tradisional (2) c.lainnya (1)
3 Pendidikan
A. Anggota keluarga berusia 10 tahun ke atas lancar baca
t tulis :
a. lancar (3) b. kurang lancar (2) c. tidak lancar (1)
Baik
(15-18)
Cukup
(10-14)
3
2
2 Baik
(23-27)
Cukup
(18-22)
Kurang
(13-17)
3
2
1
50
B. Pendapat mengenai pendidikan putra-putri :
a. penting (3) b. kurang penting (2) c. tidak penting (1)
C. Kesanggupan mengenai pendidikan :
a. sanggup (3) b. kurang sanggup (2)
c. tidak sanggup (1)
D. Lama menamatkan sekolah :
a. ≥9 tahun (3) b. 9 tahun (2) c. ≤9 tahun
E. Rerata jenjang pendidikan anak :
a. ≥ SMP (3) b. SD (2) c. tidak tamat SD (1)
F. Perlu pendidikan luar sekolah :
a. perlu (3) b. kurang perlu (2) c.tidak perlu (1)
Kurang
(6-9)
1
4 Ketenagakerjaan
A. Jumlah anggota keluarga berusia 15 th ke atas yang
bekerja:
a. 3 orang (3) b. 2 orang (2) c. 1 orang (1)
B. Jumlah orang yang belum bekerja dalam keluarga :
a. tidak ada (3) b. 1 orang (2) c. 2 orang (1)
C. Jumlah jam dalam seminggu untuk melakukan
pekerjaaan :
a. > 35 jam (3) b. 31-3 jam (2) c. < 30 jam (1)
D. Selain berusaha anggota keluarga melakukanpekerjaan
tambahan :
a. ya (3) b. sedang mencari (2) c. tidak ada (1)
E. Jenis pekerjaan tambahan :
a. wiraswasta (3) b. buruh (2) c. tidak ada (1)
F. Waktu dalam melakukan pekerjaan tambahan:
a. sepanjang tahun (3) b. setelah musim garap (2)
c. tidak tentu (1)
G. Pendapat mengenai pekerjaan memerlukan keahlian :
a. ya (3) b. kurang perlu (2) c. tidak (1)
H. Pendapat tentang upah yang diterima :
a. sesuai (3) b. belum sesuai (2) c. tidak sesuai (1)
Produktif
(21-27)
Cukup
produktif
(14-20)
Tidak
produktif
(7-13)
3
2
1
5 Taraf Dan Pola Kosumsi
A. Keluarga mengkonsumsi beras sebagai bahan makanan
pokok :
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)
B. Kecukupan pendapatan keluarga per bulan untuk
konsumsi pangan dan nonpangan :
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak cukup (1)
C. Keluarga menyisakan dana untuk kebutuhan sandang
dan perumahan :
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)
D. Pendapatan perbulan dapat ditabung atau menanam
modal :
a. ya (3) b. kadang-kadang (2) c. tidak (1)
Baik
(10-12)
Cukup
(7-9)
Kurang
(4-6)
3
2
1
6 Perumahan dan Lingkungan
A. Status rumah tempat tinggal :
a. milik sendiri (3) b. sewa (2) c.menumpang (1)
B. Status tanah tempat tinggal :
a. milik sendiri (3) b. sewa(2) c. menumpang (1)
Baik
(37-45)
Cukup
(26-36)
3
2
Tabel 6. Lanjutan
No Indikator Kelas Skor
3
51
C. Jenis perumahan :
a. permanen (3) b.semi (2) c. tidak perlu (1)
D. Jenis atap yang digunakan :
a. genteng (3)b. seng/asbes (2) c. rumbia/alang(1)
E. Jenis dinding rumah :
a. semen (3) b. papan (2) c. geribik (1)
F. Jenis lantai yang digunakan :
a. semen (3) b. kayu/papan (2) c. tanah (1)
Kurang
(15-25)
1
G. Rata-rata luas lantai mencukupi setiapanggota
keluarga:
a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1)
H. Jenis penerangan yang digunakan :
a. listrik (3) b. patromak (2)c. lampu teplok (1)
I. Bahan bakar yang digunakan :
a. gas elpiji (3) b. minyak tanah (2) c. kayu (1)
J. Jenis sumber air minum dalam keluarga :
a. PAM/ledeng a. (3) b. sumur (2) c. sungai (1)
K. Penggunaan air minum dlm keluarga :
a. matang (3) b. mentah (2) c. lainnya (1)
L. Kepemilikan WC :
a. ya (3) b. belum (2) c. tidak (1)
M. Jarak WC dengan sumber air :
a . > 10 m (3) b. 5-10 m (2) c. < 5 m (1)
N. Jenis WC yg digunakan :
a. WC jongkok (3) b. WC cemplung (2) c. sungai (1)
O. Tempat pembuangan sampah :
a. lubang sampah (3) b. pekerjaan (2) c.sungai (1)
Sosial dan lain-lain
A. Akses tempat wisata :
a.mudah dan sering (3) b. mudah tapi tidak sering (2)
c. tidak pernah (1)
B. Berpergian atau berwisata sejauh 100 kilometer dalam
waktu 6 bulan :
a. Sering >2 kali (3) b. tidak sering <2 kali (2)
c. tidak pernah (1)
C. Kemampuan dalam menggunakan komputer
a. Paham sekali (3) b. paham (2) c. tidak paham (1)
D. Biaya untuk hiburan dan olahraga :
a. mudah (3) b. cukup (2) c. sulit (1)
E. Penggunaan teknologi telpon seluler:
a. Smartphone (3) b. telpon seluler biasa (2)
c. tidak mempunyai (1)
Sumber : Indikator kesejahteraan rakyat dalam Badan Pusat Statistik
Susenas (2014).
Tabel 6. Lanjutan
No Indikator Kelas Skor
Baik
(12-15)
Cukup
(8-11)
Kurang
(4-7)
7 3
2
1
6
52
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah
1. Keadaan Geografis
Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak
di Provinsi Lampung dengan luas area 4.789,82 km2, dimana ibu kotanya
adalah Gunung Sugih. Secara geografis, Lampung Tengah terletak antara
104o35’-105o50’ Bujur Timur dan 4o30’-4o15’ Lintang Selatan. Kabupaten
Lampung Tengah terbagi menjadi 28 kecamatan dan 307
kampung/kelurahan.
Batas-batas wilayah Kabupaten Lampung Tengah adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang dan
Lampung Utara
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesawarann
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lampung Timur dan Kota
Metro
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Tanggamus dan Lampung Barat (Badan
Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, 2018b).
53
2. Keadaan Demografis
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah (2018),
jumlah penduduk Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2017 sebanyak
1.261.498 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 641.985 jiwa dan
perempuan sebanyak 619.531 jiwa dengan sex ratio sebesar 103,63. Angka
kepadatan penduduk di Kabupaten Lampung Tengah mencapai 259
jiwa/km2 dengan luas Kabupaten Lampung Tengah sebesar 4.789,82 km2.
Terbanggi Besar menjadi kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk
paling tinggi yaitu sebesar 570,95 jiwa/km2, sedangkan Kecamatan Bandar
Mataram menjadi kecamatan dengan kepadatan penduduk paling rendah
yaitu 73,51 jiwa/km2.
3. Keadaan Topografi
Secara Topografi, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari lima bagian
yaitu sebagai berikut :
a. Daerah Berbukit dan Bergunung
Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki daerah berbukit dan
bergunung terletak di Kecamatan Padang Ratu dengan ketinggian rata-
rata 1.600 meter.
b. Daerah Berombak sampai Bergelombang
Ciri-ciri daerah ini adalah bukit-bukit yang rendah dan dikelilingin oleh
dataran sempit yang memiliki kemiringan 8-15 persen dan ketinggian
300-500 meter diatas permukaan laut (dpl).
54
c. Daerah Dataran Alluvial
Lampung Tengah memiliki daerah Dataran Alluvial yang cukup luas
sampai mendekati pantia timur, yang juga merupakan bagian hilir dari
sungai-sungai besar seperti Way Pengubuan dan Way Seputih. Daerah ini
memiliki kemiringan sebesar 0-3 persen dengan ketinggian 25-75 meter
diatas permukaan laut (dpl).
d. Daerah Rawan Pasang Surut
Kabupaten Lampung Tengah yang memiliki daerah ini terletak di
sepanjang Pantai Timur yang memiliki ketinggian 0,5-1 meter diatas
permukaan laut (dpl).
e. Daerah Aliran Sungai (DAS)
Provinsi Lampung memiliki lima DAS, dimana 2 diantaranya berada di
Kabupaten Lampung tengah yaitu Sungai Way Sekampung dan Sungai
Way Seputih (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah,
2018b).
4. Keadaan Iklim
Kabupaten Lampung Tengah memiliki klim tropis-humid yang terletak di
bawah garis khatulistiwa 5o Lintang Selatan dengan angin laut yang bertiup
dari Samudera Indonesia setiap tahunnya. Daerah dengan ketinggian 30
sampai dengan 60 meter memiliki temperatur rata-rata yang berkisar antara
26oC sampai 28oC. Temperatur maksimal yang jarang dialami adalah 33oC
dan temperatur minimum 22oC. Kabupaten Lampung Tengah memiliki rata-
rata kelembaban udara sekitar 80 - 88 persen dan akan lebih tinggi pada
55
tempat yang lebih tinggi (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung
Tengah, 2018b).
5. Potensi Wilayah
Berdasarkan sumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah
(2017), Kabupaten Lampung Tengah memiliki potensi wilayah yang
didominasi oleh tiga sektor utama yaitu sektor pertanian, industri
pengolahan, dan konstruksi. Peranan ketiga sektor tersebut dapat dilihat
dalam pembentukan struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
menurut harga konstan Kabupaten Lampung Tengah pada tahun 2017
seperti yang disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Struktur PDRB Kabupaten Lampung Tengah tahun 2017
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah (2018b).
Gambar 2 menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi penyumbang
terbesar yaitu sebesar 49 persen atau lebih dari sepertiga PDRB Kabupaten
Lampung Tengah. Sektor pertanian menjadi sektor andalan di Kabupaten
Lampung Tengah dimana sektor pertanian meliputi subsektor tanaman
bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Selain
Pertanian
49%Industri
Pengolahan
35%
Konstruksi
16%
56
sektor tanaman pangan Kabupaten Lampung Tengah menjadi daerah yang
memproduksi daging sapi potong terbesar di Provinsi Lampung. Hal ini
dikarenakan Lampung Tengah merupakan lumbung ternak sapi potong di
Provinsi Lampung (Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah,
2018b).
B. Keadaan Umum Kecamatan Punggur
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Punggur merupakan kecamatan yang terletak di Kabupaten
Lampung Tengah dengan luas wilayah sebesar 118,45 km2. Luas lahan di
Kecamatan Punggur pada tahun 2016 sebesar 6.136,7 ha berupa lahan
sawah sebesar 3.043 ha dan luas bukan sawah sebesar 2.435,7 ha. Peta
wilayah Kecamatan Punggur dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Peta wilayah administrasi Kecamatan Punggur
Sumber : BP3K Kecamatan Punggur (2017).
Berdasarkan Gambar 3, Kecamatan Punggur terdiri dari sembilan desa,
yaitu Desa Sri Sawahan, Desa Badran Sari, Desa Nunggal Rejo, Desa
57
Totokaton, Desa Tanggulangin, Desa Sidomulyo, Desa Astomulyo, Desa
Ngesti Rahayu, dan Desa Mojopahit. Batas-batas wilayah administratif
Kecamatan Punggur adalah sebagai berikut :
a. Kecamatan Kota Gajah di sebelah Utara
b. Kota Metro di sebelah Selatan
c. Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Selatan di sebelah
Timur
d. Kecamatan Trimurjo di sebelah Barat
e. Kecamatan Gunung Sugih dan Kecamatan Bumi Ratu di sebelah Barat.
2. Keadaan Demografis
Kecamatan Punggur memiliki jumlah penduduk sebesar 38.510 jiwa dengan
jumlah penduduk laki-laki sebanyak 19.603 jiwa dan perempuan sebanyak
18.907 jiwa pada tahun 2016. Tingkat kepadatan penduduk di Kecamatan
Punggur sebesar 627,54 jiwa/km2 dengan sex ratio sebesar 103,68. Desa
Tanggul Angin menjadi desa yang memiliki jumlah kepadatan penduduk
terbesar yakni 1.069,05 jiwa/km2, sedangkan Desa Sri Sawahan menjadi
desa dengan kepadatan penduduk terendah yakni 291,42 jiwa/km2.
3. Keadaan Iklim
Berdasarkan sumber dari BP3K Kecamatan Punggur (2017), Kecamatan
Punggur memiliki curah hujan yang berkisar antara 1536 sampai dengan
2953 mm dan hari hujan 75 sampai 145 hari dengan temperatur udara antara
27oC sampai dengan 32oC. Tekstur tanah di daerah ini adalah lempung
berdebu dengan struktur tanah yang remah sampai dengan gempal. Hal ini
58
dikarenakan jenis tanah di Kecamatan Punggur adalah podzolik merah
kuning yang berdrainase cukup baik sampai dengan sedang, hal ini
berpengaruh terhadap kesuburan tanah di daerah ini yaitu rendah sampai
dengan sedang dengan kandungan bahan organik yang dimiliki di daerah ini
sebesar 2%.
4. Potensi Wilayah
Kecamatan Punggur menjadi salah satu kecamatan yang memiliki potensi
untuk lahan pertanian bukan sawah. Potensi yang dimiliki daerah ini berada
pada sektor pertanian salah satunya adalah komoditas tanaman bahan
makanan lahan bukan sawah meliputi tanaman perkebunan dan hortikultura.
Subsektor pertanian yang juga memiliki potensi besar di Kecamatan
Punggur adalah subsektor peternakan. Jumlah populasi ternak di Kecamatan
Punggur pada tahun 2016 dapat dibuat dalam bentuk Gambar 4.
Gambar 4. Jumlah populasi ternak di Kecamatan Punggur
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah
(2018a).
Sapi
41%
Kerbau
2%
Kambing
44%
Domba
13%
59
Berdasarkan Gambar 4, jumlah populasi ternak sapi memiliki populasi
terbesar kedua setelah ternak kambing. Hal ini dikarenakan Kecamatan
Punggur menjadi daerah program pemerintah dalam upaya meningkatkan
produksi daging sapi untuk memenuhi kebutuhan akan permintaan daging
sapi di Indonesia yang setiap tahun meningkat.
5. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian merupakan aktivitas manusia untuk memperoleh taraf
hidup yang layak serta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Mata
pencaharian pada masyarakat desa cenderung homogen dan dominan berada
pada sektor pertanian. Sebaran penduduk di Kecamatan Punggur
berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian tahun 2016.
No Mata Pencaharian Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Petani 13.632 91,48
2 Pedagang 350 2,35
3 PNS/Swasta 877 5,89
4 TNI/POLRI 43 0,29
Jumlah 14.902 100,00
Sumber : (BP3K Kecamatan Punggur, 2017).
Tabel 7 menunjukkan bahwa mata pencaharian utama penduduk di
Kecamatan Punggur adalah petani. Mayoritas penduduk bekerja pada sektor
pertanian, hal ini sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada di Kecamatan
Punggur yang memiliki sumberdaya yang cukup baik dalam kegiatan di
sektor pertanian, sedangkan sektor terkecil berada di sekor TNI/POLRI.
60
6. Infrastruktur
Upaya meningkatkan sarana jalan sudah menjadi prioritas pembangunan di
Kecamatan Punggur yang diarahkan untuk meningkatkan aksesibilitas arus
barang dan jasa antar daerah maupun antar kecamatan di wilayah
Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah, sehingga hampir semua
wilayah kampung yang ada di Kabupaten Lampung Tengah dapat ditempuh
dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
a. Sarana Transportasi
Sarana umum seluruh wilayah Kecamatan punggur dapat diakses
dengan mudah baik dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.
Terdapat angkutan pedesaan yang beroperasi setiap hari walaupun hanya
melayani rute Punggur-Metro, sedangkan untuk menghubungkan ibu
kota kecamatan dengan kampung yang ada di wilayah Kecamatan
Punggur, warga menggunakan sepeda motor dan mobil, baik milik
pribadi maupun sewa.
b. Sarana pendidikan
Sarana pendidikan mempengaruhi akses masyarakat dalam menempuh
ilmu pengetahuan. Semakin banyak fasilitas untuk memperoleh
pendidikan, maka akan semakin mudah juga masyarakat terutama anak-
anak untuk mencari ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya. Pada tahun
2016, Kecamatan Punggur memiliki jumlah Sekolah Dasar (SD/MI)
sebanyak 29 buah, Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) sebanyak 7
buah, Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) sebanyak 6 buah, dan
61
pondok pesantren sebanyak 4 buah (BP3K Kecamatan Punggur, 2017).
Hal ini membuktikan bahwa Kecamatan Punggur memiliki sarana
pendidikan yang cukup memadai untuk masyarakat dalam memperoleh
ilmu pengertahuan.
c. Sarana Kesehatan
Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang memiliki fungsi memberikan
pelayanan kesehatan masyarakat. Pada tahun 2016 Kecamatan Punggur
memiliki fasilitas kesehatan berupa puskesmas sebanyak satu buah dan
puskesmas pembantu sebanyak 3 buah, posyandu sebanyak 9 buah, dan
apotek sebanyak 6 buah dimana jumlah tenaga kerja seperti dokter dan
bidan praktek swasta sebanyak 43 orang (BP3K Kecamatan Punggur,
2017). Hal ini membuktikan bahwa Kecamatan Punggur memperoleh
akses kesehatan yang mudah sehingga masyarakat tidak perlu lagi
mengkhawatirkan kesulitan dalam menjangkau tempat untuk memeriksa
kesehatannya.
C. Keadaan Umum Desa Astomulyo
1. Keadaan Geografis
Desa Astomulyo berjarak 2 km dari pusat Kantor Kecamatan Punggur, 10
km dari Kantor Pemerintahan Daerah dan Bupati Kabupaten Lampung
Tengah, dan 60 km dari Kantor Gubernus Provinsi Lampung.
62
Berdasarkan sumber dari BP3K Kecamatan Punggur (2017) Desa
Astomulyo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Punggur
yang memiliki luas wilayah sebesar 3.050 ha. Batas-batas wilayah
administratif Desa Astomulyo adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Buyut Ilir
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Dea Ngestirahayu
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Mojopahit
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanggul Angin.
2. Keadaan Demografis
Desa Astomulyo memiliki 36 RT, 15 RW, dan 10 Dusun dengan jumlah
Kepala Keluarga mencapai 1.906 KK. Jumlah keseluruhan penduduk di
Desa Astomulyo mencapai 7.037 jiwa, dimana jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 3.618 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3.419 jiwa
perempuan (BP3K Kecamatan Punggur, 2017). Jenis mata pencarian
penduduk Desa Astomulyo dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah penduduk Desa Astomulyo menurut mata pencaharian
tahun 2016.
No Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Petani 1.980 21,51
2 PNS 67 0,73
3 Wiraswasta 1.438 15,62
4 TNI/Polri 6 0,07
5 Buruh 123 1,34
6 Dll 5.593 60,75
Jumlah 9.207 100,00
Sumber : (BP3K Kecamatan Punggur, 2017).
63
3. Keadaan Iklim
Desa Astomulyo memiliki temperatur udara antara 30oC sampai dengan
35oC dengan curah hujan rata-rata per tahun 1200 mm serta memiliki enam
bulan basah dan enam bulan kering. Desa Astomulyo terletak diketinggian
55 m dpl. Desa Astomulyo berpotensi sebagai daerah pertanian yang baik
dikarenakan memiliki pH tanah antara 5,5 sampai dengan 7,5 sehingga
tanaman dapat tumbuh dengan baik (BP3K Kecamatan Punggur, 2017).
4. Potensi Wilayah
Desa Astomulyo memiliki wilayah seluas 3.050 ha dimana luas wilayah
tersebut dibuat menjadi tiga aspek pembagian lahan yaitu aspek pertanian
lahan sawah seluas 640 ha, aspek pertanian lahan bukan sawah seluas 360
ha, dan sisanya sebesar 2.050 ha yang digunakan untuk daerah pemukiman.
Jenis lahan bukan sawah digunakan untuk ladang atau tegalan, hutan rakyat
atau kebun rakyat, dan kolam atau empang. Jenis penggunaan lahan Desa
Astomulyo pada tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Jenis Penggunaan lahan Desa Astomulyo tahun 2016.
No Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Lahan sawah 640 20,98
2 Lahan bukan sawah 360 11,80
3 Daerah pemukiman 2.050 67,21
Jumlah 3.050 100,00
Sumber : (BP3K Kecamatan Punggur, 2017).
Berdasarkan Tabel 9, lahan bukan sawah merupakan lahan kering yang
digunakan untuk melakukan kegiatan usahatani selain padi. Contoh dari
lahan bukan sawah adalah ladang. Daerah pemukiman memiliki luas lahan
64
terbesar, dimana mayoritas peternak di Desa Astomulyo memanfaatkan
pekarangan rumahnya untuk membangun kandang yang digunakan untuk
budidaya ternak sapi.
Desa Astomulyo menjadi desa yang memiliki populasi ternak terbesar di
Kecamatan Punggur dari tahun 2014 sampai dengan 2016. Populasi jumlah
sapi sebanyak 987 ekor, kerbau sebanyak 26 ekor, kambing sebanyak 532
ekor, dan domba sebanyak 132 ekor (Badan Pusat Statistik Kabupaten
Lampung Tengah, 2018a). Sapi menjadi komoditas terbanyak di Desa
Astomulyo yang memiliki persentase terbesar yaitu sebanyak 53 persen
dibandingkan dengan populasi kerbau, kambing, dan domba yang hanya
memiliki jumlah persentase dibawah 50 persen. Persentase jumlah hewan
ternak dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Populasi hewan ternak di Desa Astomulyo
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah
(2018a).
Sapi
53%
Kerbau
1%
Kambing
29%
Domba
17%
112
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan yaitu :
1. Peternak sapi pada Kelompok Tani Ternak Limousin memperoleh
pendapatan atas biaya tunai usaha ternak sapi sebesar
Rp 138.882.134,78/tahun dan pendapatan atas biaya total sebesar
Rp 132.405.206,29/tahun dengan R/C atas biaya tunai dan total sebesar
1,44 dan 1,41 yang berarti usaha ternak tersebut menguntungkan dan layak
diusahakan.
2. Pendapatan rumah tangga yang diperoleh peternak sapi anggota Kelompok
Tani Ternak Limousin sebesar Rp 12.262.474,19/bulan dan termasuk
dalam golongan pendapatan sangat tinggi menurut Badan Pusat Statistik
(2016) yaitu lebih dari Rp 6.000.00,00/bulan. Kontribusi terbesar terhadap
total pendapatan rumah tangga berasal dari pendapatan usaha ternak sapi
(94,47 persen), sedangkan sisanya merupakan pendapatan yang bersumber
dari kegiatan usahatani (1,26 persen), kegiatan off farm (0,92 persen), dan
kegiatan non farm/di luar pertanian (3,34 persen).
3. Berdasarkan kreteria Badan Pusat Statistik (2014a), sebesar 91,11 persen
dari total keseluruhan responden peternak sapi pada Kelompok Tani Ternak
113
Limousin termasuk dalam kategori sejahtera, sedangkan sisanya sebesar
8,99 persen termasuk dalam kategori tidak sejahtera.
B. Saran
Saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peternak yang ingin melakukan usaha ternak agar memiliki jumlah
kepemilikan sapi minimal 10 ekor, dengan pertimbangan memperoleh
pendapatan secara berkelanjutan untuk per bulannya.
2. Bagi peternak agar mengikuti program kemitraan untuk memperoleh harga
pakan yang lebih murah sehingga dapat mengurangi biaya pakan.
114
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Agro Media Pustaka. Jakarta.
Adiana, P. P. E., dan Karmini, N.L. 2014. Pengaruh pendapatan, jumlah anggota
keluarga, dan pendidikan terhadap pola konsumsi rumah tangga miskin di
Kecamatan Gianyar. Jurnal Zoostek, Vol 34(1): 40. http://ojs.unud.ac.id [6
November 2018].
Agusta, Q. T. M., Lestari, D. A. H., dan Situmorang, S. 2014. Analisis pendapatan
dan tingkat kesejahteraan rumah tangga peternak sapi potong anggota
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) pangalengan. JIIA.Vol.
2(2) : 109-117. http://jurnal.fp.unila.ac.id [5 November 2018].
Blakely, J., dan Bade, D. H. 1998 Ilmu Peternakan Edisi ke Empat. Penerjemah:
Srigandono, B. Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2008. Penggolongan Pendapatan Penduduk. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
_________________. 2014a. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2007. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
_________________. 2014b. Produk Domestik Bruto Atas Harga Berlaku
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah). Badan Pusat Statistik. Jakarta.
________________ . 2016. Penggolongan Pendapatan Penduduk.
http://bps.go.id. [10 Juni 2019].
_________________. 2017. Perkembangan Beberapa Agregat Pendapatan dan
Pendapatan Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku, 2010-2016.
http://www.bps.go.id. [1 November 2018].
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah. 2017.Populasi Ternak (Sapi)
Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, 2014-2016.
http://www.bps.go.id.[1 November 2018].
_________________________________________. 2018a. Punggur Dalam
Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah.
Lampung.
115
_________________________________________. 2018b. Lampung Tengah
Dalam Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah.
Lampung.
Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan
Punggur. 2017. Monografi Kecamatan Punggur. Dinas Pertanian Kabupaten
Lampung Tengah. Lampung.
Bancin, S., Hasnudin dan Budi, U. 2013. Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong di Kecamatan Siempat Nempuhulu Kabupaten Dairi. Jurnal
Peternakan Integratif Vol 2 (1):75-90. http://jurnal.usu.ac.id [28 September
2019].
Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2016. Statistik Peternakan
dan Kesehatan Hewan. http://ditjenpkh.pertanian.go.id. [1 November
2018].
Fikar, S. dan Ruhyadi, D. 2010.Beternak dan Bisnis Sapi Potong. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian.
Salemba Empat. Jakarta.
Gusti, A. I. 2013. Pendapatan rumah tangga petani kakao di Desa Pesawaran
Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Jurnal JIIA, Vol
1 (4) : 278-279. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung.
Happyana, D. 2017. Analisis Tingkat Keuntungan Usaha Penggemukan Sapi
Potong Rakyat Di Kabupaten Wonogiri. Jurnal Ilmiah Peternakan
Terpadu Vol 5(2): 33-39. http://jurnal.fp.unila.ac.id [28 September 2019].
Hartono, Budi. 2009. Analisis Ekonomi Rumahtangga Peternak Sapi Potong Di
Kec. Damsol, Kabupaten Donggala, Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal
Sosek, Vol 1(3). https://ternaktropika.ub.ac.id [28 September 2019].
Hoddi, A. H., Rombe, M.B., dan Fahrul. 2011. Analisis Pendapatan Peternakan
Sapi Potong Di Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. Jurnal
Agribisnis, Vol 10(3) : 98-109. http://repository.unhas.ac.id . [5 November
2018].
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2014. Visi Kementerian
Pertanian.http://www.pertanian.go.id [5 November 2018].
116
Loing, J.C., Rorimpandey, B. dan Kalangi, L.S. 2018. Analisis Pendapatan Usaha
Peternak Sapi Potong di Kecamatan Weda Selatan Kabupaten Halmahera
Tengah. Jurnal Zootek Vol 38(1):149-159. http://ejournal.unsrat.ac.id [28
September 2019].
Mantra, I. 2004. Demografi Umum. Penerbit Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Mosher, A. T. 2002.Menggerakkan dan Membangun Peranian.Bumi Aksara.
Jakarta.
Murti, A. T. dan Astuti, F. K. 2014. Analisis Pendapatan Usaha Sapi Potong
dengan Usaha Tani Persawahan Padi di Kabupaten Situbondo. Buana
Sains Vol 17:103-110. http://jurnal.unitri.ac.id [28 September 2019].
Muskananfola, I. A. 2013. Pengaruh pendapatan, konsumsi, dan pemahaman
perencanaan keuangan terhadap proporsi tabungan rumah tangga
Kelurahan Tenggilis. Jurnal Manajemen Keuangan, Vol. 1(2): 62.
http://portalgaruda.ilkom.unsri.ac.id [6 November 2018].
Pranata, Y. 2018. Pendapatan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga petani lada
di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara. Skripsi.
Universitas Lampung. Lampung.
Prihatman, K. 2000. Budidaya Ternak Sapi Potong (Bos sp.). Kantor Menteri
Negara Riset dan Teknologi. Jakarta.
Purbowati, E. 2012. Sapi Dari Hulu ke Hilir dan Info Mancanegara. Agriflo.
Jakarta.
Rahim, A., dan Hastuti, D. R. D. 2008.Pengantar, Teori, dan Kasus Ekonomika
Pertanian.Penebar Swadaya. Jakarta.
Saleh, E., Yunilas dan Sofyan, Y.H. 2006. Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Dewi Serdang. Jurnal
Agribisnis Peternakan. Vol 2(1): 36-42. http://repository.usu.ac.id [4
Oktober 2019].
Setiyono, P.B.W.H.E., Suryahadi, Torahmat, T., dan Syarief, R. 2007. Strategi
suplementasi protein ransum sapi potong berbasis jerami dan dedak
padi.Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peternakan, Vol. 30 (3) :
207−217. http://pustaka.litbang.pertanian.go.id [1 November 2018].
Siregar, S.A. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong di Kecamatan
Stabat Kabupaten Langkat. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara. Medan.
Sirusa Badan Pusat Statistik. 2018. PDRB Perkapita. http://sirusa.bps.go.id. [10
Juni 2019].
117
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT Raja Grafindo, Jakarta.
_________. 2006. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia.UI-Press. Jakarta.
Solikin, N. 2018. Tingkat partisipasi dan kesejahteraan peternak sapi potong di
Kabupaten Kediri. Jurnal NUSAMBA. Vol 3 (2). http://pjs.unpkediri.ac.id
[5 Oktober 2019].
Subagio, H., dan Manoppo, C. 2011. Hubungan Karakteristik Pertanian dengan
Usahatani Cabai sebagai dampak dari Pembelajaran FMA. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian. Sulawesi Tengah.
http://jatim.litbang.deptan.go.id [13 Maret 21019].
Sudarmono, A. S., dan Sugeng, Y. B. 2009. Sapi Potong. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sugiarto, Siagian, D., Deny, dan Lasmono. 2003. Teknik Sampling. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Sugiarto, Herlambang, dan Brastoro, S. 2007. Ekonomi Mikro.Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
Suharto, E. 2009. Pekerja Sosial di Bidang Industri. Alfabeta. Bandung.
Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Sundari, A. S. Rejeki dan H. Triatmaja. 2009. Analisis Pendapatan Peternak Sapi
Potong Sistem Pemeliharaan Intensif dan Konvensional di Kabupaten
Sleman Yogyakarta. Sains Peternakan Vol 7 (2): 73-79.
http://journal.bio.unsoed.ac.id [28 September 2019].
Supriyono, R. 2011. Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian Biaya
serta Pengambilan Keputusan. BPFE.Yogyakarta.
Suratiyah, K. 2015. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Trigestianto, M., Nur, S., dan Sugiarto, M. 2013. Analisis tingkat kesejahteraan
peternak sapi potong di Kabupaten Purbalingga.Jurnal Ilmiah Peternakan,
Vol. 1(3): 1158 -1164. http://akademik.unsoed.ac.id [15 November 2018].
Qinayah, M. 2017. Analisis Pendapatan Peternak Sapi Potong Di Desa
Mattirowalie Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru. Skripsi.Universitas
Hasanuddin. Makassar.http://repository.unhas.ac.id. [5 November 2018].
118
Umiyasih, U. dan Anggareny, Y. N. 2007.Tinjauan Tentang Kecukupan Nutrisi
dan Dukungan Teknologi Peningkatan Kualitas Pakan Pada Usaha
Pembibitan Sapi Potong Rakyat. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Jakarta.
Usmiati, S. 2010. Pengawetan Daging Segar dan Olahan. Balai Besar Penelitan
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Bogor.
Yulianto, P., dan Saparinto, C. 2011.Pembesaran Sapi Potong Secara Intensif
Cetakan II. Penebar Swadaya. Jakarta.
Yusmini, S. Khaswarina, dan Maharani, E. 2014. Analisis komparatif tingkat
kesejahteraan rumah tangga petani karet Desa Sungai Jalau dengan Desa
Teratak Kabupaten Kampar. SEPA, Vol 11 (1) : 89-97.http://
jurnal.uns.ac.id. [10 Juni 2019].