analisis pendapatan keluarga peternak penggaduh sapi ... · pak roshid, nana) dan staf di bagian...
TRANSCRIPT
•
Wsei J-oOO ow)
ANALISIS PENDAPATAN KELUARGA PETERNAK PENGGADUH
SAPI POTONG PADA DUA KECAMATAN YANG BERBEDA DI
KABUPATEN DAERAH TINGKATII NGAWI,JAWA TIMUR
SKRIPSI
NUGRAHENI DWI BUDIARTI
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTASPETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
RINGKASAN
Nugraheni Dwi Budiarti. 2000. Analisis Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh pada Dua Kecamatan yang Berbeda di Kabupaten Daerah Tingkat IT Ngawi, Jawa Timur. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. Dwi Joko Setyono, MSi. Ir. Wiwiek Rindayati, MSi.
Salah satu upaya yang dilakukan Dinas Peternakan Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi dalam pengembangan dan penyebaran ternak pemerintah sekaligus meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah dengan melakukan penyebaran bantuan ternak sapi potong untuk digemukkan dengan cara kereman menggunakan sistem gaduhan. Lokasi - lokasi pengembangan ternak kereman ini diantaranya adalah Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ngawi (Desa Karangtengah Prandon) dan Kecamatan Kedunggalar (Desa Kedunggalar dan Desa Kawu). Tujuan penelitian adalah : I) untuk mengetahui pelaksanaan sistem gaduhan sapi kereman milik pemerintah, 2) mengetahui manajemen budidaya sapi kereman, 3) mengukur tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh keluarga peternak penggaduh dari usahatemak gaduhan yang dijalankan, 4) mengetahui sumbangan pendapatan yang diterima keluarga peternak penggaduh dari usahatemak gaduhan terhadap total pendapatan keluarga.
Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposive. Data yang diambil meliputi data primer dan sekunder. Analisis data yang dilakukan adalah analisis deskriptif yang meliputi deskripsi pengembangan sapi kereman milik pemerintah dengan sistem gaduhan di Kabupaten daerah Tingkat II Ngawi ( terutama di kedua lokasi penelitian), karakteristik petemak penggaduh, manajemen budidaya sapi kereman, perhitungan bagi hasil keuntungan penjualan sapi kereman, tingkat pendapatan keluarga peternak penggaduh , anal isis perbandingan pendapatan keluarga peternak penggaduh dari usahaternak gaduhan yang dijalankan di kedua lokasi penelitian .
Pada periode 1999/2000 (dropping ternak tahun 1999) ini, sistem gaduhan yang digunakan di kedua lokasi masih menggunakan pola bagi hasil 70% untuk penggaduh dan 30% untuk pemerintah. Sapi bakalan yang digunakan adalah sapi jantan peranakan ongole (PO) berumur 1,5 - 2 tahun. Periode penggemukan sapi adalah 10 bulan untuk Kecamatan Ngawi dan 4 bulan untuk Kecamatan Kedunggalar.
Karakteristik peternak penggaduh di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar hampir serupa, yaitu umur 31 - 50 tahun, tingkat pendidikan tamat SD, pengalaman betemak lebih dari 30 tahun, mata pencaharian pokok pengrajinlindustri
kecil untuk Kecamatan Ngawi dan petani untuk Kecamatan Kedunggalar, jumlah anggota keluarga 1- 5 orang, dan penguasaan lahan S 0,25 ha.
Bagi para peternak penggaduh dan anggota keluarganya, usahaternak yang dijalankan adalah merupakan usaha sambilan. Mereka mengkombinasikan usaha ini dengan berbagai usaha lain seperti usahatani tanaman padi, usahaternak non gaduhan, dan usaha non pertanian (baik di bidang industri maupun non industri).
Di kedua lokasi penelitian rata - rata keluarga peternak penggaduh untung secara tunai, namun mengalami kerugian secara tidak tunai dan inventaris dari usahaternak gaduhan yang dijalankannya. Besar pendapatan keluarga peternak penggaduh dari usahaternak gaduhan di Kecamatan Ngawi adalah Rp 834.695,83 (tunai), Rp -569.700 (tidak tunai), Rp - 12.621,93 (inventaris), dan Rp 252.373,90 (total), sedangkan di Kecamatan Kedunggalar adalah Rp 158.386,33 (tunai), Rp -196.000 (tidak tunai), dan Rp - 4.675,69 (inventaris),dan Rp - 42.307,36 (total). RIC ratio untuk usahaternak gaduhan di Kecamatan Ngawi adalah 1,38 dan untuk Kecamatan Kedunggalar adalah 0,89.
Sumbangan pendapatan keluarga peternak penggaduh dari usahaternak gaduhan terhadap total pendapatan keluarga peternak penggaduh untuk masing -masing kombinasi usaha yang dijalankan untuk Kecamatan Ngawi adalah 52,09% untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usahaternak non gaduhan + usahatani tanaman padi, 6,41% untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usahaternak non gaduhan + usahatani tanaman padi + usaha non pertanian, 1,94%untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usahaternak non gaduhan + usaha non pertanian, 30,10% untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usaha non pertanian, 6,44% untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usahatani tanaman padi + usaha non pertanian,dan 9,54% untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usaha non pertanian, sedangkan untuk Kecamatan Kedunggalar adalah -1,08% untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usahaternak non gaduhan + usahatani tanaman padi, 3,10% untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usahaternak non gaduhan + usaha non pertanian, -25,18% untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usahatani tanaman padi, - 0,77% untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usahatani tanaman padi + usaha non pertanian, dan 12,90 % untuk kombinasi usahaternak gaduhan + usaha non pertanian.
Dari analisis perbandingan dapat diketahui bahwa rata - rata pendapatan keluarga peternak penggaduh per HKP dari usahaternak gaduhan yang dijalankan di kedua lokasi penelitian adalah berbeda nyata pada taraf a. = 0,05.
" Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan Dia telah mengetahui bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada seratus orang yang sabar, niscaya mereka dapat ratus orang, dan jika
di antaramu ada seribu orang mereka dapat mengalahkan dua ribu orang dengan Allah besertaorang-
orang yang sabar." 66)
IImu aOcllarl1 Dan perbuatan a<lallab bUirUf Dan keikhl.asan adalahb .... -ut
Dan val'lQtaK'
ANALISIS PENDAPATAN KELUARGA PETERNAK PENGGADUH
SAPI PO TONG PADA DUA KECAMATAN YANG BERBEDA DI
KABUPATEN DAERAH TINGKA Til NGA WI, JAW A TIMUR
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Petemakan
pada Fakultas Petemakan Institut Pertanian Bogor
Oleh:
NUGRAHENI DWI BUDIARTI
D03496044
JURUSAN SOSIAL EKONOMI INDUSTRI PETERNAKAN
FAKULTASPETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2000
ANALISIS PENDAPATAN KELUARGA PETERNAK PENGGADUH
SAPI POTONG PADA DUA KECAMATAN YANG BERBEDA DI
KABUPATEN DAERAH TINGKAT II NGAWI, JA WA TIMUR
Oleh:
NUGRAHENI DWI BUDIARTI D03496044
Skripsi ini telah disetujui dan telah disidangkan odi hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 30 Oktober 2000
Pembimbing Utama ~ )
Ir. Dwi Joko Setyono, MSi.
Ketua Jurusan o. Sosial Ekonomi Industri Petemakan Fakultas Petemakan Insti P anian Bogor
Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA.
Pembimbing ~~ta-....
Ir. Wiwiek Rindayati, MSi.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Desember 1976 di Kota Ngawi, Jawa
Timur. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Boedi
Rochmad dan Ibu Agustinah Sunharlin.
Tahun 1981 penulis masuk TK Tunas Rimba, Ngawi. Penulis terdaftar
sebagai murid SD Negeri Margomulyo I, Ngawi pada Tahun 1983, dan lulus tahun
1989, kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1, Ngawi dan lulus tahun
1992. Pada Tahun 1995 penulis lulus dari SMA Negeri 2, Ngawi.
Penulis diterima sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Industri
Peternakan (SEIP) pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) pada tahun 1996.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbi! 'alamin, segala puji hanya ditujukan pada Allah SWT
yang telah memberi nikmat akal, kesehatan, dan waktu, sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Jurusan Sosial Ekonomi Industri Petemakan, Fakultas
Petemakan, Institut Pertanian Bogor.
Selama penelitian dan penulisan skripsi, maupun selama studi, penulis
banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi - tingginya kepada :
Bapak Ir. Dwi Joko Setyono, MSi. selaku dosen pembimbing akademik
sekaligus pembimbing utama dalam penyelesaian tugas akhirdan Ibu Ir. Wiwiek
Rindayati, MSi. selaku pembimbing anggota dalam penyelesaian tugas akhir.
Bapak Ir. Ujang Sehabudin selaku dosen penguji seminar, Bapak
Ir. Hadiyanto, MS. dan Bapak Ir. Sudjana Natasasmita selaku dosen penguji sidang,
atas masukan - masukannya, Ibu Ir. Anggraini Sukmawati,MM. selaku panitia
seminar, serta Ibu Ir. Lucia Cirylla E.N.S.D, MSi. selaku panitia sidang.
Ayahanda, ibunda, kakak dan adik - adikku tercinta (Mbak Nuning, Tiyas,
dan Nina), juga Yu Mi (pengasuhku sejak keci!), atas seluruh dorongan, kasih
sayang, dan doa yang selalu tercurah kepada penulis.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi dan seluruh
staf (terutama Ibu drh. Tri Wahyu Yulisetiyani, Bapak Ir. Sumardji, Bapak Supardjo,
dan Bapak Hermanto) yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.
Camat Ngawi, Camat Kedunggalar, Kepala Desa Karangtengah Prandon, Kepala
Desa Kedunggalar, dan Kepala Desa Kawu beserta seluruh staf yang banyak
rnernbantu penulis dalam pengurnpulan data.
Para staf di bagian akadernik Fakultas Peternakan IPB (pak Ali, Pak Tibian,
Pak Roshid, Nana) dan staf di bagian akademik SEIP (terutama Pak Kamto) atas
bantuannya yang tulus kepada penulis.
Suparini (sahabat setia sejak TPB), M. Rizal Taufikurrahman, dan Mas
Rustam sebagai rekan satu pernbirnbing penelitian, atas dukungan, doa, kebersamaan
dalam perjuangan, dan persahabatan yang tulus.
M. Raihan E.N.H. (Kakakku yang sholeh), atas doa dan pelajaran - pelajaran
berharga yang dapat kupetik. Sernoga selalu istiqornah di jalan-Nya.
Mas Yunus (Fahutan'32), Mas Singgih, Heru Kusurno, Om Hari, M. Nur
Biantoro, Wahyu F. W., dan Teetana grandis erew (terutarna Rafiq dan Kang
Endang) atas segala bantuannya. Ternan - ternan di Pondok Muhamrnadyah Ha.iiah
Nuriyah Shabran - VMS (terutama Elysa K. Dewi, Mbak Narti, dan Mufida) atas
dukungan rnoril dan doanya kepada penulis.
Ternan - ternan SEIP'33 : Endan Hendarto (Kornti terbaik), Cak Sun, Awi,
Zoel, Yusrizal, Zuki, Khoirul, Fitri, Indah, Anik, Lastri, Siti, Fajar, Sulva, Yanda,
Vilda, Tanti, Mega, Eva, dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, ternan - ternan SEIP'32: Teh Erni, Mbak Reni, Teh Erna, Teh Ihat, Teh Hena
atas bantuan dan kebersarnaan yang terjalin selarna ini.
Ternan - ternan sekost di Wisrna Balio Atas (Wikan, Ornay, Enno, Asti,
Cicie, Lia, Ira, Jujun, Eva, Indri, Neni, Yeni, Ani, Yuyun, Ella, Yenti, Erni, Emil,
Fitri, Nita, Wulan, Heni, dan Ari), juga Teh Ani, Teh Ina, Uni Rini, Ceu Wit, Mbak
Elfi, dan Nina atas kasih sayang, dukungan, kebersamaan, dan doa yang tulus kepada
penulis.
Dan pihak - pihak lain yang telah membantu penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan bagi masyarakat pada umumnya.
Bogor, Oktober 2000
Penulis
DAFTARISI
RINGKASAN ...................................................................................................... .
LEMBAR PENGESAHAN............... ... ............................................................ v
RIWAYAT HID UP .............................................................................................. VI
KATAPENGANTAR.......................................................................................... vii
DAFTAR TABEL................................................................................................. xiii
DAFTARGAMBAR............................................................................................ XVI
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvii
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
Latar Beiakang . ... .......... ... .......... ... .......... ....... ...... ... ... .............. ... .... .... .......... 1
Perumusan Masalah ....................................................................................... 3
Tujuan........................................................................................................... 4
Kegunaan Pene1itian....................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ................. ...................................................................... 6
Usahatemak Sapi Potong... ... ...... ....... ... ....... ... ................ ... ... .... .... .... .... ... ...... 6
Sapi Kereman ................................................................................................ 7
Sistem Gaduhan............................................................................................. 10
Pendapatan dan Keuntungan .......................................................................... 13
METODE PENELITIAN..................................................................................... 18
Lokasi dan Waktu.......................................................................................... 18
Populasi dan Sarnpel.. ... .... ... ... .......... ....... ... .............. ... ... ...... .... ... .... .... .... ....... 18
Pengumpulan Data......................................................................................... 19
Analisis Data.......................................................... ........................................ 19
Batasan Istilah ............................................................................................... 23
RASIL DAN PEMBAHASAN....... .......... .................. ... ....... ... ......................... .... 26
Kondisi Umum Wilayah . ... ... ... .... ... .............. .... ... ... ............. ... .... .... .... ..... ....... 26
Deskripsi Pertanian Wilayah........................................................................... 28
Karakteristik Responden...... .......... ... ... ... .... ... ... .......... ... .... ... .... ... .... .... ..... ..... 33
Karakteristik U saha ....................................................................................... 38
Usahatani Tanaman Padi ....................................................................... 39
Usahaternak Non Gaduhan.................................................................... 42
Usahaternak Gaduhan .......................................................................... 44
Deskripsi Pengembangan dan Penyebaran Sapi Kereman
Pemerintah .................................................................................. 44
Manjemen Budidaya Ternak Kereman.... ... ... .... ... ... .... ................ ... 49
Sapi bakalan / Bibit .. ............................................................ 49
Perkandangan ... .......... ... ... ....... ... ... ... ... .... ... .... .... ... .... ..... ..... 50
Pemberian Pakan..... ...... ....... ... ......... ....... ....... .... ....... .... ....... 52
Penyakit yang Menyerang Ternak . ... ... .............................. ... 53
Tenaga Kerja ....................................................................... 54
Penjualan Sapi Kereman....................................................... 54
Usaha Non Pertanian. .......... ... ........................ ... ... ... ....... .... .... ....... .... ... 57
Pendapatan Keluarga Peternak....................................................................... 58
Pendapatan Usahatani Tanaman Padi.. .... ....... ... ... ... ...... .... .... ... .... .... ...... 58
Pendapatan Usahaternak Non Gaduhan........... ................ .... ... .... .... ....... 61
Pendapatan Usahaternak Gaduhan......................................................... 63
Pendapatan Usaha Non Pertanian .......................................................... 68
Total Pendapatan Keluarga Peternak.. .... ....... ... ... ... .... ........... .... ..... ....... 69
Sumbangan Pendapatan Usaha Keluarga Peternak terhadap Total
Pendapatan Keluarga Peternak ........... ................................................... 69
Analisis Perbandingan Rata - rata Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh
dari usahaternak gaduhan per HKP di Kecarnatan Ngawi dan Kecamatan
Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi ... ... ....... ....... ... .... ......... .... 70
KESIMPULAN DAN SARAN ....... ....... ... .......... ... ............. ... ....... ....... .... ......... .... 72
Kesimpulan. ... ...... ... ....... ... ....... ... .... ... ... ....... ... ....... ... ... ... .............. .... ... .... ...... 72
Saran............................................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
LAMPIRAN ..... ............. ... ... ....... ... ....... .......... ... ... .... ... ... ... ... ....... ....... ........... ....... 79
DAFTAR TABEL
No. Teks
1. Penampilan Produksi Sapi Bx dan Sapi PO pada Pola PIR Penggemukan Sapi Potong (PT. Great Giant Livestock Co.) di
Halaman
Lampung Tengah................................................................................ 9
2. Pendapatan Peternak Penggaduh Sapi Potong pada Masing - masing Pola Sistem Gaduhan Selama Pemeliharaan Rata - rata 4,5 Bulan .... ... 15
3. Tingkat Keuntungan dan Sumbangan Usahaternak Domba terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga.. ....... ... ................ ... ... .... ... .... .... .... ... 17
4. Komposisi Penduduk Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi Berdasarkan J enis Mata Pencaharian....................................................................... 27
5. Luas Peruntukkan Lahan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi, Tahun 2000.. .... .... 29
6. Luas dan Produksi Tanaman di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.. .... ... .... ....... .... ..... 31
7. Populasi Ternak di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggaiar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.................................................. 32
8. Produksi Ternak di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi ............... " ........... ,. .... ....... .... ...... 33
9. Karakteristik Peternak Penggaduh Sapi Potong Pemerintah di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggaiar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi ........... " .. ' .......... .......... ...................... .... .................. 34
10. Kombinasi Cabang Usaha yang Dilakukan oleh Keluarga Peternak di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggaiar, Kabupaten DaerahTingkat II Ngawi ..................................................................... 39
II. Status Anggota Keluarga Peternak yang Bekerja sebagai Petani di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi .. " ....... ... ....... ... .......... .......... ...... ............. .... ............. 40
12. Luas Lahan di Lokasi - lokasi Penelitian di Kecamatan Ngawi dan 42 Kecamatan Kedunggalar Berdasarkan Tingkat Kesuburannya ............ .
13. Kepemilikan Ternak oleh Peternak Penggaduh di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi .............................................................................................. 43
14. Alokasi Penyebaran Sapi Potong Milik Pemerintah untuk Ternak Kereman Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi dengan Sumber Dana APBD Tingkat I ................................................................................. 47
IS. Alokasi Penyebaran Sapi Potong Milik Pemerintah untuk Ternak Kereman Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi dengan Sumber Dana 48 APBD Tingkat II ............................................................................... .
16. Pemberian Pakan Sapi Kereman di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.......... 53
17. Klasifikasi Sapi Kereman Berdasarkan Pertambahan Bobot Badan Harian di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi................ .......... ......................... 56
18. Rata - rata Pendapatan Keluarga Peternak Penggadub dari Usahatani Tanaman Padi Kecamatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi (Rata - rata Luas lahan garapan 0,42 ha)............... 60
19. Rata - rata Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh dari Usahatani Tanaman Padi Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi ( Rata - rata Luas Lahan Garapan 0,27 ha).. 60
20. Rata - rata Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh dan Usahaternak Non Gaduhan di Kecamatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi (Rata-rata Kepemilikan Ternak 1,30 ST)................. 62
21. Rata - rata Pendapatan Peternak Penggaduh dari Usahaternak Non Gaduhan di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi (Rata-rata Kepemilikan Ternak 0,82 ST) ................................. 62
22. Rata - rata Pendapatan Keluarga Peternak Penggadub dari Usahaternak Gaduhan Sapi Potong Kereman di Kecamatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi (Lama Penggemukan Sapi 10 Bulan) .............................................................................................. 66
23. Rata - rata Pendapatan Keluarga Petemak Penggaduh dari Usahatemak Gaduhan Sapi Potong Kereman di Kecamatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi (Lama Penggemukan Sapi 4 Bulan) .............................................................................................. 66
24. RIC Ratio Usahatemak Gaduhan Sapi Potong Kereman di Kecamatan Ngawi (Lama Penggemukan Sapi 10 Bulan) dan Kecamatan Kedunggalar (Lama Penggemukan 4 Bulan), Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi .... ...... ....... ... ... .... ... ... ....... ... .... ....... ... .... .... ... 67
25. Total Pendapatan KeIuarga Petemak Berdasarkan Klasifikasi Cabang-cabangUsaha yang Dijalankan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar,Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi. .... ....... 69
26. Sumbangan Pendapatan Usaha Keluarga Petemak terhadap Total Pendapatan KeIuarga Petemak di Kecamatan Ngawi dan Kecarnatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi ........... 70
DAFTAR GAMBAR
No. Teks Halaman 1. Mekanisme Bagi Hasil Penjulan Sapi Potong di Kecamatan Ngawi
dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi........................................................................... 57
DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1. Contoh Surat Peljanjian Kelja Ternak Pemerintah yang Digemukkan di Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi... ... ... ... ... ...... ... ... ... ...... 80
2. Bagi Hasil Keuntungan Penjualan Sapi Potong Gaduhan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi...... ........................................................ 84
3. Penerimaan, Biaya Produksi, serta Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh dari Usahaternak Gaduhan Sapi Potong di Kecarnatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi ( Lama Penggemukan Sapi 10 Bulan}... ...... ... ... ... ... ... ... ... ...... ...... ... ... ... ... ... ... ..... 85
4. Penerimaan, Biaya Produksi, serta Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh dari Usahaternak Gaduhan Sapi Potong di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi (Lama Penggemukan Sapi 4 Bulan}................................................ 86
5. Penerimaan, Biaya Produksi, serta Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh dari Usahatani Tanaman Padi di Kecarnatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi ... .... 87
6. Penerimaan, Biaya Produksi, serta Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh dari Usahaternak Non Gaduhan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi ... ...... ...... ...... ... ... ... ... ... ...... ... ... ... ... ... ... ... ... ...... 88
7. Total Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh di Kecamatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi...... ... ............ ...... ... 89
8. Total Pendapatan KeIuarga Peternak Penggaduh di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi........ ... ... ... ... ... 90
9. Curahan Kelja Keluarga dan Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh per HKP dari Usahaternak Gaduhan Sapi Potong di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi............ ...... ...... ...... ............... ............. .... 91
10. Hasil Analisis Perbandingan Rata-rata Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh dari Usahaternak Gaduhan Sapi Potong di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi......... ...... ..................... ......... ......... ........ 92
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jawa Timur sebagai salab satu sentra peternakan di Indonesia mempunyai
kontribusi yang cukup besar dalam memenuhi kebutuhan akan produksi ternak
nasional. Komoditas andalan bidang peternakan di Jawa Timur adalab sapi potong.
Populasi ternak sapi potong di Jawa Timur pada tabun 1998 adalab 3.390.758 ekor
(Direktorat Jenderal Peternakan, 1998).
Usaba penggemukan sapi akhir - akhir ini semakin berkembang di Jawa
Timur. Penggemukan sapi dengan cara kereman merupakan alternatif peningkatan
Pendapatan Asli Daerab (PAD). Hasil penggemukan tersebut secara tidak langsung
meningkatkan gizi masyarakat. Di samping itu dengan berkembangnya usaba
peternakan sapi potong, berbagai dampak sosial lainnya dapat direngkuh, seperti
peningkatan pendapatan petanilpeternak, perluasan kesempatan kerja, serta
menghemat devisa.
Salah satu daerab di Jawa Timur yang melaksanakan peningkatan PAD
melalui pengembangan ternak kereman adalah Kabupaten Daerab Tingkat II Ngawi.
Sebagai upaya pelaksanaannya, Pemerintah Daerab Kabupaten Daerah Tingkat II
Ngawi melaksanakan penyebaran paket bantuan yang bersifat edukatif sebagai
media yang mengantarkan petani - peternak kecil ke arab kondisi psikologis yang
berorientasi ekonorni. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah penggemukan
ternak (sapi potong) pemerintah dengan cara kereman, dan cara pelaksanaannya
dengan menggunakan sistem gaduhan.
Lokasi - lokasi pengembangan ternak kereman pemerintah dengan sistem
gaduhan tersebut diantaranya adalah di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan
Kedunggalar.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Tingkat II Ngawi (I998), jumlah populasi ternak sapi potong
di Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi adalah 68.742 ekor. Dari keseluruhan
populasi ternak sapi potong tersebut, 5.342 ekor terdapat di Kecamatan Ngawi dan
4.314 ekor terdapat di Kecamatan Kedunggalar.
Untuk Kecamatan Ngawi pengembangan sapi kereman milik pemerintah ini
dipusatkan di Desa Karangtengah Prandon, sedangkan di Kecamatan Kedunggalar
adalah di Desa Kedunggalar dan Desa Kawu. Kondisi lingkungan dan alam yang
berbeda pada kedua kecamatan berpengaruh pada mata pencaharian penduduknya
(pelaksanaan kegiatan usahatani) sekaligus pada ketersediaan pakan ternak.
Adanya perbedaan manajemen budidaya sapi kereman (terutama dalam hal
pemberian pakan) serta pelaksanaan sistem gaduhan di Kecamatan Ngawi dan
Kecamatan Kedunggalar merupakan petunjuk dan alasan penting untuk dilakukan
penelitian tentang usahaternak gaduhan sapi kereman di kedua wilayah tersebut.
Sebab hal ini memungkinkan ada kaitannya dengan tingkat pendapatan dan
keuntungan yang diperoleh baik oleh peternak (pihak penggaduh) maupun
pemerintah (pihak yang menggaduhkani pernilik ternak).
2
Perumusan Masalah
Usahaternak gaduhan sapi kereman milik pemerintah di Kecarnatan Ngawi
dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi merupakan
usahatani keci!. Usahatani kecil dibedakan dari usahatani komersial oleh karena erat
dan pentingnya hubungan antara usahatani dan rumah tangga petanilpeternak.
Karena itu dapat dipaharni bahwa apabila usahatani komersial itu dilihat sebagai
perusahaan, maka untuk mengukur penarnpilannya digunakan ukuran atau norma
perusahaan. Ukuran yang sarna dapat juga diterapkan pada usahatani kecil yang
dipandang sebagai perusahaan. Sedangkan usahatani yang dianggap sebagai
penunjang rumah tangga, tentunya harns digunakan ukuran lain yang lebih sesuru.
Jadi dalarn menghitung ukuran penampilan usahatani kecil diperlukan kejelasan
tujuan melakukan analisis.
Sebagai usahatani (usahaternak) kecil, usahaternak gaduhan sapi kereman
pemerintah di kedua kecarnatan tersebut masih dikelola secara tradisiona!. Di
samping itu karena usahaternak sapi kereman yang dijalankan adalah dengan
menggunakan sistem gaduhan, maka pada dasarnya ada suatu kesepakatan antara
peternak penggaduh dan pemilik ternak (dalarn hal ini pemerintah) tentang
pembagian keuntungan dan mekanisme pelaksanaannya. Hal ini tentunya
berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh penggaduh dari usahaternak gaduhan
yang dijalankan.
Masalah yang bisa dirumuskan dari tema penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah sistem gaduhan ternak sapi potong kereman yang berlaku di
Kecarnatan Ngawi dan Kecarnatan Kedunggalar ?
3
2. Bagaimanakah manajemen budidaya sapi kereman yang dilakukan di
Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar ?
3. Bagaimanakah tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh
keluarga peternak penggaduh dari usahaternak gaduhan yang dijalankan di
Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar ?
4. Berapakah sumbangan pendapatan yang diterima keluarga peternak
penggaduh dari usahaternak gaduhan yang dijalankan terhadap total
pendapatan keluarga peternak penggaduh di Kecamatan Ngawi dan
Kecamatan Kedunggalar ?
Tuj uan Penelitian
Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah :
I. Mengetahui sistem gaduhan ternak sapi potong rnilik pemerintah yang
digemukkan dengan cara kereman di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan
Kedunggalar.
2. Mengetahui manajemen budidaya sapi kereman rnilik pemerintah di kedua
kecamatan tersebut.
3. Mengukur dan membandingkan tingkat pendapatan keluarga peternak
penggaduh dari usahaternak gaduhan yang dijalankan di kedua kecamatan
tersebut.
4
4. Mengetahui sumbangan pendapatan yang diterima keluarga peternak
penggaduh dari usahaternak gaduhan yang dijalankan terhadap total
pendapatan keluarga peternak penggaduh di masing - masing kecamatan
tersebut.
Keguuaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Memberikan informasi tentang tingkat keberhasilan kegiatan pengembangan
sapi kereman milik pemerintah dengan cara gaduhan di Kecamatan Ngawi
dan Kecamatan Kedunggalar kepada Dinas Peternakan (Pemerintah Daerah)
Kabupaten daerah Tingkat II Ngawi dan instansi-instansi yang terkait
sehingga dapat dijadikan acuan untuk membuat kebijaksanaan dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut dan kegiatan-kegiatan sejenis.
2. Memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat Kecamatan Ngawi
dan Kecamatan Kedunggalar tentang tingkat kontribusi pendapatan
usahaternak gaduhan sapi kereman milik pemerintah terhadap total
pendapatan keluarga peternak penggaduh, sehingga dapat dijadikan acuan
bagi yang ingin melakukan usaha tersebut.
3. Dapat menambah informasi bagi pengembangan di bidang pertanian pada
umumnya dan bidang peternakan pada khususnya.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Usahaternak Sapi Potong
Ternak sapi sebagai salah satu ternak besar khususnya di Indonesia, telab
lama diusabakan oleh petani. Ternak sapi memiliki manfaat yang lebih luas dan
bernilai ekonomis lebih besar daripada ternak lain. Usabaternak sapi merupakan
usaba yang lebih menarik sehingga mudab merangsang pertumbuhan usabanya. Hal
ini bisa dibuktikan dengan perkembangan ternak sapi di Indonesia lebih maju
daripada ternak besar ataupun kecillain seperti kerbau, babi, domba, dan kambing.
Peternakan sapi potong hampir semuanya adalab peternakan rakyat atau
keluarga yang merupakan usaha sambilan dan cabang usaha, dan masih belum bisa
memenuhi permintaan daging berkualitas. Hal ini teIjadi karena pengelolaannya
yang masih tradisional dan kebanyakan usaba peternakan rakyat juga memanfaatkan
ternak sebagai sumber tenaga kerja. Usaba ini belum dilakukan sebagai mata
pencaharian utama, sehingga tidak dikelola sebagai penghasil daging. Keadaan
industri peternakan seperti ini mempengaruhi kualitas daging yang dihasilkan dan
pada gilirannya terhadap harga yang terbentuk. Keadaan ini lebih diperburuk lagi
oleh kenyataan sikap konsumen yang pada umumnya belum selektif terhadap
mutu/kualitas daging yang dibelinya. Selera konsumen daging terhadap marbling
(perlemakan), warna, dan keempukan, belum begitu tinggi (Aziz, 1993).
Menurut Murtidjo (I 999), pemeliharaan sapi potong pada dasarnya dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu :
I. Usaha pemeliharaan sapi potong bertujuan untuk pengembangbiakan sapl
potong. Keuntungan yang diharapkan adalah keturunannya.
2. U saha pemeliharaan sapi potong bakalan bertujuan memelihara sapi potong
dewasa, untuk selanjutnya digemukkan. Keuntungan yang diharapkan
adalah hasil penggemukan.
Lebih Ian jut Aziz (I993) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menjadi
peluang industri peternakan sapi potong di daerah padat penduduk, antara lain adalah
sumberdaya manusia, pakan hijauan, hasil pertanian lain, keragaman jenis sapi,
sarana/prasarana angkutan, dan sarana/prasarana komunikasi.
Sapi Kereman
Siregar (1999) menyatakan bahwa usaha penggemukan sapi mendatangkan
keuntungan ganda berupa keuntungan dari pertambahan bobot badan dan kotoran sapi
berupa pupuk kandang. Jumlah keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan sapi
yang digemukkan tergantung pada pertambahan bobot badan yang dicapai dalam
proses penggemukan, lama penggemukan, dan harga daging.
Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sap!. Pada
prinsipnya perbedaan sistem penggemukan sapi terletak pada teknik pemberian pakan
atau ransum, luas lahan yang tersedia, umur dan kondisi sapi yang digemukkan,
serta lama penggemukan. Pasture fattening merupakan sistem penggemukan sapi
yang dilakukan dengan cara menggembalakan sapi di padang penggembalaan. Dry
7
lot fattening adalah sistem penggemukan sapi dengan pemberian ransum atau pakan
yang mengutamakan biji-bijian seperti jagung, sorgum, atau kacang-kacangan.
Penggemukan sapi dengan kombinasi pasture dan dry lot fattening banyak dilakukan
di daerah - daerah subtropis maupun tropis dengan pertimbangan musim dan
ketersediaan pakan. Sedangkan penggemukan sapi dengan sistem kereman
dilakukan dengan cara menempatkan sapi -sapi dalam kandang secara terus menerus
selama beberapa bulan. Sapi kereman diberi makan dan minum, tidak digembalakan
ataupun diperkerjakan .
Keuntungan sistem penggemukan secara kereman adalah petani bisa
memperoleh pupuk untuk keperIuan usaha pertanian dan tidak memerIukan biaya dan
tenaga yang besar karena caranya masih sederhana. Sedangkan kelemahan sistem ini
adalah pertumbuhan sapi yang lambat sehingga kenaikan berat badan sangat rendah,
rata-rata hanya 0,35 kg per hari. Atau selama satu periode penggemukan (4 bulan)
hanya mengalami kenaikan berat badan sekitar 42 kg (Sugeng, 1999).
Di Indonesia, cukup banyak dikenal sapi potong lokal, sapi potong impor,
maupun sapi peranakan atau hasil silangan yang dikembangkan lewat kawin suntik
(inseminasi buatan).
Menurut Dirmansyah (I 994), pertambahan berat badan sapi Bali per ekor per
hari berkisar 0,35 - 0,50 kg dengan karkas 55 - 75%. Sapi Ongole (SO) dan
Peranakan Ongole (PO) terutama terbesar di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi Selatan,
pertambahan bobot barlan rata-ratanya bisa mencapai 0,4 - 0,8 kg per ekor per hari,
begitu juga dengan sapi - sapi domestik lainnya seperti sapi Madura, sapi Aceh, dan
sapi Lampung, yang banyak berkembang di daerah masing-masing. Sapi potong
8
yang berasal dari luar negeri memiliki pertambahan bobot badan yang relatif lebih
tinggi, misalnya jenis sapi charolais yang memiliki pertambahan bobot badan harian
rata -rata 1,32 - 1,69 kg, Santa getrudis 1,13 -1,77 kg, Hereford 1,04 - 1,50 kg,
Shorthorn 1,04 - 1,32 kg, dan Brahman 0,91 - 1,36 kg per ekor per hari.
Menurut hasil penelitian Nurhasanah (2000) pada Perusahaan Inti Rakyat
(PIR) Penggemukan Sapi Potong di Lampung Tengah, dapat diketahui bahwa
penampilan produksi sapi Brahman cross (Bx) dan sapi PO adalah seperti yang
tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Penampilan Produksi Sapi Bx dan Sapi PO pada Pola PIR Penggemukan Sapi Potong (pT. Great Giant Livestock. Co.) di Lampung Tengah.
Karakteristik Produksi Bobot Awal (kgIekor) Konsumsi Pakan (kglekorlhari)
Limbah nenas Konsentrat
Pertambahan Bobot Badan ( kglekorlhari) Bobot Akhir (kglekor) Lama Penggemukan (bari)
Sapi Bx 335,00
55,61 3,64 0,98
419,77 86,17
Sapi PO 286,84
56,26 4,09 1,03
418,11 127,47
Sapi yang digemukkan pada umur yang terlalu muda memerlukan waktu
penggemukan yang lebih lama daripada sapi umur remaja atau dewasa. Sugeng
(I 999) menyatakan, terdapat suatu pedoman tentang lama penggemukan sapi, yaitu :
Anak sapi calon penggemukan yang umurnya kurang dari 1 tahun, lama
penggemukannya akan berlangsung 8 - 9 bulan.
Kelompok sapi muda umur 1 - 2 tahun (yearling), lama penggemukannya
berlangsung 6 - 7 bulan.
9
Kelompok sapi dewasa umur 2 - 2,5 tahun atau lebih, lama penggemukannya
cukup 4 - 6 bulan.
Lebih Ian jut Siregar (I 999), menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mendukung berkembangnya usaha penggemukan dengan sistemkereman di beberapa
daerah, yaitu :
1. Bakalan sapi untuk penggemukan cukup tersedia dan relatif mudah didapat.
2. Ketersediaan hijauan, termasuk limbah pertanian cukup potensial dan tersedia
sepanjang tahun.
3. Ketersediaan hasil ikutan industri pertanian, seperti ampas tahu, ampas brem,
ampas nenas dan sebagainya cukup potensial dan tersedia sepanjang tahun.
4. Kotoran sapi berupa pupuk kandang sangat diperlukan untuk memupuk
tanaman pertanian penduduk. Pada umumnya sapi bakalan yang digunakan
untuk penggemukan dengan sistem kereman adalah sapi - sapi jantan yang
telah berumur sekitar I - 2 tahun dalam kondisi kurus.
Sistem Gaduhan
Sistem gaduhan secara umum mirip dengan sistem parohan atau bagi hasil.
Menurut Scheltema (1985), bagi hasil semata-mata hanya merupakan bagi usaha
pada kegiatan pertanian, yang mana dalam periode usaha seluruh pekeIjaan
dilaksanakan oleh penggarap atau di bawah plmpmannya. Bagi usaha yang
dimaksudkan dalam hal ini adalah suatu perjanjian kerja dengan upah khusus.
Sedangkan Mosher dalam Tarigan (1996), menyatakan bahwa bagi hasil adalah
keIjasama yang diikat dengan perjanjian bagi hasil 50% : 50%. Sistem ini banyak
10
dilakukan karena kemiskinan dan kesukaran mendapatkan modal memaksa
seseorang untuk menerima nasibnya mengeIjakan tanah atau memelihara temak yang
bukan miliknya sendiri.
Penggaduhan temak adalah keadaan dimana seseorang dapat memelihara
temak (sapi) yang diperoleh dari orang lain dengan disertai suatu aturan tertentu
tentang pembiayaan dan pembagian hasilnya. Mereka yang memelihara temak orang
lain atau pihak lain dengan sistem menggaduh ini, selanjutnya disebut penggaduh
(petani penggaduh), sedangkan di lain pihak adalah pemilik temak (Muhzi, 1984).
Menurut penelitian Saragih (1997), terdapat tiga Jerus motivasi
petaniJpetemak di Kabupaten Garut menjadi penggaduh temak domba yaitu (I)
untuk meningkatkan pendapatan, (2) karena sudah merupakan program
pemerintahlkarena ada pihak yang menggaduhkan dan (3) untuk memperoleh
pengalaman.
Menurut Sajogyo dalam Siswijono (I 992), pada sensus pertanian 1983
menuI\iukkan bahwa penerapan persyaratan bagi hasil sangat bervariasi. Bahkan
Sinaga dan Kasryno <lalam Siswijono (1992 ) menyatakan bahwa dalam satu
komunitas pun sering dijumpai penerapan persyaratan aturan sistem bagi hasil yang
berbeda. Variasi yang dimaksud mencakup pembagian hasil serta pembagian biaya
sarana produksi.
Besarnya bagian bagi hasil untuk penggaduh juga beragam, misalnya,
besarnya berkisar antara 114, 113, 112, 2/3 dari nilai pertambahan bobot badan selama
pemeliharaan. Dari hasil penelitian Simatupang di Bali dalam Lole (I 995),
ditemukan bahwa bagian untuk penggaduh sebesar 2/3 dari pertambahan bobot badan
11
(body weight gain) pada pola PIR, sedangkan pada pola tradisional bagian sebesar
112 dari pertambahan nilai modal (capital gain).
Dalam bagi usaha temak, Scheltema (1985) menyatakan bahwa peIjanjian -
perjanjian dengan pembagian keuntungan dapat dibagi seperti berikut : perjanjian -
peIjanjian dengan penyerahan temak kepada seseorang selama waktu tertentu untuk
dipelihara dengan maksud untuk kemudian dijual dan dibagi keuntungannya, atau
nilainya diperkirakan pada awal dan akhir perjanjian dan nilai tambah atau nilai
kurangnya dibagi, dan perjanjian - peIjanjian di mana anak - anak temak yang
dilahirkan dijual dan keuntungannya dibagi.
Lebih lanjut menurut Scheltema (1985), kecuali syarat pembagian, dalam
bagi usaha temak yang penting ialah arti ekonomisnya, bagimana pengaturannya,
dan siapa yang menanggung risiko bila teIjadi kematian, pencurian, dan kehilangan
karena hallari, dalam hal ini juga terdapat banyak variasi.
Muhzi (1984), menyatakan bahwa pada pokoknya pemilik temak dibedakan
dalam dua macam yaitu pemerintah dan non pemerintah dengan demikian terdapat
suatu perbedaan yang sangat pokok dalam sistem pembagian hasilnya sehingga
memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pendapatan yang diperoleh petani
penggaduh dalam satu satuan tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian Mulyanudin (1996) di Kabupaten Wonogiri,
petani memperoleh 82,5% dari nilai kenaikan berat badan sapi selama pemeliharaan
setelah mengembalikan penggunaan kredit pakan konsentrat. Sedangkan menurut
penelitian Siswijono (1992), sistem bagi hasil yang digunakan dalam petemakan
sapi perah rakyat di Kabupaten Malang ada dua macam. Sistem maro, yaitu apabila
12
hasil usaha dibagi dua mencakup air susu dan pedet keturunan sapi perah. J adi sistem
mara hanya diterapkan dalam usaha peternakan sapi perah yang tujuan utamanya
menghasilkan susu. Sedangkan sistem maro bathi hanya diterapkan pada usaha
peternakan sapi perah yang tujuan utamanya menggemukan atau membesarkan saja.
Sapi perah yang diusahakan dalam sistem maro bathi ini bisa sapi perah betina atau
jantan. Pada umumnya sapi perah yang diusahakan dengan sistem mara bathi ini
adalah ternak muda (pedet umur lepas sapih). Pada sistem maro bathi ini, bagian
yang diterima oleh pemilik maupun pemelihara ternak, masing-masing sebesar separo
bagian (50%) dari keuntungan yang diperoleh selama ternak diusahakanldipelihara.
Pendapatan dan Keuntungan
Analisis pendapatan berguna untuk mengetahui dan mengukur apakah
kegiatan usaha yang dilakukan berhasil atau tidak. Tujuan dilakukan analisis
pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan dan
keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan. Tingkat pendapatan
usahaternak dipengaruhi oleh keadaan harga faktor produksi dan harga hasil
produksi, selain dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan ternak yang dilakukan
oleh peternak.
Jumlah yang dijual (termasuk yang digunakan untuk keperluan sendiri)
dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang diterima, itulah yang disebut
penerimaan. Bila penerimaan dikurangi dengan biaya produksi hasilnya dinamakan
pendapatan (Rasyaf, 1996).
13
Menurut Tjakrawiralaksana dan Soreiatmadja (1983), penerimaan -
penerimaan usahatani mencakup banyak hal, yaitu tidak saja penerimaan yang
diperoleh langsung dari penjualan produksi, tetapi juga termasuk penerimaan -
penerimaan yang berasal dari hasil menyewakan dan atau penjualan benda - benda
modal yang kelebihan atau tidak terpakai lagi, menyewakan tenaga temak, dan
penambahan nilai inventori. Selain macam - macam penerimaan seperti tersebut tadi,
masih ada penerimaan lain yang seringkali tidak diperhitungkan, yaitu penerimaan
dalam bentuk fasilitas yang diterima petani dan keluarga dari usahataninya sendiri
(fasilitas menempati temp at tinggal, fasilitas menggunakan kendaran, kalau ada, dan
fasilitas menggunakan produksi usahatani untuk konsumsi) dan penerimaan dalam
bentuk hadiah dan subsidi dari pemerintah.
Termasuk ke dalam unsur - unsur pengeluaran usahatani adalah pembelian
sarana produksi, upah buruh tani, sewa temak keIja atau traktor, sewa alat - alat,
bangunan dan lahan, pembelian alat - alat, perbaikan alat - alat, ongkos
pengangkutan, pembayaran angsuran pokok kredit dan bunganya, pembayaran pajak,
dan sumbangan - sumbangan wajib lainnya, dan pengurangan nilai inventori.
Dalam menentukan penampilan usahatani perlu diperhatikan cara menilai
produk pertanian subsisten yang tidak berbentuk uang tunai. Fisk dalam Soekartawi
et al. (1986), menyatakan bahwa produk subsisten umumnya dinilai dengan
menggunakan harga pasar, tetapi cara ini sulit digunakan apabila produk tersebut
tidak dipasarkan di pasar setempat. Dalam kasus yang demikian maka peneliti dapat
menggunakan harga pasar di tempat lain apabila ada. Cara lain ialah dengan
menggunakan harga barang subtitusi yang dapat dinilai berdasarkan kadar gizinya.
14
Untuk memperoleh ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani menurut
Soekartawi et al. (1986) ada beberapa istilah yang harus dipahami.
Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai
produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun yang
tidak dijual. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani ialah nilai produksi (value
of production) atau penerimaan kotor usahatani (gross return).
Pengeluaran total usahatani (total farm expenses) didefinisikan sebagai nilai
semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak
termasuk tenaga keIja keluarga petani.
Selisih antara pendapatan kotor usahatani dan penge1uaran total usahatani
disebut pendapatan bersih usahatani (net farm income).
Dari hasil penelitian Tarigan (1996) di Boyolali, dapat diketahui pendapatan
peternak penggaduh pada pola bagi hasil dan pola upahan seperti yang terlihat pada
Tabel2.
Tabel 2. Pendapatan Peternak Penggaduh Sapi Potong Pada Masing-Masing Pola Sistem Gaduhan Selama Pemeliharaan Rata-Rata 4,5 Bulan.
Urman Pola Bagi Hasil (50%:50%) Pola UEahan Jumlah Rp/peternak Rp/ekor Jumlah Rp/peternak Rp/ekor
(Rj!l (RE) Penerimaan: - Penjualan 58.205.000 1.385.833 843.550
Biaya: - Bakalan 47.220.000 1.124.285 648.347 - Pokan 2.253.00~ 53.642 326.521 840.000 46.666 30.000
Pendapotan Sebelwn Pakan 5.492.500 130.773 79.601 1.880.000 104.444 67.142
Pedopotan 3.239.500 77.130 46.949 1.040.000 57.777 37.142 Pen~~oduh
Catatan : semua input ditanggung oleh petemak penggaduh kecuali sapi bakalan.
IS
Menurut hasil penelitian Mulyanudin (1996), dapat diketahui bahwa rata-rata
pendapatan peternak sapi Banpres di Wonogiri dari 82,5% nilai kenaikan bobot
badan sapi dengan lama pemeliharaan ± 6 bulan adalah Rp 95.139 per peternak/ekor.
Tingkat penerimaan, pengeluaran, dan pendapatan usahaternak sapi potong
dengan rata - rata pemeliharan 0,59 satuan ternak (ST) di Kecamatan Cibalong,
Tasikmalaya, Jawa Barat masing - masing adalah Rp 1.809.512,82, Rp 477.213,99
dan Rp 1.323.298,83 untuk setiap responden per tahun (Rozana, 1998).
Dari hasil penelitian Lole (1995) tentang bagi hasil pada pola gaduhan
penggemukan sapi potong di kawasan Timor Barat dapat diketahui bahwa nilai
keuntungan petaniJpeternak dengan memasukkan biaya tidak tunai terhadap
sumberdaya yang dimiliki peternak (terutama bahan makanan ternak) dari bagi hasil
atas dasar pertambahan bobot badan ternak dan atas dasar pertambahan nilai modal
adalah sudah negatif yaitu berturut - turut adalah Rp - 62.626,69 dan Rp -29.200, 19.
Angka ini akan semakin besar, jika upah tenaga kelja, biaya kandang dan peralatan
diperhitungkan juga.
Untuk mengetahui tingkat keuntungan dari suatu usaha dapat dilakukan
penghitungan RIC ratio yaitu perbandingan total penerimaan dan total pengeluaran.
Dari hasil penelitian Rozana (1998) di Kecamatan Cibalong, Tasikmalaya dapat
diketahui bahwa semua RIC ratio total untuk usahatani, usahaternak sapi potong, dan
diversifikasi keduanya bernilai lebih besar dari 1. RIC ratio total untuk usahatani
2,94, untuk usahaternak 3,79 dan diversifikasi 3,56. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
masing-masing cabang usaha bila dipisah maupun digabung layak dikembangkan.
16
Menurut Fathihaturrahmi (1999), pendapatan total rumah tangga peternak
domba di Kabupaten Garut merupakan pendapatan total yang diterima rumah tangga
peternak, yang berasal dari pendapatan usahaternak domba, usahatani holtikultur, dan
dari usaha lainnya.
Menurut peneiitian Rozana (1998), sumbangan yang diberikan oleh
usahaternak sapi potong terhadap usahatani padi sawah yang diusahakan peternak di
Kecamatan Cibalong, Tasikmalaya, Jawa Barat adalah 379,75%. Hal ini berarti
bahwa pendapatan total usahatani padi sawah meningkat 3,80 kali lipat dengan
adanya usahaternak sapi potong.
Dari hasil peneiitian Fathihaturrahmi (1999), sumbangan pendapatan
usahaternak domba terhadap pendapatan total rumah tangga dan tingkat
keuntungannya di Kabupaten Garut adalah seperti yang dijelaskan pada Tabel 3
Tabei 3. Tingkat Keuntungan dan Sumbangan Usahaternak Domba terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga
Skala Usaha I : ~5 SDD II : 5 - 10 SDD III : 10 - 15 SDD IV : > 15 SDD
Tingkat Keuntungan (%) 2,43 3,87 6,62 2,12
Keterangan: SDD - Setara Domba Dewasa.
Sumbangan (%) 9,63
32,72 64,76 75,43
17
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar,
Kabupaten Daerab Tingkat II Ngawi, Jawa Timur. Untuk Kecamatan Ngawi adalab
di Desa Karangtengab Prandon sedangkan untuk Kecamatan Kedunggalar di Desa
Kedunggalar dan Desa Kawu.
Pemilihan lokasi-Iokasi penelitian tersebut didasarkan pada banyaknya
petemak penggaduh sapi potong milik pemerintab serta adanya beberapa perbedaan
manajemen budidaya sapi kereman di kedua kecamatan tersebut.
Penelitian dimulai dari pertengahan bulan Maret sampai bulan Mei 2000.
Populasi dan Sam pel
Populasi dalam penelitian ini adalab petemak penggaduh sapi potong Jems
Peranakan Ongole (PO) untuk temak kereman milik pemerintab di Kecamatan Ngawi
dan Kecamatan Kedunggalar peri ode pemeliharaan 1999/2000. Populasi penelitian
adalab sebanyak 59 orang, yaitu 20 orang di Kecamatan Ngawi dan 39 orang di
Kecamatan Kedunggalar.
Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan metode pengambilan
contoh secara purposive (sengaja). Sampel yang diambil adalab sebanyak 40 orang,
yaitu 20 orang di Desa Karangtengah Prandon untuk Kecamatan Ngawi dan 20 orang
di Desa Kedunggalar dan Desa Kawu (Kecamatan Kedunggalar).
Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus pada
Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar. Data yang dikumpulkan meliputi:
Data primer yang diperoleh dari pengamatan langsung dan hasil wawancara
dengan para peternak penggaduh sebagai responden dan beberapa tokoh
masyarakat, serta penyebaran kuesioner pada responden.
Data sekunder yang diperoleh dari Dinas Peternakan, Badan Pusat Statistik,
Kantor Kecamatan Ngawi, Kantor Kecamatan Kedunggalar, Balai Penyuluhan
Pertanian, dan instansi - instansi terkait lainnya.
Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
I. Analisis Deskriptif yang meliputi aspek - aspek berikut ini :
Deskripsi pengembangan sapi kereman bantuan pemerintah dengan sistem
gaduhan yang dijalankan di lokasi penelitian.
- Karakteristik peternak penggaduh dan usahanya.
- Manajemen budidaya sapi kereman yang dilakukan lokasi penelitian.
- Analisis pendapatan keluarga peternak penggaduh
Perhitungan bagi hasil sapi gaduhan secara matematis dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Ppt = Kt x (HJS - HPB)
Ppm = HJS- Kt x (HJS - HPB)
19
Keterangan :
Ppt : Nilai penerimaan penggaduh dari penjualan sapi gaduhan (Rp).
Ppm : Nilai penerimaan pemerintah dari penjualan sapi gaduhan (Rp).
Kt Besarnya bagian bagi hasil bagi penggaduh (%).
HPB Harga pokok sapi bakalan (Rp).
HJS : Harga jual sapi setelah dipelihara dalam suatu periode penggemukan
tertentu (Rp)
Untuk mengetahui pendapatan dan pengeluaran petani penggaduh dari
usahatemak gaduhan yang dijalankan baik secara tunai, tidak tunai, maupun
inventaris maka digunakan analisis ukuran pendapatan dan keuntungan sebagai
berikut:
Keterangan
Penerimaan Usahatani
(- ) Biaya Variabel Margin kotor (A)
Biaya Tetap (B) Pendapatan Usahatani (A-B)
( - ) Pembayaran Bunga Penghasilan Bersih Usahatani
( + ) Penghasilan Luar Usahatani Penghasilan Keluarga
Sumber: Soekartawi et al. (I986).
Tunai ( Rp)
Tidak Tunai CRp)
Inventaris CRp)
Total CRp)
20
Sumbangan pendapatan keluarga peternak penggaduh dari usahaternak
gaduhan yang dilakukan terhadap total pendapatan keluarga peternak dihitung dengan
rumus:
X=(Y/Z)xlOO%
Keterangan :
X Sumbangan pendapatan keluarga peternak penggaduh dari usahaternak
gaduhan terhadap total pendapatan keluarga peternak (%).
Y Total pendapatan keluarga peternak penggaduh dari usahaternak gaduhan
yang dijalankan (Rp)
Z Total pendapatan keluarga peternak (Rp).
Untuk mengetahui apakah usahaternak gaduhan yang dijalankan
menguntungkan atau tidak maka dilakukan penghitung Revenue and Cost Ratio (RIC
Ratio) dengan rumus:
Total Penerimaan Usahaternak Gaduhan
RIC Ratio Usahaternak Gaduhan = Total Pengeluaran Usahaternak Gaduhan
Apabila nilai RIC ratio lebih besar dari I (> I), maka usaha tersebut dikatakan
efisien secara ekonomis, dan layak dikembangkan dengan kata lain usaha
tersebut menguntungkan.
Apabila RIC ratio sarna dengan 1 (=1), maka usaba tersebut berada dalarn
kondisi impas.
2. Analisis Perbandingan Rata - rata Pendapatan Ke1uarga Petemak Penggaduh dari Usabtemak Gaduhan Sapi Potong yang Dijalankan di Kecamatan Ngawi dan Kecarnatan Kedunggalar.
Analisis yang dilakukan adalab analisis data statistik dengan perangkat
komputer menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS). Prosedur
yang digunakan adalab Independent - Samples t Test.
Prosedur ini digunakan untuk membandingkan rata - rata dari dua grup yang
tidak berhubungan satu dengan lainnya, apakab mempunyai rata - rata yang sarna
ataukab tidak secara signifikan.
Hipotesis yang digunakan adalab :
He /-IA = /-IB
Keterangan :
flA : Rata - rata pendapatan keluarga peternak penggaduh dari usabatemak
gaduhan di Kecarnatan Ngawi.
/-IB : Rata - rata pendapatan keluarga peternak penggaduh dari usabatemak
gaduhan di Kecarnatan Kedunggalar.
Dasar pengarnbilan keputusan (asumsi varians sarna) :
a. Berdasar perbandingan t - hitung dengan t -tabel.
- Jika statistik hitung (angka t output) > statistik tabel (tabel t) maka Ho ditolak.
- Jika statistik hitung (angka t output) < statistik tabel (tabel t) maka Ho diterima.
22
b. Berdasar nilai probabilitas.
- Jika probabilitas > 0,05 maka Ho diterima.
- Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak.
Batasan Istilah
Untuk menyarnakan persepsi terhadap setiap variabel yang diteliti pada
penelitian ini, maka dibuatlah beberapa definisi sebagai berikut :
Keluarga adalah suatu rumah tangga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, atau
orang lain, yang tinggal bersarna di bawah satu atap dan hidup tergantung pada
sumber pendapatan yang sarna.
Penggaduhan ternak adalah keadaan dimana seseorang dapat memelihara
ternak (sapi) yang diperoleh dari orang lain atau pihak lain dengan disertai suatu
persetujuan atau kesepakatan tentang pembagian keuntungan serta mekanisme
pelaksanaannya.
Usahaternak gaduhan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pemeIiharaan ternak gaduhan sapi potong (rnilik pemerintah) mulai dari tata laksana
pemeliharan sarnpai dengan penjualan sapi.
Usahaternak non gaduhan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pemeliharaan ternak (ruminansia) di luar usahaternak gaduhan sapi potong rnilik
pemerintah mulai dari tata laksana pemeliharaan sampai penjualan ternak tersebut.
Usahatani tanaman padi adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
bertani tanaman padi dimulai dari pengolahan lahan sampai pasca panen.
23
Usaha non pertanian adalah mata pencaharian atau kegiatan lain yang
dilakukan keluarga peternak dan anggota keluarganya untuk menghasilkan uang di
luar usahaternak dan usahatani tanaman. Usaha ini bisa usaha di bidang industri
(misal pengrajin tempe) dan di luar bidang industri (penjaga toko, pedagang, dan
lain - lain).
Peternak penggaduh adalah orang yang memelihara ternak sapi potong milik
orang I pihak lain (dalam hal ini pemerintah) dengan disertai suatu aturan tertentu
tentang pembiayaan dan pembagian hasilnya.
Pemilik ternaklpihak yang menggadnhkan ternak (dalam hal ini
pemerintah) adalah orangipihak yang memberikan ternak sapi potong kepada orang
lain/pihak penggaduh untuk memelihara ternak tersebut dengan ketentuan - ketentuan
yang telah disepakati sebelumnya.
Penerimaan/pendapatan kotor adalah nilai total produk dalam suatu periode
produksi tertentu baik yang dijual (tunai), yang tidak dijual (dikonsumsi sendiri),
maupun dalam bentuk perubahan nilai (inventaris).
Total hiaya/pengeluaran adalah semua masukan yang dikeluarkan dalam
proses produksi, tidak termasuk pembayaran bunga modal pinjaman maupun modal
sendiri dan tenaga kerja keluarga maupun tenaga temak milik sendiri, meliputi biaya
tunai, tidak tunai, dan inventaris.
Biaya/pengeluaran tunai adalah semua biaya yang harns dibayarkan secara
tunai (dalam bentuk uang).
24
Biaya/pengeluaran tidak tunai adalah semua input yang dipergunakan yang
dinilai sebagai biaya ditentukan berdasarkan harga beli di daerah tersebut atau input
yang tidak dibeli tetapi diperhitungkan rupiahnya.
Inventaris adalah ukuran yang mencakup nilai transaksi barang dan
perubahan nilai kekayaan dalam jangka waktu tertentu tetapi tidak termasuk dalam
nilai tidak tunai. Nilai ini tidak habis dalam sekali pakai, penyusutan nilai termasuk
dalam biaya inventaris.
Penyusutan adalah penurunan nilai faktor - faktor produksi akibat
penggunaannya dalam proses produksi. Perhitungan ini dilakukan pada faktor -
faktor produksi tetap pada suatu usaha. Penyusutan dihitung dengan met ode garis
lurus dengan rumus sebagai berikut :
Penyusutan = Nilai Baru - Nilai Sisa Masa Pemakaian
Semua nilai sisa diasumsikan sama dengan DOl.
Pendapatan/penerimaan bersih adalah selisih antara total penenmaan
dengan total pengeluaran usaha dengan merupakan ukuran imbalan yang diperoleh
keluarga pengelola usaha.
Total pendapatan keluarga adalah jumlah seluruh pendapatan yang
diperoleh oleh anggota keluarga peternak (suami, istri, anak, ataupun anggota
keluarga lain yang tinggal dalam satu rumah yang ikut mencari nafkah untuk
menghidupi keluarga peternak) dari berbagi usaha I mata pencaharian yang dilakukan
(usahatemak gaduhan, usahaternak non gaduhan, usahatani tanaman padi, ataupun
usaha non pertanian).
25
RASIL DAN PEMBARASAN
Kondisi Umum Wilayah
Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar secara administratif terrnasuk
dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi, Propinsi Jawa Timur.
Kecamatan Ngawi terletak 0 km dari Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II
Ngawi. Secara geografis Kecamatan Ngawi berbatasan dengan Kecamatan Pitu di
sebelah Utara, Kecamatan Padas di sebelah Timur, Kecamatan Geneng di Selatan,
dan Kecamatan Paron di sebelah Barat. Luas wilayah Kecamatan Ngawi adalah
7.055,500 ha, terdiri dari 12 desa, 4 kelurahan, dan 82 dusun. Wilayah ini berada
pada ketinggian sekitar 50 m dpl, bersuhu 28 - 34 0 C, dengan curah hujan rata - rata
dalam 5 tahun terakhir 2.193 mmltahun dengan 120 hari hujan.
Jumlah penduduk pada tahun 1999 tercatat sebanyak 74.447 jiwa terdiri dari
penduduk laki-Iaki sebanyak 36.087 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 38.360
Jlwa.
Kecamatan Kedunggalar terletak 17 km dari Ibukota Kabupaten Daerah
Tingkat II Ngawi. Kecamatan ini berbatasan dengan Kecamatan Pitu di sebelah
Utara, Kecamatan Paron di sebelah Timur, Kecamatan Jogorogo di sebelah Selatan,
dan Kecamatan Widodaren di sebelah Barat.
Kecamatan Kedunggalar berada pada ketinggian kurang lebih 75 m dpl,
bersuhu 28 - 35 0 C, dengan curah hujan rata- rata dalam 5 tahun terakhir 1.369,2
mm/tahun, dengan 84 hari hujan. Wilayah kecamatan ini adalah seluas 12.965,481
ha, dengan jumlah penduduk pada tahun 1998 adalah 68.434 jiwa yang terdiri dari
33.3 3 3 jiwa penduduk laki - laki dan 35. 10 1 jiwa penduduk perempuan yang tersebar
di 12 desa dan 68 dusun.
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan
Kedunggalar beragam. Gambaran Komposisi penduduk berdasarkan mata
pencaharian di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar pada sektor pertanian
dan non pertanian dapat dilihat pada Tabel 4.
No.
I
2
Tabel 4. Komposisi Penduduk Kecamatan Ngawi dan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi Jenis Mata Pencaharian.
Kecamatan Berdasarkan
Keeamatan Ngawi Keeamatan Kedunggalar lenis Mata Peneaharian lumlahKK Persentase lumlahKK Persentase
(Jiwa) ("10) (Jiwa) (%) Pertantan Petani Pemilik Tanah 7.078 18,15 16.515 38,83 Petani Penyewa 2.130 5,46 257 0,60 Petani Penyakap 1.765 4,53 1.300 3,06 Buruh Tani 7.430 19,05 1.553 3,65 Peternak 6.895 17,68 18.914 44,47 Total Pertanian 25.298 64,87 38.359 90,61 Non Pertanian Pengusaha Sedang/ Besar 209 0,54 35 0,08 Pengrajin! Industri Keeil 336 0,86 55 0,13 Bnruh Non Pertanian 3.278 8,40 2.220 5,21 Pedagang 2.170 6,94 239 0,56 Pengangkutan 89 0,23 726 1,71 Pegawai Negeri Sipil 4.589 11,77 607 1,43 ABRl 1.580 4,05 50 0,12 Pensiunan 912 2,34 65 0,15 Total Non Pertantan 13.703 35,13 3.997 9,39
Sumber: Monografi Kecamatan Ngawi, 1999 Monografi Kecamatan KedunggaIar, 1998
Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Ngawi
dan Kecamatan Kedunggalar bekerja pada sektor pertanian terutama bertani dan
betemak. Penduduk Kecamatan Ngawi yang bekerja di sektor pertanian adalah
27
64,87% dan yang berusaba di luar sektor pertanian sebanyak 35,13%, sedangkan
penduduk di Kecarnatan Kedunggalar yang berusaba di sektor pertanian yaitu
90,61% dan yang berusaba di luar sektor pertanian adalab 9,39%. Keadaan ini
menunjukkan babwa sektor pertanian masih memegang peranan penting dan menjadi
tulang punggung perekonomian di kedua wilayab tersebut, sehingga hal ini
memungkinkan untuk dilakukan usaba pengembangan sektor pertanian lebih lanjut.
Deskripsi Pertanian Wilayab
Penggunaan laban di Kecarnatan Ngawi dan Kecarnatan Kedunggalar adalab
sebagai laban sawab dan laban kering. Lahan sawab pada kedua kecamatan itu
berupa sawab irigasi teknis, sawab irigasi setengab teknis, sawab sederhana, dan
sawah tadab hujan. Sedangkan jenis lahan kering adalab sebagai pekarangan, hutan ,
dan keperluan lain -lain (tegalan, perkebunan, fasilitas umum, lapangan olahraga,
temp at rekreasi, jalur hijau, kuburan, dan lain -lain).
Penggunaan laban untuk laban sawab dan laban kering di kecarnatan Ngawi
harnpir berimbang, yaitu 49,94% untuk laban sawah dan 50,06% untuk lahan kering.
Peruntukkan laban untuk laban sawah dari yang paling besar adalah berupa sawab
tadab hujan 15,01% , kemudian diikuti oleh sawah sederhana 14,81%, sawab irigasi
teknis 10, 42% , dan sawab irigasi setengab teknis 9,70%. Peruntukkan lahan kering
dari yang paling besar adalab untuk pekarangan 37,86%, hutan 6,95%, dan
peruntukkan laban untuk keperluan lain- lain 5,25 %.
Penggunaan lahan di Kecarnatan Kedunggalar lebih banyak berupa laban
kering daripada laban sawab yaitu 60,69 %, sedangkan luas peruntukkan laban sawah
28
adalah 39,06%. Peruntukkan lahan untuk lahan sawah yang paling besar digunakan
untuk sawah irigasi teknis yaitu 33,37"10, kemudian diikuti oleh sawah irigasi
setengah teknis yaitu 3,17%, sawah sederhana 1,27%, dan sawah tadah hujan 1,25%,
sedangkan peruntukkan lahan untuk lahan kering yang terbesar adalah berupa hutan
yaitu 39,12%, pekarangan 10,57%, dan peruntukkan lahan untuk lain-lain 2,57%.
Luas baku lahan beserta penggunaannya di Kecamatan Ngawi dan
Kecamatan Kedunggalar disajikan pada Tabel 5.
No
Tabel5. Luas Peruntukkan Lahan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi Tahun 2000
Kecamatan Ngawi Kecamatan Kedunggalar Jenis Lahan Luas Areal Persentase Luas Areal Persentase
(ha) (%) (ha) (%) 1. Lahan Sawah :
lrigasi Teknis 734,990 684,970
1044,880 1058,870
10,42 9,71
14,81 15,00
4.326,799 411,130 165,000 162,361
33,37 3,17 1,27 1,25
lrigasi Setengah Teknis Sederhana TadahRujan Total
2. Lahan Kering : 3.523,710 49,94 5.065,290 39,06
Pekarangan 2.671,230 37,86 1.369,107 10,57 Rutan 490,300 6,95 5.072,000 39,12 Lain -lain 370.26 5,25 333,238 2,57 Total 3.531,790 50,06 7.900,191 60,94
Sumber: Programa Penyuluban Pertanian, BPP Mardiasri Kecamatan Ngawi, 2000. Programa Penyuluhan Pertanian, BPP Kecamatan Kedunggalar,2000.
Lahan sawah di kecamatan Ngawi yang digunakan untuk menanam padi,
berproduksi (dipanen) I sampai 3 kali per tahun. Luas lahan sawah yang mampu
memproduksi padi hanya I kali setahun adalah 815 ha, sedangkan yang mampu
berproduksi 2 kali setahun adalah 2.800 ha (Badan Pusat Statistik dan Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II Ngawi, 1998). Namun tidak ada
29
keterangan lebih lanjut mengenai luas laban yang mampu memproduksi padi lebih
dari 2 kali setabun.
Laban sawab yang digunakan untuk usabatani tanaman padi di Kecamatan
Kedunggalar rata - rata mampu berproduksi (dipanen) 2 kali dalam setabun, namun
terdapat juga lahan sawab yang mampu memproduksi padi 3 kali dalam setabun.
Luas laban sawab yang ditanami padi yang mampu berproduksi 2 kali setabun adalab
5.065 ha (Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Tingkat II Ngawi, 1998). Tetapi seperti hainya pada Kecamatan Ngawi, belum ada
data dan penjelasan lebih lanjut tentang luas sawab yang ditanami padi yang mampu
berproduksi lebih dari 2 kali setabun di wilayab ini.
Jenis tanaman yang banyak diusabakan di kedua wilayab penelitian adalab
tanaman pangan seperti padi serta paIawija seperti ubi kayu, jagung, kacang hijau,
kacang tanah, dan kedelai.
Yang menjadi masalab utama dalam usabatani tanaman padi dan paIawija di
Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar adalah masih sedikitnya jumlab
petani yang mau melaksanakan intensifikasi secara kelompok (mereka cenderung
masih melaksanakannya secara individu), sebagian besar petani belum bisa
mengukur kebutuhan unsur hara bagi tanamannya sehingga belum bisa melaksanakan
pemupukan tanaman secara benar, serta kurang memperhatikan penggunaan pupuk
organik. Selain itu sebagian besar petani belum memanfaatkan dan mengusabakan
galengan untuk meningkatkan penghasilan.
Berbagai jenis tanaman yang diusahakan beserta luas tanam, luas panen, dan
produksinya pada kedua kecamatan dijelaskan pada Tabel 6.
30
No.
I. 2. 3. 4. 5. 6.
Tabel 6. Luas dan Produksi Tanaman di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.
Kecamatan Ngawi Kecamatan Kedunggalar Jenis Tanaman Luas Luas Produksi Luas Luas Produksi
Tanam Panen (kw) Tanam Panen (kw) (ha) (ha) (hal (ha)
Padi 6.222 6.183 349.510 10.230 9.968 590.690 Jaguug 732 972 34.630 657 710 29.950 Ubi Kayu 371 372 77.510 735 708 143.650 Kacang Tauah 20 25 250 25 20 210 Kacang Hijau 0 0 0 50 48 370 Kede1ai 1.359 1.152 18.740 1.655 1.553 21.500
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II Ngawi,1998.
Jenis ternak yang dipelihara di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan
Kedunggalar adalah sapi potong, kerbau, kuda, babi, kambing, domba, ayam buras,
ayam ras petelur, ayam ras pedaging, dan itik.
Populasi sapi potong, ayam buras, dan ayam ras petelur di Kecamatan Ngawi
lebih banyak daripada di Kecamatan Kedunggalar. Sedangkan populasi kerbau, kuda,
kambing, dan domba di Kecamatan Kedunggalar lebih banyak daripada Kecamatan
Ngawi. Untuk ternak babi dan ayam ras pedaging data menunjukkan hanya ada di
Kecamatan Ngawi.
Pertanian di suatu daerah biasanya saling menunjang dengan sektor
peternakan. Hasil sampingan dari tanaman yang berupa limbah pertanian dapat
dijadikan pakan ternak dan kotoran ternak dapat digunakan sebagai pupuk kandang.
Namun kenyataannya, limbah pertanian di kedua kecamatan (wilayah penelitian)
belum dimanfaatkan peternak untuk pakan ternak secara maksimal dan masih sedikit
petani yang mau memanfaatkan pupuk kandang untuk tanamannya. Selain itu ada
beberapa hal yang menjadi permasalahan pada sub sektor peternakan di Kecamatan
31
Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar yaitu, petani (petemak) belum mau
memanfatkan lahan marginal untuk penanaman HMT, sebagian besar petemak belum
paham tentang komposisi pemberian HMT dan pakan penguat yang baik bagi
temaknya, belum me1aksanakan vaksinasi ND untuk temak ayamnya secara rutin,
dan belum mau mengawinkan sapinya dengan cara inseminasi buatan (ill).
Gambaran mengenai populasi temak di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan
Kedunggalar disajikan pada Tabel 7.
Tabel7. Populasi Temak di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi
No. Jenis Temak Jumlah (Ekor) Kecamatan Ngawi Kecamatan Kedunggalar
I. Sapi Potong 5.342 4.314 2. Kerban 505 2.025 3. b~ 5 M 4. Kambing 4.044 6.420 5. Domba 880 3.484 6. Babi 104 0 7. Ayam Buras 100.014 81.566 8. Ayam Ras Petelur 2.500 900 9. Ayam Ras Pedaging 4.500 0 10. Itik 7.224 2.095
Sumber : Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II Ngawi, 1998.
Salah satu tujuan meme1ihara temak adalah untuk diambil hasilnya untuk
memenuhi kebutuhan protein hewani baik untuk ke1uarga petemak sendiri ataupun
masyarakat luas. Jumlah produksi semua komoditi hasil temak baik untuk komoditi
daging maupun telur di Kecamatan Ngawi lebih tinggi daripada Kecamatan
Kedunggalar.
Deskripsi mengenai produksi ternak di Kecamatan Ngawi dan kecamatan
kedunggalar dijelaskan pada Tabe1 8.
32
No.
1.
2.
3.
Tabel8. Produksi Ternak di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.
Kecamatan Ngawi Kecamatan Kedunggalar lenis Komoditi lumlah Persentase lum1ah Persentase
(kg) (%) (kg) (%) Daging Ruminansia Sapi 307.521,00 88,54 21.737,00 82,65 Kambing 33.225,00 9,57 3.562,50 13,55 Domba 6.562,50 1,89 1000,00 3,80 Total 347.308,50 100,00 262.995,00 100,00 Daging Unggas AyamBuras 109.042,47 90,15 88.825,37 97,16 AyamRas 2.970,00 2,46 0 0 ltik 8.939,70 7,39 2.592,55 2,84 Total 120.952,17 100,00 91.417,92 100,00 Te1ur AyamBuras 104.505,88 57,74 96.757,72 81,39 AyamRas 22.680,00 12,53 12.312,00 10,36 ltik 53.808,32 29,73 9.804,60 8,25 Total 180.994,20 100,00 118.874,32 100,00
Sumber : Badan Pusat Statistik Ngawi dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II Ngawi, 1998.
Karakteristik Responden
Seluruh responden pada penelitian ini adalah peternak penggaduh sapi potong
milik pemerintah, yang juga mempunyai mata pencaharian lain di luar usahaternak
gaduhan sapi potong yang dijalankan tersebut. Para peternak di Kecamatan Ngawi
dan Kecamatan Kedunggalar menyatakan bahwa usahaternak gaduhan sapi kereman
milik pemerintah yang mereka jalankan adalah usaha sampingan.
Motivasi mereka sebagai penggaduh diantaranya adalah untuk menambah
penghasilan, mengisi waktu luang, menambah pengalaman, tertarik melihat
keuntungan teman yang sudah menjadi penggaduh sebelumnya, dan karena menerima
tawaran dari ketua kelompok peternak.
33
Gambaran mengenai beberapa karakteristik terpenting dari responden
disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Karakteristik Peternak Penggaduh Sapi Potong Pemerintah di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi
Kecarnatan Ngawi Kecamatan Kedungga1ar
No Karakteristik Petemak Jnm1ah Persentase Jnm1ah Persentase Petemak (%) Petemak (%) (orang) (orang)
1. Urnur (tabun) 20-30 3 15 2 10 31-40 7 35 8 40 41-50 7 35 6 30 51-60 I 5 4 20 > 60 2 10 0 0
2. Pendidikan Tidak Sekolah 6 30 3 15 Tidak Tarnat SD 3 15 7 35 Tarnat SO I sederajat 10 50 8 40 Tarnat SMPI Sederajat I 5 I 5 Tarnat SMA I Sederajat 0 0 I 5
3. Pengalaman Betemak (tabun) 1-10 2 10 3 15 11-20 2 10 4 20 21-30 6 30 5 25 >30 10 50 8 40
4. Mata Pencaharian Utarna Petani 5 25 13 65 Pengrajin I industri kecil 11 55 2 10 Pegawai Negeri 1 5 1 5 Lain-lain 3 15 4 20
5. Jmnlah Anggota Keluarga (orang) 1-5 15 75 17 85 6-10 5 25 3 15 >10 0 0 0 0
6. Penguasaan Lahan ,,; 0,25 ha 12 60 16 80 0,26 - 0,50 6 30 4 20 >0,50 2 10 0 0
Mayoritas responden di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar
(70%) berumur 31 - 50 tahun. Kisaran usia tersebut merupakan usia produktif dan
ini menunjukkan bahwa penduduk berusia muda tidak banyak teriibat dalam
34
usahatemak. Mereka umumnya memilih bekerja di sektor imdustri, jasa, atau di
sektor lain di luar sektor pertanian yang dianggap mereka tidak kotor dan tidak terlalu
memerlukan kerja otot.
Pendidikan formal senng digunakan ukuran untuk mengetahui tingkat
kemampuan petani/petemak untuk menangkap dan mengadopsi berbagai informasi
dan inovasi baru. Mayoritas petemak penggaduh di kedua Kecamatan adalah tamatan
Sekolah dasar (SD)/sederajat (50% di Kecamatan Ngawi dan 40% di Kecamatan
Kedunggalar).
Pengalaman betemak para responden kebanyakan lebih dari 30 tahun (50% di
Kecamatan Ngawi dan 40% di Kecamatan Kedunggalar). Semakin banyak
pengalaman betemak tentunya akan membantu para petemak dalam mengambil
keputusan yang berhubungan dengan proses produksi. Mayoritas para responden di
kedua kecamatan sudah berpengalaman memelihara sapi sejak usia sekolah.
Kondisi wilayah Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar yang berbeda
sangat berpengaruh pada jenis mata pencaharian yang dilakukan oleh penduduknya.
Mata pencaharian utama responden pada lokasi - lokasi penelitian adalah
pengrajinlindustri kecil untuk Kecamatan Ngawi (55 %) dan petani untuk
Kecamatan Kedunggalar (65 %).
Kecamatan Ngawi merupakan kecamatan yang masuk wilayah perkotaan,
sehingga desa - desa di kecamatan ini sebagian merupakan desa perkotaan dan
sudah relatif maju dibanding desa - desa di kecamatan lain. Untuk pengembangan
sapi kereman milik pemerintah dengan sistem gaduhan pada kecamatan ini
35
dipusatkan di Desa Karangtengah Prandon yang merupakan sentra industri tempe
kedelai yang cukup terkenal di Kabupaten Ngawi.
Jenis makanan khas Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi yang cukup populer
adalah makanan yang berupa produk-produk tempe kede1ai. Produk - produk tempe
ini dapat berupa tempe mentah batangan (bungkus plastik, daun pisang, atau daun
jati) dengan berbagai ukuran, tempe keripik, dan ada sebagian pengusaha/pengrajin
tempe yang mengolah tempe menjadi kering tempe (tempe dipotong kecil - kecil
kemudian digoreng dan diberi bumbu seperti balado).
Menurut data dari Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Tingkat II Ngawi (1998), di Kabupaten Daerah Tingkat II
Ngawi terdapat 1.140 unit industri tempe, dengan jumlah tenaga kerja 3.220 jiwa,
serta jumlah produksi 6.156.000 kg, sedangkan untuk industri keripik tempe terdapat
50 unit, dengan jumlah tenaga kerja 152 jiwa, serta jumlah produksi 270.000 kg.
Menurut Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Kabupaten Daerah Tingkat II
Ngawi (1998a), terdapat 415 unit industri tempe di Desa Karangtengah Prandon.
Mayoritas responden yang menjadi pengrajin tempe di Desa Karangtengah
Prandon (Kecamatan Ngawi) memproduksi tempe dalam bentuk batangan dalam
berbagai ukuran dan hanya sebagian yang memproduksi keripik tempe.
Tempe hasil produksi daerah ini termasuk yang bermutu baik di Jawa Timur.
Para peternak di Kecamatan ini umumnya memanfaatkan limbah kedelai hasil proses
produksi tempe yang berupa kulit ari kede1ai dan air rebusan kedelai untuk pakan
ternaknya.
36
Pengembangan temak kereman milik pemerintah pada Kecarnatan Kedunggalar
dipusatkan di dua desa yaitu di Desa Kedunggalar dan Desa Kawu. Karena kondisi
tanahnya yang relatif subur dan masih merupakan desa pedesaan maka para
responden di wilayah ini masih banyak yang bermatapencaharian utarna sebagai
petani.
Sumber tenaga keIja utarna dalarn usahatani adalah tenaga keIja keluarga
terutarna suarni dan istri. Besamya anggota keluarga petani juga berkaitan dengan
tingkat pendapatan dan konsumsi keluarga petani. Jumlah anggota keluarga petani
yang besar dengan tingkat pendapatan petani yang rendah, akan berakibat rendahnya
tingkat konsumsi. Dan ini berpengaruh pada produktivitas kerja dan kecerdasan
anak, menurunnya kemarnpuan berinvestasi, dan upaya pemupukan modal. Jumlah
anggota keluarga responden di kedua kecarnatan mayoritas adalah 1- 5 orang
(75% di Kecarnatan Ngawi dan 85% di Kecarnatan Kedunggalar).
Lahan merupakan salah satu modal utama dalarn menjalankan kegiatan
usahatani. Tanah sebagai harta produktif adalah bagian organis rumah tangga tani.
Luas lahan usahatani menentukan pendapatan, taraf hidup, dan derajat kesejahteraan
rumah tangga tani (Hemanto, 1995). Di Kecarnatan Ngawi dan Kecarnatan
Kedunggalar luas penguasaan lahan oleh responden sebagian besar adalah kurang
dari sarna dengan 0,25 ha (60% di Kecamatan Ngawi dan 80% di Kecamatan
Kedunggalar)
37
Karakteristik Usaha
Menurut Hemanto (1995), petani dan keluarganya membutuhkan sejumlab
biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Biaya hidup itu diperoleh dari berbagai
sumber, antara lain:
Dari sumber usabatani sendiri.
Dari sumber usaba lain di bidang pertanian seperti halnya upab tenaga kerja
pada usabatani lain.
Pendapatan dari luar usabatani.
Alokasi pendapatan itu digunakan untuk :
Kegiatan produktif antara lain untuk membiayai kegiatan usabataninya.
Kegiatan konsumtif antara lain untuk pangan, papan, kesehatan, pendidikan,
rekreasi dan paj ak - paj ak.
Pemeliharaan investasi.
Investasi tabungan.
Dalam Tabel 9 telab dijelaskan tentang gambaran mata pencabarian utama
petemak. Hal tersebut masih ditinjau dari sudut si petemak (suami) sebagai kepala
keluarga. Namun pada kenyataannya, dalam keseharian kemungkinan ada anggota
keluarga petemak yang lain yang juga mencari nafkab untuk mencukupi kebutuhan
keluarga petemak. Maka berikut ini akan dijelaskan mengenai deskripsi karakteristik
berbagai usaha yang dilakukan oleh keluarga petemak (suami, istri, anak, dan
anggota keluarga lain yang tinggal dalam satu atap yang juga turut andil dalam
38
mencari nafkah untuk kebutuhan keluarga petemak), sebab hal ini akan berhubungan
dengan penghitungan pendapatan total keluarga (rumah tangga ) responden.
Jenis usaha yang dilakukan oleh keluarga responden meliputi usahatemak
gaduhan (sapi potong pemerintah), usahatemak non gaduhan (usahatemak di luar
usahatemak gaduhan sapi potong milik pemerintah), usahatani tanaman padi, dan
usaha non pertanian. Kombinasi usaha yang dilakukan oleh keluarga responden
(baik yang merupakan mata pencaharian utama ataupun sambilan) seperti yang
dijelaskan pada TabellO.
TabellO. Kombinasi Cabang Usaha yang Dilakukan oleh Keluarga Petemak di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.
Kombinasi Cabang Kecamatan Ngawi Kecamatan Kedunggalar
Usaba yang Dilakukan Jumlab Peternak Persentase Jumlah Peternak Persentase oleh Keluarga Peternak (orang) (%) (orang) (%)
A+B+C I 5 2 10 A+B+C+D 5 25 0 0 A+B+D 3 15 2 10 A+C 2 10 7 35 A+C+D 3 15 7 35 A+D 6 30 2 10
Keterangan : A : Usabaternak gaduhan B : Usabaternak Non gaduhan C : Vsabatani tanaman padi 0 : Vsaha Non pertanian
Usahatani Tanaman Padi
Jenis tanaman utama yang banyak diusahakan di Kecamatan Ngawi dan
Kecamatan Kedunggalar adalah tanaman padi. Ada juga sebagian petani (responden)
yang mengkombinasikan tanaman padi dengan tanaman lain, misalkan palawija
seperti jagung, kacang tanah, dan kedelai. Namun karena keterbatasan data dan
39
tanaman - tanaman palawija tersebut dianggap bukan tanaman utama pada usahatani
respond en, maka yang akan dibahas dan dianalisis adalah usahatani tanaman padi
saja. Dengan melihat data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa responden yang
bermata pencaharian utama sebagai petani adalah 25% untuk Kecamatan Ngawi dan
65% untuk Kecamatan Kedunggalar. Sedangkan menurut Tabel 10 dapat diketahui
bahwa jumlah responden yang anggota keluarganya berusaha di usahatani tanaman
padi baik sebagai mata pencaharian utama atau sambilan di Kecamatan Ngawi
adalah 55% dan di Kecamatan Kedunggalar adalah 64%.
Dalam usahatani tanaman padi ini status anggota keluarga responden sebagai
petani dibedakan menjadi petani pemilik tanah, petani penyewa tanah, petani
penyakap/ bagi hasil, dan buruh tani. Mayoritas anggota keluarga responden yang
bekerja sebagai petani adalah berstatus sebagai pemilik tanah (54,54%) di
Kecamatan Ngawi dan sebagai buruh tani (81,25%) di Kecamatan Kedunggalar.
Pengklasifikasian status anggota keluarga responden sebagai petani dijelaskan pada
Tabel 11.
Tabel 11. Status Anggota Keluarga Peternak yang Bekerja sebagai Petani di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.
No
1. 2. 3.
Status Anggota Ke1uarga Pelernak
Sebagai Petani
Petani Pemilik Tanah Petani Penyewa Petani Penyakap /
Kecamatan Ngawi JumJah Petani (orang)
6 1
Persentase (%)
54,54 9,09
Kecamatan KedunggaJar JUmlah Petani (orang)
5 1
Persentase (%)
31,25 6,25
Bagi Hasil 1 9,09 1 6,25 4. Buruh Tani 4 36,36 13 81,25
Kelerangan : Jumlah responden adalah 11 orang eli Kecarnatan Ngawi dan 16 orang di Kecamatan Kedunggalar.
40
Laban garapan yang dikelola oleh anggota keluarga responden sebagai petani
(non buruh tani) berdasarkan statusnya dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu lahan
milik sendiri, lahan sewa, dan lahan sakap. Menurut Hemanto (1995),tanah sewa
adalah tanah yang disewa seorang petani dari pihak lain. Karenanya, petani itu
mempunyai kewenangan seperti tanah milik, di luar batas jangka waktu sewa yang
disepakati dan tidak mempunyai kewenangan untuk menjual dan menjaminkan tanah
itu sebagai anggunan. Dalam hal perencananaan usaha, petani penyewa hams
mempertimbangkan jangka waktu sewa, demikian pula dalam penentuan cabang
usahanya. Tanah sakap adalah tanah orang lain yang atas persetujuan pemiliknya,
digarap oleh pihak lain. Dengan demikian penyakap tidak dapat menjualnya. Dalam
setiap kegiatan pengelolaan usahatani, seperti penentuan cabang usaha dan pilihan
teknologi hams dikonsultasikan dengan pemiliknya.
Luas rata - rata lahan garapan milik responden berdasarkan masing -
masing kategori untuk Kecamatan Ngawi adalah 0,58 ha adalah milik sendiri,
0,38 ha lahan sewaan, 0,30 ha lahan bagi hasil, dan rata - rata luas lahan garapan
secara keseluruhan adalah 0,42 ha. Luas rata - rata lahan garapan yang dikelola
keluarga responden di Kecamatan Kedunggalar berdasarkan masing - masing
kategori adalah 0,26 ha lahan milik sendiri, 0,19 ha lahan sewaan, dan 0,37 ha lahan
bagi hasil. Sedangkan rata - rata luas lahan secara keseluruhan adalah 0,27 ha.
Lahan sawah di lokasi penelitian mempunyai kemampuan yang berbeda
untuk ditanami padi (dipanen). Untuk lokasi penelitian di Kecamatan Ngawi hanya
bisa ditanami padi (dipanen) satu kali dalam setahun, sedangkan untuk lokasi
penelitian di Kecamatan Kedunggalar bisa dua sampai tiga kali ditanami padi
41
(dipanen). Hal ini karena ada kaitannya dengan tingkat kesuburan tanab yang
berbeda pula. Deskripsi tentang luas tanab di lokasi - lokasi penelitian berdasarkan
tingkat kesuburannya dijelaskan pada Tabel 12.
Tabel 12. Luas Laban di Lokasi - Lokasi Penelitian di Kecarnatan Ngawi dan Kecarnatan Kedunggalar Berdasarkan Tingkat Kesuburannya.
Tingkat Kesnbnran Tanah Kecamatan Ngawi
Lokasi : Oesa Karangtengah
Prandon Sangat Subnr 0 Subur 4,121 Sedang 236,708 Tidak Subnr / Kritis 30,311 Jumlah 271,140
Sumber : ProfiJ Desa Karangtengah Prandon, (1998)
Luas (ha) Kecamatan Kedunggalar
Lokasi : Oesa Kedunggalar
17,213 142,906 314,000 40,000
514,119
Lokasi : Oesa Kawu
o 184,520 44,370 0,570
229,460
ProfiJ Desa Kedunggalar (1998) dan ProfiJ Oesa Kawu (1999)
Tingkat kesuburan tanab yang berbeda di lokasi - lokasi penelitian juga
mempengaruhi jumlab produksi panen. Dalam masa analisis penelitian ini (10 bulan
untuk Kecarnatan Ngawi dan 4 bulan untuk Kecarnatan Kedunggalar) hanya terjadi
satu kali panen yang diperhitungkan. Rata - rata produksi dari usabatani padi
keluarga peternak di Kecarnatan Ngawi adalab 2,08 ton dan di Kecarnatan
Kedunggalar 1,32 ton.
Usahaternak Non Gaduhan
Usahaternak non gaduhan, dalam hal ini adalab usabaternak di luar
usahaternak gaduhan sapi potong milik pemerintab. Pada saat periode analisis tidak
ada responden yang sedang menggaduh ternak dari pihak lain (non pemerintab)
42
sehingga usahaternak non gaduhan dalarn hal 1m diartikan usahaternak milik
responden sendiri.
Dari TabellO dapat diketahui bahwa 45% reponden di Kecarnatan Ngawi dan
30% responden di Kecarnatan Kedunggalar rnemiliki ternak sendiri di sarnping ternak
yang digaduh dari pernerintah. Jenis ternak utarna yang diusahakan adalah
ruminansia besar dan kecil, seperti sapi, kerbau, dornba, dan karnbing. Rata - rata
kepemilikan ternak responden adalah 1,30 Satuan Ternak (ST) untuk Kecarnatan
Ngawi dan 0,82 ST untuk Kecarnatan Kedunggalar. Penjelasan rnengenai
kepemilikan ternak oleh responden disajikan pada Tabe1 13.
Tabel13. Kepemilikan Ternak oleh Peternak Penggaduh di Kecarnatan Ngawi dan Kecarnatan Kedunggalar.
Kecamatan Ngawi Kecarnatan Kedunggalar
No. Jenis Temak Jurnlah Temak Jurnlah Jurn1ah Temak Jurn1ah
Ekor ST Petemak Ekor ST Petemak (or~) (orang)
1. Sapi 8 8,00 7 3 3,00 3 2. Kerbau 2 2,00 1 0 0,00 0 3. Domba 2 0,28 1 0 0,00 0 4. Karnbing 1 0,14 1 2 0,28 1
U sahaternak non gaduhan yang dilakukan oleh responden ini adalah usaha
sarnbilan dan seringkali rnanajernen budidayanya tidak dipisahkan dengan
usahaternak gaduhan. Motivasi responden rnernelihara ternak diantaranya adalah
sebagai tabungan, tenaga kerja, dan untuk rnengisi waktu luang.
Biasanya kernarnpuan beternak yang dimiliki oleh responden adalah bersifat
turun ternurun. Usahaternak yang dijalankan bersifat tradisional dan tidak bersifat
kornersil. Ternak dijual hanya jika ada kebutuhan rnendadak.
43
Usahaternak Gaduhan
U sahaternak gaduhan dalam hal ini adalah usahaternak yang dilakukan
responden dengan cara menggaduh (memelihara) ternak (sapi potong) milik
pemerintah. Penggaduhan ternak milik pemerintah ini dilakukan dalam rangka
pengembangan dan penyebaran ternak kereman pemerintah.
Deskripsi Pengembangan dan Penyebaran Sapi Kereman Pemerintah.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Peternakan kabupaten Daerah
Tingkat II Ngawi dalam menyebarkan dan mengembangkan ternak pemerintah
adalah dengan melakukan kegiatan pengembangan sapi kereman dengan memakai
sistem gaduhan.
Kegiatan ini dilaksanakan atas dasar SK Mentan No. 1461 Kpts/ HK.OS0/1993
tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Penyebaran dan Pengembangan Ternak
Pemerintah, SK Dirjen Peternakan No. SOIHK.OSO/Kpts/1293 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Penyebaran dan Pengembangan Ternak Pemerintah, Instruksi Kepala
Daerah Tingkat II Ngawi No. 07 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Penyebaran dan
Pengembangan Ternak Pemerintah yang Dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Daerah
Tingkat II Ngawi, dan SK Bupati Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi No. 17011992
tentang Penyerahan Sebagian Tugas Penarikan Pajak dan Retribusi Kepada Dinas
Peternakan.
Tujuan kegiatan ini adalah :
I. Meningkatkan produksi ternak untuk mencapai swasembada pangan protein asal
ternak.
44
2. Meningkatkan produktifitas usahatani-temak dan nilai tambah komoditi
petemakan.
3. meningkatkan pendapatan petani, serta pemerataan ketja. Menyediakan pupuk
kandang untuk menunjang ekstensifikasi dan intensifikasi petemakan.
4. Mengembangkan potensi sumberdaya alam yang ada melalui usaha petemakan
guna pengembangan wilayah, serta perbaikan lingkungan hidup.
Sedangkan sasaran yang hendak dicapai melalui kegiatan ini adalah :
1. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
2. Populasi, produksi, dan konsumsi hasil temak yang meningkat.
3. Pendapatan per kapita akan meningkat.
4. Pola pikir masyarakat lebih maju.
5. Munculnya petemak sapi kereman yang berpotensi dan berprestasi.
6. Terbukanya lapangan ketja barn.
Pengembangan dan penyebaran temak kereman milik pemerintah ini
dijalankan dengan penyebaran temak sapi potong untuk digemukkan di berbagai
lokasi pedesaan. Penentuan lokasi penempatan sapi potong tersebut didasarkan pada
pertimbangan bahwa di daerah tersebut cukup tersedia pakan ternak serta temp at
tinggal peternak penggaduh yang menge1ompok agar dapat memudahkan pembinaan
dan pengawasan.
Untuk dapat menjadi petemak penggaduh maka ada beberapa persyaratan
yaitu:
I. Petani peternak yang sudah berpengalaman betemak.
45
2. Petani peternak yang memiliki kemauan memelihara sapi tapi tidak
mampu membeli sapi.
3. Petani yang lokasi temp at tinggalnya sesuai untuk penanaman HMT,
sehingga untuk itu perlu pembinaan khusus dari petugas Dinas Peternakan
Ngawi.
Dana kegiatan ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Tingkat I dan II. Jenis sapi yang dikembangkan adalah sapi jantan lokal
peranakan ongole (PO) atau hasil inseminasi buatan. Namun untuk dropping ternak
tahun 2000, mulai digunakan sapi bakalan non lokal (misalnya, untuk program
demplot ).
Lama penggemukan sapi yang berlaku rata - rata adalah 12 bulan, namun
seringkali diambil kebijaksanaan lain (lama penggemukan bisa dibawah 12 bulan).
Pola gaduhan yang dijalankan adalah pola gaduhan dengan sistem kontrol
bagi hasil dari selisih harga jual sapi dengan harga pokok bakalan (30% untuk
pemerintah dan 70% untuk peternak penggaduh). Namun mulai tahun 2000 akan
dicoba untuk bagi hasil pola 40% : 60% atau 50% : 50% dengan bantuan pakan dari
pemerintah (terutama untuk ternak gaduhan dengan sapi bakalan non lokal).
Alokasi penyebaran sapi kereman di Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi
dengan sumber dana dari APBD Tingkat I dijelaskan pada Tabel 14, sedangkan
alokasi penyebaran sapi potong milik pemerintah untuk ternak kereman dengan
sumber dana APBD Tingkat II dijelaskan pada Tabell5.
46
Tabel 14. Alokasi Penyebaran Sapi Potong Milik Pemerintah untuk Ternak Kereman Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi dengan Sumber Dana APBD Tingkat 1.
Tahun Dropping
1993
1994
1995
1997
1998
1999
2000
Surnber
Lokasi
Kecamatan Desa
Kedunggalar Kedunggalar
Padas Snkovnyono
Bringin Bringin
Ngavn Karangtengah Prandon
Kedunggalar Kawu
Ngawi Karangtengah Prandon
Jogorogo Ngrayudan
Ngavn
Jogorogo
Ngavn
Sine
Karangtengah Prandon
Ngrayudan
Karangtengah Prandon
Mangunhatjo
Hargosari
NamaProyek
Snmberdaya Sarana dan Prasarana
Petemakan Sumberdaya Sarana
dan Prasarana Petemakan
Sumberdaya Sarana dan Prasarana
Petemakan Snmberdaya Sarana
dan Prasarana Petemakan
Snmberdaya Sarana dan Prasarana
Petemakan Sumberdaya Sarana
dan Prasarana Petemakan
Sumberdaya Sarana dan Prasarana
Petemakan Sumberdaya Sarana
dan Prasarana Petemakan
Sumberdaya Sarana dan Prasarana
Petemakan Snmberdaya Sarana
dan Prasarana Petemakan
Snmberdaya Sarana dan Prasarana
Petemakan Sumberdaya Sarana
dan Prasarana Petemakan
(Data Sekunder) Dinas Petemakan Ngawi, 2000.
Jnmlah Sapi
(ekor) 10
10
10
15
10
15
10
20
15
10
16
14
Jnmlah Petemak (orang)
10
10
10
15
10
15
10
20
15
10
16
14
47
Tabel15. Alokasi Penyebaran Sapi Potong Milik Pemerintah untuk Temak Kereman Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi dengan Sumber Dana APBD Tingkat II.
Tahun Lokasi Jumlah Jumlah
Dropping Kecamatan Desa NarnaProyek Sapi Petemak
(ekor) (oran~
1996 Jogorogo Girirnulyo Intensifikasi Temak 15 15 Potorng
Kendal Dadapan Intensifikasi Temak 20 20 Potorng
1997 Jogorogo Girirnulyo BantuanTemak 15 15 pernerintah
Kendal Dadapan BantuanTemak 20 20 pernerintah
Sine Wonosari Intensifikasi Temak 35 35 Potorng
Pandansari Intensifikasi Temak 15 15 Potorng
1998 Kendal Ploso Intensifikasi Temak \0 \0 Potorng
Jogorogo Ngrayudan Intensifikasi Temak 20 20 Potorng
Pangkur Ngornpro Peningkatan 15 15 Prodnksi Daging
1999 Kednnggalar Kedunggalar Intensiftkasi Temak 21 21 Potorng
Kawu Intensifikasi Temak 18 18 Potorng
Ngawi Karangtengah Demplot 5 5 Prandon (percontohan)
2000 16 10 Desa BantuanTemak 235 230 kecamatan pernerintah!
Intensiftkasi Temak Potorng
Sumber: (Data Sekunder) Dinas Petemakan Ngawi, 2000.
Dari Tabel 14 dan 15 maka dapat diketahui bahwa Kecarnatan Ngawi (Desa
Karangtengah Prandon) dan Kecarnatan Kedunggalar (Desa Kedunggalar dan Desa
Kawu) merupakan lokasi - lokasi yang dianggap cukup potensial oleh Dinas
Petemakan Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi untuk pengembangan temak
kereman. Narnun yang menjadi pokok penelitian adalah kegiatan pengembangan sapi
kereman dengan dropping temak tahun 1999, dengan jenis sapi bakalan adalah sapi
48
PO, dan pola bagi hasil 70% : 30 %. Dalarn pelaksanaan kegiatan ini baik pihak
penggaduh (petemak) dan pihak pemilik ternak (pemerintah) mempunyai hak dan
kewajiban yang diikat oleh suatu surat perjanjian kerja (Larnpiran 1).
Manajemen Budidaya Ternak Kereman
Sapi Bakalan / Bibit
Bibit temak atau sapi bakalan yang digunakan dalarn usahatemak gaduhan
sapi kereman ini adalah sapi potong jantan peranakan ongole (PO) dengan umur
berkisar 1,5 - 2 tahun.
Setiap peternak mendapatkan satu ekor sapi bakalan untuk digemukkan
dengan cara kereman. Bobot hidup dan harga rata-rata sapi bakalan untuk
Kecarnatan Ngawi berturut - turut adalah 222,45 kg dan Rp 1.961.250, sedangkan
bobot hidup dan harga rata-rata sapi bakalan untuk Kecarnatan Kedunggalar
berturut - turut adalah 235,50 kg dan Rp 2.121.750. Untuk itu para petemak
penggaduh diberi sejumlah modal (sebesar harga pokok sapi bakalan) yaitu Rp
2.200.00 per petemak untuk Kecarnatan Ngawi dan Rp 2.250.000 per petemak untuk
kecarnatan Kedunggalar.
Harga pokok sapi bakalan itu merupakan standar harga beli sapi bakalan,
narnun karena di lapangan seringkali sulit didapatkan sapi bakalan yang sarna dengan
harga pokok bakalan yang ditetapkan maka yang sering terjadi adalah pembeiian sapi
bakalan yang harganya dibawah harga pokok sapi bakalan tersebut. Sedangkan
seiisih (sisa) dari harga pokok bakalan dengan harga pokok bakalan yang sebenamya
49
tetap diberikan kepada peternak penggaduh. Tetapi dalam pelaksanaan sistem bagi
hasil nanti yang tetap diperhitungkan adalah harga pokok sapi bakalan .
Kelemahan dari penerapan cara pembelian sapi bakalan ini adalah bisa saja
peternak tidak memperhatikan kualitas bakalan yang dibeli. Hal ini terjadi karena
adanya keinginan untuk membeli sapi bakalan dengan harga yang serendah -
rendahnya (dibawah harga pokok bakalan). Selain itu kenyataan di lapang
menunjukkan seringkali terjadi kesulitan memilih sapi bakalan yang seragam. Maka
untuk pelaksanaan kegiatan selanjutnya, pemberian uang untuk pembelian bakalan
pada setiap peternak penggaduh adalah berdasarkan harga beli bakalan itu sendiri.
Rendahnya kualitas bakalan juga dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan
peternak tentang bagaimana cara memilih bakalan untuk penggemukan yang baik.
Untuk itu perlu kiranya ada upaya penyuluhan kepada para peternak tentang kriteria
dasar pemilihan bibit sapi/bakalan yang meliputi bangsa, sifat genetis, bentuk luar,
dan kesehatan sapi, sehingga dapat diperoleh kualitas bakalan yang baik sehingga
akan diperoleh hasil akhir penggemukan sapi yang maksimal.
Perkandangan
Kandang yang digunakan responden di kedua lokasi penelitian adalah
kandang sederhana. Ukuran kandang yang digunakan peternak bervariasi yaitu
panjang kandang berkisar 2 sampai 10m dan lebar kandang berkisar 2 sampai 7
meter, dengan rata-rata kandang berukuran 4,78 x 3,08 m2 untuk Kecamatan Ngawi
dan 3,48 x 2,97 m2 untuk Kecamatan Kedunggalar. Bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat kandang berbeda-beda. Dinding dan tiang kandang dari kayu atau
50
bambu. Atap kandang yang digunakan dari daun rumbia atau genteng. Ada sebagian
kandang milik responden di Kecamatan Ngawi (10 %) yang tidak beratap. Lantai
kandang terbuat dari kayu, bambu, semen, ataupun tanah biasa.
Jarak kandang milik responden dari rumah dan sumber air untuk masing
masing kecamatan berturut - turut adalah 7,47 m dan 7,35 m di Kecamatan Ngawi
dan 5,16 m dan 6,13 m di Kecamatan Kedunggalar. Namun ada juga kandang milik
responden di Kecamatan Kedunggalar yang masih berdempetan dengan rumah
(40%), bahkan di Kecamatan Ngawi ada kandang milik responden yang jadi satu
dengan dapur rumah (25%).
Umur ekonomis kandang berkisar 3 - 30 tahun di Kecamatan Ngawi dan
5 - 25 tahun di Kecamatan Kedunggalar. Rata - rata umur ekonomis kandang adalah
13,90 tahun untuk Kecamatan Ngawi dan 13,25 tahun untuk Kecamatan kedunggalar.
Sedangkan biaya rata - rata pembuatan kandang adalah Rp 363.650 di Kecamatan
Ngawi dan Rp 220.000 di Kecamatan kedunggalar.
Frekuensi membersihkan kandang 1 - 2 kali sehari untuk tiap responden.
Petemak di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar memiliki cara yang
berbeda dalam menangani atau memanfaatkan kotoran temaknya, misalnya ada yang
membuang begitu saja kotoran temaknya di tegalan atau lahan kosong,
mengumpulkan di tempat yang teduh, atau dikumpulkan di suatu lubang dan apabila
sudah kering digunakan pupuk untuk usaha pertanian sendiri dan bagi siapa saja
yang membutuhkan. Namun dari pengamatan dapat diketahui bahwa masih sedikit
petemak yang memanfaatan kotoran temak sebagai pupuk kandang.
51
Pemberian Pakan
Para responden di kedua kecamatan memberikan pakan hijauan berupa
rumput segar (rumput lapang atau rumput gajah jika ada persediaan) dan jerami untuk
pakan ternaknya. Biasanya rumput dan jerami ini diperoleh dari lingkungan sekitar
tidak dengan cara membeli. Kondisi tanah di Desa KedunggaJar dan Desa Kawu
(Kecamatan KedunggaJar) re1atif lebih subur daripada Desa Karangtengah Prandon
(Kecamatan Ngawi) sehingga mempengaruhi pula ketersediaan pakan hijauan.
Pakan penguat yang biasa digunakan oleh peternak penggaduh di kedua
kecamatan adaJah bekatul (digunakan 25% responden di kecamatan Ngawi dan
se1uruh responden di Kecamatan KedunggaJar). Pakan penguat lain yang kadang
diberikan oleh peternak (35%) di Kecamatan KedunggaJar adaJah ampas tahu.
Sedang seluruh responden di Kecamatan Ngawi memberikan limbah dari proses
pembuatan tempe berupa kulit ari dan air rebusan kede1ai. Kedua bahan pakan
tersebut merupakan limbah dari proses pembuatan tempe dari industri tempe milik
responden ataupun milik tetangga respond en. Pakan tambahan yang sering
digunakan peternak adaJah garam dapur, bahkan di Kecamatan Kedunggalar kadang
peternak memberikan beberapa bahan pakan tambahan lain pada ternaknya misaJnya,
terasi, telur bebek, kecap, penyedap rasa, dan bahan lain menurut pengetahuan
peternak.
Pemberian vitamin dilakukan oleh Dinas Peternakan setiap tiga bulan sekaJi
bersamaan dengan pengukuran bobot ternak. Dilihat dari pakan yang diberikan maka
kualitas pakan di kedua lokasi penelitian belum merupakan pakan berkuaJitas tinggi.
Pertambahan bobot badan yang maksimal akan dapat dicapai apabila ransum yang
52
diberikan terdiri dari hijauan berupa campuran rumput - rumputan dan daun
leguminosa dengan tambahan konsentrat (Siregar,1999).
Frekuensi pemberian pakan dan minum oleh peternak berkisar 1 - 3 kali
sehari. Biaya yang dike1uarkan peternak untuk pakan adalah biaya yang terbesar dari
total biaya, yaitu 92,33% untuk Kecamatan Ngawi dan 90,88% untuk Kecamatan
Kedunggalar.
Deskripsi pemberian jenis -jenis pakan sapi potong oleh peternak di
Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar disajikan pada Tabel16.
Tabel 16. Pemberian Pakan Sapi Kereman di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.
Pakan 'yang Diberikan lekor IHari Harga Kecamatan Ngawi Kecamatan Kedunggalar
No. Jenis Pakan/
Jumlah Jnmlah
Jnmlah Jumlah
Pakan satuan pakan
Peternak yang pakan
Petemak yang (Rp/satuan) menggunakan menggunakan (satuan)
(oranll2 (satuan) (orang)
l. Rnmput 50/kg 12,35 kg 17 15 kg 20 2. Jerami 700/ikat I ikat (±10 14 I ikat (±lO 6
kg} kg) 3. Bekatul 500/kg 1,19kg 5 2,33 kg 20 4. Ampas 200/kg 3,6 kg 7
Tahu 5. Limbah
Industri Tempe: - Kulit Ari Kedelai 200/kg 1,95 kg 18
- Air Rebusan 6 ember 18 Kedelai (±54 I)
Penyakit yang Menyerang Ternak
Penyakit yang paling banyak menyerang sapi kereman di kedua lokasi
penelitian adalah mencret, perut kembung, nafsu makan menurun, dan cacingan.
53
Pengobatan yang dilakukan peternak beragam yaitu menggunakan obat-obatan
tradisional sesuai pengetahuan peternak, membeli obat atau jamu hewan di pasar atau
warung, atau melapor pada petugas peternakan setempat.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang digunakan untuk usahaternak gaduhan responden di
Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar adalah anggota keluarga sendiri.
Mayoritas pekerjaan pada usahaternak gaduhan yang dijalankan dilakukan oleh suami
dan istri. Sedangkan anak- anak yang membantu adalah apabila mereka sudah
berusia dewasa, dan biasanya dilakukan oleh anak laki-laki.
Selama pemeliharaan sapi gaduhannya, keluarga peternak penggaduh
rata - rata menghabiskan waktu untuk pemeliharaan ternak gaduhannya ± 3 jam,
dengan rata - rata curahan kerja 110,06 Hari Ketja Pria (HKP) selama periode
penggemukan sapi 10 bulan untuk Kecamatan Ngawi dan 43,50 HKP selama periode
penggemukan sapi 4 bulan untuk Kecamatan Kedunggalar.
Penjualan Sapi Kereman
Dalam jangka waktu penggemukan yang telah ditentukan, peternak harus
menyerahkan sapi peliharannya untuk dijual dan diperhitungkan pembagian hasil
untuk pihak penggaduh dan pemerintah (pemodal).
Untuk periode 1999/2000 ini penggemukan sapi kereman milik pemerintah di
Kecamatan Ngawi adalah selama 10 bulan sedangkan di Kecamatan Kedunggalar
adalah selama 4 bulan. Rata - rata bobot badan akhir sapi gaduhan responden adalah
357,20 kg untuk Kecamatan Ngawi dan 282,85 kg untuk Kecamatan Kedunggalar.
54
Rata - rata pertambahan bobot badan harian sapi kereman adalah 0,45 kg/hari untuk
sapi kereman di Kecamatan Ngawi dan 0,39 kg/hari untuk sapi kereman di
Kecamatan Kedunggalar.
Dengan melihat pertambahan bobot badan harian sapi kereman di kedua
kecamatan dapat diketahui bahwa lama penggemukan sapi yang dilakukan be1um
termasuk masa penggemukan yang efesien. Untuk itu perlu adanya pengukuran
bobot badan sapi yang rutin dan teratur agar dapat diketahui garis pertumbuhan sapi
dan perlu dilakukan suatu pengkajian atau penelitian lebih lanjut agar dapat diketahui
lama penggemukan yang efisien (menguntungkan). Sebab selama masa penelitian
seringkali dijumpai data bobot badan sapi gaduhan (kereman) yang tidak lengkap
karena ada beberapa peternak yang tidak datang pada saat pengukuran bobot badan
sapl.
Sugeng (I999) menyatakan bahwa setiap peternak yang bisa mengetahui garis
pertumbuhan ternak piaraannya akan memperoleh beberapa keuntungan, antara lain:
Peternak bisa menyesuaikan atau memanfaatkan ternak piaraannya pada
masa - masa pertumbuhan yang baik untuk diJayani dan disediakan pakan
sesuai dengan pertumbuhannya tersebut.
Peternak bisa menjual ternak piaraannya dengan tepat waktu sehingga
perolehan keuntungan ekonomisnya akan tinggi. Sebab peternak tidak akan
banyak kehilangan waktu untuk memelihara ternak lebih lanjut. Hal ini selain
lebih menghemat waktu, juga menghemat tenaga dan biaya.
55
Deskripsi pertambahan bobot harian sap! kereman di kedua kecamatan
disajikan pada Tabel17.
No
1 2 3 4
Tabel 17. Klasifikasi Sapi Kereman Berdasarkan Pertambahan Bobot Badan Harian di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggaiar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.
Pertambahan Bobot Kecamatan Ngawi Kecamatan Kedunggalar Badan Harian Sapi Jumlah Persentase Jumlah Sapi Persentase
(kg/hari) Sapi (%) (Ekor) (%) (Ekor)
<0,30 6 30 6 30 0,30 - 0,60 8 40 \1 55 0,6\ - 0,90 5 25 2 10 >0,90 1 5 1 5
Penjuaian dilakukan di suatu tempat di lokasi tempat tinggai peternak dengan
dihadiri beberapa blantik dan petugas peternakan. Penaksiran harga didasarkan pada
bobot badan sapi dan harga sapi yang sedang berlaku di pasar.
Rata - rata harga juai sapi adaiah Rp 3.170.000 per ekor (Rp 8874,58/kg
bobot badan sapi) di Kecamatan Ngawi dan Rp 2.562.000 per ekor (Rp 9057,80/kg
bobot badan sapi). Rata - rata penerimaan penggaduh dari bagi hasil adaiah
Rp 679.000 untuk Kecamatan Ngawi dan Rp 218.400 untuk Kecamatan Kedunggaiar.
Sedangkan rata - rata penerimaan pemerintah dari bagi hasil adaiah Rp 2.491.000
untuk Kecamatan Ngawi dan Rp 2.343.600 untuk Kecamatan Kedunggaiar .
Mekanisme bagi hasil pada usahaternak gaduhan sapi potong di Kecamatan
Ngawi dan Kecamatan Kedunggaiar disajikan pada Gambarl.
56
70 %(PKP)
Harga jual sapi - Modal dari pernerintah (Harga Pokok sapi
Bakalau)
Pendapatan Kotor Penjualau (PKP)
30%PKP=A = Penerirnaau Peternak Penggaduh
Gambar 1.
A + Harga Pokok Bakalau = Penerimaan Pernerintah
Mekanisme Bagi Hasil Penjualan Sapi Potong Gaduhan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi
Usaha Non Pertanian
Usaha non pertanian yang dilakukan keluarga petani bisa pada bidang industri
maupun non industri. Usaha yang dilakukan pada bidang industri misalnya pengrajin
tempe, buruh pabrik, maupun kuli pabrik. Sedangkan pada bidang non industri
misalnya tukang kayu, tukang batu, pedagang, pegawai kantoran, modin, wiraswasta
dan lain -lain.
Usaha non pertanian ini ada yang bersifat musiman namun ada juga yang
merupakan pekerjaan tetap anggota keluarga responden di kedua kecamatan.
57
Pendapatan Keluarga Peternak
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendapatan keluarga
peternak berasal dari berbagai sumber mata pencaharian (usaha) yang dilakukan oleh
keluarga peternak. Dalam bahasan berikut analisis pendapatan dari berbagai usaha
yang dilakukan keluarga peternak dilakukan selama periode penggemukan sapi di
masing - masing kecamatan (10 bulan untuk Kecamatan Ngawi dan 4 bulan untuk
Kecamatan Kedunggalar).
Pendapatan Usahatani Tanaman Padi
Perhitungan pendapatan dari usahatani padi dari lahan garapan dilakukan
dengan cara mengurangkan penerimaan dengan biaya produksi usahatani.
Penerimaan diperoleh dari penjualan hasil panen dan hasil panen yang dikonsumsi
sendiri (dengan asumsi tidak ada nilai produksi yang disimpan di gudang yang tidak
dijual maupun dikonsumsi yang merupakan nilai inventaris).
Biaya produksi yang diperhitungkan adalah biaya pupuk, upah tenaga kerja
luar keluarga (baik yang berupa uang ataupun natura), benih, sewa alat, sewa lahan,
dan penyusutan peralatan. Pendapatan keluarga peternak dari usahatani tanaman padi
yang juga diperhitungkan adalah upah kerja keluarga peternak sebagai buruh tani
pada lahan milik orang lain.
Secara umum rata - rata total pendapatan yang diterima keluarga peternak
dari usahatani tanaman padi di Kecamatan Ngawi adalah Rp 827.643,05 sedangkan
di Kecamatan Kedunggalar adalah Rp 409.888,74.
58
,
Dengan rnelihat nilai tunai, tidak tunai, dan inventaris pendapatan keluarga
peternak dari usahatani di rnasing - rnasing kecarnatan dapat diketahui bahwa nilai
pendapatan tunai usahatani tanarnan padi responden di Kecarnatan Ngawi lebih
tinggi daripada nilai tunai dan inventaris. Hal ini kernungkinan disebabkan nilai
produksi yang dijual yang rnenghasilkan uang tunai lebih tinggi daripada nilai
produksi yang dikonsurnsi (nilai tidak tunai) rneskipun keduanya sarna - sarna bisa
menutupi biaya - biayanya.
Pada Kecarnatan Kedunggalar, pendapatan tidak tunai (nilai produksi yang
dikonsurnsi) keluarga petemak dari usahatani tanarnan padi temyata lebih besar
daripada pendapatan tunai dan inventarisnya. Pendapatan tunai dari usahatani
bernilai negatif yang berarti dari nilai produksi yang dijual (tunai) temyata tidak
rnarnpu rnenutupi biaya tunainya.
Pendapatan inventaris dari usahatani tanarnan padi di rnasmg - rnasmg
kecarnatan bernilai negatif karena rnernang tidak ada penerirnaan yang berupa nilai
inventaris, rneskipun biaya inventaris (penyusutan) bernilai keci!.
Perincian rata - rata pendapatan keluarga petemak yang diperoleh dari
usahatani tanarnan padi di Kecarnatan Ngawi dan Kecarnatan Kedunggalar dapat
dilihat pada Tabel 18 dan 19.
59
Tabel18. Rata-rata Pendapatan Keluarga Petemak Penggaduh dari Usahatani Tanaman Padi di Kecarnatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi (Rata-rata Luas Lahan Garapan 0,42 ha)
Keterangan
Penerimaan : a. Penjualan b. Konsumsi Total Biaya Variabel: a.Pupuk b. Upah Tenaga KeIja Luar
Keluarga Uang Natura
c. Benih Total Marjin Kotor (A) Biaya Tetap :
Tunai (Rp)
1.190.937,50 o
1.190.937,50
177.468,75
320.097,98 o
31.250,00 528.816,73 662.120,77
a. Sewa Alat 68.750,00 b. Sewa Tanah 31.237,50 c. Penyusulan Alat 0 Total (B) 99.987 ,50 Pendapatan (A - B) 562.133,27
Keterangan: Jumlah responden 8 orang.
Tidak Tunai (Rp)
o 497.187,50 497.187,50
o
o 226.111,05
o 226.111,05 271.076,45
o o o o
271.076,45
Invenlaris (Rp)
o o o
o
o o o o o
o o
5.566,67 5.566,67
-5.566,67
Total (Rp)
1.190.937,50 497.187,50
1.688.125,00
177.468,75
320.097,98 226.111,05
31.250,00 754.927,78 933.197,22
68.750,00 31.237,50
5566,67 105.554,17 827.643,05
Tabel19. Rata-rata Pendapatan Keluarga Petemak Penggaduh dari Usahatani Tanaman Padi di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi, ( Rata -rata Luas lahan Garapan 0,27 ha).
Keterangan
Penerimaan : a. Penjualan b. Konsumsi Total Biaya Variabel : a.Pupuk b. Upah Tenaga KeIja Luar
Keluarga Uang Natura
c. Benih Total Marjin Kotor (A) Biaya Tetap :
Tunai (Rp)
370.000,00 o
370.000,00
131.244,44
186.422,37 o
26.166,67 343.833,48
26.166,52
a. Sewa Alat 68.333,33 b. Sewa Tanah 33.333,33 c. Penyusulan Alat 0 Total (B) 101.666,66 Pendapatan (A - B) -75.500,14 Keterangan: Jumlah responden 6 orang
Tidak Tunai (Rp)
o 601.250,00 601.250,00
o
o 107.916,67
o 107.916,67 493.333,33
o o o o
493.333,33
Inventaris (Rp)
o o o
o
o o o o o
o o
7.944,45 7.944,45
-7.944,45
Total (Rp)
370.000,00 601.250,00 971.250,00
131.244,44
186.422,37 107.916,67 26.166,67
451.750,15 519.499,85
68.333,33 33.333,33
7.944,45 109.611,11 409.888,74
60
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada juga petemak dan anggota
keluarganya yang menjadi buruh tani. Rata - rata pendapatan keluarga petemak dari
pekerjaannya sebagai buruh tani adalah Rp 48l.000 untuk Kecamatan Ngawi dan
Rp 590.935,85 untuk Kecamatan Kedunggalar.
Pendapatan Usahaternak Non Gaduhan
Pendapatan keluarga petemak dari usahatemak non gaduhan diperoleh dengan
mengurangkan penerimaan usahatemak non gaduhan (perubahan nilai temak) dengan
biaya produksi (biaya pakan hijauan, pakan penguat, obat - obatan, perlengkapan,
dan penyusutan).
Total pendapatan keluarga petemak penggaduh yang berasal dari usahatemak
non gaduhan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar masing - masing
adalah Rp 696.536,62 dan Rp 447.724,48.
Pendapatan tunai dan tidak tunai di kedua kecamatan bernilai negatif karena
biaya yang dikeluarkan petemak lebih besar daripada penerimaan pada kedua nilai
tersebut. Hal ini dikarenakan ternak ruminansia yang dipelihara keluarga peternak
seringkali lebih berfungsi sebagai tabungan dan biasanya hanya dijual jika mereka
benar - benar membutuhkan biaya mendadak. Akibatnya selama peri ode analisis
tidak terjadi penjualan temak (nilai tunai) dan tidak ada temak yang dikonsumsi
sendiri (nilai tidak tunai) pada peri ode analisis, sehingga untuk kedua nilai
pendapatan tersebut bernilai no!. Perincian mengenai nilai tunai, tidak tunai, dan
inventaris pendapatan keluarga peternak dari usahaternak non gaduhan di Kecamatan
Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar dijelaskan pada Tabel20 dan 21
61
Tabel 20. Rata - rata Pendapatan Keluarga Petemak Penggaduh dari Usahatemak Non Gaduhan di Kecamatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi, (Rata - rata Kepemilikan Temak 1,30 ST)
Keterangan Tnnai Tidak Tnnai lnventaris Total (RI') (RI') (Rp) (RI')
Penerimaan: Perubahan Nilai Temak 0 0 1.50 l.I 11,11 1.50 1.l11, 11 Total 0 0 1.501.111,11 1.501.111,11 Biaya Variabel: a. Pakan Hijauan 0 570.866,67 0 570.866,67 b. Pakan Penguat 0 193.888,89 0 193.888,89 c. Obat - obatan 0 0 0 0 d. Perlengkal'an 29.657,41 0 0 29.657,41 Total 29.657,41 764.755,56 0 794.412,97 Marjin Kotor (A) -29.657,41 -764.755,56 1.501.111,11 706.698,14 Biaya Tetap: PenX!!sutan Kandang 0 0 10.161,52 10.161,52 Total (8) 0 0 10.161,52 10.161,52 Pendal'atan {A - B) -29.657,41 -764.755,56 1.490.949,59 696.536,62
Keterangan: Jumlah responden 9 orang.
Tabel21. Rata - rata Pendapatan Petemak Penggaduh dari Usahatemak Non Gaduhan di Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi ( Rata - rata Kepemilikan Temak 0,82 ST ).
Keterangan Tunai Tidak Tunai Inventaris Total (RI') (RI') (RI') (RI')
Penerimaan: Perubahan Nilai Temak 0 0 725.000,00 725.000,00 Total 0 0 725.000,00 725.000,00 Biaya Variabel: a. Pakan Hijauan 0 148.800,00 0 148.800,00 b. Pakan Penguat 108.000,00 0 0 108.000,00 c. Obat - obatan 6.000,00 0 0 6.000,00 d. Perlengkapan 10.333,33 0 0 10.333,33 Total 124.333,33 148.800,00 0 273.133,33 Marjin Kotor (A) -124.333,33 -148.800,00 725.000,00 451.866,67 Biaya Tetap: Penyusutan Kandan~ 0 0 4.142,19 4.142,19 Total {B) 0 0 4.142,19 4.142,19 Pendal'atan {A - B) -124.333,33 -148.800,00 720.857,81 447.724,48
Keterangan : Jumlah responden 4 orang.
62
Pendapatan Usahaternak Gaduhan
Penerimaan keluarga peternak dari usahaternak gaduhan adalah berupa nilai
uang tunai dari bagi hasil sebagai penggaduh (70% dari selisih harga jual sapi
dengan harga pokok bakalan Imodal dari pemerintah) dan nilai sisa dari harga pokok
bakalan (selisih harga pokok bakalan! modal dari pemerintah dengan harga bakalan
yang sebenarnya). Total penerimaan keluarga peternak dari usahaternak gaduhan
yang dijalankan adalah Rp 917.750 untuk Kecamatan Ngawi Rp 346.650 untuk
Kecamatan Kedunggalar.
Biaya produksi usahaternak gaduhan ini berasal dari pakan hijauan, pakan
penguat, obat - obatan, dan perlengkapan, dan penyusutan. Sama halnya pada
usahatani tanaman padi dan usahaternak non gaduhan, pendapatan keluarga peternak
dari usahternak gaduhan adalah berasal dari pengurangan penerimaan dan biaya
produksi. Total biaya produksi yang dikeluarkan oleh keluarga peternak penggaduh
untuk masing - masing kecamatan adalah sebesar Rp 665.376,10 untuk Kecamatan
Ngawi dan Rp 388.957,36 untuk Kecamatan Kedunggalar. Dari semua komponen
biaya produksi biaya pakan mempunyai persentase yang paling besar terhadap total
biaya, yaitu 92,33% (Rp 614.325) untuk Kecamatan Ngawi dan 90,88%
(Rp 353.500) untuk Kecamatan Kedunggalar.
Rata - rata total pendapatan keluarga peternak sebagai penggaduh pada
Kecamatan Ngawi adalah Rp 252.373,90. Nilai total pendapatan di Kecamatan
Ngawi yang positif menggambarkan bahwa total penerimaan peternak dari
usahaternak gaduhan 1m lebih besar daripada total biaya produksi sehingga
menghasilkan keuntungan.
63
Namun bila nilai pendapatan ini diperinci menurut nilai tunai, tidak tunai,
dan inventarisnya, maka masing - masing adalah Rp 834.695,83 , Rp -569.700, dan
Rp -12.621,93. Dengan demikian dapat dilihat bahwa nilai pendapatan secara tunai
adalah positif sedangkan nilai pendapatan tidak tunai dan inventaris adalah negatif.
Hal ini bisa dijelaskan bahwa nilai penerimaan tunai lebih besar daripada pengeluaran
tunai sehingga dapat menghasilkan keuntungan secara tunai. Nilai pendapatan tunai
inilah yang paling penting bagi keluarga petemak. Sebab nilai pendapatan tunai
menggarnbarkan berapa besar uang tunai yang dihasilkan usahatemak gaduhan yang
dijalankan dan ini berhubungan dengan berapa uang tunai yang tersedia bagi
keluargairumah tangga peternak untuk membeli kebutuhan hidup. Jadi pendapatan
tunai ini harus positif apabila usahaternak itu harus membiayai sendiri modal tidak
tetapnya. S edangkan nilai pendapatan tidak tunai dan inventaris bernilai negatif
karena tidak ada penerimaan yang nilainya tidak tunai dan inventaris. Hal ini
disebabkan tidak ada ternak yang dikonsumsi sendiri (semua ternak gaduhan dijual)
dan tidak ada produk sarnpingan ternak (kotoran ternak) yang dipergunakan sendiri
oleh keluarga petemak (belum banyak peternak yang memanfaatkan kotoran temak),
sehingga tidak ada penerimaan tidak tunai dan inventaris. Tapi temyata terdapat
biaya tidak tunai dan inventaris (biaya pakan hijauan dan penyusutan) akibatnya nilai
tidak tunai dan inventaris adalah negatif.
Sedangkan rata - rata total pendapatan keluarga peternak sebagai penggaduh
di Kecarnatan Kedunggalar adalah Rp - 42.307,36. Nilai total pendapatan yang
negatif ini menggarnbarkan bahwa nilai total penerimaan usahaternak gaduhan di
64
kecarnatan tersebut lebih kecil daripada total pengeluarannya sehingga
mengakibatkan kerugian.
Bila diperinci nilai tunai, tidak tunai, dan inventaris dari pendapatan peternak
penggaduh di Kecarnatan Kedunggalar maka masing - masing adalab Rp 158.368,33,
Rp -196.000, dan Rp - 4.675,69. Sarna halnya dengan perincian pendapatan
peternak penggaduh di Kecarnatan Ngawi maka hanya nilai pendapatan tunai saja
yang bernilai positif Narnun dalarn hal ini terdapat perbedaan pada kedua
kecamatan tersebut. Nilai positif dari pendapatan tunai di Kecarnatan Ngawi lebih
besar (marnpu menutupi) jumlab nilai negatif pendapatan tidak tunai dan
inventarisnya sehingga nilai total pendapatannya masih positif Sedangkan nilai
positif dari pendapatan tunai di Kecarnatan Kedunggalar lebih kecil (tidak bisa
menutupi) jumlab nilai negatif dari pendapatan tidak tunai dan inventarisnya
sehingga nilai total pendapatannya negatif Meskipun demikian, seperti telab
dijelaskan sebelumnya, nilai positif dari pendapatan tunai usabaternak gaduhan tetap
yang terpenting bagi keluarga peternak penggaduh yaitu untuk membeli keperluan
keluarga. Perhitungan nilai tunai, tidak tunai, dan inventaris yang dilakukan berguna
sebagai gambaran ukuran imbalan yang diperoleh keluarga peternak dari penggunaan
faktor - faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal yang juga memperhitungkan
nilai transaksi barang dan perubahan nilai inventaris atau kekayaan usabaternak
gaduhan selama kurun waktu tertentu. Sebab bagaimanapun yang tidak temasuk
uang tunai juga penting, terutama dalam pertanian subsisten dan semi - subsisten.
65
Deskripsi mengenai perhitungan nilai tunai, tidak tunai, dan inventaris
pendapatan keluarga peternak dari usahaternak gaduhan di Kecamatan Ngawi dan
Kecamatan Kedunggalar disajikan pada Tabel22 dan 23.
Tabel 22. Rata - rata Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh dari Usahaternak Gaduhan Sapi Potong Kereman di Kecamatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi (Lama
Penggemukan Sapi 10 Bulan)
Keterangan Tunai Tidak Tunai Inventaris Total (R~) {R~) {R~) (R~)
Penerimaan: Bagi HasiJ 679.000,00 0 0 679.000,00 Sisa Harga Pokok Bakalan 238.750,00 0 0 238.750,00 Total 917.750,00 0 0 917.750,00 Biaya Variabel: a. Pakan Hijauan 0 462.000,00 0 462.000,00 b. Pakan Pengua! 44.625,00 107.700,00 0 152.325,00 c. Oba! - obatan 15.400,00 0 0 15.400,00 d. Perien/dGII'an 23.092,17 0 0 23.092,17 Total 83.054,17 569.700,00 0 625.754,17 Marjin Kotor {A) 834.695,83 -569.700,00 0 254.995,83 Biaya Tetap: Penvnsutan Kandang 0 0 12.621,93 12.621,93 Total (B) 0 0 12.621,93 12.621,93 PendaI'atan {A - B) 834.695,83 -569.700,00 -12.621,93 252.373,90
Tabel23. Rata - rata Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh dari
Keterangan
Penerimaan: BagiHasil
Usahaternak Gaduhan Sapi Potong Kereman di Kecamatan
Kedunggalar Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi, (Lama penggemukan Sapi 4 Bulan)
Tunai Tidak Tunai Inventaris Total (R~) (Rp) (R~) (R~)
218.400,00 0 0 218.400,00 Sisa Harga Pokok Baka1an 128.250,00 0 0 128.250,00 Total 346.650,00 0 0 346.650,00 Biaya Variabe1: a. Pakan Hijauan 0 196.000,00 0 196.000,00 b. Pakan Pengua! 157.500,00 0 0 157.500,00 c. Oba! - obatan 16.850,00 0 0 16.850,00 d. Periengka~an 13.931,67 0 0 13.931,67 Total 188.281,67 196.000,00 0 384.281,67 Mar.jin Kotor (A) 158.368,33 -196.000,00 0 -37.631,67 Biaya Tetap: Penl:!!sutan Kandang 0 0 4.675,69 4.675,69 Total (B) 0 0 4.675,69 4.675,69 PendaI'atan {A - B) 158.368,33 -196.000,00 -4.675,69 -42.307,36
66
Selain analisa pendapatan dan keuntungan, untuk melihat keuntungan relatif
dari kegiatan usahaternak gaduhan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar
dilakukan analisis imbangan penerimaan dan biaya (Return and costs atau RIC ratio).
Dalam analisa ini diuji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang dipakai dalam
kegiatan usahaternak gaduhan tersebut dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan
sebagai manfaatnya. Besaran RIC ratio yang masih dianggap menguntungkan adalah
sebesar 1. Dengan angka ini, maka usahaternak gaduhan yang dilakukan tidak rugi
dan tidak juga untung.
Hasil perhitungan analisis RIC ratio usahaternak gaduhan di Kecamatan
Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar disajikan pada Tabel24.
Tabel 24. RIC ratio Usahaternak Gaduhan Sapi Potong Kereman di Kecamatan Ngawi (Lama Penggemukan Sapi 10 Bulan)dan Kecamatan Kedunggalar (Lama Penggemukan 4 Bulan), Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi
Keterangan Total Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp ) RIC Ratio
Kecamatan Ngawi 917.750,00 665.376,10
1,38
Kecamatan Kedunggalar 346.650,00 388.957,36
0,89
Dari Tabel 24 dapat diketahui bahwa RIC ratio usahaternak gaduhan di
Kecamatan Ngawi lebih tinggi daripada RIC ratio usahaternak gaduhan di Kecamatan
Kedunggalar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa usahaternak gaduhan sapi potong di
Kecamatan Ngawi relatif lebih menguntungkan daripada usahaternak gaduhan di
Kecamatan Kedunggalar.
RIC ratio usahaternak gaduhan sapi potong di Kecamatan Ngawi adalah
sebesar 1,38, nilai ini mengandung pengertian bahwa setiap rupiah biaya yang
67
dipakai dalam kegiatan usahaternak gaduhan tersebut akan menghasilkan Rp 1,38
nilai penerimaan sebagai hasil kegiatan tersebut. Karena RIC ratio usahaternak
gaduhan di Kecamatan Ngawi lebih besar daripada satu maka usaha tersebut
dikatakan menguntungkan dan layak dijalankan.
RIC ratio usahaternak gaduhan sapi potong di Kecamatan Kedunggalar adalah
sebesar 0,89 , hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk
usaha tersebut akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 0,89. Karena RIC ratio
usahaternak gaduhan ini dibawah satu maka usaha ini dikatakan mengalarni kerugian,
karena biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada penerimaan. Agar usaha ini dapat
lebih layak lagi dijalankan maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan penerimaan sehingga dapat menutupi biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan Us aha Non Pertanian
Rata - rata pendapatan keluarga peternak dari usaha non pertanian untuk
masing - masing kecamatan dalam periode analisis adalah Rp 3.340.416,67 dalam
10 bulan atau Rp 334.041,67 per bulan untuk Kecamatan Ngawi Gumlah responden
15 orang), dan Rp 2.269.472,22 dalam 4 bulan atau Rp 567.368,06 per bulan untuk
Kecamatan Kedunggalar Gumlah responden II orang).
Pendapatan dari usaha non pertanian ini adalah jumlah pendapatan keluarga
responden di luar usaha pertanian baik dari usaha di bidang industri maupun non
industri.
68
Total Pendapatan Keluarga Peternak
Total Pendapatan keluarga peternak yang diperhitungkan adalah jumlah
selumh pendapatan keluarga peternak dari berbagai kombinasi usaha yang dijalankan.
Gambaran mengenai total pendapatan ke1uarga peternak berdasarkan klasifikasi
cabang - cabang usaha yang dijalankan dijelaskan pada Tabel 25.
Tabel25. Total Pendapatan Keluarga Peternak Berdasarkan Klasifikasi Cabang - cabang Usaha yang Dijalankan di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.
Kecamatan Kombinasi Sumber Pendapatan (R2) Total Usaha A B C D (R2)
Ngawi A+B+C 910.505,00 417.505,00 420.000,00 0 1.748.010,00 A+B+C+D 268.730,33 882.780,50 643.994,45 2.394.500,00 4.190.051,28 A+B+D 51.610,07 473.140,78 0 2.130.416,66 2.655.167,52 A+C 467.840,00 0 1.086.695,91 0 1.554.535,91 A+C+D 197.394,00 0 910.593,45 I. 957. 916,67 3.065.940,12 A+D 185.104,86 0 0 I. 755.608,33 1.940.713,20
KedlUlgga1ar A+B+C -9.571,88 385.203,13 504.352,81 0 879.984,06 A+B+D 86.570,84 510.245,84 0 2.200.000,00 2.796.816,67 A+C -144.228,57 0 716 .. 940,00 0 572.712,11 A+C+D -17.574,29 0 586.291,72 1.714.285,71 2.283.003,15 A+D 66.237,51 0 0 447.250,00 513.487,51
Keterangan : A Usahaternak Gaduhan B Usahatemak Non Gaduhan C Usahatani Tanaman Padi D Usaha Non Pertanian
Sumbangan Pendapatan Usaha Keluarga Peternak terhadap Total Pendapatan Keluarga Peternak.
Sumbangan pendapatan keluarga peternak dari masmg masmg cabang
usaha di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar disajikan pada Tabel 26.
69
Tabel 26. Sumbangan Pendapatan Usaha Keluarga Petemak terhadap Total Pendapatan Keluarga Petemak di Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi .
Kecamatan Snmbangan Pendapatan Usaha terhadap Total
Pendapatan Kelnarga (%) Kombinasi
Usaha ABC D
Ngawi A+ B + C 52,09 23,88 A+B+C+D 6,41 21,07 A+ B + D 1,94 17,82 A+ C 30,10 0 A+ C + D 6,44 0 A+ D 9,54 0
Kedunggalar A+ B + C -1,08 43,77 A+ B + D 3,10 18,24 A+C -25,18 0 A+C+D .iJ,77 0 A+D 12,90 0
Keterangan : A Usabaternak Gaduhan B Usahaternak Non Gaduhan C Usabatani Tanaman Padi D Usaba Non Pertanian
24,03 15,37
o 69,90 29,70
o 57,31
o 125,18 25,68
o
o 57,15 80,24
o 63,86 90,46
o 78,66
o 75,09 87,10
Total (%) )
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Analisa Perbandingan Rata - rata Pendapatan Keluarga Peternak Penggaduh Per HKP dari Usahaternak Gaduhan Sapi Potong di Kecamatan Ngawi
dan Kecamatan Kedunggalar
Dengan terdapatnya perbedaan lama penggemukan sapi kereman di kedua
kecamatan maka dalam melakukan analisis perbandingan ini, rata - rata keluarga
petemak penggaduh dari usahatemak gaduhan yang dijalankan dihitung per HKP.
Rata - rata pendapatan keluarga petemak penggaduh dari usahatemak
gaduhan yang dijalankan adalah sebesar Rp 2.317,84 per HKP untuk Kecamatan
Ngawi dan Rp -934,32 per HKP untuk Kecamatan Kedunggalar.
Dari hasil analisis uji t (Independent samples tes) pada kedua variabel
(rata - rata pendapatan keluarga petemak penggaduh Kecamatan Ngawi dan
Kecamatan Kedunggalar) dapat diketahui bahwa t-hitung (2,232) lebih besar
daripada t-tabel (2,025) pada taraf nyata a. = 0,05. Nilai probabilitasnya adalah 0,032
70
(P<0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa rata - rata pendapatan keluarga petemak
penggaduh dari usahatemak gaduhan di kedua kecamatan adalah berbeda secara
nyata pada tarafnyata a = 0,05.
Faktor - faktor yang mempengaruhi perbedaan pendapatan keluarga petemak
penggaduh dari usahatemak gaduhan pada kedua kecamatan itu diduga karena adanya
perbedaan dalam hal kondisi lingkungan, karakteristik petemak, manajemen
budidaya temak (terutama cara pemberian pakan dan lama penggemukan), serta
sarana dan prasarana yang mendukung usahatemak tersebut.
71
----------~~---~~-~ --
----,~~-------' --
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perbedaan dalam manajemen budidaya usahatemak gaduhan sapi kereman di
Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Kedunggalar terutama adalah dalam pemberian
pakan (terutama pakan penguat) dan lama penggemukan sapi (10 bulan untuk
Kecamatan Ngawi dan 4 bulan untuk Kecamatan Kedunggalar).
Pada periode 1999/2000 (dropping temak tahun 1999) ini, sistem gaduhan
yang digunakan untuk temak kereman Oenis sapi PO) di kedua lokasi masih
menggunakan pola bagi hasiI 70% untuk penggaduh dan 30% untuk pemerintah.
Dengan melihat analisis pendapatan dapat diketahui bahwa keluarga petemak
penggaduh di kedua lokasi penelitian mengalami keuntungan secara tunai, namun
mengalami kerugian secara tidak tunai dan inventaris dari usahatemak gaduhan yang
dijalaukan.
Besar pendapatan keluarga petemak penggaduh dari usahatemak gaduhan di
Kecamatan Ngawi adalah Rp 834.695,83 (tunai), Rp -569.700 (tidak tunai), Rp-
12.621,93 (inventaris), dan Rp 252.373,90 (total) untuk lama penggemukan sapi
selama 10 bulan, sedangkan di Kecamatan Kedunggalar adalah Rp 158.386,33
(tunai), Rp -196.000 (tidak tunai), Rp -4.675,69 (inventaris), dan Rp - 42.307,36
(total) untuk lama penggemukan sapi selama 4 bulan.
RIC ratio usahatemak gaduhan di Kecamatan Ngawi adalah 1,38 sedangkan
di Kecamatan Kedunggalar adalah 0,89 Dilihat dari RIC ratio usahatemak gaduhan di
Dalam hal ini peningkatan peranan Dinas Petemakan dan instansi - instansi
terkait juga sangat dibutuhkan, terutama dalam pembinaan dan penyuluhan kepada
peternak penggaduh untuk meningkatkan pengetahuan betemak sapi kereman yang
baik.
Karena keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan data yang diperoleh selama
melakukan penelitian, penulis menyarankan agar dilakukan penelitian lebih Ian jut
untuk dapat memberikan informasi - informasi yang lebih lengkap dan berguna
untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan sistem gaduhan ternak sapi potong rnilik
pemerintah di Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.
74
DAFTAR PUSTAKA
A. F, Sudjono. 1999. "Jawa Timur Berdayakan Ternak Lokal ". Dalam Trobos 3. ( Desember , I). Jakarta.
Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian. 1977. Manajemen Usahatani. Jilid I dan Tata Buku. Jakarta.
Badan Pusat Statistik dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II Ngawi. 1998. Kabupaten Ngawi dalam Angka 1998. Ngawi.
Balai Penyuluhan Pertanian, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. 2000. Programa Penyuluhan Pertanian tahun 2000. Ngawi.
Dinas Peternakan Daerah Kabupaten DATI II Ngawi. 1996. Proposal Peningkatan PAD Melalui Pengembangan Sapi Kereman di Kabupaten DATI II Ngawi. Ngawi.
Direktorat Bina Usaha Petani Ternak dan Pengolahan Hasil Petemakan. 1986. Usaha Peternakan Perencanaan Usaha Analisa dan Pengelolaan. Jakarta.
Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa. 1999. Profil Desa, Daftar Pengolahan Data Potensi Desa (Desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi, Jatim).
Direktorat Jenderal Petemakan. 1998. Buku Statistik Petemakan. Direktorat Jenderal Petemakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Dirmansyah. 1994. " Prospek Agroindustri Sapi Potong di Indonesia". Dalam Warta BRI, 3. (Maret, XVIII). Jakarta.
Fathihaturrahmi, F. N. 1999. Analisis Ekonomi Usaha Anggota Kelompok Petemak Domba Purwamersa I dan II di Desa Sukawargi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut. Skripsi. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Furqon. 1999. Statistika Terapan untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung.
Gittinger, 1. P. 1982. Analisa Ekonomi Proyek - proyek Pertanian (Edisi Kedua). VI - Press. Jakarta.
Hemanto, F. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan Agribisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kantor Kecamatan Ngawi. 1999. Monografi Kecamatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi. Ngawi.
Kantor Kecamatan Kedunggaiar. 1998. Monografi Kecamatan Kedunggaiar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi. Ngawi.
Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Kabupaten DATI II Ngawi. 1998a. Daftar Isian Profil Desa Karangtengah Prandon, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi. Tahun 1998/1999. Ngawi.
Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Kabupaten DATI II Ngawi. 1998b. Daftar Isian Profil Desa Kedunggalar, Kecamatan Kedunggaiar, Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi. Tahun 1998/1999. Ngawi.
Kay, RD., 1988. Farm Management. Planing, Control, and Implementation (Second Edition). Mc. Graw Hill Book Company. Singapore.
Lole, U. R. 1995. Kajian Ekonomi Sistem Bagi Hasil pada Pola Gaduhan Penggemukan Sapi Potong di Kawasan Timor Barat. Tesis. Fakultas Pascasrujana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Muhzi, M. 1984. Pengaruh Pola Penggaduhan Temak Sapi Potong terhadap Distribusi Pendapatan di Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mubyarto. 1987. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan Ekonomi dan Sosiai. Jakarta.
Mulyanudin, A. D. 1996. Keragaan Penggemukan Sapi Potong Bantuan Presiden Dana Masyarakat Perhutani Indonesia (MPI) di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Murtidjo, B. A. 1999. Betemak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.
Nurhasanah. 2000. Analisis Pendapatan dan Kelembagaan Perusahaan Inti Rakyat (PIR) Penggemukan Sapi Potong (Studi Kasus di PT. Great Giant Livestock Co., lampung Tengah). Skripsi. Fakultas Petemakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi. 1999. Progress Report Bupati Kepaia Daerah Tingkat II Ngawi Masa Jabatan 1994 - 1999. Buku I Bidang Penyelenggaraan Pemerintah (Disajikan sebagai Instrumen Pemeriksaan Akhir Masa Jabatan Bupati Kepala daerah Tingkat II Ngawi). Ngawi.
Rasyaf, M. 1996. Memasarkan Hasil Petemakan. Penebar Swadaya. Jakarta.
76
Rozana, Y. 1998. Usahaternak Sapi Potong sebagai Diversifikasi Usahatani untuk Menambah Pendapatan Petani Padi Sawah di Kecamatan Cibalong, Tasikmalaya, Jawa Barat. Skripsi. Fakultas Peternakan. lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Saragih, J. R. 1997. Kelembagaan Bagi Hasil Ternak Domba dan Dampaknya terhadap Pendapatan Peternak di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Tesis. Fakultas Pascasrujana. lnstitut Pertanian Bogor. Bogor.
Scheltema, AM.P.A. 1985. Bagi Hasil di Hindia Belanda. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Siregar, S.B. 1999. Penggemukan Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Siswijono, S. B. 1992. Organisasi Sosial dalam Sistem Bagi Hasil Peternakan Sapi Perah Rakyat. Tesis. Fakultas Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soekartawi , A Soeharjo, J. 1. Dillon, J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Keci!. Ul- Press. Jakarta.
Sudjana, S. 1986. Metoda Statistika untuk Bidang : Biologi, Farmasi, Geologi, Industri, Kedokteran, Pendidikan, Psikolog~ Sosiolog~ Teknik, dll. Tarsito. Bandung.
Sugeng, Y. B. 1999. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Tarigan, E. 1996. Pola Sistem Gaduhan Ternak Sapi Potong dan Tingkat Pendapatannya di Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Tjakrawiralaksana, A dan M. C. Soreiatmadja. 1983. Usahatani, untuk Sekolah Menengah Teknologi Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Tohir, K. A, 1983. Seuntai Pengetahuan tentang Usahatani Indonesia. PT. Bina Aksara. Jakarta.
Wahyuni S., S. (Koordinator PPL. BPP. Mardiasri). 2000. Programa Penyuluhan Pertanian Tahun 2000. Balai Penyuluhan Pertanian Mardiasri, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Ngawi.
77
Wardojo, D. Adiwoso, B.J. Habibie, G. Kartasasmita, Soehadji, R. Thawaf. 1993. Agroindustri Sapi Potong. Dalam : Aziz, M. A. (Ed.). Pusat Pengembangan Agribisnis, Center for Information and Development Studies, Jumal Ilmu dan Kebudayaan Ulumul Qur'an. Jakarta.
Wati, R. 1999. Penyerapan dan Produktivitas Tenaga KeIja pada Usahatemak Domba Rakyat (Studi Kasus di Desa Wanamekar Kecamatan Wanaraja, Kabupaten Garut). Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
__________ . 1997. Dasar - dasar Analisis Statistik dengan SPSS 6,0 for Windows. Lembaga Pendidikan Komputer W ARANA dan Penerbit AND!. Semarang dan Yogyakarta.
78
Lampiran I. Contoh Surat Perjanjian Kerja Ternak Pemerintah yang Digemukkan di Kabupaten Daerah Tingkat II Ngawi.
D1NAS PETERNAKAN KABUPATEN I KOTAMADYA
DAERAH T1NGKA T II NGA WI
Jenis ternak
Sumber dana I tahun
SURA T PERJANJIAN KERJA TERNAK PEMERINTAH
YANG D1GEMUKKAN
Nomor:
Pada hari ini .............................. tanggal ................ bulan ............................ tahun .......................... .
Bertempat di .................................. yang berlanda tangan dibawah ini :
I ............................................................ .
2 ............................................................ .
Kepala Dinas Peternakan Kabupataen I Kotamadya
Daerah Tingkat II .................................. yang selanjutnya
disebut PIHAK PERTAMA.
Penggaduh berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas
Peternakan Kabupaten I Kotamadya Daerah Tingkat II
No ........................................................................ Tanggal
...................................... bertempat di desa ....................... .
Kecamatan .. ....... .... ..... ...... ....... Kabupaten I Kotamadya
................................................. Yang selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA .
Dengan ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menyatakan telah sepakat untuk membuat
perjanjian Pemerintah dengan ketentuan seperti diuraikan dalam pasal-pasal dibawah ini :
Pasall
PIHAK PERTAMA memberikan teroak Pemerintah kepada PIHAK KEDUA dan PlHAK KEDUA
menerima berupa :
(1) 1 (satu) ekor teroak sapi I kerbau I kambing I domba betina :
Ras / rumpun ....................... , umur ................ tahun, No. telinga I cap bakar ............................... .
Berat badan ........ ..... ....... kg dan atau harga teroak Rp. . ................................................................ .
(2) 1 (satu) ekor ternak sapi / kerbau / kambing I dombajantan :
Ras / rumpun ...................... , umur ................. tahun, No. telinga / cap bakar ............................... .
Berat badan .................... kg dan atau harga teroak Rp .......................................................... : ....... .
80
Pasal2
PIHAK KEDUA mempunyai kewajiban :
(1) Selambat-lambatnya pada bulan ke ............... ( ............................... ) menyerahkan teroak hasil
penggemukkan kepada PlHAK PERTAMA.
(2) Sanggup menyediakan kandang, pakan dan memelihara teroak yang diterimanya dengan baik.
(3) Mengikuti petunjuk dan bimbingan teknis yang diberikan oleh Petugas Dinas Petemakan yang
berwenang.
(4) Melaporkan segala sesuatu yang terjadi terhadap temak yang dipelihara dalam waktu yang
secepat -cepamya.
(5) Menanggung resiko temak yang dipeliharanya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal3
PlHAK PERTAMA mempunyai kewajiban :
(1) Melaksanakan penjualan temak hasil penggemukan yang dilaksanakan oleh pihak kedua.
(2) Menyerahkan 70 % dari pertarnbahan harga temak yang dijual kepada pihak kedua, dan sisa hasil
penjualan menjadi milik Pemerintah.
Pasal4
PlHAK KEDUA berhak untuk :
(I) Mendapat 70 % dari pertambahan harga temak yang dijual.
(2) Memanfaatkan tenaga temak yang dipelihara dalam batas-batas tertentu.
(3) Memanfaatkan pupuk kandang hasil temak yang dipeliharanya.
PasalS
Bila temyata temak Pemerintah yang diterima PIHAK KEDUA mati, hilang bukan karena kesalahan
atau kelalaian PlHAK KEDUA, maka yang bersangkutan mendapat prioritas untuk memperoleh temak
yang baru dengan ketentuan PIHAK KEDUA tetap memenuhi kewajibannya, berdasarkan perjanjian
ini.
Pasal6
Bila temyata teroak Pemerintah yang diterima PIHAK KEDUA mati atau hilang karena kesalahan atau
kelalaian PlHAK KEDUA, maka PIHAK KEDUA harus mengganti temak tersebut dengan temak
yang sarna ras / rumpun, umur, dan berat badan selarnbat-lambatnya 3 bulan terhitung sejak temak
tersebut mati atau hilang serta tetap memenuhi kewajibannya yang belum dipenuhinya berdasarkan J
perjanjian ini.
81
Pasal7
Apabila PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi kewajibannya sebagaimana dimaksudkan pada pasal2
ayat (I) disebabkan karena kesalahan atan kelalaiannya, maka perjanjian ini batal dengan sendirinya
menurut hukum dan temak yang bersangkutan ditarik kembali oleh PIHAK PERTAMA tanpa ganti
apapun.
Pasal8
PIHAK KEDUA tidak berhak menjual, menukarkan dan memindahtangankan temak sebelum PIHAK
KEDUA memenuhi kewajibannya, sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat (I).
Pasal9
Jika PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajiban-kewajiban yang ditetapkan dalam perjanjian ini,
maka PlHAK PERTAMA berhak membatalkannya dan menarik kembali ternak yang diserahkan
PIHAK PERTAMA kepada PlHAK KEDUA tanpa ganti rugi apapun.
PasallO
(I) Apabila PIHAK KEDUA meninggal dunia, maka perjanjian ini berlaku bagi ahli waris PIHAK
KEDUA.
(2) Apabila ahli waris tidak bersedia, maka ternak yang bersangkutan ditarik kembali oleh PlHAK
PERTAMA untuk dijual atan digaduhkan kepada penggaduh lainnya.
Pasalll
(I) Apabila terjadi perselisihan tentang pelaksanaan perjanjian ini, maka kedua belah pihak sepakat
untuk menyelesaikan secara musyawarah.
(2) Apabila perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan secara musyawarah, maka kedua belah
pihak sepakat menyelesaikannya melalui Pengadilan Negeri setempal.
Pasal12
Surat Perjanjian Temak Pemerintah ini dibuat dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak dalam
keadaan sehat jasmani dan rohani tanpa adanya paksaan dari pihak manapun, dalam rangkap 3 (tiga)
dua diantaranya bermaterai secukupnya rnasing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sarna.
82
PlHAKKEDUA
Penggaduh,
( ........................................ )
Kepala Desa,
( ........................................ )
Petugas Dinas Petemakan
Kecamatan ............................... .
( .................................................. )
Saksi-saksi
PlHAK PERTAMA
Kepala Dinas Petemakan Kabupaten /
Daerah Tingkat II
Ngawi
( ........................................... )
Camat Kepala Wilayah Kecamatan
( ........................................... )
83
Lam
pira
n 2
. 8
agi
Has
il K
eunt
unga
n P
enju
alan
Sap
i P
oton
g G
aduh
an d
i K
ecam
atan
Nga
wi
dan
Kec
amat
an K
edun
ggal
ar,
Kab
upat
en
Dae
rah
Tin
gkat
II N
gaw
i
Kec
amat
an N
gaw
i K
ecam
atan
Ked
uttlz
lZala
r
No
H.,
..
Bar
ga P
enju
alan
B
a . H
asil
Pen
gem
balia
n N
o H
"l!'
H
arga
Pen
jual
an
Res
p Pe
njua
lan
Dik
uran
gi H
arga
ct
cmak
(70"
10)
Pem
erin
tah
(30%
)_
ke P
emer
inla
hn
Res
p.
Penj
uala
n di
kura
ngi H
arga
(Rp)
P
okok
Bak
alan
(R
p).
.l
Rp
) (R
p)
mo
l (R
ol
Pok
ok B
akal
an (
Ro
)·
1 32
0000
0,0
1000
000,
00
7000
00.0
< 30
0000
,()(
2500
000,
00
1 25
5900
0,0
3090
00,0
<
2 4400000~
2200
000,
00
1540
000.
00
6600
00,0
< 28
6000
0,00
2
2359
000,
0 10
9000
,0<
3 28
5000
0,00
65
0000
,0
4550
00.0
< 19
5000
,0<
239'
000.
00
3 22
5900
0.00
90
00.0
<
4 23
0000
0 0
1000
00,0
70
000
0 30
000,
0<
2230
000.
00
4 27
0900
0.00
4S
9000
.()(
, 34
5000
0 0
1250
000,
00
8750
00.O
C
37S0
00.0
< 25
7500
0 0
, 30
5900
0 0
8090
00.1
)(
6 24
0000
0,0
2000
00,0
0 14
0000
.OC
6000
0.0<
22
6000
0.00
6
2409
000,
00
1590
00.0
<
7 32
0000
0.00
10
0000
00
7000
00.0
0 30
0000
.0(
2500
000
0 7
2409
000
0 15
9000
0
8 39
5000
0.0(
] 17
5000
00
1225
000
0 52
5000
0
2725
000
0 8
3009
000
0 75
9000
0
9 35
0000
0.00
13
0000
00
910o
oo,(
)(
3900
000
2590
000,
0(]
9 22
5900
0.00
90
00.0
0
10
3400
000.
00
1200
0000
84
0000
0
3600
00.0
< 25
6000
0.0<
10
26
0000
0.00
35
0000
0
II
30'0
000.
00
8500
00,0
59
5000
0
2550
00,0
24
5500
0,00
II
30
0000
0.00
75
0000
,0
12
3000
0000
80
0000
0 '6
00
00
0
2400
00.0
< 24
4000
0.00
12
26
0900
0,00
35
9000
0
13
3600
000.
00
1400
000,
0(]
9800
00 0
42
0ooo
'()(
26
2000
0,0(
) 13
28
0000
0.00
55
0000
0
14
2700
000,
00
'000
00,0
0 35
0000
.0<
1500
00,0
< 23
5000
0 0
14
2300
000,
0 '0
000,
0<
15
3400
000.
00
1200
0000
84
0000
.0<
3600
00.1
)(
2560
000.
0<
" 24
0000
0 0
"OOOO,~
16
3600
000,
00
1400
000,
0 98
0000
,0<
4200
00.0
< 26
2000
0 0
16
2500
000,
0(]
2500
00,0
0
17
3000
000,
00
8000
00,0
56
0000
,0
2400
00.0
< 24
4000
0.0<
17
26
0000
0,0<
35
0000
,00
18
2500
000,
00
3000
00,0
21
0000
,0
9000
0,0
2290
000.
0<
18
2700
000,
00
4'00
00,0
0
19
3400
0000
12
0000
0,00
84
0000
,0
3600
00.0
( 25
6000
0.0<
19
24
0000
0,00
15
0000
0
20
2500
000,
0 30
0000
.0<
2100
00,0
< 90
000.
0<
2290
000.
00
20
2300
000,
00
5000
0 0
Jum
lah
6340
0000
,0
1940
0000
,0
1358
0000
0 58
2000
0,0£
49
8200
00,0
< Ju
mla
h 51
2400
00,O
C
6240
000,
00
Rat
a·ra
ta
3170
000,
00
970000,~
6790
00,O
C
291O
O0J
)( 249IOO0,~ R
ata·
rata
2562000,~
3120
00,0
0
Ket
eran
gan:
• H
arga
Pok
ok B
akal
an R
p.2.
200.
000,
OO
unt
uk K
ecam
atan
Nga
wi d
an R
p 2,
250.
000,
00 u
ntuk
Kec
amat
an K
edun
ggal
ar
.. H
arga
Pok
ok S
akal
an d
itam
bah
besa
mya
Pen
erim
aan
Pete
mak
Pen
ggad
uh d
ari B
agi H
asil
00
"'"
88i1
:iHas
ii
Pet
emak
(70
%)
Pem
erin
tah
(30%
(Rol
(R
ol
2163
00.0
< 92
700.
00
7630
0.0
3270
0,0
6300
,0
2700
.00
3213
00.0
< 13
7700
,00
5663
00 0
24
2700
0
1113
00,0
47
700.
00
1113
00.0
< 47
7000
'313
00.0
< 22
7700
0
6300
'()(
27
00,0
2450
00,0
< 10
5000
0
5250
00.0
< 22
5000
,0
2513
00.0
< lO
7700
,OC
3850
00.0
< 16
5000
,00
3500
0,0<
15
000,
00
10'0
00.0
< 45
000,
OC
1750
00,0
75
000,
0<
2450
00,0
10
'000
,0<
3150
00,0
< 13
5000
,0
10'0
00.0
< 45
000
0
3500
0,0<
15
000,
0
4368
000.
0<
1872
000,
00
2184
00,(
)(
93600,~
Pen
gem
balia
n
ke P
emer
inla
h··
(Rol
2342
700,
()(
2282
700,
OC
22S
2700
JK
2387
700,
OC
2492
700J
)(
2297
700.
0(
2297
700,
()(
2477
700,
0<
2252
700,
()(
2355
000,
0<
2415
000,
0<
2357
700,
0<
2415
0000
2265
000,
0
229'
000,
0<
2325
000,
0<
""0
00
,0<
2385
000,
0<
229'
000,
0<
2265
000,
0<
4687
2000
0
2343
600,
0<
00
v
.
Lam
pira
n 3.
P
ener
imaa
n, B
iaya
Pro
duks
i, se
rta
Pen
dapa
tan
Kel
uarg
a P
eter
nak
Pen
ggad
uh d
ari
Usa
hate
rnak
Gad
uhan
Sap
i
Pot
ong
di K
ecam
atan
Nga
wi,
Kab
upat
en D
aera
h T
ingk
at II
Nga
wi
(Lam
a P
engg
emuk
an S
api
10 B
ulan
)
Selis
ih H
rg P
ok.
No.
B
agi H
asH
S
kin
Bi
.!\ya
Pro
duks
i R
o)
Pend
apat
an
(Rp
) de
ngan
Hrg
Bel
i Bkl
n Pe
rienJ
idc:a
pan
(Rp
) R
esp.
(i
'p)
Paka
n H
Hau
an
Paka
n Pe
nRua
t O
bat-o
hata
n Pe
nvus
utan
I 70
0000
0
2000
00.1
)(
3000
00 0
9O
OOO.
OC
1500
0.1)
( 38
000.
OC
12
500
0 44
4500
.OC
2 15
4000
0,1)
( 17
5000
,1)(
5100
00,1
)( 16
2500
,OC
15
000,
00
3050
0 0
2221
3 33
97
4786
,6
3 45
5OO
0.O
C 44
0000
,0
3000
00.1
)( 21
0000
,00
1500
0.00
10
8333
3 78
666
3513
OO
.OC
4 70
000,
0 20
0000
,0
3000
00,0
6O
OOO,
OC
1500
0,00
33
000,
OC
16
660,
1)(
-154
660,
OC
5 87
5000
.1)(
30
0000
.1)(
60
0000
.1)(
15
0OOO
.OC
1850
0.00
19
000,
1)(
4998
0 38
2502
.0(
6 14
0000
,1)(
20
0000
,1)(
51
0000
,1)(
21OO
OO.O
C 15
000,
00
2900
0 0
2082
5.1)
( -4
4482
5.O
C
7 70
0000
,0
2000
000
5100
000
24OO
OO.O
C 15
000,
00
45OO
0,OC
2905
0,1)
( 60
950,
OC
8 12
2500
0,1)
( 17
5000
,1)(
30
0000
,1)(
15OO
OO.O
C 15
000,
00
1200
0.O
C 12
4950
91
0505
.0(
9 91
0000
,1)(
20
0000
,1)(
81
0000
,1)(
O,OC
15
000,
00
3500
0 0
1666
0,1)
( 23
3340
,OC
10
8400
00,O
C
1900
00,1
)(
2100
00,1
)(
6000
0.00
15
000
00
8OO0
.OC
8330
,1)(
7286
70,O
C
II
5950
00,0
20
0000
,0
8100
00,1
)( 9O
OOO,
OC
1500
0,00
66
666
1851
1 II
-1
4517
7.7
12
5600
00 0
20
0000
,0
4050
00 0
O,
OC
1850
0,00
20
000
0 27
766
3137
2333
13
9800
00 0
44
0000
,1)(
51
0000
0
15OO
O0,O
C 15
000,
1)(
2600
0.1)
( 16
660,
1)(
7023
40,O
C
14
3500
00,O
C
1650
00,1
)(
6000
00,1
)(
3400
00,0
0 15
000,
0(
3600
0,O
C
1666
0,1)
( -4
9266
0,0(
8400
00,0
( 20
0000
,0(
1050
00,1
)( 44
4OOO
.OC
1500
0,1)
( 18
OOO.
OC
3332
0 45
4668
.0(
16
9800
00,0
44
0000
,0
5100
00,0
( 15
OOOO
,OC
1500
0,00
26
000,
0(
1666
0,0(
70
2340
,OC
17
5600
00 0
20
0000
0 42
0000
0
1200
00,0
0 15
000,
0(
2075
0,0(
16
660,
OC
1675
90 0
18
2100
00,0
( 20
0000
,0(
5100
00,0
( 12
0000
00
1600
0,0(
10
500,
0(
4165
,0(
-250
665,
0(
19
8400
00,0
( 20
0000
,1)(
51
0000
,0(
12OO
OO,O
C 15
000,
0 73
33,3
3 33
33,3
3 38
4333
3
20
2100
00,0
25
0000
,0(
5100
00 0
18
OOOO
,OC
1500
0,00
29
000
0 20
825
l -2
7608
25
Jum
lah
1358
0000
,0(
4775
000,
0(
9240
000,
0 30
4650
0,00
30
8000
,00
4605
8333
25
2438
,61
5047
478,
0
Rat
a-ra
ta
6790
00,0
( 23
8750
,0(
4620
00,0
( 15
2325
0C
1540
0,00
23
029
I 12
6219
3 25
2373
,9C
Lam
pira
n 4.
P
ener
imaa
n, B
iaya
Pro
duks
i, se
rta
Pen
dapa
tan
Kel
uarg
a P
etem
ak P
engg
aduh
dar
i U
saha
tem
ak G
aduh
an S
api
Pot
ong
di K
ecam
atan
Ked
ungg
alar
, Kab
upat
en D
aera
h T
ingk
at II
Nga
wi
(Lam
a P
engg
emuk
an S
api
4 B
ulan
)
No
Bag
i Has
il Se
lisih
Hrg
Pok
. Sk
in
Sia
a Pr
oduk
si (R
p)
Pend
apat
an
00
0'>
.
Res
p.
I 2 3 4 5 6 7 8 9 10
II
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Jum
lah
Rat
a-ra
ta
(Rp
)
2163
OO
,OC
7630
0,O
C
6300
,OC
32 I
300,
OC
5663
00,O
C
I1I3
00,O
C
1113
00,O
C
5313
00,0
6300
,OC
2450
00,O
C
5250
00 0
2513
00,O
C
3850
00,O
C
35OO
O,OC
1050
00,0
(
I 75O
OO,O
C
245O
OO,O
C
3150
00,0
(
1050
00,0
(
3500
0,0(
3680
000
2184
00,0
(
deno
an H
ro B
el;
Bkl
n (
Rp
) Pa
kan
Hiia
uan
2500
00.0
16
4OOO
,OC
00
24
0000
,OC
0.0
1200
00,O
C
2500
00,O
C
1200
OO
,OC
3500
00,O
C
2400
00,O
C
5000
0,O
C 24
0000
,OC
2500
00,O
C
204O
OO,O
C
0,0
1800
00.O
C
2000
00,0
32
4OOO
,OC
0,0
1200
00,O
C
1500
00,0
20
40oo
,0(
5000
0,O
C 24
0000
,OC
1500
00,O
C 24
OO
00,O
C
2500
00,O
C
2040
00,0
(
1500
00,O
C 24
0000
,OC
1500
00,O
C 18
0000
,0(
00
18
OOOO
,OC
2000
00,0
0 12
0000
,OC
00
12
0000
,OC
1150
00,0
0 24
ooo0
,0(
2565
0000
0 39
2000
0,0(
1282
50,0
0 19
6000
Q(
Paka
n Pen~uat
Oba
t-oba
tan
Per
ieng
kapa
n Pe
nyus
utan
(R
p)
2160
00,0
0 18
500.
00
1900
0,O
C
4950
,0(
4385
0,0
1680
00,0
0 22
500.
00
1850
0 OC
33
00,O
C -3
76OO
O,OC
3000
00.0
0 15
000,
00
1I00
0,O
C
3300
,OC
-443
000,
OC
2520
00,0
0 18
500,
00
5333
33
1I00
,OC
17
4366
,6
1560
0000
18
500
00
205O
O,O
C 39
60,O
C 47
7340
,OC
1560
00,0
0 10
000,
00
I 260
0,O
C 49
50,O
C -2
6225
0,O
C
1200
0000
15
000,
00
1250
0,O
C
3093
,75
6706
25
1560
00,0
0 15
000,
00
I 250
0.O
C 72
60,O
C 16
0540
,OC
3000
0 00
15
OOO,
OC
1120
0,O
C 49
50,O
C -1
7885
0,O
C
1200
00,0
0 18
000,
00
12OO
O.OC
49
50,O
C -2
9950
,OC
2460
00,0
0 20
000,
00
I 475
0,O
C 76
99,9
18
2550
,01
6000
0,00
18
000,
00
7500
,OC
1650
,OC
-258
50,O
C
3000
00,0
0 20
000,
00
16OO
0,OC
9075
,OC
-500
75,O
C
6000
0 00
15
000,
00
4750
,0(
2475
,0(
-122
5,0(
3000
00,0
0 18
500,
00
1600
0,O
C
3300
,OC
-322
800,
OC
1800
0000
18
OOO,
OC
13OO
O,OC
33
00,O
C ';;9
3OO
,OC
1500
00,0
0 18
000,
00
llooO
,OC
33
00,O
C -1
1 73
00,O
C
6000
0,00
15
OOO,
OC
2000
0,O
C
6600
,OC
2934
OO,O
C
6000
000
1800
0,00
I 9
500,
OC
6049
9 -1
1854
99
6000
0,00
10
500,
00
2100
0,O
C
8250
,OC
-189
750,
0
3150
0000
0 33
7000
,OG
27
8633
33
9351
373
-846
147,
0/
1575
00,0
0 16
8500
C
1393
1,6
4675
,6
-423
07,3
5
Lam
pira
n 5.
P
ener
imaa
n, B
iaya
Pro
duks
i ,
sert
a P
enda
pata
n K
elua
rga
Pet
emak
Pen
ggad
uh d
ari
Usa
hata
ni T
anam
an P
adi
di
Kec
amat
an N
gaw
i da
n K
ecam
atan
Ked
ungg
alar
, K
abup
aten
Dae
rah
Tin
gkat
II N
gaw
i .
lKec
amat
an N
gaw
i
No.
Pe
njua
lan
Has
il Pa
nen
Bi.
y. P
rodu
ksi (
Rp)
Pe
ndap
atan
Res
p.
Has
il Pa
nen
Yan
g di
kons
umsi
U
pah
Ten
...
Ker
i.
(Rp)
(Rp)
(R
p)
Pupu
k U
an,
Nat
ura
Ben
ih
Sew
aAla
t Se
wa
Tan
ah
Peny
usut
an
5 0,
0(
9250
00,O
C
4625
0.0C
64
017,
0(
1027
77,7
lO
OOO.
OC
2500
0,0(
O,
OC
6666
6 67
0288
55
9 18
5000
0,0(
92
5000
,OC
34
5000
,OC
24
3274
,8
3083
33,3
3 6O
OOO,
OC
6000
0,0
0,0(
50
00,0
17
5339
1,81
10
9250
00 0
46
2500
,OC
18
5000
,0(
2432
73,8
46
2499
,9
3OOO
0,OC
7500
0,0(
0,
0(
1000
0,0(
3
81
72
61
5
12
1665
000,
0 I 8
5000
,OC
12
2000
,0(
4609
41 8
20
5555
5 30
000,
0(
7000
0,0(
0,
0(
5000
,0(
9565
02.6
1
14
1665
000,
0(
2775
00,O
C
I 220
00,O
C
2432
74,8
21
5833
,33
3000
0,O
C
1000
00,0
( 24
9900
,0(
4000
,0(
9774
91,8
1
17
6475
00,0
( 74
0000
OC
3000
00,O
C
2304
709
1541
6661
20
000,
OC
11
0000
0
0,0(
62
00,0
( 56
6662
41
18
4625
00,0
46
2500
,OC
11
8000
,OC
11
5235
4 10
2777
,7
2OOO
0,OC
4000
0,0(
0,
0(
2666
,6
5263
20,0
\
19
2312
5000
O,
OC
1815
00,0
( 96
0295
.0(
2569
44,O
C
5000
0,0(
70
000,
0(
00
50
00,0
( 78
8761
0(
lum
lah
9527
500,
0 39
7750
0,O
C
1419
750,
0(
2560
783,
8 18
0888
8,43
25
0OOO
,OC
5500
00,0
( 24
9900
,0(
4453
3 3
6621
144,
43
Rat
a-ra
ta
1190
937,
5C
4971
8750
17
7468
75
3200
979
2261
110
3125
0,O
C
6875
00
3123
7.5C
55
666
8276
4305
lKec
amat
an K
edun
ggal
ar
No.
Pe
njua
lan
Has
il Pa
nen
Bi.
y. P
rodu
ksi (
Rp)
P
enda
pata
n
Res
p.
Has
il Pa
nen
Yan
g di
kons
umsi
U
pah
Ten
.,. K
eJj.
(R
p)
(Rp)
(R
p)
Pupu
k U
ang
Nat
ura
Ben
ih
Sew
aAla
t Se
wa
Tan
ah
Peny
usut
an
2 46
2500
,OC
46
2500
,00
lOOO
OO,O
C 12
1637
43
1027
77,7
1 20
000,
OC
65
000,
0(
0,0(
5O
OO,O
C 51
0584
79
6 O,
OC
7400
00,0
0 29
0000
,OC
12
1637
43
8222
2,22
25
OOO,
OC
6500
0,O
C
2000
00,O
C
6666
6 ·5
0526
32
8 46
2500
,OC
46
2500
,00
1420
00,O
C
2432
74,8
10
2777
,7
2000
0,O
C
3000
0,O
C
O,OC
80
00,O
C 37
8947
,31
10
9250
0,O
C
8325
00 0
0 14
8000
,OC
22
1062
,5
1027
77,7
30
000,
OC
I 7
5000
,OC
O,
OC
1000
0 0
2381
5972
12
2775
00,O
C
I 850
00,O
C 66
6666
80
212,
5 51
388,
89
1000
0,0
2500
0,O
C
O,OC
lO
OOO,
OC
2192
3194
20
9250
00,O
C
9250
00,O
C 40
800,
OC
33
0709
5 20
5555
,51
5200
0,O
C
5000
0,O
C
O,OC
80
00,0
( 11
6293
494
Ium
lah
22
2000
0,O
C
3607
500.
OC
78
7466
,61
1118
534,
2 64
7500
,01
I 570
00,O
C
4100
00,O
C
2000
00,O
C
4766
66
2459
3324
3
Rat
a-ra
ta
37O
OO
00C
60
1250
00
1312
44,4
4 18
6422
,3
10
79
1M
26
166,
6 '-
--68
333,
33
_ 33
333,
33
7944
,4
4098
88,7
4
00
K
eter
anga
n : Y
ang
dipe
rhit
ungk
an a
dala
h ha
sill
ahan
gar
apan
(pe
ndap
atan
pet
ani
non
buru
h ta
ni)
....,
00
0
0
,- )
Lam
pira
n 6.
P
ener
imaa
n, B
iaya
Pro
duks
i,ser
ta P
enda
pata
n K
elua
rga
Pet
emak
Pen
ggad
uh d
ari
Usa
hate
mak
Non
Gad
uhan
di
Kec
amat
an N
gaw
i da
n K
ecam
atan
Ked
ungg
alar
, K
abup
aten
Dae
rah
Tin
gkat
II N
gaw
i.
lKec
amat
an N
Raw
i
No
Peru
baha
n B
iava
Pm
duks
i (R
p)
Res
p.
Nila
i Tem
ak
Paka
n H
ijaua
n Pa
kan
Peng
uat
Oba
t-oba
tan
Perl
engk
apan
Pe
nyus
utan
Pe
ndap
atan
(Rp)
(R
p)
3 8S
oooo
.OC
51
0000
.0
2550
00.0
0 0,
00
2166
66
1573
33
4760
0 0<
8 10
0000
0,00
30
0000
,0<
1500
00 0
0 0
00
12
0000
,0<
1249
5,0<
41
7505
0<
10
lOOO
OOO,
OC
2100
00,0
< 99
999,
99
0,00
80
00,0
83
30,0
< 67
3670
,01
II
2600
000,
OC
16
2000
0,0<
30
0000
,00
00
0
1333
3 3
1851
1 II
64
8155
5:
12
260O
OO
0,OC
8100
00,0
< 90
00C
,00
0,00
40
000,
0<
5553
,3
1654
4466
(
15
13OO
OO0,O
C 10
5000
,0<
4500
00,0
0 0
00
18
000,
0<
3333
2 72
3666
8(
17
IJOOO
OO,O
C 42
0000
,0<
1999
99,9
9 0
00
20
750,
0<
1666
6,0<
64
2584
,01
18
2600
00,O
C
1428
00,0
< 0,
00
00
0
1050
0 0
4165
0 10
2535
0(
19
26OO
OO0,O
C 10
2000
0,0
1999
9999
0
00
14
666,
6(
6666
,6(
1358
666,
6'
Jum
Jah
135
I OOO
O,OC
51
3780
0,0<
17
4499
9,97
0,
00
2669
16,6
6 91
453,
6 62
6882
9,7:
Rat
a·ra
ta
1501
111
II
5708
66,6
19
3888
,89
0,00
29
6574
1 10
1615
69
6536
6;
lKec
amat
an K
edun
ggal
ar
No.
Pe
ruba
han
Bia
ya P
rodu
ksi
Rp t
Pe
ndap
atan
Res
p.
Nila
i Tem
ak
Paka
n H
ijaua
n Pa
lcao
Pen
guat
O
bat -
Oba
tan
Perle
ngka
pan
Pen
yusu
tan
(Rp)
(Rp)
4 40
0000
,00
1200
00.0
< 25
2000
.00
0,0
5333
33
1100
,0<
2156
6 6~
7 10
0000
0,00
20
4000
,0<
1200
00,0
0 60
00,0
< 12
500,
0<
3093
,7
6544
06 2
,
12
200O
OO,O
C 67
200
0 60
00,0
75
00.0
< 33
00,0
< 11
6000
0<
14
1300
000.
00
2040
00.0
< 60
000
00
6000
.0<
1600
0.0<
90
750
1004
9250
(
Jum
lah
2900
000
00
5952
00,0
< 43
2000
,00
1800
0,0<
41
333
33
1656
8,7
1796
8979
;
Rat
a-ra
ta
7250
00.O
C
1488
00,0
< 14
4000
.0C
45
00.0
10
333.
33
4142
.1
4492
24,4
1
00
v;
,
Lam
pira
n 7.
Tot
al P
enda
pata
n K
elua
rga
Pet
emak
Pen
ggad
uh d
i Kec
amat
an N
gaw
i, K
abup
aten
Dae
rah
Tin
gkat
II N
gaw
i.
No.
P
enda
pata
n da
Ti (
Rp)
T
otal
Res
p.
Usa
hata
ni T
anam
an P
adi
Usa
hate
mak
U
saha
Non
Per
tani
an
Pen
dapa
tan
Kel
uarg
a L
ahan
gar
apan
B
uruh
Tan
i G
aduh
an
Non
Gad
uhan
In
dust
ri
Non
Ind
ustr
i P
etem
ak (R
p)
I .0
,0<
.0,0<
44
45.0
.0 .0
Q
,Q(
5837
5.0,
00
84Q
( 18
6825
.0,0
0
2 .0
,0<
.0,0<
97
4786
6 Q
,()(
1090
00.0
,00
Q,()
( 2.
0647
8667
3 .0,
.0 .0,
0<
3513
00,0
0 .0
.0
19.0
75.0
.0,0
0 .0,
.0 22
588.
0.0,
00
4 o,(
)( .0,
0<
-154
66.0
,0<
476o
o,()
( 52
7500
,00
Q,Q
( 42
044.
0,00
5 67
.028
8,5
6640
00,()
( 38
25.0
2,.0
Q
,()(
.0,0
0 42
oooo
Q,()
( 59
1679
.0,5
5
6 .0
.0
Q,()
( -4
4482
5,()(
.0
.0
2271
25.0
.00
.0,.0
I 826
425,
Q<l
7 Q
,()(
Q,()
( 60
95Q
,()(
Q,()
( 21
8865
.0,0
0 Q
,Q(
2249
60.0
,00
8 o,(
)( 42
0000
,.0
9105
.05,
.0
4175
Q5,
()(
.0,0
0 Q
,()(
1748
.01.
0 .0.
0
9 17
5339
181
Q,()
( 23
334.
0,0(
Q
,()(
.0 Q.O
Q
,()(
1986
7318
1
1.0
3817
2615
Q,
()(
7286
7Q,()
( 67
367.
0,.0
22
1500
.0,0
0 30
0000
.0,.0
69
9906
6,15
II
Q,()
( Q
,()(
-145
1777
64
8155
5 58
375D
,()(
4000
00Q
,,(j(
5.08
6727
77
12
9565
.026
1 .0,
.0 31
3723
,33
I 654
446
,8(
Q,Q<
1 15
OO
OO
Q,(j
( 44
2467
2 74
13
.0.0
42
QO
OO
,()(
7.02
34.0
,0(
Q,()
( Q
ge
.0.0
11
2234
.0,0
0
14
9774
9181
Q
,()(
-492
660,
,(j(
.0.0
IQ
9OO
QD
,()(
Q,,(j(
15
7483
181
15
Q,()
( Q
,()(
4546
68,[)
( 72
3666
,8(
128Q
D,()
( Q
,,(j(
2458
334,
8.0
16
Q,()
( 42
oooo
,()(
7Q23
4D,()
( Q
,()(
5837
5D,()
( .0
.0
1706
.09.
0,00
17
5666
62,4
1 Q
,()(
1675
9O,Q
< 64
2584
,.01
5837
5D,()
C
3000
00D
,()(
4960
586,
42
18
5263
2.0
.0 Q
,()(
-250
665,
()(
IQ25
35.Q
( 10
9OO
QD
,()(
Q,,(
j( 14
6819
0.09
19
7887
61,()
( Q
,()(
3843
333
1358
6666
58
375D
,()(
Q,,(
j( 31
1551
1,.0
3
2.0
Q,()
( ----
.0,0
( _
_ -276Q~ -
--
,O,(
)(
1652
5()()
,(){]
--~
---
1376
417,
5.0
\0
o
Lam
pira
n 8.
T
otal
Pen
dapa
tan
Kel
uarg
a P
etem
ak P
engg
aduh
di
Kec
amat
an K
edun
ggal
ar,
Kab
upat
en D
aera
h T
ingk
at II
Nga
wi.
No.
P
enda
pata
n da
ri (
Rp)
Pe
ndap
atan
Res
p.
Usa
hata
ni T
anam
an P
adi
Usa
hate
mak
U
saha
Non
Per
tani
an
Tot
al
Kel
uarg
a (R
p)
Lah
an G
arap
an
Bur
uh T
ani
Gad
uhan
N
on G
aduh
an
Indu
stri
N
on I
ndus
tri
I o.
oe
6440
oo.o
c 43
850.
00
00
0
0
I 800
000
,DC
2487
850.
0e
2 51
0584
71
6440
00.O
C
-376
000.
00
O.OC
o,
oe
O.DC
77
8584
71
3 O.
DC
6440
OO.O
C -4
4300
0.O
C
00
O.
OC
O.DC
20
1000
.OC
4 O.
DC
O.OC
17
4366
6 15
566
6 O.
De
2000
oo.D
.DC
2189
9333
'
5 O.
OC
4200
00.O
C
4773
40.O
C
.D.O
O.
DC
1360
oo.D
.DC
2257
340
OC
6 o
DC
8400
00.O
C
-262
2500
O.
OC
O.DC
20
0000
.D.D
C 25
7775
0 OC
7 -5
0526
.37
4200
00.0
67
06.2
65
4406
.25
O.DC
O.
DC
103.
D58
6.1!
8 37
8947
3 O.
OC
1605
40.0
0 O.
OC
O.DC
IO
OOOO
O.DC
15
3948
731
9 O.
DC
6440
00 0
-1
7885
0.00
O.
DC
O.DC
O.
DC
4651
50 D
C
10
2381
59.7
O.
OC
-299
50.0
0 0.
0 o.
oe
4000
000.
DC
42
0820
97;
11
O.DC
O.
OC
1825
5001
O.
OC
1652
500,
Oe
o,oe
18
3505
001
12
2192
31.9
42
0000
.OC
-2
5850
0 11
6000
.OC
o.oe
O.
DC
7293
819'
13
o .DC
O.
OC
-500
75.O
C
00
58
3750
.DC
O.
DC
5336
750C
14
0.00
0
0
-122
5.O
C l0
0492
5.D
C
O.DC
24
0000
0,D
C
3403
700
OC
15
O,DC
42
0000
.OC
-3
2280
0.00
O.
OC
O.DC
I 4
4000
0,D
C
1537
200.
OC
16
O,DC
64
4000
,OC
-6
9300
,OC
O.OC
O,
DC
O.DC
57
4700
OC
17
O,DC
64
4000
.OC
-1
1730
0.O
C
00
O,
OC
O,DC
52
6700
.OC
18
O,OC
64
4000
,OC
29
3400
.OC
0
0
o,oe
O,
DC
9374
00 O
C
19
0.00
64
4000
.0
-118
549.
9 0
0
O,DC
o,
oe
5254
50.0
1
20
1162
934,
9 0,
0 -1
8975
0.O
C
O.OC
O,
DC
4000
00,O
e 13
7318
49'
I , I I t , i '" -
Lam
pira
n 9.
C
urah
an K
erja
K
elua
rga
dan
Pen
dapa
tan
Kel
uarg
a P
etem
ak P
engg
aduh
per
HK
P da
ri U
saha
tem
ak G
aduh
an
Sapi
Pot
ong
di K
ecam
atan
Nga
wi
dan
Kec
amat
an K
edun
ggal
ar,
Kab
upat
en D
aera
h T
ingk
at II
Nga
wi.
No.
K
ecam
atan
Nga
wi
No.
K
ecam
atan
Ked
ungg
alar
R
esp.
C
urah
an K
erja
P
enda
pata
n P
er H
KP
R
esp.
C
urah
an K
erja
(H
KP
) P
enda
pata
n P
er H
KP
(H
KP
) (R
p/H
KP
) (R
p/H
KP
) 1.
10
8,75
40
87,3
6 1.
45
,00
974,
44
2.
112,
50
8664
,77
2.
45,0
0 -8
355,
56
3.
112,
50
3122
,67
3.
45,0
0 -9
844,
44
4.
112,
50
-137
4,76
4.
45
,00
3874
,82
5.
112,
50
3400
,02
5.
42,0
0 11
365,
24
6.
112,
50
-395
4,00
6.
45
,00
-582
7,78
7.
10
8,75
56
0,46
7.
42
,00
159,
67
8.
112,
50
8093
,38
8.
40,5
0 39
63,9
5 9.
10
5.00
22
22,2
9 9.
42
,00
-425
8,33
10
. 10
8,75
67
00,4
1 10
. 45
,00
-665
,56
11.
112,
50
-129
0,47
11
. 45
,00
4056
,67
12.
90,0
0 34
85,8
1 12
. 42
,00
-615
,48
13
112,
50
6243
,02
13
40,5
0 -1
336,
42
14.
112,
50
-437
9,20
14
. 45
,00
-27,
22
15.
112,
50
4041
,49
15.
45,0
0 -7
173,
33
16.
108,
75
6458
,30
16.
42,0
0 -1
650,
00
17.
108,
75
1541
,06
17.
45,0
0 -2
606,
67
18.
112,
50
-222
8,13
18
. 45
,00
6520
,00
19.
112,
50
3416
,30
19.
42,0
0 -2
822,
60
20.
112,
50
-245
4,07
20
. 42
,00
-451
7,86
Ju
mla
h 22
01,2
5 46
356,
71
Jum
lah
870,
00
-186
86,4
6 R
ata-
rata
_
_ 1
10
,06
23
17,8
4 R
ata-
rata
_
43,5
<L
-934
,32
--
--
--
--
--
'-0
N
Lam
pira
n 10
. H
asil
Ana
lisi
s P
erba
ndin
gan
Rat
a-.ra
ta P
enda
pata
n K
elua
rga
Pet
emak
Pen
ggad
uh d
ari
Usa
hate
mak
Gad
uhan
Sa
pi P
oton
g di
Kec
amat
an N
gaw
i dan
Kec
amat
an K
edun
ggal
ar, K
abup
aten
Dae
rah
Tin
gkat
II N
gaw
i.
T-
Tes
t
Gro
up S
tati
stic
s
Std.
Dev
iati
oan
Std
Err
or
Kec
amat
an
N
Mea
n M
ean
PEN
DA
PAT
AN
N
gaw
i 20
23
17.8
355
3932
.783
5 87
9.39
71
c--
~
Ked
ungg
alar
20
-9
34.3
230
5195
.679
8 11
61.7
893
~
Inde
pend
ent
Sam
ples
Tes
t
Lev
en's
Tes
t fo
r E
qual
iti o
f t-
test
for
Equ
alit
i o
f Mea
ns
Var
ianc
es
95%
Con
fide
nce
Inte
rval
o
f the
Dif
fere
nce
Sig.
(2-
Mea
n St
d. E
rror
F
Sig
t
df
tail
ed)
Dif
fere
nce
Dif
fere
nce
Low
er
Upp
er
PE
ND
AP
AT
AN
E
qual
var
ianc
es a
ssum
ed
.582
.4
50
2.23
2 38
0.
32
3252
.158
5 14
57.0
840
302.
4462
62
01.8
708
, ,
Equ
al V
aria
nces
not
2.
232
35.3
91
.032
32
52.1
585
1457
.084
0 29
5.28
93
6209
.027
71
assu
med