analisis pendekatan nilai wajar dan nilai historis
TRANSCRIPT
ANALISIS PENDEKATAN NILAI WAJAR DAN NILAI HISTORIS
DALAM PENILAIAN ASET BIOLOGIS PADA PERUSAHAAN
AGRIKULTUR
(Skripsi)
Oleh
R. PARTOGI MANURUNG
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2012
ABSTRAK
ANALISIS PENDEKATAN NILAI WAJAR DAN NILAI HISTORIS DALAM PENILAIAN ASET BIOLOGIS PADA PERUSAHAAN
AGRIKULTUR
Oleh
R. PARTOGI MANURUNG
Reformasi standar-standar akuntansi membawa basis pengukuran akuntansi dan pelaporan akuntansi ke arah nilai wajar. Penelitian ini mencoba memberikan gambaran awal dengan membandingkan kedua kelompok yang menggunakan pendekatan yang berbeda dalam menilai aset biologisnya. Perbandingan ini dimaksudkan untuk mengetahui adanya perbedaan yang signifikan untuk nilai total aset, laba, ROA (Return on Assets), dan DAR (Debt to Assets Ratio) untuk setiap kelompok perusahaan agrikultur yang menggunakan dua pendekatan yang berbeda.
Pengujian dilakukan secara statistik pada 11 perusahaan yang menggunakan nilai wajar dan 11 perusahaan yang menggunakan nilai historis dalam menilai aset biologisnya dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji beda rata-rata dua kelompok yang independen yaitu uji-t untuk dua sampel berbeda (Independent T-test) untuk data yang berdistribusi normal, sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal menggunakan uji Mann-Whitney U pada tingkat kesalahan (α) 0.05.
Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang nyata pada laba bersih dan ROA. Sedangkan pada nilai total aset dan DAR, tidak terdapat perbedaan yang nyata di antara perusahaan yang menggunakan nilai wajar dan nilai historis.
Kata kunci: aset biologis, nilai wajar, nilai historis
2
ABSTRACT
AN ANALYSIS OF FAIR VALUE AND HISTORICAL VALUE APPROACH OF BIOLOGICAL ASSETS ASSESSMENT ON
AGRICULTURAL COMPANY
By:
R. PARTOGI MANURUNG
Reform of accounting standards bring the measurement basis of accounting and reporting towards fair value accounting. This study tries to provide a preliminary picture by comparing the two groups using different approaches in assessing the biological assets. This comparison is intended to detect a significant difference to the value of total assets, earnings, ROA (Return on Assets) and DAR (Debt to Assets Ratio) for each group of agricultural companies using two different approaches.
Tests performed statistically at 11 companies that use fair value and the 11 companies that use historical cost in assessing the biological assets from 2007 to 2010. Test equipment used to test this hypothesis in this study is to use different test average of two independent groups, namely t-test for two different samples (Independent T-test) for normally distributed data, while the data were not normally distributed using the Mann-Whitney U test on the error rate (α) 0.05.
The results are there significant differences in net income and ROA. While the total value of assets and DAR, there is no real difference between companies that use fair value and historical value.
Keywords: biological assets, fair value, historical value
3
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reformasi atas standar-standar akuntansi terhadap basis pengukuran akuntansi
yang menggunakan nilai wajar (fair value) telah menimbulkan suatu perdebatan
yang sengit terutama dalam tahun-tahun terakhir ini. Hal ini terutama karena
munculnya konvergensi akuntansi internasional yang cenderung menggunakan
pendekatan nilai wajar sebagai basis pengukuran dan pelaporan akuntansi. Di
Indonesia, hal ini dirasakan ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melansir
rencana konvergensi akuntansi internasional, sehingga diperlukan revisi
menyeluruh terhadap PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) sesuai
dengan IFRS (International Financial Reporting Standards).
Salah satu masalah atau kendala terpenting yang mungkin dihadapi dalam
penerapan IFRS mengharuskan banyak perusahaan atau entitas bisnis merubah
pengukuran serta pelaporan akuntansinya yang sebagian besar berdasarkan pada
nilai historis (historical cost), menjadi pengukuran serta pelaporan berdasarkan
nilai wajar (fair value). Meskipun terdapat tren menuju penerapan standar
akuntansi berbasis nilai wajar, reformasi ini telah menimbulkan berbagai
kontroversi dari berbagai kalangan. Terdapat beberapa kelompok dan kalangan
yang mendukung penerapan nilai wajar namun terdapat juga kelompok yang
meragukan penerapan ini. Perdebatan yang belum terselesaikan juga masih
muncul dalam dunia akademis tentang value relevance dari penerapan nilai wajar
4
ini. Saat ini Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sedang dalam proses
mengadopsi IAS 41 tentang Akuntansi Agrikultur kedalam PSAK.
IAS (International Accounting Standard) No. 41 membawa perdebatan-
perdebatan ini ke dalam ruang lingkup akuntansi agrikultur. Banyak pihak yang
bersikap kritis terhadap persyaratan penerapan nilai wajar terhadap aset biologis
dan perubahan nilainya yang harus diakui dalam laporan laba rugi perusahaan.
Penttinen et al. (2004) menyatakan bahwa penerapan nilai wajar akan
menyebabkan fluktuasi yang tidak realistis pada laba bersih perusahaan-
perusahaan kehutanan. Herbohn & Herbohn (2006) menekankan pada
meningkatnya volatilitas, manipulasi dan subyektifitas dari pendapatan yang
dilaporkan. Herbohn & Herbohn (2006) menghitung koefisien varians dari laba
serta keuntungan dan kerugian aset-aset kayu pada delapan perusahaan publik dan
lima perusahaan pemerintah. Mereka menyatakan bahwa pengukuran
menggunakan nilai wajar akan meningkatkan volatilitas laba.
Sedangkan Argiles & Soft (2001) dapat menerima pengukuran menggunakan nilai
wajar untuk aset biologis karena hal tersebut menghindari kompleksitas dalam
menghitung biaya. Hal ini dikarenakan banyak pertanian-pertanian keluarga di
negara-negara barat terutama di Uni Eropa, yang tidak memiliki sumber daya dan
kemampuan untuk melaksanakan prosedur-prosedur dan perhitungan akuntansi.
Demikian halnya dengan Danbolt & Rees (2008) yang menyatakan bahwa
penggunaan nilai wajar yang konsisten lebih relevan dibanding nilai historis, dan
menemukan bukti yang konsisten terhadap manipulasi pendapatan di dalam
penerapan nilai wajar.
5
Sifat industri pertanian membuat perhitungan berdasarkan nilai historis untuk aset
biologis menjadi sulit karena aset mengalami proses kelahiran, perkembangan,
kematian, demikian pula kerumitan dalam hal alokasi biaya bersama (joint costs).
Alokasi biaya tidak langsung juga merupakan salah satu sumber lain kompleksitas
perhitungan biaya di pertanian.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Maruli & Mita (2010), dengan perbedaan
dari penelitian sebelumnya antara lain yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan variabel nilai total aset, laba, dan rasio
keuangan. Rasio keuangan yang diteliti adalah rasio profitabilitas ROA
(Return On Assets) dan rasio solvabilitas DAR (Debt to Asset Ratio).
2. Sampel dipilih dari perusahaan yang tergabung dalam sektor agrikultur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan ICMD (Indonesia Capital
Market Directory) pada tahun 2007 – 2010.
Dari penelitian tersebut, Maruli & Mita (2010) menyatakan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada nilai dan volatilitas asset, pendapatan, laba, dan
income smoothing index antara perusahaan agrikultur yang menggunakan
pendekatan nilai wajar dan historis. Rata-rata dan volatilitas earning diantara dua
kelompok sampel tidak jauh berbeda.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “ANALISIS PENDEKATAN NILAI WAJAR DAN NILAI
HISTORIS DALAM PENILAIAN ASET BIOLOGIS PADA PERUSAHAAN
AGRIKULTUR.”
6
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Aset Biologis
Menurut IAS 41, aset biologis didefinisikan sebagai tumbuh-tumbuhan dan
hewan-hewan yang hidup yang dikendalikan atau dikuasai oleh perusahaan
sebagai akibat dari kejadian masa lampau. Pengendalian atau penguasaan tersebut
dapat melalui kepemilikan atau jenis perjanjian legal lainnya.
Keuntungan atau kerugian dari penilaian aset biologis dapat muncul pada
pengakuan awal aset biologis yaitu sebesar selisih antara nilai perolehan awal aset
biologis dengan nilai wajar aset biologis setelah dikurangi perkiraan biaya-biaya
pada titik penjualan (estimated pointof-sale costs). Keuntungan atau kerugian
terhadap penilaian aset biologis juga dapat muncul pada pengukuran setelah
pengakuan awal, yaitu sebesar selisih antara nilai wajar terakhir aset biologis
setelah dikurangi perkiraan biaya-biaya pada titik penjualan dengan nilai wajar
aset biologis sebelumnya setelah dikurangi perkiraan biaya-biaya pada titik
penjualan pada saat itu. Perubahan nilai wajar suatu aset biologis dapat
disebabkan oleh pertumbuhan, kematian, produksi dan penghasilan yang
menyebabkan perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif,
generasi aset yang baru atau tambahan aset biologis. Selain itu, perubahan nilai
wajar aset biologis juga dapat disebabkan oleh perubahan pasar atau
perekonomian di suatu negara. Perubahan-perubahan tersebut meliputi antara lain
7
perubahan inflasi, nilai tukar mata uang, pertumbuhan ekonomi, permintaan, atau
kebijakan pemerintah.
2.1.2 ROA (Return on Assets)
Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang
digunakan. Return on assets merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on assets
(ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan
untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan.
Sebaliknya apabila return on assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total
aktiva yang dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu
perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang
besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total aktiva yang digunakan
perusahaan tidak memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian
dan akan menghambat pertumbuhan.
2.1.3 DAR (Debt to Assets Ratio)
Menurut Purhadi (2006:30), rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar
jumlah aktiva perusahaan dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini
berarti semakin besar jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi
pada aktiva guna menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Keadaan ini
menunjukkan semakin tinggi resiko keuangan perusahaan. Dalam batas tertentu
8
bank akan sulit untuk mengabulkan permohonan kredit. Hanya saja setiap bank
batasnya berbeda.
2.2 Hipotesis
2.2.1 Perbandingan nilai total Aset antara Pendekatan Nilai Wajar & Nilai
Historis
Charles Elad (2004) menyatakan bahwa IAS 41 dinilai kontroversial karena
menampilkan perbedaan yang paling radikal dan menyeluruh dari akuntansi nilai
historis, sehingga menimbulkan masalah-masalah teori dan praktek. Perbedaan ini
antara lain dapat terlihat pada nilai aset perusahaan. Dia juga menyatakan bahwa
penggunaan penilaian subjektif dalam memperkirakan nilai wajar, seperti harga
pasar aset sejenis atau penggunaan model nilai sekarang, akan menghasilkan
perlakuan yang berbeda yang akan menghambat komparabilitas dan harmonisasi.
Kesimpulannya adalah bahwa standar tersebut tidak hanya tidak sesuai dengan
model akuntansi, tetapi juga menimbulkan masalah-masalah implementasi pada
ruang lingkup negara-negara yang berbeda.
Oleh karena itu, berdasarkan analisis ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan yang nyata pada nilai total aset di antara perusahaan-
perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai
historis.
2.2.2 Perbandingan laba antara Pendekatan Nilai Wajar & Nilai Historis
9
Penttinen et al. (2004) menyatakan bahwa penerapan nilai wajar akan
menyebabkan fluktuasi yang tidak realistis pada laba bersih perusahaan-
perusahaan kehutanan. Sementara Herbohn & Herbohn serta Dowling & Godfrey
(2001) menekankan adanya manipulasi dan subyektifitas dari pendapatan yang
dilaporkan berdasarkan nilai wajar. Herbohn & Herbohn (2006) menghitung
koefisien varian dari laba serta keuntungan dan kerugian dari aset-aset kayu atas
delapan perusahaan publik dan lima perusahaan pemerintah. Kesimpulannya
adalah pendekatan nilai wajar pada penilaian aset biologis tidak hanya
mempengaruhi laba tetapi juga dapat membuatnya berfluktuasi secara tidak
realistis.
Oleh karena itu, berdasarkan analisis ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H2: Terdapat perbedaan yang nyata pada laba di antara perusahaan-
perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai
historis.
2.2.3 Perbandingan Rasio Profitabilitas ROA (Return On Assets) antara
Pendekatan Nilai Wajar & Nilai Historis
Hung & Subramanyan (2004) menguji efek adopsi SAI (Standar Akuntansi
Internasional) terhadap laporan keuangan perusahaan di Jerman. Hasil penelitian
ini memberikan bukti bahwa total aktiva, total kewajiban dan nilai buku ekuitas,
lebih tinggi yang menerapkan IAS dibanding standar akuntansi Jerman. Adopsi
SAI ini berdampak pada rasio keuangan, salah satunya yaitu rasio ROA.
Oleh karena itu, berdasarkan analisis ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
10
H3: Terdapat perbedaan yang nyata pada rasio profitabilitas ROA (Return on
Assets) antara perusahaan yang menggunakan nilai wajar dengan
perusahaan yang menggunakan nilai historis.
2.2.4 Perbandingan Rasio Solvabilitas DAR (Debt to Assets Ratio)antara
Pendekatan Nilai Wajar & Nilai Historis
DAR merupakan salah satu rasio keuangan yang dapat digunakan untuk
mengukur suatu perusahaan. Rasio ini memberikan gambaran kepada pemegang
modal mengenai seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai melalui utang.
Namun penerapan pendekatan nilai wajar dapat mengurangi keakuratan informasi
tersebut. Hann et al. (2007) menemukan bukti empiris bahwa penilaian secara
wajar tidak meningkatkan informasi laporan keuangan dan bahkan merusak itu.
Penilaian aset secara subyektif ini juga berpengaruh pada rasio keuangan sebagai
gambaran perusahaan, salah satu contohnya rasio solvabilitas DAR.
Oleh karena itu, berdasarkan analisis ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H4: Terdapat perbedaan yang nyata pada rasio solvabilitas DAR (Debt to
Assets Ratio) antara perusahaan yang menggunakan nilai wajar dengan
perusahaan yang menggunakan nilai historis.
11
BAB IIIMETODE PENELITIAN
3.1 Populasi dan Sampel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Indonesia
Capital Market Directory (ICMD) atau Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
minimal tiga tahun berturut-turut dalam rentang waktu tahun 2007 sampai dengan
2010. Selain itu, pengumpulan data sampel juga didapatkan dari Database Osiris
minimal empat tahun berturut-berturut sejak tahun 2007 sampai dengan 2010.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis data
sekunder. Jenis data sekundet adalah jenis data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat melalui
pihak lain).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Indonesia
Capital Market Directory (ICMD) atau Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
minimal empat tahun berturut-turut dalam rentang waktu tahun 2007 sampai
dengan 2010. Selain itu, pengumpulan data sampel juga didapatkan dari Database
Osiris minimal empat tahun berturut-berturut sejak tahun 2007 sampai dengan
2010.
12
3.3 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus (case
study). Dalam penelitian studi kasus, fokus penelitian adalah pengujian secara
rinci terhadap satu kasus perbedaan penggunaan penilaian aset biologis pada
perusahaan-perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan
pendekatan nilai historis.
3.4 Variabel-Variabel Penelitian
3.4.1 Total Aset
Nilai total aset mencakup nilai total aset biologis yang dimiliki yang dilaporkan di
Neraca.
3.4.2 Total Pendapatan
Variabel ini menjelaskan nilai total dari pendapatan kotor perusahaan-perusahaan
agrikultur sebelum dikurangi dengan biaya-biaya operasional perusahaan yang
terdapat di dalam laporan laba rugi perusahaan setiap tahunnya. Total pendapatan
ini termasuk hasil pendapatan perusahaan yang berasal dari penjualan aset
biologis atau produk agrikultur yang diukur dengan pendekatan nilai wajar atau
nilai historis.
3.4.3 Laba / Earnings
Variabel ini menjelaskan nilai total pendapatan bersih perusahaan-perusahaan
agrikultur setelah dikurangi beban pajak dan biaya-biaya operasional lainnya yang
13
tercantum di dalam laporan laba rugi perusahaan. Total laba / earnings ini
mencakup nilai keuntungan dan kerugian lainnya (other gains & losses) atas
perubahan nilai wajar aset biologis perusahaan.
3.4.4 Return on Assets (ROA)
Variabel ini menjelaskan rasio yang memperlihatkan nilai laba bersih untuk setiap
aset yang dimiliki perusahaan.
3.4.5 DAR (Debt to Asset Ratio)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan
dibiayai dengan total hutang.
3.5 Prosedur Pengolahan Data
Prosedur pengolahan data yang digunakakan dalam penelitian ini adalah:
1. Mencari perusahaan agrikultur selama periode penelitian sebagai sampel
penelitian.
2. Menentukan perusahaan agrikultur yang diindikasi memiliki aset biologis dan
menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis dalam menilai aset
biologisnya.
3. Mengumpulkan data laporan keuangan akhir tahunan untuk masing-masing
perusahaan sampel.
4. Menghitung nilai total aset, laba bersih, ROA, dan DAR untuk setiap
pendekatan penilaian aset.
14
5. Menyetarakan nilai total aset, laba bersih, ROA, dan DAR dengan cara
menginflasi variabel-variabel yang menggunakan penilaian historis dengan
General Price Level Accounting.
6. Melakukan pengujian dengan menggunakan SPSS 14 untuk Ha1, Ha2, Ha3,
dan Ha4 dilakukan uji-uji normalitas Shapiro-Wilk dan Kolmogorov-Smirnov
yaitu dengan cara memilih menu Analyze-Descriptive Statistic-Explorer,
langkah selanjutnya jika data berdistribusi dengan normal maka digunakan
alat uji Independent T-test dan jika data berdistribusi tidak normal maka
digunakan alat uji Mann-Whitney U test.
3.6 Alat Analisis Data
Alat uji yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan uji beda rata-rata dua kelompok yang independen
yaitu uji-t untuk dua sampel berbeda (Independent T-test) untuk data yang
berdistribusi normal, sedangkan untuk data yang tidak berdistribusi normal
menggunakan uji Mann-Whitney U pada tingkat kesalahan (α) 0.05. Uji ini
digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang nyata pada nilai
total aset, laba, ROA, DAR, dan ISI diantara perusahaan yang menggunakan
pendekatan nilai wajar dan nilai historis dalam penilaian aset biologisnya.
Pengujian ini dimaksudkan untuk menguji adanya perbedaan yang dianggap
cukup signifikan di antara kelompok-kelompok entitas yang menggunakan
pendekatan nilai wajar dan nilai historis dalam menilai aset biologis mereka,
dengan menggunakan tingkat keyakinan (level of significant) dengan tingkat
kepercayaan sebesar 95% dan tingkat kesalahan sebesar 5%.
15
BAB IVANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Metode Pengambilan Sampel
Metode penarikan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
purposive sampling selama minimal empat tahun berturut-turut dalam rentang
waktu tahun 2007 sampai dengan 2010.
Tabel 1 Proses Pengambilan Sampel
KriteriaJumlah (FV)
Jumlah (HV) Total
Perusahaan-perusahaan agrikultur yang tercatat di Database Osiris 70 230 300Perusahaan-Perusahaan agrikultur yang memiliki aset biologis. 30 30 60Jumlah sampel yang memenuhi kriteria.
25 22 47Jumlah sampel yang outliers
14 11 25Jumlah sampel akhir
11 11 22
4.2 Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software
Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 14.0. Data yang diperoleh
sebelumnya terlebuh dahulu diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.
4.3 Analisis Deskriptif Nilai Total Aset, Laba, ROA, dan DAR
Pengolahan data, termasuk analisis deskriptif dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan software Statistical Product and Service Solution (SPSS)
16
versi 14.0. Statistik deskriptif pada dasarnya merupakan proses transformasi data
penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan.
Statistik deskriptif umumnya digunakan untuk memberi informasi mengenai
karakteristik dari variabel penelitian. Ukuran dan deskriptif dari sampel dalam
penelitian ini terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2 Statistik Deskriptif Nilai Total Aset, Laba, ROA, dan DAR Perusahaan Agrikultur yang Menggunakan Pendekatan Nilai Wajar dan Historis (dalam jutaaan rupiah, kecuali ROA dan DAR)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Aset Nilai Wajar 44 45037 92102199 12147627 20348976,935
Aset Nilai Historis (i) 44 679546 19451932 5141635 4831346,2917
Laba Nilai Wajar 44 -993421 13177720 1164417,54 3278498,332
Laba Nilai Historis (i)44 -2585300,4 2888242,8 475930,33 813325,452
ROA Nilai Wajar 44 -,38215245 ,359667243 ,006794839 ,170772061926
ROA Nilai Historis (i) 44 -,20933841 ,664983720 ,143151692 ,14632613755
DAR Nilai Wajar 44 ,01435275 ,830213847 ,356608147 ,20703246181
DAR Nilai Historis (i) 44 ,119976049 ,836080222 ,430643814 ,206982458171
4.4 Uji Normalitas
Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang harus dilakukan adalah
screening terhadap data yang akan diolah. Dalam penelitian ini, pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji beda (T-test) untuk sampel yang
tidak berhubungan (Independent T Test) dan data berdistribusi secara normal,
17
sedangkan data yang tidak terdistribusi secara normal menggunakan uji Mann-
Whitney U .
Untuk mendeteksi normalitas data nilai total aset, laba, ROA dan DAR
perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis
dalam penilaian aset biologisnya digunakan uji Shapiro-Wilk karena data sampel
berjumlah lebih dari 30 sampel.
Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan menetapkan terlebih dahulu
hipotesis pengujian, yaitu:
H0: Data terdistribusi secara normal.
H1: Data tidak terdistribusi secara normal.
Jika hasil uji Shapiro-Wilk Test menghasilkan probabilitas signifikansi dibawah
5% (0,05) berarti hipotesis nol ditolak atau data variabel tersebut tidak
terdistribusi secara normal. Berikut ini hasil pengujian normalitas nilai total aset,
laba, ROA, dan DAR perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya
menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Tabel 3 Hasil uji normalitas nilai total aset perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Tests of Normality
Shapiro-Wilk Statistic df Sig.Nilai Wajar ,641 44 ,000Nilai Historis ,830 44 ,000
a Lilliefors Significance Correction sumber: data diolah
18
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa nilai total aset perusahaan agrikultur yang
menilai aset biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis
tidak terdistribusi secara normal dengan probabilitas signifikansi 0,000 dan 0,000
dibawah 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak. Maka, pengujian
hipotesisnya menggunakan uji Whitney U Test.
Tabel 4 Hasil uji normalitas laba perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Tests of Normality
Shapiro-Wilk Statistic df Sig.Nilai Wajar ,468 44 ,000Nilai Historis ,792 44 ,000
a Lilliefors Significance Correction sumbar: data diolah
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa laba perusahaan agrikultur yang menilai aset
biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis tidak
terdistribusi secara normal dengan probabilitas signifikansi 0,000 dan 0,000
dibawah 0,05. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak. Maka, pengujian
hipotesisnya menggunakan uji Whitney U Test.
Tabel 5 Hasil uji normalitas ROA perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Tests of Normality
Shapiro-Wilk Statistic df Sig.Nilai Wajar ,975 44 ,435Nilai Historis ,830 44 ,000
a Lilliefors Significance Correction sumber: data diolah
19
Pada tabel 5 menunjukkan bahwa ROA perusahaan agrikultur yang menilai aset
biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar terdistribusi secara normal
dengan probabilitas signifikansi 0,435. Sedangkan pada ROA pendekatan nilai
historis tidak terdistribusi secara normal dengan probabilitas 0,000 dibawah 0,05.
Maka, pengujian hipotesisnya menggunakan uji Whitney U Test.
Tabel 6 Hasil uji normalitas DAR perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Tests of Normality
Shapiro-Wilk Statistic df Sig.Nilai Wajar ,943 44 ,032Nilai Historis ,956 44 ,092
a Lilliefors Significance Correction sumber: data diolah
Pada tabel 6 menunjukkan bahwa DAR perusahaan agrikultur yang menilai aset
biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar tidak terdistribusi secara normal
dengan probabilitas signifikansi 0,032. Sedangkan pada DAR pendekatan nilai
historis terdistribusi secara normal dengan probabilitas 0,092. Maka, pengujian
hipotesisnya menggunakan uji Whitney U Test.
4.5 Pengujian Hipotesis
Pada bagian ini akan diuraikan hasil pengujian hipotesis-hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini, sebagai berikut:
4.5.1 Pengujian Hipotesis Pertama
20
Pengujian hipotesis alternatif satu ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
signifikansi perbedaan nilai total aset perusahaan agrikultur yang menilai aset
biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
H1: Terdapat perbedaan yang nyata pada nilai total aset di antara perusahaan-
perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai
historis.
Tabel 7 Hasil uji beda nilai total aset perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Ranks
metode N Mean Rank Sum of Ranksnilai nilai wajar 44 43,11 1897,00
nilai historis 44 45,89 2019,00Total 88
Test Statistics(a)
nilaiMann-Whitney U 907,000Wilcoxon W 1897,000Z -,509Asymp. Sig. (2-tailed) ,611
a Grouping Variable: metode sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 7 diperoleh bahwa nilai signifikansi Mann-Whitney untuk nilai
total aset antara perusahaan agrikultur yang menggunakan nilai wajar dan nilai
historis dalam penilaian aset biologisnya adalah sebesar 0.611. Karena nilai
tersebut lebih besar dari alpha 0.05 maka H1 ditolak, yang berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan yang nyata pada nilai total aset antara perusahaan agrikultur
yang menggunakan nilai wajar dan nilai historis dalam penilaian aset biologisnya.
Hipotesis tersebut ditolak karena aset biologis mengalami proses kelahiran,
perkembangan, dan kematian sehingga diperlukan penilaian kembali pada setiap
21
perkembangannya. Penggunaan penilaian subjektif dalam memperkirakan nilai
wajar, seperti harga pasar aset sejenis atau penggunaan model nilai sekarang, akan
menghasilkan perlakuan yang berbeda yang akan menghambat komparabilitas dan
harmonisasi. Hal ini juga ditemukan pada metode penilaian historis. Maka, hal
tersebut sejalan dengan pemikiran The American Institute of Certified Public
Accountants (1996) dan The Canadian Institute of Chartered Accountants (1986)
yang menyatakan bahwa nilai historis juga mempertimbangkan nilai realistis
sebagai alternatif sehingga membuat nilai total aset berbeda secara nyata.
4.5.2 Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis alternatif satu ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
signifikansi perbedaan laba perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya
menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
H2: Terdapat perbedaan yang nyata pada laba di antara perusahaan-perusahaan
agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Tabel 8 Hasil uji beda laba perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Ranks
metode N Mean Rank Sum of Ranksnilai nilai wajar 44 37,75 1661,00
nilai historis 44 51,25 2255,00Total 88
Test Statistics(a)
nilaiMann-Whitney U 671,000Wilcoxon W 1661,000Z -2,479Asymp. Sig. (2-tailed) ,013
22
a Grouping Variable: metode sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 8 diperoleh bahwa nilai signifikansi Mann-Whitney untuk laba
antara perusahaan agrikultur yang menggunakan nilai wajar dan nilai historis
dalam penilaian aset biologisnya adalah sebesar 0.013. Karena nilai tersebut lebih
kecil dari alpha 0.05 maka H2 diterima, yang berarti bahwa terdapat perbedaan
yang nyata pada laba diantara perusahaan-perusahaan agrikultur yang
menggunakan nilai wajar dan nilai historis dalam penilaian aset biologisnya.
Hipotesis ini diterima karena pada metode nilai wajar, kesempatan untuk
melakukan praktek manipulasi data keuangan lebih besar sehingga laba yang
dihasilkan berbeda. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Herbohn & Herbohn
serta Dowling & Godfrey (2001) yang menekankan adanya manipulasi dan
subyektifitas dari pendapatan yang dilaporkan berdasarkan nilai wajar.
4.5.3 Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengujian hipotesis alternatif satu ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
signifikansi perbedaan ROA perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya
menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
H3: Terdapat perbedaan yang nyata pada ROA di antara perusahaan-
perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai
historis.
Tabel 9 Hasil uji beda ROA perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Ranks
23
metode N Mean Rank Sum of Ranksnilai nilai wajar 44 34,84 1533,00
nilai historis 44 54,16 2383,00Total 88
Test Statistics(a)
nilaiMann-Whitney U 543,000Wilcoxon W 1533,000Z -3,547Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a Grouping Variable: metode sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 9 diperoleh bahwa nilai signifikansi Mann-Whitney untuk ROA
antara perusahaan agrikultur yang menggunakan nilai wajar dan nilai historis
dalam penilaian aset biologisnya adalah sebesar 0.000. Karena nilai tersebut lebih
kecil dari alpha 0.05 maka H3 diterima, yang berarti bahwa terdapat perbedaan
yang nyata pada ROA diantara perusahaan-perusahaan agrikultur yang
menggunakan nilai wajar dan nilai historis dalam penilaian aset biologisnya.
H3 diterima karena perhitungan ROA dapat dimanipulasi melalui perhitungan laba
yang manipulatif dan subyektif secara wajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Hung & Subramanyan (2004) yang menguji efek adopsi IAS terhadap laporan
keuangan perusahaan di Jerman. Hasil penelitian adalah bukti bahwa total aktiva
dan nilai buku ekuitas, lebih tinggi yang menerapkan IAS dibanding standar
akuntansi Jerman. Adopsi ini berdampak pada rasio keuangan, salah satunya yaitu
rasio ROA.
4.5.4 Pengujian Hipotesis Keempat
24
Pengujian hipotesis alternatif satu ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
signifikansi perbedaan DAR perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya
menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
H4: Terdapat perbedaan yang nyata pada DAR di antara perusahaan-
perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai
historis.
Tabel 10 Hasil uji beda DAR perusahaan agrikultur yang menilai aset biologisnya menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
Ranks
metode N Mean Rank Sum of Ranksnilai nilai wajar 44 40,75 1793,00
nilai historis 44 48,25 2123,00Total 88
Test Statistics(a)
nilaiMann-Whitney U 803,000Wilcoxon W 1793,000Z -1,377Asymp. Sig. (2-tailed) ,169
a Grouping Variable: metode sumber: data diolah
Berdasarkan tabel 10 diperoleh bahwa nilai signifikansi Mann-Whitney untuk
DAR antara perusahaan agrikultur yang menggunakan nilai wajar dan nilai
historis dalam penilaian aset biologisnya adalah sebesar 0.169. Karena nilai
tersebut lebih besar dari alpha 0.05 maka H4 ditolak, yang berarti bahwa tidak
terdapat perbedaan yang nyata pada DAR diantara perusahaan-perusahaan
agrikultur yang menggunakan nilai wajar dan nilai historis.
Penilaian aset biologis tidak mempengaruhi analisis hutang secara signifikan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Beaver dkk. (2005) yang tidak
25
menemukan perbedaan dalam kemampuan rasio keuangan untuk memprediksi
kebangkrutan 1962-2002 melalui analisis hutang pada perusahaan agrukultur.
4.6 Hasil perhitungan
Hasil perhitungan uji beda pada penelitian ini terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 11 Hasil perhitungan uji beda.Hipotesis alpha signifikansi kesimpulan
H1: Terdapat perbedaan yang nyata pada nilai total aset di antara perusahaan-perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
H2: Terdapat perbedaan yang nyata pada laba di antara perusahaan-perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
H3: Terdapat perbedaan yang nyata pada ROA di antara perusahaan-perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
H4: Terdapat perbedaan yang nyata pada DAR di antara perusahaan-perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
0,05
0,05
0,05
0,05
0,611
0,013
0.000
0.169
ditolak
diterima
diterima
ditolak
26
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari beberapa pengujian yang telah dilakukan maka diperoleh beberapa simpulan
sebagai berikut:
1. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada nilai total aset di antara
perusahaan-perusahaan agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai
wajar dan nilai historis.
2. Terdapat perbedaan yang nyata pada laba di antara perusahaan-perusahaan
agrikultur yang menggunakan pendekatan nilai wajar dan nilai historis.
3. Terdapat perbedaan yang nyata pada rasio profitabilitas ROA (Return on
Assets) antara perusahaan yang menggunakan nilai wajar dengan perusahaan
yang menggunakan nilai historis.
4. Tidak terdapat perbedaan yang nyata pada rasio solvabilitas DAR (Debt to
Assets Ratio) antara perusahaan yang menggunakan nilai wajar dengan
perusahaan yang menggunakan nilai historis.
27
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, serta beberapa simpulan dan keterbatasan
dalam penelitian ini, adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil
penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu:
1. Menambah jangka waktu penelitian agar dapat menghasilkan hasil yang
lebih akurat.
2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya digunakan sampel penelitian yang
lebih banyak dan penggunaan metode statistik yang lebih mutakhir sehingga
dapat memberikan hasil penelitian yang lebih baik dan lebih akurat.
3. Pengambilan sampel sebaiknya berasal dari satu negara saja atau
menggunakan negara-negara yang memiliki karakteristik yang hampir
serupa.
28
Daftar Pustaka
American Institute of Certified Public Accountants (1996) Audits of Agricultural Producers and Agricultural Cooperatives. New York: AICPA.
Argiles, Joseph M, et al., ed. “Fair Value versus Historic Cost Valuation for Biological Assets: Implication for the Quality of Financial Information.” Documents De Treball, De La Facultat D’Economia I Empresa (2009): 1-16.
Atik, Asuman. 2008. Detecting income-smoothing behaviors of Turkish listed companies through empirical test using discretionary accounting changes. Critical Perspectives onAccounting, Vol.20, p. 591–613.
Beaver, W.H., MchNichols, M. and Rhie, J.-W. (2005) “Have financial statements become less informative? Evidence from the ability of financial ratios to predict bankruptcy”. Review of Accounting Studies, 10, p. 93-122.
Bitner, Larry N., dan R.C. Dolan. 1996. Assessing the Relationship Between Income Smoothing and The Value of The Firm. Quarterly Journal Business and Economics Vol.35.
Danbolt, J. and Rees, W. (2008) “An experiment in fair value accounting: UK investment vehicles”. European Accounting Review, 17(2), p. 271-303.
Dowling, C. and Godfrey, J. (2001) “AASB 1037 sows the seeds of change: a survey of SGARA measurement methods”. Australian Accounting Review, 11(1), p. 45-51.
Eckel, N. (1981). The income smoothing hypothesis revisited. Abacus, 17 (1), 28-40.
Elad, Ch. (2004) “Fair Value accounting in the agricultural sector: some implication from the international accounting harmonization”. European Accounting Review, 13(4), p. 621-641.
Hann, R.N., Heflin, F. and Subramanayam, K.R. (2007) “Fair-value pension accounting”. Journal of Accounting and Economics, 44, p. 328-358.
Hepworth , S.R 1953. “Smoothing Periodic Income”. The Accounting Review. Vol. 28 (1). Hal. 32-39
Herborhn, K. and Herbohn, J. (2006) “International Accounting Standard (IAS) 41: what are the implications for reporting forest assets?”. Small-scale Forest Economics, Management and Policy, 5(2), p. 175-189
29
Horne Van. 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrani, dan Taufik Hermawan, Edisi kedua belas. PT Salemba Empat, Buku Satu. Jakarta.
Hung and Subramanyan. 2004. “Financial Statement Effects of Adoption International Accounting Standards: The Case of Germany”. Working Paper, University of Southern Carolina.
Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: PT Salemba Empat, 2007 (SAK).
Indonesia. Departemen Perindustrian. Gambaran Sekilas Industri Kelapa Sawit, 2007 www.depperin.go.id
Iniguez, R. and Poveda, F. (2004) “Long-run abnormal returns and income smoothing in the Spanish stock market”, European Accounting Review, 13(1), p. 105-130
Jatiningrum. 2000. “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perataan Penghasilan Bersih/Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 2, No 2: 145-155
Kroll, J.C. (1987) “Le nouveau plan comptable: les occasions perdues”, Économie Rurale, 180: 20-25.
Maruli, Saur., dan Farah, M., (2010). Analisis Pendekatan Nilai Wajar dan Nilai Historis Dalam Penilaian Aset Biologis Pada Perusahaan Agrikultur: Tinjauan Kritis Rencana Adopsi IAS 4, Jurnal Penelitian Akuntansi, 38
Penttinen et. al. 2004. The International Financial Reporting Standards (IFRS) accounting system as applied to forestry. Working Papers of the Finnish Forest Research Institute
Purhadi, Imam, 2006. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas Perusahaan Barang Konsumsi Terbuka di BEI. Tesis Mahasiswa, Universitas Terbuka, Jakarta.
Suranta, Eddy., dan Pratama Puspita Merdistuti. 2004. Income Smoothing, Tobin’s Q, Agency Problems dan Kinerja Perusahaan. SNA VII Denpasar, Bali.
Watts, R.L (2006) “What has the invisible hand achieved?”. Accounting and Business Research, 36(special issue), 51-61.
Wild, John, K.R. Subramanyam, dan Robert F. Halsey. 2003. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Delapan, Buku Kesatu. Alih Bahasa : Yanivi dan Nurwahyu. Jakarta : Salemba Empat.
30