analisis pengaruh tenaga kerja, luas lahan dan …repository.utu.ac.id/415/1/i-v.pdf · 2017. 9....
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH TENAGA KERJA, LUAS LAHAN DAN
MODAL TERHADAP PRODUKSI KARET
DI GAMPONG BLANG DALAM KECAMATAN BEUTONG
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH
ZAMZAMI
NIM : 09C20101002
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH, ACEH BARAT
2016
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat berperan dalam
menentukan tingkat perekonomian suatu negara. Di Indonesia perbankan
mempunyai peranan lebih kurang 80% dari keseluruhan sistem keuangan yang
ada. Mengingat begitu besarnya peranan perbankan di Indonesia, maka pengambil
keputusan perlu melakukan evaluasi kinerja yang memadai.
Menurut Purnomo (2006),Indikator untuk mengukur kinerja Bank yang
biasa digunakan adalah kinerja Bank secara ekonomi. Pada hakikatnya kinerja
ekonomi terdiri dari dua kinerja utama yaitu kinerja keuangan dan kinerja
efisiensi produktivitas. Efisiensi perbankan selain diukur dengan melihat
perbandingan indikator kinerja perbankan dan rasio keuangan, ada metode lain,
yaitu non parametrik dengan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).
Berdasarkan observasi awal di Bank BRI Cabang Meulaboh untuk saat ini
Bank tersebut belum mempunyai laporan atau kajian yang jelas tentang seberapa
besar efisiensi kinerja untuk setiap kantor unit, yaitu: kantor unit Johan Pahlawan,
kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umarketika dibandingkan satu
sama lain. Proses penilaian kinerja yang berlaku selama ini lebih kepada bersifat
penilaian intern, sehingga disparitas efisiensi antar satu unit dengan unit yang lain
tidak tergambar dengan jelas. Penilaian kenerja seperti ini memberikan efek bias
terhadap Bank BRI Cabang Meulaboh, efek bias tersebut timbul karena penilaian
2
kinerja masih dilakukan secara parsial berdasarkan persepsi dari masing-masing
unit yang ada. Padahal total efisiensi itu perlu dilihat dengan membandingkan
pencapaian setiap unit yang ada, belum lagi masalah metode yang digunakan
masih berdasarkan azas pendapat para pakar sehingga kesimpulan nilai kinerja
yang diperoleh hanya semata-mata berdasarkan perspektif dan latar belakang para
pakar tersebut. Implikasinya tingkat objektifitas kesimpulan yang diperoleh
terhadap nilai kinerja masing-masing unit sangat tergantung kepada penilaian
pakar. Oleh karena itu diperlukan metode evaluasi yang dapat mengukur kinerja
perusahaan. Salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja tiap kantor unit cabang
adalah dengan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Pengukuran efisiensi
unit Bank BRI Cabang Meulaboh dalam penelitian ini akan menggunakan metode
Data Envelopment Analysis (DEA).
Menurut Hadad (2003), metode ini memiliki kelebihan yaitu tidak
membutuhkan asumsi bentuk fungsi produksi dalam membentuk frontier
produksinya, oleh karena itu kesalahan dalam spesifikasi fungsi produksi dapat
dieliminasi.Keuntungan relatif penggunaan pendekatan ini lebih besar
dibandingkan parametrik, yaitu pendekatan ini dapat mengidentifikasi unit yang
digunakan sebagai referensi sehingga dapat membantu mencari penyebab dan
jalan keluar dari ketidakefisienan yang merupakan keuntungan utama dalam
aplikasi manajerial. Karakteristik pengukuran efisiensi dengan metode DEA
memiliki konsep yang berbeda dengan efisiensi pada umumnya, pertama, efisiensi
yang diukur adalah bersifat teknis, bukan ekonomis, artinya bahwa analisis DEA
hanya memperhitungkan nilai absolut dari satu variabel. Satuan dasar yang
3
mencerminkan nilai ekonomis dari tiap-tiap variabel seperti harga, berat, panjang,
isi dan lainnya tidak dipertimbangkan. Oleh karenanya dimungkinkan suatu pola
perhitungan kombinasi berbagai variabel dengan satuan yang berbeda-beda.
Kedua, nilai efisien yang dihasilkan bersifat relatif atau hanya berlaku dalam
lingkup sekumpulan Decision Making Unit (DMU) yang diperbandingkan.
Efesiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang menggambarkan
kinerja secara keseluruhan dari suatu organisasi. Kemampuan kantor unit Bank
BRI Cabang Meulaboh menghasilkan output yang maksimal dengan inputyang
ada merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efesiensi
dilakukan, unit Bank BRI Cabang Meulaboh dihadapkan pada kondisi bagaimana
mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada atau
mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu.
1.2 Rumusan Masalah
Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh adalah suatu unit kerja yang
menjalankan kegiatan operasional dalam melaksanakan berbagai fungsi
Banksebagai lembaga keuangan. Sehingga diperlukan penilaian kinerja yang
terintegrasi antar setiap unit, agar dapat memberikan gambaran yang jelas
terhadap disparitas efisiensi masing-masing unit. Dari rumusan masalah diatas
maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan input dan output di setiap kantor unit Bank BRI
Cabang Meulaboh.
2. Seberapa besar tingkat efisiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang
Meulaboh.
4
3. Bagaimana menentukan output yang perlu ditingkatkan agar efisiensi masing-
masing unit tercapai.
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan yang dikaji dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut:
1. Mengidentifikasi Parameter input dan output kantor unit Bank BRI Cabang
Meulabohuntuk menghasilkan efisiensi yang diinginkan.
2. Mengukur tingkat efesiensi di setiap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh
secara paralel sehingga diperoleh unit yang paling efisien.
3. Menganalisis parameter output yang perlu ditingkatkan sehingga kesetaraan
masing-masing unit dapat diperoleh.
1.3.2 Manfaat
Adapun manfaat yang penulis angkat dalam tugas akhir ini adalah:
1. Menjadi salah satu indikator yang sangat penting bagi Bank BRI cabang kota
Meulaboh dalam meningkatkan kinerja berdasarkan tingkat efisiensi masing-
masing unit dibawahnya.
2. Diharapkan menjadi landasan kebijakan jangka panjang bagi Bank BRI
Cabang Meulaboh dalam proses pengambilan keputusan.
1.4 Batasan Masalah
Mengingat luasnya ruang lingkup dalam tugas akhir ini maka penelitian
dibatasi dalam beberapa hal yaitu:
5
1. Penelitian dilakukan berdasarkan data di 3 kantor Bank BRI Unit Meulaboh
antara lain Kantor Unit Johan Pahlawan, Kantor Unit Cut Nyak Dhien dan
Kantor Unit Teuku Umar tahun 2012.
2. Pendekatan pemecahan masalah menggunakan metode DEA yang berbasis
input.
3. Parameter input dan output sepenuhnya memperhatikan karakteristiksumber
daya dari masing-masing kantor unit Bank.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan tugas akhir ini dilakukan dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penulisan tugas akhir, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat, batasan masalahdan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori-teori yang mendasari penulisan tugas
akhir dan menjelaskan teori-teori Data Envelopment Analysis(DEA).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentangdeskripsi data serta metodologi yang
digunakan untuk penelitian ini.
BAB IV PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini merupakanpengumpulan data dan pengolahan datadi Kantor Unit
Bank BRI Cabang Meulaboh.
6
BAB V ANALISIS DAN EVALUASI
Bab ini merupakan analisis penelitian data dan evaluasi hasil analisis di
Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis pembahasan masalah serta
saran yang diberikan oleh penulis bagi perusahaan.
27
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Efisiensi
Menurut Sutawijaya (2009), efisiensi adalah perbandingan yang terbaik
antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-
sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai
dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa
yang telah diselesaikan.
Menurut Sumanth (1985), pengertian efesiensi adalah perbandingan atau
rasio dari keluaran (output) dengan masukkan (input). Efisiensi mengacu pada
bagaimana baiknya sumber daya digunakan untuk menghasilkan output.
Sedangkan efektifitas adalah derajat pencapaian tujuan dari sistem yang diukur
dengan perbandingan atau rasio dari keluaran (output actual) yang dicapai dengan
keluaran (output) standar yang diharapkan. Efisiensi merupakan penghematan
penggunaan sumber daya dalam kegiatan organisasi, dimana efisiensi pada “daya
guna”. Efisiensi dimaksudkan pemakaian sumber daya yang lebih sedikit untuk
mencapai hasil yang sama. Efisiensi merupakan ‘ukuran’ yang membandingkan
rencana penggunaan masukan (input) dengan realisasi penggunannya. Efisiensi
100% sangat sulit dicapai, tetapi efisiensi yang mendekati 100% sangat
diharapkan. Konsep ini lebih berorientasi pada input daripada output.
Menurut Hadad (2003), efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang
secara teoritis mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Kemampuan
8
menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan
kinerja yang diharapkan. Saat pengukuran efisiensi dilakukan bank dihadapkan
pada kondisi bagaimana medapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat
input yang ada, atau menetukan tingkat input yang minimum dengan pencapaian
tingkat output tertentu.
2.2 Bank
Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang
perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan,
yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank
sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan
menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang
menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan
menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan
jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan
utama tersebut.
Menurut kegiatan usahanya yang mengacu pada pasal 5 UU Nomor
7/1992, jenis bank terdiri dari:
1. Bank Umum
Bank umum menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan sebagai
bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu
9
lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank umum seperti Bank BNI, Bank
BRI, Bank BTN dan lain-lain.
2. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Bank Perkreditan Rakyat menurut UU Nomor 10 tahun 1998 didefinisikan
sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam
lalu lintas pembayaran, yang tergolong ke dalam bank BPR seperti Bank Desa,
Lumbung Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Badan Kredit Desa (BKD), Badan
Kredit Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), dan/atau
lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan UU
Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dengan memenuhi persyaratan tata cara yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Satu hal yang membedakan antara bank umum dengan bank perkreditan
rakyat adalah jenis simpanan masyarakat dimana bank perkreditan rakyat tidak
melakukan kegiatan simpanan dalam bentuk giro.
2.3 Konsep Efisiensi Bank
Efisiensi dalam dunia perbankan adalah salah satu parameter kinerja yang
cukup populer, banyak digunakan karena merupakan jawaban atas kesulitan-
kesulitan dalam menghitung ukuran-ukuran kinerja. Sering kali, perhitungan
tingkat keuntungan menunjukkan kinerja yang baik, tidak masuk dalam kriteria
“sehat” atau berprestasi dari sisi peraturan. Sebagaimana diketahui, industri
perbankan adalah industri yang paling banyak diatur oleh peraturan-peraturan
yang sekaligus menjadi ukuran kinerja dunia perbankan.
10
2.3.1 Teori Efisiensi Bank
Menurut Hadad (2003), efisiensi dalam suatu perusahaan khususnya
perbankan merupakan salah satu parameter kerja yang cukup popular untuk
mengukur kinerja bank, hal ini disebabkan efisiensi yang merupakan jawaban dari
kesulitan-kesulitan dalam perhitungan ukuran-ukuran kinerja, seperti tingkat
efisiensi teknologi, alokasi dan efisiensi total.
Secara keseluruhan efisiensi perbankan dapat di dekomposisikan dalam
efisiensi skala (scale efficiency) dan efisiensi alokasi (allocative efficiency). Bank
dikatakan efisiensi dalam skala ketika bank bersangkutan mampu beroperasi
dalam skala hasil yang konstan (constant return to scale), sedangkan efisiensi
cakupan tercapai ketika bank mampu beroperasi pada diversifikasi lokasi.
Efisiensi akan lokasi tercapai ketika bank mampu menentukan berbagai output
yang memaksimumkan keuntungan, sedangkan efisiensi teknik pada dasarnya
menyatakan hubungan antara input dan output dalam suatu proses produksi. Suatu
proses produksi dikatakan efisien apabila pengggunaan input sejumlah tertentu
dapat dihasilkan output yang maksimum.
2.3.2 Pengukuran Efisiensi Bank
Menurut Silkman (1989), terdapat tiga jenis pendekatan pengukuran
efisiensi khususnya perbankan yaitu:
1. Pendekatan rasio, yaitu pendekatan rasio dalam mengukur efisiensi dilakukan
dengan cara menghitung perbandingan output dengan input yang digunakan.
Pendekatan ini akan dinilai memiliki efisiensi yang tinggi, apabila dapat
memproduksi sejumlah output yang maksimum dengan input tertentu.
11
2. Pendekatan regresi, yaitu pendekatan yang menggunakan sebuah model dari
tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.
Pendekatan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat
digunakan untuk memperoduksi tingkat output yang dihasilkan sebuah Unit
Kegiatan Ekonomi (UKE) pada tingkat input tertentu, UKE tersebut akan
dinilai efisien apabila mampu menghasilkan jumlah output lebih banyak
dibandingkan jumlah output estimasi.
3. Pendekatan frontier, pendekatan ini mempunyai dua jenis yaitu parametrik
dan non-parametrik.
2.3.3 Hubungan Input dan Output dalam Pengukuran Efisiensi Bank
Menurut Hadad (2003), terdapat tiga pendekatan yang lazim digunakan
dalam metode parametrik dan non-parametrik untuk mendefinisikan hubungan
input dan output dalam kegiatan finalcial suatu lembaga keuangan yaitu:
1. Pendekatan Aset (Asset Approach)
Produksi aset mencerminkan fungsi primer sebuah lembaga keuangan sebagai
pencipta kredit pinjaman (loans). Pendekatan ini, output benar-benar
didefinisikan ke dalam bentuk aset.
2. Pendekatan produksi (Production Approach)
Pendekatan ini menganggap lembaga keuangan sebagai produsen dari akun
deposito (deposit account) dan kredit pinjaman (credit account), kemudian
output didefinisikan sebagai jumlah tenaga, pengeluaran modal pada aset-aset
tetap dan material lainya.
12
3. Pendekatan Intermediasi (Intermediation Approach)
Pendekatan ini memandang sebuah lembaga keuangan sebagai intermediator,
yaitu merubah dan mentransfer aset-aset keuangan dari surplus unit kepada
defisit unit. Input lembaga keuangan tersebut meliputi: biaya tenaga kerja,
modal dan pembayaran bunga pada deposito, kemudian output yang diukur
dalam bentuk kredit pinjaman dan investasi keuangan. Pendekatan ini melihat
fungsi primer sebuah institusi keuangan sebagai pencipta kredit pinjaman
(loans).
Menurut Farrell (1957), efisiensi sebuah perusahaan pada dasarnya terdiri
dari dua komponen diantaranya:
1. Technical efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan untuk
mencapai tingkat output yang maksimum dengan menggunakan tingkat input
tertentu yang tersedia.
2. Allocative efficiency, menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mengoptimalkan penggunaan input dengan struktur harga dan teknologi
tertentu.
Kombinasi antara technical efficiency dan allocative efficiency akan
menjadi economic efficiency. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisien secara
ekonomi jika dapat meminimalkan biaya produksi untuk menghasilkan output
tertentu dengan tingkat teknologi yang umumnya digunakan serta harga pasar
yang berlaku. Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu organisasi dapat
dikatakan efisien jika output yang dihasilkan dapat ditingkat tanpa meningkatkan
input dan menurunkan output tertentu lainnya. Demikian pula suatu organisasi
13
dapat dikatakan efisien jika input dapat diturunkan tanpa menurunkan output yang
dihasilkan maupun tanpa meningkatkan input tertentu.
Menurut David (1984), efisiensi berhubungan dengan seberapa baik kita
menggunakan sumber daya yang ada untuk mendapatkan suatu hasil. Secara
matematis efisiensi merupakan rasio antara output dan input.
Namun perhitungan efisiensi diatas masih belum cukup untuk perhitungan
efisiensi suatu organisasi atau perusahaan, yang pada kenyataanya tidak hanya
melibatkan satu input dan menghasilkan satu macam output saja. Suatu organisasi
atau perusahaan sebenarnya berhubungan dengan bermcam-macam sumber daya
baik input maupun output yang berbeda.
Kenyataan seperti diatas menyebabkan kondisi ideal, yaitu suatu kondisi
dimana nilai efisiensi 1 atau 100% sangat sulit untuk dicapai. Sehingga
pengukuran efisiensi untuk perusahaan yang sejenis dapat dilakukan secara relatif.
Perusahaan sejenis berarti perusahaan yang memiliki jenis input dan output yang
sama. Sangat tidak mungkin dilakukan pengukuran efisiensi relatif antara pabrik
kelapa sawit dengan pabrik semen, yang jelas-jelas input dan outputnya sangat
berbeda. Melalui pendekatan teori efisiensi diatas maka, metode yang dapat
diterapkan untuk pemecahan masalah pengukuran efisiensi ini adalah
menggunakan metode Data Envelopment Anilysis (DEA).
2.3.4 Metode Pengukuran Efisiensi
Menurut Barger dan Humphrey (1997), metode yang umumnya digunakan
untuk mengukur efisiensi dalam institusi keuangan termasuk perbankan terdiri
dari metode parametrik dan metode non-parametrik.
14
Metode parametrik dalam pendekatannya terdapat tiga metode yang paling
sering digunakan yaitu:
1. Stochastic frontier Approach (SFA), merupakan pendekatan ekonometrik
menentukan bentuk fungsional untuk biaya, keuntungan atau hubungan
produksi diantara input, output dan faktor lingkungan serta pendekatan ini
memungkinkan untuk random error diasumsikan mengikuti distribusi standar
simetrik.
2. Thick Frontier Approach (TFA), membandingkan rata-rata efisiensi dari
kelompok perusahaan dan bukannya mengestimasi frontier.
3. Distribution Free Approach (DFA), metode ini menggunakan residual rata-rata
dari fungsi biaya yang diestimasi dengan panel data untuk membangun suatu
ukuran cost frontier efficiency. Metode ini tidak memaksakan suatu bentuk
spesifik pada distribusi dari efisiensi namun mengasumsikan bahwa terdapat
core efficiency atau efisiensi rata-rata untuk setiap perusahaaan yang besarnya
konstan dari waktu ke waktu.
Sedangkan dalam pendekatan non-parametrik terdapat dua metode yang
paling sering digunakan yaitu:
1. Data Envelopment Analysis (DEA), adalah teknik pemograman matematis
yang digunkan untuk mengevaluasi efisiensi dari suatu unit pengambilan
keputusan (unit kerja) yang bertanggung jawab menggunakan sejumlah input
untuk memperoleh suatu output yang ditargetkan.
2. Free Disposal Hull (FDH), diangggap sebagai generalisasi dari model DEA,
dimana model ini tidak mensyaratkan estimasi frontier. Metode estimasi
15
O
C
B
A
Output1 / Input1
Outp
ut2
/ I
nput2
frontier merupakan pendekatan matematika untuk menentukan best-practise
firms, yaitu perusahaan-perusahaan yang kinerjanya terletak pada frontier.
2.4 Analisis garis Frontier
Frontier Analysis merupakan ukuran efisiensi relatif. Pengukuran
dilakukan terhadap inefisiensi unit-unit yang ada dibandingkan dengan unit lain
yang dianggap paling efisien dalam set data yang ada. Hal ini memungkinkan
Frontier Analysis menghasilkan perhitungan tingkat efisiensi mencapai 100%
pada beberapa unit. Unit yang memiliki tingkat efisiensi 100% merupakan unit
yang terefisien dalam set data tertentu dan waktu tertentu. Keuntungan dari
penggunaan Frontier Analysis adalah dapat melihat sumber ketidakefisienan
dengan ukuran ‘peningkatan potensial’ dari masing-masing input atau output.
Menurut Barger dan Humphrey (1997) dalam makalah pertamanya yang
memuat mengenai teori portofolio, garis frontier adalah suatu garis permukaan
yang dihubungkan oleh titik-titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan
kondisi sangat efisien yang dapat tercapai. Bagian yang ditunjukan oleh garis
tersebut disebut efficient frontier (permukaan efisien).
Analisa grafik dan garis frontier dalam DEA:
1. Grafik awal antara
dengan
………(1)
Gambar 2.1 Grafik awal efisiensi
16
C
O
B
A
Output1 / Input1
Ou
tpu
t2 /
Inp
ut2
B’
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa efisiensi maksimum akan tercapai
di sepanjang garis yang melewati titik A dan C. dalam hal ini kondisi berada pada
garis frontier. Sementara itu titik B kurang efisien dibandingkan dengan efisiensi
maksimum titik A dan titik C. semua kondisi yang berada di dalam garis frontier
dihubungkan oleh titik terluar dari suatu analisis grafik yang merupakan kondisi
sangat efisien yang dapat dicapai. Lebih jelas dapat dilihat pada gambar 2.2.
2. Grafik yang menunjukan peningkatan DMU sampai ke garis frontier
Gambar 2.2. Grafik peningkatan efisiensi dari suatu kondisi tertentu
Titik B yang diubah menjadi titik yang lebih efisien dengan cara menarik
gari dari pangkal O (0,0) yang melalui titik kondisi B menuju ke garis frontier.
Selanjutnya dapat dicapai output 1 / input 1 (efisiensi 1) dan output 2 / input 2
(efisiensi 2) yang menjadi lebih efisien (kodisi B’) dari pada keadaan awal
(kondisi B). dengan demikian dapat dihitung berapa nilai output dan input yang
harus dicapai agar suatu kondisi yang tidak efisien menjadi kondisi yang efisien.
2.5. Data Envelopment Analysis (DEA)
Menurut Charnes (1978), DEA adalah analisis pemograman yang berbasis
pada pengukuran tingkat performansi suatu efisiensi dari suatu organisasi
menggunakan Decision making Unit (DMU). Yang dimaksud dengan DMU
17
adalah suatu sumber daya dapat berupa sekolah, Bank, rumah sakit, universitas
dan lain-lain. DMU ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa efisien suatu
DMU digunakan dengan pemamfaatan peralatan yang ada untuk dapat
menghasilkan output yang maksimum.
Menurut Siswandi (2004), suatu perusahaan yang rasional akan selalu
berupaya untuk memaksimalkan keuntungan yang diperolehnya. Sejalan dengan
ini, perusahaan yang rasional akan selalu meningkatkan kapasitas produksinya
sampai diperoleh suatu nilai keseimbangan profit yang maksimal dalam marginal
revenue (sebagai fungsi output) masih melebihi marginal cost (sebagai fungsi
input). Sehingga perusahaan-perusahaan haruslah sensitif terhadap isu yang
berhubungan dengan “skala hasil” (yang umum disebut dengan return to scale).
Suatu perusahaan akan memiliki salah satu dari kondisi return to scale,
yaitu increasing return to scale (IRS), constant return to scale (CRS)
dan decreasing return to scale (DRS).
Menurut Hadinata (2000), DEA adalah suatu model pemograman
matematis yang digunakan untuk menghitung efisiensi relatif suatu unit
dibandingkan dengan unit-unit lain menggunakan berbagai macam input dan
output yang sejenis. DEA juga dapat juga digunakan untuk melakukan proses
bencmarking.
Kebanyakan input dari suatu organisasi berupa data yang sulit untuk
diukur performansi efisiensi. Akan tetapi akan lebih mudah mengukurnya dari
segi profit tahunan ataupun stok barang dalam organisasi tersebut. Suatu input dan
output dari suatu organisasi dapat bervariasi jumlah dan jenisnya. Hal ini dapat
diatasi dengan cara menentukan rasio dari perbandingan total ouput dengan total
18
input. Efisiensi yang ditentukan dengan metode DEA adalah suatu nilai yang
relatif dan bukan merupakan suatu nilai mutlak yang dapat diberi skor 100% dan
DMU lain yang performansinya berada dibawahnya memiliki skor yang bervariasi
yaitu antara 0%-100% sesuian perbandingan dengan DMU yang terbaik.
Istilah-istilah yang digunakan DEA adalah:
1. Input
Sesuatu yang dibutuhkan untuk kemudian diolah dan menjadi suatu produk
yang bernilai.
2. Output
Sesuatu yang dapat dihasilkan dari sejumlah input yang tersedia.
3. Unit
Sesuatu yang dinilai dan dibandingkan antara input dan output sehingga
diperoleh nilai efisiensi relative.
4. Efisiensi relatif
Efisiensi suatu unit bila dibandingkan dengan unit-unit lain yang memiliki
input dan output dengan jenis yang sama dalam treatment tertentu.
5. Bobot
Pemberian nilai untuk suatu faktor yang memberikan makna bahwa faktor
tersebut mempengaruhi efisiensi sebesar nilai bobotnya.
Dalam mengevaluasi dengan metode DEA perlu diperhatikan:
1. Kebutuhan nilai input dan output untuk masing-masing DMU
2. DMU memiliki proses yang sama, yaitu dengan menggunakan jenis input dan
output yang sama.
19
3. Mendefinisikan nilai efisiensi relatif masing-masing DMU melalui rasio
antara penjumlahan bobot output dengan penjumlahan bobot input.
4. Nilai efisiensi berkisar antar 0 dan 1
5. Nilai bobot yang diperoleh dari hasil pemograman dapat digunakan untuk
memaksimumkan nilai efisiensi relatif.
Penggunaan model matematis dalam metode DEA memiliki kekhususan
bila dibandingkan dengan penggunaan model matematis lain. Dalam hal ini model
matematis DEA digunakan untuk mengevaluasi dan menganalisa unit organisasi
atau DMU berdasarkan data dan kinerja di masa lalu untuk perencanaan pada
masa yang akan datang. Dua model matematis yang digunakan ialah:
1. Model matematis DEA-CCR Primal adalah model utama yang dipakai untuk
menghitung nilai efisiensi tiap unit DMU. Dalam DEA efisiensi (ep) sebuah
DMU didefinisikan sebagai rasio antara jumlah ouput yang diboboti dengan
jumlah input yang diboboti, yang merupakan suatu perluasan alami konsep
efisiensi.
2. Model Matematis DEA-CCR Dual adalah model pendukung untuk
menghitung efisiensi relatif suatu DMU dan mengetahui DMU yang
dijadikan acuan untuk meningkatkan nilai efisiensi DMU yang tidak efisien.
Setiap DMU memerlukan satu pemograman linier diatas, dimana model
pemograma linier untuk masing-masing DMU pada dasarnya sama. Suatu DMU
dikatakan efisien secara relatif bila efisiensi bernilai 1 (nilai efisiensi sebesar
100%). Sebaliknya nilai efisiensi kurang dari 1, maka DMU tersebut dianggap
tidak efisien.
20
Bila dalam rumus (1) nilai efisiensi diperoleh dari hasil pembagian antara
nilai output dengan nilai input, maka perbaikan nilai efisiensi dapat dilakukan
dengan cara:
1. Nilai output ditingkatkan, sementara nilai input tetap
2. Ketika nilai output tetap, maka nilai input diturunkan
3. Pada saat nilai output meningkat, secara bersamaan nilai input diturunkan
Pada metode DEA perbaikan nilai efisiensi lebih mengarah pada peningkatan nilai
output sedangkan nilai input tetap.
Model matematis yang diperkenalkan dengan tujuan untuk menentukan
efisiensi relatif untuk tiap DMU ke-p, dirumuskan:
………………………….….(2)
dengan syarat bahwa efisiensi semua DMU adalah:
Untuk k=1,……,n ….(3)
Yt ,………., Ys ≥ 0 …………………………(4)
Xj ,………., Xt ≥ 0 …………………………(5)
Dalam hal ini:
ep adalah efisiensi untuk DMU ke-p
s adalah jumlah pengukuran output
t adalah jumlah pengukuran input
n adalah jumlah DMU
Ojk adalah nilai output pada pengukuran output ke-i (i = 1,...,s) untuk DMU
ke-k (k = 1,…..,n)
21
Ijk adalah nilai input pada pengukuran input ke-j (j = 1,….,t) untuk DMU ke-
k (k = 1,….,n)
Yi adalah bobot output per-unit pada pengukuran output ke-I (i=1,…s)
Xj adalah bobot input per-unit pada pengukuran input ke-j (j=1,…t)
Model non-linier dan fraksional diatas dapat dirubah dalam bentuk linier
programing untuk lebih memudahkan dalam perhitungan menjadi:
Fungsi tujuan
Maksimumkan ………(6)
Kendala
……………………………….....(7)
-
……………………(8)
Yi,……., Ys ≥ 0 …………………………………(9)
Xj,……..Xt ≥ 0 …………………………………(10)
Model linier diatas sebagai bentuk DEA-CCR Primal.
Selanjutnya bentuk linier programing DEA-CCR diatas dapat dibawa kedalam
bentuk DEA-CCR Dual, model dualnya sebagai berikut:
Fungsi tujuan
Maksimum h0 ……………………………(11)
Kendala
Ijp h0 – ……………………...(12)
……………………………..(13)
…………………………………………(14)
22
Bobot yang diperoleh dari hasil dual dapat digunakan untuk meningkatkan DMU
yang tidak efisien menjadi efisien (100%).
2.5.1. Keunggulan dan Keterbatasan DEA
Dalam perkembangannya, metode DEA pun tentu terdapat kelebihan dan
kekurangannya, dalam konteks pengukuran efisiensi sebuah industri. Secara
singkat, berbagai keunggulan dan keterbatasan metode DEA adalah:
1. Keunggulan DEA
a. Bisa menangani banyak input dan output
b. Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.
c. Unit Kegiatan Ekonomi dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.
d. Dapat membentuk garis frontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel
input-output dari setiap sampelnya.
e. Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
2. Keterbatasan DEA
a. Bersifat simple specific
b. Merupakan extreme point technique, kesalahan pengukuran bisa berakibat
fatal.
c. Hanya mengukur produktivitas relatif dari unit kegiatan ekonomi bukan
produktivitas absolut.
d. Uji hipótesis secara statistik atas hasil DEA sulit dilakukan.
2.6 Dicision Making Unit (DMU)
DEA adalah linear programming yang berbasis pada pengukuran tingkat
performance suatu efisiensi dari suatu organisasi dengan menggunakan Dicision
Making Unit (DMU). Istilah DMU dalam DEA dapat berupa bermacam-macam
23
unit seperti bank, rumah sakit, unit dari pabrik, departemen, universitas, sekolah,
pembangkit listik, kantor polisi, kantor samsat, kantor pajak, penjara, dan apa saja
yang memiliki kesamaan karakteristik operasional (Siswadi dan Purwantoro,
2006). Ramanathan (2003) menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi
dalam pemilihan DMU, yaitu :
a. DMU harus merupakan unit-unit yang homogen. Unit-unit tersebut
melakukan tugas (task) yang sama, dan memiliki objektif yang sama. Input
dan output yang mencirikan kinerja dari DMU harus identik, kecuali
berbeda hanya intensitas dan jumlah/ukurannya (magnitude). Hal ini juga
sejalan dengan pendapat Sufian (2006).
b. Hubungan antara jumlah DMU terhadap jumlah input dan output
kadangkala ditentukan berdasarkan “rule of thumb”, yaitu jumlah DMU
diharapkan lebih banyak dibandingkan jumlah input dan output dan
ukuran sampel seharusnya dua atau tiga kali lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah keseluruhan input dan output.
Pertimbangan dalam pemilihan sampel DMU adalah jumlah dari DMU itu
sendiri. Untuk dapat membedakan secara selektif DMU yang efisien dan inefisien
maka diperlukan jumlah DMU yang lebih besar dari perkalian jumlah input dan
jumlah output. Jumlah DMU sekurang-kurangnya tiga kali lebih besar dari total
jumlah variabel input dan output. Namun pada beberapa penelitian lain mengenai
DEA terdapat pula penggunaan sampel DMU yang lebih kecil.
2.7 Pemilihan Variabel Input dan Output
Kesulitan utama dalam aplikasi DEA adalah pemilihan input dan output.
Kriteria pemilihan input dan output adalah sangat subjektif. Tidak ada aturan yang
24
spesifik dalam menentukan pemilihan input dan output. Namun demikian,
beberapa petunjuk pemilihan input dan output umumnya input didefinisikan
sebagai sumber daya yang dimanfaatkan oleh DMU atau kondisi yang
mempengaruhi kinerja dari DMU, sementara output merupakan keuntungan
(benefit) yang dihasilkan sebagai hasil dari kegiatan operasi DMU.
Dalam setiap aplikasi DEA, sangatlan penting untuk menentukan input
dan output secara benar. Beberapa aturan rule of thumb dapat membantu dalam
menentukan jumlah yang ideal untuk input dan output. Umumnya, pada saat
jumlah input dan output meningkat, maka semakin banyak DMU yang akan
memperoleh tingkat efisiensi 100%, karena DMU-DMU tersebut menjadi terlalu
khusus untuk dievaluasi terhadap unit lain.
2.8 Tahapan Analisis DEA
Berikut ini tahapan-tahapan dalam analisis DEA yang telah dirangkum
dari berbagai sumber literatur :
a. Table of Efficiencies (Radial)
Analisis ini menunjukkan DMU mana yang paling efisien. Efisiensi
ditunjukkan dengan nilai optimal dari fungsi tujuan yang dikembangkan dari
linear programming. Nilai fungsi tujuan 100% berarti DMU tersebut efisien
sementara yang kurang dari 100 % berarti inefisien.
b. Table of Peer Units
Tabel ini digunakan untuk menentukan jika suatu DMU inefisien maka
akan ditunjukkan bagaimana cara mencapai tingkat efisiensi dengan melihat peer
DMU yang menjadi acuan /pedoman untuk mencapai tingkat efisiensi.
25
c. Table of Target Values
Analisis ini digunakan untuk menentukan berapa persen efisiensi sudah
terjadi untuk setiap DMU baik dari setiap struktur input maupun struktur output.
Dalam tabel ini akan ditunjukkan nilai actual dan target yang harus dicapai dari
setiap input maupun setiap output. Jika besarnya nilai actual sudah sama dengan
nilai target-nya maka efisiensi untuk setiap input atau output sudah terjadi.
Sebaliknya jika nilai antara actual dengan target tidak sama maka efisiensi belum
tercapai.
Lebih lanjut mengenai prosedur yang dilakukan setelah perhitungan
efisiensi dengan DEA. Menurutnya adalah sangat penting untuk memverifikasi
hasil perhitungan efisiensi dengan menggunakan analisis sensitivitas. Dalam
beberapa kasus, output pengukuran DEA sudah cukup untuk menarik kesimpulan.
Namun beberapa kasus lainnya seringkali diperlukan analisis lebih lanjut dari
output DEA.
2.9 Penelitian Terdahulu tentang Kinerja
Pengukuran kinerja menggunakan metode DEA sudah pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini:
27
Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No Judul Nama
Peneliti Metodologi Kesimpulan dan Saran
1.
The Efficiency of
Islamic Banking in
Malaysia : Foreign vs
Domestic Bank
Fadzlan
Sufian
(2006)
Penelitian ini menggunakan model DEA
dengan menggunakan variabel input yang
terdiri dari total simpanan, biaya tenaga kerja,
dan aset. Variabel pembiayaan dan pendapatan
operasional sebagai output selama periode
2001-2004.
Hasil penelitian ini menunjukkan secara umum
perbankan syariah di Malaysia mengalami
peningkatan selama periode pengamatan.
Penelitian ini juga menggambarkan bank asing
syariah relatif lebih efisien dibandingkan bank
domestik syariah selama tahun pengamatan.
2.
Analisis Perbandingan
Efisiensi Perbankan
Syariah Di Indonesia
Dengan Metode Data
Envelopment Analysis
(DEA)
Harjum
Muharam
dan Rizki
Pusvitasari
(2007)
Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah DEA dengan
memasukkan variabel total simpanan, biaya
operasional lainnya sebagai variabel input.
Variabel outputnya meliputi: pembiayaan,
aktiva lancar dan pendapatan operasional
lainnya.
Pada tahun 2005 hanya bank BTN Syariah,
Niaga Syariah, dan Permata Syariah yang
mencapai efisiensi 100 persen, sedangkan
sembilan bank lainnya memiliki tingkat
efisiensi yang fluktuatif.
3.
Efficiency Analysis of
Conventional and
Islamic Banks in
Indonesia using Data
Envelopment Analysis
Ascarya,
Diana
Yumanita,
dan Guruh S.
Rokhimah
(2008)
Penelitian ini dianalisis dengan metode DEA.
Variabel total simpanan, biaya tenaga kerja
dan aset sebagai input. Variabel ouputnya
meliputi: pembiayaan dan pendapatan. Kedua
jenis variabel ini digunakan baik pada bank
syariah maupun konvensional.
Selama periode pengamatan tahun 2002-2006,
perbankan syariah dianggap relatif lebih
efisien dibandingkan bank konvensional.
Kinerjanya dari tahun ke tahun mengalami
kenaikan, kecuali pada tahun 2004. Hal ini
disebabkan perbankan syariah melakukan
langkah yang ekspansif. Studi ini juga
menggambarkan bahwa rata-rata efisiensi BUS
relatif lebih baik dibandingkan UUS maupun
BPRS.
27
2.10 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual yang dibangun dalam penelitian ini yaitu untuk
mengukur tingkat efisiensi tiga kantor unit Bank BRI cabang Meulaboh, yaitu
kantor unit Cut Nyak Dhien, kantor unit Johan Pahlawan dan kantor unit Teuku
Umar pada periode 2011 sampai dengan 2012. Peneltian ini mengukur tingkat
efisensi dengan menggunakan pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA)
dengan cara menetukan variabel-variabel input yang meliputi: Jumlah pegawai,
jumlah simpanan, jumlah nasabah dan jumlah biaya operasional (BOP). Adapun
variabel-variabel output yang mencakup: Jumlah kredit yang diberikan dan
jumlah income (pendapatan). Kerangka konseptual dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 2.3 kerangka konseptual teoritis
3 Kantor Unit Bank BRI Cabang Meulaboh
Variabel input
3. Jumlah pegawai
4. Jumlah simpanan
5. Jumlah nasabah
6. Jumlah biaya
operasional (BOP)
Variabel output
1. Jumlah kredit yang
diberikan
2. Jumlah income
Efisiensi relatif ketiga kantor unit
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
3.1.1 Tempat Penelitian
Penelitian tugas akhir ini bertempat di kantor unit Bank BRI cabang
Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat yaitu kantor unit
Johan Pahlawan, kantor unit Cut Nyak Dhien dan kantor unit Teuku Umar.
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dapat dijelaskan pada tabel Time Line:
Tabel 3.1 Time Line Penelitian
Kegiatan
Tahun 2013
Minggu Pertama Minggu Kedua Minggu Ketiga Minggu Keempat
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
Studi data keuangan
- - - - - - - - - - - - - -
Diskusi - -
- - - - - - - - - - - -
Diskusi Ide Proposal - - - -
- - - - - - - - - -
Pembuatan Proposal
- - - - - -
- - - - - - - -
Penelitian
Pengambilan Data
- - - - - - - -
- - - - -
Penelitian
Pengolahan Data
- - - - - - - - - - -
- -
Penelitian
Penyusunan Laporan - - - - - - - - - - - - - -
29
3.2 Metode Penelitian
Proses pengambilan data yang dilakukan secara bertahap, tahap-tahap ini
pada dasarnya sama dengan model pelaksanaan penelitian dan dapat digunakan
sebagai kerangka utama yang kemudian dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.
Pada tugas akhir ini penulis menggunakan data di beberapa kantor unit Bank BRI
Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.
Menggunakan data yang bersumber pada data laporan keuangan tahunan selama
dua tahun yaitu tahun 2011 dan 2012. Data selama dua tahun dipandang cukup
untuk digunakan dalam menentukan efisiensi relatif pada tiap kantor unit Bank
BRI Kota Meulaboh.
Metode DEA bila diartikan secara bebas berarti analisa data terbungkus.
Disebut karena bila hasil dari perhitungan efisiensi telah didapatkan, dan
kemudian diplot dalam suatu grafik dan nilai-nilai yang terluar dihubungkan,
maka akan melingkupi atau membungkus nilai-nilai tertentu. Cara pengukuran
yang digunakan dalam metode DEA adalah dengan membandingkan antara output
yang dihasilkan dengan input yang ada.
………………………
Nilai efisiensi sautu unit antara 0 sampai dengan 1
DMU dikatakan efisien jika:
1. Dari segi orientasi output
output naik saat input tetap
Efisiensi naik
output tetap saat input turun
30
2. Dari segi orientasi input
input tetap saat output naik
Efisiensi naik
Input turun saat output tetap
Metode penelitian dijelaskan pada flowchart efesiensi relatif
menggunakan metode DEA, gambar 3.1 sebagai berikut::
Menentukan Faktor - Input
- Output
Pengukuran efesiensi
Mulai
Study Pustaka
Pengambilan data
Kantor Unit BRI Kota Meulaboh - Unit Johan Pahlawan - Unit Cut Nyak Dhien - Unit Teuku Umar
A
31
Gambar 3.1 Flowchart Metodologi Penelitian DEA di Kantor Unit BRI
Langkah-langkah Data Envelopment Analysis (DEA) yang diterapkan di
Kantor Unit Bank BRI Kota Meulaboh, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten
Aceh Barat antara lain:
1. Studi pustaka
Tahap ini melakukan kegiatan mempelajari Data Envelopment Analysis (DEA)
melalui buku pedoman kuliah dan beberapa tulisan ilmiah atau paper.
Nilai efisiensi
Unit Johan Palahalwan
Peers group unit
Nilai efisiensi Unit Teuku
Umar
Nilai efisiensi Unit Cut
Nyak Dhien
Efisiensi relatif
Analisis peningkatann
input / output
Selesai
Peers group unit
Peers group unit
A
Penentuan nilai
peningkataan input /
output
Kesimpulan
32
Sehingga diperoleh landasan teori yang digunakan dalam penelitian yang
dilakukan.
2. Pengambilan data
Tahap ini yaitu pengumpulan data yang berasal dari data laporan keuangan
tahunan di kantor unit Bank BRI Kota Meulaboh.
3. Menentukan faktor
Yaitu data yang diperoleh kemudian dipisahkan menjadi faktor input dan
faktor output.
Faktor input terdiri dari:
a. Jumlah Pegawai
b. Jumlah Simpanan
c. Jumlah Biaya
d. Jumlah nasabah
Faktor output terdiri atas:
a. Jumlah kredit yang diberikan
b. Jumlah pendapatan
4. Pengukuran efisiensi
Dilakukan dengan membuat model DEA-CCR primal, super efesiensi dan
DEA-CCR dual. Setelah itu dilakukan perhitungan dengan software komputer.
5. Efisiesi relatif
Yaitu membandingkan hasil pengukuran efisiensi relatif dari tiap kantor unit
BRI Kota Meulaboh.
33
6. Analisis peningkatan input / output
Yaitu untuk mengetahui penyebab ketidakefisienan dan apakah dapat
dilakukan perubahan nilai input dan output untuk meningkatkan nilai efisiensi
Bank.
7. Penentuan nilai peningkatan input / output
Yaitu menetukan perubahan nilai terhadap input / output untuk meningkatkan
efisiensi kinerja.
8. Kesimpulan
Yaitu menyimpulkan hasil dan informasi dari langkah-langkah sebelumnya
dan memberikan saran-saran sebagai masukan untuk pihak perbankan.
3.3 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode
pengambilan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Dalam tugas
akhir ini metode yang digunakan untuk pengambilan data antara lain:
1. Pengambilan data dengan observasi langsung.
Pengambilan data dengan observsi langsung atau dengan pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Pengambilan data dengan
observasi memiliki beberapa keuntungan:
a. Dengan cara pengamatan langsung, terdapat kemungkinan untuk mencatat
hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut
berlaku, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi. Dengan cara pengamatan, data
34
yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera
dan tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang.
b. Pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak
dapat berkomunikasi secara verbal dan yang tidak mau berkomunikasi secara
verbal.
2. Pengambilan Data dengan Interview
Selain dari pengambilan data dengan cara pengamatan, maka penulis
juga memperoleh data dengan interview. Dalam tugas akhir ini informasi atau
keterangan diperoleh langsung dari pimpinan dan karyawan dengan cara bertatap
muka dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara). Pengambilan data dengan interview memiliki beberapa keuntungan:
a. Bisa membangun hubungan dan memotivasi responden.
b. Bisa mengklarifikasi pertanyaan, menjernihkan keraguan, menambah
pertanyaan baru dan memperoleh data yang banyak.
3. Pengambilan Data dengan Penggunaan Dokumen
Penulis dalam tugas akhir ini juga menggunakan data dokumen
perusahaan. Pengambilan data dengan penggunaan dokumen memiliki beberapa
keuntungan sebagai berikut:
a. Dapat memberikan gambaran berbagai informasi tentang perusahaan pada
waktu yang sudah lampau (yang direkam atau didokumentasikan).
b. Dapat merekam berbagai jenis data tentang keuntungan dan kerugian
perusahaan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1 Luas dan Letak Geografi
Penelitian ini dilakukan di Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya, Gampong Blang Dalam berada pada wilayah dataran
datar dengan ketinggian diatas permukaan laut pada 12 meter dengan topografi
berupa tanah datar. Dikarenakan letak ketinggian yang berada pada wilayah
dataran datar maka suhu udara rata-rata harian di Gampong Blang Dalam berkisar
26 – 27,2 0C dengan curah hujan rata-rata 328 mm/bulan. Tipe iklim di Gampong
Blang Dalam termasuk iklim sub tropis dengan bulan basah ± 4 bulan, dan bulan
kering ± 8 bulan.
Secara administrasi Gampong Blang Dalam mempunyai batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Babah Krueng
Sebelah Selatan berbatasan dengan kebun karet
Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Kuta Jeumpa
Sebalah Timur berbatasan dengan Gampong Gunong Seumot
4.1.2 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam suatu Gampong akan sangat mempengaruhi
perkembangan dan kemajuan masyarakat Gampong. Sarana dan prasarana di
Gampong Blang Dalam sudah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat bahwa sarana
vital seperti sekolah dasar dan sarana ibadah sudah tersedia. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
26
Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana di Gampong Blang Dalam Tahun 2015
No Uraian Jumlah
1
2
3
4
5
SD
TPA
Masjid
Kantor Geuchik
Kantor Seurap
1
2
1
1
1
Jumlah 6 Sumber: Profil Gampong Blang Dalam Tahun 2014
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sarana dan prasarana di Gampong
Blang Dalam sudah cukup memadai. Daerah ini dapat dicapai dengan
menggunakan kendaraan roda dua dan angkutan pedesaan. Walaupun sarana
pendidikan yang ada hanya 1 buah SD Negeri, akan tetapi banyak didukung oleh
sarana yang lain seperti TPA. Hal ini tidak mempersulit penduduk karena
jaraknya tidak terlalu jauh dan mudah ditempuh dan didukung oleh jalan dan
sarana transportasi yang memadai.
4.1.3 Keadaan Penduduk
Berdasarkan data dari profil Gampong tahun 2014, Gampong Blang Dalam
berpenduduk 363 jiwa dengan 120 kepala keluarga. Untuk distribusi penduduk
berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Gampong Blang Dalam
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
No Kelompok Umur
(Tahun)
Total
(Jiwa)
1
2
3
4
1-10
11-25
26-50
51 keatas
60
117
129
57
Jumlah 363 Sumber: Profil Gampong Blang Dalam Tahun 2014
27
Tabel 4.2 menunjukkan kelompok umur penduduk Gampong Blang Dalam
yang di dominasi pada kelompok umur 26 – 50 tahun yaitu sebanyak 129 jiwa,
sedangkan kelompok umur 1 -10 tahun yang paling sedikit yang berjumlah 60
jiwa.
4.2 Karakteristik Petani Sampel
Dilihat dari umur, responden petani ditempat penelitian dapat
dikelompokkan ke dalam 4 kelompok. Adapun pembagian dan persentase dari
masing-masing kelompok umur tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3
Jumlah Responden di Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong Kabupaten
Nagan Raya Berdasarkan Umur Tahun 2014
Kelompok Umur
(Tahun) Jumlah Responden
20-30
31-40
41-50
51 keatas
8
13
11
21
Jumlah 53 Sumber: Diolah dari data primer 2015
Dari tabel 4.3 diatas dapat dilihat jumlah responden berdasarkan kelompok
umur, kelompok umur 50 tahun keatas yang paling banyak jumlah responden
yaitu sebanyak 21 petani, sedangkan responden dengan kelompok umur 21-30
tahun yang paling sedikit jumlahnya yaitu sebanyak 8 petani.
Pendidikan mempunyai peranan penting terhadap kemajuan suatu usaha
tani, karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi seseorang agar
dapat dengan mudah untuk menerima hal yang baru. Pada umumnya pendidikan
akan mempengaruhi pola pikir petani dalam mengembangkan usahanya kearah
28
yang lebih maju. Mengenai tingkat pendidikan formal yang dicapai oleh
responden petani karet di Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong Kabupaten
Nagan Raya sebagian adalah lulusan Sekolah Dasar (SD), tetapi ada juga petani
responden yang lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah
Atas (SMA), dan Sarjana (S.1), seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Gampong Blang Dalam
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden
SD
SLTP
SMA
S.1
23
13
14
3
Jumlah 53 Sumber: Diolah dari data primer 2015
Dari tabel 4.4 diatas dapat terlihat tingkat pendidikan responden, responden
pada tingkat pendidikan SD yang paling banyak yaitu sebanyak 23 petani,
sedangkan responden dengan tingkat pendidikan S.1 yang paling sedikit jumlah
yaitu 3 petani.
Ditinjau dari luas penggunaan lahan usaha tani karet yang diusahakan oleh
responden di Gampong Blang Dalam dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.5
Luas Lahan Responden di Gampong Blang Dalam
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya Tahun 2015
Luas Lahan
(Ha) Jumlah Responden
0,5 – 0,75
1
24
29
Jumlah 53 Sumber: Diolah dari data primer 2015
29
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa penguasaan lahan oleh responden, luas lahan
0,5 – 0,75 hektar sebanyak 24 petani, sedangkan responden yang memiliki luas
lahan 1 hektar sebanyak 29 petani.
4.3 Produksi Karet di Gampong Blang Dalam
Produksi karet di Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong Kabupaten
Nagan Raya adalah seluruh penerimaan yang diterima oleh petani itu sendiri
dalam melakukan usaha tani karet itu sendiri, sedangkan hasil produksi yang
diterima oleh petani karet bervariasi tergantung dari luas lahan yang diusahakan.
Dalam proses produksi, petani karet akan mengubah input menjadi output atau
produk dalam hal ini memproduksi karet. Petani dapat mengubah input menjadi
output dengan berbagai cara, dengan menggunakan variasi tenaga kerja, bahan-
bahan produksi dan modal. Dapat menjelaskan hubungan antara input produksi,
proses dan produk yang dihasilkan dalam sebuah fungsi produksi, adapun nama
yang memproduksi karet di Gampog Blang Dalam Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya dapat dlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Jumlah Produksi, Tenaga Kerja, Luas Lahan, dan Modal Petani Karet
di Gampong Blang Dalam Tahun 2015
No Nama
Tenaga
Kerja
(Orang)
Luas
Lahan
(Ha)
Modal
(Rp)
Produksi
(Kg)
1 Mali. Y 2 0,5625 8.437.500 240
2 Tgk. Bahagia 4 1 15.000.000 240
3 M. Yadid 2 0,5 7.500.000 160
4 Aguswan 2 0,5 7.500.000 120
5 Abdul Karim 4 1 15.000.000 320
6 Harizal 2 0,625 9.375.000 280
7 Basiron 2 0,5625 8.437.500 240
8 Abdul Malek 4 1 15.000.000 512
9 Abdullatif 2 0,5 7.500.000 160
10 Bustami 2 0,59375 8.906.250 200
11 Saidan 4 1 15.000.000 500
Sambungan ke hal 30
30
12 Kamaruzaman 4 1 15.000.000 512
13 M. Yunus 2 0,5 7.500.000 100
14 Nur Alam 2 0,6875 10.312.500 320
15 M. Yunus 4 1 15.000.000 480
16 Syamsul 4 1 15.000.000 480
17 Katijah. T 2 0,53125 7.968.750 200
18 M. Andah 2 0,625 9.375.000 240
19 Junaidi 2 0,75 11.250.000 280
20 Mahmud 4 1 15.000.000 460
21 Anita 4 1 15.000.000 500
22 Sadikin 4 1 15.000.000 440
23 Budiman 4 1 15.000.000 320
24 M. Abas. G 4 1 15.000.000 280
25 Nuraiman 4 1 15.000.000 480
26 Adnan 2 0,5 7.500.000 120
27 T. Meren 2 0,5 7.500.000 160
28 Ibnu 4 1 15.000.000 500
29 T. Iskandar 2 0,5625 8.437.500 160
30 Marwan 4 1 15.000.000 500
31 Sabitah 4 1 15.000.000 512
32 Zainuddin 2 0,59375 8.906.250 140
33 Tgk. M. Andah 4 1 15.000.000 520
34 Budiman 4 1 15.000.000 512
35 Baharuddin 4 1 15.000.000 480
36 Tgk. Loe 2 0,59375 8.906.250 120
37 Raden 2 0,5 7.500.000 120
38 Safrizal 4 1 15.000.000 520
39 Saiful 4 1 15.000.000 480
40 Abdullah 2 0,5625 8.437.500 120
41 Nur Aini 4 1 15.000.000 500
42 Burhan 4 1 15.000.000 512
43 Bukhari 4 1 15.000.000 480
44 Jamaludin 4 1 15.000.000 500
45 M. Sani 4 1 15.000.000 400
46 Eda Wati 2 0,5625 8.437.500 120
47 M. Ali 4 1 15.000.000 480
48 Saifuddin 4 1 15.000.000 512
49 Zubir 4 1 15.000.000 512
50 M. Abas. D 2 0,5 7.500.000 140
51 M. Abah B 4 1 15.000.000 520
52 Junaidi 2 0,625 9.375.000 240
53 Rusli 2 0,5625 8.437.500 220 Sumber: Hasil Penelitian Data diolah 2015
31
Tabel 4.6 di atas menunjukkan luas lahan, tenaga kerja, modal dan produksi
karet di Gampong Blang Dalam, luas lahan yang dimiliki oleh petani 0,5-1 hektar,
dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung dari luas lahan petani, tenaga
kerja 2-4 orang, selanjutnya begitu juga dengan modal, modal yang dikeluarkan
petani karet antara 7.500.000 – 15.000.000 rupiah, dan tingkat produksi yang
diterima antara 120 – 520 kg dalam satu bulan.
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis.
4.4.1 Uji Regresi Linear Berganda
Untuk uji regresi linear berganda dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini
yaitu:
Tabel 4.7
Regresi Linear Berganda
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
1 (constant)
Tenaga Kerja
Luas Lahan
Modal
2519.719
-25.941
1007.509
-179.056
29697.417
149.863
3264.113
1960.309
-164
1.416
-337
Sumber : Hasil Regresi
Berdasarkan hasil penelitian ini maka diperoleh persamaan regresi linear
berganda akhir estimasi sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e
Y = 2519.719 + -25.941 X1 + 1007.509 X2 + -179.056 X3 + e
Persamaan regresi linear berganda diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Konstanta
Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar
2519.719, nilai konstanta menyatakan apabila semua variabel bebas (tenaga kerja,
32
luas lahan dan modal) sama dengan nol, maka produksi karet di Gampong Blang
Dalam sebesar 2519.719.
b. Koefisien regresi dari variabel tenaga kerja (X1)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel tenaga
kerja (X1) sebesar -25.941, hal ini menyatakan bahwa jika tenaga kerja (X1)
mengalami kenaikkan sebesar 1 orang, maka akan menyebabkan kenaikkan
produksi karet -25.941 kg.
c. Koefisien regresi dari variabel luas lahan (X2)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel luas lahan
(X2) sebesar 1007.509, hal ini menyatakan bahwa setiap luas lahan (X2)
mengalami kenaikkan sebesar 1 hektar, maka akan menyebabkan kenaikkan
produksi karet naik 1007.509 kg.
d. Koefisien regresi dari variabel modal (X3)
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien variabel modal
(X3) sebesar -179.056, hal ini menyatakan bahwa setiap modal (X2) mengalami
kenaikkan sebesar 1 persen, maka akan menyebabkan kenaikkan produksi karet
naik -179.056 kg.
4.4.2 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi
Adapun analisis koefisien korelasi dan determinasi dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
33
Tabel 4.8
Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi
No Variabel Produksi
Karet
Tenaga
Kerja
Luas
Lahan Modal
Pearson Correlation
a. (Constant)
b. Tenaga Kerja
c. Luas Lahan
d. Modal
1.000
.897
.917
.917
.897
1.000
.981
.970
.917
.981
1.000
.999
917
970
999
1.000
Model
a. Koefisien korelasi R
b. Koefisien determinasi adjusted
c. Koefisien determinasi (R2)
.917
.832
.842
Sumber : Hasil Regresi
Berdasarkan tabel 4.8 di atas peneliti dapat menjelaskan bahwa koefisien
korelasi variabel bebas (tenaga kerja, luas lahan dan modal) diperoleh R = 0,917
secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang kuat antara tenaga kerja (X1),
luas lahan (X2) dan modal (X3) terhadap produksi karet (Y) dengan keeretan
hubungan 91,7 persen, dari hasil R tersebut apabila tenaga kerja, luas lahan dan
modal mengalami peningkatan, maka produksi karet juga akan meningkat,
keeratan peningkatan tersebut kuat, sehingga pengaruh yang ditimbulkan juga
kuat.
Berdasarkan hasil pengujian ini maka dapat diketahui pengaruh tenaga kerja
(X1), luas lahan (X2) dan modal (X3) terhadap produksi karet (Y) di Gampong
Blang Dalam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya. Koefisien determinasi
dalam penelitian ini dapat diketahui dengan menggunakan rumus perhitungan
sebagai berikut:
Koefisien determinasi = r2 x 100%
Koefisien determinasi = 0,842 x 100%
Koefisien determinasi = 84,2%
34
Berdasarkan perhitungan di atas peneliti dapat menjelaskan bahwa nilai
koefisien determinasi adjusted bernilai 83,2 persen. Menghasilkan R2 (R square)
sebesar 84,2 persen, pada penelitian ini menggunakan tiga variabel bebas
sehingga yang digunakan untuk menjelaskan adalah koefisien determinasi. Hal ini
bearti 84,2 persen dapat dijelaskan oleh variabel tenaga kerja, luas lahan, dan
modal, sedangkan sisanya sebesar 15,8 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar
model ini. Hal ini memberikan petunjuk bahwa variabel bebas yang terdiri dari
tenaga kerja, luas lahan, dan modal tepat untuk menjelaskan pengaruh variabel
bebas terhadap produksi karet di Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong
Kabupaten Nagan Raya.
4.4.3 Uji t (Uji Parsial/individu)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara
variabel bebas tenaga kerja (X1), luas lahan (X2), dan modal (X3) terhadap
produksi karet (Y) secara individual dengan tingkat kepercayaan (Level of
confidence 95%) yaitu:
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Nilai t-hitung
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig
B Std. Error Beta
1 (constant)
Tenaga Kerja
Luas Lahan
Modal
2519.719
-25.941
1007.509
-179.056
29697.417
149.863
3264.113
1960.309
-.164
1.416
-.337
.085
-.173
.309
-.091
.933
.863
.759
.928
Sumber : Hasil Regresi
Berdasarkan tabel di atas nilai thitung dapat dijelaskan sebagai berikut:
35
a. Tenaga Kerja (X1)
Dari tabel 4.9 di atas dapat terlihat bahwa untuk variabel tenaga kerja nilai
thitung < ttabel (-0,173 < 1,676), bearti H0 diterima H1 ditolak, sehingga secara
individual variabel tenaga kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi karet di Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan
Raya.
b. Luas Lahan (X2)
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa untuk variabel luas lahan nilai thitung <
ttabel (0,309 < 1,676), bearti H0 diterima H1 ditolak, sehingga secara individual
variabel luas lahan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi karet di
Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
c. Modal (X3)
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa untuk variabel modal nilai thitung <
ttabel (-0,091 < 1,676), bearti H0 diterima H1 ditolak, sehingga secara individual
variabel modal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi karet di
Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
4.4.4 Uji F (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk menguji keberatian semua variabel bebas yaitu
tenaga kerja (X1), luas lahan (X2), dan modal (X3) secara bersama-sama terhadap
variabel terikat produksi karet (Y). Hasil perhitungan nilai Fhitung dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
36
Tabel 4.10
Hasil Regrasi Uji F
Model Sum of Squares Df Mean
Square F Sig.
1 Regression
Residual
Total
1090794.809
205101.945
1295896.755
3
49
52
363598.270
4185.754
86.866 .000a
Sumber : Hasil Regresi
Berdasarkan tabel di atas nilai Fhitung sebesar 86.866 > Ftabel 2.79 artinya H0
ditolak H1 diterima, maka variabel tenaga kerja, luas lahan, dan modal secara
simultan (bersama-sama berpegaruh yang signifikan terhadap produksi karet di
Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
4.5 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil output dari penelitian di atas variabel luas lahan tidak
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap produksi karet yaitu nilai thitung <
ttabel (-0,091 < 1,676), sedangkan variabel tenaga kerja dan modal tidak
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap produksi karet, dengan nilai
signifikan yang lebih kecil dari 0,05 yaitu 0,050.
Dari pengujian hipotesis secara bersama-sama menunjukkan bahwa nilai
Fhitung > Ftabel (86.866 > 2.79), artinya variabel tenaga kerja, luas lahan, dan modal
secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap produksi karet di
Gampong Blang Dalam Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
Untuk koefisien korelasi variabel bebas secara positif terdapat hubungan
yang kuat antara tenaga kerja (X1), luas lahan (X2), dan modal (X3) terhadap
produksi karet (Y), dengan keeratan hubungan 91,7 persen dari hasil R tersebut
apabila tenaga kerja (X1) berpengaruh positif terhadap produksi karet. Sedangkan
luas lahan (X2) dan modal (X3) mengalami peningkatan, maka produksi karet
37
juga akan meningkat, keeratan peningkatan tersebut kuat, sehingga pengaruh yang
ditimbulkan juga kuat.
Sedangkan jika dilihat dari koefisien determinasi adjusted menunjukkan
bahwa sumbangan yang diberikan oleh variabel tenaga kerja, luas lahan dan
modal mempengaruhi produksi karet di Gampong Blang Dalam Kecamatan
Beutong Kabupaten Nagan Raya sebesar 84,2, sedangkan sebesar 15,8 persen
dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model seperti cuaca, tingkat
pendidikan. Hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang terdiri dari tenaga
kerja, luas lahan dan modal sudah tepat untuk menjelaskan sumbangan ketiga
variabel bebas tersebut terhadap produksi karet di Gampong Blang Dalam
Kecamatan Beutong Kabupaten Nagan Raya.
48
44
BAB V
ANALISIS HASIL DAN EVALUASI
5.1 Analisis Hasil Pengolahan Model DEA-CCR Primal
Hasil pengolahan program linier DEA-CCR Primal yang merupakan nilai
efisiensi relatif suatu kantor unit Bank terhadap kantor unit Bank lain dapat dilihat
pada tabel 5.1 dibawah ini:
Tabel 5.1 Hasil Perhitungan DEA-CCR Primal untuk ketiga kantor unit tahun
2011 dan 2012.
DMU Kantor Unit Bank Efisiensi Relatif
Tahun 2011 Tahun 2012
1 Cut Nyak Dhien 1 1
2 Johan Pahlawan 1 0.81
3 Teuku Umar 1 1
Dalam tabel 5.1 menunjukan bahwa pada tahun 2011 kantor unit Cut Nyak
Dhien (DMU1), kantor unit Johan Pahlawan (DMU2) dan kantor unit Teuku
Umar (DMU3) memperoleh nilai efisensi relatif = 1,00, dengan efisiensi yang
relatif stabil. Sedangkan pada tahun 2012 untuk kantor unit Cut Nyak Dhien
(DMU1) dan kantor unit Teuku Umar (DMU3) memperoleh nilai efisiensi relatif
= 1,00 dengan efisiensi yang relatif stabil. Sedangkan untuk unit Johan Pahlawan
(DMU2) memperoleh nilai efisiensi relatif = 0,81 yang berarti kurang efisien (in
efficient).
45
5.2 Analisis dan Evaluasi
Berdasarkan analisis kinerja kantor unit Bank BRI cabang Meulaboh
tersebut dengan menggunakan metode DEA, untuk tahun 2011 ketiga kantor unit
efficient (nilai efisiensi relatif=1). Sedangkan tahun 2012 dua kantor unit
memperoleh efficient (nilai efisiensi relatif=1) dan hanya satu kantor unit yang in
efficient (nilai efisiensi relatif <1) yaitu DMU2.
5.2.1 Perbandingan Variabel Input dan Output
Prinsip kerja DEA adalah dengan membandingkan data input dan
data output dari suatu organisasi data, atau yang disebut dengan Decission Making
Unit (DMU), dengan data input dan output lainnya pada DMU yang sejenis.
Perbandingan ini dilakukan untuk mendapatkan suatu nilai efisiensi. Efisiensi
yang ditentukan dengan metode DEA adalah suatu nilai yang relatif, sehingga
bukan merupakan suatu nilai mutlak yang dapat dicapai oleh suatu unit.
Seperti uraian diatas sebelumya DMU2 merupakan DMU yang kurang
efisien, untuk itu perlu dilakukan perbaikan terhadap DMU tersebut. Sebelum
melakukan perbaikan, terlebih dahulu menentukan peers group DMU2 sebagai
tolak ukur dalam penentuan efisensi relatif terhadap DMU lainnya. Oleh karena
itu DMU mana saja yang menjadi satu kesatuan kelompok dalam peers group
terhadap DMU2, secara virsualisasi penentuan kelompok peers group dalam satu
DMU bisa dilihat dari penggunaan karakteristik variabel input dan output dari
DMU yang dikaji dan ditelaah.
46
Walaupun analisa ini tidak muklak menjadi satu kesatuan dalam
penentuan menurut analisis DEA akan tetapi bisa menjadi salah satu tolak ukur
perbandingan dalam menganalisa kenapa satu DMU dengan DMU lainnya
menjadi satu kesatuan atau peers group dalam menentukan efisiensi relatif
masing-masing DMU yang telah dikaji. Peers group ini merupakan DMU yang
efficient (nilai efisiensi relatif=1) dan menjadi perbandingan terhadap DMU yang
kurang efisien yaitu DMU2.
Berdasarkan karakteristik penggunaan variabel input dan output yang
dimiliki oleh DMU2 relatif mirip dengan karakteristik penggunaan variabel input
dan output yang dimiliki oleh DMU1. Itu terlihat dari penggunaan input dan
output kedua DMU seperti penggunaan jumlah pegawai, BOP dan income DMU2
hampir sebanding dengan DMU1. Dibandingkan dengan DMU3 yang hanya
memiliki dua kemiripan penggunaan input dan output yaitu jumlah simpanan dan
jumlah nasabah, sedangkan untuk penggunaan jumlah pegawai, BOP dan income
DMU3 realtif lebih kecil dibandingkan dengan DMU2. Oleh karena itu, yang
menjadi peers group untuk DMU2 adalah DMU1. Untuk lebih jelasnya
perbandingan penggunaan variabel input dan output pada DMU1 dan DMU2 dan
DMU3 dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:
Tabel 5.2 Perbandingan penggunaan variabel input dan output DMU1 dan DMU2
DMU Variabel Input dan Output
Income Jumlah pegawai BOP
DMU1 5,369,221,824 17 2,348,756,474
DMU2 2,211,054,274 12 2,018,839,434
47
Sehingga dari penjelasan yang telah dijabarkan bagian diatas sebelumnya,
maka bisa menjadi alasan kenapa DMU2 itu mengelompok terhadap DMU1
dalam hal penentuan efisiensi relatif. Sehingga DMU1 menjadi perbandingan
penentuan efisiensi relatif DMU2, dikarenakan pada perhitungan sebelumnya
DMU1 lebih efisien dibandingkan dengan DMU2 dan DMU1 memiliki
karakteristik variabel input dan output setara atau sebanding dengan DMU2.
Permasalahan selanjutnya adalah kita harus menentukan besaran nilai in
efficiency DMU2 ketika dihadapkan pada persoalan variabel input dan output
pada masing-masing DMU. Untuk menentukan itu kita perlu menentukan berapa
besaran persentasi variabel input dan output yang harus kita naikan sehingga
DMU2 mempunyai tingkat efisiensi relatif setara dengan DMU1.
Dalam penentuan besaran persentasi ini kita menggunakan analisis
composite unit. Dimana composite unit adalah bobot komposit yang menyatakan
bobot yang tidak efisien terhadap unit yang lain. Untuk memperbaiki kinerjanya
dalam upaya peningkatan efisiensi kantor unit atau DMU2, maka metode Data
Envelopment Analysis (DEA) memberikan suatu target yang harus dicapai oleh
kantor unit tersebut sehingga dapat memiliki efisiensi yang lebih baik.
Dikarenakan analisis DEA yang dipakai pada penelitian ini berbasis input dimana
input=1, maka target yang dimaksud untuk DMU2 dalam mencapai nilai efisiensi
relatif =1 adalah peningkatan variabel output yang dikeluarkan oleh DMU2 untuk
mencapai kesetaraan efisiensi yang sama. Itu dapat dilihat pada tabel 5.3 dibawah
ini:
48
44
Tabel 5.3 Composite Unit
DMU 2012
Output Input Composite
Income (Rp)
Kredit yang diberikan (Rp)
Jumlah pegawai (Orang)
Jumlah Simpanan (Rp)
Jumlah Nasabah (Orang)
BOP (Rp) Value
1 5.369.221.824 23.857.322.383 17 23.400.920.563 6.198 2.348.756.474 41.18%
2 2.211.054.274 6.648.903.339 12 11.958.187.457 3.614 2.018.839.434 0.00%
3 417.000.000 12.300.000.000 6 12.200.000.000 3.394 541.000.000 0.00%
Composite
2.211.054.274 9.824.484.134 7 9.636.537.123 2.552 967.221.734 Value
48
44
Dalam tabel 5.3 menjelaskan bahwa untuk mencapai tingkat kesetaraan
efisiensi relatif=1, maka DMU2 harus melakukan penambahan atau peningkatan
jumlah variabel output yang dihasilkan sebesar 41,18%. Dimana nilai 41,18%
yang harus ditingkatkan oleh setiap output DMU2 itu dapat dilihat pada tabel
sensitivity untuk unit DMU2 yang terlampir pada lampiran.
Seperti uraian sebelumnya DMU1 merupakan peers group DMU2 dalam
hal mencapai tingkat efisiensi relatif=1. Maka peningkatan jumlah variabel output
DMU2 sebesar 41.18% itu dapat dilihat pada tabel 5.6 dibawah ini:
Tabel 5.4 Peningkatan Jumlah Variabel Output DMU2
Variabel Output Jumlah (Rp) Composite Jumlah Peningkatan
(Rp) DMU2 Value
Kredit yang
diberikan 2.211.054.274 41.18% 910.515.743
Income 6.648.903.339 41.18% 2.738.029.201
Pada tabel 5.4 diatas menunjukan bahwa peningkatan variabel output
DMU2 untuk jumlah kredit yang diberikan adalah sebesar Rp. 910,515,743 dan
untuk income atau pendapatan sebesar Rp. 2,738,029,201.
49
50
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini memberikan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Hasil identifikasi terhadap parameter input dan output menggunakan
variabel sebagai berikut:
a. Variabel input: Jumlah pegawai, jumlah simpanan, jumlah nasabah
dan jumlah biaya operasional (BOP).
b. Variabel output : Kredit yang diberikan dan income (pendapatan).
2. Hasil perhitungan efisiensi relatif kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh
pada tahun 2011 ketiga kantor unit tersebut efisien yaitu memperoleh nilai
efisiensi = 1. Sedangkan pada Tahun 2012 hanya 2 (dua) kantor unit yang
meperoleh nilai efisiensi = 1 yaitu kantor unit Cut Nyak Dhien dan Teuku
Umar, serta untuk kantor unit Johan Pahlawan memperoleh nilai efisiensi
0,81 yang berarti kurang efisien (in efficient).
3. Jumlah in efficient DMU2 adalah sebesar Rp. 910,515,743 variabel kredit
yang diberikan dan sebesar Rp. 2,738,029,201 untuk variabel income
dengan persentasi sebesar 41,18%.
5.2. Saran
1. Kantor unit Johan Pahlawan perlu melakukan perbaikan kinerja agar
mencapai kesetaraan dengan unit lain melalui perbaikan output yang
dihasilkan sehingga penilaian kinerja tidak menjadi subjektif.
51
2. Kantor unit Johan Pahlawan Bank BRI Cabang Meulaboh sebaiknya
menggunakan ukuran efisiensi relatif untuk menilai kinerja dari masing-
masing kantor unit bank melalui tahapan perbandingan secara
proporsional.
3. Untuk kesesuaian metode yang lebih akurat, sebaiknya perlu dilakukan
kajian lanjutan terhadap kantor unit Bank BRI Cabang Meulaboh dengan
jumlah kantor Unit dan variabel yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Berger, A. N, & Humphrey, d. b (1997). Efficiency of financial institutions:
International survey and directions for future research. Journal of Operational
Research
Charnes A, Cooper, W. W,. & Rhodes, E (1978). Measuring the efficiency of
decision making unit, European Journal of Operasional Research, 2, 429-444
Farell, M. J. (1957). The meansurement of Productive Efficiency. Journal of the
Royal Statical Society, Vol. 120, No. 3,253-290.
Huri, M. D. dan Indah Susilowati. 2004. “Pengukuran Efisiensi Relatif Emiten
Perbankan dengan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) (Studi Kasus:
Bank-Bank yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Tahun 2002).” Jurnal Dinamika
Pembangunan. Vol. 1, No. 2, Desember 2004, Hal. 95-107.
Muliaman D. H., Wimboh S., Dhaniel I. dan Eugenia M. 2003. “Analisis Efisiensi
Industri Perbankan Indonesia: Penggunaan Metode Non-Parametrik Data
Envelopment Analysis (DEA).” Bank Indonesia Research Paper, Jakarta: Bank
Indonesia
Muharam, H dan Rizki Pusvitasari. 2007. “Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah dengan Metode Data Envelopment Analysis (Periode tahun 2005)”.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam, Vol.2 No.3.
Poernomo, Eddy, 2006, Pengaruh Kreativitas dan Kerjasama Tim Terhadap
Kinerja Manajer Pada PT. Jesslynk Cakes Indonesia Cabang Surabaya, Adm.
Bisnis UPN Veteran Jawa Timur. Jurnal Ilmu-Ilmu Ekonomi Vol. 6 No. 2
Syakir, A. K. 2004. “Mengukur Efisiensi Intermediasi Sebelas Bank Terbesar
Indonesia Dengan Pendekatan Data Envelopment Analysis (DEA).” Jurnal
Bisnis Strategi. Vol.13. Hal. 126-139, Semarang.
Saleh, Samsubar. 2000. Metode Data Envelopment Analysis.Yogyakarta: PAU-FE
UGM.
Sutawijaya, A. dan Lestari, E. P. 2009. “Efisiensi Teknik Perbankan Indonesia
Pasca Krisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA.” Jurnal
Ekonomi Pembangunan. Vol. 10. No. 1. Hal 49-67.
Sumanth, D.J 1985, Productivity Engineering and Management. USA: McGraw-
Hill. Inc., USA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan
atas undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan