v. gambaran umum usahatani tembakau v... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per...

34
V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU 5.1. Karakteristik Petani Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tembakau bukan tanaman yang asing dan merupakan tanaman idola bagi masyarakat atau petani Madura. Tanaman tembakau memiliki nilai ekonomis yang tinggi sehingga hampir seluruh masyarakat Kabupaten Pamekasan memprioritaskan usahatani tembakau sebagai mata pencarian utama di musim kemarau. Komoditas tersebut sebagian besar dipasarkan pada pasar lokal, Nasional maupun Internasional, khususnya pada pabrik rokok Gudang Garam, Sampoerna, Djarum, dan lain-lain. Hal ini karena tembakau Pamekasan memiliki cita rasa tersendiri dan biasanya digunakan sebagai bahan campuran dari tembakau yang ada di tempat lain. Usahatani tembakau di Kabupaten Pamekasan terdapat pada tiga lokasi yang berbeda yaitu di sawah, tegalan dan pegunungan dan dimasing-masing lokasi terdapat dua sistem usahatani yaitu dengan ITRS dan ITRK. Berdasarkan kondisi tersebut, masing-masing petani tembakau memiliki karakteristik yang berbeda- beda. Sebaran umur petani tembakau sampel dapat dilihat dalam Tabel 7, dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar petani-petani tembakau di Kabupaten Pamekasan masih berada dalam usia yang produktif, kondisi ini sangat menguntungkan karena dengan tingkat usia ini petani-petani akan lebih mudah untuk menerima inovasi-inovasi yang dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas tembakau mereka. Masih banyaknya petani yang berusia produktif, menunjukkan bahwa usahatani tembakau dianggap sebagai usahatani yang secara ekonomi sangat menjanjikan. Hal ini berkebalikan dengan

Upload: nguyendang

Post on 02-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU

5.1. Karakteristik Petani Tembakau di Kabupaten Pamekasan

Tembakau bukan tanaman yang asing dan merupakan tanaman idola bagi

masyarakat atau petani Madura. Tanaman tembakau memiliki nilai ekonomis

yang tinggi sehingga hampir seluruh masyarakat Kabupaten Pamekasan

memprioritaskan usahatani tembakau sebagai mata pencarian utama di musim

kemarau. Komoditas tersebut sebagian besar dipasarkan pada pasar lokal,

Nasional maupun Internasional, khususnya pada pabrik rokok Gudang Garam,

Sampoerna, Djarum, dan lain-lain. Hal ini karena tembakau Pamekasan memiliki

cita rasa tersendiri dan biasanya digunakan sebagai bahan campuran dari

tembakau yang ada di tempat lain.

Usahatani tembakau di Kabupaten Pamekasan terdapat pada tiga lokasi

yang berbeda yaitu di sawah, tegalan dan pegunungan dan dimasing-masing lokasi

terdapat dua sistem usahatani yaitu dengan ITRS dan ITRK. Berdasarkan kondisi

tersebut, masing-masing petani tembakau memiliki karakteristik yang berbeda-

beda. Sebaran umur petani tembakau sampel dapat dilihat dalam Tabel 7, dalam

tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar petani-petani tembakau di

Kabupaten Pamekasan masih berada dalam usia yang produktif, kondisi ini

sangat menguntungkan karena dengan tingkat usia ini petani-petani akan lebih

mudah untuk menerima inovasi-inovasi yang dapat dilakukan dalam rangka

meningkatkan produktivitas tembakau mereka. Masih banyaknya petani yang

berusia produktif, menunjukkan bahwa usahatani tembakau dianggap sebagai

usahatani yang secara ekonomi sangat menjanjikan. Hal ini berkebalikan dengan

Page 2: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

71

usahatani komoditas lain terutama usahatani padi, dimana sebagian besar petani-

petaninya berusia diatas 55 tahun. Pada daerah-daerah sentra produksi padi

masyarakat yang berusia produktif lebih memilih untuk bekerja pada sektor non

pertanian, karena mereka menganggap bahwa usahatani padi merupakan usahatani

yang tidak banyak memberikan keuntungan.

Tabel 7. Sebaran Umur Petani pada Setiap Sistem Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009

Umur Petani (Tahun)

Jumlah Petani pada Setiap Sistem Usahatani PK PS TK TS SK SS

Persentase (%) (Orang) 20-40 23 26 40 19 31 28 37.11 41-60 43 46 30 51 32 37 53.11 >60 9 3 5 5 12 10 9.78

Keterangan : PK (pegunungan kemitraan), PS (pegunungan swadaya), TK (tegal kemitraan), TS (tegal swadaya), SK (sawah kemitraan), SS (sawah swadaya)

Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, sebagian besar petani hanya

berpendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar. Petani ini sebagian besar

terdapat pada daerah pegunungan, karena pada areal pegunungan jumlah Sekolah

Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas sangat terbatas. Sedangkan

petani di areal sawah rata-rata memiliki pendidikan Sekolah Menengah Pertama.

Menurut sejumlah hasil penelitian, ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang

dimiliki oleh petani menjadi salah satu faktor yang dapat mereduksi inefisiensi

teknis atau dengan kata lain tingkat inefisiensi berhubungan negatif dengan

tingkat pendidikan (Bravo dan Pinhiero, 1997 ; Myusa et al., 2005). Semakin

tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin mudah untuk memahami inovasi-

inovasi yang disampaikan kepada mereka dan mereka lebih mudah tertarik untuk

mencoba inovasi baru yang ditawarkan. Gambaran tingkat pendidikan petani

Tembakau dapat dilihat dalam Tabel 8.

Page 3: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

72

Tabel 8. Sebaran Pendidikan Petani pada Setiap Sistem Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009

Tingkat Pendidikan

Jumlah Petani pada Setiap Sistem Usahatani PK PS TK TS SK SS Persentase (%) (Orang)

SD 46 39 34 35 22 24 44.44 SLTP atau sederajat 17 20 21 25 35 29 32.67

SLTA atau sederajat 12 16 20 15 18 22 22.89

Penguasaan luas lahan yang digunakan oleh petani untuk usahatani

tembakau sebagian besar kurang dari satu hektar dan sebagian besar status

kepemilikannya adalah milik sendiri (Tabel 9). Penguasaan lahan atau ukuran

usahatani akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dicapai oleh petani.

Semakin luas ukuran usahatani, maka semakin kecil ukuran produktivitasnya.

Menurut Ellis (1988), terdapat enam alasan yang dapat menjelaskan kondisi ini

yaitu : pertama, intensitas penggunaan lahan yaitu semakin luas lahan yang

dimiliki maka semakin rendah intensitas penggunaannya. Kedua, komoditas yang

diusahakan pada usahatani luas cenderung lebih bersifat ekstensifikasi. Ketiga,

petani pada umumnya akan berlomba-lomba untuk bermukim di lahan yang

subur, sehingga konsentrasi petani yang tinggi pada lahan subur menyebabkan

semakin rendahnya penguasaan lahan. Dengan kata lain, petani kecil banyak

terkonsentrasi pada lahan yang subur. Keempat, akses petani kecil terhadap irigasi

umumnya besar. Kelima, hasil empiris menyatakan bahwa petani kecil banyak

melakukan tumpang sari guna menjamin kepastian pendapatan atau

mengantisipasi bila terjadi kegagalan panen pada salah satu komoditas yang

ditanam. Keenam, intensitas penggunaan tenaga kerja seringkali berhubungan

negatif dengan luas areal usahatani dalam artian usahatani kecil menggunakan

Page 4: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

73

faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan

usahatani besar.

Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan Petani pada Setiap Sistem Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009

Luas Lahan (Ha)

Jumlah Petani Sampel Pada Setiap Sistem Usahatani PK PS TK TS SK SS

Persentase (%) (Orang)

< 0.5 17 4 17 34 6 21 22.00 0.5 – 1 58 20 53 41 23 38 51.78

> 1 0 51 5 0 46 16 26.22 5.2. Usahatani Tembakau di Pegunungan dan Dataran Rendah

Tembakau Madura dapat ditanam pada beberapa tipe tanah, tetapi mutu

yang baik diperoleh pada tanah Grumusol dan Regosol dengan PH 6-6.5, pada

ketinggian 50-250 m dpl. Tembakau Madura sesuai dengan dataran rendah yang

beriklim kering, dengan curah hujan rata-rata 1 200 sampai 1 800 mm/th.

Disamping itu tembakau Madura juga menghendaki bulan kering yang tegas

selama empat sampai enam bulan. Menurut Suwarso(1991) tembakau madura

lebih sesuai ditanam di tegalan dibandingkan dengan di tanah sawah, karena di

tegalan menghasilkan tembakau yang lebih aromatis. Tembakau madura ditanam

diakhir musim hujan, sehingga pada saat panen tidak terkena hujan. Usahatani

tembakau di Kabupaten Pamekasan dilakukan pada musim kemarau yaitu satu

kali dalam setahun, sedangkan pada musim hujan lahannya digunakan untuk

usahatani komoditas lain seperti : padi, jagung, palawija, dan lain-lain.

Dari waktu ke waktu usahatani tembakau selalu menghasilkan

produktivitas yang lebih rendah daripada rata-rata produktivitas tembakau di

daerah lain di Jawa Timur (1.75 Ton/Ha). Berdasarkan data yang diperoleh dari

responden, rata-rata produktivitas usahatani di dataran rendah sebesar 0.43

Page 5: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

74

Ton/Ha, sedangkan didataran tinggi dapat menghasilkan produktivitas yang lebih

besar yaitu rata-rata 0.79 Ton/Ha. Dari enam sistem usahatani yang dilakukan

oleh petani, usahatani di Pegunungan dengan pola kemitraan memberikan tingkat

produktivitas yang paling tinggi yaitu 0.861 Ton/Ha dan usahatani di sawah

dengan pola swadaya menghasilkan produktivitas yang paling rendah yaitu 0.33

Ton/Ha. Keadaan ini menjadi gambaran bahwa usahatani dengan pola kemitraan

masih jauh lebih baik dibandingkan dengan pola swadaya. Ini dapat disebabkan

karena dengan adanya kemitraan petani dapat melakukan teknik budidaya yang

lebih baik, ada jaminan ketersediaan input, dan ada pendampingan dari pabrik

rokok yang menjadi mitra petani.

Kegiatan usahatani tembakau dengan pola swadaya yang terdapat di area

sawah menggunakan beberapa input diantaranya : lahan yang luas penguasaanya

bervariasi, bibit dengan varietas yang berbeda-beda seperti Cangkreng, manila,

Bukabuh dan Bojonegoro. Sedangkan pupuk yang digunakan meliputi : pupuk

urea, pupuk ZA, pupuk kandang, dan pestisida. Dalam usahatani ini, rata-rata

petani tidak melaksanakan teknik budidaya sesuai dengan anjuran yang ada. Rata-

rata penggunaan input pada petani tembakau dengan berbagai pola usahatani

dijelaskan dalam Tabel 10.

Kegiatan usahatani tembakau dengan pola kemitraan yang dilakukan

dengan Pabrik rokok Sampoerna, di daerah pegunungan rata-rata memiliki

produktivitas yang tertinggi dibandingkan dengan pola lainnya. Dalam kegiatan

ini digunakan beberapa input diantaranya : lahan yang luas penguasaanya berkisar

antara 0.5 sampai dengan 1 hektar, bibit dengan varietas Cangkreng 95,

Sedangkan pupuk yang digunakan meliputi : pupuk ZK dan pupuk NPK, selain itu

Page 6: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

75

juga digunakan pestisida dan fungisida. Beberapa kelebihan yang diperoleh petani

dengan pola kemitraan antara lain : petani mendapatkan pembinaan yang intensif

mulai dari pembibitan sampai dengan pasca panen dari penyuluh yang ditugaskan

oleh pabrik, petani mendapatkan pinjaman modal tanpa bunga dan sarana

produksi (saprodi), kualitas tembakau yang dihasilkan sesuai dengan yang

diharapkan oleh pihak pabrik, dan terdapat jaminan pemasaran dengan harga yang

tinggi.

Tabel 10. Rata-Rata Penggunaan Berbagai Macam Input dalam Usahatani Tembakau pada Berbagai Agroekosistem dan Sistem Swadaya di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009

PU

LL BB TK Urea ZK ZA TSP NPK PK PD FD (Ha) (btng) (HKSP) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Kg) (Lt) (Lt)

TS 0.41 1600 96.335 0 0 81.5 28.2 10 372 0 0 SS 0.91 1504 151.075 87.12 0 71 0 0 375 1 0 PS 1.72 2332 156.475 157.9 0 26 26 0 342 6.74 0 TK 0.61 7126 140.095 69.54 56.3 0 60.3 0 288 0 0 SK 1.59 30700 359.494 157.5 172 0 154 0 690 0 0 PK 0.61 16084 216.285 0 20.8 0 0 75.6 0 0.66 0.6

Keterangan : PU : Pola Usahatani TS : Tegal Swadaya SS : Sawah Swadaya PS : Pegunungan Swadaya TK : Tegal Kemitraan SK : Sawah Kemitraan PK : Pegunungan Kemitraan LL : Luas Lahan BB : Bibit TK : Tenaga Kerja

Tingkat produktivitas, ragam dan simpangan baku pada masing-masing

agroekosistem dengan sistem usahatani kemitraan dan swadaya ditunjukkan

dalam Tabel 11. Berbeda dengan kemitraan yang terdapat di area pegunungan,

kemitraan didataran rendah (sawah dan tegalan) dilakukan dengan pabrik rokok

Gudang Garam. Jika dilihat dari tingkat produktivitas yang dihasilkan, petani

PK : Pupuk Kandang PD : Pestisida FD : Fungisida LL : Luas Lahan BB : Bibit TK : Tenaga Kerja PK : Pupuk Kandang PD : Pestisida FD : Fungisida

Page 7: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

76

yang tergabung dalam kemitraan ini memiliki produktivitas yang lebih rendah

daripada kemitraan yang terdapat di daerah pegunungan. Hal ini disebabkan

karena kegiatan pembinaan pada petani tidak dilakukan secara intensif

(penyuluhan dilakukan hanya tiga kali mulai dari pembibitan sampai dengan

pasca panen) dan seringkali petani menerima harga yang lebih rendah

dibandingkan dengan harga di tingkat tengkulak. Ini merupakan permainan dari

para tengkulak, dimana pada saat terdapat program kemitraan mereka akan

menawar tembakau dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga

yang ditetapkan oleh pabrik, tetapi pada saat petani tidak lagi bermitra dengan

pabrik rokok, para tengkulak membeli tembakau dengan harga yang rendah.

Tabel 11. Rata-Rata Produktivitas Tembakau, Ragam, dan Simpangan Baku pada Agroekosistem Pegunungan, Tegalan dan Sawah dengan Sistem Usahatani Kemitraan dan Swadaya di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009

Agroekosistem dan Lokasi

Rata-Rata Produktivitas

(kg/ha)

Ragam Simpangan Baku

Pegunungan Kemitraan 861.22 8 543.78 92.43 Pegunungan Swadaya 206.14 7 298.72 85.73 Tegalan Kemitraan 367.42 9 934.17 99.67 Tegalan Swadaya 180.37 17 792.12 133.38 Sawah Kemitraan 772.98 12 339.66 108.84 Sawah Swadaya 289.57 8 281.80 91.00

Nilai ragam produksi tembakau pada masing-masing agroekosistem sangat

besar, hal ini menunjukkan bahwa risiko usahatani tembakau di Kabupaten

Pamekasan cukup besar. Usahatani tembakau pada agroekosistem tegalan yang

menggunakan sistem swadaya memiliki risiko yang tertinggi. Ini disebabkan

karena usahatani tembakau tidak dijalankan secara intensif dalam artian banyak

sekali teknik budidaya rekomendasi yang tidak dilakukan, sebagian besar waktu

Page 8: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

77

petani tersita untuk melakukan kegiatan off farm, dan banyak petani yang tidak

bergabung dalam kelompok tani.

5.3. Pola Tanam dan Diversifikasi Usahatani pada Kondisi Aktual

Berdasarkan diskusi kelompok (Focus on Group Discussion) dengan

berbagai pihak (stake holders) antara lain adalah Dinas-Dinas Teknis (Dinas

Pertanian, Perindustrian, Perdagangan, dan Dinas Koperasi), pelaku ekonomi

swasta (perwakilan pabrik rokok/pabrik rokok skala kecil-menengah, supplier

pabrik rokok, pedagang tembakau, lembagaan mitra Bank Indonesia), dan

beberapa elemen lembaga swadaya masyarakat (LPK-NU, tokoh masyarakat), dan

kelembagaan petani (Asosiasi Petani Tembakau Pamekasan/APTP, kelompok

tani, tokoh petani, seperti kontak tani) dicoba untuk memetakan persepsi

masyarakat, berdasarkan keuntungan dan risiko komoditas yang diusahakan.

Tabel 12. Pengelompokan Komoditas Menurut Tingkat Risiko Usahatani dan Profitabilitas Menurut Persepsi Petani di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009

Profitabilitas Risiko Usahatani

Rendah Sedang Tinggi

Rendah Jagung lokal Kacang tanah Kacang hijau Kacang tunggak

Semangka Belewah Cabai rawit Cabai jamu Kacang Panjang Timun Jagung hibrida Wijen

Sedang Padi

Tinggi

Kedelai Terong Tebu

Tembakau Bawang Merah Cabe merah

Sumber : Data Hasil FDG.

Page 9: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

78

Komoditas pertanian yang diusahakan petani dapat dipetakan dalam

beberapa kelompok (Tabel 12) yaitu :

1. Kelompok komoditas yang diidentifikasi sebagai tanaman yang memiliki

keuntungan rendah dan risiko usahatani rendah terdiri dari komoditas jagung

lokal, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang tunggak.

2. Kelompok komoditas yang diidentifikasi sebagai tanaman yang memiliki

keuntungan tinggi dan risiko usahatani relatif rendah terdiri dari komoditas

semangka, belewah, cabai rawit, cabai jamu, kacang panjang, timun, dan

wijen dikategorikan

3. Kelompok komoditas yang diidentifikasi sebagai tanaman yang memiliki

keuntungan rendah dan risiko usahatani relatif tinggi terdiri dari komoditas

kedelai, terung, dan tebu.

4. Kelompok komoditas yang diidentifikasi sebagai tanaman yang memiliki

keuntungan dan risiko usahatani tinggi terdiri dari komoditas tembakau,

bawang merah, cabai merah, dan melon.

Berdasarkan hasil FGD dengan stakeholders terdapat beragam pendapat

tentang prospek tanaman tembakau dan alternatif solusi pemecahannya. Beberapa

pendapat tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu : (1) kelompok

yang mempertahankan bahwa tanaman tembakau harus tetap diusahakan apapun

risikonya, karena sulit menggantikan komoditas tembakau dengan komoditas lain

dan (2) kelompok yang bisa menerima bahwa tanaman tembakau diganti dengan

alternatif tanaman lain yang juga memberikan keuntungan paling tidak mendekati

Page 10: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

79

keuntungan tembakau. Berdasarkan kedua pendapat tersebut diperoleh

kesepakatan cara mengatasi permasalahan tembakau di Pamekasan yaitu :

1. Secara kolektif misalnya melalui Asosiasi Petani Tembakau Pamekasan

(APTP) mengurangi luas areal tanaman tembakau, langkah ini ditujukan

untuk mengurangi kondisi kelebihan pasokan.

2. Secara simultan harus ada upaya terobosan peningkatan produktivitas

tembakau.

3. mengembangkan pola tanam yang memasukkan komoditas bernilai ekonomi

tinggi (high economic value commodity), sehingga dapat memberikan

tingkat, stabilitas, dan kontinyuitas pendapatan rumah tangga petani secara

lebih baik.

4. Bagi petani yang modalnya kecil, maka beberapa komoditas dapat dijadikan

pilihan seperti komoditas Semangka, Belewah, Cabai rawit, Cabai jamu,

Kacang Panjang, Timun, Jagung hibrida, dan Wijen.

Dalam pembahasan pola tanam dibedakan menurut agroekologi lahan

sawah dan tegalan di dataran rendah dan dataran tinggi. Kajian terhadap

komoditas komersial penyusun pola tanam potensial di lahan sawah dan di lahan

kering dataran tinggi (pegunungan) didasarkan atas wawancara dengan staholders

pengambil kebijakan terkait pertanian, khususnya tembakau, serta para pelaku

ekonomi. Dengan demikian dapat terjadi ada jenis komoditas komersial atau pola

tanam yang potensial yang muncul hanya dengan frekuensi kecil, padahal

mungkin merupakan pola tanam yang potensial alternatif, namun perlu modal

besar dan risiko tinggi.

Page 11: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

80

Hasil kajian lapang tentang berbagai pola tanam pada pedesaan contoh di

Kabupaten Pamekasan ditunjukkan dalam Tabel 13. Terdapat kesamaan pola

tanam dominan di areal sawah dan tegalan. Sementara di daerah pegunungan

sebagian besar pola tanamnya adalah Bawang Merah – Tembakau – Jagung. Di

daerah tegalan tidak pernah dimanfaatkan untuk budidaya tanaman hortikultura,

hal ini berkebalikan dengan di wilayah pegunungan.

Tabel 13. Berbagai Pola Tanam di berbagai Areal Usahatani di Kabupaten Pamekasan Tahun 2009

No. Pola Tanam Pegunungan (%)

Sawah (%)

Tegalan (%)

1. Padi – Tembakau – Jagung - 60 60 2. Padi – Hortikultura – Jagung 14 - 3. Bawang Merah – Tembakau –

Jagung 50

4. Padi – Tembakau – Kacang Tanah/kedelai

10 15 20

5. Padi – Horkultura – Kedelai - 9.5 - 6. Bawang Merah – Tembakau/Cabai

Rawit – Jagung 5 -

7. Bawang Merah – Tembakau/Cabai Merah – Jagung

10 -

8. Cabai merah-Tembakau-Jagung 20 - 9. Sayuran lain – Tembakau – Jagung 5 -

10. Padi – Tembakau – Ubi Kayu / Palawija

- 20

11. Padi – Sayuran lain – Jagung 1.5 Sumber : Data Hasil FGD

Siklus tanam untuk sebagian besar pola tanam yang ada di Kabupaten

Pamekasan baik pada lahan sawah, tegalan, dan lahan kering gunung adalah satu

tahun. Proporsi pola tanam ini diperoleh dari informasi kualitatif dengan

wawancara FGD dan didukung data luas arel panen yang ada. Berdasarkan

informasi tersebut dan hasil analisis usahatani beberapa komoditas penyusun pola

tanam maka dapat dilakukan beberapa alternatif usahatani diantaranya : (1) tetap

menanam komoditas tembakau dengan luas areal tanam yang dikurangi, (2)

mengusahakan tanaman komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi yang

Page 12: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

81

banyak disebut oleh petani yaitu bawang merah, cabai merah, melon, jagung

hibrida, semangka, belewah, wijen dan (3) melakukan integrasi tanaman ternak

terutama tanaman padi dengan sapi potong, jagung dengan sapi potong, padi

dengan itik dan antara tanaman jagung dengan unggas komersial (broiler dan

layer).

Berdasarkan proporsi pola tanam dan potensi hasil atau keuntungan

usahatani yang didapat, maka komoditas yang dapat diintroduksikan adalah

tembakau jenis lain (virginia), jagung hibrida, bawang merah, cabai merah, tomat,

semangka, melon, wijen, dan sayuran jenis lainnya (kacang panjang, paria,

ceisin). Keunggulan jagung hibrida ini menurut petani adalah disatu sisi tingkat

produktivitas yang dicapai relatif sama atau lebih tinggi dengan padi, biaya

produksi lebih rendah, dan harga cukup stabil. Penggunaan pola tanam padi-

tembakau–jagung tidak dapat digunakan secara berturut-turut sepanjang waktu,

oleh karena itu jagung hibrida dalam periode 3-4 tahun dapat digunakan untuk

mensubtitusi tanaman tembakau MK I.

Sementara itu, komoditas hortikultura semusim (bawang merah, cabai

merah, tomat, semangka, melon, wijen, dan sayuran jenis lainnya) memiliki

beberapa keunggulan antara lain : memberikan tingkat keuntungan yang jauh

lebih tinggi, stabilitas pendapatan juga baik, karena beberapa tanaman seperti

cabai merah, tomat, kacang panjang berumur pendek dan kontinyuitas pendapatan

juga lebih terjamin, karena beberapa komoditas dapat dipanen beberapa kali,

sehingga kontinyuitas pendapatan lebih terjamin. Sedangkan kelemahan

komoditas alternatif ini adalah bahwa teknologi belum sepenuhnya dikuasai oleh

petani (teknologi pembibitan, budidaya, panen dan pasca panen), memerlukan

Page 13: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

82

modal besar karena umumnya bersifat padat modal, petani belum menguasai

sistem pemasaran dengan baik, dan rentan terhadap fluktuasi harga.

5.4. Persepsi Petani terhadap Beberapa Pola Tanam Alternatif Unggulan dikaitkan dengan Pendapatan Usahatani

Tingkat pendapatan rumah tangga petani ditentukan oleh banyak faktor

antara lain : jumlah anggota keluarga yang bekerja, jenis pekerjaan atau usaha

yang dijalankan, luas penguasaan lahan, jenis komoditas yang diusahakan, tingkat

teknologi yang diterapkan, pola tanam yang dipilih, dan intensitas usahatani

dalam waktu satu tahun.

Hasil FGD dengan beberapa stakeholders di Kabupaten Pamekasan

tentang tingkat keuntungan usahatani beberapa komoditas adalah sebagai berikut :

1. Usahatani padi sebesar Rp 4-5 juta/Ha/musim

2. Usahatani jagung hibrida sebesar Rp 3-4 juta/Ha/musim

3. Usahatani jagung lokal sebesar Rp 2-2,5 juta/Ha/musim

4. Usahatani kedelai sebesar Rp 1,5-2 juta,-/Ha/musim

5. Usahatani tembakau rajangan sebesar Rp 6-9 juta/Ha/musim

6. Usahatani bawang merah Rp 31,25 juta/Ha/musim

7. Usahatani cabai merah besar sebesar Rp 15,35 juta/Ha/musim

8. Usahatani tomat sebesar Rp 7,41 juta/Ha/musim

9. Usahatani semangka sebesar Rp 11,5 juta/Ha/musim

10. Usahatani melon sebesar Rp 13,5 juta/Ha/musim

Pangsa pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Pamekasan yang

bersumber dari kegiatan pertanian diperkirakan mencapai pangsa lebih besar dari

60 persen. Sumbangan terbesar berasal dari kegiatan usahatani tembakau

diperkirakan sebesar 40 persen, kemudian usahatani padi dengan pangsa 20

Page 14: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

83

persen, usahatani jagung sekitar 15 persen, dan usahatani lainnya dengan pangsa

15 persen. Di samping usahatani yang bersifat land based, maka kegiatan

usahaternak diperkirakan memberikan sumbangan terhadap pendapatan rumah

tangga kurang lebih 10 persen. Namun pada daerah-daerah yang telah

mengusahakan tanaman hortikultura bernilai ekonomi tinggi, pangsa pendapatan

dari usahatani tersebut bisa mencapai 70 persen dari total pendapatan rumah

tangga. Nampak bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola tanam

yang diterapkan petani dengan struktur pendapatan, dimana tembakau (dalam

kondisi normal), hortikultura, padi dan jagung, serta usahaternak sapi potong

memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan rumah tangga.

Dari hasil tersebut nampak bahwa usahatani tembakau masih memberikan

sumbangan yang paling besar kemudian disusul usahatani padi. Hal ini

disebabkan kedua komoditas tersebut telah diusahakan secara massal oleh

masyarakat petani. Untuk usahatani palawija, komoditas jagung baik jagung lokal

maupun hibrida memberikan tingkat keuntungan yang rendah hingga sedang.

Komoditas ini juga telah ditanam secara meluas oleh petani, karena merupakan

komoditas pangan terpenting kedua setelah padi.

Usahatani hortikultura semusim ternyata memberikan tingkat keuntungan

usahatani paling tinggi. Berdasarkan informasi kualitatif dilapang variasi

pendapatan untuk komoditas tembakau dan hortikultura semusim adalah sangat

tinggi terutama disebabkan risiko jatuhnya harga pada saat panen.

Implikasi kebijakan dari temuan ini adalah : (1) tidak disarankan secara

frontal menggeser komoditas yang secara tradisional telah diusahakan oleh petani,

seperti padi, tembakau, dan jagung, (2) introduksi tanaman komoditas hortikultura

Page 15: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

84

semusim yang jauh lebih menguntungkan sebaiknya dilakukan dalam skala

terbatas, hal ini karena teknologi belum sepenuhnya dikuasai oleh petani,

dayaserap pasar produk hortikultura yang terbatas, dan penanaman komoditas

hortikultura semusim ditujukan untuk mengurangi terjadinya over supply pada

produk tembakau rajangan, dan (3) implementasi pola tanam yang memasukkan

komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi tidak mudah sehingga harus ada

beberapa kebijakan pendukung.

5.5. Perilaku Petani di Pamekasan dalam Menentukan Pilihan Komoditas dan Pola Tanam

Secara umum perilaku petani di Kabupaten Pamekasan dalam menentukan

pilihan komoditas dan pola tanam dipengaruhi faktor teknis, faktor ekonomi,

faktor sosial-kelembagaan, dan aspek demografi.

Beberapa faktor teknis yang mempengaruhi perilaku petani antara lain :

1. Tingkat kemampuan pengendalian, volume dan kontinuitas ketersediaan air,

baik yang bersumber dari air irigasi maupun dari air hujan. Sumber air

didapat dari sungai (30 persen), irigasi teknis/semi teknis (15 persen), sumur

pompa (5 persen), serta tadah hujan (50 persen). Secara umum pada lahan

sawah dengan pengendalian, ketersediaan, dan kontinuitas air yang baik

mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam memilih komoditas dan pola

tanam. Sementara itu, di lahan tegal dan gunung sangat tergantung pada curah

hujan dan distribusinya.

2. Kondisi fisik lahan (topografi, kesuburan, struktur, tekstur, dan sifat tanah)

akan menentukan komoditas dan pola tanam yang dipilih. Kondisi lahan di

Pulau Madura yang kandungan batu, kapur, dan pasirnya yang tinggi

memerlukan pemupukan baik anorganik maupun organik secara berimbang.

Page 16: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

85

Penggunaan pupuk yang tidak sesuai rekomendasi, ditinggalkannya

penggunaan pupuk organik oleh sebagian besar petani, serta pola tanam yang

sama dari waktu ke waktu diduga sebagai penyebab utama menurunnya

produktivitas tembakau.

3. Musim atau kondisi iklim yang dibutuhkan. Komoditas tembakau dan

hortikultura semusim paling baik diusahakan pada MK-I, karena kondisi

kering dan air masih cukup tersedia.

4. Ketersediaan teknologi baik yang menyangkut teknologi budidaya, panen dan

pasca panen, serta teknologi tata air mikro (pompa air, teknologi drainase)

akan menentukan komoditas dan pola tanam yang dipilih.

5. Penguasaan teknologi oleh petani, petani akan mengusahakan jenis dan pola

tanam baru apabila petani sudah mendapatkan pengetahuan dan informasi

awal tentang komoditas yang mau ditanam. Secara umum penguasaan

teknologi budidaya untuk padi, tembakau dan jagung sudah cukup baik,

namun penguasaan teknologi budidaya hortikultura semusim masih kurang.

6. Ketersediaan alat dan mesin pertanian terutama alat pengolahan tanah (traktor)

dan pompa air, serta alat panen dan pasca panen (perajangan secara mekanik),

jelas akan mempengaruhi pilihan terhadap komoditas dan pola tanam.

Ketersediaan traktor akan mempengaruhi kecepatan waktu pengolahan lahan,

yang terkadang terkait dengan jadwal pengairan yang ketat, pompa air akan

mempengaruhi ketersediaan air waktu dibutuhkan, serta perajangan baik

manual dan mekanik yang telah dikuasai mendorong petani tetap menanam

tembakau.

Page 17: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

86

Beberapa faktor ekonomi yang mempengaruhi pilihan petani terhadap

komoditas dan pola tanam antara lain :

1. Ekpektasi petani terhadap harga jual output. Sebagai contoh informasi

kualitatif yang diperoleh oleh beberapa petani yang menanam tanaman

hortikultura (bawang merah dan cabai merah) di musim hujan salah satunya

adalah ekpektasi harga yang tinggi pada waktu panen. Sementara itu,

fluktuasi harga yang tajam dan cenderung jatuh pada saat panen menjadi

faktor penghambat petani mengusahakan tanaman hortikultura semusim.

2. Tingkat harga beberapa input utama seperti harga benih, harga pupuk, harga

obat-obatan (pestisida, insektisida, fungisida, dan herbisida), dan harga mulsa

akan mempengarui pilihan petani terhadap jenis komoditas dan pola tanam,

karena setiap komoditas yang diusahakan memerlukan tingkat masukan yang

berbeda. Besarnya modal yang diperlukan untuk mengusahakan tanaman

hortikultura semusim karena komoditas tersebut bersifat padat modal, menjadi

salah satu penghambat petani untuk mengusahakan tanaman tersebut.

3. Tingkat upah, baik untuk tenaga kerja manusia, mesin, maupun tenaga kerja

ternak. Biasanya usahatani komoditas tembakau dan hortikultura memerlukan

penggunaan tenaga kerja manusia yang lebih intensif serta memiliki

keterampilan khusus. Usahatani komoditas padi memerukan tenaga kerja

mesin dan ternak, sedangkan usahatani komoditas palawija lebih memerlukan

tenaga kerja manusia dengan ketrampilan biasa dan tenaga ternak.

4. Kemampuan permodalan petani, akan menentukan pilihan komoditas dan pola

tanam. Petani yang bermodal besar mempunyai kesempatan yang lebih besar

Page 18: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

87

dalam mengusahakan komoditas-komoditas komersial bernilai ekonomi

tinggi.

5. Ketersediaan dan aksesibilitas terhadap sumber kredit, beberapa petani

bawang merah dan cabai merah telah dapat mengakses sumber kredit formal,

demikian juga petani tembakau khususnya yang memiliki ukuran lahan yang

luas juga telah dapat mengakses kredit perbankan.

6. Ketersediaan dan aksesibilitas terhadap pasar bagi komoditas yang dihasilkan.

Petani cenderung memilih menanam tembakau karena pasarnya tersedia, di

mana terdapat empat pabrik rokok skala besar yang siap menampung hasil

produksi tembakau (PT. Gudang Garam, PT. Sampurna, PT. Jarum, PT.

Bentoel) serta industri-industri rokok skala kecil. Namun dalam

perkembangannya pabrik rokok tumbuh semacam oligopsony, empat pabrik

rokok berhadapan dengan banyak sekali petani, sehingga posisi tawar petani

lemah. Beberapa petani dan pedagang bawang merah dan cabai merah, serta

semangka dan melon sudah mulai merintis pasar baik untuk pasar lokal,

surabaya, maupun antar pulau.

Beberapa faktor sosial kelembagaan dan demografi (karakteristik rumah

tangga) juga turut menentukan perilaku petani memilih jenis komoditas dan pola

tanam, antara lain :

1. Rata-rata luas penguasaan lahan petani di Pamekasan adalah 0,50 Ha yang

bervariasi antara 0,25-1,00 Ha. Diperkirakan petani lahan luas mempunyai

fleksibilitas yang lebih tinggi dalam melakukan pilihan komoditas dan pola

tanam khusnya untuk menanam tembakau dan hortikultura semusim.

Page 19: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

88

Sementara itu, petani lahan sempit akan cenderung menanam padi dan jagung

lokal untuk kebutuhan subsistennya.

2. Status penguasaan lahan, pada status lahan sewa diperkirakan penyewa akan

cenderung mengekploitasi lahan sewaan tersebut dalam durasi waktu

penyewaan, biasanya mereka memilih mengusahakan komoditas komersial,

seperti tembakau, bawang merah, cabai merah, serta semangka atau melon.

Sementara itu, pada lahan sakap atau bagi hasil pilihan komoditas dan pola

tanam tergantung kesepakatan antara pemilik lahan dan penggarap yang

sebagian besar menanam padi.

3. Adanya kesepakatan bersama diantara anggota kelompok atau asosiasi petani

tembakau pamekasan (APTP) dalam menentukan jenis komoditas dan pola

tanam yang biasanya terkait dengan pengaturan air irigasi, pada jaringan

irigasi teknis dan pengendalian produksi, akan menentukan pilihan komoditas

dan pola tanam, dalam hal ini petani secara individu tidak bebas menentukan

pilihannya.

4. Kelembagaan tebasan pada kasus pada komoditas padi dan tembakau di mana

menurut petani bahwa sistem tebasan mampu meningkatkan efisisensi biaya

panen, hal ini mendorong petani tetap mempertahankan dalam menanam padi

dan tembakau.

5. Status pekerjaan, status pekerjaan utama petani diperkirakan akan mempunyai

keterikatan yang tinggi terhadap pengusahaan komoditas padi dan tanaman

yang secara tradisional diusahakan (tembakau), sehingga bersikap kurang

berani mengambil risiko, di lain pihak status pekerjaan sebagai pengusaha

(industri pengolahan hasil pertanian) dan pedagang hasil pertanian akan

Page 20: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

89

mendorong mengusahakan komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi.

Namun hal ini perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

6. Jumlah anggota keluarga akan menentukan ketersediaan tenaga kerja keluarga,

meskipun variabel ini sering tidak berdiri secara tunggal, diperkirakan

semakin besar ketersediaan tenaga kerja keluarga akan mendorong petani

melakukan kegiatan-kegiatan usahatani yang padat karya seperti padi. Namun

apabila ketersediaan ini juga didukung oleh kemampuan permodalan akan

mendorong petani mengusahakan komoditas yang padat karya dan sekaligus

padat kapital, seperti tembakau dan hortikultura semusim.

7. Umur kepala keluarga rumah tangga petani, berdasarkan informasi kualitatif

dengan wawancara FGD menunjukkan bahwa petani-petani muda (25-45

tahun) lebih memilih menanam tanaman yang lebih menguntungkan dari padi

(tembakau, jagung hibrida dan hortikultura semusim), tetapi petani-petani

yang lebih tua akan tetap memilih padi dan jagung lokal yang telah

diusahakan secara tradisional dan untuk mendukung kebutuhan subsistensi

pangan keluarga.

8. Pendidikan secara umum makin tinggi tingkat pendidikan akan mempengaruhi

tingkat adopsi teknologi dan arus informasi, sehingga mudah menerima

perubahan (teknologi), lebih rasional (perhitungan untung rugi), dan akses

terhadap pasar. Semakin tinggi tingkat pendidikan akan lebih terbuka untuk

memilih komoditas komersial penyusun pola tanam optimal.

Terdapat beberapa komoditas hortikultura yang dapat memberikan

keuntungan sangat tinggi dibandingkan dengan komoditas tembakau. Namun

dalam implementasinya akan menghadapi kendala-kendala pokok baik kendala

Page 21: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

90

teknis, ekonomi, maupun sosial kelembagaan. Beberapa kendala teknis antara

lain : pertama, kondisi topografi lahan dan iklim akan membatasi terhadap

pilihan pola tanam alternatif, khususnya masalah ketersediaan air irigasi pada

musim kering dan pengendalian air pada musim hujan. Kedua, adanya indikasi

menurunnya kualitas lahan yang disebabkan tidak dipraktekannya penggunaan

pupuk berimbang dan pupuk organik oleh petani. Ketiga, tidak tersedianya

teknologi tepat guna (spesific location) dan rendahnya penguasaan teknologi baik

pembibitan, budidaya, dan pascapanen komoditas alternatif (bawang merah, cabai

merah, semangka, melon, serta sayuran lainnya). Keempat, sifat komoditas

alternatif penyusun pola tanam khususnya kelompok komoditas hortikultura yang

mempunyai risiko produktivitas, risiko mudah rusak, dan risiko jatuhnya harga.

Kelima, belum dapat dipenuhinya volume, kualitas, dan kontinyuitas pasokan

hasil, terutama untuk memasok super market dan industri pengolahan, serta

perdagangan antar pulau.

Beberapa kendala ekonomi yang di pandang sebagai penghambat dalam

penerapan pola tanam alternatif, antara lain : pertama, lemahnya permodalan

petani, karena sebagian besar komoditas kompetitor padi atau tembakau yang

lebih menguntungkan adalah padat modal dan sekaligus padat tenaga kerja.

Kedua, fluktuasi harga produk hortikultura yang tajam, sehingga ada

kekhawatiran dalam pemasarannya. Ketiga, kecenderungan meningkatnya harga-

harga input pertanian (benih, pupuk, dan obat-obatan), sementara pada sisi lain

harga output stagnan. Keempat, meningkatnya tingkat upah, baik tenaga kerja

manusia maupun mesin pertanian. Kelima, terbatasnya infrastruktur pasca panen,

Page 22: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

91

dan daya serap pasar, serta belum berkembangnya industri pengolahan, khususnya

untuk komoditas hortikultura.

Beberapa kendala sosial dalam pengembangan komoditas dan pola tanam

alternatif, antara lain : pertama, luas penguasaan lahan yang relatif kecil (0,25-

1,00), sehingga komoditas padi dan jagung lokal dipandang sebagai komoditas

utama. Kedua, sebagian petani berstatus sebagai penggarap dengan sistem bagi

hasil (yang awalnya berkembang hanya untuk komoditas padi), sehingga akan

menghambat pengembangan komoditas dan pola tanam alternatif. Ketiga, budaya

masyarakat petani di Pamekasan adalah padi dan tembakau sehingga tidak mudah

untuk merubah komoditas dan pola tanam yang sudah diterapkan selama

bertahun-tahun. Keempat, kurangnya jiwa kewirausahaan (enterpreneurship),

sehingga sebagian besar petani kurang berani mengambil risiko dan mengubah

pilihan komoditas dan pola tanamnya. Kelima, semakin rendah tingkat pendidikan

semakin sulit menerapkan pola tanam alternatif, karena belum diadopsinya

dengan baik komoditas alternatif padi.

5.6. Risiko Produksi Dan Risiko Pemasaran

Hampir dalam setiap produksi terutama produksi pertanian, risiko

memainkan peranan yang sangat penting dalam pembuatan keputusan penggunaan

input dan produksi output. Kegagalan dalam berproduksi dapat disebabkan karena

adanya hama, penyakit, ketidakpastian cuaca, dan teknik budidaya yang dilakukan

tidak sesuai dengan teknik anjuran.

Hama merupakan salah satu jasad pengganggu pada tanaman tembakau

Madura, yang dapat merusak tanaman mulai dari proses pembibitan, pertanaman

dan penyimpanan di gudang. Berdasarkan informasi dari penyuluh ada beberapa

Page 23: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

92

jenis hama diantaranya berupa : (1) ulat daun seperti : Helicoverpa spp,

Spodoptera litura F, (2) kutu tembakau seperti : Myzus persicae, (3) ulat

penggerek batang seperti Agrotis ipsilon hufn, (4) belalang Cina Oxya chinensis

dan (5) semut api merah Selenopsis germinate.

Menurut Dalmadiyo et al. (2000) penyakit juga merupakan salah satu

kendala dalam usahatani tembakau karena pada umumnya dapat menurunkan

kualitas dan kuantitasnya. Namun dalam tembakau rajangan Madura penyakit

masih belum menimbulkan masalah yang serius. Penyakit baru menimbulkan

masalah jika terjadi epidemic, sehingga pengendalian yang dilakukan menjadi

tidak efektif karena sudah terlambat, dengan demikian informasi mengenai

penyakit tanaman dan pengendaliannya sangat penting untuk menghindari

epidemic. Berdasarkan pengamatan di lapang, menemukan gejala penyakit antara

lain : lanas (layu), virus mozaik, lebah kecambah di persemaian, kerupuk di

pertanaman. Pengendalian penyakit tanaman dapat dilakukan melalui varietas

yang tahan, pengendalian secara biologis, fisika maupun kimia. Cara

pengendalian penyakit untuk tiap-tiap lokasi berbeda tergantung pada cuaca,

tanah, cara bertanam, nilai pertanaman, dan kondisi petani. Oleh karena itu

diperlukan pengetahuan mengenai gejala, patogen, dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

Keunggulan tembakau Madura ialah aromanya yang khas. Tembakau

Madura tidak dapat dihasilkan di tempat lain, sekalipun bibitnya sama. Ini

merupakan hasil alamiah yang khas dari daerah ini. Pemasaran tembakau Madura

dimaksudkan untuk menghasilkan tembakau rajangan sebagai bahan baku rokok

kretek yang dipasarkan secara bebas oleh petani. Mutu tembakau yang dihasilkan

Page 24: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

93

harus sesuai dengan mutu yang diinginkan oleh konsumen. Mutu tembakau

Madura tidak dapat diukur secara pasti, karena keputusan terakhir penetapan mutu

selalu didasarkan pada ukuran sensori (aroma, rasa, elastisitas dan warna).

Meskipun pada akhirnya tembakau yang dihasilkan oleh petani akan

mengalir ke industri rokok, tetapi dalam memasarkan produknya, petani akan

berhadapan dengan tengkulak, bandol dan pengepul atau kadang-kadang langsung

ke gudang pembelian yang merupakan perwakilan dari pabrik rokok. Harga

tembakau ditentukan secara sepihak oleh pembeli karena standar mutu yang telah

diadakan oleh instansi yang terkait yaitu Lembaga Tembakau (Dinas Perkebunan)

dan gudang-gudang pembelian setempat berupa standar monster pada setiap

musim panen belum dapat dioperasionalkan secara efektif.

Mutu tembakau Madura sangat beragam dan penilaiannya yang bersifat

manual dan visual/ organoleptik sangat tergantung pada kebutuhan pabrik rokok.

Walaupun demikian secara umum standar mutu tembakau meliputi : warna,

pegangan/ body, aroma, tingkat kekeringan, kebersihan, kemurnian, ketuaan daun,

posisi daun, dan lebar rajangan (Tabel 14). Berdasarkan kriteria tersebut, mutu

tembakau dikelompokkan kedalam jenis mutu I (amat baik), II (baik), III

(cukup), dan IV (sedang). Jenis mutu tembakau yang amat baik biasanya warna

tidak terlalu hijau, tidak berbau tanah atau bercendawan, tidak tercampur bahan-

bahan bukan tembakau, dan tidak dicampur gula, dengan penjelasan sebagai

berikut:

1. Warna tembakau kering ialah kuning kehijauan, hijau (hijau muda, hijau

tua,hijau mati), merah bata, coklat, hitam. Kecerahan warna ada tiga macam

yaitu cerah, pucat, dan kusam

Page 25: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

94

2. Pegangan/body dinilai baik (elastis), cukup (agak elastis), sedang (sedikit

elastis), dan kurang (tidak elastis/ kasar)

3. Aroma dinilai baik (harum aromatis), cukup (harum agak aromatis), sedang

(harum sedikit aromatis), kurang (sedikit harum, sedikit aromatis), dan jelek

(tidak harum dan tidak aromatis);

4. Tingkat kekeringan dinilai baik (kadar air tembakau rajang kering

diperkirakan maksimal 12%), cukup (kadar air tembakau rajang kering

diperkirakan maksimal 13%), sedang (kadar air tembakau rajang kering

diperkirakan maksimal 14%), dan kurang (kadar air tembakau rajang kering

diperkirakan lebih dari 14%)

5. Kebersihan dinilai baik (hanya terdiri dari lamina daun tanpa gagang), dan

cukup (terdapat campuran gagang atau benda lain maksimal 5%)

6. Kemurnian dinilai baik (terdiri dari satu jenis), cukup (terdapat campuran jenis

lain maksimal 5%), sedang (terdapat campuran jenis lain maksimal 10%), dan

kurang (terdapat campuran jenis lain lebih dari 10%).

7. Petikan daun dinilai muda (belum mencapai tingkat yang cukup tua, ditandai

dengan warna daun yang masih hijau), tua (sudah mencapai tingkat

kemasakan yang tua, ditandai dengan warna daun yang hijau kekuningan dan

pada ujung daun berwarna coklat), dan lewat tua (sudah melewati kemasakan

yang cukup tua, ditandai dengan warna daun yang sudah menguning bernoda

coklat).

8. Posisi daun dinilai daun pasir, daun kaki, daun tengah, daun atas, dan daun

solang.

Page 26: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

95

9. Lebar rajangan dinilai halus (0,50-1,25 mm), cukup (1,26-2 mm), sedang

(2,01 2, 70 mm), agak kasar (2,71-3,50 mm), dan kasar (3,51-5,00 mm).

Tabel 14. Karakteristik dan Jenis Mutu Tembakau Pamekasan

No. Karakteristik Mutu I II III IV

1. Warna Kuning, kehijauan, cerah

Kuning kehijauan, cerah

Kuning kehijauan, sedang/cukup cerah

Kuning kehijauan, pucat

2. Pegangan/body Baik Cukup Cukup Sedang 3. Aroma Baik Baik Cukup Sedang 4. Tingkat

kekeringan Baik Baik Baik Baik

5. Kebersihan Baik Cukup Cukup Cukup 6. Kemurnian Baik Baik Cukup Sedang 7. Petikan Tua Tua Tua Tua 8. Posisi daun Tengah

dan atas Tengah dan atas

Tengah dan atas

Tengah dan bawah

9. Lebar rajangan Cukup Cukup Cukup Cukup Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Pamekasan

Fluktuasi harga dari tahun ke tahun selalu ditemui oleh petani tembakau,

hal ini disebabkan karena beberapa faktor diantaranya : (1) produk yang

dihasilkan memiliki kualitas yang berbeda-beda, (2) kurang adanya

keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan, (3) menyediakan tembakau sesuai

dengan kebutuhan ternyata sangat sulit, karena belum adanya data akurat yang

disampaikan pihak pabrik mengenai rencana pembelian dan stok yang ada di

gudang, dan (4) adanya persaingan yang kurang sehat antar pembeli tembakau.

Kondisi ini terkait dengan masa buka dan tutupnya gudang yang tidak

diinformasikan terlebih dahulu. Seringkali gudang tembakau buka hanya dalam

waktu kurang dari satu bulan, padahal dalam aturan yang ditetapkan dalam perda,

gudang pembelian tembakau harus dibuka minimal selama satu bulan pada saat

musim panen tembakau.

Page 27: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

96

5.7. Deskripsi Karakteristik Kelembagaan Lokal yang Terkait dengan Usahatani Tembakau di Kabupaten Pamekasan

Kelembagaan merupakan salah satu faktor yang tidak bisa diabaikan

ketika kita membicarakan tentang tingkat produktivitas, pendapatan dan

kesejahteraan yang dihasilkan oleh petani tembakau di Kabupaten Pamekasan.

Beberapa macam bentuk kelembagaan yang mempengaruhi kinerja petani

tembakau antara lain :

1. Kelembagaan pengadaan sarana input

Kelembagaan pengadaan sarana input mencakup beberapa kelembagaan

diantaranya kelembagaan bibit, kelembagaan pupuk, kelembagaan tenaga kerja

dan kelembagaan permodalan. Sebagian besar petani tembakau di Kabupaten

Pamekasan telah menggunakan bibit yang direkomendasikan dan diinginkan oleh

pabrik rokok, yaitu bibit Prancak 95 yang dapat menghasilkan tembakau dengan

mutu bagus. Lembaga-lembaga penyedia benih varietas unggul ini sangat banyak,

sehingga petani dapat mengakses benih tersebut dengan sangat mudah.

Sebagian besar kelompok tani yang ada di Pamekasan terbentuk atas

inisiatif dari Dinas Pertanian. Pembentukan kelompok tani ini memiliki beberapa

tujuan yaitu : (1) mempermudah transfer teknologi, (2) memperkuat posisi petani,

(3) untuk mendapatkan pupuk yang bersubsidi, dan (4) sebagai wadah petani

untuk menyampaikan aspirasi mereka. Dari empat tujuan tersebut, tujuan yang

ketiga (mendapatkan pupuk bersubsidi) yang menjadi alasan terkuat bagi petani

untuk membentuk kelompok tani, sehingga harapan untuk mewujudkan

kelembagaan kelompok tani yang kuat sulit untuk diwujudkan. Sebagian dari

kelompok tani tersebut telah memiliki struktur organisasi yang jelas tetapi peran

dan tanggung jawab masing-masing belum terlaksana dengan baik, bahkan

Page 28: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

97

sebagian besar dari mereka belum mengetahui apa yang menjadi tugas dan

tanggung jawabnya. Selain itu didalam kelembagaan kelompok tani tersebut tidak

digariskan secara jelas tentang aturan main (rules of the games), pengaturan hak

dan kewajiban masing-masing anggota (property right), norma yang berlaku,

hukuman dan penghargaan terkait dengan norma bagi anggota-anggotanya.

Petani penanam tembakau adalah petani yang pada sebagian besar

memiliki lahan kurang dari 1 hektar, bermodal tanah dan tenaga, serta dengan

menggunakan teknologi yang sederhana yang diperoleh secara turun temurun.

Para petani tembakau bekerja secara bebas pada lahan yang sebagian besar

berstatus milik sendiri. Dibalik kebebasan dalam bekerja mereka terkendala oleh

faktor modal dan tenaga. Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan tenaga,

petani yang bertanam di sawah, pada waktu pengolahan tanah membentuk

kelompok kerja dalam bentuk arisan kerja. Anggota arisan kerja pada umumnya

terdiri dari para petani yang memiliki status ekonomi yang hampir sama.

Modal merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan

produktivitas usahatani. Fenomena secara umum diketahui bahwa modal petani

untuk menjalankan usahataninya sangat terbatas, sehingga mereka perlu terhadap

permodalan lain. Pemerataan akses terhadap modal bagi para petani khususnya

diyakini sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan pendapatnnya. Hal ini

didasarkan atas pemikiran bahwa dengan modal yang cukup, petani dapat

mengoptimalkan sumberdaya usahatani guna meningkatkan keuntungan

usahataninya, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraannya. Di Kabupatem Pamekasan petani lebih sering mengakses modal

dari lembaga perkreditan informal (rentenir) dengan alasan proses

Page 29: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

98

peminjamannya mudah dan tanpa menggunakan agunan. Sedangkan untuk

mengakses kredit dari lembaga formal sulit untuk mereka dapatkan karena

persyaratan yang diajukan sulit untuk dilakukan oleh petani, prosedur untuk

mendapatkannya berbelit-belit, membutuhkan agunan, dan skimnya tidak sesuai

dengan pola produksi para petani. Di sebagian kecil wilayah keterbatasan modal

diatasi dengan membentuk pola kemitraan dengan pabrik rokok dan Koperasi

Unit Desa (KUD) yang berfungsi untuk memberikan kredit sarana produksi dan

menjamin pemasaran tembakau yang dihasilkan oleh petani yang bermitra dengan

pabrik maupun yang menjadi anggota KUD.

2. Kelembagaan aktifitas budidaya

Jika dilihat dari penurunan produktivitas yang terjadi secara terus

menerus, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani berproduksi

tembakau secara tidak efisien. Beberapa faktor yang menjadi penyebab

ketidakefisienan ini adalah intensitas penyuluhan pertanian. Sangat disadari

bahwa peranan penyuluhan pertanian dalam peningkatan produktivitas dan

perbaikan efisiensi teknis sangat penting, tetapi seringkali kelembagaan ini kurang

dapat menjalankan fungsi yang diembannya dengan baik karena (1) keberadaan

lembaga penyuluhan cenderung terabaikan (2) jumlah dan tenaga penyuluh yang

berkualitas sesuai dengan perkembangan IPTEK relatif rendah, akibatnya kualitas

penyuluhan dalam pelaksanaan program penyuluhan juga relatif rendah, dan (3)

peran antarlembaga pendidikan dan pelatihan, balai penelitian, dan penyuluhan

belum terkoordinasi dengan baik.

Masih banyaknya petani yang belum berproduksi secara efisien juga

disebabkan karena kurangnya alokasi penggunaan beberapa input seperti pupuk,

Page 30: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

99

tenaga kerja dan pestisida, hal ini disebabkan karena sebagian besar petani

tembakau memiliki modal yang terbatas, dan akses terhadap lembaga keuangan

sangat rendah. Padahal kredit modal merupakan dukungan pembiayaan yang

seharusnya mudah diakses oleh para petani karena dengan kredit tersebut : (1)

membantu petani kecil dalam mengatasi keterbatasan modal dengan bunga yang

relatif ringan, (2) mengurangi ketergantungan petani dengan pedagang perantara

dan pelepas uang, dengan demikian berperan dalam memperbaiki struktur dan

pola pemasaran hasil pertanian, (3) mekanisme tranfer pendapatan diantara

masyarakat untuk mendorong pemerataan, dan (4) insentif bagi petani untuk

meningkatkan produksi usahatani.

Keberadaan kelembagaan koperasi juga tidak banyak membantu para

petani dalam mengatasi masalah permodalan. Secara umum keberadaan koperasi

di Kabupaten Pamekasan relatif sama yaitu antara hidup dan mati, perlu

dijelaskan bahwa sebagian besar koperasi unit desa yang ada disetiap kecamatan,

saat penelitian dilakukan hanya tinggal bekas bangunannya dan bekas

pengurusnya. Keorganisasian dan kepengurusannya sebagian besar sudah tidak

berfungsi lagi, bahkan tidak sedikit yang meninggalkan tunggakan hutang dan

memiliki citra buruk pada masyarakat petani dipedesaan. Pada umumnya koperasi

ini adalah koperasi yang dahulunya sangat tergantung pada bantuan pemerintah

dan tidak mampu menggalang kerjasama dengan pelaku-pelaku kegiatan ekonomi

riil di lapang.

Bagi petani tembakau yang bermitra dengan pabrik rokok, permasalahan

modal dapat teratasi karena dalam kelembagaan kemitraan tersebut, pabrik rokok

menyediakan semua sarana produksi yang dibutuhkan oleh petani, disamping itu

Page 31: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

100

para petani yang bermitra mendapatkan pendampingan yang intensif dari

pabrik rokok. Didalam kelembagaan kemitraan tersebut telah dijelaskan aturan

main (rules of games) diantara petani dan pabrik rokok yaitu : (1) petani yang

menyediakan lahan dan tenaga kerja, (2) pabrik menyediakan semua input yang

dibutuhkan kecuali tenaga kerja, (3) pabrik rokok memberikan bimbingan teknis

budidaya kepada petani, dan (4) petani berkewajiban menjual produknya kepada

pabrik rokok.

3. Kelembagaan pemasaran

Pemasaran tembakau dimaksudkan untuk menghasilkan tembakau

rajangan kering, sebagai bahan baku rokok kretek yang dipasarkan secara bebas

oleh petani. Mutu tembakau yang dihasilkan harus sesuai dengan mutu yang

diinginkan oleh konsumen. Mutu tembakau tidak dapat diukur secara pasti, karena

keputusan terakhir penetapan mutu selalu didasarkan pada ukuran sensori (aroma,

rasa, elastisitas dan warna). Walaupun demikian secara umum standar mutu

tembakau meliputi warna, pegangan atau body, aroma, tingkat kekeringan,

kebersihan, kemurnian, ketuaan daun, posisi daun, dan lebar rajangan

Meskipun pada akhirnya tembakau yang dihasilkan oleh petani akan

mengalir ke industri rokok, tetapi dalam memasarkan produknya, petani akan

berhadapan dengan tengkulak, bandol dan pengepul atau kadang-kadang langsung

ke gudang pembelian yang merupakan perwakilan dari pabrik rokok. Harga

tembakau ditentukan secara sepihak oleh pembeli karena standar mutu yang telah

diadakan oleh instansi yang terkait yaitu Lembaga Tembakau (Dinas Perkebunan)

dan gudang-gudang pembelian setempat berupa standar monster pada setiap

musim panen belum dapat dioperasionalkan secara efektif.

Page 32: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

101

Di Pamekasan dikenal 2 sistem perdagangan tembakau yaitu (1) sistem

perdagangan tembakau pasaran yaitu penjualan tembakau pada waktu dan tempat

yang telah ditentukan (hari pasaran), petani menjual tembakaunya di pasar

tersebut, dan (2) sistem perdagangan tembakau melalui juragan (orang yang

mendapat kepercayaan dari pabrik tembakau untuk membelinya) dan bandol

(asisten dari juragan dalam usaha untuk mendapatkan tembakau dari petani). Dari

beberapa sistem perdagangan tembakau di atas, sistem perdagangan tembakau

yang disebut juragan dan bandol lebih menonjol. Menurut para juragan di

Madura, bekerjasama dengan bandol lebih menguntungkan, karena bisa

memperlancar perdagangan. Apabila harus berhubungan langsung dengan para

petani, maka juragan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyortir

tembakau, karena terlampau banyak tembakau yang tidak sesuai dengan

kebutuhan. Selain kurangnya pengetahuan para petani tentang tatacara penjualan

tembakau, mereka juga menghadapi persaingan yang ketat untuk dapat

memasarkan tembakaunya. Para petani tembakau selalu dihadapkan pada risiko

kerugian yang besar apabila mereka gagal dalam persaingan. Salah satu cara

untuk mengatasi ketidakamanan tersebut, seperti persaingan ketat dan risiko

kerugian yang besar, adalah meminta bantuan bandol untuk menjualkan

tembakaunya.

Berkaitan dengan kegiatan pemasaran kelembagaan pemerintah

mengeluarkan beberapa peraturan daerah (perda) antara lain : (1) perda no. 3

tahun 2002 yang mengatur tentang larangan tembakau dari luar madura untuk

masuk ke pamekasan, ini dilakukan untuk melindungi keaslian tembakau madura,

(2) perda no. 5 tahun 2002 mengatur tentang pembelian dan pengusahaan gudang

Page 33: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

102

tembakau yaitu : 7 hari sebelum buka gudang harus izin ke Bupati, 7 hari sebelum

gudang tutup diwajibkan lapor ke Bupati, dan Lama buka gudang rata-rata selama

satu bulan, (3) perda no 6 tahun 2002 mengatur tentang partisipasi yaitu setiap

akhir musim, gudang memberikan kontribusi kepada pemkab. Sebagian dana

tersebut disalurkan ke dinas perkebunan Pamekasan dan dialokasikan untuk

pemberdayaan petani melalui program penggunaan pupuk organik,

pembentukan kelembagaan KUT (Komisi Urusan Tembakau), pembibitan

tembakau diberikan secara gratis, penangkaran benih tembakau, pelatihan

perajangan, dan (4) perda no.2 tahun 2008 mengatur tentang pengawasan

perdagangan tembakau. Dibuat tim pemantau dan pengawas yang bertugas

mengawasi mekanisme perdagangan tembakau di gudang. Namun demikian

perda-perda tersebut tidak banyak membantu petani dalam penentuan harga

tembakau.

Walaupun telah dibuat beberapa perda, namun posisi petani tembakau

masih lemah, mereka tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga dan

menerima dengan pasrah penilaian tingkat kualitas tembakau oleh para pembeli.

Sekali lagi keberadaan kelembagaan koperasi maupun kelembagaan kelompok

tani tidak mampu menjadikan petani sebagai price taker komoditas tembakau. Hal

ini disebabkan karena kelembagaan kelompok tani dan koperasi di pedesaan yang

kondusif untuk pemberdayaan ekonomi rakyat tidak berkembang karena adanya

kooptasi yang berlebihan dari sistem birokrasi pemerintahan. Kondisi ini ternyata

lebih banyak melumpuhkan kelembagaan lokal yang selama ini berkembang

dengan baik di masyarakat dan berperan dalam pemerataan pendapatan. Kooptasi

birokrasi yang berlebihan telah memunculkan kondisi asimetris informasi antara

Page 34: V. GAMBARAN UMUM USAHATANI TEMBAKAU V... · faktor produksi tenaga kerja yang lebih besar per satuan luas dibandingkan dengan usahatani besar. Tabel 9. Sebaran Kepemilikan Luas Lahan

103

sebagian besar masyarakat tani dengan kelompok lainnya. Asimetri informasi ini

membawa implikasi yang sangat luas terhadap rendahnya akses pelaku agribisnis

terhadap sumberdaya modal, teknologi, peningkatan kemampuan, informasi pasar,

dan lain sebagainya.