analisis pengelolaan investasi pada asuransi jiwa …
TRANSCRIPT
1
ANALISIS PENGELOLAAN INVESTASI PADA ASURANSI JIWA SYARIAH PT ABC TAHUN 2011 BERDASARKAN PSAK 108 DAN PMK
NO.11/PMK.010/2011
Ahmad Abrori, Catur Sasongko
Akuntansi FEUI
ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisis pengelolaan dan penempatan investasi dari dana kontribusi peserta yang dilakukan oleh asuransi jiwa syariah PT ABC dan membandingkan kesesuaiannya dengan peraturan terkait, yakni PSAK 108 dan PMK No.11/PMK.010/2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus (case study) dengan pendekatan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2011 di asuransi jiwa syariah PT ABC, pengelolaan dana kontribusi peserta telah sesuai dengan PSAK 108 dan penempatan investasi pada deposito, sukuk, SBSN, reksadana syariah telah sesuai dengan PMK No.11/PMK.010/2011.
Kata kunci: Penempatan Investasi, PSAK 108, PMK No.11/PMK.010/2011.
ABSTRACT
The focus of this study is to analyze the investment portfolios management in PT ABC syaria life insurance as well as the compliance with the relevant regulations, the PSAK 108 and PMK No.11/PMK.010/2011. The methods of research being used is case study with a descriptive analysis approach. The results showed that the PT ABC syaria life insurance on 2011, has managed the contributions in accordance with PSAK 108 and placement of portfolios in deposits, Sukuk, SBSN and Islamic mutual funds are in line with PMK No.11/PMK.010/2011.
Key words: Investment Portfolios, PSAK 108, PMK No.11/PMK.010/2011.
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ide mengenai asuransi dengan prinsip syariah atau yang dikenal sebagai takaful disusun
pada konferensi internasional ekonomi Islam di Mekah pada tahun 1976 (Qureshi, 2011).
Asuransi syariah yang melekat dengan prinsip-prinsip syariah muncul sebagai solusi nyata
bagi umat Muslim yang menghindari asuransi konvensional karena ketidaksesuaiannya
dengan ketentuan Islam. Sejak pertama kali didirikan pada tahun 1979 di Sudan (Sudanese
Islamic Insurance), asuransi syariah terus berkembang di seluruh dunia, termasuk di
Indonesia. Menurut data Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK), pada tahun 2010 yang lalu industri asuransi syariah mampu mencapai pertumbuhan
sekitar 30% per tahun dan pendapatan premi bruto di akhir 2010 mencapai Rp2,787 triliun.
Pembukaan cabang-cabang asuransi syariah secara langsung berdampak pada
meningkatnya pendapatan kontribusi, klaim dan investasi asuransi syariah, baik pada usaha
asuransi kerugian maupun asuransi jiwa dengan prinsip syariah. Seiring dengan meningkatnya
pendapatan kontribusi dari nasabah maka semakin besar pula dana yang tersedia untuk
diinvestasikan oleh perusahaan asuransi ke dalam portofolio investasi yang menguntungkan.
Berdasarkan prinsip syariah, investasi tersebut tidak boleh melanggar prinsip-prinsip syariah
seperti harus bebas dari riba (sistem bunga), gharar (ketidakpastian), dan maysir (spekulasi
atau judi). Meskipun demikian, keraguan atas investasi yang dilakukan oleh perusahaan
asuransi syariah tetap ada terkait dengan apakah investasi tersebut benar-benar telah
memenuhi prinsip syariah atau tidak.
Fisher dan Taylor (2008) mengemukakan bahwa untuk memastikan sebuah asuransi
syariah telah sesuai dengan prinsip syariah atau tidak adalah dengan melihat portofolio
investasinya. Mereka menyebutkan bahwa pertanyaan pertama yang harus diajukan sebelum
mempertimbangkan aspek lainnya adalah “apakah investasi yang telah dilakukan seluruhnya
telah sesuai dengan syariah?” Jika asuransi syariah gagal dalam menjawab“litmust test”
investasi ini, maka dapat dipastikan bahwa asuransi syariah tersebut belum sesuai dengan
syariah. Malaikah (2003) dalam Qureshi (2011) menyebutkan bahwa investasi yang syariah
adalah mengontrol dan membatasi exposure ke dalam aktivitas yang ‘halaal’ dengan kata lain
yang diperbolehkan oleh ketentuan Islam. Hal ini menunjukkan bahwa investasi ke dalam
area yang sesuai dengan syariah sangat penting dan merupakan elemen krusial dalam sebuah
asuransi dengan prinsip syariah.
sasongko catur� 7/16/13 11:26 AMComment [1]: Sumber darimana?
sasongko catur� 7/16/13 11:26 AMComment [2]: Didirikan dimana dan kapan?
sasongko catur� 7/16/13 11:28 AMComment [3]: Apakah dalam syariah dikenal premi bruto? Ini sama saja dengan konensional dong?
sasongko catur� 7/16/13 11:28 AMComment [4]: Jelaskan secara singkat apa yang tidak boleh dalam Islam, misalnya bunga
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
3
Di Indonesia, salah satu peraturan yang mengatur mengenai akuntansi transaksi asuransi
syariah adalah PSAK 108. Pada PSAK 108, salah satu pengungkapan yang harus disampaikan
oleh perusahaan asuransi syariah adalah entitas pengelola harus mengungkapkan dana
investasi untuk pengelolaan dana investasi yang berasal dari peserta dan rincian serta jumlah
dana investasi berdasarkan akad yang digunakan dalam pengumpulan dan pengelolaan dana
investasi. Selain PSAK 108, terdapat peraturan lain yang mengatur aktivitas investasi yang
dilakukan oleh asuransi dan reasuransi dengan prinsip syariah di Indonesia, yakni PMK
No.11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi
dengan Prinsip Syariah. Di dalam PMK No.11/PMK.010/2011 ini telah dijelaskan secara rinci
mengenai instrumen-instrumen investasi yang diperbolehkan bagi asuransi dan reasuransi
syariah serta batasan maksimal untuk setiap instrumen investasi, sehingga diharapkan
asuransi dan reasuransi syariah dapat memaksimalkan return melalui diversifikasi portofolio.
Meskipun demikian, kurangnya pengawasan dari regulator serta kurangnya transparansi dari
perusahaan asuransi syariah kepada stakeholders-nya masih menimbulkan keraguan dari
banyak pihak mengenai apakah asuransi syariah di Indonesia telah benar-benar mengikuti
kaidah Islam atau belum. Oleh sebab itu, penelitian ini bermaksud untuk melihat pengelolaan
dana investasi pada asuransi syariah untuk memastikan bahwa perusahaan telah melandaskan
kegiatannya sesuai dengan prinsip syariah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Analisis Pengelolaan Investasi Pada Asuransi Jiwa Syariah PT ABC Tahun 2011
Berdasarkan PSAK 108 dan PMK No.11/PMK.010/2011”. Yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah penelitian ini berusaha menganalisis
penempatan investasi yang telah dilakukan oleh asuransi jiwa syariah PT ABC untuk
memastikan kepatuhannya terhadap prinsip syariah berdasarkan PSAK 108 dan PMK asuransi
syariah terbaru, yakni PMK No.11/PMK.010/2011.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis melakukan penelitian ini
dengan tujuan untuk:
1. Menganalisis implementasi atas pengakuan dan pengukuran awal kontribusi peserta
pada asuransi jiwa syariah PT ABC dan kesesuaiannya dengan PSAK 108.
2. Menganalisis penempatan investasi dari dana tabarru’ serta dana investasi yang
telah dibayarkan oleh peserta asuransi jiwa syariah PT ABC dan kesesuaiannya
dengan PMK No.11/PMK.010/2011.
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
4
LANDASAN TEORI
Definisi Investasi Syariah
Pada dasarnya investasi ialah menanamkan atau menempatkan aset, baik berupa harta
maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan
meningkatkan nilainya di masa mendatang. Menurut PSAK No.13 tentang akuntansi untuk
investasi menyatakan bahwa investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk
pertumbuhan kekayaan (accreation of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti bunga,
royalti, dividen dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi
perusahaan yang berinvestasi. Investasi keuangan menurut syariah dapat berkaitan dengan
kegiatan perdagangan atau kegiatan usaha, dimana kegiatan usaha dapat berbentuk usaha
yang berkaitan dengan suatu produk atau aset maupun usaha jasa. Namun investasi keuangan
menurut syariah harus terkait secara langsung dengan suatu aset atau kegiatan usaha yang
spesifik dan memberikan manfaat, karena hanya atas manfaat tersebut dapat dilakukan bagi
hasil.
Instrumen Investasi Syariah
Instrumen investasi syariah di Indonesia saat ini masih dalam tahap tumbuh dan
berkembang, dan beberapa kekayaan yang diperkenankan dalam bentuk investasi menurut
PMK No.11/PMK.010/2011 adalah sebagai berikut:
a. Deposito pada bank syariah;
b. Saham syariah;
c. Sukuk atau obligasi syariah;
d. Surat Berharga Syariah Negara;
e. Surat berharga syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia;
f. Surat berharga syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara Republik
Indonesia;
g. Surat berharga syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional yang Negara
Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang sahamnya;
h. Reksadana syariah;
i. Efek beragun aset syariah yang diterbitkan berdasarkan kontrak investasi kolektif
beragun aset syariah;
j. Pembiayaan melalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain dalam bentuk
pembelian pembiayaan (refiancing) syariah dan/atau;
k. Emas murni.
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
5
Batasan Investasi Asuransi Syariah
Dalam Peraturan Menteri Keuangan yang saat ini berlaku, yakni PMK No.
11/PMK.010/2011 tentang Kesehatan Keuangan Usaha Asuransi dan Usaha Reasuransi
dengan Prinsip Syariah, dijelaskan mengenai adanya batasan investasi yang dilakukan oleh
asuransi syariah dan reasuransi syariah, yakni:
1. Investasi berupa deposito, untuk setiap Bank paling tinggi 20% dari jumlah
investasi.
2. Investasi berupa saham syariah, untuk setiap emiten masing-masing paling tinggi
10% dari jumlah investasi dan seluruhnya paling tinggi 40% dari jumlah investasi.
3. Investasi berupa sukuk atau obligasi syariah, untuk setiap emiten masing-masing
paling tinggi 20% dari jumlah investasi, dan seluruhnya paling tinggi 40% dari
jumlah investasi.
4. Investasi berupa surat berharga syariah yang diterbitkan oleh negara selain Negara
Republik Indonesia untuk setiap penerbit masing-masing paling tinggi 10% dari
jumlah investasi.
5. Investasi berupa surat berharga syariah yang diterbitkan oleh lembaga multinasional
yang Negara Republik Indonesia menjadi salah satu anggota atau pemegang
sahamnya, untuk setiap penerbit masing-masing paling tinggi 20% dari jumlah
investasi.
6. Investasi berupa reksa dana syariah untuk setiap manajer investasi masing-masing
paling tinggi 10% dari jumlah investasi, dan seluruhnya paling tinggi 40% dari
jumlah investasi.
7. Investasi berupa efek beragun syariah, untuk setiap manajer investasi masing-
masing paling tinggi 20% dari jumlah investasi.
8. Investasi berupa pembiayaan melalui mekanisme kerjasama dengan pihak lain
dalam bentuk pembelian pembiayaan (refinancing) syariah, untuk setiap pihak lain
masing-masing jumlahnya paling tinggi 10% dari jumlah investasi, dan seluruhnya
paling tinggi 20% dari jumlah investasi.
9. Investasi berupa emas murni, besarnya paling tinggi 20% dari jumlah investasi.
Definisi Asuransi Syariah
Definisi asuransi syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) menurut Fatwa Dewan
Syariah Nasional MUI No.21 adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong
diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru' yang
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
6
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko/bahaya tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud
adalah yang tidak mengandung gharar (ketidakjelasan), maysir (perjudian), riba, zhuln
(penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
Asuransi syariah adalah sebuah sistem dimana para peserta asuransi
mendonasikan/menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk
membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian anggota lainnya. Peranan
perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional perusahaan asuransi serta investasi
dari premi yang diterima.
Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
Asuransi syariah adalah suatu lembaga pengelolaan risiko yang memenuhi ketentuan
syariah, tolong menolong secara mutual yang melibatkan peserta dan operator. Dalam hal
teretntu konsep asuransi syariah tidak terlalu berbeda jauh dengan konsep pengelolaan risiko
konvensional yang dilakukan mutual, seperti Mutual Insurance dan Protection and Indemnity
(P&I Club).
Perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi kovensional adalah pada bagaimana
risiko itu dikelola dan ditanggung, dan bagaimana dana asuransi syariah dikelola. Perbedaan
lebih jauh adalah pada hubungan antara peserta dan perusahaan sebagai operator. Dalam
pengelolaan dan penanggungan risiko, asuransi syariah tidak memperbolehkan adanya gharar
(ketidakpastian atau spekulasi) dan maysir (perjudian). Dalam investasi atau manajemen dana
tidak diperkenankan adanya riba (bunga). Ketiga larangan ini, gharar, maysir dan riba adalah
area yang harus dihindari dalam praktik asuransi syariah dan yang menjadi pembeda utama
dengan asuransi konvensional.
Dalam hal pertanggungan risiko, yang tidak diperbolehkan dalam Islam adalah bukan
risiko atau ketidakpastian itu sendiri, melainkan menjual atau menukar risiko atau
memindahkan risiko kepada pihak ketiga dengan menggunakan kontrak jual beli. Pada
asuransi syariah setiap peserta sejak awal bermaksud saling menolong dan melindungi satu
sama lain dengan menyisihkan dananya sebagai iuran kebajikan yang disebut tabarru’. Jadi
sistem ini tidak menggunakan pengalihan risiko (risk transfer), melainkan menggunakan
sistem pembagian risiko (risk sharing).
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
7
Akuntansi Asuransi Syariah
Permasalahan dalam sistem akuntansi syariah yang masih menjadi kontroversi hingga
saat ini adalah mengenai penerapan accrual basis dan cash basis. Accrual basis adalah suatu
dasar akuntansi dimana transaksi ekonomi dan peristiwa diakui, dicatat dan disajikan dalam
laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut tanpa memperhatikan waktu kas
diterima atau dibayar. Accrual basis menyediakan informasi yang handal dan terpercaya
tentang seberapa besar suatu perusahaan mengeluarkan uang atau menerima uang dalam
setiap periodenya. Pencatatan menggunakan metode ini mengakui beban pada saat transaski
terjadi walaupun kas belum dibayarkan. Begitu pula dengan pendapatan. Sedangkan dalam
metode cash basis, pendapatan diakui ketika kas diterima sedangkan beban diakui pada saat
kas dibayarkan, artinya perusahaan mencatat beban didalam transaksi journal entry ketika kas
dikeluarkan atau dibayarkan dan pendapatan dicatat ketika kas masuk atau diterima. Cash
basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam akuntansi, dimana pencatatan
basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana uang benar-benar diterima
atau dikeluarkan.
Penelitian Terdahulu
Hikmawaty (2005) dan Leowardy (2006) yang mengacu pada KMK No.
424/KMK.06/2003, meneliti portofolio investasi yang dilakukan oleh PT Asuransi XYZ dan
PT Asuransi Takaful Umum. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa return
investasi dari kedua perusahaan asuransi ini masih belum optimal, hal ini disebabkan karena
perusahaan masih menggantungkan investasinya ke beberapa instrumen yang memiliki risiko
rendah, sehingga return nya pun rendah. Rahman (2007) menyebutkan bahwa PT Asuransi
Jiwa Syariah XYZ yang ditelitinya pada tahun 2007 telah berinvestasi pada enam instrumen
investasi, yakni deposito mudharabah, pembiayaan murabahah (hipotik), tanah dan
bangunan, reksadana syariah, obligasi syariah, dan saham-saham Jakarta Islamic Index (JII).
Anggraeni (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa perusahaan asuransi syariah harus
menerapkan PSAK 108. PSAK ini mengharuskan dilakukan pemisahan pencatatatn kontribusi
peserta dengan dana pengelola. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa terdapat
perbedaan signifikan antara return portofolio investasi sebelum dan sesudah dilakukan
pemisahan dana kontribusi.
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
8
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study) yaitu penelitian yang
memusatkan perhatiannya pada suatu ojek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus.
Metodologi penelitian yang dilakukan adalah bersifat analisis deskripstif yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan akurat mengenai penerapan
investasi dana kontribusi peserta pada asuransi syariah PT ABC yang meliputi tahap
pengakuan kontribusi dan tabungan, pencatatan, penempatan investasi, akad yang digunakan,
hingga penyajiannya serta bagaimana kesesuaian perlakuannya dengan PSAK 108 dan PMK
No. 11/PMK.010/2011.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk keperluan analisis data, penelitian ini memerlukan sejumlah data pendukung
yang berasal dari Asuransi jiwa syariah PT ABC. Adapun teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, wawancara dan observasi.
1. Teknik dokumentasi.
Dokumentasi dilakukan melalui penghimpunan data-data primer dan sekunder untuk
mendapatkan data yang mendukung penelitian ini.
2. Teknik wawancara
Dalam melakukan wawancara, penulis menggunakan metode wawancara terstruktur
yakni dengan menggunakan pedoman wawancara dimana pertanyaan-pertanyaan
disusun terlebih dahulu dan wawancara tidak terstruktur yakni proses wawancara
yang dilakukan secara spontanitas.
3. Teknik observasi
Observasi ini dilakukan dengan melihat proses pengajuan penempatan investasi dari
divisi investasi unit usaha syariah kepada divisi investasi pusat, pencatatan hasil
investasi, penghitungan komposisi dana dan sebagainya.
Metode Analisis
Analisis dilakukan dengan membandingkan data dari studi pustaka dengan data hasil
temuan dari wawancara dan observasi atas penerapan transaksi penempatan investasi
dana kontribusi nasabah.
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
9
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pengakuan Awal dan Pengukuran Pendapatan
PT ABC menerapkan sistem saku untuk akuntansi asuransi unit syariah, yaitu saku
Dana Perusahaan, saku Dana Tabarru’, dan saku Dana Investasi. Dengan adanya sistem saku
ini, kontribusi yang dibayarkan oleh setiap peserta asuransi akan dicatat ke dalam saku
masing-masing sesuai dengan tujuannya. Asuransi jiwa syariah PT ABC tidak mengakui
dana tabarru’ sebagai bagian dari pendapatan perusahaan karena entitas pengelola tidak
berhak untuk menggunakan dana tersebut untuk keperluannya, tetapi hanya mengelola dana
sebagai wakil para peserta (mudharib). Hal ini telah sesuai dengan PSAK 108, dimana
perusahaan asuransi syariah tidak boleh mengakui kontribusi tabarru’ sebagai pendapatan
perusahaan. Dalam praktek pengakuan kontribusi di Asuransi jiwa syariah PT ABC,
kontribusi dari peserta dicatat saat kas diterima (cash basis). Sementara dalam praktek
akuntansi asuransi konvensional, premi asuransi seluruhnya diakui sebagai pendapatan dan
dapat diakui meskipun premi asuransi belum diterima secara kas (accrual basis).
Aplikasi Akad yang Digunakan
Adapun akad-akad yang digunakan dalam investasi oleh Asuransi jiwa syariah PT ABC
pada tahun 2011 adalah sebagai berikut:
1. Deposito yang ditempatkan di bank-bank syariah menggunakan akad mudharabah.
2. Obligasi syariah atau sukuk yang tercatat di bursa efek, akad yang digunakan adalah
akad mudharabah.
3. Reksadana syariah, akad yang digunakan adalah akad mudharabah.
4. Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), akad yang digunakan adalah akad
mudharabah.
Sedangkan akad yang digunakan untuk bagi hasil antara asuransi jiwa syariah PT ABC
dan peserta ialah akad mudharabah untuk saku dana investasi dan akad wakalah bil ujroh
untuk saku dana tabarru’.
Portofolio Investasi Asuransi jiwa syariah PT ABC
Sebagai suatu lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat, faktor likuiditas
keuangan menjadi hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan asuransi. Berdasarkan hal
tersebut investasi dana perserta dan dana perusahaan diarahkan pada instrumen-instrumen
investasi yang sangat likuid yang diperlukan untuk memenuhi kewajiban dan kebutuhan yang
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
10
bersifat mendesak. Berikutnya akan dijelaskan komposisi dan kinerja investasi unit usaha
syariah dari asuransi jiwa syariah PT ABC pada periode 2011.
Portofolio Investasi Dana Investasi (DI) Peserta
Portofolio investasi pada saku dana investasi ditujukan untuk menghasilkan return yang
optimal bagi peserta, sehingga porsi investasi pada instrumen investasi lebih agresif.
Tabel 1. Portofolio Dana Investasi (DI)
No. Investasi Nominal (IDR) Persentase (%) 1 Deposito 10,824,000,000 26.25% 2 Sukuk 10,071,000,000 24.42% 3 Surat Berharga Syariah Negara 12,471,000,000 30.24% 4 Reksadana Syariah 7,873,000,000 19.09% Total 41,239,000,000 100.00%
Sumber: Laporan Keuangan Audited 31 Desember 2011, data diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa jenis instrumen investasi terbesar adalah Surat Berharga
Syariah Negara sebesar 30.24%, kemudian deposito sebesar 26.25%, sukuk sebesar 24.42%
dan yang paling rendah adalah investasi pada reksadana syariah sebesar 19.09%. Seluruh
instrumen investasi pada asuransi jiwa syariah PT ABC tersebut tidak ada yang melebihi
batas maksimal investasi dalam PMK No.11/PMK.010/2011.
Portofolio Investasi Dana Tabarru’ (DT)
Jika pada saku dana investasi, portofolio diarahkan pada instrumen yang memberikan
return yang agresif, maka investasi dari dana tabarru’ difokuskan untuk tujuan likuiditas dan
keamanannya (safety).
Tabel 2. Portofolio Investasi Dana Tabarru’ (DT)
Investasi Nominal (IDR) Persentase (%) 1 Deposito 6,758,000,000 34.44% 2 Sukuk 1,959,000,000 9.98% 3 Surat Berharga Syariah Negara 10,408,000,000 53.03% 4 Reksadana Syariah 500,000,000 2.55% Total 19,625,000,000 100.00%
Sumber: Neraca dalam Laporan Solvabilitas Dana Tabarru’ 31 Desember 2011, data diolah
Dari tabel diatas terlihat bahwa jenis instrumen investasi terbesar adalah Surat Berharga
Syariah Negara sebesar 53.03%, kemudian deposito sebesar 34.44%, sukuk sebesar 9.98%
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
11
dan yang paling rendah adalah investasi pada reksadana syariah sebesar 2.55%. Seluruh
instrumen investasi pada asuransi jiwa syariah PT ABC tersebut tidak ada yang melebihi
batas maksimal investasi dalam PMK No.11/PMK.010/2011.
Kinerja Investasi Bringin Life Syariah
Dalam mencatat manfaat investasi yang diperoleh dari portofolionya, Bringin Life
syariah menggunakan dasar accrual basis untuk keperluan pelaporan. Untuk saku dana
tabarru’, pada tahun 2011 porsi hasil investasi yang dibagikan untuk ke perusahaan adalah
sebesar 0% sehingga seluruh hasil investasi tersebut diakumulasikan untuk menambah dana
tabarru’. Hal ini dikarenakan akad yang digunakan pada saku dana tabarru’ adalah akad
wakalah bil ujroh, sehingga fee pengelolaan investasi sudah diterima di awal. Berbeda dengan
hasil investasi dana tabarru’ yang diakumulasikan kembali, hasil investasi dari saku dana
investasi bisanya dibagi antara perusahaan dan peserta. Hal ini disebabkan karena akad yang
digunakan adalah akad mudharabah, sehingga terdapat bagian bagi hasil antara peserta dan
perusahaan sebagai pengelola. Adapun nisbah bagi hasil yang digunakan ialah 80:20 (80%
untuk peserta dan 20% untuk pengelola)
Perbedaan Portofolio Investasi Sebelum dan Sesudah Diterapkannya PMK
No.11/PMK.010/2011
Sebelum diberlakukannya PMK No.11/PMK.010/2011, perusahaan asuransi dan
reasuransi syariah di Indonesia menggunakan PMK No.135/PMK.05/2005 tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Meskipun peraturan tersebut juga
membahas mengenai asuransi dan reasuransi syariah, namun sebagian besar masih mengatur
mengenai kegiatan operasional asuransi dan reasuransi konvensional, sehingga asuransi dan
reasuransi syariah masih mengacu pada asuransi dan reasuransi konvensional.
PMK No.135/PMK.05/2005 juga mengatur pembatasan kekayaan investasi yang
dilakukan oleh asuransi dan reasuransi (konvensional). Peraturan Menteri Keuangan tersebut
masih memperbolehkan asuransi dan reasuransi melakukan investasi dalam bentuk
penyertaan langsung (saham yang tidak tercatat di bursa efek), bangunan dengan hak strata
(strata title) atau tanah dengan bangunan, serta investasi yang ditempatkan dalam bentuk
pinjaman hipotik. Sementara itu dalam PMK No.11/PMK.010/2011, investasi-investasi dalam
bentuk-bentuk tersebut dihapuskan, sebagai gantinya asuransi dan reasuransi syariah
diperbolehkan untuk investasi dalam bentuk Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), Efek
Beragun Aset (EBA) Syariah, serta investasi berupa emas murni.
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
12
Perbedaan portofolio investasi pada Bringin Life syariah pada tahun 2010 ketika
menggunakan PMK No.135/PMK.05/2005 dengan portofolio tahun 2011 ketika
menggunakan PMK No.11/PMK.010/2011 sebenarnya tidak jauh berbeda. Perbedaan
terutama terlihat pada porsi investasi masing-masing instrumen, bukan pada jenis instrumen
investasinya. Sebagian besar asuransi dan reasuransi syariah di Indonesia, seperti Bringin Life
syariah, BNI Life syariah, Manulife syariah serta AJB Bumiputera syariah masih
memfokuskan penempatan investasinya pada instrumen-instrumen investasi pokok seperti
deposito, SBSN, sukuk, saham dan reksadana syariah. Sangat jarang ditemukan asuransi
syariah yang berinvestasi pada instrumen-instrumen seperti pembiayaan (refinancing), EBA
syariah, Surat Berharga Syariah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia, Surat Berharga
Syariah yang diterbitkan oleh selain Negara Republik Indonesia, maupun emas murni yang
telah diperbolehkan dalam PMK No.11/PMK.010/2011. Hal ini disebabkan faktor likuiditas
sangat diperhatikan oleh asuransi dan reasuransi syariah.
Klasifikasi Instrumen Keuangan
Investasi merupakan instrumen keuangan khususnya aset keuangan. Pada saat
pengakuan, asuransi jiwa syariah PT ABC harus menetapkan klasifikasi atas aset keuangan
yang dimiliki, apakah diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi atau fair value
through profit and loss (aset keuangan FVTPL).
Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset
keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat
pengakuan awal ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
Aset keuangan diklasifikasikan dalam kelompok dimiliki untuk diperdagangkan
apabila aset keuangan tersebut diperoleh terutama untuk tujuan dijual kembali dalam
waktu dekat.
2. Aset keuangan tersedia untuk dijual atau available for sale (aset keuangan AFS).
Aset keuangan tersedia untuk dijual merupakan aset yang ditetapkan sebagai tersedia
untuk dijual atau tidak diklasifikasikan dalam kategori instrumen keuangan yang
lain. Aset keuangan ini diperoleh dan dimiliki untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan dan dapat dijual sewaktu-waktu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
atau karena perubahan kondisi ekonomi.
3. Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo atau hold to maturity (aset keuangan
HTM).
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
13
Investasi dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan
pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, dan
manajemen perusahaan memiliki intensi positif dan kemampuan untuk memiliki aset
keuangan tersebut hingga jatuh tempo. Apabila Perusahaan menjual atau
mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh tempo dalam jumlah yang lebih dari
jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo, maka seluruh aset keuangan
dalam kategori tersebut terkena aturan pembatasan (tainting rule) dan harus
direklasifikasi ke kelompok tersedia untuk dijual.
Pada tahun 2011, seluruh aset keuangan berupa sukuk, SBSN dan reksadana pada Saku
Dana Investasi dan Saku Dana Tabarru’ ditujukan hingga jatuh tempo (held to maturity). Hal
ini mencerminkan bahwa pada tahun 2011, asuransi jiwa syariah PT ABC belum menerapkan
IFRS dalam sistem akuntansinya. Klasifisikasi instrumen investasi pada tahun 2011 belum
sesuai dengan PSAK 50-55 dimana pada tahun 2011 seluruh instrumen investasi dimiliki
dengan tujuan HTM. Hal ini tentu tidak tepat karena masing-masing instrumen keuangan
memiliki tujuan yang berbeda. Selain itu, klasifikasi sukuk juga tidak sesuai dengan ED
PSAK 110, dimana sukuk seharusnya diklasifikasikan hanya pada nilai wajar atau biaya
perolehan. Penggunaan PSAK 55 kurang sesuai dengan prinsip syariah karena masih
menggunakan metode suku bunga efektif terkait dengan pengakuan dan pengukuran untuk
menghitung biaya perolehan dan untuk mengalokasikan pendapatan bunga. Jika dilihat dari
model usaha yang tujuan utamanya untuk memperoleh arus kas kontraktual (pendapatan tetap
berupa bagi hasil dan pokoknya), maka seharusnya berdasarkan PSAK 110, sukuk
diklasifikasikan sebagai instrumen keuangan yang diukur pada biaya perolehan.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian ini, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengakuan dan pengukuran awal kontribusi di asuransi jiwa syariah PT ABC telah
sesuai dengan PSAK 108. Asuransi jiwa syariah PT ABC menerapkan sistem saku
yaitu saku Dana Perusahaan, saku Dana Tabarru’, dan saku Dana Investasi. Setiap
kontribusi yang dibayarkan oleh setiap peserta asuransi akan dicatat ke saku masing-
masing sesuai dengan tujuannya. Asuransi jiwa syariah PT ABC tidak mengakui
kontribusi dana tabarru’ sebagai bagian dari pendapatan perusahaan karena entitas
pengelola tidak berhak untuk menggunakan dana tersebut untuk keperluannya,
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
14
tetapi hanya mengelola dana sebagai wakil para peserta (mudharib). Selain itu,
kontribusi dari peserta diakui dengan menggunakan cash basis, sesuai dengan fatwa
DSN-MUI No.14/DSN-MUI/IX/2000.
2. Penempatan investasi dari saku dana tabarru’ dan saku dana investasi pada tahun
2011 di asuransi jiwa syariah PT ABC telah sesuai dengan PMK
No.11/PMK.010/2011. Adapun portofolio investasi asuransi jiwa syariah PT ABC
pada tahun 2011 meliputi deposito pada bank-bank syariah, sukuk, SBSN serta
reksadana syariah. Seluruh instrumen investasi tersebut, baik dari saku dana
tabarru’ dan saku dana investasi tidak ada yang melebihi batas maksimal investasi
yang diatur dalam PMK tersebut.
Klasifisikasi instrumen investasi pada tahun 2011 belum sesuai dengan PSAK 55
dimana pada tahun 2011 seluruh instrumen investasi pada Bringin Life syariah
dimiliki dengan tujuan held to maturity. Selain itu juga masih belum sesuai dengan
ED PSAK 110 tentang sukuk, dimana sukuk seharusnya diklasifikasikan hanya pada
nilai wajar atau biaya perolehan, bukan pada available for sale atau fair value
through profit and loss, ataupun held to maturity.
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013
15
DAFTAR REFERENSI
Anggraeni, Dara Dewisinta. (2009). Dampak Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 108 pada Strategi Investasi PT Asuransi Takaful Umum. Tesis:
Program Pascasarjana Program Studi Timur Tengah dan Islam Kekhususan Ekonomi
dan Keuangan Syariah.
Aris, Mufthi dan Muhammad Syakir Sula (2007). Amanah Bagi Bangsa: Konsep Sistem
Ekonomi Syariah. Jakarta: Masyarakat Ekonomi Syariah.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. (2011). Perasuransian Indonesia
2010. Jakarta: Penulis.
Hikmahwati, Penny. (2005). Optimalisasi Pemilihan Portofolio Investasi Pada PT Asuransi
Takaful Umum. Tesis: MM FEUI.
Mubarok, Jaih (2012). Investasi Asuransi Syariah di Indonesia. Muzakarah Cendekiawan
Syariah Nusantara Ke-6, 1-19.
Qureshi, Asif Ahmed (2011, September). Analyzing The Sharia’h Compliant Issues Currently
Faced by Islamic Insurance. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in
Business, vol.3 279-295. Proquest database.
Sula, Muhammad Syakir (2004). Asuransi Syariah (Life and General). Jakarta: Gema Insani
Press.
Analisis pengelolaan investasi..., Ahmad Abrori, FE UI, 2013