analisis perlakuan akuntansi atas aset tetap berdasarkan...
TRANSCRIPT
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
31 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI)
When Fintech Meets Accounting : Opportunity and Risk
ISBN 978-602-17225-7-2. http://fkbi.akuntansi.upi.edu/
Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No. 07
pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
Hendi Rohendi1, Kamalah Saadah2
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
[email protected],[email protected]
Corresponding author. [email protected],[email protected]
Copyright©2017. Prosiding Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI). Program Studi
Akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia
Abstract. This study aims to determine the suitability of the accounting treatment of fixed assets
based on statements of government accounting standard (PSAP) no. 07 at Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung. The method used in this research is qualitative with comparative descriptive
approach. Data collection used in this research is interviews and documentation. Data analysis
technique in this research using technique analysis of Miles and Huberman model. The results of
this study show that Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung has applied accounting treatment for fixed
assets (PSAP No. 7). However, in the notes to the financial statements there are still some incomplete
disclosures, such as disclosure of fixed asset value changes in detail, as in the purchase of property
and equipment. The method of depreciation of property, plant and equipment is in accordance with
PSAP No. 7 but not yet adjusted to the asset group where asset retains a different pattern of
consumption.
Keywords: Analysis, Accounting Treatment, Fixed assets, PSAP 07
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi atas aset tetap
berdasarkan pernyataan standar akuntansi pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan
pendekatan deskriptif komparatif. Pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara
dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis model
Miles and Huberman. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung telah menerapkan perlakuan akuntansi atas aset tetap yakni PSAP No. 7 dengan baik, akan
tetapi dalam catatan atas laporan keuangan masih terdapat beberapa pengungkapan yang belum
lengkap diantaranya adalah pengungkapan perubahan nilai aset tetap secara detail, seperti halnya
dalam pembelian aset tetap. Metode penyusutan aset tetap telah sesuai dengan PSAP No. 7 akan
tetapi belum disesuaikan dengan kelompok asset dimana asset tetap memiliki pola konsumsi yang
berbeda.
Kata Kunci : Analisis, Perlakuan Akuntansi, Aset Tetap, PSAP 07
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
32 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
PENDAHULUAN
Prinsip yang harus dipenuhi
dalam tata kelola pemerintahan (Good
Governance) adalah sistem yang
transparan, akuntabel, adil demokratis,
partisipasi, dan tanggung jawab (Alamsyah,
2010:3). Hal ini mendorong pihak
pemerintah untuk semakin meningkatkan
tata kelola pemerintahannya melalui
perwujudan kualitas laporan keuangan
yang handal. Upaya yang dilakukan
pemerintah dengan menerapakan good
governace ini terindikasi dengan
banyaknya peran yang ikut dilibatkan,
cirinya adalah proses pemerintahan
melibatkan banyak aktor dan tidak ada
aktor yang mendominasi, kekuasaan tidak
bersifat hierarkis tetapi lebih bersifat
jejaring, batas-batas antara sektor publik
dan sektor privat menjadi kabur (Kennett,
2008: 3-6).
Kualitas laporan keuangan
diwakili oleh perolehan pendapat audit
dengan wajar tanpa pengecualian, akan
tetapi hal ini bukanlah perkara mudah bagi
setiap kementerian negara. Fenomena dapat
terlihat dalam laporan hasil pemeriksaan
(LHP) atas laporan keuangan pemerintah
pusat (LKPP) tahun 2014 beberapa
kementerian negara belum bisa
menunjukan kinerja yang maksimal, hal ini
terlihat bahwa dalam beberapa kementerian
negara mendapat hasil audit dengan
pendapat wajar dengan pengecualian.
Berikut adalah data terkait dengan
perkembangan pendapat audit dalam lima
tahun terakhir :
Tabel 1. Perkembangan Opini Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL)
dan LKBUN 2010-2014
Opini Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
Wajar Tanpa pengecualian (WTP) 50 61 62 65 62
Wajar Dengan Pengecualian (WDP) 25 17 22 19 18
Tidak Memberikan Pendapat (TMP) 2 2 3 3 7
Tidak Wajar (TW) - - - - -
Jumlah Entitas Pelaporan 77 80 87 87 87
Sumber : Laporan Hasil Pemeriksan BPK RI No.74/LHP/XV/05/2015
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
33 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Berdasarkan tabel 1 dapat kita
soroti bahwa masih ditemukan kinerja yang
belum maksimal yang terwakili oleh
pendapat hasil audit, dimana wajar dengan
pengecualian mencapai 21% dan tidak
memberikan pendapat sebesar 8%.
Pendapat audit ini akan mencerminkan
kepatuhan intansi atau satuan kerja dalam
menjalankan operasionalnya terhadap
kriteria yang telah ditetapkan, hal ini sesuai
dengan kontribusi yang terkandung dalam
pengertian audit dimana audit merupakan
proses sistematis untuk secara objektif
mendapatkan dan mengevaluasi bukti
mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan
dan kejadian-kejadian ekonomi untuk
meyakinkan tingkat keterkaitan antara
asersi tersebut dan kriteria yang telah
ditetapkan dan mengkomunikasikan
hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan (Konrath, 2005). Salah satu
yang dapat menyebabkan hal ini terjadi
adalah perlakuan akuntansi yang diterapkan
di kementerian ini belum sesuai dengan
standar akuntansi pemerintahan, dimana
tentunya penerapan perlakuan akuntansi ini
harus meliputi semua akun yang akan
disajikan dalam laporan keuangan tersebut.
Salah satu akun yang menjadi perhatian
dalam temuan BPK ini adalah aset tetap.
Berdasarkan LHP BPK atas LKPP
tahun 2014 terkait dengan aset tetap
terdapat beberapa permasalahan yang
timbul, diantaranya adalah permasalahan
yang sama di tahun 2013 terkait dengan
aset tetap terulang kembali di tahun 2014,
aset tetap belum dicatat dalam neraca dan
dikoreksi, aset tetap yang diperoleh tahun
2005 belum dilakukan inventarisir dan
penilaian (IP), adanya aset tetap yang tidak
diketahui keberadaannya, terjadi dupliksi
pencatatan aset tetap yang dikoreksi, serta
adanya aset tetap yang belum didukung
dokumen kepemilikan pada 22 kementrian
lembaga (KL). Dari hasil pemeriksaan ini
akan menjadi salah satu indikator dalam
memberikan penilaian terhadap laporan
keuangan suatu instansi, karena penilaian
merupakan kunci untuk laporan keuangan
(Barth, 2007). Permasalahan yang terjadi
terkait dengan aset tetap ini tidak akan
terjadi apabila intansi tersebut dalam
perlakuannya sesuai dengan standar
akuntansi pemerintahan. Akuntansi atas
aset tetap ini diatur dalam pernyataan
standar akuntansi pemerintahan No. 07 dari
lampiran II PP 71 tahun 2010, dimana
dalam PSAP ini didalamnya memuat
perlakuan aset tetap mulai dari pengakuan
sampai dengan penyajian. Permasalahan
terkait dengan aset tetap ini ditemui dalam
salah satu satuan kerja (satker) yang telah
ditetapkan menjadi badan layanan umum
(BLU), seperti halnya di RS. Mata Cicendo
Bandung. Berdasarkan studi pendahuluan
peneliti menemukan permasalahan terkait
dengan pengelolaan aset tetap, dimana
ditemukan adanya aset yang belum tercatat
dalam rekap barang milik negara (BMN),
aset rusak yang belum dilaporkan, aset
tetap yang belum dilakukan inventarisir dan
penilaian. Permasalahan ini jika dibiarkan
maka akan berdampak pada data yang
tersaji dalam laporan keuangan belum tepat
adanya.
Rumah Sakit (RS) Mata Cicendo
Bandung merupakan Rumah Sakit Khusus
Mata milik Pemerintah Republik Indonesia
yang telah ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Khusus Mata kelas A dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
045/Menkes/Per/I/2007 dan pada tahun
2009 Menteri Kesehatan RI dengan surat
Keputusan Nomor 059/MenKes/SK/I/2009
tanggal 16 Januari 2009, menetapkan
Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
sebagai Pusat Mata Nasional (PMN).
Dalam menjalankan aktivitasnya RS. Mata
Cicendo Bandung membutuhkan berbagai
jenis aset tetap seperti tanah, gedung,
peralatan dan mesin serta aset tetap lainnya,
dimana dalam pengelolaanya harus sesuai
dengan standar akuntansi pemerintahan,
mulai dari pengakuan sampai dengan
penyajiannya, hal ini supaya terciptanya
laporan keuangan yang berkualitas.
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
34 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Berdasarkan laporan keuangan
yang disaikan oleh RS. Mata Cicendo,
jumlah aset yang dimiliki mencapai Rp.
240.394.834.429 dan aset tetapnya
mencapai 61% dari total aset atau dengan
kata lain sebesar Rp.147.052.184.681.
Melihat data yang cukup material ini maka
pengelolaan aset tetap harus benar-benar
mendapatkan perhatian khusus bagi RS.
Mata Cicendo Bandung, karena aset tetap
ini memiliki tingkat kompleksitas yang
cukup tinggi, hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh Harrison dan Horngren
(2010:382) dimana memaparkan masalah
terkait dengan kompleksitas, hal ini muncul
disebabkan aset tetap mempunyai masa
manfaat yang panjang, depresiasi
mempengaruhi pajak perusahaan, dan
perusahaan mungkin mendapat keuntungan
atau kerugian dari penjualan aset tetapnya.
Mengingat begitu kompleksnya aset
tetap ini, maka mengharuskan intansi yang
mengelola aset tetap ini untuk memompa
kemampuan manajemennya semaksimal
mungkin dalam hal pengelolaan perlakuan
aset tetapnya baik dari segi pengakuan,
pengukuran, penyajian bahkan sampai
dengan pengungkapannya dalam catatan
atas laporan keuangan. Hal ini dilakukan
agar menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas, sehingga kepercayaan publik
terhadap intansi pemerintahan ini dapat
terwujud dengan baik.
Laporan keuangan memiliki
peranan yang sangat penting sebagai
laporan pertanggungjawaban suatu
instansi, sehingga dalam penyusunannya
harus sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan (SAP) guna tercapainya
laporan keuangan yang handal, dapat
dipercaya, tepat waktu, serta dapat
dipahami (berkualitas). Pertanyaan yang
diajukan dalam penelitian ini adalah
bagaimana perlakuan akuntansi atas aset
tetap berdasarkan pernyataan standar
akuntansi pemerintahan (PSAP) no. 07
serta penyajian asset tetap pada Rumah
Sakit Mata Cicendo Bandung.
Penelitian ini diharapakan dapat
memberi manfaat bagi pengajar mata
kuliah akuntansi keuangan khusunya
tentang aset tetap pada pemerintahan serta
bagi satuan kerja atau badan layanan umum
dapat menerapkan perlakuan akuntansi aset
tetap yang sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan (SAP) sehingga
menghasilkan laporan keuangan yang
berkualitas.
KAJIAN LITERATUR
Aset Tetap
Aset tetap merupakan aset tidak
lancar yang digunakan dalam produksi,
persediaan atau proses jasa yang
generasikan kedalam pendapatan dan arus
kas untuk lebih dalam satu periode
(Subramanyam, 2009). Hal ini senada
dengan (Surya, 2012) Aset tetap adalah aset
berwujud yang dimiliki oleh perusahaan
untuk digunakan dalam proses produksi
atau menyediakan barang dan jasa, untuk
disewakan, atau untuk keperluan
administrasi dan dapat digunakan dalam
satu periode.
Dalam hal ini mengindikasikan
bahwa aset tetap merupakan aset yang
sangat penting bagi setiap intansi karena
keberadaan aset ini akan membantu dalam
kegiatan operasional, hal ini diperkuat oleh
Effendi (2015) dimana dikatakan bahwa
kedudukan aset di dalam perusahaan sangat
penting dan berpengaruh terhadap
efektivitas operasional entitas yang
bersangkutan. Standar akuntansi
pemerintahan menyatakan bahwa aset tetap
adalah aset berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 12 (dua belas)
bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh
masyarakat umum (SAP No. 07 paragraf 5).
Selain material aset merupakan aset
yang cukup kompleks. Hal ini karena aset
tetap mempunyai umur ekonomis yang
panjang, depresiasi dapat mempengaruhi
pajak, serta perusahaan dapat mengalami
tingkat kerugian atau keuntungan akibat
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
35 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
penjualan aset tetapnya (Harrison &
Hongren. 2010:382).
Aset tetap dapat diperoleh dengan
berbagai macam cara diantaranya adalah
melalui pembelian secara tunai, kredit,
penerbitan sekuritas, penerimaan dari
sumbangan, pertukaran (Hery dan Lekok,
2011). Perlakuan atas aset tetap telah diatur
dalam PP. No 71 tahun 2010 dalam standar
akuntansi pemerintahan (SAP) No.07,
disini memuat kebijakan dalam pengakuan,
pengukuran, penilaian awal, perolehan
secara gabungan, pertukaran aset,
pengukuran berikutnya, penyusutan,
penilaian kembali (revaluation), sampai
dengan pengungkapan.
Klasifikasi aset tetap
Menurut standar akuntansi
pemerintahan (SAP Pernyataan No. 07
paragraf 7) : Aset tetap diklasifikasikan
berdasarkan kesamaan dalam sifat atau
fungsinya dalam aktivitas operasi entitas.
Klasifikasi aset tetap terdiri atas : a) Tanah;
b) Peralatan dan Mesin; c) Gedung dan
Bangunan; d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan; e)
Aset Tetap Lainnya; f) Konstruksi dalam
Pengerjaan.
Pengakuan aset tetap
Menurut standar akuntansi
pemerintahan (Pernyataan No. 07 paragraf
16) : Untuk dapat diakui sebagai aset tetap,
suatu aset harus berwujud dan memenuhi
kriteria: a) Mempunyai masa manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan; b) Biaya
perolehan aset dapat diukur secara andal; c)
Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam
operasi normal entitas; dan d) Diperoleh
atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan. Hal ini senada seperti yang
diungkapkan oleh Kieso (2011:512) : (1)
aset tetap merupakan aset aset yang dibeli
untuk digunakan operasional bukan untuk
dijual kembali, (2) Sifatnya jangka panjang
dan didepresiasikan, sebagaimana yang
dinyatakan dalam standar akuntansi
pemerintahan No. 07 tentang pengertian
aset tetap dimana aset tetap ini memiliki
masa manfaat lebih dari 12 bulan atau satu
periode, sehingga dalam hal ini harus
didepresiasikan sehingga beban yang
diakui dalam periode tersebut lebih
proporsional. Hal ini sejalan dengan Hery
& Lekok (2011:22) yang menyatakan
bahwa penyusutan perlu dilakukan karena
aset memiliki masa manfaat dan potensi
aset yang dimiliki berkurang sehingga
pembebanannya dilakukan secara
berangsur-angsur. (3) aset tetap harus
memiliki substansi fisik, aset tetap harus
dapat dilihat dan dipegang (Nikolai, dkk,
2007:460), (4) Aset tetap memiliki jumlah
yang cukup material.
Pengukuran dan Penilaian aset tetap
Menurut standar akuntansi
pemerintahan (SAP Pernyataan No. 7
paragraf 22) aset tetap dinilai dengan biaya
perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan
tidak memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat
perolehan.
Selanjutnya standar akuntansi
pemerintahan (SAP Pernyataan No. 7
paragraf 23) menyatakan bahwa biaya
perolehan aset tetap yang dibangun dengan
cara swakelola meliputi biaya langsung
untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya
tidak langsung termasuk biaya perencanaan
dan pengawasan, perlengkapan, tenaga
listrik, sewa peralatan, dan semua biaya
lainnya yang terjadi berkenaan dengan
pembangunan aset tetap tersebut.
Pertukaran Aset
Menurut standar akuntansi
pemerintahan (SAP Pernyataan No. 7
paragraf 43) Suatu aset tetap dapat
diperoleh melalui pertukaran atau
pertukaran sebagian aset tetap yang tidak
serupa atau aset lainnya. Biaya dari pos
semacam itu diukur berdasarkan nilai wajar
aset yang diperoleh yaitu nilai ekuivalen
atas nilai tercatat aset yang dilepas setelah
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
36 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau
setara kas yang ditransfer/diserahkan.
Pengukuran berikutnya
Menurut standar akuntansi
pemerintahan (SAP Pernyataan No. 7
paragraf 53) : Aset tetap disajikan
berdasarkan biaya perolehan aset tetap
tersebut dikurangi akumulasi penyusutan.
Apabila terjadi kondisi yang
memungkinkan penilaian kembali, maka
aset tetap akan disajikan dengan
penyesuaian pada masing-masing akun aset
tetap dan akun diinvestasikan dalam aset
tetap. Dengan perlakuan ini maka akan
menunjukan kondisi/nilai aset tetap sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya pada saat
ini.
Penyusutan
Menurut standar akuntansi
pemerintahan (SAP Pernyataan No. 7
paragraf 56) : Metode penyusutan yang
dapat dipergunakan antara lain:
a. Metode garis lurus (straight line
method); atau
b. Metode saldo menurun ganda (double
declining balance method)
c. Metode unit produksi (unit of production
method).
Dengan adanya metode penyusutan
yang berbeda ini maka pihak yang
mengelola aset tetap ini harus
memperhatikan kondisi aset tetapnya
sehingga dapat menggunakan metode yang
tepat sesuai dengan aturan yang telah
dinyatakan dalam standar akuntansi
pemerintahan. Di dalam penentuan
besarnya tarif penyusutan akan dipengaruhi
oleh harga perolehan, nilai sisa, dan umur
ekonomis. Setiawan (2001:164) penentuan
umur ekonomis ini akan bergantung pada
tiga faktor yakni faktor waktu, penggunaan,
dan pembatasan hukum atas penggunaan
asset.
Penilaian Kembali Aset Tetap
(Revaluation) dan Pengungkapan
Menurut standar akuntansi pemerintahan
(SAP Pernyataan No. 7 paragraf 58) :
Penilaian kembali atau revaluasi aset tetap
pada umumnya tidak diperkenankan karena
Standar Akuntansi Pemerintahan menganut
penilaian berdasarkan biaya perolehan.
Selanjutnya mengenai pengungkapan,
standar akuntansi pemerintahan (SAP
Pernyataan No. 7 paragraf 79) : Laporan
keuangan harus mengungkapkan untuk
masing- masing jenis aset tetap.
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan
yang menunjukan kondisi keuangan
perusahaan pada saat ini atau dalam suatu
periode tertentu (Kasmir, 2012 :7). Dengan
tersajinya kondisi keuangan ini maka dapat
memberikan informasi yang relevan
tentang posisi keuangan pemerintahan
selama satu periode, mengetahui nilai
sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan
untuk melaksanaan kegiatan operasional
pemerintahan, menilai kondisi keuangan,
mengevaluasi efektivitas serta efisiensi,
dan membantu ketaatan instansi terhadap
peraturan yang telah ditetapkan. Laporan
keuangan pokok pemerintahan terdiri atas
laporan realisasi anggaran, laporan
perubahan saldo anggaran lebih, neraca,
laporan operasional, laporan arus kas (SAP
No.1 paragraf 28). Dari sudut pandang
investor menyatakan bahwa laporan
keuangan harus lengkap, dapat
dibandingkan, konsisten, dapat dipahami,
relevan, netral dan dapat memprediksi masa
yang akan datang (Kariuki Grace,2013).
METODOLOGI PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah
kualitatif dengan pendekatan deskriptif
komparatif dimana penelitian dilakukan
dengan cara membandingkan antara
perlakuan akuntansi atas aset tetap yang
diterapkan di RS. Mata Cicendo Bandung
dengan standar akuntansi pemerintahan No.
07 tentang aset tetap. Data yang digunakan
dalam penelitian ini berupa data primer dan
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
37 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
sekunder, data primer pada penelitian ini
diperoleh melalui wawancara pada bagian
akuntansi pengelolaan aset, sedangkan data
sekundernya peneliti ambil melalui studi
literatur melalui pengumpulan data,
informasi, hasil laporan, standar akuntansi,
serta peraturan-peraturan lain yang
berhubungan dengan pengelolaan aset
tetap.
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan penelitian lapangan yaitu
dengan melakukan wawancara &
dokumentasi. Proses pengumpulan data ini
dilakukan terhadap bagian akuntansi yang
menangani pengelolaan aset tetap dan
melalui studi kepustakaan yang dilakukan
dengan cara mempelajari, mengkaji, dan
memahami sumber-sumber data yang
terkait dengan penelitian seperti
menghimpun data, informasi, hasil laporan
serta standar akuntansi yang berhubungan
dengan penelitian. Teknik analisis data
yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah menggunakan teknik analisis model
Miles and Huberman. Menurut Miles and
Huberman dalam Sugiyono (2013:430)
mengemukakan bahwa aktivitas analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh. Aktivitas analisis data yaitu data
reduction (reduksi data), data display
(penyajian), dan conclusion
drawing/verification (kesimpulan).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung
Rumah Sakit Mata Cicendo
Bandung didirikan sebagai salah satu badan
layanan umum pemerintah dibawah
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. Organisasi dan
tata kerja entitas ini diatur dengan peraturan
menteri kesehatan I Nomor :
258/Menkes/III/2008 tentang perubahan
atas keputusan Menteri Kesehatan RI
nomor 045/Menkes/per/V/2007 tentang
struktur organisasi data tata cara kerja
rumah sakit mata cicendo Bandung. Entitas
ini berkedudukan di jalan Cicendo No. 4
Bandung. Pusat Mata Nasional (PMN)
rumah sakit mata Cicendo Bandung
mempunyai tugas dan fungsi dalam
memberikan bimbingan dan dukungan
implementasi akuntansi pemerintah
berbasis akrual pada kementerian
negara/lembaga. Melalui peran tersebut
diharapkan kualitas laporan keuangan
kementerian/lembaga dapat ditingkatkan
dan pada akhirnya laporan keuangan
pemerintah pusat dapat disajikan dengan
akuntabel, akurat dan transparan.
Dalam menghasilkan laporan
keuangan pemerintah pusat yang akuntabel,
akurat dan transparan ini tentu saja tidak
terlepas dalam perlakuan akuntansi untuk
semua aset baik aset lancar, aset tetap,
maupun aset tidak berwujud serta
perlakuan akuntansi untuk kewajiban &
ekuitas. Salah satu perlakuan aset tetap
yang memiliki dampak terhadap pendapat
kewajaran laporan keuangan ini adalah
tentang aset tetap.
Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap
pada Rumah Sakit Mata Cicendo
Aset tetap yang dimiliki oleh rumah
sakit mata cicendo Bandung merupakan
aset yang mempunyai peranan cukup besar
dalam menjalankan aktivitas usahanya. Hal
ini dikarenakan nilai aset tetap yang
dimiliki di tahun 2017 mempunyai nilai
Rp.170.116.144.339,- dari total aset Rp.
260.370.135.636,- atau sebesar 65,3% dari
total aset yang ada.
Dengan melihat nilai yang cukup
besar ini maka sudah seyoginya diperlukan
penanganan yang baik dari segi perlakuan
akuntansinya sehingga diharapkan dapat
menghasilkan laporan keuangan yang
akuntabel. Hasil dari penelitian ini
mendeskripsikan perlakuan akuntansi aset
tetap yang di mulai dari pengakuan aset
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
38 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
tetap, pengukuran aset tetap, penilaian
awal, pengakuan berikutnya terhadap
pengakuan awal, penilaian kembali aset
tetap, penghentian & pelepasan aset tetap
sampai dengan pengungkapan aset tetap.
Perlakuan akuntansi atas aset tetap
untuk pengakuan aset tetap
Aset tetap yang dimiliki oleh rumah
sakit mata Cicendo Bandung mencakup
seluruh aset berwujud yang dimanfaatkan
oleh rumah sakit maupun untuk
kepentingan publik yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun. Pernyataan ini
diperoleh dari catatan atas laporan
keuangan rumah yang telah dibuat oleh
pihak rumah sakit yang juga dikuatkan dari
hasil wawancara dengan kepala bagian
keuangan yakni Ibu Diah. Aset tetap yang
dimiliki rumah sakit mata cicendo Bandung
ini terdiri atas tanah, peralatan dan mesin,
gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan, aset tetap lainnya seperti lukisan
yang ada di setiap ruangan umum maupun
ruangan pasien & manajemen serta benda
bersejarah lainnya, kontruksi dalam
pengerjaan. Berikut adalah data aset tetap
yang diambil dari neraca per 31 Desember
2016 :
Tabel 2. Aset Tetap Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
No Aset Tetap Nilai
1 Tanah Badan Layanan Umum 35.097.949.225
2 Peralatan & Mesin badan layanan umum 184.020.028.841
3 Gedung & bangunan Badan Layanan Umum 86.385.577.296
4 Jalan, Irigasi, dan Jaringan Badan Layanan Umum 1.981.175.490
5 Aset Tetap Lainnya Badan Layanan Umum 335.005.695
6 Kontruksi dalam Pengerjaan Badan Layanan Umum 944.201.720
7 Akumulasi Penyusutan (138.647.793.928)
Jumlah aset tetap 170.116.144.339
Sumber : Data diolah
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
39 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Berdasarkan data yang tertera
dalam tabel 2 terlihat bahwa aset tetap yang
dimiliki oleh rumah sakit mata cicendo
Bandung memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam PSAP No. 7 dimana aset
tetap tersebut mempunyai wujud fisik, serta
masa manfaat dari aset tersebut mempunyai
masa manfaat lebih dari dua belas bulan,
hal ini diperkuat dengan hasil wawancara
kepala bagian keuangan yakni Ibu Diah
dimana menyatakan bahwa :
“Aset tetap tersebut mempunyai masa
manfaat ekonomis masa depan baik secara
langsung maupun tidak langsung guna
kelangsungan kegiatan operasional rumah
sakit yang mempunyai masa manfaat lebih
dari satu tahun”.
Perlakuan lainnya terkait dengan
pengakuan aset tetap ini adalah tentang
bukti perolehan aset tetap. Dalam perolehan
aset tetap yang diterima oleh pihak rumah
sakit mata Cicendo Bandung terdiri atas
biaya perolehan aset tetap tersebut disertai
dengan biaya yang berhubungan sampai
aset tetap tersebut siap digunakan dalam
operasional rumah sakit. Perolehan ini
selalu disertai dengan dokumen
pendukungnya. Aset tetap ini diterima pada
saat hak penguasaanya berpindah yang
disertai dengan dokumen perpindahan.
Sebagai contohnya adalah ketika terjadi
pembelian aset tetap misalnya peralatan
untuk kebutuhan rumah sakit maka setelah
terjadi serah terima barang, maka akan
dilakukan pengajuan surat perintah
pembayaran (SPP), penerbitan surat
perintah membayar (SPM), dan baru akan
diinput kedalam aplikasi SAIBA setelah
terbit surat perintah pengeluaran dana
(SP2D) dari kantor pelayanan
perbendaharaan negara (KPPN). Setelah
SPM dan SP2D ini di input, selanjutnya
akan di rekonsiliasi melalui simak BMN
serta jumlahnya akan nampak dalam
neraca. Berdasarkan hal ini dapat dikatakan
bahwa pengakuan aset tetap dilakukan
secara andal karena aset tetap telah diterima
hak kepemilikannya pada saat
penguasaanya berpindah yang disertai
dengan adanya bukti pembayaran atas
perolehan aset tetap tersebut.
Contoh lainnya adalah untuk aset
tetap gedung dan bangunan terdapat mutasi
penambahan aset maupun pengurangan hal
ini terlihat dalam mutasi tambah dimana
terdiri atas pengembangan nilai melalui
KBP sebesar 7.896.744.250 dan
pengembangan nilai aset sebesar
266.406.000,- transaksi penambahan
gedung dan bangunan ini berasal dari
pembangunan pasad gedung A, B, dan C
serta renovasi gedung A lantai 2 dan 3.
Dalam penambahan aset tetap
gedung dan bangunan ini disertai dengan
adanya berita acara penyerahan dari dinas
pekerjaan umum kepada pihak rumah sakit.
PSAP menyatakan bahwa biaya perolehan
aset tetap ini harus dapat diukur secara
andal. Berdasarkan penelitian menunjukan
bahwa pada saat perolehan aset tetap terdiri
atas biaya yang berhubungan dengan
perolehan aset tetap yang disertai dengan
dokumen. Selain itu dapat kita lihat bahwa
seluruh aset tetap yang dimiliki pihak
rumah sakit tertera dalam neraca yang
berindikasi bahwa aset tetap tersebut
diakuai oleh rumah sakit mata Cicendo
Bandung, hal ini karena jika aset tetap yang
ada belum mempunyai bukti bahwa aset
tetap tersebut telah dikuasai oleh suatu
entitas yakni rumah sakit mata cicendo
maka aset tersebut tidak boleh dicantumkan
di dalam neraca. Dengan kondisi ini berarti
bahwa pengakuan aset tetap di rumah sakit
mata cicendo Bandung terkait dengan biaya
perolehan aset tetap ini sesuai dengan
PSAP No. 7 paragrap 15 point C yakni
dapat diukur secara andal.
Hasil wawancara berikutnya
dengan kepala keuangan yakni Ibu Diah
didapat informasi bahwa aset tetap yang
ada tidak boleh untuk diperjual belikan
serta aset tetap yang ada dibagun dengan
tujuan untuk digunakan, hal ini juga
dibuktikan dengan adanya pembangunan
gedung baru guna meningkatkan pelayanan
dan kenyamanan pasien. Hal ini
mencerminkan bahwa pengakuan asset
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
40 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
tetap telah sesuai dengan PSAP No 7
paragrap 15 point d dan e, yakni aset tetap
yang ada tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam operasi normal entitas dan diperoleh
atau dibangun dengan maksud untuk
digunakan. Didalam pengakuan ini berlaku
untuk seluruh aset tetap baik yang diperoleh
secara individu maupun lumpsump,
diperoleh melalui pembelian, hibah,
pembangunan swakelola maupun
pertukaran aset tetap, meskipun sejauh ini
untuk pertukaran aset tetap sendiri belum
pernah dilakukan oleh pihak rumah sakit
mata cicendo Bandung.
Berdasarkan beberapa point ini
maka dapat dinyatakan bahwa untuk
pengakuan aset tetap yang ada dirumah
sakit mata Cicendo Bandung telah sesuai
dengan PSAP No. 7 karena telah memenuhi
lima kriteria pengakuan sebagai aset tetap
yakni berwujud, mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 bulan, biaya perolehan aset
tetap dapat di ukur secara andal, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam opersi
normal entitas serta aset tetap diperoleh
atau dibangun dengan masksud untuk
digunakan.
Perlakuan akuntansi atas aset tetap
untuk pengukuran aset tetap
Dasar pengukuran aset tetap yang
dilakukan di rumah sakit mata Cicendo ini
menggunakan biaya perolehan historis
dimana seluruh aset tetap harus dinilai
berdasarkan biaya perolehan yang disertai
dengan kontrak pada saat lelang. Dalam hal
ini aset tetap akan dicatat sebesar
pengeluaran sumber daya ekonomi atau
nilai wajar dari imbalan yang diberikan
untuk memperoleh aset tersebut. Perlakuan
tentang pengukuran aset tetap ini berlaku
juga pada saat rumah sakit mata Cicendo
Bandung menerima aset dari hibah, hal ini
dimana mereka (yang berhibah) harus
menyerahkan faktur pembeliannya (sebagai
bukti pembelian aset tetapny) kepada pihak
rumah sakit.
PSAP No 7 paragrap 20
menyatakan bahwa aset tetap harus dinilai
dengan biaya perolehan, dan jika tidak
memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan nilai wajar pada saat perolehan.
Biaya perolehan ini merupakan sejumlah
biaya yang dikeluarkan dalam rangka
mendapatkan aset tetap tersebut sampai
dengan aset tersebut dalam kondisi serta
tempat yang siap untuk dioperasikan.
Perlakuan ini berlaku baik aset tetap
tersebut diperoleh dengan cara pembelian
maupun melalui swakelola.
Dengan memperhatikan hal ini
maka dapat dikatakan bahwa dari segi
pengukuranya telah sesuai dengan PSAP
No. 7, karena untuk perolehan aset tetap
yang dilakukan melalui pembelian ini
diukur melalui biaya perolehan. Hal ini
berlaku pula untuk aset tetap yang
diperoleh melalui hibah dimana pihak
rumah sakit mata cicendo menggunakan
kebijakan biaya perolehan yang disertai
dengan faktur perolehan hibah aset tetap
tersebut, meskipun di dalam PSAP sendiri
menyatakan bahwa kalau aset tetap yang
diperoleh dari hibah ini tidak diketahui
biaya perolehannya maka instansi tersebut
dapat menggunakan melalui nilai wajar
yakni nilai tukar aset tetap dengan kondisi
yang sejenis di pasaran pada saat penilaian.
Perlakuan akuntansi atas aset tetap
untuk penilaian awal aset tetap
Komponen biaya dalam setiap
perolehan aset tetap selalu senantiasa
diperhitungkan oleh pihak rumah sakit
mata Cicendo Bandung mulai dari harga
beli dengan pajak pertambahan nilainya
sampai dengan biaya-biaya langsung yang
dapat didistribusikan kepada aset tesebut.
Biaya lainya ini terdiri atas biaya persiapan
tempat, biaya pengiriman, biaya bongkar
muat, biaya pemasangan, biaya profesional,
seperti halnya biaya arsitek, biaya insinyur,
maupun biaya kontruksi pada saat proses
pembangunan yang sedang berjalan saat
ini.
Di dalam PSAP No. 7 perihal
penilaian awal aset tetap menyatakan
bahwa pada awalnya harus diukur
berdasarkan biaya perolehan dan jika tidak
memungkinkan atau dengan kata lain nilai
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
41 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
perolehan aset tetap ini tanpa nilai maka
biaya aset tersebut adalah sebesar nilai
wajar pada saat aset tersebut diperoleh.
Berdasarkan hal ini maka dapat
dikatakan bahwa penilaian awal aset tetap
yang diterapkan oleh pihak rumah sakit
mata Cicendo Bandung telah sesuai dengan
PSAP No.7. Selain itu dengan adanya
pengakuan komponen biaya yang
berhubungan dengan perolehan aset ini
maka dapat menjadi indikator bahwa pihak
rumah sakit sudah tepat dalam melakukan
perhitungan perolehan aset tetapnya. Selain
perlakuan untuk penilaian awal pada setiap
item aset tetap (individu) dimana semua
komponen biaya yang terlibat ikut
diperhitungkan, di PMN rumah sakit mata
Cicendo Bandung juga menerapkan
perolehan aset secara gabungan (lump-sum)
dimana berdasarkan hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa untuk
pembelian secara gabungan ini dilakukan
melalui pengadaan barangnya saja secara
gabungan akan tetapi nilai per item
barangnya tetap ada dan dilengkapi dengan
kontrak pembeliannya.
Untuk perolehan asets tetap melalui
pertukaran, PMN rumah sakit mata
Cicendo belum pernah melakukan transaksi
ini akan tetapi mendapatkan aset donasi
pernah terjadi, perlakuan penilaian awal
dalam aset donasi ini adalah dengan menilai
aset tetap yang diperoleh dari donasi atau
hibah seperti halnya hibah yang diterima
dari pihak lain berdasarkan harga perolehan
pula, nilai ini mengacu kepada faktur
pembelian yang diserahkan oleh pihak
donator tanpa adanya prasyarat apapun.
Untuk aset tetap yang diperoleh dari
donasi ini dikenal istilah transfer masuk dan
transfer keluar, salah satu transfer masuk
aset tetap ini diperoleh dari kemenkes
melalui droping sedangkan salah satu untuk
transfer keluar melalui pemberian ke
satkernya kemenkes seperi halnya
pemberian kepada poltekkes berupa alat
kesehatan untuk pendidikan. Adapun
pencatatan akuntansi untuk dana hibah ini
adalah melalui aplikasi saiba yang nantinya
akan direkonsiliasi kedalam simak BMN
serta jumlahnya akan muncul di dalam
neraca.
Hal ini senada dengan yang tersirat
dalam PSAP No.7 paragrap 46 dimana
sumbangan asets tetap ini didefinisikan
sebagai transfer tanpa persyaratan suatu
asets tetap ke satu entitas, penerimaan asets
tetap ini disertai dengan bukti penyerahan
atau istilah lainnya perpindahan
kepemilikan secara hukum seperti halnya
yang tercantum dalam akta hibah. Untuk
penilaian awal atas perolehan aset donasi
ini telah sesuai pula perlakuannya dengan
PSAP No. 7 paragrap 48 dimana
dinyatakan bahwa jika telah memenuhi
kriteria sebagai aset donasi maka
perolehannya harus dianggap sebagai
pendapatan pemerintah dan selanjutnya
diakui sebagai belanja modal dan akan
berdampak pada laporan realisasi anggaran
sedangkan pengakuan atas aset donasinya
akan berdampak pada neraca.
Pengeluaran setelah Perolehan
Setelah dilakukan penilaian awal
atas perolehan aset tetap, maka untuk
selanjutnya aset ini akan digunakan untuk
operasional pemerintahan yang
bersangkutan sampai umur ekonomis aset
tersebut mencapai batasan umur yang telah
ditentukan sebelumnya, namun terkadang
dipertengahan umur ekonomis maka
pemerintahan tersebut dapat melakukan
pemeliharaan ataupun upaya yang dapat
memperpanjang masa manfaat asets
tersebut. Hal ini juga telah diterapkan oleh
PMN rumah sakit mata Cicendo Bandung,
dimana berdasarkan hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa PMN Cicendo
Bandung melakukan pemeliharaan dan
mengeluarkan belanja atas peningkatan
kemampuan atas aset tetap yang ada.
Untuk pengeluran setelah perolehan
yang dimaksudkan untuk peningkatan
kemampuan aset tetap tersebut yakni
memperpanjang masa manfaat dari aset
yang ada pihak rumah sakit mata Cicendo
melakukan kapitalisasi dengan mengacu
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
42 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
pada PMK No.120/PMK.06/200 tentang
penatausahaan BMN tentang nilai satuan
minimum kapitalisasi aset tetap, dimana
disini dinyatakan bahwa kapitalisasi aset
tetap ini adalah untuk pengeluaran baru,
dan penambahan nilai aset tetap dari hasil
pengembangan, reklasifikasi, renovasi dan
restorasi. Adapun kebijakan akuntansi
tentang hal ini dituangkan dalam catatan
atas laporan keuangan tentang nilai satuan
minimum dimana jika (a) pengeluaran
untuk per satuan peralatan dan mesin dan
peralatan olah raga adalah yang nilainya
sama dengan atau lebih dari Rp. 300.000,-
dan (b) jika pengeluaran untuk gedung dan
bangunan adalah yang nilainya sama
dengan atau lebih dari Rp. 10.000.000,-
Pengeluaran yang tidak tercakup
dalam batasan nilai minimum kapitalisasi
tersebut diatas, pihak rumah sakit mata
Cicendo memperlakukan pengeluaran
sebagai biaya kecuali pengeluaran untuk
tanah, jalan/irigasi/jaringan dan asets tetap
lainnya berupa koleksi perpustakaan dan
barang bercorak kesenian. Pengeluaran
atas aset tetap yang menambah kemampuan
dalam kapasitas produksi ataupun dalam
peningkatan kemampuan dalam pencapaian
standar kerjanya maka akan menambah
nilai aset tetap tersebut, misalnya ketika ada
pengeluaran sebesar Rp.xxx, maka nilai ini
akan ditambahkan kedalam nilai aset tetap
yang bersangkutan di dalam neraca.
Pengeluaran setelah perolehan
lainnya adalah pengeluaran untuk
pemeliharaan aset tetap, menurut PMN
rumah sakit mata Cicendo Bandung biaya
ini tidak masuk dalam kapitalisasi selama
keluar dari PMK yang telah disebutkan
diatas, dan harus dilihat dari jenis pekerjaan
yang dilakukan apakah dimaksudkan untuk
menambah nilai aset tetap atau tidak serta
nilai yang dibelanjakannya harus mengacu
pada batasan minimal kapitalisasi yakni
300.000 untuk peralatan dan mesin serta
10,000.000 untuk gedung dan bangunan.
Pengeluaran untuk pemeliharaan ini
tidak menambah nilai aset tetap yang ada,
misalnya ketika ada biaya untuk
pemeliharan aset x sebesar Rp.xxx maka
nilai aset tetap tersebut tetap sama seperti
nilai aset sebelumnya yang tertera dalam
neraca. Perlakuan atas pengeluaran setelah
perolehan ini diperkuat melalui data yang
tersirat dalam catatan atas laporan
keuangan berikut :
Tabel 3. Catatan atas laporan keuangan perihal pengeluaran setelah perolehan
Saldo nilai perolehan gedung & bangunan per 31 Desember 2015 78.288.027.046
Mutasi tambah :
Pengembangan nilai melalui KBP 7.896.744.250
Reklasifikasi masuk 65.600.000
Pengembangan nilai asset 266.406.000
Koreksi nilai/ kuantitas 2.129.042.808
Mutasi kurang :
Reklasifikasi keluar 65.600.000
Pengehentian aset dari pengurangan 65.600.000
Koreksi pencatatan nilai/kuantitas 2.129.042.808
Saldo per 31 Desember 2016 86.385.577.296
Sumber : Data diolah
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
43 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Berdasarkan tabel 3 terlihat bahwa
untuk aset tetap gedung & bangunan di
rumah sakit mata cicendo Bandung
mengalami peningkatan yakni dari
Rp.78.288.027.046,- ditahun 2015 menjadi
Rp.86.385.577.296,- nilai ini tercantum di
dalam neraca per 31 Desember 2016.
Adapun transaksi penambahan gedung dan
bangunan ini berasal dari pembangunan
pasad gedung A, B dan C serta adanya
renovasi gedung A lantai 2 dan 3.
Di dalam PSAP no. 7 paragraph 50
dinyatakan bahwa biaya dimaksud dalam
paragraph 49 yakni pengeluaran setelah
perolehan awal suatu asets tetap yang
memperpanjang masa ekonomis dimasa
yang akan datang dalam bentuk kapasitas,
mutu produksi, atau peningkatan standar
kinerja, harus ditambahkan pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan maka harus
ditetapkan dalam kebijakan akuntansi.
Dalam penerapannya pihak rumah
sakit melakukan kapitalisasi kepada nilai
aset tetap jika memang telah masuk
kedalam kebijakan dalam batasan
kapitalisasi sedangkan untuk pengeluaran
yang masuk dalam kategori pemeliharaan
aset tetap ini masuk kedalam laporan
operasional sebagai beban pemeliharaan
maka dapat dikatakan bahwa pihak rumah
sakit telah menerapakan perlakuan
akuntansi atas aset tetapnya secara tepat.
Berdasarkan hal ini maka dapat menjadi
indikator bahwa dalam hal kapitalisai biaya
yang diterapkan oleh PMN rumah sakit
mata Cicendo ini telah sesuai dengan PSAP
No. 7 paragrap 49 sampai dengan paragrap
51.
Pengukuran berikutnya terhadap
pengakuan awal
Setelah pengakuan awal maka akan
diketahui berapa nilai asets yang dimiliki
oleh pihak rumah sakit mata Cicendo
Bandung, aset tetap yang disajikan dalam
neraca di periode berikutnya adalah sebesar
biaya perolehan dikurangi dengan
penyusutan, penyusutan aset tetap ini
merupakan penyesuaian nilai sehubungan
dengan penurunan kapasitas dan manfaat
dari suatu aset tetap. Adapun untuk masa
manfaat aset tetap yang ditetapkan di rumah
sakit mata cicendo Bandung ini adalah
bergantung pada kelompok masa
manfaatnya dimana untuk peralatan dan
mesin masa manfaatnya 2 s/d 20 tahun;
gedung dan bangunan 10 s/d 50 tahun;
jalan, jaringan dan irigasi 5 s/d 40 tahun;
serta untuk aset tetap lainnya adalah 4
tahun.
Penyusutan yang diterapkan di
PMN rumah sakit mata Cicendo Bandung
ini tidak dilakukan terhadap tanah dan
kontruksi dalam pengerjaan (KDP).
Perhitungan dan pencatatan penyusutan
aset tetap yang diterapkan disini dilakukan
setiap akhir semester tanpa
memperhitungkan adanya nilai residu,
adapun terkait dengan metode penyusutan
PMN mengunakan metode garis lurus
dimana mengalokasikan nilai yang dapat
disusutkan dari aset tetap secara merata
setiap semester selama masa manfaat aset
tetap tersebut. Jumlah penyusutan untuk
tahun 2016 adalah Rp. 22.450.886.001,-
dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 4. Rekapitulasi Penyusutan Aset Tetap No Uraian beban penyusutan Tahun 2016
1 Beban penyustan peralatan dan mesin-BLU 20.416.176.550
2 Beban penyusutan gedung dan bangunan 1.973.494.362
3 Beban penyusutan jalan, irigasi, dan jaringan 54.965.089
4 Beban penyusutan ase tetap lainnya 6.250.000
Jumlah penyusutan 22.450.886.001
Sumber : Data diolah
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
44 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Sedangkan untuk akumulasi
penyusutan aset tetap untuk tahun 2016 di
PMN rumah sakit mata Cicendo Bandung
adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Rekapitulasi Akumulasi Penyusutan Aset Tetap No Aset Tetap Nilai Perolehan Akumulasi
Penyusutan
Nilai Buku
1 Peralatan dan Mesin 184.020.028.841 129.519.081.291 54.500.947.550
2 Gedung dan Bangunan 86.385.577.296 8.844.107.875 77.541.469.421
3 Jalan, Irigasi, dan
Jaringan
1.981.175.490 268.979.762 1.712.195.728
4 Aset Tetap Lainnya 335.005.695 15.625.000 319.380.695
Akumulasi Penyusutan 272.721.787.322 138.647.793.928 134.073.993.394 Sumber : Data diolah
Dari tabel 5 terlihat bahwa nilai
akumulasi penyusutan yang disajikan oleh
rumah sakit mata Cicendo ini yakni sebesar
Rp. 138.647.793.928,- nilai ini akan
menjadi pengurang nilai asets tetap yang
ada di dalam neraca per 31 Desember 2016
yakni berjumlah 134.073.993.394,-.
Perlakuan akuntansi atas aset tetap menurut
PSAP No. 7 mengharuskan nilai
penyusutan untuk masing-masing periode
diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset
tetap dalam neraca dan beban penyusutan
dalam laporan operasional. Serta metode
yang diperkenankan adalah metode garis
lurus, saldo menurun dan unit produksi dan
untuk aset selain tanah dan kontruksi dalam
pengerjaan disusutkan sesuai dengan sifat
dan karakteristik aset tersebut. Berdasarkan
hal ini maka perlakuan akuntansi atas aset
tetap di PMN rumah sakit Cicendo
Bandung telah sesuai dengan PSAP No. 7,
hal ini dikarenakan untuk metode
penyusutan yang diterapkan berdasarkan
standar akuntansi pemerintahan yakni
mengunakan metode garis lurus serta nilai
penyusutan di tahun 2016 menjadi
pengurang nilai tercatat Januari tahun 2017.
Penilaian kembali aset tetap
(revaluation)
Pengukuran berikutnya terhadap
pengakuan awal selain daripada penyusutan
adalah penilaian kembali atas aset tetap
atau dikenal dengan istilah revaluasi, tujuan
dari hal ini adalah untuk mencerminkan
nilai wajar sekarang dari aset tetap yang
bersangkutan, perlakuan ini dapat
dilakukan jika terjadinya perubahan harga
yang bersifat signifikan. Apabila revaluasi
ini terjadi maka akan mempengaruhi nilai
tercatat dari aset tetap tersebut, kondisi
yang dapat terjadi adalah selisih lebih atau
selisih kurang yang harus disesuaikan
dengan nilai tercatat dalam neraca dan juga
akan mempengaruhi nilai dalam laporan
perubahan ekuitas dimana akun yang
diberikan adalah selisih revaluasi aset tetap.
Revaluasi di rumah sakit mata Cicendo ini
dapat terlihat dari data laporan perubahan
ekuitas sebagai berikut :
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
45 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Tabel 6. Revaluasi Aset Tetap
Uraian 31 Desember 2016
Ekuitas awal 267.910.513.202
Surplus/defisit-LO (54.522.993.298)
Dampak komulatif perubahan kebijakan akuntan 0
Koreksi yang menambah/ mengurangi ekuitas 291.600.537
Penyesuaian nilai asset 0
Koseksi nilai Persediaan (759.990)
Selisih revaluasi aset tetap 0
Koreksi nilai ase tetap Non-revaluasi 292.360.527
Koreksi lain-lain 0
Transaksi atara etitas 42.522.109.107
Pengesahan pengembalian hibah lansung 0
Setoran surplus BLU 0
Kenaikan/penurunan Ekuitas (11.709.283.654)
Ekuitas Akhir 256.201.229.548
Sumber : Data diolah
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
46 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Berdasarkan data yang ada dalam
laporan perubahan ekuitas ini terlihat
bahwa nilai selisih revaluasi aset tetap
bernilai Rp.0,- hal ini berarti bahwa rumah
sakit mata cicendo bandung di tahun 2016
tidak melakukan penilaian kembali atas
aset tetap yang ada. Di dalam PSAP no.7
paragrap 59 dinyatakan bahwa penilaian
kembali pada dasarnya tidak diperkenankan
karena standar akuntansi pemerintahan
menganut penilaian aset berdasarkan biaya
perolehan atau pertukaran, akan tetapi jika
penyimpangan ini dilakukan maka laporan
keuangan harus menjelaskan
penyimpangan dari konsep biaya perolehan
didalam penyajian serta pengaruhnya pada
gambaran keuangan suau entitas serta
revaluasi ini dapat dilakukan selama tidak
keluar dari ketentuan pemerintah yang
berlaku secara nasional yakni undang-
undang, peraturan pemerintah atau
peraturan presiden. Dengan menandingkan
antara PSAP No. 7 dan yang diterapkan di
rumah sakit mata cicendo Bandung terkait
dengan revaluasi ini maka dapat dikatakan
bahwa perlakuan akuntansi atas penilaian
kembali aset tetap telah sesuai dengan
PSAP.
Penghentian dan pelepasan aset tetap
Perlakuan akuntansi atas aset tetap
terkait dengan penghentian dan pelepasan
asets tetap yang diterapkan oleh rumah
sakit mata Cicendo adalah aset tetap baru
dihentikan pemakaiannnya apabila asets
tetap tersebut sudah tidak digunakan lagi
dalam operasional rumah sakit baik yang
disebabkan karena aset tetap tersebut aus,
ketinggalan jaman, sudah tidak sesuai lagi
dengan kebutuhan rumah sakit, rusak berat
maupun karena memang sudah tidak sesuai
dengan rencana umum tata ruang atau
memang masa manfaat dari asets tetap
tersebut telah berakhir maka pihak rumah
sakit akan mereklasifikasikan ke aset lain-
lain pada asets lainnya.
Berdasarkan data yang diperoleh
dari pihak rumah sakit mata Cicendo
Bandung dalam catatan atas laporan
keuangan dimana untuk tanah tidak
terdapat penghentian dan penggunaan atas
aset tetap, peralatan dan mesin mempunyai
saldo pengehentian dan penggunaan
sebesar Rp. 4.707.437.085; gedung dan
bangunan mempunyai nilai pengehentian
aset sebesar Rp. 65.600.000; jalan, irigasi
dan jaringan; serta aset tetap lainnya tidak
terjadi penghentian atas nilai aset tetap,
nilai- nilai ini tertuang dalam catatan atas
laporan keuangan dimana nilainya menjadi
pengurang pada saldo buku aset tetap yang
bersangkutan per 31 Desember 2016 dan
akan dieliminasi dari neraca. Berikut adalah
rekapitulasi aset tetap yang berupa
peralatan dan mesin; yang dihentikan
penggunaanya :
Tabel 7. Pengehentian penggunaan aset tetap Peralatan dan mesin
Saldo nilai perolehan peralatan dan mesin per 31 des 2016 168.565.867.263
Pembelian 13.335.068.913
Hibah barang/koreksi nilai :
Koreksi nilai 796.257.000
Reklasifikasi masuk 6.000.793.000
Reklasifikasi dari aset lainnya ke aset tetap 29.479.750
Mutasi kurang : 0
Penghentian dari penggunaan 4.707.437.085
Saldo per 31 Desember 2016 184.020.028.841
Sumber : Data diolah
Sedangkan untuk gedung dan
bangunan yang dihentikan penggunaanya
disajikan dalam tabel berikut :
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
47 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Tabel 8. Pengehentian penggunaan aset tetap Gedung & Bangunan
Saldo Nilai Perolehan gedung dan bangunan per 31 Desember 2015 78.288.027.046
Mutasi tambah :
Pengembangan nilai melalui KBP 7.896.744.250
Reklasifikasi masuk 65.600.000
Pengembangan nilai asset 266.406.000
Koreksi nilai/ kuantitas 2.129.042.808
Mutasi kurang :
Reklasifikasi keluar 65.600.000
Penghentian aset dari pengurangan 65.600.000
Koreksi pencatatan nilai/kuantitas 2.129.042.808
Saldo per 31 Desember 2016 86.385.577.296
Sumber : Data diolah
Nilai buku aset tetap peralatan dan
mesin per 31 Desember 2016 yang ada
dalam catatan atas laporan keuangan ini
merupakan saldo yang akan disajikan di
dalam neraca, ini artinya bahwa aset tetap
tersebut telah dieliminasi dalam neraca
sebesar Rp. 4.707.437.085,- dan hal ini
terjadi pada perlakuan aset tetap gedung
dan bangunan. Dengan dasar ini maka
dapat menjadi indikator bahwa perlakuan
akuntansi atas aset tetap terkait dengan
eliminasi telah sesuai dengan PSAP No. 7
paragraph 78 dimana dinyatakan bahwa
aset tetap yang secara permanen dihentikan
atau dilepaskan harus di eliminasi dari
neraca dan diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Sedangkan untuk pelepasan aset
tetapnya rumah sakit mata Cicendo
memperlakukan aset tetapnya secara
permanen penghentian pemakaiannya
dengan cara mengeluarkannya dari neraca
dengan catatan bahwa aset tetap tersebut
telah ada usulan penghapusan dari entitas
sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan di bidang pengelolaan barang
milik Negara (BMN). Adapan mutasi aset
tetap ini disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 9. Reklasifikasi Aset Tetap ke Aset lainya
Saldo per 31 desember 2015 273.358.910
Mutasi tambah :
Reklasifikasi dari aset tetap ke aset lainnya 4.422.090.129
Mutasi Kurang :
Reklasifikasi dari aset lainnya ke aset tetap 29.479.750
Penghapusan BMN 2.881.999.289
Saldo per 31 Desember 2016 1.783.970.000
Akumulasi Penyusutan 1.731.906.508
Nilai buku per 31 Desember 2016 52.063.492
Sumber : Data diolah
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
48 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa
terjadi pelepasan aset tetap sebesar Rp.
4.422.090.129,- ke aset lainnya. Hal ini
berindikasi bahwa perlakuan akuntansi atas
aset tetap terkait dengan aspek pelepasan di
rumah sakit mata Cicendo Bandung telah
sesuai dengan PSAP No.7 paragrap ke 79
dimana dinyatakan bahwa aset tetap yang
dihentikan dari penggunaan aktif
pemerintah tidak memenuhi definsi aset
tetap dan harus dipindahkan ke post aset
lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
Pengungkapan asets tetap
Untuk melihat pengungkapan aset tetap
dalam laporan keuangan yang diterapkan
oleh rumah sakit mata Cicendo Bandung
apakah telah sesuai dengan PSAP No. 7
atau tidak, penulis membandingkan antara
data yang diperkenankan oleh PSAP itu
sendiri serta penerapan yang telah
dilakukan oleh pihak rumah sakit mata
Cicendo Bandung, berikut adalah
perbandingan pengungkapannya :
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
49 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Tabel 10. Pengungkapan Aset Tetap dalam Laporan Keuangan
No Menurut PSAP No. 7 Yang dilakukan oleh rumah sakit
mata Cicendo Bandung Simpulan
A Laporan keuangan harus
mengungkapkan untuk masing-
masing aset tetap sebagai berikut
(paragraph 80) :
1 Dasar penilaian yang digunakan
untuk menentukan nilai tercatat
(Carrying amount)
Dalam hal ini rumah sakit mata Cicendo
Bandung menentukan nilai buku aset
tetap dengan cara biaya perolehan aset
tetap tersebut dikurangi dengan
akumulasi penyusutan.
Sesuai
2 Rekonsiliasi jumlah tercatat pada
awal dan akhir periode yang
menunjukan :
1) Penambahan
2) Pelepasan
3) Akumulasi penyusutan dan
perubahan nilai, jika ada
4) Mutasi aset tetap lainnya
Untuk mengetahui nilai aset tetap yang
sebenarnya rumah sakit mata cicendo
telah menuangkan dalam catatan atas
laporan keuangan yang terdiri atas
penambahan aset tetap dimana saldonya
ditentukan dengan cara nilai perolehan
sebelumnya ditambah dengan aset yang
diperoleh dari pembelian maupun
hibah, koreksi nilai, serta adanya
reklasifikasi aset lainnya ke aset tetap
serta dikurangi dengan mutasi kurang
dan juga penghentian dari
penggunaannya, serta pengurang atas
akumulasi penyusutan dan hasil
akhirnya meunjukan nilai buku aset
tetap periode berikutnya.
Sesuai
3 Informasi penyusutan, meliputi :
1) Nilai penyusutan
2) Metode penyusutan yang
digunakan
3) Masa manfaat atau tarif penyusutan
yang digunakan
4) Nilai tercatat bruto dan akumulasi
penyusutan pada awal dan akhir
periode
Terkait dengan nilai penyusutan, rumah
sakit mata cicendo menuangkan dalam
laporan keuangan beserta catatatan atas
laporan keuangannya yang terdiri atas :
1) Nilai penyusutan dilakukan tiap
semester tanpa memperhitungkan
adanya nilai residu.
2) Metode penyusutan yang digunakan
adalah dengan menggunakan metode
garis lurus, dimana alokasi nilai yang
disusutkan adalah dari aset tetap secara
merata setiap semester selama masa
manfaat aset tetap tersebut.
3) Masa manfaat dan tarif penyusutan
yang digunakan adalah tergantung dari
jenis aset tetapnya dimana berpedoman
pada Menteri keuangan No.
59/KMK.06,2013 tentang tabel masa
manfaat dalam ranga penyusutan
barang milik Negara.
4) Nilai bruto dan akumulasi penyusutan
pada awal dan akhir periode tertuang
dalam CALK dalam rincian akumulasi
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
50 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
peyusutan aset tetap dimana
didalamnya terdiri atas Nilai perolehan,
akumulasi penyutan dan nilai buku.
B Laporan keuangan juga harus
mengungkapkan (paragraph 81)
;
1) Eksistensi dan batasan hak milik
atas aset tetap
2) Kebijakan akuntansi untuk
kapitalisasi yang berkaitan erat
dengan aset tetap
3) Jumlah pengeluaran pada pos aset
tetap dalam konstruksi
4) Jumlah komitmen untuk akuisisi
aset tetap
Pengungkapan mengenai hal ini telah
tertuang dalam pengakuan, penilaian
awal, penilaian kembali, dan
pengeluaran setelah perolehan.
Sesuai
C Jika aset tetap dicatat pada
jumlah yang dinilai kembali, hal
hal berikut harus diungkapkan
(paragraph 82) :
1) Dasar peraturan untuk menilai
kembali aset tetap
2) Tangal efektif penilaian kembali
3) Jika ada, nama penilai independen
4) Hakikat setiap petunjuk yang
digunakan untuk menentukan biaya
pengganti
5) Nilai tercatat setiap jenis aset tetap
Di tahun 2015 dan 2016 ini jumlah aset
tetap tidak dinilai kembali, hal ini
dinyatakan dalam calk bahwa tidak
tedapat selisih revaluasi aset tetap atau
dengan kata lain selisih revaluasinya
bernilai Rp.0
Sesuai
Sumber : Data diolah
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
51 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Penyajian Aset Tetap
Berikut adalah penyajian aset tetap
dalam lembar muka neraca di rumah sakit
mata Cicendo Bandung :
Aset
Aset Tetap
Tanah Badan Layanan Umum
Rp.xxx
Peralatan dan Mesin Badan
Layanan Umum
Rp.xxx
Gedung dan Bangunan Badan
Layanan Umum Rp.xxx
Aset Tetap lainnya Badan Layanan
Umum Rp.xxx
Kontruksi Dalam Pengerjaan Badan
Layanan Umum Rp.xxx
Akumulasi Penyusutan
(Rp.xxx)
Jumlah Aset tetap
Rp.xxx
Dalam penyajian di atas nampak
bahwa akumulasi penyusutan bernilai
negatif, hal ini dimaksudkan supaya
menunjukan nilai total aset tetap, secara
detail mengenai perlakuan akuntansi ini
mulai dari nilai pengakuan awal,
pengeluaran setelah perolehan, serta
pengukuran berikutnya baik karena
penyusutan maupun penilaian kembali aset
tetap serta penghentian dan pelepasan aset
tetap ini terdeskripsikan dalam catatan atas
laporan keuangan. Semua kebijakan ini
dituangkan dengan tujuan supaya pembaca
dan pengguna informasi akuntansi aset
tetap ini terlepas dari kesalahan dalam
mempersepsikan perlakuan akuntansinya.
SIMPULAN
Merujuk pada hasil penelitian yang
telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa rumah sakit mata Cicendo Bandung
telah menerapkan pernyataan standar
akuntansi pemerintahan No. 7 untuk
keseluruhan aspek dengan baik mulai dari
pengakuan aset tetap, pengukuran,
penilaian awal, pengeluaran setelah
perolehan, pengukuran berikutnya terhadap
pengakuan awal, penghentian dan
pelepasan aset tetap. Untuk pengakuan aset
tetap dapat di ukur dengan andal dan telah
memenuhi kriteria untuk diakuinya sebagai
aset tetap. Pengukuran aset tetap
menggunakan biaya perolehan termasuk
aset yang diterima dari hibah yang
dilengkapi dengan faktur perolehan aset
tetapnya. Pengeluaran setelah perolehan
mengacu pada PMK No.120/PMK.06/200
tentang penatausahaan BMN tentang satuan
minimum kapitalisasi aset tetap,
pengukuran berikutnya yakni untuk
penyusutan menggunakan metode yang
diperbolehkan oleh PSAP No. 7 yaitu
metode garis lurus, hanya saja belum
disesuaikan dengan sifat aset yang ada.
Revaluasi mempunyai nilai selisih Rp.0
atau dengan kata lain belum dilakukan
revaluasi, untuk aset tetap yang sudah tidak
digunakan di eliminasi dari neraca dan
secara detail telah diungkapkan dalam calk.
Dalam penyajian aset tetap telah sesuai
dengan PSAP No.7, hanya saja dalam
catatan atas laporan keuangannya masih
terdapat beberapa yang belum lengkap
diantaranya adalah pengungkapan
perubahan nilai aset tetap secara detail,
seperti halnya dalam pembelian aset tetap.
Berdasarkan analisis dari penelitian
yang telah dilakukan maka disarankan
supaya (1) Pihak rumah sakit
mengungkapkan rincian pembelian aset
tetap yang telah dilakukan dalam catatan
atas laporan keuangan supaya informasi
yang disajikan lebih lengkap dan pengguna
informasi terhindar dari kesalahan
penafsiran. (2) Mengungkapkan hal-hal
yang menyebabkan terjadinya perubahan
nilai aset tetap seperti halnya faktor yang
menyebabkan reklasifikasi masuk. (3)
Pihak rumah sakit menggunakan metode
penyusutan yang disesuaikan dengan sifat
aset tetap yang dimilikinya, dalam arti tidak
seharusnya menggunakan metode garis
lurus untuk keseluruhan aset tetap, hal ini
dikarenakan kelompok aset tetap ini
memiliki pola konsumsi yang berbeda.
HENDI ROHENDI; Analisis Perlakuan Akuntansi atas Aset Tetap Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP) No. 07 pada Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung
52 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, 2010. Strategi penguatan Good
Governance dalam Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi Lokal di
Era Otonomi Daerah.
Barth, M.E., (2007). Standard-setting
Measurement Issues and the
Relevance of Research, Accounting
and Business Research, Special
Issue: International Accounting
Policy Forum: p. 7-15.
Becker, C. L., DeFond, M. L., Jiambalvo, J.
dan Subramanyam, K. R., (1998).
The effect of audit quality on
earnings amangement,
Contemporary Accounting
Research, 15 (1): pp.1-24.
Effendi, 2015. Analisis Perlakuan
Akuntansi atas Aset Tetap
Berdasarkan SAK ETAP pada CV
Sekonjing Ogan Ilir, Jurnal Ilmiah
STIE MDP Vol 5 No.1 September
2015.
Enti Megawati, 2014. Perlakuan Akuntansi
atas Aktiva tetap berwujud dan
Penyajiannya pada Laporan
Keuangan, Jurnal administrasi dan
bisnis Vol. 17 No. 2, 2014.
Kariuki, Grace.2013.’Institusional
Investors’ Perception on Quality of
Financial Reporting in Kenya Vol.3
No. 21.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan
Keuangan, Grafindo Persada, Jakarta.
Kennett, Patricia., Introduction:
governance, the state and public
policy in a global age, dalam
Kennett, Patricia., (eds.), 2008.
Governance, Globalization, and
Public Policy. Cheltenham, Edward
Elgar.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, dan
Terry D. 2011. Warfield.
Intermediate Accounting, Volume
1(IFRS Edition). USA: John Wiley.
Harrison, Walter T. dan Charles T.
Hongren. 2010. Financial
Accounting (7th edition). New
Jersey: Pearson Education, Inc.
Hery dan Widyawati Lekok.2011.
Akuntansi Keuangan Menengah 2.
Jakarta: Bumi Aksara.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2014,
Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, Jakarta
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan.
2010, Standar Akuntansi
Pemerintahan, Jakarta
Nikolai, Loren A., John. D. Bazley, dan
Jefferson P. Jones.2007.
Intermediate Accounting (10th
edition). USA: Thomson South-
Western.
Setiawan, Slamed Juniady. 2001. Kajian
terhadap Beberapa Metode
Penyusutan dan Pengaruhnya
terhadap Perhitungan Beban Pokok
Penjualan (Cost of Good Sold).
Jurnal Akuntansi & Keuangan
Vol.3, No. 2, November 2001: 157-
173 Universitas Kristen Petra
Shella, Ririn & Andriana (2017). Analisis
Perlakuan Akuntansi Aset Tetap
pada Rumah Sakit Umum Daerah
Genteng. e-Journal Ekonomi Bisnis
dan Akuntansi , 2017, Vol IV(1) :
40-43
Subramanyam, K.R dan John J. Wild. 2009.
Financial Statement Analysis. New
York : McGraw Hill.
FORUM KEUANGAN DAN BISNIS INDONESIA (FKBI), 6 , 2017, 31-54
53 | Forum Keuangan dan Bisnis Indonesia (FKBI) | VI | 2017
Sugiyono.2013. Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.
Surya, Raja Adri Satriawan.2012.
Akuntansi Keuangan Versi
IFRS.Yogyakarta :Graha Ilmu
Watts, R. L. dan Zimmerman, J. L., (1986).
Positive Accounting Theory,
Englewood Cliffs: Prentice Hal