analisis permintaan impor jagung pada industri pakan …
TRANSCRIPT
ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA
INDUSTRI PAKAN DI INDONESIA
SKRIPSI
Novi Yulianti
1112092000033
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1440 H
ANALISIS PERMINTAAN IMPOR JAGUNG PADA
INDUSTRI PAKAN DI INDONESIA
Novi Yulianti
1112092000033
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1440 H
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Novi Yulianti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 November 1993
Agama : Islam
Alamat : Jl. Bangka Raya RT 004/01 No. 11B
Kel. Pela Mampang, Kec. Mampang Prapatan
DKI Jakarta 12720
No. Hp : 0812 9370 0404
Email : [email protected]
2012 – 2018 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2009 – 2012 : SMA Negeri 55 Jakarta
2006 – 2009 : SMP Negeri 141 Jakarta
2000 – 2006 : SD Negeri Pela Mampang 01 Pagi
1999 – 2000 : RA Nurul Inayah
2014 – 2015 : PT Nutrifood Indonesia – Internship CSV NutriSari
- Staf Ahli Bagian Finance Katering Sehat NutriSari
2015 – 2016 : Monsanto Indonesia
- Finance Tax Internship
2017 – 2018 : PT Marketing Komunikasi Indonesia
- Sales Call Event for Gaga Food Product
- Call Center for Asian Paints Project
2018 – Sekarang : PT Grama Bazita
- Human Resource Internship
Data Diri
Riwayat Pendidikan
Pengalaman Kerja
v
2014 – 2015 : Sekolah Kita Rumpin (SKR)
- Kakak Pengajar Relawan Kelas Umum
2015 – 2016 : Social Trust Fund (STF)
- Volunteer for Charity Store
2011 – 2012 : Penerima Beasiswa Terpadu Best Elnusa
2015 – 2016 : Penerima Beasiswa Bank Indonesia
Lainnya
Prestasi
RINGKASAN
Novi Yulianti. Analisis Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di
Indonesia. Di bawah bimbingan Lilis Imamah Ichdayati dan Rizki Adi Puspita
Sari.
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan
strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan.
Indonesia menjadi salah satu negara penghasil jagung yang arah produksinya
berdasarkan pada kebutuhan konsumsi manusia. Akan tetapi, peran jagung mulai
mengalami pergeseran fungsi menjadi bahan baku industri, khususnya industri
pengolahan pakan ternak. Hal ini sejalan dengan perkembangan baru dalam
industri pakan yang menuntut kebutuhan jagung yang cukup besar. Di lain pihak,
penawaran jagung oleh petani dan pedagang untuk industri pakan relatif rendah
sehingga jumlah jagung yang diminta melebihi kapasitas jumlah jagung yang
ditawarkan kepada industri pakan.
Kondisi tersebut mendorong industri pakan melakukan permintaan impor
jagung sebagai jalan keluar untuk menjaga kontinuitas bahan baku jagung. Oleh
karena itu, permintaan impor (import demand) dapat diartikan sebagai kelebihan
permintaan (excess demand). Namun, yang terjadi saat ini adalah permintaan
impor jagung pada industri pakan mengalami kecenderungan berfluktuatif,
sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga
mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.
Penelitian analisis permintaan impor jagung pada industri pakan di
Indonesia, bertujuan untuk (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia. (2) menganalisis
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda. Metode
analisis yang digunakan adalah metode analisis kualitatif berupa analisis
deskriptif dan metode analisis kuantitatif berupa analisis regresi linier berganda.
Penelitian juga menggunakan data deret waktu (time series) dengan skala
caturwulan dalam kurun waktu tahun 2005-2015.
Berdasarkan analisis dalam penelitian ini diperoleh nilai koefisien
determinasi (R2) sebesar 0,659. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas
meliputi penawaran jagung pada industri pakan, permintaan jagung pada industri
pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat sebesar 65,9 persen dapat menjelaskan variabel terikatnya yaitu
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia. Sementara itu, sebesar
vii
34,1 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar penelitian. Hasil uji F
menunjukkan secara simultan variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikatnya. Faktor-faktor yang berpengaruh secara
signifikan terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia
dengan taraf nyata (α) lima persen adalah penawaran jagung pada industri pakan,
permintaan jagung pada industri pakan, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat.
Kata kunci : Permintaan Impor Jagung, Industri Pakan Ternak, Penawaran
Jagung, Harga Internasional Jagung.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Analisis Permintaan
Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia”. Penulisan skripsi ini disusun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Penulis dengan penuh rasa hormat mengucapkan banyak terima kasih
kepada semua pihak. Pihak-pihak yang memberikan bantuan dan dukungan baik
secara moril dan materil, secara langsung maupun tidak langsung, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Kedua orang tua, Bapak Tjastra dan Ibu Kasmah atas doa, nasihat, kesabaran,
dan pengorbanan, serta dukungan secara moril maupun materil yang
diberikan kepada penulis. Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu bakti
serta wujud cinta dan kasih sayang penulis kepada Bapak dan Ibu.
2. Seluruh keluarga, khususnya kakak-kakak penulis Cuhati dan Gunaifi.
Terima kasih untuk kepercayaan kalian. Semoga selalu menjadi kakak yang
bisa diandalkan.
ix
3. Pembimbing akademik dan skripsi Dr. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si dan
Rizki Adi Puspita Sari, S.P., M.M terima kasih telah memberikan dukungan,
arahan, dan nasihat kepada penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Penguji skripsi Ir. Junaidi, M.Si dan Rahmah Farahdita S, M.Si terima kasih
untuk kritik dan saran yang diberikan, serta arahan guna kesempurnaan
skripsi ini.
5. Ketua dan Sekretaris Program Studi Agribisnis Dr. Ir. Edmon Daris, M.S dan
Dr. Ir. Iwan Aminudin, M.Si yang telah memberikan kesempatan dan
dukungan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan serta membantu
penulis dalam proses akademis.
6. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Dr. Agus Salim, M.Si yang telah mengesahkan karya
tulis ini sebagai skripsi, beserta jajarannya.
7. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, wawasan,
dan pengalaman kepada penulis hingga mendapatkan gelar Sarjana Pertanian.
8. Seluruh Karyawan Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian RI,
Kementerian Perdagangan RI, dan lembaga-lembaga terkait penelitian yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menghimpun data-data
penelitian.
9. Sahabat-sahabat penulis Rina Riswanti D, Nur Hikmah, dan Binta Ninda MM
yang selalu memberikan doa tulus kalian dan selalu mendukung tanpa henti.
x
Terima kasih telah berbagi kesedihan dan kebahagiaan. Meskipun waktu dan
jarak memisahkan, semoga persahabatan tetap terjalin untuk selama-lamanya.
10. Seluruh kawan-kawan Agribisnis A terima kasih untuk dukungan kalian
semua. Khususnya kepada Alivia, Shahnaz, dan Annisa Mirat yang tetap setia
sampai akhir menemani penulis menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman seperjuangan, Keluarga Besar Agribisnis 2012 yang telah
tumbuh dan berkembang bersama penulis selama perkuliahan. Kakak-kakak
Senior Agribisnis yang telah memberikan bantuan dan informasi mengenai
seluk-beluk skripsi, serta Adik-adik Junior Agribisnis.
12. Seluruh Karyawan Monsanto Indonesia, Tim Booster dan Katering Sehat
NutriSari, Keluarga KKN Elegant 2015 dan Warga Kampung Jonggol.
Terima kasih atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Akhirnya hanya
kepada Allah semua itu diserahkan, semoga amal baik kita diterima oleh Allah
SWT, Aamiin Ya Rabbal Allamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Februari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 10
2.1 Komoditas Jagung .................................................................. 10
2.2 Permintaan Industri................................................................. 13
2.3 Konsep Perdagangan Internasional ......................................... 15
2.4 Teori Permintaan Impor .......................................................... 17
2.5 Konsep Nilai Tukar ................................................................ 19
2.6 Indeks Harga Konsumen (IHK) .............................................. 20
2.7 Penelitian Terdahulu ............................................................... 21
2.8 Kerangka Pemikiran Operasional ............................................ 25
2.9 Hipotesis Penelitian ................................................................ 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 29
3.1 Waktu Penelitian .................................................................... 29
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 29
3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 30
3.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ............................ 31
3.4.1 Analisis Deskriptif ......................................................... 36
3.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda ................................... 36
xii
3.4.3 Uji Asumsi Klasik .......................................................... 38
3.4.4 Uji Statistik (Uji Hipotesis) ............................................ 42
3.5 Definisi Operasional .............................................................. 47
BAB IV GAMBARAN UMUM ................................................................... 49
4.1 Sejarah Tanaman Jagung ........................................................ 49
4.2 Perkembangan Komoditas Jagung .......................................... 51
4.2.1 Penawaran dan Permintaan Jagung Industri Pakan ......... 51
4.2.2 Perkembangan Impor Jagung ......................................... 54
4.2.3 Perkembangan Harga Jagung ......................................... 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................... 57
5.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia .... 57
5.1.1 Hasil Pengujian Asumsi Klasik ...................................... 58
5.1.2 Hasil Pengujian Statistik ................................................ 63
5.1.3 Persamaan Regresi Linier Berganda ............................... 69
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor
Jagung pada Industri Pakan di Indonesia ................................. 70
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 81
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 81
6.2 Saran ...................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84
LAMPIRAN ..................................................................................................... 89
DAFTAR TABEL
1. Total Volume Penggunaan Jagung di Provinsi Sampel .................................. 3
2. Volume dan Nilai Impor Jagung oleh Industri Pakan di Indonesia ................. 5
3. Kode HS dan Deskripsi Jagung Segar dan Olahan ....................................... 12
4. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu .............................. 25
5. Data dan Sumber Data Penelitian ................................................................ 30
6. Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi .................................. 40
7. Persamaan dan Perbedaan antara Jagung dengan Teosinte ........................... 50
8. Penawaran dan Permintaan Jagung Industri Pakan ...................................... 52
9. Hasil Uji Multikolinieritas Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan
Indonesia .................................................................................................... 58
10. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) Model Permintaan Impor
Jagung Industri Pakan Indonesia ................................................................. 60
11. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) Model Permintaan Impor Jagung
Industri Pakan Indonesia ............................................................................. 61
12. Hasil Pengujian Ada Tidaknya Autokorelasi dengan Durbin-Watson .......... 61
13. Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Model Permintaan Impor Jagung
Industri Pakan Indonesia ............................................................................. 62
14. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) Model Permintaan Impor
Jagung Industri Pakan Indonesia ................................................................. 63
15. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Permintaan Impor Jagung
Industri Pakan Indonesia ............................................................................. 64
16. Hasil Uji Statistik Simultan (Uji F) Model Permintaan Impor Jagung
Industri Pakan Indonesia ............................................................................. 65
17. Hasil Uji Statistik Parsial (Uji t) Model Permintaan Impor Jagung Industri
Pakan Indonesia .......................................................................................... 66
DAFTAR GAMBAR
1. Persentase Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2015 .............................. 2
2. Penyerapan Jagung oleh Industri Pakan di Indonesia (2005-2015) ................. 3
3. Mekanisme Perdagangan Internasional ........................................................ 16
4. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................ 27
5. Penyaluran Jagung Tingkat Petani dan Pedagang ........................................ 51
6. Realisasi Impor Jagung HS 1005.90.90.00 Tahun 2005-2015 ...................... 54
7. Perkembangan Harga Impor Jagung Tahun 2005-2015................................ 56
DAFTAR LAMPIRAN
1. Indeks Harga Konsumen Indonesia 2010=100 ............................................. 90
2. Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat 2010=100 .................................. 91
3. Non-Energy Price Index 2010=100 ............................................................. 92
4. Data Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor
Jagung pada Industri Pakan di Indonesia ..................................................... 93
5. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia ........................ 95
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman pangan penghasil
karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk
Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana
bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Amerika
Serikat juga menjadikan jagung sebagai sumber pangan alternatif (Hidayanto dan
Yossita, 2014 : 1). Komoditas jagung saat ini menjadi komoditas nasional yang
cukup strategis, karena selain merupakan bahan pangan pengganti beras yang
dikonsumsi secara langsung oleh masyarakat, jagung juga merupakan bahan baku
pakan ternak. Selain itu, jagung juga digunakan sebagai hijauan pakan ternak,
baik diambil minyaknya dari bulir, dibuat tepung yang dikenal dengan tepung
jagung atau maizena, dan bahan baku industri dari tepung bulir maupun tepung
tongkolnya. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi.
Indonesia menjadi salah satu negara penghasil jagung yang arah
produksinya berdasarkan pada kebutuhan konsumsi manusia. Seperti diketahui
beberapa daerah penghasil jagung utama seperti Nusa Tenggara Timur dan Jawa
Timur memproduksi jagung sebagai makanan pokok. Akan tetapi, peran jagung
mulai mengalami pergeseran fungsi dari bahan makanan menjadi bahan baku
industri, khususnya industri pengolahan pakan ternak. Berikut data persentase
penggunaan jagung di Indonesia pada tahun 2015, disajikan pada Gambar 1.
2
Gambar 1. Persentase Penggunaan Jagung di Indonesia Tahun 2015
Sumber: Pusdatin Pertanian (2016 : 25)
Berdasarkan Gambar 1 diketahui bahwa jagung yang digunakan untuk
konsumsi langsung sebesar 2,68 persen, untuk kebutuhan pakan dibagi menjadi
industri pakan dan peternak mandiri dengan perolehan masing-masing mencapai
48,32 persen dan 25,80 persen, serta penggunaan lainnya yaitu kebutuhan benih
dan industri non pakan sebesar 0,46 persen dan 22,74 persen. Hal ini tentu
mendukung pernyataan bahwa telah terjadi pergeseran fungsi jagung di Indonesia.
Tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein hewani sebagai
bentuk upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia membuat konsumsi
produk peternakan seperti daging, telur, dan susu mengalami peningkatan.
Meningkatnya produk peternakan membuat industri peternakan semakin
berkembang pesat, sehingga berdampak pada peningkatan kebutuhan jagung
sebagai bahan utama pengolahan pakan. Jagung menjadi salah satu bahan baku
penting dari sekitar 30 jenis bahan baku yang digunakan. Proporsi jagung dalam
2.68%
48.32%
25.80%
0.46%
22.74%
Konsumsi Langsung
Kebutuhan PakanIndustri Pakan TernakKebutuhan PakanPeternak MandiriPenggunaan LainnyaKebutuhan BenihPenggunaan LainnyaIndustri Non Pakan
3
pakan adalah rata-rata 51 persen khususnya untuk ayam ras yakni ayam broiler
dan petelur (Yusdja dan Agustian, 2003 : 27).
Berdasarkan GPMT dan Pusdatin Pertanian, penyerapan jagung oleh
industri pakan di Indonesia meningkat setiap tahunnya mulai tahun 2005 sebesar
3.115.000 ton sampai dengan tahun 2015 sebesar 8.250.000 ton dengan rata-rata
pertumbuhannya mencapai 10,36 persen. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan
baru dalam industri pakan yang menuntut kebutuhan jagung yang cukup besar.
Menurut Pusdatin Pertanian (2016 : 25), terdapat sekitar 83 unit pabrik pakan
yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia. Berikut data penyerapan jagung
oleh industri pakan di Indonesia, disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Penyerapan Jagung oleh Industri Pakan di Indonesia (2005 – 2015)
Sumber: USDA diolah GPMT dan Pusdatin Pertanian (2016 : 25)
Menurut hasil survei penggunaan jagung tahun 2014 oleh Kementerian
Pertanian, diketahui proporsi jagung impor dan lokal yang digunakan sebagai
bahan baku pengolahan pakan ternak oleh pabrik pakan masing-masing sebesar
50,11 persen dan 49,89 persen (Tabel 1). Penggunaan jagung impor untuk
3,115 3,600 3,850 4,050 4,100
4,985 5,600
6,150 6,900
7,650 8,250
- 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(000
Ton
)
(Tahun)
Penyerapan industri pakan (000 Ton)
4
provinsi yang bukan sentra produksi dengan jumlah pabrik pakan banyak terlihat
menggunakan jagung impor. Banten menjadi provinsi di mana penyerapan jagung
impor tertinggi sebesar 1.108.511 ton. Ini menunjukkan bahwa Banten adalah
provinsi bukan sentra jagung dengan jumlah pabrik pakan relatif banyak, sehingga
kebutuhan jagung mereka dipenuhi dari impor (Pusdatin Pertanian, 2014 : 32).
Tabel 1. Total Volume Penggunaan Jagung di Provinsi Sampel, Juni s.d Mei 2014
Provinsi Kebutuhan (Ton)
Total Proporsi (%)
Jagung Lokal
Jagung Impor
Lokal Impor
Banten 628.022 1.108.511 1.736.533 36,17 63,83 Jabar 165.000 419.875 584.875 28,21 71,79 Jateng 235.934 135.264 371.198 63,56 36,44 Jatim 1.188.548 845.376 2.033.924 58,44 41,56 Sumut 402.363 362.267 764.630 52,62 47,38 Lampung 230.185 173.980 404.165 56,95 43,05 Sulsel 182.245 - 182.245 100,00 0,00 Total Sampel*) 3.032.296 3.045.273 6.077.569 49,89 50,11 Total 3.369218 3.383.637 6.752.855 Keterangan: *) Pabrik pakan yang disurvei adalah 90,0% dari seluruh pabrik pakan Sumber: Pusdatin Pertanian (2014 : 32)
Saat ini kebutuhan jagung sebagai bahan baku pengolahan pakan ternak
dipenuhi dari produksi nasional dan impor jagung. Kebutuhan jagung nasional
belum sepenuhnya dipenuhi dari produksi jagung nasional. Hal ini karena pola
panen jagung yang mencapai puncaknya hanya pada bulan Februari, Maret, dan
April, sedangkan pada bulan-bulan lainnya cenderung konstan (Pusdatin
Pertanian, 2016 : 1). Oleh karena itu, kegiatan impor jagung yang dilakukan oleh
industri pakan merupakan suatu bentuk upaya untuk menjaga kontinuitas
kebutuhan jagung sebagai bahan utama dalam pengolahan pakan ternak.
5
Akan tetapi, jika terus berlanjut atau industri pakan selalu mengandalkan
impor jagung sebagai jalan keluar untuk memenuhi kebutuhannya, maka dapat
dipastikan Indonesia menjadi ketergantungan impor jagung. Ketergantungan
terhadap impor tersebut hanya akan menimbulkan dampak negatif bagi suatu
negara, dikarenakan neraca perdagangan yang selalu defisit. Selain itu, juga
mengindikasikan bahwa sektor industri khususnya industri pakan telah menjadi
importir jagung terbesar dan turut berkontribusi dalam perkembangan impor
jagung yang terjadi di Indonesia. Jagung impor yang paling banyak digunakan
oleh industri pakan yaitu jagung pipilan kering yang termasuk ke dalam wujud
jagung segar dengan kode HS 1005.90.90.00. Berikut data impor jagung oleh
industri pakan di Indonesia, disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Volume dan Nilai Impor Jagung oleh Industri Pakan di Indonesia Tahun 2005 – 2015
Tahun Volume Impor
(Ton) Pertumbuhan
(%) Nilai Impor (000 USD)
Pertumbuhan (%)
2005 183.814 -83,05 27.071 -84,14 2006 1.774.617 865,44 276.122 919,99 2007 697.684 -60,69 147.515 -46,58 2008 252.106 -63,87 76.457 -48,17 2009 333.932 32,46 69.920 -8,55 2010 1.521.773 355,71 363.160 419,39 2011 3.144.421 106,63 1.002.243 175,98 2012 1.687.075 -46,35 493.362 -50,77 2013 3.180.661 88,53 909.297 84,31 2014 3.248.575 2,14 800.105 -12,01 2015 3.259.762 0,34 684.177 -14,49
Rata-rata 1.753.129 108,85 440.857 121,36 Sumber: BPS Diolah PDSI Kementerian Perdagangan (2017 : 1) (Diolah)
Berangkat dari kebijakan pemerintah mengenai penetapan tarif impor
jagung berdasarkan SK Menteri Keuangan No.600/PMK.010/2004, di mana mulai
6
tanggal 23 Desember 2004 dinyatakan bahwa tarif impor jagung meningkat dari
nol persen menjadi lima persen. Perubahan tarif impor yang terjadi tidak lantas
membuat industri pakan membatasi permintaan impor jagung sebagai jalan keluar
untuk memenuhi kebutuhannya. Data pada Tabel 2 memperlihatkan permintaan
impor jagung pada industri pakan di Indonesia meningkat secara signifikan
dengan pertumbuhan rata-rata 108,85 persen. Di mana setiap tahunnya mengalami
kecenderungan fluktuatif dengan pertumbuhan volume impor jagung tertinggi
terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 865,44 persen. Fenomena yang terjadi pada
tahun tersebut diduga dampak dari meningkatnya permintaan jagung pada industri
pakan dan disertai pula dengan penurunan penawaran jagung pada industri pakan.
Sementara itu, nilai impor jagung tertinggi terjadi pada tahun 2011 sebesar
USD 1.002.243.000 dengan perolehan volume impor jagung yaitu 3.144.421 ton.
Akan tetapi, nilai impor jagung mengalami penurunan pada tahun 2015 sebesar
USD 684.177.000 dengan perolehan volume impor jagung yaitu 3.259.762 ton,
lebih tinggi dibandingkan tahun 2011. Penurunan nilai impor jagung tersebut juga
sejalan dengan penurunan harga jagung di pasar dunia. Harga jagung dunia yang
terus menurun diperkirakan karena pasokan jagung dunia yang cukup besar,
sementara permintaan dunia yang melambat (Kementerian Perdagangan, 2015).
Kondisi ini membuat permintaan terhadap impor jagung di Indonesia meningkat.
Dalam teori ekonomi dianggap bahwa permintaan suatu komoditas terutama
dipengaruhi oleh harga komoditas itu sendiri dengan asumsi faktor-faktor lain
tidak mengalami perubahan atau ceteris paribus (Sugiarto dkk, 2002 : 38).
7
Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia yang
berfluktuatif juga menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor yang membuat
permintaan Indonesia terhadap jagung impor mengalami perubahan disetiap
tahunnya. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diduga menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri
pakan di Indonesia. Perdagangan internasional yang dilakukan antar berbagai
negara, di mana setiap negara memiliki mata uang berbeda-beda mengharuskan
suatu negara untuk memiliki perbandingan harga suatu mata uang terhadap mata
uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap nilai mata uang lainnya
(Salvatore, 1997 : 9). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai
“Analisis Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia”. Penelitian
ini diharapkan mampu mengetahui faktor-faktor apa saja yang turut
mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang permasalahan di atas maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri
pakan di Indonesia periode 2005-2015?
2. Bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap permintaan impor jagung
pada industri pakan di Indonesia periode 2005-2015?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
8
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung
pada industri pakan di Indonesia periode 2005-2015.
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung
pada industri pakan di Indonesia periode 2005-2015.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak
yang berkepentingan, diantaranya:
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah didapat selama penulis menempuh
perkuliahan, yang mana akan bermanfaat dalam penyelesaian tugas akhir
penelitian dan syarat mendapatkan gelar Sarjana Pertanian dari Program Studi
Agribisnis.
2. Bagi pembaca
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi dan acuan/
perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan permintaan
impor jagung.
3. Bagi pemerintah selaku pengambil kebijakan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi pemerintah
maupun lembaga lainnya dalam melakukan evaluasi pada setiap kebijakan
impor bahan pakan asal tumbuhan khususnya jagung.
9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup jagung dalam penelitian ini adalah jagung dengan kode HS
(Harmonized System) sepuluh digit yaitu 1005.90.90.00 yang diterbitkan oleh
Badan Pusat Statistik, dengan pertimbangan bahwa jagung tersebut merupakan
jagung industri yang digunakan sebagai bahan baku pengolahan pakan ternak oleh
industri pakan dan menjadi yang paling banyak diimpor.
Berdasarkan periode pengamatan, data yang digunakan dalam melakukan
penelitian ini merupakan data deret waktu (time series) dengan skala caturwulan
dalam kurun waktu tahun 2005-2015 (11 tahun dengan 33 data deret waktu).
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis kualitatif berupa analisis
deskriptif dan metode analisis kuantitatif berupa analisis regresi linier berganda.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: permintaan
impor jagung pada industri pakan di Indonesia, penawaran jagung pada industri
pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan
nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komoditas Jagung
Jagung (Zea mays L) merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya
diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk pertumbuhan generatif (Iriany dkk,
2007 : 12). Jagung termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang
tunggal, meski terdapat kemungkinan munculnya cabang anakan pada beberapa
genotipe dan lingkungan tertentu. Batang jagung terdiri atas bukuan ruas. Daun
jagung tumbuh pada setiap buku, berhadapan satu sama lain. Bunga jantan
terletak pada bagian terpisah pada satu tanaman, sehingga lazim terjadi
penyerbukan silang. Jagung merupakan tanaman hari pendek, jumlah daunnya
ditentukan pada saat inisiasi bunga jantan, dan dikendalikan oleh genotipe, lama
penyinaran dan suhu (Subekti dkk, 2007 : 16).
Tanaman jagung mempunyai adaptasi yang luas dan relatif mudah
dibudidayakan, sehingga komoditas ini ditanam oleh petani di Indonesia pada
lingkungan fisik dan sosial-ekonomi yang sangat beragam. Jagung dapat ditanam
pada lahan kering, lahan sawah, lebak dan pasang-surut, dengan berbagai jenis
tanah pada berbagai tipe iklim dan pada ketinggian tempat 0-2000 m dari
permukaan laut (Zubachtirodin dkk, 2007 : 463).
11
Menurut TTG budidaya pertanian dalam sistematika tanaman jagung dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Sub Divisio : Angiospermae (berbiji tertutup)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Graminae (rumput-rumputan)
Familia : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jagung adalah jagung pipilan hasil tanaman jagung (Zea mays L) berupa
biji kering yang telah dilepaskan dan dibersihkan dari tongkolnya. Jagung lokal
adalah jagung yang diproduksi di dalam negeri baik berupa jagung hibrida dan
komposit. Jagung hibrida adalah jagung yang benihnya merupakan turunan
pertama dari persilangan 2 galur atau lebih di mana sifat-sifat individunya
heterozygote dan homogen. Jagung komposit adalah jagung yang benihnya hasil
persilangan dari campuran beberapa varietas. Turunan pertama dan seterusnya
dari jagung hibrida termasuk jagung komposit (Pusdatin Pertanian, 2014 : 12).
Jagung impor adalah jagung yang berasal dari luar negeri. Jagung impor
diklasifikasikan berdasarkan kode HS (Harmonized System). Harmonized System
(HS) merupakan sistem klasifikasi dan pengkodean suatu komoditas berdasarkan
bahan mentah, jenis produk, dan kualitas barang atau suatu nomenklatur
klasifikasi barang yang dibuat oleh World Customs Organization. Pada saat ini
12
sistem pengklasifikasian barang di Indonesia didasarkan pada harmonized system
yang dituangkan dalam bentuk suatu daftar tarif yang dikenal dengan sebutan
buku tarif bea masuk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2017).
Kode HS serta deskripsi untuk jagung dalam wujud segar dan olahan
dalam perdagangan jagung Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Wujud jagung
segar yang dominan diimpor oleh Indonesia ada 3 kode HS yaitu jagung untuk
benih, brondong, dan lain-lain (pipilan kering). Sementara itu, jagung wujud
olahan yang utama adalah pati jagung, tepung, sekam/dedak, dan maizena
(Pusdatin Pertanian, 2015 : 52).
Tabel 3. Kode HS dan deskripsi jagung segar dan olahan
Kode HS Deskripsi Segar
1005.10.00.00 Jagung Bibit 1005.90.10.00 Jagung brondong 1005.90.90.00 Lain-lain
Olahan 1102.20.00.00 Maizena (tepung jagung) 1103.13.00.00 Menir/tepung dari jagung 1104.19.10.00 Jagung digiling atau dipipihkan dari jagung 1104.23.00.00 Jagung dikuliti, dikilapkan atau disosok dari jagung 1108.12.00.00 Pati jagung 1515.21.00.00 Minyak mentah dari jagung 1515.29.11.00 Fraksi padat dari minyak jagung 1515.29.19.00 Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah,
Fraksi dari minyak tidak dimurnikan selain fraksi padat
1515.29.91.00 Minyak jagung dan fraksinya selain minyak mentah, selain dari minyak tidak dimurnikan dari fraksi padat
1515.29.99.00 Lain-lain dari fraksi minyak tidak dimurnikan 2302.10.00.00 Sekam, dedak dari jagung 2306.90.10.00 Bungkil dan residu padat lainnya dari jagung Sumber: Badan Pusat Statistik
13
Kegiatan impor jagung Indonesia dilakukan dalam wujud segar dan
olahan. Impor jagung segar Indonesia terdiri dari jagung untuk bibit, jagung
berondong, dan jagung pipilan kering. Sementara, wujud jagung olahan yang
diperdagangkan di pasar internasional adalah maizena, menir/tepung jagung,
jagung digiling/dipipihkan, jagung dikuliti/dikilapkan/disosoh, pati jagung,
minyak mentah, fraksi padat dari minyak jagung, dan sekam/dedak jagung
(Pusdatin Pertanian, 2015 : 54).
2.2 Permintaan Industri
Permintaan terhadap suatu barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai
suatu hubungan antara sejumlah barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen
untuk dibeli pada tingkat harga dan waktu tertentu (Lukman, 2007 : 18). Teori
permintaan menerangkan sifat dari permintaan pembeli pada suatu komoditas dan
juga menerangkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga serta
pembentukan kurva permintaan (Sugiarto, 2002 : 34).
Menurut Simamora (2003 : 106) karakteristik permintaan yang
membedakan pasar industri dari pasar konsumen adalah sifat permintaan,
stabilitas permintaan, dan elastisitas.
1. Permintaan industri merupakan permintaan turunan (derived demand) dari
permintaan konsumen. Artinya, naik-turunnya permintaan produk-produk
industri, dipengaruhi oleh besar-kecilnya permintaan produk-produk
konsumen yang terkait. Misalnya saja permintaan terhadap jagung yang
merupakan turunan dari permintaan konsumen terhadap pakan ternak.
14
2. Dalam pasar industri, sering ditemukan elastisitas terbalik. Esensi dari
elastisitas terbalik adalah apabila harga naik, permintaan akan naik.
Sebaliknya, apabila harga turun, permintaan akan turun, yang normal
adalah: apabila harga naik, permintaan turun dan apabila harga turun,
permintaan meningkat, seperti yang umumnya terjadi dalam pasar
konsumen. Permintaan terbalik sering terjadi dalam pasar industri ini
terkait dengan sifat spekulasi pasar industri, yaitu pada awal kenaikan
harga, pasar industri cenderung menumpuk produk dengan spekulasi
bahwa harga akan naik lebih tinggi lagi.
3. Stabilitas permintaan pada pasar industri lebih mudah terganggu (more
volatile), dikarenakan pembeli dalam pasar industri jumlahnya sedikit
namun skala pembelian setiap pembeli besar.
Pembeli dari kelompok industri membeli barang dan jasa untuk membuat
lagi barang dan jasa lainnya. Pedagang membeli barang dan jasa untuk dijual
kembali dengan tambahan keuntungan. Pasar industri terdiri dari perorangan dan
organisasi yang memerlukan barang dan jasa untuk diproduksikan menjadi barang
dan jasa dalam bentuk lain dan kemudian dijual, disewakan atau diserahkan
kepada pihak lain (Kotler, 1994 : 232). Industri diartikan sebagai sekumpulan
perusahaan yang serupa atau sekelompok produk yang berkaitan erat, dalam hal
ini industri pakan adalah sekumpulan perusahaan makanan ternak.
15
2.3 Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan aktivitas pertukaran barang dan jasa
yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas
dasar kesepakatan bersama (Suparmoko, 1999 : 295). Perdagangan internasional
terjadi karena dua alasan utama. Pertama, negara-negara berdagang karena pada
dasarnya mereka berbeda satu sama lain. Setiap negara dapat memperoleh
keuntungan dengan melakukan sesuatu yang relatif lebih baik. Kedua, negara-
negara melakukan perdagangan dengan tujuan untuk mencapai skala ekonomi
(economies of scale) dalam produksi. Maksudnya, jika setiap negara hanya
memproduksi sejumlah barang tertentu, mereka dapat menghasilkan barang-
barang tersebut dengan skala yang lebih besar dan karenanya lebih efisien jika
dibandingkan kalau negara tersebut memproduksi segala jenis barang (Basri dan
Munandar, 2010 : 32).
Analisa penawaran dan permintaan impor pada pasar internasional dapat
dilakukan secara sederhana dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran
dan permintaan domestik untuk kasus dua negara dengan suatu komoditas
perdagangan tertentu. Berdasarkan Gambar 3, Panel A memperlihatkan bahwa
dengan adanya perdagangan internasional, Negara 1 akan mengadakan produksi
dan konsumsi di titik A berdasarkan harga relatif suatu komoditas sebesar P1.
Sedangkan Panel C memperlihatkan tingkat produksi dan konsumsi Negara 2
pada titik A’ dengan tingkat harga relatif suatu komoditas sebesar P3 (Salvatore,
1997 : 84).
16
Gambar 3. Mekanisme Perdagangan Internasional Sumber: Salvatore (1997 : 84)
Apabila harga yang berlaku di atas P1 (harga P2), maka Negara 1 akan
memproduksi suatu komoditas lebih banyak daripada tingkat permintaan
(konsumsi) domestik. Negara 1 akan mengalami tingkat supply (titik E) yang
lebih besar dari pada tingkat demand (titik B). Oleh karena itu, Negara 1 akan
mengalami kelebihan penawaran (Excess supply) sebesar BE. Pada kondisi
tersebut, Negara 1 akan melakukan ekspor untuk menjaga harga domestik.
Di lain pihak, apabila harga yang berlaku di Negara 2 berada di bawah P3
(harga P2), maka Negara 2 akan mengalami kelebihan permintaan (titik E’),
sedangkan kemampuan produksi Negara 2 hanyalah sebesar B’. Kekurangan
supply yang dialami Negara 2 kemudian akan diisi oleh negara lain yang dapat
memenuhi besar kekurangan untuk menjaga keseimbangan semula (titik A’).
Pemenuhan kebutuhan suatu komoditas pada Negara 2 merupakan impor sebesar
B’E’.
17
Kemudian, berdasarkan harga relatif P2, kuantitas impor yang dilakukan
Negara 2 (B’E’ pada Panel C) sama dengan kuantitas ekspor yang dilakukan
Negara 2 (BE pada Panel A). Hal tersebut diperlihatkan oleh perpotongan kurva
demand (D) dan supply (S) setelah komoditas jagung diperdagangkan di antara
kedua negara (perhatikan Panel B). Dengan demikian, P2 merupakan harga relatif
ekuilibrium untuk komoditas jagung setelah perdagangan internasional
berlangsung.
Dari Panel B kita juga dapat melihat bahwa apabila Px/Py lebih besar dari
P2, maka kuantitas ekspor suatu komoditas yang akan ditawarkan akan melebihi
tingkat permintaan impor, sehingga lambat laun harga relatif suatu komoditas itu
(Px/Py) akan mengalami penurunan, sehingga pada akhirnya akan sama dengan P2.
Sementara, apabila Px/Py lebih kecil dari P2, maka kuantitas impor suatu
komoditas yang diminta akan melebihi kuantitas ekspor suatu komoditas yang
ditawarkan, sehingga Px/Py pun akan meningkat dan pada akhirnya akan sama
dengan P2. Perdagangan internasional menimbulkan keuntungan dari pertukaran
komoditas (gains from trade exchange) dan keuntungan dari spesialisasi (gains
from specialization).
2.4 Teori Permintaan Impor
Perdagangan internasional dapat dibedakan menjadi dua yakni ekspor dan
impor. Ekspor adalah barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri untuk
dijual ke luar negeri. Sementara, impor merupakan barang dan jasa yang
diproduksi di luar negeri dan dijual di dalam negeri. Ada banyak faktor yang
18
mungkin mempengaruhi impor suatu negara. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut (Mankiw, 2012 : 185):
1. Selera konsumen untuk barang-barang produksi dalam dan luar negeri
2. Harga barang di dalam negeri dan luar negeri
3. Nilai tukar di mana orang-orang dapat menggunakan mata uang domestik
untuk membeli mata uang asing
4. Pendapatan konsumen di dalam dan luar negeri
5. Biaya transportasi barang dari satu negara ke negara lain
6. Kebijakan pemerintah terhadap perdagangan internasional.
Krugman dan Obstfeld (2003) dalam Sayekti (2009 : 50) menyatakan
bahwa permintaan impor domestik merupakan kelebihan dari apa yang diminta
konsumen atas penawaran produsen domestik. Oleh karena itu, permintaan impor
(import demand) dapat diartikan sebagai kelebihan permintaan (excess demand).
Jika jumlah impor suatu komoditi adalah𝑄𝑗 maka persamaan permintaan impor
dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑄𝑗 = 𝑄𝑑𝑗 − 𝑄𝑠𝑗
Keterangan:
𝑄𝑗 = Permintaan impor suatu komoditi di negara pengimpor
𝑄𝑑𝑗 = Jumlah permintaan suatu komoditi di negara pengimpor
𝑄𝑠𝑗 = Jumlah penawaran suatu komoditi di negara pengimpor
Pengaruh faktor luar negeri dalam perdagangan antarnegara sehubungan
dengan permintaan impor ini dapat dilihat melalui harga internasional (Free on
Board) suatu komoditi, di mana harga tersebut tanpa memperhitungkan biaya
19
transportasi dan biaya-biaya lain termasuk barrier to trade dan dinilai dengan
satuan mata uang USD. Selain itu, permintaan impor suatu komoditi dipengaruhi
oleh nilai tukar valuta asing, sehingga jika digabungkan dengan persamaan
sebelumnya maka fungsi permintaan impor dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑄𝑗 = 𝑓�𝑃𝑖𝑗 ,𝐸𝑋,𝑄𝑑𝑗 ,𝑄𝑠𝑗�
Keterangan:
𝑃𝑖 = Harga suatu komoditi di pasar internasional (f.o.b)
𝐸𝑋 = Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
2.5 Konsep Nilai Tukar
Menurut Mankiw, dkk (2012 : 193) terdapat dua konsep nilai tukar yaitu
nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange
rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan mata uang suatu
negara dengan mata uang negara lain. Sedangkan, nilai tukar riil (real exchange
rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukarkan barang dan jasa dari
suatu negara dengan barang dan jasa dari negara lain.
Ketika nilai tukar nominal berubah, sehingga setiap unit mata uang
domestik dapat membeli mata uang asing dalam jumlah yang lebih banyak, mata
uang domestik (rupiah) dikatakan terapresiasi atau menguat. Namun ketika nilai
tukar nominal berubah, sehingga setiap unit mata uang domestik hanya dapat
membeli mata uang luar negeri dalam jumlah yang lebih sedikit maka mata uang
domestik (rupiah) dikatakan terdepresiasi atau melemah (Mankiw, 2012 : 203).
Exchange rate (nilai tukar uang) atau kurs mata uang menurut Karim
(2010 : 157) adalah catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign
20
currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau
resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang asing. Nilai tukar
uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu mata uang ke mata
uang lainnya dan digunakan dalam transaksi perdagangan internasional, turisme,
investasi internasional, ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara, yang
melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum.
Kurs valuta asing ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang
tertentu di pasar valuta asing. Apabila permintaan terhadap USD meningkat,
sedangkan penawarannya tetap, maka kurs USD terhadap rupiah meningkat. Jika
hal tersebut terjadi, maka harga barang-barang impor menjadi lebih mahal,
sehingga volume impor akan menurun; sebaliknya volume ekspor meningkat
karena produk dalam negeri menjadi relatif murah bagi para pembeli luar negeri.
Jadi dalam kondisi sistem kurs devisa yang mengambang, akan ada
kecenderungan bagi kurs devisa atau kurs valuta asing untuk turun bila terjadi
kenaikan penawaran valuta asing (USD misalnya) (Suparmoko, 1999 : 302).
2.6 Indeks Harga Konsumen (IHK)
Harga nominal suatu barang (terkadang disebut harga dollar sekarang)
adalah harga absolut dari suatu barang yang tidak disesuaikan dengan inflasi.
Sedangkan harga riil suatu barang (terkadang disebut harga dollar konstan) adalah
harga relatif pada ukuran agregat harga-harga, dengan kata lain harga yang
disesuaikan dengan inflasi. Ukuran agregat yang paling sering dipakai adalah
Indeks Harga Konsumen atau Consumer Price Index (Pindyck, 2007 : 14).
21
Rahardja dan Manurung (2008 : 368) menyatakan bahwa bila dilihat dari
cakupan komoditas yang dihitung, Indeks Harga Konsumen (IHK) kurang
mencerminkan tingkat inflasi yang sebenarnya. Tetapi IHK sangat berguna karena
menggambarkan kenaikan biaya hidup bagi konsumen, sebab IHK memasukkan
komoditas-komoditas yang relevan (pokok) yang dikonsumsi masyarakat.
Menurut Badan Pusat Statistik, perubahan IHK dari waktu ke waktu
menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) dari
barang atau jasa kebutuhan rumah tangga sehari-hari.
2.7 Penelitian Terdahulu
Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
terdahulu dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji
penelitian ini. Penelitian terdahulu yang terkait dengan impor yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Timor (2008) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia. Penelitian ini bertujuan
untuk mengkaji perkembangan produksi, konsumsi, dan impor jagung di
Indonesia, menganalisis faktor-faktor (luas areal panen jagung, produktivitas
jagung dan harga jagung lokal) yang mempengaruhi produksi jagung di Indonesia
danmenganalisis faktor-faktor (jumlah impor jagung dan harga impor jagung
Indonesia) yang mempengaruhi impor jagung di Indonesia. Penelitian ini
menggunakan data sekunder deret waktu periode tahun 1985-2005. Penelitian
dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan metode Two-Stages Least
Squares (2SLS), dengan model persamaan simultan. Hasil dari penelitian ini
adalah nilai koefisien determinasi (R2) masing-masing persamaan struktural
22
berkisar 0,63 sampai dengan 0,98. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum
variabel-variabel bebas yang ada dalam persamaan struktural mampu menjelaskan
variabel terikatnya dengan baik.
Kemudian penelitian oleh Revania (2014) yang berjudul Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982-2012. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi impor
jagung di Indonesia. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
produksi, kurs, GDP, konsumsi industri, konsumsi rumah tangga, harga jagung
domestik, dan harga jagung impor. Model analisis ekonometrika yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) dalam jangka pendek, variabel produksi, GDP, konsumsi
industri, dan konsumsi rumah tangga berpengaruh signifikan terhadap impor
jagung (2) dalam jangka panjang, produksi, kurs, GDP, konsumsi industri,
konsumsi rumah tangga, dan harga jagung impor, terbukti berpengaruh signifikan
terhadap impor jagung di Indonesia.
Penelitian lainnya yang terkait dengan jagung yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Supriyatna (2007) dengan judul Analisis Integrasi Pasar Jagung
Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Ras Domestik, serta Pengaruh
Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisis integrasi pasar jagung dunia dengan pasar jagung dan daging
ayam ras domestik, dan menganalisis pengaruh kebijakan tarif impor jagung dan
kenaikan harga minyak mentah dunia terhadap integrasi pasar tersebut. Analisis
yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan
23
menggunakan metode Vector Autoregression (VAR). Jenis data yang digunakan
adalah data time series bulanan periode Januari 2000 sampai dengan Desember
2005. Hasil analisis menunjukkan bahwa pasar jagung dunia terintegrasi dengan
pasar jagung dan daging ayam ras domestik. Variabel harga minyak mentah dunia
tidak berpengaruh secara siginfikan terhadap variabel harga jagung dunia dan
domestik, serta harga daging ayam ras domestik. Pemberlakuan tarif impor tidak
berpengaruh terhadap pembentukan harga jagung di pasar dunia dan domestik
tetapi berpengaruh terhadap harga daging ayam ras domestik.
Selanjutnya penelitian oleh Putri (2013) yang berjudul Dampak Tarif
Impor terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan
ASEAN Free Trade Area. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan jagung,
menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran
dan permintaan jagung dan menganalisis dampak perubahan faktor internal dan
eksternal terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen jagung di Indonesia.
Penelitian menggunakan data time series tahun 1986-2010. Model Perdagangan
Jagung Indonesia dibangun sebagai sistem persamaan simultan dan disetimasi
menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Penghapusan tarif impor
jagung Indonesia dari negara AFTA atau non AFTA menyebabkan penurunan
surplus produsen. Oleh karena itu, kombinasi penghapusan tarif impor jagung
Indonesia dari negara AFTA dan non AFTA, penurunan harga eceran pupuk urea,
dan peningkatan harga jagung di tingkat petani dapat mengkompensasi penurunan
surplus produsen, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan.
24
Terakhir penelitian oleh Sayekti (2009) yang berjudul Analisis Dampak
Perdagangan Bebas Regional terhadap Kinerja Perdagangan Jagung. Tujuan
penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
perdagangan jagung, mengkaji pengaruh perdagangan bebas regional yang
disepakati anggota AFTA terhadap produksi, ekspor dan impor serta merumuskan
rekomendasi kebijakan yang berkaitan dengan penerapan perdagangan bebas
regional terhadap kinerja perdagangan jagung. Penelitian ini menggunakan data
time series tahun 1980 sampai dengan tahun 2006. Pendugaan parameter
dilakukan dengan metode 2SLS (Two Stage Least Squares). Hasil analisis
menunjukkan bahwa luas areal jagung dan produktivitas jagung tidak responsif
terhadap perubahan variabel harga. Permintaan jagung oleh industri pakan ternak
juga tidak respon terhadap perubahan harga tetapi dalam jangka panjang
permintaan jagung oleh industri pangan responsif terhadap perubahan variabel
eksogennya. Permintaan jagung untuk konsumsi langsung responsif terhadap
perubahan harga yang menunjukkan bahwa jagung bukan lagi sebagai pangan
pokok masyarakat Indonesia. Impor jagung dari Amerika responsif terhadap
perubahan harga dan tarif impor. Sementara itu peningkatan impor dari ASEAN
tidak dipengaruhi oleh tarif CEPT (Common Effective Preferential Tariff).
Perdagangan bebas unilateral menyebabkan kenaikan impor jagung dari Amerika
sebagai dampak semakin meningkatnya permintaan jagung dari sektor industri
pakan ternak yang tidak responsif terhadap perubahan harga karena jagung
merupakan derived demand serta terjadi penurunan produksi, sehingga jika
25
pemerintah ingin melindungi petani jagung maka penerapan tarif impor MFN
masih diperlukan.
Tabel 4. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Persamaan Perbedaan 1
2
3
4
5
Timor (2008)
Revania (2014)
Supriyatna
(2007)
Putri (2013)
Sayekti (2009)
Tujuan penelitian yaitu menganalisis faktor-faktor impor jagung. Tujuan penelitian yaitu menganalisis faktor-faktor impor jagung. Objek penelitian yaitu jagung. Objek penelitian yaitu jagung. Objek penelitian yaitu jagung.
Menggunakan metode Two Stage Least Square (2SLS). Deret waktu 1985-2005. Menggunakan model Error Correction Model (ECM). Deret waktu 1982-2012. Tujuannya yaitu menganalisis integrasi pasar jagung dan menganalisis pengaruh tarif impor dan harga minyak terhadap integrasi pasar tersebut. Menggunakan metode Vector Autoregression (VAR). Tujuannya yaitu mengidentifikasi pengaruh penawaran dan permintaan, menganalisis dampak perubahan faktor internal dan eksternal terhadap penawaran dan permintaan serta kesejahteraan produsen dan konsumen. Menggunakan metode Two Stage Least Squares (2SLS). Tujuannya yaitu menganalisis pengaruh kinerja perdagangan jagung, mengkaji pengaruh perdagangan bebas terhadap produksi, ekspor dan impor serta merumuskan rekomendasi kebijakan. Menggunakan metode 2SLS (Two Stage Least Squares).
2.8 Kerangka Pemikiran Operasional
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang memiliki peranan
strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan.
Indonesia menjadi salah satu negara penghasil jagung yang arah produksinya
berdasarkan pada kebutuhan konsumsi manusia (makanan pokok). Akan tetapi,
26
peran jagung mulai mengalami pergeseran fungsi menjadi bahan baku industri,
khususnya industri pengolahan pakan ternak. Hal ini sejalan dengan
perkembangan baru dalam industri pakan yang menuntut kebutuhan jagung yang
cukup besar. Di lain pihak, penawaran jagung oleh petani dan pedagang yang
diserap industri pakan relatif rendah, sehingga jumlah jagung yang diminta
melebihi kapasitas jumlah jagung yang ditawarkan kepada industri pakan.
Kondisi tersebut mendorong industri pakan untuk melakukan impor jagung
sebagai jalan keluar untuk menjaga kontinuitas bahan baku jagung. Oleh karena
itu, permintaan impor (import demand) dapat diartikan sebagai kelebihan
permintaan (excess demand). Namun, yang terjadi di sini pertumbuhan
permintaan impor jagung cenderung berfluktuatif, sehingga perlu ditelusuri
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di
Indonesia.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan impor jagung pada
industri pakan di Indonesia adalah penawaran jagung pada industri pakan,
permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai
tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Dari setiap faktor-faktor tersebut
kemudian dilakukan uji asumsi klasik dan uji statistik yang selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi linier berganda, sehingga dapat ditarik
kesimpulan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada
industri pakan di Indonesia. Secara lebih jelas, kerangka pemikiran dari penelitian
ini dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
27
Keterangan: = Hubungan = Alat Analisis
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
Jagung sebagai komoditas pangan strategis
Permintaan jagung pada industri pakan
Penawaran jagung pada industri pakan
Permintaan impor (excess demand)
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia: 1. Penawaran jagung pada industri
pakan 2. Permintaan jagung pada industri
pakan 3. Harga riil jagung internasional 4. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat Uji Asumsi Klasik Uji Statistik (Koefisien Determinasi R2, Ujit, Uji F)
Regresi Linier Berganda
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri
pakan di Indonesia
Kesimpulan dan Saran
28
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kerangka
pemikiran yang telah dipaparkan sebelumnya, maka diajukan dugaan sementara
atau hipotesis. Beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Penawaran jagung pada industri pakan diduga berpengaruh negatif terhadap
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia, artinya jika terjadi
kenaikan penawaran jagung pada industri pakan maka akan menurunkan
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.
2. Permintaan jagung pada industri pakan diduga berpengaruh positif terhadap
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia, artinya jika terjadi
kenaikan permintaan jagung pada industri pakan maka akan meningkatkan
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.
3. Harga riil jagung internasional diduga berpengaruh negatif terhadap
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia, artinya semakin
rendah harga jagung di pasar internasional maka akan berpengaruh terhadap
meningkatnya permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.
4. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat diduga berpengaruh
negatif terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia,
artinya apabila nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
meningkat (melemah/depresiasi) maka akan berpengaruh terhadap
menurunnya permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Penelitian
Penelitian mengenai analisis permintaan impor jagung pada industri pakan
di Indonesia dilakukan dengan cara menghimpun data dari beberapa instansi-
instansi yang terkait dengan penelitian. Instansi-instansi tersebut meliputi
Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia, Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Food and Agriculture
Organization, World Bank, dan instansi-instansi lainnya yang menunjang
penelitian serta penelitian-penelitian terdahulu. Penelitian dilaksanakan dari bulan
Januari hingga Juni 2017.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian mengenai analisis permintaan
impor jagung pada industri pakan di Indonesia berdasarkan jenisnya yaitu
menggunakan data kuantitatif. Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi data impor jagung industri pakan Indonesia, penawaran jagung pada
industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga jagung
internasional, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat, indeks harga
konsumen Indonesia, indeks harga konsumen Amerika Serikat, dan indeks harga
non-energy.
Berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan
oleh pihak lain dan telah terdokumentasi, sehingga peneliti hanya menyalin data
30
tersebut untuk kepentingan penelitiannya (Mustafa, 2009 : 92). Data sekunder
yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari instansi-instansi terkait,
seperti: Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia, Badan Pusat Statistik, dan Bank Indonesia. Adapun data-data
yang digunakan dan sumber data yang terkait dalam penelitian ini dapat dilihat
pada Tabel 5 berikut:
Tabel 5. Data dan Sumber Data Penelitian
No Data sekunder penelitian Sumber data
1 Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia
BPS diolah PDSI (Pusat Data dan Sistem Informasi) Kementerian Perdagangan RI
2 Penawaran jagung pada industri pakan Kementerian Pertanian RI (Diolah)
3 Permintaan jagung pada industri pakan USDA diolah GPMT dan Ditjen PKH Kementerian Pertanian RI
4 Harga jagung internasional Pink Sheet oleh World Bank
5 Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
Bank Indonesia diolah Kementerian Perdagangan RI
6 Indeks harga konsumen Indonesia sebagai data pendukung dalam perhitungan nilai tukar riil
Badan Pusat Statistik (BPS)
7 Indeks harga konsumen Amerika Serikat sebagai data pendukung dalam perhitungan nilai tukar riil
Indikator Ekonomi
8 Indeks harga non-energi sebagai data pendukung dalam perhitungan harga jagung internasional
Pink Sheet oleh World Bank
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan dalam
penelitian untuk mengumpulkan data. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik pengumpulan data dengan
cara mengkaji dan memahami sumber-sumber data yang dibutuhkan dalam
31
penelitian ini. Mengunjungi instansi-instansi yang terkait dalam penelitian ini,
seperti: Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Kementerian Perdagangan
Republik Indonesia, dan Badan Pusat Statistik. Pengumpulan data dalam
penelitian ini juga menggunakan media internet meliputi website Food and
Agriculture Organization yaitu www.faostat3.fao.org dan website World Bank
yaitu www.worldbank.org, serta mengunjungi website-website yang terkait untuk
menunjang penelitian.
3.4 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah dengan
menggunakan alat analisis kualitatif berupa analisis deskriptif dan alat analisis
kuantitatif berupa analisis regresi linier berganda. Data-data yang dibutuhkan
untuk analisis kuantitatif meliputi variabel-variabel yang digunakan dalam
penelitian ini. Pengolahan data pada variabel-variabel penelitian ini menggunakan
bantuan Microsoft Office Excel 2007 dan Statistical Product and Service Solutions
(SPSS) versi 20. Metode pengolahan data berdasarkan variabel-variabel dalam
penelitian ini secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Data permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dalam satuan
ton dengan skala caturwulan periode 2005 hingga 2015. Berdasarkan PDSI
Kementerian Perdagangan RI data yang tersedia merupakan skala bulanan,
sehingga untuk mendapatkan skala caturwulan maka dilakukan penjumlahan
impor jagung setiap empat bulan dalam setahun. Data tersebut cukup
mewakili data caturwulan permintaan impor jagung pada industri pakan di
Indonesia yang dibutuhkan dalam penelitian.
32
2. Data penawaran jagung pada industri pakan dalam satuan ton dengan skala
caturwulan periode 2005 hingga 2015. Data penawaran jagung pada industri
pakan merupakan hasil pengolahan data jumlah produksi jagung petani, data
stok jagung pedagang, persentase penyaluran jagung oleh petani ke pabrik
pakan, dan persentase penyaluran jagung oleh pedagang ke pabrik pakan.
Nilai persentase diperoleh dari alur penjualan jagung di tingkat petani dan
pedagang yang merupakan hasil survei Kementerian Pertanian tahun 2014
(Gambar 5). Secara lebih rinci, untuk mendapatkan hasil data penawaran
jagung pada industri pakan adalah sebagai berikut:
𝑆𝐽𝐼𝑃 = (1,64%∗ × 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑡𝑎𝑛𝑖) + (27,17%∗∗ × 𝑆𝑡𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑑𝑎𝑔𝑎𝑛𝑔)
Keterangan:
SJIP = Penawaran jagung pada industri pakan
Produksi Petani = Produksi jagung oleh petani di Indonesia
Stok Pedagang = Penjualan jagung dari petani ke pedagang
*Persentase penyaluran jagung oleh petani ke pabrik pakan **Persentase penyaluran jagung oleh pedagang ke pabrik pakan
3. Data permintaan jagung pada industri pakan dalam satuan ton dengan skala
caturwulan periode 2005 hingga 2015. Berdasarkan data yang dihimpun
Pusdatin Pertanian, penyerapan jagung oleh industri pakan setiap tahunnya
periode 2011-2015 dilaporkan oleh GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan
Ternak) melalui persetujuan Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan
Kesehatan Hewan (PKH). Selain itu, data juga diperoleh melalui website
yang merujuk pada data USDA (United States Department of Agriculture)
diolah GPMT periode 2005-2010. Data yang tersedia merupakan skala
33
tahunan, sehingga untuk mendapatkan skala caturwulan maka diambil nilai
rata-rata sepertiga tahun. Data tersebut cukup mewakili data caturwulan
permintaan jagung pada industri pakan yang dibutuhkan dalam penelitian.
4. Harga riil jagung internasional merupakan harga relatif jagung ditingkat
dunia/internasional dalam satuan USD per ton dengan skala caturwulan
periode 2005 hingga 2015. Harga jagung internasional yang dipantau oleh
World Bank merupakan jagung kuning no.2 yang berasal dari pelabuhan Gulf,
Amerika Serikat (harga f.o.b). Adapun ukuran agregat yang digunakan adalah
indeks harga non-energi tahun dasar (2010=100) (Lampiran 3). Harga riil
jagung internasional diperoleh dari pembagian harga jagung internasional
dengan indeks harga non-energi. Secara lebih rinci rumus mendapatkan harga
riil jagung internasional adalah sebagai berikut:
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝑟𝑖𝑖𝑙 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑒𝑛 ∗
Sumber: Pindyck, dkk (2007 : 14)
Keterangan:
Harga barang internasionalriil = Harga riil jagung dunia (USD/ton)
Harga barang internasional = Harga jagung yang berlaku di pasar internasional/ harga f.o.b (USD/ton)
Indeks harga non-energi = Ukuran agregat yang digunakan oleh World Bank (tahun dasar 2010=100)
*Indeks Harga Konsumen (IHK) yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks harga non-energi.
5. Data nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dalam satuan
rupiah per USD dengan skala caturwulan periode 2005 hingga 2015. Nilai
tukar riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat
34
menukarkan barang dan jasa dari suatu negara dengan barang dan jasa dari
negara lain (Mankiw, 2012 : 194). Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar
Amerika Serikat diperoleh dari perkalian nilai tukar nominal dengan hasil
pembagian antara Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia tahun dasar
(2010=100) (Lampiran 1) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) Amerika
Serikat tahun dasar (2010=100) (Lampiran 2). Berikut rumus untuk
mendapatkan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat:
𝐾𝑢𝑟𝑠𝑟𝑖𝑖𝑙 =𝐾𝑢𝑟𝑠 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 × 𝐼𝐻𝐾 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑜𝑚𝑒𝑠𝑡𝑖𝑘
𝐼𝐻𝐾 𝑏𝑎𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑛𝑒𝑔𝑒𝑟𝑖
Sumber: Mankiw, dkk (2012 : 195)
Keterangan:
Kurs riil = Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (Rp/USD)
Kurs nominal = Nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (Rp/USD)
IHK barang domestik = Indeks harga konsumen untuk barang domestik (Indonesia tahun dasar 2010=100)
IHK barang luar negeri = Indeks harga konsumen untuk barang luar negeri (Amerika Serikat tahun dasar 2010=100)
6. Indeks harga konsumen adalah ukuran biaya keseluruhan barang dan jasa
yang dibeli oleh konsumen (Mankiw, 2012 : 26). Nilai indeks harga
konsumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi indeks harga
konsumen Indonesia sebagai negara pengimpor jagung, indeks harga
konsumen Amerika Serikat sebagai negara yang mata uangnya digunakan
sebagai alat transaksi di pasar internasional, serta indeks harga non-energi
sebagai ukuran agregat yang digunakan oleh World Bank. Berikut ini
35
merupakan rumus yang digunakan untuk mendapatkan nilai Indeks Harga
Konsumen (IHK), yaitu:
a. Teknik mengubah tahun dasar dari data indeks yang lama untuk
mendapatkan nilai IHK
𝐼𝐻𝐾 𝑏𝑎𝑟𝑢 =𝐼𝐻𝐾 𝑙𝑎𝑚𝑎
𝐼𝐻𝐾 𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑗𝑎𝑑𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑠𝑎𝑟× 100
Sumber: Heryanto dan Lukman (2008 : 223)
b. Teknik tarik maju (Mendapatkan nilai IHK pada waktu berikutnya)
𝐼𝐻𝐾𝑋 =𝐼𝐻𝐾𝑋−1 × (100 + 𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑋)
100
Sumber: BPS dalam Rosita (2016 : 49)
Keterangan:
IHKX = Indeks Harga Konsumen pada tahun yang ditanyakan
IHKX-1 = Indeks Harga Konsumen pada tahun sebelumnya
InflasiX = Inflasi pada tahun yang ditanyakan
c. Teknik tarik mundur (Mendapatkan nilai IHK pada waktu sebelumnya)
𝐼𝐻𝐾𝑋 =𝐼𝐻𝐾𝑋+1
100 + (𝐼𝑛𝑓𝑙𝑎𝑠𝑖𝑋+1) × 100
Sumber: BPS dalam Rosita (2016 : 50)
Keterangan:
IHKX = Indek Harga Konsumen pada tahun yang ditanyakan
IHKX+1 = Indeks Harga Konsumen pada tahun setelahnya
InflasiX+1 = Inflasi pada tahun setelahnya
36
3.4.1 Analisis Deskriptif
Menurut Gay (1976) dalam Sevilla, dkk (2006 : 71) mendefinisikan
metode penelitian deskriptif sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data
dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut
keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari suatu pokok penelitian. Tujuan dari
menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan suatu keadaan yang
sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab
dari suatu gejala tertentu (Travers 1978 dalam Sevilla, 2006 : 71).
Gejala-gejala yang dideskripsikan dalam penelitian mengenai analisis
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia ini berupa
perkembangan-perkembangan komoditas jagung di Indonesia, meliputi
penawaran jagung pada industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan,
harga dan impor jagung oleh industri pakan di Indonesia. Kemudian
mendeskripsikan gejala perkembangan-perkembangan jagung dunia (pasar
internasional), meliputi perkembangan ekspor dan impor jagung dunia.
3.4.2 Analisis Regresi Linier Berganda
Pada dasarnya analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan
variabel terikat (variabel tak bebas) pada satu atau lebih variabel bebas (variabel
penjelas/bebas) dengan tujuan untuk mengestimasi dan/atau meramalkan
(memprediksi) nilai rata-rata variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas yang
diketahui (Gujarati, 2003 : 18). Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien
untuk masing-masing variabel bebas. Koefisien ini diperoleh dengan cara
memprediksi nilai variabel terikat dengan suatu persamaan. Koefisien regresi
37
dihitung dengan dua tujuan sekaligus: pertama, meminimumkan penyimpangan
antara nilai aktual dan nilai estimasi variabel terikat berdasarkan data yang ada
(Tabachnick 1996 dalam Ghozali, 2016 : 93).
Menurut Supranto (2010 : 57), analisis regresi linier berganda memiliki
manfaat sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui besarnya pengaruh dari setiap variabel bebas (yang
tercakup dalam persamaan) terhadap variabel terikat, jika variabel bebas
tersebut naik 1 unit dan variabel lainnya (sisanya) tetap dengan menggunakan
nilai koefisien regresi parsial.
2. Dapat meramalkan nilai variabel terikat, jika seluruh variabel bebas sudah
diketahui nilainya dan semua koefisien regresi parsial sudah dihitung.
Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor
jagung pada industri pakan di Indonesia, di antaranya: penawaran jagung pada
industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung
internasional dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Persamaan regresi linier berganda untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia sebagai
berikut:
𝑀𝐽𝐼𝑃 = 𝛼 + 𝛽1𝑆𝐽𝐼𝑃 + 𝛽2𝐷𝐽𝐼𝑃 + 𝛽3𝐻𝑅𝐽𝐼 + 𝛽4𝑁𝑇𝑅 + 𝜀
Hipotesa:
β1, β3, β4 < 0 dan β2 > 0
38
Keterangan:
α = Konstanta regresi
β1... β4 = Koefisien regresi
MJIP = Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia
SJIP = Penawaran jagung pada industri pakan
DJIP = Permintaan jagung pada industri pakan
HRJI = Harga riil jagung internasional
NTR = Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
ε = Error
3.4.3 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik sering disebut juga dengan analisis residual. Disebut
demikian karena penelitian mengenai pelanggaran terhadap asumsi klasik
biasanya dilakukan dengan mengamati pola nilai residual (Gudono, 2012 : 147).
Untuk mengetahui pengaruh perubahan variabel bebas terhadap variabel terikat
baik secara parsial maupun simultan, maka digunakan regresi linier berganda.
Sebelum dilakukan pengujian dengan regresi linier berganda, variabel-variabel
penelitian diuji dengan asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari pengujian-
pengujian sebagai berikut:
1. Uji Multikolinieritas
Widarjono (2015 : 59) menyatakan multikolinieritas merupakan hubungan
linier antara variabel bebas di dalam regresi berganda. Uji multikolinieritas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi
antarvariabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
39
diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam
model regresi dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) atau Tolerance
value. Ukuran tersebut menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang
dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap
variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregresi terhadap variabel bebas
lainnya (Ghozali, 2016 : 103).
Lebih lanjut Ghozali (2016 : 103) menuturkan bahwa nilai tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
tinggi dengan nilai cutoff yang umum dipakai adalah:
a. Jika nilai tolerance> 0,10 atau nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolinieritas antarvariabel bebas dalam model regresi.
b. Jika nilai tolerance< 0,10 atau nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan
bahwa ada multikolinieritas antarvariabel bebas dalam model regresi.
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara variabel gangguan satu observasi
dengan variabel gangguan observasi lain. Autokorelasi ini seringkali muncul pada
data time series. Di mana salah satu asumsi metode regresi adalah tidak adanya
korelasi antara variabel gangguan (Widarjono, 2015 : 78). Masalah autokorelasi
yang ditemukan pada data runtut waktu (time series) dikarenakan “gangguan”
pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya (Ghozali, 2016 : 107).
40
Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dalam model regresi digunakan Uji
Durbin-Watson dengan pengambilan keputusan sebagai berikut:
Tabel 6. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
Hipotesis nol Keputusan Jika Ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi, positif/negatif Tidak ada autokorelasi negatif Ada autokorelasi negatif
Tolak Tanpa kesimpulan
Tidak ditolak Tanpa kesimpulan
Tolak
0 < dW< dL dL ≤ dW ≤ dU dU< dW<4-dU
4-dU ≤ dW ≤ 4-dL 4-dL< dW< 4
Sumber: Ghozali (2016 : 108)
Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu yang
mensyaratkan konstanta dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di antara
variabel bebas (Ghozali, 2016 : 108). Berdasarkan Tabel 6 pengambilan
keputusan ada tidaknya autokorelasi yaitu apabila nilai Durbin-Watson berada di
antara du dan 4-du maka dapat disimpulkan bahwa dalam model penelitian tidak
ada gangguan autokorelasi.
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan di mana varian (dalam hal ini varian
residual) tidak stabil (konstan). Heteroskedastisitas juga dapat terjadi bilamana
efek variabel bebas pada variabel terikat berbeda pada dua kelompok sampel yang
berbeda. Sebagai akibat dari adanya heteroskedastisitas adalah bahwa standard
error menjadi bias dan tidak bisa digunakan sebagai patokan untuk pengujian
parameter regresi (Gudono, 2012 : 149).
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji ketidaksamaan varian
dan residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam persamaan regresi
berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidaknya varian dari residual dari
41
observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai
varian yang sama disebut homoskedastisitas dan jika variannya tidak sama atau
berbeda disebut heteroskedastisitas. Homoskedastisitas terjadi jika pada
scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar
di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak
mempunyai pola teratur. Sedangkan heteroskedastisitas terjadi jika pada
scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar,
maupun bergelombang-gelombang (Sunyoto, 2010 : 100).
4. Uji Normalitas
Sunyoto (2010 : 103) menuturkan uji normalitas bertujuan untuk menguji
data variabel bebas dan data variabel terikat pada persamaan regresi yang
dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Salah satu
asumsi model regresi adalah residual mempunyai distribusi normal. Konsekuensi
jika suatu model tidak mempunyai residual yang berdistribusi normal yaitu Uji t
untuk melihat signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat tidak bisa
diaplikasikan (Widarjono, 2015 : 89).
Lebih lanjut Widarjono (2015 : 90) menjelaskan untuk mengukur sejauh
mana penyimpangan distribusi residual tersebut dari bentuk distribusi normal
(Gaussian) maka dilakukan Uji Kolmogorov-Smirnov. Melalui uji ini dapat
diketahui apakah sampel berasal dari populasi dengan distribusi tertentu dalam hal
ini adalah distribusi normal. Dalam Uji Kolmogorov-Smirnov hipotesis nol (H0)
adalah bahwa data mengikuti distribusi normal, sedangkan hipotesis alternatifnya
42
(H1) data tidak berdistribusi normal. Adapun dasar pengambilan keputusannya
sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas P > tingkat signifikansi (α), maka kita gagal
menolak H0, sehingga data mengikuti distribusi normal. Artinya, model
permintaan impor jagung industri pakan Indonesia residualnya
didistribusikan secara normal.
b. Jika nilai probabilitas P < tingkat signifikansi (α), maka kita menolak H0
atau menerima H1, sehingga data tidak mengikuti distribusi normal.
Artinya, model permintaan impor jagung industri pakan
Indonesiaresidualnya tidak didistribusikan secara normal.
3.4.4 Uji Statistik (Uji Hipotesis)
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur
dari goodness of fit-nya. Secara statistik, setidaknya dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t (Ghozali, 2016 : 95).
1. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi bertujuan mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan, permintaan
jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) dalam menjelaskan variasi variabel
terikat (permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia) sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel bebas memberikan
43
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
terikat (Ghozali, 2016 : 95).
Lebih lanjut Ghozali (2016 : 95) menambahkan kelemahan mendasar
penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel bebas
yang dimasukkan kedalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R2
pasti meningkat terlepas apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi
terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel bebas ditambahkan kedalam model.
2. Uji F (Uji Simultan)
Menurut Widarjono (2015 : 19), Uji F digunakan untuk mengevaluasi
pengaruh semua variabel bebas terhadap variabel terikat atau merupakan uji
signifikansi model regresi. Uji F ini bisa dijelaskan dengan menggunakan analisis
varian (analysis of variance = ANOVA). Untuk menguji apakah koefisien regresi
berganda dengan sejumlah (k) atau variabel bebas (penawaran jagung pada
industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung
internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara
bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat (permintaan impor jagung
pada industri pakan di Indonesia) terdapat dua cara pengambilan keputusan yaitu
dengan melihat nilai probabilitas F (P-value) dan nilai F-hitung. Adapun
perumusan hipotesisnya sebagai berikut:
44
a. H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = 0, maka variabel bebas (penawaran jagung pada
industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung
internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat)
secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
(permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia).
b. H1 : β1 ≠ β2 ≠ β3 ≠ β4 ≠ 0, maka variabel bebas (penawaran jagung pada
industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung
internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat)
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel terikat
(permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia).
Dasar pengambilan keputusan yang pertama berdasarkan nilai F-hitung
yaitu apabila nilai F-hitung > F-tabel maka kita menolak H0 dan menerima H1, ini
berarti secara bersama-sama variabel bebasmempengaruhi variabel terikat.
Sedangkan apabila nilai F-hitung < F-tabel, maka kita menolak H1 dan menerima
H0, ini berarti secara bersama-sama semua variabel bebas tidak mempengaruhi
variabel terikat.
Dasar pengambilan keputusan yang kedua berdasarkan nilai signifikansi
hasil dari output SPSS yaitu apabila nilai sig. < 0,05 maka kita menolak H0 dan
menerima H1, ini berarti variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel terikat. Sedangkan apabila nilai sig. > 0,05 maka kita
menolak H1 dan menerima H0, ini berarti variabel bebas secara bersama-sama
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
45
3. Uji t (Uji Parsial)
Uji t ini digunakan untuk membuktikan apakah variabel bebas secara
individu mempengaruhi variabel terikat. Ada dua hipotesis yang diajukan oleh
setiap peneliti yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Hipotesis nol
ini dianggap benar sampai kemudian bisa dibuktikan salah berdasarkan data
sampel yang ada. Sementara itu hipotesis alternatif merupakan lawan dari
hipotesis nol. Hipotesis alternatif ini harus benar ketika hipotesis nol terbukti
salah (Widarjono, 2015:22-23).
Menurut Ghozali (2016 : 97) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh variabel bebas secara individual (parsial) dalam
menerangkan variasi variabel terikat. Pengujian secara individual (parsial)
memiliki dua cara. Pertama, dengan melihat besar nilai signifikansi. Kedua,
dengan melihat besar nilai t-hitung. Berikut ini merupakan perumusan
hipotesisnya:
H0 : variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan, permintaan jagung
pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara individual (parsial) tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (permintaan impor jagung
pada industri pakan di Indonesia).
H1 : variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan, permintaan jagung
pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara individual (parsial)
46
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (permintaan impor jagung
pada industri pakan di Indonesia).
Uji statistik t yang pertama dengan melihat besaran nilai signifikansi. Jika
nilai sig. < 0,05 maka kita menolak H0 dan menerima H1, berarti secara statistik
variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sedangkan jika nilai
sig. > 0,05 maka kita menolak H1 dan menerima H0, berarti secara statistik
variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Uji statistik t yang kedua dengan melihat besaran nilai t-hitung. Apabila
nilai t-hitung > t-tabel maka kita menolak H0 dan menerima H1, berarti secara
statistik variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel terikat. Sedangkan,
apabila nilai t-hitung < t-tabel maka kita menolak H1 dan menerima H0, berarti
secara statistik variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Dalam pengujian secara individual ini, adapun tanda yang menunjukkan
arah positif dan negatif dari nilai t-hitung, berikut perumusannya:
a. Tanda positif menunjukkan bahwa variabel bebas (penawaran jagung pada
industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung
internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat)
secara individual berpengaruh positif terhadap variabel terikat (permintaan
impor jagung pada industri pakan di Indonesia). Artinya, apabila terjadi
peningkatan permintaan jagung pada industri pakan maka pemintaan
impor jagung pada industri pakan di Indonesia turut meningkat.
b. Tanda negatif menunjukkan bahwa variabel bebas (penawaran jagung pada
industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung
47
internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat)
secara individual berpengaruh negatif terhadap variabel terikat
(permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia). Artinya,
apabila terjadi peningkatan penawaran jagung pada industri pakan,harga
riil jagung internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat maka pemintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia
akan menurun.
3.5 Definisi Operasional
Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik
yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan. Penekanan pengertian
definisi operasional ialah pada kata “dapat diobservasi” (Sarwono, 2006 : 67).
Mustafa (2009 : 40) menambahkan tujuan dari pendefinisian variabel secara
operasional adalah untuk memberikan gambaran bagaimana suatu variabel akan
diukur, sehingga variabel harus mempunyai pengertian yang sangat spesifik dan
terukur. Berikut adalah definisi operasional masing-masing variabel dalam
penelitian mengenai analisis permintaan impor jagung pada industri pakan di
Indonesia:
1. Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia adalah banyaknya
impor jagung pipilan kering yang termasuk wujud jagung segar berdasarkan
kode HS 1005.90.90.00 oleh industri pakan (pabrik pakan) dan tidak
dibedakan berdasarkan negara asal impor dalam satuan ton. Data yang
digunakan merupakan data caturwulan (time series) selama 11 tahun dari
tahun 2005 sampai tahun 2015.
48
2. Penawaran jagung pada industri pakan adalah banyaknya jagung yang dijual
langsung oleh petani dan pedagang kepada industri pakan (pabrik pakan)
dalam satuan ton. Data yang digunakan merupakan data caturwulan (time
series) selama 11 tahun dari tahun 2005 sampai tahun 2015.
3. Permintaan jagung pada industri pakan adalah banyaknya jagung yang
diserap oleh industri pakan (pabrik pakan) sebagai bahan baku pengolahan
pakan ternak dalam satuan ton. Data yang digunakan merupakan data
caturwulan (time series) selama 11 tahun dari tahun 2005 sampai tahun 2015.
4. Harga riil jagung internasional adalah harga absolut jagung di pasar
internasional yang dideflasi dengan indeks harga non-energy tahun dasar
2010=100 untuk menghilangkan pengaruh inflasi. Data yang digunakan
merupakan data caturwulan (time series) selama 11 tahun dari tahun 2005
sampai tahun 2015.
5. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat adalah besaran nilai
perbandingan antara mata uang rupiah dengan dollar Amerika Serikat (USD),
dinyatakan dalam satuan rupiah per USD (Rp/USD). Data yang digunakan
merupakan data caturwulan (time series) selama 11 tahun dari tahun 2005
sampai tahun 2015.
BAB IV GAMBARAN UMUM
4.1 Sejarah Tanaman Jagung
Evolusi dan penyebaran tanaman jagung sangat ditentukan oleh manusia.
Dalam periode antara 5.000 SM dan 1.000 M terjadi mutasi alami dan persilangan
antara kelompok jagung, serta proses aklimatisasi dan seleksi spesifik oleh petani,
terutama dari aspek ukuran, warna, dan karakteristik biji. Jagung berkembang dari
tanaman yang kecil, tongkol terbuka, menjadi tanaman yang mempunyai banyak
baris (multi rows), produksi tinggi dan kelobot tertutup, sehingga memerlukan
bantuan manusia untuk memisahkan biji dari tongkolnya untuk tumbuh dan
berkembang (Iriany dkk, 2007 : 5).
Pada sekitar tahun 1.000 M, tanaman jagung tradisional telah berkembang
menjadi tanaman jagung modern. Umumnya pengembangan tanaman dilakukan
dengan seleksi secara sederhana, dengan mempertahankan tongkol yang
diinginkan dan benihnya ditanam pada musim berikutnya. Keragaman
antartongkol dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga mengaburkan perbedaan
genetik dalam hasil, tinggi tanaman, dan karakter kuantitatif lainnya, sehingga
seleksi berdasarkan karakter ini belum mampu mempercepat peningkatan hasil
biji (Iriany dkk, 2007 : 6).
Penelitian filogenetik menunjukkan bahwa jagung merupakan keturunan
langsung dari teosinte (Zea mays ssp. Parviglumis). Seperti jagung, teosinte
mempunyai 10 pasang kromosom, yang secara sitogenetik sama dengan jagung
dan persilangannya menghasilkan keturunan yang fertil (Iriany dkk, 2007 : 6).
50
Tabel 7. Persamaan dan Perbedaan antara Jagung dengan Teosinte
Jagung (Zea mays sp.) Teosinte (Zea mexicana sp.)
Persamaan
• Keduanya mempunyai bunga jantan terpisah berupa tassel yang terletak di atas tongkol dan bunga betina terletak pada cabang lateral bagian samping (ketiak daun).
• Keduanya mempunyai 1 pasang kromosom. • Persilangan jagung dengan teosinte menghasilkan keturunan yang
fertil.
Perbedaan
• Perbedaan yang spesifik terutama pada organ betinanya • Tongkol tertutup oleh kelobot,
biji tidak mudah lepas dari tongkol.
• Tongkol terdiri atas banyak baris biji (multi rows.
• Bijinya penuh mengelilingi janggel dan terbungkus kelobot.
• Biji jatuh sendiri jika sudah matang
• Tongkol kecil, terdiri atas enam baris biji atau lebih
• Setiap biji terbungkus oleh glume dan kelobot yang keras (cupule)
Sumber: Iriany dkk (2007 : 6)
Manusia sangat berperan dalam menyeleksi karakter-karakter pada
teosinte sampai menjadi jagung modern seperti yang dikenal sekarang. Di habitat
asalnya (Meksiko), teosinte tumbuh liar dan disebut sebagai madre de maiz atau
ibu tanaman jagung. Salah satu hipotesis yang menjelaskan teosinte merupakan
nenek moyang tanaman jagung adalah dengan melihat perubahan barisan biji
teosinte yang mengalami seleksi oleh alam dan manusia serta mutasi tunicate
menjadi tanaman jagung jenis pod corn (Iriany dkk, 2007 : 8).
Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa
daerah asal tanaman jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan),
kemudian dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7.000 tahun yang lalu,
dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru sekitar 4.000 tahun yang lalu.
Jagung mulai berkembang di Asia Tenggara pada pertengahan 1500 dan pada
awal tahun 1600, yang berkembang menjadi tanaman yang banyak dibudidayakan
51
di Indonesia, Filipina, dan Thailand. Penyebaran jagung ke Asia dipercepat
dengan terbukanya jalur barat yang dipelopori Ferdinand Magellan melintasi
Samudera Pasifik. Di tempat-tempat baru inilah jagung relatif mudah beradaptasi
karena tanaman ini memiliki elastisitas fenotipe yang tinggi (Hidayanto dan
Yossita, 2014 : 1).
4.2 Perkembangan Komoditas Jagung 4.2.1 Penawaran dan Permintaan Jagung Industri Pakan
Berdasarkan hasil survei penggunaan jagung tahun 2014 oleh Kementerian
Pertanian, penjualan jagung hasil panen petani adalah ditujukan ke pabrik pakan,
pedagang, pasar peternak dan koperasi unit desa (KUD). Secara umum 91,80
persen petani di Indonesia menjual jagung langsung ke pedagang (Gambar 5).
Gambar 5. Penyaluran Jagung Tingkat Petani dan Pedagang
Sumber: Pusdatin Pertanian (2014 : 25)
Pada umumnya petani menjual hasil panennya kepada pedagang
pengumpul yang ada di desa atau pedagang dari luar desa yang datang menjemput
ke rumah-rumah petani. Para pedagang ini membeli jagung dari petani saat panen,
bahkan para pedagang tersebut membeli hasil panenan langsung di sawah bahkan
52
terdapat juga yang menjual secara ijon. Tetapi untuk petani yang produksi
jagungnya cukup besar dan tidak terdapat pedagang pengumpul, maka mereka
langsung menjualnya kepada pedagang yang lebih besar di kecamatan. Secara
umum, mata rantai terakhir pedagang jagung di Indonesia adalah pedagang besar.
Pedagang besar inilah yang biasanya menyalurkan penjualan jagung ke industri
pakan dan industri besar lainnya (Pusdatin Pertanian, 2014 : 25).
Suplai/penawaran merupakan hasil penjumlahan dari jagung yang
ditawarkan oleh petani dan pedagang kepada pabrik pakan (industri pakan).
Sementara, permintaan adalah jumlah kebutuhan jagung yang digunakan oleh
pabrik pakan sebagai bahan baku utama produksinya. Berikut ini merupakan data
penawaran dan permintaan jagung oleh pabrik pakan/industri pakan di Indonesia
disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Penawaran dan Permintaan Jagung Industri Pakan Tahun 2005 – 2015
Tahun
Suplai/Ketersediaan Demand Kelebihan Permintaan/
Excess Demand (ton)
Petani ke industri pakan
Pedagang ke industri pakan
Total Penawaran (2) + (3)
Permintaan/ Kebutuhan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 2005 169.758 2.581.774 2.751.532 3.115.000 363.468 2006 157.355 2.393.151 2.550.506 3.600.000 1.049.494 2007 180.107 2.739.172 2.919.279 3.850.000 930.721 2008 221.174 3.363.738 3.584.912 4.050.000 465.088 2009 238.964 3.634.304 3.873.269 4.100.000 226.731 2010 248.424 3.778.171 4.026.595 4.985.000 958.405 2011 239.147 3.637.088 3.876.235 5.600.000 1.723.765 2012 262.783 3.996.560 4.259.343 6.150.000 1.890.657 2013 250.921 3.816.147 4.067.068 6.900.000 2.832.932 2014 257.652 3.918.514 4.176.165 7.650.000 3.473.835 2015 265.839 4.043.028 4.308.866 8.250.000 3.941.134
Keterangan: Total penawaran diperoleh melalui hasil penjumlahan dari persentase penyaluran jagung (petani ke industri pakan sebesar 1,64% dan pedagang ke industri pakan 27,17%) Sumber: Kementerian Pertanian (2017 : 1) (Diolah), GPMT diolah Pusdatin Pertanian (2016 : 25)
53
Berdasarkan hasil olahan data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa
penawaran jagung oleh petani dan pedagang kepada pabrik pakan cukup
berfluktuasi cenderung meningkat dengan pertumbuhan sebesar 4,95 persen.
Penawaran tersebut sangat dipengaruhi oleh hasil panen produksinya, sehingga
apabila produksi jagung oleh petani meningkat maka secara langsung penawaran
juga turut mengalami peningkatan dengan catatan persentase penyalurannya tetap
sama. Akan tetapi, persentase penyaluran jagung dari petani ke pabrik pakan
terbilang kecil yaitu sekitar 1,64 persen. Hal ini dikarenakan adanya jarak yang
cukup jauh antara lokasi pabrik pakan dengan sentra produksi jagung.
Jagung lokal yang menjadi bahan baku pabrik pakan didominasi oleh 4
provinsi sentra yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, dan Sulawesi Selatan.
Ke-4 provinsi ini menguasai sekitar 65 persen produksi jagung nasional.
Sementara, Provinsi Jawa Barat dan Sumatera Utara memasok kebutuhan pabrik
pakan di wilayahnya. Provinsi lainnya yang tercatat mensuplai kebutuhan jagung
lokal pabrik pakan adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Gorontalo (Pusdatin
Pertanian, 2014 : 49).
Berdasarkan data Direktorat Pakan, Ditjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan, Kementerian Pertanian, perkembangan permintaan jagung oleh industri
pakan selama periode 2005-2015 cenderung meningkat (Tabel 8), yaitu dari
3.115.000 ton pada tahun 2005 menjadi 8.250.000 ton pada tahun 2015. Laju
pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 21,59 persen dan apabila
dihitung rata-ratanya maka peningkatan permintaan jagung oleh industri pakan
mencapai 10,36 persen/tahun. Pertumbuhan permintaan jagung tersebut melebihi
54
penawaran jagung lokal yang hanya sebesar 4,95 persen, sehingga terjadi
kelebihan permintaan (excess demand) pada industri pakan. Pada umumnya
pabrik pakan melakukan impor jagung untuk menjamin kepastian ketersediaan
bahan baku untuk tetap berproduksi pakan.
4.2.2 Perkembangan Impor Jagung
Impor jagung diperlukan apabila produksi nasional kurang mencukupi
untuk kebutuhan pabrik pakan. Realisasi impor jagung kode HS 1005.90.90.00
yang diperoleh melalui PDSI Kementerian Perdagangan tahun 2005 hingga 2015
menunjukkan kecenderungan berfluktuatif dengan peningkatannya melebihi 100
persen atau sekitar 108,85 persen (Gambar 6).
Gambar 6. Realisasi Impor Jagung HS 1005.90.90.00 Tahun 2005 – 2015
Sumber: Kementerian Perdagangan (2017 : 1)
Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 volume
impor jagung mengalami peningkatan tertinggi mencapai 106,63 persen atau
sebesar 3,14 juta ton. Hal tersebut terjadi karena penawaran jagung oleh petani
dan pedagang kepada pabrik pakan menunjukkan penurunan sebesar -3,73 persen,
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
-
200,000
400,000
600,000
800,000
1,000,000
1,200,000
(000
Ton
)
(000
USD
)
(Tahun)
Volume Impor (000 Ton) Nilai Impor (000 USD)
55
sedangkan kebutuhan jagung pipilan untuk pabrik pakan relatif tetap, sehingga
volume impor jagung menjadi lebih besar. Sementara, volume impor jagung
tertinggi terjadi dalam 2 tahun terakhir yaitu sebesar 3,25 juta ton pada tahun 2014
dan 3,26 juta ton pada tahun 2015.
Menurut Timor (2008 : 85) terdapat dua kondisi yang menjadi alasan suatu
negara mengimpor jagung. Kondisi pertama, produksi jagung lokal relatif cukup
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan pada saat yang sama harga jagung dunia
lebih murah dari harga jagung lokal. Pada kondisi seperti ini konsumen jagung
dalam negeri yang tingkat kebutuhannya sangat tinggi, seperti pabrik pakan akan
lebih memilih impor jagung dibandingkan membeli jagung lokal. Hal ini
mendorong harga jagung lokal turun menyamai harga jagung dunia.
Kondisi kedua adalah ketika produksi jagung lokal relatif rendah
dibandingkan jumlah kebutuhan jagung di dalam negeri. Misalnya, kebutuhan
oleh pabrik pakan tidak dapat dipenuhi produksi jagung lokal, maka pabrik pakan
akan mengimpor jagung dari pasar dunia sekalipun harganya lebih mahal. Jika
harga jagung dunia lebih mahal maka pabrik pakan akan melakukan pengurangan
produksi, namun keputusan tersebut juga dipengaruhi oleh rasio harga pakan dan
harga hasil peternakan.
4.2.3 Perkembangan Harga Jagung
Harga jagung impor yang relatif rendah membuat Indonesia lebih banyak
mengimpor jagung. Berdasarkan kurva perdagangan internasional (Gambar 3) di
mana titik keseimbangan permintaan dan penawaran dalam negeri berada di harga
tertinggi. Oleh karena itu, untuk mendapatkan harga jagung yang lebih rendah,
56
Indonesia melakukan impor jagung untuk memenuhi kebutuhan industri
pengolahan jagung. Perkembangan harga impor jagung dapat dilihat pada Gambar
7 berikut.
Gambar 7. Perkembangan Harga Impor Jagung Tahun 2005 – 2015
Sumber: Kementerian Perdagangan (2017 : 1) (Diolah)
Harga impor jagung dalam penelitian ini diperoleh melalui hasil
pembagian antara nilai impor jagung dengan volume impor jagung, di mana
perkembangannya berfluktuasi. Harga jagung impor mulai mengalami penurunan
pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp1.422-/kg. Akan tetapi, mengalami peningkatan
dalam 2 tahun yaitu sebesar Rp1.950,-/kg pada tahun 2007 dan Rp3.031 pada
tahun 2008. Pada tahun 2009 harga jagung impor kembali menurun yaitu sebesar
Rp2.168,-/kg. Selain itu, penurunan harga jagung impor juga terjadi pada tahun
2012, 2014, dan 2015.
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(Rp/
Kg)
(Tahun)
Harga Impor
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia
Model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia yang digunakan
dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia periode 2005-2015.
Selain itu, mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dalam periode yang
sama. Penelitian ini menggunakan data deret waktu (time series) dengan skala
caturwulan (subround) selama 11 tahun. Mulai tahun 2005 hingga 2015 (33 data
time series). Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada
industri pakan di Indonesia diperoleh dengan meregresikan variabel bebas yang
diduga mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia
(variabel terikat). Variabel bebas tersebut terdiri dari penawaran jagung pada
industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung
internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Model
permintaan impor jagung industri pakan Indonesia terlebih dahulu dilakukan
pengujian secara ekonometrik yaitu uji asumsi klasik, meliputi: uji
multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas serta
dilakukan juga pengujian secara statistik yaitu uji hipotesis, meliputi: uji simultan
(Uji F), uji parsial (Uji t), dan uji koefisien determinasi (R2).
58
5.1.1 Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui adanya suatu
penyimpangan asumsi klasik dalam model permintaan impor jagung industri
pakan Indonesia. Uji asumsi klasik meliputi uji multikolinieritas, uji autokorelasi,
uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas.
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen), karena model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas
(Ghozali, 2016 : 103). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di
dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia, maka dapat
dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cutoff yang
umum digunakan untuk menunjukkan tidak adanya multikolinieritas adalah nilai
tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≤ 10. Hasil uji multikolinieritas
dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia dapat dilihat pada
Tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Hasil Uji Multikolinieritas Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia
No Variabel Bebas Collinearity Statistics
Tolerance VIF 1 Penawaran jagung pada industri pakan ,841 1,190 2 Permintaan jagung pada industri pakan ,119 8,423 3 Harga riil jagung internasional ,569 1,759
4 Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
,154 6,507
Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5)
59
Berdasarkan Tabel 9 hasil uji multikolinieritas menunjukkan bahwa nilai
VIF dari masing-masing variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan,
permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai
tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) bernilai kurang dari 10 (VIF ≤
10) atau nilai tolerance ≥ 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa model
permintaan impor jagung industri pakan Indonesia dalam penelitian ini tidak
terdapat masalah multikolinieritas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap,
maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016 : 134). Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
grafik scatter plot, apabila titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan
SRESID menyebar di bawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y
dan tidak mempunyai pola teratur maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada model permintaan impor jagung industri pakan
Indonesia.
Selain menggunakan uji grafik scatter plot, diperlukan uji statistik untuk
menjamin hasil yang akurat yaitu dengan menggunakan Uji Glejser. Apabila nilai
signifikansi > 0,05 maka residual mempunyai varian yang tetap
(homoskedastisitas). Hasil uji heteroskedastisitas dengan Uji Glejser pada model
60
permintaan impor jagung industri pakan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 10
berikut ini:
Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas (Uji Glejser) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia
No Variabel Bebas t Sig. 1 Penawaran jagung pada industri pakan -,393 ,697 2 Permintaan jagung pada industri pakan 1,473 ,152 3 Harga riil jagung internasional -,997 ,327
4 Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
-1,590 ,123
Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen
Berdasarkan Tabel 10 hasil Uji Glejser menunjukkan bahwa nilai
signifikansi dari masing-masing variabel bebas (penawaran jagung pada industri
pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan
nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) bernilai > 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa model permintaan impor jagung industri pakan
Indonesia dalam penelitian ini tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya), apabila terjadi korelasi maka
dinamakan ada problem autokorelasi (Ghozali, 2016 : 107). Untuk mendeteksi
adanya autokorelasi dalam model permintaan impor jagung industri pakan
Indonesia maka dapat dilakukan dengan menggunakan Uji Durbin-Watson.
Berikut ini merupakan tabel hasil pengujian autokorelasi Durbin-Watson di mana
nilai k=4, n=33 dan tingkat signifikansi (α) = 0,05.
61
Tabel 11. Hasil Uji Autokorelasi (Durbin-Watson) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 ,812a ,659 ,610 297,21389 1,575 Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5)
Berdasarkan Tabel 11 hasil uji autokorelasi dapat diketahui melalui nilai
Durbin-Watson dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia
adalah sebesar 1,575. Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dapat
dilihat pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Hasil Pengujian Ada Tidaknya Autokorelasi dengan Durbin-Watson
Autokorelasi positif
Nilai DW 1,575 tanpa
kesimpulan
Tidak terjadi autokorelasi
Tanpa kesimpulan
Autokorelasi negatif
0 dL dU 4-dU 4-dL 4 1,1927 1,7298 2,2702 2,8073 Sumber: Data Sekunder (Diolah) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen
Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 1,575
berada diantara dL dan dU. Hal ini menunjukkan bahwa autokorelasi tanpa
kesimpulan. Apabila nilai Durbin-Watson yang dihasilkan meragukan, masalah
autokorelasi juga dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansi menggunakan
Uji Run Test. Hasil Uji Run Test dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 13
berikut ini:
62
Tabel 13. Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia
Unstandardized Residual Test Valuea Cases < Test Value Cases > = Test Value Total Cases Number of Runs Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-71,36222 16 17 33 17
,000 1,000
Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen
Berdasarkan Tabel 13 hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai signifikansi
pada Uji Run Test sebesar 1,000 yaitu lebih besar daripada 0,05 yang
menunjukkan bahwa variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan,
permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai
tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) tidak terganggu atau tidak
terpengaruhi oleh variabel pengganggu, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia tidak ditemukan
masalah autokorelasi.
4. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, seperti diketahui
bahwa Uji t dan Uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal (Ghozali, 2016 : 154). Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak maka dilakukan Uji Non-Parametrik Kolmogorov-Smirnov.
Apabila nilai probabilitas > 0,05 maka residual memiliki distribusi normal. Hasil
63
uji normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov pada model permintaan impor
jagung industri pakan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini:
Tabel 14. Hasil Uji Normalitas (Kolmogorov-Smirnov) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 33
Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 278,0181384
Most Extreme Difference Absolute ,177 Positive ,177 Negative -,093
Kolmogorov-Smirnov Z 1,016 Asymp. Sig. (2-tailed) ,254 Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen
Berdasarkan pada Tabel 14 hasil uji normalitas menunjukkan bahwa nilai
probabilitas sebesar 0,254 lebih besar dari tingkat signifikansi (α) = 0,05 atau
(0,254 > 0,05) maka dapat disimpulkan model permintaan impor jagung industri
pakan Indonesia dalam penelitian ini residualnya berdistribusi normal.
5.1.2 Hasil Pengujian Statistik
1. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) merupakan ukuran keterwakilan variabel
terikat oleh variabel bebas atau sejauh mana variabel bebas dapat menjelaskan
variabel terikat (Suharjo, 2008 : 79). Nilai koefisien determinasi terletak diantara
nol dan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Apabila nilai R2 mendekati satu maka semakin baik
garis regresinya. Berikut ini merupakan tabel hasil uji koefisien determinasi (R2)
dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia:
64
Tabel 15. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia
Model R R Square Adjusted R
Square Std Error of the
Estimate 1 ,812a ,659 ,610 297,21389 Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Tarif Nyata (α) Lima Persen
Berdasarkan Tabel 15 diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0,659. Hal ini berarti bahwa variabel terikat (permintaan impor jagung pada
industri pakan di Indonesia) mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas dalam
penelitian ini yang meliputi: penawaran jagung pada industri pakan (SJIP),
permintaan jagung pada industri pakan (DJIP), harga riil jagung internasional
(HRJI), dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (NTR) sebesar
65,9 persen dan 34,1 persen lainnya dijelaskan oleh variabel bebas diluar model.
2. Uji F (Uji Simultan)
Uji F bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel bebas
terhadap variabel terikat atau merupakan uji signifikansi model regresi. Uji F
dapat dijelaskan dengan menggunakan analisis varian (Analysis of Variance =
ANOVA) dengan dasar pengambilan keputusan berdasarkan nilai F-hitung atau
nilai signifikansi pada tingkat kepercayaan 95 persen atau pada taraf nyata (α)
sebesar 0,05 (Widarjono, 2015 : 19). Apabila nilai F-hitung > F-tabel atau nilai
signifikansi < 0,05 maka hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Ini
memiliki arti bahwa variabel bebas secara simultan atau bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat. Berikut ini merupakan tabel hasil
Uji F dalam model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia:
65
Tabel 16. Hasil Uji Statistik Simultan (Uji F) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 1 Residual Total
4770358,900 2473410,729 7243769,629
4 28 32
1192589,725 88336,097
13,501
,000b
Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Tarif Nyata (α) Lima Persen
Berdasarkan Tabel 16 diperoleh hasil Uji F memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,000 yang berarti nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata (α) sebesar
0,05 atau (0,000 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa dalam model permintaan
impor jagung industri pakan Indonesia variabel bebas (penawaran jagung pada
industri pakan, permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung
internasional, dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara
simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya
(permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia).
Sementara hasil Uji F juga diketahui memiliki nilai F-hitung sebesar
13,501 dengan degree of freedom (df) = k-1 = 5-1 = 4 dan derajat bebas penyebut
(df2) = n-k = 33-5 = 28, di mana k adalah jumlah variabel bebas dan terikat dan n
adalah jumlah sampel penelitian. Berdasarkan tabel distribusi F (tabel bantuan
jika menggunakan statistik Uji F) diperoleh F-tabel sebesar 2,71 sehingga F-
hitung memiliki nilai yang lebih besar daripada F-tabel (13,501 > 2,71) maka
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan,
permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai
tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara simultan atau bersama-
66
sama berpengaruh signifikan terhadap variabel terikatnya (permintaan impor
jagung pada industri pakan di Indonesia).
3. Uji t (Uji Parsial)
Uji t atau uji parsial pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel bebas/independen (penawaran jagung pada industri pakan,
permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai
tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) secara individual dalam
menerangkan variasi variabel terikat yaitu permintaan impor jagung pada industri
pakan di Indonesia (Ghozali, 2016 : 97).
Tabel 17. Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Model Permintaan Impor Jagung Industri Pakan Indonesia
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta 1 (Constant) 285,910 390,544 ,732 ,470 SJIP -,242 ,118 -,246 -2,046 ,050 DJIP 1,279 ,271 1,514 4,724 ,000 HRJI -,254 ,179 -,207 -1,416 ,168 NTR -,112 ,048 -,656 -2,330 ,027 Sumber: Data Sekunder (Diolah) (Lampiran 5) Keterangan: Taraf Nyata (α) Lima Persen
Keterangan:
SJIP = Penawaran jagung pada industri pakan
DJIP = Permintaan jagung pada industri pakan
HRJI = Harga riil jagung internasional
NTR = Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
67
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui nilai t-hitung yang diperoleh dari
masing-masing variabel bebas. Sementara itu, berdasarkan tabel distribusi t (tabel
bantuan jika menggunakan statistik Uji t) diperoleh nilai t-tabel sebesar 1,70113
dengan degree of freedom (df) = n-k = 33-5 = 28 dan tingkat signifikansi 5 persen.
Adapun variabel-variabel bebas dalam model permintaan impor jagung industri
pakan Indonesia yang telah diuji menggunakan Uji t diuraikan sebagai berikut:
1. Variabel penawaran jagung pada industri pakan (SJIP)
Penawaran jagung pada industri pakan memiliki nilai t-hitung sebesar -2,046.
Tanda negatif menunjukkan bahwa variabel penawaran jagung pada industri
pakan memiliki hubungan negatif terhadap permintaan impor jagung pada
industri pakan di Indonesia (sesuai hipotesis penelitian). Penawaran jagung
pada industri pakan memiliki nilai t-hitung > t-tabel atau (2,046 > 1,70113)
dengan nilai probabilitas t (P-value) sebesar 0,050 atau (0,050 < 0,05). Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa variabel penawaran jagung pada industri
pakanberpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata terhadap
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia pada taraf nyata
(α) lima persen.
2. Variabel permintaan jagung pada industri pakan (DJIP)
Permintaan jagung pada industri pakan memiliki nilai t-hitung sebesar 4,724.
Tanda positif menunjukkan bahwa variabel permintaan jagung pada industri
pakan memiliki hubungan positif terhadap permintaan impor jagung pada
industri pakan di Indonesia (sesuai hipotesis penelitian). Permintaan jagung
pada industri pakan memiliki nilai t-hitung > t-tabel atau (4,724 > 1,70113)
68
dengan nilai probabilitas t (P-value) sebesar 0,000 atau (0,000 < 0,05). Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa variabel permintaan jagung pada industri
pakan berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata terhadap
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia pada taraf nyata
(α) lima persen.
3. Variabel harga riil jagung internasional (HRJI)
Harga riil jagung internasional memiliki nilai t-hitung sebesar -1,416. Tanda
negatif menunjukkan bahwa variabel harga riil jagung internasional memiliki
hubungan negatif terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di
Indonesia (sesuai hipotesis penelitian). Harga riil jagung internasional
memiliki nilai t-hitung < t-tabel (1,416 < 1,70113) dengan nilai probabilitas t
(P-value) sebesar 0,168 atau (0,168 > 0,05). Hasil pengujian ini menunjukkan
bahwa harga riil jagung internasional tidak berpengaruh secara signifikan atau
tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan impor jagung pada industri
pakan di Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen.
4. Variabel nilai tukar riil terhadap dollar Amerika Serikat (NTR)
Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memiliki nilai t-hitung
sebesar -2,330. Tanda negatif menunjukkan bahwa variabel nilai tukar riil
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memiliki hubungan negatif terhadap
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia (sesuai hipotesis
penelitian). Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat memiliki
nilai t-hitung > t-tabel atau (2,330 > 1,70113) dengan nilai probabilitas t (P-
value) sebesar 0,027 atau (0,027 < 0,05). Hasil pengujian ini menunjukkan
69
bahwa nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat berpengaruh
secara signifikan atau berpengaruh nyata terhadappermintaan impor jagung
pada industri pakan di Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen.
5.1.3 Persamaan Regresi Linier Berganda
Hasil dari pengaruh penawaran jagung pada industri pakan (SJIP),
permintaan jagung pada industri pakan (DJIP), harga riil jagung internasional
(HRJI), dan nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (NTR) terhadap
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia (MJIP) dapat diketahui
dengan analisis regresi linier berganda yang diolah dengan bantuan program SPSS
versi 20.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda pada Tabel 17, maka
model permintaan impor jagung industri pakan Indonesia diperoleh persamaan
regresi sebagai berikut:
𝑀𝐽𝐼𝑃 = 285,910 − 0,242𝑆𝐽𝐼𝑃 + 1,279𝐷𝐽𝐼𝑃 − 0,254𝐻𝑅𝐽𝐼 − 0,112𝑁𝑇𝑅 + 𝜀
Keterangan:
MJIP = Permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia
SJIP = Penawaran jagung pada industri pakan
DJIP = Permintaan jagung pada industri pakan
HRJI = Harga riil jagung internasional
NTR = Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
ε = error
70
5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis model permintaan impor jagung industri pakan
Indonesia dalam penelitian ini, diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia tahun 2005-2015.
Faktor-faktor tersebut merupakan variabel bebas dalam penelitian ini yaitu:
penawaran jagung pada industri pakan (ton), permintaan jagung pada industri
pakan (ton), harga riil jagung internasional (USD/ton), dan nilai tukar riil rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat (Rp/USD). Hasil penelitian model permintaan
impor jagung industri pakan Indonesia menunjukkan faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Penawaran jagung pada industri pakan (SJIP)
Penawaran suatu komoditi merupakan sejumlah komoditi yang ditawarkan
oleh produsen, dalam hal ini petani dan pedagang kepada industri pakan sebagai
konsumen utama dalam suatu pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu.
Penyediaan atau penawaran suatu komoditi masih sangat tergantung dari jumlah
komoditi yang diproduksi, sedangkan jumlah produksi yang dihasilkan sangat
ditentukan oleh luas panen dan produktivitas.
Hasil regresi linier berganda model permintaan impor jagung industri
pakan Indonesia menunjukkan bahwa tanda koefisien penawaran jagung pada
industri pakan adalah negatif. Tanda negatif pada koefisien regresi sesuai dengan
hipotesis penelitian yaitu apabila sejumlah jagung hasil panen petani yang diserap
industri pakan mengalami peningkatan, maka sebagian besar kebutuhan jagung
71
pada industri pakan dipenuhi dari produksi jagung nasional, sehingga
menyebabkan permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia
mengalami penurunan.
Selain itu, variabel penawaran jagung pada industri pakan juga
menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,242. Artinya, apabila penawaran
jagung pada industri pakan meningkat sebesar 1 ton, maka permintaan impor
jagung pada industri pakan di Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,242 ton.
Hasil Uji t juga menyatakan bahwa penawaran jagung pada industri pakan
berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata terhadap permintaan impor
jagung pada industri pakan di Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen. Ini
menunjukkan bahwa tinggi-rendahnya penawaran jagung pada industri pakan
menentukan naik-turunnya permintaan impor jagung pada industri pakan di
Indonesia.
Berdasarkan hasil survei penggunaan jagung tahun 2014 oleh Kementerian
Pertanian, di mana penyerapan jagung oleh industri pakan berdasarkan asalnya
yaitu petani dan pedagang, masing-masing sebesar 1,64 persen dan 27,17 persen.
Rendahnya penyerapan tersebut membuat kebutuhan jagung pada industri pakan
belum sepenuhnya dipenuhi dari penawaran jagung dalam negeri (lokal).
Penggunaan jagung pada industri pakan masih didominasi oleh jagung impor
mencapai 50,11 persen, sedangkan jagung lokal hanya sebesar 49,89 persen. Hal
ini dikarenakan wilayah dengan jumlah pabrik pakan relatif banyak bukan
merupakan sentra produksi jagung, sehingga penyerapan jagung impor lebih
tinggi dibandingkan jagung lokal.
72
Selain itu, hal ini juga berkaitan dengan pola panen jagung selama 3 tahun
terakhir yang menunjukkan kondisi hampir seragam, yaitu puncak panen jagung
terjadi pada Subround 1 yaitu bulan Februari, Maret, dan April sedangkan pada
bulan-bulan lainnya cenderung konstan (Pusdatin Pertanian, 2016 : 18). Berbeda
dengan produksi jagung yang bersifat musiman, kebutuhan jagung untuk pabrik
pakan atau permintaan industri pakan bersifat rutin, sehingga memungkinkan
terjadinya kelebihan permintaan (excess demand) pada waktu tertentu atau suatu
kondisi di mana permintaan melebihi penawaran yang mengharuskan industri
pakan mengimpor jagung (import demand) untuk memenuhi kebutuhannya.
Faktor lokasi pabrik pakan yang jauh dari sentra produksi dan pentingnya
perlakuan pascapanen yang tepat, khususnya pengeringan dan penyimpanan
membuat petani enggan menjual jagung hasil panennya langsung ke pabrik pakan,
sehingga petani lebih memilih untuk menjualnya ke pedagang. Pada masa puncak
panen bahkan pedagang terbiasa menjemput langsung jagung ke sawah, sehingga
mempermudah para petani karena tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi
untuk mengangkut hasil panennya (Pusdatin Pertanian, 2014 : 22). Oleh karena
itu, apabila para petani tersebut dapat menyalurkan jagung hasil panennya
langsung ke pabrik pakan dan membuat penawaran jagung pada industri pakan
mengalami peningkatan, maka diharapkan kebutuhan jagung pada industri pakan
dapat sepenuhnya terpenuhi dari produksi jagung nasional. Hal ini karena
perubahan penawaran jagung pada industri pakan akan mempengaruhi permintaan
impor jagung pada industri pakan di Indonesia.
73
2. Permintaan jagung pada industri pakan (DJIP)
Permintaan adalah sejumlah komoditi yang rela dan mampu dibeli oleh
konsumen selama periode tertentu dan pada kondisi tertentu. Permintaan suatu
komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi pertanian yang dibutuhkan dan
dibeli oleh konsumen, dalam hal ini industri pakan ternak sebagai konsumen/
pengguna utama jagung di Indonesia. Dengan demikian, permintaan jagung pada
industri pakan adalah keseluruhan atau banyaknya jumlah jagung yang dibeli
pabrik pakan berdasarkan harga yang telah disepakati.
Hasil regresi linier berganda model permintaan impor jagung industri
pakan Indonesia menunjukkan bahwa tanda koefisien permintaan jagung pada
industri pakan adalah positif. Tanda positif pada koefisien regresi sesuai dengan
hipotesis penelitian yaitu apabila permintaan jagung pada industri pakan
mengalami peningkatan dan membuat persediaan/penawaran jagung menjadi
terbatas, maka terbatasnya penawaran jagung pada industri pakan menyebabkan
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia mengalami
peningkatan.
Selain itu, variabel permintaan jagung pada industri pakan juga
menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar 1,279. Artinya, apabila permintaan
jagung pada industri pakan meningkat sebesar 1 ton, maka permintaan impor
jagung pada industri pakan di Indonesia turut meningkat sebesar 1,279 ton. Hasil
Uji t juga menyatakan bahwa permintaan jagung pada industri berpengaruh secara
signifikan atau berpengaruh nyata terhadap permintaan impor jagung pada
industri pakan di Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen. Ini mengindikasikan
74
bahwa semakin meningkat permintaan jagung pada industri pakan maka semakin
meningkat pula permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian Sayekti (2009) dengan judul
Analisis Dampak Perdagangan Bebas Regional terhadap Kinerja Perdagangan
Jagung, di mana impor jagung dari ASEAN memberikan respon yang cukup
tinggi terhadap perubahan permintaan jagung oleh industri pakan ternak. Hal ini
menunjukkan bahwa industri pakan ternak sangat mempengaruhi impor jagung
Indonesia dan mendukung anggapan bahwa pengguna utama impor jagung
Indonesia adalah sektor industri.
Pada industri pakan, jagung merupakan salah satu bahan baku pakan
penting dari sekitar 30 jenis bahan baku yang digunakan. Proporsi jagung dalam
pakan adalah rata-rata 51 persen khususnya untuk ayam ras yakni ayam broiler
dan petelur. Penggunaan jagung yang relatif tinggi ini disebabkan oleh harganya
yang relatif murah, mengandung kadar kalori yang tinggi, mempunyai protein
dengan kandungan asam amino yang lengkap, juga mudah diproduksi dalam
jumlah besar dan sangat digemari oleh ternak. Upaya untuk menggantikan jagung
dengan biji-bijian lain tampaknya belum berhasil, sehingga jagung tetap menjadi
bahan baku pakan pilihan utama di seluruh dunia (Tangendjaja dkk, 2005 : 241).
Penggunaan jagung telah bergeserdari tujuan perdagangan untuk
kebutuhan pangan pokok kedua setelah beras, menjadi bahan baku pakan ternak
yang kemudian mendapat proses biologis untuk menghasilkan daging dan telur.
Peningkatan pendapatan masyarakat karena pertumbuhan ekonomi telah
mendorong pula peningkatan permintaan akan hasil ternak tersebut. Berdasarkan
75
Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian, penyerapan jagung oleh
industri pakan di Indonesia meningkat setiap tahunnya, dengan pertumbuhan rata-
rata 10,36 persen/tahun. Pertumbuhan tersebut melebihi penawaran jagung lokal
yang hanya sebesar 4,95 persen/tahun, sehingga terjadilah kelebihan permintaan
(excess demand) pada industri pakan ternak.
Sejak awal, Indonesia memang terlambat melakukan antisipasi terhadap
peningkatan permintaan jagung karena pemerintah lebih mengutamakan
pengadaan jagung sebagai pangan langsung. Sebagai jalan keluar dari kondisi
tersebut, pemerintah membuka keran impor dan juga menerapkan tarif bagi impor
jagung. Namun, kegiatan impor jagung oleh industri pakan menjadi berlebihan
(ketergantungan) sampai pada batas di mana Indonesia dapat dikatakan sebagai
negara importir jagung, setelah sebelumnya sempat menjadi negara eksportir
jagung pada tahun 1964-1980 (Yusdja dan Agustian, 2003 : 31).
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa permintaan impor
jagung melebihi dari apa yang dibutuhkan (permintaan jagung pada industri
pakan), apabila kebutuhan jagung sebesar 1 ton, maka permintaan impor jagung
mencapai 1,279 ton. Berlebihnya permintaan impor jagung atas kebutuhan
industri pakan dalam kasus ini sejalan dengan pertumbuhan permintaan impor
jagung pada industri pakan di Indonesia tahun 2005-2015 yang mencapai 108,85
persen/tahun atau melebihi 100 persen (Tabel 2).
Selain itu, mengenai akurasi data statistik jagung nasional oleh Sadra dan
Agustian tahun 2002 dikatakan bahwa pendataan jagung sampai saat ini tidak
membedakan menurut masing-masing jenis konsumsinya, sehingga sulit sekali
76
mengetahui berapa sebenarnya produksi jagung untuk konsumsi manusia,
konsumsi ternak, jagung muda, jagung “pop corn” dan sebagainya, bahkan data
jagung kurang dapat dipercayai kebenarannya. Oleh karena itu, sudah waktunya
istilah kata jagung dan pendataannya dipisah-pisahkan menurut jenis dan tujuan
konsumsi, sehingga informasi yang diberikan dapat memberi manfaat dan akurasi
yang lebih besar.
3. Harga riil jagung internasional (HRJI)
Harga internasional merupakan harga suatu komoditi yang berlaku di
pasar dunia. Secara teori, harga yang terbentuk di pasar dipengaruhi oleh kekuatan
penawaran dan permintaan. Teori ini terbukti dengan terjadinya pembentukan
harga jagung di pasar dunia maupun domestik. Harga jagung di pasar dunia lebih
banyak dipengaruhi oleh total penawaran dan permintaan jagung dunia. Selain itu,
harga jagung di pasar dunia juga dapat dipengaruhi oleh struktur pasar dunia dan
kebijakan-kebijakan dari negara eksportir dan importir jagung. Posisi Indonesia
dalam pasar jagung dunia hanya berperan sebagai small country yang tidak
mempengaruhi harga (Supriyatna, 2007 : 23).
Hasil regresi linier berganda model permintaan impor jagung industri
pakan Indonesia menunjukkan bahwa tanda koefisien harga riil jagung
internasional adalah negatif. Tanda negatif pada koefisien regresi sesuai dengan
hipotesis penelitian yaitu apabila terjadi kenaikan harga riil jagung internasional
maka permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia akan menurun.
Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Sukirno (2005 : 76) bahwa semakin
rendah harga suatu barang maka akan semakin bertambah permintaan barang
77
tersebut dan sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka akan semakin
berkurang permintaan barang tersebut, apabila faktor lain dianggap tetap (ceteris
paribus). Oleh karena itu, hubungan jumlah suatu barang yang diminta dalam hal
ini adalah permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dengan
harga barang tersebut atau harga jagung internasional berpengaruh negatif
(berlawanan arah).
Selain itu, variabel harga riil jagung internasional juga menunjukkan nilai
koefisien regresi sebesar -0,254. Artinya, apabila harga riil jagung internasional
meningkat sebesar 1 USD maka permintaan impor jagung pada industri pakan di
Indonesia akan menurun sebesar 0,254 ton. Hasil Uji t juga menyatakan bahwa
harga riil jagung internasional tidak berpengaruh secara signifikan atau tidak
berpengaruh nyata terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di
Indonesia pada taraf nyata (α) lima persen. Ini mengindikasikan bahwa perubahan
yang terjadi pada harga riil jagung internasional tidak akan menyebabkan
perubahan permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia. Hasil
penelitian ini serupa dengan penelitian Timor (2008) yang berjudul Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia, di
mana harga riil jagung dunia berpengaruh negatif terhadap jumlah impor jagung
Indonesia meskipun tidak secara nyata pada taraf nyata lima persen. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Putri (2013) dengan judul Dampak Tarif Impor
terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan
ASEAN Free Trade Area, di mana impor jagung Jepang dan Korea Selatan
78
sebagai negara importir jagung utama didunia tidak dipengaruhi oleh harga riil
jagung dunia dengan arah negatif.
Indonesia merupakan salah satu negara produsen jagung terbesar di dunia.
Akan tetapi, ketersediaan jagung dalam negeri menjadi terbatas karena telah
terjadi kelebihan permintaan jagung pada sektor industri khususnya industri pakan
ternak sebagai pengguna utama jagung di Indonesia. Hal ini menyebabkan
permintaan impor jagung semakin meningkat. Sejalan dengan peningkatan
pertumbuhan industri pakan ternak guna mendukung perkembangan industri
peternakan. Kegiatan impor jagung yang sebagian besar didominasi oleh
pengusaha pakan ternak ini dianggap lebih murah dan efisien. Hal ini dikarenakan
posisi pengusaha pakan ternak terdiri dari 1 negara importir dibandingkan
membeli jagung lokal yang harus dikumpulkan dari beberapa petani sedikit demi
sedikit karena ketiadaan pengepul jagung. Hal ini dapat memaksa para petani
jagung untuk tidak terlalu tinggi dalam meningkatkan harga jual jagung ketika
ketersediaan jagung terbatas. Selain itu, para petani terkadang harus
menyesuaikan harga jual jagung mereka dengan harga beli jagung impor agar
tetap dapat diserap oleh pabrik pakan ternak (Timor, 2008 : 102).
Selain itu, kondisi harga jagung dunia dari tahun ke tahun memiliki
kecenderungan menurun, sejalan dengan bertambahnya negara-negara yang
menjadi produsen jagung. Oleh karena itu, ketersediaan jagung di pasar dunia
selalu berlebih dibandingkan dengan kondisi pasar jagung dalam negeri. Di mana
kondisi pasar jagung dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan jagung
untuk industri pakan yang terus meningkat (Timor, 2008 : 122). Dampak dari
79
harga jagung di pasar dunia yang relatif rendah ini membuat Indonesia lebih
banyak mengimpor jagung.
4. Nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (NTR)
Nilai tukar riil yang digunakan dalam model permintaan impor jagung
industri pakan Indonesia adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
yang telah dideflasi dengan tujuan menghilangkan pengaruh inflasi. Mata uang
rupiah sebagai mata uang negara pengimpor yaitu Indonesia dan mata uang
Amerika Serikat (dollar) dipilih karena dianggap sebagai mata uang yang relatif
stabil bila dibandingkan dengan mata uang negara lain. Selain itu, penggunaan
mata uang dollar Amerika Serikat menjadi yang paling banyak digunakan sebagai
alat pembayaran atas transaksi perdagangan internasional.
Hasil regresi linier berganda model permintaan impor jagung industri
pakan Indonesia menunjukkan bahwa tanda koefisien nilai tukar riil rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat adalah negatif. Tanda negatif pada koefisien
regresi sesuai dengan hipotesis penelitian yaitu apabila nilai tukar riil rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat meningkat (melemah/depresiasi) menyebabkan
penurunan permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia. Penurunan
terjadi dikarenakan depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang membuat
harga jagung di pasar dunia (internasional) meningkat, sehingga mengakibatkan
daya beli Indonesia akan semakin turun. Dampaknya impor jagung mengalami
penurunan menghadapi harga dunia tersebut (Sayekti, 2009 : 92).
80
Selain itu, variabel nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat
juga menunjukkan nilai koefisien regresi sebesar -0,112. Artinya, apabila nilai
tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat meningkat sebesar 1 USD maka
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia akan menurun sebesar
0,112 ton. Hasil Uji t juga menyatakan bahwa nilai tukar riil rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat berpengaruh secara signifikan atau berpengaruh nyata
terhadap permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia pada taraf
nyata (α) lima persen. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi volume dari
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia akan dipengaruhi oleh
variabel nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat.
Pada kondisi di mana nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat meningkat atau terjadi depresiasi menyebabkan harga barang luar negeri
relatif lebih mahal dan harga dalam negeri relatif lebih murah. Dalam hal ini,
harga jagung dalam negeri akan mampu bersaing dengan harga jagung
internasional atau daya saing komoditi luar negeri akan turun dan membuat
industri pakan beralih menggunakan jagung dalam negeri untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku, sehingga akan menurunkan permintaan impor jagung pada
industri pakan di Indonesia.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian
mengenai analisis permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan impor jagung pada industri
pakan di Indonesia dengan tingkat signifikansi 5 persen yang telah dianalisis
dalam penelitian ini adalah penawaran jagung pada industri pakan,
permintaan jagung pada industri pakan dan nilai tukar riil rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa:
a) Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,659. Artinya bahwa permintaan
impor jagung pada industri pakan di Indonesia mampu dijelaskan oleh
variabel-variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan,
permintaan jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional dan
nilai tukar riil rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) sebesar 65,9 persen
sedangkan 34,1 persen lainnya dijelaskan oleh variabel-variabel bebas
lainnya.
b) Hasil Uji F menunjukkan secara simultan (bersama-sama) variabel bebas
yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat.
c) Adapun faktor-faktor yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap
permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia dengan taraf
82
nyata (α) lima persen adalah penawaran jagung pada industri pakan,
permintaan jagung pada industri pakan dan nilai tukar riil rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian mengenai
analisis permintaan impor jagung pada industri pakan di Indonesia, maka
beberapa saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka mengatasi ketergantungan impor jagung dan memenuhi
kebutuhan industri pakan ternak, maka pemerintah mencanangkan
swasembada jagung melalui Program Upaya Khusus (UPSUS) Pajale. Demi
mewujudkan swasembada jagung yang berkesinambungan, maka diperlukan
upaya lebih, sehingga tidak hanya mengandalkan angka produksi yang
memenuhi target. Upaya lebih yang dimaksud adalah pengembangan
infrastruktur pendukung yaitu berkaitan dengan distribusi, gudang
penyimpanan dan alat pengering, membangun secara integral gudang-gudang
penyimpanan (silo), memberikan alat pengering di sentra-sentra produksi
jagung dan sentra produksi pakan, memperbaiki tata kelola, dan
pendistribusian hasil dari sentra-sentra jagung yang sudah ada. Secara umum,
pasokan jagung yang berlimpah berada di daerah luar Pulau Jawa, di mana
akses transportasi tidak ada, atau lokasi pelabuhan terlalu jauh. Selain itu,
biaya transportasi tinggi dan ketika sampai dikonsumen maka harganya
menjadi sangat tinggi. Untuk dapat menyimpan jagung dalam periode yang
83
lebih lama, maka diperlukan silo dan alat pengering, sehingga kualitas jagung
tetap terjamin.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menambah variabel dan rentang
waktunya, dikarenakan keterbatasan dari penelitian ini hanya menggunakan
empat variabel bebas (penawaran jagung pada industri pakan, permintaan
jagung pada industri pakan, harga riil jagung internasional, dan nilai tukar riil
rupiah terhadap dollar Amerika Serikat) dalam kurun waktu 2005-2015.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2005 – 2015. Indikator Ekonomi Desember. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2005. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2006. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2007. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2008. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2009. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2010. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2011. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2012. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2013. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2014. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2015. Indeks Harga Konsumen Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
________________________. 2017. Data Harga Perdagangan Besar Jagung di Jakarta. 1 Halaman Microsoft Excel. http://www.bps.go.id/. Diakses pada 30 September 2017. Pukul 22.02 WIB.
________________________. 2017.Pengertian Harmonized System (HS). https://sirusa.bps.go.id/. Diakses pada 5 Desember 2017. Pukul 10.00 WIB.
85
Basri, Faisal dan Haris Munandar. 2010. Dasar-dasar Ekonomi Internasional: Pengenalan & Aplikasi Metode Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gudono. 2012. Analisis Data Multivariat. Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Terjemahan: Sumarno Zein. Jakarta: Erlangga.
Heryanto dan Lukman. 2008. Statistik Ekonomi. Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hidayanto dan Yossita F. 2014. Sejarah Tanaman Jagung. 1 Halaman. http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/. Diakses pada 11 November 2017. Pukul 11.25 WIB.
Indikator Ekonomi. 2017. Data Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat. 1 Halaman. https://id.tradingeconomics.com/. Diakses pada 20 Januari 2017. Pukul 15:00 WIB.
Iriany, R.N., M. Yasin dan Baehaki. 2007. Asal, Sejarah, Evolusi & Taksonomi. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. [E-Book]. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/. Diakses pada 12 Juni 2016. Pukul 20:41 WIB.
Karim, Adiwarman A. 2010. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2015. Analisis Perkembangan Harga Bahan Pangan Pokok di Pasar Domestik dan Internasional. Jakarta: Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
_______________________________________. 2016. Data Nilai Tukar Mata Uang Asing terhadap Rupiah. 1 Halaman Microsoft Excel. http://www.kemendag.go.id/. Diakses pada 30 September 2016. Pukul 22.02 WIB.
_______________________________________. 2017. Realisasi Impor Jagung Indonesia. 2 Halaman Microsoft Excel. 7 Maret 2017.
86
Kementerian Pertanian Republik Indonesia. 2017. Data Produksi Jagung Nasional. 1 Halaman Microsoft Excel. 7 Maret 2017.
Kotler, Philip. 1994. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Lukman. 2007. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: UIN Jakarta Press.
Mankiw, N Gregory, Peter Wilson dan Euston Quah. 2012. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Salemba Empat.
Mustafa EQ, Zainal. 2009. Mengurai Variabel Hingga Instrumentasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Pindyck, Robert S., Daniel L. Rubinfeld. 2007. Mikroekonomi Edisi Keenam.Terjemahan: Nina Kurnia Dewi. Jakarta: PT Indeks.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2014. Buku Analisis Hasil Survei Penggunaan Jagung Tahun 2014. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
____________________________________. 2015. Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Pertanian Vol. 5 No. 1 Tahun 2015. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
____________________________________. 2016. Analisis Kinerja Perdagangan Jagung. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
____________________________________. 2016. Buletin Triwulanan Konsumsi Pangan Volume 7 Nomor 1 Tahun 2016. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian.
____________________________________. 2016. Outlook Komoditas Pertanian Sub Sektor Tanaman Pangan Jagung. [E-Book]. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.
Putri, Aulia I. 2013. Dampak Tarif Impor terhadap Pasar Jagung di Indonesia dalam Skema Liberalisasi Perdagangan ASEAN FREE TRADE AREA. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
87
Rachman, Benny. 2005. Perdagangan Internasional Komoditas Jagung. Ekonomi Jagung Indonesia. [E-book]. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Revania, Lisa. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Jagung di Indonesia Tahun 1982-2012. Jejak Journal of Economics and Policy, 7 (1): 102-112.
Sadra K.D dan A. Agustian. 2002. Akurasi Data Statistik Jagung Nasional. Working Paper. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sayekti, Apri L. 2009. Analisis Dampak Perdagangan Bebas Regional terhadap Kinerja Perdagangan Jagung. [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Sevilla, Consuelo G., J.A Ochave, B.P Regala dan G.G Uriarte. 2006. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Simamora, Bilson. 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan Proyek PEMD BAPPENAS. 2000. TTG Budidaya Pertanian: Jagung. Jakarta: Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Subekti, N.A., Syafruddin, Roy Efendi dan Sri Sunarti. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. [E-Book]. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/. Diakses pada 12 Juni 2016. Pukul 20:41 WIB.
Sugiarto, dkk. 2002. Ekonomi Mikro: Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suharjo, Bambang. 2008. Analisis Regresi Terapan dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukirno, Sadono. 2005. Pengantar Teori Ilmu Mikroekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
88
Sunyoto, Danang. 2010. Uji KHI Kuadrat dan Regresi untuk Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suparmoko, M. 1999. Pengantar Ekonomika Makro. Yogyakarta: BPFE – Yogyakarta.
Supranto, J. 2010. Analisis Multivariat: Arti dan Interpretasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriyatna, Ari. 2007. Analisis Integrasi Pasar Jagung Dunia dengan Pasar Jagung dan Daging Ayam Domestik, serta Pengaruh Tarif Impor Jagung dan Harga Minyak Mentah Dunia. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Tangendjaja, B., Yusmichad Yusdja dan Nyak Ilham. 2005. Analisis Ekonomi Permintaan Jagung untuk Pakan. Ekonomi Jagung Indonesia.[E-book]. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Timor, Sholihati D. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Impor Jagung di Indonesia. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
United States Department of Agriculture (USDA). 2017. Data Visual Jagung. http://pusatdata.kontan.co.id/. Diakses pada 7 Maret 2017. Pukul 17:56 WIB.
Widarjono, A. 2015. Analisis Multivariat Terapan: dengan Program SPSS, AMOS dan SMARTPLS. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
World Bank Commodity Price Data (Pink Sheet). 2016. Data Harga Jagung Internasional. 1 Halaman Microsoft Excel. http://knoema.com/. Diakses pada 3 Juni 2016 Pukul 16:16 WIB.
___________________________________________. 2017. Data Indeks Harga Non-Energy. 1 Halaman. http://knoema.com/. Diakses pada 19 Januari 2017. Pukul 20.18 WIB.
Yusdja, Yusmichad dan Adang Agustian. 2003. Analisis Kebijakan Tarif Jagung antara Petani Jagung dan Peternak. Analisis Kebijakan Pertanian, Vol. 1, No. 1, Hal. 22-40.
Zubachtirodin, M.S Pabbage dan Subandi. 2007. Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung. Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. [E-Book]. http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/. Diakses pada 12 Juni 2016. Pukul 20:41 WIB.
LAMPIRAN
90
Lampiran 1. Indeks Harga Konsumen Indonesia 2010=100
Tahun/ Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 64,18 75,12 79,82 85,70 94,06 97,56 104,40 108,20 113,15 122,68 131,22 Februari 64,08 75,56 80,32 86,26 94,25 97,84 104,54 108,25 114,00 123,00 130,75 Maret 65,30 75,58 80,51 87,08 94,46 97,70 104,20 108,33 114,72 123,10 130,97 April 65,52 75,62 80,38 87,58 94,17 97,85 103,87 108,55 114,61 123,08 131,44 Mei 65,66 75,90 80,46 88,81 94,21 98,13 104,00 108,63 114,57 123,28 132,10 Juni 65,99 76,24 80,64 91,00 94,32 99,08 104,57 109,30 115,76 123,81 132,81 Juli 66,50 76,58 81,22 92,25 94,74 100,64 105,27 110,07 119,56 124,96 134,05
Agustus 66,87 76,83 81,83 92,72 95,27 101,41 106,26 111,12 120,90 125,55 134,57 September 67,33 77,12 82,48 93,62 96,27 101,85 106,54 111,14 120,48 125,89 134,50 Oktober 73,18 77,79 83,14 94,04 96,45 101,92 106,42 111,32 120,58 126,48 134,40
Nopember 74,14 78,05 83,29 94,16 96,43 102,53 106,78 111,39 120,72 128,38 134,68 Desember 74,11 79,00 84,20 94,12 96,74 103,47 107,39 112,00 121,38 131,54 135,97
Sumber: Badan Pusat Statistik (2017 : 1) (Diolah)
Keterangan: Perhitungan indeks harga konsumen Indonesia 2010=100 dengan menggunakan teknik mengubah tahun dasar karena data IHK Indonesia yang diperoleh adalah data IHK Indonesia 2002=100, 2007=100 dan 2012=100.
91
Lampiran 2. Indeks Harga Konsumen Amerika Serikat 2010=100
Tahun/ Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 87,86 91,39 93,29 97,29 97,18 99,73 101,41 104,44 106,13 107,82 107,72 Februari 88,22 91,43 93,65 97,53 97,54 99,63 101,75 104,68 106,75 107,92 107,98 Maret 88,55 91,57 94,13 97,88 97,44 99,67 102,28 104,95 106,50 108,12 108,21 April 88,82 92,03 94,42 98,10 97,54 99,69 102,74 105,09 106,23 108,33 108,31 Mei 88,77 92,31 94,81 98,68 97,68 99,64 103,11 104,91 106,38 108,65 108,63 Juni 88,82 92,53 95,03 99,72 98,49 99,60 103,10 104,84 106,65 108,84 108,87 Juli 89,37 93,04 95,20 100,43 98,46 99,78 103,37 104,82 106,83 108,95 109,08
Agustus 89,92 93,45 95,23 100,28 98,79 99,93 103,67 105,43 107,03 108,86 109,05 September 91,16 92,99 95,63 100,37 98,98 100,09 103,94 105,97 107,20 108,96 108,89 Oktober 91,30 92,58 95,92 99,50 99,28 100,44 104,00 106,26 107,26 109,02 109,04
Nopember 90,84 92,63 96,68 97,74 99,61 100,69 104,16 106,02 107,32 108,71 109,20 Desember 90,84 93,13 96,96 96,94 99,66 101,10 104,16 106,00 107,62 108,35 109,06
Sumber: Indikator Ekonomi (2016 : 1) (Diolah)
92
Lampiran 3. Indeks Harga Non-Energy 2010=100
Tahun/ Bulan 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Januari 57,71 67,25 80,47 102,30 76,39 96,11 123,20 108,49 108,62 97,83 88,38 Februari 59,37 69,43 82,45 110,26 75,28 92,68 128,50 111,24 108,27 99,73 86,94 Maret 62,30 69,02 84,40 118,14 74,85 94,20 124,18 112,02 104,67 99,84 84,93 April 61,13 72,90 87,87 119,84 77,94 97,90 126,48 111,65 101,83 99,90 84,76 Mei 60,29 78,59 89,58 119,78 82,11 93,39 122,71 109,24 102,24 99,73 85,43 Juni 60,28 74,56 89,53 121,24 84,09 91,29 122,29 105,69 100,99 98,26 84,16 Juli 60,16 76,91 90,65 121,45 82,80 93,53 123,21 110,60 99,62 98,28 83,03
Agustus 60,35 77,22 89,28 113,46 87,78 99,11 121,72 109,41 99,42 97,65 79,92 September 60,78 76,73 92,55 106,30 86,08 102,93 118,98 111,23 98,70 94,37 79,02 Oktober 61,95 79,02 96,13 86,76 87,91 108,83 111,72 109,23 99,13 93,31 79,25
Nopember 62,47 80,43 97,35 77,59 90,90 112,51 108,62 107,13 98,17 93,53 77,13 Desember 64,80 81,48 97,44 72,78 93,26 117,54 105,65 108,31 98,56 91,31 76,39
Sumber: World Bank (2016 : 1)
93
Lampiran 4. Data Penelitian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia
Tahun Caturwulan (Subround)
Permintaan Impor Jagung Industri Pakan
(Ton)
Penawaran Jagung Industri Pakan
(Ton)
Permintaan Jagung Industri Pakan
(Ton)
Harga Riil Jagung Internasional (USD/Ton)
Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Dollar Amerika
Serikat (Rp/USD) MJIP SJIP DJIP HRJI NTR
2005 I 2322,44 1438380,73 1038333,33 1,61 6867,99
II 56544,11 709633,38 1038333,33 1,67 7289,89
III 124947,34 603517,93 1038333,33 1,58 7978,30
2006 I 57147,68 1416190,95 1200000,00 1,52 7512,34
II 910319,44 675579,77 1200000,00 1,47 7547,51
III 807149,41 458735,14 1200000,00 1,85 7671,88
2007 I 571276,28 1477586,76 1283333,33 1,99 7736,84
II 78933,50 805832,65 1283333,33 1,74 7774,66
III 47474,70 635860,07 1283333,33 1,76 8007,04
2008 I 77228,07 1809869,41 1350000,00 2,01 8197,73
II 66472,12 997173,09 1350000,00 2,16 8410,50
III 108406,14 777869,79 1350000,00 2,15 10369,05
2009 I 33650,02 1976239,11 1366666,67 2,20 11032,87
II 150816,95 1125460,97 1366666,67 1,97 9752,92
III 149465,29 771568,56 1366666,67 1,83 9247,66
94
2010 I 183701,58 1993274,71 1661666,67 1,69 9027,45
II 790393,88 1132758,55 1661666,67 1,74 9070,39
III 547677,42 900561,89 1661666,67 2,10 9130,30
2011 I 1020814,15 1778272,49 1866666,67 2,32 8982,30
II 1523746,62 1123580,33 1866666,67 2,51 8696,66
III 599860,08 974382,22 1866666,67 2,48 9208,59
2012 I 503605,12 2119661,73 2050000,00 2,50 9422,12
II 507973,66 1210655,20 2050000,00 2,76 9956,24
III 675496,41 929026,10 2050000,00 2,92 10109,31
2013 I 891506,60 1938500,46 2300000,00 2,82 10405,41
II 905005,91 1166781,84 2300000,00 2,76 11293,83
III 1384148,54 961785,46 2300000,00 2,04 13225,70
2014 I 697724,90 1891389,37 2550000,00 2,14 13314,67
II 1126493,51 1294281,21 2550000,00 1,98 13399,31
III 1424356,36 990494,63 2550000,00 1,84 14407,69
2015 I 1326935,57 2096826,47 2750000,00 2,01 15622,70
II 1052039,60 1275197,79 2750000,00 2,03 16551,99
III 880786,52 936842,17 2750000,00 2,14 17295,70
Sumber: Data Sekunder (Diolah)
Keterangan: Data penelitian tersebut merupakan data yang sudah diolah.
95
Lampiran 5. Hasil Regresi Linier Berganda Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Impor Jagung pada Industri Pakan di Indonesia
Model Summaryb Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Change Statistics Durbin-Watson R Square Change
F Change
df1 df2 Sig. F Change
1 ,812a ,659 ,610 297,21389 ,659 13,501 4 28a ,000 1,575 a. Predictors: (Constant), NTR, SJIP, HRJI, DJIP b. Dependent Variable: MJIP
ANOVAa Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 4770358,900 4 1192589,725 13,501 ,000b
Residual 2473410,729 28 88336,097
Total 7243769,629 32
a. Dependent Variable: MJIP b. Predictors: (Constant), NTR, SJIP, HRJI, DJIP
96
Coefficientsa Model Unstandardized
Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. 95,0% Confidence Interval for B
Correlations Collinearity Statistics
B Std. Error
Beta Lower Bound
Upper Bound
Zero-order
Partial Part Tolerance VIF
1
(Constant) 285,910 390,544 ,732 ,470 -514,083 1085,903 SJIP -,242 ,118 -,246 -2,046 ,050 -,485 ,000 ,080 -,361 -,226 ,841 1,190 DJIP 1,279 ,271 1,514 4,724 ,000 ,724 1,833 ,745 ,666 ,522 ,119 8,423 HRJI -,254 ,179 -,207 -1,416 ,168 -,621 ,113 ,314 -,258 -,156 ,569 1,759 NTR -,112 ,048 -,656 -2,330 ,027 -,211 -,014 ,587 -,403 -,257 ,154 6,507
a. Dependent Variable: MJIP
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz
ed Residual N 33
Normal Parametersa,b Mean 0E-7 Std. Deviation
278,01813841
Most Extreme Differences
Absolute ,177 Positive ,177 Negative -,093
Kolmogorov-Smirnov Z 1,016 Asymp. Sig. (2-tailed) ,254
97
98
Runs Test Unstandardiz
ed Residual Test Valuea -71,36222 Cases < Test Value 16 Cases >= Test Value 17
Total Cases 33 Number of Runs 17 Z ,000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1,000
Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 499,863 216,897 2,305 ,029 SJIP -,026 ,066 -,077 -,393 ,697 DJIP ,221 ,150 ,773 1,473 ,152 HRJI -,099 ,100 -,239 -,997 ,327 NTR -,042 ,027 -,733 -1,590 ,123
99
Coefficientsa Model 95,0% Confidence Interval for B Correlations Collinearity
Statistics Lower Bound Upper Bound Zero-order Partial Part Tolerance
1
(Constant) 55,570 944,155 SJIP -,161 ,109 -,032 -,074 -,071 ,841 DJIP -,086 ,529 -,021 ,268 ,266 ,119 HRJI -,303 ,105 -,052 -,185 -,180 ,569 NTR -,097 ,012 -,119 -,288 -,287 ,154
Coefficientsa Model Collinearity Statistics
VIF
1
(Constant) SJIP 1,190 DJIP 8,423 HRJI 1,759 NTR 6,507
a. Dependent Variable: ABS_RES1