analisis resepsi penonton terhadap citra …eprints.ums.ac.id/39818/1/10. naskah...
TRANSCRIPT
ANALISIS RESEPSI PENONTON TERHADAP CITRA MUHAMMADIYAH MELALUI WAYANG SANTRI SANG PENCERAH
NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi
Disusun oleh : REZHA DHANE ARGANI
(L 100 900 033)
PROGDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
ANALISIS RESEPSI PENONTON TERHADAP CITRA MUHAMMADIYAH MELALUI WAYANG SANTRI SANG
PENCERAH
Rezha Dhane Argani Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika
Universitas Muhammadiyah Surakarta [email protected]
ABSTRAK
Wayang santri sang pencerah merupakan pertunjukan wayang yang di sajikan dalam ukiran kayu berbentuk wayang dan menceritakan sejarah Muhammadiyah. Tujuannya untuk mengetahui pemaknaan penonton terhadap citra Muhammadiyah dalam wayang santri sang pencerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan menggunakan metode analisis resepsi audiens, yaitu penonton dipandang sebagai khalayak aktif dalam meresepsikan isi pesan media dengan menggunakan prespektif latar belakang penonton dari pengalaman, pendidikan dan organisasi.Hasil dari penelitianWayang santri menunjukkan citra positif Muhammadiyah dengan tiga jenis yang ditampilkan pada adegan, yaitu citra moderat, citra modernisasi, dan citra sosial. Empat informan pada posisi Dominant hegemonicyang menyatakan setuju bahwa wayang santri sang pencerah memiliki citra positif terhadap Muhammadiyah. Dan dua informan lainnya pada posisi Negotiation reading yang menyatakan pada beberapa adegan memiliki pemaknaan alternatif. Kata Kunci :Analisis Resepsi, wayang santri sang pencerah, citra Muhammadiyah.
A. LATAR BELAKANG
Wayang sudah sangat melekat
pada kebudayaan yang sangat
terkenal dan semua orang pasti tau
dan pernah melihat pertunjukan
wayang kulit, wayang golek,
wayang orang, wayang santri.
Wayang adalah salah satu budaya
yang sangat sering di pentaskan
dalam kebudayaan indonesia.
Dengan sendirinya wayang
memiliki ukuran-ukuran
bagaimana pewarisan nilai-nilai
kebangsaan yang dilakukan dan
berlangsug turun-temurun selama
berabad –abad.
Dalam bukunya, Darmoko
menjelaskan bahwa seni
pewayangan terkandung nilai
yang terbukti mampu digunakan
sebagai media untuk
memasyarakatkan pedoman hidup.
Berbagai acuan norma, sering kali
digunakan di semua sektor
pemerintahan. Didalam seni
wayang, terdapat pula tatanan
yaitu satu norma atau konvensi
yang mengandung etika ( filsafat
moral). Norma atau konvensi
tersebut di dalam praktiknya di
dunia nyata sudah di sepakati dan
dijadikan pedoman bagi para
seniman wayang yang disebut
juga dalang.
Berbicara mengenai konvensi
dalam wayang, pemahaman ini
sudah diakrabi oleh seniman
maupun penonton. Hal inilah yang
digunakan didalam pewayangan
sebagai ajaran-ajaran yang dapat
digunakan sebagai pedoman hidup
bagi masyarakat. Namun wayang
di dalam pandangan kesenian juga
dianggap sebagai seni pertunjukan
yang mampu menarik perhatian
serta memukau audience.
(Darmoko, 2010: 9-14).
Berbicara mengenai norma
yang disampaikan melalui wayang
tentu saja berhubungan dengan
citra. Untuk itulah harus diketahui
dahulu mengenai apakah itu citra.
Citra itu sendiri merupakan
suatu pemahaman mengenai
semua perasaan yang meliputi
kesan dan perasaan. Selain itu,
gambaran suatu organisasi atau
perusahaan oleh public juga
termasuk di dalam citra. Kesan
dari citra itu sendiripun berbeda-
beda tergantung dari orang yang
memandang. Hal ini terjadi
dikarenakan citra dapat membuat
suatu organisasi dipandang baik
maupun buruk. Sehingga
membuat suatu organisasi
memiliki pencitraan yang berbeda
tergantung dari apa yang
diberikannya terhadap public.
(Soemirat,2004: 113).
Didalam penelitian ini metode
yang digunakan adalah metode
Analisis Resepsi dimana
penelitian ini berpusat pada
bagaimana khlayak menerima
pesan pada obyek yang dilihat
seperti sebuah tayangan maupun
pertunjukan.
Dalam sebuah teks, pada
dasarnya memiliki makna yang
terkandung di dalam isinya.
Sifatnya pun terbuka karena
bertujuan untuk mempermudah
khalayak memahaminya. (Adi
Nugroho, 2012: 27-28).
Berdasarkan uraian di atas
maka penulis memutuskan untuk
mengambil tema Analisis Resepsi
Penonton Terhadap Citra
Muhammadiyah Melalui Wayang
Santri Sang Pencerah.
Namun begitu, peneliti lebih
mengkonsentrasikan penelitian
terhadap wayang santri yang di
adakan oleh Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Dengan judul pementasan
wayang (SANG PENCERAH)
yang di dalangi oleh Ki Enthus.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komunikasi
Komunikasi merupakan ilmu
mengirim dan menerima suatu
pesan yang sudah terdistorsi
noise, serta berpengaruh pada
suatu hal tertentu, dan juga
terdapat kesempatan bagi pelaku
komunikasi untuk melakukan
suatu umpan balik. Banyak
bentuk dalam suatu pesan
komunikasi, salah satunya
mengirimkan dan menerima pesan
melalui salah satu ataupun
kombinasi tertentu dari panca
indera. Manusia terbiasa
menganggap pesan hanya
berbentuk verbal atau tertulis saja.
Namun ini bukanlah satu-satunya
jenis pesan. Manusia juga
berkomunikasi secara non verbal
seperti memberikan kode tertentu
tanpa berbicara. Segala hal pada
diri manusia dianalogikan mampu
melakukan komunikasi (Devito,
1997:23-25).
2. Wayang Santri Sebagai Media
komunikasi massa
Suatu pertunjukan wayang
yang menceritakan mengenai
filosofi dan sejarah islam yang
terjadi di Indonesia merupakan
wayang santri. Di tengah-tengah
kehidupan masyarakat pesisir
pantura, pertama kalinya hadir
wayang santri. Menurut Ki Entus
wayang santri itu sendiri lahir
pada tahun 2006. Wayang santri
dianggap olehnya sangat
membantu dalam menyebarkan
ilmu agama islam oleh para ulama
atau kyai. (www.teropong-
news.com).
Menurut Mcluhan definisi
media massa adalah suatu alat
perpanjangan dari panca indra.
Menurutnya, media merupakan
saluran penyampaian pesan di
dalam komunikasi antar manusia.
Dengan media massa manusia
memperoleh informasi mengenai
benda, tempat yang belum tentu
dialami secara langsung oleh
audiens. Media massa itu sendiri
berfungsi sebagai sarana untuk
menyampaikan informasi.
Khalayak informasi dari media
dapat membentuk,
memeprtahankan dan
mendefinisikan citra sesuai
dengan persepsi khalayak itu
sendiri (nova,2011:199).
3. Citra
Citra merupakan pandangan
yang melekat dari pihak luar
mengenai suatu organisasi.
Perkembangan komunikasi
berakibat bagi suatu organisasi
tidak mungkin dapat menutupi
suatu fakta. Karenanya, kini
mereka jauh lebih dituntut mampu
untuk menjadikan orang-orang
lain paham suatu pesan demi
menjaga reputasi ataupun citra
lembaga dan perusahaan yang di
wakilinya.
Siswanto Sutojo dalam
bukunya menjelaskan bahwa citra
adalah sebagai persepsi
masyarakat terhadap sebuah
organisasi. Persepsi dari
masyarakat tersebut didasari oleh
apa yang diketahui oleh mereka
atau bagaimanakah mereka
melihat sebuah organisasi.
(Siswanto sutojo, 2004).
4. Resepsi
Studi audiens telah
berkembang beberapa varian
meliputi effect research, uses and
grafitication research, literary
criticism, cultural studies,
reception analysis (Jansen and
Rosengen,1995:174).
Analisis resepsi bisa
dikategorikan suatu wacana yang
baru didalam teori komunikasi
dan sosial.
Analisis resepsi juga dapat
dikatakan sebagai penanda suatu
media maupun suatu pengalaman
pada suatu peristiwa dan kejadian
yang di dalamnya terdapat pesan-
pesan yang akan disampaikan.
Agar audiens melihat isi pesan
yang disampaikan spesifik dengan
apa yang dilihat menjadi obyek
analisis yang empiris, maka
fungsi resepsi adalah dengan
memberikan saran.
C. METODE
1. Jenis Penelitian
Metode kualitatif
dengan pendekatan analisis
resepsi dipilih untuk Penelitian
ini. Bogdan dan Taylor
mendefinisikan bahwa metode
kualitatif sebuah cara di dalam
suatu penelitian yang
menghasilkan suatu deskriptif
secara lisan dari khalayak dan
proses yang dapat diamati.
Penelitian secara kualitatif
merupakan penelitian yang
dilakukan dengan wawancara
terbuka untuk menelaah serta
memahami sikap, pandangan
dan perilaku dari individu
maupun kelompok
(Moleong,2013:4-5).
2. Subjek Penelitian
Subjek yang ada pada
penelitian ini yaitu mahasiswa
dari universitas yang berbeda-
beda dan mengikuti organisasi
Islam berbeda-beda.
Informan yang dipilih
yang mempunyai kriteria-
krteria yang cukup mewakili
para mahasiswa yang
mempunyai latar belakang
yang berbeda-beda.Seperti
mahasiswa dari universitas
swasta dimana background
universitasnya Islam, atapun
universitas negeri.
Teknik pengambilan
informanya yang diguankan
dengan menggunakn purposive
sampling.
Pemilihan informan
dipilih dari universitas
muhammadiyah Surakarta,
universitas islam Indonesia
Jogjakarta, Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri.
Pemilihan informan tersebut
dari 6 orang yang dari
universitas yang berbeda-beda,
masing-masing universitas
diambil 2 informan.
3. Sumber Data
Sumber data yang
dipakai dalam penelitian ini
dengan menggunakan 2 sumber
data yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer
dalam penelitian ini yaitu
melakukan wawancara
kepada penonton yang
sudah melihat pertunjukan
wayang santri sang
pencerah.
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder
didalam penelitian ini yaitu
melalui studi kepustakaan,
dan juga dengan dokumen
yang mendukung penelitian
ini seperti video, foto, atau
gambar dan informasi yang
lainnya.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan
data yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan
melakukan wawancara
terhadap penonton yang sudah
melihat video dan memberikan
pertanyaan sesuai dengan
kebutuhan terkait dengan
obyek penelitian..
5. Validitas Data
Validitas didalam
bukunya, Sugiyono
menjelaskan bahwa penelitian
kualitatif merupakan suatu
derajat ketepatan sehingga data
yang valid merupakan data
yang tidak berbeda antara data
yang dilaporkan dengan data
yang sesungguhnya pada obyek
penelitian (sugiyono,
2010:267).
Penelitian ini
menggunakan teknik
triangulasi data. Hal tersebut
digunakan untuk pengecekan
dan sebagai pembanding
terhadap data yang didapat
(Moleong, 2013:330).
6. Analisis Data
Analisis data pada
penelitian ini yaitu dengan
melihat makna atau simbol
citra positif muhammadiyah
melalui wayang santri sang
pencerah dengan menggunakan
metode penelitian resepsi.
Peneliti juga melakukan
wawancara terhadap penonton.
D. PEMBAHASAN
Sesuai dengan hasil Decoding
wawancara terhadap ke enam
informan terhadap citra
Muhammadiyah melalui wayang
santri sang pencerah diperlihatkan
bahwa ke empat informan
menyatakan Dominant hegemonic
dan kedua informant mengatakan
Negotiated. Ke enam informan ini
di tunjukkan sesuai dengan
karakternya yang merupakan dua
Mahasiswa UMS Surakarta Yang
mengikuti organisasi ikatan
mahasiswa Muhammadiyah, dua
mahasiswa UII Yogyakarta yang
mengikuti organisasi Himpunan
Mahasiswa Islam, kemudian yang
terahir dua Mahasiswa IAIN
Surakarta yang mengikuti
organisasi Persatuan Mahasiswa
Islam Indonesia.Dari keenam
informan tersebut telah
menafsirkan hal tersebut.
Penafsiran oleh empat
informan yang Dominant
hegemonic terhadap adegan citra
moderasi yang terdapat pada
wayang santri sang pencerah.
Kemudian kedua informan yang
Negotiated terhadap adegan pada
posisi serupa yang terdapat pada
wayang santri sang pencerah.
1. Dominant Hegemonic
Decoding atau
penerimaan informan terhadap
citra Muhammadiyah melalui
wayang santri sang pencerah.
Citra moderasi tersirat dalam
adegan Ahmad Dahlan
memberikan pengertian kepada
masyarakat bahwa menyembah
pohon besar itu merupakan hal
yang salah. Informan I dan II
yang merupakan aktifis IMM
memberikan tanggapan
Dominant terhadap adegan
tersebut. Tak jauh berbeda
dengan informan V dan VI
yang merupakan aktifis PMII,
ia juga berpendapat Dominant
terhadap adegan tersebut. Pada
adegan tersebut terdapat citra
moderasi Muhammadiyah yang
ditunjukkan disetiap adegannya
dan mewakili citra moderasi
Muhammadiyah.
2. Negotiated Reading
Posisi dimana informan
menerima sebuah isi pesan
dalam adegan yang mewakili
citra Muhammadiyah melalui
wayang santri sang pencerah.
Didalam pernyataan informan
terdapat ketentuan dimana
informan mempunyai jawaban
alternatif. Posisi informan ini
merupakan mahasiswa UII
Yogyakarta yang mengikuti
organisasi HMI. Meski berada
pada posisi
negotiated,informan III dan IV
juga mempunyai jawaban
ataupun pernyataan yang
Dominant terhadap adegan-
adegan tertentu.
Informan III dan IV
memberikan penafsiran
terhadap citra moderasi saat
Muhammadiyah memberikan
pengertian tentang sesaji yang
diberikan pada pohon besar
oleh warga bahwa hal tersebut
merupakan perbuatan yang
dilarang oleh Agama Islam.
Informan ini negotiated
terhadap adegan tersebut
menurutnya bahwa tidak hanya
Muhammadiyah saja Islam
secara kesluruhan juga
melarang hal tersebut karena
perbuatan menyembah pohon
besar itu merupakan hal syirik
yang dilarang Agama Islam.
Selanjutnya penafsiran
informan III dan IV yang
mengikuti organisasi HMI
negotiated terhadap citra
moderasi saat adegan saat ayah
dan pamanya Darwis bahwa
dalam memberikan pengertian
tentang berdakwah yang tidak
menyakiti dan menuntun
kejalan yang baik.
informan III dan IV
menafsirkan terdapat citra
moderasi bahwa tahlilan itu
seperti tradisi dari nenek
moyang kita. Informan
negotiated bahwa tidak ada
anjuran bertahlilan yang
memberikan suguhan kepada
orang yang ikut bertahlilan
tujuannya hanya untuk berdoa
dan medoakan saja.
Informan III dan IV
menafsirkan terhadap citra
moderasi yang terdapat pada
adegan saat terjadi perdebatan
antara pendiri Muhammadiyah
dan pengurus masjid besar
mengenai kebenaran tahlilan
bahwa informan negotiated
karena menurutnya didalam
sebuah organisasi atau suatu
perkumpulan terjadi beda
pendapat itu pasti sering terjadi
tetapi bagaimana mengatasi
perbedaan pendapat tersebut
agar tetap bisa saling menerima
satu dengan yang lainnya.
E. KESIMPULAN
1. Empat informan Dominant
Hegemonic dan dua informan
Negotiated Reading.
2. Informan Mahasiswi Univeritas
Indonesia Yogyakarta yang
mengikuti organisasi HMI
berada pada posisi Negotiated
Readingia menerima adegan
tersebut namun informan
punya jawaban alternatif lain.
3. Dari beberapa informan yang
beranggapan Dominant
hegemonic, Negotiated
Reading. Penonton pertunjukan
wayang santri sang pencerah
secara umum menilai bahwa
pesan yang disampaikan
merupakan citra positif
Universitas Muhammadiyah
Surakarta melalui wayang
santri sang pencerah.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Tri Nugroho. 2012. Mengkaji Khalayak Media Dengan Metode Penelitian
Resepsi.
Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana
Darmoko, dkk. 2010. Pedoman Pewayangan Berperspektif Perlindungan saksi dan
korban. Jakarta: Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Devito, Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Profesional Book.
Haryono, Timbul. 2009. Seni Dalam Dimensi Bentuk, Ruang, danWaktu. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra.
Jalalludin. 2012. Metode Penelitian Komunikasi.Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta :
Kencana Prenada Media Group Rakhmat.
Mulyana, Dedy. 2008. Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Moleong.Metode penelitian kualitif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Dedy. 2008. Ilmu Komunikasi (Suatu Pengantar). Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nova, Firsan. 2011. Crisis Publik Relations. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.Rohim, Syaiful. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Sobron, Sudarsono.2008. Studi Kemuhammadiyahan. Surakarta: LPID.
Soemirat, Soleh. 2004. Dasar-Dasarb Public Relations. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.