analisis semiotika film the...
TRANSCRIPT
-
ANALISIS SEMIOTIKA FILM THE VISITOR
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Di Susun Oleh:
Rita Kurniawati
1110051000227
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H / 2017 M
-
ii
ABSTRAK
Nama : Rita Kurniawati
Nim : 1110051000227
ANALISIS SEMIOTIKA FILM “THE VISITOR”
Film merupakan komunikasi massa yang menggunakan audio visual, dalam
pembuatan film tidak semudah yang kita bayangkan dan sesingkat saat kita melihat di
televisi atau XXI. Membutuhkan waktu yang sangat panjang dari masa pra produksi,
produksi dan paska produksi, biaya banyak, SDM yang memadai. Para ahli tersebut
terbentuk dalam satu tim kerja atau tim work semuanya mempunyai peran masing-
masing, dan saling mengisi satu sama lain.
Film The Visitor, sebuah film Amerika Serikat bergenre drama yang ditulis
sekaligus disutradarai oleh Thomas McCarthy, Walter diharuskan untuk menghadiri
sebuah konferensi di New York, dan dengan terpaksa pun Walter menyanggupinya.
Kebetulan, dirinya memiliki apartemen di sana yang tidak pernah dia kunjungi lebih
dari puluhan tahun. Oleh karena itu, tidak terlalu masalah bagi dirinya jika harus
berkunjung ke New York. Namun, saat ia tiba di apartemen, ia terkejut dengan
mereka karena merupakan imigran gelap yang berasal dari Afrika
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan deskriptis analisis, serta
teori semiotika Roland Barthes. Melalui teori semiotika Roland Barthes dengan
denotasi, konotasi dan mitos, peneliti dapat memahami pesan atau simbol-simbol
yang tersurat maupun tersirat melalui dialog, pengambilan gambar dan gerak para
pemain The Visitor. Sehingga penyampaian pesan yang disampaikan Thomas
McCarthy selaku penulis sekaligus sutradara mampu tersampaikan secara cermat
kepada penonton. Berdasarkan salah satu analisis, ada pesan tersirat mengenai
seorang imigran gelap dari Afrika yang berusaha tinggal menetap di Amerika Serikat,
ia Tarek tertangkap oleh petugas imigran dan akhirnya di deportasi ke Negara asalnya
-
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat, Hidayah Nya, kepada kita, serta memberikan kesehatan lahir
dan batin, segala puji kepadanya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
yang tak pernah henti-hentinya menghujamkan Kasih Sayangnya kepada seluruh
umat di muka bumi ini.
Dan tidak lupa pula, sholawat serta salam untuk baginda kita Muhammad
SAW, yang telah memberikan pencerahan kepada kita semua. Serta untuk kelurga
dan sahabat-sahabat beliau, semoga Allah memuliakan mereka. Amin.
Senang sekali, akhirnya Allah SWT telah mengizinkan saya untuk dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis Semiotika Film The Visitor.”
Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan serta
bimbingan semua pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Masran, MA. dan Fita Faturrokhmah, M.Si. selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
-
iv
4. Dr. H. Sunandar, M.A. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi, terimakasih
penulis ucapkan karena telah bersabar dapat meluangkan waktu untuk
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi sehingga terselesaikan
skripsi ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan
keilmuan serta berbagi wawasan dan pengalaman kepada penulis selama
menuntut ilmu di Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam. Semoga
penulis dapat mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan. Amin
6. Seluruh staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan dan
penelitian ini.
7. Terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya yang tak
henti-hentinya mendoakan saya dan keluarga kecil saya, dan tak lupa
suami beserta anak saya yang selalu mendukung langkah saya dengan cara
mereka sendiri untuk berproses menjadi lebih baik lagi demi mencapai
masa depan yang lebih baik.
8. Teman-teman mahasiswa seperjuangan KPI angkatan 2010 yang telah
memberikan banyak masukan baik bidang akademis maupun
nonakademis.
-
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 6
D. Metodologi Penelitian ........................................................................... 7
E. Kajian Pustaka ...................................................................................... 9
F. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 12
A. Tinjauan Umum Tentang Film ............................................................ 12
1. Pengertian Film .............................................................................. 12
2. Sejarah dan Perkembangan Film .................................................... 13
3. Klasifikasi Film .............................................................................. 16
4. Struktur Film .................................................................................. 17
5. Film Suatu Medium Ekspresi dan Komunikasi .............................. 21
-
iii
6. Teknik Pengambilan Gambar ......................................................... 22
B. Tinjuan Umum Semiotika ................................................................... 26
1. Konsep Semiotika ........................................................................... 26
1. Konsep Semiotika Roland Barthes ................................................. 29
C. Tinjauan Teoritis Komunikasi Nonverbal ......................................... 33
1. Pengertian Komunikasi Nonverbal................................................. 33
2. Perilaku Nonverbal ......................................................................... 34
3. Fungsi dan Peran Komunikasi Nonverbal ...................................... 34
4. Klasifikasi Pesan Nonverbal........................................................... 38
BAB III GAMBARAN UMUM FILM THE VISITOR .............................. 43
A. Profil Sutradara Film TheVisitor ........................................................ 43
B. Profil Pemain The Visitor ....................................................................... 48
1. Richard Jenkins .............................................................................. 48
2. Haaz Sleiman .................................................................................. 54
3. Danai Gurira ................................................................................... 57
4. Hiam Abbas .................................................................................... 60
D. Sinopsis Film The Visitor .................................................................... 65
BAB IV DATA DAN ANALISA LAPANGAN .......................................... 67
A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos ............................................... 67
1. Sikap Optimisme dan Pantang Menyerah ...................................... 68
2. Toleransi Antar Ras ........................................................................ 73
3. Pengharapan ................................................................................... 77
-
iv
4. Komunikasi..................................................................................... 82
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 87
A. Kesimpulan ......................................................................................... 87
B. Saran .................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
-
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar2.1 : Peta Tanda Roland Barthes ............................................................ 32
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Sikap Optimisme dan Pantang Menyerah ......................................... 70
Tabel 2: Toleransi Antar Ras .......................................................................... 75
Tabel 3: Pengharapan ...................................................................................... 79
Tabel 4: Komunikasi ....................................................................................... 82
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman, pemanfaatan teknologi
meningkat sangat cepat. Hal ini menuntut semua sumber daya manusia
untuk terus berpacu dalam meningkatkan kinerja guna mengimbangi
perkembangan teknologi, khususnya untuk perkembangan dunia
perfilman. Film dianggap memiliki pengaruh lebih kuat terhadap
khalayak dibandingkan dengan media lain. Meskipun berbagai
penelitian tidak mendapatkan bukti, dugaan film menguasai khalayak
juga tidak hilang. Isi dan teknik pembuatan film memang sedemikian
rupa sehingga mengikat perhatian penonton.
Film adalah sesuatu yang merupakan suatu medium ekspresi dan k
omunikasi. Film merupakan suatu medium yang relatif baru di dalam
kebudayaan umat manusia, dibandingkan dengan medium seperti
bahasa dan tulisan.1
Film merupakan sebuah selaput tipis yang berbahan seluloid serta
digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. Film
dapat diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks
khusus, film dapat diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak
1 D.A. Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2005), cet. 1, h.146.
-
2
yang biasa disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar
negatif. Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam media
selaput seluloid saja, film dapat disimpan dan diputar kembali dalam
bentuk media digital.2
Dunia digital saat ini telah mampu merebut perhatian banyak
masyarakat, setelah perkembangan teknologi komunikasi massa yang
dapat memberikan konstitusi bagi perkembangan dunia perfilaman.
Meskipun terdapat banyak media massa, film telah memiliki efek yang
ekslusif bagi para penonton. Dari puluhan sampai ratusan penelitian
semua berkaitan dengan efek media massa perfilman bagi kehidupan
manusia, sehingga perlu diketahui bahwa begitu besar media yang
sangat mempengaruhi pikiran, sikap dan tindakan penonton.3
Film merupkan penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi dalam
pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV.4
Film merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual
dan bersifat sangat rumit. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus
sebagai alat informasi yang bisa menjadi alat penghibur, alat
propaganda, juga alat politik. film dapat menjadi sarana rekreasi dan
edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai penyebarluasan nilai-
2 Artikel, diakses Rabu, 1 Mei 2017 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/perkembangan_Film
3 Miftah Faridl, Dakwah Kontemporer Pola Alternatif Dakwah Melalui Televisi,(
Bandung: Pusdai Press, 2000, h. 96 4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008)
hal. 136.
http://id.wikipedia.org/wiki/perkembangan_Film
-
3
nilai budaya baru.5 Film juga disebut sebagai sinema atau gambar
hidup yang dapat diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari
hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya
seni lahir dari proses kreativitas yang menuntut kebebasan dan
berkreativitas.6
Film dapat memiliki pengaruh positife dan negatife, salah satu
pengaruh positife yaitu pesan film yang disampaikan menanamkan
nilai pendidikan kebudayaan, budi pekerti, dan sebagainya. Di sisi lain
film dapat memiliki pengaruh negative terhadap pecinta film tanpa
adanya filter yang baik. Seperti yang terjadi belakangan ini penurunan
moral pada masyarakat dikarenakan banyak beredar film yang tidak
mempunyai manfaat. Ada beberapa film yang lebih banyak
menampilkan sisi pornografi dan kekerasan untuk menarik simpati
penonton dari makna isi cerita yang ingin disampaikan. Hal ini banyak
menimbulkan kesalahpahaman menangkap makna yang terealisasikan
dalam film tersebut, kesalahpahaman itu terbukti pada beberapa kasus
rasisme dan kekerasan.
Dalam pembuatan film tidak mudah dan tidak sesingkat yang kita
tonton, membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang
diperlukan proses pemikiran dan proses teknik. Proses pemikiran
berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita yang akan digarap,
5 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari
Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal.26. 6Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, hal. 40
-
4
sedangkan proses teknik berupa keterampilan artistik untuk
mewujudkan ide, gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton.
Pencarian ide atau gagasan ini dapat berasal dari mana saja, seperti
novel, cerpen, puisi, dongeng, bahkan dari buku catatan ataupun diary.
Salah satu film yang diangkat dari karya tulis sekaligus disutradarai
oleh Thomas McCarthy adalah The Visitor. Film Amerika Serikat
produksi tahun 2007 bergenre drama, The Visitor mengangkat kisah
seorang pria kesepian di akhir usia pertengahan yang hidupnya
berubah drastis ketika dia dipaksa menghadapi masalah berkaitan
dengan identitas, imigrasi, dan komunikasi lintas budaya setelah
peristiwa 9 September 2001 di New York City.
Film ini dikemas begitu menarik, alur cerita yang maju, serta
pengisahan konflik-konflik rasisme membuat andrenalin para
penonton semakin dipermainkan, membuat film ini semakin bagus dan
berkualitas. Namun sebuah film yang bagus dan berkualitas bukan
hanya dilihat dari alur ceritanya saja tetapi harus mempunyai pesan
moral yang ingin disampaikan kepada penonton. Melalui tanda-tanda,
simbol, dan ikon yang terdapat di dalamnya. Film ini layak untuk
ditonton, selain karena sinematografisnya bagus, penonton akan
mendapat pelajaran berharga dari film tersebut.
Kadang kala, pesan moral pada sebuah film kurang diperhatikan
oleh penonton. Banyak di antara mereka hanya menikmati alur cerita
dan visualisasi film tersebut. Jika diperhatikan secara seksama dalam
-
5
suatu film dapat menjadi inspirator bagi penontonnya. Mereka dapat
mengambil hikmah, serta pelajaran berharga dari film tersebut, yang
dapat di realisasikan dalam kehidupan nyata.
Dalam film The Visitor banyak pesan moral yang ingin
disampaikan kepada penonton. Dengan latar belakang tersebut, maka
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut mengenai makna
simbolis mengenai pesan moral yang ingin disampaikan pada film The
Visitor.
Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penulis ingin
melakukan penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skipsi yaitu:
“ANALISIS SEMIOTIKA FILM THE VISITOR”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, maka penulis membatasi
pengambilan potongan adegan-adegan dan teks dalam film The
Visitor, hanya yang dianggap memiliki makna dari tanda atau
simbol yang mewakili seorang pria kesepian di akhir usia
pertengahan yang hidupnya berubah drastis ketika dia dipaksa
menghadapi masalah berkaitan dengan identitas, imigrasi, dan
komunikasi lintas budaya setelah peristiwa 9 September 2001 di
New York City. Penelitian ini menggunakan analisis semiotik
model Roland Barthes, sebab menurut Roland semua objek
-
6
kultural dapat diolah secara tekstual. Dengan demikian, semiotika
dapat meneliti bermacam-macam teks, film salah satunya. 7
Adapun permasalahan dalam penelitiam ini adalah sebagai
berikut:
a) Bagaimana makna denotasi, konotasi, dan mitos dalam film
The Visitor?
b) Apa pesan yang terkandung dalam film The Visitor?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian di atas, secara spesifik
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi,
dan mitos yang terdapat dalam film The Visitor, dan mengetahui pesan
yang terkandung dalam film The Visitor. Sedangkan, manfaat yang
dilahirkan dengan adanya penelitian ini ialah:
1. Manfaat Akademis yang ingin dicapai adalah untuk menambah
kajian ilmu komunikasi serta sebagai tambahan referensi bahan
pustaka khususnya pemikiran tentang analisis dengan minat pada
kajian film dan semiotika.
2. Manfaat Praktis hasil karya ilmiah ini diharapkan dapat menarik
penelitian lain, khususnya dikalangan mahasiswa. Untuk
mengembangkan penelitian dalam karya ilmiah lanjutan tentang
masalah yang serupa, memberi masukan kepada kalangan pembuat
7 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, Analisis Framing (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), Cet ke-4, hal. 123
-
7
film. Dan tulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wacana tentang wawasan, khususnya dalam komunikasi nonverbal.
D. Metodelogi Penelitian
1. Metodelogi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif ini digunakan dengan pertimbangan bahwa
penelitian ini nantinya akan menganalisis pesan yang disampaikan
dalam film The Visitor, Sedangkan taraf analisis dalam penelitian
ini adalah deskriptif. Penelitian ini dimaksudkan untuk
memberikan gambaran dan penjelasan terkait dengan rumusan
masalah.
2. Objek Penelitian dan Unit Analisis
Objek penelitian adalah film The Visitor besutan sutradara
Thomas McCarthy yang dirilis pada tahun 2007. Sedangkan Unit
analisis penelitian adalah potongan gambar atau teks yang terdapat
dalam film The Visitor yang berkaitan dengan rumusan masalah
dan penelitian.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua, yaitu: 1)
Data Primer adalah data yang diperoleh dari rekaman video
original berupa satu keping DVD film The Visitor. Kemudian
dipilih visual atau gambar dari adegan-adegan film yang
diperlukan untuk penelitian. 2) Data Sekunder adalah data yang
-
8
diperoleh dari literature. Literatur yang mendukung data primer,
seperti kamus, internet, artikel Koran, buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian, catatan kuliah dan sebagainya.
4. Teknik Penelitian
Dokumentasi
Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang
berupa catatan formal dan juga video serta artikel yang didapat
dengan mengunduh dari internet serta catatan lain yang berkaitan
dengan penelitian ini.
Observasi
Mengadakan pengamatan langsung melalui media yang
bersangkutan. Dalam hal ini, akan dilakukan pengamatan langsung
dengan menonton film The Visitor.
5. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari Januari hingga Mei 2017.
Peneliti sengaja menggunakan kaca mata analisis semiotik, sebab
film merupakan objek yang penuh tanda dan simbol, sehingga
penggunaan analisis semiotika menjadi lebih tepat digunakan
penelitian ini.
6. Teknik Analisi Data
Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian
diklasifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah
ditentukan. Setelah data terklasifikasi, dilakukan analisis data
-
9
dengan menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes.
Barthes mengembangkan semiotik menjadi dua tingkatan
pertandaan, yaitu denotasi dan konotasi yang menghasilkan makna
eksplisit untuk memahami makna yang terkandung dalam film The
Visitor yang menjadi objek penelitian.
7. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku
“Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, dan Disertasi”
yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
Tinjuan pustaka yang menjadi rujukan penulis, yaitu:
1. “Makna Foto Berita Perjalanan Ibadah haji (Analisis Semiotika
karya Zarqoni Maksum pada Galeri Foto antara.co.id”) oleh
Fatimah tahun 2008, KPI D, UIN Jakarta.
2. “Analisis Semiotika Terhadap Foto-foto pada Majalah National
Geographic dalam Perspektif Kebudayaan” oleh Siti Fatimah
tahun 2008, jurusan Jurnalistik, UIN Jakarta.
3. “Analisis Semiotika Film Cin (t) a Karya Sammaria Simanjuntak”
oleh Nurlaelatul Fajriah, tahun 2009, Konsentrasi Jurnalistik, UIN
Jakarta.
4. “Analisis Semiotika Film A Mighty Heart” oleh Rizky Akmalsyah,
tahun 2010, Konsentrasi Jurnalistik, UIN Jakarta.
-
10
Keempat skripsi diatas memiliki objek berbeda. Kedua
skripsi yang berada diposisi atas menggunakan objek foto dan dua
skripsi menggunakan objek film. Masing-masing menggunakan
teknik analisis semiotika model Roland Barthes.
Film ini sengaja diambil penulis karena belum banyak
mahasiswa yang meneliti Film Internasional seperti tersebut.
Sehingga, penelitian yang penulis lakukan diharapkan dapat
menambah referensi penelitian film. Khususnya, film Internasional
yang merujuk pada warga Negara illegal, rasisme, dan kritikan,
sehingga menjadi bahan referensi selanjutnya.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini terdiri dari lima Bab
dan masing-masing Bab terdiri dari Sub Bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan Rumusan dan Batasan
Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian,
Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan Tinjauan umum tentang film, Pengertian Film,
Sejarah dan Perkembangan Film, Klasifikasi Film, Struktur Film,
kemudian terdapat pula tinjauan umum tentang Semiotika, Konsep
-
11
Semiotika Roland Barthes, serta tinjauan umum tentang Komunikasi
Non Verbal.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM “THE VISITOR”
Bab ini menggambarkan secara umum film The Visitor karya Thomas
McCarthy, terdiri dari biografi Thomas McCarthy dan karya-
karyanya, Profil Para Pemain dan Sinopsi film The Visitor
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memfokuskan pada data dan hasil penelitian
BAB V PENUTUP
Bab ini menyampaikan uraian singkat berupa kesimpulan dan saran
penulis atas permasalahan yang diteliti.
-
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Umum Tentang Film
1. Pengertian Film
Film merupakan suatu karya seni budaya pranata sosial dan media
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan
suara maupun tanpa suara yang dapat dipertunjukkan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian film secara fisik
adalah selaput tipis yang terbuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif
(yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan
dimainkan di bioskop). Sedangkan melalui kesepakatan sosial istilah film
memperoleh arti seperti yang secara umum dipahami yaitu lakon (cerita)
gambar hidup atau segala sesuatu yang berkaitan dengan gambar hidup.1
Sedangkan menurut Undang-undang No.33 tahun 2009, film adalah
karya seni budaya serta memiliki peran strategis dalam peningkatan
ketahanan budaya bangsa dan kesajahteraan masyarakat lahir batin untuk
memperkuat ketahanan nasional dan karena itu Negara bertanggung jawab
memajukan perfilman, serta film merupakan media komunikasi massa
1 Departemen Pendidikan & Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1997).
-
13
merupakan sarana pencerdasan kehidupan bangsa, pengembangan potensi
diri, pembinaan akhlak mulia, dan pemajuan kesejahteraan masyarakat.2
Film juga selalu memuat porter dari masyarakat dimana film itu
dibuat. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam
masyrakat, dan kemudian diproyeksiakan ke atas layar.3
Menurut Badudu dan Sutan Muhammad Zain dalam Kamus Umum
bahasa Indonesia, film merupakan selaput yang tebuat dari seluloid untuk
tempat gambar negative yang dari situ dibuat potret atau tempat gambar
positif yang akan diputar di bioskop.4 Sedangkan dalam kamus
komunikasi, film adalah media yang bersifat visual atau audio untuk
menyampaikan pesan kepada sekelompok orang yang berkumpul disuatu
tempat. 5
2. Sejarah dan Perkembangan Film
Pada penghujung abad XIX, teknologi pembuatan film, gambar yang
bisa bergerak, ditemukan di Perancis, Inggris dan Amerika. Pada waktu
itu, negeri Nusantara ini masih merupakan jajahan Belanda dengan nama
Nederlands Indie atau dalam bahasa Pribumi disebut Hindia Belanda.
2 Undang-Undang Nomor 33 tahun 2009 Tentang perfilman. Pusat Pengembangan Perfilman
Sekretariat Jendral Kemendikbud RI 3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 127. 4 Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 1994), hlm. 406-407 5 Onong Uchjana effendi, Kamus Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), hlm
134.
-
14
Sejak 1900, tontonan film mulai bisa disaksikan oleh masyarakat di kota-
kota besar Hindia Belanda.6
Bukan hanya, yang membuktikan cikal bakal terlahirnya film dari
zaman purbakala, para ahli sejarah juga menjelaskan, bagaimana dahulu
manusia zaman purbakala berkomunikasi dengan menggunakan obor, dari
bukit satu ke bukit yang lain kepada kawanannya. Obor yang diputar-
putar, sebagai tanda mengirim isyarat (pesan). Para ahli sejarah
mendeskripsikan bahwa, jika obor digerakan, maka akan terlihat seperti
satu garis, sebagaimana lampu senter yang digerakan di tempat yang
gelap, akan membentuk suatu garis. Ini yang disebut ajaib dan tipuan
mata, sesuatu yang berhubungan erat dengan pemutaran film.7
Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-
prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan
kepada publik Amerika Serikat adalah film The Life of an American
Fireman dan film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S.
Porter pada tahun 1903. Tetapi film The Great Train Robbery yang masa
putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film cerita yang pertama,
6 Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa, (Jakarta: Komunitas
Bambu, 2009), hlm. 1. 7 Seiichi Konishi dan Keiji Nakamura, Penemuan Film (Jakarta: Elex Media Komputindo,
2002), cet ke-1, hlm. 5
-
15
karena telah menggambarkan situasi secara ekspresif, serta peletak dasar
teknik editing yang baik.8
Sejarah film pertama terjadi di Prancis, tepatnya pada 28 Desember
1895, ketika Lumiere bersaudara telah membuat dunia terkejut. Mereka
telah melakukan pemutaran film pertama kalinya di depan publik, yakni di
Cafe de Paris. Film-film buatan Lumiere yang diputar pada pertunjukan
pertama itu adalah tentang para laki-laki dan wanita pekerja di Pabrik
Lumiere, kedatangan kereta api di Stasiun la Ciotat, bayi yang sedang
makan siang dan kapal-kapal yang meninggalkan pelabuhan. Salah satu
kejadian unik, yaitu saat dipertunjukan lokomotif yang kelihatannya
menuju ke arah penonton, banyak yang lari ke bawah bangku. Teknologi
temuan Lumiere ini kemudian mendunia dengan cepat karenajuga
didukung oleh teknologi proyektor berfilm 2 ¾ inci yang lebih unggul
keluaran The American Biograph, yang diciptakan Herman Casler pada
1896. Maka sejak pertunjukan di cafe de Paris itulah, kata Louis Lumiere,
lahirlah ekspresi I have been to a movie !9
Bebarapa tahun kemudian, barulah Negara yang dikenal sebagai
Negara Adidaya, Amerika Serikat memproduksi film pertama yang
berjudul Mongkey Shines No. 1. Gambar orang blur dengan latar hitam
8 Onong Uchjana Efendy, Ilmu, Teori Dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2003) cet. Ke-3, h. 201. 9 Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa, hlm. 15.
-
16
yang sedang melakukan gerakan-gerakan tangan dalam beberapa detik.10
Demikian pada tahun 80-an dianggap sebagai tahun dimana film itu
terlahir sampai saat ini.
3. Klasifikasi Film
Klasifikasi film atau genre (jenis/ragam)11 dalam film berawal dari
klasifikasi drama yang lahir pada abad XVIII. Klasifikasi drama tersebut
muncul berdasarkan atas jenis stereotip manusia dan tanggapan manusia
terhadap hidup dan kehidupan. Ada berbagai jenis naskah drama yang
dikenal saat itu, diantaranya, lelucon, banyolan, opera balada,
komedisentimental, komedi tinggi, tragedy borjois dan tragedy neoklasik.
Selanjutnya berbagai macam jenis drama itu diklasifikasikan menjadi 4
jenis, yaitu: Tragedi (duka cita), Komedi (drama ria), Melodrama, dan
dagelan (farce).12
Tapi, seiring dengan perkembangan zaman dan dunia perfilman, genre
dalam film pun mengalami sedikit perubahan. Namun tetap tidak
menghilangkan keaslian dari awal pembentukan. Sejauh ini
diklasifikasikan menjadi lima jenis,13 yaitu:
10 “New Display” di akses pada tanggal 3 mei 2017 pukul 10.00 wib dari
http://www.wikimu.com 11 John M. Echols & Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2000),
hlm. 265 12 Prof. Dr. herman J. Waluyo, Drama: Teori dan Pengajarannya, (Yogyakarta: PT.
Hanindita, 2003), cet ke-2, hlm. 38 13 Ekky Imanjaya, Why Not: Remaja Doyan Nonton, (Bandung: PT. Mizan Bunaya Kreative,
2004), cet ke-1, hlm. 104.
-
17
a. Komedi, film yang mendeskripsikan kelucuan, kekonyolan,
kebanyolan pemain. Sehingga alur cerita dalam film tidak
kaku, hambar, hampa, ada bumbu kejenakaan yang dapt
membuat penonton tidak bosan.
b. Drama, film yang menggambarkan relita (kenyataan) di
sekeliling hidup manusia. Dalam film drama, alur cerita
terkadang dapat membuat penonton tersenyum, sedih, dan
meneteskan air mata.
c. Horror, film beraroma mistis, alam gaib, dan supranatural. Alur
ceritanya biasa membuat jantung penonton bergedup kencang,
menegangkan, dan berteriak histeris.
d. Musikal, film yang penuh dengan nuansa music. Alur cerita
sama seperi drama, hanya saja dibeberapa bagian adegan dalam
film para pemain bernyanyi, berdansam bahkan beberapa
dialog menggunakan music.
e. Laga (action), film yang dipenuhi aksi, perkelahian, tembak-
menembak. Alur cerita sederhana, hanya saja dapat menjadi
luar biasa setelah dibumbui aksi-aksi yang membuat penonton
tidak beranjak dari kursi.
4. Struktur Film
Struktur yang baik adalah struktur yang sederhana tapi penuh relief.
Struktur yang sederhana berhubungan dengan kontinyuitas fisik, yaitu:
-
18
anak dilahirkan, hidup sebagai orang dewasa, kemudian mati. Ini
mengandaikan adanya permulaan, pengembangan dan akhir. Variasi dari
urutan ini banyak sekali, misalnya suatu akhir dapat dijadikan permulaan
dalam hal kilas balik flashback umpamanya.
Penyusunan pikiran dan perasaan si seniman film ditentukan oleh
faktor-faktor:
a. Keutuhan: Semua unsur dalam film mesti bertalian dengan
subyek utamanya, harus menjaga bagian dari keseluruhan. Arti
dan maknanya ditentukan pertaliannya dengan keseluruhan
karya.
b. Ketergabungan: Unsur atau unit yang satu harus memiliki
hubungan dengan unit atauunsur berikutnya, sedemikian rupa
sehingga hubungan itu bukan saja logis akan tetapi juga
hubungan yang membangun. Ini berarti bahwa urutan unsur ini
harus menunjukkan perkembangan yang menuju suatu
kesimpulan. Faktor ketergabungan ini tergantung lagi pada
sebab, akibat dan kemungkinan.
c. Tekaan: Berhubungan dengan atau menentukan posisi dari
unit-unit pertama dan sampingan, hubungan yang satu terhadap
yang lain. Tekanan menentukan juga proporsi dari unit-unit itu
sehingga menjadi jelas nilai dari berbagai unit tersebut.
-
19
d. Interes: Berhubungan dengan “isi” dari setiap unit. Pilihan ini
yang tepat untuk menjadikan unit-unit itu saling berhubungan
dengan jalinan subordinat dan menjadfi suatu kesatuan karya
yang utuh.
Struktur film terdiri dari struktur lahiriah dan struktur batiniah. Dalam
struktu lahiriah, terdapat unsur-unsur atau unit-unit yang membangun yaitu :
a. shot; dapat dirumuskan sebagai peristiwa yang direkam oleh film
tanpa interupsi.
b. scene terbentuk apabila beberapa shot disusun secara berarti dan
menimbulkan suatu pengertian yang lebih luas tapi utuh. Adegan dapat
kita sebut juga premis minor. Banyaknya shot, panjang pendeknya
shot dalam sebuah adegan akan menentukan ritme dari adegan itu.
Selain shot dan scene, adapula .
c. sequence atau babak; babak terbentuk apabila beberapa adegan
disusun secara berarti dan logis. Babak memiliki ritme permulaan,
pengembangan dan akhir.
d. totalitas; Dalam hubungan ini sudah jelas merupakan nilai yang
muncul dari seluruh urutan shot, adegan dan sekwens, yaitu tema.
Struktur batiniah ditentukan oleh sejumlah faktor:
a. Eksposisi: keterangan tempat, waktu dan perwatakan.
-
20
b. Point of Attack atau serangan awal: menggambarkan tentang
konfrontasi awal dari kekuatan-kekuatan yang saling
bertentangan.
c. Komplikasi: segi-segi yang menarik dari watak-watak tokoh-
tokohnya.
d. Discovery atau penemuan: memberikan informasi-informasi
baru tentang tokoh-tokohnya sementara cerita berlangsung
terus, munculnya kejadian-kejadian.
e. Reversal atau pembalikan: terjadi komplikasi-komplikasi baru
f. Konflik: pertentangan-pertentangan batin yang menguasai
tokoh-tokoh.
g. Rising action atau tanjakan aksi: bagian cerita yang
mengungkapkan pengembangan plot utama, mulai dari point of
attack sampai klimaks.
h. Krisis: meramalkan suatu perkembangan baru.
i. Klimaks: puncak paling tinggi dari semua ketegangan dan
intensitas.
j. Falling action atau surutnya aksi: klimaks menurun dan menuju
kesimpulan.
k. Kesimpulan: dalam tahap ini semua pertanyaan dijawab,
masalah-masalah utama dan sampingan dipecahkan dan
diatasi.
-
21
5. Film Suatu Medium Ekspresi dan Komunikasi14
Film merupakan suatu medium yang relatif baru di dalam kebudayaan
umat manusia, dibandingkan dengan medium seperti tulisan dan bahasa.
Ernest Cassier (An Essay on Man dan Die Philosophie der
Syimbolischen Formen) merumuskan manusia sebagai “animal
syimbolicum”, yang berbeda dengan binatang, berkomunikasi dengan
lambang-lambang dan perlambangan. Bahasa adalah salah satu lambang
bunyi yang arbitrer yang diciptakannya. Itu sebabnya orang Indonesia dan
Inggris mempunyai bunyi yang berbeda untuk melambangkan fakta yang
sama.
Komunikasi antara dua orang yang lahir dari masyarakat bahasa yang
berbeda akan sulit dilakukan apabila yang satu tudak mengenal bahasa
yang lainnya.
Film pada dasarnya menceritakan suatu perkembangan psikologis dari
tokoh-tokohnya, bukan seperti film dokumenter yang bertolak dari konsep
dan ide. Perkembangan psikologis itu dituang ke dalam suatu plot cerita
yang mengenal permulaan, pengembangan cerita dan klimaks. Di dalam
garris plot itulah protagonis dan antagonisnya dipertemukan dan
dipertentangkan.
14 D.A. Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2005), cet. 1, h. 146.
-
22
Konflik antara protagonis dan antagonis tentunya merupakan konflik
antara nilai-nilai yang menjadi dasar masing-masing. Nilai itu bisa
bersumber pada pribadi atau pada kelompok dimana pribadi itu berada. Itu
sebabnya konflik-konflik di dalam cerita film bisa juga merupakan konflik
antara berbagai kelompok dan kepentingan, latar belakang sosial,
ekonomi, budaya dan sejarah.
Sering pula di dalam film Indonesia, ketidakmampuan dramaturgi
pembuat filmnya menyebabkan film itu menawarkan kenyataan-kenyataan
serta penyelesaiannya yang tidak masuk akal.
6. Teknik Pengambilan Gambar
a. Sinematrogafi
Dalam sebuah produksi film ketika seluruh aspek mise-en-
scene telah tersedia dan sebuah adegan telah siap untuk diambil
gambarnya, maka pada tahap inilah unsur sinematografi mulai
berperan. Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek,
yakni kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film
mencakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan
stok filmnya, seperti warna, penggunaan lensa, kecepatan gerak
gambar, dan sebagainya.
Sama seperti teknik dalam pemotretan, pada kamera juga
menggunakan teknik framing dalam pengambilan gambarnya.
-
23
Framing adalah meletakkan objek sebagai foreground untuk membuat
bingkai yang bertujuan memberi kesan ruang tiga dimensi.15
Berikut ini adalah salah satu aspek framing yang terdapat
dalam sinematografi, yakni jarak kamera terhadap obyek (type of
shot), yaitu:16
1) Extreme long shot, merupakan jarak kamera yan paling jauh
dari objeknya. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan
sebuah objek yang sangat jauh atau panorama yang luas.
2) Long shot, pada teknik ini memperlihatkan tubuh fisik manusia
yang tampak jelas namun latar belakang masih dominan.
3) Medium long shot, pada teknik ini manusia terlihat dari bawah
lutut sampai ke atas.
4) Medium shot, pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia
dari pinggang ke atas.
5) Medium close-up, pada jarak ini memperlihatkan manusia dari
dada ke atas. Adegan percakapan normal biasanya
mengunakan jarak ini.
15 Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, (Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1, h.
55. 16 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008), cet. 1, h. 104-
106.
-
24
6) Close-up, umumnya memperlihatkan wajah, kaki, atau sebuah
obyek kecil lainnya. Teknik ini mampu memperlihatkan
ekspresi wajah secara jelas serta gestur yang mendetil.
7) Extreme close-up ,teknik ini mampu memperlihatkan lebih
detil bagian dari wajah, seperti telinga, mata, hidung, dan
lainnya atau bagian dari sebuah obyek.
b. Sudut Pengambilan Gambar
Ada beberapa tehnik pengambilan gambar yang biasa di
gunakan diantaranya:
1) Bird Eye View
Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang
dilakukan di atas,seperti burung terbang yang melihat
ke bawah. Efek yang tampak, subjek terlihat menjadi
rendah, pendek dan kecil. Manfaatnya untuk
menyajikan suatu lokasi atau pemandangan24.
Biasanya untuk mengambil gambar dengan sudut ini
dilakukan dari atas gedung ataupun dengan helikopter.
2) High Angle
Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang
tepat diatas objek, pengambilan gambar seperti ini
memiliki arti yang dramatik yaitu kecil atau kerdil.
-
25
3) Low Angle
Ini merupakan sudut Pengambilan gambar yang
diambil dari bawah si objek, sudut pengambilan gambar
ini merupakan kebalikan dari high angle. Efek yang
timbul adalah distorsi perspektif yang secara teknis
dapat menurunkan kualitas gambar. Bagi yang kreatif,
hal ini dimanfaatkan untuk menimbulkan efek khusus.
Kesan efek ini adalah menimbulkan sosok pribadi yang
besar, tinggi, kokoh, dan berwibawa, juga angkuh.17
4) Eye Level
Ini merupakan sudut pengambilan gambar
sebatas mata posisi berdiri. Sudut pengambilan gambar
ini merupakan posisi yang paling umum. Objek sejajar
dengan mata, tidak menimbulkan kesan khusus yang
terlihat menonjol.18
5) Frog Level
Ini merupakan sudut pengambilan gambar yang
diambil sejajar dengan permukaan tempat objek berdiri,
17 Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, hlm. 50 18 Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, hlm. 49
-
26
seolah-olah memperlihatkan objek menjadi sangat
besar.19
B. Tinjuan Umum Semiotika
1. Konsep Semiotika
Semiotika atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk pada
ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa
sedangkan semiotika lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang
berasal dari kata Yunani semeion yang berarti „tanda‟ atau „sign‟ dalam
bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti:
bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.20
Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang
disebut dengan “tanda‟. Dengan demikian, semiotik mempelajari hakikat
tentang keberadaan suatu tanda.21
Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal sebagai semiologi. Arti
harfiah adalah ”kata-kata mengenai tanda-tanda”. Kata semi dalam
19 Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, hlm. 50 20 Heru Effendy, Mari Membuat Film: Panduan Menjadi Produser, (Jakarta: Pustaka
Konfiden, 2008), cet, ke-6, hlm. 149 21 Alex Sobur, Analisis teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 6, hlm.87.
-
27
semiologi berasal dari semeion (bahasa Latin), yang artinya „tanda‟.
Semiologi telah dikembangkan untuk menganalisis tanda-tanda.22
Menurut Ferdinand de Saussure didalam bukunya Course in General
Linguistik. Bahasa adalah suatu sistem tanda yang mengekpresikan ide-ide
(gagasan-gagasan) dan karena itu dapat dibandingkan dengan sistem
tulisan, huruf-huruf untuk orang bisu-tuli, simbol-simbol keagamaan,
aturan-aturan sopan santun, tanda-tanda kemiliteran, dan sebagainya.
Semua itu merupakan hal yang sangat penting dari keseluruhan sistem
tersebut. Suatu ilmu yang mempelajari tanda-tanda kehidupan dalam
masyarakat bersifat dapat dipahami. Hal itu merupakan bagian dari
psikologi sosial atau berkaitan dengan psikologi umum. Saussure
menyebutnya sebagai semiologi (dari bahasa Latin semion: tanda).
Semiologi akan menjelaskan unsur yang menyusun suatu tanda dan
bagaimana hukum-hukum itu mengaturnya.23
Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinan de
Saussure (1857-1913) dan Charles Sanders Pierce (1839-1914). Kedua
tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak
mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Pierce di Amerika
Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik sedangkan
22 Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan
Kontemporer,Edisi Baru,(Yogyakarta: tiara wacana, 2010),cet. 1, hlm. 4. 23 Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer,
hlm. 4
-
28
Pierce filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkan semiologi
(semiolology).24
Ada dua gagasan besar tentang tanda yang umumnya dijadikan dasar
bagi penelitian semiotika, yakni gagasan tentang tanda menurut Ferdinand
de Saussure dan Charles Sanders Peirce Filsuf sekaligus ahli logika.
Beberapa konsep dasar dari pemikiran Saussure dan juga pengikutnya,
termasuk Barthes, yaitu :
a. A signifier (significant) forma atau citra tanda tersebut,
misalnya: tulisan di kertas, atau suara di udara. Atau dengan
kata lain, wujud fisik dari tanda.
b. The signified (signifie) konsep yang direpresentasikan atau
konsep mental.
Menurut Saussure, bahasa itu merupakan suatu sistem tanda
(sign). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier)
dengan sebuah ide atau petanda (signified). Penanda adalah “bunyi
yang bermakna” atau “coretan bermakna.25 Sementara itu. Charles
Sanders Peirce, manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana
tanda.26
24 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual; Metode Analisis Tanda dan Makna pada
Karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), cet. 2, hlm. 11. 25 Alex Sobur, Simiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. Ke-2, h. 46 26 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, h. 16
-
29
Peirce dikenal dengan teori segitiga makna-nya (triangle
meaning). Berdasarkan teori tersebut, semiotika berangkat dari tiga
elemen utama yang terdiri dari: tanda (sign), acuan tanda objek,
pengguna tanda (interpertant). Menurut Peirce, salah satu bentuk
tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda.
Sementara interpretan adalah tanda yang ada dibenak seseorang
tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila elemen-elemen
tersebut berinteraksi dalam bentuk seseorang, maka muncullah makna
tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut.27
2. Konsep Semiotika Roland Barthes
Salah satu pengikut Sausure, Roland Barthes, membuat sebuah model
sistematis dalam menganalisis makna dari tanda-tanda. Fokus Barthes
lebih tertuju pada gagasan signifikasi dua tahap. Roland Barthes
menggunakan istilah.28
Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan di
Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat panyai Atlantik di
sebelah barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir
strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistik dan semiologi
Saussurean.13 Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat
dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik
27 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Sesuatu Pengantar, h. 115 28 M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta ; Gitanyali
2004), h.45
-
30
pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna
yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes
meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah “order of
signification”.29
Roland Barthes membuat sebuah model sistematis dalam menganalisis
makna dari tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih tertuju kepada
gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Two
order of signification (signifikasi dua tahap atau dua tatanan pertandaan)
Barthes terdiri dari first order of signification yaitu denotasi, dan second
order of signification yaitu konotasi. Tatanan yang pertama mencakup
petanda yang berbentuk tanda. Tanda yang disebut makna denotasi.30
29 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. 2006, Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 268
30 . Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, hlm. 56
conotation
Signifier
signified Dinotatio
n
Myth
-
31
Gambar 2.1 Peta tanda Roland Barthes31
Dalam gambar diatas Barthes seperti dikutip Fiske menjelaskan:
signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan
signified didalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes
menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda.
Konotasi ialah kata yang digunakan Barthes untuk menjelaskan signifikasi
tahap kedua. Hal ini menggambarkan yang terjadi ketika gambar bertemu
dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari
kebudayaannya. Konotasi mempunyai nilai subyektif atau paling tidak
intersubyektif. Pemilihan kata-kata kadang merupakn pilihan terhadap
31 Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, hlm. 56
reality culture sign
Second order First order
-
32
konotasi, misalnya kata “penyuapan” dengan “memberi uang pelicin”.
Dengan kata lain, denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap
sebuah objek; sedangkan konotasi adalah bagimana menggambarkannya.32
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki
makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes
yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiology Saussure, yang
berhenti pada penandaan dalam tataran denotatif.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda
bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagimana kebudayaan
menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala
alam.33 Jadi, mitos dalam pemahaman semiotika Roland Barthes adalah
pengkodean makna dan nilai-nilai sosial sebagai sesuatu yang dianggap
alamiah.
Dalam gambar di atas tanda panah pada signified mengarah pada
mitos. Ini berarti mitos muncul pada tataran konsep mental suatu tanda.
Mitos dikatakan sebagai ideologi dominan pada waktu tertentu. Denotasi
dan konotasi memiliki potensi untuk menjadi ideologi yang bisa
32 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, hlm. 128 33 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, hlm. 128
-
33
dikategorikan sebagai third order of signification (bukan istilah dari
Barthes), Barthes menyebut konsep ini sebagi myth (mitos).34
Kita dapat menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti
konotasi-konotasi yang terdapat di dalamnya (Van Zoest,1991:70). Salah
satu cara adalah mencari mitologi dalam teks-teks semacam itu. Ideologi
adalah sesuatu yang abstrak. Mitologi (kesatuan mitos-mitos yang
koheren) menyajikan inkarnasi makna-makna yang memiliki wadah dalam
ideologi. Ideologi harus dapat diceritakan. Cerita itulah mitos.35
C. Tinjauan Teoritis Komunikasi Nonverbal
1. Pengertian Komunikasi Nonverbal
Secara sederhana, komunikasi non verbal didefinisikan sebagai
komunikasi tanpa kata-kata atau selain dari kata-kata yang kita
pergunakan. Komunikasi non verbal lebih dulu ada daripada komunikasi
verbal. Karena setiap manusia saat menginjak usia 18 bulan kita secara
total tergantung pada komunikasi non verbal seperti sentuhan, senyuman,
pandangan mata, dan sebagainya36. Menurut Adler dan Rodman dalam
bukunya Understanding Human Communication, batasan yang sederhana
tersebut merupakan langkah awal untuk membedakan apa yang disebut
34 M. Antonius Birowo, M.A, Metode Penelitian Komunikasi, (Yogyakarta ; Gitanyali
2004), h.58-60 35 Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar, hlm. 129 36 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), hlm. 308.
-
34
vocal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan mulut,
dan verbal communication yaitu tindak komunikasi yang menggunakan
kata-kata.37
2. Perilaku Nonverbal
Perilaku non verbal dapat diartikan sebagai semua tindakan, seperti
gerakan mimik wajah, gerakan-gerakan tubuh, gerakan otot tubuh,
berkeringat, muka merah, dan sebagainya yang bekerja bersama-sama
dalam mengkomunikasikan makna-makna tertentu. Semua gerakan yang
kita lakukan dalam hubungannya dengan orang lain selalu
dikomunikasikan, diterima dan diinterpretasikan. Gerakan-gerakan non
verbal ini dalam hubungannya dengan orang lain akan menenetukan
bagaimana umpan balik dari orang tersebut. Selain itu perilaku non verbal
adalah sebuah metakomunikasi, yang artinya perilaku tersebut
memperkuat perilaku-perilaku non verbal maupun bahasa-bahasa verbal
lainnya dalam sebuah komunikasi.
3. Fungsi dan Peran Komunikasi Nonverbal
Ada beberapa pendapat mengenai fungsi dari komunikasi non verbal.
Bentuk komunikasi ini sama pentingnya dengan komunikasi verbal yang
umum dipakai. Fungsi komunikasi nonverbal diantaranya yaitu38:
a. Complementing
37 Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Komunikasi, (Universitas Terbuka (UT). hlm. 6.3-6.19. 38 Akhmad Farhan, “Komunikasi Nonverbal”, artikel ini diakses pada 4 mei 2017 dari
akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/.../komunikasi-nonverbal...
-
35
b. Accenting
c. Contradicting
d. Repeating
e. Regulating
f. Substituting
Menurut Samovar dalam suatu komunikasi, perilaku non
verbal digunakan secara bersama-sama dengan bahasa verbal:
a. Perilaku non verbal memberi aksen atau penekanan
pada pesan verbal.
b. Perilaku non verbal sebagai pengulangan dari bahsa
verbal.
c. Tindak komunikasi non verbal melengkapi pernyataan
verbal.
d. Perilaku non verbal sebagai pengganti dari komunikasi
verbal.
Pemikiran yang hampir sama juga diungkapkan oleh Paul
Elman yang menjelaskan bahwa fungsi dari lambang-lambang verbal
maupun non verbal adalah untuk memproduksi makna yang
komunikatif. Secara historis, kode non verbal sebagai suatu multi
saluran akan mengubah pesan verbal melalui enam
fungsi,pengulangan (repetition), berlawanan (contradiction),
-
36
pengganti (subtitution), pengaturan (regulation), penekanan
(accentuation) dan pelengkap (complementation).39
Jalaluddin Rahmat mengelompokan pesan-pesan non verbal
sebagai berikut:
a. Pesan Kinesik
Pesan kinesik merupakan bentuk komunikasi non
verbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti.
Terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:
1) Pesan fasial, menggunakan air muka untuk
menyampaikan makana tertentyu. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat
menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok
makna: kebahagiaan, rasaterkejut, ketakutan,
kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman,
minat, ketakjuban dan tekad. Sementara itu
Leathers menyimpulkan penelitian-penelitian
tentang wajah, sebagai berikut: a) wajah
menkomunikasikan penilaian dengan ekspresi
senang dan tidak senang, yang menunjukkan
apakah komunikator memandang objek
penelitiannya baik atau buruk; b) wajah
39 Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, hlm. 6.31-6.33.
-
37
mengkomunikasikan berminat atau tidak pada
orang lain atau lingkungan; c) wajah
mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam
situasi-situasi; d) wajah mengkomunikasikantingkat
pengendalian individu terhadap pernyataan endiri
dan e) wajah barangkali mengkomuikasikan adanya
atau kurang pengertian.
2) Pesan gestural, menunjukkan gerakan sebagian
anggota badan seperti mata dan tangan untuk
berkomunikasi berbagai makna.
3) Pesan postural, berkenaan dengan keseluruhan
anggota badan, makna yang dapat disampaikan
adalah: a) Imediacy yaitu ungkapan kesukaan atau
ketidaksukaan individu yang lain. Postur yang
condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan
kesukaan dan penilain positif; b) power
mengungkapkan status yang tinggi pada diri
komunikator. Anda dapat membayangkan postur
orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur
orang yang merendah; c) Responsiveness yang
mana individu dapat berreaksi secara emosional
pada lingkungan secara positif dan negative. Bila
-
38
postur anda tidak berubah, anda megungkapkan
sikap yang tidak responsif.
b. Pesan Proksemik
Pesan proksemik merupakan pesan yang disampaikan
melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan
mengatur jarak bagaimana kita mengungkapkan keakraban
kita dengan orang lain.
4. Klasifikasi Pesan Nonverbal
Dari berbagai literatur yang dipelajari, komunikasi non verbal dapat
dikategorikan dalam beberapa bentuk, antara lain40:
a. Eye Geze (Gerakan Mata)
Adalah Aspek komunikatif yang utama dari perilaku mata
adalah siapa dan apa yang sedang kita lihat dan untuk berapa
lama. Mata kita merupakan saluran komunikasi non verbal
yang penting, tidak hanya selama interaksi tetapi juga sebelum
dan sesudah interaksi berakhir. Bahkan ada yang menilai
gerakan mata sebagai pencerminan isi hati seseorang.
b. Touching (sentuhan)
40 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2005), h. 316-380.
-
39
Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan.
Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi atas tiga macam
berikut:
1. Kinestheic ialah isyarat yang ditunjukkan dengan
bergandengan tangan satu sama lain sebagai symbol
keakraban atau kemesraan.
2. Sociofugal ialah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat
tangan atau saling merangkul.
3. Thermal ialah isyarat yang ditunjukkan dengan
sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda
persahabtan yang begitu intim. Misalnya menepuk
punggung karena sudah lama tak bertemu.
c. Paralanguage
Ialah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama
suara sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa
yang diucapkan. Misalnya “datanglah” bisa diartikan betul-
betul mengundang kehadiran kita atau sekedar basa-basi
tergantung intonasi suara kita.
d. Diam
Berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga
merupakan kode non verbal yang mempunyai arti. Max Picard
-
40
menyatakan bahwa diam tidak semata-mata mengandung arti
bersikap negative, tetapi bisa juga melambangkan sikap positif.
e. Postur Tubuh
Orang lahir ditakdirkan dengan berbagai bentuk tubuh.
Well dan Siegel dua orang ahli psikologi melalui studi yang
mereka lakukan, membagi bentuk tubuh atas tiga tipe, yakni
ectomophory dilambangkan sebagai orang yang mempunyai
sikap ambisi, pintar, kritis dan sedikit cemas. Mesomorphy
dilambangkan sebagai pribadi yang cerdas, bersahabat, aktif
dan kompetitif, dan endomorphy digambarkan sebagai pribadi
yang humoris, santai dan cerdik.
f. Kedekatan dan Ruang Proximity
adalah komunikasi non verbal yang menunjukkan
kedekatan dari dua orang yang mengandung arti. Edward T.
Hall membagi kedekatan menurut territory atas empat macam,
yakni :
1. Wilayah Intim (rahasia), yakni kedekatan yang
berjarak antara 3-18 inchi.
2. Wilayah pribadi, ialah kedekatan yang berjarak
antara 18 inchi-4 kaki.
3. Wilayah social, ialah kedekatan yang berjarak
antara 4-12 kaki.
-
41
4. Wilayah Umum (publik), ialah kedekatan yang
berjarak antara 4-12 kaki atau sampai suara kita
terdengar dalam jarak 25 kaki.
Selain kedekatan dari segi territory, ada juga beberapa
ahli melihat dari sudut pandang ruang dan posisi, misalnya
posisi meja dan tempat duduk. Here dan Bales menemukan
bahwa orang yang banyak bicara dalam rapat umumnya duduk
pada posisi kursi yang lebih tinggi.
g. Artifak dan Visualisasi Artifak
adalah hasil kerajinan manusia (seni), baik yang
melekat pada diri manusia maupun yang ditujukan untuk
kepentingan umum. Artifak ini selain dimaksudkan untuk
kepentingan estetika, juga untuk menunjukkan status atau
identitas diri seseorang atau suatu bangsa. Misalnya baju, topi,
cincin, gelang, alat transportasi, monument, patung dan
sebagainya.
h. Warna
Warna juga memberi arti terhadap suatu objek. Hampir
semua bangsa di dunia memiliki arti tersendiri pada warna. Hal
ini bisa dilihat pada bendera nasional masing-masing, serta
upacara-upacara ritual lainnya yang sering dilambangkan
dengan warna-warni.
-
42
i. Waktu
Waktu mempunyai arti tersendiri dalam kehidupan
manusia. Bagi masyarakat tertentu, melakukan suatu pekerjaan
sering kali dikaitkan dengan waktu. Misalnya membangun
rumah, menanam padi, melaksanakan perkawinan, membeli
sesuatu dan sebaginya.
j. Bunyi
Apabila paralanguage dimaksudkan sebagi tekanan
suara yang keluar dari mulut untuk mejelaskan ucapan verbal,
banyak bunyi-bunyian yang dilakukan sebagai tanda isyarat
yang tidak dapat digolongkan sebagai paralanguage. Misalnya
bersiul, bertepuk tangan, bunyi terompet, letusan senjata,
beduk, sirine dan sebagainya.
k. Bau
Bau juga digunakan sebagi kode non verbal. Selain
digunakan untuk melambangkan sesuatu seperti kosmetik, bau
juga dapat dijadikan sebagai petunjuk arah. Misalnya posisi
bangkai, bau karet terbakar dan sebagainya.
-
43
BAB III
Gambaran Umum Film The Visitor
A. Profil Sutradara Film The Visitor
Thomas Joseph "Tom" McCarthy lahir 7 Juni 1966 di New Jersey
Amerika Serikat, dia merupakan seorang sutradara film, penulis naskah, dan
aktor Amerika Serikat yang tampil di beberapa film seperti Meet the Parents
dan Good Night, and Good Luck, serta seri televisi seperti The Wire, Boston
Public, Law & Order, dan Saint Maybe.
McCarthy mendapat pujian luas atas penulisan naskah dan
penyutradaraan film independen The Station Agent (2003), The Visitor
(2007), Win Win (2011), dan Spotlight (2015). Untuk Spotlight, ia
mendapatkan nominasi Academy Award for Best Original Screenplay dan
Academy Award for Best Director.
Selain itu, McCarthy turut menulis naskah film Up (2009) bersama
Bob Peterson dan Pete Docter. Mereka mendapat nominasi Academy Award
kategori Best Original Screenplay. McCarthy juga menulis naskah film
Million Dollar Arm1.
1 Artikel, di akses Senin, 5 Mei 2017 pukul 12.30 WIB dari
http://www.imdb.com/name/nm05653336/
http://www.imdb.com/name/nm05653336/
-
44
Filmografi:
1. The Station Agent (2003) sebagai sutradara dan penulis.
BAFTA Award for Best Original Screenplay, Independent
Spirit Award for Best First Screenplay, Independent Spirit
John Cassavetes Award, Las Vegas Film Critics Society
Award for Best Screenplay, Sundance Film Festival Audience
Award (Dramatic), Sundance Film Festival Waldo Salt
Screenwriting Award, Nominasi: Satellite Award for Best
Original Screenplay, Nominasi: Writers Guild of America
Award for Best Original Screenplay.
2. The Visitor (2007) sebagai sutradara dan penulis.
Brisbane International Film Festival Interfaith Award,
Deauville American Film Festival Grand Special Prize,
Independent Spirit Award for Best Director, Method Fest
Independent Film Festival Award for Best Director, Satellite
Award for Best Original Screenplay, Nominasi - Satellite
Award for Best Director, Nominasi - Writers Guild of America
Award for Best Original Screenplay
3. Up (2009) sebagai penulis.
Nominasi - Academy Award for Best Original Screenplay,
Nominasi - Annie Award for Writing in a Feature Production,
Nominasi - BAFTA Award for Best Original Screenplay,
-
45
Nominasi - Hugo Award for Best Dramatic Presentation -
Long Form
4. Game of Thrones (2010) sebagai Sutradara
5. Game of Thrones (2011) sebagai produser.
Produser konsultan, Episode: Winter Is Coming
6. Win-Win ( 2011) sebagai sutradara, penulis, dan sutradara.
7. Million Dollar Arm (2014) sebagai penulis
8. The Cobbler (2014) sebagai sutradara dan penulis.
9. Spotlight (2015) sebagai sutradara dan penulis.
Alliance of Women Film Journalists Award for Best Director,
Alliance of Women Film Journalists Award for Best Original
Screenplay, Boston Online Film Critics Association Award for
Best Original Screenplay, Boston Society of Film Critics
Award for Best Screenplay, Central Ohio Film Critics
Association Award for Best Director, Central Ohio Film
Critics Association Award for Best Original Screenplay,
Chicago Film Critics Association Award for Best Original
Screenplay, Chicago International Film Festival Best Narrative
English-Language Feature, Critics' Choice Movie Award for
Best Screenplay, Nominasi - AACTA International Award for
Best Screenplay, Nominasi - Academy Award for Best
Director, Nominasi - Academy Award for Best Original
-
46
Screenplay, Nominasi - Awards Circuit Community Award for
Best Director, Nominasi - Awards Circuit Community Award
for Best Original Screenplay, Nominasi - BAFTA Award for
Best Original Screenplay, Nominasi - Austin Film Critics
Association Award for Best Director, Nominasi - Austin Film
Critics Association Award for Best Original Screenplay,
Nominasi - Chicago Film Critics Association Award for Best
Director, Nominasi - Critics' Choice Movie Award for Best
Director
Pemeran Film:
1. Crossing the Bridge (1992) sebagai Chris
2. Rift (1993) sebagai Bartender 1
3. Conspiracy Theory (1997) sebagai helicopter Spotter
4. In My Sister’s Shadow (1998) sebagai Mivchael Butler
5. 30 Days (1999) sebagai Brad Drazin
6. Certain Guys (2000) sebagai Mitch
7. Meet the Parents (2000) sebagai Dr. Bob Banks
8. The Guru (2002) sebagai Lars
9. The Last Shot (2004) sebagai Agent Pike
10. Good Night, and Good Luck (2005) sebagai Palmer Williams
11. Syriana (2005) sebagai Fred Franks
-
47
12. The Great New Wonderful (2005) sebagai David Burbage
13. All the King’s Man (2006) sebagai Editor
14. The Situation (2006) sebagai Major Hanks
15. Beautiful Ohio (2006) sebagai Older William Messerman
16. Flags of Our Fathers (2006) sebagai James Bradley
17. Years of the Dog (2007) sebagai Pie
18. Michael Clayton (2007) sebagai Walter (pengisi suara)
19. Baby Mama (2008) sebagai Kate’s Date
20. Mammoth (2009) sebagai Bob
21. Duplicity (2009) sebagai Jeff Bauer
22. The Lovely Bones (2009) sebagai Principal Caden
23. 2012 (2009) sebagai Gordon Silberman
24. Jack Goes Boating (2010) sebagai Dr. Bob
25. Fair Game (2010) sebagai Jeff
26. Little Focker (2010) sebagai Dr. Bob
27. Pixels (2015) sebagai Michael the Robot
Pemeran Televisi:
1. Mary and Tim (1996) sebagai Tim Melville
2. New York Undercover (1996) sebagai Gus Farina, episode
“Toy Soldier”
3. Saint Maybe (1998) sebagai Ian Bedloe
-
48
4. Spin City (1998) sebagai Priest, episode “Bye, Bye Birdie”
5. D.C. (2000) Joseph Scott, episode “Truth”
6. Law and Order: Special Victims Unit (2000) sebagai Nick
Ganzer, episode “Contact”
7. Ally McBeal (2000) sebagai Peter Hanks, episode “Do You
Wanna Dance?”
8. Boston Public (2000-2001) sebagai Kevin Riley, 14 episode
9. The Practice (2001) sebagai Kevin Riley, episode “The Day
After”
10. Law and Order (2002-2008) sebagai Donald Housman, 3
episode
11. The Wire (2008) sebagai Scott Templeton, 10 episode
B. Profil Pemain The Visitor
1. Richard Jenkins
Richard Jenkins lahir di Delkalb, Illinois, AS, 03 Mei 1947. Ia adalah
seorang aktor Amerika. Jenkins memulai karir aktingnya dalam teater di
Trinity Repertory Company dan kemudian membuat debut filmnya pada
tahun 1974. Kemudia muncul peran pendukung pada berbagai film pada
1980an dan 1990an. Puncak karir tidak dating sampai awal tahun 2000an,
dimana ia memerankan almarhum Patriakh Nathaniel Fisher di serial
drama pemakaman (HBO Six Feet Under). Jankins dinominasikan
-
49
sebabagi actor terbaik (Academy Award) untuk film The Visitor tahun
2007, dan memenangkan Primetime Emmy Award for Outstanding Lead
Actor in a Miniseries or Movie untuk Olive Kitteridge.2
Filmografi3:
1. Feasting with Panthers (1974) sebagai Warder
2. Brother to Dragon (1975)
3. Parole (1982) sebagai 1st Cop
4. Concealed Enemies (1984) sebagai Nicholas Vazzana
5. Silverado (1984) sebagai Kelly
6. The Little Sister (1985) sebagai Roger Davis
7. Miami Vice (1985) sebagai Ed Waters
8. The Manhattan Project (1986) sebagai Radiation Control Officer
Medatomics Lab
9. On Valentine’s day (1986) sebagai Bobby Pate
10. Hanna and Her Sisters (1986) sebagai Dr. Wilkes
11. Rachael River (1987) sebagai Cordell
12. The Witches of Eastwick (1987) sebagai Cylden Alden
13. Courtship (1987) sebagai Bobby Pate
2 Artikel, di akses Senin, 6 Mei 2017 pukul 14.00 WIB dari
http://www.imdb.com/name/nm0420955/
3 Artikel, di akses Senin, 6 Mei 2017 pukul 14.45 WIB dari
http://m.wowkeren.com/seleb/richard_jenkins/film.html
http://www.imdb.com/name/nm0420955/http://m.wowkeren.com/seleb/richard_jenkins/film.html
-
50
14. Stealing Home (1988) sebagai Hank Chandler
15. In the Line of Duty: The F.B.I. Murders (1988)
16. Little Nikita (1988) sebagai Richard Grant
17. Blaze (1989) sebagi Picayune
18. Sea of Love (1989) sebagai Gruber
19. How I Got Into College (1989) sebagai Bill Browne
20. Out on the Edge (1989) sebagai Paul Evetts
21. Kojak: Fatal Flaw (1989) sebagai Joel Litkin
22. Descending Angel (1990) Debaudt
23. Rising Son (1990) sebagai Tommy
24. Blue Steel (1990) sebagai Attoney Mel Dawson
25. Challenger (1990) sebagai Gregory B. Jarvis
26. When You Remember Me (1990) sebagai Vaughan
27. Carolina Skeletons (1991) sebagai Redy
28. Doublecrossed (1991)
29. The Perfect Tribute (1991) sebagai Blair
30. Afterburn (1992) sebagai Acton Ryder
31. Queen (1993) sebagai Mr. Benson
32. Undercover Blues (1993) sebagai Frank
33. And the Band Played On (1993) sebagai Dr. Marc Conant
34. Trapped in Paradise (1994) sebagai Agent Shaddus Peyser
35. It Could Happen to You (1994) sebagai C. Vernon Hale
-
51
36. Wolf (1994) sebagai Detective Bridger
37. Getting Out (1994) sebagai Chaptain
38. The Indian in the Cupboard (1995) sebagai Victor
39. How to Make an American Quitt (1995) sebagai Howell Saunders
40. Eddie (1996) sebagai Carl Zimmer
41. Flirting with Disaster (1996) sebagai Paul Harmon
42. Un divan a New York (1996) sebagai Campton
43. The Boys Next Door (1996) sebagai Bob Klemper
44. Into Thin Air: Death of Everest (1997) sebagai Beck Weathers
45. Eye of God (1997) sebagai Willard Sprague
46. Absolute Power (1997) sebagai Michael McCarhty
47. The Impostor (1998) sebagai Johnny Leguard
48. The Confession (1999) sebagai Cass O’Donnell
49. The Mod Squad (1999) sebagai Det. Bob Mothershed
50. Outside Providence (1999) sebagai Barney
51. Snow Falling on Cedars (1999) sebagai Sheriff Art Moran
52. Random Hearts (1999) sebagai Truman Trainor
53. What Planet Are You From? (2000) sebagai Don Fisk
54. Me, Myself and Irene (2000) sebagai Agent Boshane
55. Six Feet Under (2001) sebagai Nathaniel Fisher
56. The Man Who Wasn’t There (2001) sebagai Walter Abundas
57. One Night at McCool’s (2001) sebagai Father Jimmy
-
52
58. Say It Isn’t So (2001) sebagai Walter Wingfield
59. Sins of the Father (2002) Bobby Frank Cherry
60. Changing Lanes (2002) sebagai Walter Arnell
61. Stealing Harvard (2002) sebagai Honorable Emmett Cook
62. Cheaper by the Dozen (2003) sebagai Shake
63. Intolerable Cruelty (2003) sebagai Freddy Bender
64. The Core (2003) sebagai Gen. Thomas Purcell
65. The Mudge Boy ( 2003) sebagai Edgar Mudge
66. Shall We Dance (2004) sebagai Devine
67. Rumor Has It….(2005) sebagai Earl Huttinger
68. Fun with Dick and Jane (2005) sebagai Frank Bascomble
69. Earth to America (2005)
70. North Country (2005) sebagai Hank Aimes
71. The Kingdom (2007) sebagai Robert Grace
72. The Visitor (2007) sebagai Prof. Walter Vale
73. The Tale of Despereaux (2008) sebagai Principal
74. Burn After Reading (2008) sebagai Ted Treffon
75. Step Brothers (2008) sebagai Dr. Robert Doback
76. The Broken (2008) sebagai John McVey
77. Waiting for Forever (2009) sebagai Richard Twist
78. Norman (2010) sebagai Doug Long
79. Let Me In (2010) sebagai The Father
-
53
80. Happy Thank You More Please (2010) sebagai Paul Gertmanian
81. Eat, Pray, Love (2010) sebagai Richard
82. Dear John (2010) sebagai Mr. Tyree
83. Hall Pas (2011) sebagai Coakley
84. Friend with Benefits (2011) sebagai Mr. Harper
85. The Rum Diary (2012) sebagai Lotterman
86. The Company You Keep (2012) sebagai Jed Lewis
87. Liberal Art (2012) sebagai Prof. Peter Hoberg
88. Killing Them Softly (2012) sebagai Driver
89. Darling Companion (2012) sebagai Russel
90. The Cabin in the Woods (2012) sebagai Steve Hadley
91. Jack Reacher (2013) sebagai Alex Rodin
92. White House Down (2013) sebagai Speaker of the House
93. Turbo (2013) sebagai Bobby (voice)
94. A.C.O.D (2013) sebagai Hugh
95. 4 Minute Mile (2014) sebagai Ex-Track Coach
96. Olive Kitteridge (2014) sebagai Henry Kitteridge
97. God’s Pocket (2014) sebagai Richard Shelburn
98. Lullaby (2014) sebagai Robert Lowenstein
99. Bone Tomahawk (2015) sebagai Chicory
100. The Hollars (2016) sebagai Don Hollar
101. Berlin Station (2016) sebagai Steven Frost
-
54
102. The Shape of Water (2017)
103. LBJ (2017) sebagai Senator Richard Russel
2. Haaz Sleiman4
Haaz Sleiman merupakan seorang aktor film dan televisi keturunan
Lebanon-Amerika. Ia dikenal dalam memerankan peran Tarek dalam film
The Visitor (2007) dan peran Yesus dalam serial mini TV Amerika
Killing Jesus.
Haaz Sleiman lahir dan dibesarkan di Lebanon. Ia berpindah ke
Amerika Serikat ketika berusia dua puluh satu tahun, dan ia
mengembangkan kecintaan untuk akting film, televisi dan teater.
Penghargaan dan Nominasi
a. Memenangkan tempat ke-2 pada Boston Society of Film Critics
Award untuk pemeran Ensemble terbaik untuk film The Visitor
b. Dinominasikan untuk actor pendukung terbaik pada Independent
Spirit Award untuk peran The Visitor
c. Dinominasikan untuk pemeran Ensemble terbaik untuk The Visitor
pada Gotham Award
4Artikel, di akses Senin, 6 Mei 2017 pukul 14.45 WIB dari
http://www.imdb.com/name/nm1896736/bio?ref_=nm_ov_bio_sm
http://www.imdb.com/name/nm1896736/bio?ref_=nm_ov_bio_sm
-
55
Filmografi
1. The Ski Trip (2004) sebagai Tyson
2.
3. Company Town (2004) sebagai Abby Faisal (film TV)
4. Fourth Estate (2004) (video pendek)
5. American Dreamz (2006) sebagai Captain Mujahidin
6. ER (2006) sebagai Hodgkins. Episode TheGallant Hero and The
Tragic Victor
7. 24 (2006) sebagai Heydar. 3 episode (6 musim)
8. NCIS (2006) sebagai Abdul Wahid. Episode Grace Period
9. Veronica Mars (2006) sebagai Nasir Ben Hafald. Episode Un
American Graffiti
10. Football: The Price of Dreams (2006) sebagai Ace
11. Assassin’s Creed (2006) sebagai Malik al-Sayf (Voice)
12. American East (2006) sebagai Slik Ali
13. The Visitor (2007) sebagai Tarek. Nominasi - Independent Spirit
Award untuk Pemeran Pendukung Laki-Laki Terbaik. Nominasi -
Online Film & Television Association untuk Penampilan
Breakthrough Terbaik - Laki-Laki. Nominasi - Boston Society of
Film Critics Award untuk Pemeran Terbaik. Nominasi - Gotham
Awards untuk Pemeran Ensembel Terbaik.
-
56
14. Nurse Jackie (2009) sebagai Mohammed 'Mo-Mo' De La Cruz.
12 episode (peran utama musim 1)
15. The Promise (2010) sebagai Omar Habash
16. Nikita (2011) sebagai Kasim Tariq. Episode One Way and
Covenant
17. CSI: Miami (2011) sebagai Marcel Largos. Episode Mayday
18. Meet Jane (2011) sebagai Agent Joseph Omari (Film TV)
19. Dorfman in Love (2011) sebagai Cookie
20. Assassin’s Creed: Revelations (2011) sebagai Sulaiman 1 (Voice)
21. Ricochet (2011) sebagai Robert Savich (Film TV)
22. Highland Park (2012) sebagai Ali Rasheed
23. Cover Affairs (2012) sebagai Khalid Ansari. 5 Episode (3 Musim)
24. Blue Bloods (2012) sebagai Teri Demiri. Episode Drawing Dead
25. The Good Wife (2013) sebagai Zayeed Shaheed
26. Person of Interest (2014) sebagai Omar Risha. Episode Allegiance
27. Reckless (2014) sebagai Tariq Al-Zahrani. Episode Fifty One
Percent
28. Those People(2015) sebagai Team. Pasca Produksi
-
57
3. Danai Gurira5
Danai Jekesai Gurira lahir 14 Februari 1978 di Grinnell, Iowa, dari
ibunya yang bernama Josephine Gurira, seorang pustakawan universitas,
dan ayah bernama Roger Gurira, seorang dosen di Jurusan Kimia di
University of Wisconsin – Platteville. Orangtua Gurira datang ke Amerika
Serikat dari Rhodesia Selatan, yang sekarang menjadi Zimbabwe, pada
tahun 1964, ketika pada usia lima tahun dia dan keluarganya pindah
kembali ke Harare, Zimbabwe, setelah negara itu memperoleh
kemerdekaan.
Gurira menulis drama off-Broadway berjudul In the Continuum, di
mana ia yang berhasil memenangkan Obie Award, Outer Critics Circle
Award, dan Helen Hayes Award untuk kategori Best Lead Actress. Pada
Desember 2011, In the Continuum memperingati Hari AIDS Sedunia
2011. Drama tersebut, disponsori oleh Kedutaan Besar AS di Zimbabwe,
dipentaskan di Teater Harare dan menampilkan kisah dua perempuan yang
menjelajahi dunia setelah tertular virus AIDS.
Pada tahun 2009, Gurira memulai debutnya di Broadway pada drama
Joe Turner's Come and Gone karya August Wilson. Gurira menerima
Whiting Award di tahun 2012. Pada bulan Januari 2015, familiar
merupakan sebuah drama yang ditulis oleh Gurira dan disutradarai oleh
5 Artikel, di akses Senin, 6 Mei 2017 pukul 14.50 WIB dari
www.imdb.com/name/nm17750591
http://www.imdb.com/name/nm17750591
-
58
Rebecca Taichman, dibuka di Yale Repertory Theatre. Drama yang
berkisah tentang keluarga, identitas budaya, dan pengalaman hidup
sebagai generasi pertama Amerika, dan Gurira mengatakan bahwa itu
terinspirasi sebagian oleh keluarga dan teman-temannya.
Dia menerima Sam Norkin Award 2016, untuk Eclipsed dan Familiar,
yang dipersembahkan oleh Drama Desk Awards, yang mengatakan:
"Danai Gurira menunjukkan wawasan, jangkauan, dan kedalamannya,
membawa suara baru yang segar untuk teater Amerika." Drama tersebut
saat ini sedang dinominasikan untuk Tony Award for Best Play.
Filmografi:
1. The Visitor (2007) sebagai Zaenab. Fest Film Festival for Best
Supporting Actress. Dinominasikan – Boston Society of Film
Critics Award for Best Cast. Dinominasikan – Gotham Awards
for Best Ensemble Cast.
2. Ghost Town (2008) sebagai Assorted ghost
3. 3 Backyards (2010) sebagai Woman in Blue Dress
4. My Soul to Take (2010) sebagai Jeanne-Baptiste
5. Restless City (2011) sebagai Sisi
6. Mother of George (2013) sebagai Adenike Olumide Balogun Black
Reel Award for Best Actress. Dinominasikan – Black Reel Award
-
59
for Best Breakthrough Performance. Dinominasikan – American
Black Film Festival – Best Actress.
7. Tinker Bell and the Legend of the Never Beast (2015) sebagai
Fury (suara)
8. All Eyez on Me (2016) sebagai Afeni Shakur
Pasca-Produksi Televisi:
1. Law & Order: Criminal Intent (2004) sebagai Marei Rosa
Rumbidzai. Episode Inert Dwarf
2. Life on Mars (AS) (2009) sebagai Angela. EpisodeThe Simple
Secret of the Note in Us All
3. Law & Order (2009) sebagai Courtney Owens. Episode Fed
4. American Experience (2010) sebagai Sarah Steward. Episode
Dolley Madison
5. Lie to Me (2010)sebagai Michelle Russo Episode Exposed
6. Trem (2010-2011) sebagai Jill. 6 Episode
7. The Walking Dead (2012–sekarang ) sebagai Michonne Musim 3-
sekarang (peran utama; 50 episode). Satellite Award for Best Cast
Television Series (2012). Dinominasikan – NAACP Image Award
for Outstanding Supporting Actress in a Drama Series (2016)
-
60
4. Hiam Abbass6
Hiam Abbas lahir 30 November 1960 di Nazareth, Israel. Abbass
dikenal karena perannya difilm The Visitor (2007), Exodus Gods and king
(2014), and Lemon Tree (2008).
Filmografi:
1. La Nuit Miraculeuse (1989) TV Movie
2. Antoine Rives, Juge du Terrorisme (1993) sebagai Jacqueline
Tabet. TV Series. Episode: “L’affaire JBN”
3. 3000 Scénarios Contre un Virus (1994) sebagai A Client.
TV Series. Episode: “Poisson rouge"
4. When the Cat's Away (1996) sebagai Woman in the courtyard
5. Haifa (1996) sebagai Haifa
6. Raddem (1996). Short
7. Vivre au Paradis (1996)
8. Venise Est Une Femme (1998) sebgai Aïcha's Mother .
TV Movie
9. Histoire Naturelle (1998). Short
6 Artikel, di akses Senin, 16 Mei 2017 pukul 12.36 WIB dari
http://www.imdb.com/name/nm0007814/bio?ref_=m_mn_ov_bio
http://www.imdb.com/name/nm0007814/bio?ref_=m_mn_ov_bio
-
61
10. Mix-Cité (2000). Short
11. Ali, Rabiaa et les Autres (2000) sebagai Rabiaa
12. Ligne 208 (2000) sebagai Khaled’s Mother
13. Le Pain (2000). Short
14. Le Mariage en Papier (2001) sebagai Aunt Rabiaa. Short
15. Tar Angel (L'ange de Goudron) (2001) sebagai Naïma Kasmi
16. Fais-Moi des Vacances (2001) sebagai Lucien & José's Mother
17. Satin Rouge (2002) sebagai Lili