analisis semiotika pesan moral islami dalam film …
TRANSCRIPT
ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI
DALAM FILM IMPERFECT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)
Oleh:
DINI YUNITASARI HOLIS
NIM: 11170510000207
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M / 1442 H
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI
DALAM FILM IMPERFECT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Dini Yunitasari Holis
NIM. 11170510000207
Di bawah bimbingan:
Thalitha Sacharissa Rosyidiani, M. I. Kom
NIP. 199102172018012004
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2021 M / 1442 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dini Yunitasari Holis
NIM : 11170510000207
Dengan ini saya menyatakan:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya sendiri yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar
Strata 1 (S1) Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian skripsi
ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif idayatullah
Jakarta.
3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan
skripsi ini bukan hasil karya sendiri atau merupakan hasil
jiplakan dari orang lain (plagiat), maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Mei 2021
Dini Yunitasari Holis
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul ANALISIS SEMIOTIKA PESAN MORAL ISLAMI
DALAM FILM IMPERFECT disusun oleh Dini Yunitasari Holis
11170510000207 diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus
dalam Ujian Munaqasah pada 17 Juni 2021 di hadapan dewan penguji.
Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
dalam bidang Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta, 17 Juni 2021
Tim Penguji Sidang Munaqasah
Ketua Penguji Sekertaris Penguji
Dr. Armawati Arbi, M.Si. Dr. H. Edi Amin, S.Ag, MA.
NIP. 196502071991032002 NIP. 197609082009011010
Penguji I Penguji II
Dr. H. M. Yakub, M.A. Dr. Rochimah Imawati, M.Psi.
NIP. 196210181993031002 NIP. 196612032014112001
Pembimbing
Thalitha Sacharissa Rosyidiani M. I.Kom.
NIP. 199102172018012004
iv
ABSTRAK
Dini Yunitasari Holis, 11170510000207
Analisis Semiotika Pesan Moral Islami dalam Film Imperfect
Film merupakan media komunikasi yang memiliki
kekuatan persuasi yang besar pengaruhnya kepada penonton atau
masyarakat yang menyaksikannya. Selain menjadi alat penghibur,
film dapat digunakan sebagai penyampaian pesan-pesan moral.
Film Imperfect adalah film drama komedi yang menceritakan kisah
hidup seorang wanita yang memiliki bentuk tubuh yang tidak ideal
mendapatkan diskriminasi dari lingkungan sekitarnya sehingga
merubah penampilannya serta sikapnya. Walaupun film ini tidak
mengandung unsur Islam, namun dalam film ini mengandung
pesan moral Islami didalamnya.
Penelitian ini menggunakan teori Semiotika Charles
Sanders Peirce yang bertujuan untuk mengidentifikasi bagaimana
representamen (ikon, indeks, simbol), object, dan interpretan
dalam film Imperfect dan apa saja pesan moral Islami yang
terkandung dalam film Imperfect. Metode yang digunakan adalah
kualitaif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
bersumber dari DVD film dengan observasi pada setiap scene,
wawancara, serta dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah adanya representament (bentuk
tanda) memunculkan gambaran sifat tokoh. Object memunculkan
pada apa yang dilakukan oleh tokoh. Interpretant menunjukan
adanya pesan moral Islami yang disampaikan. Pesan moral Islami
yang terkandung dalam film ini terdiri dari sepuluh scene
diantaranya tentang menjauhi perilaku berburuk sangka, sabar,
jauhilah perkataan buruk, saling tolong menolong, toleransi antar
umat beragama, anjuran untuk berkata baik, jauhilah perbuatan
riya, saling memaafkan dan juga bersyukur.
Kata kunci: Semiotika, Pesan Moral Islami, Film Imperfect.
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Rabbil’alamin, penulis panjatkan segala
puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan nikmat-Nya penulis
berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik. sholawat serta
salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah menjadi
rahmatan lil’alamin bagi umatnya.
Tidak ada yang sempurna selain Allah SWT, karena
keterbatasan waktu, pengetahuan, pengalaman serta kesempatan
yang ada, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna karena masih banyak kekurangan baik dari segi materi,
maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu, segala kritik dan
saran yang membangun untuk perbaikan penulisan skripsi ini akan
penulis terima dengan senang hati sehingga dapat menghasilkan
karya tulis ilmiah yang jauh lebih baik lagi.
Selesainya skripsi ini tidak lepas dari keridhoan dan berkah
dari Allah SWT, serta doa, saran, arahan, dan bantuan dari
beberapa pihak kepada penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Dalam kesempatan kali ini
penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan
terimaksih kepada:
vi
1. Kedua orang tua tercinta, Mama Lissuheti dan Papa
Enung Holis. Terimakasih atas segala doa, kasih
sayang, perhatian, dukungan dan tidak pernah bosan
untuk memberikan semangat kepada penulis serta
selalu menjadi garda terdepan untuk mendukung
penulis baik secara moral maupun materi kepada
penulis.
2. Kakak, adik, dan nenek tercinta, Nugraha Pratama
Holis, Mia Cempaka Holis dan Ibu Nasah. Terima
kasih selalu memberikan dukungan serta semangat
kepada penulis dan selalu mendoakan penulis.
3. Bapak Suprapto, M. Ed, Ph. D, selaku Dekan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Ibu Dr. Siti
Napsiyah, BSW, MSW, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik. Bapak Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai
Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum dan Bapak
Kemahasiswaan.
4. Ibu Armawati Arbi, M. Si, selaku Ketua Program Studi
Komunikasi Penyiaran Islam. Bapak Dr. Edi Amin,
M.A, selaku Sekertaris Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
5. Ibu Thalitha Sacharissa Rosyidiani, M. I.Kom, selaku
Dosen Pembimbing Skripsi yang sudah memberikan
bimbingan, nasihat serta motivasi kepada penulis
selama proses pengerjaan skripsi ini.
6. Prof. Andi M. Faisal Bakti, M. A, Ph. D selaku Dosen
Penasihat Akademik yang selalu meluangkan
vii
waktunya untuk memberikan bimbingan kepada anak
didiknya dan memberikan dukungan selama proses
penyusunan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen Program Studi Komunikasi Penyiaran
Islam dan Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membuka wawasan dan memberikan ilmu serta
bimbingan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan.
8. Dr. H. M. Yakub, M.A selaku Dosen dan konsultan
agama yang sudah bersedia meluangkan waktunya dan
membantu penulis melakukan penelitian agar
mendapatkan data yang valid, akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan.
9. Girls Generation alias CAPEK. Faiqah Gempi, Shania
Sunny, Shafa Owie, Aurelia oreli, Raisa Yayak, Halwa
Wawak, Alifia Pya, Mega Memew, dan Maoizah Mojiy
yang selalu memberikan dukungan, dan berbagi keluh
kesah bersama dari awal perkuliahan hingga saat ini.
10. Ericsson Adrian yang selalu menjadi penyemangat dan
menyemangati serta menghibur penulis. Terima kasih
telah menemani berjuang.
11. Shasameilia, Angela, Salshabila, Rinita, Melisya yang
selalu memberikan semangat, dan mendengarkan keluh
kesah penulis.
12. Teman-teman Komunikasi Penyiaran Islam, khususnya
KPI D atas dukungan dan bantuannya selama ini.
viii
Penulis berdoa semoga amal baik dari orang-orang di atas
mendapatkan balasan dari Allah SWT. dan semoga hasil penelitian
ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 05 Mei 2021
Dini Yunitasari Holis
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................ i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN .......................................... iii
ABSTRAK .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................... ix
DAFTAR TABEL ...................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................... 6
C. Batasan dan Rumusan Masalah.................................................. 6
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7
E. Review Kajian Terdahulu .......................................................... 8
F. Metode Penelitian .................................................................... 10
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI ................................................... 17
A. Semiotika ................................................................................. 17
1. Pengertian Semiotika ............................................................ 17
2. Semiotika Charles Sanders Peirce ........................................ 19
B. Pesan Moral Islami .................................................................. 24
C. Tinjauan Tentang Akhlak......................................................... 28
1. Akhlak Baik (mahmudah) .................................................... 29
1. Akhlak Buruk (mazmumah) ................................................. 32
D. Tinjauan Tentang Film .............................................................. 35
x
1. Pengertian Film ....................................................................... 35
2. Unsur-unsur Pembentukan Film .............................................. 36
3. Jenis-Jenis Film ....................................................................... 37
2. Klasifikasi Film .................................................................... 39
3. Struktur Film ........................................................................ 40
E. Kerangka Berpikir ................................................................... 41
BAB III GAMBARAN UMUM FILM IMPERFECT ............ 43
A. Sekilas Tentang Film Imperfect ............................................... 43
B. Sinopsis Film Imperfect ........................................................... 45
C. Profil Sutradara Film Imperfect ............................................... 49
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN .................... 52
A. Temuan Data Penelitian ........................................................... 52
B. Analisis Semiotika Pesan Moral Islami Dalam Film Imperfect 54
BAB V PEMBAHASAN ........................................................... 63
A. Makna Representament, Object, dan Interpretant dalam film
Imperfect .......................................................................................... 63
B. Pesan Moral Islami Dalam Film Imperfect .............................. 89
BAB VI PENUTUP ................................................................... 90
A. Kesimpulan .............................................................................. 90
B. Saran ........................................................................................ 91
DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 93
LAMPIRAN ............................................................................... 99
xi
DAFTAR TABEL
Table 1. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................. 9
Table 2. 1 Trikotomi Ikon/Indeks/Simbol Model Peirce ..................... 22
Table 4.1 scene 1 ................................................................................. 55
Table 4.2 Scene 2 ................................................................................. 55
Table 4.3 Scene 3 ................................................................................. 56
Table 4.4 Scene 4 ................................................................................. 57
Table 4.5 Scene 5 ................................................................................. 58
Table 4.6 Scene 6 ................................................................................. 59
Table 4.7 Scene 7 ................................................................................. 59
Table 4.8 Scene 8 ................................................................................. 60
Table 4.9 Scene 9 ................................................................................. 61
Table 4.10 Scene 10 ............................................................................. 62
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 1 Model Semiotika .............................................................. 21
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................ 42
Gambar 3.1 Poster Film Imperfect ....................................................... 43
Gambar 3.4 Foto Ernest Prakasa .......................................................... 50
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film telah menjadi media komunikasi audio visual
yang akrab dinikmati oleh segenap masyarakat dari
berbagai rentang usia dan latar belakang sosial. Kekuatan
dan kemampuan film dalam menjangkau banyak segmen
sosial, lantas membuat para ahli bahwa film memiliki
potensi untuk mempengaruhi khalayaknya. 1
Media komunikasi juga dapat digunakan sebagai
sarana penyampaian pesan moral baik yang terkandung
dalam islam atau yang secara umum. Pesan moral
merupakan suatu pesan yang disampaikan seseorang baik
tersirat maupun tersurat. Moral sendiri merupakan kaidah
norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam
hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat.2
Pesan moral sering kali kita jumpai dalam berbagai media
komunikasi, seperti salah satunya penyampaian pesan
melalui media film. Sebagai komunikasi (communication),
film merupakan bagian penting dari sistem yang digunakan
1 Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis semiotic, dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja
Rosadakarya, 2004, h. 127. 2 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja;
Perkembangan Peserta Didik, 2012. (Jakarta: PT Bumi Aksara), h.136.
2
oleh para individu dan kelompok untuk mengirim dan
menerima pesan (send and receive messages).3
Film mengangkat realitas sosial yang ada disekitar
kita dengan sentuhan alur cerita yang menarik, fungsi
edukasi berupa kritik sosial mengenai keadaan sekitar.
Film juga mengandung muatan moral yang menjadi sebuah
pembelajaran bagi penonton. Pesan yang termuat dalam
film dapat membawa dampak positif maupun negatif.
Sebagian orang atau penonton mampu menangkap pesan
dalam sebuah film dengan mudah, namun tidak sedikit pula
ada yang kesulitan mengenai hal tersebut.4
Pesan-pesan yang terdapat dalam film, salah
satunya yaitu pesan moral jika kita mencoba memahami
suatu film tersebut, maka itu akan membantu kita dalam
menghadapi permasalahan yang ada di dalam kehidupan
kita dengan mencoba mencari kesamaan diri kita terhadap
karakter yang diperankan oleh pemain atau tokoh dalam
sebuah film, sehingga kita dapat memilah dan memilih
sikap yang benar untuk dilakukan dan yang salah untuk
dihindari.
Film yang menjadi perhatian penulis untuk penelitian
analisis ini adalah film Imperfect: Karier, Cinta dan
3 Idy Subandy Ibrahim, Budaya Populer sebagai Komunikasi:
Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer, (Yogyakarta:
Jalasutra,2011), h. 190. 4 Jaquiline Melissa Renyoet, Pesan Moral dalam Film To Kill A
Mockingbird (Analisis Semiotika pada Film To Kill A Mockingbird). Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin Makassar. 2014.
3
Timbangan adalah film drama komedi percintaan
Indonesia tahun 2019 yang disutradarai oleh Ernes
Prakarsa dan dialihwahanakan dari novel Imperfect: A
Journey to Self-Acceptance karya Meira Anastasia, istri
Ernest sendiri. Film ini dibintangi Jessica Mila dan Reza
Rahardian. Film ini ditayangkan pada 19 Desember 2019.5
Film tersebut menceritakan tentang perjalanan
seorang perempuan untuk dapat menerima
ketidaksempurnaan diri, setelah ia yang dikenal sebagai
seorang yang baik, sederhana, sabar dan apa adanya
mengalami perubahan karena adanya tekanan dan
pengaruh dari lingkungan sekitarnya sehingga mengacu
pada perubahan perilakunya.
Dimulai dari seorang perempuan (tokoh utama) yang
sedari kecil sudah terbiasa diejek karena penampilan
tubuhnya dan seringkali dibanding-bandingan membuat ia
sabar dan tidak perduli dengan perkataan orang lain, dan
lebih mementingkan kemampuannya dibandingkan dengan
penampilannya. Namun, ketidakperduliannya hilang ketika
bosnya menawarkan posisi yang lebih tinggi di kantornya
dengan sebuah syarat mengubah penampilannya. Ketika ia
mendapatkan keinginannya, sikapnya pun berubah.
Perlahan orang-orang disekelilingnya menjauh. Sadar akan
hal itu ia mengintropeksi diri dan memperbaiki
kesalahannya.
5https://id.wikipedia.org/wiki/Imperfect:_Karier,_Cinta_%26_Timban
gan diakses pada 16 November 2020.
4
Selain itu, film Imperfect memperlihatkan bagaimana
para tokoh-tokoh lainnya memerankan perilaku yang
beragam, dimulai dari perilaku terpuji, hingga perilaku
tercela. Banyak pesan yang terkandung dalam film
tersebut, yang terinspirasi dari kisah nyata tentang
fenomena yang dekat dengan realita yang terjadi pada saat
ini karena maraknya bullying dan body shaming.
Film ini mendapatkan sambutan positif dari kalangan
penonton. Sambutan positif dari pandangan penonton
bahwa melalui film ini kita dapat banyak belajar soal
bersyukur dengan keadaan fisik yang kita miliki, dan
bersyukur memiliki orang-orang disekitar kita yang mau
menerima bagaimanapun keadaannya.6 Ini berdampak
pada menggelembungnya jumlah penonton Imperfect:
Karier, Cinta dan Timbangan. Jumlah penonton film
Imperfect dikabarkan telah melibas Habibie dan Ainun 3.
Bahkan, mendepak Danur 3: Suayuri dari posisi 3 besar.
Hasil penonton Imperfect sampai dengan 11 Januari 2020
totalnya, 2.452.935.7
Film ini disutradarai oleh Ernest Prakarsa yang
merupakan seorang non muslim, namun dalam film ini
mengajarkan kebaikan serta bersinggungan dengan nilai-
nilai akhlak berupa akhlak yang terpuji dan akhlak yang
6 https://www.popbela.com/career/inspiration/niken-ari/review-film-
imperfect/4 diakses pada 20 Februari 2021. 7 https://www.liputan6.com/showbiz/read/4153949/imperfect-
kalahkan-habibie-amp-ainun-3-dan-danur-3-sunyaruri-berapa-penontonnya.
Diakses pada 20 Februari 2021.
5
tercela. Dimana dalam hal ini dapat diambil pesan-pesan
yang baik berupa akhlak yang terpuji dan menghindari
akhlak yang buruk. Sebagaimana terdapat dalam Al-Quran
surat An-Nahl ayat 90:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil
dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada
kerabat, dan Dia melarang (melakukan) perbuatan
keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran.”
Dari banyaknya film yang ditayangkan, peneliti
tertarik menjadikan film Imperfect ini sebagai bahan
penelitian, karena cerita yang dikemas menarik untuk
diteliti dan banyak makna yang terkandung dalam film ini,
terutama makna dari adegan-adegan serta tanda-tanda
lainnya, yang dapat dikaji melalui teori semiotika Charles
Sanders Peirce.
Berdasarkan dari latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
dengan memilih judul “Analisis Semiotika Pesan Moral
Islami dalam Film Imperfect.”
6
B. Identifikasi Masalah
Dari beberapa uraian yang dikemukakan pada latar
belakang diatas, dapat diidentifikasikan masalah yang
muncul ialah:
1. Adanya pesan moral Islami yang disampaikan
melalui film Imperfect yag berkaitan dengan nilai-
nilai akhlak.
2. Pada film Imperfect terdapat makna dari suatu tanda
dan simbol didalamnya.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka skripsi
ini dibatasi dengan beberapa aspek di bawah ini:
a. Segi Konsep: Penulis menggunakan teori semiotika
Charles Sander Peirce yang memfokuskan pada
pesan moral Islami yang terdapat dalam film
Imperfect.
b. Periode: Film Imperfect: Karier, Cinta, dan
Timbangan ditayangkan perdana di bioskop pada 19
Desember 2019.
c. Geografi: Jakarta, Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Dari batasan masalah tersebut terdapat sejumlah
masalah yang akan dikaji dalam penulisan skripsi ini.
7
Maka dari itu, penulis akan merumuskan pertanyaan
yaitu:
a. Bagaimana representamen, object, dan
interpretant dalam film Imperfect?
b. Apa saja pesan moral Islami yang terkandung dalam
film Imperfect?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Sesuai dengan pendeskripsian rumusan
permasalahan di atas, maka tujuan utama penelitian
ini adalah untuk mengetahui dan menemukan
representamen, object, dan interpretan serta pesan
moral Islami dalam film Imperfect.
b. Sejalan dengan teori yang akan digunakan dalam
penelitian ini, maka peneliti juga bertujuan untuk
mengetahui dan menemukan apa pesan moral
Islami yang ingin disampaikan yang dalam film
Imperfect dilihat dari teori semiotika Charles
Sanders Peirce.
2. Manfaat Penelitian
a. Segi Akademis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dan memberikan kontribusi
positif bagi pengembangan keilmuan
komunikasi khususnya mahasiswa Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi dalam
8
mengembangkan penelitian menganalisis film
dalam kajian semiotika.
2) Penelitian ini dapat meningkatkan minat kajian
ilmu komunikasi khususnya film dan
sejenisnya.
b. Segi Praktis
1) Hasil dari Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan gambaran dalam memahami dan
membaca makna yang terkandung dalam
sebuah film melalui kajian semiotika. Serta
dapat memberikan manfaat bagi praktisis
perfilman terutama utuk memberikan sudut
pandang lain dalam melihat sebuah film.
2) Bagi kalangan umum, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi literatur kepustakaan
tentang kajian film menggunakan analisis
semiotika model Charles Sanders Peirce.
E. Review Kajian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis melakukan tinjauan
pustaka sebagaimana tinjauan pustaka merupakan sebuah
langkah awal dari penyusunan skripsi yang diteliti guna
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan kajian yang
diangkat dengan kajian lainnya sehingga tidak terjadi
duplikasi.
Penelitian ini mengacu pada buku, jurnal, dan skirpsi
sebelumnya membahas tentang ilmu komunikasi. Maka
9
dalam hal ini, mengacu pada skripsi-skripsi seperti
dibawah ini:
Table 1. 1 Penelitian Terdahulu
No. Penelitian
Terdahulu
Persamaan Perbedaan
1 Analisis Semiotika
Pesan Moral
Islam Dalam Film
“Dalam Mihrab
Cinta” skripsi
milik Jery Alpian,
jurusan ilmu
komunikasi,
Fakultas Dakwah
dan Komunikasi,
UIN Sultan Syarif
Kasim Riau 2014.
Meneliti pesan
moral Islami
yang terdapat
dalam film.
Menggunakan
teori semiotika
Roland Barthes,
sedangkan
peneliti akan
menggunakan
teori semiotika
Charles Sanders
Peirce.
2. “Analisis
Semiotika Pesan
Moral dalam Film
Parasite” skripsi
milik Rifa Alya,
jurusan Ilmu
Komunikasi,
Fakultas Ilmu
Sosial Dan Ilmu
Menggunakan
metode
kualitatif dan
paradigma
konstruktif.
Menggunakan
teori semiotika
Roland Barthes,
sedangkan
peneliti akan
menggunakan
teori semiotika
Charles Sander
Peirce.
10
Politik, Universitas
Sumatera Utara,
Medan 2020.
3 “Analisis
Semiotika Body
Shaming Dalam
Film Imperfect”
skripsi milik Sheila
Melinda, Jurusan
Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu
Komunikasi,
Universitas
Gunadarma 2020.
Objek
penelitian
adalah film
Imperfect dan
menggunakan
pendekatan
kualitatif.
Penelitian ini
memfokuskan
pada body
shaming yang
terdapat dalam
film tersebut,
sedangkan
peneliti akan
memfokuskan
pada pesan moral
Islami.
F. Metode Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan pola atau model tentang
bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan
hubungannya) atau bagaimana bagian-bagian
berfungsi (perilaku yang didalamnya ada konteks
khusus atau dimensi waktu). Harmon mendefinisikan
paradigm sebagai cara mendasar untuk mempresepsi,
berfikir, menilai dan melakukan yang berkaitan
11
dengan sesuatu secara khusus tentang visi realitas.8
Pada penelitian ini paradigma yang digunakan adalah
konstruktivisme yang beranggapan bahwa dunia
empiris tidaklah independen, melainkan presepsi dan
interpretasi peneliti, itulah yang memengaruhi apa
yang dilihat peneliti pada saat meneliti.9
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian
deskriptif. Krik dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial secara fundamental bergantung
pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri
dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.10 Dengan
menggunakan pendekatan ini, dapat mempermudah
peneliti dalam melakukan penelitian tentang
bagaimana pesan moral Islam yang terdapat didalam
sebuah film.
3. Sumber Data
a. Sumber Data Primer
8 Lexy, J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.
Remaja Rosadakarya, 2007), h. 8. 9 Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi, (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006), ce,1, h. 28. 10 Dr. Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 3.
12
Data primer adalah data yang berasal dari
sumber asli pertama. Pada penelitian ini data primer
yang akan dikumpulkan bersumber dari tayangan
Film Imperfect yang ditonton melalui DVD.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini untuk
memperoleh informasi terkait objek yang akan
diteliti, diperoleh melalui studi kepustakaan berupa
buku, jurnal, artikel, website sebagai penunjang
data primer untuk melengkapi penelitian ini.
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Tayangan dalam film Imperfect.
b. Objek penelitian
Adegan atau potongan gambar dan dialog
yang terdapat dalam film Imperfect yang berkaitan
dengan pesan moral Islami.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan penginderaan.11 Maka, dalam penelitian ini
peneliti melakukan observasi atau pengamatan
11Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial, (Jakarta: Prenda Media Group, 2009), h.
115.
13
secara mendalam dengan menonton berulang kali
film Imperfect. Kemudian peneliti mencatat dan
memilih beberapa adegan atau scene penting yang
merupakan inti dari permasalahan yang telah
dirumuskan kemudian dianalisis menggunakan
teori dan metode yang telah ditentukan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang.12 Pada penelitian ini penulis
mengumpulkan dokumen-dokumen yang terkait
dengan film Imperfect, diantaranya adalah salinan
video dalam bentuk softcopy, dan beberapa review
atau dokumen lainnya yang relevan dengan
penelitian yang diteliti, guna melengkapi data-data
yang dibutuhkan dalam proses penelitian.
c. Wawancara
Teknik wawancara (interview), yaitu
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
secara langsung oleh pewawancara (pengumpulan
data) kepada responden dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam dengan alat
12 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 330.
14
perekam.13 Dalam hal ini peneliti melakukan
wawancara dengan dosen Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. M. Yakub, M.A
yang juga sebagai konsultan agama. Wawancara
dilakukan sebagai data penunjang pada penelitian
ini.
6. Teknik Analisis Data
Menurut Miles dan Huberman, terdapat tiga
teknik analisis data kualitatif, yaitu reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan. Proses
ini berlangsung terus menerus selama penelitian
berlangsung, bahkan sebelum data bener-bener
terkumpul.14
Analisis dalam penelitian ini dimulai
dengan mengklasifikasikan adegan-adegan dalam
Film Imperfect yang sesuai dengan rumusan
masalah penelitian. Kemudian dianalisis
menggunakan teori semiotika Charles Sanders
Peirce yaitu mencari makna suatu tanda bahasa
dari masing-masing adegan atau cuplikan yang
sesuai dengan penelitian yang diteliti.
13 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik
Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1995), h. 68. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 243-252.
15
G. Sistematika Penulisan
Penelitian skripsi ini akan disusun secara sistematis
sesuai ketentuan dan aturan yang ditetapkan. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Skripsi ini dimulai dengan BAB I, yaitu
pendahuluan. Pada bab ini berisi Latar Belakang Masalah,
Batasan dan Rumusan Masalah, Metodologi Penelitian,
Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian Penelitian
Terdahulu, dan Sistematika Penulisan.
Selanjutnya di BAB II, pembahasan tentang kajian
pustaka yang membahas landasan teori, semiotika, teori
semiotika Charles Sanders Peirce, pesan moral islam,
tinjauan tentang akhlak, tinjauan tentang film.
Sebagai gambaran umum, subjek dan objek
penelitian penulis tempatkan pada BAB III. Pada bab ini
ini berisi gambaran umum film Imperfect, sekilas tentang
film Imperfect, sinopsis film Imperfect, profil sutradara
film.
Sebagai inti skripsi, penulis mengelaborasi data dan
temuan penelitian yang dibahas pada BAB IV. Pada bab
ini berisi hasil temuan dan analisis penelitian dan juga
analisis pada adegan scene yang terdapat dalam film
Imperfect, yang kemudian akan dibahas pada bab
selanjutnya.
16
Sebagai layaknya tradisi karya ilmiah, maka mesti
ada analisis dan pembahasan yang di elaborasi pada BAB
V. Pada bab ini berisi uraian yang berkaitan dengan latar
belakang, teori dan rumusan masalah yang telah ditentukan
dalam penelitian.
Akhrinya skripsi ini ditutup dengan BAB VI yang
berisi kesimpulan, saran-saran peneliti, beserta bagian
terakhir memuat tentang daftar pustaka.
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Semiotika
1. Pengertian Semiotika
Secara etimologis, isilah semiotika berasal dari
kata Yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu
sendiri dikatakan sebagai suatu yang atas dasar
dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada
awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk
pada adanya hal lain. Secara terminologis, semiotika
dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa,
seluruh kebudayaan sebagai tanda.1
Semiotika didefinisikan sebagai studi tentang
tanda, atau produksi sosial makna dan kesenangan
dengan sistem tanda, atau studi tentang bagaimana
sesuatu menjadi penting. Dalam versi yang lebih
baru, aspek sosial ini ditekankan dengan menyebut
studi tersebut “semiotik sosial”. Ini menarik
Sebagian besar karya ahli bahasa Saussure, ahli
logika Peirce dan sastrawan ahli teori Barthes.2
1 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi-Aplikasi
Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Penerbit Mitra
Wacana Media, 2013), h. 7. 2 Gill Branthson dan Roy Stafford, The Media Student’s Book,
(London dan New York: Routledge, 2010), h. 12.
18
Menurut Charles S. Peirce, semiotika yakni
“doktrin formal tentang tanda-tanda” (the formal
doctrine of signs). Sementara bagi Ferdinan De
Saussure semiologi adalah ilmu umum tentang tanda,
“suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di
dalam masyarakat” (a sience that studies the life is
sisgns within society). Dengan demikian, bagi Peirce
semiotika adalah suatu cabang filsafat; sedangkan
bagi Saussure semiologi adalah bagian dari disiplin
ilmu psikologi sosial.1
Semiotika dapat dikatakan sebagai landasan
untuk manusia memaknai hal-hal. Dalam semiotika
ini mempelajari bagaimana aturan-aturan maupun
konveksi yang memungkinkan tanda-tanda
didalamnya memiliki makna ataupun arti. Karena
pada dasarnya semiotika merupakan ilmu tentang
tanda-tanda.2
Analisis semiotika dapat digunakan untuk
mencari tahu makna-makna dari teks yang berupa
tanda-tanda (sign). Maka pemaknaan tanda-tanda
dalam teks maupun visual ialah hal yang menjadi
pusat perhatian analisis semiotik.3
1 Kris Budiman, Semiotika Visual, (Yogyakarta: Jalasutra; 2011), h. 3. 2 Rachmat Krisyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2006) cet ke-2, h. 261. 3 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2013), h. 11.
19
Film merupakan bidang kajian yang amat
relevan bagi analisis semiotik. Film umumnya
dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama
dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.
Yang paling terpenting dalam film adalah gambar
dan suara, kata yang diucapkan (ditambah dengan
suara-suara lain yang serentak mengiringi gambar-
gambar) dan musik film. Sistem semiotika yang lebih
penting lagi dalam film adalah digunakan tanda-
tanda ikonis, yakni tanda-tanda yang
menggambarkan sesuatu.4
2. Semiotika Charles Sanders Peirce
Charles Sanders Peirce dikenal sebagai salah
satu seorang ahli filosof Amerika yang juga dikenal
sebagai ahli logika dengan pemahamannya terhadap
manusia dan penalaran (ilmu pasti). Logika yang
mengakar pada manusia ketika berpikir melibatkan
tanda sebagai keyakinan manusia. Baginya sinonim
dengan logika membuat ia mengatakan bahwasanya
manusia berpikir dalam tanda, yang juga menjadi
unsur komunikasi. Tanda akan menjadi tanda apabila
difungsikan sebagai tanda.5
4 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosdakarya.
2006), h. 128. 5 Ambarani Asriningsari dan Nazla Maharani Umaya, Semiotika Teori
Dan Aplikasi Pada Karya Sastra, (Semarang: Ikip PGRI Semarang Press,
2010), h. 73.
20
Sebab menurut Peirce, semiotika merupakan
sebuah logika. Dimana dalam hal ini Peirce
berpendapat bahwa ketika manusia melakukan
penalaran dan berfikir, manusia hanya bisa lewat
tanda saja.6
Charles Sanders Peirce dikenal dengan model
triadic dan konsep trikotominya yang terdiri atas
berikut ini:
1. Representamen adalah bentuk yang diterima
oleh tanda atau berfungsi sebagai tanda.
2. Object merupakan sesuatu yang merujuk pada
tanda. Sesuatu yang diwakili oleh
representamen yang berkaitan dengan acuan.
3. Interpretan adalah tanda yang ada dalam benak
seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah
tanda.7
6 Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta:
Jalasutra, 2013). h. 12. 7 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2015), h. 22.
21
Teori Triadik Charles Sanders Peirce
Peirce membagi tiga tahapan tanda, dimulai dari
penyerapan aspek tanda atau representamen melalui
pancaindra. Tahapan kedua, mengaitkan secara
representamen dengan pengalaman dalam kognisi
manusia yang disebut objek. Tahap ketiga
menafsirkan objek sesuai dengan keinginannya yang
disebut interpretan.8 Dalam hal ini, model segitiga
yang terdapat tiga elemen (representament,
interpretant, object) dari Peirce tersebut dapat
dikatakan saling berhubungan agar dapat membentuk
makna yang telah digambarkan oleh tanda yang telah
ditangkap dengan pancaindra.
8 Alex Sobur, Analisis Teks Media, (Bandung: Remaja Rosdkarya,
2012), h. 115.
Representamen (X)
Interpretant (X=Y) Object (Y)
Gambar 1. 1 Model Semiotika
22
Table 2. 1 Trikotomi Ikon/Indeks/Simbol Model Peirce9
Jenis Tanda Teori Charles Sanders Peirce
Jenis
Tanda
Ditandai
dengan
Contoh Proses Kerja
Ikon - Persamaan
(kesamaan)
-Kemiripan
Gambar,
foto, dan
patung.
-Dilihat
Indeks -Hubungan
sebab akibat
-Keterkaitan
-Asap-
api,
-Gejala-
penyakit.
-Diperkirakan
Simbol -Konveksi atau
-Kesepakatan
sosial
-Kata-
kata
-Isyarat
-Dipelajari
Tanda-tanda yang menjadi dasar Peirce untuk
dapat menguraikan makna dibagi menjadi 3 model
utama berdasarkan objeknya, menjadi: ikon (icon),
indeks (index), dan simbol (symbol) yang didasarkan
atas relasi diantara representamen dan objeknya,
sebagai berikut:
9 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi
Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013), h. 19.
23
(1) Ikon
Ikon adalah tanda yang mendukung
kemiripan ‘rupa’ sehingga tanda itu mudah
dikenali oleh para pemakainya. Di dalam ikon
hubungan antara representamen dan objeknya
terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa
kualitas. Contohnya Sebagian besar rambu lalu
lintas merupakan tanda yang ikonik karena
‘menggambarkan’ bentuk yang memiliki
kesamaan dengan objek yang sebenarnya.
(2) Indeks
Indeks adalah tanda yang memiliki
keterkaitan fenomenal atau eksistensial di antara
representamen dan objeknya. Di dalam indeks,
hubungan antara tanda dengan objeknya bersifat
kongkret, aktual dan biasanya melalui suatu cara
yang sekuensial atau kausal. Contoh jejak
telapak kaki di atas permukaan tanah, misalnya
merupakan indeks dari seseorang atau binatang
yang telah lewat di sana, ketukan pintu
merupakan indeks dari kehadiran seorang ‘tamu’
di rumah kita.
(3) Simbol
Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat
arbiter dan konvensional sesuai kesepatan atau
konvensi sejumlah orang atau masyarakat.
tanda-tanda kebahasaan pada umumnya adalah
24
simbol-simbol. Tak sedikit dari rambu lalu lintas
yang bersifat simbolik. Salah satu contohnya
adalah rambu lalu lintas yang sangat sederhana
ini.10
B. Pesan Moral Islami
1. Pesan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesan
diartikan sebagai perintah, nasihat, permintaan, dan
amanat yang harus dilakukan atau disampaikan kepada
orang lain.11 Pengartian pesan menurut Onong Uchana
Effendy dapat diartikan sebagai seperangkat lambang
bermakna yang disampaikan komunikator. Lambang
yang dimaksud adalah bahasa, isyarat, gambar, warna
dan sebagainya yang secara langsung menerjemahkan
pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.12
Menurut Harold Laswell, pesan adalah sesuatu
yang dapat dikomunikasikan oleh sumber kepada
penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal
dan atau nonverbal yang mewakili perasaan nilai,
gagasan ataupun maksud dari sumber tadi.13
10 Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi Aplikasi
Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi, (Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2013), h. 18. 11 DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 761. 12 Onong Uchana Effendy, Ilmu Komunikasi dan Praktek. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994), cet. Ke-8, h. 18. 13 Dedy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), h. 70.
25
Pesan dapat dibedakan menjadi dua jenis secara
garis besar, sebagai berikut:
a) Pesan Verbal
Merupakan pesan yang disampaikan lisan
melalui kata-kata dan simbol-simbol verbal yang
sudah disepakati oleh individu, kelompok, dan
negara.14
b) Pesan Nonverbal
Merupakan pesan yang disampaikan tidak
dengan kata-kata, melainkan menggunakan
isyarat. Pesan-pesan nonverbal sangat
berpengaruh terhadap komunikasi.15
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
pesan memiliki peranan penting dalam kehidupan
manusia terutama untuk dapat melakukan komunikasi
kepada sesama manusia dengan menggunakan bahasa
atau kata-kata yang mudah dimengerti agar tujuan
penyampaian pesan oleh komunikator kepada
komunikan dapat dimengerti.
2. Moral Islam
Secara etimologi kata “etika” dengan kata “moral”
mempunya arti yang sama yaitu adat kebiasaan.16 Akan
14 Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2009), cet. Ke-1, h. 110. 15 Desak Putu Yuli Kurniati, Modul Komunikasi Verbal dan Non verbal.
(Denpasar, Bali. 2016), h. 12. 16 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja:
Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), h. 136.
26
tetapi bahasa asalnya berbeda, yang pertama berasal
bahasa Yunani, dan yang kedua berasal dari bahasa
latin. Arti kata “moral” adalah nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.17
Ajaran moral memuat tentang nilai dan norma yang
terdapat diantara sekelompok manusia. Adapun nilai
moral adalah kebaikan manusia. Norma moral tentang
bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik
sebagaimana manusia.18 Dalam hal ini sebagai manusia
yang beragama, kita harus bertingkah laku yang baik
dan menolak yang buruk. Moral juga memiliki
hubungan yang sangat erat dengan agama, agar
berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang telah
diperintahkan oleh Allah SWT.
Moral Islami sebenarnya memuat dua segi yang
berbeda yaitu segi batiniah dan segi lahiriah. Artinya
orang yang baik, akan memiliki sikap batin dan
perbuatan yang baik. Ajaran pesan moral memuat
pandangan tentang nilai dan norma yang terdapat
diantara sekelompok manusia. Adapun nilai moral
Islami adalah kebiasaan manusia sebagai manusia.19
17 H. Moh Toriquddin, Sekularitas Tasawuf Membumikan Tasawuf
dalam Dunia Modern, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 12. 18 Yadi Purwanto, Etika Profesi (Bandung: PT. Replika Aditama, 2007), h. 45.
19 Purwahdi Wardoyo, Moral dan Masalahnya, (Cet ke-9: Jogjakarta:
Kanisius 1990), h. 13.
27
Tentunya dalam sebuah agama mengandung ajaran
moral. Ajaran tersebut harus diterapkan didalam
kehidupan kita sehari-hari, agar senantiasa mempunyai
akhlak yang mulia dan sifat yang terpuji.
Kategori berdasarkan pesan moral terbagi menjadi
tiga macam, yaitu: 20
a. Kategori hubungan manusia dengan Tuhan.
Kewajiban manusia sebagai makhluk Allah
SWT adalah beriman kepada-Nya. wujud iman
itu diimplementasikan melalui penegakan dan
pengalaman seluruh perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. 21
b. Kategori hubungan manusia dengan diri sendiri.
Setiap anak harus memiliki landasan moral
yang kuat, dan tumbuh menjadi pribadi dengan
moral yang baik. Dengan memiliki moral yang
baik maka kemudahan dalam meraih
kebahagiaan hidup, kesuksesan dan kemajuan.
Al-quran, menunjukkan beberapa perilaku yang
menggambarkan kepribadian seseorang yaitu:
sabar, sederhana dalam tingkah laku, jujur,
20 Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah
Mada University, 1998), h. 323. 21 Yatimin Abdullah, Pengantar Studi Etika, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2006), h. 227-228.
28
berhati lembut, bertawakal kepada Allah, sopan,
adil, menepati janji dan memelihara amanat.22
c. Kategori hubungan manusia dengan manusia lain
dalam lingkungan sosial termasuk dengan alam.
Manusia merupakan makhluk sosial, yang
tidak bisa hidup sendiri, yang berarti tidak ada
manusia yang dapat hidup tanpa bantuan dari
orang lain. Hubungan baik dengan masyarakat
sangat diperlukan, bermasyarakat sudah
merupakan fitrah manusia.
Moral memiliki kesamaan kedudukan dengan
istilah akhlak dan etika yang megajarkan kebaikan dan
keburukan tingkah laku seseorang dalam berbagai aspek
kehidupan bermasyarakat.23
C. Tinjauan Tentang Akhlak
Dalam ensiklopedia Islam, akhlak mencakup hal-
hal yang berkaitan dengan sikap, perilaku, dan sifat-sifat
manusia dalam berinteraksi dengan dirinya, dengan
sasarannya dengan makhluk-makhluk lain, dan bahkan
dengan tuhannya.24 Menurut para ahli ilmu akhlak,
akhlak adalah sesuatu keadaan jiwa seseorang yang
menimbulkan terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang
22 Suhaimi, Membangun Moralitas Ummat Menurut Konsep Al-
Quran, (Pekanbaru: Pustaka UIN, 2001), h. 64. 23 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis (Jakarta: Penerbit Plus, 2012), h.
17. 24 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam,
Ensiklopedia Islam (Jakarta: Departemen Agama RI, 1998), h. 81.
29
dengan mudah. Dengan demikian, bilamana perbuatan,
sikap, dan pemikiran seseorang itu baik, niscaya jiwanya
baik.25 Akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak baik
(mahmudah) dan akhlak buruk (mazmumah).
1. Akhlak Baik (mahmudah)
Akhlak mahmudah menurut Al-Ghazali, berakhlak
mulia atau terpuji “menghilangkan semua adat
kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam
agama Islam serta menjauhkan diri dari perbuatan
tercela tersebut, kemudian membiasakan adat
kebiasaan yang baik.26
Perilaku manusia yang baik ditunjukkan oleh sifat
dan gerak kehidupannya sehari-hari. Akhlak yang baik
ialah segala tingkah laku yang terpuji (mahmudah).
Tingkah laku yang membuat orang lain senang dan
nyaman serta tidak merasa terganggu. Akhlak yang
baik berasal dari sifat-sifat yang baik pula. Sehingga
jiwa manusia dapat menghasilkan perbuatan-
perbuatan lahiriah yang baik27 kebaikan adalah sesuatu
yang berjalan sesuai dengan tuntunan atau ajaran
agama. Dalam perbuatan yang baik akan melahirkan
25 M. Mayhur Amin, dkk. Aqidah dan Akhlak, (Yogyakarta: Kota
Kembang, 1996), cet ke-3, h. 47. 26 Zahrudin AR, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2004), h. 158. 27 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an (Jakarta
Amzah, 2007), ed-1, cet-1, h. 38.
30
sifat-sifat yang dapat dengan mudahnya untuk diterima
oleh masyarakat dalam berinteraksi.
Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah ialah
segala tingkah laku yang terpuji (baik) untuk
dikerjakan dan diusahakan, yang termuat dalam Al-
Quran dan As-Sunnah.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
banyak menyebut Allah.” (QS. Al -Azab [33]:
21)
Dalam ayat diatas, menjelasakan bahwa perilaku
Rasulullah sebagai contoh teladan yang baik bagi
orang-orang yang mengharapkan kasih sayang Allah
dan mengingat Allah, agar dapat melakukan perbuatan
yang baik.
Adapun yang termasuk dalam kategori akhlak
mahmudah diantaranya sebagai berikut:
1) Bersifat sabar, berarti menahan diri dalam amarah,
tahan menghadapi cobaan, tidak mudah putus asa
31
dan senantiasa menerima keadaan. Lawan dari
sifat sabar yaitu putus asa.
2) Bersifat benar, yaitu memberitahukan sesuatu
dengan apa yang terjadi. Betapa akhlaqul
mahmudah menimbulkan ketenangan batin, yang
dapat melahirkan kebenaran. Benar ialah
memberitahukan sesuatu yang sesuai dengan apa
yang terjadi, artinya sesuai dengan kenyataan.28
3) Memelihara amanah, yang berarti kepercayaan,
kesetiaan, kejujuran. Lawan dari sifat Amanah
yaitu khianat atau kemunafikan.
4) Bersifat adil, memberikan hak kepada yang
mempunyai hak tanpa mengurangi haknya.
5) Bersifat kasih sayang (ar-rahman) yaitu belas
kasih dan lemah lembut. Dapat menimbulkan
berbagai sikap seperti: pemurah, tolong-
menolong, pemaaf, damai, persaudaraan,
silaturahmi.
6) Al-Ikhwan dan Al-Ishlah, yaitu persaudaraan atau
perdamaian; menciptakan perdamaian
persaudaraan dan mencegah terjadinya konflik.
7) At-Taawun, yaitu tolong-menolong merupakan
akhlak yang terpuji yang mencerminkan kesucian
jiwa.
28 Hafidh Hasan Al-Masidi, Bimbingan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1987), h. 46).
32
8) Al-Afwu, yaitu sifat pemaaf. Tidak ada manusia
yang tidak punya salah. Apabila seseorang khilaf
berbuat salah, maka hendaknya membukakan
pintu hatinya dan berlemah lembut.
9) Ikhlas, merupakan syarat untuk diterimanya
ibadah kita kepada Allah SWT yang tujuannya
semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah
SWT.
10) Bersyukur, yaitu bentuk terima kasih dan
menyadari bahwa semua nikmat yang dimiliki
selama menjalani kehidupan di dunia adalah
rezeki dan karunia dari Allah SWT.
1. Akhlak Buruk (mazmumah)
Akhlak mazmumah ialah perangai atau tingkah
laku yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan
sikap yang tidak baik.29 Akhlak mazmumah
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan
norma-norma masyarakat yang berlaku, sesuatu yang
tercela dan lawan dari akhlak yang baik.
Akhlak yang buruk (sifat tercela) dapat dilihat dari
perbuatan yang tidak menyenangkan, tidak sopan dan
dapat merugikan orang lain. Dalam Islam sifat tercela
merupakan perbuatan yang tidak diridhoidan dibenci
oleh Allah SWT. Allah berfirman:
29 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al Qur’an (Jakarta
Amzah, 2007), h. 55.
33
Katakanlah: “ttidak sama yang baik dan yang
buruk itu, meskipun yang buruk itu menarik hatimu,
maka bertaqwalah kepada Allah SWT hai orang-
orang berakal, agar kamu mendapat
keberuntungan.” (Q.S Al-Ma’idah [5]: 100)
Adapun yang termasuk kedalam akhlak mazmumah
diantaranya sebagai berikut:
1) Sifat dengki, menurut etimologi berarti
menaruh perasaan marah (benci, tidak suka)
karena sesuatu yang amat sangat kepada
keberuntungan orang lain.30 Dengki merupakan
sifat yang tercela, yang termasuk dalam
penyakit hati yang dapat merugikan orang lain.
2) Sifat sombong, menurut A. Mudjab Mahali
sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan sesama manusia, disertai
anggappan bahwa dirinya memiliki kecerdasan
dan kepandaian yang lebih hebat, serta merasa
30 Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Prespektif Al-Quran,
(Jakarta: Amzah, 2007), h. 61-62.
34
bahwa derajat dan martabatnya lebih tinggi dari
orang lain.31
3) Sifat riya, yaitu melakukan amal bukan karena
mengharapkan ridha Allah SWT. orang yang
riya berarti juga sum’ah, yakni ingin
memperoleh komentar baik atau pujian dari
orang lain atas kebaikan yang dilakukan.32
4) Sifat berburuk sangka, lawan dari baik sangka.
Orang yang berburuk sangka berarti adalah
orang yang memiliki anggapan, pendapat atau
sikap buruk terhadap suatu keadaan atau
seseorang dimana keadaan tersebut
sesungguhnya menunjukkan hal yang
sebaliknya.33
Pesan moral dapat dikatakan sebagai suatu
pelajaran tentang moral yang diperoleh dari suatu
peristiwa atau kejadian, pengalaman diri sendiri
maupun orang lain. Dapat disimpulkan bahwa pesan
moral Islami merupakan pesan yang isinya
mengandung nilai-nilai kebaikan terhadap Tuhan,
diri sendiri maupun hubungan sosial. Penyampaian
pesan moral dapat dikemas dan diperoleh melalui
31 A. Mujhab Mahali, Dosa-dosa Besar dalam Al-Quran dan Al-Hadits,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h. 151. 32 Ibrahim, Membangun Akidah dan Akhlaq Kelas VII, (Solo: Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri, 2009), Jilid I, h. 98. 33 Imam Nawawi, Terjemahan Riyadush Shalihin, Vol 2. (Jakarta:
Pustaka Amani, 1994), h. 463.
35
penafsiran cerita film melalui penampilan aktor-aktor
dalam cerita film.
D. Tinjauan Tentang Film
1. Pengertian Film
Pengertian film menurut Undang-Undang No.
23 Tahun 2009 tentang perfilman pasal (1)
menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya
yang merupakan pranata sosial dan media
komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah
sinematografi dengan atau tanpa adanya suara dan
dapat dipertunjukkan.34 Film selalu mempengaruhi
dan membentuk masyarakat berdasarkan muatan
pesan (message) dibaliknya, tanpa pernah berlaku
sebaliknya. Film selalu merekam realitas yang
tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan
kemudian memproyeksikannya ke atas layar.35
Film telah menjadi audio visual yang banyak
dinikmati oleh masyarakat luas. Marcel Sumarno
menyebut fungsi film memiliki nilai edukasi. Nilai
edukasi dalam film mempunyai makna sebagai
pesan-pesan moral yang semakin halus
pembuatannya akan semakin baik.36
34 Anwar Arifin, Sistem Komunikasi Indonesia, (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2011), h. 154. 35 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 127. 36 Yoyon Mudjiono, Kajian Semiotika dalam Film, Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol 1. No.1. 2011. h. 137.
36
Sebagai salah satu media hiburan, film
memiliki kekuatan persuasi yang besar pengaruhnya
kepada penonton atau masyarakat yang
menyaksikannya. Pasalnya, film dapat menjadi alat
penghibur sekaligus sebagai alat informasi serta
dapat mengubah cara pandangan orang lain dan bisa
memengaruhi sikap juga perilaku seseorang di dunia
nyata setelah menonton sebuah film.
2. Unsur-unsur Pembentukan Film
Dalam pembentukan film, secara umum
pembentukan film terbagi atas dua unsur yaitu, unsur
naratif dan unsur sinematik. Unsur naratif adalah
sebagai pencitraan dalam sebuah film, yang
didalamnya terdapat unsur cerita dan plot. Kemudian
secara umum naratif terbagi menjadi 3 tahap: yaitu
pendahuluan, dimana dalam titik permulaan ini
merupakan awal mula cerita film. Tahap kedua yaitu
pertengahan, pada tahap ini berisi alur cerita oleh
tokoh utama untuk menyelesaikan konflik yang ada
dalam sebuah cerita dan tahap ketiga yakni penutup,
disinilah klimaks dari konflik yang ada di tahap yang
sebelumnya.
Sedangkan unsur sinematik adalah cara atau
gaya seperti apa untuk mengolahnya. Yang terdiri
dari empat elemen pokok yaitu, mise-en-scene,
sinematografi, editing, dan suara. Mise-en-scene
adalah segala hal yang ada didepan kamera untuk
37
diambil gambarnya dalam proses produksi film.
Sinematografi merupakan aspek teknis dalam film
yang berhubungan dengan objek yang diambil oleh
kamera. Editing adalah transisi sebuah gambar
lainnya dalam prosuksi film. Dan suara adalah segala
hal yang dapat ditangkap melalui indra pendengaran
dalam produksi film. Dari kedua unsur tersebut, dapat
membentuk sebuah maksud serta tujuan yang sama.37
3. Jenis-Jenis Film
Film merupakan hasil dari karya yang diolah
secara kreatif untuk dapat dinikmati visualnya.
Berdasarkan sifatnya, film terdiri dari jenis-jenis
sebagai berikut:38
a. Film Cerita
Film cerita adalah film yang sering kali kita
temukan dibioskop yang menyajikan kepada
publik sebuah cerita fiksi dapat berdasarkan dari
kisah nyata maupun khayalan, yang kemudian
dimodifikasi dan dioleh menjadi sebuah film. Film
jenis ini terikat pada plot, adegan, konflik yang
sudah dirancang dari awal.39
37 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian
Pustaka, 2008), h. 1-2. 38 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 216. 39 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian
Pustaka, 2008), h.6.
38
b. Film Berita
Film berita atau newsreel adalah film yang
menyajikan sebuah peristiwa ataupun fakta yang
pernah terjadi yang harus mengandung nilai-nilai
berita (newsvalue), karena pada dasarnya sifatnya
berita. Dengan adanya televisi yang memiliki
kesamaan sifat dengan film, dibandingan bioskop
maka berita yang difilmkan lebih cepat dan luas
ditayangkan melalui media televisi.40
c. Film Dokumenter
Film dokumenter adalah film yang
menyajikan fakta peristiwa yang benar-benar
terjadi. Dalam film dokumenter tokoh, peristiwa,
letak tempat berdasarkan kenyataan. Tujuan dari
film ini agar publik atau penonton dapat melihat
fakta akan sebuah peristiwa yang ada dalam
masyarakat.
d. Film Kartun
Titik berat pembuatan film kartun adalah
pada seni lukis.41 Lantaran dalam film kartun ini
harus memerhatikan detail, menghidupkan
gambar agar terlihat bergerak seolah-olah
gambar seperti hidup sehingga dapat
memengaruhi penonton. Film kartun seringkali
40 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,
(Bandung: Citra Aditia Bakti, 1993), h. 213. 41 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), h. 216.
39
ditujukan sebagai konsumsi anak-anak, selain
sebagai hiburan juga memiliki nilai edukasi
seperti film kartun Pada Zaman Dahulu, Nussa,
Upin dan Ipin, dan lain sebagainya.
e. Film Eksperimental
Film jenis ini tidak memiliki plot namun
memiliki struktur yang dipengaruhi gagasan, ide,
emosi, serta pengalaman batin mereka. Film ini
termasuk film yang tidak mudah dipahami
karena pembuatannya menggunakan simbol
yang diciptakan sendiri dan sifatnya abstrak.42
2. Klasifikasi Film
Berkembangnya perfilman, membuat semakin
banyaknya film yang diproduksi dengan bermacam-
macam gendre. Sejauh ini film diklasifikasikan
menjadi 5 jenis, yaitu:43
1) Komedi, film yang mendeskripsikan kelucuan,
kekonyolan pemain. Film ini memiliki tujuan
membuat penonton tertawa sehingga merasa
terhibur.
2) Drama, film yang menggambarkan realita di
sekeliling hidup manusia. Alur cerita film
42 Himawan Pratista, Memahami Film, (Yogyakarta: Homerian
Pustaka, 2008), h. 7-9.
43 Ekky Iman Jaya, why Not: remaja Doyan Nonton, (Bandung: PT.
Mizan Bunaya Kreativa, 2004), h. 104.
40
drama, terkadang dapat membuat penonton
tersenyum, sedih dan meneteskan air mata.
3) Horror, film ini diciptakan untuk membuat
penontonnya takut dengan melibatkan hal-hal
mistis, ghaib dan supernatural.
4) Musikal, film yang alur ceritanya seperti drama
namun dipenuhi dengan nuansa musik. Adegan
dalam film ini menampilkan para pemainnya
berdialog dengan musik, bernyanyi, hingga
menari.
5) Action, pada film laga atau action ini alur
ceritanya sederhana, namun dengan
menghadirkan aksi perkelahian, tembak-
tembakan, hingga adegan berbahaya membuat
film ini dapat membuat jantung berdebar-debar.
3. Struktur Film
Film memiliki struktur fisik yang dibagi kedalam
tiga bagian, yaitu:44
a. Shot (gambar)
Shot selama produksi film memiliki arti
proses perekaman gambar sejak kamera diaktifkan
(on) hingga kamera dimatikan (0ff). Sekumpulan
Shot dapat dikelompokkan menjadi sebuah
adegan, satu shot dapat berdurasi kurang dari satu
detik, menit bahkan jam.
44 Himawan Pratista, Memahami Film, h. 29-30.
41
b. Scene (adegan)
Adegan adalah satu segmen yang pendek dari
keseluruhan cerita yang memperlihatkan satu aksi
berkesinambungan yang diikat oleh ruang, waktu,
isi (cerita), tema, atau motif. Umumnya, satu
adegan terdiri dari beberapa shot yang saling
berhubungan. Dalam film biasanya terdiri dari 30-
35 adegan.
c. Sequence (sekuen)
Sekuen adalah satu segmen besar yang
memperlihatkan satu rangkaian peristiwa yang
utuh. Satu sekuen umumnya terdiri dari beberapa
adegan yang saling berhubungan. Biasanya dalam
film bisa berisi 8-15 sekuen.
E. Kerangka Berpikir
Penelitian ini diawali dengan menganalisis film
Imperfect. Kemudian peneliti memilih adegan (scene)
berdasarkan kriteria yang mengandung pesan moral
Islami, lalu dianalisis menggunakan metode Charles
Saders Peirce yang berfokus pada representament
(ikon, indeks, simbol), object dan interpretant.
42
Analisis Semiotika
Pesan Moral Islami
dalam Film Imperfect
Adegan (scene) yang
mengandung pesan
moral Islami
Analisis Semiotika Charles
Sanders Peirce
Representament (ikon, indeks,
simbol), object, dan interpretant
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
43
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM IMPERFECT
A. Sekilas Tentang Film Imperfect
Sumber: Google Image
Film Imperfect: Karier Cinta dan Timbangan
diangkat dari salah satu buku best seller karya Meira
Anastasia yang dituangkan ke dalam film dengan judul
yang sama walaupun dengan cerita yang berbeda,
dimana didalamnya menceritakan tentang perjalanan
seorang perempuan yang berhasil menerima
kekurangannya dan tetap merasa bahagia dengan
ketidaksempurnaannya. Namun bukan suatu hal yang
Gambar 3. 1 Poster Film Imperfect
44
mudah dalam menerima hal tersebut, ada banyak cobaan
yang harus dihadapi oleh seorang Rara.
Film Imperfect: karier Cinta & Timbangan
diproduksi oleh StarVision, merupakan salah satu
perusahaan rumah produksi di Indonesia yang didirikan
pada 26 Februari 1995 melalui kolaborasi antara Chand
Parwez Servia pemilik rumah produksi Kharisma Jabar
Film, dengan Shankar RS dan Raj Indra Singh serta
Iman Tauhid. Saat ini Starvision Plus telah
memproduksi lebih dari 50 sinetron dan lebih dari 100
film layar lebar dalam berbagai genre. 1 Film Imperfect
ini mulai diayangkan pada tanggal 19 Desember 2019 di
seluruh bioskop Indonesia.
Film yang disutradarai oleh Ernest Prakasa ini
merupakan film yang bergenre komedi percintaan yang
mengangkat isu serius yang dekat dengan realita di
kehidupan sehari-hari kita. Ernest menyutradarai film
yang diangkat dari novel hasil karya istrinya sendiri,
Meira. Menceritakan tentang perjalanan seseorang
untuk dapat menerima ketidaksempurnaan diri. Ia
mengemas isu berat menjadi hangat lewat film
Imperfect.
1 Diakses dari Wikipedia Ensiklopedia Bebas, Kharisma Starvision
Plus https://id.wikipedia.org/wiki/Kharisma_Starvision_Plus pada 24 Maret
2021.
45
B. Sinopsis Film Imperfect2
Film Imperfect berkisah tentang Rara yang terlahir
dari ibu yang merupakan mantan seorang model. Ia
terlahir dengan kulit gelap kecoklatan, namun berbeda
dengan adiknya yang bernama Lulu, berkulit putih.
Sejak kecil Rara suka makan, dan ibunya sering
melarang Rara untuk makan yang berlebihan demi
kebaikan Rara, namun Rara tetap selalu makan
berlebihan dan sering ngemil jajanan juga coklat.
Sampai akhirnya Rara tumbuh dewasa dengan kulit
gelap sekaligus gendut. Sedangkan adiknya Lulu sangat
cantik, putih dan memiliki tubuh yang ideal.
Meskipun memiliki tubuh yang tidak sempurna,
Rara memiliki kekasih yang bernama Dika yang
mencintai Rara apa adanya dengan tulus. Ibu Dika pun
menyayangi dan perhatian dengan Rara bahkan
membuatkan banyak makanan untuknya. Rara dan Dika
suka menyempatkan waktu untuk mengajar anak-anak
jalanan, dengan penuh kasih sayang. Sedangkan Lulu
berpacaran dengan cowok ganteng, George yang
merupakan selebgram terkenal yang selalu
memanfaatkan apapun untuk dijadikan bahan media
sosial. George juga sering mengatur Lulu untuk
2 Tentang Sinopsis Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan (Film
Indonesia 2019). https://www.tentangsinopsis.com/imperfect-karier-cinta-
timbangan-film-indonesia-2019/ diakses pada 25 Maret 2021.
46
melakukan banyak hal yang terkadang membuat Lulu
risih.
Rara memiliki teman-teman baik disekitarnya
selain Fey yang merupakan teman di kantornya, yakni
anak kos yang tinggal di tempat ibunya Dika yang
bernama Neti, Maria, Prita dan Endah. Mereka akrab
satu sama lain, namun mereka kerap kali merasa
insecure atau tidak percaya diri pada kekurangannya
masing-masing.
Rara bekerja di sebuah perusahaan di bidang
kosmetik bernama Malathi. Sudah bekerja lama tetapi ia
masih menjadi pegawai biasa dan belum menjadi
manajer. Rara tidak pernah berdandan, cenderung cuek
akan penampilan dan lebih mengandalkan otak. Rara
sering makan banyak dan membawakan makanan juga
untuk sahabatnya Fey. Terkadang orang-orang di kantor
sering mengejek Rara akan penampilannya. Seperti
Marsha dan kedua sahabatnya serta pria-pria di kantor
yang selalu memandang rendah Rara.
Marsha adalah wanita cantik di kantornya Rara.
Suatu hari manajer kantor Rara bernama Sheila
mengundurkan diri. Sedangkan Pak Kelvin selaku boss
kantor akan mencari penggantinya. Rara mengajukan
diri, tetapi tidak bisa karena selain otak, penampilan pun
harus cantik. Kelvin mengakui kinerja Rara tetapi ia
tidak bisa menjadikan manajer karena Rara
berpenampilan kurang menarik. Karena itu, Kelvin
47
mengajukan Marsha yang masih merupakan anak baru
untuk menggantikan Sheila. Namun Rara tidak
menyerah dan meminta waktu untuk diberikan
kesempatan merubah penampilannya dengan diet ketat.
Akhirnya ia mendapatkan waktu satu bulan untuk
merubah penampilannya.
Selain itu masalah datang di keluarga Dika,
dimana ibunya harus membayar bunga hutang ayahnya
padahal hutangnya sudah lunas. Karena itu Dika harus
mencari banyak job fotografer untuk membantu ibunya
membayar bunga hutang ayahnya yang dibantu oleh
Teddy, teman baik Dika.
Rara mulai merubah pola makannya, berolahraga,
melakukan diet yang ketat dan meminta bantuan Lulu
untuk mempercantik dirinya. Dalam waktu singkat
penampilan Rara berubah total membuat semua orang di
kantornya kagum dan akhirnya Kelvin menjadikan Rara
sebagai manajer utama perusahaan mereka. Seiring
waktu, perubahan penampilan Rara ternyata merubah
juga kepribadiannya. Hubungan Rara menjauh dengan
sahabatnya Fey, semenjak Rara dekat dengan Marsha
dan kedua temanya. Perlahan banyak hal yang Rara
lupakan, Dika pun ikut merasakan perubahan Rara.
Setelah mendapatkan gelar sebagai manajer
kantor, tentu tidak selalu berjalan mulus. Rara bekerja
dengan baik, namun tidak menunjukan target dan hasil
yang memuaskan untuk perusahaan yang sedang
48
mengalami kondisi krisis. Hal ini dimanfaatkan oleh
Marsha untuk menyalahkan Rara bahwa apa yang terjadi
karena Rara.
Suatu ketika, hari ulang tahun Rara tiba. Dika
meminta ibunya untuk mempersiapkan makanan serta
mempersiapkan segalanya bersama anak-anak sebagai
bentuk perayaan ulang tahun Rara. Namun di hari itu,
Rara diajak pergi dengan Marsha dan minum wine
sehingga Rara mabuk dan telat datang ke tempat anak-
anak. Anak-anak menunggu hingga tertidur karna sudah
larut malam, hal ini membuat Dika sangat kecewa.
Perdebatan dan perselisihan mulai terjadi ketika
sikap Rara mulai berubah. Rara bahkan curiga kalau
Dika memiliki hubungan dengan Lulu, karena melihat
sebuah momen yang mengakibatkan kesalahpahaman
hingga hubungannya sedikit renggang. suatu ketika saat
bertengkar dengan Lulu karena kesalahpahaman, sebuah
cerita masa lalu diungkap oleh ibunya Rara, kenapa Rara
bisa terlahir seperti itu. Alasan itu membuat Rara
tersadar dan mulai tidak memperdulikan hal itu lagi.
Rara mulai menyadari kesalahannya. Ia sadar bahwa
sikapnya selama ini membuat ia menjauh dari orang-
orang terdekatnya dan ia mulai memperbaiki hubungan
dengan orang-orang terdekatnya.
Untuk mengatasi krisis yang dialami oleh Malathi,
Rara memiliki konsep baru tentang kecantikan dan
kepercayaan diri wanita masing-masing atas dirinya
49
dengan menunjukkan wajah baru Malathi. Ia
menjadikan Lulu serta teman-teman baiknya model.
Lulu dengan wajahnya yang terlihat bulat, Neti dengan
dadanya besar, Prita dengan tompel pada dahinya, Maria
yang memiliki rambut keriting, dan Endah dengan gigi
yang tidak rapih. Mereka menampilkan itu dengan
percaya diri, dan tidak lagi merasa minder akan diri
mereka masing-masing.
Rara sekarang lebih mementingkan kebahagiaan
ketimbang kecantikan. Karena menurutnya
kesempurnaan belum tentu dapat membuat bahagia. Dan
kekurangan yang ada bukan menjadi sebuah masalah,
tapi harus dapat diterima dan disyukuri.
C. Profil Sutradara Film Imperfect
a) Biodata:
Nama Lengkap: Ernest Prakasa
Lahir : Jakarta 29 Januari 1982
Profesi : Seniman
Pasangan : Meira Anastasia (sejak 2007)
Nama judul film: Imperfect: Karier, Cinta &
Timbangan
50
Sumber: Google Image
b) Biografi:
Mengawali kariernya sebagai komika dengan
mengikuti ajang Stand Up Comedy Indonesia dan
mendapatkan peringkat 3 pada ajang tersebut pada
2011. Ernest pun sukses menjadi komika terkenal
dan menekuni profesinya tersebut bersama dengan
komika lainnya yang lebih senior seperti Raditya
Dika, Panji Pragiwaksono, dan lainnya.
Jauh sebelum sukses menjadi komika, Ernest
sudah nyaris 6 tahun menekuni dunia music. Ia
mengawali karier musik dengan bergabung dengan
Universal Music, kemudian melanjutkan kiprahnya
dengan Sony Music. Ernest merupakan ketua
Gambar 3.4 Foto Ernest Prakasa
51
pertama sekaligus perintis komunitas komika yang
bernama Stand Up Indonesia hingga Juni 2013.3
Beberapa tahun mengawali karier sebagai
komika, Ernest mulai mengembangkan bakatnya
merambah menjadi presenter, penulis buku, aktor,
hingga sutradara. Dalam dunia perfilman, awalnya
ia hanya menjadi peran figuran di film Make Money
(2013) dan Ku Kejar Cinta di Negeri Cina (2014).
Lalu ia diangkat menjadi tokoh utama di film
Ngenest The Movie (2012), yang juga diambil dari
bukunya yang berjudul sama. Karena
kesuksesannya dalam meyutradarai sebuah film,
tawaran berakting pun turut menambah Panjang
daftar film dalam profil Ernes Prakasa. Sampai
akhirnya, diberi tanggung jawab sebagai suteradara
dan penulis di Cek Toko Sebelah (2012) dan Stip
dan Pensil (2017).4
3Biodata Ernest Prakasa dan Daftar Film yang Disutradarainya
diakses melalui https://tirto.id/biodata-ernest-prakasa-dan-daftar-film-yang-
disutradarainya-f676 pada 5 April 2021. 4 Profil & Biodata Ernest Prakasa, diakes melalui
https://www.kepogaul.com/seleb/biodata-ernest-prakasa/ pada 5 April 2021.
52
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Temuan Data Penelitian
Film selalu memengaruhi dan membentuk
masyarakat berdasarkan pesan (message) di baliknya,
tanpa pernah berlaku sebaliknya. Film selalu merekam
realitas yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas
layar.1 Film yang merupakan bagian dari media
komunikasi massa memiliki kemampuan yang kuat
dalam menjangkau banyak segmen sosial.
Imperfect merupakan film drama komedi
percintaan diangkat dari sebuah novel karya Meira
Anastasia. Perbedaan yang dibuat di novel dan film
terletak pada cerita yang dibuat di novel seorang tokoh
utamanya telah menikah dan punya anak sedangkan
dalam film sebaliknya.
Menurut Meira, penulis scenario film ini
menceritakan tentang penerimaan diri, dan juga body
positivity, tentang body shaming juga, dimana seorang
karakter Rara yang diperankan oleh Jesicca Mila, jadi
ada sesuatu yag terjadi dengan kariernya yang
berpengaruh dengan percintaannya dan juga sepanjang
1 Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya< 2006), h. 127.
53
film ini dia ada struggle dengan timbangan, itu yang
menjadi struggle hampir semua perempuan sudah
khawatir duluan kalau mau naik timbangan. Inilah
sebabnnya judul yang diberikan adalah Imperfect itu
Karier, Cinta dan timbangan.2
Film Imperfect bukan hanya menyajikan drama
percintaan dengan paduan komedi saja di dalamnya,
tetapi film ini memiliki tujuan tertentu berupa
penyampaian pesan. Dalam penelitian ini, yang dikaji
adalah pesan yang mengandung nilai moral Islami yang
bersumber dari film Imperfect. Memang jika dilihat film
ini tidak ada unsur Islamnya, namun dalam film ini
menyangkut tentang karakter para pemain yang
berhubungan dengan nilai akhlak dan mengandung
ajaran moral.
Dalam sebuah agama tentunya mengandung ajaran
moral. Ajaran tersebut harus diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari agar mempunyai akhlak yang
mulia dan sifat yang terpuji. Dalam film ini
memperlihatkan nilai-nilai akhlak seperti akhlak
mahmudah dan akhlak mazmumah yang dapat diambil
pelajaran baiknya untuk diterapkan dalam kehidupan.
2 Diki Mujianto, Skripsi: “Analisis Konsep Diri Dalam Film Imperfect:
Karier Cinta, dan Timbangan”, (Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020), h. 145.
54
B. Analisis Semiotika Pesan Moral Islami Dalam Film
Imperfect
Dari banyaknya scene yang ada di film ini, penulis
hanya mengkategorikan scene yang mengandung pesan
moral berupa akhlak mahmudah dan mazmumah saja.
Pesan itu bisa disampaikan lewat dialog-dialog yang
terdapat di film yang kontennya itu berhubungan dengan
materi akhlak seperti kata-kata yang santun atau kata-kata
yang memberikan nasehat. Kata-kata yang mungkin
mengingatkan seseorang kepada sesuatu yang baik. kira-
kira seperti itu pesan yang berorientasi dengan moral dan
akhlak.3
Dilihat dari tabel-tabel yang sudah ada itu sudah
memenuhi kriteria pesan moral, walaupun tidak secara
eksplisit disebutkan pesan moral Islam atau akhlak, tetapi
dari scene yang ada adegan-adegan yang ada itu dapat
disimpulkan bahwa sudah memiliki pesan moral. Karena
dari adegan-adegan itu bisa terlihat apa yang didefinisikan
sebagai pesan moral. Dan kita melakukan analisisnya
berdasarkan teori semiotika saya kira sudah tepat.4
Berikut terdapat 10 scene yang penulis temukan
dalam film Imperfect yang mengandung pesan-pesan
akhlak atau moral Islami:
3 Wawancara oleh Dr. H. M. Yakub, M.A dosen dan konsultan
Agama, 24 April 2021. 4 Wawancara oleh Dr. H. M. Yakub, M.A dosen dan konsultan
Agama, 24 April 2021.
55
1. Scene 1 (Suudzon)
Table 4.1 scene 1
Visual Dialog
(Terlihat ketiga orang rekan cewek
menghampiri Dika yang sedang
bersama Rara)
Rekan 1:“Dik kita mau nongkrong,
Kalu ulang tahun. Makan yuk.”
Dika: “Wah, gue mau nganterin
cewek gue balik.”
Rekan 1: “Itu cewek lo?.”
Dika: “Iyah, duluan ya.” (Dika
bersiap pergi meninggalkan
mereka)
Rekan 1: “Oh, iya.”
RekanS2: “Beneran cewenya?”
Rekan 1: “Fix, itu sih fix banget
dipelet”.
2. Scene 2 (Sabar)
Table 3.2 Scene 2
Visual Dialog
(Rara yang baru saja sampai di
kantor pagi hari)
Wiwid: “wih bubur lagi ya?.”
Irene: “Ra, inget lemak. Eh tapi
gapapa deh nutrisi buat
ibu hamil.”
56
(Tanpa berkomentar, Rara menuju
meja kerjanya)
Fey: “Lo diem aja tuh dikatain
hamil?.”
Rara: “Ntar kalo gua protes
dibilang baper. Serba
salah.”
3. Scene 3 (Tidak Jujur)
Table 4.3 Scene 3
Visual Dialog
Rara: “Misi mas, sharing meja nya
boleh?.”
Pegawai 1: “Emm, kita lagi nunggu
temen ya.”
Pegawai 2: “Iya nunggu temen.”
Rara: “Yaudah kita duduk dulu deh,
nanti temennya dateng kita
pindah lagi aja gapapa.”
Pegawai 1: “ya tapi temen kita udah
deket ya.”
Pegawai 2: “iya, deket banget.”
Pegawai 1dan 2: “noh...” (sambal
menunjuk kea rah yang
berbeda)
57
Fey: “Ra.”
(Fey memberi kode ke Rara untuk
pergi karena ada tempat duduk
yang kosong di tempat lain)
4. Scene 4 (Menolong Sesama)
Table 4.4 Scene 4
Visual Dialog
(Terlihat di depan rumah Dika, Ali
sedang mengganggu Endah yang
melintas, lalu Dika menolong
Endah agar Endah lekas pergi)
Ali: “Endaah will always love
you...”
Dika: “Kamu gapapa Endah?.”
Endah: “Gapapa bang Dika, saya
duluan ya.”
Dika: “Hati-hati ya.”
(melihat Endah sudah aman, Dika
berputar arah dan berbicara pada
Ali)
Dika: “Gua udah bilang sama lu
kan, jangan gangguin anak
kosan nyokap gua.”
58
Ali: “Orang tadi gua ga gangguin,
orang ngajakin nyanyi
berdua. Featuringan, duet.”
5. Scene 5 (Toleransi)
Table 4.5 Scene 5
Visual Dialog
(Terlihat anak kosan bu Ratih
sedang duduk santai ngobrol di
malam hari)
Prita: “Terus gimana tempat kerja
baru lu Mar?.”
Maria: “Enak sih, bosnya asik.”
Endah: “Emangnya dia teh gapapa
kamu Kristen tapi kerja di
toko jilbab?.”
Maria: “Dianya tidak apa, tapi
sebenarnya justru saya yang
takut.”
Neti: “Lah takut ngapa lu?”
Maria: “Takut.. tergoda pengen
pake. Awalnya sih Cuma
coba-coba. Liat dikaca kok
kayaknya cantik begitu.”
(semua tertawa)
59
6. Scene 6 (Berkata Buruk)
Table 4.6 Scene 6
Visual Dialog
Rara: “White apa Bahasa Indonesia
nya?.”
Anak-anak: “Putiih.”
Rara: “Kalau blue?.”
Anak-anak: “Biruu.”
Rara: “Kalau black?.”
Anak-anak: “Hitaam.”
Anak1: “Kayak muka lu tuh item.”
Anak2: “Daripada lu matanya sipit.”
Rara: “Eh eh gaboleh kayak gitu, itu
namananya body shamming.
Mempermalukan tubuh orang
lain. Jangan ya.”
Vina: “Si Gugun tuh kak.”
Gugun: “Ih apaan.”
Edo: “Lu suka ngatain gigi gua
tonggos.”
Rara: “Eh pokoknya gaboleh ya
ngata-ngatain kayak gitu.
Ngerti ya.”
7. Scene 7 (Riya)
Table 4.7 Scene 7
Visual Dialog
George: “Tan aku cabut dulu mau
ke panti asuhan bikin acara
give away itu lah, sekalian
aku disana mau kasi
motivasi biar anak-anak
60
work hard and stay
humble.”
Mama Rara: “Wih, hebat loh
Geogre, diem-diem ternyata
berjiwa sosial.”
George: “Gak kok tan, ga diem-
diem. Aku kan bawa
wartawan.”
8. Scene 8 (Kurang Bersyukur)
Table 4.8 Scene 8
Visual Dialog
(terlihat Prita sedang mencatok
rambut Maria)
Prita: “Tuh kan mar, gua bilang
juga apa udah gausah
dicatok lagi ya ntar palalu
botak.”
Maria: “Ya habis gimana, saya
juga malu kalau rambut
macam brokoli begini.”
(Neti datang memberikan nasihat)
Neti: “Mar, yaudahlah it’s okey,
kalau emang rambut dari
sananya udah begitu yaudah
terima aja. Bagus atau
ngganya kan tergantung elu.
Kalo lu pede mah keren-
keren aja. Liat tuh
Ronaldinho.”
Maria: “Kenapa kau Jdi bawa-
bawa Ronaldinho?”
61
Neti: “Ya intinya mah, yaudahlah
lo tuh gausah ngerasa
insesyor”.
(Endah datang menghampiri)
Endah: “Insecureee.”
Neti: “Ya”.
Maria: “Jadi tuh apasih
sebenarnya.”
Prita: “Ndah, kasi tau.”
Endah: “Jadi, insecure teh kaya ga
pede gitu. Selalu merasa
dirinya the kurang.”
Neti: “That’s right baby. Jadi
daripada kita ngerasa
insecure lebih baik kita
bersyukur.”
9. Scene 9 (Pemaaf)
Table 4.9 Scene 9
Visual Dialog
Rara: “Maafin aku yah.”
Dika: “Karena?.”
Rara: “Aku nyebelin, dan karena
aku udah ngancurin sesi
foto kamu sama lulu.”
Dika: “Nyebelin sih. Gimana ya,
maafin gak ya?.”
Rara: “Maafin aja deh.”
Dika: “Maafin deh.”
62
10. Scene 10 (Bersyukur)
Table 4.10 Scene 10
Visual Dialog
Voice Over:
Dulu kalo mau naik timbangan
waktu itu takut, takut kalo angka
yang muncul akan bikin gue
ngerasa ga berarti. Tapi sekarang
gue belajar, kalo timbangan itu
cuma nunjukin angka, bukan nilai.
Gue belajar untuk jadi versi terbaik
untuk diri sendiri, karena
sesungguhnya kita ga perlu
sempurna untuk bisa bahagia.
63
BAB V
PEMBAHASAN
A. Makna Representament, Object, dan Interpretant
dalam film Imperfect
a) Makna Representament
1. Scene 1 (Suudzon)
Representament:
a. Ikon: Dika yang bersiap untuk pulang, dihampiri
oleh ketiga rekan kerja perempuannya untuk
makan bersama. Namun Dika menolak dan lebih
memilih untuk mengantar Rara pulang. Ketiga
perempuan terlihat tidak senang dengan Rara
dan membicarakannya.
b. Indeks: Ketiga perempuan itu tidak senang dan
berburuk sangka kepada Rara.
c. Simbol: Berburuk sangka atau suudzon
merupakan perbuatan yang tidak terpuji atau
tercela. Dalam Islam berburuk sangka tentunya
merupakan perbuatan yang dosa.
Dalam scene ini ketiga perempuan rekan
kerja Dika telah berburuk sangka kepada Rara.
Mereka berbicara buruk terhadap Rara tanpa tau
kebenarannya, padahal mereka tidak mengenal
Rara.
64
2. Scene 2 (Sabar)
Representament:
a. Ikon: Rara hanya diam dan tersenyum sambil
melewati temannya saat temannya mengejek
Rara seperti orang hamil saat ia membawa bubur
sebagai sarapan paginya di kantor.
b. Indeks: Rara tidak membalas ejekan temannya
dan lebih memilih diam, dan pergi karena tidak
mau mempermasahkannya.
c. Simbol: Memilih diam dan tersenyum saat
menahan amarah serta tidak membalas ejekan
orang lain adalah cara umat muslim untuk
bersabar menahan diri dari amarah.
Dalam scene ini Rara menerapkan rasa
sabar terhadap perkataan buruk orang lain
dengan tidak membalas dengan perkataan buruk
juga.
3. Scene 3 (Tidak Jujur)
Representament:
a. Ikon: Rara meminta izin untuk berbagi tempat
duduk kepada dua lelaki yang disampingnya
masih ada tempat kosong. Kedua lelaki tersebut
menolak dengan alasan.
b. Indeks: Kedua lelaki itu menolaknya dengan
berkata tidak jujur.
65
c. Simbol: Tidak jujur adalah perbuatan yang
dosa. Dalam Islam tidak jujur berarti menipu,
dan merupakan salah satu ciri orang yang
munafik.
Dalam scene ini kedua lelaki berbohong
agar Rara tidak dapat duduk di tempatnya.
Mereka beralasan bahwa akan ada temannya
menyusul dan menempati kursi tersebut,
padahal sebenarnya merka hanya berdua dan
tidak akan ada teman yang datang.
4. Scene 4 (Menolong Sesama)
Representament:
a. Ikon: Endah yang berjalan melewati rumah
tetangga. Disana ada tiga orang preman
kampung yang tengah duduk, lalu megganggu
Endah. Dika yang melihatnya bergegas
menghampiri.
b. Indeks: Dika segera menolong Endah ketika
melihat Endah sedang diganggu preman
kampung.
c. Simbol: Menolong sesama atau sikap saling
peduli menjadi ciri khas dalam budaya Islam.
Dimana dalam ajaran Islam kita diajarkan
untuk mengerjakan kebaikan, salah satunya
tolong menolong.
66
Dalam scene ini Endah yang diganggu oleh
preman kampung pada saat ia berjalan
melewatinya, langsung ditolong oleh Dika,
karena Dika memiliki sikap peduli kepada
sesama.
5. Scene 5 (Toleransi)
Representament:
a. Ikon: Keempat remaja perempuan penghuni
kosan bu Ratih duduk sambil berbincang tentang
pekerjaan salah satu temannya yang beragama
Kristen kerja di toko jilbab dengan penuh canda
tawa. Pertemanan yang rukun dan
menyenangkan.
b. Indeks: Hubungan pertemanan yang terjalin
tidak memandang ras maupun agama, mereka
saling menghargai.
c. Simbol: Menjalin kerukunan silaturahmi atau
persaudaraan terhadap umat beragama tanpa
membeda-bedakan dan saling menghormati
merupakan bentuk toleransi.
Scene ini merepresentasikan keakraban
serta kerukunan pertemanan antara umat muslim
dan umat kristiani. Maria merupakan satu-
satunya umat kristiani yang ada didalam
pertemanan mereka, diperlihatkan pula dengan
kalung salib yang dikenakannya. Endah, Prita
67
dan Neti menerima serta menyayangi Maria
layaknya saudara tanpa melihat perbedaan
agama, suku maupun ras dalam pertemanan
tersebut.
6. Scene 6 (Berkata Buruk)
Representament:
a. Ikon: Salah satu anak mengolok-olok perkataan
buruk kepada anak lain, beberapa anak lainnya
memberitahu kepada gurunya dengan ekspresi
kesal saat mereka sedang belajar di lokasi tempat
pembuangan sampah. Rara yang pada saat itu
menjadi guru mereka memberitahu kepada anak-
anak untuk tidak melontarkan perkataan buruk.
b. Indeks: Perkataan anak-anak yang memanggil
anak lain dengan perkataan yang buruk.
c. Simbol: Pentingnya menjaga lisan, agar tidak
berkata buruk.
Dalam scene ini anak-anak melontarkan
perkataan buruk dengan memanggil nama anak
lainnya dengan kekurangan fisik yang
dimilikinya. Hal ini membuat anak lain kesal,
dan Allah SWT pun tidak menyukai perkataan
buruk. Ini merupakan perilaku mazmumah atau
perilaku tercela.
68
7. Scene 7 (Riya)
Representament:
a. Ikon: George yang merupakan selebriti
Instagram (selebgram) pamit kepada ibu
kekasihnya pergi ke panti asuhan untuk
mengadakan give away dan memberikan
motivasi. Ibu kekasihnya merasa senang karena
George diam-diam berjiwa sosial, padahal
George memanggil wartawan untuk meliput
kegiatan tersebut.
b. Indeks: George melakukan kegiatan baik bukan
semata-mata karena Allah SWT, tetapi punya
maksud tertentu.
c. Simbol: Riya adalah perbuatan tercela,
melakukan ibadah untuk mendapatkan pujian
dari manusia, bukan karena Allah SWT.
Dalam scene ini George melakukan ibadah
dengan tujuan agar terlihat sebagai orang yang
baik hati peduli sosial, terutama pada
pengikutnya di Instagram. Bukan
mengharapkan pahala dari Allah SWT.
8. Scene 8 (Kurang Bersyukur)
Representament:
a. Ikon: Prita sedang membantu Maria untuk
meluruskan rambutnya yang keriting dengan
catokan, karena merasa dirinya kurang percaya
69
diri. Ketiga temannya memberikan nasihat
kepada Maria.
b. Indeks: Maria mencatok rambutnya karena
merasa malu dan tidak percaya diri.
c. Simbol: Insecure merupakan rasa tidak percaya
diri. Maria terlihat malu dengan rambut
keritingnya, hal tersebut termasuk kedalam ciri
orang yang kurang bersyukur.
Scene ini merepresentasikan bagimana
Maria yang kurang bersyukur memiliki rambut
keriting bawaannya sejak ia lahir, hingga ia
harus mengubah rambutnya menjadi lurus
dengan menggunakan alat pelurus rambut atau
catokan. Sebagai umat manusia hendaknya kita
bersyukur atas apa yang telah dikaruniakan
Allah terhadap kita, karena jika kita bersyukur
maka Allah SWT akan menambahkan
nikmatnya.
9. Scene 9 (Pemaaf)
Representament:
a. Ikon: Rara menghampiri Dika dan meminta
maaf kepada Dika atas kesalahan yang pernah ia
buat kepadanya.
b. Indeks: Sikap Dika yang memaafkan kesalahan
Rara.
70
c. Simbol: Memaafkan merupakan taqwa yang
mulia dan hal yang dianjurkan dalam Islam.
Dalam scene ini, Rara mengakui
kesalahannya lalu meminta maaf kepada Dika
telah membuatnya kecewa. Dika memafkan
Rara, dan kembali bercanda tawa bersama.
10. Scene 10 (Bersyukur)
Representament:
a. Ikon: Rara menyadari ketidaksempurnaannya
yang sempat membuatnya takut dan tidak
percaya diri, namun akhirya ia menerima
keadaan dan menyadari bahwa untuk bahagia
tidak harus sempurna.
b. Indeks: Rara menerima ketidaksempurnaan dan
belajar menjadi versi terbaik dirinya.
c. Simbol: Bersyukur adalah menyukuri dan
menerima segala karunia yang Allah SWT
berikan.
Scene ini merepresentasikan Rara yang
telah mensyukuri dengan menerima dan
mencintai diri sendiri tanpa merasa tidak
percaya diri. Dan merasa bahagia denga napa
yang ia miliki karena untuk bahagia tidak harus
sempurna.
71
b) Makna Object
1. Scene 1 (Sudzon)
Object: Ketiga perempuan yang membicarakan
Rara di studio tempat Dika bekerja.
Ketiga perempuan yang melihat Dika lebih
memilih pergi bersama Rara terlihat tidak senang,
lalu mereka membicarakan hal buruk tentang Rara.
2. Scene 2 (Sabar)
Object: Sikap Rara yang tidak membalas ejekan
buruk temannya, memilih diam dan tersenyum.
Rara yang baru datang ke kantor membawa
bubur sebagai sarapannya, ia hanya diam dan tidak
membalas ejekan teman kantornya saat ia diejek
bahwa makan bubur cocok untuk ibu hamil.
3. Scene 3 (Tidak Jujur)
Object: Kedua lelaki yang menolak Rara dengan
memberikan alasan.
Rara yang meminta izin untuk duduk di
kursi kosong kepada kedua lelaki itu ditolak dengan
memberikan alasan bahwa temannya yang lain akan
segera datang dan menempati kursi tersebut, namun
pada kenyataannya kedua lelaki itu hanya berdua
dan tidak ada temannya yang datang menyusulnya.
72
4. Scene 4 (Menolong Sesama)
Object: Dika yang membantu Endah dari preman
kampung.
Endah yang sedang berjalan dekat kosan
nya, diganggu oleh preman kampung. Dika yang
melihatnya langsung membantu Endah agar ia bisa
terbebas dari gagguan preman, dan melanjutkan
perjalanannya.
5. Scene 5 (Toleransi)
Object: Keakraban keempat remaja perempuan
kosan Bu Ratih, tanpa memandang perbedaan
keyakinan.
Maria yang merupakan seorang umat
kristiani bercerita tentang bekerja di toko hijab.
Teman-temannya yang merupakan umat muslim
antusias mendengarkan dan saling menghormati
serta terjalin keakraban tanpa memandang ras
maupun agama.
6. Scene 6 (Berkata Buruk)
Object: Anak-anak yang melontarkan perkataan
ejekan kepada anak lain.
Salah satu anak memberikan perkataan
buruk kepada anak lainnya dengan kalimat ejekan
tentang fisiknya pada saat jam pelajaran
berlangsung.
73
7. Scene 7 (Riya)
Object: George yang hendak terlihat baik dan
perduli sosial dimata para pengikutnya (followers)
Instagram.
George pamit izin kepada ibu kekasihnya
untuk pergi ke panti asuhan dalam rangka
memberikan give away dan motivasi. Ibu
kekasihnya bangga dan menyangka bahwa George
diam-diam berjiwa sosial. Namun nyatanya, George
tidak secara diam-diam, bahkan memanggil
wartawan untuk meliputnya.
8. Scene 8 (Kurang Bersyukur)
Object: Maria yang merasa tidak percaya diri dan
malu karena rambutnya.
Maria sedang berupaya meluruskan
rambutnya dengan catokan dibantu oleh Prita, ia
merasa malu karena memiliki rambut keriting
seperti brokoli sehingga Maria merasa tidak
percaya diri atau insecure.
9. Scene 9 (Pemaaf)
Object: Dika dan Rara kembali bercanda tawa
bersama.
Rara yang sudah menyadari kesalahannya
meminta maaf kepada Dika. Dika yang baik hati
74
memaafkan kesalahan Rara dan keduanya pun
kembali bercanda tawa.
10. Scene 10 (Bersyukur)
Object: Rara yang menerima kondisi yang ia miliki.
Rara sudah menyadari bahwa terlihat
sempurna belum tentu bahagia, karena walaupun
dengan ketidaksempurnaan fisik yang dimiliki ia
tetap bisa bahagia dengan menerima semua
keadaannya.
c) Makna Interpretant
1. Scene 1 (Suudzon)
Interpretant: Sikap tidak baik yang dilakukan
seseorang dengan menilai dan menerka-nerka
orang lain tanpa mencari tahu kebenarannya
terlebih dahulu.
Dalam scene ini penulis
menginterpretasikan gambaran orang melakukan
prasangka buruk kepada orang lain. Suudzon
merupakan perkataan yang dilontarkan secara
yakin tanpa adanya pengetahuan atau kebenaran.
Selain itu juga dapat berarti tuduhan, misalnya
Zanna bihi Al-nas. Sedangkan secara terminology
berarti pada sebuah hadits muttafaq ‘alaih ialah
menetapkan sangkaan buruk lalu
membenarkannya dan hal itu adalah dosa. Namun
75
terkecuali untuk yang hanya terbesit di dalam jiwa,
yang demikian itu tidak berdosa.1
Prasangka buruk seringkali kita jumpai di
lingkungan sekitar kita, dimana dalam hal ini
masyarakat lebih memilih membenarkan apa yang
ia lihat atau mendengar dari orang lain ketimbang
mencari tahu kebenaran dari prasangka tersebut.
Jelas, sikap ini merupakan sikap yang tercela dan
harus dihindari karena berburuk sangka merupakan
perbuatan dosa. Sebagaimana dijelaskan dalam
Q.S Al-Hujurat ayat 12:
Artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena
sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan
janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan
orang dan menggunjing satu sama lain. Adakah
seorang di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian
merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat
lagi Maha Penyayang."
1 Ahmad Muadz Haqqi, Al-Arba’una Hadithan Fi Al-Akhlaq Ma’a
Syarhiha, terj. Abu Azka, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), h. 220.
76
2. Scene 2 (Sabar)
Interpretant: Seorang yang berusaha menahan diri
dari amarahnya.
Scene ini memperlihatkan Rara yang
menahan amarahnya dengan tetap diam dan
memberikan senyum kepada temannya yang telah
mengejeknya. Sabar merupakan salah satu terapi
penyakit hati, karena dengan menerapkan sabar
kita akan menjalani kehidupan dengan lebih
tenang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
sabar berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas
marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati,
tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu).2
Dalam ajaran Islam, terdapat keutamaan sikap
sabar bilamana seorang tersebut menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari, maka Allah akan
memberikan pahala serta kemuliaan bagi
hambanya yang menghadapi segala sesuatu dengan
kesabaran. Dari scene ini baik secara visual
maupun dialog menunjukan bahwa Rara bersikap
sabar menahan dirinya dari perkataan buruk orang
lain tanpa membalas dan pergi meninggalkan
2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), h. 763.
77
orang tersebut dengan senyuman. Oleh karena itu
dari scene ini kita dapat mengambil pesan bahwa
kita harus menerapkan sabar dalam kehidupan kita.
Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-Muzzamil
ayat 10:
Artinya:
“Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa
yang mereka katakan dan tinggalkan dengan cara
yang baik.”
Ayat ini menjadi pengingat bagi kita untuk
selalu sabar menahan diri, dari amarah tanpa
membalas hal atau perkataan buruk orang lain
terhadap kita dan senantiasa menyikapinya dengan
ketenangan.
3. Scene 3 (Tidak Jujur)
Interpretant: Sikap tidak baik dari kedua laki-laki
yang membohongi orang lain.
Penulis menginterpretasikan Scene ini
sebagai pengingat agar manusia senantiasa berkata
jujur.
Dalam bahasa Arab, Tabrani Rusyan
mengatakan bahwa jujur merupakan terjemahan
dari kata shidiq yang berarti benar, dapat
78
dipercaya. Itu berarti bahwa jujur adalah
kesesuaian dan kebenaran dari perkataan dan
perbuatan yang sesuai dengan kenyataan.3 Orang-
orang yang beriman salah satunya yang dapat
menerapkan jujur dalam dirinya. Allah SWT
memerintahkan hambanya untuk selalu jujur dalam
perkataan serta perbuatan dalam segala hal.
Perilaku jujur merupakan sifat dari orang-orang
yang mukmin dan perbuatan terpuji yang
mendapatkan pahala, sedangkan ketidak jujuran
adalah perbuatan tercela yang mendapatkan dosa.
Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S An-Nahl ayat
105:
Artinya:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan
kebohongan, hanyalah orang yang tidak beriman
kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah
pembohong.”
Pada ayat ini dijelaskan bahwasanya orang
yang berbohong merupakan orang yang tidak
beriman. Pesan yang dapat diambil ialah jauhilah
perkataan dusta (bohong) dan hendaknya selalu
berkata jujur agar terhindar dari dosa.
3 A. Tabrani Rusyan, Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta: Inti Cipta
Media Nusantara, 2006), h. 25.
79
4. Scene 4 (Menolong Sesama)
Interpretant: Seorang yang membantu orang lain
dalam kesulitan.
Penulis menginterpretasikan scene ini
sebagai pengingat sebagai makhluk Allah
hendaknya saling membantu atau menolong.
Islam menyuruh umatnya untuk saling
menolong dalam arti yang lengkap, yakni tolong
menolong dengan segala masyarakat dengan tidak
membedakan golongan. Agama menghendaki
supaya kita memberikan pertolongan kepada
segala hamba Allah, masing-masing menurut
kebutuhannya.4 Saling membantu atau tolong-
menolong dalam agama Islam disebut juga dengan
istilah ta’awun. Ta’awun ini adalah suatu amal
yang sangat dianjurkan dalam agama Islam untuk
mengerjakan kebaikan. Sebagaimana dijelaskan
dalam Q.S Al-Maidah ayat2:
Artinya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan
4 Mohammad Rifai, Membina Pribadi Muslim, (Semarang:
Wicaksana, 1993), h. 26-27.
80
tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan
permusuhan. Bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya.”
Ayat diatas dijelaskan bahwa kita sebagai
umat muslim dianjurkan untuk memiliki sikap
peduli dengan menolong sesama dalam kebaikan.
5. Scene 5 (Toleransi)
Interpretant: Menjalin kerukunan dengan
menghormati tanpa memandang perbedaan suku
maupun agama.
Dalam scene ini memperlihatkan keakraban
yang dijalin keempat perempuan terasa hangat
walaupun salah satu dari mereka berbeda ras dan
agama. Penulis menginterpretasikan scene ini
sebagai pengingat agar kita sebagai manusia harus
memiliki sikap toleransi dan saling menghormati.
Toleransi berasal dari bahasa latin,
“tolerare” yang berarti menahan diri, bersikap
sabar, menghargai orang lain berpendapat lain,
berhati lapang dan tenggang rasa terhadap orang
yang berlainan pandangan atau agama. Dalam
kamus besar bahasa Indonesia diterangkan bahwa
toleransi adalah bersifat atau bersikap menenggang
(menghargai, membiarkan, membolehkan)
pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan,
kebiasaan, dan kelakuan) yang berbeda atau
81
bertentangan dengan pendiriannya sendiri.5 Umat
Islam dianjurkan untuk senantiasa hidup dalam
kedamaian, memiliki sikap toleransi dan menjalani
kerukunan. Seperti yang dijelaskan dalam Al-
Quran esensi dalam kehidupan adalah
menghilangkan perbedaan agar tidak
menimbulkan permusuhan yang mengakibatkan
perpecahan antar umat manusia.
Dari scene di atas baik secara verbal
maupun visual menunjukan pesan moral yang
diberikan yaitu; Toleransi antar umat beragama
dan menjalin kerukunan walaupun adanya
perbedaan. Berbuat baik kepada sesama manusia
dan saling menghormati tanpa harus membeda-
bedakan. Sebagaimana dijelaskan dalam Q.S Al-
Hujurat ayat 13:
Artinya:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu
5 Muhammad Yasir, Makna Toleransi Dalam Al-Qur’an (Riau, JURNAL
USHULUDDIN Vol. XXII No. 2, Juli 2014), h. 171.
82
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu
saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa. Sungguhnya Allah Maha
Mengetahui, lagi Maha Mengenal.”
Dalam ayat ini menjelaskan bahwa sudah
ketetapannya manusia diciptakan berbeda-beda.
Allah senantiasa mengingatkan kita akan
keberagaman manusia, dengan adanya perbedaan
bukan menjadikan hal yang harus diperselisihkan,
melainkan menjaga kerukunan agar tercapainya
kedamaian antar sesama manusia.
6. Scene 6 (Berkata Buruk)
Interpretant: Sikap tidak baik anak-anak yang
melontarkan perkataan tidak terpuji.
Penulis menginterpretasikan scene ini
sebagai pengingat bahwa pentingnya berkata baik,
dan menghindari perkataan buruk, agar tidak
menyakiti hati orang lain. Islam mengajak umatnya
agar senantiasa menjaga lisan agar digunakan
untuk sesuatu yang baik. Islam memandang lisan
sebagai masalah serius, karena jika lisan
dipergunakan untuk sesuatu yang buruk maka akan
menghantarkan kita pada murka Allah SWT. Dari
scene di atas baik secara verbal maupun visual
menunjukan pesan moral yang diberikan yaitu;
83
anjuran untuk berkata baik kepada sesama.
Walaupun kita tahu setiap manusia pasti memilki
kekurangan yang ada pada dirinya, namun
kekurangan tersebut tidak boleh untuk disalah
gunakan dengan mengejek atau melontarkan
perkataan yang buruk, karena Allah tidak
menyukai perkataan buruk. Sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S An-Nisa ayat 148:
Artinya:
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang
diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang
yang dianiaya (dizalimi). Allah itu Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah
tidak menyukai perkataan buruk yang dapat
menyakiti perasaan orang lain. Dan dari scene ini
kita dapat mengambil pelajaran untuk dapat
menjaga lisan agar menjauhi perkataan buruk.
7. Scene 7 (Riya)
Interpretant: Melakukan suatu perbuatan baik
dengan niat yang salah
Penulis menginterpretasikan scene ini
sebagai pengingat untuk dapat meluruskan niat
84
dalam melakukan setiap perbuatan baik dengan
mengharapkan ridha Allah SWT.
Riya adalah salah satu di antara dua
perbuatan syirik yang samar. Perbuatan riya ini
bersumber dari rasa keinginan seseorang untuk
memperoleh perhatian dari sesama makhluk
sehingga orang bisa memperoleh jabatan,
kedudukan, dan sanjungan dari orang lain.6 Riya
adalah salah satu perbuatan tercela dalam Islam.
Riya berarti memperlihatkan atau pamer, dengan
melakukan amalan bukan karena mengharapkan
ridha Allah, tetapi memperlihatkan amalan kepada
orang lain dengan maksud agar orang lain dapat
melihat dan setelah itu memujinya.
Dari scene ini diperlihatkan seorang yang
termasuk kedalam kategori riya, dimana ia ingin
melakukan perbuatan baik namun memanggil
wartawan agar diketahui orang banyak agar
mendapatkan pujian. Hukum perbuatan Riya
adalah haram dan digolongkan dalam syirik kecil
kepada Allah yang dapat merusak dan membuat
kebaikan yang dilakukan tidak bernilai di mata
Allah. Sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-
Anfal ayat 47:
6 Al-Ghazali, Membersihkan Hati dari Akhlak yang Tercela,
Penerjemah Ahmad Sunarto (Jakarta: Pustaka Amani, tt), h. 155.
85
Artinya:
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-
orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa
angkuh dan dengan maksud riya kepada manusia
serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan
(ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.”
Dari scene di atas baik secara verbal
maupun visual menunjukan pesan moral yang
diberikan yaitu: jauhilah perbuatan riya. Berbuat
baiklah dengan tulus mengharapkan ridha Allah
SWT, bukan semata-mata menjalankan perbuatan
baik untuk popularitas agar dipandang baik oleh
manusia.
8. Scene 8 (Kurang Bersyukur)
Interpretant: Sikap yang kurang baik karena tidak
merasa cukup
Dalam scene ini diperlihatkan manusia yang
kurang bersyukur denga napa yang ia miliki.
Penulis menginterpretasikan scene ini sebagai
pengingat agar sebagai manusia senantiasa lebih
mensyukuri segala pemberian yang maha kuasa
berikan. Orang yang tidak pandai dalam bersyukur
dan selalu merasa kurang, akan membuat ia
86
mendapatkan azab dari Allah dan akan berkurang
nikmatnya. Dengan bersyukur dapat membuat
hidup lebih berkah. Scene ini memperlihatkan
bagaimana Maria merasa malu karena memiliki
rambut keriting yang membuat ia merasa tidak
percaya diri, ini merupakan sikap orang yang
kurang bersyukur. Sikap seperti ini tentu tidak
patut untuk diterapkan. Sebagai umat Islam kita
harus bersyukur kepada Allah. Sebagaimana
dijelaskan dalam Q.S Al-Baqarah ayat 152:
Artinya:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya
Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah
kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku.”
Ayat ini mengajarkan kita untuk selalu
bersyukur kepada Allah. Dari scene ini
menunjukan pesan moral yang diberikan yaitu:
anjuran untuk bersyukur. Sebagai umat Islam kita
harus bersyukur kepada Allah atas apa yang telah
Allah berikan kepada kita.
87
9. Scene 9 (Pemaaf)
Interpretant: Orang yang memaafkan kesalahan
orang lain
Penulis menginterpretasikan scene ini
sebagai pengingat bahwa kita sebagai sesama
manusia hendaknya saling memafkan, karena
manusia memang tak luput dari salah. Dan
hendaknya kita dapat memaafkan kesalahan orang
lain karena itu merupakan akhlak yang mulia.
Memaafkan kesalahan orang lain tanpa
membencinya adalah hal yang disukai dan
mendapatkkan ridha dari Allah SWT.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Q.S Al-A’raf
ayat 199:
Artinya:
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan
yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang
yang bodoh.”
Dari ayat diatas menganjurkan kita sebagai
umat manusia harus memiliki sifat pemaaf dan
memgerjakan hal yang baik. Dari scene ini
menunjukan pesan moral yang diberikan yaitu:
yaitu menjadi orang yang pemaaf. Memaafkan
merupakan taqwa yang mulia, sebagai umat Islam,
Allah SWT mengajarkan untuk saling memaafkan.
88
10. Scene 10 (Bersyukur)
Interpretant: Seseorang yang menerima dan
mensyukuri apa yang dimiliki
Penullis menginterpretasikan scene ini
sebagai pengingat bahwa kita harus selalu
mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah
SWT.
Syukur merupakan bentuk terima kasih
serta menyadari nikmat yang telah didapatkan dari
Allah Ta’ala. Maka dari itu, selayaknya kita
sebagai manusia harus bersyukur, mencintai dan
menerima segala yang ada dalam diri kita, karena
manusia adalah makhluk paling sempurna diantara
makhluk lainnya. Bersyukur merupakan cara
meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT,
dan dengan bersyukur akan membuat hidup
menjadi lebih berkah dan bahagia. Sebagaimana
dijelaskan dalam QS. Ibrahim ayat 7:
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat)
89
kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Dari ayat di atas, dijelaskan bahwa dengan
bersyukur maka Allah akan menambahkan nikmat
dan memberikan keahagiaan kepada kita, serta
sebaliknya jika kita tidak bersyukur maka Allah
akan mengurangi nikmat yang telah didapatkan.
Dari scene ini menunjukan pesan moral yang
diberikan yaitu: bersyukur. Terlihat sempurna
belum tentu bahagia, namun jika dapat menerima
segala kekurangan menjadi kelebihan, itulah
namanya kesempurnaan.
B. Pesan Moral Islami Dalam Film Imperfect
Berdasarkan pemaparan hasil analisis semiotika
Charles Sanders Peirce tersebut, peneliti menemukan 10
Scene yang mengandung pesan moral Islami dalam film
Imperfect yang sesuai dengan perumusan masalah dalam
penelitian ini. Dimana pesan-pesan yang terkandung dalam
film ini terdapat nilai-nilai akhlak serta mengajak kita
untuk melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal
yang buruk. Pesan-pesan yang dimaksud, diantaranya
adalah jauhilah berburuk sangka, sabar, jauhilah perkataan
dusta, saling tolong menolong sesama, mengajak untuk
bertoleransi, anjuran untuk berkata baik, jauhilah perbuatan
riya, anjuran untuk bersyukur, saling memaafkan dan
menanamkan rasa bersyukur.
90
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penemuan data dan analisis
penelitian yang dilakukan pada bab sebelumnya, mengenai
Analisis Semiotika Pesan Moral Islami dalam Film
Imperfect sesuai dengan fokus pada rumusan masalah yang
diajukan dengan teori yang digunakan. Dalam penelitian
ini terdapat sepuluh scene atau adegan yang dianalisis
menggunakan semiotika Charles Sanders Peirce untuk
menganalisa dan menemukan pesan moral Islami dalam
film Imperfect. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Representament
Representament atau bentuk tanda yang
didalamnya terdapat (ikon, indeks, simbol). Dalam
film Imperfect tanda yang dimunculkan mengenai
pesan moral Islami mengenai akhlak terpuji yaitu
sabar, orang yang menolong sesama, toleransi.
Terdapat juga contoh akhlak tidak terpuji yang harus
dihindari seperti suudzon (berburuk sangka) dan
sebagainya.
2. Object
Object merupakan sesuatu yang dirujuk oleh tanda.
Hal tersebut mengacu kepada apa yang dilakukan oleh
tokoh yang terdapat dalam film Imperfect. Contohnya
seperti Rara yang sabar ketika orang lain berkata
91
perkataan yang buruk, ketiga perempuan yang
membicarakan Rara, dan lain sebagainya.
3. Interpretant
Interpretant merupakan tanda yang ada dalam
benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah
tanda. Interpretant yang ada di dalam film menunjukan
adanya pesan yang berlandaskan pesan moral Islami,
diantaranya adalah tentang menjauhi perilaku
berburuk sangka, sabar, jauhilah perkataan buruk,
saling tolong menolong, toleransi antar umat
beragama, anjuran untuk berkata baik, jauhilah
perbuatan riya, saling memaafkan dan juga bersyukur.
Hal ini mengajarkan kita untuk dapat menerapkan
perilaku atau akhlak yang baik dalam kehidupan
sehari-hari.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti mengenai pesan moral Islami, adapun saran-
saran yang peneliti ingin sampaikan untuk penelitian
selanjutnya, berikut diantaranya:
1. Untuk para pembuat film diharapkan agar
mempertahankan dan meningkatkan kualitas
perfilman. Terlebih, kedepannya dapat menyajikan
suatu karya-karya yang diperkaya dengan pesan-pesan
yang positif, serta mengajarkan nilai-nilai kebaikan.
Yang mana dalam film Imperfect ini, pesan moral yang
92
ditampilkan dalam tayangan film ini mudah dimengerti
dan tersampaikan dengan baik.
2. Bagi para penonton film (masyarakat umum), peneliti
berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat
tentang pesan moral Islami, serta bisa lebih cermat
dalam memaknai isi pesan yang disampaikan dalam
film Imperfect.
3. Bagi penelitian selanjutnya yang meneliti dengan
model semiotika, diharapkan untuk dapat memahami
dengan memperbanyak literasi terkait semiotika serta
pesan moral Islami.
93
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Abdullah, Yatimin. 2006. Pengantar Studi Etika. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Prespektif Al
Qur’an ed-1, cet-1. Jakarta: Amzah.
Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2012. Psikologi Remaja;
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Al-Masidi, Hafidh Hasan. 1987. Bimbingan Akhlak. Surabaya: Al-
Ikhlas.
Amin, M. Mayhur dkk. 1996. Aqidah dan Akhlak cet ke-3.
Yogyakarta: Kota Kembang.
Arifin, Anwar. 2011. Sistem Komunikasi Indonesia. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media.
AR. Zahrudin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Asriningsari, Ambarani dan Nazla Maharani Umaya. 2010.
Semiotika Teori Dan Aplikasi Pada Karya Sastra.
Semarang: Ikip Pgri Semarang Press.
Branthson, Gill dan Roy Stafford, 2010. The Media Student’s
Book. London dan New York: Routledge.
Budiman, Kris. 2011. Semiotika Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
94
Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif, Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta:
Prenda Media Group.
DEPDIKNAS. 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 1998.
Ensiklopedia Islam. Jakarta: Departemen Agama RI.
Djakfar, Muhammad. 2012. Etika Bisnis. Jakarta: Penerbit Plus.
Effendy, Onong Uchana. 1994. Ilmu Komunikasi dan Praktek.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi: Teori & Praktik cet. Ke-
1. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ghazali, Al. Membersihkan Hati dari Akhlak yang Tercela,
Penerjemah Ahmad Sunarto. Jakarta: Pustaka Amani.
Haqqi, Ahmad Muadz. 2003. Al-Arba’una Hadithan Fi Al-Akhlaq
Ma’a Syarhiha, terj. Abu Azka. Jakarta: Pustaka Azzam.
Ibrahim. 2009. Membangun Akidah dan Akhlaq Kelas VII. Solo:
Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Ibrahim, Idy Subandy. 2011. Budaya Populer sebagai Komunikasi:
Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia
Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.
Iman, Jaya Ekky. 2004. why Not: remaja Doyan Nonton. Bandung:
PT. Mizan Bunaya Kreativa.
95
Jumroni. 2006. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta:
UIN Jakarta Press.
Kriyanto, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Cet
ke-2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Kurniati, Desak Putu Yuli. Modul Komunikasi Verbal dan
Nonverbal. 2016. Denpasar, Bali.
Mahali, Mujhab. 2001. Dosa-dosa Besar dalam Al-Quran dan Al-
Hadits. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Moleong, Lexy, J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Moleong, Lexy, J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Mulyana, Deddy. 2008. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Imam. 1994. Terjemahan Riyadush Shalihin, Vol 2.
Jakarta: Pustaka Amani.
Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gajah Mada University.
Pratista, Himawan. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian
Pustaka.
Purwanto, Yadi. 2007. Etika Profes. Bandung: PT. Replika
Aditama.
Rifai, Mohammad. 1993. Membina Pribadi Muslim. Semarang:
Wicaksana.
96
Rusyan, Tabrani. 2006. Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta: Inti
Cipta Media Nusantara.
Shobihah, Ida Fitri. 2013. “Dinamika Syukur pada Ulama
Yogyakarta”, Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Sosial
dan Humaniora Sunan Kalijaga.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media; Suatu Pengantar untuk
Analisis Wacana, Analisis semiotic, dan Analisis Framing,
Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Sobur, Alex. 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2012. Analisis Teks Media. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sobur, Alex. 2013. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosadakarya.
Soehartono, Irawan. 1995. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik
Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Lainnya.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif dan kualitatif R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhaimi. 2001. Membangun Moralitas Ummat Menurut Konsep
Al-Quran. Pekanbaru: Pustaka UIN.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa. 1993. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
97
Tinarbuko, Sumbo. 2013. Semiotika Komunikasi Visual.
Yogyakarta: Jalasutra.
Toriquddin, H. Moh. 2008. Sekularitas Tasawuf Membumikan
Tasawuf dalam Dunia Modern. Malang: UIN-Malang
Press.
Vera, Nawiroh. 2015. Semiotika dalam Riset Komunikasi. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Wardoyo, Purwahadi. 1990. Moral dan Masalahnya. Cet ke-9:
Jogjakarta: Kanisius.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi-
Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi.
Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media.
Jurnal:
Mudjiono, Yoyon. Kajian Semiotika dalam Film, Jurnal Ilmu
Komunikasi, Vol 1. No.1. 2011.
Yasir, Muhammad. 2014. Makna Toleransi Dalam Al-Qur’an.
Riau: Jurnal Ushuluddin Vol. XXII No. 2.
Skripsi:
Diki Mujianto, 2020. Analisis Konsep Diri Dalam Film Imperfect:
Karier, Cinta dan Timbangan. Skripsi. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
98
Jaquiline Melissa Reneyoet, Pesan Moral dalam Film To Kill A
Mockingbird (Analisis Semiotika pada Film To Kill A
Mockingbird). Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin
Makassar.
Sumber Website:
https://id.wikipedia.org/wiki/Imperfect:_Karier,_Cinta_%26_Tim
bangan
https://www.popbela.com/career/inspiration/niken-ari/review-film-
imperfect/4.
https://www.tentangsinopsis.com/imperfect-karier-cinta-
timbangan-film-indonesia-2019/
https://tirto.id/biodata-ernest-prakasa-dan-daftar-film-yang-
disutradarainya-f676
https://www.kepogaul.com/seleb/biodata-ernest-prakasa/
Sumber Wawancara
Yakub, M. 2021. Wawancara dengan M. Yakub, M.A selaku
dosen dan konsultan agama.
99
LAMPIRAN
100
Lampiran 1
Surat Izin Bimbingan Skripsi
101
Lampiran 2
Surat Izin Permohonan Data Wawancara Penelitian Skripsi
102
Lembar Transkrip Wawancara
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 April 2021
Waktu : 10:18- 10:27 WIB
Narasumber : Dr. H. M. Yakub Amin, MA
1. Peneliti : Apa itu pesan moral Islami menurut Prof?
Narasumber : Baik, pesan itu bisa disampaikan lewat
dialog-dialog yang terdapat di film yang kontennya itu
berhubungan dengan materi akhlak seperti kata-kata yang
santun atau kata-kata yang memberikan nasehat, kata-kata
yang mungkin mengingatkan seseorang kepada sesuatu
yang baik. Kira-kira pesan yang berorientasi dengan moral
atau akhlak tuh seperti itu.
2. Peneliti : Dari film ini saya menemukan 10 scene
yang mengandung pesan moral Islami menurut saya Prof,
yang kemudian saya menganalisisnya dengan semiotika
Charles Sanders Peirce, menurut Prof apakah sudah benar
yang saya teliti itu termasuk kedalam pesan moral Islami?
Saya juga meminta pendapat Prof tentang hasil observasi
saya Prof.
Narasumber : Kalau dilihat dari tabel-tabel yang ada itu
sudah memenuhi kriteria pesan moral, walaupun tidak
secara eksplisit disebutkan pesan moral Islam atau akhlak,
103
tetapi dari scene yang ada adegan-adegan yang ada itu
dapat disimpulkan bahwa sudah memiliki pesan moral.
Dan kalau analisis yang dibuat berdasarkan teori tertentu,
hemat bapak teori yang dipakai sudah sesuai. Namun kalau
nanti didapatkan beberapa adegan di scene yang ada itu
memerlukan analisis dengan teori yang lain supaya lebih
sempurna, itu boleh digunakan teori yang lain, tapi kalau
memang dengan satu teori itu sudah memadai hemat bapak
itu sudah bisa.
3. Peneliti : Jadi ini sudah termasuk kedalam pesan
moral Islami ya Prof walaupun memang tidak ada unsur
Islam di film ini?
Narasumber : Iya, karena dari adegan-adegan itu bisa
terlihat apa yang didefinisikan sebagai pesan moral ya. Dan
kita melakukan analisisnya berdasarkan teori semiotika
saya kira sudah tepat. Kalau memang analisisnya
berdasarkan teori sudah memadai maka dicukupkan, tetapi
kalau ternyata ada hal-hal lain di dalam scene yang
dianalisis itu mendekatkan teori yang lain bisa dicari
analisisnya berdasarkan teori semiotika yang lain. Tapi
kalau memang sudah cukup ya gapapa.
104
Lampiran 4
Sreenshots chat dengan Dr. H. M. Yakub Amin, MA selaku
Dosen dan Konsultan Agama melalui whatsapp
105
Screenshot wawancara dengan Dr. H. M. Yakub, M.A selaku
Dosen dan Konsultan Agama melalui whatsapp.