analisis tingkat keberhasilan rukyat di pantai tanjung kodok lamongan dan bukit condrodipo gresik...
DESCRIPTION
Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011TRANSCRIPT
ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI TANJUNG KODOK LAMONGAN
DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK TAHUN 2008-2011
S K R I P S I
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)
Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh :
KHOIROTUN NI’MAH NIM : 0 8 2 1 1 1 0 76
KONSENTRASI ILMU FALAK JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSIYAH
FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
S E M A R A N G 2012
iv
MOTTO
uθ èδ“Ï%©!$# Ÿ≅ yè y_š[ ôϑ¤±9$# [ !$u‹ÅÊt� yϑ s) ø9$# uρ# Y‘θçΡ…çνu‘ £‰ s%uρ tΑ Η$oΨtΒ(#θ ßϑ n=÷è tF Ï9yŠ y‰ tã tÏΖÅb¡9$# z>$|¡Åsø9$# uρ 4$tΒt,n=y{ ª! $#š� Ï9≡sŒ āω Î) Èd,ysø9$$Î/ 4ã
≅ Å_Áx� ムÏM≈ tƒ Fψ $#5Θ öθ s) Ï9tβθ ßϑ n=ôè tƒ∩∈∪
Artinya:Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu,
supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang
demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada
orang-orang yang mengetahui.(Q.S. Yunus ayat : 5)1
1Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnya, Bandung : Jumanatul Ali Art (J-
Art), 2005, hlm. 531.
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini
Saya persembahkan untuk :
Bapak Sun’an dan Ibu Khalimahtercintadan
terkasih yang tak kenal lelah menjadi lentera hidupku, kasih sayang, do’a dan
restumu yang menjadi penyemangatku
Keluarga tersayang,
Mas Rasyid - Mbak Luthfi , Mbak Lilik - Mas Amir ,
Mas Rony - Mbak Hasanah, Dik Shofy
Kerabat, guru, Kawan ku TOGETHER ’08,
keluarga besar CSS MoRA IAIN Walisongo,
PP. Daarun Najah,PPTarbiyatut Tholabah
Dan dipersembahkan juga untuk,
Kaum Muslimin dimana pun berada di berbagai belahan dunia
vi
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab penulis
menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah
pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga
skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain
kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan
bahan rujukan dalam penelitian ini.
Semarang, 13 Juni2012
Deklarator
Khoirotun Ni’mah NIM: 082111076
vii
ABSTRAK
Rukyat al-hilal selalu dilakukan oleh organisasi keislaman dan pemerintah Indonesia terutama pada penentuan awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah akan tetapi keberhasilannya masih minim.Pengamatan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor waktu, tempat, dan kecerlangan langit senja, dengan mengasumsikan kondisi langit yang cerah tidak berawan, serta pengalaman, ketajaman penglihatan, dan pengetahuan astronomis pengamat. Pada saat pengamatan hilal, tidak setiap lokasi pengamatan dapat berhasil melihat hilalseperti pengamatan hilal yang dilakukan di Tanjung Kodok Lamongan, tetapi ada juga lokasi pengamatan yang tidak jarang hilal berhasil terlihat, seperti di Bukit Condrodipo Gresik. Dari hasil laporan rukyat yang dilaksanakan dari tahun 2008-2011 di Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo, pada penetapan awal Ramadhan Syawal dan Dzulhijjah di Tanjung Kodok belum pernah berhasil melihat hilal, sedangkan di Condrodipo sudah 5 kali berhasil. Yakni pada penentuan awal Ramadhan 1429 H, dzulhijjah 1430 H, Ramadhan 1431 H dan 1432 H, dan Dzulhijjah 1432 H. Penulis ingin mengetahui apa faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keberhasilan rukyat serta apa kelebihan dan kekurangan rukyat yang dilakukan di dua lokasi rukyat tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (LibraryResearch) yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Data primernya yaitu dokumen-dokumen hasil rukyat al-hilal yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dan data dari BMKG terkait kondisi klimatologi saat rukyat. Data sekunder diperoleh dari dokumen berupa buku, tulisan, makalah-makalah yang berkaitan dengan obyek penelitian.Metode analisis yang penulis gunakan adalah metode deskriptif dan komparatif.
Hasil penelitian skripsi ini: 1). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perbedaan tingkat keberhasilan rukyat di Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik tahun 2008-2011 adalah faktor alam dan faktor non alam. Faktor alam yang berpengaruh adalah faktor cuaca, kondisi geografis lokasi rukyat, tinggi hilal saat Matahari terbenam, beda azimuthBulan – Matahari, kondisi atmosfer Bumi, dan horizontal visibility (pandangan mendatar di permukaan Bumi). Keenam faktor tersebut akan berakumulasi dalam pengamatan yang dilakukan.Faktor non alam yang berpengaruh adalah alat dan pengamat. 2). Kelebihan dan kekurangan dua tempat tersebut menunjukkan bahwa dua tempat tersebut memiliki kelebihan ditinjau dari aspek geografis dan topografis. Kekurangan dari kedua tempat tersebut pada aspek klimatologis yang berpengaruh pada keberhasilan rukyat yang dilakukan, disamping adanya pangaruh lain yaitu adanya lampu kota dan adanya uap air yang merupakan salah satu faktor penyebab ketidakberhasilan rukyat di Tanjung Kodok. Bukit Condrodipo tidak terlalu dipengaruhi oleh cahaya lampu kota yang menjadikan lokasi ini sebagai tempat rukyat yang ideal menurut peneliti. Key word: Rukyat, Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo, tingkat
keberhasilan
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberi kesempatan dan
segala hal untuk memahami sedikit ilmu-Nya agar lebih dapat mengenal-Nya.
Hanya dengan ijin dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul: “Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung Kodok
dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011”dengan lancar lewat segala
proses yang memberi banyak arti.Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi agung Muhammad Saw sebagai Rasul Allah yang telah memberi
penerang atas gelap dan dahaga bagi para pencari-Nya. Demikian juga shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada keluarga Nabi, para sahabat Nabi saw,
para alim ulama’, yang warna-warni pemikiran mereka menjadi bahan dan bekal
referensi bagi para musafir ilmu.
Sehubungan dengan ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam tahap
pengerjaan hingga penyelesaian skripsi ini penulis tidak sendiri.Banyak pihak
yang memberi uluran tangan, pemikiran, dukungan, dan doa selama proses
kegiatan ini sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.Oleh karena itu
melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-
dalamnya kepada:
ix
1. Kementerian Agama Republik Indonesia khususnya Pedepontren yang telah
memberi kesempatan mendapat Beasiswa Santri berprestrasidari awal sampai
selesai perkuliahan.
2. Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang.
3. DR. Imam Yahya, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo
Semarang dan Muhyiddin, M.Ag (Dekan sebelumnya).
4. Dr. H. Moh. Arja Imroni, M.Ag selaku kepala Prodi Konsentrasi Ilmu Falak,
Drs. H. Eman Sulaeman, MH (kepala Prodi sebelumnya) beserta staf-staf-
nya,Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, Drs. H. Maksun, M.Ag, Ahmad Syifaul
Anam, S.HI., MH, H. Tolkah, MA selaku jajaran pengelola Konsentrasi Ilmu
Falak (KIF), yang telah bersusah payah memberikan arahan dan bimbingan
sepenuhnya kepada penulis dan teman-teman KIF lainnya selama belajar di
Semarang.
5. Mohammad Khasan, M.Ag, danAhmad Syifaul Anam, SHI. MH selaku
pembimbing dalam penulisan skripsi ini, yang telah mau bersabar dan
meluangkan segenap waktu, tenaga, pikiran di tengah-tengah kesibukan yang
ada, demi untuk membantu, memberi arahan, masukan, dan bimbingan yang
begitu banyak pada penulisan skripsi penulis, sekaligus telah memberikan acc
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Abdul Karim (Lamongan), Bapak M. Khoirul Anam (Lamongan) dan
A. Zaeni (Gresik), yang telah memberikan arahan, bimbingan dan data hasil
rukyat; Bapak Widodo (Surabaya) yang telah mau memberikan arahan dan
data cuaca pada saat rukyat dilakukan di Tanjung Kodok dan Bukit
x
Condrodipo;Bapak Masluch (Gresik), Bapak Khotib (Gresik), Bapak Ahmad
Sulistyo (Semarang) yang mau menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis
ketika wawancara, Bapak Thomas Djamaluddin, Bapak Ma’rufin
Sudibyoyang mau menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis viafacebook.
7. Kedua orang tua penulis, ibu Khalimah dan bapak Sun’an yang telah
mengajarkan arti sebuah nafas kehidupan dan atas perjuangan serta doanya
yang tiada terkira.
8. Keluarga penulis tercinta (Mas Rasyid, Mbak Luthfi, Mbak Lilik, Mas Amir,
Mas Rony, Mbak Hasanah, Mas Syahidur Rohman,Dik Shofy, Dik Nisa, Bude
Muriyati) yang selalu memberi cinta kasih dan semangat lahiriyah maupun
bathiniyah, serta doa yang tak terkira.
9. Keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatut Tholabah di Lamongan yang
telah mengajarkan cara mengenal-Nya dan cara berjalan di jalan-Nya.
10. Keluarga Besar Pondok Pesantren Daarun Najaah Jerakah Tugu Semarang,
khususnya kepada KH. Siroj Chudlori beserta keluarga selaku pengasuh yang
juga menjadi motivator dan inspirator penulis dan yang telah memberikan
ilmu-ilmunya serta atas bimbingan dan arahannya.
11. Seluruh anak-anak Together “Mas Ade, Fajar, Amar, Silah, mb Eni, Tucin,
Vian, mb Uul, Ashud, mami Diah, mb Endang, Ayu Hesti,Ihwan, mb oink,
Lukman, Adon, Arbi, Reza, pak dhe Cuda, Mak Cik, mb Until, E-Bone,
Akang Harir, Hanif, Sadam, pak Lur Shofa, mb Imut, Syekh Dayat, mb
Latifah, A’ Purqon, mbah Pur, mas Rifki, Rizal, mb Rubi, Abang Daus, mak
Olis, Yadi, teh Yen, Jay selama 4 tahun bersama dalam suka dan
xi
duka.Terimakasih kepada teman suka dan duka penulis jenk U2l yang menjadi
tempat curhat dan senasib dengan penulis, Mak Olash dan mbk ime, temen
berburu kuliner dan jreng2 di Semarang, Sadam yang bersedia meluangkan
waktu untuk membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
12. Mas dodol, Khumairoh, Misbah, Risma, Arina Litsa; dan semua pihak yang
membantu dalam pengumpulan dan pengolahan data yang penulis butuhkan.
13. Pondok Putri Utara (Banyu Biru), khususnya kamar “tiga” Al Qomariyah,
Mbak Hasna, Nafis, Lilik, Ria yang selalu ada di saat pertama membuka mata
dan menutup mata.
14. Temen-temen CSS MoRA IAIN Walisongo Semarang
15. Temen-temen KKN ke-57, khususnya posko 34 Desa Jetis Kecamatan
Bandungan Kabupaten Semarang.
16. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis
selama penulis studi di Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang.
Tidak ada yang dapat penulis berikan atas arti keberadaan mereka, kecuali
sepenggal harapan semoga pihak-pihak yang telah penulis kemukakan di atas
selalu mendapat rahmat dan anugerah dari Allah Swt.
Demikian skripsi yang penulis susun ini sekalipun masih belum sempurna
namun harapan penulis semoga akan tetap bermanfaat dan menjadi sumbangan
yang berharga bagi khazanah kajian ilmu falak.
Semarang, 13Juni 2012 Penulis
Khoirotun Ni’mah NIM. 082111076
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Klimatologi Bukit Condrodipo saat pelaksanaan rukyat tahun
2008-2011 ........................................................................................................ 56
Tabel 3.2 Tabel Klimatologi Bukit Condrodipo saat pelaksanaan rukyat tahun
2008-2011 ........................................................................................................ 59
Tabel 3.3 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M ............... 65
Tabel 3.4 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M ............... 66
Tabel 3.5 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M ............... 68
Tabel 3.6 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M ............... 69
Tabel 3.7 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M ............... 71
Tabel 3.8 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M ............... 72
Tabel 3.9 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M ............... 73
Tabel 3.10 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M ............ 74
Tabel 4.1 Tinggi Hilal Mar’I di Pantai Tanjung Kodok ................................. 83
Tabel 4.2 Beda Azimuth Matahari-Bulan di Pantai Tanjung Kodok .............. 84
Tabel 4.3 Tinggi Hilal Mar’I di Bukit Condrodipo ......................................... 93
Tabel 4.4 Beda Azimuth Matahari-Bulan di Bukit Condrodipo ..................... 95
Tabel 4.5 Pelaksanaan Rukyat Yang Berhasil Melihat Hilal .......................... 103
Tabel 4.6 Pelaksanaan Rukyat Yang Tidak Berhasil Melihat Hilal ............... 104
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Alur Kerja Penelitian.................................................................... 19
Gambar 3.1 Peta Tanjung Kodok diambil dari Software Google Earth .......... 49
Gambar 3.2 batu karang mirip Kodok (Katak) di Pantai Tanjung Kodok ....... 50
Gambar 3.3 pelataran dan menara rukyat di Tanjung Kodok .......................... 51
Gambar 3.4 Peta Bukit Condrodipo diambil dari Software Google Earth ....... 53
Gambar 4.1 Peta Tanjung Kodok diambil dari Software Google Earth .......... 78
Gambar 4.2 Peta Bukit Condrodipo diambil dari Software Google Earth ....... 92
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................. vi
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... viii
HALAMAN DAFTAR TABEL ...................................................................... xii
HALAMAN DAFTAR GAMBAR .................................................................. xiii
HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 12
E. Telaah Pustaka ...................................................................... 12
F. Metodologi Penelitian .......................................................... 15
G. Sistematika Penulisan ........................................................... 19
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYATUL HILAL
A. Pengertian Rukyatul Hilal ..................................................... 21
xv
1. Pengertian Menurut Bahasa ............................................ 21
2. Pengertian Menurut Istilah .............................................. 24
B. Dasar Hukum Rukyatul Hilal ................................................ 25
1. Dasar dari Al-Qur’an....................................................... 25
2. Dasar dari Hadis ............................................................ 28
C. Pendapat Para Ulama tentang Rukyatul Hilal ....................... 30
D. Pelaksanaan Rukyatul Hilal di Indonesia .............................. 32
1. Isbat dari Pemerintah dalam Penentuan Awal Ramadhan dan
Syawal ............................................................................. 32
2. Persiapan Rukyat........................................................... 33
3. Teknis Pelaksanaan Rukyat di Lapangan ...................... 39
4. Laporan Hasil Rukyat ................................................... 41
E. Problematika Rukyatul Hilal ................................................. 42
1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Rukyatul Hilal
2. Faktor Alam .................................................................... 43
3. Faktor Non Alam ............................................................ 46
BAB III HASIL RUKYATUL HILAL DI PANTAI TANJUNG KODO K
DAN BUKIT CONDRODIPO
A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo 49
1. Pantai Tanjung Kodok..................................................... 49
2. Bukit Condrodipo ............................................................ 53
B. Kondisi Klimatologi Pantai tanjung Kodok dan Bukit
Condrodipo ............................................................................ 56
xvi
1. Pantai Tanjung Kodok .................................................... 56
2. Bukit Condrodipo ............................................................ 59
C. Data Hasil Rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit
Condrodipo Tahun 2008-2011 .............................................. 65
1. Pantai Tanjung Kodok .................................................... 65
a. Lokasi Pantai Tanjung kodok ..................................... 65
b. Alat-alat Pendukung rukyat ........................................ 66
c. TabelDataHasilRukyat al-hilal Awal Ramadhan, Syawal
dan Dzulhijjah Tahun 1429-1432 H / 2008-2011 M .. 66
2. Bukit Condrodipo ............................................................ 71
a. Lokasi Pantai Tanjung kodok ..................................... 71
b. Alat-alat Pendukung rukyat ........................................ 72
c. Tabel DataHasilRukyat al-hilal Awal Ramadhan, Syawal
dan Dzulhijjah Tahun 1429-1432 H / 2008-2011 M .. 72
BAB IV ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI
PANTAI TANJUNG KODOK DAN BUKIT CONDRODIPO
TAHUN 2008-2011
A. Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Keberhasilan
Rukyat di Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit
Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011 .................................. 78
1. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rukyat di Tanjung
Kodok Lamongan Tahun 2008-2011 .............................. 78
xvii
2. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Rukyat di Bukit
Condrodipo Gresik Tahun 2008-2011 .............................. 92
3. Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Hasil Rukyat di Pantai
Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik
Tahun 2008-2011 ............................................................ 98
B. Kelebihan dan Kekurangan Lokasi Rukyat (Pantai Tanjung
Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik) ................ 108
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 112
B. Saran ...................................................................................... 114
C. Penutup ................................................................................. 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT PENDIDIKAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbedaan penentuan hari-hari besar Islam, khususnya Ramadhan, Idul
Fitri dan Idul Adha, sering menimbulkan kebingungan di masyarakat.2 Salah satu
permasalahannya adalah pendefinisian tentang hilal3. Hilal merupakan patokan
untuk memulai awal bulan Kamariah. Penentuan awal bulan Kamariah sangat
penting artinya bagi segenap kaum muslimin, sebab banyak ibadah dalam Islam
yang pelaksanaannya dikaitkan dengan perhitungan bulan Kamariah.4 Salah satu
upaya untuk menentukan awal bulan Kamariah adalah dengan melakukan rukyat
al-hilal.
Rukyat al-hilal adalah pengamatan dengan mata kepala terhadap
penampakan bulan sabit sesaat setelah Matahari terbenam di hari telah terjadinya
ijtima’ (konjungsi).5 Akan tetapi kesulitan yang dialami adalah ketika Matahari
2 Di Indonesia selama ini sudah biasa terjadi perbedaan penetapan dan pelaksanaan untuk
mengawali puasa dan mengakhirinya (melaksanakan hari raya idul fitri). Bagaimana tidak, jika Pemerintah sudah menfasilitasi untuk penyatuan dalam sidang Isbat tetapi masing-masing ormas mengeluarkan keputusan. Pemerintah yang semestinya memegang kendali putusan ternyata lebih mengedepankan kemaslahatan politik, yang semestinya lebih mengedepankan kebenaran ilmiah yang objektif. Lihat pada Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukyah Praktis Dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika, 2006, hlm. 123-124.
3 Hilal atau Bulan sabit atau dalam istilah astronomi disebut crescent adalah bagian dari bulan yang menampakkan cahayanya terlihat dari bumi ketika sesaat setelah Matahari terbenam pada hari telah terjadinya ijtima’ atau konjungsi. Pendapat A. Ghazalie Masroerie dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi hisab Rukyah tahun 2008 yang di selenggarakan oleh Badan Hisab Rukyah departemen Agama RI tentang Rukyat al-hilal Pengertian dan Aplikasinya, 27-29 Februari 2008, hlm. 4.
4 Di antara ibadah-ibadah itu adalah shalat Idul Adha dan Idul Fitri, shalat gerhana bulan dan Matahari, puasa Ramadhan dengan zakat fitrahnya, haji dan sebagainya. Demikian pula hari-hari besar dalam Islam, semuanya diperhitungkan menurut perhitungan bulan Kamariah. Lihat Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 98.
5 Penampakan Bulan sabit di awal bulan harus terlihat oleh mata, baik mata telanjang maupun dengan alat dan tidak cukup hanya angan-angan, pemikiran, perkiraan dan keyakinan
2
terbenam atau sesaat setelah itu langit sebelah barat berwarna kuning kemerah-
merahan, sehingga antara cahaya hilal yang putih kekuning-kuningan dengan
warna langit yang melatarbelakanginya tidak begitu kontras6. Apalagi apabila di
ufuk7 Barat terdapat awan tipis atau awan tebal tidak merata.
Pengurus Lajnah Falakiyah PBNU, Hendro Setyanto secara optimis
mengatakan bahwa rukyat al-hilal atau dalam bahasa lain observasi menyebabkan
disiplin ilmu astronomi terus berkembang hingga saat ini. Tanpa observasi itu
ilmu astronomi akan mandeg dan umat Islam hanya mengandalkan data
astronomis, apalagi sekarang data itu tidak dikembangkan sendiri tapi diperoleh
begitu saja dari kalangan non Muslim.8
Observasi dan eksperimen merupakan asas semua cabang ilmu alam.
Melalui kegiatan tersebut diperoleh data, yang setelah melalui proses reduksi9 dan
pengolahan, disintesiskan10 menjadi sebuah model atau teori tentang suatu
fenomena alam. Model atau teori tersebut sepatutnya mampu menerangkan
fenomena alam yang dikenal dan bahkan dapat memprediksi hal-hal baru yang
belum dijumpai yang kebenarannya akan dibuktikan melalui observasi dan
eksperimen baru. Data-data hasil rukyatlah yang akan dapat “menyimpulkan” belaka. Lihat pada A. Ghazalie Masroerie, Rukyat al-hilal Pengertian dan Aplikasinya, op cit, hlm. 4.
6 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, t.t, hlm. 173.
7 Kaki langit (Horison), yaitu lingkaran besar yang membagi bola langit menjadi dua bagian yang sama (bagian langit yang kelihatan dan bagian langit yang tidak kelihatan). Lingkaran ini menjadi batas pemandangan mata seseorang. Tiap-tiap orang berlainan tempat, berlainan pula kaki langitnya. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005, cet. II, hlm. 223.
8 Menuju Penyatuan Awal Bulan Hijriah (2) Bagi NU Rukyat adalah Observasi, Bagi Muhammadiyah Perintah Rukyat Sudah Tidak Berlaku http://www.nu.or.id
9 Menganalisa sesuatu secara keseluruhan kepada bagian-bagiannya, atau menjelaskan tahap akhir dari proses perkembangan sebelumnya yang lebih sedrhana. Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, t.t, hlm. 658.
10 Pemaduan; perpaduan; penggabungan. ibid., hlm. 710.
3
apakah persamaan atau rumus hasil hisab analisis itu “diterima” atau “harus
diperbaiki lagi” dengan menggunakan analisis baru atau dengan mengemukakan
hipotesis baru.11Rukyat ini menurut Ghazalie Masroerie, dengan kata lain
sekaligus menjadi sarana koreksi atas hitungan hisab.12
Ada sebagian kalangan yang mengira bahwa penentuan awal bulan
Kamariah dengan cara rukyat al-hilal sangat awam dan kelihatan tidak atau
kurang berpengetahuan. Selain itu rukyat dianggap menyulitkan dan menambah
pekerjaan, sia-sia dan membuang-buang waktu karena harus bersusah-susah
mencari bulan baru setiap tanggal 29 kalender Hijriyah. Karena sebagian
berpendapat bahwa metode hisab atau perhitungan astronomis yang relatif mudah
dan kelihatan ilmiah.13
11 Ilmu empiris ini merupakan salah satu ciri khusus paling menonjol pada ilmu yang
akan dikembangkan ilmuwan muslim. lihat saja misalnya ilmuwan era Yunani dan Romawi kuno, ilmu mereka bersifat logis dan spekulatif. Contoh empirisme yang dilakukan Ibnu Sina ketika akan mendirikan rumah sakit merupakan salah satu tonggak ilmu empiris yang cukup dikenal sebagai sebuah bukti yang tertera dalam ukuran sejarah ilmu dunia. Dan ilmu empiris ini pula yang membawa ilmu modern ini berkembang hingga saat ini. Lihat pada, Ruswa darsono, Penanggalan Islam Tinjauan sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010, hlm. 9.
12 Pengamatan Hilal Penting untuk Mengoreksi Perhitungan. kompas.com. Lihat pula pada Susiknan Azhari, Hisab Dan Rukyat Wacana Untuk Membangun Kebersamaan ditengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, cet. I, hlm. 87.
13 Di zaman modern dimana ilmu perbintangan mengalami kemajuan yang sangat pesat, hingga bisa menyibak ruang angkasa, Allah memperlihatkan banyak sekali rahasia keagungan-Nya. Banyak dari kalangan muslim yang mengira bahwa wajib menjadikan hisab itu sebagai patokan dan memandang sebelah mata kepada rukyat. Al Amin Muhammad ahmad Ka’urah dalam bukunya Mabadi’ul Kauniyat berkata: “Beberapa hal yang mempengaruhi pergerakan bulan; 1. perubahan garis orbit pada bulan sekitar 31,8 hari, 2. perbedaan yaitu sesuatu yang mempengaruhi percepatan timbulnya Bulan sabit dan purnama sebelum waktunya dan memperlam bat setelah lingkaran bulan, 3. perubahan jarak antara bumi dan Matahari, juga perubahan jarak antara bulan dan Matahari yang mempengaruhi kekuatan daya tarik Matahari terhadap bulan, 4. perubahan yang terjadi pada pertemuan garis orbit bulan dan Matahari, 5. perubahan yang terjadi pada titik kecondongan bulan. Kesimpulannya bahwa gerakan bulan, bumi dan Matahari hanya akan tetap sementara waktu, karena lintas orbit planet dan bintang-bintang antara satu dengan yang lain tidak pernah berulang. Untuk itu tidak mungkin diciptakan suatu patokan khusus bagi tahun Kamariah karena bulan-bulan Kamariah selalu berubah dari tahun ke tahun. Lihat pada buku Syaikhul Islam Ibbnu Taimiyyah,(ed.), Hilal atau Hisab Kajian Lengkap Tentang Penetapan Awal Bulan Dengan Rukyat al-hilal Serta Kekeliruan Metode Hisab, diterjemahkan oleh Ibrahim Bin Abdullah Al Hamizi, dari “Risalah Fi Al Hilal Wa Al Hisab Al Falakiy ”, Banyumas: Buana Ilmu Islami, 2010,, cet. I, hlm. 55-56.
4
Mengamati Bulan pada awal bulan Kamariah adalah suatu pekerjaan
yang bisa dilakukan orang banyak, tetapi tidak semua orang dapat melihat
sasarannya. Beberapa hal perlu diketahui dan dipersiapkan sebelum melakukan
observasi, di antaranya ialah tempat observasi.14 Pada dasarnya tempat yang baik
untuk mengadakan observasi awal bulan adalah tempat yang memungkinkan
pengamat dapat mengadakan observasi disekitar tempat terbenamnya Matahari.
Pandangan pada arah itu sebaiknya tidak terganggu, sehingga horizon akan
terlihat lurus pada daerah yang mempunyai azimuth 240° sampai 300°.15
Apabila pengamatan yang teratur diperlukan, maka tempat itupun harus
memiliki iklim yang baik untuk pengamatan. Pada awal bulan cahaya bulan sabit
demikian tipisnya sehingga hampir terangnya dengan cahaya senja di langit.
Adanya awan yang tipispun sudah akan menyulitkan pengamat. Setidaknya
bersihnya langit dari awan pengotoran udara maupun cahaya kota disekitar arah
terbenamnya Matahari merupakan persyaratan yang sangat penting untuk dapat
melakukan observasi.16 Selain itu posisi benda langit, penunjuk waktu, cahaya
bulan sabit dan masih banyak hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
observasi.
Rukyat al-hilal selalu dilakukan oleh organisasi keislaman dan
pemerintah Indonesia akan tetapi keberhasilannya masih minim. Bahkan dilokasi
rukyat tertentu jarang sekali hilal bisa terlihat seperti rukyat al-hilal yang
dilakukan di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Jawa Timur. Akan tetapi ada juga
lokasi rukyat yang di sana hilal sering terlihat, seperti di Bukit Condrodipo
14 Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, Almanak Hisab Rukyat, op. cit., hlm. 51-52. 15 ibid.
16 ibid.
5
Gresik. Contohnya pada penetapan awal Ramadhan 1432 Hijriyah, dari sekian
banyak tempat observasi hilal di Indonesia17 daerah Jawa Timur dilaporkan bahwa
yang berhasil melihat hilal hanyalah di dua tempat, yakni Bukit Condrodipo
Gresik dan di Pantai Gebang, Bangkalan, Madura.18
Lokasi lain melaporkan gagal melihat hilal, seperti tim di Pamekasan,
Pantai Serang Blitar, Kalbut Situbondo, Pantai Giliketapang Probolinggo, dan
Kencong Jember mengalami kegagalan karena terhambat cuaca mendung. Lain
halnya dengan tim di Tanjung Kodok Lamongan yang cuacanya cerah tapi juga
tidak berhasil, sedangkan di Pantai Nambangan Kenjeran Surabaya juga cuaca
berawan tapi gagal melihat hilal. Sebelumnya, pada penetapan awal Ramadhan
1431 Hijriyah yang lalu dari 11 titik daerah di Jawa Timur19 tim hisab dan rukyat
juga melihat hilal di 2 titik yakni Pantai Gili Probolinggo dan Bukit Condrodipo
Gresik.20
17 Banyak sekali tempat yang biasanya dijadikan untuk observasi awal bulan Kamariah di
Indonesia. Di antara tempat observasi yang terkenal antara lain: (1) Boscha ITB Lembang Kabupaten Bandung, Jawa Barat, (2) POB Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, (3) Pos Observasi Tanjung Kodok, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, (4) Menara ITC Bulevart Menado, Sulawesi Utara, (5) Pantai Jerman Kute Denpasar Bali, (6) Pos Observasi Lemong Krui Lampung Barat, (7) Menera Mesjid Agung Jawa Tengah Semarang, dan (8) Pos Observasi Lhoknga Aceh.
18http://www.surya.co.id/2011/07/31/nu-jatim-lihat-hilal-di-gresik-bangkalan, diakses pada 25 April 2012.
19 Antara lain, Tanjungkodok Lamongan, Bukit Condro Gresik, Pantai Serang Blitar, Pantai Ambet, dan Pasean Pamekasan, Pantai Gebang Bangkalan, Pantai Nambangan Kenjeran Surabaya, Pantai Selatan Malang, Pantai Giliketapang Probolinggo, Pantai Plengkung Banyuwangi, Pantai Pasir Putih Situbondo. http://berita.liputan6.com/read/346649/nu-jatim-siapkan-sebelas-lokasi-rukyat. Diakses pada 25 April 2012.
20 Tim dari Pantai Gili-Probolinggo melihat hilal sekitar pukul 17.32 WIB. Sedangkan tim di Bukit Condrodipo Gresik melihat hilal pukul 17.46 WIB. Data ini kami unduh dari http://ramadan.detik.com/read/2010/08/10/184520/1417688/631/hilal-terlihat-di-gresik-dan-probolinggo pada 27 Februari 2012, 11:03.
6
Badan Hisab dan Rukyat Jawa Timur tidak melihat hilal pada penetapan
awal Ramadhan 1429 H / 2008 M di Tanjung Kodok. Hal ini disebabkan karena
cuaca mendung. Demikian dikatakan Anggota Badan Hisab dan Rukyat Jatim
Sriyatin Sodik. Namun demikian, Sriyatin mengatakan bahwa hilal berhasil
terlihat di wilayah Bangkalan, di mana berdasarkan laporan lima orang yang telah
disumpah berhasil melihat hilal di wilayah Bangkalan Madura, Jawa Timur.21
Demikian juga dari data yang penulis peroleh dari Depag Gresik bahwa pada
penetapan awal Ramadhan 1429 tersebut di Bukit Codrodipo hilal dapat terlihat
oleh tiga syahid (perukyat).22
Pada penetapan awal Ramadhan 1430 H / 2009 M tim Hisab dan Rukyat
Departemen Agama Lamongan juga gagal melihat hilal di Tanjung Kodok.
Menurut Kepala Depag Lamongan, Kusaiyin Wardani hilal tidak terlihat karena
adanya beberapa kondisi antara lain karena tertutup awan, dan cuaca mendung
serta kabut tebal. Selain itu posisi hilal masih dibawah ufuk, yaitu -1 hingga 2
derajat. Secara teori jika bulan berada di posisi ini tidak bisa terlihat.23 Demikian
juga di Condrodipo, tidak ada perukyat yang berhasil melihat hilal awal bulan
Ramadhan 1430 H. Tim Rukyat tidak melihat hilal karena ketinggian hilal tidak
mungkin di lihat mata telanjang. Jadi, Bulan Sya’ban di istikmalkan menjadi 30
hari.
21Data diakses dari http://www.elshinta.com/v2003a/readnews.htm?id=56219, pada : Rabu 25 April 2012. 22 Ketiga syahid (perukyat ) tersebut adalah Muhyiddin Bin KH. Hasan Basri Said (28), Muhammad Inwanuddin Bin H. Muh. Khudori (32), dan M. Sholahuddin Bin KH M. Kamil Khayan (41). Data ini kami peroleh dari dokumen laporan hasil rukyat di Tanjung Kodok 1429 H / 2008 M. 23 Data diakses dari http://surabaya.detik.com/read/2009/08/20/181141/1186692/475/tim-rukyat-tak-melihat-bulan-di-tanjung-kodok, pada : Rabu 25 April 2012.
7
Pada pelaksanaan rukyat al-hilal Rajab 1432 H di Tanjung Kodok, yang
dipimpin dan dipandu langsung oleh M. Khoirul Anam selaku Ketua LFNU
Lamongan hilal tidak pula dapat dilihat. Dengan seksama seluruh peserta
memusatkan pandangan mata menuju ke arah (Azimuth) hilal, sambil berharap
semoga hilal kali ini bisa terlihat. Tetapi ketika detik-detik rukyat dilaksanakan
cuaca di sekitar lokasi sangat tidak mendukung. Mendung tipis bahkan mendung
tebal bertebaran di angkasa. Dan tepat di arah (Azimuth) hilal ternyata mendung
tidak juga hilang dan menyingkir, meski angin terasa begitu kencang berhembus.
Tepat pukul 17:42 WIB pelaksanaan rukyat ditutup dengan kesimpulan bahwa
rukyat al-hilal awal bulan Rajab 1432H di Tanjung Kodok Lamongan tidak
berhasil melihat hilal.24
Hilal awal bulan Rajab 1432 H berhasil terlihat di Balai Rukyat Bukit
Condrodipo Gresik dan Pantai Alam Indah (PAI) Tegal dalam kegiatan rukyat al-
hilal untuk penentuan awal Rajab, bertepatan dengan 29 Jumadil Akhir 1432 H.
Berdasarkan data hisab Lajnah Falakiyah PBNU yang diterbitkan untuk Markaz
Jakarta, posisi hilal memang sangat memungkinkan untuk dilihat. Ijtima’ awal
bulan terjadi pada pukul 14.03 WIB (qablal ghurub), sementara ketinggian hilal
pada saat diadakan rukyat al-hilal sudah mencapai 5 derajat lebih.
Dari pelaksanaan rukyat tahun 2008-2011, pada penetapan awal
Ramadhan di Tanjung Kodok belum pernah sekalipun berhasil melihat hilal.25
Sedangkan Condrodipo dari tahun 2008-2011 pada penetapan awal Ramadhan
24Data ini di http://lajnahfalakiyahlamongan.wordpress.com/2011/06/03/pelaksanaan-rukyatul-hilal-rajab-1432-h/. Diakses pada Rabu, 25 April 2012.
25 Informasi penulis peroleh dari data laporan hasil rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok sejak tahun 2008-2011 dari Depag Lamongan, dan juga wawancara dengan M. Khoirul Anam (Kepala Urais Lamongan). Pada Kamis, 12 April 2012 pukul 10:15 WIB.
8
sudah tiga kali berhasil melihat hilal. Yakni pada penetapan awal Ramadhan 1429
H, 1431 H dan 1432 H.26
Tanjung Kodok telah mendapat pengakuan Internasional sebagai tempat
penelitian waktu terjadi gerhana Matahari total pada 11 Juni 1983. Obyek wisata
alam pantai berbatu cadas mirip kodok itu dijadikan lokasi penelitian gejala
astronomi gerhana Matahari total oleh NASA Arnerika Serikat. Dan sejak saat itu
dibangunlah menara rukyat dan pelataran sebagai tempat untuk observasi hilal.27
Menara tersebut yang dipakai oleh umat Islam Indonesia khususnya para
ahli falak Lamongan dan masyarakat untuk melihat bulan khusunya menjelang
masuknya bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Tinggi menara rukyat
tersebut 20 meter dengan posisi tepat di tepi pantai, di atas dataran batu karang
yang tinggi. Setiap tahun banyak astronom muslim dan tim rukyat datang ke sini
untuk melihat hilal atau Bulan sabit sebagai tanda masuknya bulan baru bulan
Kamariah khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.28
Di Gresik, salah satu tempat yang digunakan sebagai observasi atau
rukyat al-hilal berada di Bukit Condrodipo, Desa Kembangan, Kecamatan
Kebomas. Balai rukyat ini berdiri diatas bukit disamping makam Mbah
Condrodipo. Balai rukyat ini juga dilengkapi dengan busur besar (diameter 6
meter) sebagai petunjuk mata angin. Koordinat balai rukyat ini 7°10'10" LS, 112°
26 Informasi penulis peroleh dari data laporan hasil rukyat yang dilakukan di Condrodipo
sejak tahun 2008-2011 dari Depag Gresik, dan juga wawancara dengan bapak Zaeni, M.Ag (Kepala Urais Gresik). Pada Jum’at, 13 April 2012 pukul 13:15 WIB.
27Diakses dari http://nyangko.wordpress.com/2011/04/13/tempat-wisata-di-lamongan-jawa-timur/, http://jelajah-nesia.blogspot.com/2012/05/batu-kodok-di-pantai-lamongan.html, data diakses pada Senin, 21 Mei 2012. 28Data ini penulis peroleh dari http://baltyra.com/2009/10/31/legenda-tanjung-kodok/#ixzz1skOUpDLy, pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 13:56 WIB.
9
37' 2" BT menurut Google earth, akan tetapi berdasarkan pengukuran GPS pada
awal pembangunannya, posisi balai rukyat ini 7° 10' 11.1" LS, 112° 37' 2.5" BT
dengan ketinggian 120 meter dari permukaan laut. Di tempat inilah diadakan
rukyat pada setiap akhir bulan Hijriyah terutama menjelang Ramadhan, Syawal,
dan Dzulhijjah.29
Dari data dan informasi yang penulis peroleh dari M. Khoirul Anam
(Kepala Urais Depag Lamongan) rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok belum
pernah berhasil melihat hilal. Akan tetapi rukyat tetap dilakukan disana karena
tempat ini memiliki nilai historis dan sudah ditetapkan oleh Kementrian Agama
sebagai tempat rukyat al-hilal setiap tahun untuk daerah Lamongan, dan
laporannya akan dijadikan pertimbangan pada sidang isbat penentuan awal bulan
Kamariah khususnya penetapan tanggal 1 Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Sedangkan di Condrodipo, setiap rukyat al-hilal yang dilakukan di sana sering
berhasil.
Alasan penulis ingin melakukan penelitian di pantai Tanjung Kodok
Lamongan dan bukit Condrodipo Gresik adalah ingin mengetahui bagaimana
rukyat yang dilakukan di dua tempat tersebut apakah benar di Pantai Tanjung
Kodok jarang berhasil melihat hilal sedangkan di Bukit Condrodipo sering
berhasil. Kemudian penulis bandingkan antara keduanya yang kami lihat dari sisi
letaknya yang jauh dari ufuk dan dekat dari ufuk dan bagaimana tingkat
keberhasilan rukyat yang dilakukan di dua tempat tersebut. Bagaimana bisa dua
29 Diperoleh dari http://wikimapia.org/8971687/id/Balai-Rukyat-LFNU-Gresik-Condrodipo, pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 15:41 WIB.
10
tempat yang letaknya tidak berjauhan tetapi tingkat keberhasilan rukyatnya sangat
ekstrim.
Seberapa besar tingkat keberhasilan rukyat yang dilakukan di Pantai
Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo. Apakah ada korelasi antara lokasi rukyat
dengan tingkat keberhasilan rukyat. Penulis membatasi penelitian ini dari tahun
2008-2011 agar penelitian ini bisa mendalam dan tidak terlalu meluas. Dari data
yang ada akan penulis telusuri dari sudut ketinggian hilal, apakah perbedaannya
terlalu signifikan sehingga berpengaruh pada terlihat dan tidak terlihatnya hilal.
Ataukah ada faktor lain yang menyebabkan berhasil dan tidaknya rukyat yang
dilakukan di dua tempat tersebut.
Dari data yang ada dan pelaksanaan rukyat yang telah dilakukan sejak
tahun 2008-2011 sebagai pijakan awal bagaimana rukyat yang sebelumnya telah
dilakukan sehingga untuk pelaksanaan rukyat yang akan datang bisa dipersiapkan
agar rukyat bisa memungkinkan berhasil.
Selain itu penulis juga ingin tahu sejarah awal pemakaian dua tempat
tersebut. Kenapa kedua tempat tersebut selalu digunakan sebagai tempat observasi
untuk penentuan awal bulan. Sebenarnya apa yang mempengaruhi sehingga tidak
semua tempat rukyat bisa mudah melihat hilal. Apakah ada kriteria tertentu atau
harus ditempat tertentu agar hilal mudah dilihat. Pertanyaan-pertanyaan itulah
yang mendorong penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk skripsi
dengan judul “Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung
Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008 – 2011”.
11
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dan untuk
membatasi agar skripsi lebih spesifik dan tidak terlalu melebar, maka dapat
dikemukakan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini.
Pokok-pokok permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Apa faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keberhasilan rukyat di Pantai
Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo?
2. Apa kelebihan dan kekurangan rukyat yang dilakukan di Pantai Tanjung
Kodok dan Bukit Condrodipo?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan di atas, maka dalam menyusun skripsi ini
ada beberapa tujuan yang hendak dicapai penulis antaranya:
1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keberhasilan
rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok dan Bukit Codrodipo tahun 2008-
2011.
2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan rukyat yang dilakukan di
Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo.
D. Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat diketahui penyebab kegagalan rukyat yang dilakukan di
Tanjung Kodok yang telah dibandingkan dengan Bukit Condrodipo.
12
2. Diharapkan dapat memberi kontribusi dan pemahaman terhadap para pihak
atau tim rukyat tentang faktor yang harus dipersiapkan dan jika ada kesalahan
bisa diperbaiki agar rukyat diharapkan bisa berhasil.
3. Dari sisi akademis kegunaan penelitian di samping berguna bagi
pengembangan ilmu penulis juga dapat bermanfaat bagi peneliti-peneliti yang
akan datang. Pentingnya hasil penelitian ini bagi peneliti-peneliti yang akan
datang terutama terletak pada sisi ketersediaan data awal, karakteristik
termasuk masalah-masalah yang belum mendapatkan analisis yang fokus.
E. Telaah Pustaka
Permasalahan penentuan awal bulan Kamariah merupakan satu hal yang
sampai saat ini menimbulkan banyak persepsi dan perbedaan. Beragam kitab
karya ulama falak yang muncul dan menjadi acuan dalam penentuan awal bulan
Kamariah ini, yang diantara kitab-kitab falak itu ada yang diangkat ke dalam
tulisan berupa penelitian atas pemikiran tokoh yang mengarang kitab tersebut.
Penulis kemudian menemukan bahwa hampir setiap buku falak secara
umum di dalamnya terdapat salah satu bab yang menjelaskan tentang rukyat al-
hilal. Diantara buku-buku tersebut adalah Fiqh Hisab Rukyah karya Ahmad
Izzuddin30. Yang mana di dalamnya diuraikan; diantaranya adalah penentuan awal
bulan Kamariah dengan menggunakan metode rukyat al-hilal. Kemudian Ilmu
Falak (Dalam Teori dan Praktek) karya Muhyiddin Khazin31. yang menjelaskan
diantaranya bagaimana seharunya dilakukan rukyat dan persiapan yang harus
30 Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, Jakarta: Erlangga, 2002, hlm. 8. 31 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit., hlm. 8.
13
dilakukan agar maksud dan tujuan pelaksanaan rukyat al-hilal dapat tercapai
secara optimal. Kemudian Almanak Hisab Rukyat karya Badan Hisab dan Rukyat
Departemen Agama yang didalamnya terdapat penjelasan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi rukyat al-hilal.32
Selayang Pandang Hisab Rukyat yang diterbitkan oleh DIK Ditjen Bimas
Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, berisi tentang artikel-artikel
tentang Hisab Rukyat dan Permasalahannya, Teknologi Hisab Rukyat,
Mekanisme Penentuan Awal Bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.33
Pedoman Tehnik Rukyat, di dalamnya terdapat pengertian, dasar hukum, dan
peranan rukyat, persiapan dan pelaksanaan rukyat, serta laporan hasil rukyat.34
Mengkompromikan Rukyat dan Hisab karya Tono Saksono, yang
mengupas tentang bagaimana kesulitan dalam melaksanakan rukyat. Makalah
Ahmad Ghazalie Masroeri yang berjudul Rukyat al-hilal Pengertian Dan
Aplikasinya, yang diuraikan tentang pengertian, sistem, dan penentuan awal bulan
Kamariah yang didasarkan pada rukyat.35
Ada beberapa penelitian yang berhubungan dengan masalah rukyat al-
hilal dan bulan Kamariah yang ditinjau dari berbagai segi. Seperti Oki Yosi yang
mengangkat skripsi dengan judul Studi “Analisis Hisab Rukyat Lajnah Falakiyah
Al Husiniyah Cakung Jakarta Timur Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah
(Studi Kasus Penetapan Awal Syawal 1427 H / 2006 M)” yang mengungkap
32 Badan Hisab dan Rukyat Dep. Agama, loc. cit.
33 Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyat, Jakarta: DIK Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2004. 34 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Tehnik Rukyat, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995.
35 Ahmad Ghazalie Masroeri loc.cit.
14
metode hisab rukyat yang digunakan oleh Lajnah Falakiyah Al Husiniyah serta
analisis terhadap metode hisab rukyat Lajnah Falakiyah Al Husiniyah. Tujuan
penelitian skripsi ini adalah mengungkap metode hisab rukyat yang digunakan
oleh Lajnah Falakiyah Al Husiniyah serta analisis terhadap metode hisab rukyat
Lajnah Falakiyah Al Husiniyah.36
Thomas Djamaluddin dengan Analisis Visibilitas Hilal Untuk Usulan
Kriteria Tunggal di Indonesia yang membahas tentang beberapa alternatif kriteria
berdasarkan analisis data rukyat di Indonesia dan Internasional untuk digunakan
sebagai dasar penyusunan kriteria tunggal hisab rukyat di Indonesia. Di dalamnya
dijelaskan mengenai Kriteria visibilitas hilal, baik kriteria visibilitas hilal
Internasional maupun kriteria visibilitas hilal Indonesia, serta Kriteria Hisab-
Rukyat Indonesia.37 Ada pula makalah Muh. Ma’rufin Sudibyo “Mengenal Lebih
Lanjut Kriteria Visibilitas Hilal Indonesia”, yang menjelaskan tentang kriteria
imkanur rukyat dan kelemahannya, basis data visibilitas hilal Indonesia dan
kriteria RHI, serta evaluasi dan justifikasi terhadap kriteria RHI.38
Penelitian Muh. Ma’rufin Sudibyo yang berjudul “Data Observasi Hilal
2007–2009 di Indonesia”, membahas tentang tahap awal dari upaya menuju
kalender Hijriah tunggal di Indonesia, yang dimulai dari langkah paling awal,
yakni pengumpulan data observasi, analisis dan penarikan kesimpulan secara
36 Oki Yosi, Studi Analisis Hisab Rukyat Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Cakung Jakarta Timur Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah (Studi Kasus Penetapan Awal Syawal 1427 H / 2006 M), Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2011.
37 Thomas Djamaluddin, Matahari dan Lingkungan Antariksa, Jakarta: Dian Rakyat, cet. IV, 2010, hlm. 67 – 76. 38 Muh. Ma’rufin Sudibyo, Variasi Lokal dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia pada 2007–2009. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV Himpunan Fisika Indonesia, Purwokerto, 9 April 2011. Lihat pula pada http://iix.server.kafeastronomi.com, Sabtu, 26 Mei 2012, 11:01 WIB.
15
empiris. Di dalamnya dibahas bagaimana kampanye observasi Bulan sebagai hilal
telah berlangsung sejak 2007 tahun silam dan masih berlanjut hingga kini,
bagaimana prosedur operasional pelaksanaan observasi dan data–data yang
diperoleh hingga membentuk Basis Data Visibilitas Indonesia (BDVI) serta
perbandingannya dengan basis data internasional yang telah terseleksi, serta
bagaimana analisis yang telah dilakukan terhadap basis data ini, yang
menghasilkan usulan kriteria visibilitas Indonesia serta usulan definisi hilal secara
kuantitatif. 39
Dari telaah pustaka tersebut, menurut penulis belum ada kajian ilmiah
atau skripsi yang membahas secara spesifik tentang Tingkat Keberhasilan Rukyat
Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur
Tahun 2008 - 2011.
F. Metodologi Penelitian
Berdasar pada kajian diatas, penulis akan menggunakan metode
penelitian yang dianggap relevan guna mendukung upaya mengumpulkan dan
menganalisis data-data yang dibutuhkan dalam skripsi ini.
1. Jenis Penelitian
Peneletian ini merupakan jenis penelitian kualitatif40, sehingga metode
penelitiannyapun menggunakan metode kualitatif. Hal ini disebabkan karena
39 Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyat al-hilal Indonesia, Data Observasi Hilal 2007–2009 di Indonesia, Yogyakarta, 2012. 40 Analisis Kualitatif pada dasarnya lebih menekankan pada proses dekuktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. Lihat dalam Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet-5, 2004, hlm. 5.
16
dalam penelitian ini hasil penelitian lebih berkenaan dengan interprestasi
terhadap data yang ditemukan.
Selain itu, penelitian ini juga tergolong pada jenis penelitian
kepustakaan (Library Research) karena dalam penelitian ini penulis akan
melakukan penelitian dengan menelaah data-data dan dokumen hasil rukyat
yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo untuk
mengetahui bagaimana rukyat yang dilakukan di dua tempat tersebut dari tahun
2008-2011.
Selain data-data dan dokumen hasil rukyat yang diteliti sebagai
sumber utama peneliti juga melakukan penelitian dengan menelaah bahan-
bahan pustaka, baik berupa buku, ensiklopedi, jurnal, majalah dan sumber
lainnya yang relevan dengan topik yang dikaji.41
2. Sumber Data
Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan, ada dua jenis data yang
menjadi sumber penelitian ini, yakni data primer dan sekunder.
1) Sumber Data Primer
Data primer42 ini merupakan data yang berasal langsung dari sumber
data yang dikumpulkan dan juga berkaitan dengan permasalahan yang
diteliti. Sumber primer dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen hasil
rukyat al-hilal yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit
Condrodipo. Serta hasil wawancara dengan Ketua Lajnah Falakiyah
41 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali, 1986, hlm. 15.
42 Data Primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya. Lihat di Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta “: Grafindo Persada,1995) Cet ke II, hlm. 84-85.
17
Lamongan dan Ketua Lajnah Falakiyah Gresik yang telah mengikuti rukyat
di dua tempat tersebut.
2) Sumber Data Sekunder
Data sekunder43 adalah data-data pendukung atau tambahan yang
merupakan pelengkap dari data primer di atas. Data sekunder ini penulis cari
dari buku-buku, artikel-artikel, karya ilmiah yang dimuat dalam media
massa seperti majalah dan surat kabar, serta jurnal ilmiah maupun laporan –
laporan hasil penelitian dan data-data yang diterbitkan oleh lembaga-
lembaga pemerintah tentang rukyat al-hilal yang pernah dilakukan di dua
tempet tersebut.
3. Metode pengumpulan data
a. Dokumentasi
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti meneliti dan
manganalisis dokumen hasil rukyat al-hilal yang dilakukan di Pantai
Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dan benda-benda tertulis seperti
buku-buku yang berhubungan dengan rukyat al-hilal. Teknik ini digunakan
untuk mengetahui bagaimana rukyat yang telah dilakukan di dua tempat
tersebut dan bagaimana hasilnya.
b. Wawancara
Dalam metode interview ini, penulis mengadakan wawancara dengan
Ketua Badan Hisab Rukyat Lamongan dan Gresik dan Ketua Lajnah
Falakiyah yang biasa melakukan rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit
43 ibid.
18
Condrodipo. Wawancara terhadap ketua dan pengurus ini bertujuan
mendapatkan data mengenai rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok dan
Condrodipo dan metode apa yang digunakan.
Wawancara juga dilakukan terhadap pakar falak di luar Lajnah
falakiyah untuk mendapatkan informasi sehubungan dengan penelitian ini.
Serta BMKG untuk mengetahui bagaimana kondisi klimatologi pada waktu
rukyat dilakukan di Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dari tahun 2008-
2011. Wawancara ini dilakukan untuk mendukung data primer yakni
dokumen hasil rukyat, ssehingga informasi yang belum penulis dapatkan
dari dokumen tersebut akan penulis peroleh dari hasil wawancara ini.
4. Metode Analisis Data
Dalam menganalisa data penulis akan menganalisis dengan
menggunakan metode deskriptif serta metode analisis komparatif. Setelah data-
data yang dibutuhkan terpenuhi, kemudian data-data tersebut diolah dan
dianalisis bersamaan dengan proses penyajiannya dengan metode deskriptif-
analitik,44 metode yang akan menggambarkan sifat atau keadaan yang
dijadikan objek dalam penelitian, dan juga menganalisis keadaan tersebut.
Selain itu penulis juga menggunakan analisis komparatif, dalam hal
ini penulis akan mengkomparasikan antara Pantai Tanjung Kodok dan Bukit
Condrodipo. Analisis ini diperlukan untuk mengetahui bagaimana rukyat yang
dilakukan di Tanjung Kodok tidak berhasil sedangkan di Condrodipo berhasil
melihat hilal. Faktor apa yang mempengaruhi perbedaan tersebut, apakah dari
44 Analisis yang bertujuan untuk memberikan diskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data dari variable yang diperoleh dari mazhab subjek yang diteliti dan tidak dimaksud untuk menguji hipotesis. Saifuddin Azwar, op.cit., hlm. 126.
19
metode yang digunakan,alat, perukyat atau cuaca, atau ada faktor lain sehingga
di Tanjung Kodok hilal tidak dapat dilihat tetapi di Condrodipo berhasil dilihat.
Adapun alur kerja dari penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 1.1 Alur Kerja Penelitian
Gambar 1.1 Alur Kerja Penelitian
G. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri atas tiga bagian besar pertama bagian muka meliputi
halaman judul skripsi, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto, persembahan,
deklarasi, abstrak, kata pengantar dan daftar isi.
Bagian kedua adalah bagian isi terdiri atas 5 bab dengan masing-masing
sub bab permasalahan. Bab I berupa pendahuluan meliputi latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah
pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Sumber Data Tehnik:
1. Data primer; dokumen hasil rukyat. 2. Data Sekunder; buku-buku, artikel-artikel, karya ilmiah selain data primer.
1. Deskriptif; menggambarkan sifat atau keadaan. 2. Komparatif; mengkomparasikan antaraTanjung Kodok dan Bukit
Analisis
1.Dokumentasi; dokumen hasil. rukyat 2. Wawancara; Ketua BHR, Lajnah Falakiyah,
1. Tingkat keberhasilan rukyat yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Codrodipo tahun 2008-2011. 2. Faktor yang menyebabkan perbedaan hasil rukyat antara Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo. 3. Kriteria yang dibutuhkan untuk keberhasilan rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo.
Hasil
20
Berikutnya bab II yaitu mengenai landasan teori yang memuat sekilas
penjelasan tentang rukyat al-hilal, penafsiran dan pendapat para ulama’ tentang
rukyat al-hilal, pelaksanaan rukyat al-hilal di Indonesia, serta problematika rukyat
al-hilal.
Bab III mengenai kondisi geografis dan klimatologis Pantai Tanjung
Kodok dan Bukit Condrodipo, sejarah tentang pelaksanaan rukyat al-hilal di
Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo. Pada bab ini juga akan dipaparkan
data hasil rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dari tahun 2008-
2011.
BAB IV merupakan pokok daripada pembahasan penulisan skripsi ini
yakni meliputi analisis faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat keberhasilan
rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo tahun 2008-2011. Dan
analisis kelebihan dan kekurangan rukyat yang dilakukan di Pantai Tanjung
Kodok dan Bukit Condrodipo.
Terakhir adalah Bab V berupa penutup. Dalam penutup ini dipaparkan
kesimpulan, saran-saran dan kata penutup. Dan pada bagian ketiga adalah
lampiran-lampiran yang menerangkan dan mendukung data-data pada skripsi ini,
baik berupa surat keterangan, foto-foto, maupun data hasil wawancara dan lain-
lain.
21
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG RUKYAT AL-HILAL
A. Pengertian Rukyat al-hilal
Rukyat al-hilal terdiri dari dua kata dalam bahasa Arab, yakni rukyat
dan hilal. Rukyat ditinjau dari segi epistimologi terkelompokkan menjadi dua
pendapat
1, yaitu:
1. Kata rukyat adalah masdar dari kata ra’a yang secara harfiah diartikan
melihat dengan mata telanjang.
2. Kata rukyat adalah masdar yang artinya penglihatan, dalam bahasa inggris
disebut vision yang artinya melihat, baik secara lahiriah maupun batiniah.
Kata ‘rukyat’ menurut bahasa berasal dari kata ra’a- yara- ra’yan-
ru’yatan, yang bermakna melihat, mengira, menyangka, menduga2 dan ى��
.berarti berusaha melihat hilal ا���ل
Kata “ra’a” di sini bisa dimaknai dengan tiga pengertian. Pertama,
ra’a yang bermakna “abshoro” artinya melihat dengan mata kepala (ra’a bil
fi’li ), yaitu jika objek (maf’ul bih) menunjukkan sesuatu yang tampak (terlihat).
Kedua, ra’a dengan makna “’alima / adroka” artinya melihat dengan akal
pikiran (ra’a bil ‘aqli ) yaitu untuk objek yang berbentuk abstrak atau tidak
1 Burhanuddin Jusuf Habibie, Rukyah dengan Teknologi, Jakarta: Gama Insani Press, hlm. 14.
2 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawir, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, cet. XIV, hlm. 494 – 495.
22
mempunyai objek. Ketiga, ra’a bermakna “dzonna / hasiba” artinya melihat
dengan hati (ra’a bil qolbi) untuk objek (maf’ul bih) nya dua.3
Beberapa pemaknaan tersebut kemudian memunculkan interpretasi
yang sudah tidak asing lagi bagi kita, yaitu istilah ra’a bil fi’li, ra’a bil aqli dan
ra’a bil qalbi. Ra’a bil fi’li berarti melihat hilal secara langsung (rukyat),
sedangkan ra’a bil ‘aqli menentukan hilal dengan hisab (menentukan awal
bulan dengan perhitungan matematis), dan ra’a bil qolbi adalah menentukan
awal bulan dengan intuisi (perasaan) tanpa menggunakan perhitungan atau
melihat hilal.
Hilal dalam bahasa Arab adalah kata isim yang terbentuk dari 3 huruf
asal, yaitu ha-lam-lam ( ل -ل -هـ ), sama dengan asal terbentuknya fi’il (kata
kerja) ,Hilal (jamaknya ahillah) artinya bulan sabit .اه dan tashrif-nya ه
suatu nama bagi cahaya bulan yang nampak seperti sabit. dalam اه dan ه
konteks hilal mempunyai arti bervariasi sesuai dengan kata lain yang
mendampinginya yang membentuk isthilahi (idiom). Bangsa Arab sering
mengucapkan :
.artinya bulan sabit tampak اه ا���ل dan ه ا���ل •
• .artinya seorang laki-laki melihat/memandang bulan sabit ه ا���
.artinya orang banyak teriak ketika melihat bulan sabit اه ا���م ا���ل •
.artinya bulan (baru) mulai dengan tampaknya bulan sabit ه ا��ــ�� •
3 Pendapat Ahmad Ghazalie Masroerie dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi hisab Rukyah tahun 2008 yang diselenggarakan oleh Badan Hisab Rukyah departemen Agama RI tentang Rukyat al-Hilal, Pengertian dan Aplikasinya, 27-29 Februari 2008, hlm. 1-2.
23
Jadi menurut bahasa Arab, hilal adalah bulan sabit yang tampak pada
awal bulan dan dapat dilihat.4
Dalam Kamus Ilmu Falak disebutkan, hilal atau ”bulan sabit” yang
dalam astronomi disebut crescent adalah bagian Bulan yang tampak terang dari
Bumi sebagai akibat cahaya Matahari yang dipantulkan olehnya pada hari
terjadinya ijtima’ sesaat setelah Matahari terbenam. Apabila setelah Matahari
terbenam, hilal tampak, maka malam itu dan keesokan harinya merupakan
tanggal satu bulan berikutnya5.
Apabila kata rukyat dan hilal dengan artinya tersebut digabungkan,
maka arti rukyat al-hilal adalah pengamatan dengan mata kepala terhadap
penampakan Bulan sabit sesaat setelah Matahari terbenam di hari telah
terjadinya ijtima’ (konjungsi).6 Muhyidin Khazin mendefinisikan rukyat al-
hilal sebagai suatu kegiatan atau usaha melihat hilal atau Bulan sabit di langit
(ufuk) sebelah Barat sesaat setelah Matahari terbenam menjelang awal bulan
baru khususnya menjelang bulan Ramadan, Syawal dan Dzulhijjah untuk
menentukan kapan bulan baru itu dimulai.7
4 ibid. 5 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005, cet. I, hlm. 30. 6 Ahmad Ghazalie Masroeri, op.cit., hlm. 4. 7 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, t.t, cet. IV, hlm. 173. Definisi hilal bisa beragam karena itu bagian dari riset ilmiah, semua definisi itu semestinya saling melengkapi satu dengan lainnya. Bukan dipilih definisi parsial, tapi hilal harus didefinisikan dengan suatu definisi yang komprehensif. Misalnya, definisi lengkap yang dirumuskan sebagai berikut: hilal adalah bulan sabit pertama yang teramati di ufuk Barat sesaat setelah Matahari terbenam, tampak sebagai goresan garis cahaya yang tipis, dan bila menggunakan teleskop dengan pemroses citra bisa tampak sebagai garis cahaya tipis di tepi bulatan Bulan yang mengarah ke Matahari. Dari data-data rukyat al-hilal jangka panjang, keberadaan hilal dibatasi oleh kriteria hisab tinggi minimal sekian derajat bila jaraknya dari Matahari sekian derajat dan beda waktu terbenam Bulan-Matahari sekian menit serta fraksi iluminasi sekian prosen. T Djamaluddin, Redefinisi Hilal menuju Titik Temu Kalender Hijriyyah, http://t-djamaluddin.space.live.com
24
Pengertian rukyat al-hilal menurut syara’ adalah kesaksian hilal
dengan mata kepala setelah terbenamnya Matahari pada hari ke dua puluh
sembilan menjelang bulan baru Hijriah, dari orang yang beritanya dapat
dipercaya dan kesaksiannya dapat diterima. Kesaksian orang tersebut dijadikan
sebagai pedoman penetapan masuknya bulan baru.8 Dalam Kamus Ilmu Falak
disebutkan, rukyat al-hilal adalah usaha melihat atau mengamati hilal di tempat
terbuka dengan mata telanjang atau peralatan pada sesaat Matahari terbenam
menjelang bulan baru Hijriah.9
Dari sekian banyak definisi yang ada, dapat ditarik kesimpulan bahwa
rukyat al-hilal adalah kegiatan melihat (mengamati) Bulan baru dengan mata
telanjang atau peralatan yang dilaksanakan pada tanggal 29 bulan Kamariah
yang sedang berjalan pada saat Matahari terbenam di ufuk Barat di hari telah
terjadinya ijtima’ (konjungsi).
Sampai saat ini, rukyat yang selalu diperhatikan adalah rukyat untuk
menentukan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah. Dua bulan pertama
berkaitan dengan ibadah puasa dan hari raya Idul Fitri, sedangkan yang ketiga
berkaitan dengan ibadah Haji. Keberhasilan rukyat sendiri sangatlah
bergantung pada kondisi ufuk sebelah Barat saat Matahari terbenam. Selain itu,
ketajaman mata juga mempengaruhi hasilnya.
8 Abu ‘Umar, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, juz I, hlm. 7597. 9 Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, op.cit., hlm. 69.
25
B. Dasar Hukum Rukyat al-hilal
Rukyat sebagai dasar penentuan awal bulan Kamariah, khususnya
awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah didasarkan atas pemahaman
bahwa nash-nash tentang rukyat itu bersifat ta’abbudi. Dasar hukum rukyat al-
hilal ada dua, yaitu dasar hukum al-Quran dan dasar hukum al-Hadis.
1. Dasar Hukum al-Qur’an:
a. Surat al-Baqarah ayat 185
Dalam ayat berikut ini, Allah swt menyatakan bahwa barang
siapa yang menyaksikan masuknya bulan wajib untuk melakukan
puasa.
ã� öκy− tβ$ ŸÒ tΒ u‘ ü“Ï%©!$# tΑÌ“Ρé& ϵŠÏù ãβ#u ö� à)ø9 $# ”W‰èδ Ĩ$ ¨Ψ=Ïj9 ;M≈oΨÉi�t/uρ z ÏiΒ
3“y‰ßγ ø9 $# Èβ$ s%ö�à�ø9 $#uρ 4 yϑsù y‰Íκy− ãΝä3ΨÏΒ t� öꤶ9 $# çµôϑÝÁ uŠù=sù ( tΒ uρ tβ$Ÿ2
$ ³ÒƒÍ÷s∆ ÷ρr& 4’ n?tã 9� x�y™ ×Ïèsù ôÏiΒ BΘ$ −ƒ r& t� yzé& 3 ߉ƒ Ì� ムª!$# ãΝà6Î/ t� ó¡ãŠø9 $# Ÿωuρ
߉ƒ Ì� ムãΝà6 Î/ u�ô£ãè ø9 $# (#θ è=Ïϑò6 çGÏ9 uρ nÏè ø9 $# (#ρç�Éi9 x6 çGÏ9 uρ ©!$# 4† n? tã $ tΒ
öΝä31 y‰yδ öΝà6 ¯=yès9 uρ šχρã� ä3ô±n@
Artinya: (Beberapa hari yang ditentukan itu adalah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
26
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (Q.S al-Baqarah: 185).10
Sebagian mufassir memahami ayat ini dengan “barang siapa di
antara kamu melihat hilal di bulan Ramadhan maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu”. Al-Maraghi dalam tafsirnya memaknai ayat
ini dengan “Barang siapa menyaksikan masuknya bulan Ramadhan
dengan melihat hilal sedang ia tidak bepergian, maka wajib
berpuasa”.11
b. Surat al-Baqarah ayat 189
š�tΡθ è=t↔ó¡o„ Ç tã Ï' ©#Ïδ F{$# ( ö≅è% }‘Ïδ àM‹Ï%≡ uθ tΒ Ä¨$ ¨Ψ=Ï9 Ædkys ø9 $#uρ 3 }§øŠs9 uρ •�É9 ø9 $# βr' Î/
(#θ è?ù' s? šVθãŠç6 ø9 $# ÏΒ $ yδ Í‘θ ßγ àß £ Å3≈ s9 uρ §�É9 ø9 $# ÇtΒ 4†s+?$# 3 (#θ è?ù&uρ šVθã‹ ç7ø9 $# ôÏΒ
$ yγ Î/≡ uθö/r& 4 (#θ à)?$#uρ ©!$# öΝà6=yès9 šχθßs Î=ø�è?
Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang Bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu adalah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.(Q.S. al-Baqarah : 189).12
Ada dua hal yang dapat dipahami dari ayat ini. Pertama,
adanya rukyat sebelum ayat ini turun. Sebelum mereka bertanya,
tentunya mereka terlebih dahulu telah melihat hilal. Kedua, fungsi hilal
10 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Jamanatul Ali-ART, 2005, hlm. 23.
11 Ahmad Mustafa Al-Maragi, (ed.), Tafsir Al-Maragi Juz II, diterjemahkan oleh K. Anshori Umar Sitanggal, et al., dari “Tafsir Al-Maragi (Edisi Bahasa Arab)”, Semarang: Toha Putra, 1993, cet. II, hlm. 127.
12 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan terjemahnya, op.cit., hlm. 91.
27
sebagai kalender bagi kegiatan manusia dan ibadah, termasuk ibadah
haji.13
c. Surat Yasiin ayat 39-40
t� yϑs)ø9 $#uρ çµ≈tΡö‘ £‰s% tΑΗ$oΨtΒ 4®L ym yŠ$tã Èβθ ã_ ó�ãèø9 $% x. ÉΟƒÏ‰s)ø9 $# ∩⊂∪ Ÿω ߧôϑ¤±9 $#
Èöt7.⊥ tƒ !$ oλ m; βr& x8Í‘ ô‰è? t� yϑs)ø9 $# Ÿωuρ ã≅ø‹ ©9 $# ß,Î/$ y™ Í‘$ pκ]9 $# 4 @≅ä.uρ ’ Îû ;7n=sù
šχθßs t7 ó¡o„ ∩⊆⊃∪
Artinya: Dan telah Kami tetapkan bagi Bulan manzilah-manzilah,
sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) Kembalilah Dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi Matahari mendapatkan Bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya. (Q.S. Yaasin ayat : 39-40).14
Ayat ini menjelaskan fase-fase Bulan. Pada awal bulan, Bulan
terlihat kecil berbentuk sabit, kemudian sesudah menempati manzilah-
manzilah, Bulan menjadi purnama, kemudian pada manzilah terakhir
kelihatan seperti tandan kering yang melengkung.
d. Surat Yunus ayat 5
uθ èδ “Ï%©!$# Ÿ≅ yèy_ š[ôϑ¤±9 $# [ !$ u‹ ÅÊ t� yϑs)ø9 $#uρ # Y‘θ çΡ …çνu‘ £‰s%uρ tΑΗ$oΨtΒ (#θßϑn=÷ètF Ï9
yŠ y‰tã t ÏΖÅb¡9 $# z>$ |¡ Ås ø9 $#uρ 4 $ tΒ t,n=y{ ª!$# š�Ï9≡sŒ āω Î) Èd,ys ø9 $$ Î/ 4 ã≅Å_Á x�ãƒ
ÏM≈tƒ Fψ$# 5Θöθ s)Ï9 tβθ ßϑn=ôètƒ
Artinya: Dia-lah yang menjadikan Matahari bersinar dan Bulan
bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui
13 A. Ghazalie Masroeri, Rukyatul HilalPengertian dan Aplikasinya, op.cit., hlm. 5. 14 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan terjemahnya, op.cit., hlm. 353.
28
bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.(Q.S. Yunus ayat : 5 ).15
Al-Maraghi dalam tafsirnya jilid 4 halaman 67
mengemukakan, bahwa: “Allah menetapkan perjalanan Bulan pada
orbitnya beberapa manzilah, setiap malam menempati satu manzilah,
tidak akan melampaui dan tidak akan mengurangi manzilah-manzilah
yang telah ditetapkan, yaitu sebanyak 28 (manzilah), pada manzilah-
manzilah itu Bulan terlihat oleh mata, dan satu malam atau 2 malam
Bulan tertutup maka Bulan tidak dapat dilihat.”16
Ayat 5 dari surat yunus ini mengisyaratkan bahwa pengetahuan
tentang bilangan tahun dan hitungan waktu dapat diperoleh setelah
dilakukan rukyat (observasi) terhadap penampakan Bulan pada
manzilah-manzilah-nya selama 28 hari. Ayat ini menunjukkan dan
menghendaki adanya rukyat untuk penentuan waktu dan bilangan
tahun.17
2. Dasar Hukum al-Hadis
a. Hadis riwayat Ibnu Umar
�� ا���� ��� �� ��! "#�� أ&� أ$� ��! "��� أ&� &*� &) أ&( '� ��! ,-�. )�( ا&( 7�� ر8) ا���� ��7��أن� ر$�ل ا���� 3��4 ا���� ���� و$��1 ذآ� (- �#���ل ا����� ه*:ا وه*:ا وه*:ا �1 ��� إ&�- �;��ر#=�ن -=�ب &
�A�" -@�#�ا ��ؤ;<��A�روا �� ا�B�- 1*��� (7Cن أD- �>;�وا ��ؤE-وأ )� �� )1�G# H18)روا
15 ibid., hlm. 531.
16 Ahmad Mustafa Al-Maragi, (ed.), Tafsir Al-Maragi Jus 4, op.cit., hlm. 67.
17 A. Ghazalie Masroeri, Rukyatul HilalPengertian dan Aplikasinya, op.cit., hlm. 6.
18 Maktabah Syamilah, Shahih Muslim, edisi ke-2, juz. V, hlm. 431, hadis ke-1796.
29
Artinya: Bercerita kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah bercerita kepada kami Abu Usamah bercerita kepada Kami Ubaidillah dari Nasi’ bin Umar radiallahu anhu bahwa Rasulullah Saw menuturkan masalah bulan Ramadan sambil menunjukkan kedua tangannya kemudian berkata;bulan itu seperti ini, seperti ini, seperti ini, kemudian menelungkupkan ibu jarinya pada saat gerakan yang ketiga. Maka berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah karena melihat hilal pula, jika terhalang oleh awan terhadapmu maka genapkanlah tiga puluh hari. (HR. Muslim)
b. Hadis riwayat Abu Hurairoh
�ل KL7$ أ&� ه�;�ة ر8) B د�� #�7O� &( ز;� ��! "�L' �� Pدم !�� �� ��!
1$��ل أ&� ا��B ل�B و$��1 أو ���ل ا����)Q 3��4 ا���� ��B � ;��ل�ا���� �
�*1 3��4 ا���� ���� و1��$ #�4�� (R�C نD- �>;�وا ��ؤE-ا ��ؤ;<� وأ�
)� ��ن ��L' آ7��ا ���ةS-)ري�U� )19 رواH ا�
Artinya: Bercerita kepada kami Adam bercerita kepada kami Syu’bah
bercerita kepada kami Muhammad bin Ziyad dia berkata saya menedengar Abu Hurairah dia berkata Nabi Saw bersabda atau berkata Abu Qosim Saw berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah karena melihat hilal pula, jika hilal terhalang oleh awan terhadapmu maka genapkanlah bulan Sya’ban tiga puluh hari. (HR. Bukhori)
Puasa Ramadhan wajib dilakukan dengan melihat hilal
masuknya bulan Ramadhan. Untuk melihat hilal tidak disyaratkan
diseluruh kaum muslim. Namun cukuplah kiranya jika “terlihatnya hilal
benar-benar dapat dibuktikan, sekalipun hanya melalui berita dari
seseorang yang berpredikat adil”. Apabila penglihatan terhalang oleh
19 Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, edisi ke-2, juz. VI, hlm. 481, hadis ke- 1776.
30
awan, baik untuk masuknya bulan Ramadhan ataupun keluarnya, maka
bilangan bulan digenapkan menjadi tiga puluh hari.20
Dari sekian dalil Al-Quran dan Al-Hadis, pokok masalah yang
utama adalah tidak adanya petunjuk operasional yang jelas, rinci, dan
bersifat kuantitatif seperti halnya masalah waris. Tentu ini ada
hikmahnya, ummat Islam ditantang untuk melakukan riset ilmiah untuk
memperjelas, merinci, dan mengkuantitaskan pedoman umum dalam
nash Al-Quran dan Al-Hadis. Sesuai dengan sifat riset ilmiah, tidak ada
yang bersifat benar mutlak untuk selamanya dan di segala tempat.
Semuanya bersifat dinamis.21
C. Pendapat Para Ulama’ tentang Rukyat al-hilal
Ada beberapa pendapat fuqaha dalam cara menetapkan awal
Ramadhan dan Syawal. Pendapat tersebut antara lain melalui rukyat oleh
kelompok besar, adapula yang berpendapat cukup rukyat oleh dua orang
muslim yang adil dan yang lain berpendapat cukup hanya rukyat oleh seorang
lelaki yang adil.22
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa apabila langit cerah, maka
untuk menetapkan awal bulan Hijriah dengan persaksian orang banyak (jumlah
20 Bahrun Abu Bakar, Penjelasan Hukum-Hukum Syariat Islam (Terjemah Ibaanatul ahkam), Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo, 1994, hlm. 1086.
21 T. Djamaluddin, Redefinisi Hilal Menuju Titik Temu Kalender Hijriyah, Dimuat di
Pikiran Rakyat, 20 dan 21 Februari 2004. 22 Wahbah Al-Zuhaily, (ed.), Fiqih Shaum, I’tikaf dan Haji (Menurut Kajian Berbagai Madzhab), diterjemahkan oleh Masdar Helmy, dari “Al-Fiqhul Islamy Wa Adillatuhu”, Bandung: C.V. Pustaka Media Utama, 2006, cet. I, hlm. 31.
31
dan teknisnya diserahkan kepada imam),23 tetapi jika keadaan langit tidak
cerah karena terselimuti awan atau kabut, maka imam cukup memegang
kesaksian seorang muslim yang adil24, berakal dan balig. Imam Malik
berpendapat bahwasanya tidak boleh berpuasa atau berhari raya dengan
persaksian kurang dari dua orang yang adil25. Atas rukyat seperti ini, maka
berpuasa atau berbuka telah berlaku baik bagi orang yang melihatnya atau
orang yang menyampaikan kabarnya, baik keadaan langit berawan atau
cerah.26
Imam Syafi’i dan Hambali berpendapat bahwasanya boleh memulai
puasa berdasarkan persaksian rukyat seorang lelaki, tetapi tidak boleh berhari
raya Idul Fitri berdasarkan persaksian kurang dari dua orang laki-laki.
Dari beberapa uraian tersebut bisa diketahui bahwa Fuqoha’ telah
sependapat bahwa untuk berhari raya Idul Fitri hanya dapat diterima persaksian
dua orang laki-laki.
Jumhur ulama (Hanafi, Maliki, dan Hambali) berpendapat bahwa
penetapan awal bulan Kamariah, terutama awal bulan Ramadhan harus
23 Salah satu syaratnya adalah adanya sekelompok orang, karena objek yang diamati tertuju pada satu titik yang sama sehingga harus dihindari adanya berbagai penghalang. Penglihatan harus mulus serta penuh konsentrasi dalam mencari awal bulan. Rukyat seorang diri kemungkinan akan timbul kekeliruan. Orang yang bersaksi melihat bulan (Ramadhan) menyatakan kesaksiannya dengan kalimat ”saya bersaksi”. Wahbah Al-Zuhaily, op.cit., hlm. 31-32. 24 Orang yang adil (menurut mazhab Hanafi) adalah orang yang kebaikanya lebih banyak dari pada kejelekannya atau walau tidak jelas identitasnya menurut pendapat yang shahih, baik lelaki atau wanita, merdeka atau budak, sebab masalah rukyat adalah masalah agama yang nilainya sama dengan meriwayat hadis. Wahbah Al-Zuhaily, ibid.. 25 Adalah lelaki yang merdeka balig serta berakal, tidak pernah berbuat dosa besar, tidak berbuat dosa kecil yang terus menerus serta tidak melakukan hal-hal yang menodai harga diri. 26 Ketika rukyat dalam keadaan langit tidak jelas, maka puasa Ramadhan tidak wajib dilaksanakan hanya menurut kesaksian seorang yang adil, seorang wanita atau dua orang wanita menurut pendapat yang mashur. Puasa tersebut hanya wajib dilaksanakan oleh yang menyaksikannya saja. Kesaksian itu boleh didasarkan atas kesaksian dua orang adil jika masing-masing beritanya disampaikan oleh dua orang adil atau lainnya dengan tida perlu menggunakan kalimat (aku bersaksi). Wahbah Al-Zuhaily, op.cit., hlm. 32-33.
32
berdasarkan rukyat. Menurut Hanafi dan Maliki apabila terjadi rukyat di suatu
negeri maka rukyat tersebut berlaku untuk seluruh dunia Islam dengan
pengertian selama masih bertemu sebagian malamnya27. Mazhab Syafi’i
berpendirian sama dengan Jumhur, yakni awal Ramadhan ditetapkan
berdasarkan rukyat. Perbedaannya dengan Jumhur adalah bahwa menurut
golongan ini rukyat hanya berlaku untuk daerah atau wilayah yang berdekatan
dengannya, tidak berlaku untuk daerah yang jauh.28
D. Pelaksanaan Rukyat al-hilal di Indonesia
Pelaksanan rukyat al-hilal di Indonesia diyakini sudah dimulai sejak
Islam masuk ke kepulauan nusantara pada abad pertama Hijriah. Hal ini terlihat
dari adanya perintah agama untuk melihat hilal sebelum umat Islam melakukan
ibadah puasa Ramadhan dan Idul Fitri. Koordinasi dan metode pelaksanaan
rukyat, dari masa ke masa mengalami perubahan dan perkembangan baik
dalam hal politik, ilmu pengetahuan dan teknologi.
1. Isbat Dari Pemerintah Dalam Penentuan Awal Ramadhan Dan Syawal
Penetapan (isbat) awal Ramadhan awal Syawal dilakukan oleh
pemerintah berdasakan hasil rukyat al-hilal atau istikmal.29 Garis besar
kaidah-kaidah penentuan awal bulan / isbat oleh pemerintah adalah
sebagai berikut:
27 Misalnya antara Indonesia dan Aljazair yang selisih waktunya antara 5-6 jam. 28 Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyat, Jakarta: DIK Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2004, hlm. 31-32. 29 Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Diterbitkan oleh Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006, hlm. 39.
33
a. Penentuan didasarkan pada rukyat al-hilal, bukan berdasar hasil
perhitungan ilmu hisab.
b. Jika pada tanggal 29 setelah terbenamnya Matahari, tidak terlihat hilal
di atas ufuk, maka hitungan bulan disempurnakan menjadi 30 hari
(Istikmal).
Ketetapan pemerintah (isbat) mempunyai kekuatan hukum yang
berlaku kepada seluruh warga negaranya. Artinya, apabila pemerintah
telah menetapkan kapan jatuhnya hari raya Idul Fitri atau awal Ramadlan,
maka ketetapan tersebut berlaku secara umum. Ketetapan awal bulan oleh
pemerintah harus didasarkan kepada kesaksian dua orang saksi yang dapat
dipercaya, kecuali dalam penentuan awal bulan Ramadlan, maka cukup
dengan satu orang saksi.
2. Persiapan Rukyat
a. Membentuk Tim Pelaksana Rukyat
Agar pelaksanaan rukyat al-hilal terkoordinasi sebaiknya
dibentuk suatu tim pelaksanaan rukyat. Tim rukyat ini hendaknya
terdiri dari unsur-unsur terkait, misalnya Kementerian Agama (sebagai
koordinator), Pengadilan Agama, Organisasi Masyarakat, ahli hisab,
orang yang memiliki ketrampilan rukyah, dll. Selain itu sebuah Tim
rukyat dapat juga dibentuk dari suatu organisasi masyarakat dengan
koordinasi unsur-unsur terkait tersebut.
Lebih lanjut, tim rukyat ini hendaknya terlebih dahulu
menentukan tempat atau lokasi untuk pelaksanaan rukyat dengan
34
memilih tempat yang bebas pandangan mata ke ufuk Barat dan rata,
merencanakan teknis pelaksanaan rukyat dan pembagian tugas tim,
dan mempersiapkan segala sesuatunya yang dianggap perlu.30
b. Alat-Alat yang diperlukan Untuk Rukyat
Beberapa peralatan yang dapat dimanfaatkan untuk membantu
pelaksanaan rukyat di antaranya:
1) Gawang lokasi
Gawang lokasi adalah alat yang dibuat khusus untuk
mengarahkan pandangan ke posisi hilal.31 Alat yang tidak
memerlukan lensa ini diletakkan berdasarkan garis arah mata
angin yang sudah ditentukan sebelumnya dengan teliti dan
berdasarkan data hasil perhitungan tentang posisi hilal.32
2) Binokuler
Binokuler adalah alat bantu untuk melihat benda-benda
yang jauh. Binokuler ini menggunakan lensa dan prisma. Alat ini
berguna untuk memperjelas obyek pandangan. Sehingga bisa
digunakan untuk pelaksanaan rukyat al-hilal.
30 Muhyiddin Khazin, ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit., hlm. 175. 31 Alat ini terdiri dari dua bagian yaitu: tiang pengincar dan gawang lokasi. Untuk mempergunakan alat ini, diharuskan menghitung tentang tinggi dan azimuth hilal dan pada tempat tersebut harus sudah terdapat arah mata angin yang cermat. Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 128-129.
32 Caranya dengan menempatkan alat di depan pengamat saat Matahari terbenam dan pengamat akan melihat terus ke arah bingkai rukyat yang bisa diatur turun mengikuti gerakan hilal sampai terlihatnya hilal. Diperlukan kemampuan khusus mengoperasikan alat ini mengikuti arah gerakan hilal. Selayang Pandang Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 28.
35
3) Rubu’ al-Mujayyab33
Alat ini sangat berguna untuk memproyeksikan peredaran
benda-benda langit pada bidang vertikal. Saat pelaksanaan rukyat
al-hilal, rubu’ al-mujayyab digunakan untuk mengukur sudut
ketinggian hilal (irtifa' ).
4) Theodolite
Peralatan ini termasuk modern karena dapat mengukur
sudut azimuth dan ketinggian / altitude (irtifa' ) secara lebih teliti
dibanding kompas dan rubu’ al-mujayyab. Theodolite modern
dilengkapi pengukur sudut secara digital dan teropong pengintai
yang cukup kuat.34
5) Teleskop
Teleskop yang cocok digunakan untuk rukyat adalah
teleskop yang memiliki diameter lensa (cermin) cukup besar agar
dapat mengumpulkan cahaya lebih banyak.
6) Tongkat Istiwa
Tongkat istiwa adalah alat sederhana yang terbuat dari
tongkat yang ditancapkan tegak lurus pada bidang datar dan
33 Rubu’ al-mujayyab adalah suatu alat hitung yang berbentuk segiempat lingkaran untuk hitungan goneometris. Rubu’ ini biasanya terbuat dari kayu atau semacamnya yang salah satu mukanya dibuat garis-garis skala sedemikian rupa. Sebagai alat peninggalan peradaban falak Islam masa lalu, rubu’ ternyata mampu menyelesaikan hitungan-hitungan trigonometri yang cukup teliti untuk masa itu. Hendro Setyanto, Rubu’ Al-Mujayyab, Bandung: Pudak Scientific, hlm.1. Lihat juga pada Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 132. Lihat pula pada Muhyiddin Khazin, ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, op.cit., hlm. 16. 34 Alat ini mempunyai dua buah sumbu, yaitu sumbu vertikal untuk melihat skala ketinggian benda langit, dan sumbu horizontal, untuk melihat skala azimuth-nya. Dengan demmikian teropong yang digunakan untuk mengincar benda langit dapat bebas bergerak ke semua arah. ibid., hlm. 134.
36
diletakkan di tempat tebuka agar mendapat sinar Matahari. Alat
ini berguna untuk menentukan waktu Matahari hakiki,
menentukan titik arah mata angin, dan menentukan tinggi
Matahari.35
Selain alat-alat di atas, untuk melengkapi dan mendukung
pelaksanaan rukyat bisa digunakan altimeter, busur derajat, GPS
(Global Positioning System), jam digital, jam istiwa’/jam surya ,
kalkulator, kompas, komputer, sektan, waterpass, benang, paku, dan
meteran untuk membuat benang azimuth dan lain-lain agar
memudahkan pelaksanaan rukyat.
c. Penentuan Lokasi36
Hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan observasi di
antaranya adalah tempat untuk observasi. Sehubungan dengan objek
pengamatan berada di sekitar ufuk, maka hal pertama yang harus
dilakukan untuk menghindari penghalang pandangan di permukaan
Bumi adalah mencari tempat pengamatan yang letaknya tinggi.
Pengamatan itu dapat dilakukan di puncak gedung-gedung yang
tinggi, menara atau puncak bukit.
Di tempat yang rendah atau di atas Bumi langsung bisa
dilakukan di tepi-tepi pantai yang terbuka sampai ufuk Barat
kelihatan. Daerah pandangan yang harus terbuka sepanjang ufuk
adalah sampai mencapai 28,5 derajat ke Utara maupun ke Selatan dari 35 ibid., hlm. 135-136. 36 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Tehnik Rukyat, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995, hlm. 19-20.
37
arah Barat, karena Bulan berpindah-pindah letaknya sepanjang daerah
itu di antara kedua belahan langit. Matahari berpindah-pindah hanya
sampai sejauh 23,5 derajat ke Utara dan ke Selatan dari ekuator langit.
Menggunakan lokasi ufuk bukan laut akan timbul
permasalahan mengenai bagaimana menghitung ketinggian,
kerendahan ufuk untuk koreksi hilal dari tinggi hakiki ke tinggi hilal
mar’i. Padahal tidaklah mudah mencari lokasi rukyat berupa ufuk
bukan laut, tetapi yang ideal, yaitu yang ufuk tempat Matahari dan
Bulan tenggelam bebas dari hambatan baik berupa asap, uap air,
maupun gunung ataupun pepohonan dan gedung (bangunan).
Hal berikutnya yang harus diusahakan dalam penentuan
lokasi pengamatan adalah lokasi tersebut mempunyai cuaca yang
relatif baik sepanjang tahun. Disebabkan oleh letak geografis,
Indonesia dilewati oleh angin dari lautan yang luas dan juga sewaktu-
waktu dilewati angin dari daratan benua yang luas di udara. Dengan
demikian seluruh wilayah Indonesia sewaktu-waktu mengalami
musim hujan dan sewaktu-waktu mengalami musim kemarau.37
Sebagai akibat dari bentuk wilayah yang terdiri dari banyak sekali
37 Ada 2 musim di Indonesia yaitu musim hujan dan musim kemarau, pada beberapa tempat dikenal musim pancaroba, yaitu musim di antara perubahan kedua musim tersebut. Curah hujan di Indonesia rata-rata 1.600 milimeter setahun, namun juga sangat bervariasi; dari lebih dari 7000 milimeter setahun sampai sekitar 500 milimeter setahun di daerah Palu dan Timor. Daerah yang curah hujannya rata-rata tinggi sepanjang tahun adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, sebagian Jawa Barat, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Maluku Utara dandelta Mamberamo di Irian. http://id.wikipedia.org/wiki/Geografi_Indonesia, diakses pada 29 Mei 2012.
38
pulau38, maka udara di wilayah Indonesia lembab.. Oleh karena itu
keadaan cuaca sepanjang hari secara umum banyak memperlihatkan
awan di langit.
d. Penentuan Arah Geografis
Kedudukan Bulan pada suatu lokasi pengamatan, selain
ditentukan oleh ketinggian tempat juga ditentukan oleh letak
geografisnya, yaitu koordinat lintang dan bujur lokasi pengamatan.
Faktor ini berpengaruh kepada seberapa dekat posisi hilal dengan
lingkaran Matahari pada saat Matahari terbenam. Selain itu ketinggian
lokasi pengamatan dari atas permukaan laut juga harus diperhatikan,
semakin tinggi lokasi pengamatan kemungkinan terlihatnya hilal
semakin besar.39
Dua tempat yang letak geografisnya berbeda melihat bulan
pada saat bersamaan berada pada kedudukan yang berbeda pula.
Kedudukan itu dinyatakan oleh azimuth dan ketinggian Bulan di atas
ufuk. Azimuth ditentukan dari arah Utara atau Selatan sejajar dengan
horizon, sampai pada posisi benda langit itu. Pengukurannya sesuai
dengan gerak putaran jarum jam. Sehubungan dengan penentuan
38 Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (menurut data tahun 2004; lihat pula: jumlah pulau di Indonesia), sekitar 6.000 di antaranya tidak berpenghuni tetap, menyebar sekitar katulistiwa, memberikan cuaca tropis. Pulau terpadat penduduknya adalah pulau Jawa, di mana lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula sebagai kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia. Agustus 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan, merevisi jumlah pulau di Indonesia dari 17.480 menjadi hanya 13.000. http://alamendah.wordpress.com/2011/09/13/berapa-jumlah-pulau-di-indonesia/, diakses pada 29 Mei 2012. 39http://tjerdastangkas.blogspot.com/2012/03/kegiatan-rukyah-atau-mengamati.html, diakses pada hari Kamis 03 Mei 2012.
39
azimuth itu, maka pada setiap lokasi pengamatan kedua arah tadi
harus diketahui dengan pasti.40
e. Menyatakan Cuaca sebelum Matahari Terbenam41
Hal ini penting sekali untuk mendapatkan gambaran umum
mengenai cuaca pada saat observasi dengan cara sebagai berikut:
1) Periksa horizon Barat di sekitar perkiraan terbenamnya Matahari
perkiraan terlihatnya Bulan.
2) Nyatakan keadaan cuaca itu menurut tingkatannya. Untuk
pengamatan ini dipakai perjanjian tingkatan cuaca sebagai
berikut:
Cuaca tingkat 1, apabila pada horison itu bersih dari awan,
birunya langit dapat terlihat jernih sampai ke horison.
Cuaca tingkat 2, apabila pada horison itu terdapat awan tipis yang
tidak merata, dan langit di atas horison terlihat keputih-putihan
atau kemerah-merahan.
Cuaca tingkat 3, apabila pada horison terdapat awan tipis yang
merata di sepanjang horison Barat, atau terdapat awan yang tebal
sehingga warna langit di horison Barat bukan biru lagi.
3. Teknis Pelaksanaan Rukyat di Lapangan
Sebelum rukyat dilaksanakan, ada beberapa segi yang melandasi
pelaksanaan rukyat yang perlu diketahui dan dipersiapkan dengan sebaik-
baiknya. Di dalam persiapan itu termasuk juga pemilihan lokasi atau
40 Pedoman Tehnik Rukyat, op.cit., hlm. 22-23. 41 Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 57-58.
40
tempat yang memenuhi syarat yang diperlukan. Penggunaan jam yang
menunjuk waktu secara akurat adalah suatu hal yang juga diperlukan,
demikian juga dengan tanda-tanda penunjuk arah yang dijadikan patokan
dalam pengukuran posisi benda langit.42Hal-hal yang harus dipersiapkan
sebelum rukyat dilaksanakan di antaranya:
a. Membuat rincian perhitungan tentang arah dan kedudukan Matahari
serta hilal, sesuai dengan perhitungan bagi bulan yang bersangkutan.43
b. Membuat peta proyeksi rukyat sesuai dengan rincian perhitungan.
Diusahakan satu peta bagi setiap perukyat.
c. Menentukan kedudukan perukyat (syahid) dan memasang alat-alat
pembantu guna melokalisir (men-ta’yin-kan) jalur tenggelamnya hilal
untuk memudahkan pemantauan (pelaksanaan) rukyat, sesuai dengan
peta proyeksi rukyat.
d. Perukyat terus mencari jalur tenggelamnya hilal sesuai dengan waktu
yang diperhitungkan.
e. Perukyat boleh menggunakan alat yang diyakini bisa membantu
memperjelas pandangan.44
42 Pedoman Tehnik Rukyat, op.cit., hlm. 17. 43 Data itu selain menyebutkan ketinggian dan azimuth Bulan juga perlu menyatakan azimuth Matahari agar dapat diketahui apakah Bulan berada di sebelah Utara atau di sebelah Selatannya. ibid., hlm. 19. 44 Usaha untuk memperoleh detail dari pada objek pengamatan adalah dengan menggunakan teropong. Ada tiga fungsi utama yang dimiliki teropong yakni: meningkatkan kecermelangan objek pengamatan, membuat objek kelihatan lebih detail dibandingkan dengan mata telanjang, dan membuat objek tampak lebih besar, seolah-olah lebih dekat dengan pengamat. ibid., hlm. 18.
41
4. Laporan Hasil Rukyat45
Ada dua macam prosedur yang ditempuh dalam penyampaian
laporan hasil pelaksanaan rukyat al-hilal:
a. Prosedur struktural
Yaitu laporan bulanan dan tahunan yang disampaikan oleh
Pengadilan Agama kepada Pengadilan Tinggi Agama dan kepada
Ditbinbapera Islam, atau laporan tahunan dari Pengadilan Tinggi
Agama kepada Ditbinbapera Islam, yang memuat kegiatan rukyat yang
dilakukan oleh seluruh Pengadilan Agama yang ada di wilayah
juridiksinya. Di samping memuat data kegiatan rukyat yang dilakukan,
juga memuat kegiatan-kegiatan lain yang ada kaitannya dengan hisab
rukyat, seperti musyawarah, kursus, kerjasama dengan instansi lain dan
sebagainnya.
b. Prosedur non struktural
Yaitu laporan yang disampaikan langsung ke pusat, baik oleh
Pengadilan Agama, Pengadilan Tinggi Agama atau petugas lainnya di
luar laporan bulanan dan tahunan. Ada dua macam laporan dengan
prosedur non struktural:
a. Laporan lisan untuk kepentingan penentuan awal Ramadhan,
Syawal dan Dzulhijjah
b. Laporan tulisan untuk kepentingan teknis hisab rukyat.
45 ibid., hlm. 45-46.
42
E. Problematika Rukyatul Hilal
Mengamati lengkungan bulan (hilal) yang masih sangat tipis,
beberapa jam sesudah terjadi konjungsi, jarang bisa berhasil karena kondisi
alam cukup menyulitkan. Lengkungan bulan yang bisa dilihat oleh mata itu
adalah permukaan bulan yang terkena sinar cahaya Matahari dan oleh karena
itu lengkungan tersebut dekat berhadapan dengan Matahari.46
Kondisi alam yang menyulitkan pengamatan secara visual itu adalah
terangnya langit di sekitar bulan, sedangkan bulan sendiri bukanlah pemantul
cahaya yang baik. Hal ini membuat kontras antara lengkungan bulan dengan
langit sangat kecil. Dekatnya Bulan terhadap Matahari berarti Bulan
mempunyai ketinggian yang kecil di atas horizon pada saat Matahari terbenam.
Oleh karena itu waktu untuk pengamatan relatif singkat sekali, sebelum Bulan
tenggelam di bawah ufuk.
Keadaan hilal yang begitu tipis dan halus sangat sulit untuk dilihat.
Bulan adalah sebuah benda gelap yang tidak mempunyai cahaya sendiri. Yang
bisa dilihat adalah bagian Bulan yang disinari Matahari. Pada keadaan tertentu
cahaya Bumi (juga pantulan cahaya Matahari) dapat pula terlihat di Bulan,
memberikan kebulatan bulan yang utuh. Pada saat awal bulan, pengamatan itu
dilakukan pada waktu Matahari terbenam, keadaan langit pada waktu itu mulai
berubah. Pada siang hari Matahari terang, langitpun terang. Terangnya langit
ini disebabkan oleh cahaya Matahari yang disebarkan oleh udara Bumi.
46 ibid., hlm. 17.
43
Matahari terbenam, terangnya langit berkurang tetapi cahaya senja
masih terlihat sampai dengan waktu Isya tiba. Pada saat Matahari baru saja
terbenam, cahaya langit senja masih cukup terang, yang menyulitkan kita untuk
dapat melihat hilal. Bulan masih terlalu tipis, sehingga cahayanya hampir tidak
jauh berbeda dengan terangnya langit senja yang cerah tanpa awan.47
Faktor-faktor yang mempengaruhi rukyat al-hilal:
1. Faktor Alam
a. Manusia (Pengamat)48
Untuk melakukan praktik rukyat al-hilal, seseorang harus
memiliki keterampilan tertentu, antara lain:
1) Bagi mata orang awam yang belum terlatih melakukan rukyah akan
menemui kesulitan menemukan hilal yang dimaksud. Terkait dengan
warna hilal yang lembut dan tidak kontras dengan langit yang
melatarbekanginya49.
2) Mengetahui posisi hilal saat Matahari terbenam (ghurub). Sehingga
ketika proses rukyat, dia tidak melihat ke arah yang salah dan tentu
saja dia tidak akan menemukan hilal pada arah (yang salah) tersebut.
Data-data ini diperoleh dari perhitungan hisab.
3) Seorang yang akan melakukan rukyat al-hilal juga harus mengetahui
bentuk hilal yang dimaksud. Menurut penuturan Sriyatin Shadiq,
47 Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 54. 48 Syarat-syarat seorang perukyah antara lain: harus adil dalam persaksiannya, harus mengucapkan dua kalimat Syahadah, dan dalam mengucapkan dua kalimat Syahadah, perukyah harus didampingi dua orang saksi. Lihat Noor Ahmad SS, 2006, Menuju Cara Rukyat yang Akurat, Makalah pada Lokakarya Imsakiyah Ramadhan 1427H/2006M se-Jawa Tengah dan daerah Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan oleh PPM IAIN Walisongo Semarang. 49 Muhyiddin Khazin, loc. cit.
44
pernah ada kesaksian beberapa orang yang telah melihat hilal awal
bulan, dan setelah diklarifikasi bentuk hilal yang mereka lihat
ternyata posisi hilal yang seharus “telentang” tapi menurut mereka
“telungkup” tentu saja pengakuan ini dianggap aneh dan tidak masuk
akal.50
4) Hasil rukyah tersebut tidak bertentangan dengan perhitungan yang
telah disepakati bersama menurut perhitungan ilmu hisab yang qath’i
(terjadi kesepakatan ahli falak).
b. Tempat Observasi
Pada dasarnya tempat yang baik untuk mengadakan observasi
awal bulan adalah tempat yang memungkinkan pengamat dapat
mengadakan observasi di sekitar tempat terbenamnya Matahari.
Pandangan pada arah itu sebaiknya tidak terganggu, sehingga horizon
akan terlihat lurus pada daerah yang mempunyai azimuth 240° sampai
300°. Daerah itu diperlukan terutama jika observasi Bulan dilakukan
sepanjang musim dengan mempertimbangkan pergeseran Matahari dan
Bulan dari waktu ke waktu.51
c. Cuaca
Rukyat dilaksanakan dalam keadaan cuaca cerah dan tidak
terdapat penghalang antara perukyah dan hilal. Penghalang ini bisa saja
berupa awan, asap, maupun kabut. Seberapapun tinggi dan umur hilal,
50 Sriyatin Shadiq, Makalah Simulasi dan Metode Rukyat al-hilal, Pelatihan Hisab Rukyah Tingkat Nasional, Ponpes Setinggil, Kriyan Kalinyamatan Jepara pada tanggal 26-29 Desember 2008M/ 28 Dulhijjah - 1 Muharram 1430 H.
51 Almanak Hisab Rukyat, op.cit., h. 51-52.
45
kalau cuaca mendung maka hilal tidak mungkin terlihat. Tempat yang
tingkat polusinya tinggi akan memperbesar tingkat kesulitan mengamati
hilal karena tebalnya asap polusi.
d. Kondisi atmosfer Bumi52 (asap akibat polusi, kabut yang dapat
diakibatkan juga oleh polusi udara).
Pengaruh atmosfer lokal sangat mempengaruhi kredibilitas hilal,
kecerahan langit sore hari dan kondisi cuaca lokal dapat menyebabkan
penampakan hilal tak terdeteksi karena pengamatan seseorang dalam
melihat hilal juga menambah tingkat kesulitan observasi. Polusi cahaya
kota jelas sangat berpengaruh karena meningkatkan cahaya latar
depan.53
e. Iklim
Apabila pengamatan teratur diperlukan, maka tempat itupun
harus memiliki iklim yang baik untuk pengamatan. Indonesia
mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin
monsun Barat dan monsun Timur. Dari bulan November hingga Mei,
angin bertiup dari arah Barat Laut membawa banyak uap air dan hujan
di kawasan Indonesia; dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari
Selatan Tenggara, membawa sedikit uap air. Suhu udara di dataran
52 Karena Bumi memiliki atmosfir yang menyelimuti permukaannya, maka meskipun Matahari telah tenggelam berkas sinarnya masih tampak. Di permukaan Bulan, kejadiannya akan berbeda karena tidak ada atmosfir di Bulan, begitu Matahari tenggelam maka permukaan Bulan langsung gelap secara tiba-tiba. Sementara di Bumi, proses menjadi gelap ini terjadi lebih perlahan-lahan karena atmosfir Bumi masih memantulkan sinar Matahari meskipun sebetulnya Matahari telah tenggelam, Tono Saksono, op.cit., hlm. 89. 53 Wawancara dengan Thomas Djamaluddin, Peneliti Matahari dan Antariksa, LAPAN Bandung, via facebook pada Jum’at 25 Mei 2012.
46
rendah Indonesia berkisar antara 23 derajat Celsius sampai 28 derajat
Celsius sepanjang tahun. Unsur iklim suhu udara di Indonesia
sepanjang tahun hampir konstan, tetapi unsur iklim curah hujan sangat
berubah terhadap musim.54
2. Faktor non Alam
a. Kualitas alat (optik) untuk pengamatan.
Keterbatasan mata telanjang tidak bisa melihat secara detail
wujud lengkap Bulan dan bila tanpa referensi letak Bulan yang
sebenarnya, bisa keliru dengan objek lain, misalnya awan yang agak
terang. Usaha untuk memperoleh detail dari objek pengamatan adalah
dengan menggunakan teropong. Selain teropong masih ada sarana dan
prasarana lain yang diperlukan untuk membantu pelaksaan rukyat
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
b. Lingkungan pengamatan (ke ufuk Barat) tidak boleh terganggu oleh
pepohonan, gedung-gedung, gunung ataupun sumber cahaya lain.
c. Hisab
Sebelum rukyat dilakukan maka terlebih dahulu melakukan
hisab awal bulan untuk membantu pelaksanaan rukyat yakni melakukan
perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan
astronomis, untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit
pertama setelah bulan baru) dapat terlihat. Dalam hisab ada beberapa
jenis aliran yang pada intinya terbagi atas: hisab urfi, hisab taqribi, dan
54 Bayong Tjasyono HK, Klimatologi, Bandung: Penerbit ITB, 2004, cet. II, hlm. 147.
47
hisab tahqiqi dan hisab kontemporer. Keakuratan metode hisab yang
digunakan juga akan mempengaruhi rukyat.55
d. Visibilitas hilal
Visibilitas hilal merupakan permasalahan pokok dalam
melaksanakan hilal, karena dengan mempelajari visibilitas hilal
seseorang dapat menganalisis kondisi seperti apa yang memungkinkan
hilal dapat dilihat. Jangankan tertutup awan dan hujan, dalam kondisi
langit cerah pun terdapat kondisi minimal yang harus dipenuhi oleh
anak bulan sehingga dapat dirukyat oleh mata manusia sebagai hilal.
Dalam penentuan awal bulan Kamariah, kriteria imkan rukyat
atau visibilitas hilal merupakan titik temu antara pengikut rukyat dan
pengikut hisab. Dengan kriteria itu, maka hasil hisab diupayakan sama
dengan hasil rukyat. Hal itu bisa terlaksana kalau kriteria imkan rukyat
didasarkan pada data astronomi kesaksian hilal. Itulah sebabnya
astronomi bisa memberikan solusi penyatuan umat dengan tawaran
kriteria visibilitas hilalnya.
Saat ini, kriteria yang kita gunakan hanya berdasarkan
kesepakatan yang belum sepenuhnya mengikuti kriteria astronomi.
Akibatnya, hasil rukyat bisa saja berbeda dengan hasil hisab, walau pun
ketinggiannya sudah lebih dari 2 derajat. Kondisi hilal yang akan
diobservasi, juga menjadi hal penting untuk menunjang visibilitas hilal.
55http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/11/cara-tepat-menetapkan-1-syawal-idul-adha, diakses pada hari Selasa 29 Mei 2012.
48
e. Cahaya Bulan sabit.
Keadaan hilal yang begitu tipis dan halus sangat sulit untuk
dilihat. Bulan adalah sebuah benda gelap yang tidak mempunyai cahaya
sendiri. Yang bisa dilihat adalah bagian Bulan yang disinari Matahari.
Pada saat rukyat, yaitu ketika Matahari terbenam, walaupun Matahari
sudah berada di bawah ufuk, namun cahaya remang petang masih
terang dan memberikan rona warna kuning jingga hingga merah.56
f. Adanya planet-planet lain yang mengecoh pandangan, seperti planet
Venus dalam fase sabit57
g. Posisi Benda Langit
Sebelum melakukan pengamatan satu hal yang semestinya
sudah diketahui adalah data letak Bulan pada saat terbenamnya
Matahari. Letak Bulan itu dinyatakan oleh perbedaan ketinggiannya
dengan Matahari dan selisih azimuth diantara keduanya. Keterangan
ketinggian hilal saja belum memberikan informasi yang lengkap tentang
letak Bulan. Hal itu disebabkan oleh letak bulan yang dapat bervariasi
dari 0 derajat sampai sekitar 5 derajat dari Matahari ke arah Utara atau
Selatan.58
56 Selayang Pandang Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 79. 57 Venus juga memiliki fase seperti Bulan, yaitu fase purnama, separo, perbani (separo lebih), dan sabit. Ketika fase purnama, Venus tampak berbentuk bulat kecil karena posisinya jauh dari Bumi. Sedangkan ketika berbentuk sabit, Venus berada di dekat Bumi sehingga tampak sangat besar. Posisi Venus yang selalu dekat dengan Matahari dan bentuk sabit yang besar dan bersamaan dengan waktu konjungsi menyebabkan pandangan pengamat kadang terkecoh. Sehingga yang dilihat bukanlah hilal akan tetapi planet Venus. 58 Almanak Hisab Rukyat, op.cit., hlm. 52.
49
BAB III
HASIL RUKYAT AL-HILAL DI PANTAI TANJUNG KODOK
DAN BUKIT CONDRODIPO
A. Letak Geografis Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo
1. Pantai Tanjung Kodok
Pantai Tanjung Kodok terletak di Desa Paciran Kecamatan Paciran,
merupakan salah satu bagian Kabupaten Lamongan yang terletak di bagian
Utara (Pantura), Provinsi Jawa Timur, Indonesia.Pantai Tanjung Kodok
letaknya sangat strategis di jalan raya Daendeles antara Gresik menuju Tuban.
Menjadi satu kesatuan dengan Wisata Bahari Lamongan (WBL) dan Wisata
Goa Maharani, berjarak hanya 3 km dari tempat ziarah Makam Sunan Wali
Songo (Sunan Drajad dan Sunan Sendang Dhuwur), 3 km dari pantai pasir
putih, 15 km dari tempat ziarah Makam Syeh Asmoroqondi, 30 km dari Goa
Akbar dan Makam Sunan Bonang.1
Koordinat Pantai Tanjung Kodok ini terletak pada 06° 51′ 0,050″ LS,
112° 21′ 0,028″ BT dengan ketinggian 10 meter dari permukaan laut.2 Batas
wilayah, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro dan
Kabupaten Tuban, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gresik,
sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, dan sebelah Selatan berbatasan
1http://jjfm.wordpress.com/2007/12/31/wisata-pantai-tak-selalu-berbahaya/, diakses pada Kamis 24 Mei 2012. 2Data ini didapatkan dari dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan dan wawancara dengan Ketua Lajnah Falakiyah Lamongan.Penentuan koordinat tersebut menggunakan GPS.
50
dengan Kabupaten Jombang dan Kabupaten Mojokerto. Berikut foto letak
geografis Pantai Tanjung Kodok:
Gambar 3.1 Peta Tanjung Kodok diambil dari Software Google Earth3
Nama Tanjung Kodok sendiri merupakan sebutan untuk beberapa
bongkah batu karang yang berada di tepi pantai, sebutan itu karena bentuk
batu-batu karang itu mirip dengan Kodok (Katak) dengan posisi menghadap ke
Laut.Karena adanya batu-batu Kodok itulah wisata ini dulu dikenal dengan
nama Pantai Tanjung Kodok.Tanjung Kodok menjadi makin meriah karena di
tempat itu berdiri fasilitas wisata bernama Wisata Bahari Lamongan yang
popular disebut WBL.4
3Diakses pada tanggal 7 Juni 2012. 4http://jelajah-nesia.blogspot.com/2012/05/batu-kodok-di-pantai-lamongan.html, data diakses pada Senin, 21 Mei 2012.
51
Gambar 3.2Batu karang mirip Kodok (Katak) di Pantai Tanjung Kodok5
Tanjung Kodok telah mendapat pengakuan Internasional sebagai
tempat penelitian waktu terjadi gerhana Matahari total pada 11 Juni
1983.Karena posisinya yang dianggap strategis,obyek wisata alam pantai
berbatu cadas mirip kodok itu dijadikan lokasi penelitian gejala astronomi
gerhana Matahari total oleh National Aeronautics and Space
Administration (NASA) Arnerika Serikat. Sejak saat itu dibangunlah menara
rukyat dan pelataran sebagai tempat untuk observasi hilal.6Berikut gambar
pelataran den menara rukyat yang ada di Tanjung Kodok:
5http://jelajah-nesia.blogspot.com/2012/05/batu-kodok-di-pantai-lamongan.html, diakses pada Senin, 21 Mei 2012. 6Diakses dari http://nyangko.wordpress.com/2011/04/13/tempat-wisata-di-lamongan-jawa-timur/, data diakses pada Senin, 21 Mei 2012.
52
Gambar 3.3Pelataran dan menara rukyat di Tanjung Kodok7
Menara tersebut yang dipakai oleh umat Islam Indonesia khususnya
para ahli falak Lamongan dan masyarakat untuk melihat bulan khusunya
menjelang masuknya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Tinggi menara
rukyat tersebut kurang lebih 20 meterdengan posisi tepat di tepi pantai, di atas
dataran batu karang yang tinggi. Setiap tahun banyak astronom dan tim rukyat
datang ke tempat tersebut untuk melihat hilal atau bulan sabit sebagai tanda
masuknya bulan baru bulan Kamariah khususnya bulan Ramadhan, Syawal dan
Dzulhijjah.8
Sejak menara tersebut didirikan belum pernah ada laporan
keberhasilan rukyat al-hilal yang dilakukan disana.Di samping karena kondisi
hilal juga disebabkan oleh pandangan ke ufuk selalu diliputi oleh awan tebal.
Selain itu, faktor lain yang menyebabkan hilal tidak pernah bisa dilihat ialah
karena terdapat bukit dan adanya uap air.9Selain menara rukyat, dibangun pula
7Gambar diperoleh dari http://wisataliburanindo.blogspot.com/2011/11/tanjung-kodok-wisata-unggulan-rakyat.html, diakses pada Selasa, 12 Juni 2012. 8http://baltyra.com/2009/10/31/legenda-tanjung-kodok/#ixzz1skOUpDLy, diakses pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 13:56 WIB. 9Wawancara dengan M. Khoirul Anam (Kasi Urais Lamongan).di dusun Mendalan Lamongan Jawa Timur, pada hari Kamis, 12 April 2012.
53
pelataran rukyat yang panjangnya kurang lebih 10 meter dan luasnya 6
meter.Di pelataran tersebut terdapat kuningan yang menunjukkan arah Utara
dan Selatan.Pelataran rukyat inilah yang sering digunakan untuk rukyat al-hilal
setiap menjelang masuknya bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.10
Dari data dan informasi yang penulis peroleh dari M. Khoirul Anam
(Kepala Urais Depag Lamongan) rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok
belum pernah berhasil melihat hilal. Akan tetapi rukyat tetap dilakukan disana
karena tempat ini memiliki nilai historis dan sudah ditetapkan oleh Kementrian
Agama sebagai tempat rukyat al-hilal setiap tahun untuk daerah Lamongan,
dan laporannya akan dijadikan pertimbangan pada sidang isbat penentuan awal
bulan Kamariah khususnya penetapan tanggal 1 Ramadhan, Syawal dan
Dzulhijjah. Menurut Kepala Depag Lamongan, Kusaiyin Wardani Tanjung
Kodok sebagai lokasi rukyat karena matlaknya sesuai matlak standar
Internasional.
2. Bukit Condrodipo
Tempat observasi hilal di Gresik Jawa Timur yang telah mendapatkan
pengakuan dari pemerintah salah satunya adalah Bukit Condrodipo.Di Bukit
Condrodipo tersebut telah didirikan bangunan sebagai tempat untuk
pelaksanaan rukyat al-hilal.Tempat observasi Bukit Condrodipo ini telah
digunakan secara resmi sejak Desember 2004 lalu.
Balai Rukyat al-hilal NU Condrodipo ini berada di atas bukit di areal
makam Mbah Condrodipo, Desa Kembangan, Kecamatan Kebomas,
10Diperoleh dari http://simpang5.wordpress.com/2008/03/13/keindahan-pantai-utara-pulau-jawa-di-tanjung-kodok-beach-resort/.Diakses pada Kamis 24 Mei 2012.
54
Kabupaten Gresik.Balai rukyat ini juga dilengkapi dengan busur besar
(diameter 6 meter) sebagai petunjuk mata angin. Koordinat balai rukyat ini
7°10'10" LS, 112° 37' 2" BT menurut Google Earth, akan tetapi berdasarkan
pengukuran GPS pada awal pembangunannya, posisi balai rukyat ini 7° 10'
11.1" LS, 112° 37' 2.5" BT dengan ketinggian 120 meter dari permukaan laut.
Di tempat inilah diadakan rukyat pada setiap akhir bulan Hijriyah terutama
menjelang Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah.11 Berikut foto letak geografis
Bukit Condrodipo:
Gambar 3.4 Peta Bukit Condrodipo diambil dari Software Google Earth12
Batas Wilayah: Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten
Lamongan, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Utara
11http://wikimapia.org/8971687/id/Balai-Rukyat-LFNU-Gresik-Condrodipo, diakses pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 15:41 WIB. 12Diakses pada tanggal 10 Juni 2012.
55
berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten
Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kota Surabaya.
Pada dasarnya lokasi rukyat yang telah ditentukaan untuk Kabupaten
Gresik adalah di Pantai Ujung Pangkah Gresik, akan tetapi setelah sekian lama
rukyat yang dilakukan di lokasi ini agaknya kurang efektif karena pada saat
Matahari di sebelah Selatan, pengamatan hilal akan sulit terlihat karena
terhalang oleh gunung (bukit) sehingga rukyat jarang berhasil. Oleh karena itu,
dipilihlah alternatif lain yaitu Bukit Condrodipo sebagai tempat rukyat untuk
daerah Gresik.13
Dipilihnya Bukit Condrodipo tersebut karena ada beberapa
pertimbangan dan observasi sebelumnya yang dilakukan tim yang terdiri dari
anggota Lajnah Falakiyah NU Kabupaten Gresik dengan dibantu oleh petugas
dari Pengadilan Tinggi Agama Jawa Timur. Hasil observasi tersebut
memperoleh beberapa kesimpulan yang mendukung lokasi tesebut untuk
dibangun Balai Rukyatul Hilal yaitu:
1) Makam Mbah Condrodipo berada pada 7° 10' 11.1" LS dan 112° 37' 2.5"
BT.
2) Ketinggian lokasi adalah 120 meter di atas permukaan laut.
3) Pandangan ke ufuk 0°.
4) Dari areal lokasi tersebut, rukyat al-hilal dapat dilakukan sepanjang tahun
karena bebas dari halangan apapun sampai ke Utara 24° dan ke Selatan 24°.
13Wawancara dengan Muhammad Khotib (Anggota Lajnah Falakiyah Gresik) pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012 di Gresik.
56
Memang ada tempat yang letaknya lebih tinggi,akan tetapi terhalang,
sehingga diputuskan Condrodipo ini sebagai Balai Rukyat untuk Kabupaten
Gresik.
Rukyat yang dilakukan di Bukit Condrodipo tidak hanya pada awal
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah saja tetapi setiap akhir bulan Hijriyah untuk
menentukan masuknya awal bulan baru, bahkan kadang dilakukan dua kali
rukyat untuk penentuan satu bulan agar hasilnya lebih akurat. Kendala yang
menghalangi hilal tidak dapat terlihat diantaranya mendung, asap, pembakaran
kapur, banyak pabrik, akan tetapi selain cuaca mendung kendala-kendala
tersebut masih bisa diatasi.14
B. Kondisi Klimatologi Pantai Tanjung Kodok Dan Bukit Condrodipo
1. Pantai Tanjung Kodok
Data cuaca di Pantai Tanjung Kodok dimulai sejak 19 September 2009,
hal ini dikarenakan alat pngukur mulai dipasang di Tanjung Kodok pada tahun
2009 sehingga untuk tahun 2008 sampai 20 Agustus 2009 tidak penulis
cantumkan data cuaca ketika rukyat di Tanjung Kodok.15 Berikut Tabel
Klimatologi di Pantai Tanjung Kodok saat pelaksanaan rukyat:
Tanggal ff dd RRR Sn P 31 Agustus 2008 - - - - -
29 September 2008 - - - - -
27 Nopember 2008 - - - - -
20 Agustus 2009 - - - - -
14Wawancara dengan KH.Masluch Al-Fanani (Ketua Lajnah Falakiyah Gresik) pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012 di Gresik.
15Wawancara dengan Bapak Widodo (Pengamat Meteorologi Geofisika) Stasiun Meteorologi Klas 2 Perak II Surabaya, Jl. Kalimas Baru 97 B Surabaya, pada Jumat 18 Mei 2012.
57
19 September 2009 1,8 222 0 28,7 1010,6
17 Nopember 2009 1,3 221 0 28,9 1007,5
10 Agustus 2010 1,5 166 0 27,1 1009,0
8 September 2010 1,2 205 0 26,9 1009,5
6 Nopember 2010 1 175 0.2 28,0 1006,9
31 Juli 2011 1,5 205 0 25,8 1009,0
29 Agustus 2011 2 181 0 27,7 1009,9
27 Oktober 2011 2,6 130 0 29,9 1006,6
Tabel 3.1 Tabel Klimatologi Bukit Condrodipo saat pelaksanaan rukyat
tahun 2008-2011 16
Berikut keterangan masing-masing data pada tabel tersebut:
a. dd = Arah Angin dalam satuan Azimuth17. Nilainya antara 0° sampai 360°.
b. ff = Kecepatan Angin dalam satuan knot. Untuk mengkonversi satuan knot
menjadi satuan km/jam, digunakan rumus: 1 knot = 1,852 km/jam18.
c. RRR = Jumlah curah hujan dalam satuan mm
d. Sn = Tanda (negative, nol atau positif) suhu udara, suhu minimum /
maksimum dan suhu titik embun dalam satuan derajat celcius)
e. P = Tekanan udara dalam satuan milibar19
Keadaan cuaca saat rukyat awal Syawal 1430 H (Sabtu Kliwon,19
September 2009): Kecepatan Angin (ff) = 1,8 (1,8 knots = 1,8 x 1,852 = 3,3336
km/jam). Arah Angin (dd) = 222° (dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan
16Data ini didapat dari BMKG Perak 1 Surabaya pada tanggal 1 Juni 2012. 17Azimuth adalah busur pada lingkaran horizon diukur mulai dari titik Utara ke arah Timur. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, Cet. II, h. 38. Azimuth Utara = 0°, azimuth Timur = 90°, azimuth Selatan = 180°, dan azimuth Barat = 270°. 18http://forum.detik.com/showthread.php?t=62252&page=34 diakses pada tanggal 7 Juni 2012. 19 Untuk mengetahui keterangan istilah tersebut lebih lengkap lihat pada Departemen Perhubungan Badan Meteorologo dan Geofisika, Jakarta: 2000, hlm. 6-45.
58
(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 28,7° C. Tekanan Udara (P) =
1010,6 milibar.20
Keadaan cuaca saat rukyat awalDzulhijjah 1430 H (Selasa Wage, 17
Nopember 2009): Kecepatan Angin (ff) = 1,3 (1,3 knots = 1,3 x 1,852 = 2,4076
km/jam). Arah Angin (dd) = 221°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan
(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 28,9° C. Tekanan Udara (P) =
1007,5 milibar.21
Keadaan cuaca saat rukyat awal Ramadhan 1431 H (Selasa Kliwon,
10 Agustus 2010): Kecepatan Angin (ff) = 1,5 (1,5 knots = 1,5 x 1,852 = 2,778
km/jam). Arah Angin (dd) = 166°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan
(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 27,1° C. Tekanan Udara (P) =
1009,0milibar.22
Keadaan cuaca saat rukyat awal Syawal 1431 H (Rabu Wage, 08
September 2010): Kecepatan Angin (ff) = 1,2 (1,2 knots = 1,2 x 1,852 = 2,2224
km/jam). Arah Angin (dd) = 205°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan
(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 26,9° C. Tekanan Udara (P) =
1009,5milibar.23
Keadaan cuaca saat rukyat awalDzulhijjah 1431 H (Sabtu Pon, 06
Nopember 2010): Kecepatan Angin (ff) = 1 (1 knots = 1 x 1,852 = 18,52
km/jam). Arah Angin (dd) = 175°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan
20ibid. 21ibid. 22ibid. 23ibid.
59
(RRR) = 0.2mm. Suhu udara (Sn) = 28,0° C. Tekanan Udara (P) =
1006,9milibar.24
Keadaan cuaca saat rukyat awal Ramadhan 1432 H (Ahad Kliwon, 31
Juli 2011): Kecepatan Angin (ff) = 1,5 (1,5 knots = 1,5 x 1,852 =
2,778km/jam). Arah Angin (dd) = 205°(dihitung dari Utara). Jumlah curah
hujan (RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 25,8° C. Tekanan Udara
(P) = 1009,0milibar.25
Keadaan cuaca saat rukyat awal Syawal 1432 H (Senin Wage, 29
agustus 2011): Kecepatan Angin (ff) = 2 (2 knots = 2 x 1,852 = 3.704 km/jam).
Arah Angin (dd) = 181°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan (RRR) = 0
(tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 27,7° C. Tekanan Udara (P) =
1009,9milibar.26
Keadaan cuaca saat rukyat awalDzulhijjah 1432 H (Kamis Pon, 27
Oktober 2011): Kecepatan Angin (ff) = 2,6 (2,6 knots =2,6x 1,852 = 4,8152
km/jam). Arah Angin (dd) = 130°(dihitung dari Utara). Jumlah curah hujan
(RRR) = 0 (tidak terdeteksi). Suhu udara (Sn) = 29,9° C. Tekanan Udara (P) =
1006,6milibar.27
2. Bukit Condrodipo
Berikut Tabel Klimatologi di Bukit Condrodipo saat pelaksanaan
rukyat tahun 2008-2011:
24ibid. 25ibid. 26ibid. 27ibid.
60
Tanggal N dd Ff VV Nh CL CM CH 31 Agustus 2008 5 30 10 62 1 1 1 1
29 September 2008 1 12 7 62 1 1 1 0
27 Nopember 2008 8 25 6 57 5 9 2 /
20 Agustus 2009 1 9 6 60 1 5 0 1
19 September 2009 4 12 10 60 3 8 7 1
17 Nopember 2009 5 32 64 59 2 5 2 1
10 Agustus 2010 2 9 8 60 2 9 1 1
8 September 2010 3 8 8 60 1 5 7 1
6 Nopember 2010 5 8 6 60 3 5 2 1
31 Juli 2011 2 9 8 60 0 0 0 1
29 Agustus 2011 2 14 12 60 1 1 1 1
27 Oktober 2011 7 12 3 60 3 9 2 1
Tabel 3.2 Tabel Klimatologi Bukit Condrodipo saat pelaksanaan rukyat
tahun 2008-2011 28
Berikut keterangan masing-masing data pada tabel tersebut:
a. N = Jumlah Awan yang menutupi langit yang tampak. Nilainya antara 1-8.
b. dd = Arah Angin dalam satuan Azimuth29. Nilainya antara 0° sampai 360°.
c. ff = Kecepatan Angin dalam satuan knot. Untuk mengkonversi satuan knot
menjadi satuan km/jam, digunakan rumus: 1 knot = 1,852 km/jam30.
d. VV = Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi. Cara konversi nilainya
menjadi satuan km adalah km = VV – 50.
e. Nh = Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm.
f. CL = Jenis Awan Rendah.
g. CM = Jenis Awan Menengah.
28Data ini didapat dari BMKG Perak 1 Surabaya pada tanggal 1 Juni 2012. 29Azimuth adalah busur pada lingkaran horizon diukur mulai dari titik Utara ke arah Timur. Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, Cet. II, h. 38. Azimuth Utara = 0°, azimuth Timur = 90°, azimuth Selatan = 180°, dan azimuth Barat = 270°. 30http://forum.detik.com/showthread.php?t=62252&page=34 diakses pada tanggal 7 Juni 2012.
61
h. CH = Jenis Awan Tinggi31
Keadaan cuaca saat rukyat awal Ramadhan 1429 H (Ahad Legi, 31
Agustus 2008): Jumlah Awan (N) = 5, ini berarti pada jam 17.00 WIB bagian
langit yang tertutupi awan adalah 5/8 dari langit yang tampak. Arah Angin (dd)
= 30(berkisar antara azimuth 295° sampai 304° dihitung dari Utara).Kecepatan
Angin (ff) = 10 (10 knots = 10 x 1,852 = 18,52 km/jam 32).Penglihatan
Mendatar di permukaan Bumi (VV) = 62 (pandangan yang bisa dilihat adalah
12 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm (Nh) =
1(awan yang tertutup oleh awan Cl atau Cl dan Cm adalah 1/8 dari langit yang
tampak). Jenis Awan Rendah (Cl) = 1(jenis awan rendah Cumulus
Humilis).Jenis Awan Menengah (Cm) = 1, berarti awan menengah berjenis
Altrostatus Tipis. Jenis awan Tinggi (Ch) = 1(awan tinggi berjenis Cirrus halus
seperti bulu ayam tidak dalam keadaan bertambah).33
Keadaan cuaca saat rukyat awal Syawal 1429 H (Senin Kliwon, 29
September 2008):Jumlah Awan = 1 (pada jam 17.00 WIB bagian langit yang
tertutupi awan adalah 1/8 dari langit yang tampak).Arah Angin = 12 (berkisar
antara azimuth 115° sampai 124° dihitung dari Utara). Kecepatan Angin = 7 (7
knots = 7 x 1,852 = 12,775 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi
= 62(12 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm
(Nh) = 1 (1/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 1 (Cumulus
31Departemen Perhubungan Badan Meteorologo dan Geofisika, op.cit.,hlm. 4-45.
32http://forum.detik.com/showthread.php?t=62252&page=34 diakses pada tanggal 7 Juni 2012. 33Departemen Perhubungan Badan Meteorologo dan Geofisika, op.cit.,hlm. 4-45.
62
Humilis).Jenis Awan Menengah = 1 (Altrostatus Tipis). Jenis awan Tinggi = 0
(tidak ada awan tinggi).34
Keadaan cuaca saat rukyatawal Dzulhijjah 1429 H (Kamis Legi, 27
Nopember 2008): Jumlah Awan (N) = 8 (keseluruhan langit tetutup
awan).Arah Angin = 25 (245° - 254° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin =
6. (6 knots = 6 x 1,852 = 10,95 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan
Bumi = 57 (7 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan
Cm= 5 (5/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 9 (Cumulunimbus)
karena awan rendah bernilai 9, maka besar kemungkinan terjadi hujan.Jenis
Awan Menengah = 2 (Altrostatus tebal atau nimbostratus). Jenis awan Tinggi =
/(awan tinggi tidak kelihatan karena tertutup oleh awan Cl dan Cm).35
Keadaan cuaca saat rukyatawal Ramadhan 1430 H (Kamis Kliwon, 20
Agustus 2009):Jumlah Awan = 1 (1/8 langit tertutup awan). Arah Angin = 9
(berkisar antara azimuth 85° sampai 94° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin
= 6 (6 knots = 6 x 1,852 = 10,95 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan
Bumi = 60 (10 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan
Cm (Nh) = 1 (1/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 5
(Stratocumulus).Jenis Awan Menengah = 0 (ada awan menengah). Jenis awan
Tinggi = 1 (Cirrus halus).36
Keadaan cuaca saat rukyatawal Syawal 1430 H (Sabtu Kliwon,19
September 2009):Jumlah Awan = 4 (4/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 12
(azimuth 115° sampai 124° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 10 (10 34ibid. 35ibid. 36ibid.
63
knots = 10 x 1,852 = 18,52 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi
= 60 (10 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm =
3 (3/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 8 (Cumulunimbus).Jenis
Awan Menengah = 7 (Altocumulus tebal). Jenis awan Tinggi = 1(Cirrus
halus).37
Keadaan cuaca saat rukyatawal Dzulhijjah 1430 H (Selasa Wage, 17
Nopember 2009): Jumlah Awan = 5 (5/8 langit tertutup awan).Arah Angin =
32 (azimuth 315° sampai 324° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 4 (4
knots = 4 x 1,852 = 7,30 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi =
59 (9 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 2
(2/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah= 5 (Stratocumulus).Jenis
Awan Menengah = 2 (Altostratus). Jenis awan Tinggi = 1 (Cirrus halus).
Keadaan cuaca saat rukyatawal Ramadhan 1431 H (Selasa Kliwon, 10
Agustus 2010): Jumlah Awan = 2 (2/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 9
(azimuth 85° sampai 94° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 8 (8 knots =
8 x 1,852 = 14,60 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi = 60 (10
km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 2 (2/8
dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 9 (Cumulunimbus).Jenis Awan
Menengah = 1 (Altostratus tebal). Jenis awan Tinggi = 1(Cirrus halus).38
Keadaan cuaca saat rukyatawal Syawal 1431 H (Rabu Wage, 08
September 2010):Jumlah Awan = 3 (3/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 8
(azimuth 75° sampai 84° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 8 (8 knots =
37ibid. 38ibid.
64
8 x 1,852 = 14,6 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi = 60 (10
km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 1 (1/8
dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 5 (Stratocumulus). Jenis Awan
Menengah = 7 (Altocumulus tebal). Jenis awan Tinggi = 1 (Cirrus halus).39
Keadaan cuaca saat rukyatawal Dzulhijjah 1431 H (Sabtu Pon, 06
Nopember 2010):Jumlah Awan = 5 (5/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 8
(azimuth 75° sampai 84° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 6 (6 knots =
6 x 1,852 = 10,95 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi = 60 (10
km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 3 (3/8
dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 5 (Stratocumulus).Jenis Awan
Menengah = 2 (Altostratus). Jenis awan Tinggi = 1 (Cirrus halus).40
Keadaan cuaca saat rukyatawal Ramadhan 1432 H (Ahad Kliwon, 31
Juli 2011):Jumlah Awan = 2 (2/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 9
(azimuth 85° sampai 94° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 8 (8 knots =
8 x 1,852 = 14,60 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi = 60 (10
km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm = 0 (tidak
ada awan jenis Cl atau Cl dan Cm).Jenis Awan Rendah = 0 (tidak ada awan
rendah).Jenis Awan Menengah = 0 (tidak ada awan menengah). Jenis awan
Tinggi = 1 (Cirrus halus).41
Keadaan cuaca saat rukyatawal Syawal 1432 H (Senin Wage, 29
agustus 2011):Jumlah Awan = 2 (2/8 langit tertutup awan).Arah Angin = 14
(azimuth 135° sampai 144° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 12 (12 39ibid. 40ibid. 41ibid.
65
knots = 12 x 1,852 = 21,90 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi
= 60 (10 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm =
1 (1/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah = 1 (Cumulus Humilis).
Jenis Awan Menengah = 1 (Altostratus tipis). Jenis awan Tinggi = 1 (Cirrus
halus).42
Keadaan cuaca saat rukyatawal Dzulhijjah 1432 H (Kamis Pon, 27
Oktober 2011): Jumlah Awan (N) = 7 (7/8 langit tertutup awan).Arah Angin =
12 (azimuth 115° sampai 124° dihitung dari Utara).Kecepatan Angin = 3 (3
knots = 3 x 1,852 = 5,475 km/jam).Penglihatan Mendatar di permukaan Bumi
= 60 (10 km).Bagian langit yang tertutup oleh awan jenis Cl atau Cl dan Cm =
3 (3/8 dari langit yang tampak).Jenis Awan Rendah (Cl) = 9
(Cumulunimbus).Jenis Awan Menengah = 2 (Altostratus tebal). Jenis awan
Tinggi = 1 (Cirrus halus).43
C. Data Hasil Rukyat di Pantai Tanjung Kodok dan Bukit Condrodipo dari
Tahun 2008-2011
1. Hasil Rukyat di Tanjung Kodok
a. Lokasi Pantai Tanjung Kodok
Pantai Tanjung Kodok
Markas / Tempat Rukyat : Tanjung Kodok Lamongan
Lintang Tempat ( φ ) : -6° 51' 50,22" LS
Bujur Tempat ( λ ) : 112° 21' 27,8" BT
42ibid. 43ibid.
66
Ketinggian Tempat / Dip ( D’ ) : 10 Meter dari permukaan laut
b. Alat-Alat Pendukung Rukyat diantaranya:
1) Theodolite 3 set (Nikon NE-202 dan NE-102)
2) Teleskop Celestron Nexstar 5
3) Gawang lokasi konvensinal
c. Tabel Data Hasil Rukyat al-hilal Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah
Tahun 1429-1432 H / 2008-2011 M
Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M
Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1429 H / 2008 M
Awal Syawal 1429 H / 2008 M
Awal Dzulhijjah 1429 H / 2008 M
Ijtima’ Ahad Legi, 31 Agustus 2008 Pukul: 02:59 WIB
Senin Kliwon, 29 September 2008 Pukul: 15:13:50 WIB
Kamis Legi, 27 Nopember 2008 Pukul: 23:56:11 WIB
Matahari terbenam 17 : 26 : 05 WIB 17 : 25 : 01 WIB 17 : 30 : 09 WIB
Azimut Matahari 278°22’ 6,28” UTSB 268°33’ 31,43” UTSB 249°03’ 13,2” UTSB
Azimut Bulan 273° 49’ 22,73” UTSB 264° 33’ 8,49” UTSB 244° 41’ 32,43” UTSB
Tinggi hilal hakiki 05°48’ 50,13” -1°7’ 36.82” -4°13’ 58,50” Tinggi hilal mar’i 05°29’ 47,79” -0° 24’ 15,21” -4°11’ 17,63” Posisi hilal Miring ke Selatan - - Lama hilal 21m 59,19d - -
Hilal terbenam 17 : 52 : 05 WIB 17 : 23 : 24 WIB 17 : 16 :20 WIB
Cahaya hilal 0,4887 % - -
Kesimpulan Hilal tidak Terlihat Hilal tidak terliha t Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tabel 3.3 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M44
Tim rukyat di Tanjung Kodok tidak berhasil melihat hilal pada
penetapan awal Ramadhan 1429 H / 2008 M. Hal ini disebabkan karena
cuaca mendung.Demikian dikatakan Anggota Badan Hisab dan Rukyat
44Data ini didapat dari dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan.Data ini dihitung menggunakan sistem Ephemeris.
67
Jatim Sriyatin Sodik.Namun demikian, Sriyatin mengatakan bahwa hilal
berhasil terlihat di wilayah Bangkalan.
Hilal untuk menentukan 1 Syawal 1429 H, tidak terlihat saat
dilakukan pengamatan oleh timrukyat di Tanjung Kodok. Hal ini
dikarenakan ketinggian hilal yang masih dibawah ufuk sehingga bisa
dipastikan hilal tidak akan terlihat.Pada siding isbat dan tertuang pada
keputusan Menteri Agama RI nomor 28 tahun 2008, dengan laporan rukyat
yang menyatakan tidak berhasil melihat hilal, maka bulan Ramadhan 1429
H diistikmalkan (digenapkan 30 hari) dan ditetapkan tanggal satu Syawal
1429 H jatuh pada hari Rabu, 1 Oktober 2008.45
Pada penetapan awal Dzulhijjah 1429 H, sama halnya dengan
penetapan awal Syawal yakni dikarenakan ketinggian hilal yang masih
dibawah ufuk sehingga hilal tidak terlihat. Berdasarkan laporan rukyat di
seluruh Indonesia yang menyatakan tidak ada yang berhasil melihat hilal
maka bulan Dzulqa’dah 1429 H diistikmalkan. Pada siding isbat dan
tertuang pada keputusan Menteri Agama RI nomor 164 tahun
2008ditetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1429 H jatuh pada hari Sabtu, 29
November 2008. Sehingga Idul Adha jatuh pada hari Senin 8 Desember
2008.
Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M
Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1430 H / 2009 M
Awal Syawal 1430 H / 2009 M
Awal Dzulhijjah 1430 H / 2009 M
45 Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, Jakarta, 2011, hlm. 402.
68
Ijtima’ Kamis Kliwon, 20 Agustus 2009 Pukul: 17:02:48 WIB
Sabtu Kliwon, 19 September 2009 Pukul: 01:45:35 WIB
Selasa Wage, 17 Nopember 2009 Pukul: 02:15:05 WIB
Matahari terbenam 17 : 31 : 11 WIB 17 : 27 : 36 WIB 17 : 26 : 38 WIB Azimut Matahari 257°42’ 53,88” UTSB 271°15’ 19,96” UTSB 250°45’ 23,67” UTSB Azimut Bulan 260° 08’ 39,07” UTSB 264° 53’ 32,07” UTSB 245° 49’ 28,35” UTSB Tinggi hilal hakiki -01°16’ 43,38” 05°47’ 49” 05°54’ 19,83” Tinggi hilal mar’i -01°28’ 46,28” 05° 27’ 42,61” 05° 40’ 54,55” Posisi hilal - Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal - 21m 50,84d 22m 43,64d Hilal terbenam 17 : 25 : 50 WIB 17 : 50 : 13 WIB 17 : 51 : 29 WIB Cahaya hilal 0,0463 % 0,75 % 0,54 % Kesimpulan Hilal tidak terlihat Hilal tidak terlihat Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tabel 3.4 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M46
Pada penetapan awal Ramadhan 1430 H / 2009 M tim Hisab dan
Rukyat Departemen Agama Lamongan juga gagal melihat hilal di Tanjung
Kodok. Menurut Kepala Depag Lamongan, Kusaiyin Wardani hilal tidak
terlihat karena adanya beberapa kondisi antara lain karena tertutup awan,
dan cuaca mendung serta kabut tebal. Selain itu, posisi hilal masih dibawah
ufuk, yaitu -1 hingga 2 derajat.Sehingga bulan Sya’ban diistikmalkan
menjadi 30 hari dan awal Ramadhan 1430 H jatuh pada hari Sabtu tanggal
22 Agustus 2009.47
Pada penetapan awal Syawal 1430 ini timrukyat al-hilal Jawa
Timur kesulitan melihat karena pengaruh cuaca, bahkan di beberapa
kawasan terjadi hujan lebat. Lokasi pemantuan hilal di Pantai Nambangan,
Kenjeran dipastikan hilal tidak terlihat akibat mendung.Bahkan di Tanjung
Kodok, cuacanya hujan sehingga dipastikan hilal tidak bisa terlihat.
46Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan tahun, op.cit. 47Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op.cit., hlm. 412.
69
Pada penetapan awal Dzulhijjah 1430 H / 2009 M di Pantai
Tanjung Kodok hilal tidak dapat dilihat karena keadaan horizon pada saat
itu banyak halangan dan mengganggu pemantauan hilal yang dilakukan,
selain itu keadaan cuaca sebelum Matahari terbenam terdapat awan tebal
sehingga hilal tidak terlihat.
Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M
Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1431 H / 2010 M
Awal Syawal 1431 H / 2010 M
Awal Dzulhijjah 1431 H / 2010 M
Ijtima’ Selasa Kliwon, 10 Agustus 2010 Pukul: 10:08:28 WIB
Rabu Wage, 08 September 2010 Pukul: 17:29:56 WIB
Sabtu Pon, 06 Nopember 2010 Pukul: 11:52:09 WIB
Matahari terbenam 17 : 32 : 31 WIB 17 : 29 : 39 WIB 17 : 26 : 19 WIB Azimut Matahari 285°31’ 04” UTSB 275°34’ 04” UTSB 253°44’ 38” UTSB Azimut Bulan 281° 22’ 13” UTSB 271° 08’ 06” UTSB 249° 32’ 09” UTSB Tinggi hilal hakiki 02°38’ 53” -02°16’ 57” 01°23’ 56” Tinggi hilal mar’i 02° 15’ 30” -02° 06’ 56” 01° 07’ 52” Posisi hilal Miring ke Selatan Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal 11m 00d -09m 54d 05m 49d Hilal terbenam 17 : 43 : 32 WIB 17 : 19 : 45 WIB 17 : 32 : 08 WIB Cahaya hilal 0,23 % 0,16 % 0,18 % Kesimpulan Hilal tidak t erlihat Hilal tidak terlihat Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tabel 3.5 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M48
Hilal untuk menentukan 1 Syawal 1431 Hijriyah, tidak terlihat saat
dilakukan pengamatan oleh tim Hisab Rukyat Lajnah Falakiyah Nahdlatul
Ulama di Tanjung Kodok. Selain karena ketinggian hilal yang masih
dibawah ufuk juga keadaan cuaca mendung yang menjadi penyebab hilal
tidak dapat dilihat.Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh
wilayah Indonesia masih di bawah ufuk, dengan ketinggian hilal antara -
2°53’ sampai dengan -1°54’.Para perukyat di seluruh wilayah Indonesia
48Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan, op.cit.
70
tidak ada yang menyatakan berhasil melihat hilal sehingga ditetapkan bahwa
1 Syawal 1431 H jatuh pada hari Jumat 10 September 2010.49
Pada saat Matahari terbenam, ketinggian hilal di seluruh wilayah
Indonesia antara -0°19’ sampai dengan 1°21 (belum imkanur rukyat).Pada
penetapan awal Dzulhijjah 1431 ini di seluruh Indonesia tidak ada perukyat
yang menyatakan berhasil melihat hilal. Pada sidang isbat yang tertuang
dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 150 tahun 2010, ditetapkan
tanggal 1 Dzulhijjah 1431 H jatuh pada hari Senin, 8 September 2010 M
dan Idul Adha jatuh pada hari Rabu, 17 November 2010.50
Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M
Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1432 H / 2011 M
Awal Syawal 1432 H / 2011 M
Awal Dzulhijjah 1432 H / 2011 M
Ijtima’ Ahad Kliwon, 31 Juli 2011 Pukul: 01:41:46 WIB
Senin Wage, 29 agustus 2011 Pukul: 10:05:16 WIB
Kamis Pon, 27 Oktober 2011 Pukul: 02:56:56 WIB
Matahari terbenam 17:30:58.94 WIB 17:30:45.61 WIB 17 : 23 : 46.50 WIB Azimut Matahari 288°18’ 31.50” UTSB 279°20’ 54.59” UTSB 288°32’ 32.22” UTSB Azimut Bulan 282° 56’ 47.38” UTSB 273° 28’ 50.66” UTSB 282° 46’ 18.01” UTSB Tinggi hilal hakiki 07° 09’ 55.58” 01° 57’ 39.22” 06° 57’ 22.96” Tinggi hilal mar’i 06° 39’ 37.00” 01° 37’ 37.35” 06° 25’ 52.65” Posisi hilal Miring ke Selatan Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal 26m 38.47d 06m 30.49d 25m 43.51d Hilal terbenam 17 : 57 : 37.40 WIB 17 : 37 : 16.10 WIB 17 : 23 : 46.50 WIB Kesimpulan Hilal tidak terlihat Hilal tidak terliha t Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tabel 3.6 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M51 Pada penetapan awal Ramadhan 1432 H di Pantai Tanjung Kodok
hilal tidak dapat dilihat.Keadaan horizon pada saat rukyat
49Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op. cit. hlm. 426. 50ibid.,hlm. 430. 51Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Lamongan, op.cit.
71
dilakukanadahalangan tetapi tidak mengganggu pemantauan hilal yang
dilakukan.Keadaan cuaca sebelum Matahari terbenam terdapat awan tidak
merata sehingga hilal tidak terlihat.
Ketika kondisi alam bersahabat dalam artian cuaca mendukung
untuk dilaksanakan rukyat al-hilal, tetapi hilal ketinggianya sangat rendah (
belum imkanur rukyat) maka hilal pun akan sulit terlihat.Hal inilah yang
terjadi ketika pelaksanaan rukyat pada penetapan awal Syawal 1432
Hijriyah, ketinggian hilal belum mencapai dua derajat (batas minimal
imkanur rukyat ketinggian hilal di Indonesia) sehingga hilal tidak terlihat.
Pada penetapan awal Dzulhijja 1432 H di Pantai Tanjung Kodok
hilal tidak dapat dilihat karena keadaan horizon pada saat itu banyak
halangan dan mengganggu pemantauan hilal yang dilakukan.Keadaan cuaca
sebelum Matahari terbenam maupun saat hilal tidak terlihat juga terdapat
awan tebal.
2. Hasil Rukyat di Condrodipo
a. Lokasi Bukit Condrodipo
Bukit Condrodipo
Markas / Tempat Rukyat : Balai Rukyat Condrodipo Gresik
Lintang Tempat ( φ ) : -7° 10' 11,1" LS
Bujur Tempat ( λ ) : 112° 37' 2,5" BT
Ketinggian Tempat/ Dip ( D’ ) : 120 Meter dari permukaan laut
b. Alat-Alat Pendukung Rukyat diantaranya:
72
1) Theodolite 3 set (Nikon NE-202 dan NE-102)
2) Telescop Tracking Bosscha
3) Gawang lokasi konvensinal
c. Tabel Data Hasil Rukyat al-hilal Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah
Tahun 1429-1432 H / 2008-2011 M
Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M
Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1429 H / 2008 M
Awal Syawal 1429 H / 2008 M
Awal Dzulhijjah 1429 H / 2008 M
Ijtima’ Ahad Legi, 31 Agustus 2008 Pukul: 02:59 WIB
Senin Kliwon, 29 September 2008 Pukul: 15:12:50 WIB
Kamis Legi, 27 Nopember 2008 Pukul: 23:56:11 WIB
Matahari terbenam 17 : 26 : 05 WIB 17 : 25 : 42 WIB 17 : 33 : 31 WIB Azimut Matahari 276°16’ 34” UTSB 267°11’ 14” UTSB 248° 25” 50,62” UTSB Azimut Bulan 274° 11’ 03” UTSB 263° 06’ 36” UTSB 243° 49’ 29,27” UTSB Tinggi hilal hakiki 06°16’ 47,25” -1° 11' 28,75'' -4° 12’ 36,58” Tinggi hilal mar’i 05° 23’ 44,84” -0° 44’ 07” -4° 10’ 05,79” Posisi hilal Miring ke Selatan - - Lama hilal 10m 07d - - Hilal terbenam 17 : 42 : 10 WIB 17 : 21 : 03 WIB 17 : 16 : 51 WIB Cahaya hilal 0,23 % - - Kesimpulan Hilal Terlihat Hilal tidak terlihat Hilal tidak terli hat Perukyat (Syahid) 1. M. Inwanuddin Tidak ada Tidak ada 2. M. Sholahuddin Tidak ada Tidak ada 3.Muhyiddin Hasan Tidak ada Tidak ada
Tabel 3.7 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1429 H / 2008 M52
Pada penetapan awal Ramadhan 1429 tersebut di Bukit Codrodipo hilal
dapat terlihat oleh tiga syahid (perukyat).53Pada penetapan awal Syawal dan
Dzulhijjah hilal tidak dapat terlihat. Hal ini dikarenakan ketinggian hilal yang
masih dibawah ufuk sehingga bisa dipastikan hilal tidak akan terlihat.Secara teori
52Data ini didapat dari dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Gresik.Data ini dihitung menggunakan sistem Ephemeris. 53Data ini peneliti peroleh dari dokumen laporan hasil rukyat di Condrodipo 1429 H / 2008 M.
73
jika bulan masih berada di bawah ufukmaka tidakakan bisa terlihat, sehingga
bulan Sya’ban dan Dzulqa’dah diistikmalkan menjadi 30 hari.
Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M
Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1430 H / 2009 M
Awal Syawal 1430 H / 2009 M
Awal Dzulhijjah 1430 H / 2009 M
Ijtima’ Kamis Kliwon, 20 Agustus 2009 Pukul: 17:02:40 WIB
Sabtu Kliwon, 19 September 2009 Pukul: 01:45:42 WIB
Selasa Wage, 17 Nopember 2009 Pukul: 02:15:15 WIB
Matahari terbenam 17 : 30 : 05 WIB 17 : 26 : 03 WIB 17 : 27 : 55 WIB Azimut Matahari 282°19’ 07” UTSB 271°14’ 59” UTSB 250°39’ 54” UTSB Azimut Bulan 279° 52’ 43” UTSB 264° 17’ 02” UTSB 245° 59’ 07” UTSB Tinggi hilal hakiki -01°07’ 49” 06°10’ 56” 06°13’ 37” Tinggi hilal mar’i -01° 17’ 30” 05° 36’ 32” 05° 41’ 29” Posisi hilal - Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal -05m 30d 25m 22d 27m 41d Hilal terbenam 17 : 24 : 35 WIB 17 : 51 : 25 WIB 17 : 55 : 36 WIB Cahaya hilal 0,05 % 0,75 % 0,54 % Kesimpulan Hilal tidak terlihat Hi lal tidak terlihat Hilal Terlihat Perukyat (Syahid) Tidak ada Tidak ada 1. M. Inwanuddin Tidak ada Tidak ada 2. M Syamsul Fuad
Tabel 3.8 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1430 H / 2009 M54
Di Condrodipo, tidak ada perukyat yang berhasil melihat hilal awal
bulan Ramadhan 1430 H. Tim Rukyat tidak melihat hilal karena ketinggian
hilal tidak mungkin di lihat mata telanjang (masi di bawah ufuk). Sehingga
bulan Sya’ban diistikmalkan menjadi 30 hari dan awal Ramadhan 1430 H
jatuh pada hari Sabtu tanggal 22 Agustus 2009.
Posisi Bulan dan Matahari saat terbenam setelah ijtima’, Bulan
berada cukup tinggi sekitar 4 hingga 5 derajat di atas ufuk. Berdasarkan
kondisi ini, diperkirakan awal Syawal 1430 H akan jatuh pada tanggal 20
September 2009. Posisi Bulan setelah ijtima’ pada tanggal 19 September
54Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Gresik, op.cit.
74
2009 Matahari terbenam lebih dahulu, dan Bulan mencapai tinggi sekitar 5
derajat.Akan tetapi karena cuaca mendung sehingga di Bukit Condrodipo
hilal tidak bisa terlihat.
Pada penetapan awal Dzulhijjah di Bukit Condrodipo Gresik Jawa
Timur hilal berhasil dilihat.tinggi hilal hakiki 06°13’ 37”, tinggi hilal mar'i
05° 41’ 29”. Horison barat cukup berawan, akan tetapi kurang lebih 60
derajat di sekitar hilal, awan agak tipis. Hilal terlihat oleh Inwanuddin dan
Samsul Fu'ad.
Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M
Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1431 H / 2010 M
Awal Syawal 1431 H / 2010 M
Awal Dzulhijjah 1431 H / 2010 M
Ijtima’ Selasa Kliwon, 10 Agustus 2010 Pukul: 10:08:28 WIB
Rabu Wage, 08 September 2010 Pukul: 17:29:56 WIB
Sabtu Pon, 06 Nopember 2010 Pukul: 11:52:09 WIB
Matahari terbenam 17 : 32 : 03 WIB 17 : 29 : 23 WIB 17 : 26 : 35 WIB Azimut Matahari 285°29’ 40” UTSB 275°32’ 16” UTSB 253°41’ 44” UTSB Azimut Bulan 281° 21’ 56” UTSB 271° 05’ 54” UTSB 249° 30’ 15” UTSB Tinggi hilal hakiki 02°26’ 06” -02°29’ 24” 01°12’ 07” Tinggi hilal mar’i 02° 17’ 13” -02° 11’ 47” 01° 11’ 05” Posisi hilal Miring ke Selatan - Miring ke Selatan Lama hilal 10m 07d -10m 47d 04m 56d Hilal terbenam 17 : 42 : 10 WIB 17 : 18 : 36 WIB 17 : 31 : 31 WIB Cahaya hilal 0,23 % 0,16 % 0,18 % Kesimpulan Hilal Terlihat Hilal tidak terlihat Hilal tidak terlihat Perukyat (Syahid) 1. M. Inwanuddin Tidak ada Tidak ada 2. Achmad Azhar Tidak ada Tidak ada
Tabel 3.9 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1431 H / 2010 M55
Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah
Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 01°14’ sampai
dengan 02°32’. Hilal dapat terlihat di Bukit Condrodipo.Berdasarkan
55ibid.
75
laporan dan hasil pelaksanaan rukyat, ahli hisab dan rukyat yang tergabung
dalam Badan Hisab Rukyat Kementerian Agama RI sepakat menyatakan
bahwa tanggal 1 Ramadhan 1431 H jatuh pada hari Rabu tanggal 11
Agustus 2010. Para saksi yang berhasil melihat hilal di Condrodipo
Muhammad. Inwanuddin dan Achmad Azhar. Para saksi lain yang
melaporkan berhasil melihat hilal ialah Hasan Mujib, Maksum, Sholihin,
Rusdi, Musthofa yang semuanya dari Probolinggo Jawa Timur, dan
Mohammad Labib, Ahmad Zaim dari OKI Jakarta serta H. Syaifullah dari
Bengkulu.56
Pada penetapan awal Syawal hilal tidak dapat terlihat.Hal ini
dikarenakan ketinggian hilal yang masih dibawah ufuk sehingga bisa
dipastikan hilal tidak akan terlihat. Sedangkan pada penetapan awal
Dzulhijjah ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia antara -0°19’
sampai dengan 1°21’; belum imkanur rukyat.
Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M
Data Hisab Bulan / Tahun Rukyat Awal Ramadhan 1432 H / 2011 M
Awal Syawal 1432 H / 2011 M
Awal Dzulhijjah 1432 H / 2011 M
Ijtima’ Ahad Kliwon, 31 Juli 2011 Pukul: 01:39:42 WIB
Senin Wage, 29 agustus 2011 Pukul: 10:04:03 WIB
Kamis Pon, 27 Oktober 2011 Pukul: 02:56:28 WIB
Matahari terbenam 17: 31: 38 WIB 17: 30 : 50 WIB 17 : 25 : 02 WIB Azimut Matahari 288°17’ 00” UTSB 279°19’ 10” UTSB 257°00’ 14” UTSB Azimut Bulan 282° 56’ 43” UTSB 273° 27’ 31” UTSB 252° 26’ 10” UTSB Tinggi hilal hakiki 06°52’ 18” 01° 41’ 15” 06° 33’ 17” Tinggi hilal mar’i 06° 36’ 24” 01° 36’ 23” 06° 16’ 17” Posisi hilal Miring ke Selatan Miring ke Selatan Miring ke Selatan Lama hilal 28m 53d 06m 44d 28m 14d
56Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op.cit., hlm. 420.
76
Hilal terbenam 18: 00: 32 WIB 17:37:34 WIB 17 : 53 : 16 WIB Cahaya hilal 0,72 % 0,33 % 0,62 % Kesimpulan Hilal Terlihat Hilal tidak terlihat Hilal Terlihat Perukyat (Syahid) 1. M. Inwanuddin Tidak ada 1. M. Inwanuddin 2. M. Sholahuddin Tidak ada 2. Achmad Ashar 3.Muhyiddin Hasan Tidak ada -
Tabel 3.10 Data Hasil Pelaksanaan Rukyat Tahun 1432 H / 2011 M57
Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah
Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 04°50’ sampai
dengan 06°55’. Hilal awal Ramadhan 1432 H. terlihat dari Bukit
Condrodipo oleh tiga orang.Kondisi horizon (ufuk) Barat cukup cerah,
walaupun ada awan-awan tipis. Menurut perhitungan, Matahari terbenam di
ufuk Barat pukul 17:31:17, akan tetapi pada pukul 17:28:45 WIB Matahari
sudah tidak terlihat karena tenggelam di balik awan yang menutupi horison
Barat.
Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah
Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 0°08’ sampai
dengan 1°53’, para perukyat di seluruh wilayah Indonesia tidak ada yang
menyatakan berhasil melihat hilal sehingga ditetapkan bahwa 1 Syawal
1432 H jatuh pada hari Rabu tanggal 31 Agustus 2011.58
Para saksi lain yang melaporkan berhasil melihat hilal ialah H.
Abbas Fadhil, Irwan Slamet keduanya dari Sulawesi Selatan, Heru Jatmiko
dari Makassar, Taufiqurrahman, H. Mashudi dan Wahid bin mislan
ketiganya dari Bangkalan Jawa Timur. Masing-masing telah disumpah oleh
57Dokumen hasil rukyat Kementrian Agama Gresik, op.cit. 58Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op.cit., hlm. 440.
77
Hakim pada Pengadilan Agama setempat.Tanggal satu Ramadhan 1432 H
ditetapkan jatuh pada hari Senin tanggal 1 Agustus 2011.59
Pada penetapan awal Dzulhijjah 1432 Hijriyah ini hilal dapat
terlihat di Condrodipo, ketinggian hilal mencapai 06° 33’ 17”.Kondisi
ketinggian hilal sangat memungkinkan untuk berhasil dirukyat ( imkanur
rukyat). Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah
Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 04°25’ sampai
dengan 6°34’. Pada siding isbat yang tertuang dalam Keputusan Menteri
Agama RI Nomor 192 tahun 2011, ditetapkan tanggal 1 Dzulhijjah 1432 H
ditetapkan jatuh pada hari Jumat tanggal 28 Oktober 2011 dan Idul Adha
jatuh pada hari Ahad, 6 November 2011 .60
59ibid.,hlm. 435. 60ibid.,hlm. 444.
112
BAB IV
ANALISIS TINGKAT KEBERHASILAN RUKYAT DI PANTAI
TANJUNG KODOK LAMONGAN DAN BUKIT CONDRODIPO GRESIK
TAHUN 2008-2011
A. Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Tingkat Keberhasilan Rukyat
Antara Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik
Tahun 2008-2011
Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil rukyat di Pantai
Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik banyak
sekali.Beberapa faktor tersebut menurut peneliti penting untuk dikaji, agar
ketika pelaksanaan rukyat selanjutnya bisa mempertimbangkan faktor-faktor
ini. Oleh karena itu, dan untuk mempertajam analisis, peneliti membagi
analisis faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan hasil rukyat menjadi tiga
bagian, yaitu:
1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Rukyat di Pantai
Tanjung Kodok Lamongan Tahun 2008-2011
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
rukyat di Pantai Tanjung Kodok bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a. Faktor Alam
Faktor alam termasuk faktor yang paling mempengaruhi dalam
keberhasilan rukyat.Hal ini dikarenakan alam tidak bisa diubah dan
ditentukan oleh manusia. Manusia hanya bisa mengikuti hukum alam
79
yang berlaku, misalnya jika awan menjadi sangat gelap, maka besar
kemungkinan akan turun hujan.
Berikut beberapa faktor alam yang mempengaruhi
keberhasilan rukyat:
1) Kondisi Geografis Lokasi Rukyat
Kondisi geografis lokasi rukyat di Pantai Tanjung Kodok
termasuk strategis.Hal ini bisa ditinjau dari bentuk tepi laut
Tanjung Kodok menjorok ke lautan.Karena letaknya yang
menjorok ke lautan, maka arah Barat pantai ini adalah lautan bebas
tanpa penghalang untuk mengamatai terbenamnya Matahari dan
Bulan. Berikut gambar kondisi geografis pantai Tanjung Kodok
Lamongan:
Gambar 4.1 Peta Tanjung Kodok diambil dari Software Google Earth163
163Diakses pada tanggal 7 Juni 2012.
80
Hal ini sesuai dengan kriteria lokasi rukyat dalam buku
Pedoman Teknik Rukyat, bahwadaerahpandangan ke arah ufuk
Barat harus terbuka sebesar 28,5 derajat ke arah Utara maupun ke
Selatan dari arah Barat. Angka 28,5 derajat ini didapatkan dari nilai
deklinasi maksimum Bulan, yaitu 28,5 derajat. Sedangkan
deklinasi maksimum Matahari adalah 23.5 derajat. Deklinasi Bulan
mempengaruhi arah terbenamnya Bulan, jika deklinasi Bulan
bernilai 20 derajat, maka saat itu Bulan terbenam pada 20 derajat
dihitung dari arah Barat ke arah Utara164.
2) Kondisi Cuaca Saat Rukyat
Kondisi cuaca yang peneliti maksud adalah kondisi awan
saat pelaksanaan rukyat.Hasil penelusuran peneliti pada data
BMKG Pantai Tanjung Kodok Lamongan menghasilkan beberapa
data terkait dengan kecepatan awan, arah angin, temperatur udara,
tekanan udara, dan curah hujan.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa saat pelaksanaan
rukyat dari tahun 2008-2011 tidak pernah sekalipun terjadi hujan,
hal ini dikarenakan data curah hujan = 0, yang berarti tidak ada
hujan. Namun tidak menutup kemungkinan adanya awan yang
menutupi pengamatan hilal di pantai Tanjung Kodok tersebut,
seperti yang dilaporkan oleh M. Khoirul Anam, ketua tim rukyat
pantai Tanjung Kodok Lamongan bahwa rukyat pada tahun 2008
164 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Tehnik Rukyat, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995, hlm. 20.
81
hingga tahun 2011 tidak berhasil dilakukan karena saat rukyat
dilakukan, ada banyak awan mendung yang menutupi langit.
3) Tinggi Hilal
Ketinggian hilal saat Matahari terbenam adalah faktor yang
paling menentukan keberhasilan rukyat di Pantai Tanjung Kodok
Lamongan. Secerah apapun cuaca saat pengamatan, jika ketinggian
hilalnya di bawah ufuk (negatif) atau di atas ufuk, namun kurang
dari dua derajat, maka rukyat akan sulit dilakukan.
Kriteria ketinggian hilalyang bisa dilihat ada berbagai
macam pendapat.Untuk Indonesia, kriteria ketinggian hilal yang
bisa dilihat adalah minimal 2 derajat.Kriteria ini ditetapkan setelah
diadakannya Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei
Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS)165.
Secara astronomis ketinggian hilal kurang dari 3 derajat
terlalu rendah, umurnya terlalu muda, dan fraksi iluminasi Bulan
terlalu kecil.Dalam kondisi seperti itu hilal mustahil dapat
dirukyat.Kondisi cuaca yang cenderung banyak awan dan hujan
juga kemungkinan mengganggu.
Kriteria dasar yang dapat digunakan berdasarkan
pengamatan dan model teoritik astronomi adalah limit Danjon,
165 Kriteria penentuan awal Bulan (kalender) Hijriyah yang ditetapkan berdasarkan Musyawarah Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), dan dipakai secara resmi untuk penentuan awal Bulan Hijriyah pada Kalender Resmi Pemerintah, lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Hisab_dan_rukyat, dikases pada Sabtu, 26 Mei 2012.
82
yang menyatakan bahwa hilal tidak mungkin teramati bila jarak
Bulan-Matahari kurang dari 7 derajat. Kriteria lain di antaranya
dikembangkan oleh Mohammad Ilyas dari IICP (International
Islamic Calendar Programme), Malaysia. Kriteria imkan rukyat
yang dirumuskan IICP meliputi tiga kriteria.166
Pertama, kriteria posisi Bulan dan Matahari: Beda tinggi
Bulan-Matahari minimum agar hilal dapat teramati adalah 4 derajat
bila beda azimuth Bulan – Matahari lebih dari 45 derajat, bila beda
azimuthnya 0 derajat perlu beda tinggi lebih dari 10,5 derajat.
Kedua, kriteria beda waktu terbenam: Sekurang-kurangnya
Bulan 40 menit lebih lambat terbenam daripada Matahari dan
memerlukan beda waktu lebih besar untuk daerah di lintang tinggi,
terutama pada musim dingin.
Ketiga, kriteria umur Bulan (dihitung sejak ijtima’): Hilal
harus berumur lebih dari 16 jam bagi pengamat di daerah tropik
dan berumur lebih dari 20 jam bagi pengamat di lintang tinggi.167
Kriteria IICP sebenarnya belum final, mungkin berubah
dengan adanya lebih banyak data. Kriteria berdasarkan umur Bulan
dan beda posisi nampaknya kuat dipengaruhi jarak Bulan-Bumi dan
posisi lintang ekliptika Bulan, bukan hanya faktor geografis.
166Thomas Djamaluddin, “Kriteria Imkanur Rukyat Khas Indonesia : Titik Temu Penyatuan Hari Raya dan Awal Ramadhan”, Dimuat di Pikiran Rakyat, 30 Januari 2001. 167 Thomas Djamaluddin, Imkan Rukyat: Parameter Penampakan Sabit Hilal dan Ragam Kriterianya (Menuju Penyatuan Kalender Islam di Indonesia), kumpulan Materi “Pendidikan dan Pelatihan Nasional Pelaksana Rukyat Nahdlatul Ulama” Dilaksanakan pada; tanggal 17-23 desember 2006 / 26 Dzulqo’dah – 2 Dzulhijjah 1427 H di Masjid Agung Jawa tengah, hlm. 3.
83
Secara astronomis LAPAN pernah mengkaji ulang semua
laporan rukyatul hilal yang didokumentasikan oleh Departemen
Agama.Dari analisis astronomis oleh LAPAN tersebut telah
disarankan kepada suatu kriteria yang lebih disempurnakan,
terutama masalah ketinggian hilal.Tinggi hilal minimum 2 derajat
bila Bulan jauh dari Matahari, tetapi bila terlalu dekat perlu
ketinggian lebih dari 9 derajat.
Kriteria usulan LAPAN tersebut lebih mendekati kriteria
internasional, tanpa mengabaikan kriteria yang pernah disepakati di
Indonesia dan negara-negara MABIMS karena datanya adalah
rukyatul hilal di Indonesia.Adapun kriteria LAPAN sebagaimana
yang diungkapkan oleh Thomas Djamaluddin adalah:
a. Jarak sudut Bulan-Matahari > 6,4
b. Beda tinggi Bulan-Matahari > 4
Kriteria baru tersebut hanya merupakan penyempurnaan
kriteria yang selama ini digunakan oleh BHR dan ormas-ormas
Islam untuk mendekatkan semua kriteria itu dengan fisis hisab dan
rukyat hilal menurut kajian astronomi.Dengan demikian aspek
rukyat maupun hisab mempunyai pijakan yang kuat, bukan sekadar
rujukan dalil syar’i tetapi juga interpretasi operasionalnya
berdasarkan sains-astronomi yang bisa diterima bersama168.
168 Thomas Djamaluddin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Umat, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, 2011, hlm. 23.
84
Berikut tabel ketinggian hilalsaat pelaksanaan rukyat di
Pantai Tanjung Kodok Lamongan tahun 2008 – 2011 yang peneliti
dapatkan:
Bulan / Tahun Hijriah
Tinggi Hilal Mar’i Tanjung Kodok
Keterangan
Ramadhan 1429 H 05°29’ 47.79” Tidak Terlihat
Syawal 1429 H -0° 24’ 15,21” Tidak Terlihat
Dzulhijjah 1429 H Hilal di bawah ufuk Tidak Terlihat
Ramadhan 1430 H Hilal di bawah ufuk Tidak Terlihat
Syawal 1430 H 05° 27’ 42,61” Tidak Terlihat
Dzulhijjah 1430 H 06° 25’ 52.65” Tidak Terlihat
Ramadhan 1431 H 02° 15’ 30” Tidak Terlihat
Syawal 1431 H -02° 06’ 56” Tidak Terlihat
Dzulhijjah 1431 H 01° 07’ 52” Tidak Terlihat
Ramadhan 1432 H 06° 39’ 37.00” Tidak Terlihat
Syawal 1432 H 01° 37’ 37.35” Tidak Terlihat
Dzulhijjah 1432 H 06° 25’ 52.65” Tidak Terlihat
Tabel 4.1 Tinggi Hilal Mar’I di Pantai Tanjung Kodo k Dari tabel tersebut, dan hasil wawancara dengan M.
Khoirul Anam selaku Ketua Lajnah Falakiyah Lamongan, peneliti
mendapatkan hasil kesimpulan bahwa rukyat di Pantai Tanjung
KodokLamongan belum pernah berhasil dilakukan dari tahun 2008
hingga tahun 2011. Adapun alasan ketidakberhasilan rukyat
tersebut dikarenakan adanya mendung yang menghalangi perukyat
sebagaimana yang dinyatakan M. Khoirul Anam.
4) Beda Azimuth Bulan – Matahari
85
Beda azimuth Bulan – Matahari sangat mempengaruhi
visibilitas hilal.Saatbedaazimuth Bulan – Matahari relatif kecil,
misalkan 0 derajat, maka cahaya Matahari saat terbenam akan
menyamarkan cahaya Bulan sabit (hilal). Dalam keadaan ini,
ketinggian hilal harus cukup tinggi agar cahaya hilal bisa nampak,
yaitu sebesar 8,3.169
Kasus ini tentunya berbeda dengan kasus dimana beda
azimuth Bulan – Matahari relatif besar, misalnya 6 derajat, maka
hilal dengan ketinggian 2,3 derajat akan bisa dilihat karena jarak
antara Bulan dan Matahari saat itu jauh.
Berikut tabel bedaazimuth Bulan– Mataharisaat
pelaksanaan rukyat di Pantai Tanjung Kodok Lamongan tahun
2008 – 2011 yang peneliti dapatkan:
Bulan / Tahun Hijriah
Azimuth Matahari
Azimuth Bulan
Beda Azimuth Matahari-Bulan
Ramadhan 1429 H
278° 22' 6.28'' 273° 49' 22.73''
4° 32' 43.55'' Syawal 1429 H 268° 33'
31.43'' 264° 33' 8.49'' 4° 0' 22.94''
Dzulhijjah 1429 H
249° 3' 13.2'' 244° 41' 32.43''
4° 21' 40.77'' Ramadhan 1430 H
257° 42' 53.88''
260° 8' 39.07'' 2° 25' 45.19'' Syawal 1430 H 271° 15'
19.96'' 264° 53' 32.07''
6° 21' 47.89'' Dzulhijjah 1430 H
250° 45' 23.67''
254° 49' 28.35''
4° 4' 4.68'' Ramadhan 1431 H
285° 31' 4'' 281° 22' 13'' 4° 8' 51'' Syawal 1431 H 275° 34' 4'' 271° 8' 6'' 4° 25' 58'' Dzulhijjah 1431 H
253° 44' 38'' 249° 32' 9'' 4° 12' 29'' Ramadhan 1432 H
288° 18' 31.5'' 282° 56' 47.38''
5° 21' 44.12''
169Thomas Djamaluddin, “Kriteria Imkanur Rukyat Khas Indonesia : Titik Temu Penyatuan Hari Raya dan Awal Ramadhan”, Dimuat di Pikiran Rakyat, 30 Januari 2001.
86
Syawal 1432 H 279° 20' 54.59''
273° 28' 50.66''
5° 52' 3.93'' Dzulhijjah 1432 H
288° 32' 32.22''
282° 46' 18.01''
5° 46' 14.21''
Tabel 4.2 Beda Azimuth Matahari-Bulan di Pantai Tanjung Kodok
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata
bedaazimuthBulan dan Matahari sebesar 5 derajat. Oleh karena itu
ketinggian hilal 2,6 derajat sudah dikategorikan untuk bisa dilihat
secara teori.
5) KondisiatmosferBumi
Lapisan atmosfer selain berfungsi untuk melindungi
kehidupan di Bumi dengan menyerap radiasi sinar ultraviolet dari
Matahari, juga berfungsi sebagai lensa raksasa yang dapat
membiaskan gelombang cahaya Matahari sehingga dapat
mempengaruhi penglihatan terhadap objek benda langit.
Gangguan atmosferik sewaktu melakukan rukyatul hilal
terjadi kebanyakan di lapisan Troposfir (0-16 km) di ekuator dan
(0-8 km) di kutub, karena di lapisan inilah terjadi fenomena-
fenomena cuaca seperti suhu, tekanan, partikel di udara dan kondisi
awan yang menimbulkan peristiwa optik di atmosfir, seperti
refraksi, refleksi dan difraksi bahkan menyerap cahaya sehinggga
mempengaruhi penglihatan.170
170 Muhammad Husni, Mengenal Faktor Gangguan Atmosferik (Ghumma) Pada Pelaksanaan Rukyatul Hilal, Kumpulan-kumpulan Materi “Pendidikan dan Pelatihan Nasional Pelaksana Rukyat Nahdlatul Ulama” Dilaksanakan pada tanggal 17-23 desember 2006 / 26 Dzulqo’dah – 2 Dzulhijjah 1427 H di Masjid Agung Jawa tengah, hlm. 2.
87
Dari berbagai peristiwa optik tersebut, peristiwa refraksi
atmosfer adalah peristiwa optik yang sangat mempengaruhi
penglihatan terhadap benda langit, khususnya dalam praktek
rukyat.Refraksi atmosfer adalah penyimpangan cahaya atau
gelombang elektromagnetik dari garis lurus ketika melewati
atmosfer karena adanya variasi kerapatan udara sebagai fungsi dari
ketinggian.Refraksi atmosfer menyebabkan benda-benda langit
terlihat lebih tinggi daripada yang sebenarnya.Semakin dekat ke
horizon semakin besar indeks refraksinya.171
Fenomena yang terjadi akibat adanya refraksi atmosfer
antara lain:Perubahan posisi Matahari dan Bulan,Perubahan bentuk
Matahari dan Bulan, Kilat hijau (Green flash), Benda khayal
(mirages), inferior dan superior, Kilat merah (Red flash) dan Benda
berkilau (Scintillation).172
6) Horizontal Visibility (Jarak Pandang Mendatar)
Jarak pandang mendatarakan berkurang jika partikel-
partikel atmosfer antara pengamat dan benda menyerap atau
menghamburkan cahaya Matahari.Selain itu, cahaya juga dapat
diserap oleh zat-zat di atmosfer seperti Karbon dan NO2 yang
sangat dominan dalam menyerap cahaya. Jika konsentrasi partikel
di udara sangat rendah maka batas pandang dapat mencapai 250
km. Polusi meningkatkan konsentrasi pertikel di udara sehingga
171ibid. 172ibid.
88
mempengaruhi jarak pandangmenjadi minus 70 km.Jarak pandang
dari permukaan laut dapat mencapai 300 km jika tanpa ada partikel
di atmosfer, bahkan bisa mencapai 500 km dari puncak Mount
Blanc. Intinya semakin tinggi suatu tempat, maka jarak pandangnya
akan semakin jauh.173
b. Faktor Non Alam
Faktor non alam juga berpengaruh terhadap keberhasilan
rukyat di pantai Tanjung Kodok. Berikut beberapa faktor non alam
yang turut mempengaruhi keberhasilan rukyat:
1) Alat Rukyat
Keadaan hilal yang begitu tipis dan halus sangat sulit untuk
dilihat. Pada saat Matahari baru saja terbenam, cahaya langit senja
masih cukup terang, yang menyulitkan perukyat untuk dapat
melihat hilal. Selain itu saat rukyat dilakukan, umur Bulan masih
muda, sehingga cahaya Bulan masih terlalu tipis.Cahaya Bulan ini
hampir tidak jauh berbeda dengan terangnya langit senja yang
cerah tanpa awan.174
Oleh karena itu, untuk memudahkan pelaksanaan rukyat
diperlukan beberapa alat bantu. Alat bantu yang bisa digunakan
dalam pelaksanaan rukyat adalah Gawang Lokasi, Binokuler,
Rubu’ al-Mujayyab,Theodolite, Teleskop, dan Tongkat Istiwa’.
173ibid, 174 Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 54.
89
Menurut peneliti, dari beberapa alat bantu tersebut, alat-alat
yang penting untuk digunakan adalah theodolite dan teleskop.
Theodolite berguna untuk mengukur sudut azimuth dan
ketinggian/altitude (irtifa' ) secara lebih teliti dibandingkan kompas
dan Rubu’ al Mujayyab175.
Sedangkan teleskop atau teropong memiliki tiga fungsi
utama, yakni: meningkatkan kecermelangan objek pengamatan,
membuat objek kelihatan lebih detail dibandingkan dengan mata
telanjang, dan membuat objek tampak lebih besar, seolah-olah
lebih dekat dengan pengamat.
Peran teleskop dalam penentuan awal Bulan diantaranya;
a) Membantu dalam pengamatan hilal sehingga dapat dicapai
obyektivitas hasil pengamatan hilal.
b) Agar dapat dicapai unifikasi persepssi obyek langit yang
dinamakan hilal, kesalahan persepsi tentang obyek lain yang
dikira hilal diharapkan bisa dihindari dengan baik dan
absurditas hasil pengamatan hilal dapat menjadi obyektifitas
ilmu pengetahuan tentang hilal yang lebih kokoh.
c) Pengamatan hilal dengan teleskop tidak dipengaruhi oleh
subyektivitas (kondisi psikolog dan mata pengamat) dengan
independen membantu mengklarifikasi apakah yang diamati
oleh mata pengamat sebuah hilal atau awan tipis.
175 Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta:
Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981, hlm. 134.
90
d) Membantu mata pengamat dalam mengidentifikasi hilal pada
langit yang diterangi cahaya senja.
e) Teleskop dapat merekam kondisi langit Barat pada arah
pengamatan hilal, dapat merekam kondisi pengamatan hilal.176
Adapun alat rukyat yang digunakan di pantai Tanjung
Kodok adalah Teleskop Celestron Nexstar 5, Theodolite, GPS
(Global Positioning System), dll.Menurut peneliti. Perpaduan
antara Teleskop Celestron Nexstar 5 dan GPS akan sangat
membantu perukyat untuk merukyat hilal.hal ini dikarenakan
teleskop jenis ini secara otomatis akan menunjukkan lokasi hilal
saat Matahari terbenam. Hilal yang tampak pada teleskop juga bisa
diabadikan dengan kamera yang bisa dipasang pada teleskop.177
2) Manusia Sebagai Perukyat
Manusia sebagai perukyat juga turut memberikan andil
yang besar pada keberhasilan pelaksanaan rukyat. Menurut peneliti
kriteria perukyat yang capable untuk pelaksanaan rukyat adalah:
a) Pengalaman rukyat.Bagi orang awam yang belum terlatih
untuk melakukan rukyat akan menemui kesulitan untuk
menemukan hilal yang dimaksud.
176 Moedji Raharto, Perangkat Rukyat Hilal: Binokuler, Teleskop dan Sistem Mounting, Kumpulan-kumpulan Materi “Pendidikan dan Pelatihan Nasional Pelaksana Rukyat Nahdlatul Ulama” Dilaksanakan pada; tanggal 17-23 desember 2006 / 26 Dzulqo’dah – 2 Dzulhijjah 1427 H di Masjid Agung Jawa tengah, hlm. 4-5.
177http://www.celestron.com/astronomy/telescopes/celestron-nexstar-5se.html diakses pada tanggal 8 Juni 2012.
91
b) Ahli mengoperasikan alat rukyat. Munculnya varian alat
rukyat, baik yang klasik maupun yang modern, seperti
theodolite dan teleskop, mengharuskan perukyat mempunyai
keahlian mengoperasikannya. Hal ini penting untuk
mempermudah perukyat mengamati hilal dengan alat bantu
rukyat tersebut.
c) Mengetahui posisi hilal saat Matahari terbenam (ghurub).
Sehingga ketika proses rukyah, ia tidak melihat ke arah yang
salah. Data posisi hilal ini bisa diperoleh dari perhitungan
hisab awal Bulan Kamariah.
d) Mengetahui bentuk hilal yang dimaksud. Pada saat permulaan
Bulan hijriah baru, hilal yang muncul ada bermacam-macam
bentuknya. Ada yang miring ke Selatan, miring ke Utara, dan
sebagainya. Bentuk hilal ini bisa diperoleh dengan perhitungan
awal Bulan Kamariah.
e) Mempunyai indra penglihatan yang tajam. Bagi perukyat yang
menggunakan kacamata untuk mata minus akan sulit melihat
hilal. Ini disebabkan penyakit mata minus menyebabkan
penderitanya susah melihat benda yang jauh, terutama saat
malam hari.
f) Pengetahuan astronomis pengamat. Pengetahuan astronomis
pengamat akan mempengaruhi kebenaran obyek yang diamati.
92
Ini dikarenakan banyaknya benda langit yang menyerupai
Bulan.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Rukyat di Bukit
Condrodipo Gresik 2008-2011
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
rukyat di Bukit condrodipo Gresik bisa dikategorikan menjadi dua faktor,
yaitu:
a. Faktor Alam
Beberapa faktor alam yang mempengaruhi keberhasilan rukyat
di Bukit Condrodipo Gresik adalah:
1) Kondisi Geografis Lokasi Rukyat
Kondisi geografis Bukit Condrodipo sebagai lokasi rukyat
cukup memadai.Dua hal yang menjadikannya tempat yang
memadai untuk pelaksanaan rukyat. Pertama, ketinggian tempat
Bukit Condrodipo adalah 185 kaki178 atau 56,388 meter 179.
Sedangkan dalam Taqwim Awal Bulan Qomariyah tahun 2009-
2011, data tinggi tempat yang digunakan adalah 120 meter.
Ketinggian tempat ini menjadikan ufuk horizon semakin luas,
karena tempat-tempat yang biasanya terhalang akan terlihat.
Kedua, pandangan bebas di daerah sebelah Barat, menjadikan ufuk
Barat tempat terbenamnya Matahari dan munculnya hilal lebih
178 Data ini didapatkan dari software Google Earth pada tanggal 8 Juni 2012 179 1 kaki = 0,3048 meter. Lihat http://www.calculateme.com/Length/Feet/ToMeters.htm
diakses pada 8 juni 2012.
93
mudah dilihat.Hal ini menjadikan tempat ini layak digunakan
untuk tempat rukyat.
Berikut gambar Bukit Condrodipo Gresik yang peneliti
dapatkan dari software Google Earth:
Gambar 4.2 Peta Bukit Condrodipo diambil dari Software Google Earth180
2) Kondisi Cuaca Saat Rukyat
Beberapa data yang peneliti kumpulkan dari BMKG Gresik
menunjukkan kondisi cuaca saat pengamatan.Data-data tersebut
berupa jumlah awan, arah angin, kecepatan angin, jenis awan
rendah, jenis awan menengah, jenis awan tinggi, dan jarak pandang
mendatar.
Dari hasil pengamatan peneliti, kriteria cuaca yang baik
untuk pelaksanaan rukyat adalah ketika jumlah awannya kurang
dari 2, dan jenis awan rendah dan awan menengahnya bernilai 0
180Diakses pada tanggal 7 Juni 2012.
94
atau 1, meskipun ada awan tinggi, namun keberadaannya tidak
akan mengganggu terlihatnya hilal, selama jumlah awan tingginya
tidak lebih dari 7 yang akan menyebabkan turunnya hujan.
3) Tinggi Hilal
Ketinggian hilal saat Matahari terbenam juga
mempengaruhi hasil rukyat di Bukit Condrodipo
Gresik.Ketinggian hilal yang bisa diamati dari Bukit Condrodipo
adalah ketika tinggi hilal lebih dari 2 derajat.ini bisa dilihat dari
tabel berikut. Tabel ini berisi data tinggi hilal saat pelaksanaan
rukyat di Bukit Condrodipo Gresik dari tahun 2008 hingga tahun
2011:
Bulan / Tahun Hijriah
Tinggi Hilal Mar’i Bukit Condrodipo
Keterangan
Ramadhan 1429 H 06°16’ 47.25” Terlihat
Syawal 1429 H -0° 44’ 07” Tidak Terlihat
Dzulhijjah 1429 H Hilal di bawah ufuk Tidak Terlihat
Ramadhan 1430 H -01° 17’ 37” Tidak Terlihat
Syawal 1430 H 05° 36’ 32” Tidak Terlihat
Dzulhijjah 1430 H 05° 41’ 29” Terlihat
Ramadhan 1431 H 02° 17’ 13” Terlihat
Syawal 1431 H -02° 11’ 47” Tidak Terlihat
Dzulhijjah 1431 H 01° 11’ 05” Tidak Terlihat
Ramadhan 1432 H 06° 36’ 24” Terlihat
Syawal 1432 H 01° 36’ 23” Tidak Terlihat
Dzulhijjah 1432 H 06° 16’ 17” Terlihat
Tabel 4.3 Tinggi Hilal Mar’I di Bukit Condrodipo
95
Dari tabel tersebut dapat dismpulkan bahwa pada
ketinggian hilal 01° 36’ 23” (awal Syawal 1432 H) dan 01° 07’ 52”
(awal Dzulhijjah 1431 H), pelaksanaan rukyat tidak berhasil.
Pelaksanaan rukyat baru berhasil ketika hilal berada pada
ketinggian 02° 17’ 13” (awal Ramadhan 1431 H), 05° 41’ 29”
(awal Dzulhijjah 1430 H), 06° 16’ 17” (awal Dzulhijjah 1432 H),
06°16’ 47.25” (awal Ramadhan 1429 H), dan 06° 36’ 24” (awal
Ramadhan 1432 H).
Meskipun demikian rukyat pernah dilaporkan tidak berhasil
pada ketinggian hilal 5° 36’ 32” pada awal Syawal 1430 H. Hal ini
bukan dikarenakan karena faktor ketinggian, karena secara ilmiah
pada ketinggian itu hilal dimungkinkan bisa dilihat oleh pengamat.
Kegagalan rukyat pada awal Syawal 1430 H dikarenakan keadaan
cuaca saat rukyat tersebut adalah mendung, sehingga hilal tidak
bisa diamati181.
4) Beda Azimuth Bulan – Matahari
Berikut tabel bedaazimuth Bulan – Mataharisaat
pelaksanaan rukyat di Bukit Condrodipo Gresik tahun 2008 – 2011
yang peneliti dapatkan:
Bulan / Tahun Hijriah
Azimuth Matahari
Azimuth Bulan
Beda Azimuth Matahari-Bulan
Ramadhan 1429 H
276° 16' 34'' 274° 11' 3'' 2° 5' 31'' Syawal 1429 H 267° 11' 14'' 263° 6' 36'' 4° 4' 38''
181Info tentang mendung ini peneliti dapatkan saat wawancara dengan Luch Al Fanani,
selaku Ketua Lajnah Falakiyah Gresik, pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012.
96
Dzulhijjah 1429 H
248° 25' 50.62''
243° 49' 29.27''
4° 36' 21.35'' Ramadhan 1430 H
282° 19' 7'' 279° 52' 43'' 2° 26' 24'' Syawal 1430 H 271° 14' 59'' 264° 17' 2'' 6° 57' 57'' Dzulhijjah 1430 H
250° 39' 54'' 245° 59' 7'' 4° 40' 47'' Ramadhan 1431 H
285° 29' 40'' 281° 21' 56'' 4° 7' 44'' Syawal 1431 H 275° 32' 16'' 271° 5' 54'' 4° 26' 22'' Dzulhijjah 1431 H
253° 41' 44'' 249° 30' 15'' 4° 11' 29'' Ramadhan 1432 H
288° 17' 0'' 282° 56' 43'' 5° 20' 17'' Syawal 1432 H 279° 19' 10'' 273° 27' 31'' 5° 51' 39'' Dzulhijjah 1432 H
257° 0' 14'' 252° 26' 10'' 4° 34' 4''
Tabel 4.4 Beda Azimuth Matahari-Bulan di Bukit Condrodipo Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata
bedaazimuthBulan dan Matahari sebesar 5 derajat. Oleh karena itu
ketinggian hilal 2,6 derajat sudah dikategorikan untuk bisa dilihat
secara teori.
5) Kondisi atmosferBumi
Gangguan atmosferik sewaktu melakukan rukyatul hilal
terjadi kebanyakan di lapisan Troposfir (0-16 km) di ekuator dan
(0-8 km) di kutub, karena di lapisan inilah terjadi fenomena-
fenomena cuaca seperti suhu, tekanan, partikel di udara dan kondisi
awan yang menimbulkan peristiwa optik di atmosfir, seperti
refraksi, refleksi dan difraksi bahkan menyerap cahaya sehinggga
mempengaruhi penglihatan.Refraksi atmosfer menyebabkan benda-
benda langit terlihat lebih tinggi daripada yang
97
sebenarnya.Semakin dekat ke horizon semakin besar indeks
refraksinya.182
6) Horizontal Visibility (Jarak Pandang Mendatar)
Jarak pandang mendatarakan berkurang jika partikel-
partikel atmosfer antara pengamat dan benda menyerap atau
menghamburkan cahaya Matahari. Polusi meningkatkan
konsentrasi pertikel di udara sehingga mempengaruhi jarak
pandangmenjadi minus 70 km.Jarak pandang dari permukaan laut
dapat mencapai 300 km jika tanpa ada partikel di atmosfer, bahkan
bisa mencapai 500 km dari puncak Mount Blanc. Intinya semakin
tinggi suatu tempat, maka jarak pandangnya akan semakin jauh.
b. Faktor Non Alam
Adapun beberapa faktor non alam yang turut mempengaruhi
keberhasilan rukyat di Bukit Condrodipo Gresik adalah:
1) Alat Rukyat
Beberapa alat bantu rukyat yang digunakan adalah
Theodolite 3 set (Nikon NE-202 dan NE-102), Teleskop Tracking
Bosscha (dibawa oleh Tim Bosscha Bandung), Gawang lokasi
konvensional, LCD Proyektor 2 set NEC VT-470, Kamera digital
Nikon Coolpix-2100, serta Laptop dan software pendukung.
182ibid.
98
Beberapa alat yang digunakan dalam pelaksanaan rukyat di
Bukit Condrodipo Gresik tersebut sudah memadai untuk
pengamatan hilal. Tiga buah theodolite (Nikon NE-202 dan NE-
102) serta teleskop tracking Bosscha yang disambugkan dengan
kamera digital Nikon Coolpix-2100 dan Laptop beserta LCD
Proyektor NEC VT-470 akan mempermudah pengamatan hilal,
karena teleskop ini tipe teleskop tracking yang bisa mencari secara
otomatis benda langit yang diinginkan, termasuk Bulan.
2) Manusia Sebagai Perukyat
Manusia sebagai perukyat juga turut memberikan andil
yang besar pada keberhasilan pelaksanaan rukyat.Menurut peneliti
kriteria perukyat yang memadai untuk pelaksanaan rukyat adalah
pengalaman rukyat, ahli mengoperasikan alat rukyat, serta
mempunyai ilmu agama yang cukup terakit dengan rukyatul hilal.
3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perbedaan Hasil Rukyat antara Pantai
Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008-
2011
Berdasarkan hasil analisis peneliti di atas, peneliti mengambil
beberapa kesimpulan mengenai factor-faktor yang menyebabkan
perbedaan rukyat antara Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit
Condrodipo Gresik 2008-2011, yaitu:
a. Secara umum, kondisi alam yang sangat mempengaruhi perbedaan
rukyat adalah kondisi geografis lokasi rukyat.
99
Kriteria lokasi pelaksanan rukyat yang layak digunakan adalah
tempat yang mempunyai pandangan bebas ke arah Barat dengan sudut
arah minimal 24 derajat dihitung dari titik Barat, baik ke arah Utara
maupun ke arah Selatan.Hal ini dikarenakan deklinasi Matahari terbesar
rata-rata bernilai 23°27’ dan minimal bernilai -23°27’.Kriteria ini sudah
dipenuhi oleh kedua lokasi tersebut karena keduanya memang memiliki
jarak pandang yang bebas ke arah Barat.
Namun bila ditinjau kembali hasil pelaksanaan rukyat di kedua
tempat, akan didapatkan hasil rukyat yang berbeda. Pelaksanaan rukyat
di Pantai Tanjung Kodok tidak berhasil dilakukan dari tahun 2008
hingga 2011.Hal ini terjadi meskipun ketinggian hilal mar’i sudah lebih
dari dua derajat di atas ufuk, dan alat yang digunakan sudah canggih,
yaitu Teleskop Celestron Nexstar 5, Theodolite, danGPS (Global
Positioning System).
Sedangkan pelaksanaan rukyat di Bukit Condrodipo Gresik
dilaporkan berhasil beberapa kali dari tahun 2008-2011. Hilal berhasil
dilihat ketika tinggi hilal mar’i lebih dari 2 derajat saat Matahari
terbenam, yaitu pada ketinggian 02° 17’ 13” (awal Ramadhan 1431 H),
05° 41’ 29” (awal Dzulhijjah 1430 H), 06° 16’ 17” (awal Dzulhijjah
1432 H), 06°16’ 47.25” (awal Ramadhan 1429 H), dan 06° 36’ 24”
(awal Ramadhan 1432 H). Alat yang digunakan di Bukit Condrodipo
Gresik hampir sama, yaitu theodolite dan teleskop yang bisa mencari
benda langit secara otomatis.
100
Dari perbedaan hasil pelaksanaan rukyat pada dua tempat
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa tempat yang ideal untuk rukyat
adalah tempat yang tinggi dengan pandangan bebas ke arah Barat.Hal
ini terbukti dengan laporan keberhasilan pelaksanaan rukyat beberapa
kali di Bukit Condrodipo Gresik.
Hal ini sebagaimana dilansir oleh Ma’rufin Sudibyo, bahwa
rukyat di tepi laut akan dipengaruhi oleh uap air laut yang dihasilkan
oleh sinar Matahari pada air laut sebelum terbenam. Uap air laut dalam
jumlah banyak akan mengaburkan pandangan mata183. Oleh karena itu
pelaksanaan rukyat diutamakan pada daratan yang tinggi seperti bukit
atau puncak gunung dengan pandangan bebas ke arah Barat. Pada
daratan yang tinggi dengan pandangan bebas ke arah Barat, tidak akan
ada pengaruh uap air laut, sehingga pandangan mata perukyat tidak
akan tersamarkan oleh uap air laut seperti yang terjadi di tepi laut.
b. Cuaca saat rukyat
Cuaca saat rukyat akan mempengaruhi pelaksanaan rukyat. Pada
cuaca dengan jumlah awan (N) lebih dari 2, akan terdapat awan rendah
dan awan menengah. Biasanya kedua jenis awan ini akan menutupi
posisi hilal saat Matahari terbenam. Factor cuaca ini tidak bisa dihindari
dan diubah oleh manusia.Oleh karena itu saat jumlah awan semakin
banyak, misalnya N mencapai angka 7, 8 atau 9. Maka menurut
BMKG, hilal tidak akan berhasil dilihat karena saat N bernilai 7 atau 8
183Hasil wawancara dengan Ma’rufin Sudibyo lewat media sosial Facebook pada tanggal 8 Juni 2012.Dia adalah ketua Tim Ahli pada Badan Hisab dan Rukyat Daerah Kebumen tahun 2007 hingga sekarang.
101
maka dipastikan saat itu 90 % langit tertutup awan. Sedangkan jika N
bernilai 9 maka dipastikan akan turun hujan yang mengindikasikan
bahwa pengamatan hilal juga akan terkendala. Ketika kondisi awan
seperti ini maka perukyat harus menggunakan metode istikmal untuk
penentuan awal Bulan Kamariah, sebagaimana hadis Nabi Muhammad
saw:
�ل KL7$ أ&� ه�;�ة ر8) ا���� ��� B د�� #�7O� &( ز;� ��! "�L' �� Pدم !�� �� ��!
�ل ا����)Q 3��4 ا���� ��B و$��1 ;��ل ���ل أ&� ا���$1 3��4 ا���� ��B ل�B و$��1 أو ��
)� ��ن ��L' آ7��ا ���ةS- 1*��� (R�C نD- �>;�وا ��ؤE-�4#�ا ��ؤ;<� وأ) Hروا
�ريU� 184)ا�
Artinya: Bercerita kepada kami Adam bercerita kepada kami Syu’bah
bercerita kepada kami Muhammad bin Ziyad dia berkata saya menedengar Abu Hurairah dia berkata Nabi Saw bersabda atau berkata Abu Qosim Saw berpuasalah kamu karena melihat hilal dan berbukalah karena melihat hilal pula, jika hilal terhalang oleh awan terhadapmu maka genapkanlah Bulan Sya’ban tiga puluh hari.
c. Ketinggian Hilal saat Matahari terbenam
Faktor lain yang turut mendominasi keberhasilan pelaksanaan
rukyat adalah ketinggian Hilal saat Matahari terbenam. Dari laporan
pelaksanaan rukyat yang berhasil dilakukan di Bukit Condrodipo
Gresik, dapat disimpulkan bahwa rukyat berhasil dilakukan saat tinggi
hilal yang terlihat atau hilal mar’i lebih dari 2 derajat di atas ufuk.Hal
ini dikarenakan terlhatnya Hilal sangat dipengaruhi oleh refraksi dan
cahaya Matahari saat terbenam.
184 Maktabah Syamilah, Shahih Bukhari, edisi ke-2, zus. 6, hlm.481, hadis ke- 1776.
102
Refraksi menjadikan benda langit seperti Bulanakan tampak
lebih tinggi dari yang sebenarnya. Refraksi semakin besar ketika benda
langit semakin mendekati ufuk. Selain itu, cahaya Matahari saat
terbenam menjadikan Hilal yang dekat dengan ufuk akan menjadi
tersamarkan oleh cahaya Matahari, sehingga pengamatan hilal akan
sulit dilakukan.
Berdasarkan data yang peneliti kumpulkan dari tim rukyat hilal di
Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik dari tahn
2008-2011, peneliti mendapatkan gambaran umum bahwa rukyat yang
dilakukan di Pantai Tanjung Kodok tidak berhasil dilakukan, sedangkan
pelaksanaan rukyat di Bukit Condrodipo terkadang berhasil dan terkadang
tidak.
Dari data-data laporan pelaksanaan rukyatul hilal peneliti
menggolongkannya ke dalam dua kategori.Kategori pertama adalah kategori
keberhasilan pelaksanaan rukyat.Dan kategori kedua adalah kategori
ketidakberhasilan rukyat.
Untuk kategori keberhasilan rukyat, peneliti menuliskannya kembali
dalam tabel berikut.Tabel ini berisi hasil pelaksanaan rukyat yang berhasil
dilakukan -meskipun hanya berhasil di Bukit Condrodipo Gresik- dari tahun
1429 H / 2008 M – 1432 H / 2011 M.
Bulan / Tahun Hijriah
Tinggi Hilal Mar’i Tanjung Kodok
Keterangan Tinggi Hilal Mar’i Bukit Condrodipo
Keterangan
Ramadhan 1429 H 05°29’ 47.79” Tidak Berhasil 06°16’ 47.25” Berhasil Dzulhijjah 1430 H 05° 40’ 54,55” Tidak Berhasil 05° 41’ 29” Berhasil Ramadhan 1431 H 02° 15’ 30” Tidak Berhasil 02° 17’ 13” Berhasil
103
Ramadhan 1432 H 06° 39’ 37.00” Tidak Berhasil 06° 36’ 24” Berhasil Dzulhijjah 1432 H 06° 25’ 52.65” Tidak Berhasil 06° 16’ 17” Berhasil
Tabel 4.5 Pelaksanaan Rukyat Yang Berhasil Melihat Hilal
Penetapan awal Ramadhan 1429 H / 2008 Mhilal tidak berhasil
terlihat di Tanjung Kodok disebabkan karena cuaca mendung.di Bukit
Codrodipo hilal dapat terlihat oleh tiga syahid (perukyat).
Pada penetapan awal Dzulhijjah 1430 H di Pantai Tanjung Kodok
hilal tidak dapat dilihat karena keadaan horizon pada saat itu banyak
halangan dan mengganggu pemantauan hilal yang dilakukan, selain itu
keadaan cuaca sebelum Matahari terbenam terdapat awan tebal sehingga
hilal tidak terlihat.Di Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur hilal berhasil
dilihat.tinggi hilal hakiki 06°13’ 37”, tinggi hilal mar'i 05° 41’ 29”. Horison
barat cukup berawan, akan tetapi kurang lebih 60 derajat di sekitar hilal,
awan agak tipis dan hilal berhasil terlihat oleh Inwanuddin dan Samsul
Fu'ad.
Pada penetapan awal Ramadhan 1431 H hilal dapat terlihat di Bukit
Condrodipo. Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di seluruh wilayah
Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara 01°14’ sampai
dengan 02°32’. Pada penetapan awal Ramadhan 1432 H di Pantai Tanjung
Kodok hilal tidak dapat dilihat.Keadaan horizon pada saat rukyat
dilakukanada halangan tetapi tidak mengganggu pemantauan hilal yang
dilakukan.Keadaan cuaca sebelum Matahari terbenam terdapat awan tidak
merata sehingga hilal tidak terlihat.Hilal terlihat dari Bukit Condrodipo oleh
104
tiga orang.Kondisi horizon (ufuk) Barat cukup cerah, walaupun ada awan-
awan tipis.
Pada penetapan awal Dzulhijja 1432 H di Pantai Tanjung Kodok
hilal tidak dapat dilihat karena keadaan horizon pada saat itu banyak
halangan dan mengganggu pemantauan hilal yang dilakukan.Keadaan cuaca
sebelum Matahari terbenam maupun saat hilal tidak terlihat juga terdapat
awan tebal.Hilal dapat terlihat di Condrodipo, ketinggian hilal mencapai 06°
33’ 17”. Kondisi ketinggian hilal sangat memungkinkan untuk berhasil
dirukyat ( imkanur rukyat). Pada saat Matahari terbenam, posisi hilal di
seluruh wilayah Indonesia sudah di atas ufuk, dengan ketinggian hilal antara
04°25’ sampai dengan 6°34’.185
Keberhasilan rukyat yang hanya terjadi di Bukit Condrodipo
menunjukkan bahwa daerah pegunungan atau dataran tinggi lebih berpotensi
untuk dapat melihat hilal dibandingkan dengan dataran rendah terutama tepi
laut.Khusus pada tepi laut banyaknya uap air laut yang dihasilkan oleh sinar
Matahari mengakibatkan pandangan mata perukyat terhalang oleh uap air laut
tersebut.Hal ini tentu saja berbeda dengan pengamatan hilal di bukit atau
dataran tinggi.Asalkan pandangan ke arah Barat jelas dan tidak terhalang oleh
bangunan atau perbukitan, maka hilal dimungkinkan terlihat oleh perukyat.
Untuk kategori pelaksanaan rukyat yang tidak berhasil melihat hilal,
penulis masukkan ke dalam tabel berikut.Tabel pelaksanaan rukyat yang tidak
185Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, op.cit., hlm. 435.
105
berhasil dilakukan di Bukit Condrodipodan Pantai Tanjung Kodok dari tahun
1429 H / 2008 M – 1432 H / 2011 M.
Bulan / Tahun Hijriah
Tinggi Hilal Mar’i Tanjung Kodok
Keterangan Tinggi Hilal Mar’i Bukit Condrodipo
Keterangan
Syawal 1429 H -0° 24’ 15,21” Tidak Berhasil -0° 44’ 07” Tidak Berhasil Dzulhijjah 1429 H Hilal di bawah ufuk Tidak Berhasil Hilal di bawah ufuk Tidak Berhasil Ramadhan 1430 H Hilal di bawah ufuk Tidak Berhasil -01° 17’ 37” Tidak Berhasil Syawal 1430 H 05° 27’ 42,61” Tidak Berhasil 05° 36’ 32” Tidak Berhasil Syawal 1431 H -02° 06’ 56” Tidak Berhasil -02° 11’ 47” Tidak Berhasil Dzulhijjah 1431 H 01° 07’ 52” Tidak Berhasil 01° 11’ 05” Tidak Berhasil Syawal 1432 H 01° 37’ 37.35” Tidak Berhasil 01° 36’ 23” Tidak Berhasil
Tabel 4.6 Pelaksanaan Rukyat Yang Tidak Berhasil Melihat Hilal
Hilal untuk menentukan 1 Syawal 1429 H, tidak terlihat saat
dilakukan pengamatan oleh timrukyat di Tanjung Kodok maupun di Bukit
Condrodipo. Hal ini dikarenakan ketinggian hilal yang masih dibawah ufuk
sehingga bisa dipastikan hilal tidak akan terlihat. Kasus yang sama juga terjadi
pada penetapan awal Dzulhijjah 1429 H yakni hilal masih di bawah ufuk.
Pada penetapan awal Ramadhan 1430 H / 2009 M tim Hisab dan
Rukyat Departemen Agama Lamongan juga gagal melihat hilal di Tanjung
Kodok. Hilal tidak terlihat karena adanya beberapa kondisi antara lain karena
tertutup awan, dan cuaca mendung serta kabut tebal. Selain itu, posisi hilal
masih dibawah ufuk, yaitu -1 hingga 2 derajat.Di Condrodipo juga tidak ada
perukyat yang berhasil melihat hilal.
Pada penetapan awal Syawal 1430 ini timrukyat al-hilal Jawa
Timur kesulitan melihat karena pengaruh cuaca, meskipun posisi Bulan dan
Matahari saat terbenam setelah ijtima’Bulan berada cukup tinggi sekitar 4
106
hingga 5 derajat di atas ufuk. akan tetapi karena cuaca mendung sehingga di
Bukit Condrodipo juga hilal tidak bisa terlihat.
Pada penetapan awal Syawal hilal tidak dapat terlihat.Hal ini
dikarenakan ketinggian hilal yang masih dibawah ufuk sehingga bisa
dipastikan hilal tidak akan terlihat. Sedangkan pada penetapan awal
Dzulhijjah ketinggian hilal di seluruh wilayah Indonesia antara -0°19’
sampai dengan 1°21’; belum imkan rukyat.Penetapan awal Syawal 1432
Hijriyah, ketinggian hilal belum mencapai dua derajat (batas minimal imkan
rukyat ketinggian hilal di Indonesia) sehingga hilal tidak terlihat.Para
perukyat di seluruh wilayah Indonesia tidak ada yang menyatakan berhasil
melihat hilal sehingga ditetapkan bahwa 1 Syawal 1432 H jatuh pada hari
Rabu tanggal 31 Agustus 2011.186
Dari tabel tersebut, meskipun dua tempat tersebut berbeda tempat dan
ketinggian, namun ada faktor penting lainnya yang mengakibatkan hilal tidak
bisa dilihat.Pertama, faktor ketinggian hilal saat Matahari terbenam. Meskipun
kedua tempat tersbut berbeda ketinggian dan didukung oleh kondisi langit yang
cerah, namun jika tinggi hilalnya dibawah 2 derajat saat Matahari terbenam,
maka hilal akan sulit dilihat karena kecerahan langit saat Matahari terbenam
membuat cahaya hilal yang tipis semakin kabur. Kedua, faktor mendung. Pada
saat mendung, meskipun ketinggian hilal berada di atas dua derajat, seperti
awal Syawal 1430, namun jika cuaca saat pengamatan mendung, maka
186ibid.,hlm. 440.
107
dipastikan hilal akan sangat sulit terlihat. Oleh karena itu kedua tempat tersebut
tidak dapat melihat hilal.
Tingkat keberhasilan rukyat yang dilakukan di Pantai Tanjung Kodok
Lamongan mulai tahun 2008 hingga 20011 tidak berhasil dilakukan karena
ketika pelaksanaan rukyat perukyat terhalang oleh awan yang menutupi hilal.
Hal ini wajar karena pada daerah pantai penglihatan rukyat akan tertutupi oleh
uap air laut yang dihasilkan oleh sinar Matahari sebelum tenggelam. Oleh
karena itu, wajar bila perukyat tidak bisa melihat hilal.
Selain itu, iklim Indonesia saat pelaksanaan rukyat adalah iklim hujan.
Hal ini dikarenakan Bulan-Bulan saat pelaksanakan rukyat adalah Bulan
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah yang pada tahun 2008 hingga tahun 2011
bersamaan dengan awal musim hujan di Indonesia, yaitu Bulan agustus,
September dan Oktober.
Pada tahun 2008, awal Bulan Ramadhan bertepatan dengan Tanggal
31 Agustus, awal Bulan Syawal bertepatan dengan tanggal 29 September, dan
awal Bulan Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 27 Nopember. Pada tahun
2009, awal Bulan Ramadhan bertepatan dengan tanggal 20 Agustus, awal
Bulan Syawal bertepatan dengan tanggal 19 September, dan awal Bulan
Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 17 Nopember. Pada tahun 2010, awal
Bulan Ramadhan bertepatan dengan tanggal 10 Agustus, awal Bulan Syawal
bertepatan dengan tanggal 8 September, dan awal Bulan Dzulhijjah bertepatan
dengan tanggal 6 Nopember. Pada tahun 2011 awal Bulan Ramadhan
bertepatan dengan tanggal 31 Juli, awal Bulan Syawal bertepatan dengan
108
tanggal 29 Agustus, dan awal Bulan Dzulhijjah bertepatan dengan tanggal 27
Oktober.
Dari perbandingan Bulan tersebut, dapat diketahui bahwa Bulan-
Bulan Hijriyah tersebut (Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah) pada tahun 2008
hingga 2011, bersamaan dengan Bulan-Bulan yang identik dengan mulainya
musim penghujan di Indonesia, yaitu Agustus, September dan Oktober187. Hal
ini tentu saja akan mempengaruhi kondisi langit saat pelaksanaan rukyat yang
tentu saja berpengaruh pada visibilitas hilal.
B. Kelebihan dan Kekurangan Lokasi Rukyat (Pantai Tanjung Kodok
Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik)
Kelebihan dan kekurangan lokasi rukyat akan turut mempengaruhi
hasil rukyat yang dilakukan. Untuk memperjelas analisis, peneliti menganalisis
dari empat aspek, yaitu aspek geografis, aspek klimatologis, aspek topografis,
dan aspek aksiologis. Berikut penjabaran masing-masing:
1. Aspek Geografis
Daerah Pantai Tanjung Kodok Lamongan dengan bentuk daratan
yang menjorok ke laut menjadikan tempat ini tempat yang strategis untuk
pelaksanaan rukyat.Pandangan bebas ke arah Barat, tanpa adanya
penghalang juga turut memberikan kemudahan untuk pelaksanaan
rukyat.Sehingga secara teori tempat ini ideal untuk pelaksanaan rukyat,
sedangkan daerah Bukit Condrodipo Gresik adalah daerah pegunungan
dengan pandangan bebas ke arah Barat.Tidak adanya gunung dan
187Informasi mengenai musim hujan di Indonesia dapat diakses di
http://www.bmg.go.idpada menu klimatologi.
109
bangunan tinggi di sebela Barat menjadikan tempat ini ideal untuk
pengamatan rukyat.
Tanjung Kodok, meskipun lokasi rukyat ini ufuk sebelah Baratnya
laut, akan tetapi letak pelataran yang digunakan sebagai lokasi rukyat
terlalu ke Utara, sehingga ketika Matahari berada di sebelah Selatan maka
hilal akan sulit terlihat karena terhalang bukit. Selain itu, menara
rukyatnya kurang tinggi untuk bisa terbebas dari bukit tersebut.Faktor lain
yang menyebabkan hilal tidak pernah bisa dilihat yaitu karena adanya uap
air yang mengganggu pengamatan.
2. Aspek Klimatologis
Pelaksanaan rukyat, biasanya dilakukan dengan menggunakan
peralatan canggih seperti teleskop yang dilengkapi CCD Imaging,akan
tetapi ada banyak problematika yang harus dihadapi, seperti adanya polusi,
pemanasan global dan kemampuan mata yang terbatas. Pengaruh atmosfir
lokal sangat mempengaruhi kredibilitas hilal, kecerahan langit sore hari
dan kondisi cuaca lokal dapat menyebabkan penampakan hilal tidak
terdeteksi karena pengamatan seseorang dalam melihat hilal juga
menambah tingkat kesulitan observasi.
Daerah Pantai Tanjung Kodok Lamongan memiliki kelembaban
udara yang tinggi.Hal ini dikarenakan pada daerah laut, banyak terdapat
uap air karena sinar Matahari.Akumulasi uap air yang banyak menjadikan
pantai tanjung kodok sarat dengan awan.
110
Daerah Bukit Condrodipo Gresik memiliki cuaca perbukitan yaitu
dingin dan sejuk.Namun daerah bukit ini tidak memiliki banyak kabut
sebagaimana daerah pegunungan.Hal ini dikarenakan sekeliling bukit
sudah terdapat perumahan penduduk desa.Sehingga jumlah pohon-pohon
dan tanaman yang biasanya menghasilkan kabut, tidak terlalu banyak.Oleh
karena itu pada saat pagi hari kabut tetap terlihat, namun saat sore hari
yang bertepatan dengan saat pelaksanaan rukyat, kabut tidak terlihat.
3. Aspek Topografis
Daerah Pantai Tanjung Kodok Lamongan memiliki topografis
pantai, dengan ketinggian tempat 10 meter dari permukaan air laut188,
sedangkan daerah Bukit Condrodipo adalah daerah dataran tinggi dengan
ketinggian tempat 120 meter yang menjadikannya tempat yang ideal untuk
memandang daerah di bawahnya, sekaligus menjadikannya tempat yang
ideal untuk mengamati hilal.
4. Aspek Akses ke lokasi
Daerah Pantai Tanjung Kodok Lamongan mudah dijangkau oleh
pengamat dan pelaksana rukyat. Tempat pelaksanaan rukyat berupa tempat
yang luas dengan permukaan yang rata menjadikannya tempat rukyat yag
bagus, baik untuk pengamat maupun untuk penggunaan alat rukyat seperti
teleskop, theodolite, gawang lokasi, dan sebagainya.
Daerah Bukit Condrodipo memiliki tempat khusus di gedung Balai
Rukyat lantai dua untuk pelaksanaan rukyat.Untuk sampai ke tempat ini
188 Data ini didapatkan dari laporan hasil rukyat Tim Rukyat Pantai Tanjung Kodok
Lamongan
111
harus melewati jalanan mulus yang sedikit menanjak yang bisa dilalui oleh
berbagai alat transportasi.
Dari beberapa aspek tersebut peneliti menyimpulkan bahwa tempat
yang ideal untuk melaksanakan rukyat adalah Bukit Condrodipo
Gresik.Hal ini dikarenakan beberapa alasan.Pertama, pada tempat yang
tinggi tingkat kelembaban air cenderung rendah, sehingga tidak terlalu
banyak kabut.Kedua, tidak adanya uap air yang menghalangi perukyat,
sehingga pengamataan hilal tidak terganggu.Ketiga, tidak adanya lampu-
lampu di sekitar bukit, mekipun ada, itupun berasal dari perumahan
penduduk desa yang letaknya jauh dari bukit.Keempat, jarak pandang
mendatar di bukit, atau di dataran tinggi lebih jauh dibandingkan di
dataran rendah.Kelima, bukit Condrodipo memiliki pandangan bebas ke
arah Barat, sehingga langit sebelah Barat bisa terlihat dengan jelas.
Kelemahan lokasi inikarena letak lokasi ini di atas Bukit dan
sedikit menanjak maka tidak semua orang bisa ikut rukyat di tempat ini,
selain itu balai rukyat di lantai atas tidak begitu luas sehingga tidak semua
orang bisa masuk hanya pihak tetentu yang bisa ikut masuk di lantai atas.
Para peserta yang lain berada di lantai dasar. Faktor lain yang juga menjadi
kekurangan dari lokasi ini ialah adanya pepohonan yang besar dan tinggi
disebelah balai rukyat menyebabkan rukyat yang dilakukan di lantai dasar
kurang maksimal tidak seperti rukyat yang dilakukan di lantai atas.
112
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian penulis yang berjudul “Analisis Tingkat
Keberhasilan Rukyat Di Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit
Condrodipo Gresik Tahun 2008 – 2011”, dapat diambil beberapa kesimpulan,
yaitu:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan rukyat antara Pantai
Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun 2008 –
2011 adalah faktor alam dan faktor non alam. Untuk faktor non alam
pengaruhnya tidak terlalu besar karena kedua tempat tersebut sudah
menggunakan alat bantu rukyat dengan kapabilitas yang sama disamping
perukyatnya juga adalah orang yang mempunyai kapabilitas yang tinggi
dalam ilmu dan pengoperasian alat rukyat.
Sedangkan faktor alam adalah yang paling berpengaruh dalam
keberhasilan pelaksanaan rukyat pada dua tempat tersebut. Faktor alam
tersebut di antaranya adalah faktor cuaca, kondisi geografis lokasi rukyat,
tinggi hilal saat Matahari terbenam, beda azimuth Bulan - Matahari, dan
horizontal visibility (pandangan mendatar di permukaan Bumi). Pada
kelima faktor alam tersebut, rukyat akan berhasil dilakukan jika
akumulasi semua faktor ini terkumpul.
Adapun faktor yang paling berpengaruh adalah faktor cuaca,
dimana jika cuaca mendung, maka rukyat akan sulit dilakukan. Faktor
113
selanjutnya adalah faktor ketinggian hilal saat rukyat. Kriteria ketinggian
hilal yang dilaporkan berhasil dilakukan adalah jika tinggi hilal di atas
dua derajat. Faktor lokasi rukyat juga berpengaruh pada hasil rukyat,
lokasi rukyat di pantai Tanjung Kodok lebih sulit melihat hilal daripada di
Bukit Condrodipo. Hal ini dikarenakan adanya uap air laut yang turut
mengaburkan pandangan perukyat di pantai, sementara di Bukit tidak ada
uap air laut. Hal ini dikarenakan uap air laut juga berpotensi untuk
menyebabkan terjadinya awan dan pada tahap berikutnya akan menjadi
hujan, tentunya dua hal ini akan menyulitkan pengamatan hilal.
2. Beberapa kelebihan dan kekurangan lokasi rukyat di Pantai Tanjung
Kodok Lamongan adalah bahwa daerah ini merupakan daerah yang
strategis untuk pelaksanaan rukyat ditinjau dari aspek geografis dan
topografis karena tempatnya yang menjorok ke pantai sehingga
pandangan ke arah Barat hanya berupa laut tanpa ada halangan yang
berarti. Namun kekurangannya adalah bahwa daerah pantai ini memiliki
uap air yang banyak yang pada tahap berikutnya akan mempengaruhi
pengamatan hilal disamping akumulasi uap air yang banyak akan berubah
menjadi awan yang selanjutnya akan menjadi hujan. Faktor lain yang
merupakan kekurangan tempat ini adalah adanya pengaruh cahaya
perkotaan, dan hotel di dekat lokasi rukyat, yang mempengaruhi
pengamatan hilal saat Matahari terbenam.
Sedangkan kelebihan dan kekurangan di Bukit Condrodipo Gresik,
ditinjau dari aspek geografis tempat ini tepat digunakan untuk rukyat
114
karena tempat ini memiliki ketinggian tempat 120 meter, memiliki
pandangan bebas ke arah Barat, tidak adanya uap air yang mengaburkan
pandangan saat rukyat, tidak ada pengaruh yang besar dari lampu-lampu
perkotaan, karena memang tempat ini tinggi dan daerah sebelah Barat
Bukit Condrodipo adalah perumahan pedesaan sehingga lampunya tidak
terlalu mengganggu rukyat, dibandingkan lampu perkotaan.
B. SARAN
Setelah meneliti tentang Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat Di
Pantai Tanjung Kodok Lamongan Dan Bukit Condrodipo Gresik Jawa Timur
Tahun 2008 – 2011, peneliti membuat berapa saran, yaitu:
1. Rukyat sebaiknya dilakukan di tempat yang jauh dari wilayah perairan,
baik itu kolam, danau, ataupun tepi laut, karena wilayah perairan akan
mengahsilkan uap air dalam jumlah yang tinggi yang akan mengaburkan
pandangan perukyat.
2. Tempat ideal untuk rukyat adalah daerah dataran tinggi dengan
pandangan bebas ke arah Barat. Pada tempat yang tinggi ufuk akan
semakin naik dan hilal akan mudah diamati. Selain itu wilayah perkotaan
yang identik dengan banyaknya lampu kota juga akan mempengaruhi
pengamatan hilal, oleh karena itu sangat disarankan untuk memilih tempat
rukyat yang jauh dari lampu perkotaan.
3. Pihak BHR Lamongan hendaknya berupaya untuk mencoba mencari
alternatif tempat-tempat observasi yang lain yang memungkinkan hilal
115
dapat terlihat. Misalnya di Mantren, atau daerah bukit di Sendang Duwur,
atau tempat lain yang telah dilakukan penelitian sebelumnya dan
memenuhi kriteria sebagai lokasi pengamatan hilal.
C. PENUTUP
Syukur Alhamdulillah atas pemberian kenikmatan serta karunia yang
tidak terhingga kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Meskipun dalam pengerjaannya penulis telah berupaya dengan optimal, ada
kiranya terdapat banyak kesalahan dalam penulisan dan pemaknaan, penulis
harapkan adanya kritik, saran konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, umumnya kepada masyarakat umum
dan khususnya kepada Mahasiswa Prodi Konsentrasi Ilmu Falak, Fakultas
Syariah IAIN Walisongo Semarang. Penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan wawasan dan ranah keilmuan kita di bidang ilmu falak,
khususnya di bidang rukyat awal bulan Hijryiah. Amin. Wallahu a’lam bish
shawab.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Susiknan, Ensiklopedi Hisab Rukyah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
______________, Hisab Dan Rukyat Wacana Untuk Membangun Kebersamaan ditengah Perbedaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
______________, Ilmu Falak (Perjumpaan Khazanah Islam dan Sains Modern), Yogyakarta : Suara Muhammadiyah, 2007, Cet. II.
______________, Pembaharuan Pemikiran Hisab di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1972.
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1981.
Bakar, Bahrun Abu, Penjelasan Hukum-Hukum Syariat Islam (Terjemah Ibaanatul ahkam), Bandung: Penerbit Sinar Baru Algesindo, 1994.
Basrowi, Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Darsono, Ruswa, Penanggalan Islam Tinjauan sistem, Fiqih dan Hisab Penanggalan, Yogyakarta: LABDA Press, 2010.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: CV Penerbit Jumanatul ‘Ali, 2005.
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Pedoman Tehnik Rukyat, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 1994/1995.
Direktorat Pembinaan Peradilan Agama Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, Selayang Pandang Hisab Rukyat, Jakarta: DIK Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen Agama, 2004
Djamaluddin, Tomas, Penggagas Fiqih Astronomi (Telaah Hisab Rukyah dan Pencarian Solusi Perbedaan Hari Raya), Jakarta: Kaki Langit, 2005, Cet. I.
_________________, Matahari dan Lingkungan Antariksa, Jakarta: Dian Rakyat, Cet. IV, 2010.
_________________, Kriteria Imkanur Rukyat Khas Indonesia : Titik Temu Penyatuan Hari Raya dan Awal Ramadhan, Dimuat di Pikiran Rakyat, 30 Januari 2001.
D.N Danawas dan Purwanto, Tinjauan Sekitar Penentuan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal, makalah dalam BP Planetarium, Jakarta, 1994.
Habibie, Burhanuddin Jusuf, Rukyah dengan Teknologi, Jakarta: Gama Insani Press, 1996.
Hadawi dan Mimi Martin, Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajahmada University Press, 1996.
Hambali, Slamet, Ilmu Falak 1(Penentuan Awal Waktu Sholat Dan Arah Kiblat Seluruh Dunia), Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011.
______________, Pengantar Ilmu Falak (Menyimak Proses Pembentukan Alam Semesta), Banyuwangi: Bismillah Publisher, 2012.
______________, Almanak Sepanjang Masa (Sejarah Sisitem Penanggalan Masehi, Hijriyah, dan Jawa), Semarang: Program Pascasarjana IAIN Walisongo, 2011.
Harun, H. M. Yusuf, Pengantar Ilmu Falak, Banda Aceh: Pena, 2007.
Izzuddin, Ahmad, Fiqih Hisab Rukyah, Jakarta: Erlangga, 2002.
______________, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab-Rukyah Praktis Dan Solusi Permasalahannya), Semarang: Komala Grafika, 2006.
Kementrian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Keputusan Menteri Agama RI 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H – 1432 H / 1962 M – 2011 M, Jakarta, 2011
Khazin, Muhyiddin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktik, Yogyakarta: Buana Pustaka, Cet. 3.
________________, Kamus Ilmu Falak, Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005.
________________, 99 Tanya Jawab Masalah Hisab dan Rukyat, Yogyakarta: Ramadhan Press, 2009.
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Pedoman Rukyat dan Hisab Nahdlatul Ulama, Jakarta: PBNU, 2006.
Lajnah Falakiyah PBNU, Pedoman Operasional Penyelenggaraan Rukyat bil Fi’li di Lingkungan Nahdlatul Ulama, Jakarta: PBNU. t.t.
Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia, Data Observasi Hilal 2007–2009 di Indonesia, Yogyakarta, 2012.
Maragi, Ahmad Mustafa Al, (ed.), Tafsir Al-Maragi Juz II, diterjemahkan oleh K. Anshori Umar Sitanggal, et al., dari “Tafsir Al-Maragi (Edisi Bahasa Arab)”, Semarang: Toha Putra, 1993, cet. II.
Maskufa, Ilmu Falaq, Jakarta: Gaung Persada Perss, 2009.
Masroerie, A. Ghazalie, Rukyatul Hilal Pengertian dan Aplikasinya, dalam Musyawarah Kerja dan Evaluasi hisab Rukyah tahun 2008 yang di selenggarakan oleh Badan Hisab Rukyah departemen Agama RI tentang 27-29 Februari 2008.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya, 2002.
Muhajir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawir, Surabaya : Pustaka Progressif, 1997, cet. ke 14.
Murtadho, Moh., Ilmu Falak Praktis, Malang: UIN Malang Press, 2008.
Partanto, Pius A dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, t.t.
Radiman, Iratius, Ensiklopedi-Singkat Astronomi Dan Ilmu Yang Bertautan, Bandung: Penerbit ITB, 1980.
Rumaningsih, Endang, Mahir Berbahasa Indonesia, Semarang: RaSAIL, 2011, cet. III.
Ruskanda, Farid, 100 Masalah Hisab Rukyah : Telaah Sains, Syari’ah, Teknologi, Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Saksono, Tono, Mengkompromikan Rukyat dan Hisab, Jakarta: Amythas Publica, 2007.
Setyanto, Hendro, Rubu’ Al-Mujayyab, Bandung: Pudak Scientific, 2002.
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Rajawali, 1986.
Sudibyo, Muh. Ma’rufin, Variasi Lokal dalam Visibilitas Hilaal: Observasi Hilaal di Indonesia pada 2007–2009. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV Himpunan Fisika Indonesia, Purwokerto, 9 April 2011.
_____________________, Mengenal Lebih Lanjut Kriteria Visibilitas Hilal Indonesia, Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV Himpunan Fisika Indonesia, Purwokerto, 9 April 2011.
Supriatna, Encup, Hisab Rukyat dan Aplikasinya, Bandung: PT Rafika Aditama, 2007.
Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian, Jakarta : Grafindo Persada,1995, Cet. II.
Taimiyyah, Syaikhul Islam Ibnu, (ed.), Hilal atau Hisab Kajian Lengkap Tentang Penetapan Awal Bulan Dengan Rukyatul Hilal Serta Kekeliruan Metode Hisab, diterjemahkan oleh Ibrahim Bin Abdullah Al Hamizi, dari “Risalah Fi Al Hilal Wa Al Hisab Al Falakiy ”, Banyumas: Buana Ilmu Islami, 2010.
Tjasyono, Bayong HK, Klimatologi, Bandung: Penerbit ITB, 2004, cet. II
Yosi, Oki, Studi Analisis Hisab Rukyat Lajnah Falakiyah Al Husiniyah Cakung Jakarta Timur Dalam Penetapan Awal Bulan Qomariyah (Studi Kasus Penetapan Awal Syawal 1427 H / 2006 M), Skripsi Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, 2011.
Zuhaily, Wahbah Al, (ed.), Fiqih Shaum, I’tikaf dan Haji (Menurut Kajian Berbagai Madzhab), diterjemahkan oleh Masdar Helmy, dari “Al-Fiqhul Islamy Wa Adillatuhu”, Bandung: C.V. Pustaka Media Utama, 2006, cet. I.
Wawancara
Wawancara dengan M. Khoirul Anam (Kasi Urais Lamongan). di dusun Mendalan Lamongan Jawa Timur, pada hari Kamis, 12 April 2012.
Wawancara dengan Drs. H. Moh. Zaeni (Kasi Urais Gresik) di desa Kembangan Kebomas Gresik Jawa Timur, pada hari Jum’at, 13 April 2012.
Wawancara dengan Muhammad Khotib (Anggota Lajnah Falakiyah Gresik) di desa Pekelingan Kemuteran Gresik Jawa Timur, pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012.
Wawancara dengan KH. Masluch Al-Fanani (Ketua Lajnah Falakiyah Gresik) di desa Pekelingan Kemuteran Gresik Jawa Timur, pada hari Kamis tanggal 10 Mei 2012.
Wawancara dengan Prof. Thomas Djamaluddin, Peneliti Matahari dan Antariksa, LAPAN Bandung, via facebook pada Jum’at 25 Mei 2012.
Wawancara dengan Muh. Ma’rufin Sudibyo, via facebook pada Minggu, 27 Mei 2012.
Wawancara dengan Achmad Sulistyo (Pengamat Meteorologi Geofisika) Semarang, pada Kamis 24 Mei 2012.
Wawancara dengan Bapak Widodo (Pengamat Meteorologi Geofisika) Stasiun Meteorologi Klas 2 Perak II Surabaya, Jl. Kalimas Baru 97 B Surabaya, pada Jumat 18 Mei 2012.
Media On Line
http://www.surya.co.id/2011/07/31/nu-jatim-lihat-hilal-di-gresik-bangkalan, diakses pada 25 April 2012.
http://berita.liputan6.com/read/346649/nu-jatim-siapkan-sebelas-lokasi-rukyat. Diakses pada 25 April 2012.
http://ramadan.detik.com/read/2010/08/10/184520/1417688/631/hilal-terlihat-di-gresik-dan-probolinggo pada 27 Februari 2012, 11:03.
http://surabaya.detik.com/read/2009/08/20/181141/1186692/475/tim-rukyat-tak-melihat-bulan-di-tanjung-kodok, pada : Rabu 25 April 2012.
http://lajnahfalakiyahlamongan.wordpress.com/2011/06/03/pelaksanaan-rukyatul-hilal-rajab-1432-h/. Diakses pada Rabu, 25 April 2012.
http://baltyra.com/2009/10/31/legenda-tanjung-kodok/#ixzz1skOUpDLy, pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 13:56 WIB.
http://tjerdastangkas.blogspot.com/2012/03/kegiatan-rukyah-atau mengamati.html, diakses pada hari Kamis 03 Mei 2012.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/11/cara-tepat-menetapkan-1-syawal-idul-adha, diakses pada hari Selasa 29 Mei 2012.
http://wikimapia.org/8971687/id/Balai-Rukyat-LFNU-Gresik-Condrodipo, diakses pada hari Ahad, 22 April 2012 pukul 15:41 WIB.
Lampiran Gambar Foto kenampakan hilal di Bukit Condrodipo
1. Pengamatan hilal awal Syawal 1429 H pada pengamatan hari kedua
2. Pengamatan hilal awal Ramadhan 1430 H
Lampiran 1 :
Hasil Wawancara
Judul skripsi : Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung
Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun
2008-2011.
Narasumber : M. Khoirul Anam
Jabatan : Katua Lajnah Falakiyah Lamongan
Pewawancara : Khoirotun Ni’mah
Lokasi : Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lamongan dusun
Mendalan Lamongan Jawa Timur
Tanggal : Kamis, 12 April 2012
1. Bagaimana sejarah awal pemakaian Pantai Tanjung Kodok sebagai tempat
rukyat?
Tanjung Kodok telah mendapat pengakuan Internasional sebagai tempat
penelitian waktu terjadi gerhana Matahari total pada 11 Juni 1983. Sejak saat
itu dibangunlah menara rukyat dan pelataran sebagai tempat untuk observasi
hilal. Di pelataran tersebut juga terdapat kuningan yang menujukkan arah
Utara dan Selatan.
2. Kapan Tim Rukyat Lajnah Falakiyah Lamongan melakukan rukyatul hilal di
Tanjung Kodok? Apakah setiap akhir bulan Kamariah atau hanya menjelang
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah?
Rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok hanya menjelang masuknya bulan
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah. Tetapi terkadang pada awal Rajab juga
dilakukan rukyat untuk menentukan awal sya’ban.
3. Metode apa saja yang digunakan untung menghitung?
Metode yang digunakan paling tidak ada tiga, Ephemeris, Badi’atul Misal,
Ittifaqu Dzzatil Bain.
4. Apa saja alat yang digunakan ketika melakukakn rukyat di Tanjung Kodok?
Alatnya banyak, diantaranya Theodolite, GPS, Gawang lokasi, Teropong,
Gawang penintai hilal, dll.
5. Apa bapak punya pengalaman rukyat di tempat lain?
Tidak pernah, hanya di Tanjung Kodok.
6. Menurut anda apa penyebab rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok tidak
pernah berhasil?
Di samping karena kondisi hilal juga disebabkan oleh pandangan ke ufuk
selalu diliputi oleh awan tebal. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan hilal
tidak pernah bisa dilihat ialah karena terdapat bukit dan adanya uap air.
7. Dari rukyat yang pernah anda ikuti pernakah anda berhasil mengamati hilal
baik secara visual maupun dengan alat bantu?
Sejak rukyat yang dilakukan di Tanjung Kodok belum pernah berhasil
melihat hilal.
8. Mengapa rukyat selalu dilakukan di Tanjung Kodok padahal tidak pernah
berhasil?
Karena tempat ini memiliki nilai historis dan sudah ditetapkan oleh
Kementrian Agama sebagai tempat rukyat al-hilal setiap tahun untuk daerah
Lamongan, dan laporannya akan dijadikan pertimbangan pada sidang isbat
penentuan awal bulan Kamariah khususnya penetapan tanggal 1 Ramadhan,
Syawal dan Dzulhijjah.
9. Kenapa tidak mencari lokasi lain untuk rukyat bagi wilayah Lamongan yang
memungkinkan hilal dapat terlihat?
Sebenarnya dari pihak Depag Lamongan sudah mengusulkan pada pihak
WBL untuk merenofasi pelataran rukyat yang ada agar dirubah lebih ke
Selatan dan menara rukyta yang ada di tinggikan agar hilal dapat terlihat,
karena ketika Matahari beradadi sebelah Selatan maka hilal akan sullit
diamati karena pelatarannya terlalu ke Utara dan menara rukyatnya kurang
tinggi. Tetapi dari pihak WBL belum merealisasikan permohonan tersebut.
Untuk mencari lokasi lain juga bukan hal yang mudah, kami belum pernah
mencobanya karena setiap tahun rukyat dilakukan di Tanjung Koodk dan
tempat ini termasuk salah satu titik yang ditunjuk Kementrian Agama Pusat
sebagai lokasi rukyat di Lamongan dan laporannya di jadikan masukan ketika
sidang isbat.
Lampiran 2 :
Hasil Wawancara
Judul skripsi : Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung
Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun
2008-2011.
Narasumber : Muhammad Khotib
Jabatan : Anggota Lajnah Falakiyah Gresik
Pewawancara : Khoirotun Ni’mah
Lokasi : Desa Pekelingan Kecamatan Kemuteran Gresik Jawa
Timur
Tanggal : Kamis tanggal 10 Mei 2012
1. Bagaimana sejarah awal pemakaian Bukit Condrodipo sebagai tempat
rukyat?
Pada awalnya lokasi rukyat yang telah ditentukaan untuk Kabupaten Gresik
adalah di Pantai Ujung Pangkah Gresik, akan tetapi setelah sekian lama
rukyat yang dilakukan di lokasi ini agaknya kurang efektif karena pada saat
Matahari di sebelah Selatan, pengamatan hilal akan sulit terlihat karena
terhalang oleh gunung (bukit) sehingga rukyat jarang berhasil. Oleh karena
itu, dipilihlah alternatif lain yaitu Bukit Condrodipo sebagai tempat rukyat
untuk daerah Gresik. Dipilihnya Bukit Condrodipo tersebut karena ada
beberapa pertimbangan dan observasi sebelumnya yang dilakukan tim yang
terdiri dari anggota Lajnah Falakiyah NU Kabupaten Gresik dengan dibantu
oleh petugas dari Pengadilan Tinggi Agama Jawa Timur.
2. Kapan Tim Rukyat Lajnah Falakiyah Lamongan melakukan rukyatul hilal di
Bukit Condrodipo? Apakah setiap akhir bulan Kamariah atau hanya
menjelang Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah?
Rukyat yang dilakukan di tempat ini tidak hanya pada awal Ramadhan,
Syawal dan Dzulhijjah saja tetapi setiap akhir bulan Hijriah untuk
menentukan masuknya awal bulan baru, bahkan kadang dilakukan dua kali
rukyat untuk penentuan satu bulan agar hasilnya lebih akurat.
3. Metode apa saja yang digunakan untung menghitung?
Metode yang digunakan banyak sekali, mulai dari kitab klasik hingga
modern. Di antaranya ialah Ittifaqu Dzatil Bain, Almanak Nutika, Newcom,
Badi’atul Mitsal, Khulasoh al-Wafiah, Sullam Nayyiroin, Ephemeris, dll.
4. Apa saja alat yang digunakan ketika melakukakn rukyat di Bukit
Condrodipo?
Alat yang digunakan juga banyak, karena alat ini disiapkan dari Depag pusat.
Diantaranya; Teropong, Theodolite, GPS, Gawang Lokasi, Kalkulator,
Laptop, dll.
5. Apa bapak punya pengalaman rukyat di tempat lain?
Sebelumnya ya rukyat di Pantai Ujung Pangkah. Tetappi karena jarang
berhasil dan sekarang rukyatnya ke Condrodipo.
6. Dari rukyat yang pernah anda ikuti pernakah anda berhasil mengamati hilal
baik secara visual maupun dengan alat bantu?
Pernah melihat ketika melakukan rukyat di Condrodipo, sebelumnya ketika
rukyat di ujung Pangkah belum pernah melihat hilal.
7. Apa yang biasanya menyebabkan rukyat yang dilakukan di Bukit
Condrodipotidak berhasil?
Kendala yang menghalangi hilal tidak dapat terlihat diantaranya mendung,
asap, pembakaran kapur, banyak pabrik, akan tetapi selain cuaca mendung
kendala-kendala tersebut masih bisa diatasi.
8. Apakah Condrodipo ini merupakan lokasi yang strategis untuk melakukann
rukyat?
Lokasi Condrodipo merupakan lokasi rukyat sepanjang masa. Baik Matahari
di sebelah Selatan maupun Utara hilal tidak akan terhalang.
Lampiran 3 :
Hasil Wawancara
Judul skripsi : Analisis Tingkat Keberhasilan Rukyat di Pantai Tanjung
Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Tahun
2008-2011.
Narasumber : KH. Masluch Al-Fanani
Jabatan : Ketua Lajnah Falakiyah Gresik
Pewawancara : Khoirotun Ni’mah
Lokasi : Desa Pekelingan Kecamatan Kemuteran Gresik Jawa
Timur
Tanggal : Kamis tanggal 10 Mei 2012.
1. Sejak kapan pelaksanaan rukyat di Bukit Condrodipo diadakan?
Bukit Condrodipo ini telah digunakan secara resmi kira-kira sejak Desember
2004 lalu.
2. Apa bapak punya pengalaman rukyat di tempat lain?
Hanya di dua tempat, yaitu Pantai Ujung Pangkah dan Bukit Condrodipo.
3. Dari rukyat yang pernah anda ikuti pernakah anda berhasil mengamati hilal
baik secara visual maupun dengan alat bantu?
Saya sudah 27 tahun mengikuti rukyat, di Ujung Pangkah belum pernah sama
sekali melihat hilal. Pernah melihat hilal baru ketika rukyat di Condrodipo.
Saya pernah melihat dua kali di Condrodipo. Itupun sudah ada yang
sebelumnya melihat, baru saya bisa melihat ketika telah diberi tahu oleh
Inwanuddin.
4. Apakah benar di Condrodipo sering bisa melihat hilal?
Kalau sering tidak, karena rukyat yang dilakukan tidak hanya menjelang awal
Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah, tapi setiap menjelang awal bulan Hijriyah
jadi dari 12 bulan tersebut kadang berhasil kadang tidak. Tapi kalau
dibandingkan dengan rukyat yang dilakuakn di Ujung Pangkah memang di
Condrodipo bisa dikatakan sering melihat hilal.
Lampiran 4:
Wawancara dengan Prof. Thomas Djamaluddin, Peneliti Matahari dan Antariksa,
LAPAN Bandung, via facebook pada Jum’at 25 Mei 2012.
1. [Bandung, Jum’at 25 Mei 2012 pukul 11:21 WIB]
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Maaf bapak, saya Khoirotun Ni’mah mahasiswa falak IAIN Walisongo, saya
mau tanya dan minta pendapat bapak mengenai tempat rukyatul hilal. Menurut
bapak tempat rukyat yang bagus itu bagaimana? Syarat-syaratnya apa saja?
Apakah harus di tempat sunyi, atau di pinggir pantai atau di atas bukit yang
tinggi? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan
rukyat?Apakah kelembapan udara, partikel-partikel cahaya di kota, dan iklim
di daerah lokasi rukyat tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan rukyat?.
Terima kasih sebelumnya
[Semarang, Jum’at 25 Mei 2012 pukul 13:43 WIB]
Syaratnya: medan pandang ke Barat terbuka dan cauaca cukup bagus untuk
rukyat.
2. [Bandung, Jum’at 25 Mei 2012 pukul 13:50 WIB]
Apakah kelembapan udara atau cahaya lampu kota itu dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan rukyat prof?
[Semarang, Jum’at 25 Mei 2012 pukul 23:30 WIB]
Kelembapan tidak terlalu berpengaruh, itu hanya terkait dengan koreksi
refraksi. Polusi cahaya kota jelas sangat berpengaruh karena meningkatkan
cahaya latar depan.
3. [Bandung, Sabtu 26 Mei 2012 pukul 09:30 WIB]
Kalau menurut prof yang mempengaruhi keberhasilan rukyat itu apa saja?
soalnya ada tempat rukyat yang tidak pernah sama sekali berhasil melihat
hilal, yaitu di Tanjung Kodok.
[Semarang, Ahad 27 Mei 2012 pukul 08:43 WIB]
Ya, 2 syarat di atas. Saya tidak tahu kondisi tempat rukyat Tanjung Kodok.
4. [Bandung, Senin 05 Juni 2012 pukul 13:30 WIB]
Apakah uap air mempengaruhi visibilitas hilal? bila iya? seberpa besar
pengaruhnya? Apakah bisa dihitung dengan matematis? Manakah yang lebih
bagus, rukyat di pantai atau di bukit?
[Semarang, Senin 05 Juni 2012 pukul 20:45 WIB]
Ya, uap air mempengaruhi transparansi. Uap air dihitung sebagai kelembapan.
Di bukit sering terganggu oleh kabut, yang merupakan kondensasi uap air
karena udara dingin. Di laut tidak ada kabut.
5. [Bandung, Selasa 12 Juni 2012 pukul 14:15 WIB]
Jadi menurut bapak, yang lebih baik, melaksanakan rukyat di pantai atau di
bukit? Faktor-faktor alam apa saja yang memperngaruhi keberhasilan rukyat
pak?
[Semarang, Rabu 13 Juni 2012 pukul 13:48 WIB]
Di pantai lebih baik daripada di bukit. Faktor yang mempengaruhi rukyat:
kondisi medan pandang ke arah Barat dan kondisi atmosfernya.
Lampiran 5:
Wawancara dengan Muh. Ma’rufin Sudibyo, via facebook pada Minggu, 27 Mei
2012.
1. Saya:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Maaf bapak, saya Khoirotun Ni’mah mahasiswa falak IAIN Walisongo, saya
mau tanya dan minta pendapat bapak mengenai tempat rukyatul hilal. Menurut
bapak tempat rukyat yang bagus itu bagaimana? Syarat-syaratnya apa saja?
Apakah harus di tempat sunyi, atau di pinggir pantai atau di atas bukit yang
tinggi? Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan rukyat?
Apakah kelembapan udara, partikel-partikel cahaya di kota, dan iklim di daerah
lokasi rukyat tersebut berpengaruh terhadap keberhasilan rukyat?. Terima kasih
sebelumnya
(27 Mei 2012)
Pak Ma’rufin:
Wlkslm. Intinya :
1. Jangan dekat permukaan laut
2. Jangan berhadapan dengan kota/pemukiman yang banyak cahayanya.
3. Jangan di kawasan industry
4. Jangan di daerah yang sering berkabut
(4 Juni 2012)
2. Saya:
Menurut bapak, manakah yang lebih baik antara rukyat yang dilakukan di tepi
pantai atau di atas bukit yang tinggi? Saya sedang meneliti tingkat keberhasilan
rukyat di Pantai Tanjung Kodok Lamongan dan Bukit Condrodipo Gresik Jawa
Timur, soalnya rukyat yang dilakukan di pantai Tanjung Kodok belum pernah
berhasil sedangkan di Bukit Condrodipo bisa sering berhasil melihat hilal.
(Rabu, 6 Juni 2012)
Pak ma’rufin: Bukit yang tinggi. Itu bisa dihitung koq dengan simulasi, berapa
persentase cahaya Bulan yang diterima di bukit yang tinggi (terhadap cahaya
aslinya) dan diperbandingkan dengan di pantai.
(7 Juni 2012)
3. Saya:
Selain foto tentang kenampakan hilal yang dapat terlihat di Condrodipo, apa
lagi pak yang harus dilengkapi untuk mendukung riset ini? Kemudian untuk
menghitung berapa persentase cahaya Bulan yang diterima di bukit yang tinggi
(terhadap cahaya aslinya) dan diperbandingkan dengan di pantai itu dengan
rumus (ada rumusnya) atau maksudnya dengan starynight?
(Jumat, 8 Juni 2012)
Pak Ma’rufin:
Salah satunya bisa anda lihat di skripsi mbak Eka Puspita Arumaningtyas di
ITB. Meski lebih fokus ke masalah kontras hilal, namun beliau juga
menyajikan persamaan yang mengupas masalah serapan cahaya.
(Jumat, 8 Juni 2012)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Khoirotun Ni’mah
NIM : 082111076
Tempat Tanggal Lahir : Lamongan, 20 Desember 1989
Alamat Asal : Jl. Masjid Jami’ Baitur Rahman, No. 14, RT 01
RW 01 Desa Gelap Laren Lamongan 62262
No.Telp/HP : 08648428519
Email : [email protected]
Nama Orangtua
Ayah : Sun’an
Ibu : Khalimah
Pekerjaan Orangtua
Ayah : Petani
Ibu : Petani
Alamat Sekarang : PP.Daarunnajaah, Jl. Stasiun no. 275 Jrakah Tugu
Semarang 50151
Riwayat Pendidikan
1. Formal : :
a. MI Thoriqotul Hidayah (Lulus Tahun 2002)
b. Mts Tarbiyatut Tholabah (Lulus Tahun 2005)
c. MA Tarbiyatut Tholabah (Lulus Tahun 2008)
d. IAIN Walisongo Semarang (2008-Sampai Sekarang)
2. Non Formal :
a. PP Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Lamongan
b. Madrasah Diniyah al-Wustho Tarbiyatut Tholabah (Lulus Tahun 2000)
c. Madrasah Diniyah al-Ulya Tarbiyatut Tholabah (Lulus Tahun 2008)
d. PP.Daarun Najaah Jrakah Tugu Semarang
e. Pendidikan Bahasa Inggris di Pare pada bulan Februari tahun 2009
f. Pendidikan TOEFL dan TOAFL IAIN Walisongo tahun 2009
Semarang, 13 Juni 2012
Penulis,
Khoirotun Ni’mah NIM. 082111076