analisis tingkat pencemaran logam berat ( cu, zn, …repository.ub.ac.id/12555/1/titis...
TRANSCRIPT
ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT ( Cu, Zn, dan Fe) PADA SEDIMEN
PERMUKAAN DI PERAIRAN KAWASAN INDUSTRI GRESIK (KIG) KABUPATEN
GRESIK, JAWA TIMUR
SKRIPSI
Oleh :
TITIS WERDIANTI
NIM. 135080601111063
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT (Cu, Zn, dan Fe) PADA SEDIMEN
PERMUKAAN DI PERAIRAN KAWASAN INDUSTRI GRESIK (KIG) KABUPATEN
GRESIK, JAWA TIMUR
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan
di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
TITIS WERDIANTI
NIM. 135080601111063
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
3
4
JUDUL : ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT (Cu, Zn, dan
Fe) PADA SEDIMEN PERMUKAAN DI PERAIRAN KAWASAN
INDUSTRI GRESIK (KIG) KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
Nama Mahasiswa : TITIS WERDIANTI
Nim : 135080601111063
Program Studi : Ilmu Kelautan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : DEFRI YONA, S.Pi.,M.Sc. Stud.,D.Sc
Pembimbing 2 : SYARIFAH HIKMAH J.S, S.Pi., M,Sc
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Penguji 1 : Ir. BAMBANG SEMEDI, M.Sc., Ph.D
Dosen Penguji 2 : M. ARIF ASADI, S.Kel., M.Sc
Tanggal Ujian :31 Mei 2018
5
PERNYATAAN ORSINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
NAMA : TITIS WERDIANTI
NIM : 135080601111063
PROGRAM STUDI : ILMU KELAUTAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam pembuatan laporan skripsi
yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, dan dalam
penulisan skripsi tidak mengandung karya orang lain maupun pendapat yang
perna ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali hasil tulisan yang disebutkan
dalam daftar pustaka pada skripsi.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan skripsi ini
hasil penjiplakan (plagiasi), maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut, sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Malang, 31 Mei 2018
Mahasiswa
Titis Werdianti
NIM. 135080601111063
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Titis Werdianti
NIM : 135080601111063
Tempat / Tgl Lahir : Sidoarjo / 29 April 1995
Jurusan : Manajemen Sumberdaya Perairan / Pemanfaatan
SumberdayaPerikanan dan Kelautan / Sosial Ekonomi
Perikanan dan Kelautan *)
Program Studi : Ilmu Kelautan
Status Mahasiswa : Biasa / Pindahan / Tugas Belajar / Ijin Belajar
Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan *)
Agama : Islam
Status Perkawinan : ( Sudah Kawin / Belum Kawin *)
Alamat : Dsn. Kalangan Ds. Jatikalang Rt. 3 Rw.1 Kec. Krian, Kab.
Sidoarjo, Jawa Timur
RIWAYAT PENDIDIKAN
No Jenis Pendidikan Tahun
Keterangan Masuk Lulus
1 S.D 2001 2007 SDN 2 Jatikalang
2 S.L.T.P 2007 2010 SMPN 1 Krian
3 S.L.T.A 2010 2013 SMA Al-Islam Krian
4 Perguruan Tinggi (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan)
2013 2018 Universitas Brawijaya
Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan saya sanggup menanggung segala akibatnya.
Malang, 31 Mei 2018
Hormat saya
(Titis Werdianti)
*) Coret yang tidak perlu NIM. 135080601111063
7
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada penyelesaian laporan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan yang baik ini perkenankan penulis untuk mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat, Ridho dan Hidayah-
Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bpk. Nyoto dan Ibu Nyuliani (Orang Tua), Mas Agus Suprapto (Suami),
serta semua keluarga yang telah memotivasi dan memberikan doa restu
serta dukungan baik secara moril atau materil kepada penulis dalam
proses studi dan penyelesaian tugas akhir ini.
3. Defri Yona, S.Pi., M.Sc.Stud., D.sc, dan Syarifah Hikmah J.S, S.Pi.,
M.Scselaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberi masukan,
arahan dan bimbingan selama proses penyusunan laporan tugas akhir.
4. Indah, Effendi, dan Ajeng sebagai teman satu tim dalam penyelesaian
tugas akhir ini.
5. Tanti, Dian, Deby, Ninik, Ais, Widya, Riska yang telah memberikan doa,
dukungan, tenaga, dan waktunya dalam membantu proses penyelesaian
tugas akhir ini.
Malang, Mei 2018
Titis Werdianti
8
ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN LOGAM BERAT ( Cu, Zn, dan Fe) PADA SEDIMEN PERMUKAAN DI PERAIRAN KAWASAN INDUSTRI GRESIK (KIG)
KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR
Titis Werdianti¹, Defri Yona1, Syarifah Hikmah Julinda Sari2
Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya Malang
ABSTRAK
Tingginya konsentrasi logam berat pada sedimen permukaan dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan terutama biota benthos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan tingkat pencemaran logam berat Cu, Zn, dan Fe pada sedimen permukaan dengan menggunakan indeks CF, PLI, EF, dan PERI. Parameter lingkungan yang diukur secara in-situ adalah suhu, pH, salinitas, dan DO. Parameter yang di ukur secara ex-situ adalah parameter logam berat Cu, Zn, dan Fe. Konsentrasi logam berat Fe pada sedimen permukaan lebih tinggi daripada logam berat Zn dan Cu (Cu=0,59mg/kg±0,04; Zn= 1,084mg/kg±0,27; Fe 207,89mg/kg ±6,28). Berdasarkan indeks CF, PLI, dan PERI Perairan Kawasan Industri Gresik (KIG) tergolong dalam kategori tidak tercemar, hal tersebut terlihat dari nilai indeks pencemaran CF<1, PLI<1, dan PERI<150. Pada hasil perhitungan indeks EF menunjukkan aktivitas manusia cenderung meningkatkan konsentrasi logam berat di daerah penelitian ini . Kata kunci : Cu, Zn, Fe, Sedimen, CF, EF, PLI, PERI
ANALYZE OF HEAVY METALS LEVEL (Cu, Zn and Fe) ON THE SURFACE SEDIMENT IN GRESIK INDUSTRIAL ESTATE AREAS OF GRESIK, EAST
JAVA
ABSTRACT
The high concentration of heavy metals in the surface sediments can have a negative impact on the environment, especially benthos biota. This study aims to determine the concentration and the level of contamination of heavy metals Cu, Zn, and Fe on the surface sediments using index CF, PLI, EF, and PERI. In-situ environmental parameters measured were temperature, pH, salinity, and DO. Ex-situ parameters measured were heavy metal parameters Cu, Zn, and Fe. The concentration of Fe heavy metal on surface sediment was higher than those of Zn and Cu (Cu = 0.59 mg / kg ± 0.04; Zn = 1.084mg / kg ± 0.27; Fe 207.89mg / kg ± 6.28). As Index of CF, PLI, and PERI of the surface sediment of Gresik Industrial Estate were categorized to uncontaminated, it can be seen from pollution index value of CF <1, PLI <1, and PERI <150. The EF index calculation shows that human activity tends to increase the concentration of heavy metals in the research area. Keyword: Cu, Zn, Fe, Sediment, CF, EF, PLI, PERI
9
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga Laporan Akhir dengan Judul “Analisis
Tingkat Pencemaran Logam Berat (Cu,Zn, dan Fe) pada Sedimen
Permukaan di Perairan Sekitar Kawasan Industri Gresik (KIG)Kabupaten
Gresik, Jawa Timur” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan skripsi
ini disusun sebagai prasyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan
dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat menyempurnakan dan melaksanakan perbaikan di
masa yang akan datang.
Malang, 31 Mei 2018
Penulis,
Titis Werdianti NIM. 135080601111063
10
DAFTAR ISI
HALAMAN
PERNYATAAN ORSINALITAS ........................................................................... 5
UCAPAN TERIMAKASIH ..................................................................................... 6
RINGKASAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 9
DAFTAR ISI ....................................................................................................... 10
DAFTAR TABEL ................................................................................................ 12
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ 13
1. PENDAHULUAN ........................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang ........................................... Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ..................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian........................................ Error! Bookmark not defined.
1.4 Manfaat ...................................................... Error! Bookmark not defined.
2. TINJAUAN PUSTAKA ................................... Error! Bookmark not defined.
2.1 Logam Berat ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.1 Cu (Tembaga) ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.1.2 Zn (Seng) .............................................. Error! Bookmark not defined.
2.1.3 Fe (Besi) ............................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Fate and Transport Logam Berat ................ Error! Bookmark not defined.
2.3 Pencemaran Logam Berat Pada Sedimen .. Error! Bookmark not defined.
2.4 Indeks Pencemaran .................................... Error! Bookmark not defined.
3. METODE PENELITIAN ................................. Error! Bookmark not defined.
3.1 Waktu dan Lokasi ....................................... Error! Bookmark not defined.
3.2 Penentuan Stasiun Penelitian..................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined.
3.4 Pengumpulan Data ..................................... Error! Bookmark not defined.
3.4.1 Pengukuran Parameter Lingkungan ...... Error! Bookmark not defined.
3.4.2 Pengambilan Sampel sedimen.............. Error! Bookmark not defined.
3.4.4 Analisis Fraksinasi Sedimen ................. Error! Bookmark not defined.
3.5 Analisis Data .............................................. Error! Bookmark not defined.
3.5.1 Analisa Deskriptif .................................. Error! Bookmark not defined.
3.5.1 Analisa Statistika .................................. Error! Bookmark not defined.
3.6 Evaluasi Kualitas sedimen .......................... Error! Bookmark not defined.
3.6.1 Faktor Kontaminasi (CF) ....................... Error! Bookmark not defined.
3.6.2 Indek Beban polusi (PLI) ....................... Error! Bookmark not defined.
11
3.6.3 Faktor Pengkayaan (EF ........................ Error! Bookmark not defined.
3.6.4 Potensi Indeks Ekologi Indeks (RI) ....... Error! Bookmark not defined.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................... Error! Bookmark not defined.
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ................ Error! Bookmark not defined.
4.2 Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan (In-situ) ... Error! Bookmark not defined.
4.4 Ukuran Butir Sedimen ................................ Error! Bookmark not defined.
4.5 Data Hasil konsentrasi logam Berat Cu, Zn, dan Fe . Error! Bookmark not defined.
4.6 Tingkat Pencemaran Logam Berat Cu, Zn, dan Fe ... Error! Bookmark not defined.
4.6.1 Contamination Factor (CF) dan Polution Load Index (PLI) ........... Error! Bookmark not defined.
4.6.2 Enrichment Factor (EF) ......................... Error! Bookmark not defined.
4.6.3 Potential Ecological Risk Index (PERI) .. Error! Bookmark not defined.
5. PENUTUP ..................................................... Error! Bookmark not defined.
5.3 Kesimpulan ................................................ Error! Bookmark not defined.
5.4 Saran.........................................................................................................Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .............................................. Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ........................................................... Error! Bookmark not defined.
12
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
Tabel 1. Referensi konsentrasi logam berat pada sedimen . Error! Bookmark not
defined.
Tabel 2. Titik Koordinat Pengambilan Sampel ...... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3. Alat dan bahan penelitian ........................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 4. Hasil parameter lingkungan..................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 5. Korelasi Spearman ................................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 6. Hasil perhitungan Contamination Factor dan Polution Load Index di
Perairan Kawasan Industri Gresik (KIG)Kecamatan Gresik ............ Error!
Bookmark not defined.
Tabel 7. Hasil perhitungan Potential Ecological Risk Index (PERI) di perairan
Kawasan industri Terpadu, Kecamatan Gresik ...... Error! Bookmark not
defined.
13
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
Gambar 1. Fate and Transport Logam Berat ........ Error! Bookmark not defined.
Gambar 2. Segitiga Sheppard ............................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 3. Peta lokasi pengambilan sampel sedimen ........ Error! Bookmark not
defined.
Gambar 4. Persentase komposisi butir sedimen ... Error! Bookmark not defined.
Gambar 5. Konsentrsi logam berat Cu (A), Zn (B), Fe (C) pada sedimen di
Perairan Kawasan Industri Gresik (KIG)Kecamatan Gresik ....... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 6. Nilai Enrichment Factor (EF) di perairan Kawasan Industri Terpadu,
Kecamatan Gresik .............................. Error! Bookmark not defined.
14
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gresik merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang terletak di
wilayah Pantai Utara Pulau Jawa dengan pantai sepanjang ± 140 km. Hampir
sepertiga bagian dari wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir
pantai, sehingga sarat dengan potensi sumberdaya perikananya. Selain
sumberdaya perikanan, saat ini Gresik telah mengalami perkembangan aktivitas
industri yang pesat, sehingga Gresik di juluki sebagai kota industri. Gresik dipilih
sebagai kawasan industri oleh banyak perusahaan karena memiliki topografi
yang mendukung, khususnya pada kawasan industri yang terdapat pada
sepanjang Perairan Kecamatan Gresik. Kawasan industri yang terdapat di Gresik
diantaranya industri di bidang semen, industri pengolahan kayu, industri cat,
industri tekstil, industri elektronik, industri pupuk, industri peleburan baja, docking
kapal dan pembangkit listrik. Selain itu di Gresik terdapat pelabuhan yang
dengan aktivitas yang cukup padat untuk jasa angkutan barang dan
perdagangan (Herdiansa and Supriharjo, 2014).
Pesatnya perkembangan teknologi di bidang industri telah membawa
implikasi negatif besar terhadap pencemaran lingkungan akibat pembuangan
limbah dalam bentuk cair, padat, dan gas dengan kuantitas yang semakin
meningkat. Limbah hasil produksi industri tersebut diindikasikan mengandung
logam berat. Indikasi tersebut muncul karena hingga saat ini beberapa industri
masih belum menerapkan teknologi pengendalian limbah yang baik, disamping
ada keterbatasan lingkungan untuk mereduksi limbah. Karena belum
diterapkanya pengelolahan limbah dengan baik, maka opsi yang dipilih adalah
membuang limbah ke sungai atau laut tanpa adanya proses pengelolahan yang
pada akhirnya akan menimbulkan dampak menurunnya kualitas air baik secara
fisik, kimia, dan biologis (Sahubawa, 2008).
Terdapat beberapa industri yang mendominasi di pesisir sekitar Kawasan
Industri Gresik (KIG) Kabupaten Gresik diantaranya adalah industri dokcing kapal
yang bergerak dalam pembuatan industri galangan kapal, industri kayu, pupuk,
dan industri elektronik. Keberadaan industri tersebut mengindikasikan telah
terjadinya pencemaran logam berat pada perairan sekitar akibat limbah hasil
produksi yang menggunkan logam berat sebagai bahan pengawet atau
katalisator, fungisida, dan bahan tambahan, sehingga keberadaan industri
menambah potensi terjadinya pencemaran logam berat (Murtini dan
Peranginangin, 2006). Beberapa Logam beratyang diduga dihasilkan oleh
industri diatas adalah, tembaga (Cu), seng (Zn) dan besi (Fe), ketiganya
termasuk jenis logam berat essensial, namun dalam jumlah yang tinggi logam
berat essensial juga akan bersifat toksik untuk lingkungan perairan. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh (Budiyanto dan Lestari, 2013) Perairan
Gresik merupakan perairan yang memiliki potensi resiko untuk kerusakan
lingkungan akibat kegiatan antropogenik. Karena dari hasil penelitian tersebut
didapatkan rata-rata konsentrasi logam berat Cu, Zn, dan Fe yang dapat
menimbulkan dampak sedang dan berpotensi memberi efek biologis yang
merugikan dalam sedimen di perairan.
Secara umum logam berat yang berada di perairan bersumber dari limbah
yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia yang menggunakan logam berat
sebagai bahan baku atau pengawet dalam berbagai aktivitas seperti aktivitas
pertambangan, pertanian, pelabuhan, dan industri (Putri et al., 2016). Beberapa
logam berat yang umum digunakan dalam berbagai aktivitas industri, pelabuhan,
dan pertambangan adalah Cu, Zn, dan Fe. Salah satu contoh logam berat yang
digunakan sebagai pengawet adalah Cu dan Zn, seringkali Cu dan Zn digunakan
sebagai campuran untuk melapisi cat kapal yag berfungsi sebagai antifouling
(Febrita et al., 2013) selain itu, Cu juga digunakan dalam pembuatan pupuk dan
pestisida (Tampubolon et al., 2013). Selain Cu pada pebuatan pupukjuga
menggunakan Zn sebagai salah satu bahan baku pembuatanya. Fe cenderung
dihasilkan dari korosi pipa-pipa besi, tiang-tiang penyangga pelabuhan, dan alat-
alat rumah tangga yang tersusun dari besi (Arifin, 2012).
Logam Berat merupakan kontaminan yang ada dimana-mana, persistan,
dan terakumulasi dari waktu lampau hingga masa yang akan datang, serta dapat
menimbulkan penurunan kualitas lingkungan (Budiyanto and Lestari, 2013). Hal
tersebut yang menyebakan banyak logam berat ditemukan dalam sedimen
karena logam berat terakumulasi dalam sedimen, karena keberadaanya yang
telah ada dalam jangka waktu yang lama. Logam berat memiliki sifat mengikat
partikel lain dan bahan organik kemudian mengendap didasar perairan dan
bersatu dengan sedimen lainnya. Logam berat pada lingkungan perairan akan
diserap oleh partikel dan kemudian terakumulasi di dalam sedimen, oleh
karenanya sedimen dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena
perannya sebagai ‘sink’ bagi bahan-bahan pencemar dari daratan. Kontaminan
logam yang telah berada di sedimen akan diserap oleh organisme bentik yang
selanjutnya logam tersebut akan ditransfer dari sedimen ke rantai makanan yang
lebih tinggi. Tingginya keberadaan logam berat dalam sedimen dapat
mempengaruhi biota benthos yang hidup secara statis pada sedimen, karena
biota tersebut akan menyerap logam berat yang terakumulasi pada sedimen
(Arifin and Fadhlina, 2010). Salah satu biota benthos yang menjadi sumber daya
perikanan yang cukup tinggi di Perairan Gresik yaitu Kerang Hijau (Perna viridis),
dimana jumlah tangkapan mencapai seribu hingga tiga ribu ton per tahunya
(Eshmat et al., 2014).
Dilihat dari bahaya yang ditimbulkan oleh logam berat jika terakumulasi
dalam sedimen, dalam hal ini harus dilakukan evaluasi terhadap tingkat
pencemaran logam berat terhadap kualitas sedimen dengan menggunakan
indeks lingkungan yaitu Contamintion Factor (CF), Polution Load Index (PLI),
Enrichment Factor (EF), dan Potential Ecologycal Risk Index (PERI) untuk
mengetahui seberapa besar tingkat pencemaran dan resiko yang akan
ditimbulkan pada biotadi perairan tersebut. Oleh karenanya, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi logam berat Cu, Zn, dan Fe yang
diindikasikan terdapat pada sedimen yang selanjutnya akan digunakan untuk
menentukan indeks pencemaran logam berat pada sedimen permukaan Perairan
Kawasan Industri Gresik (KIG) Kabupaten Gresik, Jawa Timur yang pada
akhirnya akan dapat digunakan untuk penentuan kebijakan penerapan
pengelolahan limbah oleh pemerintah yang harus digunakan untuk pelaku
industri yang berpotensi menghasikan limbah logam berat.
1.2 Rumusan Masalah
Gresik adalah salah satu kota dengan aktivitas industri yang cukup padat
karena sedang mengalami perkembangan industri yang cukup pesat. Salah satu
kawasan industri yang memiliki aktivitas yang padat adalah Kawasan Industri
Gresik (KIG) yang berdiri di sepanjang perairan Kecamatan Gresik, Manyar, dan
Kebomas, dimana pada kawasan ini terdapat beberapa industri yang
mendominasi diantaranya yaitu industri kayu, docking kapal, pupuk, dan
elektronik. Tingginya aktivitas industri pada kawasan tersebut akan berdampak
pada lingkungan perairan yang diakibatkan oleh buangan limbah industri dan
berpotensi mengandung logam berat Cu, Zn, dan Fe karena ketiganya seringkali
dibutuhkan dalam proses prosuksi oleh berbagai bidang industri. Hal tersebut
dapat berpotensi menimbulkan dampak buruk terhadap ekosistem perairan,
sehingga perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar
konsentrasi logam berat pada sedimen permukaan dan bagaimana tingkat
pencemaran serta potensi resiko ekologi yang ditimbulkan oleh logam berat Cu,
Zn, dan Fe pada perairan.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui konsentrasi logam berat Cu, Zn, dan Fe pada sedimen
permukaan di perairan Kawasan Industri Gresik (KIG) Kabupaten Gresik,
Jawa Timur.
2. Mengetahui tingkat pencemaran kandungan logam berat Cu, Zn, dan
Feyang ditimbulkan pada sedimen permukaan berdasarkan konsentrasi
logam berat yag telah diketahui terdapat pada sedimen di perairan Kawasan
Industri Gresik (KIG) Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
tambahan bagi pemerintah dan masyarakat untuk mengetahui tingkat
pencemaran logam berat Cu, Zn dan Fe pada sedimen di perairan sekitar
kawasan industri terpadu, Kecamatan Gresik, Jawa Timur untuk selanjutnya
digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan pemberian
izin usaha kerja atau batas konsumsi produk perikanan oleh masyarakat.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Logam Berat
Secara umum logam berat memiliki densitas 5 g/cm3. Logam berat
merupakan unsur yang memiliki nomor atom 22-92 yang terletak pada periode 4-
7 dalam sistem periodik (Purnomo dan Muchyiddin, 2007). Logam berat dapat
dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan manfaatnya, yaitu logam berat
essensial dan non essensial. Logam berat essensial adalah logam berat yang
masih dibutuhkan oleh organisme dalam konsentrasi tertentu untuk tumbuh dan
berkembang, namun dalam konsentrasi yang tinggi jenis logam berat ini akan
menimbulkan efek racun bagi organisme seperti logam berat Cu, Zn, dan Fe.
Sedangkan logam berat non essensial adalah logam berat yang belum diketahui
manfaatnya atau tidak dibutuhkan oleh organisme dan cenderung bersifat racun
baik untuk perairan maupun biota seperti logam berat Hg, Pb, dan Cd (Ali et al.,
2013)
Logam berat merupakan salah satu unsur yang berbahaya apabila
mencemari sistem lingkungan hidup karena memiliki sifat yang toksik, mampu
mengalami bioakumulasi rantai makanan dan tidak dapat terdegradasi. Salah
satu sifat logam berat yang tidak dapat terdegradasi menjadikan logam berat
mudah terakumulasi dalam air, sedimen, dan biota (Rismansyah et al., 2015).
Logam berat yang ada dalam air laut, selanjutnya dengan adanya proses
biomagnifikasi yang bekerja di lautan, kadar logam berat yang masuk akan terus
ditingkatkan, selanjutnya akan berasosiasi dengan sistem rantai makanan,
masuk ke tubuh biota perairan, dan akhirnya ke tubuh manusia yang
mengkonsumsinya (Ahmad, 2010).
Logam berat dapat mencemari lingkungan dengan berbagai perantara,
seperti udara, makanan, maupun air yang terkontaminasi oleh logam berat,
logam tersebut dapat terdistribusi dan sebagian akan terakumulasikan dalam
sistem lingkungan. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus, dalam jangka
waktu lama dapat mencapai jumlah yang membahayakan makhluk hidup.
Beberapa logam berat tersebut banyak digunakan dalam berbagai keperluan
sehari-hari dan secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari
lingkungan dan apabila sudah melebihi batas yang ditentukan berbahaya bagi
kehidupan. Logam-logam berat yang berbahaya yang sering mencemari
lingkungan antara lain merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd),
khromium (Cr), dan nikel (Ni). Logam-logam berat tersebut diketahui dapat
terakumulasi di dalam tubuh suatu mikroorganisme, dan tetap tinggal dalam
jangka waktu lama sebagai racun (Supriyanto et al., 2007)
Sumber bahan pencemar logam berat dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu
pencemaran yang telah diketahui secara jelas sumber pencemarnya seperti hasil
limbah produksi industri dan pencemaran yang tidak diketahui sumber
pencemarnya seperti percemar yang masuk ke perairan yang bersamaan
dengan air hujan (Chahaya, 2003). Selain itu, pencemaran logam berat dapat
terjadi secara alamiah ataupun dihasilkan dari aktivitas antropogenik.
Pencemaran secara alamiah dapat terjadi karena adanya fenomena alam yang
menghasilkan logam berat seperti erosi dan aktivitas vulkanik, sedangkan
pencemaran logam berat yang dihasilkan oleh kegiatan antropogenik dapat
berasal dari limbah kegiatan pertambangan, industri, pertanian dan rumah
tangga (Tilaar, 2014).
2.1.1 Cu (Tembaga)
Cu merupakan jenis logam berat yang memiliki warna merah keemasan
yang tidak lain adalah elemen mikro yang sangat dibutuhkan oleh organisme,
baik darat maupun perairan namun, dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut
dikarenakan Cu termasuk dalam logam berat essensial dimana logam berat yang
termasuk dalam kategori tersebut adalah logam berat yang masih dibutuhkan
dan digunakan oleh makhluk hidup. Cu termasuk kedalam kelompok logam
esensial, di mana dalam kadar yang rendah dibutuhkan oleh organisme sebagai
koenzim dalam proses metabolisme tubuh, sifat racunnya baru muncul dalam
kadar yang tinggi (Cahyani et al., 2012).
Cu masuk ke perairan melalui peristiwa erosi atau pengikisan batuan
mineral dan melalui persenyawaan Cu di atmosfer yang dibawaturun melalui
hujan.Pada air laut di lautan lepas kontaminasi logam berat biasanya terjadi
secara langsung dari atmosfir atau karena tumpahan minyak dari kapal-kapal
tanker yang melaluinya dan juga dari mineral-mineral yang banyak terkandung di
dalam laut itu sendiri (Arifin, 2012). Selain itu, menurut (Setiawan, 2014)
menyatakan bahwa logam berat Cu dapat masuk dalam sistem lingkungan
karena akibat dari aktivitas manusia seperti limbah yang dihasilkan dari industri
galangan kapal, dimana logam berat Cu digunakan sebagai pengawet, industri
pengolahan kayu, dan limbah buangan rumah tangga.
Keberadaan Cu yang melimpah dan sifatnya yang resisten diperairan akan
menyebabkan terakumulasinya Cu pada sedimen dan sebagian akan diadsorbsi
oleh biota terutama biota dengan mobilitas yang rendah seperti kerang. Selain
itu, Cu dapat masuk kedalam tubuh biota laut sebagaian besar melalui rantai
makanan (food chain), apabila proses tersebut terjadi secara terus menerus
maka jumlah dari Cu yang terkonsumsi juga akan semakin terakumulasi pada
tingkat rantai makanan yang paling tinggi (Darmono, 2001 dalamArifin, 2008).
2.1.2 Zn (Seng)
Seng (Zn) adalah logam berat dengan nomor atom 30 dan memiliki berat
atom 65,4 gr/mol. Zn merupakan salah satu logam yang termasuk kedalam
logam yang bersifat essensial artinya, dalam jumlah tertentu Zn masih
dibutuhkan oleh makhluk hidup. Zn adalah salah satu logam yang memiliki
kelarutan yang rendah.Secara alami konsentrasi Zn di kerak bumi cukup besar
(Najamuddin, 2016).
Sumber utama paling signifikan dari Zn adalah adanya limpasan dari
perkotaan, termasuk dampak dari atmosfer, korosi, ban, cat, dan zat buang dari
kendaraan bermotor dan sumber dari daratan lainya.Seng dimanfaatkan dalam
berbagai jenis industri, diantaranya adalah produksi cat, bahan keramik, gelas,
lampu dan pestisida (Susantoro et al., 2014). Menurut Hidayat et al., (2012)
bahwa logam berat Zn umumnya digunakan sebagai lapisan campuran logam,
galvanisir, cat, baterai, dan karet, dimana benda tersebut seringkali digunakan
baik secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan aktivitas
penduduk di sekitar pesisir dan pelabuhan.
2.1.3 Fe (Besi)
Logam berat Fe merupakan logam berat yang termasuk dalam kategori
logam berat essensial, dimana dalam jumlah tertentu besi masih dibutuhkan oleh
makhluk hidup, namun dalam jumlah berlebih Fe dapat bersifat toksik. Dalam
tabel periodik besi memiliki simbol Fe dengan nomor atom 26. Besi merupakan
logam berat yang kuat, mudah ditempa, berkilai dan berewarna perak keabu-
abuan. Besi juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi (Supriyantini dan
Endrawati, 2015).
Limbah buangan industri yang dilepaskan ke perairan dapat
mempengaruhi komposisi air. Terdapat berbagai jenis limbah industri salah
satunya yaitu besi (Fe), kandungan logam besi (Fe) di perairan diduga
disebabkan oleh kandungan Fe yang berasal dari beberapa sumber lain
sepertikeberadaanya secara alamiah di sedimen akibat aktivitas vulkanik dan
erosi, selain itu juga berasal dari aktivitas manusia seperti adanya buangan
limbah rumah tangga yang mengandung besi, reservoir air dari besi, endapan-
endapan buangan industri baja, pupuk, pestisida, keramik, dan baterai dan korosi
dari pipa-pipa air yang mengandung logam besi yang dibawa aliran sungai
menuju ke muara. Selain itu, keberadaan besi dalam air laut juga dapat
bersumber dari perkaratan kapal-kapal laut dan tiang-tiang pancang pelabuhan
yang mudah berkarat, industri (Supriyantini dan Endrawati, 2015).
Buangan industri yang mengandung persenyawaan logam berat Fe
bukan hanya bersifat toksik terhadap tumbuhan tetapi juga terhadap hewan dan
manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat yang sulit didegradasi,
sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya
secara alami sulit dihilangkan, dapat terakumulasi dalam biota perairan termasuk
kerang, ikan dan sedimen, memiliki waktu paruh yang tinggi dalam tubuh biota
laut serta memiliki nilai faktor konsentrasi yang besar dalam tubuh organisme
(Supriyantini dan Endrawati, 2015). Menurut Safitri dan Putri, (2013) Air yang
mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi selain
itu dalam dosis yang besar dapat merusak organ-organ dalam pada tubuh
manusia. Besi merupakan salah satu mineral penting yang dibutuhkan manusia.
1.2 Fate and Transport Logam Berat
Setelah masuk ke perairan logam berat akan mengalami berbagai proses
transpor diantaranya karena terjadinya arus pasang surut, pengenceran,
berasosisasi dengan bahan tersuspensi, koagulasi dan sedimentasi ke dasar,
berasosiasi dengan bahan organik sedimen, diserap oleh plankton. Karena
beberapa logam berat termasuk jenis logam berat essensial maka dalam jumlah
kecil logam berat akan dibutuhkan oleh biota untuk proses metabolisme,
sedangkan sisanya yang terakumulasi pada sedimen akan diserap oleh
organisme dengan mobilitas rendah seperti biota benthos. Logam berat yang
beasosiasi dengan plankton dan sedimen, pada gilirannya akan memasuki rantai
makanan (food chain) yang selanjutnya mengalami akumulasi pada hewan ikan.
Ikan laut, pada hierarki rantai makanan tingkat atas, secara langsung akan
menyerap (uptake) pencemaran dari badan air, atau secara tidak langsung akan
terjadi biomagnifikasi melalui rantai makanan. Proses transport logam berat ke
dalam tubuh ikan dapat melalui passif (passive transport) karena adanya gradient
konsentrasi dan melalui transport aktif (facilitated transport) yang dimediasi
molekul makro (Siregar and Jhon, 2010).
Gambar 1. Fate and Transport Logam Berat (Holmes et al., 2017)
Beberapa sumber telah dikenalmenjadi pemasok logam berat di
permukaan perairan. Jalur utama masuknya trace metal kelautan global yang
berasal dari permukaan perairan sumber utamanya adalah pengendapan debu,
air sungai, perubahan wujud logam berat yang berasal dari sedimen didasar
perairan, dan pasokan dari sedimen yang kemudian terjadi pengadukan keatas
sehingga terjadi pencampuran yang menyebabkan terjadinya peningkatan
konsentrasi logam berat di badan perairan sebagian akan mengendap kembali
ke dasar perairan. Selain sumber dari permukaan air, sumber lain juga diperoleh
dar sumber hidrotermal dari dasar laut (Holmes et al., 2017).
Logam berat yang masuk ke perairan akan mengalami pengenceran dan
penyebaran oleh adukan atau turbulensi dan arus laut. Setelah itu, bahan
pencemar tersebut akan mengalami 3 macam proses akumulasi yaitu fisika,
kimia, dan biologi. Akumulasi logam berat secara fisika dan kimia melalui proses
adsorpsi, pengendapan, dan pertukaran ion, kemudian akan mengalami
pengendapan di dasar perairan (Maslukah, 2006). Sedangkan, secara biologi
menurut Rismansyah et al., (2015) dan Purnomo dan Muchyiddin, (2007), dapat
terjadi melalui rantai makanan dimana zat pencemar seperti logam berat yang
melayang-layang di dalam laut akan diserap oleh plankton dan yang lainnya
akan tertimbun dalam sedimen. Selain itu plankton merupakan titik awal dari
rantai makanan dan selanjutnya akan sampai ke organisme lainnya.
2.3 Pencemaran Logam Berat Pada Sedimen
Sedimen berasal pecahan pecahan material umumnya terdiri atas uraian
batu-batuan secara fisis dan secara kimia. Partikel seperti ini mempunyai ukuran
dari yang besar (boulder) sampai yang sangat halus (koloid), dan beragam
bentuk dari bulat, lonjong sampai persegi. Hasil sedimen biasanya diperoleh dari
pengukuran sedimen terlarut dalam sungai (suspended sediment), dengan kata
lain bahwa sedimen merupakan pecahan, mineral, atau material organik yang
ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es,
atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari
material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia (Usman,
2014).
Sedimen merupakan kumpulan hasil rombakan batuan sekitarnya akan
mempunyai kandungan logam berat yang ditentukan oleh mineralogi batuan
asal. Daerah yang dipengaruhi aktivitas manusia, kandungan logam berat yang
terkandung dalam sedimen akan terdiri atas hasil proses geokimia alami yang
ditambah dengan hasil aktivitas manusia. Kondisi tersebut merupakan salah satu
sumber kontaminan logam berat yang masih sering terjadi yang berasal dari
darat (Zainal, 2009 dalam Permanawati et.al., 2012). Beberapa penelitian yang
pernah dilakukan menunjukkan variasi hasil konsentrasi logam berat yang
dihasilkan dari kegiatan antropogenik ( Tabel 1).
Tabel 1. Referensi konsentrasi logam berat pada sedimen
Referensi lokasi Cu (mg/kg) Zn (mg/kg) Fe (mg/kg)
Penelitian ini Gresik, Jawa Timur 0,59 1,084 207,69 (Supriyantini dan Endrawati, 2015)
Tanjung Emas, Semarang - - 27,95-34,05
(Ahmad, 2013) Perairan Pulau Bangka 0,76-6,66 2,49-16,71 -
(Suhaidi, 2013) Jelengah, Sumbawa Barat 1,39-5,13 - -
(Riyadi et al., 2012) Teluk Jakarta 7,6-118,3 55-880 4765-6796 (Edward, 2014) Wawobatu, Kendari 3,54-12,19 24,84-69,97 -
(Ahmad, 2010) Pulau muna, kabaena, dan Buton Sultra 1,27-5,71 3,99-74,98 -
(Budiyanto dan Lestari, 2013)
Berau, Kalimantan Timur - 12,7-43,5 -
(Harikumar dan Jisha, 2010)
Pantai Barat Daya, India 0,80-243,60
218,45-554,23 -
(Ho et al., 2010) Teluk Ha Long, vietnam 0,013-0,03 0,012-0,093 - (Radulescu et al., 2014) Salt lake, Romania - 1345-2465
21730-39574
(Wesabi et al., 2015) Jeddah Coast, Red sea 0,05-0,13 0,179-0,635 2788-6343 (Ergul et al., 2010) Mamara sea, Turkey - 0,356-0,613 1940-2510 (Coban et al., 2009) Black se, Turkey 30,21 84,16 -
Keberadaan logam berat pada sedimen dapat menjadi polutan apabila
konsentrasinya melebihi ambang batas yang ditentukan. Logam berat masuk ke
badan air dan mengendap pada sedimen terjadi karena tiga tahap, yaitu adanya
curah hujan, adsorpsi dan penyerapan oleh organisme air. Logam berat pada
lingkungan perairan akan diserap oleh partikel dan kemudian terakumulasi di
dalam sedimen. Logam berat memiliki sifat mengikat partikel lain dan bahan
organik kemudian mengendap didasar perairan dan bersatu dengan sedimen
lainnya. Hal ini menyebabkan konsentrasi logam berat di dalam sedimen
biasanya lebih tinggi daripada di perairan. Sehingga jenis sedimen dapat
mempengaruhi akumulasi logam berat dalam sedimen (Eka Putri et al., 2016)
Ukuran butir partikel sedimen adalah salah satu faktor yang mengontrol
proses pengendapan. Suatu endapan sedimen disusun dari berbagai ukuran
partikel sedimen yang berasal dari sumberyang berbeda-beda. Pergerakan
udara dan air dapat memisahkan partikel berdasarkan ukuran mereka, yang
menyebabkan terjadinya endapan yang terdiri dari berbagai ukuran. Ada tiga
kelompok populasi sedimen yaitu:
1. Gravel (kerikil), terdiri dari partikel individual: bourder, cobble, dan pebble
2. Sand (pasir), terdiri dari: pasir sangat kasar, kasar, medium, halus, dan
sangat halus.
3. Mud (lumpur), terdiri dari clay dan silt.
Suatu kawasan perairan biasanya tidak hanya memiliki satu jenis tipe
sedimen, namun terdiri dari kombinasi tiga fraksi yaitu pasir,lanau, dan lempung.
Penggolongan tipe sedimen didapatkan dari perhitungan yang didasarkan pada
proporsi kandungan ukuran partikel kerikil, pasir, dan lumpur. Sistem klasifikasi
ini berdasarkan Median diameter (Md). Diagram sheppard merupakan salah satu
contoh diagram rangkap tiga (suatu alat untuk grafik tiga satuan) sistem
komponen berjumlah 100%(Gambar 2), dimana komponen-komponen tersebut
adalah presentase dari kerikil, pasir, dan lumpur yang mengisi sedimen. Tiap-tiap
sampel sedimen diplotkan sebagai suatu titik di dalam atau sepanjang sisi-sisi
dari diagram, tergantung pada komposisi spesifik ukuran butiranya (K. Munandar
et al., 2014) Penggolongan sampel sedimen, Sheppard (1954) dalam K.
Munandar et al., (2014), membagi suatu diagram rangkap tiga kedalam sepuluh
kelas dengan mengikuti semua konvensi diagram rangkap tiga sebagai contoh
lumpur berisi sedikitnya 75% partikel-partikel ukuran lumpur. “Silt Sand”dan
“Sandy Silt” berisi tidak lebih dari 20% ukuran partikel “Clay” dan “Sand-Silt-Clay”
berisi sedikitnya 20%dari setiap ketiga komponen.
Gambar 2. Segitiga Sheppard (Sheppard, 1954)
Kadar logam berat dalam sedimen permukaan lebih tinggi dibandingakan
dalam air laut, hal ini terjadi karena logam berat mengalami proses pengenceran
dalam air selain itu,logam berat yang masuk ke perairan akan mengalami
berbagai proses mencakup transport oleh arus pasang surut, berasosisasi
dengan bahan tersuspensi, koagulasi dan sedimentasi ke dasar, berasosiasi
dengan bahan organik sedimen, dan diserap oleh plankton. Logam berat yang
beasosiasi dengan plankton dan sedimen, pada gilirannya akan memasuki rantai
makanan (food chain) yang selanjutnya mengalami akumulasi pada hewan ikan.
Ikan laut, pada hierarki rantai makanan tingkat atas, secara langsung akan
menyerap (uptake) pencemaran dari badan air, atau secara tidak langsung akan
terjadi biomagnifikasi melalui rantai makanan (Siregar and Jhon, 2010).
2.4 Indeks Pencemaran
Evaluasi kualitas sedimen berdasarkan data kandungan logam berat
dalam sedimen menggunakan beberapa indikator, yang dapat dikelompokkan ke
dalam indeks tunggal dan indeks terpadu. Indeks tunggal adalah indikator yang
digunakan untuk menghitung kontaminasi dari logam tunggal (hanya satu logam
berat) yang meliputi: faktor pengkayaan (enrichment factor), dan faktor
kontaminasi (contamination factor). Untuk mengetahui kualitas sedimen
berdasarkan perpaduan beberapa logam berat terkandung di dalamnya,
digunakan indeks terpadu, yang meliputi: derajat kontaminasi (contamination
degree), indeks resiko ekologikal potensial (potential ecological risk index) dan
indeks beban polusi ( pollution load index). Penurunan kualitas pada suatu
perairan kemungkinan sebagai dampak kegiatan industri dan kegiatan
anthropogenik yang ada di daerah tersebut.
Evaluasi terhadap kondisi penurunan kualitas perairan perlu dilakukan
monitoring, kuantifikasi dan analisis kualitas sungai yang dapat dilakukan melalui
perhitungan beberapa indek polusi oleh logam berat yang terkandung dalam
sedimen perairan. Parameter indeks polusi yang akan dihitung meliputi faktor
pengkayaan (EF), faktor kontaminasi (CF), indeks geoakumulasi (Igeo), faktor
resiko ekologis (Er), dan indeks beban polusi (PLI). Evaluasi ini dilakukan guna
menentukan langkah strategis untuk menentukan metode untuk meminilalisir
penurunan kualitas perairan (Mulyaningsih and Suprapti, 2016).
2.4.1 CF (Contaminant Factor) dan PLI (Polution Load Index)
CF merupakan indeks yang digunakan untuk menilai faktor kontaminasi
satu elemen logam berat. Jika jumlah logam berat yang terkandung dalam
sedimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai background level, maka dapat
didefinisikan bahwa terjadi kontaminasi logam berat pada perairan tersebut.
Sebaliknya, jika jumlah logam berat yang terkandung pada perairan tersebut
lebih rendah dari nilai backround level, maka tidak dapat mendefinisikan jika
perairan tersebut terkontaminasi oleh logam berat.Faktor kontaminasi (CF)
menggambarkan kondisi kontaminasi yang diakibatkan oleh bahan toksik pada
sedimen di perairan. Indeks geoakumulasi digunakan untuk menentukan kondisi
kontaminasi oleh logam (Werolilangi et al., 2011) dalam sedimen dihitung
menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Muller di tahun 1969
(Werolilangi et al., 2011).
Tingginya konsentrasi logam berat pada sedimen perairan merupakan
salah satu indikator terjadinya pencemaran yang diinduksi oleh aktivitas manusia
daripada sumber dari sedimen dari “geological weathering”. Penilaian dari unsur
pengayaan sedimen bisa dihitung dengan indeks yang paling umum digunakan
yaitu Pollution Load Indeks (PLI). PLI mewakili jumlah perkalian dimana
konsentrasi logam berat di sedimen melebihi konsentrasi logam berat di alam,
dan memberikan indikasi sumatif tingkat toksisitas logam berat pada sampel
tertentu (Rabee et al., 2011).
Pollution Load Indeks (PLI) dapat digunakan untuk mendeteksi polusi
antar lokasi dan pada waktu yang berbeda. PLI diperoleh dari faktor konsentrasi
masing-masing logam berat berkenaan dengan nilai latar belakang (background)
logam berat di dalam sedimen. Konsentrasi rata-rata logam berat di dunia
digunakan sebagai nilai latar belakang (backround) logam berat dalam sedimen
tersebut. PLI mampu memberikan perkiraan status kontaminasi logam berat dan
solusi yang harus ditempuh untuk mengatasi hal tersebut. Nilai PLI Nilai PLI ≥100
mengindikasikan intervensi langsung untuk memperbaiki polusi yang terjadi; nilai
PLI ≥50 menunjukkan bahwa studi yang lebih rinci diperlukan untuk memantau
lokasi, sementara nilai <50 menunjukkan bahwa pembetulan drastis
ukuran tidak diperlukan (Rahman et al., 2012).
2.4.2 EF (Enrichment Factor)
Kandungan logam yang berada pada suatu lingkungan sangat
dipengaruhi selain oleh komposisi dan proses kimia yang ada pada lokasi
tersebut juga sangat dipengaruhi oleh sumbernya. Salah satu metode dalam
mengidentifikasi sumber polutan (antropogenik vs alamiah) di lingkungan adalah
penggunaan Faktor Pengayaan (Enrichment Factor), selain itu EF juga
digunakan dalam menentukan seberapa besar suatu elemen mengkontaminasi
suatu daerah atau lokasi (Yunus et.,al, 2010 dalam Werolilangi et al., 2011).
Metode normalisasi adalah salah satu metode yang efektif dalam
membedakan sumber bahan pencemar. Metode yang digunakan adalah dengan
menghitung EF. Selanjutnya dikatakan bahwa EF atau Faktor Pengayaan, selain
dapat digunakan untuk membedakan sumber logam antropogenik atau alamiah,
juga dapat digunakan untuk menilai seberapa besar input antropogenik pada
suatu lokasi. Metode dalam menentukan EF, yaitu membandingkan konsentrasi
logam yang diteliti dengan konsentrasi alamiah (unpolluted) pada daerah yang
sama atau menggunakan nilai dari daerah lain yang belum terpolusi (reference
value) dan dinormalisasi dengan elemen Aluminium (Al). Normalisasi data logam
dengan menggunakan Aluminium (Al) sebagai elemen konservatif sudah banyak
dilakukan karena analisis Al mudah, tepat dan akurat (Heru and Sandler, 2006
dalam Werolilangi et al., 2011).
2.4.3 Potential Ecology Risk Indeks (PERI)
Metode indeks resiko ekologi potensial diusulkan oleh Hakanson dari
perspektif sedimentologi untuk menilai karakteristik dan perilaku kontaminan
lingkungan logam berat dalam sedimen, Metode yang diusulkan oleh Hankanson
menilai potensi ekologi dan efek lingkungan dengan toksikologi.Penilaian
tersebut, dilakukan dengan menggunakan indeks paralel dan kasifikasi
ekuivalen, dan menyediakan metode kuantitatif untuk mengisolasi secara
langsung tingkat potensi bahaya.Metode ini mampu mencerminkan efek dari
berbagai kontaminan dan mengungkap pengaruh komprehensif beberapa
kontaminan di lingkungan tertentu. Saat ini metode yang diusulkan oleh
Hankanson adalah metode yang paling ilmiah dan pendekatan komprehensif
untuk menilai kontaminasi logam berat di sedimen (Wang et al., 2013).
3. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi
Pengambilan sampel sedimen dilakukan tepatnya di perairan sekitar
Kawasan Industri Gresik (KIG)yang berada diKabupaten Gresik, Jawa Timur
yang dilakukan pada 18 Juli 2017. Selanjutnya Penelitian lanjutan dilaksanakan
di Laboratorium kualitas air perum Jasa Tirta I Malang untuk proses analisis
konsentrasi logam berat dalam sedimen dan Laboratorium Tanah dan Air Tanah
Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya untuk analisis ukuran butir sedimen pada
19 Juli – 11 Agutus 2017 .
3.2 Penentuan Stasiun Penelitian
Metode yang digunakan dalam menentukan lokasi sampling adalah
“Purpossive Sampling” pada empat stasiun pengamatan. Hal ini dilakukan
dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan tingkatan, acakan atau
daerah namun didasarkan atas adanya tujuan dalam menentukan lokasi
sampling. Pengambilan sampel dilakukan di perairan Kawasan Industri Gresik
(KIG) di Kecamatan Gresik yang terdiri atas empat stasiun dengan tiga kali
pengulangan, masing-masing stasiun mewakili satu kawasan industri diantaranya
yaitu Stasiun 1 berada di Desa Karang Kering, Kecamatan Kebomas yang
terdapat industri kayu dan pemukiman, stasiun 2 berada di Desa Sidorukun,
Kecamatan Gresik yang terdapat industri docking kapal, stasiun 3 berada di
Desa Tlogo Pojok, Kecamatan Gresik yang terdapat industri pupuk, dan stasiun 4
berada di Desa Manyar Sidomukti, Kecamatan Manyar yang terdapat industri
elektronik. Masing-masing stasiun terdapat 3 titik pengambilan sampel sehingga
terdapat 12 titik koordinat pengambilan sampel (Tabel 2).
Gambar 1. Peta lokasi pengambilan sampel sedimen
Tabel 1. Titik Koordinat Pengambilan Sampel
Stasiun Selatan Timur
1 7°11'9.55" 112°40'4.14"
2 7°11'13.47" 112°40'3.34"
3 7°11'22.54" 112°39'58.49"
4 7°10'13.00" 112°40'3.68"
Gresik
Madura
4
3
2
1
Keadaan umum lokasi pengambilan sampel di Perairan Kawasan Industri
Gresik (KIG)Kabupaten Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur adalah sebagai
berikut:
1. Stasiun 1
Stasiun 1 merupakan stasiun yang berada di dekat kawasan industri kayu,
dimana pada kawasan industri tersebut banyak aktivitas industri seperti
pemotongan kayu, pengolahan kayu, hingga pengawetan kayu. Aktivitas industri
kayu tak luput dari penggunaan logam berat karena logam berat merupakan
salah satu unsur yang terkandung dalam bahan pengawet untuk beberapa
industri salah satunya adalah industri kayu. Selain industri kayu di stasiun satu
juga terdapat pemukiman masyarakat dan dermaga yang digunakan untuk
aktivitas masyarakat serta muara sungai.
2. Stasiun 2
Stasiun 2 merupakan stasiun yang berada didekat kawasan industri
docking kapal dimana pada kawasan ini terdapat berbagai aktivitas diantaranya
perbaikan dan pengecatan kapal, selain itu pada kawasan ini juga merupakan
jalur lalu lalang kapal sehingga secara fisik kondisi air cenderung keruh dengan
gelombang yang cukup tinggi akibat pergerakan kapal.
3. Stasiun 3
Stasiun 3 adalah stasiun yang terletak didekat kawasan industri pupuk,
dimana pada kawasan ini diindikasikan mengandung logam berat yang
dihasilkan dari aktivitas industri pupuk, dimana logam berat merupakan salah
satu unsur penting yang digunakan dalam pembuatan pupuk.
4. Stasiun 4
Stasiun 4 adalah stasiun yang terletak di dekat kawan industri elektronik,
dimana pada kawasan ini terdapat smelter yang digunakan untuk salah satu
proses produksi industri elektronik. Penggunaan logam berat untuk industri
elektronik adalah sebagai bahan pelapis dan salah satu unsur penting yang
dibutuhkan untuk industri elektronik. Letak smelter yang cukup jauh dari daratan
dapat diindikasikan bahwa limbah hasil proses produksi dapat berpengaruh
terhadap perairan.
1.3 Alat dan Bahan Penelitian
Pada penelitian ini dibutuhkan alat dan bahan pada proses pengambilan
sampel dan penelitian di laboratorium. Adapun alat dan bahan yang digunakan
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2. Alat dan bahan penelitian
No. Identifikasi Fungsi
ALAT
1. GPS Garmin 60 Menentukan titik lokasi
2. HP Samsung J7 Mendokumentasi kegiatan penelitian
3. Pipa PVC Power Mengambil sedimen
4. Pipet tetes Mengambil larutan dalam jumlah sedikit
5. Coolbox Menyimpan dan mengawetkan sampel
6. SalinometerATAGO PAL 065 Mengukur parameter salinitas
7. pH meterTestr 30 Mengukur pH dan suhu suatu perarian
8. DO meter Lovibond SD 310 Oxi
Mengukur kadar DO air laut
9. Washing Bottle Wadah aquades
10. AAS Shimadzu AA-6800 Mengukur kadar logam berat Hg, Cu, dan Zn
11. Shieve shakerMBT AG - 515 Memisahkan sedimen berdasarkan ukuran
No. Identifikasi Fungsi
12. Oven Mengeringkan sedimen
13. Timbangan digitalAND SK – 2000
Mengukur berat sedimen
14. Erlenmeyer Tempat larutan
15. Mortal dan alu Menumbuk sedimen
16. Tabung dan pelampung hydrometer
Analisa hydrometer
17. Tabung picnometer Kalibrasi picnometer
18. Stopwatch Menghitung waktu
19. Hot plate Memanaskan tabung picnometer
20. Sendok dan kuas Mengambil dan membersihkan sedimen
BAHAN
1. Spidol Memberi tanda sampel sedimen
2. Aquades Mengkalibrasi alat
3. Plastik Polyetilen Tempat sampel sedimen
4. Kertas label Memberi tanda sampel sedimen
5. Tissue Membersihkan alat
6. HNO3 Merendam botol
7. Na-Hexametaphospat Bahan pendispersi
1.4 Pengumpulan Data
3.4.1 Pengukuran Parameter Lingkungan
Pengukuran parameter lingkungan dilakukan secara in-situ atau langsung
pada perairan. Parameter fisika yang diukur adalah suhu, sedangkan parameter
kimia yang diukur yaitu pH, salinitas, dan DO(Dissolved Oxygen). Pengukuran
suhu dilakukan dengan menggunakan termometer digital, sedangkan
pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Selanjutnya untuk
pengukuran salinitas dilakukan dengan menggunakan salinometer dan
Pengukuran (DO) dilakukan dengan menggunakan DO meter.
3.4.2 Pengambilan Sampel sedimen
Total keseluruhan sedimen yang diambil sebanyak 1 kg yang kemudian
dibagi menjadi dua dengan berat masing-masing 0,5 kg untuk analisis logam
berat dan 0,5 kg untuk analisis fraksinasi sedimen yang dilakukan dengan
menggunakan pipa PVC, dengan ketebalan ± 10 cm. Menurut Siaka (2008),
Pada ketebalan 5 cm hingga 10 cm merupakan ketebalan yang optimal untuk
pengambilan sampel sedimen. Pengambilan sampel sedimen dilakukan dengan
menggunakan prosedur yang sama disetiap stasiun pengamatan. Setelah
pengambilan selesai sampel yang diperoleh dimasukkan ke dalam plastik
polietilen, kemudian disimpan dalam coolbox dan segera dibawa ke laboratorium
(Salah et al., 2012).
3.4.4 Analisis Fraksinasi Sedimen
Salah satu langkah yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengukuran
ukuran butir sedimen yang diakukan secara ex-situdi laboratorium. Pengukuran
ukuran butir sedimen dibagi menjadi 3 pengukuran yaitu kalibrasi picnometer,
berat jenis, danhidrometeryang berdasar pada SNI 3423:2003 tentang cara uji
analisis ukuran butiran tanah. Pengukuran kalibrasi picnometer dilakukan guna
mendapatkan kurva kalibrasi yang digunakan untuk menghitung berat jenis
sedimen. Setelah didapatkan nilai berat jenis, selanjutnya dilakukan analisa
hidrometer, analisa ini digunakan dimana sampel sedimen yang memiliki
kecenderungan berbutir lanau sampai lempung yang selanjutnya akan dilakukan
identifikasi. Identifikasi fraksi sedimen dilakukan dengan menggunakan Skala
Wentworth. Pada Tabel dapat menentukan atau mengklasifikasikan jenis
sedimen berdasarkan ukuran partikel sedimen (R. K. Munandar et al., 2014).
3.4.5 Analisis Logam Berat Cu, Zn, dan Fe pada Sedimen
Pengukuran sedimen dimulai dengan melakukan preparasi sampel
sedimen yang diawali dengan menghaluskan sampel sedimen permukaan dan
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan untuk menghilangkan kadar air yang
ada. Selanjutnya, contoh sedimen dimasukkan dalam cawan teflon dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 24 jam. Setelah kering dikocok
beberapa kali dengan air suling. Contoh sedimen dikeringkan kembali pada suhu
100oC selama 24 jam, kemudian digerus hingga halus. Sebanyak 5 gram contoh
sedimen kering dimasukkan dalam cawan teflon, didestruksi dengan
menggunakan HNO3/HCl pekat dan dibiarkan pada suhu ruang ± 4 jam.
Destruksi dilanjutkan pada suhu 90oC selama 8 jam. Hasil destruksi ini disaring
dan filtratnya ditampung dalam labu ukur 50 ml dan diencerkan dengan aquades
sampai tanda batas. Setelah didapatkan hasil sedimen yang telah dipreparasi,
maka langkah selanjutnya adalah dilakukan pembacaan konsentrasi logam berat
dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom- Nyala dengan
menggunakan AAS (AA-6800)(Ika et al., 2013); (Siaka, 2008).
Analisis logam berat terlarut Cu SNI 06-6992.5-2004, Zn SNI 06-6992.8-
2004, dan Fe dilakukan dengan metode yang berdasar pada metode US EPA
3050B untuk pengukuran di sedimen. Pengukuran tersebut dilaksanakan oleh
Laboratorium Kualitas Air Jasa Tirta I dengan menggunakan Shimadzu AA-6800
Flame Atomic Absorption Spectrophotometer (FAAS). Urutan pembacaan
konsentrasi logam berat hampir sama dengan Hcu, Zn, dan Fe, yaitu larutan
blanko, larutan standart dan pembacaan konsentrasi logam berat pada sampel.
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisa Fe adalah 248.3 nm, analisa
Zn adalah 213.9 nm dan analisa Cu adalah 324.8 nm.
Pada pengukuran logam berat di Laboratorium Jasa Tirta I digunakan
standar kalibrasi dan verifikasi untuk menjaga kualitas hasil pengukuran logam
berat dengan menggunakan AAS. Kalibrasi yang dilakukan adalah dengan cara
adisi standar yang dilakukan dengan pembuatan 5 larutan standar dengan
konsentrasi yang berbeda untuk menghasilkan kurva kalibrasi. Selanjutnya
verifikasi dilakukan dengan (1) menentukan sensitifitas, (2) presisi yang
dilakukan dengan pembacaan larutan kalibrasi sebanyak 6 kali dan pembacaan
larutan blanko pada saat akan melakukan pembacaan dengan konsentrasi yang
berbeda, (3) menentukan batas daerah kerja dengan pembuatan kurva kalibrasi
dan pembacaan konsentrasi logam berat sebanyak 3 kali, dan yang terakhir
adalah (4) menentukan batas dan limit deteksi dengan melakukan pembacaan
larutan blanko sebanyak 6 kali pada setiap kali jenis logam berat yang diukur
untuk mendapat nilai standar deviasi.
1.5 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah analisa deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif digunakan dalam menjelaskan distribusi logam berat pada
sedimen.Analisa kuantitatif dijelaskan dengan menggunakan analisastatistika,
analisa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji normalitas Saphiro Wilk dan
Korelasi Spearman-Rank untuk mengetahui hubungan parameter lingkungan
dengan konsentrasi logam berat.
3.5.1 Analisa Deskriptif
Analisa deskriptif dilakukan dengan menggambarkan distribusi data yang
bertujuan untuk memudahkan pembacaan suatu distribusi data selain itu juga
dapat digunakan untuk mendeskripsikan kondisi umu stasiun penelitian. Data
yang telah terkumpul diantaranya parameter lingkungan, konsentrasi logam berat
dan fraksi sedimen selanjutnya akan dianalisa secara deskriptif dan dibandigkan
dengan data sekunder yang mendukung pernyataan tersebut yang dapat
diperoleh dari studi literatur.
3.5.1 Analisa Statistika
3.5.2.1 Uji Normalitas Saphiro-Wilk
Uji normalitas Saphiro-Wilk digunakan untuk menguji apakah suatu data
tersebut teristribusi normal atau tidak dimana pengujian ini merupakan prasyarat
awal yang dibutuhkan dalam analisa data. Pengujian normalitas memiliki
beberapa metode diantaranya adalah Kolmogorof-Smirnov, Lilliefors, saphiro-
Wilk, dan Skewness-Kurtosis yang terdapat pada prosedur SPSS explore. Uji
normalitas Saphiro-Wilk dapat digunakan apabila jumlah data < 30 dengan nilai
signifikan > 0,05 (Wahyudi and Siswanti, 2015). Selain itu, Uji Saphiro-Wilk
cenderung memiliki tingkat konsstensi yang tinggi dan konsisten serta tidak
berkaitan dengan jumlah data yang digunakan. Menurut (Oktaviani and
Notobroto, 2014) berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan Shapiro-Wilk
adalah metode dengan konsistensi terbaik dan menunjukkan hasil terdistribusi
normal terbaik. Setelah dietahui data tersebut terdistribusi normal selanjutnya
dapat dilakukan analisa korelasi Pearson.
3.5.2.2 Analisa Korelasi
Pengujian hubugan antara variabel butir sedimen, variabel logam berat,
dan variabel parameter lingkungan dilakukan dengan menggunakan korelasi
Pearson (untuk data dengan distribusi normal) dan korelasi Spearman-
Rank(untuk data dengan distribusi tidak normal). Analisis korelasi Pearsondan
Spearman-Rank dimaksudkan untuk mengetahui besarnya keeratan hubungan
dan adaa tidaknya hubungan antara variabel butir sedimen, konsentrasi logam
berat, dan parameter lingkungan. Variabel butir sedimen dapat dikatakan
terdapat hubungan dengan konsentrasi logam berat terdapat hubungan yang
signifikan (sig.>0,05).
Korelasi Pearson merupakan teknik analisis yang ternasuk dalam salah
satu teknik pengukuran asosiasi/hubungan. Pengukuran asosiasi merupakan
istilah umum yang mengacu pada sekelompok teknik yang digunakan untuk
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel. Diantara sekian banyak
teknik teknik pengukuran hubungan terdapat dua teknik korelasi yang cukup
populer yaitu korelasi Pearson dan korelasi Rank Sprearman. Sealin kedua
teknik tersebut juga terdapat teknik-teknik lain diantaranya adalah Kendal, Chi-
Square, Phi Coefficient, Goodman-Kruskal, Somer, dan Wilson. Korelasi
bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan dengan skala-skala tertentu,
misalnya Pearson harus menggunakan data berskala interval atau rasio dan
dapat digunakan jika data terdistribusi normal (Telusa, 2013).
3.6 Evaluasi Kualitas sedimen
Berikut ini adalah Rumus yang digunakan untuk menghitung Evaluasi
kualitas sedimen:
3.6.1 Faktor Kontaminasi (CF)
Menurut (Harikumar and Jisha, 2010), Tingkat kontaminasi logam berat di
sedimen permukaan sering dinyatakan dalam faktor kontaminasi dihitung
denganrumus :
Nilai CF jika
CF < 1 Tingkat kontaminasi rendah
1< CF < 3 Tingkat kontaminasi sedang
3 < CF < 6 Tingkat kontaminasi tinggi
3.6.2 Indek Beban polusi (PLI)
Menurut Muller (1969) dalam Banerjee and Gupta (2012), Indeks
BebanPencemaran (PLI) merupakan jumlah kali konsentrasi logam berat dimana
konsentrasi logam berat dalam sedimen melebihi latar belakang dan memberikan
indikasi sumatif dari keseluruhan tingkat toksisitas logam berat pada sampel
tertentu dandihitung dengan rumus :
Nilai PLI jika :
PLI 1-2 :Tidak tercemar sampai tercemar ringan
PLI 2-4 :Tercemarsedang
PLI 4-6 :Tercemarparah
PLI 6-8 :Tercemar sangat parah
PLI 8-10 :Tercemarluar biasa
3.6.3 Faktor Pengkayaan (EF)
Faktor Pengayaan (EF) digunakan untuk mengevaluasi tingkat
kontaminasi tanah dan sedimendan mencari tahu kemungkinan masukan alami
atau antropogenik dan kandungan sedimen (Salah et al., 2012). EF dari logam
berat dalam sedimen dapat dihitung dengan menggunakanpersamaan berikut:
Dimana Fe digunakan sebagai background karenaFedianggap sebagai unsur
untuk normalisasi karena kadarnya yang tinggi di alam.
Nilai EF jika,
EF = <3 menunjukkan pengayaan kecil atau minimal,
EF = 3-5 menunjukkan pengayaan moderat,
EF = 5-10 menunjukkan pengayaan yang cukup parah,
EF = 10-25 menunjukkan pengayaan yang parah,
EF = 25-50 menunjukkan pengayaan yang sangat parah,
EF> 50 mengindikasikan pengayaan yang sangat parah.
3.6.4 Potensi Indeks Ekologi Indeks (PERI)
Potensi indeks risiko ekologi (PERI) juga diperkenalkan untuk menilai
tingkat kontaminasi logam berat pada sedimen saat ini.Persamaan untuk
perhitungan RI diusulkan oleh (Hankanson, 1979) sebagai berikut:
dimana,
adalah konsentrasi logam yang diperiksa dalam sampel sedimen,
adalah nilai latar belakang (backround)logam
adalah nilai factor kontaminasi,
adalah reaksi toksik factor untuk logam berat tertentu (Cu=5;Zn=1; Fe=10),
adalah jumlah dari semua faktor risiko logam berat dalam sedimen.
Jika nilai,
PERI =< 150 maka potensi resiko ekologi rendah
PERI = 150-300 maka potensi resiko ekologi sedang
PERI = 300-600 maka potensi resiko ekologi tinggi
PERI = ≥600 maka potensi resiko ekologi sangat tinggi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2017 di Kabupaten Gresik
tapatnya di Kawasan Industri Gresik (KIG). Kondisi geografis Kecamatan Gresik
memiliki ketinggian sekitar 0-12 mdpl dari permukaan laut dengan curah hujan
yang relatif rendah yaitu 2,245 mm per tahun. Rata-rata kelembapan udara
2,245 mm per tahun dan rata-rata suhu tergolong sedang yaitu 28,5 °C dengan
kecepatan angin 4-6 per detik (Bappeda Kabupaten Gresik, 2013). Perairan
Kecamatan Gresik memiliki tipe pasang surut harian tunggal atau dimana hanya
terjadi 1 kali pasang dan 1 kali surut dalam 1 hari (Mellawati, 2010). Pengambilan
sampel sedimen yang dilakukan di bulan Juli termasuk dalam musim timur,
menurut (Kisnarti, 2011) musim timur terjadi pada bulan Juni-September
sedangkan musim barat terjadi pada bulan Desember-Maret.
Kawasan Industri Gresik (KIG) merupakan tempat yang didalamnya
terdapat berbagai macam industri yang berdiri dalam satu kawasan dimana
kawasan tersebut terletak di sepanjang garis pantai Kecamatan Gresik, Manyar,
dan Kebomas. Pada Kawasan Industri Gresik (KIG) terdapat beberapa industri
diantaranya adalah industri pengolahan kayu, elektronik, pupuk, docking kapal,
baja, minyak sayur, sabun, dan cat. Lokasi pengambilan sampel berada pada
empat lokasi yang terdapat di Kawasan Industri Gresik (KIG) Kabupaten Gresik
yaitu staisun Stasiun 1 berada di Desa Karang Kering, Kecamatan Kebomas
yang terdapat industri kayu dan pemukiman, stasiun 2 berada di Desa Sidorukun,
Kecamatan Gresik yang terdapat industri docking kapal, stasiun 3 berada di
Desa Tlogo Pojok, Kecamatan Gresik yang terdapat industri pupuk, dan stasiun 4
berada di Desa Manyar Sidomukti, Kecamatan Manyar yang terdapat industri
elektronik. dimana lokasi tersebut merupakan industri yang mendominasi di
Kawasan Industri Gresik (KIG)dan keempat lokasi penelitian tersebut
diindikasikan menghasilkan limbah yang mengandung logam berat.
4.2 Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan (In-situ)
Beberapa parameter lingkungan diantaranya adalah suhu, pH, DO, dan
salinitas adalah parameter lingkungan yang dapat menunjukkan kondisi perairan.
Nilai parameter optimum dapat mendukung laju pertumbuhan biota perairan dan
sebaliknya jika nilai parameter lingkungan mengalami fluktuasi, maka hal
tersebut menunjukkan semakin memburuknya kondisi perairan. Berdasarkan
faktor tersebut parameter lingkungan juga digunakan sebagai salah satu unsur
pendukung untuk mengetahui hubunganya terhadap konsentrasi logam berat di
perairan Kecamatan Gresik (Tabel 4).
Tabel 1. Hasil parameter lingkungan
stasiun suhu (◦C) rata-rata ±
Stdev
pH rata-rata ±
Stdev
DO (mg/l) rata-rata ±
Stdev
salinitas (‰) rata-rata ±
Stdev
1 30,33 ± 0,15 7,63 ± 0,12 5,83 ± 0,12 28,33 ± 0,58 2 30,13 ± 0,06 7,93 ± 0,06 6,73 ± 0,12 30,67 ± 0,06 3 30,06 ± 0,06 7,93 ± 0,06 5,53 ± 0,12 30,67 ± 0,06 4 30,60 ± 0,10 7,57 ± 0,06 5,63 ± 0,06 31,00 ± 0,00
Rata-rata ± Stdev 30,28 ± 0,45 7,77 ± 0,29 5,93 ± 0,03 30,17 ± 0,29
KepMen LH No.51 Th 2004 (Biota laut)
28-32 ◦C 7-8,5 ≥5 28-34 ‰
ASEAN Environment Ministers (2002)
28-34 - ≥4 mg L-1 -
China’s DWHSs (2006)
- ≥6,5≤8,5 - -
Suhu adalah salah satu parameter kualitas air yang diamati, karena suhu
dapat mempengaruhi parameter fisika dan kimia lainya. Suhu memiliki peran
yang penting untuk kehidupan organisme dalam air. Suhu mempengaruhi laju
pertumbuhan dan metabolisme organisme perairan. Kisaran nilai suhu pada 4
stasiun penelitian yang dilakukan di perairan Kawasan Industri Terpadu,
Kecamatan Gresik adalah sekitar 30,1oC-30,6oC (Tabel 4) dimana nilai suhu
pada keempat stasiun tidak memiliki variasi nilai yang banyak. Sebaran suhu
disuatu perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah intensitas
cahaya matahari yang masuk ke perairan, sirkulasi arus, kondisi atmosfer, dan
cuaca. Suhu normal untuk perairan Indonesia yaitu 28-31oC. Secara keseluruhan
hasil dari pengukuran suhu pada Perairan Kawasan Industri Gresik (KIG)masih
tergolong memenuhi baku mutu kualitas perairan(Patty, 2013).
pH merupakan suatu skala atau ukuran untuk mengukur keasaman dan
kebasahan suatu larutan yang memiliki variasi nilai 0-14, dengan batas normal
adalah pada nilai 7 (netral) yang dimiliki oleh air normal, sedangkan Ph air laut
berkisar antara 7,5-8,5 (Safitri and Putri, 2013). Kisaran nilai pH di Perairan
Kawasan Industri Gresik (KIG) Kabupaten Gresik adalah sekitar 7,6-7,9 (Tabel
4). Nilai pH pada keempat stasiun tidak menunjukkan adanya perbedaan nilai
yang signifikan. Kisaran nilai tersebut tergolong normal dan sesuai dengan pH
normal air laut (>7,5). Hal serupa juga terjadi pada hasil penelitian yang
dilakukan oleh (Suryanti et al., 2016) di Perairan Mengare, kabupaten Gresik,
dimana rata-rata nilai pH yang didapat adalah 7,6.
Berdasarkan hasil pengkuran parameter lingkungan Kisaran nilai DO
pada Perairan Kecamatan gresik adalah sekitar 5,5ppm-6,7ppm (Tabel 4).Nilai
DO pada 3 stasiun yaitu stasiun 1, 3, dan 4 tidak memiliki perbedaan yang
signifikan hanya saja perbedaan nampak terlihat pada nilai DO stasiun
2(6,7±0,12 ppm). Hal tersebut dikarenakan pada stasiun 1 selain terdapat
industri, lokasi tersebut juga dekat dengan muara sungai dan pemukiman,
sedangkan stasiun 3 dan 4 merupakan lokasi dengan berbagai macam industri
yang cukup padat, dengan demikian hal tersebut menjadi aspek rendahnya nilai
DO di perairan tersebut. Tingginya nilai DO pada stasiun 2 dapat dipengaruhi
oleh gelombang yang diakibatkan oleh pergerakan kapal, dimana stasiun 2
merupakan area lalu lalang kapal. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Azkab
dan Muchtar (1998) yang menyebutkan bahwa polusi air yang berasal dari
sungai dan buangan industri menyebabkan suatu habitat mempunyai kadar DO
rendah, disamping itu buangan domestik khususnya di daerah-daerah muara
sungai juga dapat menjadi penyebab terjadinya penurunan nilai DO. Faktor yang
dapat meningkatkan kadar DO dalam perairan adalah Gelombang, karena
gelombang membantu proses pencampuran kolom air sehingga kadar oksigen
yang konstan dapat dipertahankan.
Salinitas merupakan berat dalam gram dari semua zat padat yang terlarut
dalam 1 kg air laut. Salinitas didefinisikan sebagai total padatan dalam air setelah
senyawa organik dioksidasi (Amri dan Iskandar, 2008 dalam (Azkab and
Muchtar, 1998). Hasil pengukuran salinitas menunjukkan nilai salinitas berada
pada kisaran 28,3- 31‰ (Tabel 4). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada nilai salinitas pada stasiun 2,3, dan 4, hanya saja terlihat sedikit berbeda
pada stasiun 1 dimana pada stasiun 1 memiliki nilai salinitas yang cukup rendah
jika dibandingkan dengan ketiga stasiun lainya. Tingginya nilai salinitas pada
ketiga stasiun tersebut dikarenakan letaknya yang jauhdengan daratan,
sedangkan stasiun 1 adalah stasiun yang letaknya dekat dengan daratan dan
berada cukup dekat dengan muara sungai sehingga memungkinkan dipengaruhi
masukan air sungai dan faktor daratan. Berdasarkan hasil pengukuran salinitas
menunjukkan nilai salinitas <32‰, artinya perairan masih dipengaruhi oleh
pantai, hal tersebut diduga karena adanya pengaruh dari daratan seperti
percampuran air tawar yang dibawa oleh aliran sungai. Kadar salinitas tersebut
masih berada dalam batas-batas salinitas yang normal bagi perairan di kawasan
pesisir (dekat dengan daratan). Salinitas untuk air laut terbuka umumnya berkisar
antara 32,0-34,0‰ (Romimohtarto dan Thayib 1982 dalam Patty, 2013).
Secara keseluruhan hasil dari pengukuran suhu, pH, DO tergolong
memenuhi baku mutu KepMen LH No.51 Tahun 2004 dimana baku mutu suhu
28 - 30˚C, nilai pH 7 – 8.5, 28-34 mg/l, dan DO > 5 mg/l. Hal tersebut juga
didukung oleh pernyataaan Patty (2013), yang menyatakan bahwa pada
umumnya nilai suhu diperaian indonesia berkisar antara 28-31oC, salinitas
berkisar antara 28-33 dan nilai DO berkisar antara 5,7-8,5 ppm.
4.4 Ukuran Butir Sedimen
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di perairan Kawasan Industri
Gresik (KIG) Kabupaten Gresik dilakukan identifikasi ukuran butir sedimen untuk
mengetahui komposisi sedimen di setiap stasiun penelitian.Sedimen di perairan
Kawasan Industri Gresik (KIG) Kabupaten Gresikterbentuk dari pasir, lanau dan
lempung. Menurut penggolongan berdasarkan (USDA, 1999), ketiga jenis butir
sedimen tersebut memiliki diameter paling besar yaitu 2-0,05 mm, lanau dengan
ukuran 0,05–0,002 mm, dan lempung dengan ukuran < 0,002 mm (Gambar 4 ).
Gambar 1. Persentase komposisi butir sedimen
Hasil analisa dari proses pengukuran butir sedimen (Gambar 4)
menunjukkan kisaran nilai presentase jenis butir sedimen ditemukan pada
keempat stasiun penelitian yaitu pasir sedang (diameter 0,25 mm) berada dalam
kisaran 0,37%-2,88%, pasir halus (diameter 0,15 mm) berkisar antara 0,66%-
5,93%, pasir sangat halus (diameter 0,75 mm) berada pada kisaran 1,88%-
13,48%, sedangkan lanau (hasil pengurangan dari persentase lumpur dan
lempung) berkisar antara 50,11%-70,02%, dan lempung (total dari presentase
endapan) yang berada pada kisaran 23,41%-34,37%.
Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihatpada seluruh stasiun penelitian
memiliki presentase lanau yang lebih tinggi dari jenis sedimen lainya,namun
sedikit berbeda dengan stasiun 1. Stasiun 1 memiliki variasi jenis sedimen yang
lebih terlihat jika dibandingkan dengan stasiun lainya. Hal tersebut ditengarahi
oleh letak stasiun 1 yang berada di dekat daratan dan muara sungai. Jenis lanau
dengan nilai yang sedikit lebih tinggi dari keseluruhan stasiun ditemukan pada
stasiun 4, hal tersebut disebabkan oleh jauhnya stasiun penelitian dari
daratan.Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan oleh Fajar (2014) di Perairan Gresik, menunjukkan kawasan muara
sungai memiliki sedimen pasir halus dan pada kawasan menuju lepas pantai
memiliki jenis sedimen pasir berlanau.
Jenis sedimen pada Perairan Gresik umumnya adalah lumpur, hal
tersebut disebabkan terbawanya sedimen sungai ke laut, sedangkan pasir yang
terdapat disekitar muara dan pantai tersebut cenderung berasal dari daratan dan
semakin ke arah laut akan semakin berkurang, kecilnya kecepatan arus di
Perairan Gresik membuat arus tak mampu membawa sedimen yang berukuran
besar menuju lepas pantai sehingga terjadi penumpukan pasir di sekitar pantai
dan muara sungai. Hasil penelitian yang serupa juga ditunjukkan oleh penelitian
yang dilakukan oleh Fajar et al.,(2014) di Perairan Gresik, dimana hasil analisis
yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat dua fraksi yaitu pasir dan lanau.
Sedimen pasir yang berasal dari sungai menumpuk di kawasan muara sungai
dan pesisir hal tersebut terjadi karena arus diperairan tidak cukup kuat untuk
membawa material pasir ke laut lepas, sehingga di laut lepas cenderung
ditemukan sedimen dengan jenis lanau.
4.5 Data Hasil konsentrasi logam Berat Cu, Zn, dan Fe
Pengukuran konsentrasi logam berat Cu, Zn, dan Fe pada sedimen
perairan sekitar Kawasan Industri Gresik (KIG) Kecamatan Gresik dilakukan
dengan menggunakan metode Spetrofotometri Serapan Atom – Nyala dengan
menggunakan alat AAS (Atomic Adsorption Spectrofotometer). Hasil konsentrasi
logam berat Cu, Zn, dan Fe disajikan dalam bentuk grafik (Gambar 5).
Nilai rata-rata konsentrasi logam berat pada sedimen permukaan di
Kawasan Industri Gresik (KIG) Kecamatan Gresik yang dilakukan di empat
stasiundidapatkan nilairata-rata konsentrasi Cu sebesar 0,59 mg/kg ±0,04,
sedangkan Zn sebesar 1,084mg/kg± 0,27, dan Fesebesar 207,89mg/kg± 6,28.
Hasil pengukuran (Gambar 5) menunjukkan bahwa konsentrasi Cu dan Fe
Gambar 2. Konsentrsi logam berat Cu (a), Zn (b), Fe (c) pada sedimen di Perairan Kawasan Industri Gresik (KIG)Kecamatan Gresik
Cu Zn
Fe
memiliki tren yang sama yaitu pada stasiun 2 mempunyai rata-rata nilai yang
lebih tinggi daripada stasiun 1, 3, dan 4 dengan nilai konsentrasi Cu yang jauh
lebih rendah dari Fe. Zn memiliki distribusi yang sedikit berbeda dengan Cu dan
Fe, dimana pada stasiun 1 konsentrasi Zn tampak sedikit lebih tinggi dari stasiun
2 dengan stasiun 3 dan 4 yang lebih rendah.
Secara keseluruhan, nilai konsentrasi logam berat Cu, Zn, dan Fe
memiliki konsentrasi yang lebih rendah yang terdapat pada stasiun 3 dan 4. Hal
tersebut dikarenakan stasiun 3 dan 4 merupakan stasiun yang berada dimana
lokasi pengambilan sampel cukup jauh dari faktor daratan, selain itu pada
kawasan industri pupuk dan elektronik dengan pengaturan instalasi pengolahan
air limbah (IPAL) yang baik karena telah diatur dalam PERMEN LH sebagai
industri yang mendominasi di kawasan industri terpadu. Berdasarkan Laporan
Kegiatan rencana pembangunan refinery natural gas dan prasarananya PT.
Arsynergy resources di kawasan industrial Maspion estate Kecamatan Manyar
Kabupaten Gresik (2014) industri elektronik tersebut telah memiliki ijin lingkungan
yang masih berlaku dan berdasar pada Peraturan Pemerintah No.27 Pasal 73
Tahun 2012 tentang ijin lingkungan. Ijin lingkungan yang disetujui tak terlepas
dari terlaksananya pengelolaan limbah industri elektronik yang berdasar pada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Pasal 7 Tahun 2014.
Hasil pengukuran konsentrasi logam berat pada sedimen permukaan di
perairan Kawasan Industri Gresik (KIG)Kabupaten Gresik menunjukkan nilai
logam berat Fe yang cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan
konsentrasi logam berat Zn dan Cu (Fe>Zn>Cu). Hasil yang ditunjukkan oleh
Gambar 5 menunjukkan adanya kesamaan dengan beberapa penelitian yang
pernah dilakukan oleh (Armid et al., 2017)di Teluk Kendari; (Lestari, 2004)di
Teluk Jakarta; (Kalibongso et al., 2017) di Selat Karimata, dan (Manullang et al.,
2017) di Teluk Ambon dimana nilai konsentrasi logam berat Fe lebih tinggi jika
dibandingkan dengan konsentrasi logam berat Zn dan Cu (Fe>Zn>Cu).Jika
dibandingkan dengan penelitian (Riyadi et al., 2012) di Teluk Jakarta,
konsentrasi Cu, Zn, dan Fe di sedimen pada penelitian ini cenderung lebih
rendah dimana nilai Cu berkisar 7,6-118,3 mg/kg, Zn berkisar 55-880 mg/kg, dan
nilai Fe berkisar 47657-67963 mg/kg.
Tingginya konsentrasi Fe pada sedimen permukaan di KIG jika
dibandingkan denganlogam berat Cu dan Zn diindikasikan karena adanya
beberapa faktor diantaranya adalah melimpahnya Fe pada sedimen sungai
Brantas yang berasal dari kegiatan antropogenik yang terbawa pada saat proses
sedimentasi.Hal tersebut sesuai dengan hasil fraksinasi sedimen yang
menunjukkan jenis sedimen di KIG didominasi oleh lanau akibat pengaruh
sedimentasi (Gambar 4). Hal tersebut sesuai dengan hasil pada penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Radulescu et al. (2014) menyatakan bahwa
Konsentrasi Fe di sedimen sungai Brantas Berkisar antara 16944,21-83096,96
mg/kg. Tingginya konsentrasi Fe di sedimen dapat disebabkan oleh korosi pipa-
pipa air, akumulasi limbah industri baja, pupuk, pestisida, keramik, baterai yang
berdiri di sepanjang garis Sungai Brantas. Besi adalah logam yang paling sering
digunakan untuk berbagai kebutuhan jika dibandingkan dengan unsur logam
lainya, 95 % tonase logam yang diproduksi di dunia adalah besi. Rendahnya
biaya dan tingginya kekuatan membuat besi sering kali digunakan dalam
berbagai industri seperti industri mobil, kapal, komponen struktural untuk
bangunan, disamping itu faktor lingkungan dan jenis sedimen mungkin dapat
berpengaruh terhadap distribusi logam berat(Greaney, 2005).
Gambar 5a menunjukkan nilai Cu tertinggi terdapat di stasiun 2 sebesar
0,76±0,16 mg/kg dan terendah terdapat di stasiun 4 sebesar 0,43±0,12 mg/kg.
Lebih tingginya nilai Cu pada stasiun 2 diduga berasal dari industri docking
kapal, dimana pada industri docking kapal hampir semua aktivitas industri
docking kapal dilakukan langsung di sekitar perairan. Hal tersebut menyebabkan
adanya kontaminasi limbah Cu sebagai salah satu unsur pembentuk cat pelapis
kapal sebagai antifouling. Hasil penelitian yang sama ditunjukkan oleh penelitian
(Kennedy et al., 2014) pada perairan industri galangan kapal Batam yang
menunjukkan nilai Cu cenderung tinggi jika dibandingkan dengan Pb (Cu=.0,038-
0,181 mg/kg; Pb= 0,014-0,091mg/kg). Hal tersebut merupakan akibat dari
padatnya aktivitas galangan kapal yang berada di sekitar perairan.
Distribusi logam berat Zn (Gambar 5b) menunjukkan kisaran konsentrasi
Zn tertinggi terdapat pada stasiun 1, meskipun selisih nilai stasiun 1 dan stasiun
2 tidak terlalu tinggi. Konsentrasi Zn pada sedimen permukaan yang cenderung
rendah terdapat pada stasiun 3 dan 4 dengan sedikit selisih nilai. Tingginya nilai
Zn pada stasiun 1 dan 2 diduga berasal dari limbah industri kayu, limbah rumah
tangga, dan masukan dari run-off sungai yang berada di sekitar stasiun 1 dan 2.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Susanti et al., 2012)
Secara keseluruhan semua jenis cemaran yang masuk ke air sungai sebagian
mengandung logam Zn dan Cu. Seng yang masuk ke sungai berasal dari limbah
industri yang dialirkan ke sungai. Penggunaan seng untuk campuran dalam
pembuatan berbagai barang kebutuhan rumah tangga seperti produk anti karat,
serta sebagai zat pewarna untuk cat menjadi salah satu masukan limbah Zn ke
perairan.
Distribusi logam berat Fe (Gambar 5c) menunjukkan konsentrasi logam
berat Fe tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan nilai sebesar 249,19±13,69
mg/kg dan nilai terendah terdapat di stasiun 4 dengan nilai sebesar
176,65±13,45 mg/kg. Tingginya nilai konsentrasi Fe pada stasiun 2 dihasilkan
dari korosi kapal laut yang bersandar, tiang pancang penyokong dermaga, dan
pipa-pipa saluran pembuangan industri. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
(Supriyantini and Endrawati, 2015) bahwa logam berat Fe dapat dihasilkan
dariperahu dan kapal yang bersandar untuk bongkar muat barang dan menaik
turunkan penumpang, limbah industri pengelasan kapal, limbah rumah tangga
dan kegiatan lainya.
Distribusi logam berat pada sedimen permukaan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah parameter lingkungan dan fraksi sedimen.
Untuk mengetahui adanya keterkaitan logam berat dengan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi nilai konsentrasi logam berat pada sedimen dapat
diketahui dengan analisis korelasi Spearman-rank (Tabel 5).
Tabel 2. Korelasi Spearman -Rank
Cu Zn Fe
Suhu -0,304 -0,339 -0,443 Salinitas 0,251 0,316 0,559 pH 0,719** 0,483 0,662** DO -0,47 -0,517 -0,129 pasir sedang 0,214 0,158 0,035
pasir halus 0,151 0,144 -0,049
pasir sangat halus 0,379 0,421 0,084
Lanau -0,427 -0,231 -0,343 Lempung -0,063 -0,259 0,14
**nilai signifikan korelasi 0,01
Berdasarkan korelasi Spearman-Rank (Tabel 5) menunjukkan hasil
dimana pH merupakan satu-satunya parameter lingkungan yang dapat
mempengaruhi tingginya konsentrasi Fe dan Cu pada sedimen, hal tersebut
dibuktikan dengan adanya hubungan yang kuat (0,600-0,799) antara pH dengan
logam berat Cu danFe. Hasil korelasi tersebut didukung dengan hasil
pengukuran Cu,Fe, dan pHyang memiliki pola distribusi yang sama, dimana nilai
pH, Cu, dan Fe pada stasiun 2 lebih tinggi dengan nilai pH sebesar 7,9±0,058,
Cu sebesar 0,76 mg/kg±0,16 dan nilai Fe sebesar 249,19mg/kg±13,69 yang
diikuti dengan stasiun 1, 3, dan 4.pH tidak mempengaruhi kestabilan dan
kelarutan Zn, dimana saat pH rendah Zn kelarutan akan rendah dan jumlah
sedimen yang mengendap relatif banyak.
Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Putri et al.,(2016)
dijelaskan bahwa adanya hubungan logam berat Cu dan Fe dengan pH, Cu
memiliki pola distribusi yang sama dengan pH dimana semakin meningkatnya
nilai pH juga diiringi peningkatan nilai Cu dan Fe. Menurut Rochyatun et al.,
(2010) Nilai pH yang relatif bersifat basa (7,40-8,59) dapat mempengaruhi
kelarutan logam berat, dimana semakin tinggi nilai pH maka kelarutan akan relatif
rendah sehingga jumlah logam berat yang mengendap tinggi. Hal serupa juga
diungkapkan olehSupriyantini dan Endrawati (2015) pH >7 merupakan pH yang
ideal untuk air laut, dimana pada pH tersebut logam berat Fe akan tersedia
dengan jumlah yang relatif banyak namun kelarutanya menjadi rendah sehingga
lebih banyak yang mengendap di dasar laut.
4.6 Tingkat Pencemaran Logam Berat Cu, Zn, dan Fe
4.6.1 Contamination Factor(CF) dan Polution Load Index (PLI)
Faktor kontaminasi merupakan salah satu indeks yang digunakan untuk
menilai faktor kontaminasi untuk satu elemen logam berat. Faktor kontaminasi
dapat menggambarkan tingkat kontaminasi logam berat tertentu pada suatu
perairan. Hasil perhitungan faktor kontaminasi (Tabel 6) didapatkan dari
konsentrasi logam berat tersebut yang terkandung dalam sedimen dan dibagi
nilai jenis logam berat tersebut yang secara alami terdapat dalam kerak bumi
(Background value)
Tabel 3. Hasil perhitungan Contamination Factor dan Polution Load Index di Perairan Kawasan Industri Gresik (KIG)Kecamatan Gresik
Stasiun CF
Kategori PLI Kategori Cu Zn Fe
1 0,010 0,020 0,003 Rendah 0,009
Tidak Tercemar
2 0,011 0,020 0,004 Rendah 0,010
3 0,007 0,014 0,003 Rendah 0,007
4 0,006 0,007 0,003 Rendah 0,005
Rata-rata 0,009 0,015 0,003 Rendah 0,008
Berdasarkan hasil perhitungan faktor kontaminasi (CF) (Tabel 6) pada
logam berat Cu, Zn, dan Fe didapatkan hasil rata-rata faktor kontaminaisi masuk
dalam kategori kontaminasi rendah (CF<1) dengan kisaran nilai Cu sebesar
0,006-0,011, Zn sebesar 0,007-0,02, dan Fe sebesar 0,003-0,004. Meski nilai
faktor kontaminasi di sedimen permukaan pada perairan tersebut rendah, namun
tampak sedikit perbedaan pada nilai CF untuk logam berat Zn yang memiliki nilai
yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan logam berat lainya (Zn>Cu>Fe).
Hal tersebut memiliki kesamaan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Edward (2014) di Wawobatu, Kendari , yang menunjukkan nilai CF logam berat
Zn lebih besar dari nilai CF logam berat Cu (Zn>Cu).
Nilai Faktor kontaminasi untuk jenis logam berat Cu,Zn, dan Fe pada
masing-masing stasiun tidak memiliki perbedaan nilai yang signifikan hanya saja
pada stasiun 2 terlihat nilai CF yang sedikit lebih tinggi dari ketiga stasiun lainya,
dimana stasiun 2 merupakan stasiun yang berada di sekitar indutri docking kapal.
Hal tersebut dapat terjadi akibat tingginya aktivitas perkapalan yang sesuai
dengan pernyataan (Febrita et al., 2013) bahwa perairan pantai yang dekat
dengan pelabuhan dan jalur pelayaran dimana pada lokasi tersebut juga
dimanfaatkan sebagai tempat docking kapal yang bergerak dalam industri
pembuatan galangan kapal dapat menyumbang polutan yang mengandung
elemen logam berat Cu, Zn, dan Fe, karena Fe merupakan elemen yang
digunakan dalam produksi kapal sedangkan Cu digunakan sebagai campuran
bahan pengawet dalam proses produksi galangan kapal. Zink umumnya
digunakan sebagai pelapis logam lain seperti besi dan baja (Mwatsahu, 2013).
Selain itu, Keberadaan logam berat Zn juga dapat disebabkan karena adanya
pelepasan pelapis antifouling pada cat kapal yang berada di suatu perairan (Eka
Putri et al., 2016), sedangkan nilai terendah tampak pada stasiun 4 untuk ketiga
jenis logam berat (Cu, Zn, dan Fe) hal tersebut dikarenakan sumber masukan
logam berat lebih sedikit daripada stasiun lainya dan letaknya yang cukup jauh
dari daratan.
Konsentrasi PLI didapatkan dari penggabungan nilai n-CF dari semua
lokasi penelitian yang kemudian akan dihitung dengan n-akar, dimana nilai n
merupakan jumlah jenis logam berat yang digunakan. Berdasarkan hasil
perhitungan Pollution Load Index (PLI) (Tabel 6) menunjukkan tidak adanya
perbedaan nilai yang signifikan, dimana stasiun 1 memiliki nilai PLI sebesar
0,0087, stasiun 2 sebesar 0,0095, stasiun 3 sebesar 0,0068, dan stasiun 4
0,005. Secara keselurunan nilai PLI pada keempat stasiun tersebut tergolong
rendah sehingga dapat dikatakan bahwa perairan tersebut tidak tercemar.
Beberapa perairan di Indonesia juga memiliki nilai PLI yang sangat rendah dan
tergolong dalam perairan yang tidak tercemar diantaranya adalah dari penelitian
yang dilakukan (Edward, 2014) yang menunjukkan hasil perhitungan PLI berada
dalam kisaran 0,391-0,909, nilai ini lebih kecil dari 0 (PLI<0), yang berarti secara
keseluruhan sedimen di perairan Teluk Wawobatu, Kendari tidak tercemar oleh
logam Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni. Selain di Teluk Kendari, hal yang sama juga
ditemukan pada hasil penelitian oleh (Ahmad, 2013) di perairan Bangka, nilai
PLI berada pada kisaran nilai 0,000-0,0376 (<1) yang berarti sedimen di perairan
Bangka tidak tercemar.
4.6.2 Enrichment Factor (EF)
Enrichment Factor (EF) merupakan salah satu indeks yang digunakan
untuk mendeteksi sumber bahan pencemar, apakah berasal dari aktivitas
antropogenik atau alami. Nilai enrichment factor didapatkan dari pembagian
antara perbandingan antara konsentrasi logam berat dengan unsur stabil dalam
sampel standar dan perbandingan konsentrasi logam berat dengan unsur stabil
dalam sampel standar dalam hal ini yang dipilih menjadi sampel standar adalah
Fe. Fe dipilih karena menjadi salah satu elemen logam berat sebagai unsur stabil
(Mulyaningsih and Suprapti, 2016).
Gambar 3. Nilai Enrichment Factor (EF) di perairan Kawasan Industri Terpadu, Kecamatan Gresik (rata-rata ± Stdev)
Berdasarkan hasil perhitungan Enrichment Factor (EF) pada konsentrasi
logam berat Cu dan Zn di perairan Kawasan Industri Terpadu, Kecamatan Gresik
(Gambar 6) menunjukkan adanya variasi nilai EF yang dapat menunjukkkan
adanya pengaruh sumber antropogenik hampir di semua stasiun, yang
membedakan adalah nilai tingkat pengkayaan di setiap stasiun. Hasil tersebut
juga menunjukkan nilai EF pada untuk logam berat Zn lebih besar daripada
logam berat Cu (Zn>Cu), dimana nilai EF untuk Cu berkisar antara 2,22-2,98 dan
nilai EF untuk Zn berkisar antara 2,51-6,06. Nilai Faktor pengayaan (EF) untuk
logam berat Cu pada stasiun 1 dan 2 masuk dalam kategori moderate dengan
sedikit selisih nilai dari stasiun 3 dan 4 tergolong dalam kategori minimum,
sedangkan nilai EF logam berat Zn dapat terlihat bahwa stasiun 2,3,4 masuk
dalam kategori moderate dan stasiun 1 masuk dalam kategori signifikan.
Secara keseluruhan nilai EF logam berat Cu di perairan Kawasan Industri
Gresik (KIG)tergolong dalam kategori moderate/ sedang (2-5) dengan kisaran
nilai 2,22-2,98. Tingkat pengkayaan (EF) logam berat Zn pada stasiun 1
tergolong dalam kategori signifikan/ pengkayaan cukup (5-20) dengan nilai
sebesar 6,06 dan pada stasiun 2,3, dan 4 tergolong dalam kategori pengkayaan
moderate/ sedang (2-5) dengan kisaran nilai 2,51-4,84. Stasiun 1 memiliki nilai
EF yang lebih tinggi untuk kedua jenis logam berat dibandingkan dengan stasiun
lainya. Tingginya nilai EF pada stasiun 1 disebabkan karena lokasi pengambilan
sampel yang berada di kawasan industri kayu, dimana disekitar kawasan
tersebut juga ditemukan pemukiman masyarakat yang menjadi sumber limbah
antropogenik yang masuk ke perairan dan mengendap dalam sedimen. Stasiun 4
adalah stasiun dengan nilai EF paling rendah untuk kedua logam berat (Cu dan
Zn) merupakan stasiun yang jauh dari daratan dan Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan Abdullah et al. (2015) dimana pengkayaan tertinggi ditemukan di
stasiun penelitian yang berdekatan dengan aktivitas kegiatan penangkapan ikan,
industri, dan kegiatan yang berhubungan dengan akomodasi kapal. Pengayaan
logam berat dapat dikaitkan dengan adanya masukan limbah domestik dan
industri yang sebagian besar dihasilkan dari hasil buangan dari pemukiman
masyarakat dan industri terdapat disekitar perairan.
1.6.3 Potential Ecological Risk Index (PERI)
Potensial Ecological risk Indeks (PERI) merupakan indeks yang
menginteggrasikan konsentrasi logm berat dengan efek ekologi, lingkungan,
toksikologi, dan digunakan untuk menilai bahaya ekologis yang ditimbulkan oleh
kontaminasi logam berat untuk sedimentologi (Abdullah et al., 2015).
Tabel 4.Hasil perhitungan Potential Ecological Risk Index (PERI) di perairan Kawasan industri Terpadu, Kecamatan Gresik
Stasiun ER
PERI Kategori Cu Zn
1 0,05 0,02 0,07 Tidak
menimbulkan resiko ekologi
2 0,06 0,02 0,23
3 0,04 0,01 0,15
4 0,03 0,01 0,12
Rata-rata 0,04 0,02 0,14
Berdasarkan hasil perhitungan PERI (Tabel 7) menunjukkantidak adanya
resiko yang akan ditimbulkan (PERI<50) untuk kedua jenis logam berat (Cu dan
Zn) yang berada di perairan Kawasan Industri Terpadu, Kecamatan gresik pada
seluruh stasiun penelitian. Hasil perhitungan (Tabel 7) juga tidak memperlihatkan
perbedaan nilai yang signifikan, namun hasil tersebut menunjukkan nilai PERI Cu
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai PERI untuk logam berat Zn (Cu>Zn) yang
dapat diartikan bahwa meskipun hasil pengukuran konsentrasi Cu yang cukup
rendah (Gambar 4), namun Cu menimbulkan resiko ekologi yang lebih tinggi
daripada Zn. Hal tersebut juga nampak pada hasil penelitian Xu (2016) yang di
lakukan di China menunjukkan rata-rata konsentrasi Zn pada sedimen sebesar
112,62 ppm dan rata-rata konsentrasi Cu sebesar 39,09 ppm, namun hal
tersebut berbanding terbalik dengan nilai Er pada masing-masing logam, dimana
nilai Er Cu lebih tinggi yaitu 8,3 dibandingkan dengan nilai Er Zn yaitu sebesar
1,6 (Cu>Zn). Tingginya nilai Er Cu jika dibandingkan dengan Zn dapat diartikan
bahwa Cu dapat menimbulkan resiko ekologi meskipun dalam konsentrasi yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan Zn dalam konsentrasi yang cukup tinggi.
Secara keseluruhan nilai PERI menunjukkan tidak akan ada resiko
ekologi yang ditimbulkan, hanya saja nilai yang sedikit lebih tinggi terlihat pada
stasiun 2. Jika dilihat kembali pada Gambar 5 pada stasiun 2 memiliki faktor
pengayaan yang sedang dan berada pada posisi tertinggi kedua sedangkan
posisi tertinggi pertama adalah stasiun 1. Faktor pengayaan pada stasiun 2
tergolong rendah jika dibandingkan dengan stasiun 1, namun nilai potensial
resiko ekologinya jauh lebih tinggi stasiun 2 yaitu sebesar 0,23 sedangkan
stasiun 1 hanya sebear 0,7. Hal tersebut sangat dimungkinkan karena
keberadaan Cu yang lebih tinggi pada stasiun 2 dan Zn yang cukup tinggi di
stasiun 2 dihasilkan oleh industri docking kapal lebih menimbulkan potensi
resiko ekologi jika dibandingkan dengan stasiun 1, dimana sumber masukan
limbah berasal dari industri kayu, run-off sungai, dan pemukiman warga.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Nilai parameterlingkungan di perairan Kawasan Industri Terpadu,
Kecamatan Gresik tergolong baik dan memenuhi baku mutu lingkungan.
Konsentrasi logam berat menunjukkan bahwa logam berat Fe lebih tinggi dari
Zn, dan Cu (Cu=0,59mg/kg±0,04; Zn= 1,084mg/kg±0,27; Fe 207,89mg/kg ±6,28),
sedangkan karakteristik Sedimen di perairan Kawasan Industri Gresik
(KIG)Kecamatan Gresik didominasi oleh Lanau 62,28% kemudian jenis lempung
28,11% dan Pasir halus 2,17%. Berdasarkan data yang telah dikaji maka dapat
disimpulkan bahwa perairan Kawasan Industri Gresik (KIG) Kabupaten Gresik
tidak tercemar oleh logam berat Cu, Zn, dan Fe. Hal tersebut sebanding dengan
nilai indeks pencemaran CF, PLI, dan PERI yang termasuk dalam kategori tidak
tercemar, namun Indeks EF menunjukkan tingginya faktor antropogenik yang
mempengaruhi tingginya tingkat pengayaan, dimana hal tersebut tampak pada
hasil nilai EF logam berat Cu dan Zn di perairan kawasan KIG yang memiliki
variasi kategori mulai dari kategori moderate hingga siknifikan.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dengan menambahkan jenis logam
berat non essensial agar dapat didapatkan perbandingan selain itu,
ditambahkannya stasiun penelitian untuk memperbanyak data yang diperoleh
untuk bahan kajian.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.Z., Louis, V.C., Abas, M.T., 2015. Metal pollution and ecological risk assessment of Balok river sediment, Pahang Malaysia. Am. J. Environ. Eng. 5, 1–7.
Ahmad, F., 2013. Distribution and Prediction on Heavy Metals Pollution Level (Pb, Cd, Cu, Zn, and Ni) in Sediment in Bangka Island Waters Using Load Pollution Index and Geoaccumulation Index. J. Ilmu Dan Teknol. Kelaut. Trop. 5.
Ahmad, F., 2010. Tingkat pencemaran logam berat dalam air laut dan sedimen di perairan Pulau Muna, Kabaena, dan Buton Sulawesi Tenggara. Makara J. Sci.
Ali, H., Khan, E., Sajad, M.., 2013. Phytoremediation of heavy metals-Consept and applications. Chemosphere Environ. Chem. 91, 869–881.
Arifin, B., 2012. Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. J. Dampak 9.
Arifin, Z., 2008. Beberapa Unsur Mineral Mikro Dalam Sistem Biologi dan Metode Analisinya. J. Litbang Pertan. 3, 27.
Arifin, Z.A., Fadhlina, D., 2010. Fraksinasi Logam Berat Pb, Cd, Cu dan Zn dalam Sedimen dan Bioavailabilitasnya bagi Biota di Perairan Teluk Jakarta. ILMU Kelaut. Indones. J. Mar. Sci. 14, 27–32.
Armid, A., Shinjo, R., Sabarwati, S.H., Ruslan, R., 2017. Pollution Assessment of Various Heavy Metals in the Surface Sediment of Kendari Bay, Indonesia. Nat. Environ. Pollut. Technol. 16, 1067–1074.
Azkab, H.., Muchtar, M., 1998. Seberapa Jauh Peranan Oksigen Terlarut di laut? Oseana XXIII, 9–18.
Banerjee, U., Gupta, S., 2012. Source and distribution of Lead, Cadmium, Iron and Manganese in the river Damodar near Asansol Industrian area, west Bengal, India. Int. J. Environ. Sci. 2.
Budiyanto, F., Lestari, L., 2013. Comparison of Adsorption Models for Cd and Zn in the Berau Delta: Water–Sediment System (Perbandingan Model Penyerapan Cd dan Zn di Delta Berau: Sistem Perairan-Sedimen). ILMU Kelaut. Indones. J. Mar. Sci. 18, 127–133.
Cahyani, M.D., Nuraini, R.A.T., Yulianto, B., 2012. Studi Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) pada Air, Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Sungai Sayung dan Sungai Gonjol, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. J. Mar. Res. 1, 73–79.
Chahaya, I., 2003. Ikan Sebagai Alat Monitor Pencemaran. USU Digital Library. Coban, B., Balkıs, N., Aksu, A., 2009. Heavy metal levels in sea water and
sediments of Zonguldak, TurkeyZonguldak deniz suyunda ve sedimentlerinde ağır metal seviyeleri. J. Black SeaMediterranean Environ. 15.
Edward, 2014. kandungan logam berat dalam sedimen di Perairan Teluk Wawobatu, Kendari, Sulawesi Tenggara. Depik 3, 157–165.
Eka Putri, W.A., Bengen, D.G., Prartono, T., Riani, E., 2016. Accumulation of Heavy Metals (Cu and Pb) In Two Consumed Fishes from Musi River Estuary, South Sumatera. ILMU Kelaut. Indones. J. Mar. Sci. 21, 45. https://doi.org/10.14710/ik.ijms.21.1.45-52
Ergul, H.A., Ay, U., Karademir, A., Cayir, B., Topcuoglu, S., Telli, B., Terzi, M., 2010. Heavy metal concentrations in biota, sediments and sea water samples from di iskelesi region. Rapp Commun Int Mer Médit 39, 246.
Eshmat, M.., Mahasari, G., Rahardja, B.., 2014. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Kerang Hijau di Perairan
Ngemboh Kabupaten Gresik Jawa Timur. J. Ilm. Perikan. Dan Kelaut. 6 (1).
Febrita, E., Darmadi, D., Trisnani, T., 2013. Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) pada Siput Merah (Cerithidea sp) di Perairan Laut Dumai Provinsi Riau. Pros. SEMIRATA 2013 1.
Greaney, K.M., 2005. An assessment of heavy metal contamination in the marine sediments of Las Perlas Archipelago, Gulf of Panama. Sch. Life Sci. Heriot-Watt Univ. Edinb.
Hankanson, L., 1979. An Ecological Risk Index for aquatic Pollution Control- a sedimentological Approach. Water Reseach 14, 975–1001.
Harikumar, P.., Jisha, T.., 2010. Distribustion pattern of trace metal pollutans in the sediment of an urban wetland in the southwest coast of India. Int. J. Eng. Sci. Technol. 2, 840–850.
Herdiansa, M.R., Supriharjo, R., 2014. Merumuskan Kriteria Pengendalian Lahan di Area Tambak Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. J. Tek. ITS 3, C131–C135.
Hidayat, T., Amin, B., Rifardi, 2012. Studi Kandungan Logam Pb, Cu dan Zn pada Lapisan Sedimen yang Berbeda di Perairan Pantai Telaga Tujuh Kabupaten Karimun Kepulauan Riau. Fak. Prikanan Dan Ilmu Kelaut. Univ. Riau Pekanbaru.
Ho, H.H., Swennen, R., Van Damme, A., 2010. Distribution and contamination status of heavy metals in estuarine sediments near Cua Ong Harbor, Ha Long Bay, Vietnam. Geol. Belg.
Holmes, T.., Chase, Z., Merwe, P.V.., Townsend, A.., Bowie A.R, 2017. Detection, disperal and biogeochemical contribution of hydrothermal iron in the ocean. Mar. Freshw. Res. 68, 2184–2204.
Ika, Tahril, Said, I., 2013. Analisis Logam Timbal (Pb) dan Besi (Fe) dalam Air Laut di Wilayah Pesisir Pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara (The Analysis of Lead (Pb) and Iron (Fe) Metals in The Sea Water of Coastal Area of Taipa’s Ferry Harbor Subdistrict of North Palu). J. Akad. Kim. 1.
Kegiatan Rencana pembangunan refinery natural gas Dan prasarananya pt. Arsynergy resources Di kawasan industrial Maspion estate Kecamatan manyar Kabupaten gresik (Dokumen Upaya pengelolaan lingkungan hidup Dan Upaya pemantauan lingkungan hidup (ukl-upl)), 2014.
Kennedy, L., Amin, B., Anita, S., 2014. Evaluasi Tingkat Pencemaran Logam Berat di Perairan Sekitar Area Industri Galangan Kapal Batam Provinsi Riau.
Kisnarti, E., n.d. Kajian Meteo-Oseanografi untuk operasional pelayaran Gresik-Bawean. Fak. Pertan. Univ. Trunojoyo Madura.
Lestari, E., 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat Terhadap Kualitas Air Laut dan Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus Kematian Massal Ikan-Ikan Di Teluk Jakarta). Makara J. Sci. 8, 52–58.
Manullang, C.Y., Lestari, L., Tapilatu, Y., Arifin, Z., 2017. Assessment of Fe, Cu, Zn, Pb, Cd & H In Ambon Bay Surface Sediments. Mar. Res. Indones. 42, 77. https://doi.org/10.14203/mri.v42i2.170
Maslukah, L., 2006. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Pola Sebarannya di Muara Banjir Kanal Barat, Semarang. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 80hlm.
Mellawati, J., 2010. Distribution of Uranium in Water Of Gresik Coastal Waters. Indones. J. Chem. 9, 211–216.
Mulyaningsih, T.R., Suprapti, S., 2016. Penaksiran Kontaminasi Logam Berat dan Kualitas Sedimen Sungai Cimadur, Banten. Ganendra Maj. IPTEK Nukl. 18, 11–21.
Munandar, K., Muzahar, Pratomo, A., 2014. Karakteristik Sedimen di Periran Desa Tanjung Momong Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas. Fak. Ilmu Kelaut. Dan Perikan. Univ. Marit. Raja Ali Haji.
Munandar, R.K., Muzahar, Pratomo, A., 2014. Karakteristik Sedimen di Perairan Desa Tanjung Momong Kecamatan Siantan Kabupaten Kepulauan Anambas.
Murtini, J.., Peranginangin, R., 2006. Kandungan Logam Berat pada Kerang Kepah (Meritrix meritrix) dan Air Laut di Perairan Banjarmasin. J. Perikan. J Fish Scl VIII (2), 177–184.
Mwatsahu, S., 2013. Assessment of Heavy Metals in Water, Sediments, and Fauna of Selected Areas Along The Kenyan Coastline. Dep. Chem. KenyattaUniversity.
Oktaviani, M.A., Notobroto, H.B., 2014. Perbandingan Tingkat Konsistensi Normalitas Distribusi Metode Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors, Shapiro-Wilk, dan Skewness-Kurtosis. J. Biom. Dan Kependud. 3, 127–135.
Patty, S.I., 2013. Distribution Temperature, Salinity And Dissolved Oxygen In Waters Kema, North Sulawesi. J. Ilm. PLATAX 1, 148–157.
Purnomo, T., Muchyiddin, 2007. Analisis Kandungan Timbal (Pb) pada Ikan Bandeng (Chanos chanos forsk) di Tambak Kecamatan Gresik. Neptunus 14, 68–77.
Rabee, A.M., Al-Fatlawy, Y.F., Najim, A.H., Nameer, M., 2011. Using Pollution Load Index (PLI) and geoaccumulation index (I-Geo) for the assessment of heavy metals pollution in Tigris river sediment in Baghdad Region. J. Al-Nahrain Univ. 14, 108–114.
Radulescu, C., Dulama, I.D., Stihi, C., Ionita, I., Chilian, A., Necula, C., Chelarescu, E.D., 2014. Determination of heavy metal levels in water and therapeutic mud by atomic absorption spectrometry. Rom Journ Phys 59, 1057.
Rismansyah, E., Budianta, D., Pambayun, R., 2015. Analisis Kandungan Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Pempek Rebus dari Beberapa Tempat Jajanan di Kota Palembang Sumatera Selatan. J. Penelit. Sains 17.
Riyadi, A.S., Itai, T., Isobe, T., Ilyas, M., Sudaryanto, A., Setiawan, I., Tahahashi, S., 2012. Spatial profile of trace elements in marine sediments from Jakarta Bay, Indonesia. Interdiscip. Stud. Environ. Chem.-Environ. Pollut. Ecotoxicol. TERRAPUB 141, 150.
Rochyatun, E., Kaisupy, M.T., Rozak, A., 2010. Distribusi logam berat dalam air dan sedimen di perairan muara sungai Cisadane. Makara J. Sci.
Safitri, M., Putri, M.R., 2013. Kondisi Keasaman (pH) Laut Indonesia. Jurnal. Salah, E.A.M., Zaidan, T.A., Al-Rawi, A.S., 2012. Assessment of Heavy Metals
Pollution in the Sediments of Euphrates River, Iraq. J. Water Resour. Prot. 04, 1009–1023. https://doi.org/10.4236/jwarp.2012.412117
Setiawan, H., 2014. Pencemaran Logam Berat di Perairan Pesisir Kota Makassar dan Upaya Penanggulangannya. Info Tek. Eboni 11, 1–13.
Sheppard, E.., 1954. Kaitan Aktivitas Vulkanik dengan Distribusi Sedimen dan Kandungan Suspensi di Perairan Selat Sunda. Sed Petrol. 24, 151–158.
Siaka, I.M., 2008a. Korelasi antara kedalaman sedimen di Pelabuhan Benoa dan konsentrasi logam berat Pb dan Cu. J. Kim. 2, 61–70.
Siaka, I.M., 2008b. Korelasi antara Kedalaman Sedimen di Pelabuhan Benoa dan Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu. J. Kim. 2, 61–70.
Siregar, I., Jhon, edward, 2010. siregar dFaktor konsentrasi Pb, Cd, Cu, Ni, Zn dalam sedimen perairan pesisir Kota Dumaian. Maspari J. 1, 01-10.
Suhaidi, 2013. Kandungan Tembaga (Cu) pada Air Laut, Sedimen dan Kerang Kapak (Pinna sp) di Wilayah Jelengah, Sumbawa Barat. Fak. Perikan. Dan Ilmu Kelaut. Inst. Pertan. Bogor.
Supriyantini, E., Endrawati, H., 2015. Kandungan Logam Berat Besi (Fe) Pada Air, Sedimen, Dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Perairan Tanjung Emas Semarang. J. Kelaut. Trop. 18.
Supriyanto, Samin, Kamal, Z., 2007. Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (Ssa). SEMNAS III.
Suryanti, A., Siswanto, A.., Romadhon, A., 2016. Kajian Parameter Oseanografi dan Perbandingan Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) di Perairan Mengare- Kabupaten Gresik dan Pulau Talango-Kabupaten Sumenep. Pros. Semin. Nas. Kelaut.
Susanti, R., Mustaningtyas, D., Sasi, F., 2012. Analisis Kadar Logam Berat pada Sungai di Jawa Tengah. Fak. Mat. Dan Ilmu Pengetah. Alam Univ. Negeri Seamarang.
Susantoro, T., Sunarjanto, D., Andayani, A., 2014. DISTRIBUSI LOGAM BERAT PADA SEDIMEN DI PERAIRAN MUARA DAN LAUT PROPINSI JAMBI. Balitbang Kelaut. Dan Perikan.-KKP.
Tampubolon, H., Bakti, D., Lesmana, I., 2013. Studi Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb) di Perairan Danau Toba, Provinsi Sumatera Utara. Fak. Pertan. Univ. Sumat. Utara.
Tilaar, S., 2014. Analisis Pencemaran Logam Berat di Muara Sungai Tondano dan Muara Sungai Sario Manado Sulawesi Utara. J. Ilm. Platax 2:(1).
USDA, 1999. Soil taksonomy Handbook. U. S. Departement Agric., Second Edition.
Usman, K., 2014. usman, 2014.pdf. J. Tek. Sipil Dan Lingkung. 2. Wahyudi, W., Siswanti, M.C., 2015. Pengaruh Pendekatan Saintifik Melalui
Model Discovery Learning dengan Permainan terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5 Sd. Sch. J. Pendidik. Dan Kebud. 5, 23–36.
Werolilangi, S., Tahir, A., Noor, A., Samawi, M., F., 2011. Status Pencemaran dan Potensi Bioavailabilitas Logam di Sedimen Perairan Pantai Kota Makassar.
Wesabi, E., Zinada, O., Zalal, Z., Hazawi, Z., 2015. Comparative assessment of some heavy metals in water and sediment from the Red Sea coast, Jeddah, Saudi Arabia. Int.J.Curr.Microbiol.App.Sci 4, 840–855.