andi muliati, a.m., widyaiswara, lembaga … dan kepuasan kerja… · penghargaan dan aktualisasi...
TRANSCRIPT
Motivasi dan Kepuasan Kerja dalam Organisasi, A.Muliati, AM Page 1 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
ANDI MULIATI, A.M., Widyaiswara, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Selatan: MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA PENGELOLAAN SEKOLAH
ABSTRAK
Kebutuhan mendasari motif seseorang yang dapat menimbulkan kemauan dan menyebabkan ketegangan agar timbul aksi guna melahirkan kepuasan kerja. Oleh karena itu, pengetahuan tentang motivasi menjadi penting dalam kepemimpinan guna mewujudkan dan mencitrakan motivasi dalam suatu organisasi sekolah sehingga guru dan staf dapat bertindak guna mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, Kepala sekolah merupakan motivator yang bertanggungjawab terhadap motivasi dirinya yang dapat memicu bawahan merefleksikan kemauan dan kepuasan kerja dalam lingkungan kerja yang kondusif guna mencapai tujuan organisasi. Seseorang memiliki berbagai kebutuhan sehingga motivasi bersifat kompleks. Dalam hirarki kebutuhan (Maslow) terdapat lima kebutuhan manusia dimana kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar kemudian berlanjut dengan kebutuhan keamanan, kebutuhan sebagai mahluk sosial, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri. Terdapat beberapa pandangan tentang hirarki kebutuhan tersebut, diantaranya, Douglas dan Halil mengemukakan, bahwa kebutuhan fisiologis dan keamanan seorang manajer yang berkembang dalam organisasi cenderung menurun sedang kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri meningkat yang dipengaruhi oleh peningkatan perubahan karier bukan karena terpenuhinya kebutuhan yang paling rendah secara berjenjang.
Terdapat beberapa teori motivasi: (1) Teori Harapan, antara lain: “Seseorang memiliki motivasi untuk melakukan sesuatu atau bekerja guna mencapai tujuan karena percaya tentang manfaat atau nilai dari tujuan yang hendak dicapai (Victor)” atau “Apa saja yang dilakukan di dunia dikerjakan dengan penghargaan (Martin Luther); (2) Teori Penguatan, antara lain: Modifikasi Prilaku atau Penguatan Positif (B.F. Skinner) “Individu dapat dimodifikasi dengan rancangan tepat lingkungan kerjanya dan meningkatkan kinerjanya, dan hasil negatif ditunjukkan oleh hukuman terhadap berkinerja rendah; (3) Teori Kebutuhah McClelland mencakup: (a) kebutuhan kekuatan: “orang berkebutuhan kekuatan tinggi memiliki perhatian besar terhadap penggunaan pengaruh dan pengawasan”; (b) kebutuhan kekerabatan: “orang berkebutuhan kekerabatan tinggi biasanya senang dicintai dan cenderung mengabaikan rasa sakit yang ditolak kelompok masyarakat”; dan (c) kebutuhan prestasi: “orang yang sangat membutuhkan prestasi mengejar kesuksesan tetapi juga takut jatuh”.
Teknik motivasi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, seperti: (a) Pemberian insentif/uang; (b) Partisipasi/penghargaan; (c) Peningkatan mutu/semangat kerja; dan (c) Peningkatan tugas.
Kata Kunci: Motivasi, Kepuasan Kerja, Pengelolaan, Kepala Sekolah
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 2 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA
PENGELOLAAN SEKOLAH
( A. Muliati, AM.)
PENDAHULUAN
Mengelola memerlukan kreasi dan memelihara lingkungan kerja di mana orang
bekerja bersama dalam satu kelompok guna mewujudkan tujuan bersama.
Perwujudan faktor-faktor motivasi kedalam aturan organisasi sekolah, pencitraan
aturan-aturan ini dan proses memimpin orang harus dibangun berdasar pengetahuan
motivasi. Ketika kita hendak menegaskan pentingnya mengetahui dan mengambil
manfaat dari faktor-faktor motivasi, kita bukan memberi kasta kepada pimpinan
dengan peran amatir.
Elemen-elemen dasar dari semua tingkah laku manusia adalah beberapa jenis
kegiatan, baik fisik maupun mental. Kita dapat lihat dari tingkah laku manusia
sebagai serangkaian kegiatan. Pertanyaan yang muncul, kegiatan apa yang dimiliki
manusia yang akan dilakukan setiap waktu yang menuntun mereka mewujudkan
sesuatu. Kadang orang mengetahui secara pasti mengapa dia lakukan sesuatu,
walaupun acapkali individu itu bermalas-malasan. Misalnya, apakah guru dan staf
tahu apa yang dikerjakan hari ini dan beragam kegiatan yang direncanakan dapat
diperoleh.
Tugas utama kepala sekolah adalah menemukan orang untuk berkontribusi
dalam kegiatan guna membantu mencapai visi, misi dan tujuan sekolah. Jelasnya,
untuk mengarahkan kegiatan orang sesuai yang diperlukan dan membimbing perlu
melakukkan sesuatu yang memotivasi mereka. Oleh karena itu diperlukan
kemampuan manajerial kepala sekolah, dalam mengelolan guru dan staf dalam
rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal (Permendiknas nomor
13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah).
MOTIVASI DAN MOTIVATOR
Motif seseorang didasarkan atas kebutuhan, apakah disadari atau tidak disadari.
Beberapa merupakan kebutuhan primer, seperti kebutuhan fisiologis atas air, udara,
makanan, tidur, dan tempat tinggal. Kebutuhan lainnya mungkin tergantung pada
kebutuhan sekonder, seperti penghargaan, status, pemberian dan kebutuhan sendiri.
Sebagaimana dapat dibayangkan, kebutuhan ini beragam dalam intensitas dan
waktu dari setiap individu.
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 3 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
Motivasi
Motivasi merupakan terminologi umum yang digunakan sesuai keperluan,
keinginan, dan sebagainya. Untuk mengatakan pimpinan memotivasi stafnya adalah
untuk menunjukkan bahwa melakukan hal tersebut dan mereka mengharapkan
dapat puas atas keinginan dan hasrat dan membujuk bawahan untuk bertindak
dalam hal yang dibutuhkan.
Motivator.
Motivator adalah sesuatu yang menyebabkan seseorang untuk melakukan.
Sementara motivasi merefleksi kemauan, motivator adalah penghargaan
teridentifikasi, atau insentif yang mempertajam pemicu untuk memenuhi kemauan ini.
Motivator mungkin juga dapat menyatukan kebutuhan yang saling bertentangan atau
satu kebutuhan ditingkatkan sehingga ia akan mendapat prioritas diatas yang
lainnya.
Mata rantai keperluan-keinginan-kepuasan
Kita dapat melihat motivasi dalam suatu mata rantai reaksi, mulai dari
kebutuhan yang dirasakan, menghasilkan tujuan yang dinginkan, yang menimbulkan
ketegangan (sesuatu yang sangat tidak dikehendaki), kemudian menyebabkan aksi
menuju pencapaian tujuan, dan akhirnya memuaskan keinginan.
KEBUTUHAN menimbulkan KEMAUAN menyebabkan KETEGANGAN
menimbulkan AKSI menghasilkan KEPUASAN
Gambar 1. Rantai Kebutuhan-Kemauan-Kepuasan
Perspektif Motivasi Diri
Kepala sekolah memiliki tanggung jawab menyediakan lingkungan yang
kondusif terhadap kinerja. Tetapi diri sendiri seseorang bertanggungjawab atas
motivasi dirinya. George Odiorne, Guru Besar manajemen, konsultan
berpengalaman, membuat beberapa rekomendasi spesifik, diantaranya:
1. Susun tujuan untuk diri Anda sendiri dan jangan kehilangan nuansa darinya.
2. Tambahkan tujuan jangka panjang Anda dengan tujuan jangka pendek dan aksi
spesifik. Dikatakan bahwa untuk memperoleh sesuatu adalah memulai.
3. Belajar suatu tantangan dari tugas baru setiap tahun. Belajari untuk menjadi
seorang manajer tidak berhenti pada tingkat sarjana atau master dalam bisnis.
Tingkat pendidikan adalah awal permulaan, bukan akhir, dari pembelajaran.
Belajar dan menggunakan teknologi mikrokomputer mungkin tugas menantang.
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 4 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
4. Buatlah tugas pekerjaan suatu yang berbeda. Susun tujuan yang dikembangkan
untuk posisi Anda. Dengan beberapa imajinasi, Anda berpeluang dapat dengan
pertimbangan meningkatkan produktivitas.
5. Kembangkan bidang keahlian. Bangun kemampuanmu atau kembangkan satu
kelemahanmu kedalam satu kekuatan. Kamu mungkin ingin dikenal sebagai
Akuntan terbaik atau Insinyur terbaik dengan kemampuan dalam bidang tertentu.
6. Beri umpan balik dan penghargaan terhadap dirimu. Susun tujuan yang dapat
diverifikasi menyediakan satu standar yang dapat mengukur kinerjamu.
Mengapa tidak makan malam spesial guna merayakan prestasimu.
Keterangan Rantai tersebut adalah kompleks. Pertama, kecuali kebutuhan
fisiologis, seperti rasa lapar, kebutuhan tidak berdiri sendiri dari lingkungan
seseorang. Kita juga dapat dengan mudah melihat bahwa banyak kebutuhan
fisiologis disimulasikan oleh faktor-faktor lingkungan. Bau makanan dapat membuat
rasa lapar, bacaan termometer yang tinggi dapat membuat kita tiba-tiba merasa
panas, atau minuman dingin dapat meredahkan haus.
Lingkungan berpengaruh besar atas persepsi kita terhadap kebutuhan
sekunder. Promosi teman dapat menghidupkan keinginan kita untuk suatu posisi
lebih tinggi. Masalah yang menantang dapat merangsang keinginan kita mencapai
suatu prestasi dengan menyelesaikannya. Suatu kelompok sosial dapat
meningkatkan kebutuhan untuk berafiliasi, dan tentu saja dari pada sendirian kita
ingin dapat memberikan motivasi kuat selama diinginkan orang.
Kedua, rantai kebutuhan-keinginan-kepuasan tidak selalu berlaku
sesederhana sebagaimana digambarkan. Kebutuhan tidak menyebabkan
kebiasaan. Tetapi kebutuhan juga dapat dihasilkan dari kebiasaan. Memuaskan
yang satu dapat melebihi suatu keinginan untuk memuaskan lebih banyak
kebutuhan. Misalnya, kebutuhan seseorang akan prestasi dapat membuat lebih
hebat dengan kepuasan yang diperoleh dari capaian suatu tujuan yang dikehendaki.
Kompleksitas Motivasi
Mengambil momen tersebut guna mewujudkan bahwa sesuai waktu yang
diberikan, motivasi seseorang mungkin amat kompleks atau acapkali bertentangan.
Seseorang dapat dimotivasi sesuai yang diinginkan untuk barang-barang ekonomi
dan pelayanan (grosir, rumah lebih bagus, mobil baru atau perjalanan), dan
walaupun keinginan ini mungkin kompleks dan bertentangan (sebaiknya membeli
rumah baru atau mobil baru). Pada waktu bersamaan seseorang mungkin
menginginkan harga diri, status, perasaan berprestasi, atau santai (mereka yang
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 5 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
tidak merasa ada komplik antara waktunya untuk bekerja dan untuk bermain golf
atau menonton bioskop).
Seorang kepala sekolah dapat melakukan banyak untuk mempertajam
motivasi dengan membangun lingkungan yang cocok dengan pemicu. Misalnya,
pimpinan telah mengembangkan reputasi untuk kualitas sempurna dan tinggi
sehingga cenderung dimotivasi untuk berkontribusi terhadap reputasi ini.
Apa yang harus dilakukan kepala sekolah adalah menggunakan motivator
yang akan menuntun orang mewujudkan dengan efektif bagi oraganisasi yang
mempekerjakanya. Tidak ada pimpinan diluar organisasi sekolah. Tetapi untuk
efisien dan suksesnya satu sekolah dari berbagai usaha, pemicu seseorang harus
distimulasi dan dipenuhi guna menjamin kinerja efektif.
Perbedaan antara motivasi dan kepuasan. Motivasi berkaitan dengan pemicu dan
upaya untuk memenuhi suatu kemauan atau tujuan. Kepuasan berkaitan dengan
kesenangan/kepuasan hati yang dialami saat suatu kemauan dipenuhi. Dengan kata
lain, motivasi menyatakan pemicu menuju hasil, dan kepuasan adalah hasil yang
telah dialami.
MOTIVASI HASIL KEPUASAN
Gambar 2.
Perbedaan antara Motivasi dan Kepuasan.
Motivasi adalah pemicu untuk memenuhi kemauan (mencapai hasil);
Kepuasan dialami saat hasil itu sudah dicapai.
Dari titik pandang manajemen, seseorang mungkin memiliki kepuasan
dengan jabatan tinggi tetapi motivasinya rendah terhadap pekerjaannya, atau
sebaliknya mungkin benar. Bisa dimaklumi kemungkinan bahwa orang yang
termotivasi tinggi dengan kepuasan atas jabatan rendah akan mencari posisi lain.
Seperti halnya, orang yang memperoleh penghargaan dengan posisinya tetapi
dibayar lebih rendah dari yang mereka kehendaki atau pikirkan kemungkinan akan
mencari pekerjaan lain.
TEORI HIRARKI KEBUTUHAN
Salah satu dari teori motivasi dimaksud adalah teori hirarki kebutuhan yang
dikemukakan oleh ahli fisiologi Abraham Maslow. Maslow melihat kebutuhan
manusia dalam bentuk hirarki, mendaki dari yang terendah ke yang tertinggi, dan dia
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 6 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
menyimpulkan bahwa ketika satu kebutuhan telah dipenuhi, jenis kebutuhan ini
berhenti menjadi suatu motivator.
Hirarki Kebutuhan
Kebutuhan dasar manusia ditempatkan oleh Maslow pada urutan awal seperti pada
Gambar 3.
1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan dasar untuk melanjutkan kehidupan
manusia itu sendiri, seperti: makanan, air, udara, tempat tinggal, dan tidur.
Maslow menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan ini perlu untuk
mempertahankan hidup, kebutuhan-kebutuhan lainnya tidak akan memotivasi
orang.
2. Kebutuhan keamanan, atau keselamatan, adalah kebutuhan untuk bebas dari
bahaya fisik dan rasa takut kehilangan pekerjaan, harta benda, makanan, atau
tempat tinggal.
3. Kebutuhan pertalian, atau dukungan, adalah kebutuhan manusia sebagai mahluk
sosial untuk berada ditengah-tengah atau sebagai bagian dari dan diterima oleh
manusia lainnya.
4. Kebutuhan penghargaan, adalah kebutuhan manusia untuk dihargai setelah
kebutuhan lainnya terpenuhi, baik oleh dirinya sendiri maupun oleh orang lain.
Jenis kebutuhan ini dapat dipenuhi, seperti dari kekuasaan, prestise, status, dan
kepercayaan diri.
5. Kebutuhan aktualisasi diri, adalah kebutuhan tertinggi dalam hirarki kebutuhan
manusia, yakni keinginan menunjukkan kemampuan apa yang dimiliki guna
memaksimalkan potensinya dan mewujudkan sesuatu.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan sebagai Mahluk Sosial
Kebutuhan Penghargaan
Kebutuhan Fisiologis
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 7 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
Gambar 3. Hirarki Kebutuhan Maslow
Menelaah Hirarki Kebutuhan
Konsep hirarki kebutuhan dari Maslow telah diteliti oleh E. Lawler dan J.
Suttle dengan mengumpulkan data dari 187 manajer pada dua organisasi berbeda
selama enam bulan sampai satu tahun. Mereka menemukan kenyataan yang
mendukung Teori Maslow bahwa kebutuhan manusia membentuk suatu hirarki.
Terdapat dua tingkat kebutuhan yaitu kebutuhan biologis dan kebutuhan lainnya
dimana kebutuhan lainnya akan muncul ketika kebutuhan biologis terpenuhi. Tingkat
kebutuhan yang lebih tinggi, kekuatan kebutuhan beragambagi seseorang; beberapa
orang didominasi kebutuhan sosial, dan lainnya sangat kuat kebutuhan aktualisasi
dirinya.
Studi lainnya melibatkan sekelompok manajer selama lebih dari lima tahun.
Douglas T dan Khalil tidak menemukan bukti kuat dari hirarki kebutuhan Maslow.
Mereka menemukan, bahwa sebagai manajer yang berkembang dalam suatu
organisasi, kebutuhan fisiologis dan keselamatannya cenderung menurun, dan
kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri cenderung meningkat.
Pergerakan ke atas dari kebutuhan mereka diperoleh dari perubahan karier yang
meningkat bukan dari pemenuhan kebutuhan lebih rendah secara berurutan.
TEORI HARAPAN DARI MOTIVASI
Pendekatan lainnya, satu yang dipercaya banyak menerangkan bagaimana
orang dimotivasi, adalah teori harapan. Salah satu pemimpin dalam
mengembangkan dan menerangkan teori ini adalah Victor H. Vroom. Dia
memegang bahwa orang akan termotivasi untuk melakukan sesuatu guna mencapai
tujuan jika mereka percaya manfaat/nilai dari tujuan itu dan jika mereka dapat
melihat bahwa apa yang mereka kerjakan membantunya mencapai tujuan itu. Ini
ekspresi dari pengamatan Martin Luther dan dikatakannya, bahwa ”apa saja yang
dilakukan di dunia dikerjakan dengan pengaharapan”
Lebih luas, teori Vroom menjelaskan bahwa motivasi orang melakukan
sesuatu dapat dideterminasi dengan nilai yang diletakkan pada hasil upayanya
(apakah positif atau negatif), dikalikan dengan kepercayaan diri yang dimiliki bahwa
upaya mereka akan membantu secara materil dalam mencapai tujuan. Dengan kata
lain, menurut Victor, motivasi adalah hasil dari nilai yang telah diantisipasi yang
diletakkan orang pada suatu tujuan dan kesempatan yang dia lihat dalam
memperoleh tujuan tersebut. Dengan menggunakan terminologinya sendiri, teori
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 8 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
Vroom dapat dinyatakan sebagai berikut: tenaga merupakan kekuatan motivasi
seseorang, valensi (ketertarikan hati) adalah kekuatan preferensi/pilihan seseorang
terhadap suatu hasil, dan pengharapan merupakan peluang bahwa suatu aksi
khusus akan menuntun untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ketika tidak ada
perbedaan seseorang tentang pencapaian sutau tujuan, valensi tidak ada yang
nampak, dan terdapat valensi nnegatif ketika seseorang tidak mencapai tujuan.
Hasilnya, tentu saja, tidak ada motivasi. Demikian halnya tidak terdapat motivasi
untuk mencapai tujuan jika tidak ada pengharapan atau pengharapannya negatif.
Model Porter dan Lawler
Lyman W. Porter dan Edward E. Lawker menguraikan model motivasi lebih
lengkap secara substansial, membangun teori pengharapan dalam bagian-bagian
besar. Dalam studinya, model ini digunakan terutama kepada manajer/pimpinan
seperti pada Gambar 4.
Model ini menunjukkan, bahwa jumlah upaya (kekuatan motivasi dan energi
dikeluarkan) tergantung pada nilai penghargaan ditambah jumlah energi seseorang
yang diperlukan dan peluang memperoleh penghargaan. Sebaliknya, upaya dan
peluang memperoleh penghargaan dipengaruhi oleh kinerja yang diberikan.
Kinerja yang sesungguhnya dalam pekerjaan (melaksanakan tugas dan
mencapai tujuan) ditunjukkan oleh upaya yang dilakukan. Tetapi hal ini juga sangat
dipengaruhi oleh kemampuan seseorang (pengetahuan dan keterampilan)
melakukan tugas pekerjaannya dan persepsinya terhadap tugas apa yang diperlukan
(mendalami tujuan, membutuhkan kegiatan, dan elemen lain dar tugas). Sebaliknya,
kinerja dilihat sebagai penuntun kepada penghargaan bersifat hakiki (seperti,
aktualisasi diri) dan penghargaan bersifat lahiriah (seperti, status dan kondisi kerja).
Implikasi dalam Praktek
Model motivasi Porter dan Lawler lebih praktis dari sistem motivasi. Bagi
manajer yang mempraktekkan, model ini memberi pengertian bahwa motivasi bukan
masalah sederhana dan memiliki efek. Artinya, manajer sebaiknya hati-hati memberi
penghargaan, hati-hati merencanakan, dikelola dengan tujuan, dan jelas tugas dan
tanggung jawab dengan struktur organisasi yang baik, sistem upaya-kinerja-
penghargaan-kepuasan dapat diintegrasikan kedalam sistem manajemen yang ada.
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 9 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
Nilai Penghargaan Kemampuan melakukan tugas Yang diberikan Kepuasan d.s.tnya
Gambar 4. Model Motivasi Porter dan Lawler
TEORI PENGUATAN
B.F. Skinner, Ahli Fisiologi Harvard, mengembangkan teknik motivasi yang
menarik tapi kontroversi. Pendekatan ini disebut Penguatan Positif atau Modifikasi
Prilaku menyatakan bahwa individu dapat dimodifikasi dengan rancangan tepat
lingkungan kerjanya dan meningkatkan kinerjanya, dan hukuman berkinerja rendah
memberi hasil negatif.
Skinner dan pengikutnya bekerja lama lebih dari pujian kinerja baik. Mereka
menganalisis situasi kerja untuk menelaah apa yang menyebabkan pekerja bekerja
sesuai caranya, dan kemudian mereka menginisiasi perubahan guna mengurangi
kesulitan terhadap kinerja. Tujuan khusus kemudian disusun dengan partisipasi
pekerja, pendampingan, tepat dan umpan balik secara reguler dari hasil disediakan,
dan peningkatan kinerja dihargai dengan pengakuan dan pujian. Walaupun kinerja
tidak sama dengan tujuan, merupakan satu cara membantu orang dan memuji
mereka atas hal bagus yang mereka kerejakan. Juga ditemukan sangat berguna
dan memotivasi dan memberi informasi luas kepada orang terhadap masalah
perusahaan/organsasi, khususnya dimana mereka terlibat.
Pendekatan Skinner adalah sekaitan erat dengan kebutuhan mengelola
dengan baik. Ini menegaskan untuk performans/kinerja, perencanaan dan
pengorganisasian dengan baik, pengawasan melalui umpan balik dan
mengembangkan komunikasi.
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 10 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
TEORI KEBUTUHAN MOTIVASI McCLELLANDS
David C. McClelland memberi pengertian motivasi dengan mengidentifikasi
tiga jenis kebutuhan dasar memotivasi yang diklasifikasi dalam: kebutuhan kekuatan
(n/PWR), kebutuhan kekerabat (n/AFF), dan kebutuhan prestasi (n/ACH).
Kebutuhan Kekuatan
Ditemukan bahwa orang dengan kebutuhan kekuatan tinggi memiliki perhatian besar
terhadap penggunaan pengaruh dan pengawasan/kontrol. Orang seperti ini, pada
umumnya mencari kedudukan kepemimpinan, mereka sering berbicara baik,
mereka sangat menekan, berkoak-koak, dan menuntut; dan mereka senang
mengajar dan berbicara depan umum.
Kebutuhan Kekerabatan
Orang dengan kebutuhan kekerabatan tinggi biasanya senang dicintai dan
cenderung mengabaikan rasa sakit yang ditolak kelompok masyarakat. Sebagai
individu, mereka sepertinya menjadi diperhatikan dengan menjaga hubungan sosial,
dapat menikmati kerukunan dan saling pengertian, siap membantu kesulitan orang
lain, dan ramah dalam berinteraksi dengan lainnya.
Kebutuhan Prestasi
Orang yang sangat membutuhkan prestasi mengejar kesuksesan demikian juga
takut jatuh. Dia mau ditantang, menyusun tujuan-tujuan yang sulit (tetapi tidak
mungkin) bagi mereka sendiri, dan mengambil pendekatan realistik terhadap resiko;
tidak suka mengandai tetapi lebih suka menganalisis dan mengkaji masalah,
menganggap tugas pekerjaan sebagai tanggungjawab perorangan, senang umpan
balik khusus dan cepat, cenderung kurang istrahat, senang bekerja berjam-jam, tidak
ragu kalau terjadi sesuatu, dan cenderung senang tampil sendiri.
TEKNIK-TEKNIK KHUSUS MOTIVASI
Setelah melihat teori motivasi, maka ada beberapa teknik-teknik motivasi
yang dapat gunakan. Motivasi sangat kompleks dan tidak bisa hanya dengan satu
jawaban terbaik, dapat diidentifikasi dari beberapa teknik motivasi antara lain:
Uang
Uang tidak pernah dilihat sebagai pemotivasi. Apakah dalam bentuk gaji,
keamanan kerja (memperoleh pembayaran untuk produk yang dihasilkan pada
tingkatan mutu tertentu) atau insentif lainnya yang diberikan, bonus, simpanan,
pembayaran asuransi oleh organisasi sekolah, atau apa saja yang dapat diberikan
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 11 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
kepada mereka terhadap kinerja yang dicapai, uang merupakan hal penting.
Sebagaimana dikemukakan oleh beberapa penulis, uang acapkali bernilai lebih dari
nilai uang. Ia dapat berarti status atau kekuatan.
Partisipasi
Teknik yang memeberi dukungan kuat sebagai hasil teori dan penelitian
motivasi adalah meningkatnya penghargaan dan penggunaan partisipasi. Tidak
dapat dibantah bahwa jarang orang termotivasi oleh konsultan yang ada dapat
memengaruhi mereka. Terdapat juga perdebatan bahwa kebanyakan orang sebagai
pusat kegiatan memiliki pengetahuan mengenai masalah dan pemecahan
masalahnya. Sebagai konsekwensi, jenis partsipasi menghasilkan motivasi dan
pengetahuan yang bermanfaat bagi keberhasilan sekolah.
Partisipasi juga berarti penghargaan. Ini seruan terhadap kebutuhan apliasi
dan penerimaan. Diatas semuanya, hal ini membuat orang merasa terpanggil.
Tetapi mengharapkan partisipasi tidak berarti bahwa kepala sekolah melemahkan
posisinya. Walaupun mereka mengharapkan partisipasi bawahan atas sesuatu
dimana mereka dapat membantu, dan walaupun mereka mendengarkan secara hati-
hati, hal yang memerlukan keputusan mereka harus putuskan sendiri. Bawahan
terbaik tidak menempuh jalannya sendiri, dan sedikit bawahan memiliki respek bagi
atasan yang lemah atau plin-plan.
Mutu Semangat Kerja
Salah satu pendekatan penting dalam motivasi adalah Program Mutu
Semangat Kerja, yakni suatu sistem pendekatan terhadap rancangan tugas dan
promosi pengembangan secara luas dalam pengembangan tugas, dikombinasi
dengan pendekatan sistem teknik sosial terhadap pengelolaan. Mutu semangat
kerja tidak hanya pendekatan secara garis besar terhadap pengembangan tugas
tetapi juga bidang multidisiplin dari penelitian dan aksi dikombinasi dengan teori
organisasi dan pengembangan, teori motivasi dan kepemimpinan dan keterkaitan
hubungan sekolah. Mutu semangat kerja diterima secara antusias dari sejumlah
sumber. Kepala sekolah menempatkannya sebagai satu alat promosi terhadap
produktivitas dan alat jastifikasi terhadap pembayaran lebih tinggi.
.Peningkatan Tugas
Peningkatan tugas dapat dibedakan dengan perluasan tugas (tetapi
beberapa penulis tidak membedakannya). Perluasan tugas berusaha membuat
tugas lebih bermacam-macam atau bervariasi dengan mengeluarkan tugas yang
tidak perlu disatukan dengan tugas yang secara operasional sama. Artinya,
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 12 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
memperluas lingkup tugas dengan menambahkan satuan tugas yang sama tanpa
meningkatkan tanggungjawab.
Peningkatan tugas, usaha untuk membangun kedalam tugas perasaan
menghadapi tantangan dan pencapaian. Tugas ditingkatkan secara bervariasi, dan
peningkatan tugas juga dapat dengan: 1) Memberi pekerja lebih bebas dalam
memutuskan hal-hal seperti: metode kerja, menerima atau menolak material; 2)
Menyemangati partisipasi bawahan dan intreraksi antar pekerja; 3) memberi pekerja
rasa tanggungjawab personal terhadap tugasnya; 4) Membuat langkah-langkah
untuk meyakinkan pekerja dapat melihat bagaimana tugasnya berkontribusi terhadap
produk akhir dan kepuasan perusahaan; 5) Meberikan orang umpan balik atas
kinerja tugasnya; dan 6) Melibatkan pekerja dalam menganalisis dan perubahan fisik
lingkungan kerja, seperti: penataan ruang dan tanaman, pencahayaan, temperatur
dan kebersihan.
Terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam peningkatan
tugas sebagai berikut: 1) Tuntutan atau tagihan dari peningkatan tugas; 2)
Keterbatasan dari peningkatan tugas; 3) Masalah-masalah dalam peningkatan tugas;
dan 4) Bagaimana membuat peningkatan tugas efektif.
PENUTUP
Motivasi sangat memegang peran dalam rangka peningkatan kinerja guru
dan staf di sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai motivator mampu
memberikan motivasi dari berbagai kegiatan atau tugas untuk mencapai misi, visi
dan tujuan sekolah. Motivasi sebagai mata rantai reaksi mulai dari kebutuhan yang
dirasakan, menghasilkan tujuan yang diinginkan yang kemudian menyebabkan aksi
menuju pencapaian tujuan dan akhirnya memuaskan keinginan guru dan staf.
Motivasi sangat kompleks karena menghadapi guru dan staf yang punya
kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda sehingga diperlukan pendekatan dari
berbagai teori sebagaimana diuraikan antara lain: (1) teori harapan, (2) teori
penguatan, dan (3) teori Kebutuhan. Selain itu diperlukan teknik-teknik khusus
dalam memotivasi yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam memimpin. Hal
ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja yang berimplikasi terhadap
capain kinerja yang sangat baik bagi guru dan staf di sekolah.
Motivasi dan Kepuasan Kerja Pengelolaan Sekolah, A.Muliati, AM Page 13 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=351:motivasi-kepuasan-
kerja&catid=42:ebuletin&Itemid=215
Artikel E-Buletin Edisi Februari 2015 ISSN. 2355-3189
DAFTAR PUSTAKA
Bahaudin, Taufik, Brainware Management, Jakarta PT Elex Media Komputindo,
1999. Bentrup, Gary. “Evaluation of a Collaborative Model; A Case Study Analysis of
Watershed Planning in the Intermountain West”. Springer-Verlag. New York Inc., Journal Environmental Management, Vol.27, No.5, 2001.
Hagemann, Gisela, Morivasi untuk Pembinaan Orgasasi, Jakarta, PT Gramedia,
1993 Hariandja, Marihot Tua Efendi, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta, PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002. Leinwand, Allan, Karen Fang conroy. Network Management A Practical Perspektive.
Canada: Simultaneously Publishers, 2001. Koontz, Harold.Heinz Weihrich, Management, Singapur, McGraw-Hill, Inc.All Nine
Edition, 1988 Meredita, Jack R, Samuel J. Mantel, JR, Project Management A Managerial
Approach, USA, Clearance Center, 2003. Newstrom W John, and Keith Davis, Organizational Behavior, Human Behavior at
Work. New York, Beethoven Publising, tenth Edition, 1997. Ratminto, Atik Septi winarsih, Manajemen Pelayanan, Yogyakarta, Pustaka Pelajar,
2005. Wahjosumidjo, Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta, Balai Aksara-Yu distira, 1994 Zin Mat, Razali, Pengurusan Organisasi Kerja, Sintok, Universiti Utara Malaysia,
1999.