anestesi referat
DESCRIPTION
referatTRANSCRIPT
REFERAT
MASKER LARING DAN KANUL TRAKEA SELAMA ANESTESIA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kelulusan Dalam Menempuh Kegiatan
Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Anestesi dan Reaminasi di RSUD Salatiga
Disusun oleh :
Senoaji Yuniar Sasmito
2006 031 0126
Diajukan Kepada :
dr. Tinon Anindita, Sp. An
Bagian Ilmu Anestesi Dan Reaminasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2012
1
HALAMAN PENGESAHAN
REFERAT
MASKER LARING DAN KANUL TRAKEA SELAMA ANESTESIA
Disusun Untuk Mengikuti Ujian Stase Ilmu Anestesi dan Reaminasi
RSUD Salatiga
Disusun oleh :
Senoaji Yuniar Sasmito
2006.031.00126
Telah dipresentasikan pada Mei 2012
Dan telah disetujui oleh
Dokter Pembimbing
(dr. Tinon Anindita, Sp. An)
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………… 1
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………………….. 2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
…
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..........
4
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanul Trakea ………………………………………………………
B. Endotrakeal Tube .……………………………………………..............
C. Laryngeal Mask Airway……………………………………………….
5
10
13
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Tanggung jawab utama dari seorang ahli anestesi adalah menjamin
respirasi yang adekuat bagi pasien. Unsur vital dalam menyediakan fungsi
respirasi adalah jalan nafas. Tidak ada anestesi yang aman tanpa melakukan
usaha keras untuk memelihara jalan nafas yang lapang.
Pentingnya penatalaksanaan jalan nafas tidak dapat dipandang
mudah. Seorang dokter anestesi adalah orang yang paling mengerti dalam
penatalaksanaan jalan nafas. Kesulitan terbesar dari seorang dokter anestesi
adalah bila jalan nafas tidak dapat diamankan. Penatalaksanaan pasien dengan
jalan nafas yang normal adalah kunci penting dalam latihan penanganan pasien.
Efek dari kesulitan respirasi dapat berbagai macam bentuknya, dari
kerusakan otak sampai kematian. Resiko tersebut berhubungan dengan tidak
adekuatnya penatalaksanaan jalan nafas pasien. Selama anestesi general,
ventilasi pulmonal diamankan dengan tube trakea atau dengan masker laring.
Perhatian pada resiko dari komplikasi yang berhubungan dengan tekanan intracuff
sangat penting. Ketika cuff pada dinding trakea melebihi tekanan kapiler trakea
(27-40 cm H20}selama kurang lebih 15 menit, mukosa membrane trakea menjadi
iskemik. Tekanan intracuff
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanul Trakea
Komponen Kanul Trakea4,8,9,10
1. Outer KanulAdalah bodi utama kanul yang masuk trakea. Ukuran kanul sering
tetapi tidak selalu merujuk pada inner diameter dari outer kanul. Inner
kanul masuk kedalam outer kanul.
2. Inner KanulInner kanul adalah kanul yang dapat dilepas atau dipasang dari
outer kanul untuk menjamin airway yang adekuat. Inner kanul lebih sempit
dan sedikit lebih panjang dari outer kanul yang mencegah meluapnya
sekret pada ujung outer kanul.
3. CuffBalon yang terletak pada ujung akhir dari kanul. Bila
digelembungkan dapat mengencangkan kanul pada dinding trakea. Cuff
dapat dikempeskan atau digelembungkan untuk mencegah aspirasi dan
menjamin ventilasi tekanan positif.
4. Pilot BalonBalon luar yang dihubungkan dengan saluran kecil menuju cuff.
Bila cuff menggelembung maka pilot balon juga menggelembung dan
kebalikannya.
5. Flange / Neck Plate / Penahan LeherFlange menyokong bodi utama kanul, mencegah kanul masuk ke
dalam trakea dan memungkinkan kanul diamankan dengan pengikat tali.
Kode kanul, ukuran dan tipe sering dituliskan pada flange. Flange pada
kanul dewasa berbentuk lurus, sedangkan flange pada neonatus dan dewasa
berbentuk lebih melengkung untuk menyesuaikan bentuk leher yang lebih
5
pendek.Variasi lain termasuk kanul dengan flange yang dapat disesuaikan.
Kanul ini sangat berguna pada pasien dengan leher yang lebar atau pre-
trakeal space yang tebal. Kanul tertentu memiliki flange yang dapat
berputar sehingga memudahkan pembalutan dan pemeliharaan luka
6. Introducer / ObturatorAlat dengan ujung meruncing yang diletakkan di dalam outer kanul
selama pemasangan kanul. Alat ini akan mengurangi trauma pada waktu
pemasangan kanul dan memberikan petunjuk sehingga memudahkan
pemasangan. Obturator dilepas bila kanul telah terpasang sehingga udara
bisa masuk dan keluar. Obturator terdapat pada hampir semua kanul
dewasa dan beberapa kanul pediatric dan neonatus.
7. Fenestration / JendelaSatu atau beberapa lubang yang terletak pada lengkung superior
dari bodi kanul. Lubang-lubang ini memungkinkan aliran udara, sehingga
memungkinkan pasien berbicara dan batuk lebih efektif.
8. 15 Mm AdaptorKanul trakea yang digunakan di Rumah Sakit sebagian besar
dilengkapi dengan 15 mm adaptor untuk menghubungkan dengan
ventilator. Bila keadaan pasien telah stabil kanul dapat diganti dengan
tanpa 15 mm adaptor yang mana secara kosmetik lebih baik.
6
Ukuran Dimensi Kanul Trakea
Kanul trakea tersedia dalam berbagai macam ukuran dan jenis dari berbagai
pabrik. Ukuran kanul trakea digolongkan dalam inner diameter (ID), outer
diameter (OD), panjang dan kelengkungan.4,8
Kanul trakea dapat bersudut atau lengkung.Bentuk kanul seharusnya sesuai
dengan anatomi saluran napas.Oleh karena bentuk trakea adalah lurus,kanul
bentuk lengkung tidak sesuai dengan bentuk anatomi trakea sehingga
menyebabkan penekanan membran trakea dan ujungnya menyebabkan trauma
pada bagian anterior. Bila kanul lengkung terlalu pendek dapat menyebabkan
obstruksi oleh karena penekanan pada dinding trakea posterior. Keadaan ini dapat
diatasi dengan mengganti kanul dengan ukuran yang lebih luas, kanul bersudut,
kanul fleksibel, atau kanul ekstra panjang. Kanul bersudut memiliki bagian yang
lengkung dan bagian yang lurus. Kanul ini memasuki trakea dengan kemungkinan
trauma yang minimal dan tekanan yang lebih ringan pada stoma. Oleh karena
bagian kanul yang masuk trakea adalah bagian yang lurus dan lebih sesuai dengan
anatomi saluran napas, kanul bersudut lebih mudah masuk trakea dan
menyebabkan tekanan yang lebih ringan pada dinding trakea.4
Gambar 2.Kanul bersudut dan lengkung
Kanul dengan cuff
Kanul yang mula-mula dipakai pada waktu trakeostomi seharusnya kanul
dengan cuff sebab menjamin airway yang aman sampai pasien lepas dari
ventilator, luka sudah membaik dan pasien dapat mengontrol sekresi. Cuff pada
7
bagian distal dari kanul dapat digelembungkan atau dikempiskan sesuai dengan
kebutuhan pasien.2
Tekanan kapiler trakea adalah antara 25-35 mmhg.Tekanan tinggi pada
dinding trakea dapat menyebabkan perlukaan pada mukosa trakea.Komplikasi dari
tekanan yang berlebihan dari cuff dapat menyebabkan tracheal stenosis,
tracheomalasia, fistula tracheoesophageal, desentisisasi laring dan kehilangan
reflek batuk. Tekanan maksimum intra cuff yang dapat diterima adalah 25 mmhg.
Jika tekanan cuff terlalu rendah terjadi resiko aspirasi. Oleh sebab itu tekanan cuff
hendaknya dipertahankan antara 20-25 mmhg untuk meminimalkan resiko
perlukaan pada trakea atau resiko aspirasi.2,4,8
Manometer pengukur tekanan cuff digunakan untuk mengukur tekanan cuff
yang dimasukkan ke dalam trakea. Tekanan cuff dapat dicatat dan dimonitor
secara rutin. Pencatatan dilakukan lebih sering bila kanul diganti, jika posisinya
berubah, jika volume udara pada cuff berubah atau jika terjadi kebocoran.2,3,4
Terdapat bermacam-macam kanul dengan cuff. Bagi pasien dengan resiko
tinggi aspirasi kanul khusus dapat digunakan sehingga memberikan proteksi yang
lebih besar.2
Gambar 3.Manometer pengukut tekanan cuff
Macam-macam kanul dengan cuff khusus :2,4
1. Cuff volume tinggi tekanan rendah
8
Cuff dengan volume tinggi tekanan rendah adalah jenis cuff yang
paling sering digunakan. Sebab yang paling sering dari tekanan cuff yang
tinggi adalah diameter kanul yang terlalu kecil yang menyebabkan
overfilling cuff. Sebab lain yang menyebabkan tekanan cuff yang terlalu
tinggi adalah malposisi kanul, overfilling cuff, dilatasi trakea dan
penggunaan cuff volume rendah tekanan tinggi.
Gambar 4. Cuff volume tinggi tekanan rendah
2. Cuff busa (Foam cuff)
Cuff busa secara otomatis menggelembung pada waktu dimasukkan
dan kemudian menyesuaikan dengan trakea. Sebelum insersi,udara di
dalam cuff dikosongkan dengan menggunakan syringe melalui pilot balon.
Bila kanul sudah terpasang, syringe dilepas agar cuff dapat mengembang
melawan dinding trachea. Pilot balon langsung berhubungan dengan
atmospher. Tekanan di dalam cuff akan dipertahankan tidak melebihi 20
mmhg sehingga mengurangi tekanan pada dinding trakea. Kanul jenis ini
jarang digunakan. Biasanya digunakan pada pasien yang telah mengalami
perlukaan trakea oleh karena tekanan cuff.
9
Gambar 5.Cuff busa
3. Cuff yang menempel pada bodi kanul (Tight to shaft cuff)
Kanul dengan cuff jenis ini bila cuff dikempiskan memiliki profil
yang mirip dengan kanul tanpa cuff. Hal ini menyebabkan trauma yang
lebih ringan pada waktu insersi dan dekanulasi.
Gambar 6. Cuff yang menempel pada bodi kanul
10
4. Cuff dengan alat bantu suction (Suction port)
Cuff pada kanul dapat meminimalkan aspirasi, tetapi aspirasi tetap
dapat terjadi. Kanul dengan suction port di atas cuff memungkinkan sekresi
dapat dilakukan suctionasi secara teratur sehingga mengurangi resiko
aspirasi dan infeksi.
Gmbar 7.Cuff dengan suction port
ENDOTRAKHEAL TUBE
Endotrakheal tube terbuat dari bahan karet sintesis seperti polyethilene dan
polyvinyl chloride. Adanya tanda IT (implantation tested) pada tube menunjukkan
bahwa tube telah teruji bebas dari bahan iritatif / toksik terhadap jaringan. PVC
memiliki karakteristik yang unik dimana agak melunak pada temperatur tubuh. ET
yang terbuat dari karet agak menjadi kaku ketika dihangatkan dengan temperatur
tubuh.13,14
Endotrakheal tube dibuat dalam keadaan steril dan untuk sekali pemakaian.
Bentuk dan kekakuan ET dapat disesuaikan dengan memasukkan stilet ke
dalamnya. Akhir dari ET dibuat bentuk sudut untuk memudahkan sewaktu
dimasukkan ke dalam plika vokalis. ET memiliki lubang pada ujung yang
dinamakan murphy eye untuk mengurangi resiko sumbatan pada distal tube oleh
karina atau trakea. ET tanpa murphy eye disebut tipe magill dan memiliki resiko
yang besar untuk terjadinya oklusi jika ujung ET mengenai dinding trakea atau
11
dinding bronkhus.Ujung ET dan lobang murphy eye seharusnya tidak memiliki
permukaan yang tajam.Jarak dari ujung ET dituliskan dalam centimeter.15
Endotrakheal tube standar harus memiliki inside dan outside diameter.
Potongan melintang yang sirkuler dengan ketebalan dinding yang bervariasi untuk
mencegah kinking (kusut). Sudut ET antara 30 sampaidengan 45 derajat dari axis
longitudinal.15
ET pada orang dewasa memiliki sistem inflasi cuff yang terdiri dari
katup,pilot balon. Inflating tube dan cuff. Katup berfungsi untuk mencegah
hilangnya udara setelah cuff digelembungkan. Pilot balon sebagai indikator inflasi
cuff. Inflating tube menghubungkan katup dengan cuff dan dibuat menempel pada
dinding ET. Bevel ET oral lebih tumpul dibandingkan ET nasal. Ukurannya lebih
pendek dan dindingnya lebih tebal.15
Gambar 23.Bagian-bagian ET
Gambar 24. Bevel ET oral dan ET nasal
12
ET dengan cuff digunakan pada anak-anak umur lebih dari 8 tahun dan dewasa
LARINGEAL MASK AIRWAY
Hilangnya kesadaran karena induksi anestesi berhubungan dengan hilangnya pengendalian jalan nafas dan reflex-reflex proteksi jalan nafas. Tanggung jawab dokter anestesi adalah untuk menyediakan respirasi dan managemen jalan nafas yang adekuat untuk pasien. LMA telah digunakan secara luas untuk mengisi celah antara intubasi ET dan pemakaian face mask. LMA di insersi secara blind ke dalam pharing dan membentuk suatu sekat bertekanan rendah sekeliling pintu masuk laring ( 2 )
Desain dan Fungsi
Laringeal mask airway ( LMA ) adalah alat supra glotis airway, didesain untuk memberikan dan menjamin tertutupnya bagian dalam laring untuk ventilasi spontan dan memungkinkan ventilasi kendali pada mode level (< 15 cm H2O) tekanan positif. Alat ini tersedia dalam 7 ukuran untuk neonatus, infant, anak kecil, anak besar, kecil, normal dan besar.
Tehnik Anestesi LMA
Indikasi ( 4 ) :
a. Sebagai alternatif dari ventilasi face mask atau intubasi ET
untuk airway management. LMA bukanlah suatu penggantian
ET, ketika pemakaian ET menjadi suatu indikasi.
b. Pada penatalaksanaan dificult airway yang diketahui atau
yang tidak diperkirakan.
c. Pada airway management selama resusitasi pada pasien yang tidak
sadarkan diri.
Kontraindikasi ( 4 ) :
d. Pasien-pasien dengan resiko aspirasi isi lambung (penggunaan pada emergency adalah pengecualian ).
e. Pasien-pasien dengan penurunan compliance sistem pernafasan,
karena seal yang bertekanan rendah pada cuff LMA akan
mengalami kebocoran pada tekanan inspirasi tinggi dan akan
13
terjadi pengembangan lambung. Tekanan inspirasi puncak harus
dijaga kurang dari 20 cm H2O untuk meminimalisir kebocoron
cuff dan pengembangan lambung
f. Pasien-pasien yang membutuhkan dukungan ventilasi mekanik
jangka waktu lama.
g. Pasien-pasien dengan reflex jalan nafas atas yang intack karena
insersi dapat memicu terjadinya laryngospasme.
Tehnik Induksi dan Insersi
Untuk melakukan insersi LMA membutuhkan kedalaman anestesi yang
lebih besar. Kedalaman anestesi merupakan suatu hal yang penting untuk
keberhasilan selama pergerakan insersi LMA dimana jika kurang dalam
sering membuat posisi mask yang tidak sempurna ( 5 )
Sebelum insersi, kondisi pasien harus sudah tidak ber respon
dengan mandibula yang relaksasi dan tidak ber-respon terhadap tindakan jaw
thrust. Tetapi, insersi LMA tidak membutuhkan pelumpuh otot.
Hal lain yang dapat mengurangi tahanan yaitu pemakaian pelumpuh
otot. Meskipun pemakaian pelumpuh otot bukan standar praktek di klinik, dan
pemakaian pelumpuh otot akan mengurangi trauma oleh karena reflex
proteksi yang di tumpulkan, atau mungkin malah akan meningkatkan
trauma yang berhubungan dengan jalan nafas yang relax/menyempit jika
manuver jaw thrust tidak dilakukan ( 9 )
Propofol merupakan agen induksi yang paling tepat karena propofol
dapat menekan refleks jalan nafas dan mampu melakukan insersi LMA tanpa
batuk atau terjadinya gerakan.
Introduksi LMA ke supraglotis dan inflasi the cuff akan menstimulasi
dinding pharing akan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan nadi.
Perubahan kardiovaskuler setelah insersi LMA dapat ditumpulkan dengan
menggunakan dosis besar propofol yang berpengaruh pada tonus simpatis
14
jantung ( 9 )
Jika propofol tidak tersedia, insersi dapat dilakukan setelah pemberian
induksi thiopental yang ditambahkan agen volatil untuk mendalamkan
anestesi atau dengan penambahan anestesi lokal bersifat topikal ke oropharing.
Untuk memperbaiki insersi mask, sebelum induksi dapat diberikan opioid
beronset cepat ( seperti fentanyl atau alfentanyl ). Jika diperlukan, LMA
dapat di insersi dibawah anestesi topikal.
Insersi dilakukan dengan posisi seperti akan dilakukan laryngoscopy
( Sniffing Position ) dan akan lebih mudah jika dilakukan jaw thrust oleh
asisten selama dilakukan insersi. Cuff LMA harus secara penuh di deflasi dan
permukaan posterior diberikan lubrikasi dengan lubrikasi berbasis air sebelum
dilakukan insersi.
Meskipun metode standar meliputi deflasi total cuff, beberapa klinisi
lebih menyukai insersi LMA dengan cuff setengah mengembang.
Tehnik ini akan menurunkan resiko terjadinya nyeri tenggorokan dan
perdarahan mukosa pharing ( 9 )
Dokter anestesi berdiri dibelakang pasien yang berbaring supine dengan
satu tangan men-stabilisasi kepala dan leher pasien, sementara tangan yang lain
memegang LMA. Tindakan ini terbaik dilakukan dengan cara menaruh tangan
dibawah occiput pasien dan dilakukan ekstensi ringan pada tulang belakang
leher bagian atas. LMA dipegang seperti memegang pensil pada perbatasan
mask dan tube. Rute insersi LMA harus menyerupai rute masuknya makanan.
Selama insersi, LMA dimajukan ke arah posterior sepanjang palatum durum
kemudian dilanjutkan mengikuti aspek posterior-superior dari jalan nafas. Saat
LMA ”berhenti” selama insersi, ujungnya telah mencapai cricopharyngeus
( sfingter esofagus bagian atas ) dan harusnya sudah berada pada posisi yang
tepat. Insersi harus dilakukan dengan satu gerakan yang lembut untuk
meyakinkan ”titik akhir” ter-identifikasi ( 5 )
Gambar 4. Insersi LMA ( 1 )
15
Cuff harus di inflasi sebelum dilakukan koneksi dengan sirkuit pernafasan.
Lima tes sederhana dapat dilakukan untuk meyakinkan ketepatan posisi LMA ( 5 ):
1. ”End point” yang jelas dirasakan selama insersi.
2. Posisi LMA menjadi naik keluar sedikit dari mulut saat cuff di inflasi.
3. Leher bagian depan tampak mengelembung sedikit selama cuff di
inflasi.
4. Garis hitam di belakang LMA tetap digaris tengah.
5. Cuff LMA tidak tampak dimulut.
Jumlah udara yang direkomendasikan untuk inflasi cuff tergantung dari
pembuat LMA yang bervariasi sesuai dengan ukuran LMA. Penting untuk
dicatat bahwa volume yang direkomendasikan adalah volume yang
maksimum.Biasanya tidak lebih dari setengah volume ini yang dibutuhkan.
Volume ini dibutuhkan untuk mencapai sekat bertekanan rendah dengan jalan
nafas. Tekanan didalam cuff tidak boleh melebihi 60 cmH2O. Inflasi yang
16
berlebihan akan meningkatkan resiko komplikasi pharyngolaryngeal,
termasuk cedera syaraf ( glossopharyngeal, hypoglossal, lingual
dan laryngeal recuren ) dan biasanya menyebabkan obstruksi jalan nafas ( 5 )
Setelah LMA di insersikan, pergerakan kepala dan leher akan
membuat perbedaan kecil terhadap posisi LMA dan dapat menyebabkan
perubahan pada tekanan intra cuff dan sekat jalan nafas. N2O jika digunakan
akan berdifusi kedalam cuff LMA sampai tekanan partial intracuff sama
dengan tekanan campuran gas anestesi. Hal ini akan menyebabkan
peningkatan tekanan didalam cuff pada 30 menit pertama sejak pemberian
N2O. Tekanan cuff yang berlebihan dapat dihindari dengan mem-palpasi
secara intermiten pada pilot ballon ( 5 )
Setelah insersi, patensi jalan nafas harus di test dengan cara mem-
bagging dengan lembut. Yang perlu diingat, cuff LMA menghasilkan
sekat bertekanan rendah sekitar laryng dan tekanan jalan nafas diatas sekat
ini akan menyebabkan kebocoran gas anestesi dari jalan nafas. Dengan
lembut, ventilasi tangan akan menyebabkan naiknya dinding dada tanpa
adanya suara ribut pada jalan nafas atau kebocoran udara yang dapat
terdengar. Saturasi oksigen harus stabil. Jika kantung reservoir tidak terisi
ulang kembali seperti normalnya, ini mengindikasikan adanya kebocoran
yang besar atau obstruksi jalan nafas yang partial, jika kedua hal tadi
terjadi maka LMA harus dipindahkan dan di insersi ulang.
Pemakaian LMA sendiri dapat juga menimbulkan obstruksi ( 10 ). Untuk
itu diperlukan suatu algoritme untuk memfasilitasi diagnosis dan
penatalaksanaan obstruksi jalan nafas dengan LMA :
LMA harus diamankan dengan pita perekat untuk mencegah
terjadinya migrasi keluar. Saat dihubungkan dengan sirkuit anestesi, yakinkan
berat sirkuit tadi tidak menarik LMA yang dapat menyebabkan pergeseran.
Sebelum LMA difiksasi dengan plaster, sangat penting mengecek
17
dengan capnograf, auskultasi, dan melihat gerakan udara bahwa cuf telah
pada posisi yang tepat dan tidak menimbulkan obstruksi dari kesalahan tempat
menurun pada epiglotis. Karena keterbatasan kemampuan LMA untuk menutupi
laring dan penggunaan elektif alat ini di kontraindikasikan dengan beberapa
kondisi dengan peningkatan resiko aspirasi. Pada pasien tanpa faktor
predisposisi, resiko regurgitasi faring rendah.
Maintenance ( Pemeliharaan )
Saat ventilasi kendali digunakan, puncak tekanan jalan nafas pada
orang dewasa sedang dan juga pada anak-anak biasanya tidak lebih dari 10 -
14 cmH2O. Tekanan diatas 20 cmH2O harus dihindari karena tidak
hanya menyebabkan kebocoran gas dari LMA tetapi juga melebihi
tekanan sfingter esofagus. Pada tekanan jalan nafas yang rendah, tekanan gas
keluar lewat mulut, tetapi pada tekanan yang lebih tinggi, gas akan masuk ke
esofagus dan lambung yang akan meningkatkan resiko regurgitasi dan aspirasi ( 5 )
Untuk anak kecil dan bayi, nafas spontan lewat LMA untuk periode yang
lama kemungkinan tidak dianjurkan. LMA meningkatkan resistensi jalan nafas
dan akses ke jalan nafas untuk membersihkan sekret, tidak sebaik lewat
tube trakea. Untungnya ventilasi kendali pada grup ini sering lebih mudah
sebagaimana anak-anak secara umum mempunyai paru-paru dengan
compliance yang tinggi dan sekat jalan nafas dengan LMA secara umum
sedikit lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa.
Selama fase maintenance anestesi, LMA biasanya menyediakan jalan nafas
yang bebas dan penyesuaian posisi jarang diperlukan. Biasanya pergeseran
dapat terjadi jika anestesi kurang dalam atau pasien bergerak.Kantung
reservoir sirkuit anestesi harus tampak dan di monitoring dengan alarm yang
tepat harus digunakan selama tindakan anestesi untuk meyakinkan
kejadian-kejadian ini terdeteksi. Jika posisi pasien butuh untuk di ubah,
akan bijaksana untuk melepas jalan nafas selama
18
pergerakan. Saat pengembalian posisi telah dilakukan, sambungkan kembali ke sirkuit anestesi dan periksa ulang jalan nafas ( 5 )
Tehnik Extubasi
Pada akhir pembedahan, LMA tetap pada posisinya sampai pasien bangun
dan mampu untuk membuka mulut sesuai perintah, dimana reflex proteksi jalan
nafas telah normal pulih kembali. Melakukan penghisapan pada pahryng secara
umum tidak diperlukan dan malah dapat men-stimuli dan meningkatkan
komplikasi jalan nafas seperti laryngospasme. Saat pasien dapat membuka
mulut mereka, LMA dapat ditarik. Kebanyakan sekresi akan terjadi pada
saat-saat ini dan adanya sekresi tambahan atau darah dapat dihisap saat LMA
ditarik jika pasien tidak dapat menelan sekret tersebut. Beberapa kajian
menyebutkan tingkat komplikasi akan lebih tinggi
jika LMA ditarik saat sadar, dan beberapa saat ditarik ”dalam”. Jika LMA
ditarik dalam kondisi masih ”dalam”, perhatikan mengenai obstruksi jalan
nafas dan hypoksia. Jika ditarik dalam keadaan sadar, bersiap untuk batuk
dan terjadinya laryngospasme ( 5 )
19
BAB III
Pembahasan
Penelitian tekanan cuff dari 110 wanita dan 91 pria dengan umur antara (18-
93 tahun) dan indeks massa tubuh 24,6 (14-48) kg/m2 dan tekanan cuff yang
ditentukan adalah 58 (2-360 menit) setelah induksi ansetesia. Pada 119 pasien
dengan intubasi trakea selama operasi, tekanan cuff 30 (8-100) cm H2O dan pada
54 pasien melebihi 30 cm H2O dan dengan tekanan cuff lebih dari 40 cm H2O pada
33 pasien dengan hasil tidak terdapat perbedaan signifikan diantara ketiga
pembanding tersebut.
Pada 82 pasien dengan masker laring, tekanan cuff adalah 95 cm H2O, 56
pasien dengan tekanan cuff 60 cm H2O dan 34 pasien tekanan cuff melebihi batas.
Pada kelompok dengan masker laring ini tidak terdapat perbedaan signifikan antara
kelompok yang dibandingkan. Tidak ada perbedaan signifikan antara tekanan cuff
pada intubasi trakea dan umur (r=0,0028), indeks massa tubuh (r=0,245), jenis
operasi (r=-0,001) atau dengan waktu mulai dari penggunaan tekanan cuff pada
induksi anestesi (r=-0,168). Begitu pula dengan hasil pada masker laring yang
menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antara tekanan cuff masker laring
dengan umur (r = 0.129), dengan indeks massa tubuh (r = -0.015), jenis operasi (r=-
0.177), atau dengan waktu mulai dari penggunaan tekanan cuff pada induksi
anestesi (r=-0,168) tube cuff pressure and age (r = -0,074).
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Thomas J Gal. Airway Management in Miller’s Anesthesia, Chapter 42, Elsivier : 2005 : page 1617.
2. Verghese C, Brimacombe JR. Survey of Laryngeal mask airway usage in 11910 patients : safety and efficacy for conventional and nonconventional usage. Anesth Analg 1996 ; 82 : 129 - 133
3. Edward Morgan et al. Clinical Anesthesiology. Fourth Edition. McGraw-Hill Companies. 2006 : 98.
4. Peter F Dunn. Clinical Anesthesia Procedures of the Massachusetts General Hospital. Lippincot Williams & Wilkins. 2007 : 213 -217
5. Tim Cook, Ben Walton. The Laryngeal Mask Airway. In Update in Anaesthesia : 32 – 42
6. Russel.C,Matta.B.Tracheostomy tubes.Tracheostomy,a multiprofessional
handbook Cambridge university press.New York. 2004, 85-114
7. Myers E,Johnson J,Murry T.Tracheotomy:Airway management, communication
and swallowing. San Diego: Singular,1998,154-159
8. Hess.D.Tracheostomy tubes and related appliances.Respiratory Care
2005;50(4):497-510
9. Wilson DJ.Airway appliances and management.In:Kacmarek RM,Stoller
JK.Current respiratory care.Philadelpia:PC Decker;1999,98-99
10. Godwin JE,Heffner JE.Special critical care considerations in tracheostomy
management.Clin Chest Med 1991;12(3):573-583
21