apllkasl analytical hierarchy process dalam
TRANSCRIPT
APLlKASl ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM
PENENTUAN PRIORITAS PRODUK UNGGULAN AGROlNDUSTRl
Oleh : Yani Iriani, MT.
ABSTRAK
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan tools pendukung
keputusan yang banvak digunakan pada berbagai organisasi, baik dunia
bisnis maupun pemerintahan di seluruh dunia. AHP yang diperkenalkan
oleh Dr. Thomas L. Saaty adalah teori yang bersifat umum. Hal ini
dibuktikan dengan penggunaannya di berbagai bidang. Makalah ini akan
menjelaskan aplikasinva pada proyek agroindustri komoditi hortikultura
buah-buahan. Proyek agroindustri ini mempunyai keunikan yang
disebabkan karakteristik bahan baku yang bersifat musiman, mudah
rusak, variabilitas dalam kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu pada
proyek agroindustri, bahan baku masih merupakan biaya yang terbesar,
sehingga pengadaannya sangat mempengaruhi ekonomi perusahaan
terutama pada saat keadaan pasokan bahan baku tidak menentu yang
mengakibatkan harga berfluktuasi.
Formulasi permasalahan dalam makalah ini menggunakan AHP dengan
berbagai kriteria yang dikembangkan. Adapun kriteria yang digunakan
terhadap produk unggulan tersebut meliputi ketersediaan bahan baku,
prospek pemasaran yang akan datang pada masing-masing produk,
kondisi produk saat ini, teknologi pengolahan produk, dampak lingkungan
yang mungkin terjadi dan penerimaan masyarakat. Analisis prioritas
produk akhir agroindustri buah-buahan memberikan informasi bahwa
produk rambutan dan mangga mempunyai prioritas utama.
1. PENDAHULUAN
Era otonomi daerah rnerupakan era kemandirian untuk rnengelola dan
memanfaatkan sumber daya yang dirniliki daerah sehingga rnarnpu
rneningkatkan pembangunan tanpa harus tergantung pada pernerintah
pusat.
Dengan rnengembangkan potensi yang sesuai dengan daerah rnasing-
rnasing rnaka pemerintah daerah akan rnarnpu rnernberikan nilai tarnbah
terhadap potensi daerahnya,rnernberdayakan kernarnpuan
loka1,rnenciptakan struktur ekonorni yang tangguh, efisien dan fleksibel,
rneningkatkan penerirnaan devisa negara,rneningkatkan pendapatan dan
taraf hidup petani, rnenciptakan lapangan kerja serta mendorong
peningkatan pernbangunan pedesaan.
Salah satu hasil pertanian yang pernanfaatan dan pengolahannya belum
optimal adalah proyek agroindustri. Peningkatan pembangunan
agroindustri diharapkan rnampu rnenjamin pemanfaatan hasil pertanian
secara optimal dengan rnemberikan nilai tarnbah yang tinggi rnelalui
pernanfaatan, pengernbangan dan penguasaan teknologi pengolahan
dan rnelalui keterkaitan yang saling rnenguntungkan antara petani
produsen dengan industri kornoditi hortikultura buah - buahan telah
ditetapkan sebagai salah satu komoditi andalan yang akan
dikernbangkan ke arah agroindustri, karena dipandang sebagai surnber
perturnbuhan baru yang rnempunyai keterkaitan produksi ke hulu
rnaupun ke hilir. Untuk rnengernbangkan agroindustri hortikultura buah-
buahan yang kornpetitif perlu direncanakan lokasi dan produk-produk
unggulan yang marnpu bersaing di pasar dornestik dan internasional.
Produk unggulan mencakup pengertian rnemenuhi keinginan konsurnen,
nilai tambah yang tinggi, dan memenuhi kelayakan tekno-ekonomi serta
mampu meningkatkan produktivitas pertanian.
Penetapan produk unggulan akan membawa konsekuensi pada penentu
kebijakan dari instansi yang terkait (DEPTAN, DEPERIND, DEPERDAG,
BKPM, BAPENAS) dan pelaku ekonomi yang terlibat dalam pengem-
bangan agroindustri hortikultura (Pengusaha, Koperasi dan BUMN).
Untuk pemecahan masalah yang kompleks ini, oleh karena itu diperlukan
suatu metodologi pengambilan keputusan yang menggunakan instrumen
metodologik yang mampu mengakomodasikan masalah yang
multikompleks dengan begitu banyak pihak terkait yang masing-masing
mempunyai persepsi dan kepentingan yang berbeda.mengenai
pengembangan produk unggulan agroindustri buah-buahan.
Sistem pengambilan keputusan (SPK) digunakan untuk menyediakan
informasi-informasi atau keputusan-keputusan yang diperlukan pengguna
untuk :
1. Memberikan alternatif daerah pemasaran ekspor yang berpotensi.
2. Memberikan alternatif produk-produk agroindustri yang mempunyai
prospek untuk dikembangkan.
3. Mengetahui potensi persediaan bahan baku buah segar
4. Mengetahui kelayakan usaha tani kebun
5. Mengetahui kelayakan finansial dari agroindustri yang mempunyai
prospek.
Pendekatan sistem yang diterapkan dalam sistem pengambilan
keputusan ini dilakukan dengan mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan
pengguna yang berkepentingan dengan pengembangan agroindustri
(DEPERIND, BKPM, PEMDA, DEPERDAG, DEPTAN, Koperasi Petani ),
Perbankan, Investor dan Pengusaha yang selanjutnya diformulasikan
dengan model-model keputusan integratif yang menyangkut aspek
pernasaran, produksi dan bahan baku.
Formulasi Masalah
Rancang Bangun sistern pengarnbilan keputusan produk unggulan
dimaksudkan sebagai salah satu jalan keluar untuk rnengatasi kendala-
kendala teknis dan manajernen dalarn upaya rnemanfaatkan
potensikornoditi hortikultura buah-buahan secara optimal. Permasalahan
dalam merancang bangun SPK ini adalah sebagai berikut:
1. Memodelkan pola dan kecenderungan permintaan pasar dalam dan
luar negeri terhadap produk agroindustri buah-buahan.
2. Memodelkan prioritas pengembangan produk agroindustri buah-
buahan.
3. Mernodelkan potensi persiapan bahan baku buah segar pada suatu
kawasan atau sentrasentra produksi.
4. Mernodelkan kelayakan usaha tani dan agroindustri yang telah
diprioritaskan
Tujuan Penelitian
Tujuan dari pernbuatan karya ilmiah ini adalah :
1. Menentukan prioritas lokasi dan produk unggulan unggulan
agroindustri buah-buahan.
2. Merancang bangun model SPK untuk pengembangan produk
unggulan agroindustri khususnya kornoditi buah-buahan.
2. Tinjauan Pustaka
Menurut Turban (1993) Sistem Penunjang Keputusan (SPK) adalah
suatu sistem Komputerisasi informasi yang menggunakan aturan-aturan
keputusan, basis model serta basis data yang diakoriadasikan dengan
pandangan atau kebutuhan pengguna.
Menurut Sparague et a/. (1989) konsep SPK pertama kali diperkenalkan
oleh Michael Scoot Moifon pada awal tahun 1970 an. Sistem ini dicirikan
dengan adanya aplikasi sistern interaktif berbasis komputer yang dapat
membantu pengambil keputusan dalam memanfaatkan data dan model
untuk memecahkan rnasalah-masalah yang tidak berstruktur.
Struktur dasar SPK adalah merupakan gambaran hubungan abstrak
antara tiga komponen utama penunjang keputusan, rneliputi (1)
pengambil keputusan atau pihak pengguna, (2) model, dan (3) data.
Ketiga komponen tersebut dihubungkan dalam suatu sistem transformasi
yang terdiri dari subsistem :
1. Sistem Manajemen Basis Data, mengatur aliran data dari berbagai
sumber yang dapat diubah clan dikendalikan serta dikreasikan.
2. Sistem Manajemen Basis Model, berfungsi memberikan fasilitas
pengelolaan komputasi pengembilan keputusan.
3. Sistem Manajemen Dialog, merupakan subsistem yang
berkomunikasi dengan pengguna Fungsinya adalah menerima
masukan dan memberikan keluaran yang dikehendaki pengguna.
4. Sistem Pengolahan Terpusat berfungsi mengkoordinasikan dan
mengendalikan operasi sistem penunjang keputusan. Sistem ini
menerirna masukan dari ketiga sub sistem lainnya dalam bentuk
baku dan menghasilkan keluaran yang dikehendaki dalam bentuk
yang baku pula.
2.1 Metode AHP (Proses Hirarki Analitik)
Salah satu teknik yang dapat digunakan dalarn pengambilan keputusan
adalah proses hierarkhi analitik (Analitic Hierarchy Process) atau AHP.
Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty ini ditujukan
untuk memodelkan problema-problema tidak terstruktur dalam bidang
ekonomi, sosial maupun sains manajernen. Di samping itu pula, baik
digunakan dalam memodelkan problema-problema dan pendapat-
pendapat sedemikian rupa, dirnana permasalahan yang ada telah
dinyatakan secara jelas, dievaluasi diperbincangkan dan diprioritaskan
untuk dikaji.
Hierarkhi adalah struktur suatu sistem, dimana fungsi hierarkhi antar
kornponen dan darnpaknya pada sistem secara keseluruhan dapat
dipelajari. Abstraksi ini mempunyai bentuk yang saling berkaitan,
semuanya tersusun ke bawah dari suatu puncak (tujuan akhir), turun ke
suatu sub tujuan (sub objektif), kemudian faktor-faktor pendorong yang
mempengaruhi sub tujuan tersebut, kemudian pelaku yang memberikan
dorongan, turun ke tujuan-tujuan pelaku aktor dan kemudian kebijakan-
kebijakannya, lebih lanjut turun ke strategi-strateginya yang akhirnya
hasil dari strategi ini. Kemudian timbul pertanyaan yang berkaitan dengan
hierarkhi ini, antara lain bagaimana dan berapa besar suatu faktor
individu dari tingkat yang lebih rendah pada hierarkhi itu mempengaruhi
faktor puncak, yaitu tujuan utama (ultimate objective).
2.2 Agroindustri Hortikultura Buah- buahan
Definisi untuk istilah agroindustri, masih terdapat perbedaan persepsi
terutama bila dibincangkadengan agribisnis yang menurut L.Aziz (1993)
diartikan sebagai suatu sistem rneliputi kegiatan prapanen, panen. pasca
panen danpemasaran.
Di Indonesia istilah agroindustri mulai populer pada tahun 1992 dan
sering dianggap sebagai salah satu sub sistem dari agribisnis secara
keseluruhan. Menurut Austin (1992) pada dasarnya agroindustri adalah
operasi-opersai pengolahan yang memproses bahan baku yang berasal
dari tumbuhan atau hewan. Proses pengolahan meliputi transformasi
cdan pengawetan secara fisik atau kimia, penyimpanan, pengemasan,
dan distribusi. Sifat proses clan tingkat transformasi dapat bervariasi
mulai dari pencucian, sortasi,pemotongan atau penggilingan,
pencampuran, pemasakan, hingga proses yang menyebabkan
perubahan kimia atau terstruktur.
Proyek agroindustri mempunyai keunikan yang disebabkan karakteristik
bahan baku yang bersifat musiman, mudah rusak, variabilitas: dalam
kualitas dan kuantitas. Oleh karena itu pada proyek agroindustri, bahan
baku masih merupakan biaya yang terbesar, terutama pada saat
keadaan pasokan bahan baku tidak menentu.
Sebagai suatu sistem, agrodustri harus dipandang sebagai suatu sistem
yang mempunyai keterkaitan produksi, makro-mikro, institusional dan
internasional (Austin. 1992).
a. Keterkaitan produksi
Terdiri dari tahapan operasional yang diawali aliran bahan mulai dari
pemasok buah segar, kemudian diolah di pabrik, selanjutnya disalurkan
oleh distributor kepada pedagang besar dan eceran.
b. Keterkaitan Makro-mikro
Kebijakkan makro yang digulirkan oleh Pemerintah melalui berbagai
instrumen seperti pajak, kredit,subsidi, deregulasi, dan preteksi akan
berdampak terhadap kegiatan pada tingkat mikro atau operasional
agroindustri dalam pernilihan teknologi, penetapan jurnlah produksi,
harga, dan kualitas. Kebijakkan makro harus didukung dengan peraturan
dan pelaksanaannya yang konsisten.
c. Keterkaitan lnstitusi
Meliputi keterkaitan antara organisasi agroindustri dengan instansi
pernerintah (PEMDA, DEPTAN, DEPPERIN, DEPDAG, BKPM), institusi
ekonomi (pe-masok, pembeli, penyalur) yang bentuk lernbaganya bisa
berupa. Koperasi Petani, Asosiasi Produsen, BUMN, Perusahaan
Multinasional, Pedagang Perantara, dan Lembaga Keuangan.
Keterkaitan tersebut sangat penting dalam pelaksanaan strategi
pengembangan dan pernbinaan agroindustri buahbuahan.
d. Keterkaitan lnternasional
Di tingkat internasioanal agroindustri akan dipengaruhi oleh perjanjian
internasional seperti WTO. kartel internasional regional clan peqanjian
bilateral yang sedikit banyak akan berpengaruh terhadap pola
perdagangan internasional dan pasar domestik.
2.3. Pernodelan Sistern
Model dapat dipandang sebagai abstraksi dari suatu sistem yang
rnerupakan suatu prosedur yang diekspresikan dengan sirnbol atau
fungsi tertentu. Abstraksi sistem dapat diwakili berbagai model, tetapi
pada penelitian ini akan digunakan model rnatematik dalarn bentuk
program kornputer. Simulasi model rnerupakan suatu usaha untuk
mendapatkan ukuran kinerja suatu sistem dengan rnelakukan sampling
experiment pada model sistem selama periode waktu tertentu (Lee at al.,
1985 ).
2.3 Sistem Penunjang Keputusan
Suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK) dibangun melalui tahapan
perancangan dan tahap konstruksi (Turban, 1993).
Perancangan awal sistem penunjang keputusan meliputi kegiatan:
1. Forrnulasi masalah dan penetapan tujuan sistem penunjang
keputusan
2. Menyelidiki kebutuhan pengguna dan sumber-sumber yang tersedia
(data, perangkat
lunak dan keras).
3. Mencari solusi bagaimana cara memenuhi kebutuhan pengguna.
4. Menganalisis pendekatan terbaik (optimal) antara kebutuhan sumber,
dan model normatif yang tersedia dengan kebutuhan pengguna.
Rancang bangun model sistem penunjang keputusan meliputi kegiatan
sebagai berikut:
1. Perancangan manajemen dialog, basis model dan basis data.
2. Konstruksi paket model atau penggabungan dari manajemen dialog,
basis model dan basis data.
3. Uji coba teknis dari konstruksi paket model, untuk mengetahui apakah
konstruksi tersebut telah memenuhi spesifikasi teknis atau masih
memerlukan perbaikan dan penyempurnaan.
4. lmplementasi perangkat lunak yang siap dievaluasi dan di-
demostrasikan kepada pengguna.
Diagram alir dari fase rancang bangun model sistem penunjang
keputusan dapat dilihat pada gambar 1.
PERENCANAAN : . - kobutuhan pong- Ounaan - formulael masnlah tujuan SPK
PERANCANGAN : manajemen dlalog - baslo model - basis data
KONSTRUKSI :
)
1 , 4 - y;;t program I
RISET : - pemenuhan ke. buluhan - rumber-number yeng tersedla
I - ujl coba teknis
tldak
lerlma
L
IMPLEMENTASI : - ull vaiidasl mods1 - demondrasl - evaluasi I
)
Gambar 1. Fase rancang bangun Slstern Penunjang Keputuaan (turban 1993)
ANALIBIS : J - pendekatan terbaik kebuluhen number - rnodsi normatif
3. Pembahasan
3.1. Model Penentuan Lokasi Agroindustri
Penentuan lokasi industri dalam pengembangan agroindustri komoditi
hortikultura buah-buahan merupakan sebuah model yang dikembangkan
untuk menentukan prioritas lokasi industri komoditi hortikultura buah-
buahan. Model ini menggunakan perangkat lunak pendukung Team
Expert Choice 95, yaitu sebuah aplikasi yang digunakan untuk
penerapan teori penunjang keputusan proses hierarki analitik.
Tahap pertama penggunaan model ini adalah penentuan desain hierarki
yaitu dengan menentukan tujuan, kriteria dan alternatif. Hierarki terdiri
dari hierarki manfaat, hirarkhi kesempatan serta hirarkhi biaya dan resiko.
Tahap kedua yaitu memasukkan penilaian pendapat untuk menentukan
bobot kriteria dan bobot alternatif bagi masing-masing hierarki. Tahapan
akhir pada model ini adalah sintesis keseluruhan model dengan
menghitung rasio untuk keseluruhan hierarki.
Daerah pengembangan adalah daerah yang telah dipilih berdasarkan
beberapa kriteria. Kriteria yang digunakan adalah kedekata'n dengan
bahan baku, kedekatan dengan daerah pemasaran, sarana dan
prasarana, ketersediaan tenaga kerja, iklim usaha (meliputi keamanan
dan penerimaan masyarakat) dan rencana ke depan perusahaan.
Penilaian pendapat menggunakan skala dalam proses hierarki analitik
yaitu menggunakan skala dari 1 sampai dengan 9.
Tabel 1 : Hasil perhitungan analisa prioritas lokasi pengembangan
agroindustri untuk komoditi buah-buahan
Analisis selanjutnya adalah analisis yang menunjukkan pengambil
keputusan akan menghilangkan faktor resiko, ha1 ini pengambil
keputusan dalam kondisi optimistis. Hasil perhitungan pada kondisi
optimistis menunjukkan bahwa Kecamatan A yang pada kondisi normal
mempunyai urutan kedua menjadi urutan pertama dengan nilai 0,513722,
sedangkan daerah B dengan nilai 0,250184 berada pada urutan kedua.
Fenomena ini menunjukkan faktor resiko yang dihadapi di Kecarnatan A
lebih besar daripada di daerah B . Hasil perhitungan pesimistis
menunjukkan wilayah kecarnatan B tetap pada urutan pertama dalarn
pengembangan agroindustri komoditi hortikultura buah-buahan dengan,
nilai 0,487848, sedangkan daerah A mempunyai nilai 0,202878. Dengan
demikian pengambil keputusan akan mempertimbangkan apakah
memperhatikan faktor resiko dalam pengambilan keputusan atau dalam
keadaan normal, dengan demikian nilai ini akan membantu manajemen
memperkirakan keberhasilan pengembangan agroindustri horikultura
buah-buahan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
Alter
natif
A
B
C
D
E
Nilai prioritas
Benefit
0.264
0.222
0.200
0.190
0.124
Opportunity
0.294
0.224
0.166
0.165
0.145
B*C/O*R
0.274
0.504
0.107
0.038
0.077
Cost
0.109
0.144
0.253
0.317
0.177
Risk
0.374
0.099
0.174
0.374
0.188
3.2. Model Penentuan Produk Unggulan Agroindustri
Model penentuan produk akhir agroindustri komoditi hortikultura buah-
buahan rnerupakan sebuah model yang digunakan untuk rnenentukan
urutan prioritas produk unggulan buah-buahan yang potensial untuk
dikembangkan menjadi sebuah produk berbasis industri. Model ini
'rnenggunakan metode pemilihan proses hierarki analitik.
Berdasarkan kriteria yang diberikan setiap produk akan dilakukan
perbandingan berpasangan, dengan demikian pemilihan proses
pernilihan akan lebih rnendekati objektif. Masukan model berupa
penilaian pendapat menggunakan perbandingan berpasangan dengan
dua tahap penilaian yaitu pernbobotan pada kriteria dan pembobotan
pada alternatiflproduk akhir sesuai dengan kriteria masing-masing.
Pembobotan kriteria digunakan untuk rnengetahui kriteria yang paling
berpengaruh dalam pernilihan produk akhir. Kriteria yang digunakan
adalah ketersediaan bahan baku, prospek pernasaran yang akan datang
pada masing-masing produk, kondisi produk saat ini, teknologi
pengolahan produk, dampak lingkungan yang rnungkin terjadi dan
penerimaan masyarakat.
Penilaian pendapat dilakukan dalam ernpat jenis yaitu dilihat berdasarkan
manfaat, kesempatan mengembangkan produk, biaya yang akan
dikeluarkan, dan resiko dalam pengembangan produk akhir buah-buahan
ini. Hasil keluaran akhir merupakan kombinasi dari rasio penilaian
masing-masing hierarki terhadap produk unggulan.
Penilaian terhadap produk unggulan buah-buahan berdasarkan kriteria
seperti telah disebutkan di atas yaitu ketersediaan bahan baku, prospek
pemasaran yang akan datang pada masing-masing produk, kondisi
produk saat ini, teknologi pengolahan produk, darnpak lingkungan yang
mungkin terjadi dan penerimaan rnasyarakat.
Tabel 2 : Hasil perhitungan analisa prioritas produk unggulan agroindustri
untuk kornoditi buah-buahan
4. Kesimpulan
Rangkaian kesatuan perencanaan industri rneliputi kesatuan tahapan
yang diterjemahkan dalam model-model pendukung keputusan industri
komoditi hortikulutura buah-buahan. Rangkaian ini meliputi penentuan
prioritas lokasi industri, penentuan prioritas produk unggulan buah-
buahan, penentuan perkiraan harga, penentuan perkiraan produksi,
penentuan kelayakan finansial, dan penentuan prioritas alternatif
pengembangan agroindustri buah-buahan. Di dalam tulisan yang dibahas
meliputi penentuan prioritas lokasi industri, penentuan prioritas produk
unggulan buah-buahan.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Metode ini dapat dikembangkan dengan mengambil studi kasus wilayah
Provinsi Jawa Barat. Di daerah ini komoditas buah-buahan mempunyai
Alternatif
Mangga
Rambutan
Pepaya
Jeruk
Nenas
Pisang
Nilai prioritas
Benefit
0.403
0.238
0.141
0.076
0.075
0.068
Opportunity
0.31 8
0.125
0.146
0.127
0.208
0.076
Cost
0.079
0.144
0.162
0.170
0.203
0.223
Risk
0.190
0.122
0.142
0.251
0.133
0.163
B*C/O*R
0.461
0.258
0.137
0.034
0.088
0.0217
prospek dengan keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif
khususnya di bidang pertanian. Analisis prioritas lokasi industri
menunjukkan wilayahlalternatif B memberikan tingkat prioritas wilayah
yang paling potensial untuk pendirian agroindustri buah-buahan .
Analisis prioritas produk akhir agroindustri buah-buahan memberikan
informasi bahwa prod& rambutan dan mangga mempunyai prioritas
utama. Hal ini dapat diupayakan lebih lanjut dalam peningkatan
diversifikasi produk akhir buah-buahan. Pengembangan produk juga
diimbangi dengan kajian kelayakan produk agroindustri buah-buahan,
yang meliputi kajian analisis kelayakan finansial mangga, rambutan,
jeruk pepaya, nenas dan pisang .
5. Saran
Dalam pemodelan sistem ini dan implementasinya memerlukan
pengkajian lebih lanjut, utamanya adalah kesatuan basis data dan basis
model. Penentuan berbagai prioritas baik pengembangan industri,
penentuan prioritas produk akhir dan penentuan prioritas lokasi
agroindustri menggunakan berbagai kriteria yang bersifat makro dan
memanfaatkan pendapat intuitif pakar, maka perlu dikaji lebih lanjut dan
mendalam mengenai kriteria yang lebih detail dan spesifik walaupun
dengan waktu analisis yang lebih detail. Penentuan pendapat dengan
metode Proses Hirarki Analitik yang mempunyai karakter umpan balik
dapat diperinci lebih lanjut dengan melakukan analisis dan wawancara
serta kemampuan mengontrol konsistensi dan dialog dengan pakar yang
lebih intensif. Tingkat keintensifan ini yang akan memberikan nilai
berbagai bentuk saling ketergantungan antar elemen dan ketergantungan
antar komponen menjadi lebih menggambarkan kondisi yang sebenarnya
pada dunia nyata.
Metode ini perlu dilengkapi dengan model analisis sensitivitas dan model
perencanaan kapasitas industri. Model analisis sensitivitas industri. Model
analisis sentivitas dapat digunakan untuk penyusunan peringkat kelayakan
yang didasarkan atas tingkat resiko usaha.
DAFTAR PUSTAKA
1. Austin, J.E. (1991), Agroindustrial Project Analysis. Ctirical Design
Factors. ED1 Series in Economic Development. The Johns Hopkins
Univers Press. Baltimore and Londor
2. Aziz M.A. (1993), Perdagangan hasil Pertanian. Pangan 17 L= V. Juli
1993. Majalah Pangan Bulog, Jakarta.
3. Gaspersz, B. (1 992), Analisis Sistem Terapan Berdasarkan Pen-
dekatan Teknik Industri. Edis ke 1. Tarsito, Bandung.
4. Lee, S.M. Laurence J.M. dan Bernard W.T. (1985), Management
Science. Second Edition Wm. C. Brown Publisher. Dubuque, Iowa.
5. Marimin, (2004), "Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan
Kriteria Majemuk, Grassindo, Jakarta.
6. Saaty, T. L, (1996), "Decision Making with Dependence and
Feedback: The Analitic Network Process", RWS Publication,
Pittsburgh.
7. Soekartawi, (2000), "Penganfar Agroindustn", Rajawali Press,
Jakarta:
8. Suryadi, K dan M. A. Ramdhani. (1998), "Sistem Penunjang
Keputusan", PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
9. Turban Efraim (1993). Decision Suportt and Expert System. Mac-
millan Publishing Com-pany. New York.