aquasains pengaruh perbedaan media dan periode … · pelepah pisang, 24 jam 27-28 24-25 pelepah...

8
AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) PENGARUH PERBEDAAN MEDIA DAN PERIODE TRANSPORTASI TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii Mahrus Ali 1 · Berta Putri 1 · Soma Romadoni 2 Ringkasan Brown seaweed (K. alvarezii) is one of the important aquaculture com- modities in Indonesia. Tissue culture sea- weed seed has higher quality than the natu- ral ones, but tissue culture seaweed seed sti- ll imported from a specific area. Media and transportation period effect the seed fresh- ness. The study was conducted to deter- mine the effective of transportation medi- um and the optimal of transportation per- iod. The study was conducted in the Keta- pang’s marine, South Lampung. The study using experimental methods with complete- ly randomized factorial design with two tre- atments and three replication for each tre- atment. The first treatment is the differen- ce transport media (banana stem and spo- nge), and the second treatment is the diffe- rence transport period (24, 48, and 72 ho- urs). The parameters observed were trans- port temperature, the seed freshness, seawe- ed growth weight, and water quality factor (pH, dissolved oxygen, salinity, temperatu- re, water clarity, and flow velocity). The results showed that the seaweed was trans- ported by the media banana stem had seed freshness and weight growth higher quality than the sponge media, and the transporta- tion period affected the seed freshness and the seaweed growth weight. 1 ) Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Per- tanian Universitas Lampung. 2 ) Mahasiswa Jurus- an Budidaya Perairan. Jl Soemantri Brodjonegoro No 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145. E-mail: [email protected] Keywords brown seaweed, media, period, transportation, freshness Received: 25 Desember 2014 Accepted: 2 Februari 2015 PENDAHULUAN Rumput laut adalah tanaman air yang umum dikenal dengan istilah alga atau ganggang dan hidup pada salinitas tinggi, seperti di perairan payau ataupun di laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas peri- kanan penting di Indonesia karena memili- ki potensi ekspor yang cukup besar. Dian- tara rumput laut ekonomis tinggi yang su- dah berhasil dibudidayakan adalah K. alva- rezii atau banyak mengenalnya sebagai E. cottonii. Provinsi Lampung merupakan salah satu dari enam provinsi di Sumatera yang me- miliki potensi ekonomi rumput laut yang besar, dengan perkiraan produksi sekitar satu juta ton rumput laut kering per ta- hun. Luas potensial laut di Lampung seki- tar 50.000 Ha dan dapat menghasilkan de- visa sekitar Rp 13 triliun/tahun (BKPM, 2011). Permasalahan yang dihadapi dalam budi- daya rumput laut adalah penyediaan bi- bit yang baik dan berkualitas. Pembudida- ya masih menanam bibit yang berasal dari

Upload: trannhi

Post on 02-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

AQUASAINS(Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan)

PENGARUH PERBEDAAN MEDIA DAN PERIODE TRANSPORTASI

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Kappaphycus

alvarezii

Mahrus Ali1 · Berta Putri1 · Soma Romadoni2

Ringkasan Brown seaweed (K. alvarezii)is one of the important aquaculture com-modities in Indonesia. Tissue culture sea-weed seed has higher quality than the natu-ral ones, but tissue culture seaweed seed sti-ll imported from a specific area. Media andtransportation period effect the seed fresh-ness. The study was conducted to deter-mine the effective of transportation medi-um and the optimal of transportation per-iod. The study was conducted in the Keta-pang’s marine, South Lampung. The studyusing experimental methods with complete-ly randomized factorial design with two tre-atments and three replication for each tre-atment. The first treatment is the differen-ce transport media (banana stem and spo-nge), and the second treatment is the diffe-rence transport period (24, 48, and 72 ho-urs). The parameters observed were trans-port temperature, the seed freshness, seawe-ed growth weight, and water quality factor(pH, dissolved oxygen, salinity, temperatu-re, water clarity, and flow velocity). Theresults showed that the seaweed was trans-ported by the media banana stem had seedfreshness and weight growth higher qualitythan the sponge media, and the transporta-tion period affected the seed freshness andthe seaweed growth weight.

1) Dosen Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Per-tanian Universitas Lampung. 2) Mahasiswa Jurus-an Budidaya Perairan. Jl Soemantri BrodjonegoroNo 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145.E-mail: [email protected]

Keywords brown seaweed, media, period,transportation, freshness

Received: 25 Desember 2014Accepted: 2 Februari 2015

PENDAHULUAN

Rumput laut adalah tanaman air yang umumdikenal dengan istilah alga atau ganggangdan hidup pada salinitas tinggi, seperti diperairan payau ataupun di laut. Rumputlaut merupakan salah satu komoditas peri-kanan penting di Indonesia karena memili-ki potensi ekspor yang cukup besar. Dian-tara rumput laut ekonomis tinggi yang su-dah berhasil dibudidayakan adalahK. alva-rezii atau banyak mengenalnya sebagai E.cottonii.

Provinsi Lampung merupakan salah satudari enam provinsi di Sumatera yang me-miliki potensi ekonomi rumput laut yangbesar, dengan perkiraan produksi sekitarsatu juta ton rumput laut kering per ta-hun. Luas potensial laut di Lampung seki-tar 50.000 Ha dan dapat menghasilkan de-visa sekitar Rp 13 triliun/tahun (BKPM,2011).

Permasalahan yang dihadapi dalam budi-daya rumput laut adalah penyediaan bi-bit yang baik dan berkualitas. Pembudida-ya masih menanam bibit yang berasal dari

298 Mahrus Ali et al

rumput laut yang mereka tanam, sehinggabibit yang dihasilkan kurang baik karenamasih dalam satu keturunan dapat menga-lami penurunan mutu genetik jika ditanamkembali. Penurunan mutu genetik, antaralain disebabkan karena seleksi negatif, se-hingga saat ini sulit ditemui kualitas bibityang baik. Mutu genetik dapat ditingkatk-an melalui pemulian dan pembibitan (Har-tati et al., 2007).

Saat ini telah berkembang penelitian un-tuk kultur jaringan bibit rumput laut, na-mun bibit rumput laut kultur jaringan di-datangkan dari daerah satu ke daerah yanglainnya. Di satu sisi rumput laut sangatrentan patah terhadap tekanan, gesekan,ataupun gerakan yang kuat pada saat sis-tem transportasi ke lokasi budidaya sebe-lum ditanam, sehingga perlu dicari alter-natif metode transportasi yang baik. Sa-lah satu cara yaitu dengan memanfaatkanpelepah pisang sebagai media transportasiuntuk menjaga kesegaran bibit.

Penggunaan pelepah pisang sebagai alter-natif media karena bahan mudah didapatk-an dan tidak terbatas di alam dan meru-pakan bahan alami yang mudah terurai dialam, selain itu pelepah pisang telah umumdigunakan sebagai media transportasi un-tuk buah dan sayur. Pelepah pisang memi-liki kandungan senyawa antimikrobial yangdapat menghambat pertumbuhan bakteri.Getah pelepah pisang ambon Musa paradi-siaca var. sapientum bersifat bakteriosta-tik, selain itu dalam getah pelepah pisangmemiliki kandungan lektin yang berfungsiuntuk menstimulasi pertumbuhan sel ku-lit (Jumriah et al., 2013). Ekstrak batangpohon pisang ambon mengandung tanin,saponin dan flavonoid yang dapat bergunasebagai antimikrobial dan perangsang per-tumbuhan sel-sel baru pada luka (Prioso-eryanto et al., 2006). Penelitian ini dimak-sudkan untuk memanfaatkan penggunaanpelepah pisang, sehingga alternatif mediadalam transportasi bibit rumput laut yangaman dan murah, mudah, media transpor-tasi yang efektif, dan periode transportasiyang optimal.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilakukan sejak tanggal 30September 2014 sampai dengan 6 Novem-ber 2014, di areal budidaya rumput laut diDesa Ketapang Kecamatan Ketapang Ka-bupaten Lampung Selatan.

Alat – alat yang digunakan dalam peneli-tian ini meliputi: Kotak Styrofoam ukur-an 25 x 33 cm2, tali long line jenis polyp-ropilen, timbangan digital, pisau, gunting,secchi disk, water quality checker (WQC),termometer, tali rapia, botol kaca, dan be-si. Bahan yang digunakan dalam peneliti-an ini yaitu: rumput laut (K. alvarezii), esbatu, lakban, spon, pelepah pisang segar,kertas koran, dan kertas label.

Kegiatan penelitian yang dilakukan terdiriatas empat tahap, meliputi pemilihan bi-bit, pengemasan bibit, simulasi transpor-tasi, dan penanaman rumput laut di lokasibudidaya. Pelaksanaan penelitian yang di-lakukan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemilihan bibit rumput laut K. alvareziiStandar Operasional Prosedur (SOP) pe-nyediaan bibit rumput laut yang berkua-litas yaitu bibit sebaiknya dipilih dari ta-naman yang tumbuh baik, masih segar, ti-dak ada bercak-bercak, berwarna homogenserta tidak mudah patah (Santoso and Nu-graha, 2008).

2. Pengemasan bibit K. alvarezii Es ba-tu yang telah dibungkus plastik kemudiandibungkus kembali dengan koran dan di-masukkan di tengah kotak styrofoam de-ngan ukuran 25 x 33 cm2, spon ukuran20,5 x 29,5 cm2 dan pelepah pisang yangsegar dipotong 10-15 cm diletakkan dia-tas tumpukan es yang telah dilapisi kor-an, bibit rumput laut ditimbang sebanyak100–150 gram dan diletakkan di atas lapis-an spon/pelepah pisang, ruang yang digu-nakan untuk es 40%, media 20%, rumputlaut 20%, dan 20% ruang kosong atau ru-ang bebas, dan tutup rapat kotak styrofo-am, kemudian tutup dilapisi isolasi hinggaudara tidak dapat masuk ke kotak styrofo-am.

3. Simulasi transportasi Simulasi transpor-tasi dilakukan di dalam ruangan. Kotak

pengaruh media dan periode transportasi terhadap pertumbuhan rumput laut 299

Gambar 1 Metode tanam long line rumput laut

styrofoam dipindahkan dari kotak styrofo-am satu ke kotak yang lainnya selama 3jam 1 kali.

4. Penanaman rumput laut Setelah ditrans-portasikan kemudian ditanam menggunak-an metode long line. Metode long line yangdigunakan yaitu rumput laut ditanammeng-gunakan tali panjang dan di kolom perair-an (Gambar 1).

Parameter Pengamatan

1. Pengukuran suhu selama transportasi Pe-ngukuran suhu dilakukan sebelum kemas-an ditutup rapat dalam styrofoam, setelahmelewati periode transportasi yang diten-tukan kemasan dibuka dan diukur suhunyamenggunakan termometer.

2. Tingkat kesegaran bibit Pengamatan ting-kat kesegaran bibit menggunakan metodeskoring menggunakan lima nilai mutu yai-tu 5 (Sangat Baik), 4 (Baik), 3 (Cukup Ba-ik), 2 (Buruk), dan 1 (Sangat Buruk), ada-pun parameter yang diamati yaitu teksturthallus dan warna (Tabel 1). 3. Pertum-buhan Rumus laju pertumbuhan spesifik(Dawes et al., 1994):

4. Kualitas air budidaya Parameter kua-litas air yang diukur pada lokasi budida-ya yaitu pH, suhu, kecepatan arus, oksigenterlarut, dan kecerahan perairan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Suhu Awal dan Akhir

Transportasi Suhu awal transportasi darikedua media kisaran 27-29oC, suhu akhirtransportasi periode 24 jam kedua mediakisaran 24-25oC, suhu akhir transportasi

Tabel 2 Suhu pengamatan awal dan akhir setelahperiode transportasi

PerlakuanSuhu Pengamatan (oC)

Awal Akhir

Pelepah Pisang, 24 Jam 27-28 24-25

Pelepah Pisang, 48 Jam 27-29 28-29

Pelepah Pisang, 72 Jam 27-29 29-30

Spon, 24 Jam 27-28 24-25

Spon, 48 Jam 27 28-29

Spon, 72 Jam 27-29 29-30

periode 48 jam kedua media kisaran 28-29oC dan suhu akhir transportasi periode72 jam kedua media kisaran 27-30oC (Ta-bel 2). Semakin lama periode transportasimaka semakin tinggi suhu dalam styrofo-am, karena es di dalamnya telah mencair.

Rumput laut dapat dibudidayakan di per-airan dengan suhu 20-30ºC (Chieh et al.,2008), sehingga suhu di dalam styrofoamselama proses transportasi masih dalam ki-saran normal untuk rumput laut dapat ber-tahan hidup.

Tingkat Kesegaran Bibit

Kualitas fisik pada bibit rumput laut trans-portasi 24 jam media spon (Gambar 2a)dan pelepah pisang (Gambar 3a) relatif ti-dak berbeda, karena suhu dalam kemasancukup rendah menyebabkan bibit rumputlaut terjaga kesegarannya. Kondisi rumputlaut pada perlakuan transportasi 24 jammedia spon dan pelepah pisang memilikitekstur thallus yang masih kaku, skor yangdiberikan yaitu 5. Warna awal rumput lautsebelum dikemas ke styrofoam pada ke duamedia tersebut masih sama yaitu coklat ke-kuningan, setelah dibuka warna relatif ber-beda. Namun, sebagian ujung thallus pa-da ke dua media perlakuan terlihat lebihpucat dikarenakan terkena uap air dalamstyrofoam (rerata skor 4).

Bibit rumput laut setelah transportasi se-lama 48 jam pada media spon (Gambar 2b)cukup berbeda dari rumput laut sebelumdikemas, sedangkan pada media pelepahpisang (Gambar 3b) masih relatif sama de-ngan rumput laut sebelum dikemas. Teks-tur rumput laut pada media spon diberiskor 3, karena thallus rumput laut sedi-

300 Mahrus Ali et al

Tabel 1 Nilai skoring tingkat kesegaran bibit

Kesegaran benihPelepah pisang Media spon

24 jam 48 jam 72 jam 24 jam 48 jam 72 jam

5 4 1 5 3 1Tekstur thallus 5 4 1 5 3 1

5 4 1 5 3 1

4 3 2 4 3 2Warna 4 3 2 4 3 2

4 3 2 4 3 2

Gambar 2 Kesegaran bibit rumput laut setelah transportasi menggunakan media spon dengan periode (a= 24 jam, b = 48 jam, dan c = 72 jam)

kit lunak. Sedangkan pada media pelepahpisang memiliki tekstur rumput laut yangkuat, skor yang diberikan yaitu 5. Kuali-tas warna rumput laut kedua media relatifsama sehingga diberikan skor 3. Perbeda-an kondisi rumput laut pada media pele-pah pisang dan spon periode transportasi48 jam cukup signifikan, terdapat 2 penye-bab terjadinya perbedaan tersebut. Perta-ma, suhu pada media pelepah pisang lebihmerata karena terdapat celah-celah yangcukup besar untuk suhu dingin mencapaiseluruh bagian rumput laut dalam kemas-an, selain itu pelepah pisang memiliki ke-mampuan untuk mempertahankan dinginsehingga rumput laut tetap segar, dan kan-dungan yang ada dalam getah pelepah pi-sang memiliki kandungan lektin yang ber-fungsi untuk menstimulasi pertumbuhan ku-lit (Jumriah et al., 2013).

Kualitas fisik pada bibit rumput laut me-dia spon (Gambar 2c) dan media pelepahpisang (Gambar 3c) transportasi 72 jammengalami penurunan yang cukup signifik-an setelah transportasi. Tekstur thallus pa-da kedua media sangat lunak sehingga di-berikan skor 1, sedangkan warna pada rum-put laut masih relatif sama dengan rum-

Gambar 4 Pertumbuhan rumput laut media pe-lepah pisang dan spon periode transportasi 24 jam

put laut sebelum melalui tahap transpor-tasi dengan pemberian skor 2, namun se-bagian ujung thallus berwarna kemerahan.

Pertumbuhan Rumput Laut

Rumput laut media pelepah pisang dita-nam dengan ukuran rerata bobot bibit 38,22gram dan rumput laut media spon dita-nam dengan rerata bobot benih 37,56. Se-telah minggu ke-5 rumput laut dipanen,pertumbuhan rumput laut media pelepahpisang memiliki rerata bobot 178,78 gram,sedangkan pada media spon memiliki rera-ta bobot 167,67 gram (Gambar 4).

Rerata bobot bibit rumput laut yang di-tanam untuk media pelepah pisang yaitu

pengaruh media dan periode transportasi terhadap pertumbuhan rumput laut 301

Gambar 3 Kesegaran bibit rumput laut setelah transportasi menggunakan media spon dengan periode (a= 24, b = 48, dan c = 72 jam)

Gambar 5 Pertumbuhan rumput laut media pe-lepah pisang dan spon periode transportasi 48 jam.

Gambar 6 Pertumbuhan rumput laut media pe-lepah pisang dan spon periode transportasi 48 jam

39,11 gram, sedangkan pada media spon38,37 gram. Pada minggu ke-5 rumput la-ut di panen, pertumbuhan pada media pe-lepah pisang yaitu 160,11 gram, sedangkanpada media spon 157,88 gram (Gambar 5).

Rumput laut yang ditanam pada media pe-lepah pisang dan media spon sama, yaitu38 gram. Panen dilakukan pada minggu ke-5, rerata bobot yang dihasilkan pada me-dia pelepah pisang 143,78 gram sedangkanpada media spon 141 gram (Gambar 6).

Laju pertumbuhan spesifik menunjukkanpertumbuhan selama masa budidaya hing-

Gambar 7 Laju pertumbuhan spesifik rumputlaut.

ga panen. Laju pertumbuhan spesifik per-iode transportasi 24 jam pada media pele-pah pisang 3,2% per hari, sedangkan lajupertumbuhan spesifik pada media spon ya-itu 2,9% per hari. Laju pertumbuhan spe-sifik periode transportasi 48 jam pada me-dia pelepah pisang adalah 2,4% per ha-ri, sedangkan pada media spon 2,3%. Lajupertumbuhan spesifik periode transportasi72 jam pada media pelepah pisang adalah2,3%, sedangkan pada media spon 2,2%.Laju pertumbuhan rumput laut adalah ber-kisar antar 2-3 % per hari (Soegiarto et al.,1978), maka laju pertumbuhan spesifik rum-put laut dalam penelitian masih dalam ki-saran normal (Gambar 7).

Kualitas Air Budidaya Rumput Laut

Suhu di perairan lokasi budidaya adalah29-31oC (Tabel 3), sedangkan suhu opti-mal untuk budidaya rumput laut mencapai26-30oC (Anggadiredja et al., 2006). Bu-didaya rumput laut di perairan Ketapanglebih baik dilakukan ketika musim hujan,karena kemungkinan suhu untuk budidaya

302 Mahrus Ali et al

Tabel 3 Kualitas air budidaya rumput laut.

Parameter Penelitian Kisaran Optimum

Suhu (oC) 29-31 26-30a

pH 7.57-8.06 7-8.5b

Kecerahan (cm) 120-152.5 113.8-136.67c

Arus (meter/detik) 0.11-0.18 0.2-0.4a

DO (ppm) 5.24-6.03 2.0-4.0d

Salinitas (o/oo) 30-32 30-37b

a(Anggadiredja et al., 2006);b(Aslan, 1991);c(Khasanah,

2013);d(Indriani and Sumiarsih, 1991)

lebih sesuai dibanding dengan musim ke-marau.

Nilai pH untuk perairan budidaya rumputlaut yang optimal 7-8,5 (Aslan, 1991), se-dangkan nilai pH untuk perairan Ketapangmencapai 7,57-8,06 (Tabel 3), maka perair-an Ketapang masih dalam kisaran normal.

Arus perairan Ketapang mencapai 0,11-0,18meter/detik (Tabel 3), sedangkan kecepat-an arus yang baik untuk budidaya rumputlaut berkisar 0,2-0,4 meter/detik (Angga-diredja et al., 2006). Perairan Ketapang se-suai untuk budidaya rumput laut, karenaarus yang relatif lebih lemah tidak meru-sak pertumbuhan rumput laut.

Kandungan DO yang optimal untuk budi-daya rumput laut adalah 2-4 ppm, namunpertumbuhan lebih baik jika DO lebih dari4 ppm (Indriani and Sumiarsih, 1991). Pa-da perairan Ketapang DO mencapai 5,24-6,03 ppm (Tabel 3), sehingga lokasi sangatbaik untuk budidaya rumput laut.

Salinitas yang sesuai untuk budidaya rum-put laut jenis K. alvarezii berkisar anta-ra 30-37 o/oo (Aslan, 1991). Pada perairanKetapang setelah diukur memiliki salinitas30-32o/oo (Tabel 3). Sehingga perairan ke-tapang masih dalam kisaran optimum un-tuk dijadikan lokasi budidaya rumput laut.

SIMPULAN

Penggunaan media pelepah pisang dalamtransportasi rumput laut memiliki penga-ruh pertumbuhan bobot yang signifikan le-bih tinggi dibanding menggunakan mediaspon, dan perbedaan periode transportasiyang berbeda berpengaruh terhadap ting-kat kesegaran bibit rumput laut.

Acknowledgements Bapak Niko Runtuboy danBapak Selamet Abadi dari Balai Besar Pengem-bangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung sertaBapak Sumidi dan Bapak Jumani sebagai petanirumput laut desa Ketapang

Pustaka

Anggadiredja, J. T., Zatnika, A., Purwoto,H., and Istini, S. (2006). Rumput Laut.Penebar Swadaya.

Aslan, L. M. (1991). Budidaya Rumput La-ut. Kanisius Yogyakarta.

BKPM (2011). Peluang investasi provinsilampung.

Chieh, C. C., Chang, C. Y., and Yin, C. K.(2008). Method of cultivating seaweedhaving adherence. Technical report, In-stitute of Nuclear Energy Research Lu-ngtan Taoyuan, Taiwan.

Dawes, C. J., Lluis, A. O., and CTrono,G. (1994). Laboratory and field growthstudies of commercial stains of eucheumadenticulatus and kappaphycus alvareziiin the philippines. Applied Phycology.

Hartati, Wijono, D. B., and Siswanto, M.(2007). Performans sapi bali induk se-bagai penyedia bibit/bakalan di wilayahbreeding stock bptu sapi bali. Techni-cal report, Loka Penelitian Sapi PotongPasuruan.

Indriani, H. and Sumiarsih, E. (1991).Budidaya, Pengelolaan dan PemasaranRumput Laut. Penebar Swadaya.

Jumriah, N., Dwyana, Z., and Abdullah,A. (2013). Bioaktivitas getah pelepahpisang ambon musa paradisiaca var sa-pientum terhadap pertumbuhan bakteristaphylococcus aureus, pseudomonas ae-uroginosa dan escherichia coli. Technicalreport, Jurusan Biologi Fakultas Mate-matikan Dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Hassanudin.

Khasanah, U. (2013). Analisis kesesuaianperairan untuk lokasi budidaya rumputlaut eucheuma cottonii di perairan keca-matan sajoanging kabupaten wajo.

Priosoeryanto, B. P., Huminto, H., Wien-tarsih, I., and Estuningsih, S. (2006).Aktivitas getah batang pohon pisang da-lam proses persembuhan luka dan efek

pengaruh media dan periode transportasi terhadap pertumbuhan rumput laut 303

kosmetiknya pada hewan. Technical re-port, Lembaga Penelitian dan Pembe-rdayan Masyarakat. Institut PertanianBogor.

Santoso, L. and Nugraha, Y. T. (2008).Pengendalian penyakit ice-ice untuk me-ningkatkan produksi rumput laut indo-nesia. Jurnal Saintek Perikanan.

Soegiarto, A. W., Sulistijo, and Mubarak,H. (1978). Rumput laut (algae) manfaat.potensi dan usaha budidayanya. Techni-cal report, Lembaga Oseanologi Nasio-nal. LIPI.

304 Mahrus Ali et al