artikel seni musik
TRANSCRIPT
MAKALAH
ARTIKEL
MENINGKATKAN PROFESIONALITAS
GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SEKOLAH DASARDisusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah
Pendidikan Seni Musik
Dosen Pengampu:
Eka Titi Andaryani, S.Pd. M.Pd
Oleh:
Fajar Mentari
1401413496
Kelas 4E
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU SEKOLAH DASAR DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN SENI MUSIK DI SEKOLAH DASAR
Fajar MentariPendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang
ABSTRAK
Pendidikan seni musik di Sekolah Dasar (SD) dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 dilaksanakan melalui mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan (SBK). Namun, dalam pelaksanaannya mata pelajaran SBK ini hanya diberikan alokasi waktu 2 (dua) jam pelajaran dalam satu minggu ditambah tidak semua guru SD mempunyai keahlian di bidang keterampilan dalam hal ini yaitu pendidikan seni musik, sehingga hasil keluaran pendidikan SBK yakni siswa-siswi SD minim akan katerampilan yang sesuai dengan perkembangannya.Guru sebagai tombak keberhasilan pendidikan seringkali dijadikan penanggungjawab mutlak atas berhasil tidaknya siswa-siswi didiknya. Perkembangan zaman yang semakin maju membawa anak-anak sekarang pun lebih berpikir modern sehingga seringkali meninggalkan keterampilan sesuai perkembangannya seperti halnya dengan lagu anak-anak yang harusnya menjadi ciri keterampilan siswa-siswi SD tetapi mereka lebih hafal dan menyukai lagu-lagu dewasa. Dalam posisi seperti inilah tangan kreativitas dan profesionalitas seorang guru SD diperlukan. Karena mau tidak mau guru harus turun tangan dalam memperbaiki kekurangan ini. Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan duru SD dalam meningkatkan profesionalitasnya dalam pembelajaran pendidikan seni musik di SD, diantaranya yaitu memperhatikan tingkat personality guru dari segi fisik maupun nonfisik, merencanakan desain pembelajaran yang matang dan manarik siswa, dan pelaksanaan proses pembelajaran yang lancar dan baik sehingga pembelajaran pendidikan seni musik bisa bermakna bagi siswa-siswi SD. Dengan semakin meningkatnya profesionalitas guru dalam mengajarkan pendidikan seni musik SD harapannya hasil didikan yakni siswa-siswi SD mempunyai keterampilan yang baik dan mumpuni sesuai usia perkembangannya.
Kata kunci: Guru, Profesional, Pembelajaran, Musik, Sekolah Dasar
PENDAHULUAN
Guru merupakan ujung tombak kesuksesan pendidikan, karena maju
mundurnya pendidikan terletak di tangan seorang guru. Meskipun dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, eksistensi guru tetap penting
karena guru tidak pernah tergantikan dengan teknologi. Guru menduduki posisi
penting dalam perkembangan dunia pendidikan, karena guru memberikan teladan
bagi peserta didiknya yang nantinya membawa pendidikan ini ke tempat yang
lebih maju dengan peserta didik yang telah terdidik dengan baik. Namun, tidak
sedikit pula guru yang bisa menyesatkan peserta didiknya sehingga menyesatkan
perkembangan pendidikan bangsa ini.
Peranan guru yang sangat penting inilah menuntut guru harus mempunyai
keahlian yang lebih dibandingkan profesi yang lain, karena bisa dikatakan nasib
anak bangsa di tangan guru. Dalam hal ini guru minimal harus memiliki tiga kunci
dalam mendidik peserta didiknya, yakni kreatif, professional, dan menyenangkan.
Guru harus kreatif dalam memilah dan memilih serta mengembangkan materi
untuk mengembangkan kompetensi peserta didik. Guru harus professional dalam
membentuk kompetensi peserta didik sesuai tingkat perkembangannya. Kemudian
guru haruslah menyenangkan bagi peserta didiknya sehingga perserta didik
nyaman bila belajar dengan gurunya.
Profesi guru memang sangat rumit bila harus mengerjakan semua
pekerjaan yang cukup berat karena mengajar itu membutuhkan segala persiapan,
pelaksanaan serta evaluasi yang terus berkala. Namun, hal ini harus dilaksanakan
oleh guru dengan sebaik-baiknya. Dan perlu diyakini bahwa semua hal yang
dilakukan ini merupakan syarat menjadi guru yang professional.
Berbicara tentang guru tidak lepas dengan mata pelajaran yang biasa
menjadi bekal yang diajarkan bagi peserta didiknya. Setelah mengupas tuntas guru
dalam pendidikan, sekarang waktunya untuk mengupas tentang mata pelajaran di
sekolah terutama sekolah dasar. Mata pelajaran yang akan dikupas kali ini yaitu
mata pelajaran yang seringkali dijadikan mata pelajaran rekreasi, yakni Seni
Budaya dan Keterampilan (SBK) tepatnya seni musik. Mata pelajaran yang satu
ini sangat tidak sepenuhnya diajarkan dalam sekolah dasar. Karena mata pelajaran
SBK ini disajikan dengan alokasi waktu 2 (dua) jam pelajaran setiap minggu.
Dengan alokasi yang tersedia dan bahan ajar yang beragam (berbagai seni) pada
umumnya para guru tidak dapat menyelenggarakan pembelajaran sebagaimana
mestinya. Ditambah jika guru yang mengajar tidak mempunya keterampilan yang
lebih dalam bidang seni musik, tentunya pembelajaran seni musik ini akan
berjalan ala kadarnya sehingga kompetensi siswa tidak berkembang. Selain itu,
mengingat pendidikan seni musik tidak masuk dalam Ujian Nasional (UN)
tentunya akan menambah tindak mengesampingkan pendidikan seni musik.
Padahal menurut beberapa ahli, seni musik merupakan sarana paling eferktif
dalam mengembangkan kreativitas. Musik juga dapat dijadikan sebagai sarana
menyalurkan emisi, ekspresi, keterampilan yang sangat cocok dalam usia
perkembangan anak sekolah dasar.
Dunia musik yang semakin berkembang ternyata mempengaruhi selera
musik bagi pendengarnya tidak terkecuali bagi peserta didik di bangku sekolah
dasar. Bahkan selara musik anak-anak zaman sekarang sudah bergeser pada
musik-musik dewasa. Dan tidak sedikit yang membawa pengaruh bagi anak-anak
sebagai pendengarnya. Ditambah khasanah guru dalam mengajarkan lagu-lagu
anak yang sesuai perkembangan mereka yang bisa dikatakan belum mumpuni.
Maka tidak heran jika anak-anak seusia sekolah dasar tidak paham dan tidak
pernah mendengar lagu anak-anak karena mereka lebih mengenal dan sering
mendengan lagu-lagu usia dewasa.
Semua fenomena ini sudah tidak asing lagi di zaman sekarang ini. Sulit
untuk mengetahui siapa yang salah tetapi dalam dunia pendidikan, nasib anak
bangsa terletak di tangan guru. Oleh karena itu, dalam artikel kali ini akan sedikit
dibahas mengenai bagaimana meningkatkan profesionalitas guru sekolah dasar
dalam mengajarkan seni music di sekolah dasar.
TINJAUAN PUSTAKA
Pendikan Seni Musik di Sekolah Dasar (SD)
Pendidikan kesenian, sebagaimana yang dinyatakan Ki Hajar Dewantara
merupakan salah satu faktor penentu dalam membentuk kepribadian anak.
Pendidikan seni di sekolah, dapat dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam
membentuk jiwa dan kepribadian (berakhlak karimah). Hal ini sejalan
sebagaimana yang dinyatakan oleh Plato, bahwa pendidikan seni dapat dijadikan
dasar pendidikan, karena untuk membentuk suatu kepribadian yang baik
dilakukan melalui pendidikan seni.
Pendidikan seni di sekolah memiliki fungsi dan tujuan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan agar siswa mampu berkreasi dan peka
dalam berkesenian, atau memberikan kemampuan dalam berkarya dan
berapresiasi seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting artinya karena
dinamika kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis mempunyai sumbangan
terhadap kebahagiaan manusia di samping mencerdaskannya. Materi pendidikan
seni di sekolah mencakup seni musik, seni tari, seni drama, dan seni rupa.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tahun 2006
pendidikan kesenian di SD dilaksanakan melalui mata pelajaran seni budaya dan
ketrampilan, yang di dalamnya mencakup sub mata pelajaran seni rupa, seni
musik, seni tari, dan ketrampilan. Sedangkan standar kompetensi lulusan
pembelajaran seni musik sebagai salah satu mata pelajaran seni budaya dan
ketrampilan di SD adalah: (1) mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni
musik dengan memperhatikan dinamika melalui berbagai ragam lagu daerah dan
wajib dengan alat iringan alat musik sederhana daerah setempat; (2)
mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan ansambel sejenis
dan gabungan terhadap berbagai musik/wajib, daerah, dan nusantara; dan (3)
mengapresiasi dan mengekspresikan karya seni musik dengan menyanyikan lagu
wajib, daerah, dan nusantara dengan memainkan alat musik sederhana daerah
setempat (Tim Pustaka Yustisia, 2007: 95-96).
Oleh karena itu setelah mengikuti pembelajaran seni musik sebagai salah
satu aspek dalam mata pelajaran seni budaya di SD, siswa diharapkan memiliki
kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan alat musik, apresiasi karya
musik serta berketerampilan yang mencakup segala aspek kecakapan hidup (life
skills) yang meliputi keterampilan personal, keterampilan sosial, keterampilan
vokasional dan keterampilan akademik.
Guru Profesional
Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbning, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah.
Professional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan
menjadi sumber penghasilan kehidupan memerlukan keahlian, kemahiran, atau
kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.
Kedudukan guru sebagai tenaga professional berfungsi untuk
meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, serta meningkatakan mutu
pendidikan nasional.
Profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas
pokoknya sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan,
melakukan, dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada prinsipnya setiap guru
harus disupervisi secara periodik dalam melaksanakan tugasnya. Jika jumlah guru
cukup banyak, maka kepala sekolah dapat meminta bantuan wakilnya atau guru
senior untuk melakukan supervisi. Keberhasilan kepala sekolah sebagai supervisor
antara lain dapat ditunjukkan oleh meningkatnya kinerja guru yang ditandai
dengan kesadaran dan keterampilan melaksanakan tugas secara bertanggung
jawab.
Profesionalitas guru sekolah dasar dalam membelajarkan semua mata
pelajaran tidak semuanya berjalan dengan maksimal. Karena tidak semua guru
sekolah dasar mahir di segala bidang walaupun pada hakikatnya guru sekolah
dasar harus menguasai semua bidang ilmu. Dan mata pelajaran yang seringkali
menjadi korban tidak maksimalnya pengajaran di sekolah dasar adalah seni musik.
Karena seni musik yang merupakan bagian dari mata pelajara Seni Budaya dan
Keterampilan ini seringkali mendapat perlakuan yang tidak adil dalam
pengajarannya Karen mungkin pendidikan seni musik ini tidak masuk dalam
Ujian Nasional sehingga menjadi alasan bagi guru untuk melakukannya di bawah
standar keprofesionalitasannya dan mungkin ditambah kurangnya pemahaman
serta keterampilannya terhadap seni musik.
PEMBAHASAN
Semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap
keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam membantu
perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Keyakinan itu muncul karena manusia adalah makhluk lemah, yang dalam
perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir, bahkan pada
saat meninggal. Semua itu menujukkan bahwa setiap orang membutuhkan orang
lain dalam perkembangannya.
Pembelajaran seni, budaya, dan keterampilan khususnya pada mata
pelajaran pendidikan seni musik untuk sekolah dasar merupakan pemberian dasar-
dasar musik diantaranya mengenalkan unsur-unsur dasar musik, cara mengolah
vokal, menghafalkan lagu anak-anak dan lagu wajib, memainkan alat-alat musik
sederhana, serta mengaitkan dengan pembelajaran lain yang tergabung dalam
sebuah tema pembelajaran.
Perkembangan zaman membawa masa anak-anak tidak pada tempatnya
karena anak-anak pada zaman sekarang sedikit yang bermain sesuai seusianya
apalagi masukan yang yang diterimanya. Terbukti tidak banyak anak-anak
sekarang yang bermain bersama dengan teman-temannya, mereka lebih sibuk
dengan gadget mereka masing-masing sehingga tidak peduli dengan lingkungan
disekitarnya.
Semakin majunya teknologi ternyata membawa dampak semakin majunya
selera anak-anak, tetapi sangat disayangkan selera mereka terlalu maju sehingga
mereka menyukai hal-hal yang diluar perkembangannya. Bisa diambil contoh
mereka lebih menyukai hal-hal yang berbau percintaan mulai dari musik maupun
tontonan dibandingan mereka menyukai hal-hal seusia mereka. Dan ternyata amat
disayangkan pula di dunia pendidikan sekolah dasar tidak mendukung penuh
dalam menggalakan kembalinya dunia anak-anak kepada peserta didik. Mata
pelajaran yang sifatnya lebih mengembangkan kreativitas anak pun tidak berjalan
dengan maksimal karena faktor-faktor penghambat lainnya.
Sistematika kurikulum SD yang sekarang, dimana pelajaran Seni Budaya
belum dibelajarkan oleh seorang guru bidang studi yang “a field of study” (satu
bidang studi), namun masih ditangani oleh Guru Kelas yang Multidiciplinary,
maka selama itu pula pembelajaran seni budaya “disamakan saja” dengan
pelajaran yang umum (Bahasa Indonesia, Matematik, IPA, dan sebagainya). Hasil
pembelajarannya pasti “jauh panggang dari api”. Kegiatan belajar akan cenderung
mementingkan deskripsi materi yang bersifat hafalan, lebih mengutamakan
standar hasil, tidak masuk akal, dan mungkin tidak manusiawi karena kejar target
kurikulum semata. Situasi pembelajaran seperti ini jelas tidak menarik, tidak
menumbuhkan pemahaman, dan akan membosankan bagi siswa. Akhirnya hasil
pembelajarannya menjadi kontraproduktif dengan ide pembelajaran yang
terdifrensiasi karena tidak sesuai disiplin ilmunya.
Sungguh sesuatu pemandangan yang melegakan, jika sekiranya pelajaran
seni musik di SD dapat dibelajarkan guru SD secara berdifrensiasi. Sebagaimana
belajar agama yang “diajarkan guru bidang studi agama”, tidak lagi sekedar
menghafal (to memorize) nama-nama Nabi misalnya, melainkan memberikan
pemahaman kepada siswa tentang nilai-nilai humaniora kejuangan spiritual
menegakkan asma illahi dari sejarah kenabian yang dipelajari. Begitu juga dengan
pelajaran Penjasorkes yang diajarkan “guru bidang studi olahraga”, yang bukan
sekedar menyuruh siswa menghafal panjang dan lebar lapangan sepakbola 120 x
90 meter saja, melainkan dengan mengajak mereka bermain sepakbola di
lapangan bersama-sama, guna membangun semangat kerjasama teammwork di
antara siswa. Saat bermain sepak bola, siswa yang satu adalah bagian dari
semangat yang lain untuk suatu tujuan yang diperjuangkan bersama.
Nasib pelajaran musik dalam rumpun “four in one” Seni Budaya di SD
tidak sebaik pelajaran agama dan pelajaran olahraga. Pelajaran seni musik “yang
bukan diajarkan oleh seorang guru bidang studi kesenian” tapi berdampingan
dengan seabrek mata pelajaran umum yang diajarkan Guru Kelas terkesan agak
dipinggirkan. Jangankan hendak menggeser dari pemahaman deskriptif ke
normantif pada tuntutan pelajaran yang terdiferensiasi humanitas, mendudukan
substansi dasar pelajaran musik di SD saja amatlah susah. Bagaimana mungkin
seorang guru SD mampu menggali nilai-nilai moral melalui seni sejak dini,
sementara mengajarkan cara “bernyanyi yang lumayan agak benar” saja sudah
tidak menarik, membingungkan, dan malah membosankan siswa. Notasi musik
(angka atau balok) yang semulanya merupakan jalan untuk membentuk pengertian
musik justru dijadikan sebagai objek hafalan yang cenderung dideskripsikan
dengan ceramah, tanya jawab, diskusi, dan tidak diaplikasikan untuk mendukung
unjuk kebolehan siswa dalam praktek musik yang sebenarnya. Wajar kiranya jika
pelajaran musik “tampa makna ini” akhirnya diberi predikat sebagai pelajaran
“pelengkap”, “pelajaran lapis kedua” atau “pelajaran anak tiri” dari serangkaian
pelajaran umum lain dianggap lebih bermakna dan lebih penting.
Kebanyakan guru kelas yang notabene memang tidak mengerti dengan
esensi pelajaran seni musik di SD mengira bahwa belajar musik hanya sekedar
“bernyanyi bersama”, “sorak-sorak bergembira”, “bertepuk tangan” dan tak jarang
meyuruh siswa menyanyi bebas di depan kelas. Celakanya, ternyata kondisi
pendidikan seni musik yang salah arah dan salah urus ini nyatanya juga belum
banyak disentuh oleh diskusi para pakar dan pemerhati pendidikan, termasuk para
pelaku Pendidikan Seni Budaya itu sendiri. Seharusnya kalangan perguruan
tinggi, guru bidang studi Seni Budaya, para perancang kurikulum dan pemerintah
daerah, perlu duduk bersama untuk mengatasi persoalan pelajaran seni di SD,
kalau memang pendidikan di Indonesia tidak ingin membentuk insan terdidik
yang “pincang”. Sudah banyak penelitian yang membuktikan, jika pendidikan
Indonesia yang terlalu mengutamakan pengembangan aspek penalaran intelektual,
menyebabkan siswa-siswa sekolah dan kaum terpelajar nantinya menjadi tidak
berkarakter, kerap mengalami krisis moral, dan krisis identitas.
Guru sebagai tombak keberhasilan pendidikan maka keberhasilan peserta
didik pun menjadi tanggung jawab guru sehingga dalam kaitan ini akan mengupas
tuntas permasalahan pendidikan seni musik dari sudut pandang guru. Berikut
beberapa langkah yang bisa dilakukan guru dalam meningkatkan profesionalitas
guru SD dalam pembelajaran pendidikan seni musikl di SD yang dapat dilihat dari
beberapa aspek diantaranya:
1. Personality Guru
Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta
didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan
ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual, karena satu
peserta didik dengan peserta didik yang lain memiliki perbedaan yang sangat
mendasar. Guru juga harus berpacu dalam pembelajaran, dengan memberikan
kemudahan belajar bagi seluruh peserta didik, agar dapat mengembangkan
potensinya secara optimal. Dalam hal ini guru harus kreatif, profesional, dan
menyenangkan dengan memposisikan diri sebagai berikut: (1) orang tua yang
penuh kasih sayang pada peserta didiknya, (2) teman, tempat mengadu, dan
mengutarakan perasaan bagi peserta didik, (3) fasilitator yang selalu siap
memberikan kemudahan, melayani pesera didik sesuai dengan minat,
kemampuan, dan bakatnya, (4) memberikan sumbangan pemikiran kepada
orang tua untuk dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi anak dan
membantu pemecahannya, (5) memupuk rasa percaya diri, berani bertanggung
jawab, (6) membiasakan peserta didik untuk saling berhubungan
(bersilaturahmi) dengan orang lain secara wajar, (7) mengembangkan proses
sosialisasi yang wajar antar peserta didik, orang lain, dan lingkungannya, (8)
mengembangkan kreativitas, (9) menjadi pembantu ketika diperlukan.
Untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru harus mampu memaknai
pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitas
pribadi peserta didik.
Pada akhir-akhir ini pemerintah dalam hal ini Pendidikan Nasional
menggalakkan suatu program sertifikasi, yaitu sebuah program penilaian
terhadap standar profesionalisasi guru yang dikenal dengan sertifikasi guru.
Secara garis besar guru harus menyiapkan hal-hal yang dipersyaratkan dalam
sertifikasi seorang guru, seperti fortopolio aktivitas guru yang telah dilakukan
dalam rangka meningkatkan wawasan dan pemahaman guru terhadap
kependidikan, proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru untuk
proses pembelajaran, dan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan untuk lebih
memahami tentang seluk-beluk pendidikan, bahkan sampai ke pelatihan-
pelatihan, guna meningkatkan kemampuan dan kompetensi guru tersebut.
Pada pembelajaran seni, budaya dan keterampilan khususnya mata
pelajaran pendidikan seni musik dapat dilakukan guru dengan menggunakan
beberapa metode dan pendekatan-pendekatan yang akan menghantarkan
peserta didik kepada pembelajaran pendidikan seni musik yang menyenangkan,
menarik, dan bermakna bagi peserta didik. Dengan memperhatikan personality
guru yang dijabarkan tersebut, guru harus mempersiapkan secara efisien dan
efektif segenap kemampuan pribadi dan kemampuan akademis. Layaknya
seorang guru yang akan memberikan pembelajaran pendidikan seni musik,
sudah tentu harus mengerti akan basic musik, baik itu mengenai vokal maupun
mengenai permainan atau praktek musik itu sendiri.
Pada pembelajaran pendidikan seni musik di sekolah dasar kemampuan
guru tidak dituntut harus mahir memainkan seluruh alat musik secara
profesional layaknya seorang pekerja seni atau ilmu seni murni (fine art)
ataupun harus menjadi seorang pakar seni baru bisa membelajarkan seni musik,
dan tidak harus menjadi vokalis terkenal dalam menyanyikan lagu-lagu yang
sulit, akan tetapi guru lebih diutamakan berperan sebagai seorang akademisi
yang akan memberikan pengalaman musik sesuai dengan kehidupan peserta
didik di keseharian mereka. Dengan kata lain guru memposisikan dirinya
sebagai ilmu seni terapan (application art).
Pada proses pembelajaran yang diberikan atau ditransfer oleh guru harus
disesuaikan dengan tingkat pernguasaan dan perkembangan siswa. Apa yang
sedang digemari dan berada pada tingkatan apa pola pikir anak pada saat
dilakukan proses pembelajaran, serta apa yang menjadi proritas perkembangan
psikologis seorang peserta didik. Pada uraian di atas telah dikemukakan bahwa
seorang guru harus memperhatikan peserta didik secara individual. Hal ini
menyangkut tingkat perkembangan, permasalahan yang sedang dihadapi dan
lain sebagainya.
Pertumbuhan berfikir anak usia SD berada pada tingkat berfikir kongkrit
(Piaget), dan menurut Bruner tingkat berfikir anak memiliki dua komponen,
yaitu pembentukan konsep dan tindakan pemahaman konsep.
Kedua ahli ini hampir sama pendapatnya, yaitu anak usia SD berada pada
tingkat berfikir kongkrit. Implikasi pertumbuhan berfikir anak usia SD ini
menuntut agar dalam pembelajaran dilakukan sebagai berikut:
a) Dalam membahas materi pelajaran dibawa kedalam suasana kongkrit dan
kalau dapat dibawa ke dalam situasi nyata, sesuai dengan pendapat Bruner
cara belajar anak dengan memberi kesempatan pada anak menemukan
konsep dan pemahaman konsep dengan cara anaktif, ekonik dan simbolik.
b) Bila dalam pembelajaran tidak dapat dibawa ke dalam realita yang
sebenarnya, maka guru harus berupaya mengganti dengan pengganti
suasana yang nyata, berupa penggunaan media pembelajaran. Sebisa
mungkin guru harus berupaya agar dalam proses pembelajaran anak dapat
memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan melalui interaksi sosial
atau sumber-sumber sosial di luar dirinya.
2. Desain Pembelajaran
Esensi desain pembelajaran hanyalah mencakup empat komponen, yaitu
siswa, tujuan, metode, dan evaluasi serta analisis topik. Empat komponen
tersebut dipengaruhi oleh teori belajar dan pembelajaran, sedangkan analisis
topik merupakan desain pembelajaran yang dihasilkan dari disiplin ilmu
tertentu. Untuk mengetahui apa sebenarnya desain pembelajaran dengan
mengacu kepada pendapat Rothwell dan Khazanas, 1992 dalam Dewi Salma
Prawiradilaga (2007:15) dalam bukunya Prinsip Desain Pembelajaran
(Instructional Design Principles) yang mengemukakan bahwa desain
pembelajaran merupakan kegiatan merumuskan desain pembelajaran terkait
dengan peningkatan mutu kinerja seseorang dan pengaruhnya bagi organisasi.
Bagi mereka peningkatan kinerja berarti penginkatan kinerja organisasi. Desain
pembelajaran melakukan hal tersebut melalui suatu model kinerja manusia.
Desain pembelajaran membantu seorang guru dalam dalam proses
pembelajaran yang memiliki tahap segera dan jangka panjang. Kita percaya
kondisi bahwa dalam pembelajaran terdapat kondisi-kondisi internal dan
eksternal. Kondisi internal adalah kemampuan dan kesiapan diri peserta didik,
sedangkan kondisi eksternal pengaturan lingkungan yang didesain. Kondisi
eksternal inilah yang disebut dengan desain pembelajaran. Untuk itu desain
pembelajaran harus lah sistematis, dan menerapkan konsep pendekatan sistem
agar berhasil mengingkatkan mutu kinerja seorang guru. Desain pembelajaran
yang sistematis dan efektif akan mendorong peserta didik dalam penguasaan
materi pembelajaran. Sebagai contoh, tampilan buku atau modul yang menarik
dapat menimbulkan minat belajar. Sedangkan pengolahan serta penyajian isi
yang menarik dapat membangkitkan rasa ingin tahu yang tinggi.Proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas tersebut tidak menurut apa yang
sudah digariskan oleh kurikulum. Guru hanya melakukan kegiatan bernyanyi
dimulai dari awal jam pelajaran sampai jam pelajaran berakhir. Pada waktu
diadakan wawancara dengan guru yang bersangkutan beliau mengatakan,”
Saya tidak bisa mengajarkan musik, pak. Seharusnya yang mengajarkan
pendidikan seni musik adalah orang-orang yang pendidikannya seni musik”.
Jadi kami hanya membelajarkan siswa dengan bernyanyi saja, tanpa
mengenalkan mereka dasar-dasar musik itu sendiri. Kalau memang ada lomba
kesenian, kami mengundang dan mendatangkan para praktisi musik untuk
mengajar siswa”.
Pembelajaran musik memang membutuhkan pemahaman guru mengenai
dasar-dasar musik dan mampu memberikan pengalaman musik agar siswa bisa
mengekspresikan dan menyanyikan lagu-lagu sesuai dengan tuntutan
kurikulum. Seandainya kemampuan guru terbatas dalam bidang musik, maka
guru bisa menggunakan berbagai media pembelajaran seperti media audio.
Untuk menyanyikan dan menghafalkan lagu-lagu wajib dan lagu anak-anak
guru bisa menyiapkan tape recorder dan memperdengarkan lagu tersebut
kepada siswa. Setelah itu perlahan-lahan siswa disuruh untuk mengikuti lagu
tersebut sampai mereka hafal irama dan lirik lagu tersebut. Disamping itu guru
melatihkan solmisasi (do, re, mi, fa, so, la, si, do) dengan ketepatan nada yang
diucapkan. Latihan ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga nada-nada
yang diucapkan dan dibaca oleh peserta didik dapa lengket dipikiran mereka.
Setelah itu baru diajarkan cara membuat ketukan sesuai dengan tempo yang
dituliskan dipartitur lagu.
Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik anak sekolah dasar
yang kecenderungan masih menganut pola pikir kongkrit dan masih dalam
taraf belajar sambil bermain, maka hal ini menjadi bahan untuk guru dalam
membelajarkan pendidikan seni musik sesuai dengan SK, KD, dan indikator
kurikulum untuk membuat desain yang menyenangkan dan bermakna bagi
mahasiswa, dan menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang
merangsang siswa untuk mengikuti pembelajaran. Caranya, dengan menyuruh
siswa melakukan gerakan, dan ekspresi mereka dalam bernyanyi, serta guru
berusaha mengkondisikan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan.
Dalam mata pelajaran seni, budaya, dan keterampilan, aspek budaya
tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata
pelajaran seni, budaya, dan keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan
seni yang berbasis budaya.
Pendidikan seni, budaya, dan keterampilan diberikan di sekolah karena
keunikan, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk
kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: “belajar
dengan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni”.
Pendidikan seni, budaya, dan keterampilan memiliki sifat multilingual,
multidimensional, multikultural. Multilingual bermakna pengembangan
kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan
media seperti: bahasa rupa, bunyi, gerak, peran, dan berbagai perpaduannya.
Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi
konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi
dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika,
dan etika. Sifat Multikultural mengandung makna pendidikan seni
menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam
budaya nusantara dan manca negara. Hal ini merupakan wujud pembentukan
sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta
toleran dalam masyarakat dan budaya majemuk.
Pendidikan seni, budaya, dan keterampilan memiliki peranan dalam
pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan
kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri
atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik,
logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas,
kecerdasan spritual dan moral, kecerdasan emosional.
c. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas awal sekolah dasar
menggunakan pendekatan tematik, tanpa melihat adanya batasan yang jelas
diantara mata pelajaran-mata pelajaran yang diberikan kepada peserta didik,
dan tidak mengenal batasan-batasan waktu antara satu mata pelajaran dengan
mata pelajaran lain. Pendekatan Tematis juga menggunakan tema sebagai
fokus pembelajaran, dan jaringan tema sebagai keterkaitan fokus dengan mata
pelajaran lain yang mendukung tema yang diberikan kepada peserta didik.
Seorang guru dalam melaksanakan proses pembelajarannya di kelas
harus mempunyai perencanaan yang jelas dan terorganisir, agar bisa
menjalankan tugasnya sebagai transformator dan fasilitator dapat terlaksana
dengan baik di depan kelas, sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna dan
menyenangkan bagi peserta didik. Perencanaan yang harus dimiliki oleh
seorang guru berbentuk RPP yang di dalamnya tertuang strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam proses
pembelajaran, serta media-media untuk kelancaran proses pembelajaran. RPP
juga berisikan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar. Semua itu diikuti
dengan perumusan indikator yang mengisyaratkan kepada guru tentang
kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Untuk mengetahui sejauh mana penguasaan peserta didik terhadap materi
yang diberikan oleh guru, banyak hal yang bisa dilakukan seperti halnya apa
yang terdapat pada unsur-unsur asesmen, penilaian proses. Guru bisa
melakukan penilaian dengan melakukan dan memperhatikan portofolio peserta
didik. Asesmen ini dilakukan dengan mengacu kepada tiga ranah, yaitu:
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dan pada tingkat yang lebih tinggi seorang
guru harus membiarkan peserta didik menilai kerja mereka sendiri, dan
menentukan nilai apa yang semestinya mereka dapatkan (penilaian diri
sendiri). Khusus untuk mata pelajaran SBK lebih penilaian diutamakan terhada
penguasaan kemampuan psikomotor peserta didik.
Pemakaian dan penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran
pendidikan seni musik khususnya, bisa dilakukan dengan cara memanfaatkan
media-media yang dekat dengan diri peserta didik. Seperti, tepuk tangan,
hentakan kaki, bernyanyi, gerakan tubuh, serta memanfaatkan peralatan-
peralatan bekas, seperti: gelas, botol dan lain sebagainya. Media ini diorganisir
sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat memperolehnya dengan mudah
dan sekaligus membuat mereka menyenangi, dan menyukai kegiatan yang
dilakukan dan pada akhirnya mereka mau menerima apa materi yang diberikan
oleh guru.
Dalam hal kemampuan memainkan alat musik juga diperagakan mulai
dari unsur pengenalan terhadap alat musik, cara memainkan yang benar, cara
membaca notasi musik, serta memberikan pemahaman terhadap aturan-aturan
atau unsur-unsur dasar dari musik. Bagian yang penting diberikan adalah
latihan harus dilakukan secara bertahap-tahap, berulang-ulang, dan sepotong-
sepotong sampai peserta didik bisa memahami dan mengerti cara membaca dan
memainkan alat musik.
SIMPULAN
Guru merupakan ujung tombak kesuksesan pendidikan, karena maju
mundurnya pendidikan terletak di tangan seorang guru. Peranan guru yang sangat
penting inilah menuntut guru harus mempunyai keahlian yang lebih dibandingkan
profesi yang lain, karena bisa dikatakan nasib anak bangsa di tangan guru. Dan
mata pelajaran lah yang menjadi senjata bagi guru dalam mendidi serta mengajar
siswa-siswinya.
Guru Sekolah Dasar (SD) menjadi penentu keberhasilan pendidikan
peserta didik. Dan mata pelajaran yang seringkali dikesampingkan yaitu
pendidkan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) yang hanya diberiakna alokasi
waktu 2 jam pelajaran dalam satu minggu. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) tahun 2006 mata pelajaran SBK di dalamnya mencakup sub
mata pelajaran seni rupa, seni musik, seni tari, dan ketrampilan.
Pendidikan seni musik yang menjadi bahasan dalam artikel ini dirasakan
kurang maksimal dalam pengajaran maupun hasilnya. Dikarenakan oleh pengaruh
perkembangan zaman yang semakin maju dan tentunya karena kurangnya
profesionalitas dan kreativitas guru dalam mendidik dan mengajar pendidikan seni
musik di SD kepada peserta didiknya. Untuk mencegah dan menanggulangi
ketidakmaksimalnya hasil pembelajaran pendidikan seni musik di SD maka dalam
hal ini perlunya perbaikan dari segi tangan kreativitas dan profesinalitas guru.
Berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan duru SD dalam meningkatkan
pofesionalitasnya dalam pembelajaran pendidikan seni musik di SD, diantaranya
yaitu memperhatikan tingkat personality guru dari segi fisik maupun nonfisik,
merencanakan desain pembelajaran yang matang dan manarik siswa, dan
pelaksanaan proses pembelajaran yang lancar dan baik sehingga pembelajaran
pendidikan seni musik bisa bermakna bagi siswa-siswi SD. Dengan semakin
meningkatnya profesionalitas guru dalam mengajarkan pendidikan seni musik SD
harapannya hasil didikan yakni siswa-siswi SD mempunyai keterampilan yang
baik dan mumpuni sesuai usia perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
BSNP. 2006. Standar Isi Kurikulum KTSP SD. Diunduh dari
http://www.sekolahdasar.net/2012/08/download-standar-isi-kurikulm-
ktsp-sd.html
UM. 2012. Wawasan Konsep Pendidikan Seni. Diunduh dari
http://sastra.um.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/BAB-I.docx.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelaran (Intructional
Design Pinciple). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Utomo, Udi. 2007. Model Pengembangan Materi Pembelajaran Seni Musik di
SD/MI Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Diunduh dari
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPP/article/download
Depdinas. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan
Seni Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
_____. ____. Kiat-Kiat Menyampaikan Pembelajaran Seni Musik di SD. Diunduh
dari http://gurupintar.ut.ac.id/download/doc_download/95-kiat-kiat-
menyampaikan-pembelajaran-seni-musik-di-sd.html.
Utomo, Fajar. 2013. Pendidikan Seni Musik di SD. Diunduh dari
http://blog.uad.ac.id/fajar12005076/2013/11/07/pendidikan-seni-musik-
di-sd/.
Desyandri. 2008. Problematika Pembelajaran Seni Musik di Sekolah Dasar.
Diunduh dari https://desyandri.wordpress.com/2008/12/22/1/.
Naisah. 2013. Pembelajaran Seni Budaya dan Keterampilan dengan
Menggunakan Pendekatan Inkuiri di Sekolah Dasar. Pontianak:
Universitas Tanjungpura.
Suharto. 2012. Problematika Pelaksanaan Pendidikan Seni Musik di Sekolah
Kejuruan Non Seni. Diunduh dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=135934&val=5651.