asam laktat laporan.docx
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram positif berbentuk kokus atau
batang, tidak membentuk spora, suhu optimum ± 400C, pada umumnya tidak motil, bersifat
anaerob, katalase negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama
fermentasi karbohidrat. Sifat-sifat khusus bakteri asam laktat adalah mampu tumbuh pada
kadar gula, alkohol, dan garam yang tinggi, mampu memfermentasikan monosakarida dan
disakarida (Saleh, E, 2004).
Asam laktat adalah asam organik yang diproduksi oleh manusia, hewan, tumbuhan dan
mikroorganisme. Asam laktat digunakan pada berbagai macam industri baik industri
makanan, tekstil, kosmetik, obat-obatan, dan populer sebagai bahan baku plastik ramah
lingkungan, yaitu polilaktat. Asam laktat telah lama diketahui dan dihasilkan oleh bakteri,
terutama oleh spesies Streptococcus lactis, Lactobacillus acidophilus dan L. bulgaricus
(Sari, 2011).
Selain bakteri, ternyata jamur juga memiliki kemampuan untuk menghasilkan asam
laktat. Menurut Romadhon (2012) mikroorganisme yang paling penting dalam produksi asam
laktat adalah genus Lactobacillus dari kelompok bakteri dan Rhizopus oryzae dari kelompok
jamur. Keduanya memiliki kemampuan untuk menghasilkan asam laktat yang tinggi.
Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses
titrasi asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan
cepat, ketelitian dan ketepatannya juga cukup tinggi.Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi
dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah titrasi dengan
menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya
dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri
merupakan kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa
untuk menentukan asam (Hidayati, 2009).
Kadar asam laktat tiap bakteri berbeda-beda, untuk menghitung kadar asam laktat pada
praktikum kali ini menggunakan analisa asam laktat dengan cara titrasi uji total metode
Acidi-alkalimetri. Berdasarkan pemaparan diatas maka penting dilakukan praktikum
mikrobiologi industri dengan judul ”Produksi Asam Laktat oleh Bakteri Asam Laktat”
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus
plantarum dalam memproduksi asam laktat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktikum ini akan dipaparkan sebagai berikut.
1.Bagaimanakah kemampuan bakteri asam laktat Lactobacillus plantarum dalam
memproduksi asam laktat ?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kemampuan bakteri asam laktat Lactobacillus plantarum dalam
memproduksi asam laktat.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram positif berbentuk kokus atau
batang, tidak membentuk spora, suhu optimum ± 400C, pada umumnya tidak motil, bersifat
anaerob, katalase negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama
fermentasi karbohidrat. Sifat-sifat khusus bakteri asam laktat adalah mampu tumbuh pada kadar
gula, alkohol, dan garam yang tinggi, mampu memfermentasikan monosakarida dan disakarida
(Saleh, E, 2004).
Sebagian besar BAL dapat tumbuh sama baiknya di lingkungan yang memiliki dan tidak
memiliki O2 (tidak sensitif terhadap O2), sehingga termasuk anaerob aerotoleran. Bakteri yang
tergolong dalam BAL memiliki beberapa karakteristik tertentu yang meliputi: tidak memiliki
porfirin dan sitokrom, katalase negatif, tidak melakukan fosforilasi transpor elektron, dan hanya
mendapatkan energi dari fosforilasi substrat. Hampir semua BAL hanya memperoleh energi dari
metabolisme gula sehingga habitat pertumbuhannya hanya terbatas pada lingkungan yang
menyediakan cukup gula atau bisa disebut dengan lingkungan yang kaya nutrisi.Kemampuan
mereka untuk mengasilkan senyawa (biosintesis) juga terbatas dan kebutuhan nutrisi kompleks
BAL meliputi asam amino, vitamin, purin, dan pirimidin (Winarno, 1993).
Bakteri asam laktat dapat dibedakan atas 2 kelompok berdasarkan hasil fermentasinya,
yaitu: Bakteri homofermentatif : glukosa difermentasi menghasilkan asam laktat sebagai satu-
satunya produk. Contoh : Streptococus, Pediococcus, dan beberapa Lactobacillus. Bakteri
heterofermentatif : glukosa difermentasikan selain menghasilkan asam laktat juga memproduksi
senyawa-senyawa lainnya yaitu etanol, asam asetat dan CO2. Contoh : Leuconostoc, dan
beberapa spesies Lactobacillus (Waluyo, 2004).
Berikut merupakan beberapa jenis bakteri asam laktat antara lain sebagai berikut:
Streptococcus thermophilus, Streptococcus lactis dan Streptococcus cremoris. Semuanya ini
adalah bakteri gram positif, berbentuk bulat (coccus) yang terdapat sebagai rantai dan semuanya
mempunyai nilai ekonomis penting dalam industri susu. Pediococcus cerevisae. Bakteri ini
adalah gram positif berbentuk bulat, khususnya terdapat berpasangan atau berempat
(tetrads).Walaupun jenis ini tercatat sebagai perusak bir dan anggur, bakteri ini berperan penting
dalam fermentasi daging dan sayuran (Waluyo, 2004).
Leuconostoc mesenteroides dan Leuconostoc dextranicum. Bakteri ini adalah gram positif
berbentuk bulat yang terdapat secara berpasangan atau rantai pendek.Bakteri-bakteri ini
berperanan dalam perusakan larutan gula dengan produksi pertumbuhan dekstran
berlendir.Walaupun demikian, bakteri-bakteri ini merupakan jenis yang penting dalam 18
permulaan fermentasi sayuran dan juga ditemukan dalam sari buah, anggur, dan bahanpangan
lainnya (Vasiee, 2014).
Lactobacillus lactis, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus
plantarum, Lactobacillus delbrueckii.Organisme-organisme ini adalah bakteri berbentuk batang,
gram positif dan sering berbentuk pasangan dan rantai dari sel-selnya.Jenis ini umumnya lebih
tahan terhadap keadaan asam dari pada jenis-jenis Pediococcus atau Streptococcus dan oleh
karenanya menjadi lebih banyak terdapat pada sayuran. Pada hewan ternak lain seperti sapi bali
dapat ditemukan bakteri asam laktat seperti Lactobacillus lactis dan Lactobacillus brevis
(Tamime, 1999).
Gambar 1. Lactobacillus plantarumLactobacillus plantarum merupakan bakteri Gram positif berbentuk
batang yang tampak biru atau ungu setelah mengalami pewarnaan Gram. Lactobacillus plantarum merupakan salah satu jenis BAL homofermentatif dengan temperatur optimal lebih rendah dari 37oC (Frazier dan Westhoff, 1988). Lactobacillus plantarum berbentuk batang (0,5-1,5 s/d 1,0-10 μm) dan tidak bergerak (non motil). Bakteri tersebut memiliki sifat katalase negatif, aerob atau fakultatif anaerob, mampu mencairkan gelatin, cepat mencerna protein, tidak mereduksi nitrat, toleran terhadap asam, dan mampu memproduksi asam laktat. Dalam media agar, L. plantarum membentuk koloni berukuran 2-3 mm, berwarna putih opaque, conveks, dan dikenal sebagai bakteri pembentuk asam laktat (Vasiee, 2014).2.2 Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi adalah suatu aktifivitas mikroorganisme terhadap senyawa molekul organik
komplek seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang mengubah senyawa-senyawa tersebut
menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana, mudah larut dan kecernaan tinggi.Fermentasi
dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang
sesuai (Hidayat, 2006).
Asam laktat merupakan bahan kimia serbaguna yang digunakan sebagai: 1). Asidulan,
aroma dan pengawet dalam industri makanan, obat-obatan, dan tekstil; 2). Untuk produksi bahan
kimia dasar; dan 3). Untuk polimerisasi bahan yang mudah dirombak yaitu poly lactid acid
(PLA) (Waluyo, L, 2004).
Berdasarkan hasil akhir fermentasinya, fermentasi dibedakan menjadi fermentasi asam
laktat/asam susu dan fermentasi alkohol. Berikut merupakan reaksi fermentasi asam laktat
(Poedjiadi,1994) :
Reaksinya: C6H12O6 ————> 2C2H5OCOOH + Energi enzim
Prosesnya :
1. Glukosa ————> asam piruvat (proses Glikolisis).
Enzim C6H12O6————> 2C2H3OCOOH + Energi
2. Dehidrogenasi asam piruvat akan terbentuk asam laktat.
2C2H3OCOOH + 2NADH2————> 2C2H5OCOOH + 2 NAD
Piruvat dehydrogenase
Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentuk asam laktat :
8 ATP —2 NADH2 = 8 - 2(3 ATP) = 2 ATP
Fermentasi asam laktat terbagi menjadi dua jenis, yaitu homofermentatif (sebagian besar
hasil akhir merupakan asam laktat) dan heterofermentatif (hasil akhir berupa asam laktat, asam
asetat, etanol dan CO2). Secara garis besar, keduanya memiliki kesamaan dalam mekanisme
pembentukan asam laktat, yaitu piruvat akan diubah menjadi laktat (atau asam laktat) dan diikuti
dengan proses transfer elektron dari NADH menjadi NAD+. Pola fermentasi ini dapat dibedakan
dengan mengetahui keberadaan enzim-enzim yang berperan di dalam jalur metabolisme
glikolisis (Poedjiadi, 1994).
Perbedaan kedua kelompok bakteri ini didasarkan juga pada kemampuan bakteri asam
laktat dalam menghasilkan enzim fruktosa difosfat aldolase. Bakteri asam laktat homofermentatif
mampu menghasilkan enzim fruktosa difosfat aldolase, sedangkan bakteri asam laktat
heterofermentatif tidak mampu menghasilkan enzim tersebut tetapi bakteri asam laktat
heterofermentatif mampu menghasilkan glukosa 6 fosfat dehidrogenase dan 6 fosfat glukonat
dehidrogenase sehingga mempunyai jalur pembentukan asam laktat yang berbeda (hidayat,
2006).
Pada heterofermentatif, tidak ada aldolase dan heksosa isomerase tetapi menggunakan
enzim fosfoketolase dan menghasilkan CO2. Metabolisme heterofermentatif dengan
menggunakan heksosa (golongan karbohidrat yang terdiri dari 6 atom karbon) akan melalui jalur
heksosa monofosfat atau pentosa fosfat. Sedangkan homofermentatif melibatkan aldolase dan
heksosa aldolase namun tidak memiliki fosfoketolase serta hanya sedikit atau bahkan sama sekali
tidak menghasilkan CO2. Jalur metabolisme dari yang digunakan pada homofermentatif adalah
lintasan Embden-Meyerhof-Parnas. Beberapa contoh genus bakteri yang merupakan bakteri
homofermentatif adalah Streptococcus, Enterococcus, Lactococcus, Pediococcus, dan
Lactobacillus, sedangkan contoh bakteri heterofermentatif adalah Leuconostoc dan Lactobacillus
(Buckle, 1987).
2.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Bakteri Asam Laktat
Faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Bakteri Asam Laktat adalah sebagai berikut
(Poedjiadi, 1994) :
1. Lama Fermentasi
Mikroorganisme diinokulasi pada media, pertumbuhan yang terlihat mula-mula adalah
suatu pembesaran ukuran, volume dan berat sel. Ketika ukurannya telah mencapai kira-kira dua
kali dari besar sel normal, sel tersebut membelah dan menghasilkan dua sel. Sel-sel tersebut
kemudian tumbuh dan membelah diri menghasilkan empat sel. Selama kondisi memungkinkan,
pertumbuhan dan pembelahan sel berlangsung terus sampai sejumlah besar populasi sel
terbentuk.Waktu antara masing-masing pembelahan sel berbeda-beda tergantung dari spesies dan
kondisi lingkungannya, tetapi untuk kebanyakan bakteri waktu ini berkisar antara 10 – 60 menit.
Tipe pertumbuhan yang cepat ini disebut pertumbuhan logaritmis atau eksponensial karena bila
log jumlah sel digambarkan terhadap waktu dalam grafik akan menunjukkan garis lurus.
2. pH (keasaman)
Makanan yang mengandung asam biasanya tahan lama, tetapi jika oksigen cukup
jumlahnya dan bakteri dapat tumbuh serta fermentasi berlangsung terus, maka daya awet dari
asam tersebut akan hilang. Pada keadaan ini mikroba proteolitik dan lipolitik dapat berkembang
biak.
3. Suhu
Tiap-tiap mikroorganisme memiliki suhu pertumbuhan maksimal, minimal dan optimal
yaitu suhu yang memberikan pertumbuhan terbaik dan perbanyakan diri tercepat.
Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berdasarkan suhu pertumbuhan
yang diperlukannya yaitu golongan psikrofil, tumbuh pada suhu dingin dengan suhu optimal 10 –
20˚C, golongan mesofil tumbuh pada suhu sedang dengan suhu optimal 20 – 45˚C dan golongan
termofil tumbuh pada suhutinggi dengan suhu optimal 50 – 60˚C. Bakteri bervariasi dalam hal
suhu optimum untuk pertumbuhan dan pembentukan asam. Kebanyakan bakteri dalam kultur
laktat mempunyai suhu optimum 30˚C, tetapi beberapa kultur dapat membentuk asam dengan
kecepatan yang sama pada suhu 37˚C maupun 30˚C.
4. Oksigen
Tersedianya oksigen dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri
diklasifikasikan menjadi empat kelompok yaitu aerob obligat(tumbuh jika persediaan oksigen
banyak), aerob fakultatif (tumbuh jika oksigen cukup, juga dapat tumbuh secara anaerob),
anaerob obligat (tumbuh jika tidak ada oksigen) dan anaerob fakultatif (tumbuh jika tidak ada
oksigen juga dapat tumbuh secara aerob).
2.4 Metode Acidi-Alkalimetri
Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen
yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam )
dengan penerima proton (basa). Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif
terhadap senyawa-senyawa yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya
alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan
baku basa (Gandjar, 2007).
A. Asam dan basa
Ada 3 pengertian mengenai apa yang disebut asam dan apa yang disebut basa (Day, 2006) :
1. Menurut Arrhenius ,
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion hydrogen (H-) dan
anion, sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion
hidroksida (OH-) dan kation. Teori Arrhenius hanya berlaku untuk senyawa anorganik dalam
pelarut air.
2. Untuk dapat berlaku dalam segala pelarut, maka Bronsted pada tahun 1923 memberikan
batasan yaitu : asam adalah senyawa yang cenderung melepaskan proton sedangkan basa
adalah senyawa yang cenderung menangkap proton.
A → H + B
Asam → proton + basa konjugatnya
3. Batasan lain diberikan oleh Lewis pada tahun 1938 yang menyatakan bahwa asam adalah
akseptor (penerima ) pasangan electron sedangkan basa adalah donor (pemberi ) pasangan
electron. Dengan batasan ini maka konsep mengenai asam-basa berubah sama sekali yaitu :
senyawa asam itu tidak harus mengandung hydrogen. Menurut Lewis reaksi berikut adalah
reaksi asam basa :
NH3 + BF3 → H3N:BF3
Secara skematis ketiga teori di atas dapat digambarkan dalam skema berikut :
B. Prinsip titrasi akan dipaparkan sebagai berikut (Frazier, 1988) :
Reaksi netralisasi
Reaksi umum :
1. Alkalimetri : Zat uji bersifat asam lemah + larutan baku basa → garam +air
Contoh :
CH3COOH + NAOH → CH3COONA (garam) + H20 (air )
2. Asidimetri
Zat uji bersifat basa lemah + larutan baku asam → garam + air
Contoh :
Teori Asam Basa
Arrhenius Donor proton Donor hidroksida
Bronsted Donor proton Akseptor proton
Lewis Akseptor pasangan
electron
Donor pasangan elektron
NH4OH + HCL → NH4CL + H20
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Mikrobiologi Industri dengan judul “Produksi Asam Laktat oleh Bakteri Asam
Laktat” dilaksanakan pada hari kamis-jum’at tanggal 10-11 Desember 2015 mulai pukul 09.50-
selesai di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
4.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Bunsen spirtus 1 buah
2. Kompor pemanas/hotplate 1 buah
3. Jarum ose 1 buah
4. Erlenmeyer 1 buah
5. Sentrifuge 1 buah
6. Tabung sentrifuge 2 buah
7. Cawan petri 1 buah
8. Pipet tetes 1 buah
9. Buret-statif 1 buah
10. Botol flakon besar 1 buah
11. Korek api secukupnya
12. Plastic wrap secukupnya
13. Alat tulis secukupnya
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini di paparkan sebagai berikut.
1. Media MRSA secukupnya
2. Media MRSB 45 ml
3. Media PCA secukupnya
4. NaOH 7,9 ml
5. Indikator PP 3 tetes
6. Lactobacillus plantarum 2 ose
7. Aquades 45 ml
3.3 Cara Kerja
Cara kerja dalam praktikum ini akan dijelaskan sebagai berikut.
3.3.1 Pembuatan Inokulum (Kultur Aktif) Lactobacillus plantarum
1. Dilakukan pembuatan inokulum dengan cara menginokulasikan sebanyak 2 ose masing-
masing hasil peremajaan bakteri Lactobacillus plantarum ke dalam 50 ml media MRSB
dan dihomogenkan.
2. Diinkubasi pada shaker incubator dengan suhu 300C dan dengan kecepatan 100 rpm
selama 1 x 24 jam.
3.3.2 Produksi Asam Laktat oleh Lactobacillus plantarum
1. Diambil inokulum sebanyak 5 ml dan ditambahkan ke dalam 45 ml media MRSB steril
dan dihomogenkan.
2. Diinkubasi pada shaker incubator dengan suhu 300C dan dengan kecepatan 100 rpm
selama 1 x 24 jam.
3. Diambil 10 ml hasil inokulum dan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge menggunakan
pipet tetes sebanyak 2 kali.
4. Disentrifuge dengan kecepatan 500 rpm selama 10 menit.
5. Diambil supernatant sebanyak 5 ml dan diletakkan pada 45 ml aquades steril dan diulang
sebanyak 2 kali.
6. Dilakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N kemudian 50 ml sampel
ditambah dengan 3 tetes indicator pp sampai titik akhir titrasi tercapai, yang terbentuk
merah muda tetap dan dilakukan sebanyak 2 kali.
7. Diukur Ph sisa supernatant yang dihasilkan.
8. Dilakukan perhitungan kadar asam laktat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Perlakuan
1. Dilakukan pembuatan inokulum dengan
menginokulasikan 2 ose bakteri Lactobacillus
plantar ke dalam 50 ml media MRSB kemudian
dihomogenkan.
Didapatkan campuran bakteri
Lactobacillus plantar pada media
MRSB.
2. Diinkubasi pada shaker incubator pada suhu
300C dan kecepatan 100 rpm selama 1 x 24 jam.
3. Inokulum sebanyak 5 ml ditambahkan ke dalam
45 ml media MRSB steril dan Diinkubasi pada
shaker incubator pada suhu 300C dan kecepatan
100 rpm selama 1 x 24 jam.
Didapatkan 50 ml sampel.
4. Diambil 10 ml hasil inokulum dan dimasukkan
ke dalam tabung sentrifuge menggunakan pipet
tetes sebanyak 2 kali.
Didapatkan 10 ml hasil inokulum
dalam 2 tabung sentrifuge.
5. Di sentrifuge dengan kecepatan 500 rpm selama
10 menit.
Didapatkan 2 lapisan yaitu pellet dan
supernatant.
6. Diambil supernatant sebanyak 5 ml dan
dimasukkan dalam 45 ml aquades steril diulang
sebanyak 2 kali.
Didapatkan campuran supernatant dan
aquades sebanyak 50 ml.
7. dilakukan titrasi dengan NaOH 0,1 N kemudian
volume sampel 50 ml ditetesi dengan indicator
- Didapatkan sampel berwarna merah
muda.
pp sebanyak 3 tetes - cirri-ciri titik awal tidak pekat dan
tidak pudar (tidak akivalen).
- reaksi asam antara indicator pp
menyebabkan warna merah muda.
- titik ekivalen berhenti dalam jangka
waktu 30 detik.
8. Diukur Ph sisa supernatant Ia : 4 (ASAM)
Ib : 4 (ASAM)
Perhitungan :
Rumus total asam (w/v) : % asam
Volume NaOH : V1 + V2/ 2
: 3,7 + 7,1/ 2
: 15,8/ 2
: 7,9 ml
Kadar asam laktat (%) : ml NaOH X N NaOH X (90/1000) X Fp X 100 %
50
: 7,9 X 0,1 X 90/1000 X 10X 100%
50
: 1,422 %
Jadi kadar asam laktatnya adalah : 1,422 %
Keterangan: 1. Berat equivalen asam laktat 90
2.Ml NaOH = rata-rata volume NaOH untuk titrasi
3. N NaOH = Normalitas NaOH 10 ml
4. FP = Faktor Pengenceran
4.2 Gambar Pengamatan
No. Gambar Pengamatan Keterangan
1. Hail inokulasi bakteri Lactobacillus
plantarum pada media MRSB.
2. Diambil inokulum sebanyak 5 ml dan
ditambahkan ke dalam 45 ml media
MRSB steril dan dihomogenkan dan
diinkubasi pada shaker incubator
dengan suhu 300C dan dengan
kecepatan 100 rpm selama 1 x 24 jam.
3. Hasil inkubasi sampel di ambil 10 ml
dan dimasukkan ke dalam tabung
sentrifuge kemudian di sentrifuge
dengan kecepatan 500 rpm selama 10
menit.
4. Hasil sentrifugasi dengan terbentuknya
2 bagian yaitu pellet dan supernatant.
5. Hasil titrasi 1.a (sampel pertama).
Menunjukkan Warna merah muda
6. Hasil titrasi 1.b (sampel kedua).
Menunjukkan Warna merah muda.
7. Pengukuran Ph pada supernatant :
1.a = 4 (Asam)
1.b = 4 (Asam)
4.3 Pembahasan
Praktikum mikrobiologi industri dengan judul ”Produksi Asam Laktat oleh Bakteri Asam
Laktat” dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus
plantarum dalam memproduksi asam laktat. Adapun beberapa langkah kerja yang harus
dilakukan dalam praktikum antara lain adalah dengan melakukan pembuatan inokulum dengan
menginokulasikan 2 ose masing-masing hasil peremajaan bakteri Lactobacillus plantarum ke
dalam 50 ml media MRSB dan diinkubasi pada shaker incubator dengan suhu 300C dan
kecepatan 100 rpm selama 24 jam.
Media MRSB yang biasa digunakan dalam isolasi bakteri asam laktat pada genus
Lactobacillus. Media ini merupakan media cair yang digunakan untuk memperkaya jenis bakteri
asam laktat. Hal ini sesuai dengan literature (Hidayati, 2009) yang menyatakan bahwa MRSB
merupakan media yang diperkenalkan oleh De Mann, Rogosa, dan Shape (1960) untuk
memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS
broth mengandung polysorbat, asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk
beraksi/bertindak sebagai faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS
broth tidak sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta
jenis bakteri lain dapat tumbuh. MRS agar mengandung: Glukosa, yeast extract, pepton, beef
axtraxt, sodium asetat, tween, potassium fosfat, di ammonium hidrogen citrate, MgSO4, MnSO4,
dan aquades dalam komposisi pembuatannya.
Bakteri asam laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram positif berbentuk kokus atau
batang, tidak membentuk spora, suhu optimum ± 400C, pada umumnya tidak motil, bersifat
anaerob, katalase negatif dan oksidase positif, dengan asam laktat sebagai produk utama
fermentasi karbohidrat. Sifat-sifat khusus bakteri asam laktat adalah mampu tumbuh pada kadar
gula, alkohol, dan garam yang tinggi, mampu memfermentasikan monosakarida dan disakarida
(Romadhon, 2012).
Praktikum kali ini menggunakan bakteri asam laktat jenis Lactobacillus plantarum
sebagai inokulum yang berperan dalam menghasilkan asam laktat. Menurut (Waluyo, 2004)
Lactobacillus plantarum mempunyai kemampuan untuk menghambat mikroorganisme pathogen
pada bahan pangan dengan daerah penghambatan terbesar dibandingkan dengan bakteri asam
laktat lainnya dan bakteri ini mampu memproduksi asam laktat lebih besar dibandingkan jenis
bakteri asam laktat lainnya yang disebut dengan ensiling dalam istilah kimia.
Ensiling merupakan proses biokimia yang dilakukan oleh kelompok bakteri laktat yaitu
Lactobacillus dengan hasil akhirnya antara lain mendapatkan asam laktat dan pH yang rendah.
Asam laktat dapat bersifat mengawetkan bahan pangan. pH yang rendah dapat menghambat
kontaminasi mikroorganisme pembusuk, mokroorganisme pathogen serta mikroorganisme
penghasil racun akan mati (Waluyo, 2004).
Lactobacillus juga dapat menghasilkan H2O2 akibat adanya oksigen dan berfungsi
sebagai antibakteri yang dapat menyebabkan adanya daya hambat terhadap pertumbuhan
mikroorganisme lain. Lactobacillus mempunyai kemampuan untuk menghasilkan antibiotik yang
disebut bakteriosin. Pada pH rendah tersebut nilai nutrisi dan organoleptik dapat dipertahankan
(Winarno, 1993).
Menurut Rahayu (2009) ada tiga jenis bakteri asam laktat yang berpengaruh selama
proses ensiling, yaitu Leuconostoc mesenteroides, Streptococcus faecalis, dan Lactobacillus
plantarum. Bakteri yang mempunyai peranan penting sebagai penghasil asam laktat adalah L.
plantarum. Berdasarkan hasil penelitian Jenie dan Rini (1995) L. plantarum mempunyai daerah
penghambat terbesar terhadap Listeria monocytogenes dibandingkan dengan bakteri asam laktat
lainnya. Listeria monocytogenes merupakan bakteri pathogen yang penting terutama pada
makanan dingin seperti susu, daging sapi, sosis kering, hasil laut dan sayur-sayuran, karena
bakteri Ini bersifat pathogen. L. plantarum merupakan spesies Lactobacillus yang mampu
memproduksi H2O2 dalam jumlah yang tinggi (Jenie dan Rini, 1995). Lactobacillus mampu
mengakumulasi H2O2 selama penyimpanan dalam refrigerasi tanpa pertumbuhan kultur dan
produksi asam, hal ini memungkinkan aplikasi kultur laktat untuk pengawetan makanan tanpa
harus melalui proses fermentasi.
Langkah selanjutnya adalah setelah inokulum diinkubasi maka diambil 5 ml hasil
inokulum pada media MRSB sebanyak 45 ml dan dihomogenkan sampai tercampur dengan rata
dan jangan sampai terkena tutupnya atau kapasnya karena akan menimbulkan kontaminasi.
Setelah didapatkan 50 ml sampel lalu diinkubasi kembali selama 24 jam dengan kecepatan 100
rpm dengan suhu 300C. Hasil inkubasi sampel diambil 10 ml lalu dimasukkan dalam tabung
sentrifuge dan dilakukan sebanyak dua kali. Setelah itu di sentrifuge dengan kecepatan 500 rpm
selama 10 menit. Hal ini dilakukan untuk memisahkan sel Lactobacillus plantarum dari hasil
metabolitnya. Dan didapatkan hasil sentrifugasi yaitu dengan terbentuknya 2 lapisan yang terdiri
atas pellet dan supernatant. Diambil supernatant sebanyak 5 ml dan dimasukkan dalam 45ml
aquades yang steril dan diulang sebanyak dua kali. Filtrate hasil sentrifuge merupakan asam
laktat yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh bakteri asam laktat yaitu Lactobacillus
plantarum.
Fermentasi adalah suatu aktifivitas mikroorganisme terhadap senyawa molekul organik
komplek seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang mengubah senyawa-senyawa tersebut
menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana, mudah larut dan kecernaan tinggi.Fermentasi
dapat terjadi karena adanya aktivitas mikroba penyebab fermentasi pada substrat organik yang
sesuai (Hidayat, 2006).
Asam laktat merupakan bahan kimia serbaguna yang digunakan sebagai: 1). Asidulan,
aroma dan pengawet dalam industri makanan, obat-obatan, dan tekstil; 2). Untuk produksi bahan
kimia dasar; dan 3). Untuk polimerisasi bahan yang mudah dirombak yaitu poly lactid acid
(PLA) (Waluyo, L, 2004).
Berdasarkan hasil akhir fermentasinya, fermentasi dibedakan menjadi fermentasi asam
laktat/asam susu dan fermentasi alkohol. Berikut merupakan reaksi fermentasi asam laktat
(Poedjiadi,1994) :
Reaksinya: C6H12O6 ————> 2C2H5OCOOH + Energi enzim
Prosesnya :
1. Glukosa ————> asam piruvat (proses Glikolisis).
Enzim C6H12O6————> 2C2H3OCOOH + Energi
2. Dehidrogenasi asam piruvat akan terbentuk asam laktat.
2C2H3OCOOH + 2NADH2————> 2C2H5OCOOH + 2 NAD
Piruvat dehydrogenase
Energi yang terbentuk dari glikolisis hingga terbentuk asam laktat :
8 ATP —2 NADH2 = 8 - 2(3 ATP) = 2 ATP (Poedjiadi,1994)
Langkah selanjutnya setelah didapatkan 50 ml campuran antara supernatant dan aquades
maka dilakukanlah proses titrasi menggunakan bahan NaOH dan indicator pp. Dimana volume
sampel sebanyak 50 ml ditetesi dengan indicator pp sebanyak 3 tetes. NaOH sebagai larutan
baku dalam proses titrasi ini. NaOH digunakan sebagai larutan baku karena senyawa sampel
bersifat asam sehingga jika dititrasi larutan baku yang digunakan harus bersifat basa. Menurut
(Gandjar, 2007) untuk larutan baku alkali umumnya digunakan natrium hidroksida, kalium
hidroksida, dan barium hidroksida. Larutan ini mudah menyerap karbondioksida dari udara, oleh
karena itukonsentrasinya dapat berubah degan cepat. Dengan demikian larutan baku alkali dibuat
bebas karbonat dan untuk melindungi itu dari pengaruh karbondioksida dari udara maka
penyimpanan dilengkapi degan “soda lime tube”. Semua larutan baku harus sering dibakukan
lagi.
Hasil titrasi didapatkan sampel berwarna merah muda dengan ciri titik awal tidak pekat
dan tidak pudar (titik ekuivalen),Menurut Hidayati, 2009) Titik equivalen adalah titik dimana
terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisa dan larutan standar. Titik
akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indikator yang menunjukan titik
equivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya titik equivalen
lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titim
akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisa konsentasi titran.
Reaksi asam pada indicator pp menyebabkan warna berubah menjadi merah muda dan
titik ekuivalen akan berhenti pada jangka waktu 30 detik. Selanjutnya dilakukan pengukuran ph
terhadap hasil supernatant yang didapatkan. Pada sampel pertama dan kedua didapatkan hasil
pengukuran phnya adalah asam yaitu 4. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi suatu senyawa
yang termasuk kedalam golongan asam atau basa, maka salah satu cara yang digunakan adalah
dengan memberi sedikit indikator pada larutannya. Bila dalam suatu larutan diberi dengan
indikator pp kemudian larutannya berwarna merah muda, maka larutan tersebut bersifat basa.
dan bila dalam larutan diberi indikator pp kemudian larutannya tidak berwarna (bening), maka
larutan tersebut bersifat asam.
Menurut (Poedjiadi,1994) Titrasi asam basa merupakan analisis kuantitatif untuk
menentukan molaritas larutan asam atau basa. Zat yang akan ditentukan molaritasnya dititrasi
oleh larutan yang molaritasnya diketahui (larutan baku atau larutan standar) dengan tepat dan
disertai penambahan indikator. Fungsi indikator di sini untuk mengetahui titik akhir titrasi. Jika
indikator yang digunakan tepat, maka indikator tersebut akan berubah warnanya pada titik akhir
titrasi. Titrasi asam basa merupakan metode penentuan molaritas asam dengan zat penitrasi
larutan basa atau penentuan molaritas larutan basa dengan zat penitrasi larutan asam. Titik akhir
titrasi (pada saat indikator berubah warna) diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu
kondisi pada saat larutan asam tepat bereaksi dengan larutan basa.
Indikator adalah zat warna larut yang perubahan warnanya tampak jelas dalam rentang
pH yang sempit. Jenis indikator yang khas adalah asam organik yang lemah yang mempunyai
warna berbeda dari basa konjugatnya. Indikator yang baik mempunyai intensitas warna yang
sedemikian rupa sehingga hanya beberapa tetes larutan indikator encer yang harus ditambahkan
ke dalam larutan yang sedang diuji. Konsentrasi molekul indikator yang sangat rendah ini hampir
tidak berpengaruh terhadap pH larutan. Perubahan warna indikator mencerminkan pengaruh
asam dan basa lainnya yang terdapat dalam larutan (Gandjar, 2007).
Indikator PP (phenol pthalein) merupakan indikator yang digunakan dalam titrasi asam-
basa. indikator PP apabila bercampur dengan zat yang bersifat basa akan mengubah warna
larutan menjadi pink. sedangkan apabila indikator PP dicampur dengan zat bersifat asam tidak
akan menyebabkan perubahan warna jadi dalam titrasi asam basa, indikator PP dapat
menunjukkan apakah larutan bersifat asam atau basa (Gandjar, 2007).
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa. Antara lain
adalah ( Poedjiadi, 1994) :
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian
membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik
tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi kita hentikan. Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis.
3. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya
adalah dua hingga tiga tetes.
4. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
5. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator
disebut sebagai “titik akhir titrasi”.
Hasil titrasi menggunakan NaOH didapatkan volume sampel pertama adalah 8,7 ml dan
volume sampel kedual adalah 7,1 ml. sehingga volume total sampel ditambahkan dan dibagi dua
hasilnya menjadi 7,9 ml. untuk menghitung kadar asam laktat menggunakan rumus sebagai
berikut.
Kadar asam laktat (%) : ml NaOH X N NaOH X (90/1000) X Fp X 100 %
50
: 7,9 X 0,1 X 90/1000 X 10X 100%
50
: 1,422 %
Dari hasil perhitungan didapatkan jumlah kadar asam laktat dalam 50 ml sampel adalah
1,422 %. Kadar asam laktat pada Lactobacillus plantarum menunjukkan bahwa bakteri tersebut
menghasilkan asam laktat yakni terjadi perombakan senyawa gulukosa yang terkandung didalam
susu menjadi senyawa yang lebih sederhana. Jumlah kadar asam laktat selama masa inkubasi
dari hari pertama sampai hari berikutnya akan semakin tinggi dan meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum akan dipaparkan sebagai berikut.
1. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Bakteri Asam
laktat Lactobacillus plantarum menghasilkan asam laktat. Berdasarkan hasil titrasi dengan
metode Acidi-alkalimetri untuk menghitung kadar asam laktat dapat dihitung dengan rumus:
Kadar asam laktat yang dihasilkan dari titrasi yang diulang 3 kali adalah sama yakni sebesar
1,422 %.
5.2 Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar dan baik. Semua sesuai prosedur han hasil dari
praktikum juga sesuai dengan literature yang ada hanya saja perlunya ketelitian bagi praktikum
ketika pengamatan. terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, et.al. 1987. Ilmu Pangan (terjemahan). Jakarta: penerbit Universitas Indonesia (UI-
Press)
Day, R. A. 2006. Analisis kimia kuantitatif edisi VI. Jakarta: Erlangga
Frazier, W.C. & P.C. Westhoff. 1988. Food Microbiology. Tata McGraw-Hill Company Limited,
New Delhi.
Gandjar, Ibnu G. dan Abdul Rohman, 2007, Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Hidayati, Ana. 2009. Kimia Dasar Analitik. Semarang: Undip Press
Hidayat, Nur. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi
Mujnisa, A.dkk. 2003. Ketahanan Bakteri Asam Laktat Hasil Isolasi Dari Feses Broiler Terhadap
Kondisi Saluran Pencernaan Broiler. Jurnal ilmiah vol 1 no 6
Rahayu, siti dan Yeyen Prestyaning Wanita.2009. The Characteristics And Sensory Evaluation
Of Functional Food Based On Cassava. Journal of food microbiology vol 1 no 5
Romadhon, dkk. 2012. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Dari Usus Udang
Penghasil Bakteriosin Sebagai Agen Antibakteria Pada Produk-Produk Hasil Perikanan.
Jurnal saintek perikanan vol 8 no 1
Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Medan : USU Digital Library
Sari, Meisji Liana,dkk. 2011. Isolasi Dan Karakterisasi Bakteri Asam Laktat Pada Usus Ayam
Broiler. Jurnal mikrobiologi vol 5 no 21
Tamime, A.Y. and R.K. Robinson. 1999. Yoghurt: Science and technology. 2nd Edition.CRC
Press. Boston
Vasiee,A.R,dkk. 2014. Isolation, Identification And Characterization Of Probiotic Lactobacilli
Spp From Tarkhineh. International Food Research journal vol 21 no 6.
Vogel, A.I., 1978, A Text Book of Quantitative Inorganic Analysis, 4 Ed., Longmans, Green and
Co. London, New York, Toronto.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press.
Winarno, F.G. 1993. Pangan: Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.