asidi alkalimetri

Upload: khoirunnissa-hidayati

Post on 18-Oct-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KA

TRANSCRIPT

Arrhenius mempostulatkan bahwa bila molekul elektrolit dilakukan dalam air, akanterbentuk ion-ion negatif dan positif. Menjelang akhir abad sembian belas definisi asamdan basa dinyatakan dalam teori pengionan Arrhenius. Asam Arrhenius ialah zat yangmelarut kedalam air untuk memberikan ion H+(Keenan :1984). Senyawa bersifat asam bila:mempunyai rasa masam, dapat mengubah indikator lakmus kertas biru mejadi merah, biladitanbah logam dapat melepaskan gelembung-gelembung gas hidrogen, hinggadisimpulkan senyawa bersifat asam mengandung ion hidrogen (Hardjono : 2008).Senyawa bersifat basa bila : mempunyai rasa pahit, dapat mengubah indikator kertaslakmus merah menjadi biru, dan senyawa mengandung gugus hidroksi, OH-(Hardjono :2008). Menurut Arrhenius basa merupakan zat yang melarut kedalam air untukmemberikan ion OH-(Keenan :1984).Kelemahan-kelemahan konsep asam-basa arrhenius antara lain :a.Tidak dapatmenerangkan sifat-sifat CO2dan NH3b.Tidak mesti senyawa yang mengandung ion hidrogen bersifat asam, terlihat padasenyawa hidrokarbonc.Tidak mesti senyawa yang mengandung gugus hidroksi, bersifat basa. Senyawa fenoldan keluarga fenol mengandung OH, namun justru bersifat asam.d.Tidak mesti senyawa yang pahit harus basa yang mengandung OH. Senyaw alkaloidbersifat basa namun sifat basa ditentukan oleh adanya gugus amina.2.Konsep asam-basa menurut Bronsted-LowryPada tahun 1923 J.N. Brosnted di Denmark dan T.M. Lowry di Inggris secara terpisahmenyarankan cara lain dalam memberikan asam dan basa. Menurut sistem ini asamBronsted-Lowry adalah donor proton (yang dimaksud proton adalah H+) dan basaBronsted-Lowry adalah penerima proton (Keenan :1984).Bila dikaitkan dengan konsep Arrhenius terdapat kolerasi yaitu senawa dapatmelepaskan proton bila senyawa mengandung hidrogen. Konsep asam-basa Bronsted-Lowry dapat di mnegerti bila kita memahami sifat-sifat larutan yang berkaitan denganpengertian larutan elektrolitkuat(Hardjono :2008).Kelemahan konsep ini yaitu konsep asam-basa ini tidak menjelaskan sifat-siftasenyawa seperti : BF3, AlCl3, dan NH3. Senyawa BF3maupun AlCl3banayk dijumpai padareaksi-reaksi organik dan dikenal bersifat asam. Jelas senyawa tersebut tidak mengandunghidrogen sehingga tidak mungkin dapat melepaskan proton (Hardjono : 2008).3.KonsepAsam-Basa LewisTeori yang sangat umum mengenai perilaku asam dan basa dinyatakan oleh G.N.Lewis. Menurut konsep ini, suatu asam Lewis didefinisikan spesi apa saja yang bertindaksebagai penerima pasangan-elektron dalam reaksi kimia, dan suatu basa Lewis ialah donorpasangan elektron. Definisi Lewis taat azas dengan pandangan Bronsted-Lowry, karenaproton dapat dipandang sebagi suatu donor pasangan-elektron (Keenan :1984).Ciri-ciri basa Lewis : senyawa netral yang memilki pasangan elekton bebas, senyawabermuatan negatif, dan senyawa yang mengandung ikatan rangkap dua. Hingga ciri basaLewis adalah senyawa yang kaya elektrkon (Hardjono : 2008). Suatu keuntungan konsepLewis adalah bahwa konsep ini mengenali zat-zat tertentu sebagai asam yang takmengandung hidrogen tetapi mempunyai fungsi seperti asam berhidrogen biasa (Keenan :1984).2.2 TitrasiIstilah analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan tepat,yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif dengan larutan dari zat yang akanditetapkan ( J.Basset :1994). Konsentrasi larutan yang tidak diketahui kemudian dihitung.Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung secara cepat, reaksi berlangsung secarakuantitatif, dan tidak ada reaksi efek samping. Selain itu jika reagen penitrasi yangdiberikan berlebih, maka harus dapat diketahui dengan suatu indikator ( S.M. Khopkar :1990).Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui tepat itu, disebut larutan standar.Suatu larutan standar adalah larutan yang mengandung regensia dengan bobot yangdiketahui dalam suatu volume tertentu larutan. Selama bertahun-tahun, konsetrasidinyatakan dalam molaritas dan normalitas. Mlarutan standar biasanya ditambhakan daridalam sebuah burret ( J.Basset :1994).Volume pada jumlah reagen yang ditambahkan tepat sam yang diperlukan untukbereaksi sempurna oleh zat yang dianlisis disebut sebagai titik ekuivalen ( S.M. Khopkar :1990). Setelah reaksi antara zat dan larutna standar praktis lengkap, indikator harusmemberikan perubahan visual yang jelas (entah terjadi perubahan warna atau pembentukankekeruhan) dalam cairan yang sedang dititrasi. Titik saat terjadi perubahan tersebut disebuttitik akhir titrasi. Pada titrasi yang ideal, titik akhir yang terlihat akan terjadi bersamaandengan titik akhir stoikiometri/teoritis. Namun dalam praktek, biasanya akan terjadiperbedaan yang sangat sedikit ( J.Basset :1994). Perbedaan antara titk akhir dan titikekuivalen disebut kesalahan titik akhir. Kesalahn titik akhir adalah kesalahan acak yangberbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapatdihitung ( S.M. Khopkar : 1990). Indikator dan kondisi-kondisi eksperimen harus dipilihsedemikian, sehingga perbedaan antara titik akhir dan titik ekivalen adalah sekecil mungkin( J.Basset :1994).Regensia dengan konsentrasi yang diketahui itu disebut titran dan zat yang sedngdititrasi disebut titrat (analit) ( J.Basset :1994). Betikut syarat-syarta yang diperlukan agartitrasi yang dilakukan berhasil :1.Konsentrasi titran harus diketahui2.Reaksi yang tepat antara titran dan senyawa yang dianalisis harus diketahui.3.Titik stokiometri atau ekivalen harusdiketahui. Indikatoryang memberikan perubahanwarna, atau sangat dekat pada titik ekivalen yang sering digunkan.4.Volume titran yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen harus diketahuisetepatmungkin (Hardjono : 2008).Metode titrasi lainnya dapat dipakai untuk ketelitian yang tinggi dan memilikibeberapa keuntungan, di mana ia dapat ditetapkan melebihi metode gravimetri. Metode-metode ini memerlukan peralatan yang lebih sederhana dan umumnya cepat di kerjakan.Pemisahan yang menjemukan dan sukar sering dapat dihindari (Vogel : 1985).

Reaksi yang digunakan dalam analisis titrimetri dapat dibagi dalam dua golonganutama :1.Reaksidalammanatak terjadiperbahan keadaan oksidasi,reaksiini bergantung padabersenyawanya ion-ion.2.Reaksi oksidasi-reduksi, ini melibatkan suatu perubahan keadaan oksidasi(pemindahan elektron).

Namun, demi kemudahan mkedua tipe reakis ini dibagi dalam empat golongan utama :1.Reaksipenetralan :ini melibatkan titrasibasa bebas,atau basa yang terbentukkarena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah, dengan suatu asam standar, dan titrasiasa, bebas atau asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemahdengan suatu basa standar. Reaksi-reaski ini melibatkan bersenyawanya ion hidrogendan ion hidroksida untuk membentuk air.2.Reaksipembentukankompleks: reaksi ini bergantung pada bersenyawanyaion-ion(yang bukan ion hidrogen atau ion hidroksida) untuk membentuk suatu ion atausenyawa yang dapat larut dan sedikit terdisosiasi.3.Reaksi pengendapan : reaksi bergantung pada bersenyawanya ion-ion untukmembentuk sebuah endapan sederhana (Vogel : 1985).4.Reaksioksidasi-reduksi :dalamgolongan initremasuk semua reaksiyang melibatkanreaksi oksidasi-reduksi. Sebagian besar titrasi terliput oleh dua kaktegori ini (S.M.Khopkar : 1990).2.3 Titrasi Asam-BasaTujuan titrasi misalnya dari suatu larutan basa dengan larutan suatu asam, adlah untukmenetapkan jumlah asam yang secra kimiawai adalah tepat ekivalen dengan jumlah basayang ada. Keadaan pada mana ini dicapai hasilnya adalah larutan air dari garam yangbersangkutan. Jika baik asamnya maupun basanya merupakan elektrolit kuta, larutan yangdihasilkan akan netral dan mempunyai pH 7, tetapi jika asam atau basanya merupakanelektorlit lemah maka garam itu akan terhidolisis sampai derajat tertentu dan larutan padatitik ekivalen itu akan entah sedikit basa atau sedikit asam. pH tepat dari larutan pada titikekivalen dapat mudah dihitung dari tetapan ionisasi dari asam lemah atau basa lemah itudan konsentrasi larutan. Untuk setiap titrasi yang sesungguhnya, titik akhir yang benar akanditandai oleh suatu nilai tertentu dari konsentrasi ion-hidrogen larutan itu, di mana nilaitersebut bergantung pada sifat asam dan basa dan konsentrasi larutan (Vogel : 1985). Pada titrasi ini dapat dibagi menjadi beberapa spesifikasi, antara lain :

1.Titrasiasamkuat dengan basa kuat. Reaksi untuk titrasiasamkuat-basa kuatadalah:H+(L)+ OH(L)-H2O Untuk menghitung [H+] pada titik tertentu dalam titrasi, kita harus menentukan jumlah H+yang tetap tinggal pada titik tersebut dibagi dengan volume total larutan. Keadaanberdasarkan kenyataan bahwa pada awal titrasi relatif terdapat sejumlah besar H+ dalam larutan dan penambahan sejumlah ion OH-meghasilkan perubahan pH yang kecil. Namundemikian, dekat titik ekivalen [H+] relatif kecil dan penamahan sejumlah kecil OH-menghasilkan perubahan pH yang besar. Kurva pH yang berasal dari titrasi asam kuatdengan basa kuat, mempunyai karakteristik sebagai berikut :a.Sebelumtitikekivalen[H+] dapat dihitung dengan membagi jumlah milimol H+yang tertinggal dengan volume total larutan dalam mililiter.b.Pada titik ekivalen, pH =7,0c.Setelahtitikekivalen[OH-] dapat dihitung dengan membagi jumlah milimol kelebihanOH-dengan volume total larutan. Kemudian H+ diperoleh dari Kw (Hardjono : 2008).

2.Titrasi asam lemah dengan basa kuat. Pada asam kuat dan basa kuat merekaterdisosiasi sempurna maka perhitungan untuk memperoleh pH dan kurva pH untuksuatu titrasi dikerjakan secara langsung. Sekarang bila asam yang dititrasi asam lemah,maka ada satu perbedaan utama, yaitu untuk menghitung [H+] setelah jumlah tertentubasa kuat ditambahkan, maka harus ingat dengan asam lemah yang terurai dalamkeseimbangan. Perhitungan kurva pH untuk titrasi ini meliputi prosedur dua langkah,yaitu: persoalan stokiometri dan persoalan keseimbangan (Hardjono : 2008).3.Titrasibasa lemahdenganasamkuat. Pada titrasiama lemah-basa kuatyang perludiperhatikan adalah tentang komponen utama dalam larutan dan kemudianmemutuskan apakah reaksi terjadi menuju sempurna (Hardjono : 2008).Ada dua cara yang lazim untuk menentukan titik ekivalen pada tihtrasi asam-basa :1.Menggunakan alat pH meter, sering juga secara instrumen2.Menggunakan indikator asam-basa, dinamakan juga secara kimia, yang menunjukkantitik akhir titrasi dengan terjadinya perubahan warna.Kebanyakan indikator asam-basa adalah molekul kompleks yang bersifat asam lemah.Mereka memberikan satu warna bila proton terikat pada molekul dan warna berbeda bilaproton lepas (Hardjono : 2008). Ada tersedia sejumlah zat indikator penetral atau indikatorasam-basa yang memilki warna-warna berbeda bergantung pada konsentrasi ion hidrogendari larutan. Ciri-ciri khas utama dari indikator ini adalah bahwa perubahan dari tyangdominan asam menjadi warna yang dominan basa tidaklah mendadak dan sekaligus, tetapiberjalan didalam suatu selang pH yang dinmakan selang peruabahan warna indikator(Vogel:1985). Perubahan warna disebabkan resonansi isomer elektron, berbagai indikator mempunyaitetapan ionisasi yang berbeda dan akibatnya mereka menunjukkan warna pada range pHyang berbeda. Indikator asam-basa secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam tigagolongan :a)Indikatorftalein dan indikatorsulfoftaleinb)Indikatorazoc)Indikator trifenilmetana(S.M. Khopkar :1990)Untuk beberapa tujuan dikehandaki suatu perubahan warna yang tajam pada suatujangkauan pH yag sempit dan terpilih. Kasus-kasus seperti ini dapat dicapai denganmenggunakan campuran indikator yang sesuai. Ini umumnya dipilih sedemikian hingganilai pk `ln mereka berada dekat satu sama lain, dan warna-warna yang bertindihan adalahkomplementer pada suatu nilai pH pertengahan. Perubahan warna dari suatu indikatortunggal dapat juga diperbaiki dengan menambahkan zat warna yang peka pH untukmenghasilkan komplemen dari salah satu warna indikator universal (Vogel:1985). Selain itu dikenal juga yang disebut indikator universal. Indikator ini memang tidakdigunakan untuk titrasi melainkan untuk mengukur range pH dengan warna pH 3,0(merah), pH 5 (orange), pH 6 (kuning), pH 8,5 (hijau), pH 9 (biru), pH 10 (violet) (S.M.Khopkar : 1990). Indikator universal ini sebenarnya merupakan campuran indikator-indikator tertentu dengan sesuai, kertas pH indikator ini berlapiskan campuran indikatorberupa metil orange, bromotimol blue, alizarin yellow G dan fennolftalein (Vogel:1985).Indikator asam-basa tidak dapat digunakan pada larutan yang warnanya pekat atauyang larutan yang keruh. Untuk larutan tersebut biasanya digunakan indikator yangmenunjukkan pendar-fluor. Indikator ini menunjukkan pendar-fluor biru pada sinarultraviolet. Kelebihan indikator ini adalah pengamatan titik akhir titrasi sangat meudahmeskipun warna titrannya sendiri cukup kuat, bahkan seorang yang buta warna dapatmengamati proses pendar-fluor ini (S.M. Khpkar : 1990). Untuk masing-masing larutan baik titran maupun titrat, perkalian antara volume(dalam liter) dengan normalitas akan menghasilkan banyaknya ekuivalen dari spesi yangbereaksi : VA NA= ekuiv A dan VB NB= ekuivBDengan A dan B masing-masing menyatakan asam dan basa. Pada penetralan, banyaknyaekuivalen asam (ekiuv A) sama dengan ekuiv basa (ekuiv B), dan daptlah ditulis :ekuiv A = ekuiv B VA NA= VB NBKarena faktor volume muncul pada kedua ruas persamaan, maka satuan volume apa sajadapat digunakan dalam persamaan ini, asal kedua volume itu dinyatakan dengan satuanyang sama, misalnya keduanya dalam liter (L) atau keduanya dalam mililiter (ml), yakni :LA NA= LB NB Atau mlA NB= mlB NB(Keenan:1984)