askep anemia

128
Askep Anemia (file pdf) BAB II TINJAUAN TEORISTIS A. KONSEP DASAR 1. Pengertian: Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidak adekuatan pembentukan sel sel darah merah ( eritropoiesis); SDM prematur atau penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi); kehilangan darah( penyebab yang paling umum ); faktor-faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan nutrien, faktor faktor hereditas, dan penyakit kronis. (brunner dan suddarth, 2000, Hal : 22) 2. Etiologi Anemia terjadi sebagai skibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat

Upload: angga-sentun

Post on 08-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

anemia

TRANSCRIPT

Askep Anemia(file pdf)

BAB IITINJAUAN TEORISTISA. KONSEP DASAR1. Pengertian:Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin (HB) atau hematokrit (HT) dibawah normal. Anemia menunjukkan suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Terdapat banyak perbedaan jenis anemia. Beberapa menyebabkan ketidak adekuatan pembentukan sel sel darah merah ( eritropoiesis); SDM prematur atau penghancuran SDM yang berlebihan (hemolisi); kehilangan darah( penyebab yang paling umum ); faktor-faktor etiologi lainnya yaitu defisit zat besi dan nutrien, faktor faktor hereditas, dan penyakit kronis. (brunner dan suddarth, 2000, Hal : 22)2. Etiologi Anemia terjadi sebagai skibat gangguan, atau rusaknya mekanisme produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel darah merah. Penyebab anemia adalah menurunnya produksi sel-sel darah merah karena kegagalan dari sumsum tulang, meningkatnya penghancuran sel-sel darah merah, perdarahan, dan rendahnya kadar ertropoetin, misalnya pada gagal ginjal yang parah. Gejala yang timbul adalah kelelahan, berat badan menurun, letargi, dan membran mukosa menjadi pucat. Apabila timbulnya anemia perlahan (kronis), mungkin hanya timbul sedikit gejala, sedangkan pada anemia akut yang terjadi adalah sebaliknya. Pasien yang menderita anemia kronis lebih dapat mentolerir tindakan bedah dibandingkan dengan penderita anemia akut. Faktor penatalaksanaan yang patut dipertimbangkan untuk penderita anemia terpusat pada penurunan kemampuan darah untuk menganggkut oksigen, dan pada beberapa kasus, mengenai kecendrungan rusaknya mekanisme pertahanan selular.( Pedersen, G. W 1996, Hal : 114 ).3. Patofisiologi : Menurut Wiwik, h., & Hariwibowo, A. S (2008, hal : 92) patofisiologi pada klien anemia ialah timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi. Pajanan toksik, invasi tumor, atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis. Lisis sel darah merah terjadi dalam sel fagostik atau dalam sistem retikulo endothelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, billirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, hemoglobin akan berdifusi dalam glumerulus ginjal dan ke dalam urine.Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut (1)Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke jaringan. (2)Mekanisme kompensasi terhadap anemia.4. Gambaran klinis gejala awal yang tersembunyi dan derajat beratnya anemia dapat timbul pada saat menentukan diagnosis. Biasa terjadi diare dan berat badan yang berkurang, pireksia ringan ikterus karena hemolisis dan warna pucat membuat kulit berwarna kuning lemon, lidah halus, atrofi dan dapat nyeri tekan. Splenomegali merupakan hal yang lazim. Perubahan degeneratif pada saluran medula spinalis posterior dan lateral dapat menyebabkan degenerasi kombinasi subakut dengan kerusakan sensasi permukaan seperti sarung tangan dan kaus kaki dengan hilangnya rasa vibrasi dan proprioseptif. Reflek tendo cepat tetapi sentakan pergelanngan kaki sering berkurang. Refleks plantar berupa ekstensor. Ataksia dan keadaan konfusional toksik dapat timbul. Jika tidak diberikan terapi, demensia akan timbul.( hayes P, C & mackay T, W. 1997, Hal ; 353)5. Tanda dan gejala Meurut harirson ( 1999, Hal : 56) Presentase klinis dari pasien yang anemik bergantung pada penyakit yang mendasarinya, demikian juga dengan keparahan serta kronisitasnya anemia. Manifestasi anemia dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip patofisologik, sebagian besar tanda dan gejala anemia mewakili penyesuaian kardiovaskuler dan ventilasi yang mengkompensasi penurunan massa sel darah merah.Derajat saat gejala-gejala timbul pada pasien anemik tergantung pada beberapa faktor pendukung. Jika anemia timbul dengan cepat, mungkin tidak cukup waktu untuk berlangsungnya penyesuaian kompensasi. Dan pasien akan mengalami gejala yang lebih jelas dari pada jika anemia dengan derajat kesakitan yang sama, yang timbul secara tersamar. Lebih lanjut, keluhan pasien tergantung pada adanya penyakit vaskuler setempat. Misalnya, angina pektoris, klaudikasio intermiten, atau leukeumia serebral sepintas yang tersamar oleh perjalanan anemia. 6. Penatalaksanaan terapiPada setiap kasus anemia perlu diperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut ini :a. Terapi spesifik sebaiknya diberikan setelah diagnosis ditegakkan.b. Terapi diberikan atas indikasi yang jelas, rasional, dan efesien.Jenis-jenis terapi yang dapat diberikan adalah a. Pada kasus anemia dengan payah jantung atau ancaman payah jantung, maka harus segera diberikan terapi darurat dengan transfuse sel darah merah yang dimampatkan (PRC) untuk mencegah perburukan payah jantung tersebut.b. Terapi khas untuk masing-masing anemia terapi ini bergantung pada jenis anemia yang di jumpai, misalnya preperat besi untuk anemia defesiensi besi.c. Terapi kausal, terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi penyebab anemia misalnya anemia defesiensi besi yang disebabkan oleh infeksi cacing-cacing tambang.d. Terapi ex-juvantivus (empires) terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan jika terapi ini berhasil berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi. Terapi ini hanya dilakukan jika tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini, penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respon yang baik, terapi diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respon, maka harus dilakukan evaluasi kembali. (Wiwik, h., & Hariwibowo, A. S (2008, hal : 42)7. Pemeriksaan diagnosticMenurut wiwik, H., &Hariwibowo,A. S (2008, Hal : 41) pemeriksaan laboratorium pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut. a. Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai berikut :1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi. 2) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahuikelainan pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit.3) Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitifmeskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk mengomfirmasi dugaan diagnosis tersebut pemeriksaan tersebut memiliki komponen berikut ini: a) Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum.b) Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12.c) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.d) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.b. Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis meliputi1) Faal ginjal2) Faal endokrin 3) Asam urat4) Faal hati5) Biakan kumanc. Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut :1) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi2) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi.3) Pemeriksaan sitogenetik.4) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH = fluorescence in situ hybridization).B. Asuhan keperawatan Menurut doengoes (2000) asuhan keperawatan pada klien dengan anemia meliputi pengkajian, diagnosa dan perencanan adalah sebagai berikut :1. Pengkajiana. Aktivitas/istirahatGejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produtivitas, penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.Tanda : takikardia/takipnea; dispnea pada bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunjukkan keletihan.b. Sirkulasi Gejala : riwayat kehilangan darah kronis, mis; perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB); angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).Tanda : TD ; peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar; hipotensi postural. Distrimia; Abnormalis EKG, mis; depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung ; murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna): pucat pada kulit dan menbran mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir)dan dasar kuku. (Catatan; pada pasien kulit hitam, pucat tampak sebagai keabu abuan); kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA). Sklera: Biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokontriksi kompensasi). Kuku; mudah patah, berbentuk seperti sendok (koikologikia) (DB). Rambut; kering, udah putus, menipis; tumbuh uban secara premature (AP).c. Integritas egoTanda : keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, mis; penolakan transfuse darah.Gejala : depresi.d. Eleminasi Gejala : riwayat piclonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemasis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urineTanda ; distensi abdomen.e. Makanan/cairanPenurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukkan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan.f. Neurosensori Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).g. Nyeri/kenyamanan Gejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)h. Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.i. Seksualitas Gejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten. Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.2. Diagnosa keperawatanAdapun diagnosa keperawatan yang lazim timbul pada klien dengan anemia mernurut doengoes (1999) ialah sebagai berikut : a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.e. Konstipasi atau diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).g. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.3. INTERVENSI KEPERAWATANPerencanaan dilakukan sesuai dengan diagnosa yang telah ditentukan, adapun perencanaan menurut Doengoes 1999 adalah sebagai berikut :a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel. Tujuan : peningkatan perfusi jaringan Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil. Intervensi Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku. Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi. Intervensi Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi. Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. Intervensi Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius. Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung. Intervensi Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi. Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.Intervensi Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer. Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen. Intervensi Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi. Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi. Intervensi Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.Kriteria hasil : melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari) - menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal. Intervensi Kaji kemampuan ADL pasien. Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan. Intervensi Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot. Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.Intervensi Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.Intervensi Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan. Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. Intervensi Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri). Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria hasil : menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal. - tidak mengalami tanda mal nutrisi. - Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai. Intervensi Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai. Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi. Intervensi Observasi dan catat masukkan makanan pasien. Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. Intervensi Timbang berat badan setiap hari. Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. Intervensi Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan. Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster. Intervensi Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan. Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. Intervensi Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka. Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat. Intervensi Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet. Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.Intervensi Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium. Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan. Intervensi Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi. Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.d. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist. Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit. Kriteria hasil : mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal. Intervensi Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi. Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak. Intervensi Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur. Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler. Intervensi Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun. Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan. Intervensi Bantu untuk latihan rentang gerak. Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis. Intervensi Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi) Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.e. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus. Kriteria hasil : menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat. Intervensi Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah. Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat.Intervensi Auskultasi bunyi usus. Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. Intervensi Awasi intake dan output (makanan dan cairan). Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam pengidentifikasi defisiensi diet. Intervensi Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung. Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare.Intervensi Hindari makanan yang membentuk gas. Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Intervensi Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare. Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan. Intervensi Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk. Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi.Intervensi Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi) Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi. Intervensi Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi). Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. .f. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan). Tujuan : Infeksi tidak terjadi.Kriteria hasil : mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi. - meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam. Intervensi Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien. Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit. Intervensi Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka. Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri. Intervensi Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat. Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.Intervensi Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam. Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia. Intervensi : Tingkatkan masukkan cairan adekuat. Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.Intervensi Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan. Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu. Intervensi Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam. Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. Intervensi Amati eritema/cairan luka. Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan.Intervensi Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi) Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan. Intervensi Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi). Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.g. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi. Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan. Kriteria hasil : pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit. Mengidentifikasi factor penyebab. Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup. Intervensi Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia. Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi. Intervensi Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic. Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas. Intervensi Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Intervensi Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. Intervensi Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya. Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. Intervensi Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan. Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.4. Implementasi Pelaksanaan merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan berabagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami tingkat perkembangan pasien (Hidayat, A, 2008. hal; 122).5. EvaluasiEvaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat harusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Hidayat, A, 2008. hal; 124). Daftar pustakaPedersen, G. W. (1996) Buku Ajar praktis bedah Mulut. Alih bahasa : drg. Purwanto & drg Basoeseno. Jakarta : EGC.Baughman, D. C., & Hckley, J.C. (2000) Keperawatan medikal-bedah : buku saku untuk brunner dan suddarth. alih bahasa : yasmin asih. Editor : Monica Ester. Jakarta : EGC.Wiwik. H., & Haribowo, A. S (2008) Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sitem hematologi. Jakarta : Salemba Medika.Hayes, P. C., & mackay, T.W. (1997). Buku saku diagnosis dan terapi. Alih bahasa : devy. H. Jakarta : EGCHarrison (1999) prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor edisi bahasa Indonesia : Asdie, A. H. Jakarta : EGC.Hidayat, A, A, A. ( 2008 ) pengantar konsep dasar keperawatan, edisi kedua. Jakarta : salemba medika.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ANEMIA A. PengertianAnemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.B. PatofisiologiTimbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.Anemiaviskositas darah menurunresistensi aliran darah periferpenurunan transport O2 ke jaringanhipoksia, pucat, lemahbeban jantung meningkatkerja jantung meningkatpayah jantungC. Etiologi:1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)2. Perdarahan3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid, piridoksin, vitamin C dan copperD. Klasifikasi anemia:Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:a. Anemia aplastik Penyebab:- agen neoplastik/sitoplastik- terapi radiasi- antibiotic tertentu- obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason- benzene- infeksi virus (khususnya hepatitis)Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulangKelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)Hambatan humoral/selulerGangguan sel induk di sumsum tulangJumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadaiPansitopenia Anemia aplastikGejala-gejala:- Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)- Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.Morfologis: anemia normositik normokromikb. Anemia pada penyakit ginjalGejala-gejala:- Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl- Hematokrit turun 20-30%- Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepiPenyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitinc. Anemia pada penyakit kronisBerbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasand. Anemia defisiensi besiPenyebab:- Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi- Gangguan absorbsi (post gastrektomi)- Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.)gangguan eritropoesisAbsorbsi besi dari usus kurangsel darah merah sedikit (jumlah kurang)sel darah merah miskin hemoglobinAnemia defisiensi besiGejala-gejalanya:- Atropi papilla lidah- Lidah pucat, merah, meradang- Stomatitis angularis, sakit di sudut mulutMorfologi: anemia mikrositik hipokromike. Anemia megaloblastik Penyebab:- Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat- Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.Sintesis DNA tergangguGangguan maturasi inti sel darah merahMegaloblas (eritroblas yang besar)Eritrosit immatur dan hipofungsi2. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah:- Pengaruh obat-obatan tertentu- Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik- Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase- Proses autoimun- Reaksi transfusi- MalariaMutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrositAntigesn pada eritrosit berubahDianggap benda asing oleh tubuhsel darah merah dihancurkan oleh limpositAnemia hemolisisE. Tanda dan Gejalao Lemah, letih, lesu dan lelaho Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunango Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.F. Kemungkinan Komplikasi yang munculKomplikasi umum akibat anemia adalah: o gagal jantung, o parestisia dan o kejang.G. Pemeriksaan Khusus dan Penunjango Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial. o Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serumo Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta sumber kehilangan darah kronis.H. Terapi yang DilakukanPenatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang:1. Anemia aplastik:o Transplantasi sumsum tulango Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)2. Anemia pada penyakit ginjalo Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folato Ketersediaan eritropoetin rekombinan3. Anemia pada penyakit kroniso Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.4. Anemia pada defisiensi besio Dicari penyebab defisiensi besio Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.5. Anemia megaloblastiko Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.II. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN MASALAH KOLABORASI YANG MUNGKIN MUNCUL1. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d inadekuat intake makanan.3. Perfusi jaringan tidak efektif b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.4. Resiko Infeksi b/d imunitas tubuh skunder menurun (penurunan Hb), prosedur invasive5. PK anemia6. Kurang pengatahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang informasi.7. Sindrom deficite self care b.d kelemahanRENPRA ANEMIANoDiagnosaTujuanIntervensi

1Intoleransi aktivitas B.d ketidakseimbangan suplai & kebutuhan O2Setelah dilakukan askep .... jam Klien dapat menunjukkan toleransi terhadap aktivitas dgn KH: Klien mampu aktivitas minimal Kemampuan aktivitas meningkat secara bertahap Tidak ada keluhan sesak nafas dan lelah selama dan setelah aktivits minimal v/s dbn selama dan setelah aktivitas Terapi aktivitas : Kaji kemampuan ps melakukan aktivitas Jelaskan pada ps manfaat aktivitas bertahap Evaluasi dan motivasi keinginan ps u/ meningktkan aktivitas Tetap sertakan oksigen saat aktivitas.Monitoring V/S Pantau V/S ps sebelum, selama, dan setelah aktivitas selama 3-5 menit.Energi manajemen Rencanakan aktivitas saat ps mempunyai energi cukup u/ melakukannya. Bantu klien untuk istirahat setelah aktivitas.Manajemen nutrisi Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber-sumber energi Emosional support Berikan reinfortcemen positip bila ps mengalami kemajuan

2Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat, faktor psikologisSetelah dilakukan asuhan keperawatan jam klien menunjukan status nutrisi adekuat dengan KH:BB stabil, tingkat energi adekuatmasukan nutrisi adekuatManajemen Nutrisi Kaji adanya alergi makanan. Kaji makanan yang disukai oleh klien. Kolaborasi team gizi untuk penyediaan nutrisi TKTP Anjurkan klien untuk meningkatkan asupan nutrisi TKTP dan banyak mengandung vitamin C Yakinkan diet yang dikonsumsi mengandung cukup serat untuk mencegah konstipasi. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.Monitor Nutrisi Monitor BB jika memungkinkan Monitor respon klien terhadap situasi yang mengharuskan klien makan. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak bersamaan dengan waktu klien makan. Monitor adanya mual muntah. Kolaborasi untuk pemberian terapi sesuai order Monitor adanya gangguan dalam input makanan misalnya perdarahan, bengkak dsb. Monitor intake nutrisi dan kalori. Monitor kadar energi, kelemahan dan kelelahan.

3Perfusi jaringan tdk efektive b.d perubahan ikatan O2 dengan Hb, penurunan konsentrasi Hb dalam darah.Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama jam perfusi jaringan klien adekuat dengan criteria :- Membran mukosa merah muda- Conjunctiva tidak anemis- Akral hangat- TTV dalam batas normalperawatan sirkulasi : arterial insuficiency Lakukan penilaian secara komprehensif fungsi sirkulasi periper. (cek nadi priper,oedema, kapiler refil, temperatur ekstremitas). Evaluasi nadi, oedema Inspeksi kulit dan Palpasi anggota badan Kaji nyeri Atur posisi pasien, ekstremitas bawah lebih rendah untuk memperbaiki sirkulasi. Berikan therapi antikoagulan. Rubah posisi pasien jika memungkinkan Monitor status cairan intake dan output Berikan makanan yang adekuat untuk menjaga viskositas darah

4Risiko infeksi b/d imunitas tubuh menurun, prosedur invasiveSetelah dilakukan askep . jam tidak terdapat faktor risiko infeksi dg KH: bebas dari gejala infeksi, angka lekosit normal (4-11.000) V/S dbnKonrol infeksi : Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain. Batasi pengunjung bila perlu dan anjurkan u/ istirahat yang cukup Anjurkan keluarga untuk cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan klien. Gunakan sabun anti microba untuk mencuci tangan. Lakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan. Gunakan baju dan sarung tangan sebagai alat pelindung. Pertahankan lingkungan yang aseptik selama pemasangan alat. Lakukan perawatan luka dan dresing infus,DC setiap hari jika ada Tingkatkan intake nutrisi. Dan cairan yang adekuat berikan antibiotik sesuai program. Proteksi terhadap infeksi Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal. Monitor hitung granulosit dan WBC. Monitor kerentanan terhadap infeksi. Pertahankan teknik aseptik untuk setiap tindakan. Inspeksi kulit dan mebran mukosa terhadap kemerahan, panas. Monitor perubahan tingkat energi. Dorong klien untuk meningkatkan mobilitas dan latihan. Instruksikan klien untuk minum antibiotik sesuai program. Ajarkan keluarga/klien tentang tanda dan gejala infeksi.dan melaporkan kecurigaan infeksi.

5PK:AnemiaSetelah dilakukan askep ..... jam perawat dapat meminimalkan terjadinya komplikasi anemia :Hb >/= 10 gr/dl.Konjungtiva tdk anemisKulit tidak pucat hangat Monitor tanda-tanda anemia Observasi keadaan umum klien Anjurkan untuk meningkatkan asupan nutrisi klien yg bergizi Kolaborasi untuk pemeberian terapi initravena dan tranfusi darah Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic, status Fe

6Deficite Knolage tentang penyakit dan perawatannya b.d Kurang paparan thdp sumber informasi, terbatasnya kognitifsetelah diberikan penjelasan selama . X pengetahuan klien dan keluarga meningkat dg KH: ps mengerti proses penyakitnya dan Program prwtn serta Th/ yg diberikan dg: Ps mampu: Menjelaskan kembali tentang apa yang dijelaskan Pasien / keluarga kooperatifTeaching : Dissease Process Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya Sediakan informasi tentang kondisi klien Berikan informasi tentang perkembangan klien Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit Diskusikan tentang pilihan tentang terapi atau pengobatan Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan

7Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnyaSetelah dilakukan askep jam klien dan keluarga dapat merawat diri : activity daily living (adl) dengan kritria : kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi (makan, berpakaian, toileting, berhias, hygiene, oral higiene) klien bersih dan tidak bau.Bantuan perawatan diri Monitor kemampuan pasien terhadap perawatan diri yang mandiri Monitor kebutuhan akan personal hygiene, berpakaian, toileting dan makan, berhias Beri bantuan sampai klien mempunyai kemapuan untuk merawat diri Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai kemampuannya Pertahankan aktivitas perawatan diri secara rutin dorong untuk melakukan secara mandiri tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. Berikan reinforcement positif atas usaha yang dilakukan.

ANEMIAA. PengertianAnemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.B. EtiologiPenyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.

Penyebab umum dari anemia:

Perdarahan hebat Akut (mendadak) Kecelakaan Pembedahan Persalinan Pecah pembuluh darah Penyakit Kronik (menahun) Perdarahan hidung Wasir (hemoroid) Ulkus peptikum Kanker atau polip di saluran pencernaan Tumor ginjal atau kandung kemih Perdarahan menstruasi yang sangat banyak Berkurangnya pembentukan sel darah merah Kekurangan zat besi Kekurangan vitamin B12 Kekurangan asam folat Kekurangan vitamin C Penyakit kronik Meningkatnya penghancuran sel darah merah Pembesaran limpa Kerusakan mekanik pada sel darah merah Reaksi autoimun terhadap sel darah merah Hemoglobinuria nokturnal paroksismal Sferositosis herediter Elliptositosis herediter Kekurangan G6PD Penyakit sel sabit Penyakit hemoglobin C Penyakit hemoglobin S-C Penyakit hemoglobin E Thalasemia (Burton, 1990).C. PatofisiologiTimbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).

D. Manifestasi klinisGejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).

E. KomplikasiAnemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).

F. Pemeriksaan penunjangJumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik).Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik)Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsiBesi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)TBC serum : meningkat (DB)Feritin serum : meningkat (DB)Masa perdarahan : memanjang (aplastik)LDH serum : menurun (DB)Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP).Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).G. Penatalaksanaan MedisTindakan umum :Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.1. Transpalasi sel darah merah.2. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.3. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.4. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen5. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.6. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :1. Anemia defisiensi besiPenatalaksanaan :Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur.Pemberian preparat fePerrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makanPeroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.2. Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B123. Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral4. Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.

MANAJEMEN KEPERAWATANA. PengkajianPengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluru(Boedihartono, 1994).Pengkajian pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :1) Aktivitas / istirahatGejala : keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat untuk bekerja. Toleransi terhadap latihan rendah. Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya. Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan. Ataksia, tubuh tidak tegak. Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan.2) SirkulasiGejala : riwayat kehilangan darah kronik, misalnya perdarahan GI kronis, menstruasi berat (DB), angina, CHF (akibat kerja jantung berlebihan). Riwayat endokarditis infektif kronis. Palpitasi (takikardia kompensasi).Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP). Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP).3) Integritas egoGejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.Tanda : depresi.4) EleminasiGejala : riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi. Penurunan haluaran urine.Tanda : distensi abdomen.5) Makanan/cairanGejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring). Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia. Adanya penurunan berat badan. Tidak pernah puas mengunyah atau peka terhadap es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah liat, dan sebagainya (DB).Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi). Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB).6) NeurosensoriGejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin.Tanda : peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP).7) Nyeri/kenyamananGejala : nyeri abdomen samara : sakit kepala (DB)8) PernapasanGejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas.Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea.9) KeamananGejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan. Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan panas. Transfusi darah sebelumnya. Gangguan penglihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik).10) SeksualitasGejala : perubahan aliran menstruasi, misalnya menoragia atau amenore (DB). Hilang libido (pria dan wanita). Imppoten.Tanda : serviks dan dinding vagina pucat.

B. Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994).Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan anemia (Doenges, 1999) meliputi :1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.

C. Intervensi/Implementasi keperawatanIntervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan (Boedihartono, 1994)Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).Intervensi dan implementasi keperawatan pasien dengan anemia (Doenges, 1999) adalah :1) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan)).Tujuan : Infeksi tidak terjadi.Kriteria hasil : - mengidentifikasi perilaku untuk mencegah/menurunkan risiko infeksi.- meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI Tingkatkan cuci tangan yang baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.Rasional : mencegah kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit. Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri. Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi. Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia. Tingkatkan masukkan cairan adekuat.Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal. Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu. Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa demam.Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan. Amati eritema/cairan luka.Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada bila granulosit tertekan. Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan mempengaruhi pilihan pengobatan. Berikan antiseptic topical ; antibiotic sistemik (kolaborasi).Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhiKriteria hasil : - menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai laboratorium normal.- tidak mengalami tanda mal nutrisi.- Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi. Observasi dan catat masukkan makanan pasien.Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan. Timbang berat badan setiap hari.Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi. Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu makan.Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster. Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan.Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral luka.Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri berat.

Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual. Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan. Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.

3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan.Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.Kriteria hasil : - melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)- menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan tekanan darah masih dalam rentang normal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI Kaji kemampuan ADL pasien.Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas.Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan.Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa terkontrol.4) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.Tujuan : peningkatan perfusi jaringanKriteria hasil : - menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi. Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung. Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer.Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

5) Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi dan neurologist.Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah cedera dermal.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor, gangguan warna, hangat local, eritema, ekskoriasi.Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak. Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak atau ditempat tidur.Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler. Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara berlebihan. Bantu untuk latihan rentang gerak.Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis. Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air. Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan terhadap permukaan kulit.

6) Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat.Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai penyebab, factor pemberat.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi yang tepat. Auskultasi bunyi usus.Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi. Awasi intake dan output (makanan dan cairan).Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam mengidentifikasi defisiensi diet. Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare. Hindari makanan yang membentuk gas.Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan. Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja sebagai perangsang untuk defekasi. Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi. Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine (Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.7) Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit.- mengidentifikasi factor penyebab.- Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.

INTERVENSI & IMPLEMENTASI Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress, selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya. Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan.Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.

D. EvaluasiEvaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28)Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :1) Infeksi tidak terjadi.2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.4) Peningkatan perfusi jaringan.5) Dapat mempertahankan integritas kulit.6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA Boedihartono. 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta. Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2. EGC : Jakarta Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. ed.3. EGC : Jakarta Effendi , Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC : Jakarta. Hassa. 1985. Ilmu Kesehatan Anak jilid 1. FKUI : Jakarta http://id.wikipedia.org/wiki/Anemia http://www.kompas.com/ver1/Kesehatan/0611/30/104458.htm Noer, Sjaifoellah. 1998. Standar Perawatan Pasien. Monica Ester : Jakarta. Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.askep anemia

BAB IPENDAHULUAN

1.1 PENGERTIANAnemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal.Dikatakan sebagai anemia bila Hb < 14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb < 12 g/dl dan Ht < 37 % pada wanita.Memungkinkan terjadinya : Penurunan kuantitas hemoglobin Penurunan komponen eritrosit

1.2 ETIOLOGIDikelompokkan menjadi 2 faktor utama, yaitu :1. Penurunan produksi eritrosit, dapat terjadi karena :a. Kerusakan sumsum tulangb. Berkurangnya bahan pembentuk eritrosit2. Peningkatan kehilangan eritrosit dalam sirkulasi2. percepatan penghancuran eritrosit2. Perdarahan

1.3 PATOFISIOLOGIProduksi SDM sumsum tulang terganggu atau SDM yang terbentuk rusak/hilang.

Kapasitas sel-sel pembawa oksigen berkurang yang dipengaruhi oleh invasi sel-sel tumor, racun, obat-obatan/bahan kimia. Kurang nutrisi pembentuk SDM dan zat besi asam folik, B12 atau kekurangan exytroprotein akibat penyakit ginjal. SDM dapat dirusak juga oleh sel-sel pagosit pada RES (Retikulo Endotel Sistem) dalam hati dan lien.

SDM rusak/pecah terbentuk bilirubin yang masuk aliran darah. Billirubin diekskresikan melalui kulit kuning

Kehilangan darah 1000 ml atau lebih hilangnya beberapa struktur darah yang akut.Kehilangan darah 30 % atau lebih diaphoresisi, gelisah, takikardi, nafas tersengal-sengal, shock.

HYPOXIA

Tubuh mengadakan kompensasi Cardiac output < pernafasan meningkat untuk memperbanyak jumlah oksigen ke jaringan Meningkatkan pelepasan oksigen oleh hemoglobin Meningkatkan volume plasma dengan cara mengeluarkan cairan dari jaringan Distribusi ulang darah ke organ-organ vital

Cerebral Hypoxia Hypoxia kronis

Gangguan mental Gejala GITMengantuk AnoreksiaSakit kepala NauseaPusing Konstipasi/diareFinitas Stematitis

1.4 MANIFESTASI KLINIS Sistem cardiovascular : sianosis/pucat, tachycardia Sistem respirasi : dyspnea Sistem syaraf pusat : pusing/sakit kepala, tinnitus Sistem pencernaan : diare/konstipasi, anoreksia, nausea, stomatitis.

1.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG Uji Hematologi/Lab. Darah : untuk menentukan jenis dan penyebab anemia- Kadar Hb/Hmt- Indeks eritrosit, leukosit dan trombosit- Kadar Fe, asam folat, Vitamin B12- Waktu pendarahan, waktu protrombin dan waktu tromboplastin Aspirasi dan biopsy sumsum tulang Penatalaksanaan- Ditujukan untuk mencari penyebab- Mengganti darah yang hilangDan penatalaksanaan tergantung dari jenis anemia (Aplasti, hemolitik, defisiensi besi, megaloblastik, dll)

1.6 KOMPLIKASIKomplikasi gagal jantung parestesia kejang

ASKEP ANEMIAFebruari 7, 2011 & Komentar BAB IPENDAHULUAN1. A. Konsep Medis 1. 1. PengertianAnemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium. 1. 2. Etiologi Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya. Penyebab umum dari anemia: Perdarahan hebat Akut (mendadak) Kecelakaan Pembedahan Persalinan Pecah pembuluh darah Penyakit Kronik (menahun) Perdarahan hidung Wasir (hemoroid) Ulkus peptikum Kanker atau polip di saluran pencernaan Tumor ginjal atau kandung kemih Perdarahan menstruasi yang sangat banyak Berkurangnya pembentukan sel darah merah Kekurangan zat besi Kekurangan vitamin B12 Kekurangan asam folat Kekurangan vitamin C Penyakit kronik Meningkatnya penghancuran sel darah merah Pembesaran limpa Kerusakan mekanik pada sel darah merah Reaksi autoimun terhadap sel darah merah Hemoglobinuria nokturnal paroksismal Sferositosis herediter Elliptositosis herediter Kekurangan G6PD Penyakit sel sabit Penyakit hemoglobin C Penyakit hemoglobin S-C Penyakit hemoglobin E Thalasemia (Burton, 19901. 3. PatofisiologiTimbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998).1. 4. Manifestasi klinisGejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998).1. 5. KomplikasiAnemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah, 1998).1. 6. Pemeriksaan penunjang Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik) TBC serum : meningkat (DB) Feritin serum : meningkat (DB) Masa perdarahan : memanjang (aplastik) LDH serum : menurun (DB) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).1. 7. Penatalaksanaan MedisTindakan umum :Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.1) Transpalasi sel darah merah.2) Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.3) Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.4) Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen5) Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.6) Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :1) Anemia defisiensi besiPenatalaksanaan : Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.2) Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B123) Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral4) Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.ASKEP ANEMIA

1. PengertianAnemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar komponen darahDarah adalah cairan di dalam pembuluh darah yang mempunyai fungsi sangat penting dalam tubuh yaitu transportasi. Darah mempunyai dua komponen yaitu komponen padat dan komponen cair. Fungsi transportasi darah adalah membawa dan mengantarkan nutrisi dan oksigen dari usus dan paru-paru kepada sel diseluruh tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme ke ogan-organ pembuangan. Darah juga membawa dan menghantar hormon-hormon dari kelenjar endokrin ke organ sasarannya. Ia mengangkut enzim, zat buffer, elektrolit, dan berbagai zat kimia untuk didistribusikan ke seluruh tubuh. Peran penting dilakukan juga oleh sel darah, yaitu pengaturan suhu tubuh karena dengan cara konduksi ia membawa panas tubuh dari pusat-pusat produksi panas untuk didistribusikan ke seluruh tubuh dan ke permukaan tubuh yang pada akhirnya diatur pelepasannya dalam upaya homeostatis suhu (termoregulasi). Jumlah darah manusia bervariasi tergantung berat badan seseorang. Rata-rata jumlah darah adalah 70cc/kgBB. Bagian padat darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan trombosit. Bagian padat darah merupakan 45% dari seluruh volume darah, 55% adalah plasma yang merupakan komponen cair darah.a. Sel darah merah atau eritrositBentuknya bulat pipih dengan cekungan di tengahnya. Sel darah merah normal tidak mempunyai inti sel, diameternya 7 mikron yang bersifat kenyal sehingga bisa berubah bentuk menyesuaikan pembuluh darah yabg dilaluinya.Sel darah merah dibuat di dalam sumsum tulang. Rata-rata umur hidup sel darah merah sekitar 105-120 hari. Kemudian sel menjadi usang dan dihancurkan dalam system retikuloendoteal. Terutama di limfa dan hati. Globin dan globulin diubah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin diubah menjadi glirubin dan bili verdin yang berwarna kehijau-hijauan. Jumlah hemoglobin pada laki-laki 14-16% dan pada wanita 12-14%.b. Sel darah putih atau leukositFungsi utama sel darah putih adalah sebagai pertahanan tubuh dengan cara menghancurkan antigen (kuman, virus, toksin) yang masuk. Ada 5 jenis leukosit :1) Neutrofil (65%-75%)2) Eosinofil (2%-5%)3) Basofil (0,5%-1%)4) Limfosit (20%-25%)5) Monosit (3%-8%)Leukosit berwarna kuning dan bentuknya lebih besar dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil.Leukosit sebagai bala tentara pertahanan dikerahkan ke tempat-tempat terjadi infeksi dan jumlahnya pu dapat dilipatgandakan dalam keadaan infeksi. Leukosit bersama-sama dengan system makrofag jaringan yaitu hepar,limfa, sumsum tulang, alveoli paru serta kelenjar getah melakukan fagositosis terhadap kuman atau virus yang masuk. Jumlah leukosit adalah 5000-9000/mm3 darah. Bila jumlah leukosit berkurang disebut leukopenia. Sedangkan bila tubuh tidak membuat leukosit sama sekali disebut Agranulositosis.c. Trombosit atau keping-keping darahTrombosit berbentuk keeping-keping yang merupakan bagian-bagian kecil dari sel yang besar yang membuatnya yaitu megakaryosit. Trombosit dibuat di sumsum tulang, paru-paru dan limfa. Ukurannya kecil sekitar 2-4 mikron. Umur peredarannya hanya berkisar 10 hari.Trombosit mempunyai kemampuan untuk melakukan :1) Daya aglutinasi (membeku atau menggumpal)2) Daya adesi (saling melekat)3) Daya agregasi (berkelompok)4) Jumlah trombosit di dalam tubuh antara 150.000-350.000 keping/mm3 darah.Fungsi trombosit yaitu :a. Hemostasis (penghentian aliran darah/ perdarahan)b. Pembekuan darahBila ada kerusakan pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di daerah tersebut dan menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok dan menggumpalyang kemudian dilanjutkan dengan proses pembekuan darah.Trombosit mempunyai dua zat, prostaglandin dan tromboxan yang akan keluar bila ada kerusakan pembuluh darah. Zat ini juga dapat menimbulkan efek vasokontriksi sehingga aliran darah berkuang dan membantu proses pembekuan darah.d. PlasmaPlasma terdiri dari 91-92% air yang berperan sebagai medium transfor dan 7-9% terdiri dari zat padat (protein seperti albumin, globulin, fibrinogen, juga ada unsure natrium, kalium, kalsium, fosfor, bese, asam amino, kolesterol, glukosa, dan enzim). Albumin yang dibentuk di hati merupakan 53% dari seluruh protein serum, berperan dalam mempertahankan volume darah dengan menjaga tekanan osmotic koloid,pH dan keseimbangan elektrolit.

3. KlasifikasiAnemia dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Pendekatan fisiologis akan menuntun apakah defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh efek produksi sel darah merah atau (anemia hipoproliferatifa ) atau oleh dekstruksi sel darah merah (anemia hemolitika).Anemia hipoproliferatif

A. Anemia aplastikAnemia aplastik disebabkan oleh penurunan precursor dalam sumsum tulang dan penggantian sumsu tulang dengan lemak. Dapat terjadi secara congenital maupun didapat. Dapat juga idiopatik ( dalam hal ini, tanpa penyebab yang jelas ), dan merupakan penyebab utama. Berbagai macam infeksi dan kehamilan dapat mencetuskannya, atau dapat pula disebabkan oleh obat. Bahan kimia, atau kerusakan radiasi. Bahan yang sering menyebabkan aplasia sumsum tulang meliputi benzene dan turunan benzene ( misalnya perekat pesawat terbang ), obat anti tumor seperti nitrogen mustard, anti metabolic termasuk meotrexate dan 6-merkaptopurin, dan berbagai bahan toksit seperti arsen anorganik.Dalam berbagai keadaan, anemia aplastik terjadi saat obat atau bahan kimia masuk dalam jumlah toksit. Namun, pada beberapa orang dapat timbul pada dosis yang dianjurkan untuk pengobatan. Kasus terakhir dapat dianggap sebagai reaksi obat idiosinkrasia pada orang yang sangat peka dengan alasan yang tidak jelas. Apabila pejanannya segera dihentikan dapat diharapkan penyembuhan yang segera dan sempurna.Karena terjadi penurunan jumlah sel dalam sumsum tulang, asprirasi sumsum tulang sering hanya menghasilkan beberapa tetes darah. Maka perlu dilakukan biopsy untuk menentukan beratnya penurunan element sumsum normal dan penggantian oleh lemak. Abnormalitas mungkin terjadi pada sel stem, perkursor granulosit, eritrosit, dan trombosit. Akibatnya, terjadi pansitopenia ( defisiensi semua komponen element darah)Awitan anemia aplastik biasanya khas yaitu bertahap, ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak nafas pada saat latihan, dan manifestasi anemia lainnya. Perdarahan abnormal akibat trombositopenia merupakan gejala satu satunya pada sepertiga pasien. Apabila granulosit juga terlibat, pasien biasanya mengalami demam, faringitis akut, atau berbagai bentuk lain sepsis dan perdarahan. Tanda fisik selain pucat dan perdarahan kulit, biasanya tidak jelas. Pemeriksaan hitung darah menunjukan adanya defisiensi berbagai jenis sel darah. Ada 2 metode penanganan yang saat ini sering dilakukan yaitu : transplantasi sumsum tulang dan pemberian terapi imuno supresif dengan globulin anti timosit ( ATG )

B. Anemia pada penyakit ginjalDerajat anemia yang terjadi pada pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir sangat berfariasi, tetapi secara umum terjadi pada pasien dengan nitrogen urea darah yang lebih dari 10mg/dl. Hematokrit biasanya menurun sampai antara 20 % dan 30%, meskipun pada beberapa kasus jarang mencapai dibawah 15%.Anemia ini disebabkan oleh menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritropoetin. Beberapa eritropoetin terbukti diproduksi diluar ginjal, karena terdapat eritropoesis yang masih terus berlangsung, bahkan pada pasien yang ginjalnya telah diangkat

C. Anemia pada penyakit kronisBerbagai penyait inflamasi kronis berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik ( sel darah merah dengan ukuran dan warna yang abnormal ). Kelainan ini meliputi arthritis rematoid, abses paru, osteomielitis, tuberculosis, dan berbagai keganasan.Anemia biasanya ringan, berkembang secara bertahap selama 6- 8 minggu dan normal kembali pada kadar hematokrit kurang dari 25%. Hemoglobin jarang turun sampai dibawah 9 g/dl dan sumsum tulang mempunyai peningkatan selularitas normal dengan peningkatan cadangan besi.Pasien tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk anemia nya. Dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya besi sumsum tulang digunakan untuk membuat darah, sehingga hemoglobin meningkat

D. Anemia defisiensi besiAnemia defisiensi besi adalah keadaan dimana keadaan kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal. Penyebab tersering defisiensi besi pada pria dan wanita pasca menopouese adalah perdarahan atau malabsorpsi, terutama setelah reseksi gaster. Pada wanita premenopouse adalah menoragia atau pendarahan menstruasi berlebih. Pasien dengan alkoholisme kronis sering mengalami ketidak cukupan asupan besi dan kehilangan besi akibat kehilangan darah dari traktus gastrointestinal dan menimbulkan anemia.Orang yang mengalami defisiensi besi mengalami penurunan angka hemoglobin dan sel darah merah. Nilai hemoglobin berkurang dibanding hitung sel darah merah, oleh sebab itu sel darah merah cendrung lebih kecil dan relative kurang pigment nya, artinya hipokromik. Hipokromia merupakan penanda defisiensi besi. Penyebab defisiensi besi adalah kegagalan pasien mencernakan atau mengabsorpsi besi diet yang adekuat untuk mengkompensasi kebutuhan besi sehubungan dengan pertumbuhan tubuh atau untuk menggantikan kehilangan darah setelah pendarahan, baik pendarahan yang fisiologis, maupun patologis.

E. Anemia megaloblastikDisebabkan oleh defisiensi B12 dan asam folat menunjukan perubahan yang sama antara sumsum tulang dan darah tetapi kedua vitamin tersebut esensial bagi sintesis DNA normal. Pada setiap kasus, terjadi hyperplasia sumsum tulang, dan precursor eritroid dan myeloid besar dan aneh; beberapa mengalami multi nukleasi. Tetapi, beberapa sel ini mati dalam sumsum tulang, sehingga jumlah sel matang yang menimbulkan sumsum tulang menjadi sedikit, terjadilah pansitopenia. Pada keadaan lanjut, hb dapat turun 4-5g/dl, hitung se darah putih 2000-3000 per mm3, dan hitungan trombosit kurang dari 50000 mm3 .sel darah merah besar dan PMN hipersegmen.

F. Defisiensi vitamin B12Dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Gangguan ini jarang sebagai akibat asupan diet yang tidak addekuat, namun dapat terjadi pada vegetarian yang tidak makan daging sama sekali. Gangguan absorpsi traktus GI lebih sering terjadi.

G. Defisiensi asam folatMerupakan vitamin lain yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah yang normal. Simpanan folat dalam tubuh jauh leih