askep asbestosis
DESCRIPTION
asuhan keperawatan asbestosisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asbestosis adalah inflamasi kronis pada paru-paru yang mempengaruhi parenkim jaringan dari paru-
paru. Asbestosis disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran
berbagai silikat yang terpenting adalah campuran magnesium. Ini terjadi setelah jangka panjang, paparan
berat asbes, misalnya di pertambangan, dan karena itu dianggap sebagai pekerjaan penyakit paru-paru.
Asbestosis lebih sering diderita oleh kalangan pekerja bangunan atau yang sering berhubungan dengan
asbes. Mereka tidak menyadari bahwa jika setiap hari mereka menghirup serat asbes dapat sangat
membahayakan, karena asbes terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika
terhisap, serat asbes mengendap di dalam paru-paru, menyebabkan parut. Asbestosis terjadi pada 4 dari
setiap 10.000 orang.
Ada Sedikit peningkatan kematian akibat kanker atau Asbestosis dalam waktu kurang dari 15-19
tahun dari awal kerja. Secara umum, walaupun, periode latensi klinis adalah 2-4 dekade atau lebih dan ada
perbedaan penting di antara beberapa asbes-terkait penyakit. Kanker paru-paru mencapai puncaknya pada
sekitar 30-35 tahun dari onset dan Asbestosis di 40-45 tahun. Setiap cenderung menurun dalam insiden
sesudahnya. Pleura dan peritoneal mesothelioma insiden tertinggi mencapai lebih dari kanker paru-paru,
tapi insiden tidak menurun. Dalam penelitian efek dari paparan asbes, tampaknya menguntungkan untuk
mengamati setidaknya 35-40 tahun atau lebih dari onset paparan dan untuk menganalisis pengalaman
dalam durasi-dari-onset kategori. Jika hal ini tidak mungkin, hanya sangat terbatas efek awal akan
diidentifikasi dan impor penuh pemaparan mungkin tidak dihargai.
Pada kesempatan ini penyusun menjelaskan mengenai penyakit asbestosis dengan segala
penyebabnya serta penyembuhanya.Penyakit asbestosis muncul secara bertahap sehingga dperlukan
pengetahuan tentang peyakit asbestosis lebih dalam, dan penyakit pernapasan saat ini bukan suatu fenomena
yang asing, sehingga pengetahuan tentang asbestosis sangat penting bagi kita mahasiswa maupun
masyarakat pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Asbestosis merupakan penyakit kronis progesif, Penyakit ini disebabkan oleh udara yang
mengandung debu asbes. Umumnya debu masuk kedalam paru-paru
pada saat kita menarik nafas. Hal ini tergantung pada ukuran debu
yang terhirup. Semakin kecil ukuran debu yang masuk melalui saluran
pernapasan, maka semakin besar pula resiko terjadinya penimbunan
debu dalam paru-paru. Debu dikelompokan menjadi tiga yaitu debu
organik seperti debu kapas, debu daun-daunan, tembakau dll, debu
mineral yaitu debu yang merupakan senyawa komplek seperti SiO2,
SiO3, dan arangbatu, dan debu metal yaitu debu yang mengandung
unsur logam. Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya
penyakit pada saluran pernapasan. Debu dengan ukuran 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran
pernapasan atas, 3-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah, 1-3 mikron akan
1
sampai di permukaan alveoli, 0,5-1 mikron hinggap di permukaan alveoli/selaput lender sehingga
menyebabkan fibrosis paru, sedangkan 0,1-0,5 mikron melayang dipermukaan alveoli.
Asbestosis disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah
campuran berbagai silikat yang terpenting adalah campuran magnesium. Jika terhisap, serat asbes
mengendap di dalam dalam paru-paru, mempengaruhi parenkim jaringan dari paru-paru, menjadi
jaringan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura . Ini terjadi setelah jangka
panjang, paparan berat asbes, misalnya di pertambangan. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral
dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Asbes adalah mineral yang dapat dijalin seperti wol dan
merupakan produk alam mineral yang diketahui tahan terhadap panas dan korosi, tidak meneruskan
arus listrik, tahan terhadap asam kuat, serta merupakan serat yang kuat dan fleksibel, mudah dijalin
bersama-sama dan digunakan secara luas di dalam bangunan dan pabrik-pabrik industri.
Terdapat beberapa jenis kristal debu asbestos :
1. Chrysotile
2. Crocidolite
3. Anthrophylite kelompok Amphibole
4. Tremolite
5. Actinolite
Yang paling banyak digunakan adalah asbestos golongan chrysotile, karena seratnya panjang
dan paling kuat. Pada kelompok amphibole serat lebih pendek namun lebih stabil secara kimiawi dan
lebih tahan terhadap asam. Bersifat fibrogenik terhadap paru lebih kuat dibanding silika, karsinogenik.
Di dalam paru banyak terdapat “asbestos bodies” yaitu serat asbestos yang dilapisi bahan
protein. Sering serat asbestos harus dipisahkan dengan tangan, sehingga terjadi papel kecil-kecil pada
jari-jari tangan seperti duri, disebut duri asbestos. Terjadi juga fibrosis interstisialis, penebalan dan
perlekatan pleura, fibrosis peritoneal. Paru menjadi kaku karena terdapat klasifikasi pada pleura dan
dapat pula dijumpai keganasan Ca bronkogenik dan mesothelioma.
2.2 Etiologi
Asbestosis disebabkan oleh terhirupnya serat asbes (panjang 50 mikron atau lebih dan diameter
0,5 mikron atau kurang), oleh serat asbes, dimana serat asbes sukar untuk dihancurkan, bahkan oleh
makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk mencernakan serat asbes, sering mengalami kegagalan
sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan rantainya sangat kuat untuk diuraikan.
Faktor resiko terjadinya asbestosis adalah:
1. Orang-orang yang bekerja di industri pengelolaan, pertambangan, penenunan, pemintalan asbes
dan reparasi tekstil dengan produk-produk yang mengandung asbes.
2. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam
pakaian pekerja
3. Perokok tembakau lebih cenderung menderita penyakit yang berhubungan dengan asbes
dibandingkan non-perokok. Harapan hidup perokok lebih pendek dibandingkan non-perokok.
Asbestos pekerja yang berhenti merokok, dalam 5-10 tahun dapat mengurangi risiko kematian
kanker paru-paru oleh sekitar satu setengah sampai satu sepertiga dari rekan-rekan mereka yang
terus merokok.
2
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul setelah terbentuknya jaringan parut
dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya. Gejala pertama adalah sesak nafas
ringan dan berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan juga ditandai dengan batuk
kering. Sekitar 15% penderita, akan mengalami sesak nafas yang berat dan mengalami kegagalan
pernafasan. Berlangsung sebagai penyakit paru- paru dan kerusakan meningkat, sesak nafas terjadi
walaupun pada pasien istirahat.
Perokok berat dengan bronkitis kronis dan asbestosis, akan menderita batuk-batuk dan sesak
napas. Menghirup serat asbes kadang-kadang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan pada ruang
antara kedua selaput yang melapisi paru-paru.
Keluhan dan gejala timbulnya sangat lambat, membutuhkan waktu 7-10 tahun. Terutama sesak
nafas bila melakukan aktifitas. Batuk non produktif, lebih sering dan lebih hebat dibanding silikosis.
Bila terjadi batuk darah biasanya sudah ada neoplasma paru. Nyeri dada retrosternal, berat badan
menurun.
Pada pemeriksaan fisik pada fase dini biasanya belum dijumpai kelainan selain adanya benda
asbestos didalam dahak pekerja (2 bulan). Pada fase lanjut didapatkan sianosis dan jari tabuh. Jari
tabuh umumnya dihubungkan dengan penyakit yang lanjut. Bila ada pada pekerja dengan kelainan
fibrosis interstisialis yang ringan maka lebih banyak dihubungkan dengan kanker paru.
Gerak pernafasan menurun, simetris, tanda-tanda fibrosis hebat. Sianosis akan bertambah hebat
apabila melakukan kegiatan fisik, bisa juga didapatkan suara mengi. Dapat terdengar ronkhi (pada
akhir inspirasi atau selama inspirasi) dibasal paru, terjadi pada > 60% penderita dengan asbestosis.
Ronkhi ini tergantung pada dosis paparan dan dapat terjadi pada x-foto toraks normal. Pada asbestosis
risiko terjadinya tuberculosis paru tidak didapatkan, tetapi disini didapatkan risiko kanker paru lebih
besar. Risiko terjadinya mesothelioma atau penebalan pleura sangat besar. Kelainan kuku atau
clubbing of fingers (bentuk jari-jari tangan yang menyerupai tabuh genderang) juga dapat terjadi.
2.4 Patofisiologi
Asbestosis disebabkan oleh inhalasi jangka panjang dari serat asbes. Terdapat peningkatan
risiko kanker paru-paru dan mesothelioma terkait dengan asbestosis. Biasanya mikroorganisme,
debu, dan partikel asing lainnya yang ada di udara saat kita bernafas akan disaring oleh rambut-
rambut hidung, sehingga menimbulkan reflek batuk. Sedangkan partikel asbes (amphiboles) panjang,
sangat tipis, ringan, dan mikroskopis yang masuk ke hidung, tidak dapat disaring oleh rambut-rambut
hidung, menyebabkan partikel asbes dapat masuk ke saluran pernapasan paru kesalah satu alveoli dari
300 juta gas yang ada dan melakukan pertukaran gas.
Setiap alveolus memiliki banyak sel-sel pembersih yang disebut macrophages menelan partikel
apapun yang dibuat ke bawah alveoli. Alveoli yang sangat tipis dan elastis yang memungkinkan
pertukaran gas yang penting untuk kesehatan. Oksigen mengalir dari alveoli ke dalam darah untuk
memelihara tubuh, dan karbon dioksida mengalir dari darah ke alveoli dan ke bronchi untuk dibuang.
Serat asbes dapat dengan mudah mengelupas dan cukup kecil untuk terhirup masuk ke dalam paru-
paru. Apabila mereka terhirup ke dalam paru-paru, dan serat tersebut mencapai alveoli (kantung
udara) dalam paru-paru, di mana oksigen dipindahkan ke dalam darah, benda asing (asbes serat)
menyebabkan aktivasi dari paru-paru.
Sel pertahanan paru-paru mencoba merusak serat asbes, tetapi mekanisme pertahanan tubuh
tidak dapat menghancurkan asbes, bahkan untuk macrophages. Macrophage berusaha untuk menelan
3
sebuah serat asbes, ia sering gagal karena serat yang terlalu panjang . Dalam proses macrophage
tersebut mengeluarkan zat untuk menghancurkan benda asing, tetapi juga dapat membahayakan
alveoli. Hal ini menyebabkan terjadi perlukaan di alveoli dan membentuk jaringan parut disebut
sebagai proses fibros. Kemudian serat asbes yang tidak dapat tersaring tetap berada di dalam dan
menyebabkan radang paru-paru dan jaringan parut.
Jaringan parut menyebabkan dinding alveolar menebal dapat mengurangi elastisitas dan
kemampuan mereka untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Sehingga, terjadi penurunan
kapasitas paru-paru, pertukaran oksigen berkurang, dan akan terasa semakin kekurangan nafas. Lebih
dari 50% orang yang terkena dengan mengembangkan Asbestosis plak di pleura parietal, di dalam
ruang antara dinding dada dan paru-paru. Pasien datang dengan inspirasi kering crackles, clubbing
jari-jari, dan pola fibrotic menyebar di bagian bawah lobus paru-paru (tempat Asbestosis adalah
paling lazim).
2.5 Pemeriksaan Diagnostik
2.5.1 Radiologis
Penderita dapat mengalami sesak nafas tanpa adanya kelainan radiologis. Didapatkan
infiltrat halus tersebar difus, lokasi kelainan pada umumnya didaerah lateral dan basal. Pada
lapangan paru bawah bilateral terdapat bercak-bercak nodular. Pada fase lanjut infiltrat makin
banyak dan luas. Bila penyakit bertambah berat batas infiltrat makin tidak jelas dan jantung
membesar. Bila ada penyulit maka akan didapatkan gambaran tumor paru, pelebaran pleura,
ektasis dengan gambaran sarang lebah, cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan CT-scan
meningkatkan diagnostik dengan mendeteksi perubahan pada pleura dan parenkim yang tidak
dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologis biasa.
2.5.2 Tes fungsi paru dengan
1. Oximetry
Evaluasi oksigenasi penting sebab hypoxemia yang belum dikoreksi akan menyebabkan
hipertensi yang berkenaan dengan paru-paru dan dapat mendorong kearah kor pulmonal .
terutama oximetry dilakukan pada saat istirahat dan selama latihan (misalnya, 6-menit tes
berjalan).
2. Spirometri
Gambaran spirometri yang khas adalah penurunan kavasitas vital dan kapasitas paru
total,volume residu biasanya normal atau sedikit menurun serta penurunan kapasitas
difusi.Dalam mendeteksi kelainan ini secara dini maka kita harus mengamati adanya penurunan
kapasitas vital dan kapasitas difusi
2.5.3 Bilas Bronkoalveolar
Merupakan indikator aktivitas penyakit (alveolitis). Cairan bilas bronkoalveolar normal
mengandung 90% macrophage,10% limfosit dan sesekali neutrofil.
2.5.4 Pemeriksaan darah
Gas darah arteri (ABG) digunakan untuk mendeteksi penurunan oksigen dalam darah
yang berhubungan dengan perubahan pernapasan yang terkait dengan penyakit yang
berhubungan dengan asbes. Nilai normal BGA (Blood Gas Analysa) adalah PCO2 :35-
45mmHg, PO2 : 80 – 100 mmHg, pH : 7,35 – 7,45. Pada klien dengan asbestosis analisis gas
4
darah arteri menunjukkan tekanan parsial oksigen arteri menurun dan tekanan parsial karbon
dioksida arteri rendah karena hiperventilasi.
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Pengobatan
Tidak ada obat yang tersedia. Menghentikan paparan asbes lebih lanjut ditunjukkan.
Maka dilakukan perawatan yang bertujuan untuk membantu pasien dapat bernapas dengan
mudah, mencegah infeksi pernapasan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Pengguanaan
antibiotik dimaksudkan untuk menyerang infeksi. Aspirin atau Acetominophen (Tylenol) dapat
membebaskan ketidaknyaman dan bronchodilators oral atau inhalasi dan melebarkan saluran
napas.Dapat diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Pengobatan suportif untuk
mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir atau dahak dari paru-paru melalui
prosedur postural drainase. Bila asbestosis sudah memasuki stadium mesotelioma maka belum
ada terapi yang berhasil meningkatkan kesembuhan
2.6.2 Pencegahan
Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes dilingkungan
kerja. Penggunaan kontrol debu dapat mengurangi penderita asbestosis, tetapi mesotelioma
masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun yang lalu, ventilasi udara yang cukup di
ruang kerja, penggunaan masker bagi pekerja yang beresiko tinggi dapat mengurangi
pemaparan, Untuk mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru dianjurkan pekerja pabrik
untuk berhenti merokok. Perawatan medis untuk infeksi saluran pernapasan, dengan sering
menggunakan antibiotik ketika diperlukan. Mereka juga harus berpartisipasi dalam terapi
pernapasan seperti bronkial drainase atau penggunaan humidifier kabut ultrasonik yang
membantu dalam pembersihan lendir dari paru-paru. Pasien harus menghindari situasi yang
mungkin mengekspos mereka untuk infeksi saluran pernapasan seperti banyak orang
2.7 Komplikasi
Komplikasi lanjutan pada asbestosis antara lain:
1. Efusi pleura
2. Mesothelioma, meskipun jarang, asbes juga bisa menyebabkan tumor pada pleura yang
disebut mesotelioma atau pada selaput perut yang disebut mesotelioma peritoneal.
Mesotelioma yang disebabkan oleh asbes bersifat ganas dan tidak dapat disembuhkan.
Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar krokidolit, satu dari 4 jenis asbes. Amosit,
jenis yang lainnya, juga menyebabkan mesotelioma. Krisotil mungkin tidak menyebabkan
mesotelioma tetapi kadang tercemar oleh tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma.
Mesotelioma biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun.
3. Cor pulmonale
4. Fibrosis Pulmoner idiopatik
5. Pneumoconeosis
6. Kanker bronkus
2.8 Prognosis
5
Asbestosis adalah laten dan dapat membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dapat
berkembang menjadi gejala. Lama paparan asbes membuat seseorang dapat meningkatkan resiko
perkembangan asbestosis, namun tidak jelas persis berapa banyak eksposur merupakan risiko yang
signifikan. Asbestosis itu sendiri tidak ganas dan tidak langsung berakibat fatal. Namun komplikasinya
dapat mengakibatkan kematian. Seperti penurunan yang signifikan dalam kapasitas paru-paru total
dapat menyebabkan gagal jantung kongestif. 20 % pasien asbestosis meninggal dunia karena
penyakitnya dan 50 % akibat keganasan yang berkaitan (kanker paru atau mesotelioma). Kematian ini
disebabkan sebagai akibat dari komplikasi Asbestosis.
WOC (Web of Caution)
6
BAB III
7
Gangguan pertukaran
O2 dan CO2
elastisitas↓
difusi gas↓
Dinding
alveolar
menebal
MK: Gangguan
pertukaran gas
B1 breath
Sesak
napas
Kadar O2 di
jaringan menurun
Hipoksia
B2 blood
Paru-paru tidak dapat
berkembang
Energi yang
digunakan untuk
respirasi meningkat
MK: Intoleransi
aktivitas
B6 Bone
Kelemahan fisik
metabolisme↑
Reaksi
sistemis asbes
MK: hipertermi
Asbestosis
Masuk ke alveoli
Serat asbes masuk ke
saluran pernapasan
Sel pertahanan
mencoba merusak serat
asbes melalui makrofag
Terjadi radang dan
membentuk jaringan parut
Perasaan
tidak nyaman
MK: Perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Nafsu makan
menurun
Intake nutrisi
menurun
B5 bowel
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
PengkajianMeliputi:
1. Identitas pasien
Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan
Asbestosis lebih sering diderita oleh kalangan pekerja bangunan atau yang sering berhubungan
dengan asbes yang sebagian besar dilakukan oleh pria sehingga lebih sering menyerang pria
dibanding wanita.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien sesak saat bernafas, batuk, keluhan nyeri dada, peningkatan frekuensi peningkatan,
lemas, nyeri kepala.
3. Keluhan utama
Pada klien dengan asbestosis akan mengeluh sesak, batuk, demam
4. Riwayat Penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dengan gejala luka tenggorok, bersin demam ringan.
5. Riwayat penyakit keluarga
umumnya klien dengan asbestosis tidak memiliki penyakit keluarga yang berhubungan
dengan penyakit ini
6. Riwayat Psikososial
Perawat perlu memperoleh persepsi yang jelas mengenai perasaan, status emosi, dan
perilaku klien. klien sering merasa cemas akibat nyeri yang kronis dan mengisolasi diri karena
penyaklit yang diderita.
7. Pemeriksaan Fisik:
a. B1 (Breath) : sesak napas, Nyeri saat bernafas akibat adanya jaringan parut di alveoli, RR
menurun, adanya penggunaan otot bantu pernafasan inspirasi, hipoksia
b. B2 (Blood) : cyanosis, hypoxia, denyut jantung meningkat, TD meningkat, tachycardi
c. B3 (Brain) : dizziness, cemas, penurunan kesadaran
d. B4 (Bladder) : -
e. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
f. B6 (Bone): malaise
8. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium, biasanya didapatkan leukosit 15.000-40.000/mm³, biakan sputum, darah,
bila perlu cairan efusi pleura
2. Pemeriksaan radiologis, sebaiknya gunakan foto thoraks posterior-anterior dan lateral. Pada
lapangan paru bawah bilateral terdapat bercak-bercak nodular.
Hasil diagnosa asbestosis dibangun atas 3 tahap :
1. Riwayat ekspose.
2. Bukti fibrosis dari radiografi (misalnya, HRCT), dan ditemukannya gangguan fungsi paru-paru
dengan atau tanpa bukti histologi (serat asbes di dalam bronchoalveolar, cairan atau fibrosis
pada biopsi jaringan paru-paru).
3. Tidak adanya penyebab lain yang menyebabkan fibrosis interstitial.
3.2 Analisa Data
8
Data Etiologi Masalah
DS: Klien mengeluh sesak
DO: RR menurun, pola nafas
tidak teratur, pucat,
ketidaknormalan frekuensi,
irama dan kedalaman nafas,
hipoksia, tachycardia, tekanan
O2 dan CO2 menurun. Pada
lapangan paru bawah bilateral
terdapat bercak-bercak nodular
Adanya jaringan parut di alveoli Gangguan Pertukaran gas
DS : Demam
DO : Suhu tubuh lebih dari 37 °
C
Peningkatan laju metabolisme
sekunder dari reaksi sistemis
asbes
Hipertermi
DS : Klien merasa lemah, tidak
nyaman
DO: denyut jantung meningkat,
TD meningkat.
Kelemahan fisik dan
peningkatan metabolisme
umum sekunder dari kerusakan
pertukaran gas
Intoleransi Aktivitas
DS : Klien merasa lemas
DO: kurus, BB menurun,
albumin << 3,2 , Hb << 11g/dl
, rambut terlihat memerah pada
anak-anak, lapisan subkutan
tipis.
Intake makanan kurang dari
kebutuhan
Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d adanya jaringan parut di alveoli
2. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme sekunder dari reaksi sistemis asbes
3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik dan peningkatan metabolisme umum sekunder dari
kerusakan pertukaran gas
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan kurang dari kebutuhan
3.4 Intervensi dan Rasional
1. Gangguan pertukaran gas b.d adanya jaringan parut di alveoli
Tujuan : Pertukaran gas tidak terganggu
Kriteria hasil : status neurologis dalam rentang yang diharapkan; dispnea saat istirahat dan
aktivitas tidak ada; gelisah, sianosis, dan keletihan tidak ada; PaO2, PaCO2, dan pH arteri, dan
saqturasi O2 dalam batas normal
9
Hipertermi b.d peningkatan laju met2. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme sekunder dari
reaksi sistemis asbes
Tujuan : pasien mempertahankan suhu tubuh
Kriteria Hasil: suhu tubuh normal (36-37°C).
10
Intervensi Rasional
Observasi
Monitor bunyi paru; frekuensi napas,
kedalaman, dan usaha dan produksi
sputum sesuai dengan indikator dari
penggunaan alat penunjang yang
efektif.
Auskultasi bunyi napas, catat area
penurunan aliran udara atau bunyi
tambahan
Awasi tingkat kesadaran atau status
mental. Selidiki adanya perubahan.
Mandiri
Jelaskan prosedur pengobatan kepada
klien
Awasi tanda vital dan irama jantung
Kolaborasi
Konsultasikan dengan dokter tentang
kebutuhan akan pemeriksaan gas
darah arteri (GDA) dan penggunaan
alat bantu yang dianjurkan.
Siapkan klien untuk ventilasi atau
oksigenasi mekanis bila perlu.
Health edukasi
Jelaskan penggunaan alat bantu
pernafasan.
Ajarkan kepada pasien tekhnik
bernapas dan relaksasi
Berguna dalam evaluasi derajat
distress pernafasan atau kronisnya
proses penyakit.
Bunyi napas mungkin redup karena
penurunan aliran udara atau
konsolidasi
Gelisah dan ansietas adalah
manifestasi umum pada hipoksia.
GDA memburuk disertai
bingung/somnolen menunjukkan
disfungsi serebral yang berhubungan
dengan hipoksemia.
Menurunkan kecemasan klien
terhadap prosedur tindakan yang
dilakukan.
Takikardi, disritmia, dan perubahan
tekanan darah dapat menunjukkan
efek hipoksemia sistemik pada fungsi
jantung
Dapat memperbaiki atau mencegah
memburuknya hipoksia.
Terjadinya atau kegagalan nafas yang
akan datang memerlukan upaya
tindakan penyelamatan hidup
Memberikan informasi kepada pasien
tentang tata cara menggunakan alat
bantu.
Dengan adanya tekhnik bernapas dan
relaksasi dapat mengurangi hipoksia
Intervensi Rasional
Observasi:
Pantau tanda vital tiap tiga jam atau
lebih sering
Mandiri
Berikan kebutuhan cairan ekstra
Anjurkan klien untuk memakai
pakaian yang minimal
Berikan kompres dingin
Kolaborasi
Berikan antipiretik
Health Edukasi
Ajarkan pentingnya mempertahankan
asupan cairan yang adekuat
Perubahan frekuensi jantung atau
tekanan darah menunjukkan bahwa
pasien mengalami nyeri, khususnya bila
alasan lain untuk perubahan tanda vital
telah terlihat
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
penguapan cairan tubuh meningkat,
sehingga perlu diimbangi dengan intake
cairan yang banyak
Pakaian yang tipis akan membantu
mengurangi penguapan tubuh
Konduksi suhu membantu menurunkan
suhu tubuh
Antipiretik untuk menurunkan suhu
tubuh
Agar pasien dapat mempertahankan
asupan cairan tubuhnya
2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik dan peningkatan metabolisme umum sekunder dari
kerusakan pertukaran gas
Tujuan : pasien menunjukkan penghematan energi untuk aktivitas
Kriteria Hasil: menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, tingkat
daya tahan adekuat untuk beraktivitas.
Intervensi Rasional
Observasi
Monitor respon emosi, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas
Pantau asupan nutrisi
Pantau/dokumentasikan pola istirahat
pasien dan lamanya waktu tidur
Menetapkan kemampuan atau
kebutuhan pasien dan memudahkan
pilihan intervensi
Asupan nutrisi yang cukup dapat
menjaga keadekuatan energi.
Dengan istirahat yang cukup dan teratur
dapat membantu untuk menyiapkan
energi yang cukup bagi klien
11
Mandiri
Hindari menjalankan aktivitas
perawatan selama periode istirahat
Bantu dengan aktivitas fisik teratur
Batasi rangsangan lingkungan
Kolaborasi
Kolaborasikan dengan ahli terapi
okupasi, fisik dan atau rekreasi
Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah
Rujuk pada ahli gizi untuk
merencanakan makanan
Health Edukasi
Ajarkan tentang pengaturan aktivitas
dan teknik manajemen waktu.
Jelaskan pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat
Aktivitas di periode istirahat dapat
menyebabkan pasien kekurangan
tenaga sehingg pasien lemas.
Dengan aktivitas yang teratur
menyebabkan tubuh terbiasa sehingga
klien bisa lebih kuat melakukan
aktivitas
Dengan membatasi rangsangan dapat
mengurangi tingkat distress klien yang
membutuhkan tenaga
merencanakan dan memantau program
aktivitas
mendapatkan pelayanan tentang
bantuan perawatan di rumah sesuai
dengan kebutuhan
meningkatkan asupan makanan yang
tinggi energi
mencegah kelelahan
tirah baring dipertahankan selama fase
akut untuk menurunkan kebutuhan
metabolik, menghemat energi untuk
penyembuhan. Pembatasan aktivitas
ditentukan dengan respon individual
pasien terhadap aktivitas dan perbaikan
kegagalan pernafasan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan kurang dari kebutuhan
Tujuan : status gizi baik
Kriteria Hasil :
Antropometri : BB tidak turun (stabil), Tinggi badan, lingkar lengan
Biokimia : Albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dL, Hb Normal anak 11-13 g/dL
Klinis : Tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan merah.
Diet : Klien menghabiskan porsi makan dan nafsu makan bertambah
Intervensi Rasional
Observasi
Pastikan pola diet biasa pasien, yang
disukai atau tidak disukai.
Pantau masukan dan pengeluaran dan
berat badan secara pariodik.
Untuk mendukung peningkatan nafsu
makan pasien
Mengetahui keseimbangan intake dan
12
Monitor turgor kulit pasien
Pantau nilai laboratorium, seperti Hb,
albumin, dan kadar glukosa darah
Mandiri
Buat perencanaan makan dengan pasien
untuk dimasukkan ke dalam jadwal
makan.
Dukung anggota keluarga untuk
membawa makanan kesukaan pasien
dari rumah.
Tawarkan makanan porsi besar disiang
hari ketika nafsu makan tinggi
Kolaborasi
Patikan diet memenuhi kebutuhan
pernafasan sesuai indikasi.
Health Edukasi
Ajarkan metode untuk perencanaan
makan
Ajarkan pasien dan keluarga tentang
makanan yang bergizi dan tidak mahal
pengeluaran asuapan makanan
Sebagai data penunjang adanya
perubahan nutrisi yang kurang dari
kebutuhan
Untuk dapat mengetahui tingkat
kekurangan kandungan Hb, albumin,
dan glukosa dalam darah
Menjaga pola makan pasien sehingga
pasien makan secara teratur
Pasien merasa nyaman dengan makanan
yang dibawa dari rumah dan dapat
meningkatkan nafsu makan pasien.
Dengan pemberian porsi yang besar
dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang
masuk.
Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori
diperlukan atau dibutuhkan selama
perawatan.
Klien terbiasa makan dengan terencana
dan teratur.
Menjaga keadekuatan asupan nutrisi
yang dibutuhkan.
13
14