askep asbestosis

20
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asbestosis adalah inflamasi kronis pada paru-paru yang mempengaruhi parenkim jaringan dari paru-paru. Asbestosis disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai silikat yang terpenting adalah campuran magnesium. Ini terjadi setelah jangka panjang, paparan berat asbes, misalnya di pertambangan, dan karena itu dianggap sebagai pekerjaan penyakit paru-paru. Asbestosis lebih sering diderita oleh kalangan pekerja bangunan atau yang sering berhubungan dengan asbes. Mereka tidak menyadari bahwa jika setiap hari mereka menghirup serat asbes dapat sangat membahayakan, karena asbes terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam paru-paru, menyebabkan parut. Asbestosis terjadi pada 4 dari setiap 10.000 orang. Ada Sedikit peningkatan kematian akibat kanker atau Asbestosis dalam waktu kurang dari 15-19 tahun dari awal kerja. Secara umum, walaupun, periode latensi klinis adalah 2-4 dekade atau lebih dan ada perbedaan penting di antara beberapa asbes-terkait penyakit. Kanker paru-paru mencapai puncaknya pada sekitar 30-35 tahun dari onset dan Asbestosis di 40-45 tahun. Setiap cenderung menurun dalam insiden sesudahnya. Pleura dan peritoneal mesothelioma insiden tertinggi mencapai lebih dari kanker paru-paru, tapi insiden tidak menurun. Dalam penelitian efek dari paparan asbes, tampaknya menguntungkan untuk mengamati setidaknya 35-40 tahun atau lebih dari onset paparan dan untuk menganalisis pengalaman dalam durasi-dari-onset kategori. Jika hal ini tidak mungkin, hanya sangat terbatas efek awal akan diidentifikasi dan impor penuh pemaparan mungkin tidak dihargai. Pada kesempatan ini penyusun menjelaskan mengenai penyakit asbestosis dengan segala penyebabnya serta penyembuhanya.Penyakit asbestosis muncul secara bertahap sehingga dperlukan pengetahuan tentang peyakit asbestosis lebih dalam, dan penyakit pernapasan saat ini bukan suatu fenomena yang asing, sehingga pengetahuan tentang asbestosis sangat penting bagi kita mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. 1

Upload: sabdi-mustapha

Post on 26-Dec-2015

332 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan asbestosis

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Asbestosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asbestosis adalah inflamasi kronis pada paru-paru yang mempengaruhi parenkim jaringan dari paru-

paru. Asbestosis disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran

berbagai silikat yang terpenting adalah campuran magnesium. Ini terjadi setelah jangka panjang, paparan

berat asbes, misalnya di pertambangan, dan karena itu dianggap sebagai pekerjaan penyakit paru-paru.

Asbestosis lebih sering diderita oleh kalangan pekerja bangunan atau yang sering berhubungan dengan

asbes. Mereka tidak menyadari bahwa jika setiap hari mereka menghirup serat asbes dapat sangat

membahayakan, karena asbes terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Jika

terhisap, serat asbes mengendap di dalam paru-paru, menyebabkan parut. Asbestosis terjadi pada 4 dari

setiap 10.000 orang.

Ada Sedikit peningkatan kematian akibat kanker atau Asbestosis dalam waktu kurang dari 15-19

tahun dari awal kerja. Secara umum, walaupun, periode latensi klinis adalah 2-4 dekade atau lebih dan ada

perbedaan penting di antara beberapa asbes-terkait penyakit. Kanker paru-paru mencapai puncaknya pada

sekitar 30-35 tahun dari onset dan Asbestosis di 40-45 tahun. Setiap cenderung menurun dalam insiden

sesudahnya. Pleura dan peritoneal mesothelioma insiden tertinggi mencapai lebih dari kanker paru-paru,

tapi insiden tidak menurun. Dalam penelitian efek dari paparan asbes, tampaknya menguntungkan untuk

mengamati setidaknya 35-40 tahun atau lebih dari onset paparan dan untuk menganalisis pengalaman

dalam durasi-dari-onset kategori. Jika hal ini tidak mungkin, hanya sangat terbatas efek awal akan

diidentifikasi dan impor penuh pemaparan mungkin tidak dihargai.

Pada kesempatan ini penyusun menjelaskan mengenai penyakit asbestosis dengan segala

penyebabnya serta penyembuhanya.Penyakit asbestosis muncul secara bertahap sehingga dperlukan

pengetahuan tentang peyakit asbestosis lebih dalam, dan penyakit pernapasan saat ini bukan suatu fenomena

yang asing, sehingga pengetahuan tentang asbestosis sangat penting bagi kita mahasiswa maupun

masyarakat pada umumnya.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Asbestosis merupakan penyakit kronis progesif, Penyakit ini disebabkan oleh udara yang

mengandung debu asbes. Umumnya debu masuk kedalam paru-paru

pada saat kita menarik nafas. Hal ini tergantung pada ukuran debu

yang terhirup. Semakin kecil ukuran debu yang masuk melalui saluran

pernapasan, maka semakin besar pula resiko terjadinya penimbunan

debu dalam paru-paru. Debu dikelompokan menjadi tiga yaitu debu

organik seperti debu kapas, debu daun-daunan, tembakau dll, debu

mineral yaitu debu yang merupakan senyawa komplek seperti SiO2,

SiO3, dan arangbatu, dan debu metal yaitu debu yang mengandung

unsur logam. Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya

penyakit pada saluran pernapasan. Debu dengan ukuran 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran

pernapasan atas, 3-5 mikron akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah, 1-3 mikron akan

1

Page 2: Askep Asbestosis

sampai di permukaan alveoli, 0,5-1 mikron hinggap di permukaan alveoli/selaput lender sehingga

menyebabkan fibrosis paru, sedangkan 0,1-0,5 mikron melayang dipermukaan alveoli.

Asbestosis disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah

campuran berbagai silikat yang terpenting adalah campuran magnesium. Jika terhisap, serat asbes

mengendap di dalam dalam paru-paru, mempengaruhi parenkim jaringan dari paru-paru, menjadi

jaringan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura . Ini terjadi setelah jangka

panjang, paparan berat asbes, misalnya di pertambangan. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral

dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Asbes adalah mineral yang dapat dijalin seperti wol dan

merupakan produk alam mineral yang diketahui tahan terhadap panas dan korosi, tidak meneruskan

arus listrik, tahan terhadap asam kuat, serta merupakan serat yang kuat dan fleksibel, mudah dijalin

bersama-sama dan digunakan secara luas di dalam bangunan dan pabrik-pabrik industri.

Terdapat beberapa jenis kristal debu asbestos :

1. Chrysotile

2. Crocidolite

3. Anthrophylite kelompok Amphibole

4. Tremolite

5. Actinolite

Yang paling banyak digunakan adalah asbestos golongan chrysotile, karena seratnya panjang

dan paling kuat. Pada kelompok amphibole serat lebih pendek namun lebih stabil secara kimiawi dan

lebih tahan terhadap asam. Bersifat fibrogenik terhadap paru lebih kuat dibanding silika, karsinogenik.

Di dalam paru banyak terdapat “asbestos bodies” yaitu serat asbestos yang dilapisi bahan

protein. Sering serat asbestos harus dipisahkan dengan tangan, sehingga terjadi papel kecil-kecil pada

jari-jari tangan seperti duri, disebut duri asbestos. Terjadi juga fibrosis interstisialis, penebalan dan

perlekatan pleura, fibrosis peritoneal. Paru menjadi kaku karena terdapat klasifikasi pada pleura dan

dapat pula dijumpai keganasan Ca bronkogenik dan mesothelioma.

2.2 Etiologi

Asbestosis disebabkan oleh terhirupnya serat asbes (panjang 50 mikron atau lebih dan diameter

0,5 mikron atau kurang), oleh serat asbes, dimana serat asbes sukar untuk dihancurkan, bahkan oleh

makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk mencernakan serat asbes, sering mengalami kegagalan

sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan rantainya sangat kuat untuk diuraikan.

Faktor resiko terjadinya asbestosis adalah:

1. Orang-orang yang bekerja di industri pengelolaan, pertambangan, penenunan, pemintalan asbes

dan reparasi tekstil dengan produk-produk yang mengandung asbes.

2. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam

pakaian pekerja

3. Perokok tembakau lebih cenderung menderita penyakit yang berhubungan dengan asbes

dibandingkan non-perokok. Harapan hidup perokok lebih pendek dibandingkan non-perokok.

Asbestos pekerja yang berhenti merokok, dalam 5-10 tahun dapat mengurangi risiko kematian

kanker paru-paru oleh sekitar satu setengah sampai satu sepertiga dari rekan-rekan mereka yang

terus merokok.

2

Page 3: Askep Asbestosis

2.3 Manifestasi Klinis

Gejala asbestosis muncul secara bertahap dan baru muncul setelah terbentuknya jaringan parut

dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya. Gejala pertama adalah sesak nafas

ringan dan berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan juga ditandai dengan batuk

kering. Sekitar 15% penderita, akan mengalami sesak nafas yang berat dan mengalami kegagalan

pernafasan. Berlangsung sebagai penyakit paru- paru dan kerusakan meningkat, sesak nafas terjadi

walaupun pada pasien istirahat.

Perokok berat dengan bronkitis kronis dan asbestosis, akan menderita batuk-batuk dan sesak

napas. Menghirup serat asbes kadang-kadang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan pada ruang

antara kedua selaput yang melapisi paru-paru.

Keluhan dan gejala timbulnya sangat lambat, membutuhkan waktu 7-10 tahun. Terutama sesak

nafas bila melakukan aktifitas. Batuk non produktif, lebih sering dan lebih hebat dibanding silikosis.

Bila terjadi batuk darah biasanya sudah ada neoplasma paru. Nyeri dada retrosternal, berat badan

menurun.

Pada pemeriksaan fisik pada fase dini biasanya belum dijumpai kelainan selain adanya benda

asbestos didalam dahak pekerja (2 bulan). Pada fase lanjut didapatkan sianosis dan jari tabuh. Jari

tabuh umumnya dihubungkan dengan penyakit yang lanjut. Bila ada pada pekerja dengan kelainan

fibrosis interstisialis yang ringan maka lebih banyak dihubungkan dengan kanker paru.

Gerak pernafasan menurun, simetris, tanda-tanda fibrosis hebat. Sianosis akan bertambah hebat

apabila melakukan kegiatan fisik, bisa juga didapatkan suara mengi. Dapat terdengar ronkhi (pada

akhir inspirasi atau selama inspirasi) dibasal paru, terjadi pada > 60% penderita dengan asbestosis.

Ronkhi ini tergantung pada dosis paparan dan dapat terjadi pada x-foto toraks normal. Pada asbestosis

risiko terjadinya tuberculosis paru tidak didapatkan, tetapi disini didapatkan risiko kanker paru lebih

besar. Risiko terjadinya mesothelioma atau penebalan pleura sangat besar. Kelainan kuku atau

clubbing of fingers (bentuk jari-jari tangan yang menyerupai tabuh genderang) juga dapat terjadi.

2.4 Patofisiologi

Asbestosis disebabkan oleh inhalasi jangka panjang dari serat asbes. Terdapat peningkatan

risiko kanker paru-paru dan mesothelioma terkait dengan asbestosis. Biasanya mikroorganisme,

debu, dan partikel asing lainnya yang ada di udara saat kita bernafas akan disaring oleh rambut-

rambut hidung, sehingga menimbulkan reflek batuk. Sedangkan partikel asbes (amphiboles) panjang,

sangat tipis, ringan, dan mikroskopis yang masuk ke hidung, tidak dapat disaring oleh rambut-rambut

hidung, menyebabkan partikel asbes dapat masuk ke saluran pernapasan paru kesalah satu alveoli dari

300 juta gas yang ada dan melakukan pertukaran gas.

Setiap alveolus memiliki banyak sel-sel pembersih yang disebut macrophages menelan partikel

apapun yang dibuat ke bawah alveoli. Alveoli yang sangat tipis dan elastis yang memungkinkan

pertukaran gas yang penting untuk kesehatan. Oksigen mengalir dari alveoli ke dalam darah untuk

memelihara tubuh, dan karbon dioksida mengalir dari darah ke alveoli dan ke bronchi untuk dibuang.

Serat asbes dapat dengan mudah mengelupas dan cukup kecil untuk terhirup masuk ke dalam paru-

paru. Apabila mereka terhirup ke dalam paru-paru, dan serat tersebut mencapai alveoli (kantung

udara) dalam paru-paru, di mana oksigen dipindahkan ke dalam darah, benda asing (asbes serat)

menyebabkan aktivasi dari paru-paru.

Sel pertahanan paru-paru mencoba merusak serat asbes, tetapi mekanisme pertahanan tubuh

tidak dapat menghancurkan asbes, bahkan untuk macrophages. Macrophage berusaha untuk menelan

3

Page 4: Askep Asbestosis

sebuah serat asbes, ia sering gagal karena serat yang terlalu panjang . Dalam proses macrophage

tersebut mengeluarkan zat untuk menghancurkan benda asing, tetapi juga dapat membahayakan

alveoli. Hal ini menyebabkan terjadi perlukaan di alveoli dan membentuk jaringan parut disebut

sebagai proses fibros. Kemudian serat asbes yang tidak dapat tersaring tetap berada di dalam dan

menyebabkan radang paru-paru dan jaringan parut.

Jaringan parut menyebabkan dinding alveolar menebal dapat mengurangi elastisitas dan

kemampuan mereka untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Sehingga, terjadi penurunan

kapasitas paru-paru, pertukaran oksigen berkurang, dan akan terasa semakin kekurangan nafas. Lebih

dari 50% orang yang terkena dengan mengembangkan Asbestosis plak di pleura parietal, di dalam

ruang antara dinding dada dan paru-paru. Pasien datang dengan inspirasi kering crackles, clubbing

jari-jari, dan pola fibrotic menyebar di bagian bawah lobus paru-paru (tempat Asbestosis adalah

paling lazim).

2.5 Pemeriksaan Diagnostik

2.5.1 Radiologis

Penderita dapat mengalami sesak nafas tanpa adanya kelainan radiologis. Didapatkan

infiltrat halus tersebar difus, lokasi kelainan pada umumnya didaerah lateral dan basal. Pada

lapangan paru bawah bilateral terdapat bercak-bercak nodular. Pada fase lanjut infiltrat makin

banyak dan luas. Bila penyakit bertambah berat batas infiltrat makin tidak jelas dan jantung

membesar. Bila ada penyulit maka akan didapatkan gambaran tumor paru, pelebaran pleura,

ektasis dengan gambaran sarang lebah, cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan CT-scan

meningkatkan diagnostik dengan mendeteksi perubahan pada pleura dan parenkim yang tidak

dapat dideteksi dengan pemeriksaan radiologis biasa.

2.5.2 Tes fungsi paru dengan

1. Oximetry

Evaluasi oksigenasi penting sebab hypoxemia yang belum dikoreksi akan menyebabkan

hipertensi yang berkenaan dengan paru-paru dan dapat mendorong kearah kor pulmonal .

terutama oximetry dilakukan pada saat istirahat dan selama latihan (misalnya, 6-menit tes

berjalan).

2. Spirometri

Gambaran spirometri yang khas adalah penurunan kavasitas vital dan kapasitas paru

total,volume residu biasanya normal atau sedikit menurun serta penurunan kapasitas

difusi.Dalam mendeteksi kelainan ini secara dini maka kita harus mengamati adanya penurunan

kapasitas vital dan kapasitas difusi

2.5.3 Bilas Bronkoalveolar

Merupakan indikator aktivitas penyakit (alveolitis). Cairan bilas bronkoalveolar normal

mengandung 90% macrophage,10% limfosit dan sesekali neutrofil.

2.5.4 Pemeriksaan darah

Gas darah arteri (ABG) digunakan untuk mendeteksi penurunan oksigen dalam darah

yang berhubungan dengan perubahan pernapasan yang terkait dengan penyakit yang

berhubungan dengan asbes. Nilai normal BGA (Blood Gas Analysa) adalah PCO2 :35-

45mmHg, PO2 : 80 – 100 mmHg, pH : 7,35 – 7,45. Pada klien dengan asbestosis analisis gas

4

Page 5: Askep Asbestosis

darah arteri menunjukkan tekanan parsial oksigen arteri menurun dan tekanan parsial karbon

dioksida arteri rendah karena hiperventilasi.

2.6 Penatalaksanaan

2.6.1 Pengobatan

Tidak ada obat yang tersedia. Menghentikan paparan asbes lebih lanjut ditunjukkan.

Maka dilakukan perawatan yang bertujuan untuk membantu pasien dapat bernapas dengan

mudah, mencegah infeksi pernapasan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Pengguanaan

antibiotik dimaksudkan untuk menyerang infeksi. Aspirin atau Acetominophen (Tylenol) dapat

membebaskan ketidaknyaman dan bronchodilators oral atau inhalasi dan melebarkan saluran

napas.Dapat diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Pengobatan suportif untuk

mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir atau dahak dari paru-paru melalui

prosedur postural drainase. Bila asbestosis sudah memasuki stadium mesotelioma maka belum

ada terapi yang berhasil meningkatkan kesembuhan

2.6.2 Pencegahan

Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes dilingkungan

kerja. Penggunaan kontrol debu dapat mengurangi penderita asbestosis, tetapi mesotelioma

masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun yang lalu, ventilasi udara yang cukup di

ruang kerja, penggunaan masker bagi pekerja yang beresiko tinggi dapat mengurangi

pemaparan, Untuk mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru dianjurkan pekerja pabrik

untuk berhenti merokok. Perawatan medis untuk infeksi saluran pernapasan, dengan sering

menggunakan antibiotik ketika diperlukan. Mereka juga harus berpartisipasi dalam terapi

pernapasan seperti bronkial drainase atau penggunaan humidifier kabut ultrasonik yang

membantu dalam pembersihan lendir dari paru-paru. Pasien harus menghindari situasi yang

mungkin mengekspos mereka untuk infeksi saluran pernapasan seperti banyak orang

2.7 Komplikasi

Komplikasi lanjutan pada asbestosis antara lain:

1. Efusi pleura

2. Mesothelioma, meskipun jarang, asbes juga bisa menyebabkan tumor pada pleura yang

disebut mesotelioma atau pada selaput perut yang disebut mesotelioma peritoneal.

Mesotelioma yang disebabkan oleh asbes bersifat ganas dan tidak dapat disembuhkan.

Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar krokidolit, satu dari 4 jenis asbes. Amosit,

jenis yang lainnya, juga menyebabkan mesotelioma. Krisotil mungkin tidak menyebabkan

mesotelioma tetapi kadang tercemar oleh tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma.

Mesotelioma biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun.

3. Cor pulmonale

4. Fibrosis Pulmoner idiopatik

5. Pneumoconeosis

6. Kanker bronkus

2.8 Prognosis

5

Page 6: Askep Asbestosis

Asbestosis adalah laten dan dapat membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dapat

berkembang menjadi gejala. Lama paparan asbes membuat seseorang dapat meningkatkan resiko

perkembangan asbestosis, namun tidak jelas persis berapa banyak eksposur merupakan risiko yang

signifikan. Asbestosis itu sendiri tidak ganas dan tidak langsung berakibat fatal. Namun komplikasinya

dapat mengakibatkan kematian. Seperti penurunan yang signifikan dalam kapasitas paru-paru total

dapat menyebabkan gagal jantung kongestif. 20 % pasien asbestosis meninggal dunia karena

penyakitnya dan 50 % akibat keganasan yang berkaitan (kanker paru atau mesotelioma). Kematian ini

disebabkan sebagai akibat dari komplikasi Asbestosis.

WOC (Web of Caution)

6

Page 7: Askep Asbestosis

BAB III

7

Gangguan pertukaran

O2 dan CO2

elastisitas↓

difusi gas↓

Dinding

alveolar

menebal

MK: Gangguan

pertukaran gas

B1 breath

Sesak

napas

Kadar O2 di

jaringan menurun

Hipoksia

B2 blood

Paru-paru tidak dapat

berkembang

Energi yang

digunakan untuk

respirasi meningkat

MK: Intoleransi

aktivitas

B6 Bone

Kelemahan fisik

metabolisme↑

Reaksi

sistemis asbes

MK: hipertermi

Asbestosis

Masuk ke alveoli

Serat asbes masuk ke

saluran pernapasan

Sel pertahanan

mencoba merusak serat

asbes melalui makrofag

Terjadi radang dan

membentuk jaringan parut

Perasaan

tidak nyaman

MK: Perubahan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Nafsu makan

menurun

Intake nutrisi

menurun

B5 bowel

Page 8: Askep Asbestosis

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

PengkajianMeliputi:

1. Identitas pasien

Nama ,umur, sex, alamat, suku, bangsa, pendidikan, pekerjaan

Asbestosis lebih sering diderita oleh kalangan pekerja bangunan atau yang sering berhubungan

dengan asbes yang sebagian besar dilakukan oleh pria sehingga lebih sering menyerang pria

dibanding wanita.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien sesak saat bernafas, batuk, keluhan nyeri dada, peningkatan frekuensi peningkatan,

lemas, nyeri kepala.

3. Keluhan utama

Pada klien dengan asbestosis akan mengeluh sesak, batuk, demam

4. Riwayat Penyakit dahulu

Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)

dengan gejala luka tenggorok, bersin demam ringan.

5. Riwayat penyakit keluarga

umumnya klien dengan asbestosis tidak memiliki penyakit keluarga yang berhubungan

dengan penyakit ini

6. Riwayat Psikososial

Perawat perlu memperoleh persepsi yang jelas mengenai perasaan, status emosi, dan

perilaku klien. klien sering merasa cemas akibat nyeri yang kronis dan mengisolasi diri karena

penyaklit yang diderita.

7. Pemeriksaan Fisik:

a. B1 (Breath) : sesak napas, Nyeri saat bernafas akibat adanya jaringan parut di alveoli, RR

menurun, adanya penggunaan otot bantu pernafasan inspirasi, hipoksia

b. B2 (Blood) : cyanosis, hypoxia, denyut jantung meningkat, TD meningkat, tachycardi

c. B3 (Brain) : dizziness, cemas, penurunan kesadaran

d. B4 (Bladder) : -

e. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah

f. B6 (Bone): malaise

8. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium, biasanya didapatkan leukosit 15.000-40.000/mm³, biakan sputum, darah,

bila perlu cairan efusi pleura

2. Pemeriksaan radiologis, sebaiknya gunakan foto thoraks posterior-anterior dan lateral. Pada

lapangan paru bawah bilateral terdapat bercak-bercak nodular.

Hasil diagnosa asbestosis dibangun atas 3 tahap :

1. Riwayat ekspose.

2. Bukti fibrosis dari radiografi (misalnya, HRCT), dan ditemukannya gangguan fungsi paru-paru

dengan atau tanpa bukti histologi (serat asbes di dalam bronchoalveolar, cairan atau fibrosis

pada biopsi jaringan paru-paru).

3. Tidak adanya penyebab lain yang menyebabkan fibrosis interstitial.

3.2 Analisa Data

8

Page 9: Askep Asbestosis

Data Etiologi Masalah

DS: Klien mengeluh sesak

DO: RR menurun, pola nafas

tidak teratur, pucat,

ketidaknormalan frekuensi,

irama dan kedalaman nafas,

hipoksia, tachycardia, tekanan

O2 dan CO2 menurun. Pada

lapangan paru bawah bilateral

terdapat bercak-bercak nodular

Adanya jaringan parut di alveoli Gangguan Pertukaran gas

DS : Demam

DO : Suhu tubuh lebih dari 37 °

C

Peningkatan laju metabolisme

sekunder dari reaksi sistemis

asbes

Hipertermi

DS : Klien merasa lemah, tidak

nyaman

DO: denyut jantung meningkat,

TD meningkat.

Kelemahan fisik dan

peningkatan metabolisme

umum sekunder dari kerusakan

pertukaran gas

Intoleransi Aktivitas

DS : Klien merasa lemas

DO: kurus, BB menurun,

albumin << 3,2 , Hb << 11g/dl

, rambut terlihat memerah pada

anak-anak, lapisan subkutan

tipis.

Intake makanan kurang dari

kebutuhan

Perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas b.d adanya jaringan parut di alveoli

2. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme sekunder dari reaksi sistemis asbes

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik dan peningkatan metabolisme umum sekunder dari

kerusakan pertukaran gas

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan kurang dari kebutuhan

3.4 Intervensi dan Rasional

1. Gangguan pertukaran gas b.d adanya jaringan parut di alveoli

Tujuan : Pertukaran gas tidak terganggu

Kriteria hasil : status neurologis dalam rentang yang diharapkan; dispnea saat istirahat dan

aktivitas tidak ada; gelisah, sianosis, dan keletihan tidak ada; PaO2, PaCO2, dan pH arteri, dan

saqturasi O2 dalam batas normal

9

Page 10: Askep Asbestosis

Hipertermi b.d peningkatan laju met2. Hipertermi b.d peningkatan laju metabolisme sekunder dari

reaksi sistemis asbes

Tujuan : pasien mempertahankan suhu tubuh

Kriteria Hasil: suhu tubuh normal (36-37°C).

10

Intervensi Rasional

Observasi

Monitor bunyi paru; frekuensi napas,

kedalaman, dan usaha dan produksi

sputum sesuai dengan indikator dari

penggunaan alat penunjang yang

efektif.

Auskultasi bunyi napas, catat area

penurunan aliran udara atau bunyi

tambahan

Awasi tingkat kesadaran atau status

mental. Selidiki adanya perubahan.

Mandiri

Jelaskan prosedur pengobatan kepada

klien

Awasi tanda vital dan irama jantung

Kolaborasi

Konsultasikan dengan dokter tentang

kebutuhan akan pemeriksaan gas

darah arteri (GDA) dan penggunaan

alat bantu yang dianjurkan.

Siapkan klien untuk ventilasi atau

oksigenasi mekanis bila perlu.

Health edukasi

Jelaskan penggunaan alat bantu

pernafasan.

Ajarkan kepada pasien tekhnik

bernapas dan relaksasi

Berguna dalam evaluasi derajat

distress pernafasan atau kronisnya

proses penyakit.

Bunyi napas mungkin redup karena

penurunan aliran udara atau

konsolidasi

Gelisah dan ansietas adalah

manifestasi umum pada hipoksia.

GDA memburuk disertai

bingung/somnolen menunjukkan

disfungsi serebral yang berhubungan

dengan hipoksemia.

Menurunkan kecemasan klien

terhadap prosedur tindakan yang

dilakukan.

Takikardi, disritmia, dan perubahan

tekanan darah dapat menunjukkan

efek hipoksemia sistemik pada fungsi

jantung

Dapat memperbaiki atau mencegah

memburuknya hipoksia.

Terjadinya atau kegagalan nafas yang

akan datang memerlukan upaya

tindakan penyelamatan hidup

Memberikan informasi kepada pasien

tentang tata cara menggunakan alat

bantu.

Dengan adanya tekhnik bernapas dan

relaksasi dapat mengurangi hipoksia

Page 11: Askep Asbestosis

Intervensi Rasional

Observasi:

Pantau tanda vital tiap tiga jam atau

lebih sering

Mandiri

Berikan kebutuhan cairan ekstra

Anjurkan klien untuk memakai

pakaian yang minimal

Berikan kompres dingin

Kolaborasi

Berikan antipiretik

Health Edukasi

Ajarkan pentingnya mempertahankan

asupan cairan yang adekuat

Perubahan frekuensi jantung atau

tekanan darah menunjukkan bahwa

pasien mengalami nyeri, khususnya bila

alasan lain untuk perubahan tanda vital

telah terlihat

Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan

penguapan cairan tubuh meningkat,

sehingga perlu diimbangi dengan intake

cairan yang banyak

Pakaian yang tipis akan membantu

mengurangi penguapan tubuh

Konduksi suhu membantu menurunkan

suhu tubuh

Antipiretik untuk menurunkan suhu

tubuh

Agar pasien dapat mempertahankan

asupan cairan tubuhnya

2. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik dan peningkatan metabolisme umum sekunder dari

kerusakan pertukaran gas

Tujuan : pasien menunjukkan penghematan energi untuk aktivitas

Kriteria Hasil: menyadari keterbatasan energi, menyeimbangkan aktivitas dan istirahat, tingkat

daya tahan adekuat untuk beraktivitas.

Intervensi Rasional

Observasi

Monitor respon emosi, sosial, dan

spiritual terhadap aktivitas

Pantau asupan nutrisi

Pantau/dokumentasikan pola istirahat

pasien dan lamanya waktu tidur

Menetapkan kemampuan atau

kebutuhan pasien dan memudahkan

pilihan intervensi

Asupan nutrisi yang cukup dapat

menjaga keadekuatan energi.

Dengan istirahat yang cukup dan teratur

dapat membantu untuk menyiapkan

energi yang cukup bagi klien

11

Page 12: Askep Asbestosis

Mandiri

Hindari menjalankan aktivitas

perawatan selama periode istirahat

Bantu dengan aktivitas fisik teratur

Batasi rangsangan lingkungan

Kolaborasi

Kolaborasikan dengan ahli terapi

okupasi, fisik dan atau rekreasi

Rujuk pada pelayanan kesehatan rumah

Rujuk pada ahli gizi untuk

merencanakan makanan

Health Edukasi

Ajarkan tentang pengaturan aktivitas

dan teknik manajemen waktu.

Jelaskan pentingnya istirahat dalam

rencana pengobatan dan perlunya

keseimbangan aktivitas dan istirahat

Aktivitas di periode istirahat dapat

menyebabkan pasien kekurangan

tenaga sehingg pasien lemas.

Dengan aktivitas yang teratur

menyebabkan tubuh terbiasa sehingga

klien bisa lebih kuat melakukan

aktivitas

Dengan membatasi rangsangan dapat

mengurangi tingkat distress klien yang

membutuhkan tenaga

merencanakan dan memantau program

aktivitas

mendapatkan pelayanan tentang

bantuan perawatan di rumah sesuai

dengan kebutuhan

meningkatkan asupan makanan yang

tinggi energi

mencegah kelelahan

tirah baring dipertahankan selama fase

akut untuk menurunkan kebutuhan

metabolik, menghemat energi untuk

penyembuhan. Pembatasan aktivitas

ditentukan dengan respon individual

pasien terhadap aktivitas dan perbaikan

kegagalan pernafasan

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan kurang dari kebutuhan

Tujuan : status gizi baik

Kriteria Hasil :

Antropometri : BB tidak turun (stabil), Tinggi badan, lingkar lengan

Biokimia : Albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dL, Hb Normal anak 11-13 g/dL

Klinis : Tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak jarang dan merah.

Diet : Klien menghabiskan porsi makan dan nafsu makan bertambah

Intervensi Rasional

Observasi

Pastikan pola diet biasa pasien, yang

disukai atau tidak disukai.

Pantau masukan dan pengeluaran dan

berat badan secara pariodik.

Untuk mendukung peningkatan nafsu

makan pasien

Mengetahui keseimbangan intake dan

12

Page 13: Askep Asbestosis

Monitor turgor kulit pasien

Pantau nilai laboratorium, seperti Hb,

albumin, dan kadar glukosa darah

Mandiri

Buat perencanaan makan dengan pasien

untuk dimasukkan ke dalam jadwal

makan.

Dukung anggota keluarga untuk

membawa makanan kesukaan pasien

dari rumah.

Tawarkan makanan porsi besar disiang

hari ketika nafsu makan tinggi

Kolaborasi

Patikan diet memenuhi kebutuhan

pernafasan sesuai indikasi.

Health Edukasi

Ajarkan metode untuk perencanaan

makan

Ajarkan pasien dan keluarga tentang

makanan yang bergizi dan tidak mahal

pengeluaran asuapan makanan

Sebagai data penunjang adanya

perubahan nutrisi yang kurang dari

kebutuhan

Untuk dapat mengetahui tingkat

kekurangan kandungan Hb, albumin,

dan glukosa dalam darah

Menjaga pola makan pasien sehingga

pasien makan secara teratur

Pasien merasa nyaman dengan makanan

yang dibawa dari rumah dan dapat

meningkatkan nafsu makan pasien.

Dengan pemberian porsi yang besar

dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang

masuk.

Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori

diperlukan atau dibutuhkan selama

perawatan.

Klien terbiasa makan dengan terencana

dan teratur.

Menjaga keadekuatan asupan nutrisi

yang dibutuhkan.

13

Page 14: Askep Asbestosis

14