askep ca.kolon fix
TRANSCRIPT
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 1/25
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tumor usus halus sangat jarang terjadi sebaliknya tumor usus besar dan
rektum relatif umum. Pada kenyataannya, kanker kolon dan rektum adalah tipe
paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini adalah penyakit
budaya barat. Diperkirakan adalah sekitar 150.000 kasus baru kanker kolorektal
didiagnosa di negara ini setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua
kali lebih besar dibandingkan kanker rektal.
Insidensnya meningkat sesusai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang
berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu yang mempunyai
riwayat keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronik atau
polip. Perubahan pada presentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir.
Insiden kanker pada sigmoid dan area rektal telah menurun, sedangkan insiden
pada kolon asenden dan desenden meningkat.
Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya, kira-kira setengah dari
dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari empat
pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera. Angka
kelangsungan hidup dibawah 5 tahun adalah 40%-50%, terutama karena terlambat
dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis dalam
jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya bila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi atau perdarahan rektal.Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor
risiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kolon atau polip
dalam keluaraga; riwayat penyakit usus inflamasi kronik; dan diet tinggi lemak,
protein, dan daging serta rendah serat.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 2/25
2
Oleh karena hal inilah penulis merasa perlu untuk membahas tentang kanker
hepar.
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui landasan teori dari kanker hepar (carcinoma hepar).
2. Untuk mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan kanker
hepar.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 3/25
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. LANDASAN TEORI
1. DEFINISI
a. Kolon
Kolon adalah tempat di traktus digestivus yang paling sering terjadi
divertikel. Disebut true diverticle jika dindingnya berisi seluruh lapisan
usus dan ini jarang didapatkan. Yang paling sering terjadi adalah pseudo
diverticle atau herniasi mukosa dan submukosa melalui lapisan muskulus
kolon (Naitove,1999).
Bagi kolon, untuk membawa feses dalam jumlah kecil harus
berkontraksi dan meningkatkan tekanan pada dindingnya. Sedangkan diit
tinggi serat akan menghasilkan feses lebih banyak, ini akan meningkatkan
diameter kolon dan menurunkan tekanan pada dinding kolon.
Penebalan dinding kolon akan meningkat sesuai usia oleh karena
penumpukan kolagen dan elastin. Kemampuan dinding usus untuk
menahan peningkatan tekanan intra luminal menurun.
Segmentasi kolon adalah suatu mekanisme dimana kolon
menggerakkan isinya atau menghentikan pergerakan material melalui
lumen. Gerakan ini dapat meningkatkan tekanan intra luminal
(Painter,1985).
b. Carcinoma Colon/Kanker KolonNeoplasma / Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa
yang tidak normal akibat proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa
memiliki keuntungan dan tujuan. Neoplasma terbagi atas jinak atau ganas.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 4/25
4
Neoplasma ganas disebut juga sebagai kanker (cancer). (SylviaA Price,
2005).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang
paling sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens
bawah, dan kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal
biasanya tidak ada. (Susan Martin Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di
dalam permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar
berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma
yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat
cepat). (www.republika.co.id).
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang
dibentuk dari pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding
abdomen (perut), stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen.
(Brunner and Suddarth, 2001).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan kanker kolon
adalah tumbunhya sel-sel ganas di permukaan dalam usus besar (kolon)atau rektum. Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian
sekum, asendens, dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya
adalah dengan membuat kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
Stadium pada pasien kanker kolon menurut Syamsu Hidyat (1197)
diantaranya:
1) Stadium I bila keberadaan sel-sel kanker masih sebatas pada lapisan
dinding usus besar (lapisan mukosa).
2) Stadium II terjadi saat sel-sel kanker sudah masuk ke jaringan otot di
bawah lapisan mukosa.
3) Pada stadium III sel kanker sudah menyebur ke sebagian kelenjar
limfe yang banyak terdapat di sekitar usus.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 5/25
5
4) Stadium IV terjadi saat sel-sel kanker sudah menyerang seluruh
kelenjar limfe atau bahkan ke organ-organ lain.
Klasifikai kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T =
tumor, N = kelenjar getah bening regional, M =jarak metastese).
1) T
2) T0
3) TI
4) T2
5) T3
6) N
7) N0
8) N1
9) N2
10) N3
11) M12)
MO
13) MI
Tumor primer
Tidak ada tumor
Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
Invasi ke dinding otot
Tumor menembus dinding otot
Kelenjar limfa
tidak ada metastase
Metastasis ke kelenjar regional unilateral
Metastasis ke kelenjar regional bilateral
Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar
regional
Metastasis jauh
Tidak ada metastasis jauhAda metastasis jauh
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
a. ANATOMI
Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya,
adalah sambungan dari usus halus dan mulai dari katup ileokolik atau
ileoseka, yaitu tempat sisa makanan lewat. Refleks gastrokolik terjadi
ketika makanan masuk lambung dan menimbulkan peristaltik di dalam
usus besar. Reflek ini menyebabkan defekasi atau pembuangan air besar.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 6/25
6
Kolon mulai sebagai kantong yang besar dan padanya terdapat
apendiks vemiformis atau umbai cacing. Apendiks juga terdiri atas
keempat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya, hanya lapisan
submukosanya berisi sejumlah besar lapisan limfe, yang dianggap
mempunyai fungsi serupa dengan tonsil. Sebagian terletak di bawah
sekum dan sebagian di belakang sekum atau disebut retrosekum.
Kolon terdiri atas keempat dinding yang sama seperti usus halus.
Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga dinding
berotot dalam dalam tiga jalur yang memberi rupa berkerut-kerut dan
berlubang-luban. Dinding mukosa lebih halus dari dingding yang ada pada
usus halus, dan tidak memiliki vili. Didalamnya terdapat kelenjar serupa
kelenjar tubuler dalam usus dan dilapisi oleh epitelium silinder yang
memuat sel cangkir.
b. FISIOLOGI
Fungsi utama kolon adalah
a. Absorbsi air dan elektrolit dari kimus untuk membentuk feses yang
padat danb. Penimbunan bahan feses sampai dapat dikeluarkan. Setengah bagian
proksimal kolon berhubungan dengan absorbsi dan setengah distal kolon
berhubungan dengan penyimpanan. Karena sebagai 2 fungsi tersebut
gerakan kolon sangat lambat. Tapi gerakannya masih seperti usus halus
yang dibagi menjadi gerakan mencampur dan mendorong.
Beberapa proses yang melibatkan kolon di dalam proses pencernaan:
a. Gerakan Mencampur “Haustrasi”.
Gerakan segmentasi dengan konstriksi sirkular yang besar pada
kolon, ± 2.5 cm otot sirkular akan berkontraksi, kadang menyempitkan
lumen hampir tersumbat. Saat yang sama, otot longitudinal kolon
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 7/25
7
(taenia koli) akan berkontraksi. Kontraksi gabungan tadi menyebabkan
bagian usus yang tidak terangsang menonjol keluar (haustrasi).
Setiap haustrasi mencapai intensitas puncak dalam waktu ±30 detik,
kemudian menghilang 60 detik berikutnya, kadang juga lambat terutama
sekum dan kolon asendens sehingga sedikit isi hasil dari dorongan ke
depan. Oleh karena itu bahan feses dalam usus besar secara lambat
diaduk dan dicampur sehingga bahan feses secara bertahap bersentuhan
dengan permukaan mukosa usus besar, dan cairan serta zat terlarut
secara progresif diabsorbsi hingga terdapat 80-200 ml feses yang
dikeluarkan tiap hari.
b. Gerakan Mendorong “Pergerakan Massa”.
Banyak dorongan dalam sekum dan kolon asendens dari kontraksi
haustra yang lambat tapi persisten, kimus saat itu sudah dalam keadaan
lumpur setengah padat. Dari sekum sampai sigmoid, pergerakan massa
mengambil alih peran pendorongan untuk beberapa menit menjadi satu
waktu, kebanyakan 1-3 x/hari gerakan.
Selain itu, kolon mempunyai kripta lieberkuhn tapi tidak ber-vili.menghasilkan mucus (sel epitelnya jarang mengandung enzim). Mucus
mengandung ion bikarbonat yang diatur oleh rangsangan taktil ,
langsung dari sel epitel dan oleh refleks saraf setempat terhadap sel
mucus Krista lieberkuhn. Rangsangan pelvikus dari medulla spinalis
yang membawa persarafan parasimpatis ke separuh sampai dua pertiga
bagian distal kolon.
Mucus juga berperan dalam melindungi dinding kolon terhadap
ekskoriasi, tapi selain itu menyediakan media yang lengket untuk saling
melekatkan bahan feses. Lebih lanjut, mucus melindungi dinding usus
dari aktivitas bakteri yang berlangsung dalam feses, ion bikarbonat yang
disekresi ditukar dengan ion klorida sehingga menyediakan ion
bikarbonat alkalis yang menetralkan asam dalam feses. Mengenai
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 8/25
8
ekskresi cairan, sedikit cairan yang dikeluarkan melalui feses (100
ml/hari). Jumlah ini dapat meningkat sampai beberapa liter sehari pada
pasien diare berat
c. Absorpsi dalam Usus Besar
Sekitar 1500 ml kimus secara normal melewati katup ileosekal,
sebagian besar air dan elektrolit di dalam kimus diabsorbsi di dalam
kolon dan sekitar 100 ml diekskresikan bersama feses. Sebagian besar
absorpsi di pertengahan kolon proksimal (kolon pengabsorpsi), sedang
bagian distal sebagai tempat penyimpanan feses sampai akhirnya
dikeluarkan pada waktu yang tepat (kolon penyimpanan)
d. Absorbsi dan Sekresi Elektrolit dan Air.
Mukosa usus besar mirip seperti usus halus, mempunyai
kemampuan absorpsi aktif natrium yang tinggi dan klorida juga ikut
terabsorpsi. Ditambah taut epitel di usus besar lebih erat dibanding usus
halus sehingga mencegah difusi kembali ion tersebut, apalagi ketika
aldosteron teraktivasi. Absorbsi ion natrium dan ion klorida
menciptakan gradien osmotic di sepanjang mukosa usus besar yangkemudian menyebabkan absorbsi air. Dalam waktu bersamaan usus
besar juga menyekresikan ion bikarbonat (seperti penjelasan diatas)
membantu menetralisir produk akhir asam dari kerja bakteri didalam
usus besar
e. Kemampuan Absorpsi Maksimal Usus Besar
Usus besar dapat mengabsorbsi maksimal 5-8 L cairan dan elektrolit
tiap hari sehingga bila jumlah cairan masuk ke katup ileosekal melebihi
atau melalui sekresi usus besar melebihi jumlah ini akan terjadi diare.
f. Kerja Bakteri dalam kolon.
Banyak bakteri, khususnya basil kolon, bahkan terdapat secara
normal pada kolon pengabsorpsi. Bakteri ini mampu mencerna selulosa
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 9/25
9
(berguna sebagai tambahan nutrisi), vitamin (K, B₁₂, tiamin, riboflavin,
dan bermacam gas yang menyebabkan flatus di dalam kolon, khususnya
CO₂, H₂, CH₄).
g. Komposisi feses.
Normalnya terdiri dari ³⁄ ₄ air dan ¹⁄ ₄ padatan (30% bakteri, 10-20%
lemak, 10-20% anorganik, 2-3% protein, 30% serat makan yang tak
tercerna dan unsur kering dari pencernaan (pigmen empedu, sel epitel
terlepas). Warna coklat dari feses disebabkan oleh sterkobilin dan
urobilin yang berasal dari bilirubin yang merupakan hasil kerja bakteri.
Apabila empedu tidak dapat masuk usus, warna tinja menjadi putih
(tinja akolik).
Asam organic yang terbantuk dari karbohidrat oleh bakteri
merupakan penyebab tinja menjadi asam (pH 5.0-7.0). Bau feses
disebabkan produk kerja bakteri (indol, merkaptan, skatol, hydrogen
sulfide). Komposisi tinja relatif tidak terpengaruh oleh variasi dalam
makanan karena sebagian besar fraksi massa feses bukan berasal darimakanan. Hal ini merupakan penyebab mengapa selama kelaparan
jangka panjang tetap dikeluarkan feses dalam jumlah bermakna.
h. Defekasi
Sebagian besar waktu, rectum tidak berisi feses, hal ini karena adanya
sfingter yang lemah ±20 cm dari anus pada perbatasan antara kolon
sigmoid dan rectum serta sudut tajam yang menambah resistensi
pengisian rectum. Bila terjadi pergerakan massa ke rectum, kontraksi
rectum dan relaksasi sfingter anus akan timbul keinginan defekasi.
Pendorongan massa yang terus menerus akan dicegah oleh konstriksi
tonik dari sfingter ani interni dan sfingter ani eksternus
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 10/25
10
Refleks Defekasi. Keinginan berdefekasi muncul pertama kali saat
tekanan rectum mencapai 18 mmHg dan apabila mencapai 55 mmHg,
maka sfingter ani internus dan eksternus melemas dan isi feses
terdorong keluar. Satu dari refleks defekasi adalah refleks intrinsic
(diperantarai sistem saraf enteric dalam dinding rectum.
Ketika feses masuk rectum, distensi dinding rectum menimbulkan
sinyal aferen menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan
gelombang peristaltic dalam kolon descendens, sigmoid, rectum,
mendorong feses ke arah anus. Ketika gelombang peristaltic mendekati
anus, sfingter ani interni direlaksasi oleh sinyal penghambat dari pleksus
mienterikus dan sfingter ani eksterni dalam keadaan sadar berelaksasi
secara volunter sehingga terjadi defekasi. Jadi sfingter melemas sewaktu
rectum teregang.
Sebelum tekanan yang melemaskan sfingter ani eksternus tercapai,
defekasi volunter dapat dicapai dengan secara volunter melemaskan
sfingter eksternus dan mengontraksikan otot-otot abdomen (mengejan).
Dengan demikian defekasi merupakan suatu reflex spinal yang dengansadar dapat dihambat dengan menjaga agar sfingter eksternus tetap
berkontraksi atau melemaskan sfingter dan megontraksikan otot
abdomen.
Sebenarnya stimulus dari pleksus mienterikus masih lemah sebagai
relfeks defekasi, sehingga diperlukan refleks lain, yaitu refleks defekasi
parasimpatis (segmen sacral medulla spinalis). Bila ujung saraf dalam
rectum terangsang, sinyal akan dihantarkan ke medulla spinalis,
kemudian secara refleks kembali ke kolon descendens, sigmoid, rectum,
dan anus melalui serabut parasimpatis n. pelvikus. Sinyal parasimpatis
ini sangat memperkuat gelombang peristaltic dan merelaksasi sfingter
ani internus. Sehingga mengubah refleks defekasi intrinsic menjadi
proses defekasi yang kuat.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 11/25
11
Sinyal defekasi masuk ke medula spinalis menimbulkan efek lain,
seperti mengambil napas dalam, penutupan glottis, kontraksi otot
dinding abdomen mendorong isi feses dari kolon turun ke bawah dan
saat bersamaan dasar pelvis mengalami relaksasi dan menarik keluar
cincin anus mengeluarkan feses.
3. ETIOLOGI
Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara factor
genetik dan faktor lingkungan.kanker kolonrektal yang sporadic muncul setelah
melewati rentang yang lebih panjang sebagai akibat factor lingkungan yang
menimbulkan perubahan genetik yang berkembang menjadi kanker.
a. Pengaruh lingkungan
Sejumlah bukti menunjukkan bahwa lingkungan berperan penting pada
kejadian kanker kolorektal. Resiko mendapatkan kanker kolorektal
meningkat pada masyarakat yang berimigrasi dari wilayah dengan insiden
kanker kolorektal yang rendah ke wilayah yang insidennya lebih tinggi. Hal
ini menambah bukti bahwa lingkungan sentrum perbedaan pola makan
berpengaruh kepada karsinogenesis.Factor lingkungan yang berperan pada karsinogenesis kanker kolorektal:
1) Probably related
a) Konsumsi diet lemak tinggi
b) Konsumsi diet lemak rendah
2) Possibly related
a) Karsinogen dan mutagen,heterocyclic amines,hasil metabolism
bakteri.
b) Bir dan konsumsi alcohol
c) Diet rendah selenium
3) Probably protectif
a) Konsumsi serat tinggi ( whean bran, cellulose, lignin )
b) Diet kalsium.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 12/25
12
c) Aspirin dan OAINS.
d) Aktifitas fisik ( BMI rendah)
4) Posiibly protectif
a) Sayuran hijau dan kuning
b) Makanan dengan karoten tinggi
c) Vitamin C dan E
d) Selenium
e) Asam folat
Kandungan dari makronutrien dan mikronutrien berhubungan dengan
kanker kolorektal. Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa lemak
hewani, terutama dari sumber daging merah, berpengaruh pada kejadian
kanker kolorektal. Penelitian pada binatang yang diberikan diet lemak tinggi
meningkatkan poliferasi kolonosit dan pembentukan tumor.
Transpormasi sel tampaknya melalui peningkatan konsentrasi empedu
dalam kolon dan ini telah diketahui sebagai promotor kanker lagipula pada
masyarakat dengan konsumsi serat rendah disertai dengan insiden kankerkolon yang tinggi. Keseringan minum alcohol meningkatkan 2 -3 kali
kejadian kanker kolon. Sebaliknya masyarakat yang mengkonsumsi ikan laut
memiliki insiden kanker kolorektal yang rendah. Diet folat tinggi
berhubungan dengan resiko mendapatkan kanker kolorektal yang lebih
rendah.
b. Faktor Genetik
Banyak kelainan genetik yang dikaitkan dengan keganasan kolorektal
diantaranya sindroma poliposis. Namun demikian sindrom poliposis hanya
terhitung < 1% dari semua kanker kolorektal. Selain itu terdapat hereditary
Non-poliposis colorectal cancer( HNPCC atau sindroma lynch) terhitung 2-
3% dari kanker kolorektal. Kanker kolorektal terjadi kerusakan genetik pada
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 13/25
13
lukus yang mengontrol pertumbuhan sel. Perubahan dari kolonosit normal
menjadi jaringan adenomatosa dan akhirnya karsinoma kolon melibatkan
sejumlah mutasi yang mempercepat pertumbuhan sel.
4. PATOFISIOLOGI
Kolon Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada
mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon melintang
(transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan rektum. Bagian
kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut
dengan “kolon kanan”, sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan “kolon
kiri” (http://id.wikipedia.org).
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak
ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel
yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan
mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkangejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relatif lama dan pada
kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua
bagian dari usus besar (Davey, 2006 : 335).Kanker kolon dan rektum terutama
(95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan epitel usus). Dimulai sebagai
polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan
normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari
tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).
Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu : Secara infiltratif
langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung kemih.
Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon. Melalui
aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal. Penyebaran secara transperitoneal Penyebaran ke luka jahitan, insisi
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 14/25
14
abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder,
meliputi penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding
usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan
abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain (Gale, 2000 : 177)
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala sangat ditentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi
segmen usus tempat kanker berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan
kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua.
Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya,
anorexia, penurunan berat badan dan keletihan.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri
dangkal abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sring
dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan
obstruksi (nyeri abdomen dank ram, penipisan feses, konstipasi, dan distensi),
serta adanya darah merah segar dalam feses. Geejala yang duhubungkan dengan
lesi rectal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasidan diare bergantian, serta feses berdarah.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bersamaan dengan pemeriksaan abdomen dan rectal, prosedur diagnostic
yang paling penting untuk kanker kolon adalah pengujian darah samar, enema
barium, progtosigmoidoskopi, dan kolonoskopi. Sebanyak 60% dari kasus
kanker kolorektal dapat diidentifikasi dengan sigmoidoskopi dengan biopsy
atau apusan sitologi. Pemeriksaan antigen karsinoembrionik .(CEA) dapat juga
dilakukan, meskipun antigen karsinoembrionik mungkin bukan indikator yang
dapat dipercaya dalam mendiagnosa kanker kolon karena tidak semua lesi
menyekresi CEA. Pemeriksaan menunjukkan bahwa kadar CEA dapat
dipercaya dalam diagnosis prediksi. Pada ekssisi tumor komplet, kadar CEA
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 15/25
15
yang meningkat harus kembali kenormal dalam 48 jam. Peningkatan CEA pada
tanggal selanjutnya menunjukkan kekambuhan.1
7. PENATALAKSANAAN MEDIK
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan
pengisapan nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna,
terapi komponen darah dapat diberikan.
Pengobatan bergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan. Endoskopi,ultrasonografi, dan laparoskpi telah terbukti berhasil
dalam pentahapan kanker kolorektal pada periode pra operatif. Metode
pentahapan yang dapat digunakan secara luas adalah klasifikasi Duke:
a. Kelas A-tumor dibatasi pada mukosa dan submukosa
b. Kelas B-penetrasi dinding usus
c. Kelas C-invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional
d. Kelas D-metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.
Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam bentuk
pendukung atau terapi ajufan. Terapi ajufan biasanya diberikan selain
pengobatan bedah. Pilihan mencakup kemoterapi,tarapi radiasi, dan/atauimunoterapi.
Terapi ajufan standar yang diberikan untuk pasien dengan kanker kolon
kelas C adalah program 5-FU/Levamesole. Pasien dengan kanker rektal kelas B
dan C diberikan 5-FU dan CCNU dan dosis tinggi radiasi pelvis.
Terapi radiasi sekarang digunakan pada periode pra operatif, intraoperatif,
dan pascaoperatif untuk memperkecil tumor, mencapai hasil yang lebih baik
dari pembedahan, dan untuk mengurangi resiko kekambuhan. Untuk tumor
yang tidak dioperasi atau tidak dapat direseksi, radiasi digunakan untuk
menghilangkan gejala secarabermakna. Alat radiasi intraavitas yang dapat
diimplantasi dapat digunakan.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 16/25
16
Data paling baru menunjukan adanya pelambatan periode kekambuhan
tumor dan peningkatan waktu bertahan hidup untuk pasien yang mendapatkan
beberapa bentuk terapi ajufan.
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon
dan menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi, dan mengakibatkan
pembentukan abses. Peritonitis dan/atau sepsis dapat menimbulkan syok.
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah
sebagai berikut :
a. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin
semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga
menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar
kanker.
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan
rektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbataspada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolostomi laparoskopik
dengan polipektomi,suatu prosedur yang baru dikembangkan untuk
meminimalkan luasnya pembedahan. Laparoskop digunakan sebagai
pedoman dalam membuat keputusan dikolon; masa tumor kemudian dieksisi.
Laser Nd : YAG telah terbukti efektif pada beberapa lesi. Reseksi usus
diindikasikan kebanyakan lesi kelas A dan kelas B serta kelas C.
Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon kelas D.
Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah paliatif. Apabila tumor telah
menyebar dan mencakup struktur vital sekitar, operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan adalah sebagai berikut(Daughty & jackson 1993).
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 17/25
17
1) Reseksi segmental dengan anastomosis(pengangkatan tumor dan porsi
usus pada sisi pertumbuhan, pembuluh darah, dan nodus limfatik).
2) Reseksi abdominoperineal denag kolostomi sigmoid permanen(
pengangkatan tumor dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter
anal).
3) Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis
serta reanastomosis lanjut dari kolostomi(memungkinkan dekompresi
usus awal persiapan usus sebelum reseksi).
4) Kolostomi permanen atau ileostomi( untuk menyembuhkan lesi
obstruksi yang tidak dapat direseksi).
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi
misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang
ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi
radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel
kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah.Kerusakan sel tubuh
menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan.c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke
dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah
menyebar. Obat chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi
atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena
digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus.
(FKUI, 2001 : 211)
d. Diversi Fekal.
Berkenaan dengan tehnik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi
dilakukan pada kurang lebih sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi
adalah pembuatan lubang (stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat
berfungsi sebagai diversi sementara atau permanen. Ini memungkinkan
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 18/25
18
drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh. Konsistensi drainase
dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditemukan oleh lokasi
tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pasien Post Operatif Ca Colon (Doenges, 1999) adalah meliputi:
a. Aktivitas/istirahat
Pasien dengan kanker kolorektal biasanya merasakan tidak nyaman pada
abdomen dengan keluhan nyeri, perasaan penuh, sehingga perlu dilakukan
pengkajian terhadap pola istirahat dan tidur.
b. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan:
perubahan pada tekanan darah.
c. Integritas ego
Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan caramengatasi stress ( misalnya merokok, minum alkohol, menunda mencari
pengobatan, keyakinan religius/ spiritual). Masalah tentang perubahan
dalam penampilan misalnya, alopesia, lesi, cacat, pembedahan.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu,
tidak merasakan, rasa bersalah, kehilangan. Tanda : Kontrol, depresi.
Menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi
Adanya perubahan fungsi kolon akan mempengaruhi perubahan pada
defekasi pasien, konstipasi dan diare terjadi bergantian. Bagaimana
kebiasaan di rumah yaitu: frekuensi, komposisi, jumlah, warna, dan cara
pengeluarannya, apakah dengan bantuan alat atau tidak adakah keluhan
yang menyertainya. Apakah kebiasaan di rumah sakit sama dengan di
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 19/25
19
rumah. Pada pasien dengan kanker kolerektal dapat dilakukan pemeriksaan
fisik dengan observasi adanya distensi abdomen, massa akibat timbunan
faeces. Massa tumor di abdomen, pembesaran hepar akibat metastase,
asites, pembesaran kelenjar inguinal, pembesaran kelenjar aksila dan supra
klavikula, pengukuran tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan
colok dubur.
e. Makanan/cairan
Gejala: kebiasaan makan pasien di rumah dalam sehari, seberapa banyak
dan komposisi setiap kali makan adakah pantangan terhadap suatu
makanan, ada keluhan anoreksia, mual, perasaan penuh (begah), muntah,
nyeri ulu hati sehingga menyebabkan berat badan menurun. Tanda:
Perubahan pada kelembaban/turgor kulit; edema
f. Neurosensori
Gejala: Pusing; sinkope, karena pasien kurang beraktivitas, banyak tidur
sehingga sirkulasi darah ke otak tidak lancar.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi misalnyaketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses
penyakit)
h. Pernapasan
Gejala: Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang
perokok). Pemajanan asbes
i. Keamanan
Gejala: Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen. Pemajanan matahari
lama/berlehihan. Tanda: Demam, Ruam ku1it, ulserasi
j. Seksualitas
Gejala: Masalah seksual misalnya dampak pada hubungan peruhahan
pada tingkat kepuasan. Multigravida lebih besar dari usia 30 tahun.
Multigravida, pasangan seks multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 20/25
20
k. Interaksi sosial
Gejala: Ketidakadekuatan/kelemahan sistem pendukung. Riwayat
perkawinan (berkenaan dengan kepuasan di rumah, dukungan, atau
bantuan). Masalah tentang fungsi/ tanggung jawab peran
penyuluhan/pembelajaran. Gejala: Riwayat kanker pada keluarga misalnya
ibu atau bibi dengan kanker payudara.
Penyakit metastatik: sisi tambahan yang terlibat; bila tidak ada, riwayat
alamiah dari primer akan memberikan informasi penting untuk mencari
metastatik.
Riwayat pengobatan: pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan
pengobatan yang diberikan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan berdasarkan analisa data menurut Marilynn E.
Doenges (1999), Brunner and Suddarth (2001), dan Lynda Juall Carpenito
(1997).
a. Ansietas / ketakutan berhubungan dengan krisis situasi (kanker)
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma jaringan dan reflek spasme otot
sekunder akibat kanker usus besar.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipometabolik berkenaan dengan kanker.
d. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kurang masukan cairan
e. Keletihan berhubungan dengan perubahan kimia tubuh: efek samping obat-
obatan, kemoterapi.
f. Risiko tinggi terhadap kerusakan kulit / jaringan berhubungan dengan insisis
bedah, pembentukan stoma dan kontaminasi.
g. Risiko tinggi terhadap konstipasi / diare berhubungan dengan karsinoma
kolon.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 21/25
21
3. PERENCANAAN
a. Diagnosa Keperawatan 1 : Ansietas/ ketakutan berhubungan dengan krisis
situasi (kanker)
(1)Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan ansietas dapat berkurang
atau dapat dikontrol
(2)Kriteria Evaluasi :
(a) Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa
takut,
(b) Dapat mengungkapkan rasa takutnya,
(c) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang,
(d) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif,
(e) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
(3)Intervensi :
(a) Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
(b) Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman.
(c) Pertahankan kontak sering dengan pasien.
(d) Bantu pasien/ orang terdekat dalam mengenali rasa takut
(e) Tingkatkan rasa tenang dan lingkungan tenang
b. Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan kulit sekunder terhadap tindakan pembedahan.
(1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien
dapat melaporkan penghilangan nyeri maksimal/kontrol denganpengaruh minimal
(2) Kriteria Evaluasi:
(a) Mengungkapkan nyeri hilang atau berkurang secara bertahap,
(b) Mengungkapkan rasa nyerinya,
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 22/25
22
(c) Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan,
(d) Mendemonstrasikan ketrampilan relaksasi,
(e) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul
dan tekhnik pengalihan lainnya.
(3) Intervensi
(a) Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan
intensitas, serta tindakan penghilang yang dilakukan.
(b) Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.
(c) Dorong ketrampilan manajemen nyeri misalnya teknik relaksasi
napas dalam (dengan cara tarik nafas melalui hidung tahan sampai
hitungan sepuluh lalu hembuskan pelan -pelan melalui mulut sambil
dirasakan), tertawa, musik, dan sentuhan terapetik.
(d) Evaluasi penghilangan nyeri/ kontrol.
c. Diagnosa Keperawatan 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan dengan kanker .
(1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasiendapat mendemonstrasikan berat badan stabil.
(2) Kriteria Evaluasi:
(a) Pengungkapan pemahaman pengaruh individual pada masukan
adekuat,
(b) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik,
(c) Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap,
(d) Tidak menunjukkan gejala mual dan muntah.
(3) Intervensi :
(a) Pantau masukan setiap hari.
(b) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
(c) Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori dan kaya nutrien
dengan masukan cairan adekuat.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 23/25
23
(d) Dorong pasien untuk makan dengan porsi kecil tetapi sering.
(e) Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.
(f) Identifikasi pasien yang mengalami mual/muntah yang diantisipasi.
4. EVALUASI
Evaluasi adalah proses penilaian tujuan serta pengkajian ulang rencana
keperawatan. Evaluasi juga merupakan proses yang mengukur seberapa jauh
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai berdasarkan standar / kriteria yang
telah ditetapkan. Selama evaluasi perawat kearah terbaik untuk memenuhi
kebutuhan pasien. Perawat harus menyadari bahwa evaluasi adalah dinamis dan
berubah terus, bergantung pada diagnosa keperawatan dan kondisi pasien.
Prinsip evaluasi diantarnya adalah obyektifitas : mengukur keadaan yang
sebenarnya, dimana keputusannya sama dengan keputusan orang banyak.
Realibilitas : ketepatan, hasil ukuran yang diperoleh bila diulang oleh orang lain
hasil itu tetap sama. Validitas : mengukur dengan tepat, mengukur apa yang
akan diukur sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan menggunakan kriteria
pengukur yang tepat.Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan : Ansietas/ketakutan
berhubungan dengan krisis situasi (kanker). Kriteria evaluasi : (1)
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut, (2)
Dapat mengungkapkan rasa takutnya, (3) Tampak rileks dan melaporkan
ansietas berkurang, (4) Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping
efektif, (5) Dapat mengungkapkan pikiran dan perasaannya.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan nyeri (akut) berhubungan
dengan terputusnya kontinuitas jaringan skunder terhadap tindakan
pembedahan. Kriteria evaluasi: (1) Mengungkapkan nyeri hilang atau
berkurang secara bertahap, (2) Mengungkapkan rasa nyerinya, (3) Mengikuti
aturan farmakologis yang ditentukan, (4) Mendemonstrasikan ketrampilan
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 24/25
24
relaksasi, (5) Dapat melakukan tekhnik relaksasi nafas dalam jika nyeri timbul
dan tekhnik pengalihan lainnya.
Evaluasi terhadap tindakan diagnosa keperawatan: Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik berkenaan
dengan kanker. Kriteria evaluasi: (1) Pengungkapan pemahaman pengaruh
individual pada masukan adekuat, (2) Berpartisipasi dalam intervensi spesifik,
(3) Menunjukkan peningkatan berat badan secara bertahap, ( 4) Tidak
menunjukkan gejala mual dan muntah.
5/14/2018 Askep CA.kolon Fix - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/askep-cakolon-fix 25/25
25
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kolon adalah tempat di traktus digestivus yang paling sering terjadi divertikel.
Disebut true diverticle jika dindingnya berisi seluruh lapisan usus dan ini jarang
didapatkan. Yang paling sering terjadi adalah pseudo diverticle atau herniasi
mukosa dan submukosa melalui lapisan muskulus kolon (Naitove,1999).
Karsinoma atau kanker kolon ialah keganasan tumbuh lambat yang paling
sering ditemukan daerah kolon terutama pada sekum, desendens bawah, dan
kolon sigmoid. Prognosa optimistik; tanda dan gejala awal biasanya tidak ada.
(Susan Martin Tucker, 1998).
Kanker kolorektal adalah tumbuhnya sel-sel ganas dalam tubuh di dalam
permukaan usus besar atau rektum. Kebanyakan kanker usus besar berawal dari
pertumbuhan sel yang tidak ganas biasa disebut adenoma yang dalam stadium
awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat).
Lokasi tersering timbulnya kanker kolon adalah di bagian sekum, asendens,
dan kolon sigmoid, salah satu penatalaksanaannya adalah dengan membuat
kolostomi untuk mengeluarkan produksi faeces.
Kanker kolorektal timbul melalui interaksi yang kompleks antara factor
genetik dan faktor lingkungan.kanker kolonrektal yang sporadic muncul setelah
melewati rentang yang lebih panjang sebagai akibat factor lingkungan yang
menimbulkan perubahan genetik yang berkembang menjadi kanker.
B. SARAN
Sebaiknya kita selalu menjaga sistem pencernaan kita dengan baik karena
segala sesuatu yang kita konsumsi walaupun enak belum tentu menyehatkan.