askep hdr m.h

19
ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH PADA Sdr. MH DI BANGSAL WISMA IRAWAN RSJ PROF. Dr. SOEROYO MAGELANG Disusun oleh : Dian Aji Wibowo P 17420110007 JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

Upload: budi-cahyono

Post on 12-Jul-2016

63 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: ASKEP HDR  M.H

ASUHAN KEPERAWATANHARGA DIRI RENDAH PADA Sdr. MH

DI BANGSAL WISMA IRAWAN RSJ PROF. Dr. SOEROYO MAGELANG

Disusun oleh :

Dian Aji Wibowo

P 17420110007

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI DIII KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2012

Page 2: ASKEP HDR  M.H

ASUHAN KEPERAWATAN

HARGA DIRI RENDAH PADA Sdr. MH

DI BANGSAL WISMA IRAWAN RSJ PROF. Dr. SOEROYO MAGELANG

PENGKAJIAN

Tanggal Masuk : 29 Mei 2012 Praktikan : Dian Aji Wibowo

Jam : 14.00 WIB Nim : P.17420110007

Tanggal Pengkajian: 04 Juni 2012

Jam : 10.00 WIB

Ruang : Wisma Irawan

No. RM : 74038.

I. IDENTITAS

Nama Klien : Sdr. MH

Umur : 17 tahun

Alamat : Batang

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : -

Diagnose Medis : F. 20.4 ( Schizofrenia Tipe Depresi ).

Penanggung jawab

Nama : Tn. M

Umur : 30 tahun

Alamat : Batang

Pekerjaan : Swasta

Hub dengan klien : Kakak

Page 3: ASKEP HDR  M.H

II. ALASAN MASUK

Pasien mengatakan merasa sedih melihatibunya yang sering menangis, karena saya

dan kakak saya sudah besar, namun tidak berguna buat keluarganya dan orang lain.

Malas bermain dan bergaul dengan teman – temannya karena takut diejek kalau tidak

punya uang. Serta sebelum pasien dirawat mengatakan marah – marah karena sering

melihat kedua orang tuanya bertengkar karena hanya masalah yang sepele. Saya ingin

kedua orang tua saya rukun, seperti keluarga yang sakinah, mawadah, dan

warrohmah. Ketika kedua orang tua saya bertengkar, saya ingin rasanya memukul

ayah saya, karena merasa kasian melihat ibu saya yang sering menangis. Setelah itu

pasien dibawa ke RSJ Soeroyo Magelang oleh kakak iparnya untuk menjalani

pengobatan.

III. FAKTOR PREDISPOSISI :

a. Riwayat gangguan jiwa :

Pasien pernah mengalami gangguan, ± 6 bulan yang lalu, pasien dibawa ke RSJ

Amino Gondho Hutomo Semarang, karena marah – marah, susah tidur, mengamuk,

bicara sendiri, tertawa sendiri, membanting dan merusak alat – alat rumah tangga,

seperti piring dan gelas. ± 1 ½ bulang yang lalu, pasien mengatakan mau mencoba

bunuh diri dengan menggunakan pisau, karena melihat masalah yang terjadi pada

keluarganya, dan susah untuk minum obat di rumah harus dengan paksaan.

b. Riwayat tindakan kekerasan :

Dalam lingkungan keluarga, pasien pernah melakukan kekerasan dengan mengamuk,

marah – marah, dan membanting dan merusak alat – alat rumah tangga seperti gelas

dan piring. Untuk di lingkungan sekitar maupun keluarga pasien tidak pernah

mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan,

hanya saja pasien sering diejek oleh temannya, tidak pernah mengalami tindakan

criminal, maupun kekerasan dalam keluarga.

c. Riwayat keluarga :

Pasien mengatakan salah satu keluarga pasien yaitu paman ( kakak dari ibu pasien

mengalami gangguan jiwa ). Untuk pengobatan paman pasien dibawa ke RSJ Amino

Gondho Hutomo Semarang, dan pengobatan pasien berhasil, karena paman pasien

minum obat secara teratur.

Page 4: ASKEP HDR  M.H

d. Riwayat kesehatan yang lalu :

Sebelum sakit sekitar ± 1 tahun yang lalu, pasien pernah dibawa ke dokter setempat

karena lesu, dan lemas, pasien dibawa ke dokter sebanyak 2 kali, dan pasien dalam

minum obat harus dipaksa itu terjadi pada usia sekolah, sekitar 16 tahunan. Serta

pasien mengatakan tidak mempuyai riwayat asma, kejang, panas, batuk, pilek, dan

trauma kepala.

IV. FAKTOR PRESIPITASI :

a. Penyebab gangguan jiwa :

Sebelum klien dirawat di rumah sakit, ± 1 bulan yang lalu klien dirumah mulai suka

marah – marah, membanting dan merusak piring dan gelas. Serta pasien merasa sedih

dan tidak berguna karena masalah sepele yang dihadapi oleh keluarganya. Sebagai

anak yang tidak bisa apa – apa untuk kedua orang tuanya, dan melihat kedua orang

tuanya tidak rukun.

b. Pengalaman yang tidak menyenangkan :

Pengalaman pasien yang tidak menyenangkan, saat pasien melihat ibunya yang sedih

terus – terusan karena tingkah laku ayahnya, dan merasa gagal karena tidak bisa

membanggakan kedua orang tuanya.

Serta pasien pertama kali dirawat di rumah sakit jiwa Semarang, pasien di rumah

jarang meminum obat, sehingga pasien menjadi putus obat dan menyebabkan

kekambuhan, dan menjadikan pasien dibawa ke RSJ Soeroyo Magelang.

V. PEMERIKSAAN FISIK

Tanda - tanda Vital :

TD : 120/ 70 mmHg

RR : 20 x/menit

N : 80 x / menit

S : 37 0 C

BB : 52 Kg.

Page 5: ASKEP HDR  M.H

VI. PSIKOSOSIAL

a. Genogram

Keterangan :

: Laki – laki : Pasien

: Perempuan : Tinggal serumah.

: Meninggal

a. Riwayat perceraian :

Dalam keluarga pasien pernah mengalami percerian, sehingga dari ibu pasien

memiliki 2 anak perempuan dari pernikahan yang pertama. Sedangkan dari

penikahan yang kedua mempunyai 4 anak, 1 perempuan, dan 3 laki – laki.

b. Riwayat keluarga meninggal :

Dalam keluarga pasien ada yang meninggal yaitu ibu dari ibu pasien/ enyang dan

anak yang kedua, seorang laki – laki dari perikahannya yang kedua meninggal

karena setelah lahir ibunya mengalami penyakit kandungan/ kanker.

c. Tempat tinggal :

Pasien tinggal serumah dengan ayah dan ibunya.

Page 6: ASKEP HDR  M.H

d. Pola komunikasi dengan keluarga :

Pola komunikasi pasien dengan keluarga kadang mengalami hambatan, dan

masalah, terkadang terjadi kesalahpahaman yang membuat pasien merasa sedih

dengan masalah yang sepele. Sebelumnya tidak ada masalah, pasien seperti anak

yang lain ingin disayangi oleh kedua orang tuanya.

e. Pengambilan keputusan :

Dalam keluarga pasien, pengambilan keputusan ada ditangan orang tuanya,

terutama ayahnya sebagai kepala keluarga.

f. Pola asuh :

Pola asuh dalam keluarga, pasien sangat disayangi, dan diberi perhatian karena

pasien adalah anak bungsu, serta anak yang paling kecil, dan sangat dibanggakan

oleh kedua orang tuanya.

b. Konsep Diri

1. Gambaran diri

Klien mengatakan senang dengan anggota tubuhnya, terutama wajahnya, karena

merasa tampan, dan pasien bersyukur tidak ada kecacatan dalam kondisi pasien

saat ini.

2. Identitas diri

Klien mengatakan bahwa dirinya seorang laki – laki dengan umur 17 tahun, klien

tidak puas karena hanya mampu menyelesaikan pendidikan sampai SLTP, dan

pasien ingin melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi karena

pasien mengalami gangguan jiwa, pasien merasa putus asa karena tidak bias

sekolah lagi.

3. Peran diri

Klien berusia 17 tahun, belum menikah. Klien sebelum sakit, di rumah

membantu orang tua, seperti manyapu, dan mencuci piring. Saat timbul gejala

dan tanda gangguan jiwa, pasien jarang pergi keluar rumah untuk bermain dan

bersosaalisasi dengan temannya, dan hanya murung di rumah.

4. Ideal diri

Klien berharap cepat sembuh dan pulang, karena berdosa dan ingin meminta

maaf kepada kedua orang tuanya, serta ingin bersekolah, dan bekerja mencari

uang untuk membantu perekonomian kedua orang tuanya.

Page 7: ASKEP HDR  M.H

5. Harga Diri

Klien mengatakan merasa gagal, dan menyesal, karena temannya yang lulus

sampai SMA, tetapi pasien hanya lulus sampai SLTP. Serta menyesal karena

tidak bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Pasien sering sedih karena

diejek temannya karena tidak mempunyai uang, dan merasa gagal tidak bisa

membanggakan kedua orang tuanya.

c. Hubungan Sosial

- Di rumah pasien dekat dengan ibunya, jika ada masalah, meminta bantuan, dan

curhat, pasien mengadu ke ibunya.

- Di rumah sakit pasien dekat dengan salah satu temannya yaitu Abd. R, jika

terjadi masalah, curhat, dan meminta bantuan kepada teman dekatnya.

- Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat, pasien pernah ikut

partisipasi dalam kegiatan bergotong – royong membersihkan lingkungan

sekitar.

- Peran serta dalam kegiatan kelompok di rumah sakit, pasien dirumah sakit

banyak mengikuti kegiatan, misalnya, TAK/ terapi aktivitas kelompok, mencuci

piring, ngepel, nyapu, dan mencuci, serta olah raga setiap pagi.

- Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : klien merasa mengalami

hambatan dengan pasien lainnya, terbukti pasien hanya mau berinteraksi dengan

orang yang dikira akrab dengannya, dan jarang bergaul, serta bermain dengan

temannya.

d. Spiritual

Klien beragama Islam, klien yakin akan kesembuhannya. Pasien jarang melakukan

ibadah sholat 5 waktu/ bolong – bolong. Pasien walaupun jarang menjalankan sholat

5 waktu, pasien percaya bahwa semua penyakitnya berasal dari Tuhan dan akan

diberi kesembuhan.

VII. STATUS MENTAL

a. Pembicaraan

Dalam pembicaraan pasien terlihat koheren, dan pelan. Saat diajak komunikasi pasien

tampak kooperatif, walaupun terkadang pandangan pasien mudah beralih, tetapi

pasien dapat berkonsentrasi dalam pembicaraan. Serta mampun menjawab beberapa

pertanyaan yang diajukan kepada pasien.

Page 8: ASKEP HDR  M.H

b. Penampilan

Kondisi rambut pasien sedikit kotor, dan ada ketombenya karena jarang dibersihkan.

Kuku pasien bersih, tidak panjang, dan tidak terdapat kotoran disela – sela kuku.

Kulit pasien bersih, karena pasien sering membersihkan anggota badannya, dan

mandi 2 kali sehari, pada waktu pagi dan sore. Gigi pasien bersih, karena setiap pagi

pasien menggosok giginya. Cara berpakaian pasien bisa mandiri dan rapi dalam

berpenampilan.

c. Aktivitas motorik

Klien terlihat menyendiri dan melamun, pasien merasa senaang dan semangat saat

mengikuti TAK, dan aktivitas sehari – hari dengan bimbingan dari perawat, serta

pasien terlihat kompulsif seperti : mandi, makan, dan minum.

d. Alam perasaan

Klien merasa sedih karena selama dibawa kakak iparnya belum ada yang menjenguk

pasien terutama orang tuanya, dan ingin minta maaf atas perbuatan yang tidak baik

kepada orang tuanya, serta pasien ingin pulang karena sudah 1 minggu dirawat di RSJ

Soeroyo Magelang.

e. Afek

Jenis afek pasien sesuai/ tepat saat diajak komunikasi dan interaksi pasien mampu

tertawa saat perawat bercerita yang lucu – lucu, dan pada saat pasien mengikuti TAK

tampak ceria dan tersenyum, dan pasien hanya mampu menjawab beberapa

pertanyaan yang diajukan padanya.

f. Interaksi

Saat pasien berinteraksi dengan perawat terlihat kooperatif, mau menjawab

pertanyaan yang diajukan, pandangan pasien beralih, tetapi mampu merespon

perawat, sehingga interaksi masih bisa dilanjutkan, dan konsentrasi, serta terkadang

menunduk jika pasien menceritakan pengalaman yang tidak menyenangkan.

g. Persepsi

Pasien tidak mengalami gangguan persepsi, pasien mengatakan tidak terganggu oleh

suara – suara ataupun bayangan yang tidak ada wujudnya, yang disebut halusinasi

maupun ilusi.

Page 9: ASKEP HDR  M.H

h. Proses pikir

Pasien mengalami sedikit gangguan proses pikir yaitu sirkumtansial, klien saat

diwawancarai pembicaraan tak tidak terjadi blocking, berbelit – belit tetapi sampai

tujuan pembicaraan, setelah diarahkan pasien tidak mengalami gangguan dan dapat

bercerita, dan menjawab pertanyaan pasien.

i. Tingkat kesadaran dan orientasi

Keadaan pasien komposmentis, mampu berorientasi terhadap tempat ( mengatakan

kalu dirinya sekarang ada di RSJ Soeroyo Magelang ), waktu dan orang ( mampu

mengingat nama perawatnya saat berinteraksi, dan waktu saat wawancara ).

j. Memori

Pasien tidak mengalami daya ingat jangka panjang klien dan jangka pendek, hingga

saat ini pasien tidak lupa kalau pasien pernah dibawa ke RSJ, dan kenapa hingga

dibawa RSJ Soeroyo Magelang.

k. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Saat interaksi pasien mampu konsentrasi dengan baik, serta pasien mampu menjawab

pertanyaan dengan baik tanpa harus mengulang – ulang pertanyaan, dan mampu

berhitung dengan hitung - hitungan sederhana.

l. Isi pikir

Pasien tidak mengalami gangguan isi piker atau waham saat dilakukan interaksi.

m. Kemampuan penilaian

Klien mampu mengambil keputusan dengan sederhana saat memutuskan untuk sholat,

dan mengaji, dari pada tidak melakukannya karena hukumnya wajib, dan tanpa harus

diingatkan serta klien mampu membedakan antara hal baik dan hal buruk.

n. Daya tilik diri

Klien masih mengingkari bahwa dirinya mengalami sakit seperti sekarang ini. Klien

mengetahui bahwa sekarang dia berada di RSJ untuk perawatan dan pengobatan

dirinya yang sedang mengalami gangguan jiwa. Klien beranggapan bahwa saya tidak

sakit jiwa, kenapa harus dibawa ke RSJ Soeroyo Magelang.

VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN

PULANG

a. Makan

Page 10: ASKEP HDR  M.H

Pasien mampu menyiapkan makanan, makan 3 kali sehari, membersihkan alat – alat

makanan, mampu menempatkan alat makan dan minum secara mandiri tanpa adanya

bimbingan dari perawat.

b. BAB/ BAK

Pasien mengatakan jika BAK/ BAB timbul, pasien langsung ke WC, membersihkan

diri, dan merapikan pakaian secara mandiri.

c. Mandi

Pasien mampu mandi 2 kali sehari, pagi dan sore secara mandiri, tanpa diarahkan dan

bimbingan, meliputi mandi dengan menggunakan sabun, mencuci rambut dengan

shampoo, serta membersihkan gigi dengan menggosok gigi menggunakan sikat dan

pasta gigi.

d. Berpakaian

Pasien mampu mengambil, memilih baju, memakai pakaian, dan mengaganti pakaian

2 sampai 3 kali dalam 1 minggu.

e. Istirahat dan tidur

Tidur siang pasien dari jam 13.30 – 15.00 wib, dan untuk tidur malam pasien dari jam

21.00 – 05.00 wib.

f. Penggunaan obat

Pasien mengatakan hanya mengetahui frekuensi, dan waktu pemberian obat secara

mandiri. Serta mampu minum obat secara mandiri tanpa adanya paksaan.

g. Pemeliharaan kesehatan

pasien mengatakan diberi pengetahuan obat, supaya pasien mengerti jika pasien tidak

mengonsumsi obat/ putus obat akan dibwa ke RSJ lagi. Serta pasien setelah pulang

nanti pasien akan berusaha untuk control rutin ke RSJ.

h. Aktivitas dalam rumah

Pasien mengatakan setelah sembuh di rumah membantu dan meringankan pekerjaan

orang tuanya, seperti menyapu, dan mencuci piring secara mandiri tanpa diperintah

oleh orang tuanya.

i. Aktivitas di luar rumah

Pasien mengatakan kegiatan di luar rumah, hanya bermain dengan adik sepupunya

bermain sepak bola, dan bermain gitar.

Page 11: ASKEP HDR  M.H

IX. MEKANISME KOPING

Mekanisme koping pasien adatif.

- Ketika pasien mempunyai masalah, pasien sering bercerita, curhat, dan mengadu

kepada ibunya, dan berdzikir.

- Apabila pasien merasa kesal, pasien marah – marah tanpa sebab apapun, dan

menggrutu, bahkan mengkritik dirinya sendiri.

X. MASALAH PSIKOSOSIAL

DAN LINGKUNGAN a) Penolakan di masyarakat/ tempat tinggal

Pasien mengatakan saat berada di lingkungan tempat tinggal/ masyarakat tidak terjadi

penolakan, dan serta pasien akrab dengan semua warga, tetangga, dan masyarakat

disekitar lingkungan pasien, tetapi terkadang pasien diejek temannya karena tidak

punya uang.

b) Penolakan di sekolah

Pasien saat sekolah SLTP akrab, bergaul, bermain dengan teman – temannya, serta

tidak terjadi penolakan di lingkungan sekitar sekolah, haya saja diejek temannya

karena tidak punya uang.

c) Penolakan di keluarga

Pasien mengatakan saat di rumah, disayangi, diberi perhatian dari orang tuanya,

karena pasien sangat dibanggakan oleh orang tua. Dan tidak mengalami penolakan di

keluarganya.

d) Tempat tinggal

Tempat tinggal pasien berada di lingkungan yang padat penduduknya, dan

perekonomian keluarga pasien cukup mampu, dan pasien menerima kondisi dengan

apa adanya.

e) Kepuasan

Pasien cukup merasa puas, dan menerima dengan ikhlas dengan keadaannya sekarang

ini.

Page 12: ASKEP HDR  M.H

XI. PENGETAHUAN

Pasien mengetahui penyakitnya, tanda dan gejala, serta obat yang diminum. Klien

mampu melakukan pemenuhan ADL secara mandiri, klien kurang mampu

berhubungan sosial, hanya temen yang paling dikenal atau akrab saja. Serta mampu

menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang positif, seperti menyapu, mengepel,

dan mencuci piring.

XII. ASPEK MEDIK

Diagnosa medik : F. 20.4 ( Skizofrenia Tipe Depresi )

Terapi medik : Risperidone 2 x 2 mg

Triheksipenidile 2 x 2 mg

Chlorpromazine 2 x 100 mg.

XIII. ANALISA DATA

NO. Data FokusMasalah

KeperawatanParaf

1. Data subyektif :

- Pasien mengatakan sedih karena

tidak ada yang menengoknya di

rumah sakit.

- Pasien mengatakan ingin pulang

untuk minta maaf kepada orang

tuanya karena telah berbuat

kesalahan.

Data obyektif :

- Pasien tampak bingung

- Pasien terlihat banyak menunduk

- Komunikasi dengan temannya

seperkunya, dan pengucapan pelan.

- Raut muka tampak sedih

- Pasien terlihat menyendiri.

Harga diri rendah

Page 13: ASKEP HDR  M.H

2. Data subyektif :

- Pasien mengatakan marah – marah

karena melihat orang tuanya

bertengkar terus.

- Pasien mengatakan kesal dengan

ayahnya dan ingin memukulnya

karena membuat ibu pasien sedih.

Data obyektif :

- Raut muka tegang

- Kontak mata pasien mudah beralih

- Komunikasi dengan orang

seperlunya.

Resiko perilaku

kekerasan

3. Data subyektif :

- Pasien mengatakan takut bergaul

dengan temannya karena sering

diejek oleh temannya karena tidak

mempunyai uang.

Data obyektif :

- Pasien tampak menyendiri

- Sorot mata mudah beralih

- Pasien terlihat menyendiri

- Jarang berinteraksi dengan

temannya.

Manarik diri ; isolasi

sosial

XIV. POHON MASALAH

Menarik diri : isolasi sosial Akibat

Core Problem

Koping individu tidak efektif Penyebab

XV. DIAGNOSA

KEPERAWATAN

Harga diri rendah SP II.

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Page 14: ASKEP HDR  M.H