assessment and evaluation - repository.maranatha.edu and evaluation...fakultas kedokteran...
TRANSCRIPT
ASSESSMENT AND EVALUATION
Oleh:
dr. July Ivone, MKK, MPdKed
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG - 2009
PENDAHULUAN
Penilaian sangatlah penting dalam suatu proses belajar mengajar. Penilaian dapat
dilakukan di awal, di tengah, dan di akhir kegiatan proses belajar mengajar. Penilaian
digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam proses
pembelajaran, sehingga dapat dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan, misalnya
apakah proses pembelajaran sudah baik dan dapat dilanjutkan atau masih perlu perbaikan
dan penyempurnaan. 1, 2
Pandangan bahwa keberhasilan dilihat dari nilai saja, merupakan pandangan yang salah.
Banyak pandangan masyarakat dan orang tua beranggapan bahwa anaknya dianggap
berhasil bila mendapat nilai yang baik atau peringkat nomor satu. Mahasiswa pun belajar
hanya untuk mendapatkan nilai, kadang-kadang tanpa memahami apa yang dipelajarinya.
Perubahan dari teacher centered menjadi student centered, perubahan menjadi kurikulum
berbasis kompetensi, menyebabkan perubahan paradigma dalam proses pembelajaran.
Perubahan kurikulum juga membawa implikasi terjadinya perubahan penilaian menjadi
penilaian yang mengacu pada acuan standar dan kriteria, yaitu aspek yang menunjukkan
seberapa kompeten mahasiswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Jenis
penilaian yang dapat meningkatkan peran serta dan tanggung jawab mahasiswa antara
lain adalah portofolio, self assessment, peer assessment. Disamping itu juga diperlukan
penilaian yang berdasarkan ‘nilai’, seperti MCQ, essay, dan lain-lain.3
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari penilaian, antara lain adalah: 1, 4, 5, 6
1. Menilai lulus atau tidak lulus, apakah seorang mahasiswa boleh melanjutkan ke tahap
berikutnya atau lulus menjadi seorang sarjana.
2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang mahasiswa dalam kelompok
kelasnya, atau posisi suatu kelompok mahasiswa diantara kelompok mahasiswa
lainnya (menentukan rangking).
3. Memberikan umpan balik kepada mahasiswa dan dosen. Mengetahui tingkat daya
guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan pengajar dalam proses
belajar mengajar, terutama dalam mendorong minat dan gairah belajar mahasiswa.
4. Memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan pembelajarannya.
PEMILIHAN INSTRUMEN EVALUASI
Beberapa pertimbangan dalam menentukan atau memilih cara pengukuran dan instrumen
yang baik, antara lain: 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8
1. Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sebelum menentukan cara dan instrumen
evaluasi, harus ditentukan dulu tujuan pengajaran. Contoh: OSCE sebaiknya
digunakan untuk menilai skill.
2. Valid, keakuratan dan ketepatan sebuah instrumen. Validitas tes dapat didefinisikan
sebagai seberapa jauh perangkat tes tersebut berguna dalam mengambil keputusan
yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan, atau dapat dikatakan bahwa
seberapa jauh tes tersebut dapat mengukur kemampuan dalam bidang studi yang ingin
diukur dengan tes tersebut atau yang sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
Contoh: penilaian dalam tes menyetir, tes dinyatakan tidak valid jika hanya
menggunakan penilaian secara tertulis, tetapi tes menyetir tersebut akan dinyatakan
valid bila ada kombinasi antara tes kemampuan atau skill menyetir dan tes tertulis.
3. Reliabel dan konsisten. Penilaian dianggap reliabel bila didapatkan hasil yang sama
pada kelompok mahasiswa yang sama atau serupa. Konsep reabilitas secara umum
dapat diartikan sebagai sejauh mana suatu alat ukur dapat diyakini memberikan
informasi yang konsisten dan tidak mendua tentang karakteristik mahasiswa yang
diuji. Tentu saja suatu tes dikatakan reabilitas bila nilai yang diperoleh melalui tes
tersebut menrupakan nilai yang sesungguhnya menggambarkan kemampuan
mahasiswa yang diuji.
4. Komprehensif, sebuah instrumen sebaiknya memang mencakup seluruh kawasan
yang ingin diukur. Bila tujuan pembelajaran meliputi kognitif, afektif dan
psikomotor, seyogyanya cara dan instrumen pengukuran yang digunakan meliputi
seluruh kawasan tersebut.
5. Dalam prakteknya disesuaikan dengan tenaga yang tersedia dan jumlah mahasiswa,
misalnya bila jumlah mahasiswa yang akan diuji berjumlah banyak, sebaiknya jenis
assessment yang digunakan adalah MCQ.
TAKSONOMI BELAJAR 6, 9
Taksonomi ialah skema hirarki untuk melakukan klasifikasi target belajar ke dalam
variasi kompleksitas. Taksonomi belajar berfungsi untuk membantu menetapkan ruang
lingkup, target belajar dan keterampilan berpikir.
Peranan taksonomi dalam penilaian pendidikan adalah:
1. Taksonomi memberikan skema klasifikasi yang masuk akal mengenai penilaian.
2. Membantu membuat penilaian secara menyeluruh dan multi dimensional.
3. Membantu dan mengarahkan pembuatan item agar valid sesuai dengan tujuan
pengukuran.
4. Membantu menentukan bobot masing-masing aspek yang diukur.
Berdasarkan taksonomi target belajar, dibagi menjadi 3 area (kognitif, afektif dan
psikomotor):
a. Area kognitif, outcomes difokuskan pada knowledge (pengetahuan) dan kemampuan
untuk mengingat sampai kemampuan memecahan masalah.
Hierarchy of the cognitive domain (Bloom’s Taxonomy):
1. Knowledge (pengetahuan), untuk mengingat dan menghafal.
2. Comprehension (pemahaman), kemampuan untuk menerjemahkan,
menginterpretasi dan menyimpulkan.
3. Application (penerapan), kemampuan untuk memecahkan masalah (baik dalam
simulasi dan keadaan sebenarnya) dengan menerapkan pengetahuan.
4. Analysis, kemampuan untuk menganalisa hipotesis , memecahkan unsur-unsur
masalah dan menentukan hubungan diantaranya dengan jelas.
5. Synthesis, kemampuan untuk menyusun bagian-bagian yang terpisah menjadi satu
kesatuan.
6. Evaluation, kemampuan untuk menilai dan mempertimbangkan berdasarkan
norma internal dan eksternal, membuat keputusan yang bermakna.
b. Area afektif, outcomes difokuskan pada attitude/perilaku terhadap penggunaan obat,
pasien dan teman sejawat, emosional, serta perasaan.
Taxonomy of affective domain (Krathwohl, Bloom & Masia):
1. Receiving (penerimaan), keinginan menerima, menghadiri, sadar akan situasi dan
fenomena.
2. Responding (pemberian respon / partisipasi), aktif hadir dan berpartisipasi.
3. Valuing (penghargaan terhadap nilai), menerima, setia dan memegang teguh nilai-
nilai
4. Organization (pengorganisasian), menghubungkan nilai-nilai dengan yang telah
dipegang dan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupannya.
5. Characterization (pengalaman), internalisasi nilai-nilai menjadi pola hidup.
c. Area psikomotor, outcomes difokuskan pada skill atau keterampilan.
Taxonomy of psychomotor domain (Dave):
1. Imitation, meniru gerak yang diamati.
2. Manipulation (penggunaan), menggunakan konsep untuk melakukan gerak.
3. Precision (ketetapan), melakukan gerak dengan teliti dan benar.
4. Articulation (perangkaian), merangkaikan berbagai gerakan secara
berkesinambungan.
5. Naturalisation, melakukan gerakan secara wajar dan efisien.
MILLER TRIANGLE OF CLINICAL COMPETENCE
Berdasarkan Miller Triangle of clinical competence, tahapan hasil evaluasi terdiri dari 4,
yaitu: 4, 10
1. Knows, merupakan dasar yang hanya mencakup pengetahuan saja, seperti prinsip
dasar klinik.
2. Knows how, tingkat yang lebih tinggi pada pengetahuan yang harus diaplikasikan
dalam konteks yang nyata. Tes tertulis dan tes oral, hanya bisa menilai sampai tahap
know how. Contoh, manajemen pasien.
3. Shows how, harus dapat dilakukan dalam praktek simulasi. Contoh pada skill tes,
komunikasi, promosi kesehatan dan pencegahan.
4. Does, tingkat yang paling tinggi, harus dapat diaplikasikan dalam praktek sehari-hari.
Observasi pada praktek di klinik, evaluasi tingkah laku mahasiswa selama tutorial
(dalam penerapan pengetahuan yang dimiliki), clerkships dapat dievaluasi sampai
tahap does.
TIPE ASSESSMENT
1. Penilaian Formatif dan Sumatif 2,5
Penilaian formatif merupakan penialian diagnostik (salah satu bentuk self assessment)
yang berguna untuk menilai pengetahuan dan skill mahasiswa yang telah didapat dari
apa yang telah dipelajarinya. Penilaian formatif digunakan sebagai bantuan dalam
proses pembelajaran dan berhubungan dengan perbaikan bagian-bagian dalam suatu
proses pembelajaran, agar program yang dilaksanakan mencapai hasil maksimal.
Dalam pendidikan, penilaian formatif merupakan penilaian yang dapat diberikan oleh
dosen, penilaian antar sesama mahasiswa (peer assessment) ataupun penilaian
mahasiswa terhadap dirinya sendiri (self assessment) untuk memberikan umpan balik
kepada mahasiswa, sehingga dapat diperbaiki. Umumnya penilaian formatif tidak
digunakan untuk menentukan peringkat.
Sedangkan penilaian sumatif digunakan untuk menentukan peringkat dan umumnya
digunakan sebagai penilaian diakhir suatu pembelajaran (merupakan penilaian
terakhir untuk menentukan lulus atau tidak). Penilaian sumatif berfungsi sebagai
laporan hasil pembelajaran, pertanggung jawaban penyelenggara pendidikan. Baik
penilaian formatif maupun sumatif, keduanya merupakan penilaian dari dan untuk
pembelajaran.
2. Penilaian Objektif dan Subjektif 2
Penilaian objektif adalah penilaian dari pertanyaan yang hanya mempunyai satu
jawaban yang benar. Contoh penilaian objektif adalah MCQ, matching question,
benar atau salah, dan lain-lain.
Sedangkan penilaian subjektif, adalah pertanyaan - pertanyaan yang mempunyai
jawaban lebih dari satu. Contohnya: essay, portofolio.
3. Penilaian Criterion-referenced dan Normatif-referenced 5, 11
Penilaian criterion-referenced biasanya digunakan untuk menilai kompetensi
seseorang (apakah seseorang dapat melakukan sesuatu) Contoh yang nyata adalah
pada tes mengemudi, ketika pengemudi yang sedang belajar akan dites, supaya lulus,
maka ada kriteria yang harus dipenuhi (seperti tidak membahayakan pengguna jalan),
tes IQ. Dengan kata lain penilaian criterion-referenced merupakan penilaian
berdasarkan kriteria yang harus dipenuhi agar dapat lulus dalam satu ujian.
Penilaian normatif-referenced tidak berdasarkan kriteria, tetapi berdasarkan rata-rata
nilai yang didapatkan pada suatu kelompok mahasiswa.
PORTOFOLIO 3, 9, 12, 13
Penilaian dalam proses pembelajaran antara lain sebagai kegiatan menghimpun fakta-
fakta dan dokumen belajar mahasiswa yang dapat dipercaya untuk melakukan perbaikan
program, apabila kegiatan penilaian tersebut terjadi sebagai bagian dari program
pembelajaran. Oleh karena itu penilaian berfungsi membantu dosen untuk merencanakan
kurikulum dan pengajaran di dalam kegiatan bejajar mengajar, maka kegiatan penilaianj
membutuhkan informasi bervariasi dari setiap individu dan atau kelompok mahasiswa
serta dosen. Dosen dapat melakukan penilaian dengan cara mengumpulkan catatan yang
diperoleh melalui observasi, portofolio, ujian, serta data hasil survei.
Penilaian juga merupakan proses menyimpulkan dan menafsirkan fakta-fakta dan
membuat pertimbangan dasar yang profesional untuk mengambil kebijakan pada
sekumpulan informasi tentang mahasiswa. Program belajar mahasiswa dapat dinilai
dengan melihat perkembangan hasil pribadi dan prestasi mahasiswa, dan sekaligus dapat
membandingkan dengan mahasiswa lain dalam kelompoknya.
Penilaian portofolio adalah penilaian yang terdiri dari kumpulan hasil karya mahasiswa
yang disusun secara sistematik yang menunjukkan dan membuktikan upaya belajar, hasil
belajar, proses belajar, dan kemajuan yang dilakukan mahasiswa dalam jangka waktu
tertentu. Pengumpulan data melalui penilaian portofolio adalah kegiatan mendasar untuk
melengkapi dan memperkaya program penilaian dosen dan mahasiswa. Penilaian
portofolio merupakan penilaian terhadaap sekumpulan karya mahasiswa yang tersusun
secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun
waktu tertentu. Portofolio dapat digunakan oleh dosen dan mahasiswa untuk memantau
perkembangan pengetahuan, keterampilan dan perilaku mahasiswa. Dalam penilaian
portofolio, mahasiswa memiliki kesempatan dalam menilai diri sendiri (self assessment)
dari waktu ke waktu.
Karakteristik dari penilaian portofolio adalah sebagai berikut:
1. Penilaian yang menuntut ditunjukkannya hasil kerjasama antara dosen dan
mahasiswa.
2. Penilaian portofolio tidak hanya sekedar kumpulan hasil karya mahasiswa, tetapi
yang terpenting adalah adanya proses seleksi yang didasarkan kriteria tertentu untuk
dimasukkan hasil karya dalam portofolio.
3. Merupakan pengumpulan hasil karya mahasiswa dari waktu ke waktu. Koleksi karya
tersebut digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan refleksi, sehingga dalam
prosesnya penilaian portofolio merupakan penilaian diri yang memungkinkan
mahasiswa dapat mengenal kekuatan dan kelemahannya sendiri. Kelemahan-
kelemahan tersebut sekaligus dapat digunakan sebagai tujuan proses pembelajaran
berikutnya.
4. Kriteria penilaian ortofolio harus jelas baik bagi doden maupun mahasiswa, dan
ditetapkan secara konsisten.
Penilaian portofolio dapat memberi kesempatan kepada mahasiswa dan dosen untuk
menelaah bagaimana pekerjaan yang sedang atau telah mereka selesaikan. Hal-hal yang
menarik dalam penilaian portofolio adalah adanya kerjasama yang terpadu antar
mahasiswa maupun antara mahasiswa dan dosen, mahasiswa dapat memperbaiki dan
mnyempurnakan evidence mereka, mahasiswa dan dosen berkonsentrasi pada karya
individu dan kelompok, mahasiswa memahami dan menggunakan standar yaitu
kompetensi dasar dan indikator yang terdapat dalam kurikulum.
Beberapa keuntungan penilaian portofolio, antara lain adalah:
1. Mampu merefleksikan perubahan penting dalam proses kemampuan intelektual
mahasiswa dari waktu ke waktu.
2. Menunjukkan prestasi akademik dan emmotret kompetensi mahasiswa.
3. Mampu memfokuskan pada kepentingan dan proses kemampuan belajar mengajar,
serta menginformasikan pengajaran praktis tentang kelebihan dan kekurangan
mahasiswa.
4. Mewujudkan penilaian yang kolaboratif.
5. mahasiswa mampu menilai dirinya sendiri menjadi suatu tujuan.
Portofolio tidak hanya merupakan tempat penyimpanan hasil pekerjaan mahasiswa, tetapi
juga merupakan sumber informasi bagi dosen dan mehasiswa. Portofolio berfungsi untuk
mengetahui perkembangan pengetahuan, keterampilan dan perilaku mahasiswa.
Portofolio dapat memberikan tindak lanjut dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan
mahasiswa, sehingga dosen dan mahasiswa berkesempatan untuk mengembangakan
kemampuannya. Portofolio juga dapat berfungsi sebagai alat untuk: (a) melihat
perkembangan tanggung jawab mahasiswa dalam belajar, (b) perluasan dimensi belajar,
(c) pembaharuan kembali proses belajar mengajar, (d) penekanan pada pengembangan
pandangan peserta didik dalam belajar.
Portofolio digunakan sebagai alat pengajaran dan juga sebagai alat penilaian. Dalam
penilaian portofolio, mahasiswa diwajibkan untuk mengkoleksi dan menunjukkan hsil
kerja mereka. Penilaian portofolio bertujuan sebagai penilaian formatif maupun sumatif.
Portofolio sebagai penilaian formatif, digunakan untuk memntau kemajuan peserta didik
dari waktu ke waktu dan untuk mendorong mahasiswa dalam merefleksikan
pembelajaran mereka sendiri. Portofolio seperti ini difokuskan pada proses
pengembangan mahasiswa dan digunakan untuk tujuan formatif dan diagnostik.
Penilaian portofolio sebagai penilaian sumatif pada akhir semester atau akhir tahun ajaran
untuk menunjukkan prestasi mahasiswa dan memberikan informasi kepada orang tua
mahasiswa tentang perkembangan secara lengkap yang didukung dengan data dan
dokumen yang akurat. Apapun tujuannya, semua portofolio berisikan bukti yang dapat
digunakan untuk menyimpulkan tingkat pencapaian mahasiswa pada kompetensi dasar
yang diharapkan.
Portofolio merupakan salah satu alat yang efisien dalam proses pembelajaran. Berbagai
macam evidence mahasiswa dapat dengan mudah dilihat dari waktu ke waktu. Hal ini
tidak dapat dilakukan oleh penilaian tradisional. Portofolio merupakan salah satu
kegiatan yang memungkinkan mahasiswa dan dosen untuk berdialog dalam
pembelajaran.
Penilaian portofolio memliki keunggulan dan juga kelemahan dalam penyelenggaraanya.
Yang pasti, penilaian portofolio memerlukan waktuya yang lebih dibandingkan dengan
penilaian lain. Keunggulan portofolio antara lain adalah:
1. Perubahan paradigma penilaian, adanya perubahan membandingkan kedudukan
mahasiswa berdasarkan tingkatan, persentil atau skor tes kepada pengembangan
kemampuan mahasiswa melalui umpan balik dan refleksi diri. Penilaian portofolio
membantu dosen membakukan dan mengevaluasi kemampuan dan pengetahuan
mahasiswa sesuai dengan harapan, tanpa mengurangi kreativitas mahasiswa, juga
dapat membantu mahasiswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap yang mereka
kerjakan dan meningkatkan peran serta mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Portofolio merupakan salah satu penilaian yang dapat dilaksanakan sebagai
perwujudan penilaian yang bertanggung jawab. Proses seleksi evidence, hasil kerja
ataupun dokumen yang dikerjakan mahasiswa senantiasa melibatkan mahasiswa
dalam penilain. Penilaian portofolio dapat mengatasi kelemahan pada penilaian
tradisional. Penilaian ini memungkinkan penilaian yang lebih kompleks dibandingkan
dengan apa yang dilakukan pada penilaian tradisional.
3. Mahasiswa sebagai individu dan berperan aktif dalam proses pembelajaran dan
penilaian, juga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk meningkatkan
kemampuan mereka.
4. Penilaian portofolio dapat mengklarifikasi dan mengidentifikasi program pengajaran
dan memungkinkan untuk mendokumenkan ”pemikiran” disamping pengembangan
program.
5. Salah satu kelebihan penilaian portofolio adalah pengukuran yang dilakukan
berdasarkan evidence mahasiswa yang asli. Portofolio memungkinkan mahasiswa
untuk melakukan penilaian sendiri dan berpikir kritis.
Kelemahan penilaian portofolio, antara lain adalah:
1. Memerlukan waktu ekstra dibandingkan penilaian lain.
2. Kurang reliabilitas dan kurang fair jika dibandingkan sistem penilaian dengan skor.
Penilaian yang dilakukan sendiri oleh mahasiswa maupun oleh kelompok mahasiswa
sangat diperlukan. Salah satu keuntungan yang diperoleh dari penilaian sendiri oleh
mahasiswa adalah mahasiswa mampu memahami sendiri kememapuan yang mereka
miliki, dengan demikian diharapkan mereka dapat menigkatkan kemampuan mereka
sendiri.
3. Dosen memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hanya pencapaian akhir saja
tanpa melihat proses pembelajaran yang terjadi. Dengan demikian, mahasiswa pun
akan hanya berorientasipada pencapaian akhir semata, dan kecenderungan melakukan
berbagai upaya yang strategis dan bahkan mungkin dengan menghalalkan segala cara.
4. Dosen menganggap dirinya-lah yang paling tahu dan mahasiswa selalu dianggap
sebagai objek yang harus dididik dan diberi tahu (teacher centered learning).
Mahasiswa menjadi pasif dan tidak memiliki inisiatif dan kreativitas.
5. Masyarakat, khususnya orang tua mahasiswa selama ini hanya mengenal keberhasilan
anaknya hanya pada angka-angka hasil tes akhir (kuantitatif). Dalam penilaian
portofolio umumnya penggunaan angka sebagai hasil akhir agak dihindari.
Akibatnya, orang tua terkadang bersikap skeptis dan lebih percaya terhadap penilaian
kuantitatif.
6. Kelemahan utama dalam penilaian portofolio adalah tidak tersedianya kriteria
penilaian, karena pemberian angka dalam penilaian portofolio dihindari.
Dalam pendidikan kedokteran, portofolio merupakan penilaian yang sangat efektif untuk
menilai performa dan kualitas dokter dalam melaksanakan praktek.
Self assessment 14, 15
Elemen terpenting dalam PBL adalah membantu mahasiswa agar dapat mengidentifikasi
pengetahuan dasar yang mereka miliki dalam rangka untuk menghasilkan pembelajaran
yang sangat berarti. Tujuan utama dari penilaian PBL adalah agar mahasiswa dapat
memahami tujuan dari pembelajaran dan dapat menilai hasil belajar mereka sendiri.
Jenis penilaian formatif dan self-assessment memberikan umpan balik yang dapat
memberikan perbaikan. Mahasiswa harus dapat memberikan refleksi dari self-assessment
dan memberikan kesempatan untuk memperbaikinya.
Peer Assessment 15, 16
Peer assessment adalah penilaian antar sesama mahasiswa atau sesama dosen. Biasanya
digunakan sebagai penilaian formatif. Dalam peer assessment, mahasiswa dapat
membuat penilaian yang lebih valid dan tidak bias (Arnold et al. 1986), dan dapat
meningkatkan umpan balik, sehingga mahasiswa dapat lebih memahami kekurangan dan
kelebihan yang telah mereka miliki.
Keuntungan dari peer assessment adalah:
1. Membantu mahasiswa menjadi lebih bertanggung jawab, otonom, dan melibatkan
langsung mahasiswa dalam pembelajaran.
2. Membantu menjelaskan apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran.
3. Agar mahasiswa dapat menganalisis secara kritis apa yang dikerjakan oleh temannya.
4. Memberikan kebebasan mahasiswa untuk memberikan umpan balik.
5. Mengurangi beban dosen.
6. Beberapa kelompok dapat saling memberikan penilaian, sehingga umpan balik
menjadi lebih baik.
Kekurangan dari peer assessment adalah:
1. Mahasiswa mungkin kurang serius dalam penilaian, dipengaruhi oleh hubungan
persahabatan.
2. Mahasiswa mungkin kurang suka menilai temannya sendiri, karena akan timbul
kesalahpahaman diantara mereka.
3. Tanpa intervensi dari dosen, mahasiswa dapat memberikan keterangan yang salah.
INSTRUMEN EVALUASI 1, 17, 18, 19, 20
A. Alternate-choice formats
Alternate-choice item berupa pertanyaan dan satu set kemungkinan jawaban yang
dinilai secara objektif. Disebut juga sebagai selection type items. Beberapa jenis
alternate-choice format:
1. True-False item
Digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan. Pada tes ini digunakan pernyataan
yang simple dan pendek. Masalah utama pada true-false item adalah
kemungkinan untuk menebak.
2. Multiple Choice Question (MCQ)
Instrumen evaluasi yang paling terkenal, dapat mengevaluasi kawasan knowledge
secara cepat dan dapat digunakan untuk kelompok mahasiswa yang banyak/besar.
Kelemahan dari MCQ ini, tidak dapat digunakan untuk menilai area psikomotor.
MCQ potensial untuk mengukur analisis, aplikasi dari pengetahuan dan problem
solving.
Penggunaan format yang kompleks tidak dianjurkan, dapat membingungkan
mahasiswa.
3. Extended Matching Item (EMI)
Alternatif lain dari MCQ adalah EMI. EMI terdiri dari tema, pilihan yang
memungkinkan, dasar untuk mencocokkan atau pertanyaan yang memimpin (lead
–in) dan skenario (bisa lebih dari 1). EMI hanya bersifat recall saja.
Contoh:
Tema: Nyeri perut kanan bawah
Option: A Apendisitis akuta
B Ureterolithiasis
C Adneksitis
D Cholesistitis
E Divertikulitis
F Ileitis terminal
Lead-in: Untuk setiap pasien dengan keluhan nyeri perut kanan bawah, pilihlah
diagnosis yang paling mendekati
Skenario: 1. Nn Susan, 19 tahun. Sejak 2 hari yang lalu mengalami nyeri perut di
kanan bawah yang terus menerus, disertai demam dan muntah-
muntah. Hasil pemeriksaan darah rutin, didapatkan Hb: 12 g/dl,
leukosit: 20.000/mm3 A
2. Tn. Galang, 35 tahun. Sejak 3 hari yang lalu mengeluh nyeri perut
kanan bawah, nyeri hilang timbul. Hasil pemeriksaan urine rutin,
didapatkan eritrosit > 100/LPB B
B. Essay
Instrumen evaluasi essay adalah metode evaluasi yang paling tradisional. Semakin
jarang digunakan pada fakultas kedokteran, meskipun mudah untuk membuatnya,
tetapi memakan waktu untuk menilainya. Essay digunakan sebagai evaluasi pada
kelompok kecil dan tes essay tidak dapat dipakai ulang. Tes essay dapat digunakan
untuk mengevaluasi pengetahuan bisa sampai tahap evaluasi.
Essay memberikan kebebasan pada mahasiswa untuk menjawab dengan
menggunakan kata-katanya sendiri dan memberikan kebebasan dalam proses berpikir,
meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk mengekspresikan pengetahuan yang
dimilikinya kedalam kata-kata / tulisan.
C. Short answer question
Menghendaki jawaban mahasiswa yang singkat dan jelas, hanya bersifat recall. Lebih
mudah membuatnya, jika dibandingkan dengan membuat MCQ kompleks.
Tidak ideal untuk mengukur tujuan pembelajaran problem solving, karena format ini
tidak dapat mengukur sampai tahap analisis dan sintesis. Juga tidak dapat digunakan
untuk mengevaluasi skill. Format ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
keberhasilan pembelajaran di kelas.
Beberapa karakteristik relatif dari 4 macam instrumen evaluasi 18
Essay Short answer Multiple choice Extended-matching
Aplikasi
pengetahuan
Sangat baik Baik Kurang Baik
Evaluasi Sangat baik Baik Kurang Kurang
Jangkauan topik Kurang Baik Sangat baik Sangat baik
Nilai reliability Kurang Baik Sangat baik Sangat baik
Kesenangan menilai Kurang Sedang Sangat baik Sangat baik
Waktu persiapan Min -
sedang
Sedang Lama (soal
baik)
Sedang
Kecurangan Sangat sulit Sulit Mudah Mudah
D. Modified Essay Question (MEQ)
MEQ berdasarkan pada masalah dan kejadian yang terjadi dalam praktek klinik.
Skenario diikuti dengan pertanyaan yang berhubungan. MEQ dapat digunakan untuk
mengevaluasi kemampuan problem solving. Penggunaannya dapat meliputi cakupan
yang lebih luas, mahasiswa dipaksa untuk menjawab pertanyaan tanpa adanya pilihan
seperti pada MCQ.
MEQ selain dapat digunakan sebagai tehnik evaluasi formal, juga dapat digunakan
antara lain sebagai pertolongan dalam belajar, metode diskusi kelompok.
Contoh:
Tn.Smith, 78 tahun hidup seorang diri, mengeluh lemah dan penurunan berat badan.
Dia datang ke tempat praktek saudara.
Pertanyaan 1 : Apa kemungkinan diagnosis dari Tn.Smith? (3)
a. ______________________________
b. ______________________________
c. ______________________________
Pertanyaan 2: Buatlah 5 pertanyaan yang dapat membantu saudara untuk mendukung
kemungkinan diagnosis.
a. _________________________
b. _________________________
c. _________________________
d. _________________________
e. _________________________
Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan, Hb: 10.4 g/dl dan dilaporkan adanya
anemia hipokrom mikrositik.
Pertanyaan 3: Sebutkan 2 gejala klinis yang dapat saudara temukan pada pemeriksaan
pasien ini.
a. _________________________
b. _________________________
E. Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
Disebut juga sebagai station tes. Setiap station mahasiswa berinteraksi dengan pasien.
OSCE: terdiri dari 15 – 20 stasi, masing-masing waktu 5 – 30 menit. Sering
digunakan untuk mengevaluasi skill, juga area kognitif dan afektif (attitude,
hubungan dokter-pasien). Berdasarkan Millers triangle, OSCE dapat menilai sampai
tahap show how. Skill yang sering diujikan melalui OSCE adalah:
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Identifikasi problem
4. Formulasi pemeriksaan lanjutan
5. Interpretasi hasil pemeriksaan
6. Rencana pengelolaan pasien
7. Keterampilan komunikasi
8. Kemampuan memberikan pendidikan kesehatan
Mahasiswa yang memiliki nilai tinggi pada tes pengetahuan, belum tentu dapat
mencapai nilai yang tinggi pula dalam OSCE. OSCE memerlukan banyak penguji,
pasien, role player dan peralatan. Dalam membuat OSCE, pertama-tama harus
ditentukan dulu tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari tes tersebut. Selanjutnya
harus juga dipersiapkan dan perencanaan pelaksanaan, pasien yang akan digunakan
dalam tes, baik real pasien ataupun pasien simulasi dan check list yang akan
digunakan, juga penguji di masing-masing station.
Pasien simulasi adalah pasien yang sudah distandarisasi, sehingga sesuai keluhan
pasien yang sesungguhnya (sesuai dengan soal tes yang ada). Fungsi dari pasien
simulasi adalah:
1. Berperan seperti pasien nyata untuk memeriksa kesehatan
2. Memungkinkan untuk praktek komunikasi, anamnesa, pemeriksaan fisik, juga
evaluasi keterampilan
3. Membantu dosen dalam menilai penampilan mahasiswa.
Kendala dari pasien simulasi antara lain adalah:
1. Efektivitas pelatihan dalam menghayati peran
2. Ketersediaan pasien simulasi saat dibutuhkan
3. Reproduktivitas (memberikan informasi yang sama)
4. Perubahan kriteria evaluasi
5. Biaya implemantasi
Station harus dipersiapkan secara jelas, baik petunjuk arah maupun pertanyaan dan
check list yang ada di setiap station. Komponen dari setiap station adalah:
1. Stem, merupakan format standard yang berisikan: nama pasien, umur, keluhan
dan lokasi (klinik, emergensi, atau bangsal). Tugas yang diinginkan pada setipa
station harus ditulis dengan jelas, contoh: “Dalam waktu 8 menit mendatang, anda
diminta melakukan pemeriksaan fisik yang relevan . . .”
2. Check list dan score.
Materi checklist dicantumkan sebagai respons terhadap informasi yang ada dalam
stem. Materi ini sebaiknya di kaji ulang dan diedit untuk memastikan: (a)
kesesuaian level kegiatan yang akan dinilai, (b) merupakan task based, (c) dapat
diobservasi (sehingga pengamat dapat memberi nilai). Panjangnya checklist
tergantung dari: (a) clinical task ,(b) waktu yang tersedia, (c) siapa yang menilai.
Penggunaan item yang lebih mendetil akan mempermudah pemberian score,
contoh: “memeriksa abdomen” adalah istilah umum, lebih baik dipilah-pilah ke
dalam serangkaian item: “inspeksi abdomen, “auskultasi abdomen, palpasi halus
pada 4 kuadran” dsb.
Score harus diberikan pada setiap item, masing-masing item dapat diberi score 1
atau 0, atau dapat diberikan bobot yang lebih kritis (1 / 0.5 / 0), sehingga
validitas menjadi lebih tinggi.
3. Training information
Bagi pasien simulasi: diberikan petunjuk harus pergunakan bahasa pasien,
persepsi pasien tentang masalahnya diperjelas (contohnya, serius / tidak serius),
sediakan informasi yang relevan dan keluhan negatif diperjelas. Respons dalam
checklist items harus diikutsertakan. Perilaku dan perasaan pasien harus
dideskripsikan dalam faktor-faktor bahasa tubuh, intonasi verbal, dan kecepatan
berbicara, gejala untuk keperluan simulasi harus diuraikan.
4. Penguji yang distandarisasi. Diadakan pelatihan bagi penguji terlebih dahulu, agar
tidak terdapat perbedaan dalam penilaian yang diharapkan.
Keuntungan dari OSCE antara lain adalah:
1. Dapat evaluasi peserta dalam jumlah banyak dalam waktu singkat secara serentak.
2. Menguji pengetahuan dan keterampilan lebih luas.
3. Semua peserta diuji dengan instrumen dan bahan uji yang sama.
Sedangkan kelemahan OSCE adalah:
1. Penilaian kompartemental, bukan penilaian pendekatan holistik dari penanganan
pasien, termasuk interaksi dokter pasien.
2. Diperlukan pengorganisasian yang cermat.
3. Persiapan soal-soal, perlu waktu dan tenaga yang banyak.
Contoh:
F. Checklist dan skala rating
a. Checklist
Merupakan tipe instrumen yang sering digunakan untuk mengevaluasi psikomotor
atau skill. Checklist terdiri dari pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan
kegiatan (resusitasi), cara melakukan (sikap empati kepada pasien), atau hasil dari
kegiatan (melengkapi data pasien).
Contoh:
Pemeriksaan fisik abdomen Dilakukan dengan
memuaskan
Dilakukan tapi tidak
memuaskan
Inspeksi: - kulit
- scars
Stem
Tn.Banu, 37 tahun, datang ke UGD dengan gejala nyeri akut abdomen terus menerus
sejak 16 jam yang lalu.
Checklist
Penguji mengisi boks yang berisi item, bila mahasiswa melakukan
Inspeksi abdomen
Auskultasi abdomen
Perkusi abdomen
dll
Symptom: Obturator and psoas signs (+), Nyeri titik
McBurney, nyeri tekan RLQ
Palpasi:- palpasi seluruh kuadran
abdomen
- hepar
- lien
- ginjal
Perkusi: - hepar
- lien
- shifting dullness
b. Skala rating/penilaian
Dapat digunakan untuk mengevaluasi skill dan attitude. Pada skala rating, pilihan
jawaban yang diberikan adalah berjenjang.
Contoh:
Pada saat menyampaikan bahwa pasien sebaiknya dilakukan operasi bypass.
!---------------------!---------------------------------!---------------------------!
Pasien harus Pasien boleh Pasien boleh Pasien boleh
mematuhi memikirkannya, pulang dahulu mengajukan pertanya-
nasehat tetapi sebaiknya dan mempertim- an sehubungan dgn
tersebut mematuhi nasehat bangkan untuk tindakan tersebut,
tersebut menolak atau namun pengambilan
menerima nasehat keputusan untuk
tersebut menerima / tidak
adalah hal pasien
Penilaian dalam Problem Based Learning (PBL) 23, 24
PBL merupakan metode pembelajaran yang menuntut mahasiswa untuk belajar aktif dan
menumbuhkan self-directed learning. Penilaian harus sejalan dengan apa yang menjadi
tujuan pembelajaran. 7 prinsip penilaian yang mendasari PBL:
1. Penilaian pembelajaran mahasiswa harus dimulai dengan menjelajahi nilai-nilai
pendidikan.
2. Penilaian harus merefleksikan pembelajaran sebagai proses multidimensional.
3. Penting diperhatikan hubungan antara tujuan pembelajaran kita dengan tujuan
pembelajaran untuk mahasiswa, metode pembelajaran yang dipergunakan, dan
penilaian hasil pembelajaran - strategi, metode dan kriteria.
4. Penilaian sebaiknya menggunakan dasar penilaian criterion-referenced.
5. Penilaian adalah sesuatu yang berhubungan dengan isi dan kriteria yang harus
merefleksikan isi tersebut.
6. Penilaian harus merefleksikan profesionalisme dalam prakteknya, berdasarkan
pengetahuan, skill, dan attitude.
7. Semua penilaian harus merefleksikan perkembangan mahasiswa dan dapat
membangun program studi tersebut.
Selain penilaian terhadap mahasiswa, diperlukan juga penilaian terhadap dosen dan
pengajaran. Dibawah ini beberapa cara penilaian yang dapat digunakan untuk
mengevaluasi dosen:
1. Self reflection, seperti membuat portofolio, laporan pribadi.
2. Critique of materials, seperti silabus, bahan2 sumber pembelajaran.
3. Mahasiswa: perkembangan dosen dapat dilihat dari peringkat mahasiswa.
4. Peers, observasi dan interviews dengan sesama dosen, dan peer interviews dengan
mahasiswa.
5. Konsultasi instruksional, seperti membuat video pembelajaran dan menyetelnya
kembali sebagai bahan diskusi.
Bentuk penilaian yang dapat digunakan dalam PBL:
1. Presentasi kelompok
2. Presentasi perorangan
3. Portofolio
4. Self-assessment, dengan self-assessment mahasiswa dituntut agar dapat lebih
memahami mengenai apa yang telah mereka ketahui, apa yang tidak mereka
diketahui, dan apa yang perlu mereka diketahui.
5. Peer-assessment
6. Penilaian tutor
7. Role play dan simulasi, menimbulkan interaksi antar mahasiswa, mengembangkan
kemampuan bernegosiasi, dan skill membuat keputusan, juga pemahaman yang
mendalam mengenai apa yang dipelajari dihubungkan dengan praktek simulasi.
KESIMPULAN
Perubahan dari teacher centered menjadi student centered, perubahan menjadi kurikulum
berbasis kompetensi, menyebabkan perubahan paradigma dalam proses pembelajaran.
Perubahan kurikulum juga membawa implikasi terjadinya perubahan penilaian menjadi
penilaian yang mengacu pada acuan standar dan kriteria, yaitu aspek yang menunjukkan
seberapa kompeten mahasiswa dalam menguasai materi yang telah diajarkan. Jenis
penilaian yang dapat meningkatkan peran serta dan tanggung jawab mahasiswa antara
lain adalah portofolio, self assessment, peer assessment. Disamping itu juga diperlukan
penilaian yang berdasarkan ‘nilai’, seperti MCQ, essay, dan lain-lain. PBL merupakan
metode pembelajaran yang menuntut mahasiswa untuk belajar aktif dan menumbuhkan
self-directed learning. Penilaian harus sejalan dengan apa yang menjadi tujuan
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Friedenberg L. Psychological testing, design, analysis and use. USA: Allyn &
Bacon, 1995; 5-74.
2. Wikipedia. Assessment. http://en.wikipedia.org?wiki/Assessment
3. Wilkinson TJ, Challis M, Hobma O, Newble DI, Parboosingh JT, Sibbald RG,
Wakeford R. The use of portfolios for assessment of the competence and
performance of doctor in practice. Medical education, 36. p 918 – 24.
4. Harden RM. Assess student: An overview. Dundee: 1979; 65- 9.
5. Rust C. Basic assessment issues and terminology.
6. Brown G. Assessment: A guide for lecturers. Ltsn Generic centre: November
2001.
7. McAleer S. Assessment instruments. University of Dundee.
8. Newble D, Cannon R. A handbook for medical teachers. 4th
ed. 2001
9. Cartono MT. Utari TS. Penilaian hasil belajar berbasis standar. Prima press. 2006.
10. Norcini JJ. ABC of learning and teaching in medicine: Work based assessment.
BMJ Vol. 326. 5 April 2003; 753 – 55.
11. Bond LA. Norm and criterion referenced testing. Practical assessment, research &
evaluation, 5 (2). 2005. http://PAREonline.net/getvn.asp?v=5&n=2
12. Davis MH, Ponnamperuma G. Portfolio assessment. University of Dundee.
13. Lewis K. Preparing a teaching portfolio – a guidebook. Center for teaching
effectiveness. University of Texas.
http://www.utexas.edu/academic/cte/teachfolio.pdf
14. Langendyk V. Not knowing that they do not know: self-assessment accuracy of
third-year medical students. Medical education; 40: 173 – 79. 2006.
15. Taras M. Using assessment for learning and learning from assessment.
Assessment & evaluation in higher education. Vol.27, No.6. 2002.
16. University of technology Sydney.
http://www.iml.uts.edu.au/assessment/students/peer.html
17. McAleer S. Assessment instruments. University of Dundee.
18. Wilson RB, Case SM. Journal of veterinary medical education. Vol. 20. No.3.
19. Smee S. ABC of learning and teaching in medicine: Skill based assessment. BMJ
Vol. 326. 29 March 2003; 703 – 6.
20. Baursicot K, Roberts T. The clinical teacher: How to set up an OSCE. Vol.2.
2005
21. Kaufman DM, Mann KV, Muijtjen AM, Vleuten CP. A comparison of standard
setting procedures for an OSCE in undergraduate medical education. Academic
medicine. Vol.75. No.3. 2000.
22. Kumara A. Pengembangan instrumen evaluasi pendidikan-skala afektif.
23. Waters R, McCracken M. assessment and evaluation in problem based learning.
Georgia institute of technology.
24. Baden MS, Major CH. Foundations of problem based learning. New York. 2004.