asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial …repository.poltekkes-kdi.ac.id/629/1/kti indar...
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONKIALDALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI
RUANG LAIKAWARAKA RSU BAHTERAMASPROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikanProgram Diploma III keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan 2018
Oleh :
INDAR ASMARANIP00320015071
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN2018
v
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Indar Asmarani
2. Tempat/Tanggal Lahir : Besu/09 Agustus 1998
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : Jln. Jend.AH. Nasution lr.kesehatan
7. No. Telp/Hp : 085255507840
II. PENDIDIKAN
1. Sekolah Dasar Negeri Besu
2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 04 Sampara
3. Sekolah Menengah Umum Negeri 01 Sampara
4. Akademi Keperawatan Poltekkes Kendari Tahun 2015-2018
vi
MOTTO PENULIS
Tidak ada kekayaan yang melebih akal
dan tidak ada kemiskinan yang melebihi kebodohan
harga kebaikan manusia diukur menurut
apa yang telah dilaksanakan atau diperbuatnya
1000 kebaikan tak akan membuatmu menjadi malaikat
namun 1 kesalaha bisa membuatmu menjadi iblis
ketika kita takut mencoba hal yang baik
maka rezeki yang baik juga akan takut menghampiri kita
karya Tulis Ilmiah ini terinspirasi dari beberapa Parasit kesayang saya
mudzakiroh,Abdurrahman At tin,Nurul Aziizah,Putri Aningsih.
SEMOGA BERMAMFAAT DAN BERGUNA BAGI PEMABACA
vii
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum waromatulahiwabarokatuh.
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT. Karena atas berkat dan
rahmat-Nya, sehingga penilit dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan program Diploma III Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari. Dalam penyusun Karya Tulis Ilmia ini peniliti
banyak mendapatkan bimbingan dari ibu Rusna Tahir , S.Kep, Ns, M.Kep selaku
dosen pemimbing I dan ibu Sitti Muhsinah, M.Kep, Sp.KMB selaku dosen
pembimbing II terimakasih sudah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta
dengan sabar memberi bimbingan dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini dan dukungan dari berbagai pihak, sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat penulis sesuaikan. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1). Ibu Askrening, S.K,M.,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kendari
dan para wakil Direktur Politeknik Kesehatan Kendari.
2). Bapak Indriono Hadi, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3). Ibu Fitri Wijayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen penguji I, Ibu Asminarsih
Zainal Prio, M.Kep.,Sp.Kom selaku penguji II, dan Ibu Nurfantri,
S.Kep.,Ns.,M.sc selaku dosen penguji III yang telah memberikan masukan
dan saran dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah.
viii
4). Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kendari yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal peneliti.
5). Pihak RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah banyak
membantu dalam usaha memperoleh data yang peniliti perlukan.
6). Terimakasih kepada yang teristimewah kedua Orang Tua yang saya
banggakan dan saya sayangi lebih dari apapun, Bapak Kasimudin dan Ibu
Munira yang telah membesarkanku, memberikan kasih sayang, kepercayaan,
dorongan, pengorbanan yang begitu besar dan, selalu menjadi inspirasi bagi
peneliti, dan dukungan baik dalam bentuk material maupun moral, dan doa
yang tiada henti sehinga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan program
Diploma III Keperawatan hingga pada tahap penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
penulis selalu merasa dimudahkan.
7). Kepada kedua kakak yang saya sayangi Intan Asmarani, S.Kep dan ismanto
Indra Asmarandi, S.Agr yang telah memberikan motivasi, nasehat, dukungan,
dan bantuan dana sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
8). Terimah kasih kepada calon ipar Yanti Yarham Bachmid. S.Agr telah
membantu peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
9). Sahabat senasib dan seperjuangan yang tak akan terganti dan terlupakan
orang-orang yang sangat hebat peneliti sanggat banggakan mempunyai
kalian, Mudzakiroh, Amd. Kep, Putri Aningsi Amd. Kep, dan Nurul Aziizah,
Amd. Kep, yang selama 3 tahun ini bersama, susah senang, saling membantu
saling memotivasi, hingga tahap ahkir ini kita dapat bersama-sama meraih
gelar Amd. Kep.
ix
10). Buat keluarga besar terimah kasih atas dukungan dan semangatnya dalam
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
11). Buat seseorang yang spesial Abdurrahman At tin, Amd.Kep terimakasih atas
perhatian dan pengertiannya, yang tak pernah lelah mengajari,memberi
motivasi, semangat, dan support, mendengarkan keluh kesah selama
pembuatan Karya Tulis Ilmiah.
12). Sahabat kesayangan saya Angriani Melinda Bahmid. S.Sos sudah memberi
semangat untuk menjalani proses Karya Tulis Ilmiah ini.
13). Terimah kasih kepada teman-teman Perawat Mudah kelas B angkatan 2015
atas kebersamaan selama 3 tahun ini.
14). Terimah kasih untuk semua pihak yang tidak dapat peniliti sebutkan satu
persatu yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah.
15). Terimah kasih kepada Nn.T dan keluarga yang telah bekerja sama dengan
peniliti sehingga peniliti mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik, masukan dan arahan senantiasa
peneliti harapkan dari berbagai pihak demi kemajuan penelitian selanjutnya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermamfaat bagi semua pihak. Ahkir kata
peneliti berharap semoga Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu.
Wassalamu’alaikum warohmatullohiwabarokatuh.
x
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA BRONKIAL DALAMPEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG
LAIKAWARAKA RSU BAHTERAMAS PROVINSI BAHTERAMAS
INDAR ASMARANI (2018)
DIII KEPERAWATAN Poltekes Kemenkes Kendari Dibimbing OlehRusna Tahir.,S,Kep.,Ns.,M.Kep dan Sitti Muhsinah.,M.Kep.,Sp.KMB
Asma Bronhkial dapat menyebabkan kekurangan oksigen hal inidisebabkan karena penyempitan jalan napas dan pengurangan aliran udarayang masuk ke paru, asma Bronkial dapat menyebabkan berbagai macammasalah keperawatan salah satunya ketidakefektifan bersihan jalan napas.Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan NOC (Nursing OutcomesClassification) respiratory status dan NIC (Nursing Intervension Classification)menejemen jalan napas dengan aktivitas keperawatan monitor tanda-tandavital, melatih batuk efektif, member posisi nyaman, kaloborasi pemberian obatdan memberikan health education. Tujuan penelitian ini Melaksanakan asuhankeperawatan pada pasien Asma Bronkial dalam pemenuhan kebutuhanoksigenasi. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif dengan subyek studi kasus 1pasien dengan diagnose medis Asma Bronkial. Fokus studi kasus AsuhanKeperawatan dengan pasien Asma Bronkial, penelitian ini dilakukan padatanggal 21 juli 2018 s/d 25 juli 2018 di ruang Laikawaraka Rsu BahteramasProvinsi Sulawesi Tenggara. Teknik pengumpulan data menggunakanpengkajian dan obsevasi. Hasil penelitian didapatkan masalah teratasi pada harike 5 perawatan dengan kriteria hasil sesak napas berkurang saat beraktivitasringan, dapat batuk secara efektif, irama napas teratur, frekuensi pernapasandalam rentang normal yaitu 16-42 kali permenit.
Kata kunci : Asma Bronkial, ketidakefektifan bersihan jalan napas,menejemen jalan napas
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. iii
KEASLIAN PENELITIAN .................................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................v
HALAMAN MOTO .............................................................................................vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................................vii
HALAMAN ABSTRAK.......................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
DAFTAR TABEL.................................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................6
C. Tujuan Penulisan Studi Kasus...................................................................6
D. Manfaat Penulisan Studi Kasus.................................................................6
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan................................................................8
1. Pengkajian Umum...............................................................................8
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................10
3. Intervensi Keperawatan` .....................................................................11
4. Implementasi Keperawatan.................................................................11
5. Evaluasi ...............................................................................................13
B. Konsep Dasar Asma Bronkial................................................................13
1. Pengertian Asma Bronkial ..................................................................13
2. Etiologi Asma Bronkial ......................................................................15
3. Gambaran Klinis Asma Bronkial ........................................................16
4. Patofisiologi Asma Bronkial ...............................................................16
5. Pathway Asma Bronkial......................................................................18
6. Penatalaksanaan Asma Bronkial .........................................................19
7. Komplikasi Asma Bronkial.................................................................19
C. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Asma Bronkial.........................20
1. Pengkajian Asma Bronkial..................................................................20
2. Diagnosa Keperawatan Asma Bronkial ..............................................23
3. Perencanaan dan Implementasi Keperawatan.....................................24
4. Evaluasi Keperawatan.........................................................................26
D. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Pasien Asma Bronkial......26
1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi ...................................................... 26
2. Sistem Tubuh yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi ............. 27
3. Proses Oksigenasi ............................................................................... 29
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi ............... 30
5. Masalah Kebutuhan Oksigenasi .......................................................... 32
E. Intervensi Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi..35
xiii
BAB III METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus............................................................................. 39
B. Subyek Studi Kasus .................................................................................. 39
C. Fokus Studi Kasus..................................................................................... 40
D. Definisi Operasional.................................................................................. 40
E. Tempat dan Waktu .................................................................................... 41
F. Pengumpulan Data .................................................................................... 41
G. Pengelolahan dan Analisa Data................................................................. 42
H. Etika .......................................................................................................... 43
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian........................................................................................ 44
1. Pengkajian .......................................................................................... 44
2. Diagnosa Keperawatan....................................................................... 45
3. Intervensi Keperawatan...................................................................... 47
4. Implementasi Keperawatan ................................................................ 50
5. Evaluasi Keperawatan ........................................................................ 61
B. Pembahasan Studi Kasus........................................................................ 61
1. Pengkajian .......................................................................................... 61
2. Diagnosa............................................................................................. 63
3. Intervensi ............................................................................................ 64
4. Implementasi ...................................................................................... 66
5. Evaluasi .............................................................................................. 68
C. Keterbatasan Penelitian.......................................................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................... 70
B. Saran.......................................................................................................... 70
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 73
LAMPIRAN ........................................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pathway Asma Bronkial ........................................................ 15
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Diagnosa Keperawatan .................................................................. 44
Tabel 4.2 : Intervensi Keperawatan ................................................................. 46
Tabel 4.3 : Implementasi Keperawatan Hari Pertama ..................................... 49
Tabel 4.4 : Tabel Implementasi Keperawatan Hari Ke-dua dan ke-tiga.......... 52
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan
Lampiran 2 Informasi & Pernyatan Persetujuan (Informed Consent)
Lampiran 3 Instrumen Studi Kasus
Lampiran 4 Lembar Observasi
Lampiran 5 Format Pengkajian
Lampiran 6 Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 7 Leaflet
Lampiran 8 Surat Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian Dari Jurusan
Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 11 Surat Ijin Penelitian Dari Balitbang
Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian Dari Bahterahmas
Lampiran 13 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 14 Surat Keterangan Bebas Administrasi
Lampiran 15 Surat Keterangan Bebas Pustaka
Lampiran 16 Bukti Proses Bimbingan
Lampiran 17 Foto Dokumentasi Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma bronkial merupakan satu hiperreaksi dari bronkus dan trakea,
sehingga mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang bersifat reversible
(Naga, 2012). Asma adalah penyakit dengan karakteristik sesak napas dan
wheezing, dimana frekuensi dan keparahan dari tiap orang berbeda. Kondisi
ini akibat kelainan dari jalan napas di paru dan memengaruhi sensitivitas
saraf pada jalan napas sehingga mudah teriritasi. Pada saat serangan, alur
jalan napas membengkak karena penyempitan jalan napas dan pengurangan
aliran udara yang masuk ke paru (Rosalina, 2015). Penyakit asma adalah
efek peradangan paru yang menyebabkan menyempitnya jalan napas,
sehingga pengeluaran udara dari paru-paru terhambat, dan demikian pula
dengan udara yang dihembuskan ke paru-paru (Setiono, 2005 dalam Aspar,
2014). Reaksi tubuh untuk memenuhi kebutuhan O2 adalah dengan
menambah frekuensi pernapasan sehingga menimbulkan gejala sesak napas
(Haryanto, 2014).
Asma bronkial adalah penyakit yang masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat di hampir semua negara di dunia, di derita oleh anak-
anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat,
bahkan dapat mengancam jiwa seseorang. Lebih dari seratus juta penduduk
di seluruh dunia menderita asma dengan peningkatan prevalensi pada anak-
anak (GINA, 2006). Asma biasanya dikenal dengan suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya wheezing (Mengi) intermiten yang timbul sebagai
2
respon akibat paparan terhadap suatu zat iritan atau alergen. Pola pikir ini
mengakibatkan penatalaksanaan asma hanya berfokus pada gejala asma yang
muncul dan tidak ditunjukan pada penyebab yang mendasari terjadinya
kondisi tersebut. (Clark & Varnell, 2013).
Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin,
biasanya dimulai mendadak dengan gejala batuk dan rasa tertekan di dada,
disertai dengan sesak napas (dyspnea) dan mengi. Batuk yang dialami pada
awalnya susah, tetapi segera menjadi kuat. Karakteristik batuk pada
penderita asma adalah berupa batuk kering, paroksismal, iritatif, dan non
produktif, kemudian menghasilkan sputum yang berbusa, jernih dan kental.
Jalan napas yang tersumbat menyebabkan sesak napas, sehingga ekspirasi
selalu lebih sulit dan panjang dibanding inspirasi, yang mendorong pasien
untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesori pernapasan.
Penggunaan otot aksesori pernapasan yang tidak terlatih dalam jangka
panjang dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernapas ketika
serangan atau ketika beraktivitas (Brunner & Suddard, 2002).
Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan 100-150 juta
penduduk dunia menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus
bertambah hingga mencapai 180.000 orang setiap tahun (GINA, 2006).
Depkes RI (2008) menyebutkan bahwa pasien asma sudah mencapai 300 juta
orang diseluruh dunia dan terus meningkat selama 20 tahun belakangan ini.
Apabila tidak dicegah dan ditangani dengan baik, maka diperkirakan akan
terjadi peningkatan.
3
Hampir 44 juta penduduk di Asia Timur atau daerah Pasifik
menderita asma, meskipun prevalansi dan laporan yang ada menunjukan
variasi yang besar di daerah itu. Para ahli percaya bahwa peningkatan
prevalensi asma yang signifikan akan dilaporkan di Cina sebanyak 10 kali
lipat. Mereka meramalkan bahwa peningkatan absolut prevalensi asma
sebesar 2% di Cina akan menyebabkan penambahan 20 juta pasien asma di
seluruh dunia (Clark & Varnell, 2013).
Prevelensi nasional penyakit asma sebesar 4,5%. Prevalensi asma
tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur
(7,3%), DI Yogyakarta (6,9%), Sulawesi Selatan (6,7%), Kalimantan Selatan
(6,4%), dan Sulawesi Tenggara (5,3%), (RIKESDAS, 2007). Data studi
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) diberbagai propinsi di Indonesia,
asma menduduki urutan kelima dari sepuluh penyebab kesakitan (morbiditas)
bersama-sama dengan bronkitis kronik dan emfisema. Asma, bronkitis
kronik, dan emfisema sebagai penyebab kematian (mortalitas) keempat di
Indonesia atau sebesar 5,6%. Lalu dilaporkan prevalensi asma di seluruh
Indonesia sebesar 13 per 1.000 penduduk (PDPI, 2006).
Data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa prevalensi asma di seluruh
Sulawesi Tenggara sebesar 6,66%, tersebar disetiap Kabupaten/kota.
Kabupaten Buton 3,20%, Kabupaten Muna 5,23%, Kabupaten Konawe
5,78%, Kabupaten Kolaka 4,10%, Kabupaten Konawe Selatan 2,88%,
Bombana 4,76%, Kabupaten Wakatobi 5,44%, Kabupaten Kolaka Utara
3,53%, Kota Kendari 3,29%, dan Kota Bau-Bau 6,69%. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sultra pada tahun 2015 bahwa
4
penyakit Asma Bronkial berjumlah 1,613 kasus yang terjadi di rumah sakit,
sedangkan untuk kasus yang terjadi di puskesmas sebanyak 2,068 kasus
(Dinkes Provinsi Sultra, 2015). Instalasi Rekam Medik RSUD Bahterahmas
Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2018, menunjukan bahwa tahun 2016
jumlah kasus asma bronkial sebanyak 104 kasus. Sedangkan pada tahun
2017 mengalami peningkatan sebanyak 152 kasus. (Instalasi Rekam Medik
RSUD Bahterahmas Provinsi Sulawesi Tenggara, 2018).
Penderita asma dapat melakukan inspirasi dengan baik namun sangat
sulit saat ekspirasi (Guyton & Hall 2006 dalam Widodo, 2012). Sehingga
terjadi gangguan difusi gas di alveoli. Hal tersebut menyebabkan, pasien
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen (O2). Penanganan yang
tepat dalam masalah gangguan pemenuhan O2 adalah dengan pemberian O2
dan pengobatan. Pemberian oksigen pada penderita asma bronkial minimal
94% melalui masker Rebreathing mask (RM) atau non Rebreathing mask
(NRM) maupun kanul nasal sesuai dengan kebutuhan dari pasien itu sendiri.
Konsentrasi oksigen yang tinggi dalam pemberian terapi dapat menyebabkan
peningkatan kadar PCO2 dalam tubuh pada pasien dengan asma. Walaupun
pemberian terapi oksigen digunakan secara sering dan luas dalam perawatan
pasien asma, pemberian oksigen seringkali tidak akurat, sehingga pemberian,
monitoring, dan evaluasi terapi tidak sesuai (Perrin et al, 2011). Oksigen
(O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme. Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses
fisiologis dalam tubuh. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh
5
mengalami kemunduran secara fungsional atau bahkan dapat menimbulkan
kematian. Oleh karena itu kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang
paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Fatmawati, 2009 dalam Widodo,
2012). Salah satu penyebab terganggunya pemenuhan kebutuhan oksigenasi
(O2). Pada asma bronkial adalah produksi mukus yang berlebihan
menyebabkan obstruksi saluran napas. Oleh karena itu perlu dilakukan
intervensi untuk membantu mengurangi obstruksi saluran napas adalah
dengan cara pemberian terapi farmakologi dan non farmakolgi, terapi
farmakologi terdiri dari inhalasi nebulizer, suction, terapi oksigen, dan terapi
pemberian obat, sedangkan terapi non farmokolgi terdiri dari fisioterapi
dada, postural drainage, dan mengajarkan klien teknik batuk efektif
(Hasanah, 2016).
Intervensi keperawatan seperti teknik batuk efektif mudah dilakukan
oleh pasien tanpa menggunakan biaya dan dapat dilakukan secara mandiri di
rumah pasien (Apriani, 2017). Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Apriani (2017) bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
atau bermakna sebelum dan sesudah perlakuan batuk efektik pada pasien
dengan ketidakefektifan bersihan jalan nafas di Instalasi Rehabilitasi Medik
RS Baptis Kediri.
Dari penjelasan diatas, yang disertai dengan data-data yang lengkap,
penulis merasa tertarik melakukan studi kasus yang akan disusun sebagai
proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pelaksanaan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Asma Bronkial Dengan Gangguan Pemenuhan
6
kebutuhan Oksigenasi di Ruang Laika Waraka RSU Bahterahmas Provinsi
Sulawesi Tenggara.”
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Asma
Bronkial dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi?
C. Tujuan Penulisan Studi Kasus
Tujuan penulisan di bagi atas dua yaitu :
1 Tujuan umum
Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Asma Bronkial
dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2 Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien
asma bronkial.
b. Melakukan analisa data pada pasien asma bronkial.
c. Melakukan intervensi pada pasien asma bronkial.
d. Melakukan implementasi pada asma bronkial.
e. Melakukan evaluasi pada asma bronkial.
D. Manfaat Penulisan Studi Kasus
Karya tulis ini di harapkan memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Masyarakat
Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam mengenai Asma
Bronkhial khusunya dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi, dalam
intervensi teknik batuk efektif.
7
2. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperwatan
Menambah keluasan ilmu dan teknologi di bidang keperawatan dalam
penatalaksanaan asuhan keperawatan pemenuhan oksigenasi pada pasien
Asma Bronkial.
3. Bagi Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan intevensi
keperawatan, khususnya pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien
Asma Bronkial.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Asuhan Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien diberbagai
tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan dilaksanakan berdasarkan
kaidah-kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan
kiat keperawatan berbentuk layanan bio, psiko, sosial, dan spiritual secara
komprehensif yang bertujuan bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Asmadi,
2008).
1. Pengkajian Umum
Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan
dalam mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien. Imformasi yang
didapat dari klien (sumber data primer), data yang didapat dari orang lain
(sumber data sekuder), cacatan kesehatan klien, imformasi atau laporan
laboratorium, tes diagnostik, keluarga dan orang yang terdekat, atau
anggota tim kesehatan merupakan pengkajian dasar (Asmadi, 2008).
a) Pengumpulan data
Data yang diperoleh berupa informasi mengenai masalah kesehatan
yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus
diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik,
mental, sosial, dan spiritual serta faktor lingkungan yang
memperngaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah di analisis
(Hidayat, 2012).
9
Jenis data dalam pengkajian adalah data Objektif, yaitu data yang
diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,
misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit. Sedangkan Data
Subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan pasien,
atau dari keluarga pasien/saksi lain. Mengeluh kepala pusing, nyeri dan
mual (Hidayat, 2012). Adapun fokus dalam pengambilan data anatra lain :
1) Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
2) Pola koping sebelumnya dan sekarang
3) Fungsi status sebelumnya dan sekarang
4) Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
5) Resiko untuk masalah potensial
6) Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien.
b) Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan
berfikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan (Irman
Somarti, 2012).
c) Perumusan masalah
Setelah analisis data dilakukan dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan
asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan
lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis
keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan
berdasarkan kriteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan
apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera
10
mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka
tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih
parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu keadaan yang mengancam
kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan (Hidayat, 2012).
2. Diagnosa Keperawatan
a) Pengertian
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari
individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi atau memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito, 2000). Perumusan diagnosa keperawatan adalah sebagai
berikut :
1) Aktual, yaitu menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data
klinik yang ditemukan.
2) Resiko, yaitu menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika
tidak dilakukan intervensi.
3) Kemungkinan, yaitu menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan
untuk memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
4) Wellness, yaitu keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga
atau masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu
ketingkat sejahtera yang lebih tinggi.
11
5) Syndrom, yaitu diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa
keperawatan aktual dan resiko tinggi yang diperkirakan
muncul/timbul karena suatu kejadian atau situasi tertentu.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses
keperawatan yang meliputi tujuan perawatan, penetapan pemecahan
masalah dan menentukan tujuan rencana untuk mengatasi masah pasien.
Perawat dapat menggunakan strategi pemecahan untuk mengatasi masah
pasien melalui intervensi dan menejemen yang baik. Rencana
keperawatan memuat tujuan sebagai berikut : (Hidayat, 2012).
a) Organisasi imformasi pasien sebagia sumber dokumentasi.
b) Sebagai alat komuniasi atara perawat dan klien.
c) Sebagai alat komunikasi antara angota tim kesehatan.
d) Langkah dari proses keperawatan, (pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi) yang merupakan rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan inisiatif dari rencana
tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik dilakasanakan untuk memodifikasi faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Carpenito, 2000).
12
Pada waktu perawat memberikan pelayanan keperawatan, proses
pengumpulan dan analisa data berjalan terus-menerus, guna perubahan atau
penyesuaian tindakan keperawatan, pengorganisasian pekerjaan perawat
serta lingkungan fisik untuk pelayanan yang dilakukan (Hidayat, 2012).
Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah sebagaiberikut:
a) Tahap 1:
persiapan Tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut
perawat untuk mengevaluasi yang di indentifikasi pada tahap
perencanaan.
b) Tahap 2:
Intervensi Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dariperencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen, dan
interdependen.
c) Tahap 3 :
Dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti
oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian
dalam proses keperawatan.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan cacatan paling atas tentang indikasi
kemajuanpasien terhadap tujuan yang di capai. Evaluasi bertujuan untuk
menilai keefektifan perawatan dan untuk mengomunikasikan status pasien
13
dari hasil tindakan keperawatan. Evalausi memberikan imformasi, sehingga
memuminginkan revesi perawatan (Hidayat, 2012).
Evaluasi adalah tahap ahkir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai imformasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
direncanakan dengan merupkan perbandingan dari hasil yang diamati dengan
kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Pernyataan evaluasi
terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan kasus
kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari
tindakan yang di berkan pada pasien (Hidayat, 2012).
B. Konsep Dasar Asma Bronkial
1 Pengertain
Asma adalah suatau keadan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hivesensivitas terhadap rangsangan tertenu, yang
menyebabkan peradanagan, penyempitan ini bersifat berulang dan di antara
episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. Penderita Asma Bronkial, hipersensensitif dan hiperaktif terhadap
rangasangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculan sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa dtang secara tiba-tiba jika tidak dapat mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma
bronkial juga bias muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat
berkerutnya otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender,
dan pembentukan timbunan lendir yang berlebihan (Irman Somarti, 2012).
14
Asma adalah suatu keadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya
penyempitan bronkus yang berulang namun revesibel, dan diantara episode
penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan ventilasi yang lebih
normal. Keadaan ini pada orang-orang yang rentang terkena asma mudah
ditimbulkan oleh berbagai rangsangan yang menandakan suatu keadaan
hiperaktivitas bronkus yang khas (Solmon, 2015).
Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronkial yang mempunyai
ciri brokospasme periodik (kontraksi spasme pada saluran napas) terutama
pada percabangan trakeobronkial yang dapat diakibatkan oleh berbagai
stimul seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan
psikologi (Irman Somarti, 2012).
Menurut (Solmon, 2015), Tipe asma berdasarkan penyebab terbagi
menjadi alerg, idiopatik, dan nonalergik atau campura (mixed) antara lain :
a) Asma alergik/Ekstrinsik
Merupakan suatu bentuk asma dengan alergan seperti bulu binatang,
debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alrgi terbanyak
adalah airboner dan musiman (seasonal). Klien dengan asma alergik
biasanya mempunyai riwayat penyakit alergi pada keluarga dan riwayat
pengobatan eksrim atau rhinitis alergik. Paparan terhadap alergik akan
mencetus serangan asma. Bentuk asma ini biasanya di mulai sejak kanak-
kanak.
b) Idiopatik atau nonarelgik asma/instrinsik
Tidak berhubungan secara langsung dengan allergen spesifik.
Faktor-faktor seperti common cold, infeksi saluran nafas atas, aktivitas,
15
emosi/stres, dan populasi lingkungan akan mencetuskan serangan.
Beberapa agen farmakologi seperti antagonis b-adrenergik dan bahan
sulfat (penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab.Serangan
drai asma idiopatik atau non nalregik menjadi lebih berat dan sering kali
berjalannya waktu dapat berkembang menjadi btis dan emfisma.Pada
beberapa kasus dapat dapat berkembang menjadi asma campuran. Bentuk
asma in biasanya dimulai ketika dewasa (> 35 tahun).
c) Asma campuran (Mixed Asma)
Merupakan bentuk asma yang paling sering. Asma campuran
dikarateristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergik dan idiopatik
atau nonalergik.
2 Etiologi Asma Bronkial
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum
diketahui dengan pasti penyebababnya, akan tetapi hanya menunjukan
dasar gejala asma yaitu inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan
ditandai dengan dengan adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor
(esudasi plasma dan edema), dolor (rasa sakit karena rangsagan sensori),
dan function laesa fungsi yang terganggu (sudoyoAru,dkk.2015).
Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan
(debu, kapuk, tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau
asap, uap cat), makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji-
bijian, tomat), obat (aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian,
tertawa terbahak-bahak), dan emosi (sudoyoAru,dkk.2015).
16
3 Gambran Klinis Asma Bronkial
Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dipsnea, batuk dan mengi.
Gejala yang disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus
ada (sine qua non), data lain terlihat pada pemeriksaan fisik (Nurarif &
kusuma, 2015).
4 Patofisiologi Asma bronkial
Asma akibat alergi bergantung kepada respon IgE yang dikendalikan
oleh limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan
molekul IgE dengan sel mast. Sebagian besar allergen yang mencetus asma
bersifat airborne dan agar dapat menginduksi keadaan sensitivitas, allergen
tersebut harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu terentu.
Akan tetapi, sekali sensitivitasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan
respon yang sangan baik, sehingga sejumlah kecil allergen yang
mengganggu sudah dapat menghasilkan eksaserbasi penyakit yang jelas
(Nurarif & kusuma, 2015).
Obat yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut
asma adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis, beta-
adrenergik, dan bahan sulfat. Sindrom pernafasan sensitif-aspirin
khususnya terjadi pada orang dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat
dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah ini biasanya berawal dari rhinitis
vasomotor perennial yang diikuti oleh rhinosinusitis hiperplastik dengan
polip nasal. Baru kemudian muncul asma progresif. Klien yang sensitive
terhadap aspirin dapat didesentisasi dengan pemberian obat setiap hari.
Setelah menjalani terapi ini, toleransi silang juga akan terbentuk terhadap
17
agen anti-inflamasi non-steroid. Mekanisme yang menyebabkan
bronkospasme karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak diketahui,
tetapi mungkin berkaitan dengan pemebentukan leukotrien yang diinduksi
secara khusus oleh aspirin (Solomon, 2015).
Antagons ᵝ-adenergik biasanya menyebabkan obtruksi jalan napas
pada klien asma, halnya dengan klien lain. Dapat menyebabkan
peningkatan reaktivitas jalan nafas dan hal tersebut harus dihindari. Obat
sulfat, seperti kalium metabisulfit, kalium dan natrium bisulfit, natrium
sulfit dan sulfat klorida, yang secara luas dignakan dalam industri makanan
dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas akut pada klien yang sensitive. Pajanan biasanya
terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa
ini, seperti salad, buah segar, kentang, karang, dan anggur (Irman Somarti,
2012)
Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus lainnya
dari internal klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan
antibody. Reaksi antigen antibody ini akan mengeluarkan substansi pereda
alergi yang sebetulnya merupakan mekanisme tubuh dalam menghadapi
serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa histamine, bradikinin, dan
anafilaktoksin. Hasil ini dari reaksi tersebut adalah timbulnya tiga gejala,
yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler, dan
peningkatan sekret mukus (nurarif & kusuma, 2015).
18
5 Pathway Asma Bronkial
Gambar 2.1 Skema 1. Pathway Asma Bronkial
Ketidakseimbangannutrisi kurang darikebutuhan tubuh
(resiko/aktual)
Kerusakan pertukarangas
HipoksemiaHiperkapnea
Bersihan jalan nafastidak efektif
HipoventilasiDIstribusi ventilasi tidak merata dengan sirkulasi darah paru-paru
gagguan difusi gas di alveoli
Obstruksi saluran nafas
Kontraksi otot polos Edema mikosa hipersekresi
Produksi mucusbertambah
Bronkospasme
↑ Permebilitas Kapiler Sekreisi mucus ↑
Pencetus serangan (allergen,emosi/stress, obat-obatan, dan infeksi)
Reaksi antigen dan antibody
Dikeluarkannya substansi vasoaktif(histamine, bradikinin, dan anafilatoksin)
Kontraksi Otot Polos
19
6 Penatalaksanaan Asma Bronkial
Prinsip-prinsip penatalaksanaan asma bronkial adalah sebagai berikut
: (Somantri, 2009).
a) Diagnosis status asmatikus. Faktor penting yang harus diperhatikan:
1) Saatnya serangan
2) Obat-obatan yang telah diberikan (macam dan dosis)
b) Pemberian obat bronkodilator
c) Penilaian terhadap perbaikan serangan.
d) Pertimbangan terhadap pemberian kartikosteroid.
e) Penatalaksanaan setelah serangan mereda
1) Cari faktor penyebab
2) Modifikasi pengobatan penunjang selanjutya
7 Komplikasi
Komplikasi yang dapat teradi pada Asma Bronkial apabila tidak
segera ditangani, adalah : (Sundaro & Sukanto, 2006).
a) Gagal napas.
b) Bronkhitis.
c) Fraktur iga (patah tulang rusuk).
d) Pneumotoraks (penimbunan udara pada rongga dada disekeling paru
yang menyebabkan paru-paru kolaps).
e) Pneumodiastinum penimbunan dan emfisema subkitus.
f) Aspergilosis bronkopulmoner alergik.
g) Atelektasis.
20
C. Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Asma Bronkial
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi :
1 Pengkajian
a. Biodata
Asma bal terjadi dapat meyerang segala usia tetapi lebih
sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum 10
tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun.
Predisposisi laki-laki dan perempuan diusia sebesar 2 : 1 yang
kemudian sama pada usia 30 tahun.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma bal
adalah dispnea (sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan),
batuk, dan mengi (pada beberapa kasus lebih banyak
paroksimal).
2) Riwayat kesehatan dahulu
Terdapat data yang menyatakan adanya factor
predisposisi timbulnya penyakit ini, di antaranya adalah riwayat
alergi dan riwayat penyakit saluran nafas bagian bawah (rhinitis,
urtikaria, dan eskrim).
3) Riwayat kesehatan keluarga
Klien dengan asma bronkial sering kali didapatkan adanya
riwayat penyakit keturunan, tetapi pada beberapa klien lainnya
21
tidak ditemukan adanya penyakit yang sama pada anggota
keluarganya.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien pada
posisi duduk.
b) Dada diobservasi dengan membandikan satu sisi dengan yang
lainnya.
c) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
d) Ispeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan kondisinya,
skar, lesi, massa, dan gangguan tulang belakang, sperti
kifosis, skoliosis, dan lordosis.
e) Catat jumlah,irama, kedalaman pernapasan, dan kemestrian
pergerakakan dada.
f) Observasi tipe pernapsan, seperti pernapasan hidung
pernapasan diafragma, dan penggunaan otot bantu
pernapasan.
g) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi
(I) dan fase eksifirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya 1 : 2.
Fase ekspirasi yang memanjang menunjukan adanya
obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada klien
Chronic Airflow Limitation (CAL) / Chornic obstructive
Pulmonary Diseases (COPD)
h) Kelainan pada bentuk dada.
22
i) Observasi kesemetrian pergerakan dada. Gangguan
pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
j) Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama inspirasi,
yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
2) Palpasi
a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan keaadaan
kulit, dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
b) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : mata, lesi, bengkak.
c) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang dihasilkan
ketika berbicara
3) Perkusi
Suara perkusi normal.:
a) Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah. Dihasilkan pada
jaringan paru normal.
b) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan
diatas bagian jantung, mamae, dan hati.
c) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas
perut yang berisi udara.
Suara perkusi abnormal :
a) Hiperrsonan (hipersonor) : berngaung lebih rendah
dibandingkan dengan resonan dan
23
timbul pada bagian paru yang berisi
darah.
b) Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu,
nadanya lebih tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah hati,
di mana areanya seluruhnya berisi jaringan.
4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi nafas tambahan
(abnormal), dan suara.
b) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih.
c) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular dan
vesikular.
d) Suara nafas tambahan meliputi wheezing, , pleural friction rub,
dan crackles.
2 Diagnosa Keperawatan Asma Bronkial
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), meliputi :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan b.d mukus dalam jumlah
berlebihan, peningkatan produksi mukus, eskudat dalam alveoli
dan bronkospasme.
3 Perencanaan dan Implementasi keperwatan
Diagnosa menurut Nurarif & Kusuma (2015).
a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
1) Batasan karateristik
24
a) Batuk yang tidak efektif
b) Ada suara napas tambahan
c) Perubahan irama napas
d) Sianosis
e) Penurunan bunyi nafas
f) Dispneu
g) Sputum dalam jumlah berlebihan
h) Gelisah
2) Faktor-faktor yang berhubungan :
a) Obstruksi jalan napas
b) Mukus dalam jumlah yang berlebihan
c) Materi asing dalam jalan napas
d) Sekresi bertahan/sisa sekresi
e) Sekresi dalam bronki
3) Fisiologi
a) Asma
b) Infeksi
c) Jalan napas alergik
d) Hiperplasi dinding bronkial
e) Penyakit paru obstruktif kronik
4) NOC :
Respiratory status : airway patency
a) Menilai suara napas.
b) Menilai frekuensi napas.
25
c) Menilai irama.
d) Menilai kemampuan batuk.
e) Menilai kemampuan mengeluarkan secret.
5) NIC :
Menejemen jalan napas
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.
b) Lakukan fisioterapi dada.
c) Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk melakukan batuk
atau menyedot lendir.
d) Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk efektif.
e) Posisikan untuk meringankan sesak napas.
f) Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana
mestinya.
g) Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya menurun
atau tidak ada dan adanya suara napas.
h) Ajarkan pasien bagaimana menggunakan inhaler sesuai resesp,
sebagai mana mestinya.
i) Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar dan
batuk.
j) Kelola udara atau oksigen yang dilembabakan sebagaimana
mestinya.
26
4 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum
dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam: (Somantri, 2009).
a) Mempertahankan jalan napas secara efektif yang ditunjukan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, jalan nafas bersih, tidak ada
sumbatan, frekuensi, irama, dan kedalaman napas normal, serta
tidak ditemukan adanya tanda hipoksia.
b) Mempertahankan poa napas ecara efektif yang ditunjukan dengan
adanya kemampuan untuk bernapas, frekuensi, irama, dan
kedalaman, napas normal, tidk ditemkan adanya tanda hipoksia,
serta kemampuan paru berkembabng dengan baik.
c) Mempertahankan pertukaran gas secara efektif yang ditunjukan
dengan adanyan kemampuan untuk bernapas, tidak ditemukan
dyspnea pada usaha napas,inspirasi, dan ekspirasin, dan ekspirasi,
dalam btas normal, serta saturasi oksigen dan PCO2 dalam keadan
normal.
D. Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Asma Bronkial
1. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi
Oksigenasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen (O2) kedalam tubuh serta menghembuskan
karbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa oksidasi (Tarwoto, 2004).
Kebutuhan oksigenasi adalah merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsunagan metabolisme sel tubuh mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2012).
27
2. Sistem Tubuh Yang Berperan Dalam Kebutuhan Oksigenasi
Menurut Somantri (2009), sistem tubuh yang berperan dala
kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan bagian atas, bagia
bawah, dan paru.
a. Saluran pernafasan bagian atas
Saluran pernafasn bagian atas berfungsi menyaring,
mrnghangatkan dan melembabkan udara yang terhirup. Saluran
pernafasn terdir dari atas :
1) Hidung. Hidung terdiri dari neser anterior (saluran lubang dalam
lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan yang di
tutpi bulu yang kasar dan bermuara kerongga hidung dan rongga
hidung yang di lapisi oleh selaput lendir yang mangandung
pembulu darah. Proses oksigenasi di awali dengan penyaringan
udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam
vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta
dilembabkan.
2) Faring. Faring merupakan pipa yang memeliki otot,memanjang
dari dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak dibelakang
nasofaring (di belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan
dibelakang laring (laringofaring).
3) Laring (tenggorokan). Laring merupakan slauran perfasan setelah
faring yang terdiri atas bagian dri tulang rawan yang di ikat bersama
ligament dan membran, terdiri atas dua lamina yang tersambung di
garis tengah.
28
4) Epiglottis. Epiglottis merupakan katub tulang rawan yang bertugas
membantu menutup laring pada saat proses menelan.
b. Saluran nafas bagian bawah
Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara
yang memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas :
1) Trakea. Trakea atau disebut sebagai batang tengorok, memiliki
panjang kurang lebih Sembilan sentimeter yang di mulia dari laring
sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea
tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap
berupa cincin,dilapisi selaput lender yang terdiri atas epithelium
bersila yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2) Bronkus. Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjuatan
dari trakea yang terdi atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian
kanan lebih lebih pendek dan lebar dari pada bagian kiri yang
memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri
lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari bolus atas dan
bawah.
3) Bronkiolus Merupakan saluran percabangan serta bronkus.
Paru merupakan organ utama dalam system pernafasna. Paru
terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh
pleura viselaris, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi
cairan surfaktan. Paru terdiri atas dua bagian paru kiri dan paru
kanan. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta
29
pembulu darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak
disebut apeks.
3. Proses Oksigenasi
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi tubuh terdiri atas tiga
tahap, yaitu ventilasi, difusi gas, dan transportasi gas
a. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Ventilasi di
pengaruhi beberapa hai, yaitu adanya perbedaan tekanan atmosfer
dengan paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin
rendah demikian sebaliknya semakin rendah tempat tekanan udara
semakin tinggi. Proses ventilasi selanjutnya adalah complience dan
recoil. Compliance merupakan kemampuan paru untuk mengembang.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya
sulfaktan yang terdapat lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan
tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak
terjadinya kolaps serta gangguan torak.
b. Difusi gas
Difusi gas merupakan pertukaran antra oksigen di alveoli
dengan kapiler paru dan CO² dikapiler dengan alveoli.
Prosespertukaran ini di pengaruhi beberapa faktor, yaitu luasnya
permukaan paru, tebal yinterstial ( keduanya dapat mempengaruhi
proses difusi apabila terjadi proses penebalan), perbedaan tekanan
dan konsentrasi.
30
c. Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler
kejaringna tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler, pada proses
transportasi, O2 akan berkaitan dengan Hb membentuk
Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2
akan berkaitan dengan Hb karbomino hemoglobin (30%), larut dalam
plasma (5%),dan sebagaian menjadi HCO³ yang berada dalam darah
(65%).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
a. Saraf otonomik
Rangsangan simpatis dan para simpatis dari saraf otonomik
dapat mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan kontriksi,
sebagai hal ini dapat terlihat simpatis maupun parasimpatis. Ketika
terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter
(untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh
pada bronkhokontriksi) karena pada saluran pernafasan terdapat
reseptor adrenergic dan reseptor kolinergik.
b. Hormon dan Obat
Semua hormone termaksuk derivate catecholamine dapat
melebarkan saluran pernafasan. Obat yang tergolong parasimpatis,
seperti sulfat atropin dan ekstrak belladona, dapat melebarkan saluran
napas, sedangkan obat yang menghambat adrenergik tipe bête
(khususnya beta-2), seperti obat yang tergolong penyakit beta
nonselektif, dapat mempersempit saluran napas (bronkhokontriksi).
31
c. Alergi pada saluran napas
Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu
yang terdapat dalam hawa perpasan, bulu binatang, serbuk benang sari
bunga, kapuk, makanan dan lain-lain. Fakor-faktor ini menyebabkan
bersin bila terdapat rangsangan di daerah nasal, batuk bila bila saluran
pernafasan bagian atas, pada asma bronkiale dan rhinitis bila terdapat
disaluran bagian atas.
d. Perkembangan
Tahap perkebangan anak dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan
oksigenasi. Karena usia organ dalam tubuh berkembang seiring usia
perkembangan. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia premature, yaitu
adanya kecenderungan kekurangan pembentukan surfaktan. Setelah
anak tumbu dewasa, kemampuan kematangan organ juga berkembang
seiring bertambahnya usia.
e. Lingkungan perilaku
Kondisi lingkungan dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi,
seperti faktor alergi, ketinggian tanah, dan suhu. Kondisi tersebut
mempengaruhi kemampuan adaptasi.
f. Perilaku
Faktor perilaku dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah perilaku dalam mengonsusmsi makanan (status nutrisi). Sebagai
contoh, obositas dapat memepengahuri proses perkembangan paru,
aktivitas dapat mempengaruhi proses perkembangan paru, aktivitas
dapat mempengaruhi pasaproses peningkatan kebutuhan oksigenasi,
32
merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembulu darah,
dan lain-lain.
5. Masalah kebutuhan oksigenasi
a. Hipoksia
Hipoksia merupakan kondis tercukupnya pemenuhan kebutuhan
oksiganasi dalam tubuh akibat defisien di oksigen atau peningkatan
oksigen dalam sel, ditandai dengan adanya warna kebiruapada kulit
(sianosis). Secra umum terjadi hipoksia disebabkan oleh
menuruunannya kadar Hb, mnurunnya difusi O2 dari alveoli kedalam
darah,menurunya perfusi jaringan. Perfusi jaringan.atau gangguan
pentilasi yang dapat menurunkan konstrasi oksigen (Hidayat, 2012).
b. Perubahan pola napas
1) Tachypnea, meruapakan pernapasan yang memiliki frekuensi
lebih dari 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam
keadaan ateleketaksis atau terjadinya emboli.
2) Bradypnea, merupakan pola pernapasn yang lambat dan kurang
dari 10 kali per menit. Pola ini dapat ditememukan dalam keadan
peningkatan tekanan intrakranial yang disertai narkotik atau seatif..
3) Hiverpentilasi, merupakan cara tubuh dalam mengompensasi
peningkatan jumlah okssigen dalam paru agar pernapasan lebih
cepat dan dalam.proses ini ditandai dengan adanya peningkatan
denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada menurunya
konsentrasi CO2, dan lain-lain. Keadaan dimikian dapat disebabkan
oleh adanya infeksi, keseimbangan asam basa, atau gangguan
33
psikologis. Hiperventilasi dapat menyebabka hipokapnea, yaitu
berkuranya CO2 tubuh di bawa batas normal, sehingga
rangsanganya terhadap pusat pernapasan menurun.
merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat
ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
4) Hipoventilasi merupakan upaya tubuh ntuk mengeluarkan
karbondioksidadengan cukup yang dilakukan pada saatt ventilasi
alveolar serta tidak cukupnya penggunaan oksigen yang ditandai
dengan adanya nyeri kepala, penurunan kesehatan, diseorentasi
atau ketidak seimbangan elektrolit yang terjadi akibat eteektasis,
lumpunya otot-otot pernapasan, depresi pusat pernapasan,
peningkatan tahanan jalan udara, penurunan tahanan jaringan paru
dan thoraks, serta penurunan complianceparu dan toraks.keaadan
demikian dapat menyebabkan hiperkapnea, yaitu retensi CO2
dalam tubuh sehingga PCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) dan
mengabitkan depresi susunan saraf pusat.
5) Dispnea, merupakan perasaan sesak dan berat saat bernapasan. Hal
ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam
darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.
6) Orothpnea, merupkan kesultan bernapas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri dan pola ini sering ditemukan pada seseorang
yang mengalami kongestip paru.
7) Cheyne stokes, merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya
mula-mula naik,turun, berhenti, kemudian mulai dari siklu baru.
34
8) Pernapasan pardoksial, merupakan pernapasan yang ditandai
dengan pergerakan dinding paru yang berawal arah dari keadaan
normal, sering di temukan pada keadaan atelktaksis.
9) Biot, merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan
cheyne stoke, tetapi amplitudnya tidak teratur. Pola ini sering
dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang
meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.
10) Striod, merupakan pernapasan bising yang terjadi karena
penyempitan pada saluran pernapasan
c. Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas (bersihan jalan napas) merupakan kondisi
pernapasan yang tidak normal akibat ketidak mampuan batuk secara
efektif, dapat disebabkan oleh sekresi, dan batuk tidak efektif karena
penyakit pernapasan seperti cerebo vascular accident (cva), efek
pengobatan sedatif, dan lain-lain
Tanda klinis yang dapat terjadi pada obstuksi jalan napas adalah
batuk batuk tidak efektif, idak mampu mengeluarkan sekresi di jalan
napas, suara napas menunjukan adanya sumbatan, jumlah irama dan
kedalaman pernapasan tidak normal.
d. Pertukaran Gas
Pertukaran gas merupakan penurunan gas. Baik oksigen maupun
karbondioksida antara alveoli paru dan sistem vascular, dapat
disebabkan oleh sekresi yang kental imobilisasi akibat penyakit sistem
saraf, depresi susunan saraf pusat, ataupun penyakit radang paru.
35
Terjadinya gangguang pertukaran gas ini menunjukan kapasitas difusi
menurun, antara lain disebabkan oleh penurunan luas permukan difusi,
penebalan membran alveolar kapiler, terganggunya pengangkutan O2
dari paru kejaringan akibat rasio ventilasi perfusi tidak baik, anemia,
keracunan CO2 dan terganggunyan aliran darah.
Tanda klinis yang dapat terjadi pada gangguan pertukaran gas
adalah dyspnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada fase
ekspirasi, yang panjang, agitasi, lelah latergi, Meningkatnya tahanan
vascular paru, menurunnya strusasi oksigen, meningkatnya PCO2,
sianosis.
E. Intervensi Pada Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan Oksigenasi
Salah satu intervensi untuk mempertahankan jalan nafas adalah :
(Hidayat, 2012).
1. Awasi perubahan status jalan napas dengan memonitor jumlah, bunyi
atau status kebersihannya.
2. Lakukan tindakan bersihan jalan napas dengan fibrasi, clapping atau
fostural drainas ( jika perlu lakukan suction)
3. Ajak teknik batuk efektif
4. Pertahankan jalan napas agar tetap terbuka dengan memasangan jalan
napas buatan, seperti oropharyngeal/ nasopharyngeal airway, intubasi
endotrakea, atau trakheostomi sesuai dengan indikasi.
5. Kerja sama dengan tim medis dalam memberikan obat bronkodilator.
Latihan batuk efektif merupakan cara untuk melatih pasien yang
tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk
36
membersikan laring, trakea, dan bronkiolus dari sekret atau benda asing
dijalan napas (Hidayat, 2012).
Tujuan batuk efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi
paru,mobilisasi sekresi dan mencegah efek samping dari retensi
pneumonia.
Menurut Hidayat (2012) prosedur batuk efektif antara lain :
1. Cuci tangan.
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat tidur membungkuk
kedepan.
4. Anjurkan untuk menarik napas secara pelan dan dalam dengan
menggunakan pernapasan diafragma.
5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik.
6. Batukan dua kali dengan mulut terbuka.
7. Tarik napas dengan ringan.
8. Istirahat.
9. Catat respon yang terjadi.
10. Cuci tangan.
Menurut Somantri (2009), prosedur batuk efektif antara lain :
1. Tahap PraInteraksi
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
37
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan sapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3. Tahap Kerja
d. Menjaga privacy pasien
e. Mempersiapkan pasien
f. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
g. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui
hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
h. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
i. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
j. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulut, bibir seperti meniup)
k. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi dari
otot
l. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila duduk
atau di dekat mulut bila tidur miring)
m. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3:
inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat
n. Menampung lender dalam sputum pot
o. Merapikan pasien
38
4. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Berpamitan dengan klien
c. Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
39
BAB III
METODE STUDI KASUS
A. Rancangan Studi Kasus
Karya tulis ini menggunakan rancang dengan desain deskriptif.
Deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menyajikan
gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi
dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial.
B. Subyek Studi Kasus
Subyek studi dalam kasus ini adalah pasien asma bal dengan kriteria
sebagai berikut :
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus di penuhi
setiap masing-masing anggota yang akan di jadikan subyek (Notoatmodjo
2010).
a) Pasien dengan diagnosa medis asma bronkial
b) Pasien dengan Diagnosa keperawatan bersihan jalan nafas tidak
afektif.
c) Pasien yang menjalani rawat inap
d) Pasien bersedia menjadi subjek
40
2. Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota yang tidak
bisa dijadikan sebagai subyek (Notaotmodjo, 2010). Kriteria eksklusi
pada penelitian ini adalah pasien yang menolak menjadi subyek.
a) Pasien pulang, pindah ruangan sebelum 5 hari.
b) Pasien yang tidak di diagnosa medis asma bronkial.
C. Fokus Studi
1. Asuhan keperawatan dengan pasien asma bronkial.
D. Definisi Operasional
Studi Kasus Asuhan Keperawatan :
1. Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan dalam
mengkaji harus memperhatikan data dasar pasien.
2. Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok.
3. Intervensi keperawatan adalah tindakan yang dirancang untuk membantu
klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang diharapkan.
4. Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang
dihadapi kestatus kesehatanyang lebih baik yang mengambarkan criteria
hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi keperawatan adalah tahap ahkir dari proses keperawatan yang
menyediakan nilai imformasi mengenai pengaruh intervensi yang telah
41
direncanakan dengan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati
dengan kriteria hasil yang telah di buat pada tahap perencanaan.
E. Tempat dan waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 juli 2018 s/d 25 juli 2018 di
RSU Bahtramas Provensi Sulawesi tenggara.
F. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Pengkajian meliputi
a. Inspeksi adalah pemeriksaan dengan metode pengamtan atau
observasi menggunakan panca indra untuk mendeteksi masalah
kesehatan pasien.
b. Palpasi adalah metode pemeriksaan dimana penguji meraskan ukuran,
kekuatan, atau letak sesuatu dari bagian tubuh.
c. Perkusi adalah pemeriksaan dengan cara mengetuk permukaan badan
dengan perantara jari tangan. Tujuannya untuk mengetahui keadaan
organ-organ dalam tubuh.
d. Auskultasi adalah mendegarkan suara yang terdapat di dalam tubuh
dengan bantuan alat yang disebut stetoskop.
2. Observasi
Observasi kegiatan merupakan suatu kegiatan untuk melakukan
secara langsung seperti pengukuran, pengamatan dengan menggunakan
indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan. Yang perlu
di observasi, suara napas, frekuensi napas, jumlah produksi sputum,warna
42
sputum, konsentrasinya (kental atau cair), dan reaksi klien selama di
lakukan tindakan
G. Pengelolahan dan Analisa Data
Pengelolaan analisa data yang di lakukan dalam penelitian ini adalah
setelah melakukan pengkajian data yang didapatkan data kesehatan dan data
keperawatan kemudian data-data tersebut diolah dalam bentuk data subjektif
dan data objektif kemudian dilakukan analisa data untuk mendapatkan
permasalahan keperawatan yang dialami klien, setelah masalah keperawatan
ditemukan maka masalah tersebut diangkat untuk dijadikan diagnosa
keperawatan kemudian mulai melakukan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan. Penyajian data ditampilkan dalam
bentuk table dan naratif.
43
H. Etika
1. Informed consent (lembran persetujuan)
2. Peneliti meminta partisipan untuk mendatangani lembar persetujuan
penelitian setelah menyatakan kebersediaannya untuk berparisipasi dalam
peniltian (Hidayat 2009).
3. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan paritisipan, maka dalam lembar
pengumpulan data tidak di dicantumkan nama jelas subyek (Hidayat,
2009).
4. Confidendiality (kerahasian)
Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dari partisipasi di
jaga oleh peneliti data hanya di sajikan atau di laporkan dalam bentuk
kelompok yang berhubungan dengan penelitian ini (Hidayat, 2009).
44
BAB IV
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengkajian
Nn.T bernama Nn.T umur 19 tahun jenis kelamin perempuan
beralamat di Desa Konda Kabupaten Konawe Selatan diantar oleh
keluarganya ke UGD RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi tenggara pada
tanggal 21 juli 2018 pada jam 05.15 WITA dengan keluhan sesak napas
dan batuk berdahak. Setelah diperoleh data Nn.T di diagnosa medis
Asma Bronkial.
Pengkajian yang dilakukan pada hari Sabtu tanggal 21 juli 2018
pukul 18.20 WITA didapatkan hasil data subyektif : Nn.T mengatakan
sesak napas dan batuk berdahak. Waktu timbulnya serangan sesak sering
terjadi tiba-tiba dan terjadi di malam hari, klien juga mengatakan pada
saat tidur malam posisi yang di gunakan yaitu posisi stengah duduk,
serangan asma terjadi jika ia merasa kedinginan, atau terkena paparan
debu, dan ketika serangan terjadi gejala lain yang di timbulkan yaitu
pilek dan batuk berdahak. Nn.T juga mengatakan ketika batuk sulit
untuk mengeluarkan dahak, apabila asmanya kambuh usaha yang
dilakukan yaitu meminum obat yang sudah di beli di apotik sebelumnya.
Nn.T mengatakan pernah melakukan pemeriksaan Tes Sputum hasilnya
normal, Nn.T sudah beberapa kali masuk RS dengan penyakit yang
sama dan keluarganya memiliki riwayat penyakit Asma. Data obyektif :
terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi), pernapasan 28 x/menit.
45
Irama napas cepat, Nn.T Nampak sesak, batuk dan berdahak dengan
konsistensi kental dan berwarna kuning. Tekanan darah: 100/80 mmHg,
Respirasi: 28x/ menit, Nadi: 100x /menit, Suhu: 36.0C.
2. Diagnosa Keperawatan
sintom Etiologi Problem
Data subjektif :
Nn.T mengatakan
sesak napas dan batuk
berdahak.
Nn.T mengatakan
waktu timbulnya
serangan sesak sering
terjadi tiba-tiba dan
terjadi di malam hari.
Nn.T mengatakan
serangan asma terjadi
jika ia merasa
kedinginan, atau
terkena paparan debu.
Nn.T mengatakan
ketika serangan terjadi
gejala lain yang di
timbulkan yaitu pilek
Allergen (cuaca dingin)
Antigen yang terikat
IGE pada permukan sel
mast atau basofil
Pemiabilitas kapiler
meningkat
Edema mukosa, sekresi
produktif, kontriksi otot
polos meningkat
Spasme otot polos
sekresi kelenjar bonkus
meningkat
Penyempitan/obstruksi
proksimal dari bronkus
Ketidak efektifan
bersihan jalan napas
Berhubungan dengan
mucus dalam jumlah
berlebihan.
46
dan batuk berdahak.
Nn.T juga mengatakan
ketika batuk sulit
untuk mengeluarkan
dahak,
Data Subjektif :
Nampak sesak.
terdapat bunyi suara
napas ronchi
pernapasan 28
x/menit.
Irama napas cepat,
Nampak batuk
berdahak dengan
konsistensi kental dan
berwarna kuning.
Tekanan darah:
100/80 mmHg.
Respirasi: 28x/ menit.
Nadi: 100x /menit
Suhu: 36.0C.
pada tahap eksprasi dan
inspirasi
Mucus berlebih,batuk,
wheezing, sesak napas
Ketidak efektifan
bersihan jalan napas
47
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan NOC : Respiratory Status NIC : Menejemen Jalan Napas RasionalKetidak efektifan bersihan
jalan napas Berhubungan
dengan mucus dalam
jumlah berlebihan. Ditandai
dengan :
Data subjektif :
Nn.T mengatakan sesak
napas dan batuk
berdahak.
Nn.T mengatakan waktu
timbulnya serangan sesak
sering terjadi tiba-tiba
Setalah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 kali 24
jam diharapkan bersihan jalan
napas kembali efektif ditandai
dengan :
sesak napas berkurang saat
beraktivitas ringan.
dapat batuk secara efektif,
irama napas teratur.
frekwensi pernapasan dalam
rentang normal yaitu 16 – 24
kali permenit.
1. Monitor tanda-tanda vital.
2. Berikan Nn.T Posisi senyaman
mungkin (semi fowler).
3. Kaloborasi pemberian obat
nebulizer (combiven).
4. Latih Nn.T batuk efektif.
5. Berikan Health Education
tentang penyakit dengan cara
menghindari faktor pencetus.
1. Tanda-tanda vital merupakan
acuhan mengetahui kadar
umum pasien.
2. Dengan posisi semi fowler
dapat meningkatkan
ekspansi paru sehingga
memungkinkan upaya napas
lebih dalam dan lebih kuat
serta menurunkan
ketidaknyamanan dada.
3. Combivent bekerja dengan
cara melebarkan saluran
napas bawah sehingga
48
dan terjadi di malam hari.
Nn.T mengatakan
serangan asma terjadi
jika ia merasa
kedinginan, atau terkena
paparan debu.
Nn.T mengatakan ketika
serangan terjadi gejala
lain yang di timbulkan
yaitu pilek dan batuk
berdahak.
Nn.T juga mengatakan
ketika batuk sulit untuk
mengeluarkan dahak,
tidak ditemukan bunyi napas
tambahan (ronchi).
keluhan sesak napas
berangsur-ansur hilang.
4. Batuk efektif diberikan
Dapat menghemat energi
sehingga tidak mudah lelah
dan dapat mengeluarkan
dahak secara maksimal.
5. Health Education mengubah
pemahaman perilaku hidup
sehat menjadi sehat.
49
Data Subjektif :
Nampak sesak.
terdapat bunyi suara napas
ronchi
pernapasan 28 x/menit.
Irama napas cepat,
Nampak batuk berdahak
dengan konsistensi kental
dan berwarna kuning.
Tekanan darah: 100/80
mmHg.
Respirasi: 28x/ menit.
Nadi: 100x /menit
Suhu: 36.0C.
50
4. Implementasi Keperawatan
Implentasi keperawatan pada Nn. T yaitu:
Hari/tanggal/jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
minggu 22, jam 09.45 Ketidak efektipan Bersihan jalan
napas berhubungan dengan
penumpukan mucus dalam
jumlah berlebihan
1. Memonitor tanda-tanda vital.
Hasil :
Tekanan darah : 1O0/80
mmHg,
Respirasi : 28 kali permenit
Nadi: 90 kali permenit
Suhu : 36.50c
Subjektif :
Nn T mengatakan masih merasa
sesak, Nn T mengatakan masih
batuk dan sulit untuk
mengeluarkan dahak
Objektif :
Keadaan umum , lemah, Nn. T
Nampak sesak, Nn T nmapak
batuk berdahak. Sputum kental
dan berwarna kuning pernapasan
cepat terdapat bunyi suara napas
tambahan (ronchi).
Tekakan darah : 1O0/80
mmHg,
51
Respirasi 28 kali permenit
Nadi : 90 kali permenit
Suhu : 36,50C
Assesment :
masalah Nn T belum teratasi
Planning :
intervnsi di lanjutkan memonitor
tanda-tanda vital,melatih batuk
efektif, memberikan posisi yang
nyaman, kaloborasi pemberian
obat inhalasi, pantau batuk
efektif, frekuensi nafas, irama
nafas, dan bunyi nafas
Jam 09:50 2. Memberikan Nn.T posisi
senyaman mungkin.
Hasil :
Pasin lebih nyaman dengan
52
posisi semifowler
Jam 09,55 3. Mengkaloborasikan pemberian
obat nebulizer sesuai program
terapi
Hasil:
1 ampul obat combivent dosis
yang diberi 2,5 ML, 3 sampai 4
kali per hari diberikan.
Jam 10.00 4. Melelatih Nn.T batuk efektif,
Hasil :
Nn T Nampak sulit untuk
melekukan batuk efektif karna
Nn T baru pertama kali
53
melakukan. Melatih batuk
efektif dilakukan 2 kali dalam
sehari
Jam 10. 15 5. ajarkan Nn T tentang
penyakitnya dengan cara
menghindari faktor pencetus.
Hasil :
Menjelaskan Pengertian,
asma bronkial, Tanda dan
gejala asma bronkial, Faktor
pencetus asma bronkial,
Perawatan asma bronkial di
rumah, Cara pencegahan
kekambuhan asma bronkial,
54
Cara pernafasan yang benar.
Hari/ tanggal / jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Senin 23, jam 18.00 Ketidak efektipan Bersihan jalan
napas berhubungan dengan
penumpukan mucus dalam
jumlah berlebihan
1. Memonitor tanda-tanda
vital.
Hasil :
TD:1O0/60 mmHg,
R : 26kali permenit
Nadi: 98 kali menit
S : 36.30c
Subjektif :
Nn T mengatakan sesak
berkurang, Nn T mengatakan
masih batuk beradahak,
Objektif :
Keadan Umum mulai membaik
,Nampak batuk berdahak,nampak
55
tidak sesak.
Tekanan Darah : 100/60
mmHg,
Respirasi : 26 kali permenit.
Nadi : 98 kali permenit.
Suhu : 36,30C,
terdapat bunyi suara napas
tambahan, (ronchi), sputum
berkurang dan berwarna putih
Assesment:
masalah teratasi sebagian.
Planing :
intervensi dilanjutkan, kaji tanda-
tanda vital, berikan posisi
56
senyaman mungkin, latih batuk
efektif, kaloborasi pemberian
obat nebulizer, pantau batuk
efektif, frekuensi nafas, irama
nafas, dan bunyi nafas
Jam 18.05 2. Memberikan Nn.T posisi
senyaman mungkin.
Hasil :
Nn T lebih nyaman dengan
posisi Semi Fowler
57
Jam 18,10 3. Mengkaloborasikan pemberian
obat nebulizer sesuai program
terapi
Hasil:
1 ampul obat combivent dosis
yang diberi 2,5 ML, 3 sampai 4
kali per hari diberikan.
Jam 18.15 4.Melelatih Nn.T batuk efektif,
Hasil :
Nn T nampak bisa melekukuan
batuk efektif namun masih
dibantu oleh perawat melatih
batuk efektif hari ke dua
dlakukan 3 kali dalam sehari.
58
Hari/ tanggal/ jam Diagnosa Implementasi Evaluasi
Selasa 24, jam 12.00 Ketidak efektipan Bersihan jalan
napas berhubungan dengan
penumpukan mukus dalam
jumlah berlebihan
1.Memonitor tanda-tanda vital.
Hasil :
TD: 1O0/ 70 mmHg,
R : 18 kali permenit
N : 89 kali permenit
S : 360C
Subjektif:
Nn T mengatakan sudah tidak
sesak, Nn. T mengatakan sudah
tidak batuk dan dahak sudah
tidak ada
Objektif :
Keadaan Umum, Nampak baik,
Tekana Darah: 1O0/ 70
mmHg,
Respirasi : 18 kali permenit
Nadi : 89 kali permenit
Suhu : 360C
Nampak tidak sesak, Nampak
tidak batuk, tidak terdapat bunyi
napas tambahan.
59
Assesment :
masalah Nn T
teratasi.
P : intervensi dihentikan
Jam 12,05 2.Memberikan Nn.T posisi
senyaman mungkin.
Hasil :
Nn T lebih nyaman dengan
posisi semifowler
Jam 12.10 3.Mengkaloborasikan pemberian
obat nebulizer sesuai program
terapi
Hasil:
60
1 ampul obat combivent dosis
yang diberi 2,5 ML, 3 sampai 4 kali
per hari diberikan.
Jam 12.20 4.Melelatih Nn.T batuk efektif,
Hasil :
Nn T nampak bisa melakukan batuk
efektif tanpa bantuan intruksi
perawat melatih batuk efektif
dilakukan 3 kali dalam sehari.
61
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama Nn T dirawat, pada hari ke 5
dirawat Nn T menunjukan masalah keperawatan ketidak efektifan bersihan
jalan napas teratasi sebagian, dengan kriteria hasil tidak terdapat suara
napas tambahan, frekuensi napas normal 18 kali permenit, irama napas
normal (teratur), batuk produktif, dan mampu mengeluarkan sekret.
B. Pembahasan Kasus
Pada pembahasan kasus ini penelitian akan membandingkan antra
kasus dan teori, dengan aplikasi atau asuhan keperawatan pada Nn T dengan
kasus yang telah di lakukan sejak tanggal 21 – 25 Juli 20018. Kegiatan yang
dilakukan meliputi pengkajian,diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
1. Pengkajian
Pada klien Nn T pengkajian riwayat kesehatan didapatkan terdapat
bunyi suara napas tambahan (ronchi), pernapasan 28 kali permenit. irama
napas cepat, Nn T nampak sesak dan batuk berdahak konsistensi kental
dan berwarna kuning, tekanan darah 100/80 mmHg, respirasi 28 kali
permenit, nadi 100 kali permenit, S: 36.0C.
Gejala penyakit asma menurut PDPI (2003), penyakit asma ditandai
berupa batuk sesak napas, wheezing (mengi). Gejala biasanya timbul atau
memburuk terutama malam atau dini hari. Menurut (Brunner & Suddard,
2002). Gejala asma sering terjadi pada malam hari dan saat udara dingin,
biasanya dimulai mendadak dengan gejala batuk dan rasa tertekan di dada,
disertai dengan sesak napas (dyspnea) dan mengi.
62
Menurut (Price & Wilson, 2006), penyakit asma juga ditandai
dengan akan timbul mengi yang merupakan ciri khas asma saat pasien
memaksakan udara keluar. Biasanya juga diikuti batuk produktif dengan
sputum berwarna keputih-putihan. Menurut Smeltzer (2012), ciri khas
pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang
disebabkan oleh spasme atau kontirksi otot-otot polos bronkus, dan
hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus.
Hasil analisa peneliti terdapat kesenjangan antara teori dan kasus
Pada pemeriksaan fisik teori terdapat bunyi suara napas mengi (wheezing),
sedangkan pemeriksaan fisik yang di dapatkan peneliti pada kasus terdapat
bunyi suara napas ronchi. Menurut Anisa (2012), wheezing atau mengi
merupakan salah satu ciri khas dari gejala asma. Hal ini diakibatkan oleh
penyempitan saluran napas yang terjadi namun kondisi tertentu ronchi juga
dapat terdengar pada serangan asma karena penumpukan sekret dijalan
napas.
Pasien Nn T mengatakan faktor penyebab serangan asma terjadi jika
ia merasa kedinginan atau terkena paparan debu, ketika serangan terjadi
gejala lain yang di timbulkan yaitu pilek dan batuk berdahak. Menurut
GINA (2005), faktor pencetus Asma diperburuk oleh keadaan lingkungan
seperti perubahan temperatur, terpapar bulu bianatang, uap kimia, debu,
serbuk, obat-obatan,olahraga berat, infeksi saluran napas, asap roko dan
stress. Menurut Sundaru (2009), pada awal serangan asma gejala tidak jelas
seperti rasa berat di dada, pada asma alergik biasanya disertai pilek atau
bersin. Meski pada mulanya batuk tidak disertai sekret, namun dalam
63
perkembangannya pasien asma akan mengeluarkan sekret baik yang
mukoid, putih dan terkadang puluren. Terdapat sebagian kecil pasien asma
yang hanya mengalami gejala batuk tanpa disertai mengi. Menurut analisa
penelitian faktor penyebab dari penyakit asma yang di temukan pada pasien
sama dengan teori faktor pencetus yang dikemukakan oleh GINA (2005),
& Sundaru (2009).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang mengambarkan
respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan dimana
perawat mempunyai lisensi dan kemampuan untuk mengatasinya (Potter &
Perry, 2005). Peneliti menegakan diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan
napas sesuai dengan batasan kareteristik data yang diperoleh saat
pengkajian pada Nn.T yaitu : suara napas tambahan, perubahan frekuensi
napas, sianosis, penurunan bunyi napas, dispnea, spuntum dalam jumlah
berlebih dan batuk yang tidak efektif. (NANDA 2015) Diagnosa
keperawatan ini penulis prioritaskan karena pemenuhan kebutuhan oksigen
adalah bagian penting dari kebutuhan fisiologis menurut Hierarki Maslow.
Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidak mampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan kepatenan jalan napas (NANDA, 2015). Batasan
karateristik ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ada suara napas
tambahan, perubahan frekuensi napas, sianosis, penurunan bunyi napas,
dispnea, sputum dalam jumla berlebih dan batuk yang tidak efektif. Dalam
64
teori pada kasus asma dibuktikan diagnosa keperawatan utama yang
muncul adalah ketidak efektifan bersiahan jalan napas (Muttaqin, 2008).
3. Intervensi
Intervensi adalah katagori dari perilaku keperawatan dimana tujuan
yang berpusat pada klien dari hasil perkiraan ditetapkan dan intervensi
keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter & Perry, 2005).
Penulis mencantumkan diagnosa ketidak efektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan penumpukan mucus dalam jumlah berlebihan,
dengan tujuan setelah dilakukan tindakan 3 kali 24 jam bersihan jalan
napas kembai efektif, dalam teori juga disebutkan setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam bersihan jalan napas dapat
kembali efektif ( Muttaqin, 2008).
Intervensi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan NIC yaitu
yang pertama adalah Observasi tanda-tanda vital dengan rasional untuk
mengetahui perubahan atau perkembangan Nn.T saat dirawat. Menurut
Rizqiah, (2015). Observasi tanda-tanda vital tersebut penting dilakukan
karena merupakan acuan pengukuran klinis untuk melakukan tindakan
medis selanjutnya. Intervensi ke dua yaitu melatih batuk efektif rasionalnya
dapat membantu Nn.T dengan mudah mengeluarkan sekret yang ada di
jalan napas. Menurut Apriani (2017), bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan atau bermakna sebelum dan sesudah perlakuan batuk efektif
pada pasien dengan penumpukan secret. Intervensi yang ke tiga yaitu
berikan Nn.T posisi senyaman mungkin (semi folwer), Rasionalnya dengan
posisi semi fowler dapat meningkatkan ekspansi paru. Menurut Muttaqin
65
(2008) sekresi bergerak sesuai gaya grafitasi akibat perubahan posisi dan
meningkatkan kepala, tempat tidur akan merendahkan isi perut menjadi
diafragma sehingga meningkatkan diafragma berkontraksi.
Intervensi ke empat kaloborasi pemberian obat (nebulizer) sesuai
program terapi. Rasionalnya dengan pemberian obat dapat memudahkan
pengeluaran sekeret di jalan napas dan memperlancar pernapasan. Menurut
Esi (2016) obat nebulizer atau combivent merupakan obat terapi pada
penyakit obstruksi saluran napas atau sumbatan, seperti penyakit paru-paru
obstruksi kronik atau asma. Obat nebulizer ini bekerja dengan melebarkan
saluran napas bawah (bronkus). Intrervensi ke lima ajarkan Nn T tentang
penyakitnya dengan cara menghindari faktor pencetus rasionalnya
meningkatkan wawasan dalam menghindari faktor pencetus timbulnya
penyakit. Menurut Natoatmodjo, (2003) pendidikan kesehatan merupakan
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan, dalam keperawatan pendidikan kesehatan
merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk
membantu klien atau individu, kelompok, maupun masyarakat dalam
mengatasi masalah kesehatannya, melalui kegiatan pembelajaranya, yang
didalam perawat berperan sebagai perawat pendidik.
Menurut teori intevensi yang diberikan pada pasien asma dengan
diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan
penumpukan mucus dalam jumlah berlebihan, adalah kaji warna,
kekentalan, dan jumlah sputum, atur posisi semi fowler ajarkan dengan cara
batuk efektif, bantu klien latihan napas dalam, pertahankan intake cairan
66
setidaknya 2500 ml per hari kecuali tidak diindikasikan, lakukan fisioterapi
dada dengan teknik postural drainase, perkusi, dan fibrilasi , kaloborasikan
pemberian obat, nebulizer via inhalasi,intravena sebagai pemeliharaaan
agar dilatasi jalan napas optimal, agen mukolitik untuk menerunkan
kekentalan dan perlengketan sekret paru,dan agen ekpetoran akan
memudahkan sekret lepas dari perlengketan jalan napas pemberian
kortikosteroid (Muttaqin, 2008).
Intervensi yang dilakukan penulis dan teori ada sedikit perbedaan
yaitu penulis merencanakan observasi tanda-tanda vital, latih Nn.T batuk
efektif, kaloborasi pemberian obat (nebulizer) sesuai program terapi,
berikan Nn.T posisi senyaman mungkin (semi folwer), ajarkan Nn T
tentang penyakitnya dengan cara menghindari faktor pencetus. Penulis
menyusun intervensi tersebut berdasarkan pada kasus yang ditemukan oleh
penulis dan berdasarkan tingkat kebutuhan dan respon klien. Pada
intervensi kaloborasi dengan medis dalam pemberian obat untuk asma (
bronkodilator, kortikosteroid, teofilin) tidak dilakukan, karena Nn.T sudah
mendapatkan nebulizer sebelum penulis melakukan pengkajian.
4. Implementasi
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
ke status kesehatan yang lebih baik yang mengambarkan criteria hasil yang
di harapkan (Gordon, 2013). Implementasi keperawatan merupakan inisiatif
dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
67
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilakasanakan untuk
memodifikasi faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien
(Carpenito, 2000).
Implementasi hari pertama yaitu dilakukan pada tanggal 22 juli
2018 jam 09.45 WITA, berdasarkan intervensi keperawatan NIC
menajemen jalan napas, monitor tanda-tanda vital, melatih Nn.T batuk
efektif, memberikan Nn.T posis yang nyaman (semi fdowler),
kaloborasikan pemberian obat nebulizer atau combivent dosis yang diberi
2,5 ML, 3 sampai 4 kali per hari diberikan.. Berikan health education
tentang penyakit dengan cara menghindari faktor pencetus. HE yang
diberikan yaitu Pengertian, asma bronkial, Tanda dan gejala asma bronkial,
Faktor pencetus asma bronkial, Perawatan asma bronkial di rumah, Cara
pencegahan kekambuhan asma bronkial, Cara pernafasan yang benar.
Implementasi hari ke dua dilakukan pada tanggal 23 juli 2018 jam
18.00 WITA monitor tanda-tanda vital, melatih Nn.T batuk efektif,
memberikan Nn.T posis yang nyaman (semi fdowler), kaloborasikan
pemberian obat nebulizer atau combivent dosis yang diberi 2,5 ML, 3
sampai 4 kali per hari diberikan., pada hari ke dua health education sudah
tidak di lakukan pada Nn.T karena Nn.T mengatakan sudah mengerti.
Implementasi hari ke tiga dilakukan pada tangal 24 juli 2018 jam
12.00 WITA Implementasi hari ke dua dilakukan pada tanggal 23 juli 2018
jam 18.00 WITA monitor tanda-tanda vital, melatih Nn.T batuk efektif,
memberikan Nn.T posis yang nyaman (semi fowler), kaloborasikan
68
pemberian obat nebulizer atau combivent dosis yang diberi 2,5 ML, 3
sampai 4 kali per hari diberikan.
5. Evaluasi
Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk
mengomunikasikan status Nn.T dari hasil tindakan keperawatan. Evaluasi
memberikan imformasi, sehingga memuminginkan revesi perawatan
(Hidayat, 2012). Diagnosa keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan
napas berhubungan dengan penumpukan mucus dalam jumlah berlebih
pada tanggal 22, 23 dan 24 juli 2018.
Pada evaluasi hari pertama pada tanggal 22 juli 2018, hasil evaluasi
di dapatkan evaluasi subjektif Nn.T mengatakan masih merasa sesak, Nn.T
mengatakan masih batuk dan sulit untuk mengeluarkan dahak, evaluasi
objektif keadaan umum lemah, nampak sesak, Nampak batuk berdahak
sputum kental dan berwarna kuning, irama pernapasan cepat, terdapat
bunyi suara napas tambahan ronchi, tekanan darah 100/80 mmHg, respirasi
28 kali permenit, nadi 90 kali permenit, suhu 36,50C, masalah belum
teratasi intervensi tetap di lanjutkan.
Pada evaluasi hari ke dua pada tanggal 23 juli 2018, hasil evaluasi
didapatkan evaluasi subjektif Nn.T mengatakan sesak berkurang, batuk
berdahak berkurang, evaluasi objektif keadaan umum mulai membaik,
Nampak batuk berdahak, Nampak tidak sesak, tekanan darah 100/60
mmHg, respirasi 26 kali permenit, nadi 98 kali permenit. Suhu 36,30C,
terdapat bunyi suara napas tambahan, sputum berkurang dan berwarna
putih, masaalah teratasi sebagian dan intervensi di lanjutkan.
69
Pada evaluasi hari ke tiga pada tanggal 24 juli 2018, hasil yang
didapatkan evaluasi subjektif Nn T mengatakan sudah tidak sesak, batuk
berdahak sudah sudah tidak ada. Evaluasi objektif keadaan umum Nn T
baik, tekan darah 1O0/70 mmHg, respirasi 18 kali permenit, nadi 89 kali
permenit, suhu 36,40C, Nampak tidak sesak, Nampak tidak ada batuk,
nampak tidak ada dahak, tidak terdapat suara napas tambahan. Disimpulkan
masalah ketidak efektifan bersihan jalan napas pada Nn T teratasi,
intervensi dihentikan ditandai dengan criteria hasil, irama napas teratur,
frekwensi pernapasan dalam rentang normal 16-24 kali permenit, dapat
batuk secara efektif, sesak berkurang saat beraktivitas.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan sesuai prosedur yang ada. Namun dalam
melakukan penelitian penulis memiliki keterbatasan-ketarbatasan sebagai
berikut :
1. Pengurusan surat izin penelitian yang relative lama sehinga menghambat
penelitian dilakukan.
2. Membutukan waktu yang lama untuk mendapatkan pasien sesuai kriteria
insklusi, sehingga menghambat proses pe.nelitian
3. Penulis tidak dapat mengontrol Nn.T sepenuhnya selama 24 jam dalam
pemberian intervensi, sehingga penulis dalam melakukan pemberian
intervensi tidak maksimal..
4. Akibat dari keterbatasan faktor diatas maka penulisan ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis dengan senang hati menerima kritikan dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian tentang asuhan keperawatan asma
Bronkila pada Nn.T dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi di ruang
laikawaraka RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara penulis menarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil pengumpulan data Pada klien Nn T pengkajian riwayat
kesehatan didapatkan terdapat bunyi suara napas tambahan (ronchi),
pernapasan 28 kali permenit. irama napas cepat, Nn T Nampak sesak dan
batuk berdahak konsistensi kental dan berwarna kuning, tekanan darah
100/80 mmHg, respirasi 28 kali permenit, nadi 100 kali permenit, S:
36.0C.
2. Sesuai dengan pengkajian dan analisa yang penulis lakukan pada Nn.T
maka penulis menemukan masalah keperawatan ketidak efektifan bersihan
jalan napas dengan batasan karateristik diagnosa keperawatan ketidak
efektifan bersihan jalan napas menurut NANDA, (2015).
3. Dalam perencanaan ini penulis berfokus pada lima intervensi menurut
NANDA NIC menajemen jalan napas monitor tanda-tanda vital, melatih
Nn.T batuk efektif, memberikan Nn.T posis yang nyaman (semi fdowler),
kaloborasikan pemberian obat (nebulizer), berikan health education
tentang penyakit dengan cara menghindari faktor pencetus.
71
4. Dalam tahap pelaksanaan yang dilakukan selama tiga hari penulis dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan sesuai dengan perencanaan
yang telah di buat
5. Evaluasi keperawatan pada Nn.T dapat teratasi pada hari ke 5 perawatan
dengan kriteria hasil sesak napas berkurang saat beraktivitas ringan, dapat
batuk secara efektif, irama napas teratur, frekuensi pernapasan dalam
rentang normal yaitu 16-42 kali permenit.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis merekomendasikan
berupa saran-saran sebagai berikut.
1. Bagi masyarakat :
Diharapkan agar masyarakat meningkatkan pengetahuan tentang
pencegahan dan penanganan penyakit Asma Bronkial khususnya dalam
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Bagi tenaga kesehatan :
Bagi seluruh tenaga kesehatan khususnya perawat yang ada di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara untuk selalu meningkatkan
kualitas pelayan dengan meningkatkan pengetahuan dan wawasan melalui
pelatihan-pelatihan atau mengikuti pendidikan berkelanjutan.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharpkan penelitian ini di jadikan pembanding antara pasien yang dinebu
dengan batuk efektif dan pasien yang batuk tanpa nebu.
73
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, W. (2017). Asuhan keperwatan dengan masalah keperawatan gangguan
pemenuhan kebutuhan oksigen dengan diagnosa medis : Asma Di ruang
barokah. RS PKU Muhamadia Gombong. Eprints-Respiratory Siftwafe.
Retrived maret 27, 2018.
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI%20APRIANI%20NIM.%
20A01401992.pdf
Badan Penelitian & Pengembangan Kesehatan Kementrian RI. (2014). Indeks
Pembangunan Kesehatn Masyrakat. Jakarta : Badan Penelitian &
Pembanguan Kesehatan. Refrived maret 16, 2018,
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id/662/1/WIJI%20APRIANI%20NIM.%
20A01401992.pdf.
Hasana, R. (2016). Askep Klien dengan Gangguan Pemenuhan Kebetuhan O2
pada penderita Asma Bronkial Di RSUD . Prof. DR. Soekardar Mojosari,
Reposetory. Poltekes Majapahit. Retrived maret 16, 2018.
http://www.repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-
KEP/article/view/830/631
Hidayat, A. Azis. ALlimun. (2009). Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep
dan Proses Keprawatan, (p 2-21). Jakarta : Salemba Medika.
____________________. (2012). Keperwatan Dasar Manusia Buku 1. Jakarta :
Salemba Medika.
74
____________________. (2011). Pengantar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta :
EGC
Kemenkes RI. (2012). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Depkes RI. Jakarta
Pusat Data & Imformasi Infodat. (2013). You Can Control Asma. (p. 2-4).
Jakarta : Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Retrived
maret 16, 2018.
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/
infodatin-asma.pdf.
Nurarif, Amin Huda, & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperwatan
Berdesakan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 1. (p 65-75).
Jogjakarta. Mediaction Jogja.
Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperwatan. Jakarta : Salemba Medika.
Price, Sylvia. A. & Willson, Lorrains M. (2005). Patofisiologi dan Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Rekam Medik BLUD RSUD Bahteramas. (2018). Profil BLUD RSUD
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Kendari.
Somantri, Irman. (200P9). Asuhan Keperwatan pada Klien Gangguan Sistem
Pernapasan (p 27-30). Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer & Bare. (2010). Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Jakarta : EGC/
Lampiran 1 : Jadwal Kegiatan
JADWAL KEGIATAN
A. Alat dan Bahan
Alat penelitian yang di gunakan yaitu alat tulis, alat perekam dan
kamera. Sedangkan bahan penelitian yang digunakan lembar pedoman
wawancara.
B. Cara Kerja
1. Tahap persiapan
Tahap ini dilakukan penyusunan proposal dan mengurus surat izin
atau pengantar dari Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan Keperawatan
yang ditunjukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara untuk mendapatkan izin penelitian ditempat
tersebut.
2. Tahap Penelitian
a. Melakukan peninjauan langsung ke objek penelitian
b. Memberikan informed consent untuk ditanda tangan oleh subyek
yang akan di teliti
c. Melakukan Asuhan keperawatan kepada pasien asma bronkial
dengan diagnosa keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan napas
diruang Laika Waraka Rumah Sakit Umum Daerah Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara.
3. Tahap pengolahan data
Melakukan analisa berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Kemudian menyajikan data tersebut untuk memberikan pelaksanaan
tentang asuhan keperawatan pada pasien asma bronkial dalam pemenuha
kebutuhan oksigenasi.
Lampiran 3 : Instrumen Studi Kasus
INSTRUMEN STUDI KASUS
Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmojo, 2010). Instrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu:
1. Alat tulis dan buku
Alat tulis dan buku digunakan untuk menuliskan informasi yang
didapatkan dari narasumber.
2. Lembar Wawancara
Lembar wawancara ini berisi pertanyaan seputar keadaan pasien.
3. Kamera
Kamera digunakan ketika peneliti melakukan observasi untuk
mendokumentasikan gambar.
4. Alat Perekam
Alat rekam digunakan untuk merekam suara ketika melakukan
pengumpulan data, baik menggunakan metode wawancara ataupun observasi.
Lampiran 4 : Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
Nama Pasien : Nn TUmur : 19 tahunJenis kelamin : Perempuan
No Hari/tanggal Bunyi napas Frekuensi napas Irama napas Kemampuanbatuk
Secret
1Sabtu/21-07-
2018Ronchi 28 kali per menit
Cepat dan tidakteratur
Ada Ada
2Minggu/22-07-
2018Ronchi 28 kali per menit
Cepat dan tidakteratur
Ada Ada
3Senin/23-07-
2018Ronchi 26 kali per menit Teratur Ada Berkurang
4Selasa/24-07-
2018Vesikuler 18 kali per menit Teratur Tidak ada Tidak ada
5Rabu/25-07-
2018Vesikuler 18 kali per menit teratur Tidak ada Tidak ada
Lampiran 5 : Format Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
I. DATA DEMOGRAFI
A. BIODATA
1. Nama : Nn. T
2. Usia : 19 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Alamat : Desa Konda
5. Suku/ bangsa : Tolaki
6. Agama/ keyakinan : Islam
7. Status perkawinan : Belum Kawin
8. Pekerjaan/ sumber pendapatan : mahasiswa
9. Diagnostik medik : Asma Bronkial
10. No. Medikal record :
11. Tanggal masuk : 21-07-2018
12. Tanggal pengkajian : 21-07-2018
B. PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Tn. D
2. Usia : 45 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki
4. Pekerjaaan / sumber pengahsilan : Wiraswasta
5. Hubungan dengan klien : ayah kandung
II. KELUHAN UTAMA
Lampiran 5 : Format Pengkajian
Sesak nafas
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan sekarang
1. Waktu timbulnya penyakit kapan : satu hari sebelum masuk RS
2. Bagaimana awal munculnya : pilek dan batuk
3. Keadaan penyakit apakah sudah membaik, parah atau tetap sama
dengan sebelumnya : membaik
4. Usaha yang dilakukan untuk menggurangi keluhan : minum obat
salbutamol
5. Kondisi saat di kaji (PQRST) ?
B. Riwayat kesehatan lalu
1. Penyakit pada saat anak-anak dan penyakit infeksi yang di alami :
asma
2. Kecalakaan yang perna dialami : tidak pernah
3. Apakah perna menjalani operasi : tidak pernah
4. Alergi (makanan, obat-obat, beebas) : obat ceftriaxon
C. Riwayat kesehatan keluarga
1. Penyakit keturunan : klien mengatakan ayahnya menderita asma
Lampiran 5 : Format Pengkajian
Genogram :
Keterangan :
: meninggal
: laki-laki
: perempuan
: tidak diketahui
: tinggal serumah
: klien
X X X x
45 ?? ? 43?
19 15 12 8
X
? ?
Lampiran 5 : Format Pengkajian
IV. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
A. Identifikasi klien tentang kehidupan sosial : klien memiliki banyak
teman dan kehidupan sosialnya baik
B. Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan diri
sendiri : klien mengatakan merasa dengan dirinya
C. Kaji lingkungan rumah klien dengan kondisi rumah sakit :klien
mengatakan lebih dirumah dibandingkan di RS
D. Tangapan klien dengan biyaya RS : klien mengatakan biayaya
pengobatan dan perawatan ditanggung BPJS
E. Tanggapan klien tentang penyakitnya : klien mengatakan merasa
khawatir dengan penyakitnya
V. RIWAYAT SPRITUAL
A. Kajian ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaanya :
klien mengatakan selalu beribadah
B. Support system dalam keluarga : klien mengatakan keluarga dan
teman-temannya selalu memberi semangat
VI. KEADAAN UMUM KLIEN.
1. Tanda-tanda distress : tidak ada
2. Penampilan di hubungkan dengan usia : sesuai dengan usia
3. Tinggi badan, berat badan, gaya berjalan : TB 155 cm, BB 45kg
dan gaya berjalan normal
Lampiran 5 : Format Pengkajian
VII. TANDA-TANDA VITAL
1. Suhu : 36oC
2. Nadi : 100 kali per menit
3. Pernapasan : 28 kali per menit
4. Tekannan darah : 100/90 mmHg
Lampiran 5 : Format Pengkajian
PENGKAJIAN KEBUTAHAN OKSIEGEN
A. Pengkajian kebutuhan oksigen
1. Apakah klien pernah mengalami masalah respirasi tentang perubahan
bunyi nafas : pernah
2. Apakah klien perna mengalami gangguan saluran nafas seperti batuk,
pilek, bronchitis, asma : pernah menderita asma
3. Obat-obat apa saja yang digunakan bila:
a. Sesak : salbutamol
4. Apakah klien mengalami batuk : iya batuk produktif
5. Kapan frekuensi batuk yang paling sering : malam
6. Apakah produksi : sputum
7. Apakah warna sputum : kuning
8. Bagaimana konsistensi sputum : kental
9. Apakah klien biasa merokok :tidak pernah merokok
10. Apkah dalam keluarga ada yang merokok : ada, ayah klien
11. Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit infeksi saluran
pernapasan dan atau penyakit jantung : ayah klien menderita asma
12. Apakah ada rasa nyeri yang klien alami : ada, nyeri dada ketika sesak
13. Apakah klien pernah mendapat pengobatan untuk penyakit jantung,
hipertensi, dan pernapasan : pernah dirawat dirumah sakit karena
menderita asma
14. Bagaima persepsi klien tentang kesahatan saat ini : klien ingin cepat
sembuh
Lampiran 5 : Format Pengkajian
B. PEERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Tidak ada
2. Foto Rotgen
Tidak ada
3. EKG
Tidak ada
4. Pemeriksaan penunjang
Tidak ada
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Topik : Perawatan Asma Bronkial di Rumah
Sub topik : Asma Bronkial
Sasaran : Nn. T beserta keluarga
Tempat : RSU Bahterahmas ruang Laika Waraka
Hari/Tanggal : Rabu, 25 Juli 2018
Waktu : 1 x pertemuan (45 menit)
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan tentang perawatan asma di rumah, maka
diharapkan klien dan keluarga mampu memahami tentang penyakit asma dan
melakukan perawatan asma di rumah.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 1 x 30 menit diharapkan:
1. Dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala dan penyebab penyakit
asma bronkial.
2. Dapat menyebutkan faktor pencetus asma bronkial.
3. Dapat menyebutkan pertolongan pertama bagi penderita asma bronkial.
4. Dapat menyebutkan cara pencegahan kekambuhan penyakit asma
bronkial
C. Sasaran
Nn. T beserta keluarga
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan
D. Materi
1. Pengertian, asma bronchial
2. Tanda dan gejala asma bronkial
3. Faktor pencetus asma bronkial
4. Perawatan asma bronkial di rumah
5. Cara pencegahan kekambuhan asma bronkial
6. Cara pernafasan yang benar
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet asma bronkial
G.Kegiatan Penyuluhan
WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
PESERTA
5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan
mengucapkan salam.
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
Menjawab salam
Mendengarkan
Memperhatikan
Memperhatikan
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan
20 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan pengertian asma bronkial
2. Menjelaskan tanda dan gejala asma
bronkial
3. Menjelaskan faktor pencetus asma
4. Menjelaskan tentang perawatan asma di
rumah
5. Menjelaskan pencegahan asma bronkial
6. Memberi kesempatan kepada klien dan
keluarga untuk bertanya
7. Menjawab pertanyaan yang belum
dimengerti oleh klien dan keluarga
Memperhatikan
penjelasan
Memperhatikan dan
memberikan
pertanyaan
15 menit Evaluasi :
· Menanyakan kepada peserta tentang
materi yang telah diberikan, dan
reinforcement kepada klien yang dapat
menjawab pertanyaan.
Menjawab
pertanyaan
5 menit Terminasi :
Menyimpulkan materi yang telah
disampaikan
· Mengucapkan terimakasih atas peran
serta peserta.
· Mengucapkan salam penutup
Mendengarkan
Menjawab salam
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan
MATERI PENYULUHAN ASMA BRONKIAL
A. Pengertian
Asma bronkial adalah penyakit kronik saluran nafas yang ditandai oleh
hiperaktivitas bronkus, yaitu kepekaan saluran nafas terhadap berbagai
rangsangan. yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi,
batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutama pada malam atau dini hari
yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau tanpa pengobatan.
B. Penyebab/Faktor Pencetus
1. Debu rumah
2. Bulu-bulu binatang
3. Asap rokok/ asap pabrik atau kendaraan
4. Infeksi saluran pernafasan
5. Kegiatan yang berlebihan (capek dan kelelahan)
6. Obat-obatan
7. Makanan dan minuman tertentu
8. Udara dingin
9. Stress dan emosi yang berlebihan
C. Tanda dan gejala
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat
hiperaktivita bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan
maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain :
1. Bising atau mengi (wheezing)
2. Nafas berat yang berbunyi “ngik-ngik”
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan
3. Batuk produktif
4. Nafas pendek tersengal-sengal
5. Dada terasa sesak (Hadibroto, 2005)
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam
jiwa. Yang termasuk gejala yang berat adalah:
1. Serangan batuk yang hebat
2. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
3. Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
4. Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
5. Kesadaran menurun (Kemenkes RI, 2007)
D. Perawatan dirumah
1. Jauhkan dari faktor pencetus
2. Sirkulasi lingkungan rumah baik
3. Melatih pernafasan
4. Batasi aktifitas
5. Kenakan baju hangat dan tebal bila cuaca dingin
E. Cara pencegahan Kekambuhan asma
1. Hindari faktor pencetus
2. Bina suasana hormonis dalam keluarga
3. Batasi aktivitas berat pada penderita asma bronkial
4. Mengenal gejala awal serangan Asma bronkial dan selalu tersedia obat.
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan
F. Evaluasi
Materi penilaian/test :
1. Sebutkan pengertian asma ?
2. Sebutkan tanda dan gejala asma ?
3. Sebutkan faktor pencetus asma ?
4. Peragakan cara perawatan asma di rumah?
1. Jauhkan dari faktor
pencetus
2. Sirkulasi lingkungan
rumah baik
3. Melatih pernafasan
4. Batasi aktifitas
5. Kenakan baju hangat
dan tebal bila cuaca
dingin
Perawatan dirumah
Oleh :Indar Asmarani
Cara pencegahanKekambuhan asma
1. Hindari faktor pencetus
2. Bina suasana hormonis dalam
keluarga
3. Batasi aktivitas berat pada penderita
asma bronkial
4. Mengenal gejala awal serangan
Asma bronkial dan selalu tersedia
obat
Asma bronkial adalah penyakit
kronik saluran nafas yang ditandai
oleh hiperaktivitas bronkus, yaitu
kepekaan saluran nafas terhadap
berbagai rangsangan. yang
ditandai dengan gejala episodik
berulang berupa mengi, batuk,
sesak nafas dan rasa berat di dada
terutama pada malam atau dini
hari yang umumnya bersifat
reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan.
Apa sih ituasmabronchial??
Penyebab/Faktor Pencetus
1. Debu rumah2. Bulu-bulu binatang3. Asap rokok atau kendaraan4. Kegiatan yang berlebihan (capek dan
kelelahan)5. Obat-obatan6. Makanan dan minuman tertentu7. Udara dingin8. Stress dan emosi yang berlebihan
Tanda dan gejala
1. Bising atau mengi (wheezing)2. Nafas berat yang berbunyi “ngik-ngik”3. Batuk produktif4. Nafas pendek tersengal-sengal5. Dada terasa sesak
Gejala yang berat
1. Serangan batuk yang hebat
2. Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
3. Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulaidari sekitar mulut)
4. Sulit tidur dan posisi tidur yangnyaman adalah dalam keadaan duduk
5. Kesadaran menurun