auditing i. pengertian arens, dkk 2003 sebagai...
TRANSCRIPT
Pengantar Auditing
AUDITING
I. PENGERTIAN
Konrath (2002:5) sebagai berikut:
“ Suatu proses sistematis untuk secara objective mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi
tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk menyakinkan tingkat keterkaitan
antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mnegkomunikasikan hasilnya kepada
pihak-pihak yang berkepentingan.
Arens, dkk 2003 sebagai berikut:
Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevalauasian bahan bukti tentang informasi yang dapat
diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompoten dan independen untuk
dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kreiteria-kriteria yang
ditentukan.
Soekrisno Agus, 2004 sebagai berikut:
“suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independent, terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemenbeserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-
bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut.
II.Perbedaan Accounting dan Auditing
Accounting Auditing
- Sifat konstruktif - Sifat analitis
- Dilakukan oleh pegawai perusahaan - dilakukan oleh Akuntan
public.
- Pedoman SAK - Pedoman SPAP, Aturan
Etika IAI, S P M.
III. Mengapa diperlukan Audit?
Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu diaudit oleh KAP yang
merupakan pihak ketiga yang independen, Karena:
a) Jika Tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik
yang disengaja maupun tidak disengaja. Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang
dipercaya kewajarannya oleh pihak – pihak yang berkepentingan terhdap laporan keuangan tersebut.
b) Jika Laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini unqualified ( wajar tanpa pengecualian)
dari KAP berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin bahwa laporan keuangan
Tersebut bebas dari salah saji yang material dan sajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
c) Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp. 25 milyar keatas harus memasukan audited
Financial Statements nya ke departemen perdagangan dan perindustrian.
d) Perusahaan yang sudah go public harus memasukan audited financial statementsnya kebapepam
paling lambat 90 hari setelah tahun buku
e) SPT yang didukung oleh Audited Financail statement lebih dipercaya oleh pihak pajak dibandingkan
dengan yang didukung oleh laporan keuangan yang belum diaudit.
IV. JENIS – JENIS AUDIT
Ditinjau dari luasnya pemeriksaan, terdiri dari :
1. General Audit (Pemeriksaan Umum)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh KAP independen dengan tujuan
untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
2. Special Audit (pemeriksaan Khusus)
Suatu pemeriksaan yang terbatas ( sesuai dengan permintaan auditee) yang dilakukan oleh KAP yang
independent yang pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap
kewajaran laporan keuangan secara keleluruhan.
Ditinjau dari jenis pemeriksaan, audit dibedakan menjadi:
1. Manajemen Audit (operational Audit)
Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan
kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan
operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
Prosedur Auditnya terdiri dari:
- Analytical review procedures
Adalah membandingkan laporan keuangan periode berjalan dengan periode lalu, budget dengan
realisasinya serta analisa ratio.
- Evaluasi atas manjemen control system,yaoitu untuk mengetahui apakah SPM dan PI sudah memadai
perusahaan.
- Complaint Test (pengujian ketaatan) yaitu untuk menilai efektifitas dari PI dan SPM dengan melakukan
pemeriksaan secara sampling atas bukti – bukti pembukuan.
ada 4 tahap dalam suatu manajemen audit:
a. Prelimenary Survey ( survei pendahuluan)
b. Reviuw and testing of management control sistem (penelaahan dan pengujian atas sistem
pengendalian management)
c. Detailed Axamination (pengujian terinci)
d. Report development (pengembangan Laporan)
2. Complience audit (pemeriksaan ketaatan)
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan sudah mentaati peraturan dan
kebijakan yang berlaku baik yang ditetapkan oleh perusahaan maupun pihak extern.
3. Internal auditor (pemeriksaan intern)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan
catatan akuntansi keuangan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan.
4. Computer audit
pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memperoses data akuntansinya dengan
menggunakan EDP (electronic Data Processing) System. Ada dua metode yang bisa dilakukan auditor:
1. Audit Around The Computer
2. Audit Through The Computer.
Sedangkan Internal control dalam EDP system terdiri dari:
1. General Control
2. Application Control
V. Peer Review
Adalah suatu penelahaan yang dilakukan terhadap KAP untuk menilai apakah KAP tersebut telah
mengembangkan secara memadai kebijakan dan prosedur pengendalian mutu sebagaimana yang
diisaratkan dalam pernyataan Standar Auditing no.20 oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Adapun Elemen
Pengendalian mutu sbb:
1. Idependensi, integritas dan objektifitas.
2. Manajemen Personalia
3. Penerimaan dan berkelanjutan klien dan penugasan
4. Kenerja penugasan
5. Pemantauan
Profesional Ethics, Legal Liability
Kode Etik Mencakup dua komponen penting yaitu:
1. Principles, yang berkaitan dengan profesi dan praktik auditing, sehingga dapat menerapkan dan
menegakan prinsip – prinsip berikut ini:Integrity, objectivity, confidentiality dan competency.
2. Rules of conduct yang menjelaskan norma perilaku yang diharapkan dari seorang auditor dan
merupakan alat Bantu untuk menginterprestasikan principles ke dalam penerapan praktik dan
dimaksudkan sebagai pedoman prilaku etis auditor.
STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK DAN KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA
1. Standar Profesional Akuntan Publik per 1 januari 2001 terdiri dari lima standar, yaitu
1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan interprestasi pernyataan standar
auditing (IPSA).
2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkapi dengan interpretasi pernyataan Standar
Atestasi (IPSAT).
3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan Interpretasi
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).
4. Pernyataan Standar Jasa konsultasi (PSJK)yang dilengkapi dengan interprestasi pernyataan
Standar Jasa Konsultasi (IPSJK)
5. Pernyataan Standar Pengendalian mutu (IPSM) yang dilengkapi dengan interprestasi pernyataan
standar pengendalian mutu (IPSM).
2. Kode Etik Akuntan Indonesia
Adalah pedoman bagi para anggota ikatan akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab
dan obyektif.
Kerangka Kode Etik IAI, terdiri dari:
1. Prinsip Etika (mengikat seluruh anggota IAI), meliputi:
1. Tanggung Jawab Profesi
2. Kepentingan Umum (publik)
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan
7. Prilaku Profesional
8. Standar Teknis
2. Aturan Etika (tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Etika), meliputi :
1. Independensi, integritas dan objektivitas.
2. Standar Umum prinsip Akuntansi
3. Tanggung jawab klien
4. Tanggung jawab rekan
5. Tanggung jawab praktik lain.
3. Interpretasi Aturan Etika
adalah sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup
dan penerapannya.
4. Tanya dan Jawab.
ETIKA PROFESI
1.Pengertian
Arens & Loebbecke, 2004 Memberikan definisi Etika Profesi:
“ sebagai perangkat prinsip moral atau nilai”.
Perangkat prinsip yang dibangun oleh Josephon Institute for the Advance of Ethics di amerika
serikat (badan usaha nirlaba yang menyusun kode etik professional dalam pemerintahan, hukum,
kesehatan, bisnis, akuntansi, dan jurnalistik, Adalah sebagai berikut:
1. Kejujuran, bersikap benar, tulus, jernih, tidak menipu, tidak berbohong.
2. Integritas, bersikap berprinsip, terhormat, adil berani, tidak bermuka dua.
3. Mematuhi janji, bersikap penuh kepercayaan, mematuhi komitmen, berpegang pada surat perjanjian.
4. Loyalitas, bersikap jujur, dan loyal kepada keluarga, teman, atasan, klien dan negara.
5. Keadilan, berlaku sama terhadap orang lain, menerima dan bertoleransi terhadap perbedaan, tidak
memanfaatkan kesalahan orang lain untuk mendapatkan keuntungan.
6. Kepedulian kepada orang lain, bersikap melayani orang lain, memberikan pertolongan jika dibutuhkan
dan tidak merugikan orang lain.
7. menghargai orang lain, bersikap ramah dan wajar dan tidak merintangai orang lain.
8.Menjadi warga yang bertanggung jawab, menaati hukum dan melaksanakan semua hak dan tanggung
jawab demokrasi.
9.Ketanggunggugatan, menerima tanggung jawab pengambilan keputusan.
2. Kode perilaku akuntan Indonesia, meliputi prinsip-prinsip etika:
1. Tanggungjawab, akuntan harus mewujudkan kepekaan professional dan pertimbangan moral
dalam semua aktivitas mereka.
2. Kepentingan masyarakat, mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai
kepercayaan masyarakat.
3. Integritas, akuntan harus melakasanakan semua tanggungjawab professional dengan integritas
yang tinggi.
4. Objektivitas dan independensi. akuntan public harus bersikap independent dalam kenyataan
dan penampilan pada waktu melaksanakan audit.
5. Keseksamaan, melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemapuan terbaik.
6. Lingkup dan sifat jasa, mematahui prinsip-prinsip perilaku professional dalam menentukan
lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan.
LAPORAN AUDIT
Pada akhir pemeriksaannya, dalam suatu pemeriksaan umum (general audit),KAP akan memberikan
suatu laporan akuntan yang terdiri dari :
1. Lembaran opini
merupakan tanggung jawab akuntan public, dimana akuntan public memberikan pemdapatnya terhadap
kewajaran laporan keuangan yang disusun oleh manajemen dan merupakan tanggung jawab
manajemen.
2. Laporan keuangan, yang terdiri dari :
- Neraca
- Laporan laba-rugi
- Laporan perubahan ekuitas
- Laporan Arus Kas
- Catatan atas Laporan Keuangan, yang antara lain berisi : bagian umum (menjelaskan latar belakang
perusahaan), kebijakan akuntansi dan penjelasan atas pos-pos neraca dan laba rugi.
- Informasi tambahan berupa lampiran mengenai perincian pos-pos penting seperti perincian piutang,
aktiva tetap, hutang beban umum dan adminstrasi serta beban penjualan.
Catatan : Tanggal Laporan Akuntan mempunyai dua tanggal (dual dating), terdiri dari:
1. Tanggal selesainya pemeriksaan lapangan
2. Tanggal terjadinya peristiwa penting
3. Bagian-bagian dari laporan audit bentuk baku
1. Judul laporan Standar
auditing mengharuskan pemberian judul pada laporan dengan memuat kata “Independen”.
2. Alamat yang dituju laporan audit
Lapran ini biasanya ditunjukan kepada perusahaan bersangkutan, pemegang saham atau dewan dereksi
serta komisaris.
3. Paragraf pendahuluan memuat pernyataan bahwa laporan keuangan merupakan tanggung jawab
manajemen dan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan
berdasarkan suatu audit.
4. Paragraf lingkup audit
pernyataan actual mengenai apa yang dilakukan auditor didalam audit.
5. Paragraf pendapat
Memuat kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit.
6. Tandatangan dan nama akuntan public
Menunjukan partner akuntan public atau auditor bertanggung jawab atas audit yang dilakukan.
7. Tanggal laporan audit
tanggal saat auditor telah menyelesaikan bagian terpenting dari prosedur audit dilapangan.
Jenis-jenis pendapat akuntan
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion)
2. Pendapat wajar Tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan
audit bentuk baku ( Unqualified opinion withexplanatory language).
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat ( disclaimer opinion)
Ad. 1. Pendapat Wajar tanpa pengecualian ( Unqualified opinion)
Kondisi untuk laporan wajar tanpa pengecuali terdiri dari:
1. Semua laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, saldo laba, dan laporan arus kas ) sudah
tercakup didalam laporan keuangan dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
3. Telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian (audit evidence) yang cukup mendukung
opininya.
4. Tidak menemukan adanya kesalahan material atas penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
5. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraph penjelasanatau modifikasi kata-kata
dalam laporan.
Ad. 2. Pendapat wajar Tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan yang ditambahkan dalam laporan
audit bentuk baku ( Unqualified opinion withexplanatory language).
Kondisi tersebut meliputi:
1.Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
2.Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan- keadaan yang luar biasa.
3. Diantara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip
akuntansi atau dalam metode penerapannya.
4. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit secara material tidak
kinsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
Ad. 3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Pendapat ini dinyatakan bilamana:
1. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit.
2. Laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang
berdampak material.
3. Sehingga dalam paragraph pendapat harus berisi kata kecuali atau pengecualian.
AD. 4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Pendapat ini dinyatakan bilamana:
“Keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang material atau menyesatkan
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum”.
Ad.5. Pernyataan tidak memberikan pendapat ( disclaimer opinion)
Pendapat ini dinyatakan bilamana:
1. Jika auditor tidak berhasil untuk menyakinkan dirinya sendiri bahwa keseleruhan laporan
keuangan disajikan secara wajar.
2. banyak pembatasan lingkup audit
3. Hubungan yang tidak independen antara auditor dan klien menurut kode etik professional.
Contoh laporan auditor bentuk baku adalah sbb:
Laporan Auditor Independen
No : AO1/II/KAP/02
Tanggal : 25 Februari 2002
Kepada Yth,
Direksi dan dewan Komisaris
PT. RENIKU
Jl. Bougenville No. 47
Jakarta Utara
Kami telah mengaudit neraca PT Reniku per 31 desember 2001 serta laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan
keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada
pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Standar Tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar kami memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi
pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti – bukti yang mendukung jumlah – jumlah dan pengungkapan
dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikasi yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan
secara keseluruhan. Kami yakin bahwa kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut diatas menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan PT. RENIKU per 31 Desember 2001, dan hasil usaha,
perubahan ekuitas serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum diindonesia.
Kantor Akuntan Publik
Dra. Astrid Krisnanti, Ak
(Dra. Astrid Krisnanti, Ak)
Reg. Neg. D-241188
NIAP: 09.0001.03
Latihan Soal?
Saudara adalah seorang auditor sekaligus pemilik kantor akuntan public yang t berada dikota Medan,
pada tanggal 10 Juni 2005 ingin mengajukan audit proposal kepada klien anda yaitu PT. Sentosa Aman,
yang beralamat di jalan Sekeloa No. 10 Bandung, dengan audit fee yang diajukan adalah sebesar Rp.
100.000.000,- ditambah PPN 10%, dengan ketentuan sbb:
25 % pada saat proposal disetujui
50% pada saat penyerahan konsep laporan audit
25 % pada saat penyerahan final audit report
PPH 23 sebesar 7.5 % bisa dipotong dari jumlah fee tersebut.
Dari keterangan diatas anda diminta untuk membuat suatu engagement letter kepada klien anda sesuai
dengan standar auditing yang berlaku umum?
ETIKA PROFESI
1.Pengertian
Arens & Loebbecke, 2004 Memberikan definisi Etika Profesi:
“ sebagai perangkat prinsip moral atau nilai”.
Perangkat prinsip yang dibangun oleh Josephon Institute for the Advance of Ethics di amerika
serikat (badan usaha nirlaba yang menyusun kode etik professional dalam pemerintahan, hukum,
kesehatan, bisnis, akuntansi, dan jurnalistik, Adalah sebagai berikut:
1. Kejujuran, bersikap benar, tulus, jernih, tidak menipu, tidak berbohong.
2. Integritas, bersikap berprinsip, terhormat, adil berani, tidak bermuka dua.
3. Mematuhi janji, bersikap penuh kepercayaan, mematuhi komitmen, berpegang pada surat perjanjian.
4. Loyalitas, bersikap jujur, dan loyal kepada keluarga, teman, atasan, klien dan negara.
5. Keadilan, berlaku sama terhadap orang lain, menerima dan bertoleransi terhadap perbedaan, tidak
memanfaatkan kesalahan orang lain untuk mendapatkan keuntungan.
6. Kepedulian kepada orang lain, bersikap melayani orang lain, memberikan pertolongan jika dibutuhkan
dan tidak merugikan orang lain.
7. menghargai orang lain, bersikap ramah dan wajar dan tidak merintangai orang lain.
8.Menjadi warga yang bertanggung jawab, menaati hukum dan melaksanakan semua hak dan tanggung
jawab demokrasi.
9.Ketanggunggugatan, menerima tanggung jawab pengambilan keputusan.
2. Kode perilaku akuntan Indonesia, meliputi prinsip-prinsip etika:
7. Tanggungjawab, akuntan harus mewujudkan kepekaan professional dan pertimbangan moral
dalam semua aktivitas mereka.
8. Kepentingan masyarakat, mendahulukan kepentingan masyarakat, menghargai
kepercayaan masyarakat.
9. Integritas, akuntan harus melakasanakan semua tanggungjawab professional dengan integritas
yang tinggi.
10. Objektivitas dan independensi. akuntan public harus bersikap independent dalam kenyataan
dan penampilan pada waktu melaksanakan audit.
11. Keseksamaan, melaksanakan tanggung jawab professional dengan kemapuan terbaik.
12. Lingkup dan sifat jasa, mematahui prinsip-prinsip perilaku professional dalam menentukan
lingkup dan sifat jasa yang akan diberikan.
BUKTI AUDIT
Tujuan Audit
Adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material,
sesuai dengan prinsip akuntansi berterima di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai
berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.
Menurut Mulyadi,2002 :
Adalah segala informasi yang mendukung angka – angka atau informasi lain yang disajikan dalam
laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar yang layak untuk menyatakan
pendapatnya. Bukti asudit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari: data akuntansi dan semua
informasi penguat (corrobating information) ysng tersedia bagi auditor.
Tipe Bukti Audit
1. Tipe data Akuntansi
Dapat dikelompokan menjadi dua golongan berikut ini:
1. Pengendalian Intern
2. Catatan Akuntansi
Ad. Pengendalian intern sebagai bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegaiatan perusahaan dapat digunakan untuk
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, dengan demikian kesalahan yang timbuk akan
segera dan secara otomatis dapat diketahui dengan adanya pengecekan silang (cross check) dan cara –
cara pembuktian (proof) yang dibentuk didalamnya.
Ad. Catatan Akuntansi
Jurnal, buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi yang digunakan oleh klien untuk
mengolah transaksi keuangan guna menghasilkan laporan keuangan. Oleh karena itu pada waktu
auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, ia akan
melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan demikian catatan
akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengelohan transaksi keuangan yang telah
dilakukan oleh klien.
2. Tipe Informasi Penguat.
a. Bukti Fisik
adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Tipe bukti
ini pada umumnya dikumpulkan oleh auditor dalam pemeriksaan terhadap persediaan dan Kas.
b. Bukti documenter
Menurut sumbernya bukti audit dapat digolongkan sbb:
1. Bukti documenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirm langsung kepada
auditor.
2. Bukti documenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang disimpan dalam arsip klien.
3. Bukti documenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.
C. Perhitungan
Dilakukan sendiri oleh auditor untuk membuktikan ketelitian perhitungan yang terdapat dalam
catatan klien merupakan salah satu bukti audit yang bersifat kuantitatif.
D. Bukti lisan
Dalam melaksanakan audit, auditor tidak berhubungan dengan angka, namun berhubungan dengan
orang, terutama para manajer. Seperti kebijakan akuntansinya, lokasi catatan dan dokumen, alasan
penggunaan prinsip akuntansi yang berterima umum diindonesia, kemungkinan pengumpulan piutang
usaha yang sudah lama tidak tertagih, dan kemungkinan adanya hutang bersyarat.
E. Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih insentif,
auditor melakukan analisis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan dan biaya
dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.
F. Bukti dari spesialis
Sepesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam
bidang selain akuntansi dan auditing. Contoh adalah pengacara, insinyur sipil, geologist, penilai
(appraiser).
PENGENDALIAN INTERN
(INTERNAL CONTROL)
1. Pengertian Pengendalian intern
Pada tahun 2001, IAI memberikan definisi sebagai berikut:
“Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan
personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
(a) keandalan laporan keuangan
(b) efektivitas dan efisiensi operasi
(c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian intern terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini:
a. lingkungan pengendalian
Menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya.
Lingkungan pengendalian mencakup hal – hal sbb:
a. integritas dan nilai etika
b. Komitmen terhadap kompetensi
c. partispasi dewan komisaris
d. struktur organisasi
e. pemberian wewenang dan tanggung jawab
f, kebijakan dan praktek sumber daya manusia
b. Penaksiran resiko
adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap resiko yang relevan untuk mencapai tujuannya dan
membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana resiko harus dikelola. Resiko dapat timbul dan
berubah karena keadaan berikut ini:
a) perubahan dalam lingkungan operasi
b) Personel baru
c) sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki
d) teknologi baru
e) lini produk, produk atau aktivitas baru
f) restrukturisasi korporasi
g) operasi luar negeri
f) standar akuntansi baru
c. Aktivitas pengendalian
adalah kebijakan dan prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan.
Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai
kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal – hal berikut ini:
a) Review terhadap kinerja
b) Pengolahan informasi
c) Pengendalian fisik
d) Pemisahan tugas
d. Informasi dan komunikasi
adalah pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang
memungkinkan orang melakasanakan tanggung jawab mereka. Auditor harus memperoleh pengetahuan
memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:
a) Golongan transaski dalam operasi entitas yang signifikan bagi laporan keuangan.
b) Bagaimana transaksi tersebut dimulai
c) catatan akuntansi, informasi pendukung dan akun tertentu dalam laporan keuangan yang tercakup
dalam pengolahan dan pelaporan transaksi
d) Pengolahan akuntansi yang cukup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukan kedalam
laporan keuangan.
e. Pemantuan, adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang
waktu.Dan penilaian efektifitas rancangan operasi SPI secara priodik dan terus menerus oleh
manajemen untuk melihat apakah manajemen telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah
diperbaiki sesuai dengan keaadaan.
2. Hubungan pengendalian intern dengan ruang lingkup (scope) pemeriksaan
“ Auditor meyimpulkan apabila pengendalian intern tidak berjalan efektif, maka auditor harus
memperluas scope pemerikasaannya pada melakukan substantive test.
Pengendalain intern memberikan pengaruh terhadap:
- keamanan harta perusahaan
- dapat dipercayai atau tidaknya laporan keuangan perusahaan
- lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan
- Tinggi rendahnya audit fee
- Jenis opini yang akan diberikan akuntan.
3. Ada tiga cara yang bisa digunakan akuntan public, yaitu:
1. Internal control questionnaires
2. Flow chart
3. Narrative.
Ad. 1.Internal control questionnaires
Pertanyaan- pertanyaan yang disusun dengan baik, dengan ketentuan Sbb:
a. Jawaban Ya akan menunjukan ciri internal control yang baik.
b. Tidak akan menunjukan cirri internal control yang lemah
c. Tidak relevan, berarti pertanyaan tersebut tidak relevan untuk perusahaan tersebut.
Ad.2. Flow chart (bagan arus)
Flow chart menggambarkan arus dokumen dalam sistem dan prosedur disuatu unit usaha.
Ad. 3. Narrative
Dalam hal ini auditor menceritakan dalam bentuk memo, sistem dan prosedur akuntansi yang berlaku
diperusahaan.
Keterbatasan pengendalian intern entitas, disebabkan oleh faktor:
- Pertimbangan manusia
- Biaya pengendalian intern
Test Transaksi
Terdiri dari :
1. Compliance Test (Test of recorded transaction)
2. Subtantive Test
1. Bukti audit (audit evidence)
Adalah semua bukti yang mendukung laporan keuangan yang terdiri dari data akuntansi dan semua
informasi penguat yang tersedia bagi auditor.
Bukti audit terdiri dari:
- Jurnal
- cek
- Notulen - rapat
- Buku besar
- catatan electronic fund system - Komfirmasi
- buku pembantu
- Faktur
- Work sheet
- buku pedoman
- Surat kontrak
Catatan: Bukti audit dikatakan kompeten adalah bukti audit harus sah dan relevan.
Menurut Konrath (2002), ada enam tipe bukti audit, yaitu
1. Physical Evidence : terdiri dari segala sesuatu yang dapat dihitung.
Contoh: bukti yang diperoleh dari kas opname, observasi dari dari perhitungan fisik persediaan,
pemeriksaan phisik surat berharga dan inventarisasi aktiva tetap.
2.Confirmation Evidence : bukti yang diperoleh mengenai eksitensi, kepemilikan atau penilaian langsung
dari pihak ketiga diluar klien.
Contoh: konfirmasi piutang, utang, barang berharga yang disimpan biro adm efek, konfirmasi dari
penasehat hukum klien.
3.Documentary Evidence : Terdiri dari catatan-catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung
transaksi.
Contoh: faktur pembelian, faktur penjualan, general ledger, sub ledger.
4.Mathematica Evidence: merupakan perhitungan dan rekonsiliasi yang dilakukan auditor. Contoh:
perhitungan dan alokasi beban penyusutan, perhitungan beban bunga.
5. Analitycal Evidence: bukti yang diperoleh melalui penelaahaan analitis terhadap informasi keuangan
klien. Prosedur analisis bisa dilakukan dalam bentuk:
1. Trend Analysis, yaitu membandingkan angka-angka tahun berjalan dengan tahun- tahun sebelumnya
dan menyelidikan kenaikan/penurunan yang signifikan baik dalam jumlah rupiah maupun persentase.
2. Ratio analysis,misalnya menghitung rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio leverage dan rasio
manajemen asset.
3. Hearsay evidence : merupakan bukti dalam bentuk jawaban lisan dari klien atas pertanyaan –
pertanyaan yang diajukan auditor.
Contoh: pertanyaan –pertanyaan auditor mengenai pengendalian intern, persediaan yang bergerak
lambat atau rusak.
2. Compliance Test
Test ini digunakan untuk membuktikan efektif tidaknya pengendalian intern disuatu perusahaan, dan
dapat diatasi dengan “Compensating Control”.
Dalam melaksanakan compliance test hal- hal yang perlu diperhatikan:
a. kelengkapan bukti pendukung (supporting document)
b. kebenaran perhitungan mathematis
c. otorisasi dari pejabat yang berwenang
d. kebenaran nomor perkiraan yang didebet/dikredit
e. kebenaran posting kebuku besar dan sub buku besar.
3. Subtantive Test
Test ini digunakan untuk membuktikan kewajaran saldo-saldo perkiraan neraca dan laba rugi. Prosedur
pemeriksaan yang dilakukan dalam subtantif test antara lain:
a. Inventarisasi aktiva tetap
b. Observasi atas stock opname
c. Komfirmasi piutang, utang dan bank
d. Kas opname
e. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain.
KERTAS KERJA PEMERIKSAAN
(Audit Working Papers)
1. Pengertian Kertas Kerja Pemeriksaan
Kertas kerja pemeriksaan adalah semua berkas – berkas yang dikumpulkan oleh auditor dalam
menjalankan pemeriksaan, yang berasal:
1. dari pihak klien
2. dari analisa yang dibuat oleh auditor
3. dari pihak ketiga
2. Berkas yang berasal dari klien, misalnya:
a. Neraca saldo (Trial balance)
b. Rekonsiliasi Bank (Bank Reconciliation)
c. Analisa umur piutang (Accounts Receivable Aging Schedule)
d. Rincian persediaan (Final Inventory List)
e. Rincian Utang
f. Rincian Beban Umum dan Administrasi
g. Rincian Beban Penjualan
h. Surat pernyataan langganan
3. Analisis yang dibuat Auditor, misalnya:
a. Berita Acara Kas Opname ( Cash Count Sheet)
b. Pemahaman dan Evaluasi Internal Control
c. Analisa Penarikan Aktiva Tetap
d. Analisa Mengenai cukup tidaknya Allowance for bad debts
e. Working Balance Sheets (WBS)
f. Working Profit and Loss (WPL)
g. Top Shcedule
h. Supporting Schedule
i. Konsep Laporan Audit ( Konsep Audit Report
j. Management Letter
4. Berkas yang diperoleh dari pihak ketiga, misalnya:Jawaban konfirmasi:
a. Piutang
b. Utang
c. Dari Bank
d. Dari Penasehat hukum perusahaan
5. Tujuan Kertas Kerja Pemeriksaan
1. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan
2. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesional
Akuntan Publik.
3. Sebagai Referensi dalam hal ada pertanyaan dari:
a. Pihak Pajak
b. Pihak Bank
c. Pihak Klien
4. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten (seluruh Tim Audit) sehingga dapat dibuat evaluasi
mengenai kemampuan asisten sampai dengan partner, sesudah selesai suatu penugasan.
5. Sebagai pegangan untuk audit tahun berikutnya.
6. Kertas kerja dikelompokan dalam :
1. Current File (Berkas tahun berjalan)
2. Permanent File (Berkas permanent)
3. Correspondance File (Berkas surat menyurat)
Ad.1.Current File, berisi kertas kerja mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan,misalnya:
- Neraca saldo
- Berita acara kas opname
- Rekonsiliasi Bank
- Rincian Piutang
- Rincian persediaan
- Rincian Utang
- Rincian Biaya, dan lain-lain
Ad.2. Permanent File, berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun
Misalnya: - Akte pendirian
- Buku Pedoman akuntansi ( Accounting manual)
- Kontrak-kontrak
- Notulen Rapat
Ad.3. Correspondence File
Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat menyurat, facsimile dan lain-lain.
7. Kriteria untuk pembuatan kertas kerja pemeriksaan yang baik, terdiri dari:
1. Kertas kerja pemeriksaan harus mempunyai tujuan
2. Harus dicegah menulis kembali kertas kerja pemeriksaan sebab banyak kerugiannya.
3. Dalam kertas kerja pemeriksaan harus dijelaskan prosedur audit apa yang dilakukan dengan
menggunakanaudit tick mark.
4. Kertas kerja pemeriksaan harus di index/cross index
5. Kertas kerja harus diparaf oleh orang yang membuat dan mereview working papers sehingga dapat
diketahui siapa yang bertanggung jawab.
8. Pemilikan dan Penyimpanan Kertas Kerja Pemeriksaan
1. Kertas kerja pemeriksaan adalah milik akuntan public. Hak auditor sebagai pemilik kertas kerja
pemeriksaan terikat pada batasan-batasan moral yang dibuat untuk mencegah kebocoran-kebocoran
yang tidak semestinya mengenai kerahasiaan (confidentiality) data klien.
2. Akuntan publik harus mengambil langkah-langkah yang tepat untuk keamanan kertas kerja
pemeriksaan dan menyimpan kertas kerja tersebut sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku
(minimal lima tahun).
PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT (AUDIT PLAN)
1.Audit Plan (Perencanaan Pemeriksaan)
Standar Pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut:
“ Pekerjaan harus direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya”.
Dalam perencanaan audit, Auditor harus mempertimbangkan, antara lain:
a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri dimasa satuan usaha
tersebut beroperasi didalamnya.
b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut.
c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha terserbut dalam mengolah informasi akuntansi yang
signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar untuk mengolah informasi akuntansi pokok
perusahaan.
d. Penetapan tingkat resiko pengendalian yang direncanakan.
e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
f. Pos Laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian.
g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, seperti resiko
kekeliruan dan ketidakberesan yang material atau adanya transaksi antar pihak – pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
Catatan : Agar dapat membuat perencanaan audit sebaik –baiknya, auditor harus memahami bisnis klien
dengan sebaik – baiknya (understanding client business), termasuk sifat dan jenis usaha klien, struktur
organisasinya, struktur permodalan, metode produksi, pemasaran, distribusi dll.
Auditor harus menyusun audit plan, segera setelah engagement letter disetujui oleh klien.
Adapun isi dari audit Plan mencakup:
1. Hal – hal mengenai klien
2. hal – hal yang mempengaruhi klien.
3. Rencana kerja auditor.
Ad. 1. Hal – hal mengenai Klien
a.Bidang Usaha klien, Alamat, Nomor telepon, facsimile. Dll
b.Status hukum perusahaan (berdasarkan akte pendirian)
- nama pemilik
- Permodalan
c.Accounting Policy ( Kebijakan Akuntansi)
1. Buku – buku yang digunakan:
i. Buku penjualan
ii. Buku pembelian
iii. Buku kas/bank
iv. Buku memorial
2. Metode pembukuan:
a. Manual
b. Komputer
c. Mesin pembukuan
d.Neraca Komperative dan perbandingan penjualan, laporan laba rugi tahun lalu dan sekarang.
e. Client Contact.
Yaitu mengenai nama dari orang – orang yang akan sering dihubungi auditor.
- Presiden direktur
- Controller, chief Accountant
f. Accounting, auditing dan Tax Problem.
1. Accounting Problem, misalnya:
- perubahan metode pencatatan dari manual ke komputer
- Revaluasi fixed asset
- Perubahan metode atau tariff penyusutan
2. Auditing problem, misalnya:
- hasil konfirmasi tahun lalu tidak memuaskan
- perubahan accounting policy
3. Tax Problem, misalnya
- masalah restitusi, kekurangan penyetoran
- adanya 2 pembukuan didalam perusahaan
ad. 2. Hal – hal yang mempengaruhi klien
bisa didapat dari majalah – majalah ekonomi/surat kabar, antara lain : Business News, ekonomi
keuangan Indonesia.
Contoh: adanya peraturan – peraturan baru yang dapat mempengaruhi klien.
Ad. Rencana Kerja Auditor
a.Staffing
- nama patner
- nama manager
- nama suvervisor
- nama senior
- nama asisten
b. Waktu pemeriksaan
1. waktu dimulainya suatu pemeriksaan
2. beberapa lama waktu pemeriksaan
3. Dead line, dalam arti laporan pemeriksaan:
- selesai kapan?
- dikirim kemana dan waktu sampainya kapan
- kepada siapa report itu dikirim
4. Budget, baik dalam jumlah kerja maupun biaya pemeriksaan.
Latihan 1
Kantor akuntan publik : Dra. Astrid Krisanti, Ak mendapat kepercayaan untuk memeriksa laporan
keuangan dari PT RASUNA di Bandung untuk tahun buku 2002, sebelum melaksanakan pemeriksaan
kantor akuntan public ini membuat surat penugasan yang merupakan kesepakatan antara kantor
akuntan public dan klien untuk pelaksanaan audit dan pelayanan lain yang terkait. Adapun isi dari surat
penugasan tersebut terdiri dari informasi mengenai:
1)Peraturan audit untuk PT Rasuna
2) Tujuan Penugasan
3)Pembatasan yang dikenakan terhadap pekerjaan auditor, dalam lingkup pengendalian internal
saja tidak untuk menemukan kecurangan.
4) Batas waktu penyelesaian audit, meliputi:
- Pemeriksaan Interim mulai dari 05 – 10- 02 s/d 23 – 10 -02
- Komentar atas struktur pengendalian intern 02 – 11 -02
- Tutup buku dan pemeriksaan akhir tahun dari 05 – 02 – 03 s/d 21 – 02 – 03
- Pengiriman laporan dan SPT 03 – 03 - 03
5) Bantuan yang akan diberikan klien
6) Besarnya fee yang diajukan sebesar Rp. 50.000.000,-
Dari data diatas saudara diminta untuk membuat surat penugasan dari kantor akuntan public tersebut
terhadap kliennya.
Latihan 2
Pada pertengahan tahun 2004, anda ditunjuk sebagai auditor pelaksana (account Incharge) oleh KAP
tempat anda bekerja, dalam audit atas laporan keuangan PT Bahama Yang merupakan salah satu klien
utama kantor akuntan tersebut. Walaupun PT Bahama merupakan klien lama namun bagi anda
penugasan audit pada perusahaan tersebut merupakan yang pertama kali. Anda telah menerima surat
penugasan untuk audit yang meliputi tahun kalemder yang berakhir pada tanggal 31 desember 2004
beserta daftar personil yang ditunjuk sebagi staf dalam audit tersebut. Anda bertanggung jawab untuk
membuat perancanaan dan melakukan supervisi atas pekerjaan lapangan penugasan tersebut.
Diminta: Uraikan Persiapan yang diperlukan dalam perencanaan audit tahunan atas PT Bahama, adapun
sumber informasi yang perlu anda ketahui adalah sbb:
1. PT Bahama berkantor dijalan panglima polim No. 125 jakarta selatan, sedangkan pabriknya
berlokasi di jl. Naragong No. 1 – 5 bekasi utara.
2. Perusahaan ini bergerak dibidang pabrikasi almunium
3. Susunan dewan pengurus mulai dari dewan komisaris sampai dengan manajer – manajer devisi
yang ada dalam perusahaan tersebut.
4. Permodalan perusahaan terdiri dari modal pribadi sebesar Rp. 5.000.000.000,-
5. Adapun kebijakan akuntansinya sbb:
a) L/K disusun berdasarkan harga perolehan ( at cost), laporan arus kas dengan metode langsung, L/R
dengan multiple – step, neraca dengan bentuk staffel.
b) Persediaan bahan baku penilaiannya berdasarkan lifo perpetual, WIP berdasarkan atas taksiran
ekuivalen unit selesai dan persediaan barang jadi didasarkan pada metode FIFO periodic.
c) Piutang usaha : perusahaan membuat penghapusan piutang tak tertagih dengan metode cadangan
kerugian piutang.
d) Penyertaan dalam bentuk saham:
Bentuk saham terdiri dari 20% saham preferen, dan 30% saham biasa dan deviden dibagikan setiap akhir
tahun.
e) Aktiva tetap
Berdasarkan harga perolehan dengan metode penyusutan double declining, taksiran umur ekonomis
didasarkan pada ketetapan yang berlaku.
f) Biaya perijinan :
Selama lima tahun dengan metode straight – line
g) Utang /piutang dalam rangka hubungan khusus
Jabarkan syarat –syarat sebagaimana transaksi normal.
h) Pengakuan pendapatan
Pendapatan berasal dari penjualan, barang dalam proses, pada saat penerimaan kas dan pada saat
barang selesai.
i) Transaksi dan penjabaran mata uang
Pembukuan perusahaan didasarkan pada mata uang rupiah
j) Taksiran pajak penghasilan
Perusahaan menganut deffered tac accounting method atas perbedaan waktu
k) Tahun buku
Berjalan dari tanggal 1 Januari s/ d 31 desember
Catatan : Untuk data – data selanjutnya dalam penyusunan audit planning sesuaikan dengan lingkup
usaha klien.
Kuis : Mata Kuliah Teori Auditing
Dosen : Wiwi Idawati, SE., M.Si., Ak
Soal 1
Tunjukanlah perbedaan antara standar auditing yang berlaku umum dan prinsip akuntansi yang berlaku,
dan berikan dua contoh untuk masing – masing.
Soal 2
Standar pekerjaan lapangan yang pertama mewajibkan agar audit dilaksanakan satu atau
sekelompok orang yang berlatang belakang pendidikan formal yang memadai dan berpengalaman kerja
sebagai auditor. Dengan cara apa sajakah seorang auditor dapat memenuhi persyaratan standar itu?
Soal 3.
Apa jenis pendapat yang harus dikeluarkan auditor jika laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, karena ketaatan pada prinsip tersebut mengakibatkan laporan
keuangan menjadi menyesatkan.
Soal 4.
Apa tujuan dari paragraf pendapat dalam laporan auditor? Sebutkan informasi penting yang terdapat
pada paragraf ini.
Soal 5.
Mengapa independensi seorang auditor itu esensial sekali? Dan jelasakn perbedaan independence in
fact dan independensi in appearance ?
Soal 6.
Jelaskan perlunya kode etik profesi untuk akuntan public. Dimanakah kode etik profesi akuntan publik
harus sama dan harus berbeda dari kode etik profesi – profesi lainnya seperti pengacara atau dokter?
Soal 7
Bandingkan kepentingan manajemen mengenai internal control dengan kepentingan auditor mengenai
internal control?
Soal 8.
Didin, seorang karyawan PT. Air sehat yang sangat kompeten dan telah memegang tanggung jawab
dalam masalah- masalah yang berkaitan dengan bidang akuntansi selama dua decade. Kesetiaannya
pada perusahaan dan tugasnya selalu tanpa pengecualian, selama bertahun – tahun tanggung jawab
yang dipercayakan kepadanya semakin besar, Baik direktur utama maupun patner dari akuntan publik
yang mengaudit PT. Air Sehat sangat terkejut ketika mendapati bahwa didin telah menggelapkan lebih
dari Rp. 100.000.000,- uang perusahaan selama kurun waktu sepuluh tahun dengan tidak mencatat
tagihan – tagihan kedalam jurnal penjualan dan selanjutnya menggelapkan penerimaan kas.
Dari narasi diatas apakah faktor yang utama yang memungkinkan terjadinyadefalkasi tersebut?
Kuis: Lab auditing
Dosen: Wiwi Idawati, SE., M.Si., Ak
Saudara adalah seorang auditor sekaligus pemilik kantor akuntan public yang berada dikota Medan,
pada tanggal 15 April 2005 ingin mengajukan audit proposal kepada klien anda yaitu PT. Sentosa Aman,
yang beralamat di jalan Sekeloa No. 10 Bandung, dengan audit fee yang diajukan adalah sebesar Rp.
75.000.000,- ditambah PPN 10%, dengan ketentuan sbb:
250% pada saat proposal disetujui
40% pada saat penyerahan konsep laporan audit
20 % pada saat penyerahan final audit report
PPH 23 sebesar 7.5 % bisa dipotong dari jumlah fee tersebut.
Dari keterangan diatas anda diminta untuk membuat suatu engagement letter kepada klien anda sesuai
dengan standar auditing yang berlaku umum?
Materialitas dan Resiko Audit
Depinisi Materialitas
Menurut Arens, dkk (2003):
“ Jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi, dalam kaitannya dengan
kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang
berkepentingan berubah atau berpengaruh oleh salah saji tersebut.
Menurut Mulyadi, 2001
“ Besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang
yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah
saji.
Tingkatan materialitas
1.Jumlahnya tidak material
Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi tidak mempengaruhi keputusan pemakai
laporan keuangan.
2.Jumlahnya material tetapi tidak menggangu laporan keuangan secara keseluruhan.
Jika salah saji dalam laporan keuangan dapat mempengaruhi keputusan pemakai, tetapi secara
keseluruhan laporan keuangan tersebut tersaji dengan benar, sehingga tetap berguna.
3. Jumlahnya sangat material sehingga mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan.
Jika para pemakai laporan keuangan menggunakan laporan yang salah saji secara material maka hal
tersebut berakibat pengambilan keputusan yang diambil menjadi salah.
Salah saji dalam laporan keuangan dapat terjadi yang disebabkan oleh :
- Penerapan prinsip yang salah
- Penyimpangan fakta
- Kesengajaan menghilangkan informasi yang diperlukan.
Tahap – Tahap dalam menerapkan materialitas
1. Menentukan pertimbangan awal materialitas
2. pertimbangan awal salah saji dalam segmen
3. estimasi total salah saji dalam segmen
4. Estimasi salah saji gabungan
5. Memperbandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal materialitas.
Faktor yang mempengaruhi pertimbangan materialitas
1.Faktor kualitatif, antara lain:
- Salah saji yang mengandung konsekuensi hukum
- Salah saji dikarenakan sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan.
- Salah saji yang menyababkan trend laba
1. Faktor kuantitatif.
Berkaitan dengan hubungan salah saji dengan pos – pos dalam laporan keuangan, laba bersih sebelum
pajak dalam laporan keuangan, total aktiva lancar/ aktiva/ ekuitas pemegang saham dalam neraca.
Dibawah ini digambarkan pedoman materialitas berdasarkan kelajiman dalam praktek, menurut
mulyadi (2002) sbb:
Tingkat materialitas Dasar Pengukuran.
5 – 10% Laba Operasi sebelum pajak
0,5 – 1 % Pendapatan Kotor
0,5 – 1 % Total aktiva
1% Pasiva
Konsep Resiko Audit
SPAP (2001: 312.1) “ Resiko audit adalah resiko yang terjadi dalam hal auditor tanpa disadari tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung
salah saji material”.
Menurut Boyton (2002) dialih bahasakan oleh ichsan, resiko audit adalah “resiko bahwa auditor
mungkin tanpa sengaja telah gagal untuk memodifikasikan pendapat secara tepat mengenai laporan
keuangan yang mengandung salah saji yang material.
Menurut Mulyadi, 2002 Pengertian Resiko Audit sbb:
“ Resiko audit adalah resiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material”.
Dapat dibagi menjadi dua bagian:
1. Resiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan.
2. Resiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan dalam
laporan keuangan.
3.
Definisi Penentuan Resiko
Adalah identifikasi dan analisis risiko-risiko yang relevan untuk mencapai tujuan entitas yang
membentuk suatu dasar untuk menentukan cara pengelolaan resiko. Karena kondisi ekonomi, industri,
peraturan dan operasi akan terus berubah, maka dibutuhkan mekanisme untuk mengidentifikasi dan
menangani resiko-resiko khusus yang berhubungan dengan perubahan.
Resiko berasal; dari dalam dan luar entitas bisnis, contoh :
1. Sebuah perusahaan pesaing memperkenalkan produk atau jasa baru yang membutuhkan
tindakan segera dan menciptakan tujuan baru dengan menurunkan prioritas tujuan sebelumnya.
2. Seorang manajer yang tidak kompeten mengabaikan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Siapa yang memanfaatkan penentuan resiko?
1. Manajemen, menggunakan penentuan resiko sebagai alat yang penting dalam merancang sistem –
sistem baru.
2. Akuntan publik, menggunakan penentuan resiko untuk mendapatkan pemahaman atas sistem
control dalam merencanakan audit mereka.
3. Internal auditor, menggunakan penentuan resiko yang mengarakahan laporan tahunan manajemen
untuk mengemukakan kondisi sistem control.
Memperluas Audit Berbasis Resiko, dengan didasarkan pada pilihan-pilihan sbb:
- Kontrol : Aktivitas organisasional untuk mengurangi elemen-elemen resiko baik dari segi besaran
maupun jumlah.
- Penerimaan resiko dengan memperbolehkan resiko kehati-hatian yang diperlukan untuk kamajuan dan
keuntungan.
-Penghindaran resiko yang melibatkan perancangan ulang proses bisnis untuk mengubah resiko
- Pendiversifikasikan resiko dengan menyebarkan total resiko keoperasi-operasi yang terpisah.
Organisasi tanpa proses manajemen Resiko, peran audit internal untuk:
1. Mengidentifikasi kesadaran manajemen dan dewan komisaris akan resiko dan menentukan
penyelesaiannya melalui proses manajemen resiko.
2. Memberitahu manajeman kekurangan yang ada pada proses manajemen risiko dan memberikan
saran untuk melaksanakan proses seperti itu.
Resiko audit dan komponen-komponennya pada audit laporan keuangan
Ada dua tingkatan dalam resiko audit:
1. Pada tingkat laporan keuangan
2. Pada saldo akun (tingkat kelompok transaksi)
Ad 1. Pada tingkat laporan keuangan
Resiko audit adalah bahwa auditor mungkin secara tidak sengaja gagal memodifikasi dengan layak
pendapatnya atas laporan keuangan yang salah saji secara material.
Pada tingkatan ini ada beberapa tingkatan yang harus diperhatikan:
1. Karekteristik manajemen
- kebijakan manajemen didominasi hannya oleh satu orang.
- manajemen memiliki prilaku yang sangat agresif terhadap pelaporan keuangan.
- manajemen sangat berlebihan dalam menekan pencapaian proyeksi laba.
2. Karakteristik operasi dan industri
- profitabilitas dibandingkan dengan industrinya ternyata tidak memadai atau tidak konsisten.
- Organisasi entitas bersifat desentralistis tanpa pengawasan aktivitas yang memadai
3. Karakteristik penugasan
- Terdapat transaksi- transaksi atau saldo-saldo yang signifikan yang sulit diaudit.
- Terdapat transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dalam jumlah yang signifikan
atau tidak biasa.
Ad. 2. Pada saldo akun, ada tiga komponen
1. Risiko bawaan
adalah penetapan auditor akan memungkinkan adanya salah saji dalam segmen audit yang melewati
batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern.
Resiko bawaan dipengaruhi oleh faktor – faktor :
- sifat bidang usaha dari perusahaan,
- Integritas manajemen ( jika manajemen didominasi oleh satu atau dua orang yang integritasnya
kurang, maka kemungkinan bahwa laporan keuangan disalah sajikan akan lebih manajemen.
2. Resiko Pengendalian (control risk)
adalah resiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah
atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
3. Resiko deteksi (detection risk)
adalah resiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji yang material yang terdapat dalam suatu
asersi.
Model Resiko Audit
1. Model resiko audit yang digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa
besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
RA = RB X RP X RD
Dimana : RA = Resiko Audit
RB = Resiko Bawaan
RP = Resiko Pengendalian
RD = Resiko Deteksi
2.Model resiko audit yang digunakan untuk menentukan beberapa besar resiko bawaan dalam suatu
penugasan audit, maka dari rumus diatas dapat diturunkan rumus sbb:
RB= RA
RP x RD
Pengembangan persediaan resiko mencakup proses yang terdiri dari 4 tahap:
1. Identifikasi risiko-risiko puncak
2. mengonsolidasikan dan mengorganisasikan risiko-risiko tersebut.
3. membuat model persediaan resiko dan daftar resiko
4. mengelola persediaan resiko tersebut.
Resiko terdiri dari :
1. Resiko eksternal
- lingkungan
- pasar keuangan
- bencana
- peringkat
2. Resiko internal
- Sumber daya manusia
- informasi dan teknologi
- Akuntansi dan pelaporan
- keuangan.
Resiko kecurangan manajemen (manajemen fraud)
Untuk menditeksi hal ini manajemen audit dapat melalui prosedur analitis sbb:
1. membuat ekspektasi kuantatif untuk saldo akun
2. membuat risiko investigative dan saldo materialitas kuantitatif
3. membandingkan saldo akun actual dengan ekspektasi auditor.
Tiga elemen untuk proses evaluasi resiko:
1. kondisi
2. motivasi
3. tingkah laku.
AUDIT DALAM LINGKUNGAN SISTEM INFORMASI KOMPUTER
PENDAHULUAN
Audit sistem informasi umumnya digunakan untuk menjelaskan dua jenis aktivitas yang berbeda
dengan yang terkait dengan komputer, terdiri dari
1. Audit melalui komputer
untuk menjelaskan proses peninjauan dan mengevaluasi pengendalian internal dalam sebuah sistem
pemerosesan data elektronik.
2.Audit dengan komputer
Jenis aktivitas ini biasanya dilaksanakan selama pengujian subtantif atas saldo rekening.
Dengan demikian prosedur audit yang digunakan leh auditor lebih berfokus kepada:
1. Pemeriksaan fisik dan konfirmasi aktiva
2. pengujian rinci
3. ukuran sampel yang lebih besar
4. penggunaan lebih banyak teknik audit berbantuan komputer.
Penggunaan Teknik audit berbantuan komputer, dengan alasan:
1. tidak adanya dokumen masukan atau tidak adanya jejak auditdalam sistem informasi
komputer.
2. dibutuhkannya peningkatan efektivitas dan efisiensi prosedur audit dalam pemeriksaan,
Manfaat TABKL:
1. Pengujian rincian transaksi dan saldo seperti: penggunaan perangkat lunak audit untuk menguji
semua sampel transaksi dalam file komputer.
2. Prosedur reviuw analitik seperti penggunaan perangkat lunak audit mengidentifikasikan unsure
atau fluktuasi yang tidak biasa.
3. Pengujian pengendalian (test of control) atas pengendalian umum sistem informasi
komputer seperti: penggunaan data uji untuk menguji prosedur akses ke perpustakaan program.
4. mengelompokan data berdasarkan kriteria tertentu
5. Membuat laporan, mengedit dan memformat keluaran.
Dalam menghadapi lingkungan sistem informasi komputer, auditor dituntut untuk
mempertimbangkan penggunaan teknik audit berbantuan komputer berikut ini:
1. penggunaan perangkat lunak audit (audit software)
2. penggunaan data uji (test data) untuk tujuan audit.
3. Soal ?
1. Sebutkan apakah pernyataan dibawah ini benar atau salah dan berikan alasan anda.
a. bahan bukti audit yang dikumpulkan untuk setiap klien seharunya kurang lebih sama tanpa
memandang kondisi masing – masing.
b. Jika resiko audit yang dapat diterima untuk 2 klien yang berbeda adalah sama, bahan bukti audit
untuk kedua klien tersebut seharusnya kurang lebih sama juga.
c. Jika resiko audit yang dapat diterima, resiko bawaan dan resiko pengendalian kurang lebih sama
untuk dua klien yang berbeda, maka pengumpulan bahan bukti audit untuk kedua klein tersebut
seharusnya kurang lebih sama.
2.Pernyataan berikut ini berhubungan dengan penggunaan model resiko audit:
Misalkan auditor sedang melakukan audit tahun kelima atas kantor walikota Jakarta selatan dan
berkesimpulan bahwa resiko audit dapat ditetapkan tinggi, sedang resiko bawaan dan pengendalian
harus ditentukan rendah.
a) Untuk audit atas pemeliharaan dan perbaikan, risiko bawaan dan resiko pengendalian ditetapkan
masing – masing 20%. Resiko audit adalah 5%. Hitung risiko penemuan yang direncanakan.
b) Dalam situasi seperti ini berapa banyak bahan bukti yang harus dikumpulkan.
Pemeriksaan Kas Dan Setara Kas
1. Pengertian
Menurut PSAK No. 2 tahun 2002:
“Kas terdiri dari : saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.
Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang
signifikan”.
Contoh dari perkiraan – perkiraan yang bisa digolongkan sebagai kas dan bank , Sbb:
- Kas Kecil (Petty cash) dalam rupiah maupun mata uang asing
- Saldo rekening giro di bank dalam rupiah maupun mata uang asing
- Bon sementara
- Bon-bon kas kecil yang belum di reimbursed
- Check tunai yang akan didepositokan.
Contoh dari perkiraan – perkiraan yang tidak dapat digolongkan sebagai kas dan bank pada neraca Sbb:
- Deposito berjangka (Time deposit) yang jatuh tempo lebih dari 3 bulan
- Check mundur dan check kosong
- Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (Sinking Fund)
- Reking giro yang tidak dapat segera digunakan baik dalam maupun diluar negeri, misalnya karene
dibekukan.
2. Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Kas dan Setara Kas
1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara kas transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.
2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal neraca betul-betul
ada dan dimiliki perusahaan (existence).
3. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
3. Prosedur Pemeriksaaan Kas dan Setara Kas
1. Pahami dan evaluasi Internal control atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dan bank
2. Buat Top Schedule kas dan setara kas per tanggal neraca (misal per 31-12-2002)
3. Lakukan Cash count (perhitungan pisik uang kas)
4. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dari kasor dalam hal tidak dilakukan atas kas
opname.
5. Kirim konfirmarsi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan.
6. Minta rekonsiliasi bank per tanggal neraca
7. Lakukan pemeriksaan atas rekonsiliasi bank tersebut.
8. Review jawaban konfirmasi dari bank
9. Periksa inter bank +/- 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca.
10.Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan
lapangan.
11. Pemeriksaan saldo kas terhadap mata uang asing
12.Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
13. Buat kesimpulan mengenai kewajaran kas dan setara kas.
MATERIALITAS DAN RESIKO
1. Pengertian
Definisi materialitas menurut Financial Accounting Standard Board No. 2 dalam Arrens & Loebecke
(1996:42) yang telah dialih bahasa oleh Amir Abadi Yusuf dinyatakan bahwa:
“Jumlah atau besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi, dalam kaitannya dengan
kondisi yang bersangkutan, mungkin membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang
berkepentingan berubah atau berpengaruh oleh salah saji tersebut”.
Menurut Mulyadi (2001,158) :
“Besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang
yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah
saji”.
2. Tiga Tingkatan Materialitas yaitu:
1. Jumlahnya tidak material
Jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan, tetapi tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan
keuangan.
2. Jumlahnya material tetapi tidak menggangu laporan keuangan secara keseluruhan.
Jika salah saji dalam laporan keuangan, dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan,
tatapi secara keseluruhan laporan keuangan tersebut tersaji dengan benar, sehingga tetap berguna.
3. Jumlahnya sangat material sehingga mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan.
Salah saji dalam laporan keuangan dapat terjadi yang disebabkan oleh:
- Penerapan prinsip yang salah
- Penyimpangan fakta
- Kesengajaan menghilangkan informasi yang diperlukan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertimbangan Materilitas
1. Faktor kualitatif
Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji :
- Salah saji yang mengandung konsekuensi hukum
- Salah saji dikarenakan sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan
2. Faktor Kuantitatif
Pertimbangan berkaitan dengan hubungan salah saji dengan pos-pos dalam laporan keuangan, meliputi:
- Laba bersih sebelum pajak
- Total aktiva lancar/aktiva/ekuitas pemegang saham.
Menurut Mulyadi (2002), pedoman materialitas berdasarkan kelaziman dalam praktek sbb:
Tingkat Materialitas Dasar Pengukuran
5 – 10% Laba operasi sebelum pajak
0,5 – 1% Pendapatan kotor
0,5 – 1% Total Aktiv
1% Pasiva.
4. Konsep Resiko Audit
Menurut Mulyadi, 2002 Pengertian Resiko Audit sbb:
“ Resiko audit adalah resiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji
material”.
Dapat dibagi menjadi dua bagian:
d. Resiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan.
e. Resiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang
dicantumkan dalam laporan keuangan.
5. Kompenen – kompenen Resiko Audit:
1. Resiko bawaan (inherent Risk)
Kerentanan suatu saldo akun atau golangan transaksi suatu salah saji material.
Beberapa faktor yang perlu ditelaah auditor dalam menetapkan resiko bawaan:
- Sifat bidang usaha klien
- Integritas manajemen
- Kerentanan terhadap Fraud
2. Resiko Pengendalian (control risk)
adalah resiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah
atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
3. Resiko deteksi (detection risk)
adalah resiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji yang material yang terdapat dalam suatu
asersi.
6. Model Risko Audit
1.Model resiko audit yang digunakan terutama untuk tahap perencanaan dalam menentukan berapa
besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam tiap siklus.
Rumusnya adalah sebagai berikut:
RA = RB X RP X RD
Dimana : RA = Resiko Audit
RB = Resiko Bawaan
RP = Resiko Pengendalian
RD = Resiko Deteksi
2.Model resiko audit yang digunakan untuk menentukan beberapa besar resiko bawaan dalam suatu
penugasan audit, maka dari rumus diatas dapat diturunkan rumus sbb:
RA
RP x RD
Berikut ini adalah daftar nama dan nilai akun PT. Sejahtera: (dalam Rp)
Rekening 2002 2001
Modal saham 352.000.000 302.000.000
Investasi 493.000.000 241.000.000
Akumulasi dep. bangunan (11.000.000) (10.000.000)
Kas 64.000.000 71.000.000
Laba ditahan 398.700.000 265.000.000
Bangunan 167.000.000 147.000.000
Utang wesel 99.000.000 49.500.000
Tanah 141.500.000 92.500.000
Agio saham 57.500.000 47.500.000
Persediaan 13.500.000 10.000.000
Utang dagang 16.000.000 15.000.000
Piutang dagang 109.000.000 56.000.000
Akumulasi depr. Peralatan (7.300.000) (7.000.000)
Utang obligasi 250.000.000 200.000.000
Peralatan 187.000.000 162.000.000
Informasi tambahan :
sampai dengan 31 desember 2002 ada beberapa data yang masih belum dicatat sehingga harus di
sesuaikan antara lain:
1. Persediaan sudah terpakai belum dicatat sebesar Rp. 4.500.000
2. Pendapatan sewa diterima dimuka sudah menjadi
Kewajiban sebesar Rp. 3.000.000
3. Piutang usaha yang belum dibayar oleh debitur Rp. 2.500.000
4. Asuransi yang belum dibayarkan Rp. 1.000.000
5. Utang usaha yang sudah harus dilunasi Rp. 11.000.000