automatisasi penyulang segar final
DESCRIPTION
feederTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Area Bintaro merupakan salah satu dari unit yang berada dalam wilayah pengusahaan
PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, dengan jumlah pelanggan sebanyak 278.276 (per
Oktober 2012) dan pendapatan penjualan listrik perbulan sebesar 74 miliar. Komposisi
pelanggan Area Bintaro didominasi pelanggan rumah tangga yang mencapai 90 % dari total
pelanggan Area Bintaro. Demikian juga halnya pendapatan penjualan tenaga listriknya
didominasi oleh pendapatan tarif rumah tangga. Ini berdampak pada rata-rata penjualan per kwh
yang tidak setinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Jakarta.
Gambar 1.1 Data Asset Area Bintaro
Namun demikian terdapat beberapa kawasan dalam wilayah area Bintaro yang penduduk dan
arealnya dapat dikategorikan elit, seperti misalnya Kawasan Bintaro Sektor 7 dan Sektor 9 yang
semenjak tahun 2010 sudah di deklarasikan oleh manajeman sebagai kawasan World Class
Services (WCS). Di 2 sektor ini, terdapat cluster-cluster perumahan mewah serta pusat-pusat
bisnis dan perkantoran dalam jumlah cukup banyak. Dari sisi potensial pendapatan, kedua sektor
ini dapat dikategorikan premium dalam struktur penyumbang pendapatan total Area Bintaro.
Kawasan Sektor 7 dan Sektor 9 tersebut sebagian besar disuplai oleh penyulang Segar yang
ditopang oleh penyulang express Sanur. Dari data gangguan tegangan menengah sampai
Nopember 2012 tercatat terjadi gangguan pada penyulang Segar tersebut sebanyak enam kali
dan dengan rata-rata recovery time selama lima jam tiga puluh menit. Dari hasil realisasi tersebut
tentunya belum dapat memenuhi kepuasan dari pelanggan mengingat dengan tingkat pendidikan
dan penghasilan masyarakat pada kawasan tersebut, tentu saja harapan masyarakat akan
tingkat keandalan yang tinggi juga sangat besar.
Untuk memenuhi harapan dan standar pelayanan kelas dunia tersebut perlu dilakukan langkah-
langkah teknis khususnya untuk meningkat keandalan dan recovery time, Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut penulis membuat inisiatif statejik melalui program rekonfigurasi dan
1
automatisasi penyulang Segar dengan menggunakan standar topologi Remote Control (RC) ideal
sesuai dengan standar Area Pengatur Distribusi (APD) PLN Disjaya Tangerang.
Gambar 1.2 Peta Jaringan (GH dan GI) Area Bintaro
1.2 Tujuan Stratejik
Dalam project assignment ini, tujuan yang ingin dicapai melalui program automatisasi
penyulang segar adalah :
- Meningkatkan waktu penormalan/pemulihan penyulang Segar menjadi kurang dari 1 jam
- Menghapus citra PLN hanya bisa menagih piutang dengan cara yang kasar tanpa diimbangi
pelayanan yang baik
- Pertimbangan perlakuan tarif regional/domestik/b2b untuk ke dua kawasan tersebut. (Project)
Assignment ini akan dilaksanakan dan diterapkan dalam waktu 3-6 (tiga bulan ).
2
BAB 2
ISSUE STRATEJIK DAN ANALISIS PERMASALAHAN
2.1 Analisis Issue Stratejik
Sangat diyakini bahwa dengan tingkat pendidikan merupakan dan penghasilan yang tinggi,
keandalan/kontinuitas penyaluran listrik ke rumah menjadi hal yang paling penting bagi mereka.
Harga menjadi sesuatu yang relatif. Dengan tingkat gangguan yang ada saat ini, dapat
dipastikan mereka akan kecewa dengan performa PLN Bintaro. Dengan tingkat pendidikan yang
tinggi, sangat mudah bagi pelanggan untuk mencari tahu seperti apa tingkat layanan terbaik yang
bisa mereka harapkan. Pengetahuan akan level pemadaman baik lama padam maupun kali
padam yang mereka rasakan menjadi sesuatu yang mudah untuk mereka dapatkan.
Berdasarkan pada asumsi tersebut, ide project assignment ini muncul. Bagaimana
mempertemukan keinginan dan harapan masyarakat yang tinggi akan keandalan pelayanan dan
performance jaringan itu sendiri khususnya yang ada di Bintaro. Di dalam penyusunan project
assignment ini penulis melakukan pembatasan permasalahan khusus pada penyulang yang
menyuplai kawasan tersebut yaitu penyulang Segar. Dengan pembatasan masalah ini
diharapkan didalam penulisan dapat lebih terfokus kepada tujuan statejik yang diangkat.
Untuk mencapai waktu pelayanan dengan pemulihan gangguan kurang dari satu jam maka perlu
dilakukannya suatu rekonfigurasi jaringan dan automatisasi penyulang. Penyulang Segar
memiliki panjang 34,6 Kms dan terdiri dari 33 gardu dengan komposisi gardu beton ataupun
gardu portal. Posisi Ground Fault Detector (GFD) pada 1/3 dan 2/3 panjang penyulang serta
dilengkapi dengan Remote Control pada middle point. Dapat dilihat bahwa dengan banyaknya
gardu pada penyulang tersebut dapat menghambat kecepatan dari pengusutan sehingga
rekonfigurasi harus dilakukan selain itu beban penyulang pada saat beban puncak yang
mencapai hampir 205 Ampere dapat mengakibatkan gangguan pada kabel.
Dengan automatisasi penyulang Segar selain manfaat pada sisi teknis juga akan mendapatkan
manfaat pada sisi pelayanan, dengan terjaganya keandalan dan kecepatan recovery timedi
bawah satu jam maka diharapkan citra PLN yang selama ini dianggap hanya menjadi tukang
tagih piutang namun tidak memperhatikan kualitas dari pelayanan dapat dihapuskan.
2.2 Analisis Tujuan Stratejik
Ada tiga tujuan statejik didalam project assignment ini, yang pertama adalah meningkatkan
waktu penormalan apabila terjadi gangguan dari rata-rata realisasi lima jam lebih menjadi
dibawah satu jam, dengan tujuan stratejik ini diharapkan pelanggan tidak lagi mengalami padam
dengan durasi yang lama.
Tujuan stratejik kedua sebenarnya adalah merupakan dampak dari keandalan ataupun
kecepatan yang baik pemulihan gangguan, dengan keandalan dan kecepatan pemulihan maka
diharapkan dapat meningkatkan citra dari PLN menjadi sebuah perusahaan yang terus
memperhatikan kualitas dari pelayanannya. Kemudian tujuan stratejik yang ketiga adalah
3
pertimbangan perlakuan tarif regional/domestik/b2b untuk ke dua kawasan tersebut mengingat
karakteristik dari pelanggan dan konsekuensi dari sisi ekonomis dari kehandalan pelayanan yang
akan PLN berikan.
4
Gambar 2.1 Diagram Fish-Bone Pemulihan Gangguan
5
2.3 Data Pendukung
Penyulang Segar memiliki panjang 34,6 Kms dengan jenis kabel XLPE 3x 240 mm yang
memiliki kuat hantar arus (KHA) mencapai 230 A. Penyulang Segar terdiri dari 33 gardu dengan
komposisi jenis gardu yaitu gardu beton sebanyak 30 buah, gardu portal compact 2 buah, dan
gardu portal murni 1 buah. Jumlah pelanggan yang disuplai oleh penyulang Segar adalah 6309
pelanggan. Secara konfigurasi penyulang Segar ditopang dengan satu feeder express yaitu
penyulang Sanur dan memiliki fasilitas Remote Control (RC) pada middle point jaringan.
Gambar 2.2 Single Line Diagram Penyulang Segar
Dengan adanya RC pada penyulang Segar, selama ini sudah cukup membantu percepatan
pengusutan dan pemulihan gangguan, namun dikarenakan masih kurang sesuainya kondisi
jaringan dengan syarat topologi RC ideal maka harus masih dilakukan perbaikan. Berikut adalah
beberapa standar topologi RC ideal yang harus dipenuhi:
1. Setting OC penyulang 300A.
2. Setting nominal 280A.
3. Ukuran Trafo Dis besar: 400 sd 1000 kVA.
4. Jumlah gardu ideal sekitar 15 buah
5. GFD terpasang pada gardu-gardu.
6
RC
Selain beberapa standar di atas dari sisi APD perlu diperhatikan kualitas dan keandalan sistem
komunikasi data sehingga protes remote dapat berlangsung sempurna. Dengan pemenuhan
standar diatas dan konfigurasi seperti pada gambar 2.3 di bawah ini diharapkan proses
pengusutan dan pemulihan dapat sesuai dengan tujuan stratejik yang diharapkan.
Gambar 2.3 Konfigurasi Ideal RC dan GFD
Untuk pelaksanaan menunjang keandalan dan automatisasi akan dilakukan rekonfigurasi
dengan dasar konfigurasi yang diadaptasi dari penyulang Segar yang mendapat suplai dari
Gardu Induk Bintaro yang dapat dilihat pada gambar 2.4di bawah ini.
Gambar 2.4 Konfigurasi Penyulang Segar
Komponen penting yang harus digunakan untuk mempercepat pemulihan gangguan adalah
Ground Fault Detector (GFD). Alat ini berfungsi untuk mendeteksi apabila terjadi hubungan
singkat ke tanah, saat ini GFD telah dikembangkan dengan fasilitas pelaporan melalui sistem
7
komunikasi data General Packet Radio Service (GPRS) sehingga lebih cepat di dalam
pengiriman ataupun penerimaan data. Dengan adanya fasilitas pelaporan ini proses pengisoliran
gangguan menjadi lebih cepat.
Gambar 2.5 Alur Sistem Komunikasi GFD-GPRS
Posisi pemasangan GFD-GPRS ini berdasarkan data dari Area Pengatur Distribusi efektif
apabila dipasang sebanyak dua buah di setiap penyulang, dengan pemasangan ini akan
berdampak pemulihan gangguan akan lebih cepat daripada dilakukan pemasangan GFD manual
pada seluruh gardu sehingga biaya yang dikeluarkan akan lebih efisien.
Gambar 2.6 Tabel Pola Penggunaan GFD
8
BAB 3
PERUMUSAN OFI DAN PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi OFI
Pada Identifikasi OFI kami akan mengambil salah satu contoh gangguan yang terjadi di
penyulang Segar yang terjadi pada tanggal 30 November 2012. Pada tanggal tersebut terjadi
gangguan segmen atas dan bawah yang berdampak terjadi pemadaman selama hampir
sembilan jam. Kondisi awal terjadi gangguan di jointing kabel phase dua dari gardu BT 224 arah
BT 202 (segmen atas). Karena kondisi gangguan tersebut maka dilakukan manuver sehingga
penyulang Segar ditarik oleh penyulang Sanur yang menjadi feeder express bagi penyulang
Segar.
Pada saat dilakukan perbaikan pada jointing pada gardu BT 224 arah BT 202 terjadi lagi
gangguan pada kubikel jenis LBS BT 213 arah CP 44G (segmen bawah) yang mengakibatkan
penyulang Sanur trip. Dengan adanya gangguan ini dapat perlu dilakukan perbaikan dengan
menggunakan standar ideal RC dan automatisasi.
Gambar 3.1 Laporan Kronologis Gangguan
9
3.1.1 Analysis Tools
Tools yang akan digunakan pada project assigment kali ini adalah metode SWOT
(Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Dengan penggunaan tools ini diharapkan
memudahkan di dalam memberikan gambaran untuk melakukan langkah ke depan setelah
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang akan dihadapi.
3.1.2 Peluang dan Ancaman Eksternal
Dengan dilakukannya perbaikan dengan standarisasi RC ideal dan automatisasi maka
akan didapatkan peluang didalam mempercepat pemulihan gangguan hingga dibawah 1 jam dan
perbaikan citra dari PLN dari perusahaan yang tidak memperhatikan kualitas pelayanan menjadi
perusahaan yang selalu memperhatikan kualitas pelayanan. Selain itu peluang pendapatan dari
tarif khusus untuk wilayah tersebut akan memberikan pendapatan yang lebih menguntungkan
bagi PLN.
Sedangkan untuk ancaman eksternal yang terjadi, sebagian besar akan terjadi di
dalam proses pelaksanaan rekonfigurasi di lapangan, mengingat padatnya wilayah yang dilalui
oleh jalur SKTM Penyulang Segar, selain itu perkembangan beban yang terus meningkat akan
dapat menjadi suatu ancaman tersendiri bagi proses automatisasi ini.
3.1.3 Kekuatan dan Kelemahan Internal
Secara Internal kekuatan yang akan didapati adalah kemampuan komitmen sumber
daya yang berharap kehandalan dari suatu penyulang khususnya penyulang Segar. Dengan
handalnya penyulang tersebut maka pola pengusutan dan operasional dapat dilakukan dengan
sangat efisien. Sedangkan untuk kelemahan internal mungkin akan didapatkan kesulitan apabila
di dalam pelaksanaan rekonfigurasi terdapat hal-hal yang diluar wewenang, sehingga
membutuhkan proses yang lebih panjang dan otomatis akan memperlambat proses realisasi
project assigment ini.
Diagram 3.1 Matriks SWOT
10
OPPORTUNITY
1. Pemulihan gangguan < 1jam
2.Perbaikan citra PLN
3.Pendapatan (income)
4.Kehandalan Jaringan
THREAT
1.Faktor-faktor penunjang yang
berada di luar kewenangan
2.Padatnya lokasi konfigurasi
WEAKNESS
1.Proses pembiayaan
2.Perijinan untuk pelaksaan
konfigurasi di lapangan
STRENGTH
Sistem perencanaan yang baik
Komitmen sumberdaya (5M)
SWOT
3.1.4 Alternative solusi OFI
Berdasarkan identifikasi faktor-faktor internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan
eksternal (Peluang dan Ancaman), maka di bawah ini dibuat matrix TOWS secara global yang
dapat memberikan alternatif pilihan untuk peluang OFI
SWOT
PELUANG (OPPORTUNITIES) ANCAMAN (THREATS)1. Pemulihan gangguan < 1jam
2. Perbaikan citra PLN
3. Pendapatan lebih besar dengan tarif regional.
4. Kehandalan Jaringan
1. Faktor penunjang yang berada di luar kewenangan
2. Padatnya lokasi konfigurasi baik secara geografis ataupun beban
KEKUATAN (STRENGTHS)1. Kemampuan di dalam
melakukan perencanaan dengan baik
2. Komitmen sumberdaya (5M)3. Koordinasi dengan pihak
pengembang dapat dilakukan secara intern.
Memanfaatkan KEKUATAN untuk maksimalkan PELUANG dengan:1. Melakukan koordinasi dan
time-line project yang terpadu.
2. Sosialisasi lebih awal baik kepada lintas bidang ataupun pelanggan
Memanfaatkan KEKUATAN untuk meminimalkan ANCAMAN1. Pengajuan dana investasi
dengan data yang valid disertai dengan pendapatan kWh setelah dilakukan rekonfigurasi
2. Koordinasi dengan pihak APD di dalam pengaturan beban.
KELEMAHAN (WEAKNESSES)1. Proses pengajuan
pembiayaan investasi yang akan dilakukan harus menunggu kebijakan pihak terkait.
2. Proses perizinan dalam pelaksanaan di lapangan
Meminimalkan KELEMAHAN dengan cara memanfaatkan keuntungan dari PELUANG:
1. Melakukan negoisasi baik kepada PEMDA ataupun kepada pengembang yang berwenang
2. Koordinasi dengan pihak pemberi dana investasi
3. Sosialisasi dengan pelanggan di dalam meningkatkan citra PLN.
Meminimalkan KELEMAHAN dan Menghindari ANCAMAN:
1. Penempatan domain pekerjaan ke bidang yang berwenang.
2. Proses sinkronisasi program pada awal perencanaan project.
Diagram 3.1 Matriks Strategi SWOT
11
BAB 4
USULAN AFI
4.1 Program AFI
4.1.1 Sasaran Stratejik
Sasaran stratejik utama dari project assigment ini adalah proses pemulihan gangguan
kurang dari satu jam, inisiatif yang dilakukan yaitu dengan melakukan proses rekonfigurasi GFD,
pemasangan GFD GPRS, pembenahan topologi RC, dan melakukan rekonfigurasi jaringan
dengan menenpatkan maksimal 15 gardu pada penyulang Segar.
Apabila sasaran stratejik untuk pemulihan gangguan kurang dari satu jam ini dapat
terpenuhi maka akan dapat merubah citra dari PLN dari yang selama ini dianggap hanya sebagai
perusahaan penagih piutang yang tidak memperhatikan kualitas pelayanan menjadi perusahaan
yang handal dan memiliki pelayanan kelas dunia.
Di dalam pelaksanaan proses rekonfigurasi tentunya membutuhkan biaya untuk
investasi sehingga untuk mempercepat Break Even Point (BEP), maka pada kawasan yang
berada di daerah pelayanan kelas dunia di dalam hal ini adalah Bintaro sektor 7 dan sektor 9
akan dikenakan tarif regional/domestik/b2b.
4.1.2 Prioritas Tindakan
Prioritas tindakan dilakukan berdasarkan kemudahan implementasi dan dampak yang
akan dihasilkan dari proses pekerjaan tersebut ( implementasion and impact). Dengan
menggunakan matriks ini kita dapat melihat prioritas pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam
rangka pencapaian Action For Improvement.Pada matriks ini akan kita lakukan pemilihan
pekerjaan dengan kemudahan yang paling mudah dilaksanakan namun memiliki dampak yang
tinggi.
Dengan memberikan skala 1 sampai dengan 5 untuk setiap indikator kemudahan dan
dampak maka kita akan melakukan perhitungan prioritas. Untuk tindakan yang membutuhkan
usaha cukup besar atau kesulitan tinggi akan kita beri nilai 1 sedangkan indakan yang mudah
dilakukan akan kita berikan nilai 5, demikian juga untuk dampak (impact)akan diberikan nilai 1
untuk tindakan yang memberi dampak sangat kecil atau tidak signifikan, sedangkan untuk
pekerjaan yang memberikan dampak yang cukup besar akan diberikan nilai 5.Untuk penentuan
prioritas akan menggunakan penilaian sebagai berikut :
1. Tindakan mudah dilakukan dan dampak signifikan (tabel matriks kolom kanan atas) maka
akan dikategorikan menjadi Prioritas 1.
2. Tindakan sulit dilakukan namun memberikan dampak signifikan (tabel matriks kolom kiri atas)
maka akan dikategorikan menjadi prioritas 2.
3. Tindakan mudah dilakukan namun dampak tidak signifikan (tabel matriks kolom kanan bawah)
maka akan dikategorikan menjadi prioritas 3.
12
4. Tindakan sulit dilakukan namun dampak tidak signifikan (tabel matriks kolom kiri bawah) maka
akan dikategorikan menjadi prioritas 4.
NO URAIAN TINDAKAN DAMPAK KEMUDAHAN PRIORITAS
1Melakukan Perencanaan secara terintegrasi di dalam mencapai tujuan stratejik
4 4 1
2Koordinasi dengan pihak eksternal yang terkait (PEMDA,Pihak Pengembang,Warga dll)
4 2 2
3Koordinasi dengan pihak internal (Kantor distribusi, Bidang Perencanaan PLN, Dll)
4 3 1
4 Melakukan Procurement untuk pekerjaan tersebut
4 3 1
5 Pemasangan GFD dan RC sesuai standar
4 3 1
6 Mencari spesifikasi lain di dalam perencanaan pekerjaan
2 3 3
7 Pengajuan Tarif regional dan sosialisasi ke warga
3 1 2
8Pelaksanaan rekonfigurasi sistem dengan memindahkan gardu ke penyulang yang lain
4 1 2
9 Mendapatkan suplai dari berdirinya GI yang baru
5 1 2
Tabel 4.1 Uraian Tindakan
Gambar 4.1 Matriks Dampak dan Kemudahan
13
12 3,4,5
6
7
9
8
4.1.3 KPI dan Target Waktu Penyelesaian
Berdasarkan perhitungan target waktu penyelesaian akan dilakukan di dalam waktu 3
sampai dengan 6 bulan dan akan dilakukan penyusunan KPI agar di dalam proses pekerjaan
terjadi paralelisasi pekerjaan.
4.1.4 Analisis Finansial
Secara finansial keuntungan yang didapatkan adalah dengan peningkatan kwh jual akibat
pengurangan jumlah gangguan dan lama pemulihan gangguan yaitu :
Uraian Satuan Sebelum SesudahLama Pemulihan Gangguan Jam 5 0,75
Jumlah Gangguan Kali 10 2Beban rata-rata Amp 190 190
Jumlah kWh tidak tersalurkan kWh 197.454 9.873Harga Jual Rata-rata Rp/kWh 833 833
Pendapatan dari kWh tidak tersalurkan Rp 274.131.681 8.223.950Peningkatan Pendapatan Rp 265.907.731
Tabel 4.2 Peningkatan Pendapatan
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat peluang peningkatan pendapatan sebesar Rp
265.907.731 selama satu tahun.
Selain itu dengan adanya rekonfigurasi penambahan penyulang baru ada peluang peningkatan
penjualan sebesar 10 % setiap tahunnya atau sebesar 4.520.270 kWh/tahun. Analisis finansial
dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Identifikasi
Breakthrough
Te robosan di
dalam perubahan
konfigurasi
yang disesuaikan
dengan
topologi ideal
RC serta
automatisasi
akan menjadikan
kehandalan
penyulang
Segar sehingga
pelanggan
yang disuplai
khususnya
untuk Bintaro sektor 7 dan sektor 9 yang telah dideklarasikan oleh pihak manajemen menjadi
area World Class Services (WCS) akan menjadi terlayani sesuai dengan standar WCS.
14
15
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Pemasangan GFD GPRS, RC middle point, dan rekonfigurasi penyulang ini dapat
mendukung program otomatisasi penyulang segar sehingga tujuan pencapaian recovery
time dibawah satu jam dapat tercapai.
Keandalan pelayanan supplay listrik ke pelanggan menjadi lebih baik dan menghilangkan
anggapan sebagai PLN sebagai perusahaan yang hanya bisa menagih dengan cara
kasar tanpa diimbangi pelayanan yang baik.
Tarif regional/domestik/b2b akan lebih mudah diterapkan pada kawasan tersebut apabila
kehandalan penyulang dapat dicapai , dengan berlakunya tarif tersebut diharapkan
mampu mempercepat BEP (Break Event Point).
Dengan adanya rekonfigurasi penambahan penyulang baru ada peluang peningkatan
penjualan sebesar 10 % setiap tahunnya atau sebesar 4.520.270 kWh/tahun.
Berdasarkan analisis finansial BEP (Break Event Point) akan didapatkan dalam waktu 4
tahun.
5.2 Rekomendasi
Agar proses rekonfigurasi dan automatisasi penyulang segar segera dilakukan.
Sosialisasi kepada seluruh pelanggan mengenai tarif regional/domestik/b2b serta fasilitas
yang akan didapatkan di dalam pelayanan.
Dilakukannya proses koordinasi kepada pihak pengembang dan PEMDA setempat
sebelum dilakukannya proses rekonfigurasi penyulang segar.
16
DAFTAR PUSTAKA
Edwin Nugraha Putra, PLN APD Disjaya dan Tangerang. 2012. Mewujudkan Pencapaian
SAIDI 3 Jam pada sistem Jaringan 20 kVa Desain Sistem Implementasi. Jakarta.
Laporan Kronologis Gangguan TM 20 kVa Area Bintaro Bulan November 2012
PT PLN (Persero) Area Bintaro. 2012. Laporan Kronologis Gangguan TM 20 kVa Area Bintaro
Bulan November 2012.Tangerang Selatan.
PT PLN (Persero). 2012. Buku Panduan Project Assignment Executive Education III. PLN
Pusdiklat. Jakarta.
17
LAMPIRAN
18
19
11
11