bab 1, 2, 3, 4, 5, dapus
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah keadaan dimana seseorang sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan (Stuart & Sundeen, 1998).
Harga diri rendah merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah
masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke
fase harga diri rendah. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang
sendiri tanpa pengobatan. Harga diri rendah yang tidak diterapi dengan baik bisa
berakhir dengan bunuh diri. Secara global lima puluh persen dari penderita harga
diri rendah berpikiran untuk bunuh diri, tetapi yang akhirnya mengakhiri hidupnya
ada lima belas persen. Selain itu, harga diri rendah yang berat juga menimbulkan
munculnya berbagai penyakit fisik, seperti gangguan pencernaan (gastritis), asma,
gangguan pada pembuluh darah (kardiovaskular), serta menurunkan produktivitas
(Gsianturi, 2006). Harga diri rendah ditandai dengan adanya perasaaan sedih,
murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distorsi kognitif seperti mengeritik diri
sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun,
pesimis dan atau putus asa. Terdapat rasa malas, tidak bertenaga, retardasi
psikomotor, dan menarik diri dari hubungan sosial. Pasien mengalami gangguan
tidur seperti sulit tidur atau terbangun dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu
pula dengan gairah seksual (Nurmiati, 2005).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat harga diri rendah adalah
gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta
manusia di muka bumi ini menderita harga diri rendah. Dari jumlah itu 5,8 persen
laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita harga
diri rendah yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah
tersedia teknologi pengobatan harga diri rendah yang efektif. Ironisnya, mereka
yang menderita harga diri rendah berada dalam usia produktif, yakni cenderung
terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan
60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan harga diri rendah
(termasuk skizofrenia).
2
Beberapa faktor penyebab harga diri rendah, yaitu mulai dari faktor genetik
sampai degan faktor nongenetik. Faktor genetik, ketidakseimbangan biogenik
amin, gangguan neuroendokrin, dan perubahan neurofidiologi, serta faktor
psikologik seperti kehingan objek yang dicintai, hilangnya harga diri, distorsi
kognitif, ketidakberdayaan yang dipelajari dan faktor-faktor lain, diduga berperan
dalam terjadinya harga diri rendah (Nurmiati, 205).
Tidak semua harga diri rendah harus diobati karena ada harga diri rendah
yang sembuh tanpa diterapi. Artinya, harga diri rendah hilang seiring dengan
perjalanan waktu. Ini terjadi bila harga diri rendah masih dalam batas wajar. Tetapi
ada juga harga diri rendah yang tidak bisa sembuh sendiri. Bahkan, memerlukan
waktu bertahun-tahun untuk proses penyembuhan. Terapi harga diri rendah terdiri
dari konseling, psikoterapi dan terapi farmakologi (dengan pemakain obat
antidepresan), dukungan kelompok, serta terapi kognitif. Terkadang, para penderita
harga diri rendah memerlukan rawat inap di rumah sakit. Selain itu, kepatuhan
menggunakan obat antidepresan juga menjadi pertimbangan seorang penderita
harga diri rendah menjalani rawat inap di rumah sakit. Agar tidak mengalami harga
diri rendah, setiap orang memperkuat daya tahan mental, melatih diri agar bisa
fleksibel, memiliki fisik yang sehat, serta mendalami ajaran agama yang berperan
menimbulkan rasa damai.(Gsianturi, 2006)
1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah mengikuti membaca dan memahami makalah tentang Asuhan
keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah ini mahasiswa diharapkan dapat
menerapkan proses keperawatan yang tepat sesuai dengan standart yang telah ada
pada pasien dengan harga diri rendah
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah mengikuti membaca dan memahami makalah ini mahasiswa
diharapkan mampu :
3
1. Menjelaskan konsep harga diri rendah (definisi, etiologi,
patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan
prognosis)
2. Mengidentifikasi pengkajian pada pasien dengan harga diri rendah
3. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan harga diri
rendah
4. Merencanakan tindakan keperawatan pada paisen dengan harga diri
rendah
5. Melakukan tindakan perawatan pada pasien dengan harga diri
rendah
1.3. Manfaat
1.3.1 Teoritis
Pemahaman tentang harga diri rendah dapat dijadikan sebagai salah satu
dasar dalam pengembangan IPTEK dalam bidang keperawatan khususnya dalam
pengembangan perawatan pasien dengan harga diri rendah. Hal ini sangat
diperlukan untuk menekan angka kejadian harga diri rendah ditengan kekacauan-
kekacauan yang terjadi di muka bumi ini yang tentunya menjadi salah satu faktor
yang memicu terjadinya harga diri rendah.
1.3.2 Praktis
Asuhan keperawatan pada pasien harga diri rendah tidak hanya digunakan
untuk pasien-pasien dengan gangguan jiwa saja, tetapi dapat juga digunakan dalam
upaya penjegahan terjadinya harga diri rendah atau terjadinya kekambuhan pada
penderita pasca harga diri rendah.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Harga Diri Rendah
2.1.1 Definisi
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri, pencapaian ideal diri
atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan perasaan berharga. Harga diri
rendah adalah keadaan dimana individu sering mengalami kegagalan dalam
pencapaian tujuan (Keliat, 1992).
Harga diri rendah adalah keadaan dimana seseorang sering mengalami
kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan (Stuart & Sundeen,
1998). Harga diri rendah adalah keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri
negatif yang mengenai diri atau kemampuan (Lynda Juall Carpenito, 2000).
2.1.2 Tanda dan Gejala
Menurut Sudeen & Stuart (1998) tanda dan gejala harga diri rendah adalah
sebagai berikut:
1. Mengkritik diri / orang lain
2. Produktivitas menurun
3. Gangguan berhubungan
4. Merasa diri paling penting
5. Destruktif pada orang lain
6. Merasa tidak mampu dan bersalah
7. Mudah tersinggung / marah
8. Perasaan negatif terhadap tubuh
9. Ketegangan peran
10. Pesimis menghadapi hidup
11. Keluhan fisik
12. Penolakan kemampuan diri
13. Pandangan hidup bertentangan
14. Destruktif terhadap diri
5
15. Menarik diri secara sosial dan dari realita
16. Khawatir
2.1.3 Penyebab terjadinya Harga Diri Rendah
1. Penolakan
2. Kurang penghargaan
3. Pola asuh over protektif, otoriter, terlalu dituruti, terlalu dituntut.
4. Persaingan
5. Kesalahan dan kegagalan berulang
6. Tidak mampu mencapai standart
7. Mekanisme koping in efektif
2.1.4 Efek dari Harga Diri Rendah
1. Resiko perilaku kekerasan
2. Kerusakan interaksi sosial (menarik diri)
2.1.5 Jenis Ganguan Harga Diri
1. Situasional yaitu terjadi secara tiba-tiba. Misalnya harus operasi,
kecelakaan, di cerai suami atau istri, putus hubungan kerja, dan
sebagainya. Pada lklien yang dirawat dapat terjadi karena privacy yang
kurang diperhatikan, pemeriksaan fisik yang sembarangan dan
pemasangan alat yang tidak sopan.
2. Kronis yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, klien
mempunyai cara berfikir yang negatif.
2.1.6 Faktor Predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang-ulang, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistik.
6
2.1.7 Rentang Respon Emosi
Adaptif Mal adaptif
Reaksi reaksi sedih menahan emosi kesedihan depresi/mania
Emosi memanjang
Wajar
2.1.8 Pohon Masalah
Resiko Kerusakan interaksi sosial ( Efek )
Harga Diri Rendah ( CP )
Mekanisme Koping Indifidu inefektif ( Causa )
2.1.9 Masalah Keperawatan dan Data Yang Dikaji
1. Resiko tinggi isolasi sosial: menarik diri b/d harga diri rendah.
DS :
a. Pasien mengatakan tidak berani bicara dengan orang lain.
b. Pasien mengatakan malas bicara dengan orang lain dan klien malu
bicara dengan orang lain.
c. Pasien mengatakan dirinya tidak mampu mengerjakan sesuatu dan
merasa tidak berguna.
DO :
a. Pasien menyendiri.
b. Berjalan mondar-mandir
c. Bicara pelan-pelan.
d. Klien menundukkan kepala.
e. Klien tidak mampu mempertahankan kontak mata.
7
2.1.10 Diagnosa Keperawatan :
1. Kerusakan interaksi sosial
berhubungan dengan Harga Diri Rendah.
2. Harga Diri Rendah berhubungan
dengan mekanisme koping individu inefektif.
2.1.11 Rencana Tindakan Keperawatan
Tujuan umum : Klien merasa dirinya tinggi dan interaksi soaial klien baik
(klien dapat berhubungan dengan orang lain).
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab Harga Diri Rendah.
3. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
4. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.
5. Harga Diri klien dapat meningkat secara bertahap.
6. Klien dapat mengguanakan obat dengan benar sesuai program pengobatan.
2.1.12 Rencana Keperawatan
TUK I : Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi verbal.
- Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
- Perkenalkan diri dengan sopan
- Tanyakan nama klien dengan nama panggilan.
- Jujur dan menepati janji
- Selalu kontak mata selama interaksi
- Membuat kontrak waktu
- Tunjukkkan sikap empati dan perhatian pada klien
- Terima klien apa adanya
TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab HDR.
- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku HDR dan tanda-
tandanya.
8
- Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan harga
diri rendah.
- Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaan.
TUK III : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang di
miliki
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Hindarkan memberi nilai negatif tiap bertemu klien.
- Utamakan memberi pujian pada klien.
TUK IV : Klien mendapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
- Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat digunakan
selama sakit.
- Diskusikan kemampuan klien yang dapat digunakan
selanjutnya.
TUK V : Harga diri klien dapat meningkat secara bertahap
- Beri motivasi pada klien tentang peningkatan harga diri.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengikuti terapi aktivitas
kelompok.
TUK VI : Klien dapat menggunakan obat secara benar sesuai program
pengobatan
- Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
- Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika
merasakan efek yang tidak menyenangkan.
- Beri kesempatan pada klien untuk mengikuti terapi
aktivitas kelompok.
9
2.2 Konsep Dasar Skizofrenia
2.2.1 Pengertian
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan
pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).
2.2.2 Penyebab
1. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri
0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu
orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan
kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
2. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia
pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu
klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
3. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat,
ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan
menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam
menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian dengan pemberian obat
halusinogenik.
4. Susunan saraf pusat
Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada diensefalon
atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin
disebabkan oleh perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada
waktu membuat sediaan.
5. Teori Adolf Meyer :
Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang
tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas
pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior
10
atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia.
Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu
maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan
orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).
6. Teori Sigmund Freud
Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab
psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan sehingga tidak
bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase
narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference)
sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.
7. Eugen Bleuler
Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu
jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses
berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia
menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran,
gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham,
halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain).
8. Teori lain
Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh bermacam-
macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang salah, maladaptasi,
tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak, arterosklerosis otak dan
penyakit lain yang belum diketahui.
9. Ringkasan
Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat
dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor yang
mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus (presipitating
factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak
menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit
Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal. (Maramis, 1998).
11
2.2.3 Pembagian Skizofrenia
Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala
utama antara lain :
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses berfikir sukar
ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-
lahan.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses
berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak
sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering
didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
5. Episode Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam keadaan
mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan
seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-
akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.
12
7. Skizofrenia Skizo Afektif
Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga
gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini
cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek, tetapi mungkin juga timbul
serangan lagi.
2.2.4 Konsep Dasar Skizofrenia Hebefrenik
1. Batasan : Salah satu tipe skizofrenia yang mempunyai ciri-ciri ;
1. Inkoherensi yang jelas dan bentuk pikiran yang kacau (disorganized).
2. Tidak terdapat wamam yang sistemik
3. Efek yang datar dan tak serasi / ketolol – tololan.
2. Gejala Klinik
Gambaran utama skizofrenia tipe hebefrenik berupa :
a. Inkoherensi yang jelas
b. Afek datar tak serasi atau ketolol – tololan.
c. Sering disertai tertawa kecil (gigling) atau senyum tak wajar.
d. Waham / halusinasi yang terpecah – pecah isi temanya tidak terorganisasi
sebagai suatu kesadaran, tidak ada waham sistemik yang jelas gambaran
penyerta yang sering di jumpai.
e. Menyertai pelangaran (mennerism) berkelakar.
f. Kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrem dari hubungan sosial.
g. Berbagai perilaku tanpa tujuan.
Gambaran klinik ini di mulai dalam usia muda (15-25 th) berlangsung pelan –
pelan menahan tanpa remisi yang berarti peterroasi kepribadian dan sosial terjadi
paling hebat di banding tipe yang lain.
13
BAB 3TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan JiwaRuang rawat : Ruang Flamboyan RSJ. Menur SurabayaTanggal MRS : 9 Desember 2010
I. IDENTITAS KLIENInitial : Nn.DUmur : 43 tahunJenis kelamin : PerempuanPendidikan : SMAPekerjaan : Tidak BekerjaStatus pernikahan : Belum MenikahInforman : Klien, Tn. H (kakak klien), Ny. A (kakak ipar klien),
dan Status pasien dan pasien. Tanggal pengkajian : 10 Desember 2010RM no. : 025031
II. ALASAN MASUK- Sejak beberapa bulan sebelum masuk rumah sakit, klien sering bicara
ngelantur, mondar-mandir, sukar tidur, dan sering marah-marah. - Keluhan utama : Pasien sulit memulai interaksi dengan orang lain. - Saat pengkajian : pasien sering mengatakan dirinya malu misalnya disuruh
cerita pasien malu-malu tetapi mau menjawab dengan singkat dan sambil malu-malu.
III. FAKTOR PREDISPOSISI1. Pernah megalami gangguan jiwa dimasa lalu?
Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : Berhasil
Kurang Berhasil
Tidak Berhasil
3.Pelaku/usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik 37 24
Aniaya Seksual
Penolakan 18
Kekerasan dalam Keluarga Tindakan criminal
14
Jelaskan No. 1,2,3 : - Kakak Px mengatakan px pernah mengalami gangguan jiwa
sebelumnya, pertama kali px dirawat tahun 1982 (SMP kelas 3) dirawat diruang jiwa RS. Dr Soetomo dan kemudian dirawat di RSJ. Menur tahun 2004 dan sampai sekarang rajin kontrol ke Poli RSJ Menur.
- Px dan kakak Px mengatakan tahun 2004 px pernah marah-marah, membanting-banting barang, dan memukuli satpam RSJ. Menur, kakak Px mengaku dahulu sering memukuli Px, sehingga Px sering mengalami kekerasan fisik dan mental. Px sering dipukuli oleh kakak Px dengan menggunakan sepatu karena hal yang sepele.
- Menurut kakak ipar Px mengatakan tahun 1985 (SMA kelas 3) Px pernah berpacaran dengan seorang tentara, namun tanpa sebab yang jelas tiba-tiba Px putus dengan pacarnya, mulai hari itu Px tidak pernah punya pacar.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Ya
Tidak
Hubungan Keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan
………….................. ………………….. ……………………………
Jelaskan : Px dan kakak Px mengatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:- Menurut kakak ipar Px mengatakan bahwa Px pernah berpacaran
dengan seorang tentara, namun tanpa sebab yang jelas tiba-tiba Px putus dengan pacarnya, mulai hari itu Px tidak pernah punya pacar dan pasien merasa malu karena sampai sekarang belum dapat pacar yang sama seperti yang sebelumnya.
- Px pernah mengalami kekerasan oleh kakak Px sering dipukuli dengan menggunakan sepatu dan pasien merasa bahwa dirinya tidak berguna karena sering dimarahi oleh kakaknya dan masih belum bekerja
.Masalah Keperawatan : Harga Diri Rendah
Respon pasca trauma
IV. FISIK Tanda vital : TD : 120/80 mmHg N: 84x/menit S: 364oC RR: 18x/menitUkur : TB : 158 cm BB: 45 kg
15
Keluhan fisik : Ya Tidak
Jelaskan : Px tidak pernah mengeluh dan selalu mengatakan baik-baik saja Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
V. PSIKOSOSIAL1. Genogram :
Px mengatakan anak ke-2 dari 4 bersaudara dan px adalah anak perempuan satu-satunya. Px tinggal bersama ayah, ibu, kakak, kakak ipar dan kedua ponakannya (anak dari kakaknya), Px mengatakan ayahnya sudah meninggal dan Px mengatakan belum menikah. Interaksi/ komunikasi klien dengan keluarga tidak adekuat. Penentu kebijakan dalam keluarga px saat ini adalah kakak klien.
(Menurut pasien dan Kakak pasien)
Keterangan :
: Laki-laki hidup: Perempuan hidup : Laki-laki meninggal : Perempuan meninggal : Hubungan keluarga
: Tinggal serumah: Hubungan terdekat: Pasien : Umur
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
37
12
7
65
46
43
38
36
43
16
2. Konsep diria. Gambaran diri : Px mengatakan menyukai seluruh bagian
tubuhnya karena merupakan pemberian dari Tuhan dan semuanya anggota tubuhnya lengkap.
b. Identitas : Px mengatakan dirinya seorang wanita berusia 43 tahun
c. Peran : Px mengatakan dirinya adalah seorang wanita dan belum berkeluarga serta dalam keluarga dia sebagai seorang anak yang hanya menyusahkan orang tua karena belum bekerja.
d. Ideal diri : Px mengatakan ingin punya pacar seperti laki-laki yang dulu pernah menjadi pacarnya
e. Harga diri : Px mengatakan malu sama saudara-saudaranya karena hanya dia yang tidak sukses sedangkan semua saudaranya sukses, sudah bekerja dan berkeluarga.
Masalah Keperawatan : Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah
3. Hubungan sosiala. Orang yang berarti :
Px mengatakan orang yang berarti adalah ibunya karena hanya ibunya yang mampu mengerti dirinya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat :Kakak Px mengatakan bahwa Px sering mengikuti kegiatan pengajian dikampung namun beberapa bulan terakhir Px tidak lagi mengikuti kegiatan tersebut dan Px lebih suka menyendiri karena malu sama tetangga sebab sampai sekarang belum nikah, namun selama dirawat Px selalu mengikuti kegiatan di RSJ. Menur walaupun harus dibujuk terlebih dahulu.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :Px mengatakan lebih suka berdiam diri karena malu memulai interaksi dengan teman-temannya sebab sampai sekarang Px belum menikah dan belum bekerja, namun Px mau berkumpul dan berinteraksi dengan pasien lain jika diajak.
Masalah Keperawatan : Resiko Kerusakan interaksi sosial : menarik diri
4. Spirituala. Nilai dan keyakinan :
Px mengatakan hanya Tuhan yang tahu agamanya. b. Kegiatan ibadah :
Menurut kakak Px sebelum sakit Px selalu rajin beribadah dan tidak pernah telat waktu, namun selama Px sakit di RSJ. Menur Px selalu sholat semaunya, kalau ingin sholat ya sholat. Px juga mengatakan
17
bahwa Tuhan tidak adil pada setiap umatnya. Klien merasa tidak ada masalah meskipun tidak beribadah.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
18
VI. STATUS MENTAL1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaianTidak sesuai tidak seperti
biasaJelaskan : Px mengenakan pakaian bersih tapi tidak rapi dan rambut Px panjang tidak disisir, dan tidak diikat dengan rapi serta kuku Px panjang, namun Px menggunakan pakaian sesuai dengan fungsinya, Px juga mengenakan alas kaki dan mandi 2 kali sehari. Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri
2. PembicaraanCepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu Memulai
pembicaraan Jelaskan :Px bicaranya lambat dan pelan dan saat ditanya pertanyaan terbuka klien menjawab pertanyaan dengan singkat. Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
3. Aktifitas motorik
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasing Tremor Kompulsif
Jelaskan :Px selalu tampak tidak bersemangat dalam menjalankan semua aktivitas namun Px masih mau mengikuti kegiatan jika disuruh. Masalah keperawatan : Penurunan aktivitas motorik
4. Alam perasaanSedih Ketakutan Putus asa Khawatir
Gembira berlebihan
Jelaskan :Px mengatakan sedih karena merasa dirinya tidak berguna, belum menikah dan tidak memiliki pekerjaan sampai sekarang.Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah
5. AfekDatar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan :
19
Afek Px sesuai dengan cerita yang dibicarakan, saat bercerita hal yang sedih Px ikut merasa sedih dan saat bercerita sesuatu yang menyenangkan Px tertawa.Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
6. Interaksi selama wawancaraBermusuhan Tidak kooperatif mudah tersingging
Defensif Curiga
Jelaskan :Saat diajak bicara Px sesekali memalingkan wajah dan menundukMasalah keperawatan : Resiko kerusakan interaksi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah
7. PersepsiHalusinasi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan
Jelaskan : - Saat pengkajian Px mengatakan tidak mendengar ataupun melihat
sesuatu saat sendirian dikamar.- Menurut kakak Px : Px dirumah tidak pernah berbicara sendiri hanya
kalau diajak bicara sering ngelantur, mondar-mandir, dan sukar tidur Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
8. Proses pikirSirkumtansial Tangensial Kehilangan asosiasi
Flight of ideas Blocking Pengulangan pembicaraan/ perseverasi
Jelaskan:Saat ditanya tentang perasaan dan keluarga Px menjawab dengan singkat Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
9. Isi pikirObsesi Fobia Hipokondria
Depersonalisasi ide yang terkait Pikiran magis
Waham Agama Somatik Kebesaran
Curiga Nihilistik Sisip pikir
Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan:
Kontak mata Kurang
20
Pada saat wawancara Px mampu menjawab pertanyaan walaupun jawabannya singkat namun sesuai dengan yang dialamiMasalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
10. Tingkat kesadaranObsesi Fobia Hipokondria
DisorientasiWaktu Tempat Orang
Jelaskan: Pada saat pengkajian Px mampu menyebutkan nama, tempat, dan orang secara tepat dan benar. Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
11. MemoriGangguan daya Gangguan daya ingat ingat jangka panjang jangka pendek
Gangguan daya ingat Konfabulasi
Jelaskan : Saat pengakajian Px mampu mengingat dan menceritakan semua kejadian dimasa lalu klien juga bisa menjawab kapan masuk ke rumah sakit yaitu tanggal 10 Desember 2010. Px juga mampu menerangkan semua kegiatannya dirumah sakit.Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitungMudah beralih Tidak mampu tidak mampu
berkonsentrasi berhitung sederhana Jelaskan :Ketika berbicara dengan perawat kemudian ada suara pesawat pasien langsung melihat pesawat keluar dan ketika ada temannya berbicara keras maka pasien langsung melihat dan mengalihkan perhatiannya ke temannya yang teriak itu.Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaianGangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan :Px saat ditanya mau makan atau mandi, Px menjawab mau mandi dahulu karena tidak enak mulutnya bau.Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
21
14. Daya tilik diriMengingkari penyakit Menyalahkan hal-hal diluar dirinyayang diderita
Jelaskan :Px selalu mengatakan bahwa dia tidak sakit, yang sakit adalah teman-temannya yang lain. Masalah Keperawatan : Mekanisme Koping individu inefektif
VII. KEBUTUHAN PULANG1. Kemampuan klien memenuhi/menyediakan kebutuhan:
Ya Tidak
Ya Tidak
Ya Tidak
Makanan pakaian Uang
Keamanan transportasi
Perawatan kesehatan
Tempat tinggal
Jelaskan:Px mampu memenuhi atau menyediakan kebutuhannya sendiri, seperti kebutuhan makan, keamanan, perawatan kesehatan, dan pakaian.Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
2. Kegiatan hidup sehari-hari:a. Perawatan diri :
Bantuanminimal
Bantuan
Total
Bantuan minimal
Bantuan
Total Mandi BAK/BAB
Kebersihan Ganti pakaian
Makan
Jelaskan: Px mampu melakukan semua kegiatan personal higiens secara mandiri walaupun harus disuruh dan dibujuk terlebih dahulu Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri
b. Nutrisi Ya Tidak - Apakah anda puas dengan pola makan anda? - Apakah anda makan memisahkan diri?
22
Jika Ya, Jelaskan alasannya? - Frekuensi makan sehari 3 kali- Frekuensi kudapan sehari 1 kali
meningkat menurun berlebih
Sedikit sedikit
Nafsu makan
meningkat menurun BB tertinggi BB terendah Berat badan 45 kg 42 kg
- Diet khusus : tidak ada- IMT : 18,02% (normal)
Jelaskan:Nafsu makan klien baik, Px mengatakan suka dengan makanan yang disediakan oleh rumah sakit, Px tidak memisahkan diri saat makan, hanya saja Px tidak berinteraksi dengan teman disebelahnya. Klien makan dengan frekuensi 3x sehari, kudapan 1 kali sehari, porsi makan habis, BB 45 kg, TB 158cm, IMT 18,02%. Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah.
c. Tidur Ya Tidak- Apakah Px ada masalah tidur?- Apakah Px merasa segar setelah bangun
tidur?- Apakah Px punya kebiasaan tidur siang?- Lamanya : 8 jam- Apa yang menolong Px untuk tidur? Tidak ada - Waktu tidur malam : jam 19.00 wib waktu bangun jam 05.00 wib
(beri tanda √ sesuai dengan keadaan klien) Sulit untuk tidur Terbangun saat tidur Bangun terlalu pagi Gelisah saat tidurSemnabolisme Berbicara dalam tidur
Jelaskan:Px tidak memiliki gangguan tidur, merasa segar setelah bangun tidur, Px memiliki kebiasaan tidur siang (+ 2jam). Px lebih senang tidur ditempat tidurnya, Px tampak tidur pulas, setiap kegiatan Px lebih banyak digunakan untuk tidur, Px malas dan malu bersosialisasi dengan Px lain. Waktu tidur malan pukul 19.00 WIB-05.00 WIB.Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
3. Kemampuan klien dalamYa Tidak
Mengantisipasi kebutuhan sendiri
23
Membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri Mengatur penggunaan obatMelakukan pemeriksaan kesehatan
Jelaskan : Px mampu mengatasi/mengantisipasi kebutuhan sendiri, membuat keputusan berdasarkan keinginan sendiri. Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
4. Klien memiliki system pendukungYa Tidak Ya Tidak
Keluarga Teman sejawat Profesional/terapis Kelompok sosial
Jelaskan:Px mengatakan selalu didukung oleh keluarganya (kakak dan ibunya) dalam melakukan pengobatan di RSJ Menur, keluarga sering menjenguk setiap seminggu sekali dihari minggu. Namun Px sulit untuk memulai interaksi dengan orang lain karena malu. Masalah keperawatan : Resiko kerusakan interaksi sosial : Menarik diri
5. apakah klien menikmati saat bekerja kegiatan yang menghasilkan atau hobi?
Jelaskan :Px selalu mengatakan biasa-biasa saja Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah
VIII. MEKANISME KOPINGAdaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkoholMampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebihTeknik reloksasi Bekerja berlebihanAktifitas konstruktif Menghindar Olahraga Mencederai diri Lainnya Sering menyendiri
Masalah keperawatan : Koping individu inefektif
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN- Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik :
Px selalu tampak diam, pasif dan menyendiri jika tidak ada yang mengajak bicara
- Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik :
Ya Tidak
24
Px mengatakan lebih suka berdiam diri dan malu untuk memulai interaksi dengan teman-temannya karena malu sampai sekarang Px belum menikah dan belum bekerja, namun jika diajak untuk berkomunikasi oleh pasien lain Px mau menjawab.
- Masalah dengan pendidikan, spesifik :Menurut Px, Px lulusan SMA namun sampai sekarang Px belum bekerja.
- Masalah dengan pekerjaan, spesifik :Px mengatakan sampai sekarang Px belum bekerja dan Px sering mengeluh bahwa mencari kerja itu susah. Px ingin sekali bekerja karena dengan begitu Px merasa berguna bagi ibunya.
- Masalah dengan perumahan, spesifik :klien mengatakan tinggal dirumahnya dengan Ibu, Kakak kandung, kakak ipar, kedua ponakannya dan ayahnya yang sekarang sudah meninggal.
- Masalah ekonomi, spesifik :Px tidak bekerja jadi segala kebutuhan Px ditanggung oleh kakak Px. Px merasa sebagai beban keluarga.
- Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik :Px sering keluar masuk menur karena malas kontrol ke menur sebab Px merasa dirinya tidak sakit dan saat ini pasien kambuh dan dirawat lagi di menur.Waktu kunjungan rumah ditemukan obat pasien yang tidak diminum dan sudah kadaluarsa karena kurangnya pengawasan dari keluarga
- Masalah lainnya, spesifik :Px mengatakan malu belum menikah dan bekerja, Px ingin segera pulang ke rumah karena merasa tidak sakit dan ingin segera bekerja.
Masalah keperawatan : Mekanisme Koping individu inefektifResiko Kerusakan interaksi sosial: menarik diriHarga diri rendahKetidak efektifan pelaksanaan regimen terapeutikKurang pengetahuan Keluarga
X. PENGETAHUAN KURANG TENTANGPenyakit jiwa System pendukungFaktor presipitasi Penyakit fisikKoping Obat-obatan
Masalah keperawatan : Kurang pengetahuan keluarga Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
XI. DATA LAIN-LAINLab : Tanggal 15 Desember 2010
Nama Nilai Nilai normalWBC 7,4. 103 /uL 4,6-10,2. 103 /uLHCT 41,3 % 37-54,0 %HGB 13,49 11,5-18,0 g/dlPLT 187. 103 /uL 150-400. 103 /uL
25
XII. ASPEK MEDIKDiangnosa medik : F. 20. 1 (Skizofrenia Hebefrenik)Terapi medik : TFP 3x5 mg
Clozapin 2x50 mg
XIII. ANALISA DATANo Data – data Masalah Keperawatan1. DS :
- Px mengatakan malu sama saudara-saudaranya karena hanya dia yang tidak sukses sedangkan semua saudaranya sukses, sudah bekerja dan berkeluarga.
- Kakak ipar Px mengatakan bahwa Px pernah berpacaran dengan seorang tentara, namun tanpa sebab yang jelas tiba-tiba Px putus dengan pacarnya, mulai hari itu Px tidak pernah punya pacar dan pasien merasa malu karena sampai sekarang karena belum dapat pacar yang sama seperti yang sebelumnya
DO: - Kontak mata kurang- Pasien mau mengikuti kegiatan - Pasien mau berkomunikasi dengan teman dan
orang lain jika diajak komunikasi terlebih dahulu
Gangguan Konsep diri: Harga diri rendah
2. DSPx mengatakan lebih suka berdiam diri karena sulit/malu memulai interaksi dengan teman-temannya, namun Px mau berkumpul dan berinteraksi dengan pasien lain jika diajak.
DO- Px selalu tampak diam, pasif dan menyendiri
jika tidak ada yang mengajak bicara- Saat diajak bicara Px sesekali memalingkan
wajah dan menunduk.
Resiko kerusakan interaksi sosial: Menarik diri
3. DSPx mengatakan tahun 2004 px pernah marah-marah, membanting-banting barang, dan memukuli satpam RSJ MenurPx mengaku dahulu sering dipukuli kakaknya, sehingga Px sering mengalami kekerasan fisik dan mental. Px sering dipukuli oleh kakak Px dengan menggunakan sepatu karena hal yang sepele.DOKadang pasien terlihat agresif ketika menjadi instruktur olahraga di ruangan
Resiko Perilaku kekerasan
26
4. DS-DOWaktu pengkajian Px mengenakan pakaian bersih tapi tidak rapi dan rambut Px panjang tidak disisir, dan tidak diikat dengan rapi serta kuku Px panjang, namun Px menggunakan pakaian sesuai dengan fungsinya, Px juga mengenakan alas kaki dan mandi 2 kali sehari
Defisit perawatan diri
5. DSPx mengatakan jarang menceritakan masalahnya sama orang lain ataupun keluarganya dan lebih senang menyendiri kalau tidak ada yang mengajak berkomunikasi di rumah. Pasien mengatakan dirinya adalah seorang yang pendiam pendiam.DOKlien jarang bicara dengan orang lain jika tidak dipaksa berceritaKlien sering diam saja
Mekanisme koping individu tak efektif
6. DSPasien mengatakan pasien sholat di rumah sakit jika pasien mau saja, kalau mau sholat langsung sholat tapi kalau malas tidak sholat (semau pasien)Kakak Px mengatakan sebelum sakit Px selalu rajin beribadah dan tidak pernah telat waktu, namun selama Px sakit di RSJ. Menur Px selalu sholat semaunya, kalau ingin sholat ya sholat. DOPasien di RS sholat semaunya sendiri tidak rutin
Distress spiritual
7. DS-DOPx selalu tampak tidak bersemangat dalam menjalankan semua aktivitas namun Px masih mau mengikuti kegiatan jika disuruh
Penurunan aktivitas motorik
8. DSMenurut kakak ipar Px mengatakan bahwa Px pernah berpacaran dengan seorang tentara, namun tanpa sebab yang jelas tiba-tiba Px putus dengan pacarnya, mulai hari itu Px tidak pernah punya pacar dan pasien merasa malu karena sampai sekarang belum dapat pacar yang sama seperti yang sebelumnya
Respon pasca trauma
27
Px pernah mengalami kekerasan oleh kakak Px sering dipukuli dengan menggunakan sepatu dan pasien merasa bahwa dirinya tidak berguna karena sering dimarahi oleh kakaknya dan masih belum bekerjaDOPasien sering diam dan mengalami harga diri rendah
9. DSKeluarga mengatakan bahwa keluarga tidak mengetahui bahwa obat belum tidak teratur diminum pasien, dan keluarga mengatakan keluarga tidak tahu bagaimana cara merawat pasien supaya sembuh DOWaktu kunjungan rumah ditemukan obat pasien yang tidak diminum dan sudah kadaluarsa karena kurangnya pengawasan dari keluarga
Kurang pengetahuan keluarga
10. DSKeluarga mengatakan pasien kadang malas kontrol dan kadang masih dipaksa untuk minum obatDOPx sering keluar masuk menur karena malas kontrol ke menur sebab Px merasa dirinya tidak sakit dan saat ini pasien kambuh dan dirawat lagi di menur.
Penatalaksanaan Regimen terapeutik takefektif
XIV. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN- Gangguan konsep diri: harga diri rendah- Resiko kerusakan interaksi sosial : menarik diri- Resiko perilaku kekerasan- Defisit Perawatan Diri- Mekanisme koping individu tak efektif- Penurunan aktivitas motorik- Respon pasca trauma- Kurang pengetahuan keluarga- Ketidak efektifan pelaksanaan regimen terapeutik
28
29
XV POHON MASALAH
Effect
Core Problem
Causa Ketidakefektifan koping individu
Gangguan konsep diri(harga diri rendah)
Resiko Kerusakan Interaksi sosial (menarik diri)
Penurunan Aktivitas Motorik
Defisit Perawatan DIri diri
Resiko Perilaku Kekerasan
Respon pasca
trauma
Kurang pengetahuan
keluarga
Penatalaksanaan Regimen terapeutik takefektif
Resiko kekambuhan
12
3
54
6
7
8
Kehilangan, riwayat aniaya fisik
9
30
XVI DAFTAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN1. Resiko kerusakan interaksi sosial: menarik diri b.d harga diri rendah2. Resiko perilaku kekerasan b.d harga diri rendah3. Defisit perawatan diri b.d penurunan aktivitas motorik4. Penurunan aktivitas motorik b.d harga diri rendah5. Gangguan konsep diri: harga diri rendah b.d ketidakefektifan koping
individu6. Ketidakefektifan koping individu b.d respon pasca trauma7. Resiko kekambuhan b.e penatalaksanaan regimen terapeutik takefektif8. Penatalaksanaan regimen terapeutik takefektif b.d kurang pengetahuan
keluarga9. Respon pasca trauma b.d kehilangan, riwayat perilaku aniaya fisik
3.3 STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
Nama Klien: Nn. D Dx. Medis : Skizofrenia Hebefrenik
Ruang : Flamboyan No. RM : 025031
TGL No DX
DIAGNOSAKEPERAWATAN
PERENCANAANINTERVENSITUJUAN KRITERIA
EVALUASI1 2 3 4 5 6
10/12/2010
Resiko kerusakan interaksi sosial (menarik diri) berhubungan dengan harga diri rendah
TUM :Klien dapat berinteraksi dengan orang lain
TUK 1 :Klien dapat membinahubungan saling percaya
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau ber- jabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk ber- dampingan dengan perawat, mau meng- utarakan masalah yang dihadapi
1. Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik
2. Sapa klien dengan ramag baik verbal maupun non verbal
3. Perkenalkan diri dengan sopan
4. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
5. Jelaskan tujuan pertemuan6. jujur danenepati janji7. Tunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa adanya
32
8. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien
9. Diskusikan kemempuan dan aspek positif yang dimiliki klien
10. Setiap bertemu klin dihindarkan dari memberi penilaian negative
11. Utamakan memberi pujian yang realistik
TUK 2 :Klien dapat mengiden-tifikasi kemempuan danaspek positif yang dimiliki
2.1.Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki1. Kemampuan yang
dimiliki klien2. Aspek positif
keluarga3. Aspek positif
lingkungan yang dimiliki klien
1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan Penggunaan
TUK 3 :Klien dapat menilaikemampuan yang digunakan
3.1. Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan.
2. setiap hari sesuai kemampuan
- Kegiatan mandiri- Kegiatan dengan bantu- an
33
sebagian-Kegiatan yang
membutuhkan bantuan total
3. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
TUK 4 :Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemam- puan yang dimiliki
4.1. Klien membuat rencana kegiatan harian
1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan, kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, dan kegiatan yang membutuhkan bantuan total
2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
TUK 5 :Klien dapat melakukankegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
5.1. Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
1. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
2. Beri pujian atas keber- hasilan klien
3. Beri contoh cara pelak-
34
sanaan di rumahTUK 6 :Klien dapat memanfaat- kan sistem pendukung yang ada
6.1. Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga
1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri rendah
2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
3. Bantu keluarga me- nyiapkan lingkungan di rumah
35
3.4 IMLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal Dx keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf
10 Des’10 Resiko kerusakan interaksi sosial (menarik diri) berhubungan dengan harga diri rendah
TUK 1:Klien dapat membina hubungan saling percaya
- Selamat pagi Mbak…Kenalkan nama saya Dewi, saya mahasiswa Fakultas Keperawatan. Boleh saya tahu nama mbak siapa?mbak senang dipanggil apa?
- Tujuan saya kesini adalah untuk merawat mbak D. Apabila ada hal-hal yang ingin dibicarakan, ibu bisa bercerita dengan saya. Mungkin saya bisa membantu mencari jalan keluarnya. Saya akan disisni selama 12 hari mulai hari Senin- Jum’at jam 07.00-16.00. Sekarang saya ingin ngobrol dengan mbak D, apa ibu mau sekarang?
- Apa mbak D masih ingat kenapa dibawa kesini?
- Kenapa mbak D kok waktu dirumah sering marah-marah dan mondar-mandir mbak?
S: Selamat pagi…nama saya DO: Bicara pelan, setelah menjawab
klien menjawab
S: Iya…O: Px tersenyum, Ekspresi wajah
bersahabat dan sesekali menatap perawat.
S: Iya…saya ingat sus (klien menceritakan kejadiannya)
O: Mengangguk
S: iya itu sus saya marah (klien menceritakan semua masalahnya)
O: Ekspresi wajah berubah sedih dan sesekali menatap perawat.
A: Masalah teratasi sebagian (BHSP berhasil)
36
P: Lanjutkan TUK 1 modifikasi TUK 2
13 Des ‘10 TUK 2Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
- Menurut mbak D, kemampuan mbak D yang bagaimana yang bisa membuat mbak D bangga?
- Kemarin mbak D kan bisa menjahit, betul kan mbak D?
- Selain itu kegiatan apa yang mbak D sukai selama di rumah sakit
- Tuh kan…ibu punya banyak kemampuan yang dapat dibanggakan. Ibu bisa menjahit, pandai olahraga, dan juga pintar memasak. Mbak D harus bangga ……karena tidak semua perempuan bisa seperti mbak D.
S : saya nggak bisa apa-apa. Saya Cuma senang masak, olahraga dan menyanyi mbakO : menjawab dengan suara lirih dan menunduk
S : saya Cuma bisa sedikit. Dulu saya sering bantu ibu saya jahit tapi sekarang sudah tidak.O : berbicara dengan kontak mata
S : saya senang olahraga saja, O: tetap mempertahankan kontak mata
S : iya….O : klien tersenyum dan menganggukA : masalah teratasi (TUK 2 berhasil)P : lanjutkan TUK 3
14 Des 10 TUK 3Klien dapat menilai kemampuannya yang diambil- mbak D kan punya kemampuan menjahit,
pandai olahraga, dan juga pintar memasak., S : saya suka semuanya sus…O : klien tersenyum
37
lebih suka yang mana mbak D?
- Kalau begitu mbak D kan bisa menjalankan semuanya. Di waktu luang mbak D bisa terima jahitan, kalau hari minggu bisa mengajar senam pagi, dan sorenya mbak D bisa memasak gorengan dan bisa dijual. Gimana menurut mbak D?
- Iya…kan lumayan bisa nambah pemasukan keluarga.
- Nah… sekarang mbak D sudah tahu kemampuan mbak yang bermanfaat. Gimana perasaan mbak mbak D?
S : iya sih…saya juga ingin seperti ituO : klien menatap klien
S : iya…O : klien tersenyum
S: Senang mbak semoga bermanfaat dan saya bisa punya pekerjaanO : klien tersenyumA : masalah teratasi (TUK 3 berhasil)P : lanjutkan TUK 4
15 Des 10 TUK 4Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.- mbak D sekarang kita rencanakan kegiatan
sesuai kemampuan mbak D, setuju tidak…?
- Yang mbak D mau apa? Apakah hanya menjahit, olahraga, dan memasak saja?
- Baiklah…sekarang kita rencanakan
S : iya…saya setuju-setuju saja.O : klien tersenyum
S : iya…itu saja, banyak-banyak malah tidak bisa dilakukan. Tapi kayaknya menjahitnya tidak mbak karena saya tidak ahli.O : klien tampak menjelaskan
S : sus…sebentar ya…tiba-tiba kepala
38
pelaksanaannya.- Ya sudah… mbak D istirahat dulu saja
saya pusing.O : klien memegangi kepala dan klien menuju kamarA : masalah belum teratasiP : lanjutkan TUK 4
16 Des 10 Melanjutkan TUK 4- mbak D kemarin kita kan sudah merencanakan
kegiatan mbak D …sekarang kita lanjutkan mengatur kegiatan mbak D lagi… mbak D mau kegiatan apa?
- mbak D maunya dilaksanakan kapan?
- Kalau gitu saat waktu luang dirumah… mbak D bisa mengajar olahraga, dan memasak. Supaya mbak D nggak kepikiran sama masalah mbak D terus-terusan.
S : iya…saya mau memasak dan mengajar olahraga sajaO : klien mengangguk
S : iya…saya maunya pas saya pulang kerumah mbak….O : klien tersenyum
S : iya mbak Insya allah…biar saya nggak kepikiran masalah saya terus-terusan.O : klien menjelaskanA : masalah teratasi (TUK 4 berhasil)P : lanjutkan TUK 5
17 Des 10 TUK 5Klien dapat melakukan kegiatan disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan klien.- mbak D sebenarnya saya ingin supaya hari ini
mbak D mengajar olahraga. Tapi sayang kenapa kok mbak D nggak mau tadi?
- Kenapa kok malu, padahal mbak D khan dulu pernah ngajar olahraga dan mbak D pintar
S : iya…saya sudah lama nggak olahraga jadi saya malu mbakO : klien tampak kecewa
S : diam O : klien tersenyum dan memandang
39
olahraga khan?
- Ya sudah nggak apa-apa…tapi mbak D harus tetap semangat ya dan besok saya mau lihat mbak D yang mengajar olahraga bagaimana mau khan?
perawat
S : iya sus…terimakasih ya sus…O : klien tersenyumA : masalah belum teratasi (TUK 5 belum berhasil)P : lanjutkan TUK 5
17 Des 10 Melanjutkan TUK 5- Selamat pagi mbak D
- Bagaimana mbak D kabarnya hari ini? Tadi saya lihat mbak D sudah mau melatih olahraga wah bagus sekali gerakan-gerakan yang mbak D bikin.
- Wah mbak D hebat ya masih hapal gerakan senam SKJ tahun 2006. Saya saja nggak hapal mbak, bagaimana kalau besok mbak D melatih olah raga lagi mau kan mbak D?
S: Pagi mbakO: Klien tersenyum dan menatap perawat
S: itu hanya senam SKJ tahun 2006 kok mbak, gerakan biasa saja.O: klien tersenyum dan menunduk
S: -O : klien menganggukA : masalah teratasi (TUK 5 berhasil)P : lanjutkan TUK 6
20 Des 10 TUK 6Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada. - Pagi mbak D…bagaimana keadaan mbak D hari
ini?
- mbak D harus makan yang banyak biar tenaga mbak D ada… biar nggak lemas mbak.
S : pagi sus…saya ngerasa agak lemasO : klien menjelaskan dengan suara lirih
S : iya sus….O : klien menunduk
40
- Kalau ingin keadaannya cepat pulih… mbak D harus makan yang banyak Karena itu harus ada semangat dari mbak D sendiri tentunya.
- Kalau mbak D bosen sama makanan dari Rumah sakit, nanti waktu keluarganya mbak D menjenguk lagi biar minta dibawakan makanan dari rumah, biar mbak D makannya enak, bagaimana mbak D?
- Ya sudah kalau begitu mbak D istirahat dulu, jangan lupa makannya nanti dihabiskan ya mbak D.
S : iya sus…O : klien mengangguk
S : iya sus…O : klien menatap perawat
S : iya makasih sus…O : klien tersenyumA : TUK 6 terlaksanaP : pertahankan TUK 6
21 Des 10 Melanjutkan TUK 6 - Selamat pagi mbak D Bagaimana makannya?
Apa mbak D sudah bisa memotivasi diri sendiri?
- Wah bagus…rupanya mbak D sudah bisa memotivasi diri sendiri ya…
- Baiklah mbak D…hari ini adalah hari terakhir kita bertemu besok kita nggak bisa mengobrol-ngobrol lagi tapi insya allah saya akan sering-sering main kesini lagi…bagaimana perasaan mbak D setelah selama ini ngobrol dengan saya?
S : pagi…sudah agak baikO : klien tersenyum
S : iya…makannya sudah habis mbak O : klien menjelaskan
S : iya saya senang sus…mbak suster sudah banyak bantu saya. Sering-sering main kesini sama main kerumah saya ya mbak. O : klien tersenyum
41
- Ngomong-ngomong masih ingat tidak minum obatnya berapa kali?
- Wah bagus mbak, jangan malu-malu lagi mbak D kan punya banyak kelebihan, terus kembangkan diri mbak D, jangan lupa mandi, sama tetep rajin melatih olahraga disini ya mbak…
- Nah kalau begitu kita akhiri pertemuan kita sampai disini, hati-hati disini ya mbak D, maaf kalau selama kita ngobrol-ngobrol saya punya salah, jangan lupa kalau pulang harus rajin kontrol dan tolong diingat pesan-pesan saya ya mbak D…
(Hasil Kunjungan Rumah)- Mengidentifikasi :
1. Kebiasaan klien selama dirumah 2. Kemampuan klien untuk bersosialisasi
dirumah.3. Keteraturan minum obat.4. Faktor pemicu kekambuhan klien.5. Riwayat penyakit keluaraga dan pasien
serta riwayat hidup penderita.6. Faktor pendukung lingkungan 7. Hubungan internal keluarga dan pasien8. Keadaan rumah dan lingkungan.
S: iya ingat sus, minumnya 3 kali sehari, warna orange dan warna biru.O: klien menjelaskan.
S: iya sus…O: Px tersenyum dan memandang perawat
S: iya sus..O: Px tersenyum dan menjabat tangan perawat
S: Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang faktor pemicu kekambuhan, stressor terjadinya gangguan jiwa, peran keluarga dalam pemenuhan support sistem, pengawasan minum obat dan cara penanggulangan dini pasien kambuh.
O:- Keluarga menerima perawat
dengan baik.- Keluarga mau dan mampu
42
9. Sosial ekonomi.10. Mengidentifikasi kesiapan keluarga
dalam menerima kembali pasien pulang.
- Memberikan Health Edication tentang;1. Faktor penyebab pemicu kekambuhan.2. Stresor terjadinya gangguan jiwa.3. Peran keluarga dalam pemenuhan
support sistem, pengawasan minum obat, dan cara penanggulangan dini pasien kambuh.
mencaritakan tentang semua yang ditanyakan perawat.
(hasil Interview)- Px kurang memiliki aktivitas
pengalih atau kesibukan selama dirumah.
- Support sistem keluarga dan lingkungan kurang.
- Keluarga kurang mengawasi pasien dalam minum obat.
- Intensitas interaksi keluarga dengan pasien kurang
- Kondisi ekonomi keluarga baik (golongan berkecukupan)
- Indeks tekan ruang: 180
A : TUK 6 terlaksanaP : lanjutkan TUK selanjutnya
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Identitas klien
Menurut Nurmiati (2005), harga diri rendah lebih sering terjadi pada wanita, ada
kesesuaian dengan kasus ini. Wanita lebih sering terpajan dengan stresor lingkungan dan
ambangnya terhadap stresor lebih rendah dari pada pria. Pada Nn. D yang pada saat ini
berusia 43 tahun masuk pada resiko tinggi terjadinya harga diri rendah (20-40 tahun).
Selain itu status perkawinan juga sangat berpengaruh terhadap terjadinya harga diri
rendah. Harga diri rendah pada Nn. D dipengaruhi oleh status perkawinan dimana klien
belum menikah sampai usia 40 tahun.
4.2 Alasan masuk
Ditinjau dari alasan masuk yang paling berpengaruh adalah status perkawinan,
dimana klien belum menikah sampai usia 40 tahun. Menurut Nurmiati (2005), peristiwa
kehidupan rumah tangga baik yang akut maupun kronis dapat menimbulkan harga diri
rendah, misalnya kegagalan pernikahan, pertengkaran rumah tangga, kesulitan keuangan,
akumulasi peristiwa yang tidak menyenangkan di masa lalu serta stigma masyarakat
tentang “Perawan tua”. Menurut Karen Horney (1885-1952) menyatakan bahwa
kebudayaan merupakan faktor pendukung unsur penting dalam hubungan antar-manusia
dalam membangkitkan motivasi perilaku manusia, hal ini yang membuat klien
mengalami gangguan konsep diri : harga diri rendah.
4.3 Faktor predisposisi
Teori kognitif mengemukakan bahwa harga diri rendah merupakan masalah
kognitif yang dipengaruhi oleh penilaian negatif terhadap diri sendiri, lingkungan dan
masa depan. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu
hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang
seharusnya dikerjakan (Nurmiati, 2005). Selain itu sebelumnya tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Risiko harga diri rendah semakin tinggi bila
ada riwayat genetik dalam keluarga. Hal ini terjadi kesenjangan dengan teori karena
44
harga diri rendah tetap terjadi meskipun dalam keluarga Nn. D tidak ada riwayat genetik
melainkan mekanisme koping klien yang tidak efektif menjadi salah satu faktor
predisposisi terjadinya harga diri rendah. Namun, hal ini dapat dijelaskan dengan teori
yang dikemukakan oleh Adolf Mayer (1866-1950) yaitu gejala gangguan jiwa yang
dialami oleh Nn. D merupakan reaksi individu terhadap lingkungan dan pengalamannya,
jika koping individu yang dihasilkan seseorang itu positif maka mekanisme gejala yang
timbulkan juga positif begitu pula sebaliknya.
4.4 Fisik
Menurut Stuart & Sundeen (1995), pada penderita harga diri rendah mudah sekali
lelah. Pada Nn. D manifestasinya ditunjukkan melalui keluhan lesu yang ditandai dengan
penurunan aktivitas motorik dan kemauan dalam melakukan segala kegiatan.
4.5 Psikososial
Pada kasus ini klien jarang bergaul dengan lingkungan. Klien pernah bekerja
sebagai guru olahraga sebelum sakit. Klien sebelumnya cukup aktif di kegiatan
masyarakat. Menurut Nurmiati (2008), gejala psikis dari harga diri rendah antara lain
kehilangan rasa percaya diri karena orang yang mengalami harga diri rendah cenderung
memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Selain itu klien
sulit bergaul dengan orang lain dan sehingga tidak mau mengikuti kegiatan di
masyarakat. Pada orang yang mengalami harga diri rendah senang sekali mengkaitkan
segala sesuatu dengan dirinya, perasaannya sensitif sekali. Akibatnya mereka mudah
perasa, mudah sedih, murung dan lebih suka menyendiri.
4.6 Status Mental
Menurut Nurmiati (2008), penderita harga diri rendah akan terlihat dari metode
kerjanya yang menjadi kurang terstruktur, sistematika kerjanya jadi kacau atau kerjanya
jadi lamban. Hal ini tampak dari pembicaraan klien lambat dengan suara pelan. Selain itu
orang yang terkena harga diri rendah akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi
kerjanya, mereka mudah sekali lelah, capai padahal belum melakukan aktivitas yang
berarti. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti
45
semula. Selama di RS klien tampak lesu, lebih banyak diam dan berada di atas tempat
tidur. Klien mengatakan badannya lemas. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap
beraktivitas membuatnya semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah
banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya.
Saat pengkajian klien mengatakan malu karena belum kerja, belum menikah dan
menyusahkan orang tuanya. Hal ini sesuai dengan teori bahwa klien mengalami gejala
psikis dari harga diri rendah yaitu perasaan bersalah dan merasa tidak berguna. Perasaan
tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di
bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. Mereka memandang suatu
kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan
mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan.
Interaksi selama wawancara, klien melakukan kontak mata dengan perawat,
namun sesekai menundukkan wajah dan baru melakukan kontak mata saat menjawab
pertanyaan. Menurut teori ini termasuk gejala sosial pada klien harga diri rendah
dimana mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin
hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan. Selain itu muncul juga
perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman
untuk berkomunikasi secara normal.
Persepsi pada klien tidak terjadi gangguan, klien tidak mengalami halusinasi.
Begitu juga pada proses pikir klien tidak ditemukan waham karena klien masih berada
pada episode harga diri rendah sedang dimana tidak ada gejala psikotik, selain itu
tingkat konsentrasi dan berhitung pada klien masih baik.
4.7 Lingkungan Keluarga dan Masyarakat
Menurut Maramis (2005), bila lingkungan keluarga dan masyarakat atau suatu
kelompok mengalami stres atau berpotensi menimbulkan stres, maka dapat dilihat
bahwa ada orang dalam lingkup tersebut yang jatuh sakit. Makin hebat stres itu makin
banyak orang yang terganggu. Faktor tuan rumah (host factor) yang merupakan kwalitas
para anggota masyarakat dan yang menentukan kerentangan dan kekebalan pada stres.
Pada kasus ini dukungan sosial (support system) dari lingkungan keluarga dan
masyarakat kurang adekuat, terbukti dengan kurangnya interaksi komunikasi antara
46
klien dengan keluarga, terutama setelah klien mengalami gangguan jiwa. Meskipun
hubungan antara klien dengan keluarga dan lingkungan masyarakat baik, namun jika
kurang terjalin komunikasi yang baik antara keduanya dapat memicu terjadinya stres.
Proses komunikasi antara komponen dalam keluarga atau masyarakat sering kali
berperan sebagai alat untuk mengatasi stres itu sendiri. Oleh karena itu, semakin jarang
interaksi baik verbal maupun non verbal akan menyebabkan penumpukan stresor yang
tidak terselesaikan, sehingga menyebabkan klien semakin jatuh dalam kondisi stres.
Selain itu klien juga kurang berperan aktif dalam kegiatan sosial masyarakat, terutama
sejak sakit. Di sisi lain, lingkungan masyarakat juga kurang memberikan perhatian
terhadap klien, meskipun tidak terjadi isolasi sosial dari masyarakat sehingga hal ino
dapat menjadi faktor pendukung terjadinya kekambuhan penyakit klien.
47
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Harga diri rendah merupakan suatu gangguan alam perasaan yang ditandai
dengan perasaan sedih berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. Penyebab
harga diri rendah sangat bervariasi, diantaranya faktor genetik , psikologik dll.
Gejala harga diri rendah dapat dikelompokkan menjadi gejala fisik, psikis dan
sosial. Penatalaksanaan dari harga diri rendah harus menggabungkan antara terapi
psikologik dan biologis.
2. Dari hasil pengkajian pada Nn. D dengan diagnosa Harga diri rendah sedang
didapatkan data salah satunya adalah klien merasa minder karena masalah
keluarga, pernikahan dan pekerjaan.
3. Diagnosis keperawatan utama pada Nn. D adalah isolasi sosial (menarik diri)
berhubungan dengan gangguan konsep diri (harga diri rendah).
4. Perencanaan tindakan keperawatan didasarkan pada standar asuhan keperawatan
jiwa pada masalah keperawatan utama harga diri rendah
5. Intervensi yang sudah dilaksanakan sesuai dengan TUK yang ingin dicapai yaitu
sampai TUK 6.
5.2 Saran
1. Petugas kesehatan atau perawat harus memahami proses perawatan pasien harga
diri rendah mulai dari pengkajian sampai evaluasi. Singga proses keperawatan
dapat berjalan dengan efektif dan tepat guna.
2. Peran keluarga dalam mendukung terapi pasien harga diri rendah sangatlah
diperlukan mengingat keluarga adalah orang terdekat dari pasien
3. Pemberian penyuluhan kepada keluarga tentang perawatan pasien dirumah
sangatlah penting untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
48
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Maramis, W.F, (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press.
Maslim, R. (2001). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: FK Unika Atma Jaya.
Nurmiati, A., ((2005). Harga diri rendah. Aspek Neurobiologi Diagnosis dan
Tatalaksana. Jakarta: FKUI.
Prijosaksono, A., (2008). Mengendalikan Diri Sewaktu Harga diri rendah. www//http:
sinarharapan.co.id. diakses pada tanggal 15 Desember 2010. Pukul 05.40 WIB.
Rawlin, R.P.(1993). Clinical Manual of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year
Book
Stuart G.W Sundeen, S.J., (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (ed. Indonesia).
Jakarta: EGC
Towsend, M, C.1995. Buku Saku: Diagnosa Keperawatan Psikiatri: Pedoman untuk
Pembuatan Rencana Keperawatan. (ed.Indonesia). Jakarta: EGC
49
Lampiran
LAPORAN
KUNJUNGAN RUMAH
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Nn. D
Umur : 43 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Status perkawinan : Belum kawin
Alamat : Surabaya
Nomer Reg. : 025031
Diagnosa : F.20.1 (Skizoprenia hebeprenik)
II. SUSUNAN KELUARGA
No Sex Umur Pendidikan Status Perkawinan
Pekerjaan Keterangan
1 Laki-laki 67 th SD Menikah - Ayah pasien meninggal
2 Perempuan 65 th SD Menikah Ibu rumah tangga
Ibu pasien
3 Laki-laki 46 th D3 Menikah Wiraswasta Kakak pasien4 Perempuan 37 th SMA Menikah Ibu rumah
tanggaKakak ipar pasien
5 Perempuan 43 th SMA Belum menikah
Tidak bekerja
Pasien
6 Laki-laki 38 th S1 Menikah Wiraswasta Adik pasien7 Laki-laki 36 th S1 Menikah Wiraswasta Adik pasien8 Laki-laki 12 th SD Belum
menikahSekolah Keponakan
pasien9 Perempuan 7 th SD Belum
menikahSekolah Keponakan
pasien
50
III. KESAN PENERIMAAN
Keluarga pasien menerima kunjungan perawat dari RSJ. Menur dengan
sambutan yang baik dan menciptakan suasana rumah yang kondusif dan nyaman.
Keluarga juga kooperatif dengan perawat yang datang dengan menjawab semua
pertanyaan.
IV. RIWAYAT HIDUP PENDERITA
a. Prenatal
Ibu pasien selama mengandung pasien rutin periksa kandungan ke dokter
dan tidak ada keluhan selama kehamilan.
b. Natal
Ibu pasien melahirkan secara normal tanpa kesulitan pada saat kandungan
berusia 9 bulan.
c. Postnatal
Saat lahir pasien memiliki berat badan 3,5 kg dan panjang badan 52 cm.
V. FAKTOR HEREDITER
Tidak ada di keluarga pasien yang menderita sakit seperti pasien sebelumnya.
VI. PREMORBID
Pasien pendiam dan suka menyendiri.
VII. HUBUNGAN INTER DAN ANTAR KELUARGA
Orang yang dekat dengan pasien adalah ibu pasien. Hubungan pasien dengan
anggota keluarga yang lain baik, namun intensitas komunikasi antara keluarga
dan pasien kurang intens.
VIII. KEADAAN RUMAH DAN LINGKUNGAN
Rumah pasien memiliki pagar dari tembok yang tinggi. Rumah bersih,
rapi dan tata ruang bagus. Semua barang tertata pada tempatnya dengan rapi.
Rumah pasien juga mempunyai taman di depan rumah.
51
IX. SOSIAL EKONOMI
Penanggung biaya hidup dalam keluarga pasien adalah kakak pasien yang
bekerja sebagai wiraswata dengan penghasilan sebesar 2,5 juta setiap bulan.
X. INDEX TEKANAN RUANG
Rumus :
Pasangan Interaksi (PI) : N2 – N = 62 _ 6 = 15
2 2
Luas Bangunan (LB) : P x L x 9 feet = 25 x 12 x 9 = 2700 feet
ITR : LB = 2700 = 180
PI 15
Catatan : N = penghuni rumah
XI. DENAH RUMAH
U
S
25 meter
12 mete
Kamar
Kamar Kolam
DapurGudang Kamar Mandi
Kamar
Kamar Pasien
Ruang Tamu Kamar
Taman