bab 1 pendahuluan kebijakan kpy
TRANSCRIPT
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
1/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-1
BAB1PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pilar utama pembangunan adalah aspek ekonomi, sosial budaya, dan
lingkungan. Keberhasilan pembangunan selain dicirikan oleh peningkatan
pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan, juga harus ada jaminan
keberlanjutan. Infrastruktur memainkan peranan penting dalam pembangunanwilayah. Pembangunan wilayah perkotaan yang berkelanjutan membutuhkan
infrastruktur yang mendukung kepentingan ekonomi serta mendukung sistem
sosial budaya dan sistem ekologi secara terpadu.
Instrumen dalam rangka mengoptimalkan pengembangan infrastruktur
perkotaan adalah rencana ruang, kebijakan pengembangan, dan kapasitas
pengelolaan. Pengembangan infrastruktur memiliki fungsi dan peran penting
dalam konteks pembentukan struktur ruang. UU No 26 Tahun 2007 tentangPenataan Ruang Pasal 32 Ayat (1) dan (6) menerangkan bahwan pemanfaatan
ruang dilakukan melalui pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta
pembiayaannya dan dilaksanakan dengan memperhatikan standar pelayanan
minimal dalam penyediaan sarana dan prasarana wilayah. Selanjutnya pada
Pasal 38 ayat (1) dan (2) menegaskan bahwa jaringan infrastruktur wilayah
memiliki fungsi alat untuk intervensi penataan ruang yang baik melalui
pemberlakuan RTRW untuk ditaati stakeholders.
Kawasan perkotaan paling dinamis, kompleks, sekaligus potensial dalam
pembangunan DIY adalah Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY). KPY
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2
tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2009 - 2029 merupakan Kawasan Strategis Pertumbuhan
Ekonomi sebagai Kawasan Strategis Provinsi (KSP). Pertumbuhan KPY secara
ekonomi memberikan dampak positif, tetapi secara ekologi dapat menyebabkan
gejala yang mengkhawatirkan. Hal ini menuntut kebijakan pengembangan
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
2/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-2
infrastruktur dan kapasitas pengelolaan terpadu untuk pembangunan perkotaan
yang berkelanjutan berbasis pengukuran kebutuhan kuantitatif maupun kualitatif.
Kebijakan pembangunan infrastruktur terpadu di KPYperlu mewujudkan
pentingnya penyamaan persepsi stakeholders dan masyarakat tentang
permasalahan, tantangan, dan kebutuhan yang dihadapi dalam rangka proses
pengambilan keputusan yang lebih partisipatif. Kebijakan pengembangan
infrastruktur paling tidak mencakup aspek teknis, finansial, dan kelembagaan
(kapasitas). Atas dasar kebutuhan tersebut, maka dilakukan kegiatan
"Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan
Kapasitas Pengelolaan di KPY". Kegiatan ini merupakan kegiatan studi yang akan
dipakai dasar penyusunan program implementasi RTR KPY dalam bidang
pembangunan infrastruktur berdasarkan rencana tata ruang.
Gambar 1.1. Peta Wilayah Kawasan Perkotaan Yogyakarta
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
3/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-3
1.2. Dasar Hukum
Dasar hukum kegiatan ini adalah
1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah
Istimewa Jogjakarta sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1955;
2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria;
3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya;
4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi;5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air;
6) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
7) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
8) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan;
9) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
10) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi;
11) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
12) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya;
13) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai;
14) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan
Tanah;
15) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi;
16) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan;
17) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
18) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional;
19) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air;
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
4/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-4
20) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah;
21) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun
2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah;
22) Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 7 tahun 2005 Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2006-
2025;
23)Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2005 tentang: Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2006 2025;
24) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 1 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta Tahun
2005 - 2025;
25) Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 tahun
2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2009 2029;
26) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 tahun 2010 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Yogyakarta Tahun 2010 - 2029;
27) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 tahun 2011 Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Bantul Tahun 2010
2030, dan28) Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 12 tahun 2012 Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031.
1.3. Maksud, Tujuan, dan Sasaran
1.3.1. Maksud
Maksud kegiatan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan PengembanganKapasitas Pengelolaan di KPY adalah:
1) Menjadi landasan/menindaklanjuti RTR KPY dalam implementasi
pembangunan bidang infrastruktur perkotaan yang dibutuhkan secara efektif
dan efisien.
2) Jadi model pengembangan pengelolaan kelembagaan sesuai dengan
kapasitas permasalahan dalam implementasi RTR KPY yang
didukung/melibatkan ketiga kelompok pemangku kepentingan (Kab./Kota) diKPY.
http://hukum.bantulkab.go.id/unduh/peraturan-daerah/2005/14http://hukum.bantulkab.go.id/unduh/peraturan-daerah/2005/14 -
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
5/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-5
1.3.2. Tujuan
Tujuan kegiatan adalah:
1) Teridentifikasinya volume dan sebaran lokasi prioritas kebutuhan kuantitas
dan kualitas infrastruktur di KPY sesuai dengan indikasi program dalam
RTR KPY.
a) Identifikasi kebutuhan infrastruktur.
b) Inventarisasi pembangunan infrastruktur
2) Terumuskannya kebijakan pengembangan infrastruktur di KPY yang
terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan prioritas kebutuhan
3) Terumuskannya kebijakan pengembangan kapasitas pengelolaan di KPY
yang efektif dan berkualitas meliputi struktur fungsi-fungsi kelembagaan
dan mekanismenya.
4) Tersusunnya rencana dan/atau program pengembangan infrastruktur dan
pengembangan kapasitas pengelolaan di KPY yang dapat dijadikan acuan
oleh pemerintah kabupaten dan kota dalam menyusun rencana detil tata
ruang.
1.3.3. SasaranSasaran dari pekerjaan ini adalah tersusunnya kebijakan pengembangan
infrastruktur dan pengembangan kapasitas pengelolaan sebagai acuan dalam
pemanfaatan ruang di KPY.
1.4. Ruang Lingkup
1.4.1. Lingkup MaterialMateri pekerjaan ini meliputi:
1) Melakukan pengumpulan data sekunder atau data primer;
2) Melakukan studi literatur tentang konsep pengembangan infrastuktur dan
kapasitas pengelolaan di kawasan perkotaan;
3) Melakukan pengamatan terhadap kondisi infrastuktur dan kapasitas
pengelolaan eksisting di KPY;
4) Mengidentifikasi kebutuhan kuantitas dan kualitas pengembangan infrastukturdan kapasitas pengelolaan di KPY berdasarkan skala prioritas sesuai dengan
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
6/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-6
indikasi program dalam RTR KPY;
5) Menganalisis keterpaduan dan keberanjutan kebijakan pengembangan
infrastuktur dan kapasitas pengelolaan di KPY, antara lain melalui diskusi pakar
atau workshopdan FGD; dan
6) Menyusun rencana dan/atau program pengembangan infrastuktur dan
kapasitas pengelolaan di KPY.
1.4.2. Skala Peta dan Data Dasar
Peta yang digunakan dalam proses analisis antara lain peta rupa bumi dengan
skala 1:25.000, peta topografi dengan skala 1:25.000, peta geologi dengan skala
1:100.000. Data dasar yang dibutuhkan antara lain dokumen-dokumen
perencanaan tata ruang, yaitu RTRW DIY dan RTR KPY, RTRW Kota Yogyakarta,
RTRW Kabupaten Sleman dan RTRW Kabupaten Bantul, serta dokumen
perencanaan sektor-sektor infrastruktur.
1.4.3. Produk Keluaran
Produk yang dihasilkan dari pekerjaan ini adalah dokumen kebijakan
pengembangan infrastuktur dan kapasitas pengelolaan di KPY. Aspek yangdihasilkan sebagai acuan antara lain:
a. Kebijakan pengembangan infrastruktur, meliputi sektor:
1) Transportasi
2) Jalan
3) Air bersih
4) Drainase
5) Sanitasi6) Pengelolaan limbah dan sampah
7) Jaringan listrik/energi
8) Jaringan telematika
Cakupan pengembangan infrastruktur terdiri dari aspek teknis, biaya, dan
operasional manajemen pada sarana dan prasarana, meliputi:
1) Jenis prioritas program yang akan dilaksanakan masing-masing sistem
infrastruktur dan indikasi program yang ada sesuai dengan RTR KPY
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
7/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-7
2) Perhitungan besaran/kapasitas
3) Lokasi pelaksanaan program
4) Estimasi pembiayaan
5) Tahapan pelaksanaan
6) Instansi pelaksanaan
b. Kebijakan pengembangan kapasitas pengelolaan meliputi kelembagaan dan
SDM pemerintah, swasta, dan masyarakat, meliputi:
1) Bentuk organisasi
2) Kewenangan/tupoksi
3) Struktur organisasi
4) Mekanisme
5) Sumber pendanaan kelembagaan
6) Sumber daya manusia
1.5. PENDEKATAN
Tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah agar dihasilkan kebijakan
pengembangan infrastruktur yang relevan terhadap kebutuhan pembangunan
kawasan secara terpadu, terkendali, serasi, selaras, seimbang, berdaya guna dan
berhasil guna. Secara garis besar, arahan kebijakan ini sbb:
1) Konsep pembangunan yang berkelanjutan, ada keuntungan ekonomi dan
kondisi lingkungan hidup terjaga.
2) Pengembangan infrastruktur kawasan yang menempatkan manusia/penduduk
sebagai pelaku utama dan bukan sebagai obyek pembangunan.
3) Keterpaduan aspek perencanaan wilayah antar wilayah yang berdekatansehingga menciptakan harmonisasi kepentingan.
4) Keterpaduan program keruangan (spasial) maupun sektoral.
5) Keterpaduan pengendalian pemanfaatan infrastruktur kawasan.
Pendekatan yang tepat digunakan adalah pendekatan ilmiah, yakni
penggunaan teori suatu bidang ilmu untuk mendekati suatu masalah. Pendekatan
ini merupakan jembatan yang menghubungkan antara teori mengenai kebijakan danimplementasi kebijakan RTR KPY. Dengan mendialogkan kondisi empiris dan
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
8/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-8
kondisi ideal yang ada dalam rencana RTR KPY, diharapkan hal-hal yang
memudahkan atau menghambat keberhasilan implementasi kebijakan RTR KPY
dapat diidentifikasikan.
1.6. METODE
Metode yang digunakan dalam kajian ilmiah ini ditekankan pada pendekatan
deduktif rasionalistik. Deduktif di sini dilakukan untuk memperjelas kerangka analisis
dari serangkaian kajian teori, yang digunakan sebagai kerangka untuk menentukan
parameter dan variabel untuk mengevaluasi implementasi kebijakan. Sedang
rasionalistis di sini dalam arti menekankan pada pemahaman intelektual yang
dibangun dari kemampuan berargumentasi secara logis, sehingga menurut Muhajir
(2000), ketajaman dalam memaknai kejadian nyata/fakta empiris menjadi sangat
penting. Metode ini juga sangat menuntut agar objek yang diteliti tidak dilepaskan
dari konteksnya atau setidaknya diteliti dengan fokus atau aksentuasi tertentu,
tanpa mengeliminasi konteks yang sebenarnya. Metode penelitian ini
mengasumsikan bahwa realitas empiri menjadi suatu konteks yang saling terkait
antar satu dengan yang lainnya.
1.6.1. Metode Pengumpulan Data
Kegiatan pengembangan kebijakan infrastruktur dan pengembangan kapasitas
pengelolaan di KPY membutuhkan data yang menyeluruh. Data kegiatan RTR KPY
diperoleh melalui stakeholder yang terkait dalam pembangunan infrastruktur.
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil kajian yaitu kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam telaah ini instrumenpenelitian yang utama adalah si peneliti sendiri sehingga sebelum turun ke
lapangan, konsultan perlu membekali diri dengan pemahaman konsep, teori dan
wawasan yang luas terhadap topik yang ditelaah. Selain itu akan dikembangkan
kerangka kerja penelitian yang berfungsi sebagai arah dalam pelaksanaan
penelitian.
Selain instrumen, teknik pengumpulan data juga sangat penting dalam
menentukan keberhasilan telahaan. Studi kebijakan sensitif konteks menuntutadanya keterlibatan antara konsultan dan pemerintah daerah sehingga mampu
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
9/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-9
mengangkat berbagai data dan informasi yang sebelumnya kurang terlihat. Studi
kebijakan sensitif konteks selain menggunakan metode pengumpulan data secara
sistematis juga mengumpulkan data yang didapatkan selama proses kegiatan
berjalan. Data yang didapat dari konteks dimana kegiatan telahaan dilakukan akan
melengkapi dan memverifikasi data yang dikumpulkan secara sistematis.
Dalam telahaan dengan pendekatan sensitif konteks ini teknik utama
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan dokumen
Dokumen yang dikumpulkan akan digunakan sebagai dasar analisis dan
sekaligus alat penyusun bahan wawancara terhadap target kelompok atau
orang tertentu.
Dalam penyusunan studi ini, data-data yang dibutuhkan dalam bentuk dokumen
sebagai berikut:
(1)Data terkait kebijakan yang diterapkan
Draft Raperda RTR KPY
RTRW DIY, dilengkapi dengan materi teknis Perda
RTRW Kabupaten dan Kota.
Kebijakan lainnya yang terkait dengan master plan/rencana induk sektoral,
seperti air minum, sampah, limbah, drainase, dll.
(2) Data capaian implementasi Kebijakan
LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah)
LPPD (Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah); dan
Laporan Kegiatan Tahunan Sekber Kartamantul.
b. Kunjungan ke sampel area
Kunjungan untuk melakukan observasi berkaitan implementasi kebijakan
pengembangan infratruktur.
c. Wawancara mendalam (in-depth interview)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data lembaga daerah
terpilih yang dilakukan untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang topik
telahaan, termasuk kapasitas pengelolaan. Pertanyaan yang diajukan meliputi,motivasi munculnya kelembagaan: apa yang mendorong munculnya
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
10/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-10
kelembagaan, landasan legalitas; dan penetapan posisi personal dalam struktur
organisasi kelembagaan, pergantian kepengurusan, siklus dll.
Daftar lembaga terpilih sebagai berikut:
- Dinas PUP ESDM DIY
- Dinas PU dan Perumahan Kabupaten Sleman
- Dinas PU Kabupaten Bantul
- Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta
- Sekber Kartamantul
d. Diskusi terbatas
Diskusi terbatas dilakukan untuk memperoleh informasi dan membahas secara
bersama-sama berbagai masukan terkait dengan topik telahaan dalam
kelompok kecil dan terbatas.
1.6.2. Metode Pengolahan Data
Tahap pengolahan data yang akan dilakukan, meliputi:
1) Editing, yaitu dengan melakukan pemilahan terhadap data yang dibutuhkan;
2) Klasifikasi, yaitu pemilahan data berdasarkan kebutuhan analisis masing-masing; dan
3) Tabulasi, yaitu pengelompokan data untuk mempermudah proses analisis yang
dilakukan. Kompilasi data dilakukan untuk mendapatkan data berupa informasi
dengan melakukan cara tabulasi. Tabulasi dilakukan dengan memasukkan data
dalam berkas (file) data dan merekamnya melalui media elektronik dengan
program yang sesuai.
Data yang berhasil dikumpulkan dan diolah pada kegiatan yang disebutkan diatas, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel, grafik, dan peta. Data dan informasi
ini disusun dalam keseluruhan proses pelaksanaan studi ini, yang selanjutnya lewat
analisis data akan dihasilkan suatu laporan hasil studi.
1.6.3. Metode Analisis
Pada penggunaan metode ini, teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif
empiri. Teknik ini dikakukan dengan cara memverifikasikan beberapa parameter
yang ditetapkan dari kajian teoritik tentang implementasi kebijakan di sektor
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
11/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-11
pembangunan infrastruktur. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan
tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek
dan sobjek yang diteliti secara tepat.
Alasan pemilihan teknik diskripsi untuk evaluasi implementasi kebijakan RTR
KPY ini adalah:
1) bisa menjelaskan fakta empiris.
2) berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan
bidang kebijakan..
3) memungkinkan untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
hubungan variabel atau asosiasi, dan juga mencari hubungan komparasi
antarvariabel.
Selain itu, teknik deskriptif mempunyai keunikan seperti berikut:
1) Penelitian deskriptif selain menggunakan kuesioner dan wawancara
membutuhkan responden/informan khusus yang terlibat atau mendalami
langsung terkait dengan object yang akan diteliti, sehingga hasil kesimpulan
akan lebih mendalam;
2) Penelitian deskriptif membutuhkan observasi, hal ini karena kadangkaladalam pengumpulan data di lapangan kita tidak memperoleh data yang
memadai. Untuk itu diperlukan para observer yang terlatih dalam observasi,
dan jika perlu membuat chek list lebih dahulu tentang objek yang perlu dilihat,
sehingga peneliti memperoleh data yang diinginkan secara objektif dan
reliable.
3) Penelitian deskriptif memerlukan pemahanan permasalahan yang harus
diidentifikasi dan dirumuskan secara jelas, agar di lapangan, peneliti tidakmengalami kesulitan dalam menjaring data yang diperlukan.
Pada pendekatan untuk evaluasi implementasi kebijakan pembangunan
infrastruktur di KPY ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan
dengan kualitatif dan tahap kedua dengan kuantitatif. Pada tahap pertama diskripsi
kualitatif digunakan untuk mengkaji keterkaitan kebijakan dari makro ke mikro.
Sedang metode kuantitatif dilakukan untuk melihat seberapa jauh capaian dari
implementasi kebijakan RTR KPY bisa dicapai. Dalam menggunaan metode ini
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
12/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-12
akan digunakan alat analisis statistik sederhana (stratistik interprestasi) berupa
tabulasi frekwensi. Secara sederhana proses penggunaan metode ini dalam studi
ini sebagai berikut:
Gambar 1.2.Diagram Proses Penelitian Kuantitatif Rasionalisikuntuk Melihat Capaian Implementasi Kebijakan
Sedangkan untuk melihat eksistensi dan kinerja kelembagaan formal terkait
dengan implementasi kebijakan RTRK KPY dapat digunakan analisis sebagai
dengan pendekatan SCP (Structural, Conduct, Performence) (Erlinda Muslim
(2008). Struktur mengacu pada pola hubungan fungsional antara satu fenomena
dengan fenomena laian dalam satu kegiatan. Pengungkapan struktur dalam
kelembagaan didasarkan pada variabel:
1) Motivasi munculnya kelembagaan: apa yang mendorong munculnya
kelembagaan;
2) Landasan legalitas; dan
3) Penetapan posisi personal dalam struktur organisasi kelembagaan, pergantian
kepengurusan, siklus dll.
Conduct menunjukkan perilaku personal dalam menjalankan organisasikelembagaan. Hal ini ditujukan oleh berbagai pilihan kegiatan yang diaplikasikan
Grand Teori:
Demand-
SupplyImplementasi
kegiatan
Konsep:
1. kinerja
2. Implementasi
kegitan/kebijak
an RTR KPY
Parameter:
1. Jenis Kegiatan
2. Ta rget
3. Tingkat
Capaian
ABSTRAK
EMPIRIS
Sumber : Diolah dari Sud aryono(2006)
ABSTRAK
EMPIRIS ANALISISSTATISTIK
KUESIONER
DATA
RASIONALISTIK(INTERPRETASI)
Sumber : Diolah dari Sud aryono(2006)
Jenis dan jumlah kegiatan tiap
sektor:
Target dalam rencana kegiatan di
RTR KPY
Tingkat capaian pelaksanaan
kebijakan
-
7/26/2019 Bab 1 Pendahuluan Kebijakan KPY
13/13
LAPORAN AKHIR
Penyusunan Kebijakan Pengembangan Infrastruktur dan Pengembangan Kapasitas Pengelolaan di KPY I-13
dalam kelembagaan, akses individu terhadap kebijakan. Sedangkan performence
menunjukkan wujud kegiatan yang sudah dilakukan oleh kelembagaan dalam
melibatkan partisipasi kelompok dan kualitas hasil. Tampilan performence
menunjukkan identifikasi aktor yang terlibat, waktu penyelesaian, capaian output
dalam periode tertentu, manfaat yang diperoleh dan prediksi dampak.
Analisis efektifitas kelembagaan ini dilakukan dengan membandingkan
inplementasi kegiatan dengan perencanaan yang dibuat. Secara kuantitatif
efektivitas dinyatakan dalam rasio yang mencerminkan rasio output terhadap input.
Gambar 1.3.Diagram Proses Penelitian Kuantitatif Rasionalisik untuk Melihat Kinerja Kelembagaan
Grand Teori:
Kelembagaan
Konsep:
1. Evaluasi
Kelembagaan
Parameter:
Structural,
Conduct,
Performence
Variabel:
Structural:
motivasi munculnya kelembagaan
landasan legalitas
Conduct:
Perilaku personal terhadap organisasi lembaga
Akses individu terhadap kebijakan
Performence:
Kegiatan yang sudah dilakukan lembaga
Aktor yang terlibat
Waktu penyelesaian
Capaian target
Sumber : Diolah dari Sudaryono (2006)
ANALISIS
STATISTIK
KUESIONER
DATA
RASIONALISTIK
(INTERPRETASI)
ABSTRAK
EMPIRIS