bab 2 landasan teori 2.1 pengertian...
TRANSCRIPT
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem
Menurut Schoomaker (2005, p117) sistem adalah sebuah kumpulan orang, mesin
dan prosedur yang terorganisir dalam keadaan saling kebergantungan untuk
menyelesaikan sekumpulan fungsi tertentu. Kumpulan tersebut memiliki kemampuan
memproduksi, menggunakan, mengubah, atau pertukaran informasi dalam memenuhi
tujuan.
Sedangkan O’Brien dan Marakas (2008, p24) mendefinisikan sistem sebagai
sekumpulan komponen yang saling berhubungan dengan batasan yang jelas, bekerja
bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan
output dalam proses transformasi teratur. Sistem memiliki tiga fungsi dasar, yaitu: input,
process, dan output.
Dan menurut Stair dan Reynolds (2010, p8) sistem adalah sebuah set elemen dan
komponen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Hubungan tersebut
menentukan bagaimana sistem tersebut bekerja mulai dari input, mekanisme proses,
output hingga feedback.
Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi sistem adalah sekumpulan elemen atau
komponen yang saling berinterkasi dalam menerima input dan menghasilkan output
dengan berkesinambungan dan terintegrasi dalam mancapai tujuan tertentu.
9
Data
Informasi
Knowledge
2.2 Data, Informasi dan Knowledge
Menurut Widayana (2005, p12) data merupakan fakta-fakta mentah, antara lain
berupa gambar, angka dan disajikan tanpa suatu makna. Informasi adalah data yang
telah tersusun dan disertai dengan referensi terhadap suatu hubungan, mempunyai arti
untuk membantu pengambilan keputusan. Sedangkan knowledge adalah informasi yang
dilengkapi dengan pemahaman. Knowledge merupakan penerapan informasi yang
diyakini dapat langsung digunakan untuk mengambil suatu keputusan untuk bertindak.
Sedangkan Turban dan Volonino (2010, p41) mendefinisikan bahwa data
merupakan segala sesuatu, peristiwa, aktivitas, dan transaksi yang dicatat, diklasifikasi,
serta disimpan, tetapi tidak diatur untuk mengungkapkan makna tertentu. Data dapat
bersifat numerik, alfa numerik, figur, suara atau gambar. Sedangkan informasi adalah
data yang telah diatur sehingga memiliki makna dan nilai bagi penerimanya. Knowledge
terdiri atas data atau informasi yang terlah diatur dan diproses untuk menyampaikan
pemahaman, pengalaman, akumulasi pembelajaran serta keahlian sebagai terapan untuk
permasalahan serta kegiatan masa kini. Gambar 2.1 menggambarkan hubungan hirearki
antara data, informasi dan knowledge.
Gambar 2.1 Hierarki Data-Informasi dan Knowledge Sumber : Akhmad Hidayatno, 2006
10
Dalam konteks TI, knowledge sangat berbeda dari data dan informasi. Di mana
data merupakan kumpulan fakta mentah, informasi merupakana data yang telah diproses
sementara knowledge adalah informasi terkonsep, relevan, serta actionable (Turban dan
Volonino, 2010, p392).
Jadi dapat disimpulkan bahwa data adalah fakta-fakta mentah belum diolah dan
dapat merepresentasikan suatu aktivitas, kejadian, grafik, gambar, dan lain-lain, namun
belum mengungkapkan makna tertentu. Sedangkan informasi adalah sekumpulan data
yang telah diolah dan tersusun sehingga memiliki nilai manfaat untuk digunakan
pengambilan keputusan.
2.3 Pengertian Sistem Informasi (SI)
Menurut Turban dan Volonino (2010, p11) mendefinisikan SI sebagai proses
fisik yang mendukung organisasi dalam mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan
menganalisis data serta menyebarkan informasi keseluruh organisasi.
Sementara menurut Stair dan Reynold (2010, p10) mendefinisikan SI sebagai
seperangkat element yang saling terkait untuk di-input, diproses, disimpan, serta
diserbarkan guna mendapatkan feedback dalam memenuhi tujuan tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa SI adalah suatu kombinasi antara komponen-
komponen penting dan saling bekerjasama untuk mengumpulkan, mengolah,
menyimpan, dan menyebarkan informasi keseluruh organisasi untuk mendukung
pengambilan keputusan serta membantu dalam memenuhi tujuan organisasi.
11
2.4 Pengertian Knowledge
Menurut Gottschalk (2005, p58) knowledge adalah sesuatu yang dapat
diperbaharui, reusable dan dapat dikumpulkan sumber value-nya untuk perusahaan
ketika memproduksi suatu barang dan jasa. Knowledge sulit disimpan di dalam
komputer, hanya dapat disimpan di dalam otak manusia. Knowledge juga merupakan
sesuatu yang seseorang ketahui. Di sini tidak akan ada knowledge tanpa hadirnya
seseorang yang memahami hal tersebut. Knowledge didefinisikan sebagai kombinasi
antara informasi dengan pengalaman, intuisi, interpretasi, refleksi suatu hal serta
kreativitas seseorang.
Sementara Debowski (2006, p16), mendefinisikan knowledge sebagai suatu
proses menerjemahkan informasi dan pengalaman masa lalu menjadi hubungan
bermakna yang dapat dimengerti dan diterapkan oleh setiap individu.
Sedangkan menurut Bernard and Tichkiewitch (2008, p7) knowledge adalah
informasi yang berada pada pikiran seseorang dan itu bernilai sebagai ide baru
berwawasan, sehingga dapat diinterpretasikan sebagai informasi yang memiliki kekuatan
bersaing dan bernilai tinggi.
Dari pengertian knowledge menurut Gottschalk (2005, p58), Debowski (2006,
p16) serta menurut Bernard and Tichkiewitch (2008, p7) dapat disimpulkan bahwa
Knowledge sebagai suatu hal yang diketahui seseorang sebagai kombinasi antara
informasi dengan pengalaman, intuisi, interpretasi, serta kreatifitas seseorang bernilai
tinggi sehingga dapat dijadikan kekuatan bersaing namun sulit didokumentasikan.
12
2.4.1 Tipe Knowledge
Menurut Tobing (2007, p9) tacit knowledge adalah knowledge yang terletak pada
otak atau melekat di dalam diri seseorang dan diperoleh melalui pengalaman namun
sangat sulit dikodifikasi. Sedangkan explicit knowledge adalah segala bentuk knowledge
yang sudah direkam, dan didokumentasikan dalam repository KM sehingga lebih mudah
didistribusikan dan dikelola.
Menurut Debowski (2006, p16-18) jenis knowledge dibagi menjadi dua macam:
a) Tacit Knowledge
Tacit knowledge (2006, p18) adalah knowledge yang diakumulasi dari pengalaman dan
pembelajaran seseorang. Tacit knowledge sulit untuk direproduksi atau dibagikan
dengan orang lain. Kelemahan dari tacit knowledge adalah sulitnya menerjemahkan tacit
knowledge menjadi produk yang tangible. Isu lain yang berkaitan dengan tacit
knowledge adalah bagaimana mengidentifikasi orang – orang yang memiliki knowledge
dan bagaimana memungkinkan orang lain untuk mengakses knowledge tersebut saat
dibutuhkan.
b) Explicit Knowledge
Explicit knowledge (2006, p17) adalah knowledge yang dapat dibagi, didokumentasikan,
dikategorikan, dan disebarkan kepada pihak lain sebagai informasi. Explicit knowledge
merupakan sumber daya utama dalam organisasi di mana fokus pekerjaan berubah
menjadi berfokus pada knowledge yang ada dalam organisasi.
Menurut Nonaka dan Ichijo (2007, p283) explicit knowledge dapat diekspresikan
dalam kata dan angka, serta mudah dikomunikasikan dan disebarkan dalam bentuk
dokumen, formulasi ilmiah, atau prosedur pengkodean. Tacit knowledge merupakan
personal knowledge, sulit diungkapkan dengan bahasa formal untuk dikomunikasikan.
13
Tacit Knowledge
Tacit Knowledg
Explicit
Explicit Knowledge
Dari
Ke
Sosialisasi - Face to face communication - Collaboration features - Trainning diklat
Eksternalisasi - Dokumen rapat / notulen - Dokumen experts - Discussion platform - Ms Office
S + i t t
Internalisasi - Intranet + internet - Content management - Learning features - Surat edaran - Papan pengumuman
Kombinasi - Forum diskusi - Aplikasi Database - Business Intelligent - Internet - Enterprise portal feature
2.4.2 Proses Penciptaan Knowledge
Menurut Nonaka, dan Ichijo (2007, p297) suatu organisasi tidak dapat
menciptakan knowledge sendiri, karena harus mengerahkan tacit knowledge dan
mengakumulasikan mulai dari level individu. Pengerahan tacit knowledge ini diperkuat
dengan namanya knowledge spiral, di mana hal ini merupakan interaksi antara tacit
knowledge dengan explicit knowledge.
Menurut Setiarso, Triyono dan Subagyo (2009, p35) menyatakan bahwa proses
penciptaan knowledge perusahaan terjadi karena adanya interaksi antara tacit knowledge
dengan explicit knowledge, melalui proses sosialisasi, eksternalisasi, kombinasi, dan
internalisasi milik Nonaka. Knowledge baru sebagai hasil proses SECI akan mengalami
multiplikasi nilai secara berkelanjutan, dan proses ini dinamakan knowledge spiral atau
knowledge conversion dengan menggunakan perangkat teknologi pada perusahaan.
Berikut ini Gambar 2.2 adalah gambaran model knowledge conversion/knowledge spiral.
Gambar 2.2 Model Konversi Knowledge menurut Setiarso et.al (2009)
14
Sosialisasi adalah konversi dari tacit knowledge ke tacit knowledge yang
dilakukan melalui pertemuan tatap muka (rapat, diskusi, dan pertemuan bulanan).
Melalui pertemuan tatap muka ini, SDM dapat saling berbagi knowledge dan
pengalaman yang dimilikinya sehingga tercipta knowledge baru.
Eksternalisasi adalah proses untuk mengkonversikan dan mengartikulasikan tacit
knowledge menjadi suatu konsep yang jelas dan dimengerti. Dukungan terhadap proses
eksternalisasi ini, dapat diberikan dengan mendokumentasikan notulen rapat (bentuk
eksplisit dari knowledge yang tercipta saat diadakannya pertemuan) ke dalam bentuk
elektronik untuk kemudian dapat dipublikasikan kepada yang berkepentingan.
Proses konversi knowledge melalui kombinasi adalah mengkombinasikan
berbagai explicit knowledge yang berbeda untuk disusun ke dalam sistem KM. Media
untuk proses ini dapat melalui intranet (forum diskusi), database perusahaan dan
internet untuk memperoleh sumber eksternal. Fitur-fitur enterprise portal seperti
knowledge organization system yang memiliki fungsi untuk pengkategorian informasi,
pencarian, dan sebagainya sangat membantu dalam proses ini.
Internalisasi adalah konversi dari explicit knowledge ke tacit knowledge di mana
semua dokumen data, informasi dan knowledge yang sudah didokumentasikan dapat di-
sharing. Inilah terjadi peningkatan knowledge SDM. Sumber-sumber explicit knowledge
dapat diperoleh melalui media intranet (database perusahaan), surat edaran atau surat
keputusan, papan pengumuman dan internet serta media massa sebagai sumber external
dapat mendukung proses ini. Selain itu pendidikan atau pelatihan (training) dapat
mengubah berbagai pelajaran tertulis (explicit knowledge) menjadi tacit knowledge pada
karyawan.
15
2.4.3 Pengertian Knowledge Goal
Menurut Probst, Raub dan Romhardt (2004, p33) proses pengendalian sumber-
sumber knowledge merupakan proses sangat penting bagi pencapaian kesuksesan jangka
panjang dari KM. Knowledge goals dan knowledge assessment akan memperkuat KM
dan mengubahnya menjadi suatu sistem manajemen. Knowledge goals akan
mengklasifikasikan arah-arah strategis dari KM dan menciptakan keterampilan-
keterampilan yang perlu dikembangkan serta pada tingkat apa pengetahuan tersebut
dikembangkan.
Menurut Probst, Raub dan Romhardt (2004, p57) knowledge goals pada tingkat
yang berbeda, yaitu: normative goals berhubungan dengan visi umum dari kebijakan
perusahaan dan semua aspek dari kebudayaan perusahaan. Strategic knowledge goals
akan menciptakan program jangka panjang untuk merealisasikan visi tersebut.
Operational knowledge goals membantu menjamin bahwa program-program strategis
tersebut telah diimplementasikan dalam kegiatan perusahaan. Sehingga knowledge goals
pada tingkat yang berbeda harus saling melengkapi dan berkontribusi untuk
merealisasikan tujuan-tujuan perusahaannya. Identifikasi knowledge berdasarkan level
pada knowledge goal disajikan pada Tabel 2.1.
Normative knowledge goals ditujukan untuk menciptakan knowledge aware
dalam perusahaan, di mana keterampilan-keterampilan dari setiap individu dibagikan
dan dikembangkan. Hal ini akan membangun KM yang efektif. Menurut Probst, Raub
dan Romhardt (2004, p45) normative knowledge goals menawarkan kesempatan-
kesempatan pada manajer untuk menciptakan budaya perusahaan yang knowledge
friendly.
16
Tabel 2.1 Knowledge goals pada level yang berbeda
Sumber: Probst, Raub dan Romhardt (2004, p45)
Strategic knowledge goals mendefinisikan pengetahuan inti dari perusahaan dan
mengidentifikasikan ketrampilan-ketrampilan yang akan dibutuhkan di masa depan.
Menurut Probst, Raub dan Romhardt (2004, p51) strategic knowledge goals dapat
diselaraskan dengan perencanaan strategis tradisional. Dengan menyediakan gambaran
kapabilitas yang akan dibutuhkan di masa depan, dan perlunya pengamanan atas aset-
aset knowledge perusahaan. Tujuan-tujuan strategis ini juga dapat mencakup rencana
pertumbuhan strategis dari struktur perusahaan dan sistem manajemen yang dibutuhkan.
Operational knowledge goals dikaitkan dengan pengimplementasian KM.
Operational knowledge goals merubah normative goals dan strategic goals menjadi
tujuan-tujuan nyata. Menurut Probst, Raub dan Romhardt (2004, p57) operational
17
knowledge goals mengacu pada pengendalian dan pengawasan sistematis dari knowledge
dalam konteks proyek dan proses implementasi. Operational knowledge goals
dimaksudkan untuk membawa KM pada tingkat staf dan manajemen, memastikan
bahwa hal ini tidak merugikan kegiatan-kegiatan operasional. Oleh karena itu,
operasional knowledge harus diformulasikan secara jelas dan diobservasi secara ketat
dalam perusahaan.
2.4.4 Tahapan Identifikasi Knowledge
Menurut Probst et al, identifikasi knowledge dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
a) Structural knowledge
Merupakakan explicit knowldege dan sudah terdokumentasi dalam bentuk kertas
(hardcopy) maupun secara digital (softcopy). Structural knowledge yang ada dalam
perusahaan ini yaitu hal-hal yang terkait dalam struktur organisasi seperti job
description dan proses bisnis.
b) Functional knowledge
Bertujuan untuk mengidentifikasi knowledge yang ada di diri seseorang karyawan, yaitu
melalui fungsi-fungsi pekerjaan tiap karyawannya. Functional knowledge yang bersifat
tacit harus didokumentasikan, sedangkan knowledge yang bersifat explicit harus berada
pada satu aplikasi yang sama, sehingga memudahkan karyawannya dalam mengakses
dan menggunakan knowledge tersebut untuk diimplementasikan dalam proses kerja.
c) Behavioral knowledge
Ditujukan untuk mengidentifikasi tata cara dalam membagi atau mendistribusikan
knowledge dari individu ke karyawan lain, yang biasanya diperoleh melalui diskusi antar
karyawannya. Knowledge yang bersifat behavioural, biasanya telah menjadi kebiasaan
dan membudaya di perusahaan.
18
2.5 Pengertian KM
Tobing menjelaskan bahwa (2007, p8) KM adalah pendekatan sistematik yang
membantu mengalirnya informasi dan knowledge kepada orang yang tepat pada saat
yang tepat untuk menciptakan nilai. Sedangkan menurut Nonaka dan Ichijo (2007, p288)
KM adalah strategi manajemen mengenai pengelolaan knowledge asset dan cenderung
fokus kepada penciptaan serta sharing knowledge.
Menurut Debowski (2006, p16) KM adalah proses mengidentifikasi,
mendapatkan, mengorganisasi, dan menyebarkan aset intelektual yang penting bagi
performa jangka panjang sebuah organisasi. Sementara Tjakraatmadja, Hidajat dan
Lantu (2006, p143) menjelaskan bahwa KM merupakan langkah-langkah sistematik
untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi, untuk menciptakan nilai dan
meningkatkan keunggulan kompetitif.
Dan berdasarkan definisi dari Turban dan Volonino (2010, p392) dijelaskan
bahwa KM sebagai sebuah proses dalam mengidentifikasi, memilih, mengatur,
menyebarkan informasi penting dan keahlian yang merupakan bagian dari knowlegde
organisasi dan biasanya berada dalam organisasi secara tidah terstruktur. KM dapat
mendorong pembelajaran dalam organisasi yang dapat mengarah ke penciptaan
pengetahuan lebih lanjut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa KM sebagai sebuah tools, tehnik, proses,
strategi yang mendukung perusahaan dalam mengumpulkan, mengidentifikasi, memilih,
mengolah, serta menyebarkan knowledge yang ada, baik individual knowledge maupun
knowledge perusahaan sehingga dapat mendorong pembelajaran dalam organisasi dan
mengarahkan penciptaan pengetahuan lebih lanjut guna menciptakan keunggulan
kompetitif perusahaan.
19
2.5.1 Knowledge Management System Cycle
Menurut Turban dan Volonino (2010, p394) KM memiliki suatu siklus yang
terdiri dari enam langkah fungsi (lihat Gambar 2.3). Alasan sistem tersebut berada dalam
siklus karena knowledge secara dinamik disempurnakan dari waktu ke waktu.
Knowledge dalam suatu sistem KM yang baik tidak akan pernah sempurna, karena
seiring berjalannnya waktu keadaan lingkungan terus berubah dan knowledge harus
selalu update untuk merepresentasikan perubahan tersebut.
Fungsi siklus KM menurut Turban dan Volonino (2010, p394) meliputi :
a) Create Knowledge : knowledge tercipta sebagai suatu cara baru dalam
melakukan sesuatu atau mengembangkan know-how, terkadang external
knowledge termasuk di dalamnya.
b) Capture Knowledge: knowledge baru harus diidentifikasi sebagai sesuatu yang
bernilai dan dapat direpresentasikan dengan beralasan.
c) Refine Knowledge: knowledge baru harus ditempatkan dalam suatu makna
sehingga dapat ditindaklanjuti.
d) Store Knowledge: knowledge yang berguna harus disimpan dalam knowledge
repository dengan format sistematis, sehingga semua bagian dalam organisasi
dapat mengaksesnya.
e) Manage Knowledge: knowledge harus tetap update dan dapat di review untuk
memastikan knowledge tersebut relevan dan akurat.
f) Disseminate Knowledge: knowledge harus tersedia dalam format yang berguna
bagi organisasi kapan dan di mana saat dibutuhkannya.
20
CreateCapture
Disseminate
Manage
Store
Refine Knowledge
Gambar 2.3 Siklus Knowledge Management menurut Turban dan Volonino (2010).
Tobing mendefisikan bahwa (2007, p25) siklus utama dalam KM yaitu proses
knowledge creation, knowledge retention, knowledge sharing/transfer, knowledge
utilization. Di mana salah satu proses utamanya adalah knowledge sharing/transfer,
maksudnya adalah penciptaan kesempatan yang luas untuk pembelajaran seluruh
anggota organisasi sehingga dapat meningkatkan kompetensinya secara mandiri.
2.5.2 Manfaat Implementasi KM
Menurut Andriarto, et al (2008, p3) KM memiliki manfaat serta fungsi penting
yang terbagi dalam empat hal yaitu: mengidentifikasi aset kunci dari knowledge ada di
dalam perusahaan, merefleksikan apa yang organisasi diketahui, saling berbagi segala
knowledge kepada siapapun yang membutuhkannya, menerapkan penggunaan
knowledge untuk meningkatkan kinerja organisasi.
Menurut Tobing (2007, p38) keuntungan dan manfaat KM sangat beragam dan
cukup banyak, antara lain:
• Meningkatkan kolaborasi dalam perusahaan.
• Meningkatkan keterampilan karyawan.
• Meningkatkan mutu produk dan layanan.
• Meningkatkan mutu pengambilan keputusan.
21
• Meningkatkan mutu penanganan pelanggan.
• Meningkatkan kinerja serta laba.
• Mempercepat respon terhadap isu-isu bisnis yang penting.
• Menciptakan peluang bisnis baru dan pengembangan produk baru.
2.5.3 Kriteria Keberhasilan Implementasi KM
Ada tiga kriteria yang harus diraih agar implementasi KMS berhasil menurut
Debowski, 2006, p151, yaitu:
a) Sistem merefleksikan dan responsif terhadap kebutuhan perusahaan.
b) Sistem merefleksikan prinsip-prinsip KM, terutama pendorong untuk kolaborasi
dan komunikasi.
c) Sistem merefleksikan perhatian yang dalam terhadap individual di seluruh fase
pengembangannya.
Menurut Tobing (2007, p137) kunci sukses dari KM adalah knowledge sharing,
karena melalui knowledge sharing terjadi peningkatan value dari knowledge yang
dimiliki perusahaan. Seseorang yang melakukan knowledge sharing tidak akan
kehilangan knowledge miliknya, tetapi justru melipat gandakan nilai dari knowledge
tersebut apabila sudah dimanfaatkan oleh banyak orang. Budaya berbagi pengetahuan
merupakan fondasi bagi proses learning, di mana proses learning memperluas inovasi
dan dengan inovasi perusahaan dapat tumbuh dan bertahan.
22
Menurut Tobing (2007, p137) elemen-elemen penting budaya sharing terdiri dari
beberapa hal, yaitu:
a) Keterlibatan pemimpin memberi keteladanan serta monitoring.
b) Membangun kepercayaan dan keterbukaan.
c) Mempromosikan knowledge sharing dan kolaborasi.
d) Apresiasi terhadap knowledge, pembelajaran,dan inovasi.
e) Memiliki struktur organisasi yang mendukung dan adaptif.
Menurut Nonaka dan Ichijo (2007, p289) sharing knowledge dalam suatu
organisasi merupakan sebuah pemicu serta sebuah langkah awal dari suksesnya
penciptaan knowledge. Knowledge cenderung personal dan konseptual serta lebih
banyak berupa tacit knowldge, oleh sebab itu ketika knowledge disebarkan maka secara
perlahan knowledge tersebut berpindah dari satu individu ke individu lainnya melalui
komunikasi.
Menurut Rao (2005, P145) dalam jurnal yang berjudul Knowledge Management
in Practice: Making Technology Work at Daimler Chrysler menyatakan bahwa aturan
emas untuk mencapai keberhasilan implementasi KM adalah:
a) Dukungan teknologi, proses pengelolaan pengetahuan secara efisien, dan sumber
daya manusia adalah kunci utama.
b) Diperlukan kesadaran dari karyawannya bahwa adanya kebutuhan serta
keterkaitan langsung antara pengelolaan pengetahuan dengan kinerja.
c) Aktivitas knowledge sharing secara intensif.
d) Membangun aliran proses pengetahuan.
23
2.6 Analisis dan Rancangan Sistem Informasi
2.6.1 Pengertian Analisis Sistem
Analisis sistem menurut Bentley dan Whitten (2007, p32) merupakan studi
mengenai problem domain bisnis untuk merekomendasikan pengembangan dan
mendefinisikan persyaratan bisnis dan prioritas untuk solusi. Mengutip dari buku Bennet
et al. (2006, p372) hasil dari analisis sistem adalah suatu spesifikasi mengenai apa yang
disarankan untuk dilakukan sistem berdasarkan persyaratan-persyaratan. Sedangkan
menurut Satzinger et al. (2009, p4) analisis sistem adalah suatu proses untuk memahami
dan mengerti SI secara detail untuk merekomendasikan SI bagaimana selanjutnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis sistem adalah sebuah studi mengenai
sistem yang sedang berjalan untuk dapat merekomendasikan sistem baru yang
selanjutnya akan berguna bagi perancangan sistem.
2.6.2 Pengertian Rancangan Sistem
Perancangan sistem menurut Bentley dan Whitten (2007, p33) adalah
pengembangan atau spesifikasi dari solusi teknikal, berbasis komputer untuk persyaratan
bisnis yang diidentifikasi dalam analisis sistem.
Sedangkan menurut Satzinger et al., (2009, p4) perancangan sistem adalah proses
menentukan secara rinci bagaimana komponen-komponen dari SI harus
diimplementasikan secara fisik.
Dapat disimpulkan dari pengertian yang ada, perancangan sistem adalah
gambaran umum mengenai sistem yang baru yang akan dikembangkan dengan
mengkonfigurasikan komponen-komponen SI.
24
2.6.3 Pengertian Object-Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Satzinger et al (2009, p.60) object oriented analysis (OOA)
mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam sistem dan
menunjukkan interaksi pengguna yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
Sedangkan object oriented design (OOD) mendefinisikan semua jenis objek yang
diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem,
menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas.
Sedangkan menurut Whitten et al. (2007, p25) object-oriented analysis and
design (OOAD) merupakan suatu kumpulan alat dan tehnik untuk mengembangkan
suatu sistem yang akan menggunakan teknologi objek untuk membangun sebuah sistem
dan piranti lunak.
2.6.4 Pengertian Unified Model Language (UML)
Menurut Satzinger et al. (2009, p48) UML adalah serangkaian standar konstruksi
model dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan object-
oriented. Sedangkan menurut Whitten et al. (2007, p371) UML adalah satu set konversi
pemodelan yang digunakan untuk menggambarkan sebuah sistem software dalam bentuk
objek-objek.
2.6.5 Jenis-Jenis Perancangan Sistem
Model dari komponen sistem yang menggunakan UML, meliputi:
a) Activity Diagram
Menurut Satzinger et al. (2009, p141) activity diagram adalah tipe dari workflow
diagram yang menggambarkan aktivitas dari user dan flow nya secara berurutan. Notasi
dari activity diagram dapat dilihat pada Gambar 2.4.
25
Gambar 2.4 Notasi Activity Diagram menurut Satzinger et al. (2009, p142)
b) Domain Model Class Diagram
Domain model class diagram menurut Satzinger et al. (2009, p187) sebuah UML class
diagram yang menggambarkan cara kerja problem domain classes, associations, dan
attributes. Notasi dari Domain Model Class Diagram dapat dilihat pada Tabel 2.2 di
bawah ini.
Tabel 2.2 Notasi Class Diagram
Class
Multiply
0..1 ; 1 ; 1..1 ; 0..* ; * ; 1..*
Communication
Sumber: Satzinger et al. (2009)
26
Keterangan tambahan menganai isi dari domain class diagram:
• Atribute: karakteristik dari sebuah objek yang memiliki nilai seperti ukuran,
bentuk, warna, lokasi dan lain sebagainya.
• Class: Tipe atau klasifikasi dari objek yang sama.
• Methods: Behaviours atau operasi sebagai gambaran apa yang dapat dilakukan
oleh sebuah objek.
• Message: Komunikasi dari objek yang saling berhubungan.
c) Use Case Diagram
Use case menurut Satzinger et al. (2009, p242-244) merupakan kegiatan yang sistem
lakukan, biasanya dalam menanggapi permintaan oleh user. Use case diagram juga
dikatakan sebagai diagram yang menunjukkan urutan pesan antara actor external dan
sistem selama use case berlangsung. Ada beberapa notasi dalam use case diagram yang
ada pada Tabel 2.3 berikut ini.
Tabel 2.3 Notasi Use case Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2009)
Actor
System boundary
Usecase
Connecting Line
_________________
27
d) System Sequence Diagram
System sequence diagram menurut Satzinger et al. (2009, p242) adalah diagram yang
digunakan untuk menggambarkan aliran informasi dalam sistem. Notasi System
Sequence Diagram dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Notasi Sequence Diagram
Sumber: Satzinger et al. (2009)
e) User Interface
Menurut Satzinger et al. (2009, p532), User Interface adalah sistem itu sendiri dan
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan end user saat sedang menggunakan
sistem seperti fisik, perseptual, dan konseptual. Shneiderman (2010, p88-89)
mengemukakan delapan aturan yang dapat digunakan sebagai petunjuk dasar yang baik
untuk merancang suatu user interface. Delapan aturan ini disebut dengan Eight Golden
Rules of Interface Design, yaitu:
1. Berusaha konsisten.
Konsistensi dilakukan pada urutan tindakan, perintah, dan istilah yang digunakan
pada prompt, menu, serta layar bantuan.
2. Memungkinkan pengguna untuk menggunakan shortcut.
Ada kebutuhan dari pengguna yang sudah ahli untuk meningkatkan kecepatan
interaksi, sehingga diperlukan singkatan, tombol fungsi, perintah tersembunyi,
dan fasilitas makro.
Actor
Input message
Output message <-- -- -- -- -- -- -- --
28
3. Memberikan umpan balik informative.
Untuk setiap tindakan operator, sebaiknya disertakan suatu sistem umpan balik.
Misalnya muncul suatu suara ketika salah menekan tombol pada waktu input
data atau muncul pesan kesalahannya.
4. Merancang dialog untuk menghasilkan suatu penutupan.
Umpan balik yang informatif akan memberikan indikasi penutupan bahwa cara
yang dilakukan sudah benar dan dapat mempersiapkan kelompok tindakan
berikutnya.
5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana
Sedapat mungkin sistem dirancang sehingga pengguna tidak dapat melakukan
kesalahan fatal. Jika kesalahan terjadi, sistem dapat mendeteksi kesalahan
dengan cepat dan memberikan mekanisme yang sederhana dan mudah dipahami
untuk penanganan kesalahan.
6. Mudah kembali ke tindakan sebelumnya
Hal ini dapat mengurangi kekuatiran pengguna karena pengguna mengetahui
kesalahan yang dilakukan dapat dibatalkan; sehingga pengguna tidak takut untuk
mengeksplorasi pilihan-pilihan lain yang belum biasa digunakan.
7. Mendukung tempat pengendali internal
Pengguna ingin menjadi pengontrol sistem dan sistem akan merespon tindakan
yang dilakukan pengguna daripada pengguna merasa bahwa sistem mengontrol
pengguna.
29
8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek
Keterbatasan ingatan manusia membutuhkan tampilan yang sederhana atau
banyak tampilan halaman yang sebaiknya disatukan, serta diberikan cukup waktu
pelatihan untuk kode, dan urutan tindakan.
f) Navigation Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000, p151) interface adalah fasilitas yang membuat model
dan fungsi-fungsi tersedia bagi actor. Hasil dari interface adalah user interface dan
system interface. User interface adalah style dialog dan bentuk-bentuk presentasi, daftar
elemen lengkap. System interface adalah class diagram untuk eksternal device dan untuk
interaksi dengan sistem lain. Navigation diagram merupakan semua window dari user
interface dan hubungan dinamiknya yang dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Navigation Diagram menurut Mathiassen et.al. (2000)
30
2.7 Manajemen Strategis
Menurut David (2009, p5) manajemen strategis dapat didefinisikan sebagai seni
dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi
keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai
tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada usaha mengintegrasikan manajemen
pemasaran, keuangan, operasionsl, penelitaian dan pengembangan, serta SI dalam
mencapai tujuan organisasi.
2.7.1 Jenis Strategis
Menurut David (2009, p251) strategi alternatif yang dapat dijalan perusahaan
dikategorikan sebagai berikut :
a) Strategi Integrasi
• Integrasi ke depan
Memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor.
• Integrasi ke belakang
Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok.
• Integrasi horizontal
Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing.
b) Strategi Intensif
• Penetrasi pasar
Mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa saat ini di pasar
yang ada sekarang melalui upaya upaya pemasaran yang lebih baik.
• Pengembangan pasar
Memperkenalkan produk atau jasa saat ini ke wilayah geografis baru.
31
• Pengembangan produk
Mengupayakan peningkatan penjualan melalui perbaikan produk atau jasa saat
ini atau pengembangan produk atau jasa baru.
c) Strategi Diversifikasi
• Diversifikasi terkait
Menambah produk atau jasa baru yang masih berkaitan.
• Diversifikasi tak terkait
Menambah produk atau jasa baru yang tidak berkaitan.
d) Strategi difensif
• Penciutan
Pengelompokan ulang (regrouping) melalui pengurangan biaya dan aset untuk
membalik penjualan dan laba yang menurun.
• Likuidasi
Penjualana seluruh aset perusahaan secara terpisah-pisah untuk kekayaan
berwujudnya.
2.7.2 Tahapan Perumusan Strategi
Perumusan strategi menurut David terdiri dari tiga tahapan, yaitu meliputi:
a) Tahap Input
• Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Menurut David (2009, p158) matriks EFE memungkinkan para penyusun strategi
untuk meringkas dan mengevaluasi informasi dan ekonomi, sosial, budaya,
demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif.
Matriks EFE dapat dikembangkan dalam lima langkah :
32
1. Buat daftar faktor-faktor eksternal utama sebagimana yang disebutkan dalam
proses audit eksternal. Masukkan sepuluh sampai 20 faktor, termasuk peluang
dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan. Daftar terlebih dahulu
peluangnya, kemudian ancamannya. Buat sespesifik mungkin dengan persentase,
rasio, dan perbandingan jika dimungkinkan.
2. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting)
sampai 1,0 (sangat penting). Bobot mengindikasikan signifikansi relatif dari
suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Peluang sering mendapat bobot
yang lebih tinggi daripada ancaman, tetapi ancaman bisa diberi bobot tinggi jika
perusahaan sangat parah atau mengancam.
3. Berilah peringkat antara sampai satu sampai empat pada setiap faktor eksternal
utama menunjukkan seberapa baik strategi perusahaan saat ini dalam merespons
faktor tersebut, dimana 4 = respon sangat bagus, 3 = respon di atas rata-rata, 2 =
responnya rata-rata, dan 1 = respon di bawah rata-rata. Peringkat didasarkan
pada keefektifan strategi perusahaan. Peringkat tersebut berbeda
antarperusahaan, bobot dilangkah nomor dua berbasis industri. Penting bahwa
baik ancaman maupun peluang dapat menerima peringkat 1, 2, 3, atau 4.
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor.
5. Jumlahkan skor rata-rata untuk setiap variabel guna menentukan total skor.
6. Terlepas dari jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam
Matriks EFE, skor bobot total tertinggi yang mungkin dicapai untuk sebuah
organisasi adalah 4,0 dan skor bobot terendah adalah 1,0. Rata-rata skor bobot
total adalah 2,5.
33
• Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)
Menurut David (2009, p229) matriks IFE meringkas dan mengevaluasi kekuatan
dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis dan juga menjadi landasan
utama mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersebut.
Penilaian intuitif digunakan dalam pengembangan Matriks IFE. Mariks IFE dapat
dikembangkan dalam lima langkah :
1. Buatlah daftar faktor-faktor internal utama sebagaimana yang disebutkan dalam
proses audit proses audit internal. Masukkan sepuluh sampai 20 faktor internal,
termasuk kekuatan maupun kelemahan organisasi. Daftar terlebih dahulu
kekuatannya, kemudian kelemahannya. Buat sespesifik mungkin dengan
menggunakan persentase, rasio, dan angka-angka perbandingan.
2. Berilah pada setiap faktor tersebut bobot yang berkisar dari 0,0 (tidak penting)
sampai 1,0 (semua penting). Bobot yang diberikan pada suatu faktor tertentu
menandakan signifikansi relatif faktor tersebut bagi keberhasilan perusahaan.
Terlepas dari apakah faktor utama itu adalah kekuatan atau kelemahan internal,
faktor faktor yang dianggap memiliki pengaruh paling besar terhadap kinerja
organisasional harus diberi bobot tertinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama
dengan 1,0.
3. Berilah peringkat satu sampai empat pada setiap faktor untuk mengindikasikan
apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1), lemah (peringkat = 2), kuat
(peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat = 4). Kekuatan harus mendapat
peringkat tiga atau empat dan kelemahan haru mendapat peringkat satu atau dua.
Peringkat diberikan berdasarkan perusahaan, sedangkan bobot di langkah dua
berbasis industri.
34
4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot
bagi masing-masing variabel.
5. Jumlahkan skor bobot masing-masing variabel untuk memperoleh skor bobot
total organisasi.
Terlepas dari berapa banyak faktor dimasukkan ke dalam Matriks IFE, skor
bobot total berkisar antara 1,0 sebagai titik rendah dan 4,0 sebagai titik tertinggi,
dengan skor rata-rata 2,5. Skor bobot total dibawah 2,5 mencirikan oraganisasi yang
lemah secara internal, sedangkan skor yang secara siginifikan berada di atas 2,5
mengindikasikan posisi internal yang kuat.
b) Tahap Pencocokan
• Matriks SWOT
Menurut David (2009, p327) matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan
penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi :
1. Strategi SO (Strength – Opportunities)
Memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari
peluang eksternal. Jika perusahaan memiliki kelemahan, maka perusahaan akan
berjuang untuk mengatasi dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika
perusahaan dihadapkan pada ancaman yang besar, maka perusahaan akan
berusaha untuk menghindari untuk berkonsentrasi pada peluang.
2. Strategi WO (Weakness – Opportunities)
Bertujuan utnuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil
keuntungan dari peluang eksternal.
35
3. Strategi ST (Strength – Threats)
Menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus
selalu menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkungan eksternal.
4. Strategi WT (Weakness – Threats)
Merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal
serta menghindari ancaman eksternal. Sebuah perusahaan yang menghadapi
berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal sesungguhnya berada dalam
posisi yang membahayakan, oleh sebab itu perusahaan harus berjuang untuk
bertahan
Dapat dilihat pada Tabel 2.5 Matriks SWOT yang terdiri atas sembilan sel.
Empat sel faktor utama, empat sel strategi, dan satu sel kosong (sel kiri atas).
Keempat sel strategi (SO, WO, ST, dan WT) dikembangkan setelah melengkapi
keempat sel faktor utama (S, W, O, T).
Tabel 2.5 Matriks SWOT menurut David (2009, p328-329) Kekuatan ( S ) Kelemahan ( W )
Peluang ( O ) Strategi SO
Gunakan kekuatan untuk
memanfaatkan peluang.
Strategi WO
Atasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang.
Ancaman ( T ) Strategi ST
Gunakan kekuatan untuk
menghindari ancaman
Strategi WT
Meminimalkan
kelemahan dan
menghindari ancaman.
36
Terdapat delapan langkah dalam membentuk Matriks SWOT:
• Buat daftar peluang-peluang eksternal utama perusahaan.
• Buat ancaman-ancaman eksternal utama perusahaan.
• Buat daftar kelemahan-kelemahan internal utama perusahaan.
• Buat daftar kekuatan internal utama perusahaan.
• Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya pada
sel strategi SO.
• Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan cata hasilanya pada
sel strategi WO.
• Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilanya pada
sel strategi ST
• Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya pada
sel strategi WT.
• Matriks Internal-Eksternal (IE)
Menurut David (2009, p344) Matriks IE memposisikan berbagai divisi suatu
organisasi dalam tampilan sembilan sel. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi
kunci : skor bobot IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y.
Pada sumbu x, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menujukkan posisi internal yang
lemah, skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang, dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah kuat.
Pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0 sampai 1,99 dipandang rendah, skor 2,0
sampai 2,99 dianggap sedang, dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah tinggi.
37
Pada Tabel 2.6 dijabarkan Matriks IE yang dibagi menjadi tiga bagian besar dan
mempunyai implikasi strategi yang berbeda, yaitu:
1. Ketentuan untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel I, II, IV dapat digambarkan
sebagai tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang intensif
(penetrasi pasar, pengembangan pasar,dan pengembangan produk) atau integratif
(integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal) bisa menjadi
yang paling tepat bagi divisi-divisi ini.
2. Divisi-divisi yang masuk ke dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani dengan
baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan (hold and retain). Penetrasi
pasar dan pengembangan produk adalah strategi yang paling banyak digunakan
dalam jenis divisi ini.
3. Ketentuan umum untuk divisi masuk dalam sel VI, VIII, atau IX adalah panen
atau divestasi (harvest or divest).
Tabel 2.6 Matriks IE menurut David (2009, p344)
38
c) Tahap Keputusan
• Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Matriks Perencanaan Strategis Kuatitatif (QSPM) menunjukkan strategi mana
yang terbaik. QSPM menggunakan analisis input dari tahap satu dan hasil
pencocokan dari analisis tahap dua. Menurut David (2009, p351) QSPM adalah alat
yang memungkinkan para penyusun strategi mengevaluasi berbagai strategi
alaternatif secara objektif, berdasarkan faktor-faktor keberhasilan penting eksternal
dan internal yang diidentifikasi sebelumnya. Pada Tabel 2.7 dapat dilihat kolom-
kolom yang harus diisi pada matriks QSPM. Enam langkah yang diperlukan untuk
mengembangkan QSPM, yaitu:
1. Buatlah daftar berbagai peluang atau ancaman eksternal dan kekuatan atau
kelemahan internal utama di kolom kiri QSPM. Informasi harus diambil dari
Matriks EFE dan Matriks IFE..
2. Berilah bobot pada setiap faktor eksternal dan internal utama tersebut. Bobot ini
sama dengan bobot yang ada dalam Matriks EFE dan Matriks IFE.
3. Cermati matriks tahap dua, identifikasi strategi alternatif yang harus
dipertimbangkan untuk diterapakan oleh organisasi. Catat strategi ini di baris
teratas QSPM dan kelompokkan dalam satu rangkaian ekslusif.
4. Tentukan skor daya tarik (Attractivenesss Score – AS). Skor AS adalah nilai
numerik yang menunjukkan daya tarik relatif dari setiap strategi di rangkaian
alternatif tertentu. Skor AS ditentukan dengan cara mengamati faktor eksternal
atau internal dengan mengajukan pertanyaan, “Apakah faktor ini mempengaruhi
pilihan strategi yang dibuat?” Jika jawabannya ya, strategi kemudian perlu
diperbandingkan relatif terhadap faktor utama tersebut. Skor AS harus diberikan
39
pada setiap strategi untuk menunjukan daya tarik relatif satu strategi atas strategi
lain dengan mempertimbangkan faktor tertentu. Kisaran skor AS adalah = 1 tidak
memiliki daya tarik, 2 = daya tarik rendah, 3 = daya tarik sedang. 4 = daya tarik
tinggi. Faktor utama tidak memiliki pengaruh terhadap pilihan spesisfik yang
dibuat jika jawaban atas pertanyaan adalah tidak. Gunakan tanda “ – “ untuk
menujukkan faktor utama tidak mempengaruhi pilihan.
5. Hitunglah Skor AS total, hasil kali antara bobot langkah dua dengan skor AS
langkah 4 di setiap baris. Skor AS total menunjukkan daya tarik relatif dari setiap
strategi alternatif. Semakin tinggi skor AS total, semakin menarik pula strategi
alternatif tersebut.
6. Hitunglah jumlah keseluruhan daya tarik total (Sum Total Attractiveness Scores –
STAS) di setiap kolom strategi QSPM. STAS menunjukkan strategi yang paling
menarik di setiap rangkaian alternatif. Skor yang lebih tinggi menunjukkan
srategi yang lebih menarik. Besarnya selisih STAS di rangkaian alternatif strategi
tertentu menunjukkan ketertarikan relatif satu strategi terhadap strategi lain.
Tabel 2.7 Matriks QSPM Alternatif Strategi Faktor-faktor Utama Bobot Strategi 1 Strategi 2
AS STAS AS STAS
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Ancaman
Total
Sumber : David (2009, p353)
40
2.8 Metodelogi
Menurut Sarwono (2006, p15) penelitian merupakan cara-cara yang sistematis
untuk menjawab masalah yang sedang diteliti. Kata sistematis merupakan kata kunci
yang berkaitan dengan metode ilmiah, berarti adanya prosedur dengan keteraturan dan
ketuntasan.
2.8.1 Jenis- Jenis Penelitian
Jenis penelitian menutur Sarwono terdiri dua, yaitu:
a) Penelitian Kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi
tertentu, dan lebih banyak meneliti hal berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari. Pendekatan kualitatif bersifat fleksibel sehingga urutan kegiatan dapat
berubah-ubah tergantung kondisi.
b) Penelitian Kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai obyek
penelitian dan obyek tersebut harus didefiniskan dalam bentuk operasionalisasi.
Pendekatan kuantitatif desainnya harus terstruktur, baku, formal, dan matang.
2.8.2 Desain Penelitian Kualitatif
Menurut Sarwono (2006, p193) mengutip Catherine Marshal (1995) menyatakan
bahwa penelitian kualitatif didefinisikan sebagai suatu proses untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interkasi manusia.
Penelitian kualitatif bersifat fleksibel sesuai kondisi lapangan, di mana model penelitian
kualitatif bertugas membantu mengarahkan jalannya proses penelitian agar sesuai
rumusan masalah dan berjalan sistematis. Model pendekatan penelitian kualitatif sebagai
berikut:
a) Menentukan masalah, di mana peneliti sebelumnya harus mengidetifikasikan
masalah yang sedang terjadi untuk menentukan langkah selanjutnya.
41
b) Menentukan jenis data, di mana menurut Sarwono (2006, p209) pada pokoknya
data kualitatif dapat berupa bentuk apa saja termasuk kejadian atau gejala
meskipun tidak menggambarkan hitungan atau angka. Namun jika dilihat
jenisnya, maka dapat dibedakan sebagai data primer dan sekunder.
• Data Primer : data berupa teks hasil wawancara dan diperoleh melalui
wawancara dengan informan yang sedang dijadikan sample dalam
penelitiannya
• Data Sekunder : data dapat diperoleh dan tersedia untuk peneliti dengan cara
membaca, melihat, atau mendengarkan. Data ini biasanya berasal dari data
primer yang sudah diolah dalam penelitian sebelumnya.
c) Menentukan instrumen pengambilan data, di mana menurut Sarwono (2006,
p211) pada umumnya penelitian kualitatif menggunakan metode wawancara
dalam mencari data. Jenis instrumen pengambilan data dibagi menjadi:
wawancara langsung, focus group discussion, observasi, dan review document.
d) Menentukan metode pengambilan data, di mana menurut Sarwono (2006, p223)
yang dimaksud dengan data kualitatif adalah data dalam bentuk bukan angka.
Data dapat berupa teks, dokumen, gambar, foto, dan lain-lain. Metode pokok
pengumpulan data diantaranya:
• Partisipasi, melalui keterlibatan langsung dengan obyek yang diteliti.
• Observasi, melakukan pencatatan secara sistematis mengenai kejadian-
kejadian, perilaku, obyek yang dilihat untuk mendukung penelitian.
• Wawancara, melakukan tanya jawab langsung dengan narasumber sehingga
dapat membeberkan perspektif penelitian.
42
• Kajian dokumen, membaca surat-surat, iktisar rapat, artikel, buku-buku, jurnal
untuk mengumpulkan data tanpa mengganggu objek penelitian.
• Narasi, melakukan eksplorasi terhadap cerita orang yang sedang diteliti.
• Analisis sejarah, sebagai sarana pengumpulan data sekunder mengenai hidup
seseorang atau sesuatu secara umum.
e) Menentukan teknik analisis dengan tujuan agar peneliti mendapatkan makna
hubungan antar variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah
yang dirumuskan dalam penelitian. Metode analisis kualitatif ialah sebagai
berikut: analisis domain, taksonomi, komponensial, dan tema kultural.
43
2.9 Kerangka Bepikir
Gambar 2.6 Kerangka Berpikir
Membangun Sistem Aplikasi Knowledge Management
Merancang UML -Class Diagram
-Usecase Diagram -Sequence Diagram
-Navigation Diagram
Menyesuaikan Fitur berdasarkan - Teori knowledge conversion (SECI)
- Kebutuhan perusahaan
Hasil rancangan user interface
Pemetaan Fitur Berdasarkan Hasil Analisis Knowledge Goal
Meneliti Sistem yang Berjalan
Mengidentifikasi Masalah Perusahaan
Mengumpulkan Data Perusahaan
Mengusulkan solusi pemecahan masalah
Jenis Data: - Data Primer
- Data Sekunder
Merumuskan Strategi Perusahaan Berdasarkan Hasil Analisis
Menganalisis Strategi Internal Perusahaan (Knowledge Focus)
- EFE Matriks - IFE Matriks
- SWOT Matriks - IE Matriks
- QSPM
Menganalisis Persaingan Industri - Five Force Porter’s
Metode Pengambilan Data: - Observasi
- Wawancara - Review Document
Perumusan Knowledge Goal
Identifikasi Knowledge perusahaan
Strukturisasi dan pengelompokan knowledge
Penyesuian user interface dengan delapan aturan emas IMK
Pemetaan Knowledge Goal dengan strategi perusahaan
Tahap Pengumpulan Data
Tahap Analisis
Tahap Perancangan